LAPORAN AKHIR PENGANTAR USAHA TANI “Analisis Usaha Tani tanaman pakcoy di desa Sumberejo, Batu” Diusulkan oleh: Moch. Ikbal Sholehudin 115040201111269 Miftakul Hadi S. 115040201111191 M. Hasan Suhaedi 115040200111020 Mega Lazuardini 115040200111144 Mega Apriliyanti 115040201111332 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
62
Embed
martinyunianto.files.wordpress.com€¦ · Web viewAnonymousb, 206_BAB%20II.pdf diakses pada 04 Desember 2013. Bachraen Saeful. 2012.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN AKHIR
PENGANTAR USAHA TANI
“Analisis Usaha Tani tanaman pakcoy di desa Sumberejo, Batu”
Diusulkan oleh:
Moch. Ikbal Sholehudin 115040201111269
Miftakul Hadi S. 115040201111191
M. Hasan Suhaedi 115040200111020
Mega Lazuardini 115040200111144
Mega Apriliyanti 115040201111332
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
KATA PENGANTARDengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan
analisis usaha tani tanaman pakchoy yang disusun dalam memenuhi laporan akhir
praktikum Pengantar usaha tani.
Karya tulis ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang diberikan.
2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan dan memberi dukungan dalam
pembuatan karya tulis ini.
3. Dr. Ir. Budi Prasetya, MP selaku Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
4. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dorongan yang tidak
ternilai hingga terselesaikannya karya ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan karya tulis di masa mendatang.
Malang, 03 Desember 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................................................1
Gambar 1 Sawi Pakcoy.......................................................................................................6Gambar 2. Kurva BEP Produksi.......................................................................................16Gambar 3. Transek lahan.................................................................................................26PolsekGambar 4. Denah DesaBatu...................................................................................27Gambar 5. Dokumentasi..................................................................................................28
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi......................................................................12Tabel 2. Kalender budidaya pakcoy dalam 1 musim........................................................29Tabel 3. Kalender Musim tanam dalam 1 tahun...............................................................29Tabel 4. Data anggota keluarga (dalam 1 rumah tangga petani).......................................31Tabel 5. Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian.............................................................31Tabel 6. Data Kepemilikan Ternak..................................................................................32Tabel 7. Kegiatan Bercocok Tanam.................................................................................32
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia masih disebut negara pertanian dimana sektor pertanian merupakan sektor yang sangat banyak membantu dalam memberikan mata pencaharian masyarakat di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk Indonesia yang bekerjan pada sector pertanian (Mubyanto,1984). Selain itu, perkembangan
penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan, berimplikasi pada
peningkatan akan kebutuhan pangan terutama sayuran bagi masyarakat. Namun,
petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sayuran tersebut baik secara
kuantitas maupun kualitas. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan tersebut harus
mendatangkan dari negara lain. Berdasarkan kondisi tersebut maka sayuran
merupakan komoditas yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Upaya
pemenuhan kebutuhan sayuran tersebut mengalami hambatan, karena pemerintah
memandang komoditas kurang menguntungkan, bila dibandingkan dengan
tanaman pangan (padi dan palawija).
Salah satu jenis tanaman yang sering dan mudah dalam pembudidayaan yaitu tanaman jenis sayuran sawi-sawian. Tanaman sayuran sawi-sawian merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, hal ini berjalan seiring dengan permintaan akan sayuran sawi-sawian yang cenderung meningkat. Selain itu, hal ini juga dapat dilihat dari hampir setiap hari masyarakat membeli sayuran sawi-sawian sebagai makanan sayuran dirumah. Jenis sawi-sawian yang sekarng muali digemari masyarakat untuk dibudidayakan ialah pak choy. Tanaman ini tidak hanya mendukung dari segi penyediaan sayuran bagi masyarakat tetapi juga digunakan sebagai petani sebagai pilihan yang cukup menguntungkan jika ditinjau dari analisis usaha tani. Oleh karena itu, penulis memilih tanaman pak choy untuk dianalisis dari segi usaha tani. Penulis melakukan pengamatan usaha tani tanaman pakchoy di desa Bumi aji, batu. Harapannya dengan analisis ini,
1
dapat dijadikan reerensi untuk bisa memilih tanaman pakchoy sebagai pilihan yang lebih menguntungkan daripada tanaman sayuran lain.
2
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana potensi tanaman pakchoy untuk meningktakan pendapatan petani didaerah Batu?
b. Bagaimana analisis usaha tani tanaman pakchoy yang dilakukan petani batu?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui potensi keuntungan membudidayakan tanaman pakcoy
agar bisa meningkatkan pendapatan petani.
b. untuk mengetahui usaha tani tanaman pakcoy yang dilakukan petani di
desa Sumberrejo, Batu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Usahatani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan
maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan
berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil
selanjutnya (Anonymousa, 2013)
2.1.1 Sejarah Usahatani di Indonesia
Perkembangan pertanian dan usahatani di Indonesia pada zaman
penjajahan hingga sekarang telah mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah, dimana
masyarakat menanam apa saja, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Ladang berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara
berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak
belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang/dibabat setelah kering kemudian
dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen
tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak
subur lagi.Kejadian ini berlangsung terus menerus, setelah jangka waktu 10 - 20
tahun, para petani ladang kembali lagi ke ladang yang pertama kali mereka buka.
(Surya, 2012)
Selanjutnya, setelah beberapa tahun kemudian sistem bersawah pun mulai
ditemukan oleh penduduk Indonesia. Dalam periode ini, orang mulai bermukim di
tempat yang tetap. Selain itu, tanaman padi yang berasal dari daerah padang
rumput kemudian diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang
berpindah di atas tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai
tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun
usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang
berpindah-pindah” belum ditinggalkan.
Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai di
Bataviakebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di
4
Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi
VOC. Sedangkan, pada tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral
Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan
muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria
mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam
paksa baru berakhir tahun 1921. Dalam system tanam paksa(Cultuurstelsel) ini,
Van den Bosch mewajibkan setiap desa harus menyisihkan sebagian sebagian
tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor khusunya kopi, tebu, nila dan
tembakau.
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian
tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian
khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi
kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan
pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak
dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap
tanamannya pun tak berkembang.
Gambar 1. Petani Indonesia
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program
5
Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program
BIMAS (Bimbingan Massal). Tujuan utama dari program tersebut adalah
meningkatkan produktivitas sektor pertanian.
Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS (Intensifikasi
Khusus), yang meningkatkan efektifitas penerapan teknologi Pasca Usaha Tani
melalui kelompok-kelompok tani dengan luas areal per kelompok rata-rata 50
hektar,setiap kelompok diberi bantuan kredit modal dalam menjalankan usaha
pertaniannya (Lokollo, 2002). Kemudian pada tahun 1980-an pemerintah
meluncurkan program SUPRAINSUS (SI). Program ini merupakan
pengembangan dari Panca Usaha Tani untuk mewujudkan peningkatan
produktivitas tanaman padi.
Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena
adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang
mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut,
suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke
pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat
pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagaistake holder pembangunan
pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu
“pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi.”
Untuk sistem pertanian dan usahatani yang ada sekarang ini masih belum
efektif dan efisien dari mulai proses awal sampai pada saat panen dan pasca panen
sehingga masih perlu diintensifkan sehingga dapat memberikan hasil yang
optimum. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendongkrak kontribusi sektor
pertanian Indonesia terhadap perekonomian dengan mensosialisasikan sistem
agrobisnis, diferensiasi pertanian, diversifikasi pertanian dengan membuka lahan
peranian baru, sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidi
pertanian, kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian dan lain-lain.
6
Sistem pertanian organik khususnya, telah dicanangkan pemerintah sejak akhir
tahun 1990-an dan mengusung Indonesia go organik pada tahun 2010, sistem ini
pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
pertanian mengingat rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia
yang berlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan oleh
penggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk
meningkatkan distribusi pendapatan petani sehingga dengan ini diharapkan dapat
meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian.
2.1.2 Sejarah Usahatani Pakcoy (Sawi daging)
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di
Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand.
Gambar 1 Sawi Pakcoy
Tanaman yang berasal dari Asia Timur ini memiliki ciri-ciri, warna batang
putih dan lebar daun berwarna hijau yang mengerut. Belakangan ini, masyarakat
Indonesia makin sering mengonsumsi pakcoy yang diolah menjadi berbagai
masakan. Karenanya, potensi budidaya pakcoy semakin cerah.
7
Beberapa daerah seperti Indramayu dan Tasikmalaya, Jawa Barat, adalah
contoh lokasi pembudidayaan sawi pakcoy di Indonesia. Kedua daerah itu
memang terkenal dengan tanahnya yang gembur. Biasanya, para pembudidaya
pakcoy tidak hanya menanam satu jenis tanaman di satu lahannya. Tanaman ini
banyak dipilih petani karena pembudidayaannya yang relatif mudah. Masa panen
pakcoy cukup singkat, hanya sekitar 45 hari. Masyarakat pun kini semakin banyak
yang mengenal dan menyukai sawi pakcoy ini dibandingkan dengan sawi atau
sayuran lain. Karena pakcoy memiliki kandungan vitamin yang cukup dan mudah
dalam pengolahannya. Tekhnik budidaya yang mudah dan minat pasar yang
cukup tinggi ini membuat banyak petani menanam pakcoy sebagai tanaman
selingan. (Anonynousb, 2013).
2.2 Transek Desa
Transek adalah gambaran penampang atau irisan suatu lokasi atau wilayah
tertentu yang dapatmemberikan petunjuk tentang keragaman agro-ekosistem suatu
wilayah. Transek digunakanpula untuk membuat zona suatu potensi ekologi yang
dominan, misalnya pertanian dan hutan. Metode transek biasa digunakan untuk
mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu
vegetasi yang sifatnya masih homogen.Terdapat 3 metode transek:
1. Metode Line Intercept (line transect)
Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari
komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik
sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m.
Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat
segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. pengamatan terhadap
tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat,
menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada
segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah
memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong
garis transek ketanah.
8
2. Metode Belt Transect
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang
luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan
elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut
kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan.
Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar
transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan
hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %.
3. Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja
penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode
strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesies-
spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa
indeks populasi (indeks kepadatan).
Manfaat dari mengetahui transek desa adalah dengan pengamatan secara
langsung dilapangan dapat diperoleh data primer dari lapangan. Untuk menggali
informasi yang lebih rinci dan menajamkan informasi yang didapat sebelumnya
tentang potensi desa. Juga digunakan untuk tujuan-tujuan khusus dengan topik-
topik tertentu misalnya untuk mengamati kondisi wilayah seperti topografi,
Bisa menyediakan saprodi dan dapat memberikan pengarahan kepada para petani
VIII. Kendala – Kendala Petani dalam Berusahatani
No Kendala Solusi Harapan
1 Hama PestisidaPopulasi dapat ditekan sampai
dibawah AE
2 Cuaca tidak menentu Berdoa Supaya terhindar dari gagal panen
3 Harga fluktuatifWaktu tanam
yang tepatPanen ketika harga mahal
35
Daftar Pustaka
Adiwlaga Anwas. 2012. Ilmu Usatanai. Bandung : Bumi Aksara.
Anonymousa,http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-125-818544967-bab%20 ii.pdf diakses pada 04 Desember 2013
Anonymousb,http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22767-File% 206_BAB%20II.pdf diakses pada 04 Desember 2013
Bachraen Saeful. 2012. Penelitian Sistem Usaha Pertanian Di Indonesia. Bandung : IPB
Press.
Rural, Apraisal. 1966 Berbuat bersama, Berperan Serta, Acuan Penerapan Participatory Rural Apraisal, Studio Drya Media, Bandung Untuk Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi, Nusa Tenggara, 1966
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Supriyono. 2000. Ilmu Usahatani. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta
Sutirman. 2011. Pakcoy (Sawi Sendok) Organik – Bisnis Sayuran Menguntungkan.
Gunadarma. Jogjakarta.
Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (BMS). 2001. Bahan Latihan Pendamping. Jakarta.