Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini sumber energi yang paling banyak digunakan di dunia adalah energi
fosil yang berupa bahan bakar minyak. Indonesia sendiri saat ini masih sangat
tergantung pada energi fosil. Hampir 95% dari kebutuhan energi Indonesia masih
disuplai oleh energi fosil. Sekitar 50% dari energi fosil tersebut adalah minyak bumi
dan sisanya adalah gas dan batu bara. Energi fosil adalah energi yang tak terbarukan
dan akan habis pada beberapa tahun yang akan datang. Diprediksi tidak lebih dari 50
tahun lagi energi fosil di dunia akan habis. Selain karena akan habis, energi fosil juga
berdampak negatif terhadap lingkungan. Emisi gas rumah kaca dari pembakaran
energi fosil berdampak pada pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim.
Karena itulah energi pengganti fosil sangat diperlukan untuk kebutuhan energi di
masa yang akan datang. (sumber :http //: www.wikipedia.com)
Pemerintah Indonesia membatasi penggunaan bahan bakar bersubsidi. Berbagai
opsi tengah dibahas pemerintah, salah satunya melarang kendaraan bermotor
menggunakan premium atau mengurangi subsidi BBM. Saat ini mesin kendaraan
keluaran di atas tahun 2000 sudah diset menggunakan oktan di atas 92. Bahan bakar
ini sudah sesuai standar keramahan lingkungan Euro 2, tidak seperti premium yang
hanya beroktan 88. Namun, meski memiliki oktan yang lebih tinggi dan konsumsi
lebih irit, konsumen tentu akan membeli Pertamax dengan harga lebih mahal. Jika
selama ini, pemakai kendaraan bermotor membeli Premium Rp 6.500 per liter namun
jika membeli Pertamax Rp 9.500 per liter. Lebarnya harga ini menyebabkan sebagian
besar pengendara kendaraan bermotor memilih membeli premium dibanding
pertamax.
Pertamax memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding premium, pertamax
merupakan jenis bahan bakar dengan oktan 92 lebih tinggi dibandingkan premium
yang hanya memiliki oktan 88. Oktan dibahan bakar minyak adalah angka yang
1
Page 2
2
menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin,
sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran bensin dan udara
(berbentuk gas) bisa terbakar sendiri sebelum terkena percikan api dari busi. Jadi,
semakin kecil angka oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan.
Pembakaran yang tidak spontan ini yang menimbulkan gejala ngelitik di dalam mesin
dan menyisakan karbon sisa pembakaran yang akan muncul sebagai kerak pada
mesin. Akan tetapi jika nilai oktan semakin tinggi pembakaran akan bisa lebih
sempurna, Karena bahan bakar bisa dimampatkan hingga tekanan paling tinggi
sebelum diledakkan api dari busi. Jika penggunaan kadar oktan yang tidak sesuai itu
dilakukan terus menerus, maka dapat menyebabkan karburator rusak, karena mesin
selalu menghadapi masalah knocking setiap kali bekerja. Terlebih ketika motor
dipaksa berakselerasi untuk mendahului kendaraan lain, dan sering digunakan untuk
penjalanan jarak jauh.
Untuk meningkatkan angka oktan dan performans dari bahan bakar pada
dasarnya ditambahkan sejumlah Tetra Ethyl Led (TEL). Pada proses pembakaran
bahan bakar yang mengandung TEL dihasilkan senyawa Pb an organik, Pb0 (oksida
Pb) pada gas buang dan pada umumnya terdapat pada atmosfer dalam kurun waktu
yang cukup lama. Senyawa oksida Pb di udara dan di alam ini dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan maupun rantai makanan. Dampak yang dapat
ditimbulkan jika senyawa tersebut berada dalam tubuh manusia akan mempengaruhi
kecerdasan dan menurunkan IQ terutama pada anak – anak, menimbulkan
permasalahan darah tinggi, penyakit pembuluh darah, jantung, juga dapat
menimbulkan terjadinya kangker. Berdasarkan dampak negatif yang ditimbulkan
akibat penggunaan TEL sebagai zat aditif bahan bakar, maka penggunaan TEL di
negara maju dan negara berkembang sudah dilarang.
Beberapa senyawa alternatif non-logam misalnya : Metanol, Etanol, Anilin, dan
Eter. yang dikembangkan sebagai senyawa pengganti TEL sebagai bahan aditif.
dipilinya Etanol sebagai aditif alternatif pengganti TEL dikarenakan senyawa Etanol
Page 3
3
mudah didapatkan dipasaran, tidak mengandung logam dan tidak membentuk
senyawa oksida yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu Etanol juga dapat
menaikan angka oktan dari bahan bakar.
Ada beberapa karakteristik bahan bakar etanol yang mempengaruhi kerja mesin
bensin adalah angka oktan, kalor dan volatility.Angka oktan pada bahan bakar mesin
otto menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara bahan
bakar sebelum waktunya yang akan menimbulkan fenomena knocking yang
berpotensi menurunkan daya mesin. Kalor adalah sumber energi dalam bahan bakar,
yang akan diolah mesin menjadi tenaga untuk menggerakkan mesin. Sedangkan
Volatility suatu bahan bakar menunjukkan kemampuanya untuk menguap. Sifat ini
penting, karena jika bahan bakar tidak cepat menguap maka bahan bakar akan sulit
tercampur dengan udara pada saat terjadi pembakaran. Zat yang sulit menguap tidak
dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin, meskipun memiliki nilai kalor yang
besar. Namun demikian bahan bakar yang terlalu mudah menguap juga berbahaya
karena mudah terbakar.
Berdasarkan masalah-masalah yang timbul di atas, maka perlu adanya kajian
tentang penggunaan bahan bakar campuran Premium – Pertamax dan Premium –
Etanol pada motor bensin 4 langkah 110 cc dengan merek Yamaha Jupiter z
dikarenakan motor ini masih banyak dipasaran dan banyak digunakan pada
masyarakat Indonesia. Untuk mengetahui kinerja, serta konsumsi bahan bakar.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, permasalahan dirumuskan sebagai berikut :
1. Pertamax memiliki angka oktan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
premium sehingga secara teori diperkirakan bisa memberikan kinerja yang
lebih baik jika digunakan pada motor bakar.
2. Etanol bisa meningkatkan angka oktan dari bahan bakar, murah dan ramah
lingkungan.
Page 4
4
3. Pengaruh penggunaan campuran pertamax dengan premium sebagai bahan
bakar pada motor empat-langkah perlu untuk diketahui.
4. Pengaruh penggunaan campuran premium dengan etanol sebagai bahan bakar
pada motor empat-langkah perlu untuk diketahui.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang dipakai dalam menyusun tugas akhir ini adalah :
1. Motor bensin yang digunakan untuk pengujian ini adalah motor bensin 4
langkah dengan volume silinder 110 cc dengan merek Yamaha Jupiter z.
2. Bahan pengujian menggunakan:
a. Bahan bakar campuran premium – etanol dengan variasi campuran E0%,
E5%, E10%, E15% dan E20%.
b. Bahan bakar campuran premium – pertamax dengan campuran pertamax
sebesar 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%.
3. Unsur – unsur yang diamati adalah Torsi, Daya dan konsumsi bahan bakar.
4. Pengambilan data dimulai pada putaran mesin terendah dan dilanjutkan dengan
menaikkan kecepatan putar sampai dengan dicapainya kecepatan putar
maksimum.
5. Torsi dan daya diukur dengan menggunakan Dynamometer.
6. Pengambilan data putaran mesin menggunakan alat Tachometer.
7. Pengujian dilakukan dengan perbandingan kompresi standar (tidak mengubah
apapun).
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Pengaruh komposisi campuran premium – pertamax terhadap
kinerja motor.
Page 5
5
2. Mengetahui Pengaruh komposisi campuran premium – etanol terhadap kinerja
motor.
3. Membandingkan pengaruh penggunaan bahan bakar campuran premium –
pertamax dengan premium – etanol.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh setelah dilakukan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan perbandingan penggunaan bahan bakar bensin premium,
pertamax, campuran premium – pertamax dan campuran premium – etanol.
2. Dari hasil analisis ini diharapkan akan diperoleh hasil performance atau unjuk
kerja mesin yang lebih optimum.
3. Memperkaya khasanah ilmiah bidang otomotif dan bahan bakar.
4. Sebagai media referensi sehingga dapat dikembangkan dan dapat dijadikan
acuan atau pedoman dalam pengembangan teknologi alternatif.
Page 6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN PUSTAKA
Hartono melakukan penelitian tentang penggunaan bahan bakar premium,
pertamax dan pertamax plus. Hasil penelitian menunjukkan torsi maksimum dicapai
pada bensin pertamax sebesar 7,52 Nm pada 6118 rpm, diikuti pertamax plus 7,41
Nm pada 5931 rpm, dan bensin premium 7,41 Nm pada 5958 rpm. Sedangkan daya
maksimum pada bensin pertamax sebesar 6,80 HP pada 7434 rpm, diikuti premium
6,74 HP pada 7672 rpm, lalu pertamax plus sebesar 6,73 HP pada 7317 rpm. Untuk
konsumsi bahan bakar spesifik minimal dimiliki pertamax plus sebesar 0,11 HP pada
5250 rpm, diikuti bensin pertamax sebesar 0,12 HP pada 4750 rpm, kemudian bensin
premium sebesar 0,12 kg/kWh pada 5250 rpm.
Nugroho telah melakukan penelitian tentang penambahan etanol pada bahan
bakar premium terhadap emisi gas buang dengan campuran etanol 10%, 15% dan
20%, dimana campuran tersebut berpengaruh terhadap emisi gas buang pada
campuran etanol 20% , yaitu CO turun 2,48%, HC turun 0,28% sedangkan CO2 naik
0,22%.
Frihantara melakukan penelitian penambahan etanol terhadap pertamax. Hasil
penelitian menunjukkan penambahan etanol sebanyak 5%, 10%, dan 15%.
Didapatkan hasil Torsi = 94,82 Nm, Daya = 27,56 kw tekanan efektif rata-rata
(BMEP) = 760,279 kpa, konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) terendah = 0,29
kg/kw.jam.
Margono melakukan penelitian tentang pengaruh pemakaian campuran bahan
bakar premium – etanol terhadap unjuk kerja motor empat langkah. Hasil penelitian
menunjukkan pada campuran E10% terjadi kenaikan yang signifikan sebesar : torsi
lebih besar 7,6%, daya lebih besar 7,8%, tekanan efektif rata rata lebih besar 7,87%
konsumsi bahan bakar spesifik lebih kecil 14,2% dan efisiensi termal lebih besar
7,1% bila dibandingkan penggunaan premium murni.
6
Page 7
7
Apriyanto,melakukan penelitian tentang pengaruh pemakaian campuran bahan
bakar premium – etanol terhadap unjuk kerja motor empat langkah. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa penambahan E15% menghasilkan nilai torsi tertinggi sebesar
9,2 Nm. Mengalami peningkatan sebesar 8,2% nilai daya sebesar 5,77 kW,
mengalami peningkatan sebesar 29,57%, nilai BMEP tertinggi sebesar 1.115,52 kpa,
mengalami peningkatan sebesar 29,57% nilai sfc terendah sebesar 0,152%
mengalami peningkatan sebesar 63,15% dan nilai efisiensi thermis tertinggi sebesar
50,20% mengalami peningkatan sebesar 64,47% yang lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan bahan bakar premium murni.
2.2 GAMBARAN UMUM MOTOR BAKAR
Motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin yang
mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga
kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanis. Energi diperoleh dari proses
pembakaran, proses pembakaran dan juga perubahan energi tersebut dilaksanakan di
dalam mesin dan dilakukan di luar mesin.(Yaswaki dan Murdhana, 1998).
Motor bakar torak (Gambar 2.1) mempergunakan beberapa silinder yang di
dalamnya terdapat torak yang bekerja bolak-balik yang diakibatkan oleh proses
pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen dari udara di dalam silinder.
Pembakaran yang dihasilkan tersebut dapat menggerakkan torak dengan gerakan
translasi (bolak-balik) yang dibantu oleh batang penggerak yang dihubungkan dengan
poros engkol.(BM.Surbakti, 1985).
Pada motor bakar torak tidak terdapat proses pemindahan kalor gas pembakaran
fluida kerja, karena itu jumlah komponen motor bakar sangat sedikit, cukup
sederhana, lebih kompak, dan lebih ringan dibanding dengan mesin pembakaran luar
(mesin uap). Karena itu pula penggunaan motor bakar sangat banyak dan
menguntungkan, penggunaan motor bakar dalam masyarakat antara lain adalah dalam
bidang transportasi, penerangan, produksi dan sebagainya.(BM.Surbakti, 1985).
Page 8
8
Gambar 2.1 Motor Bakar Torak(sumber : Daryanto,2003)
2.3 KLASIFIKASIMOTOR BAKAR
Motor bakar dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam. Adapun
pengklasifikasian motor bakar adalah sebagai berikut:
a. Berdasar Sistem Pembakarannya
Mesin pembakaran dalam atau sering disebut sebagai Internal Combustion
Engine (ICE), yaitu di mana proses pembakaranya berlangsung di dalam motor bakar
itu sendiri sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida
kerja.
Hal-hal yang dimiliki pada mesin pembakaran dalam yaitu :
Pemakaian bahan bakar lebih irit.
Berat tiap satuan tenaga mekanis lebih kecil.
Kontruksi lebih sederhana, karena tidak memerlukan ketel uap, kondensor,
dan sebagainya.
Contoh mesin pembakaran dalam adalah motor bakar.
Page 9
9
Mesin pembakaran luar atau sering disebut sebagai External Combustion
Engine (ECE) yaitu dimana proses pembakaranya terjadi di luar mesin, energi termal
dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin.
Hal-hal yang dimiliki pada mesin pembakaran luar yaitu :
Dapat memakai semua jenis bahan bakar.
Dapat memakai bahan bakar yang bermutu rendah.
Cocok untuk melayani beban-beban besar dalam satu proses
Lebih cocok dipakai untuk daya tinggi.
Pada umumnya mesin pembakaran luar misalnya pesawat tenaga uap,
pelaksanaan pembakaran bahan bakar dilakukan di luar mesin.
b. Berdasar Sistem Penyalaan
1. Motor bensin
Motor bensin dapat juga disebut sebagai motor otto. Motor tersebut dilengkapi
dengan busi dan karburator. Busi menghasilkan loncatan bunga api listrik yang
membakar campuran bahan bakar dan udara karena motor ini cenderung disebut
spark ignition engine. Pembakaran bahan bakar dengan udara ini menghasilkan daya.
Di dalam siklus otto (siklus ideal) pembakaran tersebut dimisalkan sebagai
pemasukan panas pada volume konstanta. (Wiranto Arismunandar, 1988: 61).
2. Motor diesel
Motor diesel adalah motor bakar torak yang berbeda dengan motor bensin.
Proses penyalaannya bukan menggunakan loncatan bunga api listrik. Pada waktu
torak hampir mencapai titik TMA bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar.
Terjadilah pembakaran pada ruang bakar pada saat udara dalam silinder sudah
bertemperatur tinggi. Persyaratan ini dapat terpenuhi apabila perbandingan kompresi
yang digunakan cukup tinggi, yaitu berkisar 12-25. (Wiranto Arismunandar, 1988:
89).
Page 10
10
2.4 SISTEM KERJA MOTOR BAKAR
Berdasarkan proses kerja yang terjadi pada motor bensin diklasifikasikan
menjadi dua jenis yaitu :
2.4.1 Motor bensin 4 langkah
Yang dimaksud dengan motor bakar 4 (empat) langkah adalah bila 1 (satu) kali
proses pembakaran terjadi pada setiap 4 (empat) langkah gerakan piston atau 2 (dua)
kali putaran poros engkol. Dengan anggapan bahwa katup masuk dan katup buang
terbuka tepat pada waktu piston berada pada TMA dan TMB, maka siklus motor 4
(empat) langkah dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Langkah hisap :
Piston bergerak dari TMA ke TMB. Pada ruangan di atas piston terjadi
pembesaran volume yang menyebabkan tekanan menjadi kurang. Tekanan kurang
tersebut mengakibatkan terjadinya hisapan terhadap campuran udara bahan bakar dari
karburator. Keadaan katup masuk terbuka dan katup buang tertutup.
b. Langkah kompresi :
Piston bergerak dari TMB ke TMA mengadakan kompresi terhadap campuran
udara bahan bakar yang baru masuk pada langkah pengisian. Tekanan dan temperatur
menjadi naik sedemikian rupa sehingga campuran bahan bakar udara berada dalam
keadaan yang mudah sekali untuk terbakar. Sebelum langkah kompresi berakhir
maka busi mengadakan pembakaran kedua katup tertutup.
c. Langkah kerja atau Ekspansi :
Akibat adanya pembakaran maka pada ruang bakar terjadi panas dan pemuaian
yang tiba-tiba. Pemuaian tersebut mendorong piston untuk bergerak dari TMA ke
TMB. Kedua katup masih dalam keadaan tertutup rapat sehingga seluruh tenaga
panas mendorong piston untuk bergerak.
Page 11
11
d. Langkah Buang :
Pada langkah buang ini katup masuk tertutup sedangkan katup buang terbuka.
Piston bergerak dari TMB menuju TMA mendesak gas sisa pembakaran keluar
melalui katup buang dan saluran buang (exhaust manifold) menuju atmosfer.
Gambar 2.2 langkah kerja motor bensin 4 langkah(Wiranto Arismunandar, 2002 : 8)
2.4.2.Motor Bensin 2 Langkah
Motor bensin 2 langkah adalah mesin yang proses pembakaranya lebih
sederhana dari pada motor 4 langkah yaitu dilakukan pada satu kali putaran poros
engkol yang berakibat dua kali langkah piston. Langkah piston dapat dilihat pada
( Gambar : 2.3 ).
Prinsip langkah kerja motor bensin 2 langkah dijelaskan sebagai berikut :
Langkah penghisapan :
1. Torak bergerak dari TMA ke TMB.
2. Pada saat saluran bilas masih tertutup torak, di dalam bak mesin terjadi
kompresi terhadap campuran bensin dengan udara.
3. Di atas torak, gas sisa pembakaran dari hasil pembakaran sebelumya sudah
mulai terbuang ke luar melalui saluran buang.
4. Saat saluran bilas sudah terbuka, campuran bensin dengan udara mengalir
melalui saluran bilas terus masuk ke dalam ruang bakar.
Page 12
12
Langkah kompresi :
1. Torak bergerak dari TMB ke TMA.
2. Rongga bilas dan rongga buang tertutup, terjadi langkah kompresi dan setelah
mencapai tekanan tinggi busi memercikkan bunga api listrik untuk membakar
campuran bensin dan udara.
3. Pada saat yang bersamaan, di bawah ( di dalam bak mesin ) bahan bakar yang
baru masuk ke dalam bak mesin melalui saluran masuk.
Langkah kerja atau Ekspansi :
1. Torak kembali dari TMA ke TMB akibat tekanan besar yang terjadi pada waktu
pembakaran bahan bakar.
2. Saat itu torak turun sambil mengkompresi bahan bakar baru di dalam bak
mesin.
Langkah buang :
1. Menjelang torak mencapai TMB, saluran buang terbuka dan gas sisa
pembakaran mengalir terbuang ke luar.
2. Pada saat yang sama bahan bakar yang baru masuk ke dalam ruang bahan bakar
melalui rongga bilas.
3. Setelah mencapai TMB kembali, torak mencapai TMB untuk mengadakan
langkah sebagai pengulangan dari yang dijelaskan sebelumnya.
Page 13
13
Gambar 2.3 langkah kerja motor bensin 2 langkah(Arends BPM; H Berenschot,1980)
2.5 PRESTASI MOTOR BENSIN
Prestasi motor bensin untuk motor bakar dijelaskan sebagai berikut :
2.5.1 Volume Silender
Volume silinder antara TMA dan TMB disebut volume langkah torak (V 1 ¿.
Sedangkan volume silinder antara TMA dan kepala silinder ( tutup silinder ) disebut
volume sisa (V s ). Volume total ( V t ) ialah isi ruang antara torak ketika ia berada di
TMB sampai tutup silinder.
V t = V i + V s……………………(2.1)
Volume langkah mempunyai satuan yang tergantung pada satuan diameter
silinder (D) dan panjang langkah torak (L) biasanya mempunyai satuan
centimetercubic (cc) atau cubic inch (cu.in).
V t = Luas lingkaran x panjang langkah
V 1 = π .r2. L
V 1= π.¿.L
Page 14
14
Dengan demikian besaran dan ukuran motor bakar menurut volume silinder
tergantung dari banyaknya silinder yang digunakan dan besarnya volume silinder.
(Kiyaku & Murdana, 1998).
2.5.2 Perbandingan Kompresi
Perbandingan kompresi adalah hasil bagi volume total dengan volume sisa.
C = V 1+V s
V s = 1 +
V 1
V s……………………………………(2.2)
Dimana :V 1= volume langkah torak
V s = volume sisa
Jadi, bila suatu motor mempunyai volume total 56 cu.in dan volume sisa 7
cu.in, maka perbandingan kompresinya adalah :
C = 567 = 8
Hal di atas menunjukkan bahwa selama langkah kompresi, muatan yang ada di
atas torak dimampatkan 8 kali lipat dari volume terakhirnya. Makin tinggi
perbandingan kompresi, maka makin tinggi tekananya dan temperatur akhir
kompresi.(Kiyaku & Murdana, 19981).
Perbandingan kompresi tidak dapat dinaikkan tanpa batas, karena motor
pembakaran yang menggunakan busi akan timbul suara menggelitik jika
perbandingan kompresinya terlalu tinggi.(Soenarto & Furuhama, 1995).
2.5.3 Torsi dan daya poros
Pada motor bakar daya yang berguna adalah daya poros seperti telah dijelaskan
di atas. Daya poros ditimbulkan oleh bahan bakar yang dibakar dalam silinder dan
selanjutnya menggerakkan semua mekanisme.
Daya yang berputar ditimbulkan oleh bahan bakar yang dibakar dalam silinder
yang selanjutnya torak akan menggerakkan semua mekanisme pada motor bakar.
Page 15
15
Unjuk kerja motor bakar tergantung dari daya yang didapat.(Soenarto & Furuhama,
1995).
Gambar 2.4 Engine and dynamometer drive line(Plint &Martyr, 1995)
Gambar 2.4 di atas menunjukkan peralatan yang dipergunakan untuk mengukur
nilai yang berhubungan dengan keluaran motor pembakaran yang seimbang dengan
hambatan atau beban pada kecepatan putaran konstan (n). Kalau (n) berubah, maka
motor pembakaran menghasilkan daya untuk mempercepat atau memperlambat
bagian yang berputar. Motor pembakaran ini dihubungkan dengan dynamometer
dengan maksud mendapatkan keluaran dari motor pembakaran dengan cara
menghubungkan poros motor dengan poros dynamometer. Rotornya diikatkan pada
poros yang akan mengaduk air yang ada di dalamnya. Hambatan ini akan
menimbulkan torsi (T), sehingga nilai daya (p) dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
P = 2 π . n .t60000 (kw)……………………..(2.3)
Dimana : p = Daya (kw)
n = Putaran mesin (rpm)
T = Torsi (Nm)
Torak yang didorong oleh gas membuat usaha. Baik tekanan maupun suhunya
akan turun waktu gas berekspansi. Energi panas diubah menjadi usaha makanis.
Konsumsi energi panas ditunjukkan langsung oleh turunya suhu. Kalau toraknya
tidak mendapatkan hambatan dan tidak menghasilkan usaha gas tidak akan berubah
meskipun tekananya turun.
Page 16
16
2.5.4 Menentukan Efisiensi Energi
1. Besar Penggunaan Bahan Bakar
Besar penggunaan bahan bakar spesifik (SFC) ditentukan dalam kg/kwh dan
lebih umum digunakan dari pada ηbt . Besar nilai SFC adalah kebalikan dari pada ηbt .
Penggunaan bahan bakar dalam gram per jam Ne dapat ditentukan dengan persaman
sebagai berikut :
SFC = mf
p (kg/kwh)……………………(2.4)
Dimana : SFC = Konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kwh)
P = Daya mesin (kw)
Sedang nilai mf dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
mf = bt x
36001000 x ρbb……………………..(2.5)
Dimana : b = Volume buret (cc)
t = Waktu (detik)
ρbb = Berat jenis bahan bakar (kg/1)
mf = Untuk penggunaan bahan bakar per jam pada kondisi tertentu (kg/h)
Nilai kalor mempunyai hubungan dengan berat jenis pada umumnya makin
tinggi berat jenis maka makin rendah nilai kalornya. Pembakaran dapat berlangsung
sempurna, tetapi juga dapat tidak sempurna. Jika bahan bakar tidak mengandung
bahan-bahan yang tidak dapat terbakar, maka pembakaran tidak akan sempurna
sehingga hasil pembakaran berupa gas pembakaran saja.(Soenarto & Furuhama,
1995).
2.6 SISTEM PADA MOTOR BAKAR
Sistem pada motor bakar untuk motor bensin dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.6.1 Sistem Bahan Bakar
Motor bensin adalah merupakan jenis dari motor bakar, motor bensin
kebanyakan dipakai sebagai kendaraan bermotor yang berdaya kecil seperti mobil,
sepeda motor dan juga untuk motor pesawat terbang. Pada motor bensin selalu
Page 17
17
diharapkan bahan bakar dan udara itu sudah tercampur dengan baik sebelum
dinyalakan oleh busi. Pada motor bakar sering memakai sistem bahan bakar
menggunakan karburator. Di bawah ini (Gambar 2.5) diterangkan skema sistem
penyaluran bahan bakar.
Gambar 2.5 Skema sistem penyaluran bahan bakar(Sumber : Arismunandar, 1988)
Pompa bahan bakar menyalurkan bahan bakar ke karburator untuk memenuhi
jumlah bahan bakar yang harus tersedia di dalam karburasi. Pompa ini terutama
dipakai apabila letak tangki lebih rendah dari pada letak karburator. Untuk
membersihkan bahan bakar dari kotoran yang dapat mengganggu aliran atau
menyumbat saluran bahan bakar, terutama di dalam karburator digunakan saringan
atau filter. Sebelum masuk ke dalam saringan, udara mengalir melalui karburator
yang mengatur pemasukan, pencampuran dan pengabutan bahan bakar ke dalam,
sehingga diperoleh perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang sesuai
dengan keadaan beban dan kecepatan poros engkol. Penyempurnaan pencampuran
bahan bakar udara tersebut berlangsung baik di dalam saluran isap maupun di dalam
silinder sebelum saluran itu terbakar. Campuran itu haruslah homogen serta
perbandinganya harus sama setiap silinder, campuran yang kaya (rich fuel)
diperlakukan dalam keadaan tanpa beban dan beban penuh, sedangkan campuran
yang (poor fuel) diperlukan untuk operasi normal.
Page 18
18
2.6.2 Karburator
Karburator merupakan bagian yang penting pada sepeda motor. Hampir
semua sepeda motor menggunakan karburator karena umumnya sepeda motor
menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya. Karena itu karburator yang baik harus
mampu membuat gas yang sempurna dan sesuai dengan kebutuhan mesin pada setiap
tingkat penggunaan dan kecepatan putaran mesin. Untuk mendapatkan pembakaran
yang sempurna dibutuhkan perbandingan bensin dan udara dalam pencampuran gas,
menurut teoritis adalah 1:14 artinya 1 gram bensin harus dicampur dengan 15 gram
udara. Apabila perbandingan campurannya lebih dari 1:14 maka biasanya dikatakan
campuran miskin contoh 1:18. Apabila perbandingan campuran kurang dari 1:14
maka dikatakan campuran kaya contoh 1:12. Di dalam praktek pada umumnya
digunakan campuran kaya, ini untuk mendapatkan daya mesin yang lebih besar
(boros mesin) dan sebaliknya apabila menghendaki bahan bakar yang ekonomis maka
bisa digunakan campuran miskin. Untuk campuran miskin ini biasa digunakan pada
mesin 4 tak karena gerakan motor ini tak secepat kerja motor 2 tak.
Page 19
19
Gambar 2.6 Kontruksi Karburator.
Berikut ini adalah satu persatu bagian karburator beserta fungsinya, yaitu :
1. Mangkuk karburator (float chamber)
Mangkuk karburator berfungsi untuk menyimpan bahan bakar pada waktu
sebelum digunakan.
2. Klep atau jarum pelampung (floater valve)
Klep atau jarum pelampung berfungsi untuk mengatur masuknya bahan bakar
ke dalam mangkuk karburator.
3. Ruang pelampung (float chamber)
Ruang pelampung berfungsi sebagai tempat penampung sementara bensin yang
akan dialirkan ke ruang bakar.
4. Pelampung (floater)
Pelampung berfungsi untuk mengatur agar tetap posisi bahan bakar di dalam
mangkuk karburator.
5. Skep atau katup gas (throttle valve)
Skep atau katup gas berfungsi untuk mengatur banyaknya gas yang masuk ke
dalam silinder.
Page 20
20
6. Pemancar jarum (main nozzle/needle jet)
Pemancar jarum berfungsi untuk memancarkan bahan bakar pada waktu tuas
gas ditarik, besarnya diatur oleh terangkatnya jarum skep.
7. Jarum skep atau jarum gas (needle jet)
Jarum skep atau jarum gas berfungsi untuk mengatur semprotan bahan bakar
dari nosel pada waktu tuas gas ditarik.
8. Pemancar besar (main jet)
Main jet berfungsi untuk menyuplai kebutuhan bahan bakar yang sesuai pada
semua tingkat kecepatan mesin putaran tinggi. Hal ini dimungkinkan oleh perubahan
posisi piston valve. Semakin tinggi posisi piston valve, maka semakin tinggi jarum
skep terangkat, maka semakin besar celah antara main jet dengan jarum skep
sehingga semakin banyak bahan bakar yang akan keluar dari ruang bahan bakar.
9. Pemancar kecil atau stationer (slow jet)
Pemancar kecil atau stasioner berfungsi untuk memancarkan bahan bakar waktu
putaran langsam atau stasioner. Pada kondisi ini piston valve dalam keadaan menutup
rapat.
10. Skrup gas atau baut gas (throttle screw)
Skrup gas berfungsi untuk menyetel posisi skep sebelum tuas gas ditarik.
11. Sekrup penyetelan gas (stop screw)
Sekrup penyetelan gas berfungsi mengatur posisi pembukaan katup pada
dudukan terendah untuk menentukan putaran stasioner.
12. Skrup udara atau baut udara (air screw)
Skrup udara atau baut udara berfungsi untuk mengatur banyaknya udara yang
akan dicampur dengan bahan bakar.
13. Katup cuk (choke valve)
Choke valve berfungsi untuk memperkaya campuran bahan bakar, terutama
pada saat mesin dalam keadaan dingin. Untuk menghasilkan campuran yang kaya,
pada saluran masuk dipasang sebuah piringan (choke) yang dapat menutup saluran
Page 21
21
melalui saluran utama. Pada saat choke valve ditutup, kevakuman yang terjadi
disaluran udara masuk akan memaksa bahan bakar lebih banyak keluar dari ruang
bahan bakar sehingga campuran menjadi kaya.
2.6.3 Syarat-syarat Bahan bakar Untuk Motor Bensin
a. Volatilitas bahan bakar
Volatilitas bahan bakar didefinisikan sebagai kecenderungan cairan bahan
bakar untuk menguap. Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang
masuk dalam silinder sebelum dan sesudah selama proses pembakaran diusahakan
sudah dalam keadaan campuran uap bahan bakar dan udara, sehingga memudahkan
proses pembakaran. Oleh karena itu kemampuan menguapkan bahan bakar untuk
motor bensin sangat penting. Di dalam mesin yang membakar suatu campuran uap
bahan bakar dan udara harus tidak kurang dari 0,5 kali stoichiometrik untuk
pengapian dan perambatan nyala api yang memuaskan (satisfactoriy). Oleh karena itu
volatalitas bahan bakar harus cukup memberi sedikitnya perbandingan uap bahan
bakar dan udara pada saat pengapian di bawah semua kondisi operasi, termasuk pada
saat pemanasan mesin.
b. Angka Oktan
Angka oktan pada bensin adalah suatu bilangan yang menunjukkan sifat anti
ketukan atau detonasi. Dengan kata lain, makin tinggi angka oktan semakin
berkurang kemungkinan untuk terjadi detonasi (knocking) dengan berkurangnya
intensitas untuk berdetonasi, maka campuran bahan bakar dan udara yang
dikompresikan oleh torak menjadi lebih baik sehingga tenaga motor akan lebih besar
dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat.
Besarnya angka oktan bahan bakar tergantung pada presentage iso oktan (
C7 H18) dan normal heptana (C7 H 16) yang terkandung di dalamnya. Sebagai
Page 22
22
perbandingan, bahan bakar yang sangat mudah berdetonasi adalah heptana normal (
C7 H18) sedang yang sukar berdetonasi adalah iso oktana (C7 H18).
Bensin yang cenderung kearah sifat heptana normal disebut bernilai oktan
rendah (angka oktan rendah) karena mudah berdetonasi, sebaliknya bahan bakar lebih
cenderung kearah sifat iso-oktan (lebih sukar berdetonasi) dikatakan bernilai oktan
tinggi (angka oktan tinggi). Misalnya, suatu bensin dengan angka oktan 90 akan lebih
sukar berdetonasi dari pada bensin dengan oktan 70. Jadi kecenderungan bensin
untuk berdetonasi dinilai dari angka oktanya Iso-oktan murni diberi indeks 100,
sedangkan heptana normal murni diberi indeks 0. Dengan demikian, suatu bensin
dengan angka oktan 90 berarti bahwa bensin tersebut mempunyai kecenderungan
berdetonasi sama dengan campuran yang terdiri atas 90% volume iso-oktan dan 10%
volume heptana normal.
Tabel 2.1. Angka oktan untuk bahan bakar
Jenis bahan bakar Angka oktan
Premiun
Pertamax
Pertamax plus
Bensol
88
92
95
100
(Sumber : www.pertamina.co.id)
c. Kestabilan kimia dan kebersihan bahan bakar
Kestabilan kimia bahan bakar sangat penting, karena berkaitan dengan
kebersihan bahan bakar yang selanjutnya berpengaruh terhadap sistem pembakaran
dan sistem saluran. Pada temperatur tinggi, bahan bakar sering terjadi polimer yang
berupa endap-endapan (getah) ini berpengaruh tidak baik terhadap sistem saluran
misalnya pada katub-katub dan saluran bahan bakar.
Page 23
23
Bahan bakar yang mengalami perubahan kimia, menyebabkan gangguan pada
proses pembakaran. Pada bahan bakar juga sering terdapat saluran atau senyawa yang
menyebabkan korosi, senyawa ini antara lain : senyawa belerang, nitrogen, oksigen,
dan lain-lain, kandungan tersebut pada gasoline harus diperkecil untuk mengurangi
korosif, korosif dari senyawa tersebut dapat terjadi pada dinding silinder, katub, busi,
dan lainya, hal inilah yang menyebabkan awal kerusakan pada mesin.
2.6.4 Cara Menentukan Angka Oktan Bahan Bakar
Cara menentukan angka oktan bahan bakar adalah dengan mengadakan
perbandingan bahan bakar tertentu dengan bahan bakar standar dengan memakai
mesin CFR (Coordination Fuel Research). Mesin CFR merupakan sebuah mesin
silinder tunggal dengan perbandingan kompresi yang dapat diukur dari sekitar 4:1
sampai dengan 14:1.
Bahan bakar standar :
a. Iso Oktane (Trimetyl pentane C7 H18)
Iso oktane adalah bahan bakar dengan kecenderungan detonasi kecil, bahan
bakar inilah yang mempunyai angka oktan 100.
b. Normal Heptane (C7 H16)
Bahan bakar yang mempunyai kecenderungan sangat besar, bahan bakar ini
berangka oktan nol (0). Bilangan oktan dari suatu bahan bakar yang diketahui angka
oktanya dilakukan pengujian dengan memakai mesin CFR (Coordination Fuel
Research). Pengujian dilakukan dengan cara bahan bakar dalam mesin dan
perbandingan dalam kompresi dinaikkan perlahan-lahan hingga diperoleh ketukan
(knocking) tertentu atau pembacaan detonasi dari sebuah detector vibrasi. Bahan
bakar standar kemudian dibakar pula dengan angka kompresi yang sama kira-kira
diperoleh pembacaan ketukan yang sama, apabila bahan bakar tersebut memiliki
kecenderungan yang sama dengan bahan bakar standar. Misalnya bahan bakar dengan
Page 24
24
82, berarti bahan bakar tersebut mempunyai kecenderungan detonasi sama dengan
campuran bahan bakar yang terdiri dari 82% volume iso octane dan 18% volume
normal heptane.
2.6.5 Hubungan Antara Angka Oktan Dengan Pembakaran.
Pada intinya segala usaha untuk memperkecil kecenderungan detonasi adalah
suatu usaha untuk memperpanjang waktu antara terjadinya loncatan listrik pada busi
dan saat terjadi nyala pembakaran (delay periode) atau memperpendek waktu yang
digunakan oleh nyala api untuk mencapai bagian terjauh dari busi.
Waktu yang diperlukan untuk itu sangat tergantung pada kecepatan gerak nyala
api tetapi juga pada jarak yang harus ditempuh. Delay periode suatu campuran bahan
bakar dan udara tersebut untuk menunggu saat dinyalakan. Bensin dengan bilangan
tinggi mempunyai delay periode yang panjang, oleh karena itu bahan bakar dengan
bilangan oktan tinggi baik digunakan motor bensin dengan perbandingan kompresi
tinggi. Sebagai mana diketahui salah satu cara untuk menaikkan efisiensi motor
adalah dengan menaikkan kompresi, maka dengan menggunakan bahan bakar
beroktan tinggi, hambatan yang sebagian besar disebabkan detonasi berangsur-angsur
dapat diatasi. Arismunandar, 2002).
2.6.6.Pengaruh Volatilitas Terhadap Unjuk kerja
a. Pengaruh Volatilitas terhadap daya kerja mesin
Dalam mesin, busi pengapian (Spark Ignition Switch), mesin akan bekerja
dengan baik jika campuran bahan bakar dengan udara telah menjadi uap yang
homogen sebelum atau saat pengapian. Pada saat start, dimana kondisi mesin masih
dingin, maka volatilitas masih rendah yang menyebabkan sedikit kesulitan saat start.
Kemampuan saat start tergantung pada penyediyaan campuran bahan bakar dan udara
yang mudah menyala pada saat pengapian. Perlu diingat bahwa perbandingan uap
bahan bakar udara untuk bahan bakar yang ditentukan adalah berbanding terbalik
Page 25
25
dengan tekanan udara. Dengan demikian kemampuan chock untuk mengurangi
tekanan saluran masuk adalah sangat membantu.
b. Pengaruh Volatilitas terhadap Vapor lock
Walau volatilitas yang tinggi sangat diperlukan saat start pada temperatur
rendah, tetapi dilihat dari segi vapor lock hal ini harus dihindarkan. Vapor lock adalah
terbatasnya suplai bahan bakar karena pembentukan uap yang cepat pada sistem
suplai bahan bakar, pembentukan uap ini harus dibatasi dan disesuaikan dengan kerja
dan kecepatan mesin.
Pembentukan uap yang terlalu cepat akan menghambat dan mengurangi aliran
bahan bakar dan intake manifold. Ketika temperatur bahan bakar mencapai
temperatur yang cukup, maka tekanan uap bahan bakar akan sama dengan tekanan
dalam sistem saluran bahan bakar, hal ini akan menghambat aliran bahan bakarnya.
Vapor lock sering terjadi pada motor berjalan lama, sehingga terbentuk suhu tinggi
pada bagian tertentu dari mesin, akibat terbentuknya uap bahan bakar yang berlebihan
maka pada bagian tersebut perlu adanya pendingin.
2.6.7.Pengaruh Bahan Bakar Terhadap Tekanan Masuk dan Perbandingan
Kompresi
Untuk mesin yang tanpa supercharger, tekanan masuk direncanakan mendekati
tekanan atmosfer pada katup terbuka penuh, bahan bakar dengan oktan tinggi dapat
mempertinggi efisiensi mesin. Sedangkan untuk mesin yang bekerja dengan
supercharger, tekanan masuk direncanakan lebih dari satu atmosfer. Tekanan masuk
diperoleh dengan jalan menekan udara atmosfer masuk ke dalam silinder selama
langkah hisap dengan pompa udara (blower dan kompresor).
2.6.8.Sistem Pembakaran
Secara umum pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi
kesenyawaan antara bahan bakar dengan oksigen. Mekanisme pembakaran sangat
Page 26
26
dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan proses pembakaran, sebagai mana
diketahui bahwa bensin mengandung unsur-unsur karbon dan hidrogen.
Ada 3 teori mengenai terbentuknya hidrogen tersebut :
1. Hidrokarbon terbakar secara bersama-sama dengan oksigen sebelum karbon
bergabung dengan oksigen.
2. Karbon terbakar terlebih dahulu dari pada oksigen.
3. Senyawa hidrokarbon terlebih dahulu bergabung dengan oksigen dan
membentuk senyawa (senyawa hidroxilasi) yang kemudian dipecah secara
thermis. (Yaswaki, K, 1994).
Dalam pembakaran hidrokarbon tidak terjadi gejala apabila kondisinya
memungkinkan untuk proses hidoxilasi, hal ini akan terjadi apabila campuran
terdahulu (premixture) antara bahan bakar dengan udara mempunyai waktu yang
cukup, sehingga memungkinkan masuknya oksigen ke dalam senyawa hidrokarbon.
(Yaswaki, K, 1994).
Bila oksigen dan hidrokarbon tidak tercampur dengan baik, maka akan terjadi
proses crasking dimana akan timbul asap, pembakaran semacam ini disebut
pembakaran tidak normal.
Ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin :
1. Pembakaran normal dimana bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat
dan keadaan yang dikehendaki.
2. Pembakaran tidak normal dimana bahan bakar tidak terbakar atau tidak terbakar
sama-sama pada saat keadaan yang dikehendaki.
Pembakaran tidak normal dapat menimbulkan knocking atau pre-ignition yang
memungkinkan timbulnya gangguan dan kesulitan-kesulitan pada motor bakar
bensin.
a. Pembakarn normal
Pembakaran normal adalah dimana bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada
saat dan keadaan yang dikehendaki. Mekanisme pembakaran normal dalam motor
Page 27
27
bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi, kemudian api
membakar gas bakar yang berada disekelilingnya sehingga semua partikelnya
terbakar habis. Di dalam pembakaran normal, pembagian nyala api terjadi merata di
seluruh bagian. Pada keadaan yang sebenarnya pembakaran bersifat komplek, yang
mana berlangsung pada beberapa phase. Dengan timbulnya energi panas, maka
temperatur dan tekanan naik secara mendadak, sehingga piston terdorong menuju
TMB. Grafik dibawah merupakan grafik pembakaran normal pada motor bensin :
Gambar 2.7. Pembakaran campuran udara bensin dan perubahan tekanan di dalam silinder
(sumber : PT.Toyota Astra Motor,2007)
Gambar grafik di atas (Gambar 2.7) dengan jelas memperlihatkan hubungan
antara tekanan dan sudut engkol, mulai dari penyalaan sampai akhir pembakaran.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa beberapa derajat sebelum piston mencapai
TMA, busi memberikan percikan bunga api sehingga mulai terjadi pembakaran,
sedangkan lonjakan tekanan dan temperatur mulai poin 2, sesaat sebelum piston
mencapai TMA, dan pembakaran poin 3 sesaat sesudah piston mencapai TMA.
b. Pembakaran tidak normal
Pada pembakaran tidak normal, bahan bakar tidak ikut terbakar atau tidak
terbakar sama-sama pada saat dan keadaan yang dikehendaki. Pembakaran tidak
Page 28
28
normal dapat menimbulkan knocking yang memungkinkan timbulnya gangguan dan
kesulitan-kesulitan pada motor bensin. Fenomena–fenomena yang menyertai
pembakaran tidak sempurna, diantaranya :
1. Knocking
Bensin premium mempunyai sifat anti ketukan yang baik dan dapat dipakai
pada mesin kompresi tinggi pada saat semua kondisi. Sifat-sifat penting yang
diperhatikan pada bahan bakar bensin adalah :
1. Kecepatan menguap (volatility)
2. Kualitas pengetukan (kecenderungan berdetonasi)
3. Kadar belerang
4. Titik beku
5. Berat jenis
Seperti telah diterangkan sebelumnya, pada peristiwa pembakaran normal api
menyebar keseluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan busi berfungsi
sabagai pusat penyebaran. Dalam hal ini gas baru yang belum terbakar terdesak oleh
gas yang sudah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik sampai mencapai
keadaan hampir tebakar. Jika pada saat ini gas terbakar dengan sendirinya, maka akan
timbul ledakan (detonasi) yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara
ketukan (knocking noise).
2. Sebab-sebab terjadinya knocking
Pada lapisan yang telah terbakar akan berekspansi. Pada kondisi lapisan yang
tidak homogen, lapisan gas tadi akan mendesak lapisan gas lain yang belum terbakar,
sehingga tekanan dan suhunya naik. Bersamaan dengan adanya radiasi dari ujung
lidah api, lapisan gas yang terdesak akan terbakar tiba-tiba. Peristiwa ini akan
menimbulkan letupan mengakibatkan terjadinya gelombang tekanan yang kemudian
menumbuk piston dan dinding silinder sehingga terdengarlah suara ketukan
(knocking).
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya knocking (gambar 2.8) yaitu :
Page 29
29
1. Perbandingan kompresi yang tinggi, tekanan kompresi, suhu pemanasan
campuran dan suhu silinder yang tinggi.
2. Putaran mesin rendah dan penyebaran api lambat.
3. Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar tidak tepat, serta jarak penyebaran
api terlampau jauh.
Gambar 2.8. Proses terjadinya detonasi(sumber : Arismunandar,2002)
2.6.9.Sistem pengapian
Sistem pengapian adalah memulai pembakaran atau menyalakan campuran
bahan bakar dan udara pada saat dibutuhkan sesuai dengan bahan dan putaran motor.
Sumber api diambil dari tenaga listrik tegangan tinggi yang dapat memercikkan
bunga api diantara elektroda busi tersebut, sedangkan listrik tegangan tinggi tersebut
diperoleh dengan memanfaatkan magnet atau kumparan induksi dalam koil.
Sistem pengapian atau penyalaan terutama terdiri atas : Baterai, kumparan,
penyala (ignition coil), distributor, kondensator, kontak pemutus dan busi. Penyalaan
api pada motor bakar umumnya dibagi atas dua macam sistem pengapian, yaitu :
a. Sistem pengapian dengan magnet
b. Sitem pengapian dengan baterai
2.7 BAHAN BAKAR
Page 30
30
Bahan bakar adalah suatu bahan (komoditi) yang memiliki energi kimia yang
akan menghasilkan energi panas (kalor) setelah melewati proses pembakaran.
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, bahan bakar diartikan sebagai bahan
yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan
sendirinya, disertai dengan pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar dengan tujuan
untuk memperoleh kalor tersebut, untuk digunakan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Bahan bakar, ditinjau dari fasenya dan bentuk fisiknya terdiri dari :
a. Bahan bakar padat (BBP)
Bila ditinjau dari cara terjadinya bahan bakar padat diklasifikasikan menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Bahan bakar padat alamiah
Bahan bakar padat alamiah adalah bahan bakar padat yang keberadaanya dari
alam dan terproses secara alamiah, dengan kata lain bahan bakar padat ini telah
tersedia di alam.
Contoh : antrasit, batu bara, bitumen, liknit, kayu api dan sisa tumbuhan.
2. Bahan bakar padat non alamiah
Bahan bakar padat non alamiah biyasanya juga disebut bahan bakar padat
buatan karena terjadi dari hasil buatan manusia (proses produksi).
Contoh : kokas, semi kokas, arang, briket dan bris.
b. Bahan bakar gas (BBG)
Bahan bakar gas atau disingkat (BBG) merupakan merk dagang gas alam yang
ditunjukan untuk keperluan bahan bakar kendaraan berbahan bakar minyak yang
telah dikonversi untuk menggunakan gas. Komponen utama (BBG) adalah gas
metana (CH 4), merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun,
serta berat jenisnya lebih ringan dari udara. Bahan bakar gas (BBG) yaitu gas alam
yang ditekan sampai tekanan 200 kg/cm2 (2900 psig). Volumenya menyusut 1/230-
Page 31
31
1/260 kali dan fasenya berubah dari fase gas untuk menjadi fase cair. Berat jenisnya
lebih ringan dari udara dan memiliki angka oktan yang tinggi yaitu 130.
Ada beberapa peristilahan yang terkait dengan bahan bakar, yaitu :
1. Gas Bumi (Natural Gas)
2. Non Asosiatif Gas
3. Asosiatif Gas
4. Natural Gas Liquid (NGL)
5. Liquefied Natural Gas (LNG)
6. Gas Alam Kaya (Rich Natural Gas)
7. Gas Alam Miskin (Lean Natural Gas)
8. Gas Alam Basah (Wet Natural Gas)
c. Bahan bakar cair (BBC)
Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang wujud dan fisiknya berbentuk cairan.
Bahan bakar cair dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Bahan bakar minyak (BBM) yang meliputi gasoline, kerosin, avtur, residu dan
lain-lain.
2. Bahan bakar cair non minyak meliputi alcohol, spiritus dan sebagainya.
Sebagian besar bahan bakar cair berasal dari campuran hidrokarbon yang
diproses dari minyak bumi (minyak mentah) melalui proses destilasi dan pemecahan
(cracking). Dari sinilah diperoleh gasoline, kerosin, minyak diesel dan bahan bakar
lainya. Senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi sangat banyak
jumlahnya, namun secara garis besarnya senyawa tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam 3 golongan senyawa hidrokarbon, yaitu:
1. Parafin (Hidrokarbon Jenuh)
Parafin adalah senyawa hidrokarbon yang tidak mengandung ikatan rangkap.
Nama parafin berasal dari kata parum (sukar) dan affinis (bergabung), yang bila
diartikan secara harfiah adalah senyawa yang sukar bereaksi (bergabung).
Page 32
32
Rumus empiris :Cn H2 n+n
Untuk n = 1 s/d 10
Senyawa ini disebut juga suku alkana
2. Naftan
Naftan adalah senyawa hidrokarbon jenuh dengan rumus umum Cn H2 n.
Karena senyawa hidrokarbon ini mempunyai sifat kimia seperti senyawa hidrokarbon
paraffin dan mempunyai stuktur molekul, maka senyawa ini juga disebut senyawa
siklo paraffin.
3. Aromat
Senyawa hidrokarbon aromat adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan
rumus umum Cn H2 n−6. Hanya sedikit sekali minyak mentah yang mengandung
senyawa aromat dengan titik didih rendah. Disamping senyawa hidrokarbon
sederhana benzene, dalam minyak mentah juga terdapat senyawa hidrokarbon
poliaromat seperti :
a. Naftalen (C10 H8)
b. Antrasen (C14 H 10)
2.7.9.Bahan bakar bensin.
Bensin adalah senyawa organik yang dibutuhkan dalam suatu pembakaran
dengan tujuan untuk mendapatkan energi atau tenaga. Bensin merupakan campuran
komplek senyawa-senyawa hidrokarbon yang memiliki titik didih sekitar 40˚C
sampai 180˚C. Bensin merupakan hasil destilasi minyak bumi (Crude Oil) dan
merupaka senyawa hidrokarbon jenuh. Bensin termasuk dalam pengelompokan
senyawa hidrokarbon parafin atau termasuk pengelompokan gugus Alkana, dengan
rumus empiris :Cn H2n+2
Page 33
33
Jenis bensin yang diproduksi dan dipasarkan oleh pertamina dengan nama
premium saat ini memiliki angka oktan 88 dengan kandungan timbal 3 gram/liter dan
kadar belerang maksimum 2% bobot. Disamping premium disediakan pula bensin
yang beroktan tinggi namun tidak memiliki kandungan timbal, yaitu pertamax dengan
angka oktan 92. Pertamax adalah produk pertamina baru yang penyempurnaan dari
premix 94. Keunggulan pertamax adalah sangat ramah terhadap lingkungan, dimana
tidak mengandung timbal (pb), namun angka oktanya lebih kecil dari premix.
Premium merupakan bahan bakar cair yang telah lama digunakan, premium
berasal dari salah satu fraksi penyulingan minyak bumi. Bensin yang merupakan
hidrokarbon rantai lurus teryata kurang baik jika digunakan untuk bahan bakar mesin
berkompresi tinggi karena menyebabkan knocking pada mesin. Knocking dapat
dikurangi dengan menambahkan TEL (Tetra Ethyl lead) dan mempunyai nilai oktan
88 disebut premium.
Tabel 2.2 Spesifikasi premium
No Sifat Batasan
Min Max
1 Angka oktan riset 88
2 Kandungan pb (gr/lt) 0,03
3 DESTILASI
-10% VOL.penguapan (˚C) 74
-50% VOL.penguapan (˚C) 88 125
-90% VOL.penguapan (˚C) 180
-Titik didih akhir (˚C) 205
-Residu (%vol) 2
4 Tekanan Uap Reid pada 37,8 ˚C (psi) 9,0
5 Getah purawa (mg/100ml) 4
6 Periode induksi (menit) 240
7 Kandungan Belerang (% massa) 0,02
Page 34
34
8 Korosi bilah tembaga (3jam/50˚C) No.1
9 Uji doktor atau alternative belerang
mercapatan (% masa)
0,00
10 Warna Kuning
(Sumber : Keputusan Dirjen Migas No. 940/34/DJM/2002)
2.7.2.Bahan bakar pertamax
Pertamax merupakan bahan bakar ramah lingkungan beroktan tinggi hasil
penyempurnaan produk Pertamina sebelumnya. Formula barunya yang terbuat dari
bahan baku berkualitas tinggi memastikan mesin kendaraan bermotor anda bekerja
dengan lebih baik, lebih bertenaga, knock fre, rendah emisi, dan memungkinkan anda
menghemat pemakaian bahan bakar. Pertamax memiliki nilai oktan 92 dengan
stabilitas oksidasi yang tinggi dan kandungan olefin, aromatic dan benzen-nya pada
level yang rendah sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna pada
mesin. Dilengkapi dengan aditif generasi 5 dengan sifat detergency yang memastikan
injector bahan bakar, karburator, inlet valve dan ruang bakar tetap bersih untuk
menjaga kinerja mesin tetap optimal.
Pertamax sudah tidak menggunakan campuran timbal dan metal lainnya yang
sering digunakan pada bahan bakar lain untuk meningkatkan nilai oktan sehingga
Pertamax merupakan bahan bakar yang sangat bersahabat dengan lingkungan sekitar.
Bahan bakar biasanya diukur dengan Research Octane Number atau disingkat RON,
di mana Jenis Premium dengan RON 88, Pertamax dengan RON 92 dan Pertamax
Plus RON 96. Research Octane Number atau disingkat RON adalah sebuah nilai
yang digunakan untuk mengukur ketahanan mesin motor bahan bakar bensin terhadap
Knocking atau sering disebut efek mesin ngelitik. Perbedaan pemakaian bahan bakar
Premium dan Pertamax tentu saja mempunyai pengaruh di sisi mesin dan performa,
yaitu untuk mesin sepeda motor dengan kebutuhan spesifikasi bahan bakar jenis
Pertamax apabila menggunakan jenis Premium maka akan berpengaruh pada
menurunnya performa dan umur pakai mesin.
Page 35
35
Sementara itu mesin sepeda motor dengan kebutuhan spesifikasi bahan bakar
jenis Premium apabila menggunakan jenis Pertamax maka performa mesin motor
akan meningkat, akselerasi tarikan lebih resposif. Pembakaran menjadi lebih
sempurna karena nilai oktan pertamax lebih tinggi sehingga menghasilkan
pembakaran yang lebih bersih, sehingga kinerja mesin menjadi meningkat, busi jadi
tidak cepat ganti.
Tabel 2.3 Spesifikasi PERTAMAX
No Sifat MIN MAX1 Angka oktana riset RON 922 Kandungan Pb (gr/lt) 0,303 Distilasi
10% Vol penguapan (˚C) 7050% Vol penguapan (˚C) 77 11090% Vol penguapan (˚C) 180Titik Didih akhir (˚C) 205Residu (% Vol) 2.0
4 Tekanan Uap Reid pada 37,8 ˚C (psi) 45 605 Getah purawa (mg/100ml) 46 Periode induksi (menit) 4807 Kandungan Belerang (% massa) 0,18 Korosi bilah tembaga (3jam/50˚C) No.19 Uji dokter atau belerang mercapatan 0,0010 Warna Biru 2
(Sumber: Keputusan Dirjen Migas No. 940/34/DJM/2002)
2.7.3.Bahan Bakar Etanol
Salah satu bahan yang digunakan untuk menggantikan bensin adalah etanol.
Etanol yang sering juga disebut etil alcohol, bersifat cair pada temperatur kamar.
Etanol dapat dibuat dari proses pemasakan, fermentasi dan distilasi beberapa jenis
tanaman seperti tebu, jagung, singkong atau tanaman lain yang kandungan karbo
hidratnya tinggi. Beberapa karakteristik bahan bakar etanol yang mempengaruhi kerja
mesin bensin adalah :
1. Bilangan oktan
Page 36
36
Etanol memiliki angka oktan lebih tinggi dari pada bensin yaitu research
octane 108 dan motor octane 92. Angka oktan pada bahan bakar mesin otto
menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara bahan bakar
sebelum waktunya yang akan menimbulkan fenomena knocking yang berpotensi
menurunkan daya mesin, bahkan bisa menimbulkan kerusakan serius pada komponen
mesin Bila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka lambat laun piston mesin
kendaraan akan rusak. Nilai oktan menjadi hal yang penting dalam menjaga kualitas
bahan bakar. Bila bahan bakar memiliki energi tinggi namun kurang nilai oktan,
maka akan terjadi kondisi dimana bahan bakar sudah habis terbakar, padahal energi
belum diolah maksimal.
2. Nilai Kalor
Kalor adalah sumber energi dalam bahan bakar, yang akan diolah mesin
menjadi tenaga untuk menggerakkan mesin. Apa yang terjadi bila nilai kalor dalam
bahan bakar tidak mencukupi kebutuhan kinerja mesin, Selain boros bahan bakar
tentu saja akan menyebabkan performa yang tidak maksimal dari mesin tersebut.
Mesin akan mengambil sebanyak-banyaknya bahan bakar untuk memenuhi
kebutuhan kinerjanya, akan tetapi tetap tidak mencukupi kebutuhan kinerja mesin.
Suatu kondisi ideal terjadi bila dengan jumlah bahan bakar yang normal, mesin telah
mendapat energi yang cukup.
Nilai kalor suatu bahan bakar menunjukkan seberapa besar energi yang
terkandung di dalamnya. Dimana nilai kalor Bioethanol sekitar 26.9 MJ/kg dan nilai
kalor bensin 44.1MJIKg ( Sumber: Wiranto Arismunandar).2002, hal ini karena
adanya oksigen dalam struktur etanol. Berarti untuk mendapatkan energi yang sama
jumlah etanol yang diperlukan akan lebih besar. Adanya oksigen dalam etanol juga
mengakibatkan campuran menjadi lebih miskin atau lean jika dibandingkan dengan
bensin, sehingga campuran harus dibuat lebih kaya untuk mendapatkan unjuk kerja
yang diinginkan. Nilai oktan yang tinggi tidak memberikan tenaga yang lebih
terhadap performa mesin. Bisa saja bahan bakar dengan nilai oktan yang tinggi,
Page 37
37
namun tenaga yang dihasilkan tetap kurang. Hal ini karena bukan nilai oktan yang
memberikan energi, melainkan nilai kalor. Kalor yang terkompresi sempurna akan
menghasilkan energi maksimal, yang akan mendorong piston lebih kuat sehingga
memberikan performa terbaik.
3. Volatility
Volatility suatu bahan bakar menunjukkan kemampuanya untuk menguap. Sifat
ini penting, karena jika bahan bakar tidak cepat menguap maka bahan bakar akan
sulit tercampur dengan udara pada saat terjadi pembakaran. Zat yang sulit menguap
tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar mesin, meskipun memiliki nilai kalor
yang besar. Namun demikian bahan bakar yang terlalu mudah menguap juga
berbahaya karena mudah terbakar.
Keekonomisan suatu bahan bakar secara langsung tergantung dari seberapa
kaya campuran udara bahan bakarnya dan hal ini tergantung dari seberapa ukuran
main jet pada karburator. Etanol memerlukan campuran yang lebih kaya dari pada
bensin, tetapi karena bilangan oktanya yang lebih tinggi maka pembakaran etanol
lebih efisien. Untuk mengetahui secara detail tingkat keekonomisan etanol jika
dibandingkan dengan bensin tentunya diperlukan kajian dan penelitian lebih
mendalam.
Page 38
Mulai
Persiapan alat dan bahanDynamometer, Premium, Pertamax, Etanol
Merakit motor
Variasi bahan bakarPremium dengan campuran pertamax ; 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20%, 10%, 0%
Premium dengan campuran etanol ; 5%, 10%, 15%, 20%.
Menghidupkan motor
Mengatur throttleMenaikkan rpm mulai dari 4000 sampai dengan putaran maksimum.
Output: Putaran (RPM)Daya (HP)Torsi (Nm)
A
Pengambilan Data
B
BAB III
METODE PENELITIAN.
3.1 Diagram Alir
Diagram alir penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
38
Page 39
Pembahasan data penelitian
Kesimpulan dan saran
Selesai
Mematikan mesin
Sudah menguji tiga jenis bahan bakar
A
Analisa dan pengolahan data penelitian
B
B
Menghidupkan motor
Mulai
Persiapan alat dan bahanDynamometer, Premium, Pertamax, Etanol
Merakit motor
Variasi bahan bakarPremium dengan campuran pertamax ; 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20%, 10%, 0%
Premium dengan campuran etanol ; 5%, 10%, 15%, 20%.
A
39
Tidak
Ya
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengujian Daya, Torsi dan RPM
Page 40
n ≥ 8000 rpm
B
Sesuai ketentuan
Mematikan Mesin
Pengolahan data dan Analisa mf
Pembahasan dan penelitian
Kesimpulan
Selesai
Mengatur throttle :n = 4000, 5000, 6000, 7000, 8000 rpm
Pencatatan data hasil pengujian :Waktu dan bahan bakar
A
40
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 3.2 Diagram Alir Pengujian mf
Page 41
41
3.2 Pengujian Untuk Kerja Mesin
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan motor bensin tipe
Yamaha Jupiter Z 110 cc. Pengujian dilakukan dengan perbandingan kompresi
standar (tidak mengubah apapun). Pengujian ini menggunakan campuran bahan bakar
premium – etanol dengan variasi campuran E0%, E5%, E10%, E15%, E20% dan
campuran bahan bakar premium – pertamax dengan campuran pertamax sebesar
10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%.
3.3 Skema alat uji
a. Skema alat uji dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini :
Gambar 3.3. Skema alat uji daya motor
Keterangan gambar :
1. Dynamometer 6. Penahan motor
2. Knalpot 7. Computer
3. Mesin 8. Tachometer
4. Karburator 9. Torsimeter
5. Indikator petunjuk bahan bakar
Page 42
42
b. Prinsip Kerja Alat Uji (Dynamometer)
Dynamometer terdiri dari suatu rotor yang digerakkan oleh motor yang akan
diukur dan berputar dalam medan magnet. Kekuatan medan magnetnya dikontrol
dengan mengubah arus sepanjang susunan kumparan yang ditempatkan pada kedua
sisi rotor. Rotor ini berfungsi sebagai konduktor yang memotong medan magnet.
Karena pemotongan medan magnet tersebut maka terjadi arus dan arus diinduksikan
dalam rotor sehingga rotor menjadi panas.
3.4 Spesifikasi Mesin Penelitian
Mesin yang digunakan untuk penelitian ini adalah sepeda motor bensin 4
langkah dengan merek Yamaha Jupiter Z 110 cc. Berikut ini adalah spesifikasi dari
mesin :
- Tipe mesin : 4 langkah
- Diameter x langkah : 51.0 x 54.0 mm
- Volume silinder : 110,3 cc
- Perbandingan kompresi : 9,3 : 1
- Power max : 8,8 HP pada putaran 8000 rpm
- Torsi max : 0,92 kgf.m
- Sistem pelumasan : pelumasan basah
- Kapasitas oli mesin : 800 cc
- Karburator : setelan pilot Screw 1-3,8 putaran keluar
- Putaran langsam : 1500 rpm
- Saringan udara mesin : tipe kering
- Sistem starter : motor starter dan starter engkol
- Tipe transmisi : tipe rotary 4 kecepatan (N-1-2-3-4-N)
Page 43
43
3.5 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Laboratorium Prestasi Mesin Teknik Mesin UMY.
2. Mototech Yogyakarta.
3.6 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.6.1 Bahan –bahan dalam Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa bahan bakar
premium, pertamax, campuran premium-pertamax dan campuran premium-atanol.
3.6.2 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Alat-alat pendukung yang akan digunakan dalam pengambilan data sebagai
berikut :
1. Dinamometer adalah alat yang untuk mengukur torsi dan daya sebuah mesin.
Gambar 3.4.Dynamometer
2. Computer berfungsi sebagai akuisasi dari data Dynotest
3. Tachometer adalah alat untuk mengukur putaran mesin.
Page 44
44
Gambar 3.5. Tachometer
4. Buret adalah alat untuk mengukur volume bahan bakar.
Gambar 3.6.Burret
5. Stop watch adalah alat menghitung waktu komsumsi bahan bakar.
Gambar 3.7.Stop watch
6. Thermometer, adalah alat untuk mengukur suhu
Page 45
45
3.7 Persiapan Pengujian
Persiapan awal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penelitian atau
percobaan adalah keadaan alat dan mesin yang digunakan supaya data yang diperoleh
lebih akurat dan teliti. Adapun persiapannya meliputi :
1. Motor
Kondisi mesin motor diperiksa terlebih dahulu sebelum melakukan
pengambilan data agar didapat pengambilan data semaksimal mungkin, pengecekan
mulai dari mesin, karburator, pengapian, kenalpot, oli dan sebagainya.
2. Alat ukur
Alat ukur sebelum dipakai periksa keadaan normalnya atau distandarkan atau
disebut kalibrasi alat, agar pada saat pengambilan data bisa maksimal.
3.8 Tahap Pengujian
Proses pengujian dan pengambilan data dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sabagai berikut :
1. Mempersiapkan alat ukur seperti stopwatch, tachometer, dan thermometer.
2. Mengisi tangki dengan bahan bakar, sistem saluran bahan bakar dari tangki,
burret sampai karburator diperiksa, dipastikan tidak terjadi kebocoran.
3. Menempatkan sepeda motor pada unit dynamometer.
4. Melakukan pengujian daya, torsi dan konsumsi bahan bakar (mf) sesuai
prosedur yang ditentukan, dengan mencatat waktu pemakaian bahan bakar pada
burret ukur.
5. Mencatat semua hasil pengujian, kemudian menghitung dalam bentuk
pemakaian bahan bakar (mf).
6. Membersihkan bahan, alat, dan tempat kerja
Page 46
46
3.9 Metode Pengujian
a. Metode throttle spontan
Metode throttle spontan adalah memainkan throttle secara spontan mulai dari
4000 rpm sampai putaran maksimum. Tahapan dalam throttle spontan ini pertama –
tama motor dihidupkan kemudian dimasukan pada gigi rasio 1 sampai dengan 3,
kemudian throttle ditahan pada 4000 rpm setelah stabil pada 4000 rpm baru throttle
dinaikkan secara spontan sampai putaran maksimum. Hasil pengujian dari metode ini
adalah daya dan torsi yang dikeluarkan dari dynotest.
b. Metode throttle per rpm
Metode throttle per rpm adalah memainkan throttle dari 4000 rpm kemudian
dinaikan menjadi 8000 rpm secara bertahap setiap kenaikannya 1000 rpm. Tahapan
hampir sama hanya yang membedakan adalah gas dibuka secara bertahap. Hasil
pengujian dari metode ini adalah konsumsi bahan bakar.
Page 47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan
pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data dan spesifikasi obyek
penelitian dan hasil pengujian. Data – data tersebut diolah dengan perhitungan untuk
mendapatkan variabel yang diinginkan kemudian dilakukan pembahasan. Berikut ini
merupakan proses pengumpulan data, perhitungan, dan pembahasan.
4.1. Perhitungan
Perhitungan kinerja mesin berdasarkan data hasil pengujian kondisi yang
dilakukan pada 4000 (rpm) sampai dengan putaran mesin maksimal, dengan sistem
gas spontan adalah sebagai berikut:
1. Torsi (T), terukur pada hasil pengujian.
2. Daya (P), terukur pada hasil pengujian.
P = 5,2HP
1HP = 0,7457 kW
P = 5,2.0,7457 kW
P = 3,8 kW
3. Konsumsi bahan bakar (mf)
mf = bt .
36001000 . ρbb (kg / jam)……………………………………....(4.1)
Jika :
b = 10 cc
t = 94.6 s
ρbb = 0,7471 (kg / liter ) massa jenis untuk bahan bakar premium.
47
Page 48
48
Maka :
mf = 10
94,6 . 36001000 . 0,7471 (
ccs
.
sjamcc
liter
. kgliter
¿
mf = 0,284 (kg / jam)
Contoh perhitungan diatas digunakan pada tiap – tiap putaran dan tiap variasi
pengujian yang kemudian disajikan kedalam bentuk tabel.
4.2. Pembahasan Hasil pengujian Daya, Torsi dan Konsumsi Bahan Bakar
PadaCampuran Premium – Pertamax.
4.2.1. Torsi (N.m)
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90006
6.5
7
7.5
8
8.5
9
9.5
10 GRAFIK PERBANDINGAN TORSIpremium 100%Polynomial (premium 100%)premium 90%Polynomial (premium 90%)premium 80%Polynomial (premium 80%)premium 70%Polynomial (premium 70%)premium 60%Polynomial (premium 60%)premium 50%Polynomial (premium 50%)
PUTARAN (Rpm)
TORS
I (N
.m)
Page 49
49
Gambar 4.1. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap torsi (N.m).
Gambar 4.1 menunjukkan pada campuran premium 100% sampai penambahan
pertamax 50% torsi mengalami peningkatan. Torsi tertinggi didapat pada campuran
bahan bakar premium – pertamax (50-50%) pada putaran 5351 rpm sebesar 9,55 N.m.
penambahan pertamax 50% pada campuran bahan bakar tersebut bisa meningkatkan
nilai oktan, sehingga mengakibatkan pembakaran yang lebih sempurna. Pembakaran
yang lebih sempurna akan menghasilkan tekanan yang lebih besar dan torsi yang
semakin besar pula. Angka oktan pada bahan bakar mesin otto menunjukkan
kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara bahan bakar sebelum
waktunya yang akan menimbulkan fenomena knocking yang berpotensi menurunkan
daya mesin. Tetapi pada penambahan pertamax 60% sampai 100% torsi mengalami
penurunan. Hal ini disebabkan karena terjadi proses pembakaran yang tidak tepat atau
penyetelan timing pengapian yang tidak pas akibatnya bahan bakar terbakar sebelum
waktunya sehingga tenaga yang dihasilkan kurang maksimal.
Pada putaran 4000 rpm torsi meningkat sampai pada kisaran putaran 5500
rpm hal ini dipengaruhi karena adanya pengaruh konsumsi bahan bakar yang
meningkat. Meningkatnya suplai energi untuk proses pembakaran tersebut
menyebabkan semakin besarnya kalor dan tekanan yang dilepaskan dalam proses
pembakaran sehingga gaya tekan gas hasil pembakaran menjadi lebih besar dan
menyebabkan torsi motor meningkat. Sedangkan pada putaran 5600 rpm sampai
putaran 8500 rpm torsi menurun secara signifikan akibat adanya pengaruh siklus yang
cepat sehingga tidak sempat terjadi pembakaran ketika seluruh bahan bakar yang
masuk di dalam ruang bakar dan sisa bahan bakar ikut terbuang keluar kelingkungan.
Page 50
50
4.2.2. Daya (kW)
Gambar 4.2 menunjukkan pada campuran premium 100% sampai penambahan
pertamax 60% daya mengalami peningkatan. Daya tertinggi didapat pada campuran
bahan bakar premium – pertamax (40-60%) pada putaran 7652 rpm sebesar 6,46 kW.
penambahan pertamax 60% pada campuran bahan bakar tersebut dapat meningkatkan
nilai oktan dan kalor, sehingga mengakibatkan pembakaran yang lebih sempurna.
Pembakaran yang lebih sempurna akan menghasilkan tekanan yang lebih besar dan
daya yang semakin besar pula. Angka oktan pada bahan bakar mesin otto
menunjukkan kemampuannya menghindari terbakarnya campuran udara bahan bakar
sebelum waktunya yang akan menimbulkan fenomena knocking yang berpotensi
menurunkan daya mesin. Tetapi pada penambahan pertamax 70% sampai 100% daya
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena terjadi proses pembakaran yang
tidak tepat atau penyetelan timing pengapian yang tidak pas akibatnya bahan bakar
terbakar sebelum waktunya sehingga tenaga yang dihasilkan kurang maksimal.
Pada putaran 4000 rpm daya meningkat sampai pada kisaran putaran 7500
rpm hal ini dipengaruhi karena adanya pengaruh konsumsi bahan bakar yang
meningkat. Meningkatnya suplai energi untuk proses pembakaran tersebut
menyebabkan semakin besarnya kalor dan tekanan yang dilepaskan dalam proses
pembakaran sehingga gaya tekan gas hasil pembakaran menjadi lebih besar dan
menyebabkan daya motor meningkat. Sedangkan pada putaran 7600 rpm sampai
putaran 8500 rpm daya menurun secara signifikan akibat adanya pengaruh siklus
yang cepat sehingga tidak sempat terjadi pembakaran ketika seluruh bahan bakar
yang masuk di dalam ruang bakar dan sisa bahan bakar ikut terbuang keluar
kelingkungan.
Page 51
51
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90003
3.5
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7GRAFIK PERBANDINGAN DAYA
premium 100%Polynomial (premium 100%)premium 90%Polynomial (premium 90%)premium 80%Polynomial (premium 80%)premium 70%Polynomial (premium 70%)premium 60%Polynomial (premium 60%)premium 50%Polynomial (premium 50%)
PUTARAN (Rpm)
DAYA
(kW
)
Gambar 4.2. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap daya (kW).
4.2.3. Konsumsi Bahan Bakar (mf)
Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara komposisi bahan bakar terhadap
konsumsi bahan bakar (mf) dengan kondisi mesin standar menggunakan campuran
bahan bakar premium – pertamax. Berikut grafik perbandingan mf untuk campuran
bahan bakar premium – pertamax.
Page 52
52
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90000.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65GRAFIK PERBANDINGAN mf
Premium 100%Polynomial (Premium 100%)Premium 90%Polynomial (Premium 90%)Premium 80%Polynomial (Premium 80%)Premium 70%Polynomial (Premium 70%)Premium 60%Polynomial (Premium 60%)
PUTARAN (Rpm)
mf (
kg/j
am)
Gambar 4.3. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap mf.
Gambar 4.3 menunjukkan pada campuran premium 100% sampai
penambahan pertamax 80% mf mengalami penurunan. Konsumsi mf terendah didapat
pada campuran bahan bakar premium – pertamax (20-80%) pada putaran 4000 rpm
sebesar 0,26 (kg/jam). Penambahan pertamax 80% dapat meningkatkan nilai oktan.
Penambahan pertamax 80% mengakibatkan pengapian yang sempurna sehingga
mesin tidak membutuhkan bahan bakar terlalu banyak untuk memenuhi kebutuhanya.
Sedangkan semakin tinggi putaran mesin konsumsi bahan bakar meningkat secara
signifikan hal ini disebabkan karena adanya pengaruh siklus yang cepat.
Page 53
53
4.3. Pembahasan Hasil pengujian Daya, Torsi dan Konsumsi Bahan Bakar
PadaKomposisi Campuran Premium – Etanol.
4.3.1. Torsi (N.m)
Gambar 4.4 menunjukkan pengaruh komposisi bahan bakar terhadap torsi
dengan kondisi mesin standar menggunakan campuran bahan bakar premium –
etanol.
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90006
6.26.46.66.8
77.27.47.67.8
88.28.48.68.8
99.29.49.6
GRAFIK PERBANDINGAN TORSI
Pre-mium 100%Poly-no-mial (Premium 100%)E 5%Poly-no-mial (E 5%)E 10%
PUTARAN (Rpm)
TO
RSI
(N.m
)
Gambar 4.4. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap torsi (N.m).
Gambar 4.4 menunjukkan pada campuran premium 100% sampai penambahan
E5% torsi mengalami peningkatan. Torsi tertinggi didapat pada bahan bakar premium
dengan penambahan E5% pada putaran 5349 rpm sebesar 9,25 N.m. Penambahan
Page 54
54
E5% mampu meningkatkan nilai oktan premium karena etanol mempunyai angka
oktan 108 lebih tinggi dibandingkan premium yang hanya memiliki oktan 88. Angka
oktan pada bahan bakar mesin otto menunjukkan kemampuannya menghindari
terbakarnya campuran udara bahan bakar sebelum waktunya yang akan menimbulkan
fenomena knocking yang berpotensi menurunkan daya mesin, penambahan E5%
mengakibatkan pengapian yang sempurna sehingga pembakaran yang terjadi dalam
ruang bakar akan menjadi lebih sempurna. Pembakaran yang lebih sempurna akan
menghasilkan tekanan yang lebih besar dan torsi yang semakin besar pula. Tetapi
pada penambahan E10% sampai E20% torsi mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena adanya oksigen dalam struktur etanol. Adanya oksigen dalam
etanol juga mengakibatkan campuran menjadi lebih miskin atau lean jika
dibandingkan dengan bensin, sehingga campuran harus dibuat lebih kaya untuk
mendapatkan unjuk kerja yang diinginkan.
Pada putaran 4000 rpm torsi meningkat sampai pada kisaran putaran 5500
rpm hal ini dipengaruhi karena adanya pengaruh konsumsi bahan bakar yang
meningkat. Meningkatnya suplai energi untuk proses pembakaran tersebut
menyebabkan semakin besarnya kalor dan tekanan yang dilepaskan dalam proses
pembakaran sehingga gaya tekan gas hasil pembakaran menjadi lebih besar dan
menyebabkan daya motor meningkat. Sedangkan pada putaran 5600 rpm sampai
putaran 8500 rpm torsi menurun secara signifikan akibat adanya pengaruh siklus yang
cepat sehingga tidak sempat terjadi pembakaran ketika seluruh bahan bakar yang
masuk di dalam ruang bakar dan sisa bahan bakar ikut terbuang keluar kelingkungan.
4.3.2. Daya (kW)
Gambar 4.5 menunjukkan pengaruh komposisi bahan bakar terhadap daya
dengan kondisi mesin standar menggunakan campuran bahan bakar premium –
etanol.
Page 55
55
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90003
3.5
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7GRAFIK PERBANDINGAN DAYA
Pre-mium 100%
Poly-no-mial (Premium 100%)
E 5%
PUTARAN (Rpm)
DA
YA
(kW
)
Gambar 4.5. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap daya (kW).
Gambar 4.5 menunjukkan pada campuran premium 100% sampai
penambahan E5% daya mengalami peningkatan. Daya tertinggi didapat pada bahan
bakar premium dengan penambahan E5% pada putaran 7751 rpm sebesar 6,41 kW.
Penambahan E5% mampu meningkatkan nilai oktan premium karena etanol
mempunyai angka oktan 108 lebih tinggi dibandingkan premium yang hanya
memiliki oktan 88. Penambahan E5% mengakibatkan pengapian yang sempurna
sehingga pembakaran yang terjadi dalam ruang bakar akan menjadi lebih sempurna.
Pembakaran yang lebih sempurna akan menghasilkan tekanan yang lebih besar dan
daya yang semakin besar pula. Tetapi pada penambahan E10% sampai E20% daya
Page 56
56
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya oksigen dalam struktur
etanol. Adanya oksigen dalam etanol juga mengakibatkan campuran menjadi lebih
miskin atau lean jika dibandingkan dengan bensin, sehingga campuran harus dibuat
lebih kaya untuk mendapatkan unjuk kerja yang diinginkan.
Pada putaran 4000 rpm daya meningkat sampai pada kisaran putaran 7700
rpm hal ini dipengaruhi karena adanya pengaruh konsumsi bahan bakar yang
meningkat. Meningkatnya suplai energi untuk proses pembakaran tersebut
menyebabkan semakin besarnya kalor dan tekanan yang dilepaskan dalam proses
pembakaran sehingga gaya tekan gas hasil pembakaran menjadi lebih besar dan
menyebabkan daya motor meningkat. Sedangkan pada putaran 7800 rpm sampai
putaran 8500 rpm daya menurun secara signifikan akibat adanya pengaruh siklus
yang cepat sehingga tidak sempat terjadi pembakaran ketika seluruh bahan bakar
yang masuk di dalam ruang bakar dan sisa bahan bakar ikut terbuang keluar
kelingkungan.
4.3.3. Konsumsi Bahan Bakar (mf)
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90000.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65 GRAFIK PERBANDINGAN mf
E 5
PUTARAN (Rpm)
mf (
kg/ja
m)
Gambar 4.6. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap mf.
Page 57
57
Gambar 4.6 menunjukkan pada campuran premium 100% sampai
penambahan E5% mf mengalami penurunan. Grafik tersebut menunjukkan nilai
konsumsi bahan bakar (mf) terendah didapat pada bahan bakar premium dengan
penambahan E5% pada putaran 4000 rpm sebesar 0,27 (kg/jam). Penambahan E5%
mengakibatkan pengapian yang sempurna sehingga mesin tidak membutuhkan bahan
bakar terlalu banyak untuk memenuhi kebutuhanya.
Tetapi pada penambahan E10 – 20 % terjadi peningkatan konsumsi bahan
bakar hal ini disebabkan adanya oksigen dalam struktur etanol. Berarti untuk
mendapatkan energi yang maksimal jumlah etanol yang diperlukan akan lebih besar.
Adanya oksigen dalam etanol juga mengakibatkan campuran menjadi lebih miskin
atau lean jika dibandingkan dengan bensin, sehingga campuran harus dibuat lebih
kaya untuk mendapatkan unjuk kerja yang diinginkan. Sedangkan semakin tinggi
putaran mesin konsumsi bahan bakar meningkat secara signifikan hal ini disebabkan
adanya pengaruh siklus yang cepat.
4.4. Hasil Perbandingan Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Campuran
Premium – Pertamax dan Premium – Etanol.
4.4.1 Torsi (N.m)
Gambar 4.7 menunjukkan pengaruh komposisi bahan bakar terhadap torsi
dengan kondisi mesin standar menggunakan campuran bahan bakar premium –
pertamax dan campuran premium – etanol.
Page 58
58
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90006
6.26.46.66.8
77.27.47.67.8
88.28.48.68.8
99.29.49.69.8
GRAFIK PERBANDINGAN TORSI
premium 100%Polynomial (premium 100%)pertamax 10%Polynomial (pertamax 10%)pertamax 20%Polynomial (pertamax 20%)pertamax 30%Polynomial (pertamax 30%)pertamax 40%
PUTARAN (Rpm)
TORS
I (N
.m)
Gambar 4.7. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap torsi (N.m).
Gambar 4.7 menunjukkan pada campuran premium – pertamax torsi mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan campuran premium - etanol. Nilai torsi
tertinggi didapat pada campuran bahan bakar premium 50% – pertamax 50% pada
putaran 5351 rpm sebesar 9,55 N.m penambahan pertamax 50% pada campuran
bahan bakar tersebut dapat meningkatkan nilai oktan, sehingga mengakibatkan
pembakaran yang lebih sempurna. Pembakaran yang lebih sempurna akan
menghasilkan tekanan yang lebih besar dan torsi yang semakin besar pula. Sedangkan
untuk nilai torsi terendah didapat pada campuran premium E20% pada putaran 5569
rpm sebesar 9,14 N.m. Hal ini disebabkan karena adanya oksigen dalam struktur
etanol. Adanya oksigen dalam etanol juga mengakibatkan campuran menjadi lebih
Page 59
59
miskin atau lean jika dibandingkan dengan bensin, sehingga campuran harus dibuat
lebih kaya untuk mendapatkan unjuk kerja yang diinginkan.
Pada putaran 4000 rpm torsi meningkat sampai pada kisaran putaran 5600
rpm hal ini dipengaruhi karena adanya pengaruh konsumsi bahan bakar yang
meningkat. Meningkatnya suplai energi untuk proses pembakaran tersebut
menyebabkan semakin besarnya kalor dan tekanan yang dilepaskan dalam proses
pembakaran sehingga gaya tekan gas hasil pembakaran menjadi lebih besar dan
menyebabkan daya motor meningkat. Sedangkan pada putaran 5700 rpm sampai
putaran 8500 rpm torsi menurun secara signifikan akibat adanya pengaruh siklus yang
cepat sehingga tidak sempat terjadi pembakaran ketika seluruh bahan bakar yang
masuk di dalam ruang bakar dan sisa bahan bakar ikut terbuang keluar kelingkungan.
4.4.2 Daya (N.m)
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90003
3.23.43.63.8
44.24.44.64.8
55.25.45.65.8
66.26.46.66.8
GRAFIK PERBANDINGAN DAYApremium 100%Polynomial (premium 100%)pertamax 10%Polynomial (pertamax 10%)pertamax 20%Polynomial (pertamax 20%)pertamax 30%Polynomial (pertamax 30%)pertamax 40%Polynomial (pertamax 40%)
PUTARAN (Rpm)
DAYA
(kW
)
Gambar 4.8. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap daya (kW).
Page 60
60
Gambar 4.8. menunjukkan pada campuran premium – pertamax daya
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan campuran premium - etanol. nilai
daya tertinggi didapat pada campuran bahan bakar premium 40% – pertamax 60%
sebesar 6,46 kW pada putaran 7652 rpm. penambahan pertamax 60% pada campuran
bahan bakar tersebut dapat meningkatkan nilai oktan dan kalor, sehingga
mengakibatkan pembakaran yang lebih sempurna. Pembakaran yang lebih sempurna
akan menghasilkan tekanan yang lebih besar dan torsi yang semakin besar pula.
Sedangkan untuk nilai daya terendah didapat pada etanol 15% pada putaran 7708
rpm sebesar 6,38kW. Hal ini disebabkan karena adanya oksigen dalam struktur
etanol. Adanya oksigen dalam etanol juga mengakibatkan campuran menjadi lebih
miskin atau lean jika dibandingkan dengan bensin, sehingga campuran harus dibuat
lebih kaya untuk mendapatkan unjuk kerja yang diinginkan.
Pada putaran 4000 rpm torsi meningkat sampai pada kisaran putaran 7600
rpm hal ini dipengaruhi karena adanya pengaruh konsumsi bahan bakar yang
meningkat. Meningkatnya suplai energi untuk proses pembakaran tersebut
menyebabkan semakin besarnya kalor dan tekanan yang dilepaskan dalam proses
pembakaran sehingga gaya tekan gas hasil pembakaran menjadi lebih besar dan
menyebabkan daya motor meningkat. Sedangkan pada putaran 7700 rpm sampai
putaran 8500 rpm torsi menurun secara signifikan akibat adanya pengaruh siklus yang
cepat sehingga tidak sempat terjadi pembakaran ketika seluruh bahan bakar yang
masuk di dalam ruang bakar dan sisa bahan bakar ikut terbuang keluar kelingkungan.
Page 61
61
4.4.1. Konsumsi Bahan Bakar (mf)
3000 4000 5000 6000 7000 8000 90000.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
0.65GRAFIK PERBANDINGAN mf
Premium 100%Polynomial (Premium 100%)pertamax 10%Polynomial (pertamax 10%)pertamax 20%Polynomial (pertamax 20%)pertamax 30%Polynomial (pertamax 30%)pertamax 40%Polynomial (pertamax 40%)pertamax 50%Polynomial (pertamax 50%)
PUTARAN (Rpm)
mf (
kg/j
am)
Gambar 4.9. Grafik pengaruh komposisi bahan bakar terhadap mf.
Gambar 4.9 menunjukkan pada campuran premium – pertamax konsumsi
bahan bakar mengalami penurunan bila dibandingkan dengan campuran premium -
etanol. Grafik tersebut menunjukkan nilai konsumsi bahan bakar (mf) terendah
didapat pada bahan bakar premium dengan penambahan pertamax 80% pada putaran
4000 rpm sebesar 0,26 (kg/jam). Penambahan pertamax 80% dapat meningkatkan
nilai oktan dan kalornya.Penambahan pertamax 80% mengakibatkan pengapian yang
sempurna sehingga mesin tidak membutuhkan bahan bakar terlalu banyak untuk
memenuhi kebutuhanya. Sedangkan nilai mf tertinggi didapat pada E 20% pada
putaran 4000 rpm sebesar 0,30 (kg/jam). Hal ini disebabkan karena adanya oksigen
Page 62
62
dalam struktur etanol. Berarti untuk mendapatkan energi yang sama jumlah etanol
yang diperlukan akan lebih besar. Adanya oksigen dalam etanol juga mengakibatkan
campuran menjadi lebih miskin atau lean jika dibandingkan dengan bensin, sehingga
campuran harus dibuat lebih kaya untuk mendapatkan unjuk kerja yang diinginkan.
Sedangkan pada kecepatan putar mesin tinggi konsumsi bahan bakar meningkat
secara signifikan akibat adanya pengaruh siklus yang cepat.