I. EXECUTIVE SUMMARY Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang apa saja yang harus dipertimbangkan layak atau tidak layaknya PT.X kedepan dengan aspek dalam studi kelayakan bisnis. Industri rokok di Indonesia merupakan industri yang layak untuk investasi. Hal ini dikarenakan banyaknya konsumen rokok yang cukup banyak dan menjajikan di Indonesia hal ini terbukti dari pasar yang terus kian meningkat dari tahun ke tahunnya dengan pertumbuhan sebesar 4% sampai dengan 8,3% per tahunnya. Pada saat ini pabrik rokok ini mempunyai kapasitas sebesar >2 miliar pack per tahun. Dengan kapasitas sebesar ini maka perusahaan ini mampu memenuhi permintaan pasar pada saat ini yang mencapai 1,5-1,9 miliar pack per tahun . Proses yang ada dalam pabrik ini menggunakan mode operasi kontinyu. Berdasarkan perhitungan ekonomi, PT. X ini mempunyai nilai NPV untuk proyek ini sekitar 31 Trilyun, IRR sebesar 23,18%. Dari segi suplai dan bahan baku PT. X didukung banyak sumber bahan baku dari seluruh penjuru pulau jawa sehingga untuk kebutuhan bahan baku sebesar 14-19 ton per tahun sangat mudah diperoleh karena mengingat kapasitas suplai bahan baku dari luar sebesar 7 – 8 kali lipat. Serta di dukung dengan program safety stock untuk kebutuhan lainnya suplai didapatkan dari daerah sekitar yang cukup potensial sehingga untuk kebutuhan bahan baku dan 1
130
Embed
Pendahuluanxa.yimg.com/kq/groups/22956114/1418927540/name... · Web viewStrategi distribusi yang digunakan oleh dalam mendistribusikan rokoknya menggunakan distributor tunggal,. Sedangkan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. EXECUTIVE SUMMARY
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang apa saja
yang harus dipertimbangkan layak atau tidak layaknya PT.X kedepan dengan
aspek dalam studi kelayakan bisnis. Industri rokok di Indonesia merupakan
industri yang layak untuk investasi. Hal ini dikarenakan banyaknya konsumen
rokok yang cukup banyak dan menjajikan di Indonesia hal ini terbukti dari pasar
yang terus kian meningkat dari tahun ke tahunnya dengan pertumbuhan sebesar
4% sampai dengan 8,3% per tahunnya. Pada saat ini pabrik rokok ini mempunyai
kapasitas sebesar >2 miliar pack per tahun. Dengan kapasitas sebesar ini maka
perusahaan ini mampu memenuhi permintaan pasar pada saat ini yang mencapai
1,5-1,9 miliar pack per tahun .
Proses yang ada dalam pabrik ini menggunakan mode operasi kontinyu.
Berdasarkan perhitungan ekonomi, PT. X ini mempunyai nilai NPV untuk proyek
ini sekitar 31 Trilyun, IRR sebesar 23,18%. Dari segi suplai dan bahan baku PT.
X didukung banyak sumber bahan baku dari seluruh penjuru pulau jawa sehingga
untuk kebutuhan bahan baku sebesar 14-19 ton per tahun sangat mudah diperoleh
karena mengingat kapasitas suplai bahan baku dari luar sebesar 7 – 8 kali lipat.
Serta di dukung dengan program safety stock untuk kebutuhan lainnya suplai
didapatkan dari daerah sekitar yang cukup potensial sehingga untuk kebutuhan
bahan baku dan suplai untuk kebutuhan ke depan tidak menjadi masalah. dari
aspek pemasaran dan pendistribusian PT. X bekerja sama dengan perusahaan
cargo yaitu PT. Handal logistik Nusantara untuk pendistribusian barang jadi.
Dari segi lokasi, lokasi yang ada saat ini adalah lokasi kawasan industri.
Yang tentunya sudah dirancang oleh pemerintah daerah setempat sebagai pusat
industri. Sampai saat ini lokasi ini sangat cocok karena fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah dijamin ketersediaannya serta lokasi yang bebas macet dan jauh
dari penduduk sehingga tidak menimbulkan dampak langsung ke masyarakat.
1
II. LATAR BELAKANG PERUSAHAAN
Uang dan modal ternyata bukanlah satu-satunya kunci sukses untuk
melakukan kegiatan usaha. Kreativitas, kemampuan menangkap peluang usaha,
dan keuletan adalah kunci yang lebih utama. Sebab kreativitas mampu melahirkan
berbagai alternatif yang tidak terpikirkan oleh mereka yang tidak kreatif.
Kemampuan menangkap peluang usaha dapat menghasilkan uang dan tawaran
modal dari pihak lain. Keduanya menjadi lengkap apabila disertai dengan
keuletan. Mereka yang ulet biasanya akan tampil sebagai pemenang. Seorang
wirausaha yang ulet dan pantang mundur, walaupun hanya memiliki kecakapan
dan dana yang relatif terbatas akan dapat mengalahkan orang lain yang memiliki
dana dan kecakapan yang lebih baik, tapi tidak ulet. Banyak contoh membuktikan
bahwa hanya pengusaha yang uletlah yang dapat bertahan dalam menghadapi
tantangan. Untuk memulai kegiatan usaha, seseorang perlu melakukan
perencanaan danperhitungan dengan melakukan evaluasi terhadap kelayakan
usaha. Kelayakan usaha mencakup perkiraan laba rugi perusahaan, perkiraan arus
kas dan analisanya yang dibuat sebagai alat untuk memutuskan apakah suatu
rencana usaha atau investasi usaha akan dilanjutkan atau dihentikan. Menghitung
kelayakan usaha juga penting sebagai pertimbangan pihakpenyandang dana atau
Bank untuk menilai layak tidaknya diberikan pinjaman dana atas usaha yang akan
didirikan. Materi dari suatu kelayakan usaha pada prinsipnya memuat empat
aspek, yaitu aspek pemasaran, aspek teknis, aspek yuridis, dan aspek keuangan.
1. Sejarah Perusahaan
PT. X merupakan salah satu afiliasi dari Philip Morris International. PT. X
memulai bisnis di Indonesia pada bulan April 1984, pada saat memulai bisnis di
Indonesia PT X memproduksi dan mendistribusikan produk dengan menggunakan
Third Party yang memakai lisensi. PT X. Sampai pada akhirnya pada tahun 2006
memulai kegiatan manufaktur sendiri di Bekasi, Jawa Barat pada Mei 2006.
Saat ini, PT X - Bekasi Manufaktur Center memproduksi rokok,. Pada bulan Mei
2005, PT X, berhasil memperoleh mayoritas PT HM Sampoerna Tbk. saham.
Sampai saat ini, PT X memiliki 98,18% dari PT HM Sampoerna Tbk. saham.
2
Setelah mengkauisisi Sampoerna, PT. X menjadi leader dalam market share rokok
di Indonesia, menguasai 29,9% market di Indonesia mengungguli perusahaan
besar lainnya seperti PT.Gudang Garam, tbk dan PT.Djarum Tbk. Untuk produk
Marlboro sendiri yang diproduksi di Indonesia, mampu menguasai 5.2% market
share Indonesia, dan untuk penjualan rokok dengan kategori khususnya rokok
putih produk Marlboro menguasai kurang lebih 90% market disusul dengan
British Asian tobacco di posisi kedua dengan 7% market.
PT X Internasional adalah perusahaan induk PT. HM Sampoerna yang berkantor
pusat di Lausanne Swiss, dan merupakan perusahaan rokok terbesar di dunia:
1. PT. X Internasional memproduksi sejumlah merek rokok terlaris
di dunia, termasuk merek rokok nomor satu di dunia.
2. Merek-merek PT. X diproduksi di 51 pabrik di dunia
dan dijual di lebih dari 160 negara.
3. Sejak berdiri pada abad ke-19, PT. X Internasional telah tumbuh menjadi
organisasi yang mendunia; kini memiliki 75 ribu karyawan. Antara tahun 1970
dan 2007, PT. X Internasional mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Volume
meningkat dari 87 juta batang menjadi 850 miliar batang. Pertumbuhan volume
ini disertai dengan peningkatan pendapatan yang mengagumkan, yaitu dari $425
juta menjadi lebih dari $55 miliar dalam periode yang sama. Pada tahun 2007, PT.
X Internasional meraih laba usaha sebesar $8,9 miliar, atau meningkat lebih dari
seratus kali lipat dibandingkan tahun 1970. Melalui penilaian kinerja keuangan,
perusahaan dapat memilih strategi dan struktur keuangannya, menentukan phase
out terhadap unit-unit bisnis. yang tidak produktif, menentukan balas jasa internal
dan menentukan harga saham secara wajar, sehingga perusahaan memiliki kinerja
yang baik.
3
III. ANALISA PASAR DAN KONSEP PEMASARAN
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga pengguna rokok, dengan
jumlah perokok sekitar 250 juta jiwa. Sebagai salah satu sumber penerimaan
negara, cukai mempunyai konstribusi yang sangat penting dalam APBN
khususnya dalam kelompok Penerimaan Dalam Negeri. Penerimaan cukai
dipungut dari 3 (tiga) jenis barang yaitu; etil alkohol, minuman mengandung etil
alkohol dan hasil tembakau terhadap penerimaan negara yang tercermin pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun anggaran 1990/1991, penerimaan cukai hanya sebesar Rp. 1,8
triliun atau memberikan kontribusi sekitar 4 persen dari penerimaan dalam negeri,
pada tahun anggaran 1999/2000 jumlah tersebut telah meningkat menjadi Rp. 10,4
triliun atau menyumbang sebesar 7,3 persen dari penerimaan dalam negeri. Pada
tahun anggaran 2003, penerimaan cukai ditetapkan sebesar Rp. 27,9 triliun atau
sebesar 8,3 persen dari penerimaan dalam negeri.
Hal ini berarti kontribusi penerimaan cukai terhadap penerimaan dalam
negeri selama kurun waktu 1 dasawarsa, telah meningkat sekitar 100 persen. Dari
penerimaan cukai tersebut, 95 persen berasal dari cukai hasil tembakau yang
diperoleh dari jenis hasil tembakau (JHT) berupa rokok sigaret kretek mesin,
rokok sigaret tangan dan rokok sigaret putih mesin, yang dihasilkan oleh industri
rokok.
A. Pemasaran
Peranan industri rokok dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat
semakin besar, selain sebagai motor penggerak ekonomi juga menyerap banyak
tenaga kerja. Industri rokok mengalami pertumbuhan yang signifikan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari kurun waktu 2005-
2009, pertumbuhan industri rokok sebesar 17,53% jauh melampaui pertumbuhan
penduduk yang hanya 4,59%
4
1. Deskripsi Produk
Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau
yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya:
Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan
cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat
bantu sederhana.
Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam
mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok
berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu
menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang
5
rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan
mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi
berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin
pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok
dalam pres, satu pres berisi 10 pak.
Rokok Berdasarkan Filter :
Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus.
Rokok yang dihasilkan oleh PT. Philip Morris adalah Rokok Putih yang
menggunakan Filter dan Diproses dengan menggunakan mesin sigaret
kretek.
2. Input Produksi (Bahan Baku)
Rokok dibuat dari ramuan dan perpaduan berbagai jenis tembakau,
cengkeh, saus dan bahan-bahan pembantu pilihan lainnya. Proses pembelian
tembakau menuntut ketelitian yang tinggi dan penghayatan yang mendalam dari
para ahli tembakau (grader), baik tentang aroma, rasa maupun ciri-ciri fisiknya.
Daun tembakau kering, sebelum siap untuk dijadikan bahan baku rokok,
memerlukan proses pengolahan yang panjang dan rumit, yaitu dimulai dari
pemisahan gagang-gagang, pembersihan benda-benda asing, perajangan, untuk
menjaga aspek hygienisnya hingga akhirnya dikemas dalam kemasan khusus
untuk disimpan dalam gudang dengan suhu dan kelembaban tertentu.
Cengkeh yang mempunyai nama latin "Eugenia Caryophyllus" (Eugenia
aromatica O.K.) sebagai bahan utama bagi rokok kretek seperti halnya tembakau,
6
juga memerlukan teknik pemilihan, pemrosesan dan penyimpanan yang rumit.
Sejak tahap pembelian masalah pengendalian mutu sudah merupakan bagian yang
penting. Cengkeh dengan kualitas tinggi yang dibeli akan mengalami proses
pembersihan, perajangan dan pengeringan terlebih dahulu sebelum disimpan
dalam silo-silo stainless demi menjaga aspek hygienisnya. Bahan pembantu yang
digunakan filter dan kertas sigaret (ambri).
3. Proses Pembuatan Rokok
Dalam garis besarnya, proses produksi rokok dibagi dalam 3 (tiga) tahap
kegiatan utama, yaitu :
1. Pra-produksi
Setelah melalui proses seleksi yang ketat pada saat pembelian, Bahan baku
utama yang telah diproses kemudian dicampur dengan saus hingga siap dibuat
menjadi rokok.
2. Produksi
Rokok yang dihasilkan ada tiga jenis utama, yaitu klobot dan Sigaret Kretek
Tangan (SKT) sebagai hasil kreasi pekerja yang trampil dengan menggunakan
alat giling dari kayu serta Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang diproses dengan
mesin-mesin otomatis berkecepatan tinggi.
3. Pengepakan
Batangan-batangan rokok yang telah jadi, membutuhkan beberapa lapis
kemasan dengan berbagai ukuran sesuai jenis produk, isi serta keperluan
distribusinya. Fungsi pengemasan di sini selain berguna untuk
mempertahankan mutu rokok, juga untuk memberikan citra terhadap produk.
Proses pengepakan rokok menjalani beberapa tahap pengemasan secara
berlapis. Kemasan lapisan pertama adalah kertas kaca untuk jenis rokok SKT
dan kertas yang berlapis alluminium foil untuk jenis rokok SKM. Lapisan
kedua adalah pembungkus (etiket) yang telah mengalami proses cetak terlebih
dahulu. Pengemasan ketiga dalam bentuk press atau slof, kemasan keempat
dalam bentuk bal (corrugated).
7
B. Perkembangan Pasar
Perkembangan pasar rokok di Indonesia mulai kurun waktu tahun 1981
sampai tahun 2002, secara rata-rata berdasarkan jenis hasil tembakau (JHT) paling
tinggi adalah Sigaret Kretek Mesin (SKM), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
11,08 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah Sigaret Putih Mesin
(SPM), dengan pertumbuhan 6,70 persen, diikuti oleh Sigaret Kretek Tangan
(SKT) sebesar 4,19 persen, dan rokok Klobot (KLB) sebesar 3,04 persen.
Tabel 3.1 Pertumbuhan Pasar
8
Gambar 3.1. Grafik Perkembangan Produksi RokokDilihat dari pangsa pasar rokok berdasarkan JHT, Sigaret Kretek Mesin
(SKM) menduduki peringkat tertinggi. Selama kurun waktu tersebut, SKM
mampu meraih pangsa rata-rata sebesar 44,83 persen, diikuti oleh Sigaret Kretek
Tangan (SKT) sebesar 33,85 persen, serta Sigaret Putih Mesin (SPM) sebesar
20,62 persen. Rokok Klobot (KLB) dan Klembak (KLM) hanya mempunyai
pangsa sebesar 0,70 persen.
Tabel 3.2 Rata-rata pertumbuhan dan pangsa JHT
Dilihat dari total produksi secara keseluruhan JHT, produksi rokok
mencapai puncaknya pada tahun 1998 dengan total produksi sebanyak 269,85
miliar batang dengan nilai sebesar Rp. 22, 09 Triliun. Setelah tahun tersebut, total
kemudian mengalami penurunan, tahun 1999 sebesar 254,17 miliar batang dengan
nilai sebesar Rp. 30,32 Triliun. Walaupun secara produksi sampai tahun 2001
terus mengalami penurunan, tetapi secara nilai pada tahun 2001 masih
menunjukkan peningkatan dengan nilai sebesar Rp. 54,79 Triliun. Berdasarkan
9
estimasi BPS, produksi rokok tahun 2002 sebesar 207,6 miliar batang, dengan
nilai produksi sebesar Rp. 51,90 Triliun.
Grafik 3.2. Perkembangan Produksi dan Nilai Rokok
Tabel 3.3. Total Produksi dan Nilai Industri Rokok
Produksi rokok kretek di Indonesia tidak hanya menjadi konsumsi
masyarakat Indonesia saja, tetapi sudah diekspor ke mancanegara. Ekspor rokok
10
khususnya rokok kretek Indonesia sudah mencapai berbagai negara tujuan.
Negara yang paling besar menjadi tujuan ekspor rokok kretek Indonesia adalah
Malaysia dengan volume 5.041.217 kg dengan nilai US$ 61.184.464. dan
beberapa negara di kawasan Asia, di antaranya adalah Thailand, Kamboja dan
Jordan.
Tabel 3.4. Perkembangan Ekspor Rokok di Indonesia
Grafik 3.3 Perkembangan Ekspor Rokok di Indonesia
C. Strategi Permasaran
Membangun ekuitas merek yang kuat adalah isu utama bagi pihak top
manajemen karena hal tersebut ikut menentukan nilai dari sebuah perusahaan.
Salah satu contoh efek dari ekuitas merek yang kuat adalah meningkatnya nilai
harga saham di pasar uang. Transaksi penjualan saham PT Handjaja Mandala
Sampoerna Tbk senilai Rp 18,58 triliun oleh PT. X Tbk merupakan salah satu
contoh nyata. (KOMPAS, 19 Maret 2005)
Menurut Angky Camaro, CEO Bisnis Lokal PT. X menyatakan bahwa
yang sebenarnya dibeli oleh PT. X adalah kultur yang termasuk bagian dari
ekuitas merek Sampoerna sebesar US$ 4 Milliar sedangkan nilai buku aset
11
Sampoerna seperti mesin, gedung, dan sebagainya hanya dihargai sekitar US$ 1
Miliar. (SWAsembada, Juli 2005)
Jika suatu produk telah memiliki ekuitas merek yang kuat, maka dengan
mudahnya mereka dapat mengembangkan mereknya melalui berbagai macam
strategi seperti co-branding, brand extention, line extension serta beberapa strategi
pengembangan merek lainnya. Perluasan merek atau brand extension dewasa ini
lazim digunakan oleh perusahaan – perusahaan di Indonesia sejak adanya krisis
ekonomi dan moneter pada tahun 1997.
Menurut Yadi Budhisetiawan, Managing Director Force One ”Selling &
Distribution Consultant menyatakan bahwa untuk membangun brand awareness
produk baru dibutuhkan biaya iklan rata - rata Rp 2 – 3 Miliar, sedangkan setelah
biaya iklan yang dibutuhkan meningkat menjadi rata – rata Rp 6 – 8 Miliar.
Kondisi ini tentunya membuat perusahaan berpikir dua kali dalam meluncurkan
produk baru dengan menggunakan merek yang benar – benar baru. Sehingga
strategi perluasan merek merupakan salah satu alternatif di dalam mensiasati
kondisi tersebut.
D. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran sangat erat kaitannya dengan manajemen pemasaran.
Manajemem pemasaran mempunyai tugas mempengaruhi tingkat, waktu, dan
komposisi permintaan dengan cara membantu organisasi mencapai tujuannya.
Manajemen Pemasaran pada dasarnya adalah manajemen pemenuhan permintaan.
manajemen Pemasaran mengelola permintaan dengan melakukan riset pemasaran,
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Dalam perencanaan pemasaran,
pemasar harus membuat keputusan pada target pasar, posisi pasar, pengembangan
produk, harga, saluran distribusi, distribusi fisik, komunikasi, dan promosi.
Pemasaran bekerja di pasar konsumen secara formal dilakukan oleh manajer
penjualan, tenaga penjualan, periklanan dan promosi mengelola, peneliti
pemasaran, manajer layanan pelanggan, manajer produk dan merek, pengelola
pasar dan industri, dan wakil presiden pemasaran. Konsep pemasaran menyatakan
bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi menjadi lebih efektif daripada
12
pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran adalah menentukan dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan target pasar.
Konsep Pemasaran yang dimiliki PT. X bersandar pada empat pilar yakni :
Target Pasar, Costomer needs, Integrated marketing dan profitabilitas. Pada
Target pasar PT. X menargetkan pasar pada seluruh wilayah indonesia yang
tentunya target pasar tersebut ditujukan pada orang – orang yang sudah cukup
umur atau kategori dewasa. Untuk Customer needs, kebutuhan masyarakat
indonesia akan kebutuhan rokok cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel
diatas. Ketika semua departemen perusahaan bekerja sama untuk melayani
kepentingan pelanggan, hasilnya adalah pemasaran terpadu (Integrated
Marketing). Pemasaran terpadu mengambil dua aspek. Pertama, berbagai tenaga
dan fungsi pemasaran, penjualan, iklan, manajemen produk, riset pemasaran, dan
sebagainya harus bekerja sama. Kedua harus terkoordinasi pada departemen yang
lain. Untuk mendorong kerja sama antara semua departemen, perusahaan
melakukan pemasaran internal maupun pemasaran eksternal pemasaran.
Pemasaran eksternal adalah pemasaran diarahkan pada orang-orang luar
perusahaan. pemasaran internal adalah bertugas mempekerjakan, pelatihan, dan
memotivasi karyawan yang ingin melayani pelanggan dengan baik. Bahkan
pemasaran internal harus mendahului pemasaran eksternal. Tidak masuk akal
untuk menjanjikan pelayanan prima sebelum staf perusahaan siap untuk
memberikan pelayanan prima. Yang terakhir adalah profitability, Tujuan akhir
dari konsep pemasaran adalah membantu organisasi mencapai tujuan mereka,
tujuan utama PT. X adalah keuntungan. Manajer Pemasaran harus memberikan
nilai kepada pelanggan dan keuntungan bagi organisasi. Manajer pemasaran
beserta jajaran petinggi harus mengevaluasi profitabilitas semua strategi
pemasaran dan memilih keputusan alternatif yang paling menguntungkan untuk
kelangsungan hidup jangka panjang dan pertumbuhan perusahaan.
1. Strategi
1.1 Segmentasi
PT.X membagi masyarakat kedalam segmen masyarakat terdidik yang
mengerti benar akan bahaya merokok tetapi tetap memilih untuk merokok. Pada
segmen masyarakat terdidik, terdapat konsumen yang sangat potensial bagi
13
produsen rokok, yaitu kalangan anak muda terdidik yang mengetahui dampak
rokok, tetapi mengambil resiko untuk merokok. Nantinya dapat menjadi
konsumen jangka panjang bagi perusahaan, karena rokok dapat menimbulkan
keterikatan. Apabila konsumen anak muda terikat, maka perusahaan akan
memiliki potensi konsumen yang akan loyal dalam jangka panjang.
1.2 Targeting
PT.X sendiri menetapkan target konsumennya pada perokok muda dewasa dengan
rentang usia 18-50 tahun. Pria dewasa.
1.3 Positioning
Tema merupakan introduction theme, karena saat itu rokok putih
merupakan kategori produk yang baru bagi pasar Indonesia. Dengan iklan televisi
(TVC) yang begitu unik yaitu animasi icon-icon yang bercita rasa country dan
enteng. Jelas bahwa pesan positioning yang ingin disampaikan adalah bahwa
PT.X memiliki kandungan tar dan nikotin yang paling rendah serta eksklusif
dibanding brand lain. Rupanya konsumen rokok Indonesia mulai sedikit demi
sedikit teredukasi dengan tema ini. Hal ini terbukti dengan penetrasi produk ini
yang mulai berjalan. Lalu positioning ” ini berusaha diperkuat lagi dengan
promosi lainnya. PT.X sebagai sebuah brand mulai memainkan teknik yang saya
sebut sebagai parallel positioning. Seluruh eksekusi dari TVC maupun print ad
begitu jauhnya, bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan atribut produk
PT.X sendiri. Masih banyak lagi berbagai eksekusi iklan bertema ini yang
membuat audiens iklan, baik mereka yang paham marketing dan advertising
maupun konsumen awan, bertanya-tanya dan membuat penasaran hingga ingin
mencoba bahkan beralih ke produk ini.
Seiring dengan mulai membesarnya segmen pasar perokok yang dibuka
jalannya oleh PT.X, PT.X sempat berusaha keluar sebentar dari parallel
positioning dan kembali ke tema ”konvensional”, dalam arti tema yang lebih
mudah dicerna oleh audiens iklan. Iklan ini ingin mengatakan bahwa PT.X tidak
bisa dibantah adalah rokok PT.X yang pertama, sekaligus dengan market share
dan mind share terbesar. Eksekusinya antara lain adalah animasi 3 dimensi. Yang
mengingatkan kita bahwa iklan ini tetap iklan komersial adalah adanya logo PT.X
14
dan peringatan pemerintah akan bahaya merokok yang selalu muncul di akhir
iklan.
Beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dari evolusi positioning
PT.X adalah bahwa sebuah brand selalu memerlukan cara baru untuk
berkomunikasi, karena pasar adalah sebuah kelompok manusia yang dinamis.
Brand juga hidup dalam persaingan di mana untuk membedakan diri dengan
pesaing memerlukan kreativitas tinggi, sehingga brand performance yang diukur
dari pertumbuhan penjualan dapat terus terjaga. Jelas bahwa kekuatan finansial
untuk membentuk sebuah brand adalah baru setengah dari cerita, karena bukan
frekuensi iklan saja yang penting, akan tetapi tema iklan juga sangat penting,
kalau tidak bisa dibilang lebih menentukan.
2 Tactic
2.1 Differentiation
PT.X merupakan hasil sebuah keseimbangan perpaduan antara tembakau
amerika dan bahan berkualitas lainnya. Rasa dan aroma produk ini adalah hasil
dari persembahan tersendiri dari tembakau alam terbaik. Selain itu diferensiasi
yang terdapat pada PT.X juga terletak pada image yang tergambarkan pada
produk PT.X itu sendiri, yaitu menggambarkan pribadi yang berjiwa muda,
menyukai music, entertainment dan sport.
2.2 Marketing Mix (4P)
2.2.1 Product
PT.X adalah rokok yang rendah kadartar dannikotin nya. Secara resmi,
produk PT.X mempunyai kandungan 14 mg tar dan 1.0 mg nikotin per pak-nya.
PT.X juga merupakan rokok pertama yang mendobrak pasar Indonesia dengan
penampilannya yang unik, yakni dengan ukuran keliling lingkaran rokok 22 mm
dan panjang rokok 90 mm. Produk ini sangat sukses di pasaran karena dapat
memenuhi keinginan perokok yang ingin menerapkan pola hidup sehat.
Produk PT.X sendiri terdapat dua jenis yang sama-sama memiliki kadar
rendah nikotin dan tar. Dua jenis tersebut dapat dibedakan dari kemasannya. Yang
pertama yaitu PT.X dengan kemasan warna hijau yang membawa pada kesan
alami dari rasa menthol- nya dan kedua yaitu kemasan merah dengan rasa
premium
15
2.2.2 Price
Dari konteks harga, PT.X terbilang menengah, dengan membandrol harga
bagi konsumen akhir sebesar Rp. 8.500,- untuk setiap packnya. Harga tersebut
bila dilihat dari pendapatan masyarakat Indonesia pada umumnya jumlah tersebut
pastinya bukan jumlah uang yang kecil untuk hanya dapat menikmati rokok, akan
tetapi PT.X memang diperuntukkan bagi masyarakat golongan menengah keatas
yang lebih mempertimbangkan nilai prestisiusnya. Selain dengan menawarkan
keistimewaan dari produk, PT.X menawarkan isi yang lebih banyak dari produk
rokok lainnya dalam tiap packnya.
2.2.3 Promotion
Beberapa bentuk promosi utama yang dilakukan oleh PT.X untuk
konsumen akhir adalah event atau sponsorship. Beberapa bentuk event atau
sponsorship yang dilakukan oleh PT.X memang diakui sebagai bentuk promosi
yang menarik banyak perhatian misalnya saja kampanye iklan yang berkali-kali
meraih penghargaan bergengsi pada skala nasional sebagai iklan terbaik dan event
atau sponsorship besar beskala nasional dengan kemasan yang unik dan menarik.
2.2.4 Place
Strategi distribusi yang digunakan oleh dalam mendistribusikan rokoknya
menggunakan distributor tunggal,. Sedangkan dalam tingkatan saluran distribusi,
menggunakan saluran distribusi tiga tingkat, dimana distributor tunggalnya
menyalurkannya ke dua perantara lain, yaitu agen dan pengecer yang
didistribusikan ke semua wilayah di Indonesia, bahkan sampai ke daerah-daerah
maupun pedesaan.
2.3 Selling
Strategi Penjualan / Selling yang digunakan oleh PT.X dalam menjual
produk PT.X melalui 2 cara, yaitu melalui Wholesaler, dan Retail.Wholesaler
adalah agen penjual yang membeli rokok dari PT.X dalam jumlah yang besar,
sedang kan Retail adalah penjual rokok yang membeli rokok dari Wholesaler.
3. Value
3.1 Brand
16
PT.X meluncurkan suatu produk dalam mengembangkan jajaran merek
rokok dengan yang ditandai dengan peluncuran sebagai rokok yang berkadar tar
dan nicotine rendah (LTLN).
III.3.2 Service
Salah satu nilai dari value yaitu service yang dilakukan adalah direct
selling yang dilakukan di café-café terkemuka di Jakarta. Bentuk direct selling
yang dilakukan oleh pemasar ditujukan untuk memberikan service excellent bagi
perokok produk PT.X ataupun bukan perokok produk PT.X agar beralih ke
produk PT.X.
III.5 Market Share
Di bisnis rokok Indonesia, PT.X merupakan pionir rokok rendah tar dan
nikotin di Indonesia yang menjadi pemimpin pasar (market leader) rokok jenism
ild dengan penguasaan pasar lebih dari 70% pada produk sejenis yang dikeluarkan
perusahaan lain. Dalam kontek pemasaran PT.X telah meraih equitas merek dalam
pandangan masyarakat kita. PT.X meraih equitas merek tersebut karena
keberhasilannya dalam memadukan konten, konteks dan infrastruktur yang
dimiliki, mendapatkan mind share, heart share dan market share pada masyarakat.
Ketiga hal yang didapatkan tersebut pada akhirnya membawa PT.X mencapai
pada equitas merek. Dalam pencapaian tersebut PT.X juga tidak terlepas dari
saluran komunikasi yang selalu tampil nyleneh namun terbukti sangat efektif,
kekreatifan dan keinovatifan yang selalu dihadirkan menjadi ciri khas tersendiri,
baik dari iklan yang ditampilkan di media
E. Biaya Pemasaran dan Pendapatan.
Menurut Yadi Budhisetiawan, Managing Director Force One ”Selling &
Distribution Consultant menyatakan bahwa untuk membangun brand awareness
produk baru sebelum krisis moneter dibutuhkan biaya iklan rata - rata Rp 2 – 3
Miliar, sedangkan setelah krisis biaya iklan yang dibutuhkan meningkat menjadi
rata – rata Rp 6 – 8 Miliar.
Kondisi ini tentunya membuat perusahaan berpikir dua kali dalam meluncurkan
produk baru dengan menggunakan merek yang benar – benar baru. Sehingga
17
strategi perluasan merek merupakan salah satu alternatif di dalam mensiasati
kondisi tersebut.
Tabel 3.5. Jumlah Rokok Yang Terjual
Tahun Penjualan2004 2.076.081.6472005 2.901.180.9412006 3.475.892.1182007 3.504.438.2352008 4.080.052.3532009 1.071.469.1762010 1.221.298.706
Tabel 3.6. Forecast Demand Rokok 5 Tahun Kedepan
Tahun Penjualan2011 1.438.823.5292012 1.273.183.5292013 1.479.650.7062014 1.585.269.1762015 1.941.106.435
Tabel 3.7. Proyeksi Biaya Pemasaran 5 Tahun Kedepan
Tahun Penjualan2011 872.954.000.0002012 945.791.000.0002013 1.237.152.000.0002014 1.544.338.000.0002015 1.465.045.000.000
Tabel Proyeksi Pendapatan Laba Bersih 5 Tahun Ke Depan
Tahun Laba Bersih2011 2.636.460.400.0002012 2.308.620.000.0002013 2.883.789.000.0002014 2.469.571.000.0002015 1.784.906.700.000
18
2011 2012 2013 2014 20150
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2,000,000,000,000
2,500,000,000,000
3,000,000,000,000
3,500,000,000,000
Proyeksi Laba bersih Dan Biaya Pemasaran
Biaya PemasaranLaba Bersih
Gambar 3.4. Grafik Proyeksi Laba Bersih dan Biaya Pemasaran
19
IV. ASPEK BAHAN BAKU DAN SUPLAI
I. Gambaran Umum Proses Procurement Di PT. Philip Morris
1. Bagian Pengadaan Barang menerima laporan stok barang dari bagian Gudang.
Jika stok barang yang ada di gudang sudah mendekati stok aman, maka
bagian Pengadaan Barang akan membuat permintaan pembelian sebanyak 2
rangkap. Rangkap 1 diarsipkan dan rangkap 2 diserahkan ke bagian
Pembelian.
2. Setelah menerima permintaan pembelian dari bagian Pengadaan Barang,
bagian Pembelian kemudian membuat order pembelian sebanyak 3 rangkap.
Rangkap 1 diserahkan ke Suplier, rangkap 2 diserahkan ke bagian keuangan
dan rangkap 3 diarsipkan.
3. Bagian Gudang kemudian akan memeriksa barang dan surat jalan beli yang
diterima dari Suplier. Jika barang tersebut ada cacat maka bagian Gudang
akan membuat nota retur beli sebanyak 2 rangkap. Rangkap 1 diserahkan ke
Suplier sedangkan rangkap 2 diarsipkan. Tetapi jika barang tersebut tidak ada
cacat, maka bagian Gudang akan membuat laporan penerimaan barang
sebanyak 2 rangkap, rangkap 1 diserahkan ke bagian Pembelian dan rangkap
ke 2 diarsipkan. Kemudian bagian pembelian akan mendapat faktur beli dari
Suplier.
4. Berdasarkan order pembelian yang diterima dari bagian Pembelian, bagian
Keuangan akan mencetak kontra Bon sebanyak 3 rangkap. Rangkap 2
diserahkan kepada Suplier rangkap 3 diarsipkan dan rangkap 1 digunakan
untuk melakukan pembayaran. Setelah bagian Keuangan melakukan
pembayaran, maka akan dihasilkan kwitansi sebanyak 2 rangkap. Rangkap 1
diserahkan kepada Suplier dan rangkap 2 diarsipkan.
5. Faktur beli dari Suplier dan laporan penerimaan barang kemudian akan
menjadi dasar dalam pembuatan laporan pembelian. Bagian Pembelian akan
membuat laporan pembelian sebanyak 2 rangkap, rangkap 1 diserahkan
kepada General Manager dan rangkap 2 diarsipkan.
20
A. Klasifikasi Bahan Baku dan Suplai
Bahan baku rokok dari perusahaan PT. X Adalah Tembakau, Tembakau
didatangkan langsung dari petani di kawasan, Jawa Barat, jawa tengah, Jawa
Timur, Madura dan dikirim langsung menggunakan truk yang datang setiap hari
setelah melalui beberapa proses dari petani. Untuk mencapai tujuan ini, kami
merancang program yang dikembangkan oleh Perusahaan Induk kami,
PT. X International, yang dinamakan ”Good Agricultural Practices” atau
Program Kemitraan Pertanian Tembakau. Dengan berkoordinasi dengan
pemasok tembakau kami, program tersebut bertujuan untuk membantu
para petani mengembangkan usaha pertanian tembakau berkualitas yang
berkesinambungan. Hasilnya, para pemasok dan petani yang menjadi
mitra telah senantiasa sanggup memasok tembakau yang berkualitas bagi
fasilitas produksi kami. Hingga kini, program tersebut telah menjangkau
lebih dari lima ribu petani tembakau di Nusa Tenggara Barat, Jawa
Timur, DI Jogjakarta dan Jawa Tengah. Karena bahan baku tersebut dipasok
setiap hari maka produksi rokok tetap terjamin prosesnya. Untuk bahan baku di
luar tembakau atau bahan baku pendukung seperti kemasan, saus, kertas pavir dan
lain – lain. Sebagian besar dipasok oleh agen yang diangkut menggunakan mobil
box yang berada di sekitar pabrik. Sehingga keseluruhan bahan baku utama dan
pendukungnya.
a. Tembakau
b. Kertas pembungkus rokok
c. Kertas pembungkus filter
d. Filter
e. Alumunium Foil
f. Plastik pembungkus
g. Kardus
PT. X membeli bahan baku Kardus dari suplier – suplier yang berada di
sekitar kawasan jababeka dan cibitung maupuan daerah kawasan industri pulo
gadung.
21
Tabel Harga Bahan Baku
a. Jumlah kardus yang dibutuhkan 1273183529 Unit – 1941106435 Unit
produksi per tahun
b. Harga Kardus per lipat (10 kardus) Rp. 300 (termasuk biaya transport)
c. Pasokan dilakukan 1 hari sekali dengan disertai label yang telah
ditentukan oleh perusahaan
d. Pembayaran dilakukan 1 bulan sekali pada akhir bulan
e. Apabila terjadi kerusakan resiko ditanggung oleh pemasok
B. Spesifikasi Bahan Baku1. Tembakau
- Kelembapan Air Tidak Lebih dari 5% Dari Penjemuran
- Berbau Khas Agak Menyengat
- Daunnya Berwarna Coklat
- Bebas Dari Jamur
2. Kertas pembungkus rokok
- Dengan Ukuran Pemakaian 120 mm x 20 mm Per Batang
Rokok
- Memiliki Ketebalan 2 mm
3. Kertas pembungkus filter
- Ukuran Dengan Ukuran Panjang 30 mm ( Per Batang Rokok )
Rokok secara teroritik medis memang berbahaya tapi beberapa
kasus menunjukan beberapa individu tetap sehat dan berumur panjang. Dari
pernyataan di atas ada maksud bahwa usaha tani tembakau dan industri
rokok tembakau masih cukup relevan sebagai sumber penghasilan
masyarakat, cukai dan menunjang aspek sosial lain yang menguntungkan.
Dengan catatan tembakau yang dikembangkan jenis tembakau yang memiliki
kadar nikotin yang sangat rendah.
2. Aspek Pengolahan Limbah
Secara Operasional, Limbah yang dihasikan PT. X tidak
mengganggu lingkungan yang berada di sekitar. Karena limbah yang
dihasilkan dari awal proses pembuatan rokok bersifat alam dan sangat ramah
lingkungan. Dan proses limbah operasional rokok ini, ternyata juga dapat
dijual kepada vendor lain. Sehingga pengolahan limbahnya tidak memakan
proses yang rumit. Proses pengolahan limbahnya hanya ditumpuk di dalam
gudang khusus penimbunan barang sisa kemudian dijual kepada vendor lain.
Sehingga limbah yang dihasilkan tentunya juga menambah aspek ekonomis
D. Aspek Sosial Ekonomi
1. Bentuk Badan UsahaDalam kepemilikan perusahaan terdapat beberapa bentuk badan hukum
yang dapat dipilih oleh si pendiri perusahaan. Pemilihan bentuk perusahaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran besar kecilnya
perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba yang diinginkan oleh
pemiliknya, resiko yang dapat ditangung oleh para pemilik dan pembagian
pengawasan dan aturan penguasaan perusahaan.
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka bentuk perusahaan yang
sesuai untuk X ini adalah Perseroan Terbatas. Pemilihan ini dilakukan dengan
alasan modal investasi yang dibutuhkan relatif cukup besar dan jenis industri
yang didirikan termasuk industri yang mempunyai resiko cukup tinggi
sehingga tidak mungkin untuk ditanggung beberapa orang saja.
28
Disamping itu, keuntungan dari bentuk perusahaan seperti itu antara
lain adalah jumlah modal yang dapat dikumpulkan jauh lebih besar
dibandingkan perusahaan dalam bentuk Persekutuan Komanditer (CV), serta
resiko yang tidak dibebankan kepada satu orang saja, melainkan kepada
seluruh orang yang mempunyai saham dalam perusahaan. Dengan demikian,
perusahaan tidak hanya bergantung kepada satu orang saja, melainkan pada
beberapa orang.
2. PerizinanUntuk mendirikan satu industri, minimal diperlukan izin-izin dan
persyaratan sebagai berikut:
- Persetujuan prinsip mendirikan industri
- Surat Izin Umum Perusahaan (SIUP)
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
- Akta Pendirian Perusahaan
Berdasarkan keputusan Presiden No. 97 Tahun 1993 tentang tata cara
penanaman modal bahwa permohonan penanaman modal baru dalam rangka
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dapat diajukan oleh Perseroan
Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD), Firma
atau Perusahaan Perseorangan. Persetujuan dan Izin Pelaksanaan Penanaman
Modal dan Instansi Tingkat Pusat terdiri dari:
3. Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk
atas pengimpor barang modal. Persetujuan ini dikeluarkan oleh Ketua
BKPM atas nama menteri keuangan.
4. Pesetujuan pemberian fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk
atas pengimpor bahan baku atau badan penolong. Persetujuan ini
dikeluarkan oleh Ketua BKPM atas nama Menteri Keuangan yang
diperlukan oleh proyek penanaman modal yang telah memperoleh
persetujuan pemerintah untuk kebutuhan dua tahun produksi bagi proyek
baru.
5. Persetujuan penangguhan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai dan atau
Pajak Penjualan Barang Mewah.
29
Permohonan penanaman modal baru diajukan secara tertulis ditujukan
kepada Ketua BKPM dengan tembusan Ketua BKPM setempat, yang
dilengkapi dengan:
1. Rekaman akte pendirian perusahaan untuk PT, BUMN/BUMD atau Firma.
2. Surat Kuasa apabila penandatanganan permohonan bukan dilakukan oleh
pemohon sendiri.
3. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Pemohon.
4. Uraian proses produksi yang dilengkapi dengan bagan alir proses, serta
mencantumkan jenis bahan baku/penolong, bagi industri pengolahan.
Selain itu, Keputusan Menteri Negara Pengerak Dana Investasi / Ketua
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 / SK / 1993 tentang tata cara
permohonan penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Bab
IV pasal 11 menyatakan bahwa perusahaan penanaman modal wajib memiliki
Izin Usaha Tetap (IUT) untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi
komersial. Izin Usaha Tetap (IUT) tersebut harus dilengkapi dengan:
- Rekaman Izin Lokasi
- Rekaman Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
- Hak atas tanah
- Laporan kegiatan Penanaman Modal (LKPM)
- Surat pernyataan siap berproduksi komersial
Sedangkan untuk memperoleh ijin lokasi pemohon menyampaikan
permohonan secara tertulis kepada Gubernur Kepala Daerah melalui Kepala
Kanwil BPN dengan dilengkapi:
- Rekomendasi Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah
- Akte Pendirian Perusahaan bagi Perusahaan yang berbadan hukum atau
Surat Izin Usaha bagi Perusahaan Perorangan.
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
- Lay Out Proyek
- Garis besar uraian proyek
- Pernyataan kesanggupan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan
tempat penampungan bagi pemilik tanah.
30
- Surat Persetujuan Penananaman Modal bagi Perusahaan yang
menggunakan fasilitas Penanaman Modal.
- Konfirmasi Pencadangan Tanah dari Gubernur Kepala Daerah, khusus
bagi Perusahaan PMA/PMDN
- Pertimbangan Aspek Penatagunaan Tanah.
- Peta Rencana Tata Ruang (RUTD/RUTR) lokasi yang bersangkutan.
Dewasa ini, pemerintah masih membuka kesempatan lebar-lebar bagi
perusahaan yang bermaksud mendirikan industri yang dapat meningkatkan
pada bahan baku, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
daerah serta menunjang pembangunan pada sektor non migas. Oleh karena itu,
selama persyaratan yang dibutuhkan dapat terpenuhi, maka tidak ada kesulitan
untuk memperoleh perizinan tersebut.
3. PajakSemua Industri yang berorientasi pada profit tidak terlepas dari
kewajiban terhadap pajak yang dibebankan, sesuai dengan Undang-Undang
No.7 tahun 1994 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang
menjadi subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, BUMN dan BUMD, perseroan / perkumpulan lainnya,
Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan/Lembga, dan bentuk usaha tetap.
Pajak keuntungan yang diberlakukan berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan tahun 1994 adalah 10 persen untuk keuntungan sampai Rp. 25
juta, 15 persen untuk keuntungan Rp. 25 juta sampai 50 juta dan 30 persen
untuk keuntungan selebihnya.
1. Undang-undang kawasan tanpa rokok
Pembatasan merokok di tempat-tempat umum mencegah “bukan perokok
dari paparan asap tembakau lingkungan” (perokok pasif). Tempat-tempat
umum tersebut meliputi baik tempat kerja pribadi, bangunan kantor, restoran,
kendaraan umum, lift, fasilitas kesehatan, tempat ibadah dan sarana rekreasi,
tempat perbelanjaan, warung-warung maupun tempat-tempat lainnya dimana
orang berada dalam ruangan.
31
2. Pembatasan promosi industri tembakau untuk anak dan remaja
Makin dini seseorang mulai merokok, makin besar kemungkinannya untuk
mempertahankan kebiasaan tersebut selama hidup. Usia rata-rata mulai
merokok di Indonesia menurun dari 18,8 tahun (1995) menjadi 18,3 tahun
(2001). Industri tembakau memandang remaja sebagai target utama untuk
memperluas pasarnya dan secara aktif mempromosikan penggunaan
tembakau diantara anak-anak dan remaja.
3. Kemasan dan pelabelan
Ruangan yang terbatas untuk penempatan label pada produk tembakau
mengakomodir dua kepentingan yang bersaingan. Dua kepentingan yang
dapat diakomodir dalam ruang untuk pelabelan adalah: a) untuk
mempromosikan merk dan pernyataan pabrik; b) menyediakan ruang bagi
peringatan kesehatan, informasi konsumen, dan pita cukai.
4. Peringatan kesehatan.
Peringatan kesehatan pada bungkus rokok, produk tembakau lain dan iklan
rokok membantu memberikan informasi pada konsumen tentang dampak
negatif penggunaan tembakau pada kesehatan. Efektivitas peringatan
kesehatan tergantung pada ukuran pesan, warna, bentuk huruf dan gambar;
serta apakah pesan tersebut selalu sama atau berubah-ubah.
5. Tuntutan hukum
Litigasi mulai menjadi perhatian para pendukung penanggulangan tembakau
karena besarnya dan berhasilnya tuntutan terhadap industri tembakau di
Amerika Serikat baru-baru ini. Sukses dari perjuangan hukum di Amerika
menunjukkan pentingnya untuk memfokuskan pada perilaku yang salah dari
industri tembakau.
Hubungan antara penyakit dan merokok telah diketahui sejak tahun 1950-an.
Tetapi dari tahun 1954 hingga tahun 1980an, industri tembakau berhasil
memenangkan ratusan kasus hukum. Pertama, industri tembakau menyangkal
bahwa tembakau menyebabkan penyakit dan kematian. Kemudian mereka
juga berargumentasi bahwa, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa rokok
menyebabkan penyakit dan karena itu para perokok tahu resiko kesehatan.
32
4. Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau Di Indonesia
Pemerintah memutuskan kenaikan cukai hasil tembakau sebesar 7%
yang dilaksanakan pada 1 Februari 2009 untuk mengendalikan konsumsi
rokok dan mencapai target penerimaan cukai senilai Rp. 53.30 triliun.
Kenaikan setoran Industri Hasil Tembakau ini harus dibarengi penurunan
konsumsi rokok. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan menekan
pertumbuhan konsumsi rokok di level 5% dengan menaikkan beban cukai
rokok rata-rata sebesar 7% per tahun.
E. Kondisi Infrastruktur
Dengan penjualan rokok yang mencapai 1,4 Milyar batang untuk untuk
tahun 2009. Kesuksesan tersebut tentunya tidak luput dari adanya kecukupan dan
kesiapan fasilitas yang dimiliki oleh PT. X. Berikut adalah beberapa penjelasan
Fasilias yang dimiliki oleh PT. X
Ruangan yang dibutuhkan oleh PT. X terdiri atas ruangan produksi dan
ruangan penunjang produksi dan ruangan non produksi. Ruangan produksi adalah
ruangan tempat dilakukannya proses pengolahan bahan baku menjadi produk
akhir, dan ruangan non produksi adalah ruangan untuk aktifitas yang mendukung
kegiatan produksi.
1. Ruangan Produksi
Ruangan ini Digunakan untuk melakukan proses pembuatan rokok,
Berikut adalah Spesifikasi dari ruangan Produksi yang ada di PT. X
1). PT. X mempunyai Ruang areal produksi seluas 6000m persegi
2). PT. X saat ini mempunyai 6 Mesin Maker dan 6 mesin packer yaitu
Machine Maker di PT. X ada 3 jenis yaitu, 3 buah Protos 100, 2 buah Protos
70 dan 1 buah Protos 80, dan Machine packer di Philip Morris ada 3 jenis
yaitu, 3 buah Focke 550, 2 buah GDX-2 dan 1 buah Focke 350
3). PT. X mempunyai ruang operator. Ruang operator adalah ruang yang
berfungsi untuk.memantau produksi, luas ruang operator ini adalah10 meter
persegi
Areal penumpukan
33
Fasilitas lainnya di ruangan produksi. Selain ruangan produksi utama, fasilitas
lainnya yang digunakan untuk memperlancar arus produksi adalah :
Ban Berjalan
Ban Berjalan di ruangan produksi digunakan untuk pergerakan material
rokok. Dimana prosesnya secara otomatis
Forklift
Forklift yang digunakan di ruangan produksi adalah forklift bertenaga listrik.
Keunggulan forklift bertenaga listrik ini selain hemat bahan bakar, juga tidak
menimbulkan polusi di dalam. Forklift digunakan untuk mengangkut produk
yang sudah jadi ke gudang penumpukan barang jadi.
2. Ruangan Penunjang Produksi
Sebagai penunjang dari kegiatan produksi tentunya kegiatan tersebut tidak
luput dari ruangan oenunjang produksi. Ruangan ini berfungsi untuk melancarkan
ruangan produksi. Ruangan ini terdiri atas gudang bahan baku, gudang produk
jadi, pengawasan mutu, workshop,dan lain – lain.
1). Gudang Bahan Baku
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan bahan Tembakau, kardus dan
bahan – bahan baku lainnya untuk kegiatan produksi selanjutnya, luas ruangan ini
adalah400.meter persegi dan mampu menampung hingga 10 ton tembakau
2). Gudang Produk Jadi
Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk akhir rokok marlboro
untuk selanjutnya akan didistribusikan ke retailer, wholesaler dan gudang
distribusi milik PT. X sendiri. Luas Ruang Gudang Produk jadi saat ini adalah 400
meter persegi dan mampu menampung lebih kurang 5000 pallet rokok Marlboro
3). Gudang Distribusi
PT. X saat ini hanya mempunyai 2 pabrik yang beroperasi Di Bekasi dan
di daerah surabaya tepatnya di Jalan Rungkut Industri raya. Untuk menjaga
pasokan rokok marlboro tetap terjaga khususnya di pulau jawa maka PT. X
membangun 30 Gudang distribusi yang tersebar di beberapa daerah pulau jawa.
Gudang Distribusi ini digunakan untuk menampung produk jadi dari 2 pabrik
tersebut, untuk kemudian disalurkan ke retailer dan wholesaler yang selanjutnya
34
akan didistribusikan ke konsumen langsung. Gudang distribusi ini sangat penting
sekali untuk menunjang proses produksi dan pemasaran.
4). Quality Control
Quality Control bertugas untuk melakukan uji mutu produk, DI PT. X
khususnya departemen Quality Control dibagi menjadi 2 divisi yaitu : Divisi
pengujian bahan baku dan divisi pengujian produk jadi. Divisi pengujian bahan
baku bertugas untuk menguji mutu produk bahan baku yang diperoleh dari
pemasok. Divisi pengujian produk jadi bertugas untuk menguji produk yang
sudah jadi, dengan cara mengambil sample produk jadi. Biasanya sampel yang
diambil berjumlah 10 sloft. Dengan adanya fasilitas quality control, maka produk
yang beredar dipasaran tetap terjaga mutunya.
5). Workshop
Sebagai salah satu fasilitas yang cukup mempunyai andil di bagian
penunjang produksi adalah workshop, ruangan ini digunakan untuk menyimpan
peralatan dan mesin cadangan bila ada, serta tempat untuk memperbaiki peralatan
dan mesin yang tidak dapat diperbaiki di ruangan produksi. Luas ruangan ini
sebesar 50 m2.
3. Ruangan Non Produksi
1). Masjid
Masjid ini digunakan sebagai tempat beribadah umat islam dan juga
sebagai pusat kegiatan kerohanian umat muslim. Di dalam masjid ini juga ada
beberapa fasilitas penunjang seperti toilet yang berjumlah 3 toilet pria dan 3 toilet
wanita, serta mempunyai 12 tempat wudhu untuk pria dan 12 untuk wanita. Luas
masjid ini sekitar 200 meter persegi.
2). Klinik
Klinik ini dugunakan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan bagi karyawan
yang sakit. Ruangan ini diperkirakan seluas 50 m2.
3). Kantin
Kantin ini sebagai tempat makan bagi para karyawan. Luas ruangan ini
diperkirakan seluas 150 m2.
35
4). Pos Satpam
Pos Satpam sebagai pos keamanan penjagaan pabrik, letaknya di dekat
pintu masuk pabrik. Diperkirakan luas pos keamanan seluas 10 m2.
5). Penampungan Limbah
Pembuangan limbah dari hasil produk “coco drink” di tempatkan di
belakang pabrik. Dengan mempunyai luas 5 m2 dan dalamnya kolam 3 m2
6). Bangunan penunjang
Tempat istirahat karyawan pada saat jam istirahat dengan mempunyai luas
12 m2.
7). Kantor
Ruangan ini dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan administratif,
yang meliputi ruang staf, ruang tamu, ruang rapat, mushola, kamar kecil (WC)
serta dapur. Luas ruangan ini diperkirakan sebesar 250 m2.
36
VI. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI
A. Production Programme And Plant Capacity Unit bagian produksi akan memproduksi rokok berdasarkan beberapa parametet. Yaitu parameter kebutuhan pasar, parameter kapasitas mesin dan ketersediaan bahan baku di gudang bahan baku.
Tabel 6.1 Proyeksi Penjualan
Tahun Penjualan2011 1.438.823.5292012 1.273.183.5292013 1.479.650.7062014 1.585.269.1762015 1.941.106.435
Berdsarkan Tabel diatas maka perusahaan akan memproduksi sebanyak 10 % dari ramalan penjualan untuk menjaga ketersediaan di pasar.
Tabel 6.2 Proyeksi Program Produksi Rokok Selama 5 Tahun Ke Depan
Tahun Jumlah Produksi2011 1.582.705.8822012 1.400.501.8822013 1.627.615.7772014 1.743.796.0942015 1.955.217.079
Dalam 1 Hari PT. X Mampu memproduksi kurang lebih 36.000.000
batang rokok. Dalam 1 Hari PT. X Mampu memproduksi kurang lebih 5.400.000
pack rokok. Sehingga dalam 1 tahun PT. X Mampu memproduksi sebanyak
1.971.000.000 Pack Rokok. Sehingga untuk memproduksi kebutuhan rokok
sampai 5 tahun ke depan masih mencukupi.
Tabel 6.3 Kapasitas Produksi
Tahun Kapasitas Produksi2011 1.971.000.0002012 1.971.000.0002013 1.971.000.0002014 1.971.000.0002015 1.971.000.000
37
2011 2012 2013 2014 20150
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
Kapasitas PabrikRencana Produksi
Gambar 6.1 Grafik Proyeksi Kapasitas Pabrik dan Rencana Produksi
Tabel 6.4 kapasitas produksi selama 5 tahun ke depan
Tahun Kapasitas Produksi2011 1.971.000.0002012 3.942.000.0002013 5.913.000.0002014 7.884.000.0002015 9.855.000.000
Tabel 6.5. Rekapitulasi Perencanaan Produksi Selama 5 Tahun Ke Depan
Tahun Rencana Produksi2011 1.582.705.8822012 2.983.207.7642013 4.610.823.5412014 6.354.619.6352015 8.309.836.714
38
2011 2012 2013 2014 20150
2,000,000,000
4,000,000,000
6,000,000,000
8,000,000,000
10,000,000,000
12,000,000,000
Total Kapasitas Produksi 5 Tahun Ke depanTotal Perencanaan Produksi Selama 5 Tahun Ke depan
Gambar. 6.2. Grafik Proyeksi Total Kapasitas Produksi dan Total Perencanaan Produksi
I. Proses Pembuatan Rokok
Dalam garis besarnya, proses produksi rokok dibagi dalam 3 (tiga ) tahap
kegiatan utama, yaitu :
1. Pra-produksi
Tahap ini adalah proses inspeksi bahan baku. Bahan baku yang dikirim
melalui truk kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan bahan baku
untuk selanjutnya di inspeksi. Tujuan dari tahap pra produksi ini adalah untuk
menjamin bahan baku yang akan diproses tetap terjaga mutunya sesuai dengan
spesifikasi perusahaan. Spesifikasi tembakau tersebut antara lain :
a. Tembakau Virginia
b. Filter
c. Ramuan saus ( Tidak dapat disebutkan karena rahasia perusahaan )
Setelah melalui proses seleksi yang ketat pada saat pembelian, Bahan baku
utama yang telah diproses kemudian dicampur dengan saus hingga siap dibuat
menjadi rokok.
2. Produksi
ada tiga jenis utama Rokok, yaitu Filter, filter kretek dan Sigaret Kretek
Tangan (SKT) sebagai hasil kreasi pekerja yang trampil dengan menggunakan
39
alat giling dari kayu serta Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang diproses dengan
mesin-mesin otomatis berkecepatan tinggi. Namun pada perusahaan philip
morris rokok yang dihasilkan hanya 1 jenis yaitu rokok filter. Contoh dari
rokok Jenis Filter adalah Marlboro. Produk Ini berciri khas mempunyai busa,
disisi salah satu ujungnya, dan filternya tidak mempunyai rasa ( tawar ). Serta
rokok ini sangat enteng untuk dihisap serta mempunyai kadar tar dan nikotin
yang rendah..
II.Proses produksi pembuatan rokok Jenis Filter
Pada proses pembuatan rokok, proses ini menggunakan 1 line produksi.
Proses pertama adalah pengeringan tembakau menggunakan semacam oven,
proses ini digunakan untuk mengurangi kadar air yang ada di dalam tembakau,
setelah proses pengeringan ini selesai maka proses selanjutnya adalah proses
pencacahan tembakau, tembakau dicacah menjadi kecil – kecil untuk proses
pencampuran tembakau dengan ramuan – ramuan yang sudah disiapkan
sebelumnya. Proses Pertama adalah, setelah melalui tahap inspeksi kemudian
kertas dipotong sesuai ukuran ( 120 mm ), setelah kertas pavir dipotong sesuai
ukuran, langkah selanjutnya adalah mengisi tembakau dan memadatkan tembakau
di dalam kertas pavir pada kertas pavir kemudian digulung agar tembakau tidak
tercerai berai. Proses selanjutnya adalah menggabungkan dengan filter yang sudah
disiapkan sebelumnya. Pada Proses Produksinya PT. X mempunyai 6 mesin
maker (pembuat rokok) dan 6 mesin packer (pengepakan rokok). Machine Maker
di PT. X ada 3 jenis yaitu, 3 buah Protos 100, 2 buah Protos 70 dan 1 buah Protos
80, yang secara spesifikasinya sebagai berikut:
1. Nama mesin: Protos 100
Asal Mesin: Germany Kapasitas Produksi: 10.000 batang per menit
40
2. Nama: Protos 70
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 7000 batang per menit
3. Nama: Protos 80
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 8000 batang per menit
Dalam 1 Hari PT. X Mampu memproduksi kurang lebih 36.000.000 batang
rokok.
3. Pengepakan
Batangan-batangan rokok yang telah jadi, membutuhkan beberapa lapis
kemasan dengan berbagai ukuran sesuai jenis produk, isi serta keperluan
41
distribusinya. Fungsi pengemasan di sini selain berguna untuk
mempertahankan mutu rokok, juga untuk memberikan citra terhadap produk.
Proses pengepakan rokok menjalani beberapa tahap pengemasan secara
berlapis. Kemasan lapisan pertama adalah kertas yang berlapis alluminium
foil. Lapisan kedua adalah pembungkus (etiket) yang telah mengalami proses
cetak terlebih dahulu. Pengemasan ketiga dalam bentuk press atau slof,
kemasan keempat dalam bentuk bal (corrugated).
Machine Packer di PT. X ada 3 jenis yaitu, 3 buah Focke 550, 2 buah GDX-2 dan
1 buah Focke 350, yang secara spesifikasinya sebagai berikut:
1. Nama: Focke 550
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 500 pack per menit
2. Nama: GDX-2
Asal Mesin: Italy
Kapasitas Produksi: 350 pack per menit
3. Nama: Protos Focke 350
Asal Mesin: Germany
42
Kapasitas Produksi: 350 pack per menit
Untuk menjamin ketersediaan rokok marlboro dipasaran khususnya pulau jawa,
maka PT. X membangun pabrik di daerah Surabaya. Dalam 1 Hari PT. X Mampu
memproduksi kurang lebih 5.400.000 pack rokok.
B. Pemilihan Teknologi
Pada Proses Produksinya PT. X mempunyai 6 mesin maker (pembuat
rokok) dan 6 mesin packer (pengepakan rokok). Machine Maker di Philip Morris
ada 3 jenis yaitu, 3 buah Protos 100, 2 buah Protos 70 dan 1 buah Protos 80, yang
secara spesifikasinya sebagai berikut:
1. Nama mesin: Protos 100
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 10.000 batang per menit
2. Nama: Protos 70
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 7000 batang per menit
43
3. Nama: Protos 80
Asal Mesin: Germany
Kapasitas Produksi: 8000 batang per menit
Untuk menjamin ketersediaan rokok marlboro dipasaran khususnya pulau jawa,
maka PT. X membangun pabrik di daerah surabaya.
C. Technology Acquisition and Transfer
PT X membentuk tim yang terdir dari para professional di bidang sistem
informasi, Penjualan dan operasional untuk menentukan sistem yang dapat
meningkatkan efisiensi operasional. Setelah melakukan studi banding, sistem
iSMS direkomendasikan sebagai pilihan terbaik. iSMS telah digunakan oleh
sejumlah afiliasi PMIlainnya.Tim proyek iSMS berhasil melakukan persiapan atas
seluruh infrastruktur TI yang dibutuhkan serta membuat strategi implementasi dan
pelatihan yang segera dilaksanakan ketika sistem telah diaktifkan.
Kami berhasil melaksanakan implementasi iSMS di kantor-kantor penjualan
dengan 4 komponen berikut ini:
1. Aplikasi handheld iSMS untuk digunakan oleh tenaga penjual
44
2. Aplikasi back office iSMS untuk digunakan pada komputer desktop di kantor
penjualan
3. Aplikasi Front Office Reporting Tool (FORT) untuk digunakan oleh para
supervisor penjualan
4. Aplikasi Back Office Reporting & Analysis (BORA) untuk para manajer area
dan manajemen.
Implementasi iSMS telah memberikan sejumlah manfaat dalam meningkatkan
efisiensi transaksi penjualan dan pengendalian terhadap pekerjaan administratif,
serta yang juga penting, meningkatkan akurasi dan kualitas informasi penjualan
untuk membantu pembuatan keputusan
D. Detailed Plant Layout And Basic Engineering
45
Tabel 6.6 Proyeksi Biaya Perawatan Selama 5 Tahun Ke Depan
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Ruangan Produksi Rp18.420.309.000 Rp11.769.813.000 Rp10.970.379.000 Rp11.705.160.000 Rp9.970.293.000
Ruangan Penunjang Produksi
Gudang Bahan Baku Rp12.013.245.000 Rp7.675.965.000 Rp7.154.595.000 Rp7.633.800.000 Rp6.502.365.000
Gudang Produk Jadi Rp12.013.245.000 Rp7.675.965.000 Rp7.154.595.000 Rp7.633.800.000 Rp6.502.365.000