Menganalisis dan Menghitung stuktur komunitas Vegetasi Mangrove yang terdapat di Tanjung Batu Kelurahan Pantai Amal Lama, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan A.Dasar Teori Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis, Mangue dan bahasa Inggris, Grove. Adapun dalam bahasa Inggris kata Mangrove digunakan untuk menunjuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu – individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa Portugis kata Mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan tersebut. Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan manggrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh topografi pantai baik estuari atau muara sungai, dan daerah delta yang terlindung. Daerah tropis dan sub tropis mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan. Pada kondisi yang sesuai mangrove akan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Menganalisis dan Menghitung stuktur komunitas Vegetasi Mangrove yang terdapat di Tanjung Batu Kelurahan Pantai
Amal Lama, Kecamatan Tarakan Timur, Kota Tarakan
A. Dasar Teori
Kata mangrove adalah kombinasi antara bahasa Portugis, Mangue dan
bahasa Inggris, Grove. Adapun dalam bahasa Inggris kata Mangrove digunakan
untuk menunjuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-
surut maupun untuk individu – individu spesies tumbuhan yang menyusun
komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa Portugis kata Mangrove digunakan
untuk menyatakan individu spesies tumbuhan tersebut.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah
pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan manggrove bersifat unik karena merupakan
gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Mangrove memiliki karakteristik yang dipengaruhi oleh topografi pantai
baik estuari atau muara sungai, dan daerah delta yang terlindung. Daerah
tropis dan sub tropis mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di
antara daratan dan lautan. Pada kondisi yang sesuai mangrove akan
membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Secara karakteristik hutan
mangrove mempunyai habitat dekat pantai. Sebagaimana menurut FAO
(1982) bahwa hutan mangrove merupakan jenis maupun komunitas
tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Mangrove mempunyai
kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman struktur tegakan
yang berperan sebagai perangkap endapan dan perlindungan terhadap
erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat
dalam memelihara efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara
laut dan daratan. Disamping itu memiliki kapasitasnya sebagai penyerap
energi gelombang dan menghambat intrusi air laut ke daratan.
Lugo dan Snedaker (1974) mengidentifkasi mangrove dalam
1
enam jenis kelompok (komunitas) berdasar pada bentuk hutan, proses
geologi dan hidrologi dengan karakteristik yang di tentukan oleh kondisi
lingkungan yaitu kedalaman, kisaran kadar garam serta frekuwensi
penggenangan dengan produksi primer, dekomposisi serasah dan ekspor
karbon dengan perbedaan dalam tingkat daur ulang nutrien, dan komponen
penyusun kelompok organisme, yang menjadikannya sebagai ekosistem yang
kompleks dan sangat berperan baik secara biologi maupun ekologi.
Dusun Wael merupakan salah satu daerah pesisir di kabupaten
seram bagian barat yang memiliki komunitas hutan mangrove dengan
tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi hal ini menyebabkan daerah ini
dijadikan sebagai tempat untuk mencari nafkah bagi masyarakat pesisir
dusun wael, dengan memanfaatkan berbagai potensi flora dan fauna yang
terdapat ekosistem mangrove. Olehnya itu untuk menjaga kelestarian hutan
mangrove di daerah ini maka dirasakan perlu untuk diketahui
tentang Karakteristik dari setiap jenis mangrove serta biota yang hidup
sehingga memungkinkan masyarakat dapat dengan mudah untuk
memanfaatkan potensi fauna hutan mangove dengan tidak merusak
habitat maupun ekosistem yang ada atau dengan kata lain pemanfaatan
berbagai sumber daya alam yang ada secara mudah dan teukur dengan
demikian hutan mangrove dapat dilestarikan keberadaannya.
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove.
Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-
beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan
garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu
mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya. Avicennia merupakan
marga yang memiliki kemampuan toleransi terhadap kisaran salinitas yang luas
dibandingkan dengan marga lainnya. A. marina mampu tumbuh dengan baik
pada salinitas yang mendekati tawar sampai dengan 90 o/oo (MacNae,
1966;1968). Pada salinitas ekstrim, pohon tumbuh kerdil dan kemampuan
menghasilkan buah hilang. Jenis-jenis Sonneratia umumnya ditemui hidup di
daerah dengan salinitas tanah mendekati salinitas air laut, kecuali S. caseolaris
yang tumbuh pada salinitas kurang dari 10 o/oo. Beberapa jenis lain juga dapat
2
tumbuh pada salinitas tinggi seperti Aegiceras corniculatum pada salinitas 20 –
40 o/oo, Rhizopora mucronata dan R. Stylosa pada salinitas 55 o/oo, Ceriops
tagal pada salinitas 60 o/oo dan pada kondisi ekstrim ini tumbuh kerdil,
bahkan Lumnitzera racemosa dapat tumbuh sampai salinitas 90 o/oo
(Chapman, 1976a). Jenis-jenis Bruguiera umumnya tumbuh pada daerah dengan
salinitas di bawah 25 o/oo. MacNae (1968) menyebutkan bahwa kadar salinitas
optimum untuk B. parviflora adalah 20 o/oo, sementara B. gymnorrhiza adalah
10 – 25 o/oo. Zona vegetasi mangrove nampaknya berkaitan erat dengan pasang
surut.
Beberapa penulis melaporkan adanya korelasi antara zonasi mangrove
dengan tinggi rendahnya pasang surut dan frekuensi banjir (van Steenis,
1958 & Chapman,1978a). Di Indonesia, areal yang selalu digenangi walaupun
pada saat pasang rendah umumnya didominasi oleh Avicennia alba atau
Sonneratia alba. Areal yang digenangi oleh pasang sedang didominasi oleh
jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi hanya pada saat pasang
tinggi, yang mana areal ini lebih ke daratan, umumnya didominasi oleh
jenisjenis Bruguiera dan Xylocarpus granatum, sedangkan areal yang
digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam
sebulan) umumnya didominasi oleh Bruguiera sexangula dan
Lumnitzera littorea.
Pada umumnya, lebar zona mangrove jarang melebihi 4 kilometer,
kecuali pada beberapa estuari serta teluk yang dangkal dan tertutup. Pada
daerah seperti ini lebar zona mangrove dapat mencapai 18 kilometer seperti di
Sungai Sembilang, Sumatera Selatan (Danielsen & Verheugt, 1990) atau
bahkan lebih dari 30 kilometer seperti di Teluk Bintuni, Irian Jaya (Erftemeijer,
dkk, 1989). Adapun pada daerah pantai yang tererosi dan curam, lebar zona
mangrove jarang melebihi 50 meter. Untuk daerah di sepanjang sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut, panjang hamparan mangrove kadang-kadang
mencapai puluhan kilometer seperti di Sungai Barito, Kalimantan Selatan.
Panjang hamparan ini bergantung pada intrusi air laut yang sangat dipengaruhi
oleh tinggi rendahnya pasang surut, pemasukan dan pengeluaran material
kedalam dan dari sungai, serta kecuramannya.
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menganalisis vegetasi mangrove?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi metode yang tepat untuk
melakukan analisis vegetasi mengorve?
3. Bagaimana cara teknik pencuplikan sampel vegetasi mangrove dan
menganalisis data dari vegetasi mangrove?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menganalisis vegetasi mangrove melalui
kegiatan praktikum.
2. Mahasiswa mampu mengidentifiksi metode yang tepat unutk
melakukan analisis vegetasi mangrove melalui kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa mampu menggunakan teknik pencuplikan sampel yang
tepat dalam melakukan analisis vegetasi mangrove melalui
kegiatan paraktikum.
D. Alat dan bahan
Alat :
1. Meteran
2. Tali raffia
E. Prosedur Kerja
Untuk menganalisis vegetasi mangrove di perlukan beberapa
tahap pengamatan melalui serangkaian penelitian sebagai berikut:
1. Kami melakukan survie tempat penelitian di mana tempat yang
akan kami lakukan.
2. Kami menentukan sebaran vegetasi mangrove yang akan di amati
dan cara sampling yang akan di gunakan metode kombinasi transek
dan plot.
3. meenentukan garis transek dan pemetaan kuadrat di lakukan
sebagai berikut : a). membuat garis transek secara vertical dari
batas pasang tertinggi sampai batas surut terendah yaitu sepanjang
100 m, kemudian jarak antar transek satu dengan yang lainnya
adalah 20 m. b) Ukuran plot untuk mengambil sampel vegetasi
mangrove adalah 10 X 10 m, pada setiap transek terdapat 10 plot
4
dengan jarak antar plot satu dengan yang lainnya adalah seragam
10 m, dengan demikian pada setiap stasiun pengambilan data akan
terdapat 100 plot.
4. mengumpulkan data dengan cara mencatat, menghitung dan
memfoto sampel vegetasi mangrove dan dapat mengidentifikasi
secara langsung dengan menggunakan buku panduan identifikasi.
5. Setelah kami mengambil data penelitian dari sampel vegetasi
mangrove kami membuat tabulasi data dengan menggunakan excel.
6. Dan kami menganalisis dan pengujian statistic interpretasi data
7. Pengambilan kesimpulan dengan membuat laporan.
F. Data pengamatan
PLOT JENIS Jumlah jenis
Jumlah keseluruhan
KOMPOSISI JENIS
1 Sonneratia alba 1 2 1
2 Sonneratia alba 1 2 2
Sonneratia caseolaris 1 2 2
3 Sonneratia caseolaris 2 6 3
Avicennia marina 2 6 3
Sonneratia alba 2 6 3
4 Sonneratia alba 2 4 2
Avicennia lanata 2 4 2
5 Sonneratia alba 1 3 1
6 Sonneratia caseolaris 1 9 1
7 Sonneratia alba 1 6 1
8 - - - -9 Sonneratia alba 1 9 1
10 bruguiera gymnorrhiza 1 3 1
11 - - - -12 Sonneratia alba 1 7 1
13 - - - -14 Sonneratia alba 1 3 1
15 Sonneratia alba 1 11 1
16 Sonneratia alba 1 7 1
17 Sonneratia alba 1 7 1
18 Sonneratia alba 1 3 1
19 Sonneratia alba 1 1 1
20 Sonneratia caseolaris 1 1 1
21 Aigiceras Corniculatum 3 4 2Avicenia Alba 1 4 2