Top Banner
WISATA Berita 7 th Edition July-September 2016 Cover Story: Raising Talents in Tourism Destination Competence through WISATA Scholarship Program Flores Ende HoCo Cycle Completed With Promising Results 04 Tanjung Puting SMKN 1 Pangkalan Bun Welcomes Interns as Guest Teachers 06 Toraja Turning Local Products into Valuable Goods in Toraja 14 Wakatobi Kulati Tourism Village Now Ready to Welcome Visitors 16
20

View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

Apr 19, 2018

Download

Documents

hatuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

WISATABerita

7th Edition July-September 2016

Cover Story:

Raising Talents in Tourism Destination Competence through

WISATA Scholarship Program

FloresEnde HoCo Cycle CompletedWith Promising Results04 Tanjung Puting

SMKN 1 Pangkalan Bun Welcomes Interns as Guest Teachers06 Toraja

Turning Local Productsinto Valuable Goods in Toraja14 Wakatobi

Kulati Tourism Village NowReady to Welcome Visitors16

View of Lopus Village, Kalimantan Tengah

Page 2: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

ERepresentatives from Wataruka, a community-based tourism village in Ende, Flores, on September shared their experiences in managing a tourism village with stakeholders

in Makassar during a program that ran from September 21 to 23. These stakeholders include students from the Makassar Tourism Polytechnic, representatives from the Sesean Sulo’ara and Sesean Mata’alo tourism villages, as well as other representatives from the Rammang-Rammmang tourism community in South Sulawesi.

Wataruka Village chief Aloysius Djira Loy and Tourism Awareness Group chairman Blasius Leta Odja led the presentation, in which they highlighted a number of important elements in developing a tourism village, such as the need for a village management group that is transparent, trustworthy, leads with authority, and is able to accommodate the different things that are needed to bring significant benefits to the community. They emphasized the need for leaders who are able to identify opportunities and mobilize the community to work together by utilizing the village’s resources.

Odja is a well-respected part of the Wataruka Village whose mission to develop his region’s tourism potentials started long before the village started attracting visitors. Under Swisscontact WISATA’s guidance, the village today thrives as a destination for those looking to visit its waterfall, hot springs, and other natural and cultural attractions.

Participants of the presentation admitted learning a lot from the Wataruka’s experiences, which, for students, served to confirm lessons learned during their community-based tourism class and, for the rest, became an inspiration for other villages with similar potentials.

IPerwakilan dari Desa Waturaka, sebuah desa wisata berbasis masyarakat yang terletak di Kabupaten Ende, Flores, berkunjung ke Makassar pada 21-23 September

untuk berbagi pengalaman membangun dan mengelola desa wisata dengan beberapa pemangku kepentingan, yaitu mahasiswa Politeknik Pariwisata Negeri Makassar, perwakilan dari desa wisata Sesean Sulo’ara dan Sesean Mata’alo di Toraja, serta perwakilan dari kawasan wisata Rammang-Rammang, Sulawesi Selatan.

Kepala Desa Wataruka Aloysius Djira Loy dan ketua Kelompok Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, dan berbagi beberapa pelajaran-pelajaran penting. Menurut mereka, diperlukan adanya sebuah kelompok pengelola desa wisata yang berfungsi dengan baik, transparan, terpercaya, memiliki otoritas, dan mampu mengakomodir berbagai unsur dalam desa untuk secara nyata mendatangkan berbagai manfaat yang dirasakan seluruh masyarakat desa. Diperlukan pula seorang tokoh yang mampu melihat peluang dan kemudian menggerakkan masyarakat agar bisa bekerja bersama memanfaatkan potensi desa.

Blasius Leta Odja merupakan tokoh Desa Waturaka yang memulai misinya di bawah bimbingan Swissscontact WISATA sejak desa Waturaka belum dikunjungi oleh wisatawan. Kini, desa tersebut secara rutin menerima kunjungan wisatawan yang ingin mengunjungi berbagai atraksinya, seperti air terjun, mata air panas, uap panas, homestay, dan pertunjukan budaya.

Para peserta kegiatan setuju telah memperoleh manfaat dari pengalaman Desa Waturaka. Bagi para mahasiswa, acara tersebut mendukung berbagai hal yang mereka pelajari dalam mata kuliah pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, sementara bagi para perwakilan daerah, pengalaman Desa Waturaka menjadi inspirasi untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.

WISATA Program

By Ferry Samosir – Deputy Program Manager Swisscontact WISATA

Success of Wataruka Village, Inspires Tourism Stakeholders in Makassar and Toraja

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia2

Representatives of CBT group Waturaka with stakeholder from Maros District,Sulawesi Selatan

I“Kolam Alam Limbong dikelilingi tebing-tebing kokoh nan misterius. Suasana hening luar biasa serasa merasuk ke dalam jiwa memberikan kesan mistis. Namun, air tenang

kehijauan berbau mistis katanya tak mengusik nyali anak-anak sekolah untuk melepaskan kepenatan mereka dengan menceburkan diri ke kolam.”

Paragraf di atas merupakan cuplikan dari tulisan Primalia Howarto, seorang wirawisata asal Toraja yang mengikuti dan memenangkan tantangan dalam kelas penulisan perjalanan yang diadakan Swisscontact WISATA. Tulisan berjudul “Kolam Alam Limbong, Wisata Toraja yang Terlupakan” ini berhasil dimuat dalam fitur perjalanan portal berita Kompas.com.

Primalia Howarto merupakan seorang lulusan sastra yang aktif menulis blog sejak tahun 2008. Pada tahun 2011, Primalia kembali ke Toraja dari perantauan dan mulai menyadari pentingnya pengembangan pariwisata di kawasan tersebut setelah sering terlibat dalam berbagai kegiatan yang difasilitasi Swisscontact WISATA. Ia menyadari masih banyak yang perlu dilakukan guna meningkatkan kondisi pariwisata Toraja yang dinilai kurang mendapat perhatian. Seperti tulisannya tersebut, Primalia ingin menceritakan keindahan alam salah satu obyek wisata di Toraja yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

E“The Limbong Natural Pond is surrounded by solid, mysterious cliffs. It oozes the kind of quiet that fills one’s soul with an air of mysticism, but many say the curious

green water never stops school kids from jumping in when in need of something refreshing and to release stress.”

The text above is a snippet from a piece written by Primalia Howarto, an entrepreneur working in Toraja’s tourism industry who participated and won a travel writing class challenge held by Swisscontact WISATA. Her winning piece, titled “The Limbong Natural Pond, Toraja’s Forgotten Tourism Attraction” was featured on news site Kompas.com’s travel section.

Primalia herself graduated with a degree in literature and has been actively writing on her personal blog since 2008. It was after returning to Toraja in 2011and being involved in programs facilitated by Swisscontact WISATA that she realized the importance of taking part in developing the region’s tourism potentials. She emphasized there was a lot more work left to be done in order to improve the concerning state of her region’s tourism. As written in her piece, Primalia aims to share the beauty of one of Toraja’s lesser known tourism objects, one that is often overlooked even by the government.

“I thank Swisscontact for holding a travel writing class, because Toraja is not very familiar with the writing culture. This event is very useful for me in my writing process and in motivating me to keep writing better for the betterment of Toraja’s tourism,” Primalia said.

Toraja’s Forgotten Limbong Natural Pound Featured on Kompas Travel SiteBy Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

Succsess Story

Primalia Howarto,The winner of travel writing class challenge

“Saya berterima kasih kepada Swisscontact yang telah membuka kelas penulisan perjalanan wisata karena Toraja tidak mengenal budaya menulis. Melalui kegiatan ini, akan sangat berguna untuk saya dalam membuat sebuah tulisan dan memacu saya untuk terus menulis lebih baik untuk kemajuan pariwisata Toraja,” ujar Primalia.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 19

Page 3: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

IProgram WISATA Teacher Internship Program (WITIP) tahun ini kembali digelar untuk kedua kalinya, dengan partisipasi 23 guru dari 15 SMK pariwisata di Flores,

Tanjung Puting, Toraja, Wakatobi, Surabaya, Makassar, dan Bali. Diadakan mulai tanggal 14 Juli, kegiatan berlangsung di 10 perusahaan mitra Swisscontact, diantaranya hotel, operator tur, dan maskapai penerbangan, di mana para peserta dapat mengamati dan terlibat langsung dalam kegiatan industri pariwisata yang sedang berkembang saat ini.

WITIP diharapkan dapat menjembatani para guru dan sekolah dengan pelaku industri pariwisata untuk membangun komunikasi dan kemitraan yang berkelanjutan. Selama magang, para guru tak hanya menerima berbagai pengetahuan baru dari industri, namun mereka juga diharapkan dapat membagi ilmu dan pengalaman magangnya kepada para siswa dan guru lain di wilayah masing-masing.

WITIP yang diinisiasi oleh Swisscontact WISATA pada tahun 2015 menuai tanggapan positif dari Dinas Pendidikan Kabupaten Wakatobi yang berkomitmen untuk mengirimkan 4 guru perwakilan agar dapat turut serta dalam kegiatan WITIP 2016.

“WITIP merupakan program yang sangat bermanfaat bagi para guru pariwisata, khususnya saya sendiri. Dengan adanya program ini, saya tidak hanya belajar tentang kompetensi yang akan saya ajarkan kepada siswa nantinya, tetapi juga tentang metode mengajar yang akan saya terapkan di sekolah,” ujar Hasnarita, Guru SMKS Unggulan Wakatobi.

WISATA Teacher Internship Program Connects Schools with the Tourism IndustryBy Nur Ikhsan – Project Assistant for Vocational Education and Training

Vocational & Higher Education

EThe WISATA Teacher Internship Program returned for the second time this year with 23 teachers from 15 tourism vocational schools in Flores, Tanjung Puting, Toraja,

Wakatobi, Surabaya, Makassar, and Bali. Starting July 14, teachers were placed as interns in 10 Swisscontact corporate partners included hotels, tour operators, and airline company.

WTIP is expected to connect teachers and schools with the tourism industry in order to establish a sustainable communication and partnership between the two sides. During the program, teachers were able to not only gain knowledge from their respective fields, all of which are expected to be passed on to students and teachers in their schools back home.

First initiated in 2015, WTIP has received positive response from the Wakatobi Education Office who sponsored four tourism SMK teachers to participate in the program.

“WITIP is a useful program for tourism teachers, especially for me, personally,” says Hasnarita, a teacher from SMKS Unggulan Wakatobi. “Through this program, I not only learned about competency, which I will teach my students, but also about teaching methods that I need to apply at school.”

Participating teachers of WISATA Teacher Internship Program,Bali

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia18

Apa Kabar?The WISATA program emphasizes on the importance of qualified tourism graduates who are ready to work and meet the expectation of the tourism industry. From the four target destinations the program supports ten most talented graduates from local vocational schools with a scholarship to study destination management at STP in Bandung.

In this issue of Berita WISATA, we would like to introduce to you the supported scholars and highlight about their spirit to reach their dream at STP Bandung. After graduation, the ten scholars are projected to return to their home region to take a role in tourism development in the destination.

Happy reading and warmest regards from all of us.

Ruedi NuetziSwisscontact WISATA

Program Manager

Content & Publisher’s Note

3WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Publisher Swisscontact WISATAJl. Batur Sari No. 20SB, SanurDenpasar - Bali 80227 IndonesiaPhotography Swisscontact WISATADesign & Layout Swisscontact WISATAPrinter PT Cintya Grafika

The project is supported by SECO in cooperation with

Ministry of Tourism, implemented by Swisscontact

*No part of this publication may be copied or

reproduced in any form by any means.

Publisher

SMKN 1 Pangkalan Bun Welcomes Interns as

Guest Teachers

Ende HoCo Cycle Completed With

Promising Results

Turning Local Products into Valuable Goods in

Toraja

Kulati Tourism Village Now Ready to

Welcome Visitors

04 FLORES 06 TANJUNG PUTING

14 TORAJA 16 WAKATOBI

Contents

“Raising Talents in Tourism Destination Competence through WISATA Scholarship Program”

08 COVER STORY

WISATA Teacher Internship Program Connects Schools with the Tourism Industry

18 VOCATIONAL & HIGHER EDUCATION

Page 4: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

Ende HoCo Cycle Completed With Promising Results

EThe second cycle of Hospitality Coaching (HoCo) has successfully been implemented in Ende this year, with three establishments participating in the program. The

program kicked-off with a launch event in April 2016 and culminated with a presentation of the final results in August 2016, in which J-Hotel was announced as the winning participant after having showed the most impressive progress.

The hotels, including two others, Dasi Guesthouse and Satarmese Hotel, were trained and coached by experienced trainers from the DMO Flores under the Flores Resource Network (FReN). As part of their baseline assessment, participants were instructed to rate their perceived level of Workplace Cooperation, Service Quality, and Good Environmental Practice at their workplace both at the start and end of the program in order to evaluate the progress made.

Based on interviews with staff and management members of participating hotels, a number of items from the HoCo checklist have started to be implemented. Dasi Guesthouse, for example,

ISiklus kedua dari kegiatan Hospitality Coaching (HoCo) berhasil dilaksanakan di Ende tahun ini dengan tiga hotel dari kawasan tersebut sebagai peserta. Kegiatan dimulai

pada bulan April dan ditutup dengan presentasi hasil pada bulan Agustus, di mana J-Hotel diumumkan sebagai peserta dengan kemajuan terbaik.

Selama HoCo, para peserta dari Dasi Guesthouse, Satarmese Hotel, dan J-Hotel, dilatih oleh pelatih yang berpengalaman dalam bidangnya, yang dikelola oleh DMO Flores di bawah

By Novie Afrillies – Project Officer for Quality and Standard

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4

Sri, staff of Dasi Guesthouse is presenting their progresses in the Final Result Presentation,Flores

Labeling linen and towel as it’s size and purposes

Before After

payung jejaring pelatih lokal Flores (FReN). Dalam kegiatan penilaian awal, para peserta diarahkan untuk menilai perkiraan tingkat kerja sama di tempat kerja, kualitas pelayanan, serta praktek ramah lingkungan dalam tempat kerja mereka. Pada akhir program, para peserta diminta untuk menilai kembali guna mengevaluasi kemajuan selama program.

Dari wawancara dengan para staf dan pengelola hotel, peserta ditemukan telah menerapkan berbagai pelajaran yang didapatkan dari HoCo. Dasi Guesthouse, contohnya, telah mengimplementasikan strategi 5S, penggunaan sarana informasi bersama, serta menggunakan buku catatan harian dalam operasi sehari-hari. Dasi Guesthouse juga telah menerapkan pemilahan sampah organik dan non-organik, berpartisipasi dalam program pengurangan penggunaan plastik dengan menyediakan air untuk isi ulang para tamu, serta mengumpulkan sampah plastik.

has applied the 5S strategy, using information sharing tools and logbooks in its operations. It has also been actively separating organic and non-organic waste as well as participating in the plastic reduction initiative by providing refill station for guests and by collecting plastic bottles.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4

Wakatobi

IFTKP Wakatobi melalui jaringan pemasaran kelompok kerja pariwisata pulau (IWG) secara aktif mengembangkan konten materi publikasi mengenai destinasi Wakatobi.

Untuk menunjang kebutuhan tersebut, Swisscontact WISATA memfasilitasi kelas penulisan perjalanan wisata pada tanggal 13-15 September. Program tersebut diikuit oleh 11 peserta dari perwakilan jaringan pemasaran IWG, tim website Dinas Pariwisata, kelompok pariwisata berbasis komunitas, media lokal (Wakatobi TV), dan komunitas fotografi, dan bertujuan mengasah kemampuan menulis para peserta agar bisa membuat artikel perjalanan wisata yang berkualitas.

Selama hampir tiga hari, para peserta menerima pelatihan menulis dari Fatris M. F., seorang penulis perjalanan dari Padang, Sumatera Barat, yang juga adalah pemenang Indonesian Award - Travel Writer. Mereka tak hanya dilatih untuk menulis mengenai berbagai tema seperti budaya, atraksi bawah laut, dan atraksi wisata darat di Wakatobi, namun juga dilatih untuk mencari data langsung ke lapangan dengan metode wawancara. Pada hari terakhir, peserta belajar melakukan proses penyuntingan atas artikel wisata karya mereka.

Pemantauan dan evaluasi peserta dilakukan selama tiga bulan setelah pelatihan. Ke depannya, para talenta muda baru Wakatobi ini diharapkan dapat terus aktif menulis dan mempublikasikan hasil karyanya.

EFTKP Wakatobi has been actively developing writing materials on the island’s tourism potentials in a partnership with the Island Working Group (IWG) marketing network.

To support this program, Swisscontact WISATA initiated a travel writing class on September 13 to 15, which involved 11 young and talented participants from the IWG network, the local Tourism Office’s web team, the community-based tourism group, local media (Wakatobi TV), and a photography community. The program is aimed at training each individual’s writing skills to ensure they are able to produce travel articles for media publication.

Throughout the three-day workshop, participants were trained by award-winning travel writer Fatris M. F., travel writer from Padang, Sumatera Barat, who won the Travel Writer category at the Indonesian Award, on writing about various theme, such as culture, the region’s underwater beauty, as well as Wakatobi’s land tourism attractions. They were also trained to conduct field reporting, direct interviews, as well as editing, which was part of the workshop’s final step.

Monitoring and evaluation efforts were held in the three months that followed the workshop. It is hoped the program could help and inspire these young writers to continue writing and have their works published.

A travel writing participant did direct interview,Wakatobi

Travel Writing Class Encourages Young Writers to Tell Stories of WakatobiBy Putri Wilda Kirana – Project Officer for External Destination Marketing Wakatobi

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 17

Page 5: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

IDesa Kulati di Pulau Tomia, Wakatobi, memiliki pantai-pantai indah yang pastinya akan memanjakan mata para pengunjung. Desa tersebut adalah salah satu desa binaan

Swisscontact WISATA dalam implementasi program pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kabupaten Wakatobi. Sebagai desa wisata, Kulati telah dinilai siap melayani wisatawan dengan ketersediaan paket dan pemandu wisata berbahasa Inggris yang dapat memastikan pengunjung lokal maupun internasional menikmati beragam hal menarik yang ditawarkan kawasan tersebut, dari budaya lokal hingga keindahan laut. Kulati juga kini memiliki layanan akomodasi berupa penginapan di rumah-rumah warga (homestay)bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman utuh tinggal di desa tersebut.

Melalui bimbingan Swisscontact WISATA selama kurang lebih dua tahun dan atas kerjasama baik dengan pemerintah lokal dan kelompok pengelola pariwisata desa (Poassa Nuhada), serta masyarakat Desa Kulati, banyak kegiatan yang berkaitan dengan persiapan dasar kepariwisataan telah dilakukan.

Pada tanggal 16 September, Desa Kulati resmi ditetapkan sebagai desa wisata dalam peluncuran resmi yang juga dihadiri manajer program Swisscontact WISATA bersama dengan perwakilan DPRD Kabupaten Wakatobi, perwakilan Dinas Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Camat dan Muspika Kecamatan Tomia Timur, pemerintah desa, serta masyarakat Desa Kulati. Diharapkan, kedepannya, Desa Kulati dapat mengembangkan pariwisata dengan keterlibatan aktif dari masyarakat desa dan pemerintah setempat.

Kulati Tourism Village Now Ready to Welcome VisitorsBy Asri Kasim – Field Office Manager of Wakatobi

EThe village of Kulati on Tomia Island, part of the Wakatobi archipelago, is home to beautiful beaches that are bound to mesmerize any visitor. It is one of the tourism villages

supported under Swisscontact WISATA’s community-based tourism development program in the region that is now deemed ready to welcome tourists. With the availability of travel packages, better homestay accommodation, and English guides, guests, both foreign and local, can now get the most of the village’s many attractions, from cultural activities to snorkeling.

Having worked with Swisscontact WISATA for approximately two years and with the positive partnership established between residentsof the village, the local government officials, and the village’s tourism organization (PoassaNuhada), Kulati has been able to hold various programs on basic tourism preparations.

On September 16, Kulati was officially launched as a tourism village in a program attended by WISATA’s program manager, chief of the TomiaTimurSubdistrict Forum, representatives of the Wakatobi Legislative Council (DRPD), the local Tourism and Creative Economy Office, the sub-district government as well as local residents. With the local community’s active involvement and with the government’s help, Kulati is expected to be able to take its tourism potentials to the next level in the years to come.

Nyong Tomia, Secretary of Poassa Nuhada, CBT group of Kulati Village, Wakatobi

CBT Kulati lauching event,Wakatobi

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia16

By Naufal Hibatullah – Project Assistant for Local Product Flores

EFLores is tourism destination that is home to a unique ikat weaving tradition that is popular among everyone from the casual traveler to fashion connoisseurs. Commonly found

in the eastern part of the island, such as Ende, Sikka, and East Flores, it is traditionally based on yarn made of materials found on the island.

In Nggela, a traditional village in the Ende district, the weaving culture is one that has been passed on from generation to generation. The village allows only certain women above 30 are to weave ikat using the region’s original motifs, a rule that is believed to have dire consequences if broken. Similar to the process of creating ikat in other regions, in Nggela traditional materials are employed in creating their craft, such as dried coconut fibers that are alter on tied using a plastic rope to create the different motifs. The village’s ikat motif and dying techniques are considered unique to many, and today weavers continue to explore their creativity by creating new ones that are later on passed on from generation to generation.

Beyond being a traditional piece of cloth, ikat represents a culture, and in Nggela, it is one locals take pride in being a part of.

In Nggela, Appreciating Culture through Ikat

Flores

IFlores merupakan destinasi wisata yang terkenal dengan ragam tenun yang diproduksi masyarakat lokal dan sering diburu baik wisatawan pada umumnya hingga pecinta

mode. Beragam jenis tenun dapat ditemukan di pulau tersebut, terutama tenun ikat yang dapat ditemukan di bagian Timur Flores, termasuk kampung tradisional Ende, Sikka, dan Flores Timur.

Bagi masyarakat Nggela, ikat merupakan sebuah tradisi turun temurun, di mana hanya wanita tertentu di atas 30 tahun yang diizinkan menenun ikat dengan motif asli atau kuno. Bila peraturan tersebut dilanggar, masyarakat setempat percaya sesuatu yang buruk dapat terjadi.

Selayaknya tenun ikat yang ada di daerah lain, para penenun di Nggela menggunakan bahan-bahan tradisional dalam kerajinan mereka, seperti menggunakan serat kelapa kering yang kemudian diikat dengan tali plastik untuk membentuk motif. Sementara motif dan pewarnaan ikat Nggela terkenal dengan keunikannya, para penenun lokal terus mengeksplorasi kreativitas mereka dan terus memproduksi berbagai motif baru berdasarkan ide-ide mereka.

Di Nggela, tenun bukan hanya sebuah metode pembuatan pakaian tradisional, namun merupakan bagian penting dari budaya; sebuah tradisi yang dihargai dan membanggakan bagi masyarakat setempat.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 5

Ikat weaving from Nggela,Flores

Page 6: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

Toraja

Addressing Toraja’s Tourism Troubles One Cup of Coffee at a TimeBy Dicky Mardyan – Project Officer Small Medium Enterprise Toraja

IPHRI Toraja dan Swisscontact WISATA bekerjasama pada bulan Agustus untuk mengadakan acara Coffee Club yang bertempat di Pango-PangoMIsiliana Hotel di Toraja. Acara

tersebutmelibatkan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Makale dengan Sugeng, ketua KP2KP Makale, Andik Setyo Haryadi serta Azwar Munas, perwakilan Direktorat Jenderal Pajak Propinsi Sulawesi Selatan, yang berbagi pengetahuan mereka mengenai perpajakan pada para peserta.

Coffee Club PHRI sendiri merupakan salah satu wadah atau sarana berkumpulnya para pemilik, manajer, atau pengusaha hotel dan restoran di Toraja yang menjadi ajang bertukar pikiran dan membahas berbagai permasalahan pariwisata, terlebih yang berhubungan dengan industri perhotelan dan restoran. Kegiatan ini berkembang dengan fasilitasi dari Swisscontact WISATA yang memastikan kehadiran narasumber yang tepat dan sesuai dengan isu-isu yang sedang berkembang.

Pada acara bulan Agustus, peserta mengikuti pemaparan dan penjelasan mengenai isu-isu perpajakan yang berhubungan dengan industri pariwisata, diikuti dengan diskusi yang interaktif. Selanjutnya, kegiatan ini akan terus diadakan guna membawa pengetahuan dan masukan-masukan positif bagi mereka yang terlibat langsung dalam menggerakkan roda pariwisata di kawasan Toraja.

ESwisscontact WISATA and The Toraja branch of the Indonesian Hotel and Restaurants Association (PHRI) partnered for a Coffee Club event held on August 30 at the

Pango-pangoMisiliana Hotel in Toraja. The event featured a number of guest speakers who shared their knowledge with the audience, namely Sugeng, chief of the Makale Tax Services and Consultation Office (KP2KP), as well as AndikSetyoHaryadi and AzwarMunas, representatives from the South Sulawesi Tax Directorate General.

The PHRI Coffee Club serves as a space for hotel and restaurant owners or managers in Toraja to come together and discuss a variety of tourism-related issues that could help improve their business and local tourism in general. The program has grown in the past with Swisscontact WISATA’s assistance in inviting credible guest speakers to help offer an expert’s perspective on these issues.

At the August event, participants enjoyed an engaging and interactive discussion on taxes with fellow members of the audience, and it is hoped such events will continue to be held in the future in order to offer positive insights to those directly involved in running Toraja’s tourism industry.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 15

PHRI Coffee Club, Toraja

SMKN 1 Pangkalan Bun Welcomes Interns as Guest Teachers

IDua mahasiswa magang Swisscontact WISATA berkesempatan menjadi guru tamu bagi siswa-siswi kelas 10 jurusan Usaha Perjalanan Wisata di SMKN

1 Pangkalan Bun dalam program sembilan minggu yang dimulai pada 8 Agustus silam. Pada dua minggu pertama, Abiel dan Almas mengajar Bahasa Inggris untuk pariwisata, kemudian dilanjutkan dengan kelas hubungan masyarakat.

Pengalaman tersebut merupakan sesuatu yang baru bagi mereka, mengingat keduanya belum berpengalaman dalam bidang studi tersebut. Namun, para mahasiswa magang bersemangat membagikan pengetahuan yang mereka miliki mengenai dua isu tersebut dan menggunakan media film sebagai alat mengajar alternatif dalam kelas. Pada akhir kegiatan pemutaran film, dilaksanakan sesi tanya-jawab yang bertujuan melatih para murid untuk berani bicara dan lebih percaya diri, khususnya dalam berbicara mengenai isu pariwisata.

Dalam kesempatan tersebut, para guru tamu juga memberikan motivasi kepada para murid. Mereka menyampaikan bahwa pelajaran bukanlah sesuatu yang hanya bisa didapatkan di sekolah dan guru bukan hanya manusia yang berdiri di depan kelas. Sebaliknya, semua tempat adalah tempat untuk belajar dan mendapatkan pengalaman baru serta semua orang adalah guru.

By Abiel Zanilla Nurmadiyan – Program Assistant for Small and Medium Enterprise & Almas Nabili Imanina - Program Assistant for Tourism Product Development

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia6

ETwo college interns working with Swisscontact WISATA were assigned a nine-week stint as guest teachers for 10th grade students of SMKN 1

Pangkalan Bun’s Tourism Business major. Kicking off their program on August 8, Abiel and Almas started with teaching English for tourism in the first two weeks before moving on to teach public relations.The experience was a unique one for the both of them, who may not have been experts in teaching but had the motivation to share whatever knowledge they had on the two subjects. To compensate for their limitations, both used movies as learning tools and held question and answer sessions at the end of each screening, which is meant to train students to be able to confidently voice their opinions, especially in issues related to tourism.

Both interns emphasized to students that knowledge isn’t something that can be exclusively found in schools and teachers are not limited to the individuals standing in front of them in class. Rather, any place can be an opportunity to earn new experiences and anyone can be teachers from whom something new can be learned.

The program assistants of Swisscontact are teaching the students of SMKN 1 Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

Page 7: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

IToraja adalah sebuah destinasi yang memiliki potensi pariwisata yang luar biasa dengan berbagai daya tarik unggulan. Tidak hanya bentangan alam yang indah seperti

perkebunan kopi dan hamparan sawah, Toraja juga memiliki kebudayaan yang sangat unik seperti upacara Rambu Solo’, Rambu Tuka’, Ma’nene untuk menarik kunjungan para wisatawan. Penduduk setempat juga kini mulai menawarkan produk-produk lokal yang mencari ciri khas destinasi tersebut, di antaranya kuliner khas, produk kopi, dan kain tenun dari yang sudah terkenal hingga mancanegara.

Mengingat animo wisatawan akan produk lokal Toraja, Swisscontact WISATA bertekad mengembangkan produk lokal sebagai bagian dari produk wisata Toraja melalui beberapa program pelatihan. Program tersebut bertujuan untuk menginspirasi diversifikasi produk dan peningkatan mutu produk agar layak ditawarkan sebagai cendera mata.

Setelah melakukan penilaian awal terhadap beberapa produk lokal, Swisscontact WISATA memutuskan untuk mengembangkan tiga jenis produk, yaitu kopi, kerajinan bambu, dan tenun. Program tersebut akan memastikan para penjual kopi hanya menawarkan kopi dari daerah petani Toraja, di antaranya dari kawasan Sapan dan Awan. Untuk tenun, program akan menyoroti produsen dan penjual kain tenun lokal ternama, seperti Galugu Dua, Sa’dan To Barana, Toko Todi’ Rantepao, dan kampong Tonglo.

Turning Local Products into Valuable Goods in TorajaBy Destawan Purba Sakti – Project Assistant for Local Product Toraja

EToraja is a destination with a vast tourism potential and a long list of points of interest that makes it stand out among other destinations in the Indonesian archipelago. From its

beautiful lush coffee plantations and paddy fields to its unique local tradition such as the Rambu Solo’, the Rambu Tuka’, and the Ma’nene ceremonies, the region has enjoyed an increasing popularity among travelers, and locals have also taken to promoting culinary treats, coffee, as well as woven goods to offer visitors.

Tapping into this growing interest in local Toraja products, Swisscontact WISATA is determined to further develop local products as part of Toraja’s tourism offerings through training activities. These programs are aimed to inspire locals to diversify their products and improve the quality of these crafts to ensure they are ready to be promoted as souvenirs.

After initial appraisals on the different products available, the organization has decided on developing three local products, namely coffee, bamboo crafts, and woven cloths. It will focus on ensuring local coffee producers sell and promote only beans that are originally from Toraja, such as the Sapan and Awan areas. On the woven goods front, the program will move to highlight crafts and sellers from well-known Torajan shops and areas, such as Galugu Dua, Sa’dan, To Barana, Toko Todi’ Rantepao, and Kampong Tonglo.

Toraja’s weaving products,Toraja

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia14

Tanjung Puting Selects Official Destination Logo

ISetelah melalui proses yang cukup berliku dan melibatkan beragam pelaku kepentingan pariwisata dan masyarakat, empat logo yang dianggap mewakili Destinasi Tanjung

Puting disepakati untuk disosialisasikan dan kemudian dipilih melalui pemungutan suara langsung maupun online.

Pemungutan suara online dilakukan secara serentak pada 7 hingga 23 September melalui Facebook dan situs Visit Tanjung Puting (www.visittanjungputing.com). Program ini dilakukan guna membangun kesadaran masyarakat mengenai Tanjung Puting sebagai sebuah destinasi pariwisata. Pemungutan suara online menarik minat 505 peserta, di mana logo kedua terpilih dengan 169 suara.Sementara itu, pemungutan suara langsung juga diadakan di tiga kabupaten, yaitu Kotawaringin pada 7 September, diikuti dengan Kabupaten Lamandau pada 8 September, serta Kabupaten Seruyan pada 13 September. Pemungutan suara juga dilakukan di Bandara Iskandar Pangkalan Bun. Proses tersebut sukses diikuti sebanyak 151 peserta, di mana logo kedua sekali lagi memenangkan suara terbanyak, yakni dengan 80 suara.

Berbagai masukan menarik diperoleh dari proses pemungutan suara ini, terutama tentang logo ideal yang mewakili destinasi. Perbaikan kemudian dilakukan terhadap logo berdasarkan masukan-masukan tersebut dengan hasil akhir yang terlampir pada gambar.

By Dwi Setjio Widodo – Destination Office Manager of Tanjung Puting

Tanjung Puting

EAfter a long process that involved everyone from tourism stakeholders to local communities, four designs that best represent Tanjung Puting as a tourism destination were

selected to be further introduced to the public before an official voting process was held online and offline.

The voting took place on September 7 on Facebook and on the Visit Tanjung Puting

website (www.visittanjungputing.com), held as part of efforts to raise the community’s

awareness regarding their hometown as a tourism destination. A total of 505 people participated in the voting by the time polls closed on September 23, with the second logo being the most favored design with 169 votes. Meanwhile, an offline voting process also took place, starting at the

Kotawaringin district on September 7, followed by the Lamandau district on

September 8, and ending at the Seruyan district on September 13. Votes were also

collected at the Iskandar Pangkalan Bun Airport. A total of 151 people participated in the offline polls,

where the second design again proved to be popular with 80 votes.

Various feedback were gathered from the voting process, particularly regarding the ideal design that best represented the destination. These feedback were then taken into account in the editing process, which eventually resulted in the design showed in this image.

Offline voting at Seruyan District,Kalimantan Tengah

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 7

Offi cial Logo of Tanjung Puting Destination

Page 8: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

“Raising Talents in Tourism Destination Competence through WISATA Scholarship Program”

ISenyuman para penerima beasiswa terlihat saat berjalan keluar dari terminal kedatangan Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung. Mereka merupakan 10 siswa-

siswi terbaik dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata di Flores, Tanjung Puting, Toraja, dan Wakatobi yang berhasil lolos seleksi penerimaan beasiswa Swisscontact WISATA. Di sinilah perjalanan mereka menjadi profesional muda yang kompeten untuk mengembangkan pariwisata Indonesia dimulai.

Program Beasiswa Swisscontact WISATASumber daya manusia merupakan salah satu pilar utama dalam proses pengembangan pariwisata di sebuah destinasi. Guna mencetak tenaga profesional, Swisscontact WISATA bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) untuk menawarkan sebuah program beasiswa bagi lulusan SMK di empat destinasi dampingan WISATA, yakni Flores, Tanjung Puting, Toraja, dan Wakatobi.

Sejak tahun 2015, 10 lulusan SMK dari empat destinasi tersebut sudah memulai pendidikan dalam program Strata 1 studi destinasi pariwisata atau program Diploma 4 manajemen destinasi pariwisata di STPB. Program ini merupakan usaha peningkatan pendidikan dan pelatihan yang diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang tata kelola destinasi pariwisata agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada di daerah mereka masing-masing.Melalui program ini, para penerima beasiswa didukung dengan biaya pendidikan selama empat tahun berkuliah di STPB, biaya tugas akhir, dan biaya wisuda. Sementara itu, Swisscontact WISATA juga menyediakan tunjangan penelitian, buku, serta laptop untuk mendukung proses belajar mereka dan juga biaya kehidupan sehari-hari selama empat tahun, akomodasi. Swisscontact WISATA juga berkomitmen memberikan kelas pengantar Bahasa Inggris bagi para mahasiswa guna mempersiapkan mereka dalam bersaing di industri pariwisata setelah lulus nanti.

By Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

EThe ten scholars walked out of Bandung’s Husein Sastranegara Airport’s arrival hall with a smile. They are 10 of the best students from tourism vocational schools

(SMK) in Flores, Tanjung Puting, Toraja, and Wakatobi who had successfully qualified for Swisscontact WISATA’s scholarship program. This was the beginning of their journey to becoming young professionals on whose hands the development of Indonesia’s tourism lies.

The Swisscontact WISATA Scholarship ProgramHuman resources is one of the most important aspect in the development of a tourism destination. In hopes of producing qualified professionals for the industry, Swisscontact WISATA partnered with acclaimed hospitality institution Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) for a scholarship program granted to SMK graduates from four destinations under WISATA’s support in Flores, Tanjung Puting, Toraja, and Wakatobi.

Since 2015, 10 SMK graduates from these destinations have started their undergraduate degree in tourism studies or a diploma degree on tourism management at the Bandung-based institution. The program is part of an effort to improve tourism education and training that is hoped to see competent human resources manage tourism destinations and take part in the development of their own region’s potentials in the future.

Recipients of this scholarship will receive funds for four years of their studies at STPB, funds for their final project, as well as their graduation. Swisscontact WISATA will also provide them with educational tools such as books and a laptop, and will also be backing their research. Meanwhile, Swisscontact WISATA in collaboration with STPB provide English classes throughout their studies to help students have a competitive edge upon graduating and starting work at the tourism industry in the future.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia8

Cover Story

“Setelah lulus dari STP Bandung, mimpi saya adalah kembali ke daerah saya untuk membangun dan mengelola Wakatobi ke arah yang lebih baik, dimulai dari membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.”

- Regita Dwi Cahyani, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMKN 1 Kaledupa

“After graduating from STP Bandung, my dream is to return to my hometown to develop and manage Wakatobi for the better, starting with increasing people’s awareness on the importance of protecting the environment.”

- Regita Dwi Cahyani, 2016 scholarship recipient from SMKN 1 Kaledupa

“Saya ingin membantu pemerintah untuk mengembangkan pariwisata daerah saya agar menjadi destinasi yang diminati oleh banyak orang, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.”

- Seprian Setiawan, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMK Eran Batu 2

“I want to help the government develop tourism in my hometown and turn it into an attractive destination for domestic and international visitors.” - Seprian Setiawan, 2016 scholarship recipient from SMK Eran Batu 2

“Saya ingin memberikan pelatihan pariwisata kepada masyarakat, termasuk anak muda, sehingga nanti pariwisata di daerah saya bisa dikenal di dalam dan luar negeri. Selain itu, saya ingin mengadakan pengembangan dan perencanaan pembangunan desa wisata yang bisa membawa manfaat bagi masyarakat sekitar.”- Stellawest Laraswati, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMK Swakarsa Ruteng

“I want to provide tourism trainings for the community, including the youth, so that my hometown could be a well-known destination for domestic and international tourists. In addition to that, I will put together a plan to develop a tourism village, which I believe can benefit the local community.” - Stellawest Laraswati, 2016 scholarship recipient from SMK Swakarsa Ruteng

“Setelah lulus, saya akan kembali ke daerah saya untuk mengaplikasikan ilmu saya di sana untuk mengembangkan Wakatobi agar lebih baik dan membuka lapangan pekerjaan di bidang pariwisata untuk lebih menyejahterakan masyarakat. ” - Sutriana Ode, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMKN 1 Wangi-wangi

“After graduation, I will return to my hometown to implement my knowledge in developing tourism in Wakatobi for the better and open the jobs in the tourism industry to ensure the welfare of local residents.” - Sutriana Ode, 2016 scholarship recipient from SMKN 1 Wangi-wangi

“Saya ingin kembali ke destinasi saya di Flores, khususnya di Kota Maumere. Saya ingin memberikan pengetahuan bagi para masyarakat Flores mengenai apa itu pariwisata dan pentingnya pengembangan pariwisata di suatu daerah yang memiliki potensi besar.” - Maria Yulviana D Bela, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMK St. Thomas Maumere

“I want to return to Flores, especially Maumere. I want to share my knowledge to the people of Flores about tourism and the importance of its development in a destination with such huge potentials.” - Maria Yulviana D. Bela, 2016 scholarship recipient from SMK St. Thomas Maumere

e

e

i

i

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 13

e

e

e

i

i

i

Page 9: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

I“Saya ingin mengembangkan dan mengelola pariwisata di Wakatobi untuk menjadi tempat wisata yang terkenal sampai ke mancanegara, termasuk memperbaiki sumber daya manusianya agar dapat mengelola Wakatobi dengan mandiri.”

- Arlin, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMKN 1 Kaledupa

E“I would like to manage and develop the tourism in Wakatobi into a destination that is known globally as well as improve the human resources to enable them to independently manage Wakatobi.”

- Arlin, 2016 scholarship recipient from SMKN 1 Kaledupa

“Impian terbesar saya adalah mengembangkan Sungai Arut yang, menurut saya, memiliki potensi besar untuk dijadikan sebuah objek wisata. Saya ingin membuat perencanaan kampung wisata yang berada di pinggiran sungai.”

- Hidayat Nur Faizi, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMKN 1 Pangkalan Bun

“My biggest dream is to develop the Arut River, which, in my opinion, has the potential to be turned into a tourist attraction. I would like to put together a plan for a tourism village on the banks of this river.”

- Hidayat Nur Faizi, 2015 scholarship recipient from SMKN 1 Pangkalan Bun

“Saya ingin menjadi agen perubahan yang bisa memengaruhi banyak orang untuk memajukan pariwisata Flores dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama pemerintah, untuk mengatasi masalah sampah.”

- Ludgardis Lipa,penerima beasiswa tahun 2015, lulusanSMK St. Thomas Maumere

“I want to be an agent of change who is able to influence people to develop the tourism in Flores and work together with stakeholders, especially the government, in tackling waste management issues.”

- Ludgardis Lipa, 2015 scholarship recipient from SMK St. Thomas Maumere

“Saya ingin menjadi ahli pariwisata, sehingga kelak impian saya untuk menjadi pengelola dan perancang destinasi pariwisata di Labuan Bajo bisa terwujud.”- Kareldus Agas, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMKN 1 Labuan Bajo

“I want to be tourism expert so that I can one day realize my dream to manage and design the tourism in Labuan Bajo.” - Kareldus Agas, 2015 scholarship recipient from SMKN 1 Labuan Bajo

“Saya ingin melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar agar mereka paham mengenai pariwisata terlebih dahulu, kemudian mengajak pemerintah di Toraja agar lebih memerhatikan lagi pariwisata yang sangat membantu dalam peningkatan devisa negara.” - Peronika Suwin, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMK Wirawisata Makale

“I want to educate the local communities to ensure their understanding about tourism and later call on the Toraja government to pay more attention into their tourism development efforts, which could help the country’s economy.” - Peronika Suwin, 2016 scholarship recipient from SMK Wirawisata Makale

e

e

e

i

i

i

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia12

e

e

i

i

The Students’ DreamsCover Story

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 9

Page 10: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

home as a motivation that keeps them going in the city. During their study, the scholars have been able to shine in both the academic and non-academic fields. Gardis, a scholar from SMK St. Thomas Maumere, was recently awarded as the student with the highest academic grade, while Karel, a scholar from SMKN 1 Labuan Bajo, won the West Java regional badminton championship. Another scholar, Dayat, from SMKN 1 Pangkalan Bun also won a competition involving different hospitality education institutions from all over Indonesia.

With the scholarship program showing positive results, backed with impressive achievements by recipients, Swisscontact WISATA aims to continue approaching local governments, private sector, institution/association, or any parties who are aware and able to collaborate to support this program for the betterment of Indonesia’s tourism, especially in the four destinations. Each school have also expressed high hopes for the program to continue so that more tourism vocational school graduates can pursue their higher education and return to their hometowns to develop its tourism potentials.

Perjalanan Para Bintang Daerah

ISebelum akhirnya sampai ke Bandung, para calon penerima beasiswa harus menjalani seleksi akademis, kesehatan, dan administratif dengan mengirimkan

pemikiran, alasan, dan visi mereka melalui pernyataan motivasi tertulis. Pihak Swisscontact WISATA dan STPB mengadakan wawancara langsung dengan para calon di destinasi masing-masing, di mana selain harus memiliki prestasi akademis yang baik, mereka juga dinilai harus memiliki motivasi yang kuat untuk menerima beasiswa tersebut. Dari lebih dari 55 siswa yang mendaftar, akhirnya Karel, Stella, Gardis, Yul, Dayat, Arlin, Uchi, Regita, Rian, dan Vero diumumkan terpilih untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Namun, proses seleksi tidak berhenti sampai di situ. Mereka kemudian mengikuti ujian masuk dan penjurusan di STPB, di mana delapan siswa diterima dalam program Diploma 4 manajemen destinasi pariwisata dan dua orang diterima dalam program Strata 1 studi destinasi pariwisata.

Kesepuluh penerima beasiswa, bersama Riani, calon penerima beasiswa ke dua dari SMKN 1 Labuan Bajo yang juga diterima melanjutkan pendidikan di STPB melalui jalur mandiri, belajar bersama dengan cita-cita tinggi untuk mengembangkan pariwisata, terutama di daerah asal mereka masing-masing. Tidak hanya belajar, keseharian mereka di rumah bersama menjadikan pengalaman merantau ke Bandung sesuatu yang sangat berharga, di mana mereka bisa berkenalan dengan teman-teman dari berbagai daerah lain yang kemudian menjadi sebuah keluarga baru bagi mereka.

Keakraban mereka terekam dari berbagai perkumpulan sosial hingga situasi-situasi di mana mereka diharuskan memecahkan

Cover Story

permasalahan bersama demi terus bersemangat melanjutkan studi mereka hingga toga terpasang di kepala. Begitulah kesan yang terlihat dari binar mata mereka saat menceritakan pengalaman mengenai perjuangan seleksi beasiswa hingga menjalani kehidupan di Bandung sebagai seorang mahasiswa. Motivasi yang kuat untuk membantu kehidupan keluarga juga disebut-sebut sebagai salah satu hal yang mendasari semangat mereka berjuang di Bandung.

Para penerima beasiswa ini tidak hanya menunjukkan prestasi di kampus, namun juga luar kampus. Sebut saja Gardis, salah satu peserta beasiswa lulusan SMK St. Thomas Maumere, belum lama ini sukses memperoleh prestasi sebagai mahasiswa dengan nilai akademis terbaik. Sementara Karel, dari SMKN 1 Labuan Bajo berhasil menjadi juara bulu tangkis antar universitas se-Jawa Barat, dan Dayat, lulusan SMKN 1 Pangkalan Bun merupakan pemenang cerdas cermat antar institusi pendidikan pariwisata se-Indonesia.

Dengan adanya program beasiswa dan segala prestasi yang ditunjukkan oleh para penerimanya, Swisscontact WISATA terus berusaha untuk menggandeng pemerintah, pihak swasta, institusi/asosiasi, maupun pihak lain yang memiliki perhatian dan tekad bekerja sama agar dapat melanjutkan program ini demi pengembangan pariwisata Indonesia, terutama di empat destinasi dampingan tersebut. Pihak sekolah juga berharap agar program beasiswa tetap bisa diberikan agar makin banyak lulusan SMK pariwisata di daerah yang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan dapat kembali ke daerah untuk membangun pariwisata.

The Journey of the Stars

EFor the chosen candidates, their journey started with a long selection process that required them to pass an academic test, a health test, and an administrative test by submitting

motivation letter about their idea, reason, and vision. A team from Swisscontact WISATA partnered with STPB to conduct interviews at each of the destinations, where aside from being graded from their academic achievements, candidates are also required to be highly motivated. From the more than 55 students who applied, Karel, Stella, Gardis, Yul, Dayat, Arlin, Uchi, Regita, Rian, and Vero were announced as the selected candidates for the scholarship, after which they still had to face an enrollment process and a test to pick their majors at STPB.

Of the 10 students, eight passed for a diploma degree in tourism destination management, while two passed for an undergraduate degree in tourism destination studies.

The scholarship recipients, along with Riani, a runner up scholarship recipient from SMKN 1 Labuan Bajo who independently applied and was accepted at STPB, are set to study hand in hand with big dreams to develop the tourism industry in their respective destinations. Beyond the classes, their daily dynamics at the house they share makes their experiences studying away from home in Bandung a truly special one, where they are able to make new friends from other regions and together live as a team and a family.

Their friendship showed in various social occasions and in different situations that required them to solve problems together in order to keep pushing through until the day of graduation. This spirit was easy to spot in their eyes as they shared their experiences of the selection process and their lives as students in Bandung. Many also highlighted their eagerness to help their families back

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia10 WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 11

Cover Story

The scholars of WISATA Scholarship Program, Bandung

Page 11: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

home as a motivation that keeps them going in the city. During their study, the scholars have been able to shine in both the academic and non-academic fields. Gardis, a scholar from SMK St. Thomas Maumere, was recently awarded as the student with the highest academic grade, while Karel, a scholar from SMKN 1 Labuan Bajo, won the West Java regional badminton championship. Another scholar, Dayat, from SMKN 1 Pangkalan Bun also won a competition involving different hospitality education institutions from all over Indonesia.

With the scholarship program showing positive results, backed with impressive achievements by recipients, Swisscontact WISATA aims to continue approaching local governments, private sector, institution/association, or any parties who are aware and able to collaborate to support this program for the betterment of Indonesia’s tourism, especially in the four destinations. Each school have also expressed high hopes for the program to continue so that more tourism vocational school graduates can pursue their higher education and return to their hometowns to develop its tourism potentials.

Perjalanan Para Bintang Daerah

ISebelum akhirnya sampai ke Bandung, para calon penerima beasiswa harus menjalani seleksi akademis, kesehatan, dan administratif dengan mengirimkan

pemikiran, alasan, dan visi mereka melalui pernyataan motivasi tertulis. Pihak Swisscontact WISATA dan STPB mengadakan wawancara langsung dengan para calon di destinasi masing-masing, di mana selain harus memiliki prestasi akademis yang baik, mereka juga dinilai harus memiliki motivasi yang kuat untuk menerima beasiswa tersebut. Dari lebih dari 55 siswa yang mendaftar, akhirnya Karel, Stella, Gardis, Yul, Dayat, Arlin, Uchi, Regita, Rian, dan Vero diumumkan terpilih untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Namun, proses seleksi tidak berhenti sampai di situ. Mereka kemudian mengikuti ujian masuk dan penjurusan di STPB, di mana delapan siswa diterima dalam program Diploma 4 manajemen destinasi pariwisata dan dua orang diterima dalam program Strata 1 studi destinasi pariwisata.

Kesepuluh penerima beasiswa, bersama Riani, calon penerima beasiswa ke dua dari SMKN 1 Labuan Bajo yang juga diterima melanjutkan pendidikan di STPB melalui jalur mandiri, belajar bersama dengan cita-cita tinggi untuk mengembangkan pariwisata, terutama di daerah asal mereka masing-masing. Tidak hanya belajar, keseharian mereka di rumah bersama menjadikan pengalaman merantau ke Bandung sesuatu yang sangat berharga, di mana mereka bisa berkenalan dengan teman-teman dari berbagai daerah lain yang kemudian menjadi sebuah keluarga baru bagi mereka.

Keakraban mereka terekam dari berbagai perkumpulan sosial hingga situasi-situasi di mana mereka diharuskan memecahkan

Cover Story

permasalahan bersama demi terus bersemangat melanjutkan studi mereka hingga toga terpasang di kepala. Begitulah kesan yang terlihat dari binar mata mereka saat menceritakan pengalaman mengenai perjuangan seleksi beasiswa hingga menjalani kehidupan di Bandung sebagai seorang mahasiswa. Motivasi yang kuat untuk membantu kehidupan keluarga juga disebut-sebut sebagai salah satu hal yang mendasari semangat mereka berjuang di Bandung.

Para penerima beasiswa ini tidak hanya menunjukkan prestasi di kampus, namun juga luar kampus. Sebut saja Gardis, salah satu peserta beasiswa lulusan SMK St. Thomas Maumere, belum lama ini sukses memperoleh prestasi sebagai mahasiswa dengan nilai akademis terbaik. Sementara Karel, dari SMKN 1 Labuan Bajo berhasil menjadi juara bulu tangkis antar universitas se-Jawa Barat, dan Dayat, lulusan SMKN 1 Pangkalan Bun merupakan pemenang cerdas cermat antar institusi pendidikan pariwisata se-Indonesia.

Dengan adanya program beasiswa dan segala prestasi yang ditunjukkan oleh para penerimanya, Swisscontact WISATA terus berusaha untuk menggandeng pemerintah, pihak swasta, institusi/asosiasi, maupun pihak lain yang memiliki perhatian dan tekad bekerja sama agar dapat melanjutkan program ini demi pengembangan pariwisata Indonesia, terutama di empat destinasi dampingan tersebut. Pihak sekolah juga berharap agar program beasiswa tetap bisa diberikan agar makin banyak lulusan SMK pariwisata di daerah yang bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan dapat kembali ke daerah untuk membangun pariwisata.

The Journey of the Stars

EFor the chosen candidates, their journey started with a long selection process that required them to pass an academic test, a health test, and an administrative test by submitting

motivation letter about their idea, reason, and vision. A team from Swisscontact WISATA partnered with STPB to conduct interviews at each of the destinations, where aside from being graded from their academic achievements, candidates are also required to be highly motivated. From the more than 55 students who applied, Karel, Stella, Gardis, Yul, Dayat, Arlin, Uchi, Regita, Rian, and Vero were announced as the selected candidates for the scholarship, after which they still had to face an enrollment process and a test to pick their majors at STPB.

Of the 10 students, eight passed for a diploma degree in tourism destination management, while two passed for an undergraduate degree in tourism destination studies.

The scholarship recipients, along with Riani, a runner up scholarship recipient from SMKN 1 Labuan Bajo who independently applied and was accepted at STPB, are set to study hand in hand with big dreams to develop the tourism industry in their respective destinations. Beyond the classes, their daily dynamics at the house they share makes their experiences studying away from home in Bandung a truly special one, where they are able to make new friends from other regions and together live as a team and a family.

Their friendship showed in various social occasions and in different situations that required them to solve problems together in order to keep pushing through until the day of graduation. This spirit was easy to spot in their eyes as they shared their experiences of the selection process and their lives as students in Bandung. Many also highlighted their eagerness to help their families back

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia10 WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 11

Cover Story

The scholars of WISATA Scholarship Program, Bandung

Page 12: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

I“Saya ingin mengembangkan dan mengelola pariwisata di Wakatobi untuk menjadi tempat wisata yang terkenal sampai ke mancanegara, termasuk memperbaiki sumber daya manusianya agar dapat mengelola Wakatobi dengan mandiri.”

- Arlin, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMKN 1 Kaledupa

E“I would like to manage and develop the tourism in Wakatobi into a destination that is known globally as well as improve the human resources to enable them to independently manage Wakatobi.”

- Arlin, 2016 scholarship recipient from SMKN 1 Kaledupa

“Impian terbesar saya adalah mengembangkan Sungai Arut yang, menurut saya, memiliki potensi besar untuk dijadikan sebuah objek wisata. Saya ingin membuat perencanaan kampung wisata yang berada di pinggiran sungai.”

- Hidayat Nur Faizi, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMKN 1 Pangkalan Bun

“My biggest dream is to develop the Arut River, which, in my opinion, has the potential to be turned into a tourist attraction. I would like to put together a plan for a tourism village on the banks of this river.”

- Hidayat Nur Faizi, 2015 scholarship recipient from SMKN 1 Pangkalan Bun

“Saya ingin menjadi agen perubahan yang bisa memengaruhi banyak orang untuk memajukan pariwisata Flores dan bekerja sama dengan berbagai pihak, terutama pemerintah, untuk mengatasi masalah sampah.”

- Ludgardis Lipa,penerima beasiswa tahun 2015, lulusanSMK St. Thomas Maumere

“I want to be an agent of change who is able to influence people to develop the tourism in Flores and work together with stakeholders, especially the government, in tackling waste management issues.”

- Ludgardis Lipa, 2015 scholarship recipient from SMK St. Thomas Maumere

“Saya ingin menjadi ahli pariwisata, sehingga kelak impian saya untuk menjadi pengelola dan perancang destinasi pariwisata di Labuan Bajo bisa terwujud.”- Kareldus Agas, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMKN 1 Labuan Bajo

“I want to be tourism expert so that I can one day realize my dream to manage and design the tourism in Labuan Bajo.” - Kareldus Agas, 2015 scholarship recipient from SMKN 1 Labuan Bajo

“Saya ingin melakukan sosialisasi dengan masyarakat sekitar agar mereka paham mengenai pariwisata terlebih dahulu, kemudian mengajak pemerintah di Toraja agar lebih memerhatikan lagi pariwisata yang sangat membantu dalam peningkatan devisa negara.” - Peronika Suwin, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMK Wirawisata Makale

“I want to educate the local communities to ensure their understanding about tourism and later call on the Toraja government to pay more attention into their tourism development efforts, which could help the country’s economy.” - Peronika Suwin, 2016 scholarship recipient from SMK Wirawisata Makale

e

e

e

i

i

i

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia12

e

e

i

i

The Students’ DreamsCover Story

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 9

Page 13: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

“Raising Talents in Tourism Destination Competence through WISATA Scholarship Program”

ISenyuman para penerima beasiswa terlihat saat berjalan keluar dari terminal kedatangan Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung. Mereka merupakan 10 siswa-

siswi terbaik dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata di Flores, Tanjung Puting, Toraja, dan Wakatobi yang berhasil lolos seleksi penerimaan beasiswa Swisscontact WISATA. Di sinilah perjalanan mereka menjadi profesional muda yang kompeten untuk mengembangkan pariwisata Indonesia dimulai.

Program Beasiswa Swisscontact WISATASumber daya manusia merupakan salah satu pilar utama dalam proses pengembangan pariwisata di sebuah destinasi. Guna mencetak tenaga profesional, Swisscontact WISATA bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) untuk menawarkan sebuah program beasiswa bagi lulusan SMK di empat destinasi dampingan WISATA, yakni Flores, Tanjung Puting, Toraja, dan Wakatobi.

Sejak tahun 2015, 10 lulusan SMK dari empat destinasi tersebut sudah memulai pendidikan dalam program Strata 1 studi destinasi pariwisata atau program Diploma 4 manajemen destinasi pariwisata di STPB. Program ini merupakan usaha peningkatan pendidikan dan pelatihan yang diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang tata kelola destinasi pariwisata agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang ada di daerah mereka masing-masing.Melalui program ini, para penerima beasiswa didukung dengan biaya pendidikan selama empat tahun berkuliah di STPB, biaya tugas akhir, dan biaya wisuda. Sementara itu, Swisscontact WISATA juga menyediakan tunjangan penelitian, buku, serta laptop untuk mendukung proses belajar mereka dan juga biaya kehidupan sehari-hari selama empat tahun, akomodasi. Swisscontact WISATA juga berkomitmen memberikan kelas pengantar Bahasa Inggris bagi para mahasiswa guna mempersiapkan mereka dalam bersaing di industri pariwisata setelah lulus nanti.

By Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

EThe ten scholars walked out of Bandung’s Husein Sastranegara Airport’s arrival hall with a smile. They are 10 of the best students from tourism vocational schools

(SMK) in Flores, Tanjung Puting, Toraja, and Wakatobi who had successfully qualified for Swisscontact WISATA’s scholarship program. This was the beginning of their journey to becoming young professionals on whose hands the development of Indonesia’s tourism lies.

The Swisscontact WISATA Scholarship ProgramHuman resources is one of the most important aspect in the development of a tourism destination. In hopes of producing qualified professionals for the industry, Swisscontact WISATA partnered with acclaimed hospitality institution Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) for a scholarship program granted to SMK graduates from four destinations under WISATA’s support in Flores, Tanjung Puting, Toraja, and Wakatobi.

Since 2015, 10 SMK graduates from these destinations have started their undergraduate degree in tourism studies or a diploma degree on tourism management at the Bandung-based institution. The program is part of an effort to improve tourism education and training that is hoped to see competent human resources manage tourism destinations and take part in the development of their own region’s potentials in the future.

Recipients of this scholarship will receive funds for four years of their studies at STPB, funds for their final project, as well as their graduation. Swisscontact WISATA will also provide them with educational tools such as books and a laptop, and will also be backing their research. Meanwhile, Swisscontact WISATA in collaboration with STPB provide English classes throughout their studies to help students have a competitive edge upon graduating and starting work at the tourism industry in the future.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia8

Cover Story

“Setelah lulus dari STP Bandung, mimpi saya adalah kembali ke daerah saya untuk membangun dan mengelola Wakatobi ke arah yang lebih baik, dimulai dari membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.”

- Regita Dwi Cahyani, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMKN 1 Kaledupa

“After graduating from STP Bandung, my dream is to return to my hometown to develop and manage Wakatobi for the better, starting with increasing people’s awareness on the importance of protecting the environment.”

- Regita Dwi Cahyani, 2016 scholarship recipient from SMKN 1 Kaledupa

“Saya ingin membantu pemerintah untuk mengembangkan pariwisata daerah saya agar menjadi destinasi yang diminati oleh banyak orang, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.”

- Seprian Setiawan, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMK Eran Batu 2

“I want to help the government develop tourism in my hometown and turn it into an attractive destination for domestic and international visitors.” - Seprian Setiawan, 2016 scholarship recipient from SMK Eran Batu 2

“Saya ingin memberikan pelatihan pariwisata kepada masyarakat, termasuk anak muda, sehingga nanti pariwisata di daerah saya bisa dikenal di dalam dan luar negeri. Selain itu, saya ingin mengadakan pengembangan dan perencanaan pembangunan desa wisata yang bisa membawa manfaat bagi masyarakat sekitar.”- Stellawest Laraswati, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMK Swakarsa Ruteng

“I want to provide tourism trainings for the community, including the youth, so that my hometown could be a well-known destination for domestic and international tourists. In addition to that, I will put together a plan to develop a tourism village, which I believe can benefit the local community.” - Stellawest Laraswati, 2016 scholarship recipient from SMK Swakarsa Ruteng

“Setelah lulus, saya akan kembali ke daerah saya untuk mengaplikasikan ilmu saya di sana untuk mengembangkan Wakatobi agar lebih baik dan membuka lapangan pekerjaan di bidang pariwisata untuk lebih menyejahterakan masyarakat. ” - Sutriana Ode, penerima beasiswa tahun 2016, lulusan SMKN 1 Wangi-wangi

“After graduation, I will return to my hometown to implement my knowledge in developing tourism in Wakatobi for the better and open the jobs in the tourism industry to ensure the welfare of local residents.” - Sutriana Ode, 2016 scholarship recipient from SMKN 1 Wangi-wangi

“Saya ingin kembali ke destinasi saya di Flores, khususnya di Kota Maumere. Saya ingin memberikan pengetahuan bagi para masyarakat Flores mengenai apa itu pariwisata dan pentingnya pengembangan pariwisata di suatu daerah yang memiliki potensi besar.” - Maria Yulviana D Bela, penerima beasiswa tahun 2015, lulusan SMK St. Thomas Maumere

“I want to return to Flores, especially Maumere. I want to share my knowledge to the people of Flores about tourism and the importance of its development in a destination with such huge potentials.” - Maria Yulviana D. Bela, 2016 scholarship recipient from SMK St. Thomas Maumere

e

e

i

i

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 13

e

e

e

i

i

i

Page 14: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

IToraja adalah sebuah destinasi yang memiliki potensi pariwisata yang luar biasa dengan berbagai daya tarik unggulan. Tidak hanya bentangan alam yang indah seperti

perkebunan kopi dan hamparan sawah, Toraja juga memiliki kebudayaan yang sangat unik seperti upacara Rambu Solo’, Rambu Tuka’, Ma’nene untuk menarik kunjungan para wisatawan. Penduduk setempat juga kini mulai menawarkan produk-produk lokal yang mencari ciri khas destinasi tersebut, di antaranya kuliner khas, produk kopi, dan kain tenun dari yang sudah terkenal hingga mancanegara.

Mengingat animo wisatawan akan produk lokal Toraja, Swisscontact WISATA bertekad mengembangkan produk lokal sebagai bagian dari produk wisata Toraja melalui beberapa program pelatihan. Program tersebut bertujuan untuk menginspirasi diversifikasi produk dan peningkatan mutu produk agar layak ditawarkan sebagai cendera mata.

Setelah melakukan penilaian awal terhadap beberapa produk lokal, Swisscontact WISATA memutuskan untuk mengembangkan tiga jenis produk, yaitu kopi, kerajinan bambu, dan tenun. Program tersebut akan memastikan para penjual kopi hanya menawarkan kopi dari daerah petani Toraja, di antaranya dari kawasan Sapan dan Awan. Untuk tenun, program akan menyoroti produsen dan penjual kain tenun lokal ternama, seperti Galugu Dua, Sa’dan To Barana, Toko Todi’ Rantepao, dan kampong Tonglo.

Turning Local Products into Valuable Goods in TorajaBy Destawan Purba Sakti – Project Assistant for Local Product Toraja

EToraja is a destination with a vast tourism potential and a long list of points of interest that makes it stand out among other destinations in the Indonesian archipelago. From its

beautiful lush coffee plantations and paddy fields to its unique local tradition such as the Rambu Solo’, the Rambu Tuka’, and the Ma’nene ceremonies, the region has enjoyed an increasing popularity among travelers, and locals have also taken to promoting culinary treats, coffee, as well as woven goods to offer visitors.

Tapping into this growing interest in local Toraja products, Swisscontact WISATA is determined to further develop local products as part of Toraja’s tourism offerings through training activities. These programs are aimed to inspire locals to diversify their products and improve the quality of these crafts to ensure they are ready to be promoted as souvenirs.

After initial appraisals on the different products available, the organization has decided on developing three local products, namely coffee, bamboo crafts, and woven cloths. It will focus on ensuring local coffee producers sell and promote only beans that are originally from Toraja, such as the Sapan and Awan areas. On the woven goods front, the program will move to highlight crafts and sellers from well-known Torajan shops and areas, such as Galugu Dua, Sa’dan, To Barana, Toko Todi’ Rantepao, and Kampong Tonglo.

Toraja’s weaving products,Toraja

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia14

Tanjung Puting Selects Official Destination Logo

ISetelah melalui proses yang cukup berliku dan melibatkan beragam pelaku kepentingan pariwisata dan masyarakat, empat logo yang dianggap mewakili Destinasi Tanjung

Puting disepakati untuk disosialisasikan dan kemudian dipilih melalui pemungutan suara langsung maupun online.

Pemungutan suara online dilakukan secara serentak pada 7 hingga 23 September melalui Facebook dan situs Visit Tanjung Puting (www.visittanjungputing.com). Program ini dilakukan guna membangun kesadaran masyarakat mengenai Tanjung Puting sebagai sebuah destinasi pariwisata. Pemungutan suara online menarik minat 505 peserta, di mana logo kedua terpilih dengan 169 suara.Sementara itu, pemungutan suara langsung juga diadakan di tiga kabupaten, yaitu Kotawaringin pada 7 September, diikuti dengan Kabupaten Lamandau pada 8 September, serta Kabupaten Seruyan pada 13 September. Pemungutan suara juga dilakukan di Bandara Iskandar Pangkalan Bun. Proses tersebut sukses diikuti sebanyak 151 peserta, di mana logo kedua sekali lagi memenangkan suara terbanyak, yakni dengan 80 suara.

Berbagai masukan menarik diperoleh dari proses pemungutan suara ini, terutama tentang logo ideal yang mewakili destinasi. Perbaikan kemudian dilakukan terhadap logo berdasarkan masukan-masukan tersebut dengan hasil akhir yang terlampir pada gambar.

By Dwi Setjio Widodo – Destination Office Manager of Tanjung Puting

Tanjung Puting

EAfter a long process that involved everyone from tourism stakeholders to local communities, four designs that best represent Tanjung Puting as a tourism destination were

selected to be further introduced to the public before an official voting process was held online and offline.

The voting took place on September 7 on Facebook and on the Visit Tanjung Puting

website (www.visittanjungputing.com), held as part of efforts to raise the community’s

awareness regarding their hometown as a tourism destination. A total of 505 people participated in the voting by the time polls closed on September 23, with the second logo being the most favored design with 169 votes. Meanwhile, an offline voting process also took place, starting at the

Kotawaringin district on September 7, followed by the Lamandau district on

September 8, and ending at the Seruyan district on September 13. Votes were also

collected at the Iskandar Pangkalan Bun Airport. A total of 151 people participated in the offline polls,

where the second design again proved to be popular with 80 votes.

Various feedback were gathered from the voting process, particularly regarding the ideal design that best represented the destination. These feedback were then taken into account in the editing process, which eventually resulted in the design showed in this image.

Offline voting at Seruyan District,Kalimantan Tengah

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 7

Offi cial Logo of Tanjung Puting Destination

Page 15: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

Toraja

Addressing Toraja’s Tourism Troubles One Cup of Coffee at a TimeBy Dicky Mardyan – Project Officer Small Medium Enterprise Toraja

IPHRI Toraja dan Swisscontact WISATA bekerjasama pada bulan Agustus untuk mengadakan acara Coffee Club yang bertempat di Pango-PangoMIsiliana Hotel di Toraja. Acara

tersebutmelibatkan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Makale dengan Sugeng, ketua KP2KP Makale, Andik Setyo Haryadi serta Azwar Munas, perwakilan Direktorat Jenderal Pajak Propinsi Sulawesi Selatan, yang berbagi pengetahuan mereka mengenai perpajakan pada para peserta.

Coffee Club PHRI sendiri merupakan salah satu wadah atau sarana berkumpulnya para pemilik, manajer, atau pengusaha hotel dan restoran di Toraja yang menjadi ajang bertukar pikiran dan membahas berbagai permasalahan pariwisata, terlebih yang berhubungan dengan industri perhotelan dan restoran. Kegiatan ini berkembang dengan fasilitasi dari Swisscontact WISATA yang memastikan kehadiran narasumber yang tepat dan sesuai dengan isu-isu yang sedang berkembang.

Pada acara bulan Agustus, peserta mengikuti pemaparan dan penjelasan mengenai isu-isu perpajakan yang berhubungan dengan industri pariwisata, diikuti dengan diskusi yang interaktif. Selanjutnya, kegiatan ini akan terus diadakan guna membawa pengetahuan dan masukan-masukan positif bagi mereka yang terlibat langsung dalam menggerakkan roda pariwisata di kawasan Toraja.

ESwisscontact WISATA and The Toraja branch of the Indonesian Hotel and Restaurants Association (PHRI) partnered for a Coffee Club event held on August 30 at the

Pango-pangoMisiliana Hotel in Toraja. The event featured a number of guest speakers who shared their knowledge with the audience, namely Sugeng, chief of the Makale Tax Services and Consultation Office (KP2KP), as well as AndikSetyoHaryadi and AzwarMunas, representatives from the South Sulawesi Tax Directorate General.

The PHRI Coffee Club serves as a space for hotel and restaurant owners or managers in Toraja to come together and discuss a variety of tourism-related issues that could help improve their business and local tourism in general. The program has grown in the past with Swisscontact WISATA’s assistance in inviting credible guest speakers to help offer an expert’s perspective on these issues.

At the August event, participants enjoyed an engaging and interactive discussion on taxes with fellow members of the audience, and it is hoped such events will continue to be held in the future in order to offer positive insights to those directly involved in running Toraja’s tourism industry.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 15

PHRI Coffee Club, Toraja

SMKN 1 Pangkalan Bun Welcomes Interns as Guest Teachers

IDua mahasiswa magang Swisscontact WISATA berkesempatan menjadi guru tamu bagi siswa-siswi kelas 10 jurusan Usaha Perjalanan Wisata di SMKN

1 Pangkalan Bun dalam program sembilan minggu yang dimulai pada 8 Agustus silam. Pada dua minggu pertama, Abiel dan Almas mengajar Bahasa Inggris untuk pariwisata, kemudian dilanjutkan dengan kelas hubungan masyarakat.

Pengalaman tersebut merupakan sesuatu yang baru bagi mereka, mengingat keduanya belum berpengalaman dalam bidang studi tersebut. Namun, para mahasiswa magang bersemangat membagikan pengetahuan yang mereka miliki mengenai dua isu tersebut dan menggunakan media film sebagai alat mengajar alternatif dalam kelas. Pada akhir kegiatan pemutaran film, dilaksanakan sesi tanya-jawab yang bertujuan melatih para murid untuk berani bicara dan lebih percaya diri, khususnya dalam berbicara mengenai isu pariwisata.

Dalam kesempatan tersebut, para guru tamu juga memberikan motivasi kepada para murid. Mereka menyampaikan bahwa pelajaran bukanlah sesuatu yang hanya bisa didapatkan di sekolah dan guru bukan hanya manusia yang berdiri di depan kelas. Sebaliknya, semua tempat adalah tempat untuk belajar dan mendapatkan pengalaman baru serta semua orang adalah guru.

By Abiel Zanilla Nurmadiyan – Program Assistant for Small and Medium Enterprise & Almas Nabili Imanina - Program Assistant for Tourism Product Development

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia6

ETwo college interns working with Swisscontact WISATA were assigned a nine-week stint as guest teachers for 10th grade students of SMKN 1

Pangkalan Bun’s Tourism Business major. Kicking off their program on August 8, Abiel and Almas started with teaching English for tourism in the first two weeks before moving on to teach public relations.The experience was a unique one for the both of them, who may not have been experts in teaching but had the motivation to share whatever knowledge they had on the two subjects. To compensate for their limitations, both used movies as learning tools and held question and answer sessions at the end of each screening, which is meant to train students to be able to confidently voice their opinions, especially in issues related to tourism.

Both interns emphasized to students that knowledge isn’t something that can be exclusively found in schools and teachers are not limited to the individuals standing in front of them in class. Rather, any place can be an opportunity to earn new experiences and anyone can be teachers from whom something new can be learned.

The program assistants of Swisscontact are teaching the students of SMKN 1 Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

Page 16: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

IDesa Kulati di Pulau Tomia, Wakatobi, memiliki pantai-pantai indah yang pastinya akan memanjakan mata para pengunjung. Desa tersebut adalah salah satu desa binaan

Swisscontact WISATA dalam implementasi program pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kabupaten Wakatobi. Sebagai desa wisata, Kulati telah dinilai siap melayani wisatawan dengan ketersediaan paket dan pemandu wisata berbahasa Inggris yang dapat memastikan pengunjung lokal maupun internasional menikmati beragam hal menarik yang ditawarkan kawasan tersebut, dari budaya lokal hingga keindahan laut. Kulati juga kini memiliki layanan akomodasi berupa penginapan di rumah-rumah warga (homestay)bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman utuh tinggal di desa tersebut.

Melalui bimbingan Swisscontact WISATA selama kurang lebih dua tahun dan atas kerjasama baik dengan pemerintah lokal dan kelompok pengelola pariwisata desa (Poassa Nuhada), serta masyarakat Desa Kulati, banyak kegiatan yang berkaitan dengan persiapan dasar kepariwisataan telah dilakukan.

Pada tanggal 16 September, Desa Kulati resmi ditetapkan sebagai desa wisata dalam peluncuran resmi yang juga dihadiri manajer program Swisscontact WISATA bersama dengan perwakilan DPRD Kabupaten Wakatobi, perwakilan Dinas Pariwisata & Ekonomi Kreatif, Camat dan Muspika Kecamatan Tomia Timur, pemerintah desa, serta masyarakat Desa Kulati. Diharapkan, kedepannya, Desa Kulati dapat mengembangkan pariwisata dengan keterlibatan aktif dari masyarakat desa dan pemerintah setempat.

Kulati Tourism Village Now Ready to Welcome VisitorsBy Asri Kasim – Field Office Manager of Wakatobi

EThe village of Kulati on Tomia Island, part of the Wakatobi archipelago, is home to beautiful beaches that are bound to mesmerize any visitor. It is one of the tourism villages

supported under Swisscontact WISATA’s community-based tourism development program in the region that is now deemed ready to welcome tourists. With the availability of travel packages, better homestay accommodation, and English guides, guests, both foreign and local, can now get the most of the village’s many attractions, from cultural activities to snorkeling.

Having worked with Swisscontact WISATA for approximately two years and with the positive partnership established between residentsof the village, the local government officials, and the village’s tourism organization (PoassaNuhada), Kulati has been able to hold various programs on basic tourism preparations.

On September 16, Kulati was officially launched as a tourism village in a program attended by WISATA’s program manager, chief of the TomiaTimurSubdistrict Forum, representatives of the Wakatobi Legislative Council (DRPD), the local Tourism and Creative Economy Office, the sub-district government as well as local residents. With the local community’s active involvement and with the government’s help, Kulati is expected to be able to take its tourism potentials to the next level in the years to come.

Nyong Tomia, Secretary of Poassa Nuhada, CBT group of Kulati Village, Wakatobi

CBT Kulati lauching event,Wakatobi

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia16

By Naufal Hibatullah – Project Assistant for Local Product Flores

EFLores is tourism destination that is home to a unique ikat weaving tradition that is popular among everyone from the casual traveler to fashion connoisseurs. Commonly found

in the eastern part of the island, such as Ende, Sikka, and East Flores, it is traditionally based on yarn made of materials found on the island.

In Nggela, a traditional village in the Ende district, the weaving culture is one that has been passed on from generation to generation. The village allows only certain women above 30 are to weave ikat using the region’s original motifs, a rule that is believed to have dire consequences if broken. Similar to the process of creating ikat in other regions, in Nggela traditional materials are employed in creating their craft, such as dried coconut fibers that are alter on tied using a plastic rope to create the different motifs. The village’s ikat motif and dying techniques are considered unique to many, and today weavers continue to explore their creativity by creating new ones that are later on passed on from generation to generation.

Beyond being a traditional piece of cloth, ikat represents a culture, and in Nggela, it is one locals take pride in being a part of.

In Nggela, Appreciating Culture through Ikat

Flores

IFlores merupakan destinasi wisata yang terkenal dengan ragam tenun yang diproduksi masyarakat lokal dan sering diburu baik wisatawan pada umumnya hingga pecinta

mode. Beragam jenis tenun dapat ditemukan di pulau tersebut, terutama tenun ikat yang dapat ditemukan di bagian Timur Flores, termasuk kampung tradisional Ende, Sikka, dan Flores Timur.

Bagi masyarakat Nggela, ikat merupakan sebuah tradisi turun temurun, di mana hanya wanita tertentu di atas 30 tahun yang diizinkan menenun ikat dengan motif asli atau kuno. Bila peraturan tersebut dilanggar, masyarakat setempat percaya sesuatu yang buruk dapat terjadi.

Selayaknya tenun ikat yang ada di daerah lain, para penenun di Nggela menggunakan bahan-bahan tradisional dalam kerajinan mereka, seperti menggunakan serat kelapa kering yang kemudian diikat dengan tali plastik untuk membentuk motif. Sementara motif dan pewarnaan ikat Nggela terkenal dengan keunikannya, para penenun lokal terus mengeksplorasi kreativitas mereka dan terus memproduksi berbagai motif baru berdasarkan ide-ide mereka.

Di Nggela, tenun bukan hanya sebuah metode pembuatan pakaian tradisional, namun merupakan bagian penting dari budaya; sebuah tradisi yang dihargai dan membanggakan bagi masyarakat setempat.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 5

Ikat weaving from Nggela,Flores

Page 17: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

Ende HoCo Cycle Completed With Promising Results

EThe second cycle of Hospitality Coaching (HoCo) has successfully been implemented in Ende this year, with three establishments participating in the program. The

program kicked-off with a launch event in April 2016 and culminated with a presentation of the final results in August 2016, in which J-Hotel was announced as the winning participant after having showed the most impressive progress.

The hotels, including two others, Dasi Guesthouse and Satarmese Hotel, were trained and coached by experienced trainers from the DMO Flores under the Flores Resource Network (FReN). As part of their baseline assessment, participants were instructed to rate their perceived level of Workplace Cooperation, Service Quality, and Good Environmental Practice at their workplace both at the start and end of the program in order to evaluate the progress made.

Based on interviews with staff and management members of participating hotels, a number of items from the HoCo checklist have started to be implemented. Dasi Guesthouse, for example,

ISiklus kedua dari kegiatan Hospitality Coaching (HoCo) berhasil dilaksanakan di Ende tahun ini dengan tiga hotel dari kawasan tersebut sebagai peserta. Kegiatan dimulai

pada bulan April dan ditutup dengan presentasi hasil pada bulan Agustus, di mana J-Hotel diumumkan sebagai peserta dengan kemajuan terbaik.

Selama HoCo, para peserta dari Dasi Guesthouse, Satarmese Hotel, dan J-Hotel, dilatih oleh pelatih yang berpengalaman dalam bidangnya, yang dikelola oleh DMO Flores di bawah

By Novie Afrillies – Project Officer for Quality and Standard

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4

Sri, staff of Dasi Guesthouse is presenting their progresses in the Final Result Presentation,Flores

Labeling linen and towel as it’s size and purposes

Before After

payung jejaring pelatih lokal Flores (FReN). Dalam kegiatan penilaian awal, para peserta diarahkan untuk menilai perkiraan tingkat kerja sama di tempat kerja, kualitas pelayanan, serta praktek ramah lingkungan dalam tempat kerja mereka. Pada akhir program, para peserta diminta untuk menilai kembali guna mengevaluasi kemajuan selama program.

Dari wawancara dengan para staf dan pengelola hotel, peserta ditemukan telah menerapkan berbagai pelajaran yang didapatkan dari HoCo. Dasi Guesthouse, contohnya, telah mengimplementasikan strategi 5S, penggunaan sarana informasi bersama, serta menggunakan buku catatan harian dalam operasi sehari-hari. Dasi Guesthouse juga telah menerapkan pemilahan sampah organik dan non-organik, berpartisipasi dalam program pengurangan penggunaan plastik dengan menyediakan air untuk isi ulang para tamu, serta mengumpulkan sampah plastik.

has applied the 5S strategy, using information sharing tools and logbooks in its operations. It has also been actively separating organic and non-organic waste as well as participating in the plastic reduction initiative by providing refill station for guests and by collecting plastic bottles.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4

Wakatobi

IFTKP Wakatobi melalui jaringan pemasaran kelompok kerja pariwisata pulau (IWG) secara aktif mengembangkan konten materi publikasi mengenai destinasi Wakatobi.

Untuk menunjang kebutuhan tersebut, Swisscontact WISATA memfasilitasi kelas penulisan perjalanan wisata pada tanggal 13-15 September. Program tersebut diikuit oleh 11 peserta dari perwakilan jaringan pemasaran IWG, tim website Dinas Pariwisata, kelompok pariwisata berbasis komunitas, media lokal (Wakatobi TV), dan komunitas fotografi, dan bertujuan mengasah kemampuan menulis para peserta agar bisa membuat artikel perjalanan wisata yang berkualitas.

Selama hampir tiga hari, para peserta menerima pelatihan menulis dari Fatris M. F., seorang penulis perjalanan dari Padang, Sumatera Barat, yang juga adalah pemenang Indonesian Award - Travel Writer. Mereka tak hanya dilatih untuk menulis mengenai berbagai tema seperti budaya, atraksi bawah laut, dan atraksi wisata darat di Wakatobi, namun juga dilatih untuk mencari data langsung ke lapangan dengan metode wawancara. Pada hari terakhir, peserta belajar melakukan proses penyuntingan atas artikel wisata karya mereka.

Pemantauan dan evaluasi peserta dilakukan selama tiga bulan setelah pelatihan. Ke depannya, para talenta muda baru Wakatobi ini diharapkan dapat terus aktif menulis dan mempublikasikan hasil karyanya.

EFTKP Wakatobi has been actively developing writing materials on the island’s tourism potentials in a partnership with the Island Working Group (IWG) marketing network.

To support this program, Swisscontact WISATA initiated a travel writing class on September 13 to 15, which involved 11 young and talented participants from the IWG network, the local Tourism Office’s web team, the community-based tourism group, local media (Wakatobi TV), and a photography community. The program is aimed at training each individual’s writing skills to ensure they are able to produce travel articles for media publication.

Throughout the three-day workshop, participants were trained by award-winning travel writer Fatris M. F., travel writer from Padang, Sumatera Barat, who won the Travel Writer category at the Indonesian Award, on writing about various theme, such as culture, the region’s underwater beauty, as well as Wakatobi’s land tourism attractions. They were also trained to conduct field reporting, direct interviews, as well as editing, which was part of the workshop’s final step.

Monitoring and evaluation efforts were held in the three months that followed the workshop. It is hoped the program could help and inspire these young writers to continue writing and have their works published.

A travel writing participant did direct interview,Wakatobi

Travel Writing Class Encourages Young Writers to Tell Stories of WakatobiBy Putri Wilda Kirana – Project Officer for External Destination Marketing Wakatobi

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 17

Page 18: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

IProgram WISATA Teacher Internship Program (WITIP) tahun ini kembali digelar untuk kedua kalinya, dengan partisipasi 23 guru dari 15 SMK pariwisata di Flores,

Tanjung Puting, Toraja, Wakatobi, Surabaya, Makassar, dan Bali. Diadakan mulai tanggal 14 Juli, kegiatan berlangsung di 10 perusahaan mitra Swisscontact, diantaranya hotel, operator tur, dan maskapai penerbangan, di mana para peserta dapat mengamati dan terlibat langsung dalam kegiatan industri pariwisata yang sedang berkembang saat ini.

WITIP diharapkan dapat menjembatani para guru dan sekolah dengan pelaku industri pariwisata untuk membangun komunikasi dan kemitraan yang berkelanjutan. Selama magang, para guru tak hanya menerima berbagai pengetahuan baru dari industri, namun mereka juga diharapkan dapat membagi ilmu dan pengalaman magangnya kepada para siswa dan guru lain di wilayah masing-masing.

WITIP yang diinisiasi oleh Swisscontact WISATA pada tahun 2015 menuai tanggapan positif dari Dinas Pendidikan Kabupaten Wakatobi yang berkomitmen untuk mengirimkan 4 guru perwakilan agar dapat turut serta dalam kegiatan WITIP 2016.

“WITIP merupakan program yang sangat bermanfaat bagi para guru pariwisata, khususnya saya sendiri. Dengan adanya program ini, saya tidak hanya belajar tentang kompetensi yang akan saya ajarkan kepada siswa nantinya, tetapi juga tentang metode mengajar yang akan saya terapkan di sekolah,” ujar Hasnarita, Guru SMKS Unggulan Wakatobi.

WISATA Teacher Internship Program Connects Schools with the Tourism IndustryBy Nur Ikhsan – Project Assistant for Vocational Education and Training

Vocational & Higher Education

EThe WISATA Teacher Internship Program returned for the second time this year with 23 teachers from 15 tourism vocational schools in Flores, Tanjung Puting, Toraja,

Wakatobi, Surabaya, Makassar, and Bali. Starting July 14, teachers were placed as interns in 10 Swisscontact corporate partners included hotels, tour operators, and airline company.

WTIP is expected to connect teachers and schools with the tourism industry in order to establish a sustainable communication and partnership between the two sides. During the program, teachers were able to not only gain knowledge from their respective fields, all of which are expected to be passed on to students and teachers in their schools back home.

First initiated in 2015, WTIP has received positive response from the Wakatobi Education Office who sponsored four tourism SMK teachers to participate in the program.

“WITIP is a useful program for tourism teachers, especially for me, personally,” says Hasnarita, a teacher from SMKS Unggulan Wakatobi. “Through this program, I not only learned about competency, which I will teach my students, but also about teaching methods that I need to apply at school.”

Participating teachers of WISATA Teacher Internship Program,Bali

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia18

Apa Kabar?The WISATA program emphasizes on the importance of qualified tourism graduates who are ready to work and meet the expectation of the tourism industry. From the four target destinations the program supports ten most talented graduates from local vocational schools with a scholarship to study destination management at STP in Bandung.

In this issue of Berita WISATA, we would like to introduce to you the supported scholars and highlight about their spirit to reach their dream at STP Bandung. After graduation, the ten scholars are projected to return to their home region to take a role in tourism development in the destination.

Happy reading and warmest regards from all of us.

Ruedi NuetziSwisscontact WISATA

Program Manager

Content & Publisher’s Note

3WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Publisher Swisscontact WISATAJl. Batur Sari No. 20SB, SanurDenpasar - Bali 80227 IndonesiaPhotography Swisscontact WISATADesign & Layout Swisscontact WISATAPrinter PT Cintya Grafika

The project is supported by SECO in cooperation with

Ministry of Tourism, implemented by Swisscontact

*No part of this publication may be copied or

reproduced in any form by any means.

Publisher

SMKN 1 Pangkalan Bun Welcomes Interns as

Guest Teachers

Ende HoCo Cycle Completed With

Promising Results

Turning Local Products into Valuable Goods in

Toraja

Kulati Tourism Village Now Ready to

Welcome Visitors

04 FLORES 06 TANJUNG PUTING

14 TORAJA 16 WAKATOBI

Contents

“Raising Talents in Tourism Destination Competence through WISATA Scholarship Program”

08 COVER STORY

WISATA Teacher Internship Program Connects Schools with the Tourism Industry

18 VOCATIONAL & HIGHER EDUCATION

Page 19: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

ERepresentatives from Wataruka, a community-based tourism village in Ende, Flores, on September shared their experiences in managing a tourism village with stakeholders

in Makassar during a program that ran from September 21 to 23. These stakeholders include students from the Makassar Tourism Polytechnic, representatives from the Sesean Sulo’ara and Sesean Mata’alo tourism villages, as well as other representatives from the Rammang-Rammmang tourism community in South Sulawesi.

Wataruka Village chief Aloysius Djira Loy and Tourism Awareness Group chairman Blasius Leta Odja led the presentation, in which they highlighted a number of important elements in developing a tourism village, such as the need for a village management group that is transparent, trustworthy, leads with authority, and is able to accommodate the different things that are needed to bring significant benefits to the community. They emphasized the need for leaders who are able to identify opportunities and mobilize the community to work together by utilizing the village’s resources.

Odja is a well-respected part of the Wataruka Village whose mission to develop his region’s tourism potentials started long before the village started attracting visitors. Under Swisscontact WISATA’s guidance, the village today thrives as a destination for those looking to visit its waterfall, hot springs, and other natural and cultural attractions.

Participants of the presentation admitted learning a lot from the Wataruka’s experiences, which, for students, served to confirm lessons learned during their community-based tourism class and, for the rest, became an inspiration for other villages with similar potentials.

IPerwakilan dari Desa Waturaka, sebuah desa wisata berbasis masyarakat yang terletak di Kabupaten Ende, Flores, berkunjung ke Makassar pada 21-23 September

untuk berbagi pengalaman membangun dan mengelola desa wisata dengan beberapa pemangku kepentingan, yaitu mahasiswa Politeknik Pariwisata Negeri Makassar, perwakilan dari desa wisata Sesean Sulo’ara dan Sesean Mata’alo di Toraja, serta perwakilan dari kawasan wisata Rammang-Rammang, Sulawesi Selatan.

Kepala Desa Wataruka Aloysius Djira Loy dan ketua Kelompok Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, dan berbagi beberapa pelajaran-pelajaran penting. Menurut mereka, diperlukan adanya sebuah kelompok pengelola desa wisata yang berfungsi dengan baik, transparan, terpercaya, memiliki otoritas, dan mampu mengakomodir berbagai unsur dalam desa untuk secara nyata mendatangkan berbagai manfaat yang dirasakan seluruh masyarakat desa. Diperlukan pula seorang tokoh yang mampu melihat peluang dan kemudian menggerakkan masyarakat agar bisa bekerja bersama memanfaatkan potensi desa.

Blasius Leta Odja merupakan tokoh Desa Waturaka yang memulai misinya di bawah bimbingan Swissscontact WISATA sejak desa Waturaka belum dikunjungi oleh wisatawan. Kini, desa tersebut secara rutin menerima kunjungan wisatawan yang ingin mengunjungi berbagai atraksinya, seperti air terjun, mata air panas, uap panas, homestay, dan pertunjukan budaya.

Para peserta kegiatan setuju telah memperoleh manfaat dari pengalaman Desa Waturaka. Bagi para mahasiswa, acara tersebut mendukung berbagai hal yang mereka pelajari dalam mata kuliah pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, sementara bagi para perwakilan daerah, pengalaman Desa Waturaka menjadi inspirasi untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.

WISATA Program

By Ferry Samosir – Deputy Program Manager Swisscontact WISATA

Success of Wataruka Village, Inspires Tourism Stakeholders in Makassar and Toraja

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia2

Representatives of CBT group Waturaka with stakeholder from Maros District,Sulawesi Selatan

I“Kolam Alam Limbong dikelilingi tebing-tebing kokoh nan misterius. Suasana hening luar biasa serasa merasuk ke dalam jiwa memberikan kesan mistis. Namun, air tenang

kehijauan berbau mistis katanya tak mengusik nyali anak-anak sekolah untuk melepaskan kepenatan mereka dengan menceburkan diri ke kolam.”

Paragraf di atas merupakan cuplikan dari tulisan Primalia Howarto, seorang wirawisata asal Toraja yang mengikuti dan memenangkan tantangan dalam kelas penulisan perjalanan yang diadakan Swisscontact WISATA. Tulisan berjudul “Kolam Alam Limbong, Wisata Toraja yang Terlupakan” ini berhasil dimuat dalam fitur perjalanan portal berita Kompas.com.

Primalia Howarto merupakan seorang lulusan sastra yang aktif menulis blog sejak tahun 2008. Pada tahun 2011, Primalia kembali ke Toraja dari perantauan dan mulai menyadari pentingnya pengembangan pariwisata di kawasan tersebut setelah sering terlibat dalam berbagai kegiatan yang difasilitasi Swisscontact WISATA. Ia menyadari masih banyak yang perlu dilakukan guna meningkatkan kondisi pariwisata Toraja yang dinilai kurang mendapat perhatian. Seperti tulisannya tersebut, Primalia ingin menceritakan keindahan alam salah satu obyek wisata di Toraja yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

E“The Limbong Natural Pond is surrounded by solid, mysterious cliffs. It oozes the kind of quiet that fills one’s soul with an air of mysticism, but many say the curious

green water never stops school kids from jumping in when in need of something refreshing and to release stress.”

The text above is a snippet from a piece written by Primalia Howarto, an entrepreneur working in Toraja’s tourism industry who participated and won a travel writing class challenge held by Swisscontact WISATA. Her winning piece, titled “The Limbong Natural Pond, Toraja’s Forgotten Tourism Attraction” was featured on news site Kompas.com’s travel section.

Primalia herself graduated with a degree in literature and has been actively writing on her personal blog since 2008. It was after returning to Toraja in 2011and being involved in programs facilitated by Swisscontact WISATA that she realized the importance of taking part in developing the region’s tourism potentials. She emphasized there was a lot more work left to be done in order to improve the concerning state of her region’s tourism. As written in her piece, Primalia aims to share the beauty of one of Toraja’s lesser known tourism objects, one that is often overlooked even by the government.

“I thank Swisscontact for holding a travel writing class, because Toraja is not very familiar with the writing culture. This event is very useful for me in my writing process and in motivating me to keep writing better for the betterment of Toraja’s tourism,” Primalia said.

Toraja’s Forgotten Limbong Natural Pound Featured on Kompas Travel SiteBy Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

Succsess Story

Primalia Howarto,The winner of travel writing class challenge

“Saya berterima kasih kepada Swisscontact yang telah membuka kelas penulisan perjalanan wisata karena Toraja tidak mengenal budaya menulis. Melalui kegiatan ini, akan sangat berguna untuk saya dalam membuat sebuah tulisan dan memacu saya untuk terus menulis lebih baik untuk kemajuan pariwisata Toraja,” ujar Primalia.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 19

Page 20: View of Lopus Village, Berita WISATA - Swisscontact · Sadar Wisata Blasius Leta Odja memimpin presentasi tersebut, ... dalam fitur perjalanan portal berita Kompas ... 2015 menuai

WISATABerita

7th Edition July-September 2016

Cover Story:

Raising Talents in Tourism Destination Competence through

WISATA Scholarship Program

FloresEnde HoCo Cycle CompletedWith Promising Results04 Tanjung Puting

SMKN 1 Pangkalan Bun Welcomes Interns as Guest Teachers06 Toraja

Turning Local Productsinto Valuable Goods in Toraja14 Wakatobi

Kulati Tourism Village NowReady to Welcome Visitors16

View of Lopus Village, Kalimantan Tengah