VI. ANALISIS EKONOMI TAMAN WISATA ALAM (TWA) GUNUNG MEJA 6.1. Pasar Wisata Alam dan Elastisitas Permintaan Untuk menganalisis kesesuaian dan pengembangan kegiatan wisata alam berkelanjutan di TWA Gunung Meja, diperlukan analisis pasar yaitu analisis supply dan analisi demand. Analisis Supply (penawaran) adalah inventarisasi informasi mengenai potensi wisata yang dapat dikembangkan serta faktor pendukungnya. Sedangkan Analisis Demand (Permintaan) adalah inventarisasi informasi mengenai permintaan yang diperoleh dari para wisatawan dan masyarakat setempat baik berupa materiil maupun non materiil. 6.1.1. Penawaran Wisata Alam Penawaran wisata alam TWA Gunung Meja terdiri dari Estetika, Sumberdaya hayati berupa potensi flora dan fauna, Situs Bersejarah berupa Tugu Jepang dan Goa Jepang serta didukung oleh fasilitas penunjang berupa aksesibilitas yang mudah dan akomodasi yang tersedia. a. Estetika Kawasan TWA Gunung Meja Kota Manokwari memiliki keunggulan alami karena secara geografis mempunyai panorama dengan keindahan alam yang sangat unik.Terletak sepanjang pantai Teluk Doreri dan dihiasi dua pulau kecil yaitu Pulau Mansinam dan Pulau Lemon didepannya. Estetika kawasan TWA Gunung Meja terbentuk atas perpaduan antara posisi kawasan terhadap kota Manokwari yang menjadi latar belakang kota yang nampak dipagari hijauan pepohonan, tebing yang terjal dan curam membentuk suatu gugusan bukit yang indah dan gagah perkasa. Kawasan TWA Gunung Meja yang berbatasan langsung dengan wilayah Kota Manokwari merupakan salah satu objek wisata pegunungan Manokwari yang potensial untuk dikembangkan. Keunggulan dan keunikan ini semakin diperkuat oleh karakteristik fisiografi lahan Gunung Meja yang melatarbelakangi kota, merupakan jajaran pegunungan elevasi tertinggi 117 meter di atas permukaan laut yang di beberapa sisinya terbing yang terjal dan lereng yang curam menampakkan panorama alam yang indah. Panorama yang sama jika kita berada salah satu sisi tertinggi di kawasan sejauh mata memandang tampak
37
Embed
VI. ANALISIS EKONOMI TAMAN WISATA ALAM (TWA) … · atas perpaduan antara posisi kawasan terhadap kota Manokwari yang menjadi latar belakang kota yang ... pantai pasir putih dan ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
VI. ANALISIS EKONOMI
TAMAN WISATA ALAM (TWA) GUNUNG MEJA
6.1. Pasar Wisata Alam dan Elastisitas Permintaan
Untuk menganalisis kesesuaian dan pengembangan kegiatan wisata alam
berkelanjutan di TWA Gunung Meja, diperlukan analisis pasar yaitu analisis
supply dan analisi demand. Analisis Supply (penawaran) adalah inventarisasi
informasi mengenai potensi wisata yang dapat dikembangkan serta faktor
pendukungnya. Sedangkan Analisis Demand (Permintaan) adalah inventarisasi
informasi mengenai permintaan yang diperoleh dari para wisatawan dan
masyarakat setempat baik berupa materiil maupun non materiil.
6.1.1. Penawaran Wisata Alam
Penawaran wisata alam TWA Gunung Meja terdiri dari Estetika,
Sumberdaya hayati berupa potensi flora dan fauna, Situs Bersejarah berupa Tugu
Jepang dan Goa Jepang serta didukung oleh fasilitas penunjang berupa
aksesibilitas yang mudah dan akomodasi yang tersedia.
a. Estetika Kawasan TWA Gunung Meja
Kota Manokwari memiliki keunggulan alami karena secara geografis
mempunyai panorama dengan keindahan alam yang sangat unik.Terletak
sepanjang pantai Teluk Doreri dan dihiasi dua pulau kecil yaitu Pulau Mansinam
dan Pulau Lemon didepannya. Estetika kawasan TWA Gunung Meja terbentuk
atas perpaduan antara posisi kawasan terhadap kota Manokwari yang menjadi
latar belakang kota yang nampak dipagari hijauan pepohonan, tebing yang terjal
dan curam membentuk suatu gugusan bukit yang indah dan gagah perkasa.
Kawasan TWA Gunung Meja yang berbatasan langsung dengan wilayah
Kota Manokwari merupakan salah satu objek wisata pegunungan Manokwari
yang potensial untuk dikembangkan. Keunggulan dan keunikan ini semakin
diperkuat oleh karakteristik fisiografi lahan Gunung Meja yang melatarbelakangi
kota, merupakan jajaran pegunungan elevasi tertinggi 117 meter di atas
permukaan laut yang di beberapa sisinya terbing yang terjal dan lereng yang
curam menampakkan panorama alam yang indah. Panorama yang sama jika kita
berada salah satu sisi tertinggi di kawasan sejauh mata memandang tampak
76
panorama laut dengan pantai pasir putih dan pantai karang dipadu hijaunya
pegunungan yang mengelilinginya. Nilai estetika tersebut akan lebih
mengagumkan lagi bila dinilai dari tepi hutan, keanekaragaman serta
keendemikan flora-fauna yang merupakan keterwakilan tipe hutan tropis dataran
rendah yang hampir dijumpai di sepanjang pantai utara pulau New Guinea.
Keunikan-keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi penjelajah alam dan
pemerhati lingkungan untuk menguak rahasia alam ini. Daya tarik ini akan
semakin tinggi jika dipadukan dengan nilai sejarah yang terkandung dalam
kawasan ini, karena Gunung Meja merupakan saksi sejarah dari jaman Belanda,
Jepang dan Sekutu dalam masa penjajahan di Tanah Papua (Potret TWA Gunung
Meja, 2004).
Potensi estetika tersebut menjadi dasar utama dalam menetapkan Gunung
Meja sebagai salah satu kawasan pelestarian alam di Manokwari dengan fungsi
utama Wisata Alam. Keunggulan dan keunikan potensi alam inilah yang perlu
ditumbuhkembangkan untuk memperkaya nilai kepariwisataan sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta penunjuang kebutuhan hidup
masyarakat.
b. Potensi Kawasan
1. Potensi Hayati
Flora
Flora yang terdapat di kawasan TWA Gunung Meja cukup beragam baik
jenis maupun jumlahnya. Komposisi flora pada kawasan ini berdasarkan hasil
kompilasi dari berbagai sumber data dalam Potret TWA Gunung Meja (2004),
maka dapat dikelompokkan sebagai berikut :
• Tumbuhan Semak, Perdu dan Herba
• Tumbuhan Liana dan Rotan
• Tumbuhan Anggrek
• Tumbuhan Paku-pakuan
• Tumbuhan Bambu dan Palem
• Tumbuhan berkayu (alami dan binaan)
77
Keadaan flora pada kawasan TWA Gunung Meja berdasarkan hasil
penelusuran data dan informasi yang diperoleh dari Potret TWA Gunung Meja
(2004) diketahui bahwa kawasan ini memiliki kekayaan flora sebagai berikut :
a. Kelompok tumbuhan Anggrek sebanyak 6 jenis, yaitu : Dendrobium
Achanthopis cf antarictus, Achanthopis cf praelongus dan Furina tristis.
79
2. Potensi Non Hayati
Ada beberapa potensi alam yang dapat dijadikan unggulan wisata di TWA
Gunung Meja, yaitu :
Tugu Jepang
Di dalam kawasan TWA Gunung Meja terdapat suatu monumen bersejarah
pada masa penjajahan Jepang. Monumen tersebut dikenal dengan nama Tugu
Jepang. Tugu Jepang merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan
tentara Jepang di Manokwari. Potensi situs ini menjadi daya tarik tersendiri bagi
warga negara Jepang, karena memiliki sejarah bagi bangsa mereka.Selain objek
wisata berupa tugu, dari lokasi tugu dapat dinikmati pemandangan lepas Kota
Manokwari yang menawan. Namun saat ini keberadaa Tugu Jepang sangat
memprihatinkan karena tidak ada pemeliharaan oleh pemerintah.
Goa Alam
Di dalam Kawasan TWA Gunung Meja ditemukan 19 goa alam dan 4
diantaranya merupakan goa berukuran besar dan berpotensi sebagai objek wisata.
Goa-goa tersebut umumnya menyebar di sepanjang tebing karang pada sisi
Kawasan Selatan. Goa alam ini sangat unik karena menjadi tempat tinggal hewan
malam seperti kelelawar dan binatang melata yang unik seperti cicak belang
(lizards). Kelelawar tidur siang hari dengan bergantung pada dinding-dinding
Kristal gua serta terbang keluar di malam hari untuk mencari makan.
c. Kriteria Penunjang Pengembangan Ekowisata di TWA Gunung Meja
1. Aksesibilitas
Untuk menuju lokasi TWA Gunung Meja tidak sulit karena mempunyai
aksesibilitas yang tinggi karena TWA Gunung Meja terletak di pusat kota dengan
keadaan jalan yang baik sehingga mudah dijangkau dengan berbagai kendaraan,
baik roda dua maupun roda empat. Untuk masuk ke dalam kawasan TWA Gunung
Meja ada dua alternatif, yaitu masuk melewati daerah Sarinah yang berjarak ± 3
km dari pusat kota dan melewati darah Amban yang berjarak ± 4 km dari pusat
kota.
Untuk mencapai daerah Sarinah dapat menggunakan angkutan umum arah
Kota namun angkutan umum hanya sampai ke pertigaan antara Brawijaya-
Kampung Ambon Atas-Ayambori, sehingga untuk mencapai pintu masuk TWA
80
Gunung Meja harus berjalan kaki ± 100 meter dengan kondisi jalan yang aspal
menanjak dengan lebar 3 meter. Sementara untuk masuk ke dalam kawasan TWA
Gunung melalui daerah Amban, dapat menggunakan Angkutan Umum arah
Amban namun hanya sampai pada Jalan Raya (Kantor Polisi Sektor Amban)
sehingga untuk mencapai daerah TWA Gunung Meja harus berjalan kaki ± 300
meter melewati Perumahan Dosen dan Asrama Mahasiswa dengan kondisi jalan
yang baik dengan lebar jalan 2 meter.
2. Akomodasi
Sejalan dengan berkembangnya Manokwari sebagai ibukota Provinsi Papua
Barat, maka pembangunan perhotelan di daerah ini meningkat. Adapun hotel yang
terletak dekat dengan kawasan TWA Gunung Meja adalah Hotel Mangga, Hotel
Billy, Hotel Mokwam, Hotel Metro, Hotel Triton dan Swiss-bel Hotel. Selain itu
ada 2 losmen yang terletak tepat di bawah kaki Gunung yang sering diijadikan
tempat menginap para wisatawan asing yaitu Losmen Kagum dengan kapasitas 9
kamar dengan harga Rp.250.000 – Rp. 280.000,- per malam dan Losmen YAT
(Yayasan Alternatif Turis) dengan kapasitas 5 kamar dengan harga yang sama per
malam. Kedua losmen tersebut sangat direkomendasikan bagi para wistawan
asing yang akan berkunjung ke TWA Gunung Meja karena para karyawan kedua
losmen tersebut adalah masyarakat setempat, disamping itu kedua losmen tersebut
sangat dekat dengan pintu masuk TWA Gunung Meja dan juga menawarkan
pemandu wisata lokal.
6.1.2. Permintaan Wisata Alam
Permintaan wisata alam terhadap TWA Gunung Meja dilihat dari tujuan
kunjungan, alasan kunjungan, ketersediaan informasi serta persepsi wisatawan
terhadap kondisi TWA Gunung Meja.
Permintaan wisata alam sangat didukung oleh banyak faktor selain potensi
wisata yang ditawarkan TWA Gunung Meja, misalnya pendidikan, pendapatan,
biaya dan sebagainya. Selain itu, permintaan juga diperlukan untuk mengetahui
minat wisatawan yang diwujudkan dalam bentuk tujuan wisata atau jenis kegiatan
wisata yang dilakukan, mudah dijangkau dan biaya yang dikeluarkan.
81
a. Tujuan Kunjungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 47 wisatawan yang
berkunjung di TWA Gunung Meja, tujuan dari kegiatan wisatawan adalah
menikmati pemandangan alam, kunjungan ke Situs Bersejarah berupa Tugu dan
Goa Jepang, pendidikan/penelitian serta pengamatan flora dan fauna. Secara rinci
disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 12. Tujuan Utama Kegiatan Wisata Alam oleh Wisatawan
Tujuan Jumlah % Kunjungan Situs Bersejarah 15 31,91 Hiking 11 23,40 Menikmati Panorama Alam 8 17,02 Caving 6 12,77 Pengamatan Flora dan Fauna 4 8,51 Pendidikan/Penelitian 3 6,38
Sumber : Data diolah (2011) Tabel 12 menunjukkan bahwa tujuan utama kegiatan wisata alam tertinggi
dari wisatawan adalah kunjungan ke Situs bersejarah (Tugu Jepang) yaitu
sebanyak 31,91 persen. Tujuan wisatawan berikutnya yang berkunjung ke TWA
Gunung Meja adalah Hiking yaitu 23,40 persen. TWA Gunung Meja menjadi
tempat Hiking yang menarik bagi kelompok pemuda dan remaja Gereja,
kelompok pemuda pecinta alam serta beberapa Sekolah seperti SMP Negeri 1,
Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
Pariwisata. Selain itu, beberapa fakultas pada Universitas Negeri Papua (UNIPA)
seperti Fakultas Kehutanan, Fakultas MIPA dan Fakultas Ekonomi juga
melakukan hiking dan pengamatan flora fauna di TWA Gunung Meja. Tujuan
wisatawan berikutnya adalah wisatawan yang hanya sekedar menikmati panorama
alam atau photo hunting pemandangan Kota Manokwari, laut biru, dua pulau yang
ada di depan Kota Manokwari yaitu sebanyak 17,02 persen. Berikutnya adalah
tujuan wisata untuk caving atau perjalanan ke Goa alam yaitu sebanyak 12,77
persen. Tujuan wisata berikutnya adalah pengamatan flora dan fauna yaitu 8,51
persen, diikuti oleh tujuan wisata pendidikan/penelitian yaitu sebesar 6,38 persen
yang dilakukan oleh Mahasiswa yang sedang melakukan penelitian ataupun
survei.
82
b. Alasan Kunjungan
TWA Gunung Meja merupakan satu-satunya wisata gunung yang terletak di
tengah Kota Manokwari dengan panorama yang indah dan alami serta merupakan
saksi sejarah Perang Dunia II. Alasan permintaan wisata terhadap TWA Gunung
Meja antara lain karena potensi alam yang indah, lingkungan yang sepi dan alami,
peninggalan sejarah, jarak yang dekat dan biaya yang murah.Secara rinci disajikan
pada tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13. Alasan Kunjungan Wisatawan ke TWA Gunung Meja
Alasan Kunjungan Jumlah % Potensi Alam yang Indah 47 100 Lingkungan yang sepi dan alami 42 89.36 Peninggalan Sejarah 21 44,68 Jarak yang Dekat 8 17.02 Biaya yang Murah 7 14.89
Sumber : Data diolah (2011) Tabel 13 menunjukkan bahwa alasan tertinggi wisatawan berkunjung ke
TWA Gunung Meja adalah potensi alam yang indah, yaitu 100 persen dengan kata
lain alasan utama kunjungan dari seluruh responden adalah karena potensi alam
TWA Gunung Meja yang indah baik potensi alam dalam kawasan maupun luar
kawasan yang bisa dinikmati wisatawan dari TWA Gunung Meja. Alasan kedua
dari kunjungan ke TWA Gunung Meja adalah karena lingkungan TWA Gunung
Meja yang masih sepi dan alami sebesar 89,36 persen. Alasan berikutnya adalah
karena ada peninggalan sejarah berupa Tugu Jepang dan Goa Jepang dalam
kawasan yaitu sebesar 44,68 persen. Jarak yang dekat merupakan alasan
berikutnya dari wisatawan untuk berkunjung yaitu sebesar 17,02 persen karena
kawasan TWA Gunung Meja serta akses masuk ke dalam kawasan yang dekat
dengan Kota Manokwari. Alasan kunjungan berikutnya adalah biaya yang murah
sebesar 14,89 persen, karena untuk sampai ke kawasan TWA Gunung Meja
wisatawan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.
c. Ketersediaan Informasi Tempat Wisata
Sebelum berkunjung ke TWA Gunung Meja perlu adanya informasi yang
jelas mengenai kawasan tersebut. Berdasarkan survei yang dilakukan asal
informasi mengenai keberadaan TWA Gunung Meja berasal dari teman, keluarga,
organisasi dan internet. Seraca rinci disajikan pada Tabel 14 berikut.
83
Tabel 14. Ketersediaan Informasi mengenai TWA Gunung Meja
Asal Informasi Jumlah % Teman 34 72.34043
Keluarga 9 19.14894 Organisasi 2 4.255319
Internet 2 4.255319 Total 47 100
Sumber : Data diolah (2011) Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa asal informasi yang diperoleh para
wisatawan mengenai keberadaan TWA Gunung Meja tertinggi adalah berasal dari
teman yaitu sebesar 72,34 persen, berasal dari keluarga sebesar 19,15 persen,
berasal dari organisasi maupun internet masing-masing 4,26 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa informasi objek wisata alam TWA Gunung Meja dari
publikasi atau promosi masih sangat minim.
d. Penilaian Wisatawan terhadap Kondisi TWA Gunung Meja
Penilaian wisatawan terhadap kondisi objek wisata sangat penting dalam
analisis demand wisata, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kunjungan ke kawasan wisata. Dalam penelitian ini, penilaian wisatawan
terhadap keberadaan TWA Gunung Meja yang dinilai adalah penilaian terhadap
Kondisi fisik, jalan dalam kawasan, kondisi lalu lintas, pemandangan alam,
keamanan dan fasilitas umum yang tersedia di dalam kawasan. Secara lengkap
dapat dilihat pada tabel berikut.
84
Tabel 15. Penilaian Wisatawan terhadap Kondisi TWA Gunung Meja
Penilaian Responden Kriteria Jumlah % Kondisi Fisik Baik 40 85.106 Cukup Baik 7 14.894 Jalan dalam Kawasan Baik 0 0.000 Tidak Baik 47 100.000 Kondisi Lalu Lintas Macet 0 0.000 Tidak Macet 47 100.000 Pemandangan Alam Sangat Indah 38 80.851 Indah 9 19.149 Kurang Indah 0 0.000 Keamanan Aman 29 61.702 Cukup Aman 14 29.787 Kurang Aman 4 8.511 Fasilitas Umum Lengkap 0 0.000 Tidak Lengkap 47 100.000
Sumber : Data diolah (2011)
Tabel 15 menunjukkan bahwa penilaian wisatawan terhadap kondisi fisik
TWA Gunung Meja 85,11 persen menilai masih dalam keadaan baik dan 14,89
persen menilai cukup baik. Penilaian wisatawan terhadap jalan dalam kawasan
TWA Gunung Meja adalah 100 persen dalam keadaan yang tidak baik, karena
hingga saat ini belum ada perbaikan jalan oleh pihak yang bertanggung jawab.
Untuk kondisi lalu lintas menuju ke kawasan TWA Gunung Meja baik melalui
daerah Sarinah maupun daerah Amban, 100 persen wisatawan menilai baik yaitu
tidak macet. Penilaian wisatawan terhadap pemandangan alam menunjukkan
80,85 persen menilai sangat indah dan sisanya yaitu 19,15 persen menilai indah.
Untuk keamanan dalam kawasan TWA Gunung Meja, 61,07 persen wisatawan
menilai aman, 29,79 persen menilai cukup aman dan 8,51 persen menilai tidak
aman. Penilaian wisatawan terhadap ketersediaan fasilitas umum dalam kawasan
TWA Gunung Meja menunjukkan 100 persen wisatawan menilai tidak lengkap.
Hal ini dikarenakan belum tersedianya fasilitas umum di dalam kawasan seperti
MCK, tempat parkir, pos keamanan, tempat sampah dan fasilitas lainnya yang
mendukung kegiatan wisata, sementara pos informasi yang tersedia tidak
berfungsi dan saat ini dalam keadaan yang rusak.
Sejauh ini kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Meja hanya terbatas pada
kunjungan wisata semata belum berkaitan dengan konservasi lingkungan, hal ini
85
terlihat dari rendahnya penghargaan pengunjung terhadap lingkungan misalnya
dengan masih membuang sampah dalam kawasan. Dalam pengembangan wisata
alam, selain dengan pembatasan jumlah wisatawan juga perlu adanya pemberian
pemahaman yang jelas terhadap wisatawan untuk menjaga lingkungan dan
sumberdaya alam dalam kawasan wisata alam sebagai bentuk konservasi.
6.1.3. Elastisitas Permintaan
Elastisitas permintaan menunjukkan sejauh mana jumlah permintaan atau
kunjungan wisatawan merespon perubahan harga dalam hal ini perubahan biaya
perjalanan. Permintaan disebut elastis jika jumlah kunjungan merespon perubahan
biaya perjalanan, sebaliknya disebut inelastis jika jumlah kunjungan tidak
merespon perubahan biaya perjalanan.
Pengukuran elastisitas permintaan atau jumlah kunjungan ke TWA Gunung
Meja diukur berdasarkan kegiatan utama wisata alam, dengan prinsip untuk
memprediksi kegiatan wisata utama di TWA Gunung Meja yang sangat berekasi
atau merespon perubahan biaya perjalanan yang dikeluarkan. Adapun rumus
elastisitas permintaan dapat ditulis sebagai berikut :
𝐄 =𝚫 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧
𝚫 𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐏𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧
atau
𝐄 =
𝐐𝟐 − 𝐐𝟏𝐐𝟏 𝐱 𝟏𝟎𝟎
𝐏𝟐 − 𝐏𝟏𝐏𝟏 𝐱 𝟏𝟎𝟎
di mana :
Q1 = Jumlah kunjungan terendah pada 1 tahun terakhir
Q2 = Jumlah kunjungan tertinggi pada 1 tahun terakhir
P1 = Biaya perjalanan pada jumlah kunjungan terendah
P2 = Biaya perjalanan pada jumlah kunjungan tertinggi
Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan elastisitas permintaan
berdasarkan kegiatan utama wisata alam secara rinci dijabarkan pada tabel berikut
:
86
Tabel 16. Elastisitas Permintaan Wisata Alam TWA Gunung Meja berdasarkan Kegiatan Utama Wisata
Sumber : Data diolah (2011) Keterangan : * = jumlah wisatawan diasumsikan sama setiap bulan; a = per porsi; b = makanan ringan dan minuman; c = per malam; d = per trip
Perhitungan manfaat ekonomi dari kegiatan wisata diasumsikan selalu sama
atau dengan kata lain aspek seasonality diabaikan. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan waktu penelitian untuk memperhatikan musim kunjungan atau
waktu-waktu dimana jumlah pengunjung ke TWA paling banyak atau sebaliknya.
Karena itu jumlah wisatawan setiap bulan selalu dianggap sama berdasarkan
jumlah wisatawan ketika penelitian dilakukan.
Berdasarkan hasil perhitungan manfaat langsung dari wisata di TWA
Gunung Meja tererhadap kegiatan ekonomi masyarakat seperti disajikan pada
tabel di atas, terlihat bahwa total manfaat langsung per bulan adalah Rp.
11.620.000,- dan per tahun Rp. 139.440.000,-. Manfaat langsung tertinggi dari
99
kegiatan wisata berada pada usaha ekonomi souvenir yaitu besar Rp. 42.000.000,-,
hal ini dikarenakan wisatawan yaitu wisatawan asing begitu tertarik dengan
souvenir khas Papua. Manfaat langsung dari kegiatan wisatawan berikutnya
adalah terhadap tempat penginapan dalam hal ini Losmen sebesar Rp.
24.000.000,-. Manfaat langusung terhadap penginapan yang teridentifikasi hanya
terbatas pada Losmen Kagum dan Losmen YAT, karena dua losmen tersebutlah
yang direkomendasikan kepada wisatawan asing yang ingin berkunjung di TWA
Gunung Meja karena kedua losmen tersebut terletak di kaki Gunung Meja dan
menyediakan Pemandu wisata yang siap mengantar ke TWA Gunung Meja serta
ke masyarakat pengrajin souvenir khas Papua. Manfaat kegiatan wisata terhadap
usaha rumah makan sebesar sama dengan manfaat untuk usaha losmen yaitu
sebesar Rp. 24.000.000,- dan berikutnya usaha kios/warung sebesar Rp.
19.200.000,- serta manfaat terhadap ojek yaitu Rp. 1.440.000,- per tahun. Manfaat
bagi Ojek yang bermukim di sekitar TWA Gunung Meja sangat kecil, karena yang
menggunakan jasa ojek hanya wisatawan asing yang menginap di Losmen Kagum
atau Losmen YAT yang akan ke TWA, dengan tarif pergi-pulang sebesar Rp.
8.000,-.
Dari tabel 19 juga terlihat bahwa kontribusi dari kegiatan wisata alam
terhadap masyarakat pelaku usaha di sekitar TWA Gunung Meja sebagian besar
untuk usaha souvenir, pemandu wisata dan losmen. Manfaat langsung dari
kegiatan wisata di TWA Gunung Meja dinilai masih sangat kecil, baik dari segi
jumlah pelaku usaha di sekitar kawasan yang menerima manfaat maupun dari
jumlah finansial. Sedikitnya pelaku usaha yang menerima manfaat dan masih
kecilnya jumlah yang diterima, disebabkan karena TWA Gunung Meja belum
dikembangkan sebagai objek wisata alam, belum ada tempat usaha dalam
kawasan yang dibangun sehingga penerima manfaat langsung dari kegiatan wisata
hanya terpusat pada daerah dekat pintu masuk kawasan yaitu Amban dan Sarinah.
Kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja selain berdampak langsung
terhadap pelaku usaha di sekitar TWA Gunung Meja, juga memberikan dampak
tidak langsung bagi kegiatan ekonomi yaitu aktivitas ekonomi lanjutan dari
pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung. Secara tidak langsung
kegiatan ekowisata di TWA Gunung Meja memberikan manfaat bagi Tenaga
100
Kerja yang bekerja pada sektor usaha Rumah Makan, Losmen dan Souvenir, dan
penyedia input atau bahan baku bagi pelaku usaha Rumah Makan, Kios, dan
Losmen dan Usaha Souvenir. Total manfaat tidak langsung dari kegiatan wisata
alam di TWA Gunung Meja secara lengkap disajikan pada tabel berikut.
Tabel 20. Manfaat Tidak Langsung dari Kegiatan Wisata Alam di TWA
Gunung Meja Dampak Total/Bulan Total/Tahun
Tenaga Kerja Usaha Rumah Makan Usaha Losmen Usaha Souvenir
Total Rp. 4.620.500,- Rp. 55.446.000,- Sumber : Data Diolah (2011)
Hasil perhitungan manfaat langsung dari kegiatan wisata alam terhadap
pelaku usaha diketahui bahwa kontribusi kegiatan wisata alam terhadap
penerimaan kotor masing-masing pelaku usaha adalah sebagai berikut : Rumah
Makan 1 adalah 5,71 persen, Rumah Makan 2 adalah 5 persen, Losmen Kagum
dan Losmen YAT masing-masing sebesar 14,29 persen dan Souvenir 1 dan
Souvenir 2 masing-masing sebesar 50 persen. Adapun upah untuk untuk tenaga
kerja yang bekerja pada masing-masing usaha adalah sebagai berikut : Rumah
Makan 1 dan Rumah Makan 2 adalah sebesar Rp. 1.100.000,-, Losmen Kagum
dan Losmen YAT sebesar Rp. 1.000.000,-, Souvenir 1 dan Souvenir 2 sebesar Rp.
700.000,-, sedangkan usaha kios tidak memperkerjakan tenaga kerja. Jumlah yang
dikeluarkan untuk membeli bahan baku adalah sebagai berikut : Rumah Makan 1
sebesar Rp. 8.000.000,- dan Rumah Makan 2 sebesar Rp. 6.000.000,-, Losmen
Kagum sebesar Rp. 2.000.000,- dan Losmen YAT sebesar Rp. 1.500.000,-,
Souvenir 1 sebesar Rp. 300.000,- dan Souvenir 2 sebesar Rp. 400.000,-, Kios 1
sebesar Rp. 1.000.000,- dan Kios 2 sebesar Rp. 600.000,-. Perhitungan manfaat
101
tidak langsung kegiatan wisata alam terhadap tenaga kerja maupun penyedia
bahan baku diperoleh dari perkalian kontribusi kegiatan wisata terhadap pelaku
usaha dengan besarnya upah tenaga kerja maupun jumlah yang dikeluarkan untuk
bahan baku. Untuk perhitungan secara rinci disajikan pada Lampiran 4.
Tabel 20 menunjukkan bahwa total manfaat tidak langsung dari kegiatan
wisata alam di TWA Gunung Meja Rp. 4.620.500,- per bulan atau Rp.
55.446.000,- per tahun. Dengan demikian secara lengkap total dampak atau
manfaat dari kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja adalah dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 21. Total Manfaat Ekonomi dari Kegiatan Wisata Alam di TWA Gunung Meja
Manfaat Ekonomi Total/Bulan Total/Tahun Manfaat Langsung Rp. 11.620.000,- Rp. 139.440.000,- Manfaat Tidak Langsung Rp. 4.620.500,- Rp. 55.446.000,- Total Manfaat Ekonomi Rp. 16.240.500,- Rp.194.886.000,-
Sumber : Data Diolah (2011)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 21 terlihat bahwa total dampak
ekonomi dari kegiatan wisata alam di TWA Gunung Meja sebesar Rp.
16.240.500,- per bulan atau Rp. 194.886.000,- per tahun. Manfaat-manfaat
tersebut adalah manfaat ekonomi yang diidentifikasi dari sisi penawaran dalam
hal ini adalah pelaku usaha yang bermukim di sekitar kawasan TWA Gunung
Meja. Manfaat ekonomi dari sisi permintaan yaitu manfaat yang dihitung dari
pengeluaran wisatawan atau biaya perjalanan yang dikeluarkan wisatawan yang
berkunjung ke TWA Gunung Meja. Adapun total biaya perjalanan dari 47
responden adalah sebesar Rp. 6.640.000,-, sehingga rata-rata pengeluaran per
wisatawan adalah sebesar Rp. 141,276,60,-. Adapun perkiraan jumlah pengunjung
ke TWA Gunung Meja per tahun adalah sebanyak sebesar 1.524 orang. Dengan
demikian total biaya perjalanan wisatawan ke TWA Gunung Meja per tahun
adalah sebesar Rp. 215.305.532,-, dengan distribusi pengeluaran sebagai berikut :
biaya konsumsi sebesar 40,39 persen, biaya transportasi yaitu sebesar 32,35
persen, biaya akomodasi sebesar 15,06 persen, Biaya pemandu wisata sebesar
12,05 persen dan penggunaan untuk komunikasi sebesar 0,15 persen. Dampak
langsung dari pengeluaran wisatawan selengkapnya disajikan pada tabel berikut.
102
Tabel 22. Manfaat Langsung dari Pengeluaran Wisatawan ke TWA Gunung Meja Dampak Langsung Total per tahun
Rp 5.000,- 10 0,21 324 Rp. 1.063,83,- Rp. 1.621.277,-
Total 47 1 1.524 Rp. 2.468,09,- Rp. 3.761.362,- Sumber : Data diolah (2011)
Berdasarkan tabel 23 sebagian besar responden yaitu 43 persen bersedia
membayar Rp. 1.000,- untuk pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja.
Berikutnya responden yang bersedia membayar Rp. 5.000,- 21 persen, diikuti
dengan kesediaan membayar sebesar Rp. 2.000,- sebanyak 17 persen. Selanjutnya
responden yang bersedia membayar sebesar Rp. 3.000,- sebanyak 13 persen dan
diikuti dengan kesediaan membayar sebesar Rp. 4.000,- sebanyak 6 persen.
Dengan demikian rata-rata WTP masyarakat terhadap pengembangan wisata alam
adalah sebesar Rp. 2.468,09-.
Nilai WTP wisatawan terhadap pengembangan wisata alam TWA Gunung
Meja melalui kesediaan membayar tiket masuk dihitung berdasarkan data
distribusi WTP responden dikalikan dengan jumlah wisatawan dari tiap nilai
WTP. Hasil perkalian tersebut kemudian ditotalkan hingga didapatkan total WTP
wisatawan terhadap pengembangan wisata alam berkelanjutan di TWA Gunung
Meja. Maka dari hasil perhitungan berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa total
WTP atau besarnya nilai yang bersedia disumbangkan oleh wisatawan yang
105
berkunjung ke TWA Gunung Meja untuk pengembangan wisata alam di kawasan
tersebut sebesar Rp. 3.733.800,-.
b. Kurva Lelang WTP
Kurva lelang WTP diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai
variabel dependen, di mana untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan membayar digunakan persamaan matematis OLS, di mana variabel
yang didiuga akan menjelaskan variabel respon terdiri dari 7 (tujuh) variabel yaitu
jarak, pendapatan, umur, pekerjaan, pendidikan, status dan Persepsi terhadap
TWA Gunung Meja berupa kondisi fisik, keindahan alam dan keamanan. Berikut
adalah hasil regresi dengan menggunakan software SPSS.
Tabel 24. Hasil Regresi Linear dari Kesediaan Membayar Wisatawan Terhadap Pengembangan Wisata Alam di TWA Gunung Meja
Variabel Koefisien Sig VIF Tingkat Pengaruh Constant 8,887 0,023 Jarak -0,091 0,656 1,261 Tidak nyata Pendapatan 1,029 0,000 2,048 Nyata* Umur 0,320 0,054 1,644 Nyata** Pekerjaan 0,173 0,484 1,193 Tidak nyata Pendidikan 0,121 0,652 1,506 Tidak nyata Status 0,402 0,160 1,534 Tidak nyata Persepsi Kondisi Fisik 0,055 0,853 1,751 Tidak nyata Persepsi Keindahan Alam 0,213 0,381 1,319 Tidak nyata
Persepsi Keamanan 0,142 0,300 1,439 Tidak nyata R2 dan Adj R2 52,9% dan 41,4% Fhitung 4,610 (sig 0,000) Durbin Watson 2,307 : du (n=47, k=2) : 1,6204
Sumber : Data Olahan (2011) Keterangan : * Tingkat Kepercayaan 99%; **Tingkat Kepercayaan 90%
Berdasarkan hasil analisis regresi linear (lampiran 2) dengan melakukan
pengujian melalui metode enter diketahui bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,529
dan adjusted R2 sebesar 0,414 yang berarti bahwa 52,9 persen keragaman dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 47,1 persen dijelaskan
oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung sebesar 4,610 dengan nilai sig sebesar
0,000 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar (WTP) untuk
pengembangan wisata alam. Dengan pengujian autokorelasi menggunakan uji
Durbin Watson diperoleh sebesar 2,301 atau selang nilai statistik DW adalah du<
106
DW < 4-dudi mana nilai du (n=120, k =3) adalah 1,6204, yang berarti tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan. Dengan pengujian multikolinear
terlihat bahwa tidak ada korelasi antara variabel-variabel bebas, hal ini dapat
dilihat dari besaran VIF masing-masing variabel yang lebih kecil dari 10. Dari
hasil analisis regresi linear, maka model yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Total 120 1 79.863 Rp. 3.358,- Rp. 268.206.575,- Sumber : Data diolah (2011)
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden yaitu 24 persen bersedia
membayar Rp. 2.000,- untuk pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja.
Berikutnya responden yang bersedia membayar Rp. 1.000,- dan Rp. 5.000,-
masing-masing sebanyak 20 persen, diikuti dengan kesediaan membayar sebesar
Rp. 3.000,- sebanyak 15 persen. Selanjutnya responden yang bersedia membayar
sebesar Rp. 4.000,- sebanyak 11 persen yang diikuti dengan kesediaan membayar
sebesar Rp. 6.000,- sebanyak 3 persen. Berikutnya responden yang bersedia
membayar sebesar Rp. 7.000,- dan Rp. 8.000,- masing-masing sebanyak 2 persen
diikuti dengan responden yang bersedia membayar sebesar Rp. 9.000,- dan Rp.
12.000,- sebanyak 1 persen. Dengan demikian rata-rata WTP masyarakat
terhadap pengembangan wisata alam adalah sebesar Rp. 3.358,-.
Nilai WTP masyarakat terhadap pengembangan wisata alam TWA Gunung
Meja dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden dikalikan dengan
populasi dari tiap nilai WTP. Hasil perkalian tersebut kemudian ditotalkan hingga
didapatkan total WTP masyarakat terhadap pengembangan wisata alam di TWA
Gunung. Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, diketahui bahwa total WTP
atau besarnya nilai yang bersedia disumbangkan oleh masyarakat Manokwari
untuk pengembangan wisata alam di TWA Gunung Meja adalah sebesar Rp.
268.206.575,-.
110
c. Kurva Lelang WTP
Kurva lelang WTP diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai
variabel dependen, di mana untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan membayar digunakan persamaan matematis OLS, di mana variabel
yang didiuga akan menjelaskan variabel respon terdiri dari 7 (tujuh) variabel yaitu
Asal, Umur, Lama Menetap, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah
Tanggungan dan Persepsi. Berikut adalah hasil regresi dengan menggunakan
software SPSS.
Tabel 26. Hasil Regresi dari Kesediaan Membayar Masyarakat Terhadap Pengembangan Wisata Alam di TWA Gunung Meja
Variabel Koefisien Sig VIF Tingkat Pengaruh Constant 7,378 0,0004 Pendapatan 1,001 0,000 1,686 Nyata* Suku 0,134 0,220 1,435 Tidak nyata Umur 0,008 0,970 1,230 Tidak nyata Pendidikan 0,112 0,458 1,410 Tidak nyata Jumlah Keluarga 0,029 0,807 1,324 Tidak nyata Pekerjaan 0,010 0,917 1,630 Tidak nyata Lama Menetap 0,129 0,016 1,662 Nyata** Persepsi Keindahan dan keanekaragaman Hayati 0,004 0,969 1,652 Tidak nyata
Persepsi Situs Bersejarah 0,135 0,251 1,105 Tidak nyata Persepsi Manfaat Ekonomi 0,098 0,318 1,148 Tidak nyata
R2 dan Adj R2 48,3% dan 43,5% Fhitung 10,166 (sig 0,000) Durbin Watson 1,804 : du (n=120, k=3) : 1,7536
Sumber : Data Olahan (2011) Keterangan : * Tingkat Kepercayaan 99% ; ** Tingkat Kepercayaan 95%
Berdasarkan hasil analisis regresi linear (lampiran 3) dengan melakukan
pengujian melalui metode enter diketahui bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,483
dan adjusted R2 sebesar 0,435 yang berarti bahwa 48,3 persen keragaman dapat
dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 51,7 persen dijelaskan
oleh variabel di luar model. Nilai Fhitung sebesar 10,166 dengan nilai sig sebesar
0,000 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap kesediaan membayar (WTP) untuk
pengembangan wisata alam. Dengan pengujian autokorelasi menggunakan uji
Durbin Watson diperoleh sebesar 1,804 atau selang nilai statistik DW adalah du<
DW < 4-dudi mana nilai du (n=120, k =3) adalah 1,7536, yang berarti tidak ada
111
autokorelasi atau korelasi serial antara sisaan. Dengan pengujian multikolinear
terlihat bahwa tidak ada korelasi antara variabel-variabel bebas, hal ini dapat
dilihat dari besaran VIF masing-masing variabel yang lebih kecil dari 10. Dari
hasil analisis regresi linear, maka model yang dihasilkan adalah sebagai berikut: