Vihara Tanah Putih adalah vihara yang berada dalam binaan Sangha Theravada Indonesia, dan memiliki keterkaitan pula dengan organisasi Buddhis yang memiliki hubungan moral/religius dengan Sangha Theravada Indonesia. Organisasi tersebut adalah Magabudhi (Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia), Wandani (Wanita Theravada Indonesia), dan Patria (Pemuda Theravada Indonesia). Vihara Tanah Putih berkedudukan di Ibukota Propinsi Jawa Tengah sehingga keberadaannya menjadi basis (pusat) kegiatan KBTI (Keluarga Buddhis Theravada Indonesia). Tentu, pada master plan Vihara Tanah Putih, selain mengembangkan ruang Dhammasala, pembuatan area parlor dan prasarana pendukung lain, direncanakan pula pembuatan fasilitas ruang yang mendukung kegiatan organisasi KBTI tersebut sehingga, diharapkan, Vihara dapat mengayomi seluruh lapisan masyarakat Buddha Jawa Tengah.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Vihara Tanah Putih adalah vihara yang berada dalam binaan Sangha Theravada Indonesia, dan memiliki keterkaitan pula dengan organisasi Buddhis yang memiliki hubungan moral/religius dengan Sangha Theravada Indonesia. Organisasi tersebut adalah Magabudhi (Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia), Wandani (Wanita Theravada Indonesia), dan Patria (Pemuda Theravada Indonesia). Vihara Tanah Putih berkedudukan di Ibukota Propinsi Jawa Tengah sehingga keberadaannya menjadi basis (pusat) kegiatan KBTI (Keluarga Buddhis Theravada Indonesia). Tentu, pada master plan Vihara Tanah Putih, selain mengembangkan ruang Dhammasala, pembuatan area parlor dan prasarana pendukung lain, direncanakan pula pembuatan fasilitas ruang yang mendukung kegiatan organisasi KBTI tersebut sehingga, diharapkan, Vihara dapat mengayomi seluruh lapisan masyarakat Buddha Jawa Tengah.
Dari Bandara Udara Ahmad Yani Semarang hanya memerlukan waktu 20 menit untuk tiba di Vihara Tanah Putih. Vihara ini terletak disebuah bukit sehingga setelah parkir kita akan menemukan sebuah pohon bodhi yang besar, tepat dibelakang pohon terdapat sebuah toko buddhis yang disebut dengan buddhis shop atauwww.tokobuddhist.com Tepat disebelah toko buddhis ini terdapat ruang pujabakti yang disebut dengan Ruang Metta Karuna, dimana ruang ini dulunya digunakan sebagai dhammasala dan disampingnya terdapat café yang menjual makanan dan minuman. Bila kesemarang tidak lengkap tanpa mencicipi lumpia semarang, nah coba saja cari di café ini. Dibelakang café ini terdapat sebuah ruang studio music dimana nantinya digunakan untuk rekaman guna rumah produksi dari toko buddhis yang ada didepannya.
Setelah dari sini kita menaiki anak tangga yang langsung menuju ke bangunan dhammasala. Bangunan dhammasala ini berada di atas bukit. Didalam ruang Dhammasala kita akan menemukan relief tentang kehidupan Buddha. Tepat disebelah kiri bangunan dhammasala terdapat sebuah bangunan yang disebut dengan rumah abu. Tempat ini khusus menyimpan abu jenazah dari kremasi, tidak hanya abu dari umat buddhis yang berada disini, namun dari agama lain juga ada, bahkan ada yang sudah memesan tempat walau penghuninya belum meninggal. Rumah abu ini disewakan secara bulanan, kita tidak akan menemukan kesan angker didalam rumah abu ini karena semua tertata dengan rapi dan bersih.
Dibelakang bangunan dhammasala terdapat sebuah bangunan yang berisi ruang perpustakaan, aula serba guna, ruang sekertariat, guest house. Tepat dibelakang bangunan rumah abu adalah ruang tamu bhikkhu, dan sebuah bangunan didepan ruang tamu bhikkhu adalah kuti bhikkhu dan samanera yang terdiri dari dua lantai, lantai bawah digunakan untuk sekolah minggu sedang lantai atas untuk kuti.
Suasana disini sangat rindang dan hijau terdapat sebuah taman untuk bermain anak dan setiap pagi mulai pukul 5:30 para manula memulai senam dengan sebuah tape recorder kecil mereka senam mengerakan badannya.
Vihara ini sebagai pusat kegiatan agama Buddha di Semarang dan jawa tengah pada umumnya, sekarang vihara ini sedang melakukan pengembangan pembangunan vihara, untuk info selengkapnya dapat melihat situs vihara Tanah Putih secara online. [ Benny Pangadian ]
Menurut definisinya, Metta secara harafiah berarti “Rasa-Persahabatan” dan menunjukkan keadaan seorang sahabat ( Mittassa bhavo metta ). Itu berarti cinta kasih seperti persaudaraan, cinta kasih yang tidak terbatas, atau perasaan-perasaan bersahabat, bebas dari nafsu-nafsu kemelekatan.
Metta mempunyai corak kemurahan hati, atau mendorong kemauan baik. Berfungsi terutama untuk kebaikan-kebaikan orang lain, dan perwujudannya adalah hati yang penuh cinta kasih dan menyingkirkan kebencian. Sebab terdekatnya adalah memandang orang lain sama dengan dirinya
sendiri. Melenyapkan itikad jahat adalah penggunaannya. Mementingkan diri sendiri atau cinta dengan rasa ke-aku-an , atau cinta kasih disertai hawa nafsu adalah penyimpangannya.
Apabila metta diterjemahkan dengan “Cinta”, itu harus dipahami dalam arti “Rasa-persahabatan”, karena cinta dalam arti yang umum adalah sama dengan istilah dalam bahasa Pali, “Raga”, juga bisa disamakan dengan kata “Lobha”, yang berarti nafsu atau nafsu kemelekatan yang jelas berlawanan dengan “Metta”.
Kata lain yang dipakai di dalam kitab-kitab suci untuk mengungkapkan keadaan batin yang luhur, “Metta” ini ; adalah “Avyapada” atau, “Avyapada Sankhappa”, tanpa kebencian, pikiran persahabatan atau pikiran benar, atau pikiran ( Sankhappa ) yang bebas dari kemauan jahat. Pikiran ini berhubungan dengan yang pertama dari tiga aspek Samma-sankhappa, unsure kedua dari Ariya-Atthangika-Magga ( Jalan Mulia Beruas Delapan ). Dalam hubungan inilah, Metta membawa pada seluruh pengakhiran dari “Dosa” ( Kebencian ), atau keadaan batin yang cenderung pada permusuhan.
Metta adalah ungkapan positif dari “A-dosa”, atau tanpa kebencian, dan merupakan lawan dari kemarahan, atau permusuhan yang dengan cara lain tidak dapat diusir. Maka Dhammapada ( syair kelima ) mengatakan :
“ Kebencian tidak akan berakhir bila dibalas dengan kebencian. Kebencian akan berakhir bila dibalas dengan cinta kasih. “
Karena itu, Metta adalah sesuatu yang mutlak untuk membersihkan batin dari kebencian dan merupakan salah satu dari sepuluh (10) Paramitha yang merupakan dasar cita-cita Bodhisatta untuk mencapai pencerahan-sempurna ( Bodhi ).
KARUNA
“Karuna”, artinya adalah “welas-asih”, yaitu perasaan-hati ( Anukampa ) yang cenderung untuk menghilangkan penderitaan makhluk-makhluk lain.
Karuna adalah kebajikan yang diperluas kepada makhluk-makhluk lain, mengharapkan agar mereka bertambah bahagia dengan melindungi mereka dari gangguan-gangguan.Coraknya adalah meringankan penderitaan dan kesengsaraan makhluk-makhluk lain, atau menahan kesakitan sendiri demik kebahagiaan mereka. Belas kasihan melihat penderitaan makhluk-makhluk lain adalah intisarinya. Perwujudannya adalah pikiran damai dan tidak mencelakakan. Menahan diri untuk tidak menyakiti adalah ekspresinya. Melihat tidak berdayanya mereka yang menderita adalah sebab terdekatnya. Menghilangkan kekejaman adalah penggunaannya, kegagalan adalah kekacauan atau menimbulkan rasa sedih.
Karuna berhubungan dengan “Avihimsa-sankhappa”, pikiran yang tanpa-kekerasan ( tidak-menyakiti ), yang merupakan aspekk dari pikiran benar ( Samma-sankhappa ) , salah satu unsure dari Ariya-Atthangika-Magga ( Jalan Ariya Beruas Delapan ), dan juga merupakan salah satu dari sifat-sifat dan pencapaian-pencapaian Agung ( Maha Karunasamapatti ) dari Sang Buddha.
DHAMMASALA (TEMPAT KEBAKTIAN DAN MENDENGARKAN DHAMMA)
Selain bangunan diatas, ada sebuah bangunan yg disebut Dhammasala. Bangunan ini terletak ditengah-tengah lokasi vihara, tempat ini digunakan untuk pembacaan paritta pagi (hanya setiap Vassa) dan pembacaan Paritta sore (dilakukan setiap hari), juga digunakan untuk Makan (divihara ini hanya makan sekali), serta pembabaran Dhamma (Dhammadessana). Pembabaran dhamma bertujuan untuk memberikan pengertian kepada umat tentang Buddhadhamma, kegiatan ini sering dilakukan setiap hari Uposatha, hari-hari besar maupun perayaan-perayaan yang diadakan oleh vihara. Hal ini sangat penting dilakukan karena bisa mendidik umat agar nantinya bisa menerapkan Buddhadhamma didalam kehidupan sehari-hari. Pada hari-hari tertentu, para mahasiswa dari universitas terdekat juga datang untuk memohon bimbingan dhamma dan meditasi, agar mereka bisa menjaga eksistensi Buddhadhamma secara utuh. Makna dari Buddhadhamma adalah;
1. Buddha : Ia yang sadar, ia yang mengetahui, yang memiliki kesucian, memiliki cinta kasih dan kedamaian dalam
batinNya.
2. Dhamma: Karakteristik kesucian, cinta kasih dan ketenangan yang timbul dari keutuhan moral (sila), meditasi
(Bhavana), dan kebijaksanaan (panna).
Jadi, seseorang yang akan merealisasi Buddhadhamma adalah ia yang menumbuhkembangkan nilai-nilai moral (sila), meditasi (Bhavana), dan kebijaksanaan (panna). Dengan pengabdian Lungpho Avudhapanno (AT) yang tiada henti-hentinya sehingga membawa nama harum vihara tersebut kesegenap pelosok penjuru dunia hingga kenegeri kita, Indonesia.
Dibawah system manajemen yang beliau terapkan, kelangsungan hidup vihara ini dapat berlangsung secara continue tanpa mengalami problem yang berat. Dan akhirnya penyaji mengajak para pembaca dan umat Buddha seluruhnya untuk lebih tekun melaksanakan Buddhadhamma, tidak hanya teorinya saja, demi keharuman dan kejayaan Buddhasasana didunia ini. Semoga dhamma selalu bersinar didalam hati sanubari kita semua. Semoga dhamma terus jay