VI
SAP VI. STRUKTUR SEDIMEN PRIMER
1. Pendahuluan
Struktur sedimen primer merupakan kenampakan pada batuan sedimen
pada sekala yang besar seperti perlapisan, lapisan bersusun,
gelembur gelombang dan lainnya. Oleh sebab itu struktur sedimen
lebih baik dipelajari langsung di lapangan tempat tersingkapnya
struktur sedimen tersebut. Struktur sedimen terbentuk oleh beberapa
macam proses pengendapan seperti aliran fluida, aliran gravitasi,
aktivitas organisme, dan perubahan bentuk pada sedimen segera
setelah terendapkan. Struktur sedimen sangat menarik perhatian para
pakar sedimentologi, karena struktur sedimen dapat digunakan untuk
interpretasi lingkungan pengendapan batuan sedimen, seperti
mekanisme transportasi, kedalaman cekungan, arah dan kecepatan arus
purba. Beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk
interpretasi bagian atas atau bawah suatu perlapisan batuan
sedimen, sehingga dapat diketahui apakah suatu batuan sedimen sudah
mengalami deformasi atau belum. Struktur sedimen banyak dijumpai
pada batuan sedimen silisiklastik yang berbutir kasar. Batuan
sedimen ini kebanyakan tertransportasi sebagai bedload atau arus
turbidit.
2. Klasifikasi Struktur Sedimen
Struktur sedimen banyak diklasifikasikan secara deskriptif,
yaitu klasifikasi yang didasarkan pada kenampakan morfologi atau
karakteristik fisiknya. Klasifikasi lainnya didasarkan pada faktor
pembentukannya (genetik) atau berdasarkan morfologi dan
genetiknya.
Tabel 1. Klasifikasi Struktur Sedimen
3. Stratifikasi dan Bedform
Bedding dan Laminasi
Bedding atau perlapisan merupakan karakteristik dasar dari
batuan sedimen. Lapisan atau strata atau unit sedimentasi merupakan
lapisan batuan sedimen yang memiliki perbedaan secara litologi,
tekstur dan struktur dengan lapisan di atas dan di bawahnya, dan
merupakan lapisan sedimen yang terbentuk pada kondisi fisik yang
sama. Permukaan bagian atas dan bagian bawah lapisan disebut bidang
perlapisan (bedding planes atau bounding planes). Gambar 1
merupakan klasifikasi perlapisan menurut Mc Kee and Weir. Pada
klasifikasi tersebut lapisan merupakan strata yang ketebalannya
lebih besar dari 1 cm. Sedangkan lapisan yang ketebalannya kurang
dari 1 cm disebut laminasi.Gambar 2 menunjukan suatu perlapisan
(bed) dapat dibedakan menjadi beberapa unit layer yang dibedakan
oleh tekstur atau komposisinya. Batas antar layer disebut
amalgamation surface. Di dalam layer dapat terbagi lagi menjadi
beberapa subunit yang disebut division yang dibedakan oleh struktur
sedimen tertentu. Bands dan lensa merupakan terminologi untuk
subdivision yang dibedakan berdasarkan warna, komposisi, tekstur,
dan sementasi.
Di antara dua beds dipisahkan oleh permukaan perlapisan, yang
dicirikan oleh perubahan kondisi pengendapan atau bidang erosi.
Permukaan bed kadang merupakan bidang rata (even), bergelombng
(wavy), atau garis lengkung (curved) (Gambar 3). Lapisan dalam atau
lamina yang paralel disebut dengan planar stratification.
Kadang-kadang struktur dalam dari beberapa laminasi membentuk sudut
dengan bidang permukaan lapisan yang disebut cross strata atau
cross laminae. Perlapisan yang disusun oleh unit cross strata atau
cross lamina disebut cross beds.
Bedset atau coset merupakan terminologi untuk suatu group
perlapisan atau cross bed yang sama. Bed set yang sederhana (simple
bedset) terdiri dari dua atau lebih yang dicirikan oleh kesamaan
komposisi, tekstur, dan struktur dalam. Sedangkan composite beds
merupakan terminologi untuk suatu group perlapisan yang dicirikan
oleh perbedaan komposisi, tekstur, dan struktur dalam. (Gambar
4).
Gambar 4. Diagram yang menggambarkan terminologi bed sets.Graded
Bedding
Graded bedding atau lapisan bersusun merupakan suatu unit
sedimentasi yang dicirikan oleh adanya gradasi ukuran butir.
Ketebalan perlapisan graded bedding mulai dari beberapa sentimeter
sampai beberapa meter. Lapisan yang menunjukkan gradasi ukuran
butir dari kasar di bagian bawah menjadi halus di bagian atas
disebut normal graded bedding. Sedang kebalikannya disebut reverse
graded bedding.
Normal graded bedding dapat terbentuk dari bermacam proses,
tetapi kebanyakan terbentuk oleh arus keruh (arus turbidit). Selain
itu struktur ini dapat juga terbentuk pada lingkungan yang lebih
dangkal daripada lingkungan terbentuknya arus turbidit.
Reverse graded bedding ditemukan tidak sebanyak normal grading.
Struktur ini umumnya dijumpai pada endapan pantai yang dibentuk
oleh butiran mineral berat dengan butiran mineral ringan yang lebih
kasar.
Bedforms and Cross-stratification
Pada aliran yang unidirectional, bentuk-bentuk lapisan (bedform)
akan mulai terbentuk pada endapan pasir, segera setelah kecepatan
kritis aliran untuk mengangkat sedimen dari dasar saluran tercapai.
Perkembangan bedform tersebut akan terjadi dengan meningkatnya
kecepatan aliran, dan macamnya tergantung pada ukuran butir
sedimen. Gambar 6 menunjukkan perkembangan bedform dengan
meningkatnya kecepatan aliran yang diawali dengan ripple. Bentuk
ripple dan terminologi yang digunakan untuk memerikan ripple dan
bedform yang besar digambarkan pada gambar 7. Sedangkan gambar 8
menunjukkan hubungan antara ukuran butir sediment dengan kecepatan
aliran pada pembentukkan bedform. Tabel 2 menunjukkan perkembangan
dari bedform yang dimulai dari ripple, yang merupakan bedform yang
terkecil.
Gambar 7 Terminologi yang digunakan untuk memerikan ripple.Tabel
2. Karakteristik bedform yag terbentuk pada aliran
unidirectional
Gambar 8. Perkembangan bedform dengan meningkatnya kecepatan
pada
material sedimen dengan bermacam ukuran butir.
Cross Bedding
Struktur cross bedding (struktur sedimen silang siur) merupakan
struktur sedimen yang sangat umum pada batuan sedimen. Struktur ini
terbentuk terutama oleh pengendapan sedimen yang dihasilkan dari
jatuhnya material sedimen pada zona yang dipisahkan di bagian sisi
lee pada ripple dan bedform lainnya. Cross stratifikasi dapat juga
terbentuk oleh pengisian lubang akibat scouring dan channel,
pengendapan pada point bar di kelokan sungai, dan pengendapan pada
permukaan yang miring seperti pada pantai dan gundukan pasir di
laut. Strutur ini dapat terbentuk oleh media fluida atau
angina.
Struktur cross bedding dapat terbentuk pada set maupun coset
(gambar 4). Cross bedding dengan ukuran kurang dari 5 cm disebut
silang siur berskala kecil (small-scale coss bedding), sedangkan
yang berukuran lebih besar dari 5 cm disebut silang siur berskala
besar (large-scale cross bedding).
Struktur cross bedding dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
tabular cross bedding dan trough cross bedding (gambar 9).
Gambar 9. Terminologi dan karakteristik cross bedding
Tabular cross bedding dibentuk terutama oleh migrasi dari large
scale ripple (gambar 10). Rentang ukuran perlapisan cross bedding
berukuran mulai dari beberapa puluh centimeter sampai satu meter
atau lebih. Trough cross bedding (gambar 11) dapat dibentuk baik
oleh migrasi small current ripple atau oleh migrasi large sale
ripple.
Struktur sedimen lainnya seperti ripple cross lamination, flaser
and lenticular bedding, humocky cross bedding dapat dilihat pada
buku pustaka sedimentologi.seperti Sedimentary Structure (Allen),
Origin of Sedimentary Rocks (Middleton, Muray, & Blatt), atau
dari internet.
Irregular Stratification
Struktur akibat deformasi Convolute Bedding
Flame structure
Ball and pillow structure
Slump structure (Synsedimentary Fold and Fault) Dish
Structure
Erosion Structure.
Channels
Scoure and Fill structure
Biogenic structure
Stromatolite
Gambar-gambar struktur sediment di atas dapat dilihat pada buku
Origin of sedimentary rock4. Bedding Plane Marking
Jejak pada permukaan perlapisan dapat terbentuk oleh:
1. proses erosi dan sedimentasi,
2. proses deformasi, load cast
3. organisme, jejak fosil
4. sebab lainya, mudcrack
TugasA. Gambar-gambar struktur sediment dari internet.
B. Jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan struktur sediment.
2. Sebut dan jelaskan kegunaan struktur sediment. Berikan
contohnya3. Jelaskan perbedaan antara cross bedding yang dibentuk
oleh angina dan oleh air.4. Sebut dan jelaskan apa saja yang
mempenaruhi pembentukkan struktur perlapisan.
Gambar 6. Perkembangan bedform dengan meningkatnya kecepatan
aliran pada sedimen pasiran pada perairan dangkal
Gambar 1. Klasifikasi perlapisan menurut Mc Kee and Weir
(1053)
Gambar 2. Subdivision dari beds yang dibedakan berdasarkan
struktur dalam.
Gambar 3. Macam-macam bentuk pada bidang perlapisan.
Gambar 10. Diagram yang menggambarkan large scale Tabular cross
bedding yang terbentuk oleh migrasi sand wave
Gambar 11. Through cross bedding skala besar yang dibentuk oleh
migrasi dunes. Arah migrasi dari kiri ke kanan
PAGE 40