VARIABEL KOMPLEKS DERET LAURENT, RESIDU Oleh : Nama : Ester Mayasari Silaban NIM : 1813150008 Prodi : Pendidikan Matematika FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2022
VARIABEL KOMPLEKS
DERET LAURENT, RESIDU
Oleh :
Nama : Ester Mayasari Silaban
NIM : 1813150008
Prodi : Pendidikan Matematika
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2022
i
PRAKATA
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan limpah
kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan buku ajar tentang materi โVariabel
kompleksโ dengan topik โDeret Laurent, Residuโ dengan baik dan tepat waktu.
Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan penulisan atau kesalahan
apapun pada suguhan materi. Saran dan kritik yang membangun akan sangat
membantu penulis demi perbaikan materi agar bisa lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak
atau media yang terlibat, khususnya Dosen pengampu mata kuliah variabel
kompleks serta buku referensi yang diberikan. Juga kepada internet (google)
sebagai referensi tambahan dan terlebih kepada diri sendiri yang telah berjuang
dalam menyelesaikan buku ajar ini.
Penulis
Ester Mayasari Silaban
ii
DAFTAR ISI
BAB 7 ............................................................................................................................... 1
......................................................................................................................................... 1
7.1 Deret Laurent ................................................................................................ 1
7.1.1 Teorema Laurent .............................................................................................. 2
7.2 Singularitas dan Kenolan Fungsi Analitik ................................................... 10
7.2.1 TEOREMA ....................................................................................................... 14
7.3 Teori Residu ............................................................................................... 17
7.3.1 Teorema Residu.............................................................................................. 19
7.4 Residu dan Penerapannya ........................................................................... 23
7.4.1 Residu dan Kutub ........................................................................................... 23
7.4.2 Menghitung Residu ........................................................................................ 26
7.4.3 Penggunaan Residu Untuk Menghitung Integral ............................................. 28
L A M P I R A N................................................................................................................ 30
SOAL LATIHAN ................................................................................................................ 34
SOAL EVALUASI .............................................................................................................. 38
INDEKS ........................................................................................................................... 42
GLOSARIUM ................................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 44
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 7. 1 Anulus Konvergensi .......................................................................... 2
Gambar 7. 2 Daerah Konvergensi Deret Taylor dan Laurent ................................. 3
Gambar 7. 3 Tiga Deret Berbeda untuk ๐(๐ง) = 3/[๐ง(๐ง โ ๐)] ............................... 5
Gambar 7. 4 Contoh 1 ........................................................................................... 6
Gambar 7. 5 Contoh 2 ........................................................................................... 7
Gambar 7. 6 Contoh 5 ......................................................................................... 10
Gambar 7. 7 Residu Pada ๐ง0 ................................................................................ 19
Gambar 7. 8 Teorema Laurent ............................................................................. 30
Gambar 7. 9 Teorema Residu .............................................................................. 32
iv
PENDAHULUAN
Variabel kompleks merupakan perluasan dari sistem bilangan real. Mata
kuliah variabel kompleks dikategorikan ke dalam pelajaran yang cukup sulit. Oleh
karena itu, dibutuhkan wawasan yang cukup luas agar dapat memahami mata
kuliah ini. Dalam hal ini, Saya membahas tentang materi โDeret Laurent Residuโ
Tujuan utama penulisan buku ini adalah untuk memenuhi prasyarat lulus
mata kuliah variabel kompleks pada tahun ajaran 2021/2022. Sementara, tujuan
lainnya adalah untuk menambah wawasan ataupun ilmu pengetahuan serta dapat
menjadi pedoman (sumber belajar) bagi para pembaca yang ingin mempelajari atau
mendalami materi tentang variabel kompleks.
Kiranya buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terlebih dapat
dipahami dengan mudah.
1
Deret Laurent merupakan bentuk umum dari Deret Taylor yang memuat bentuk
(๐ง โ ๐ง0) berpangkat bilangan bulat negatif ditambah dengan (๐ง โ ๐ง0) berpangkat
bilangan bulat positif (berhingga atau tak berhingga).
Penguraian suatu fungsi ๐(๐ง) ke dalam deret Taylor menyatakan fungsi itu di
dalam lingkaran konvergensinya. Namun, yang sering hanyalah bagian daerah
analitisitasnya, yakni ๐.
Misalnya, deret โ ๐ง2 konvergen ke ๐(๐ง) =1
(1โ๐ง) hanya pada cakram |๐ง| < 1,
meskipun ๐ analitik dimana-mana kecuali pada ๐ง = 1. Lalu pertanyaan yang sesuai
adalah; adakah suatu penguraian deret yang menyatakan ๐ di dalam daerah yang
lebih lengkap, atau mungkin, pada semua titik dimana ๐ analitik? Nah, hal inilah
yang menjadi tujuan utama dari pasal ini, yakni untuk memberikan jawaban
terhadap pertanyaan yang umum dan wajar atau sesuia, salah satunya dengan
mengembangkan deret Laurent pada fungsi analitik.
Berikutnya, akan ditunjukkan bahwa deret Laurent suatu fungsi ๐(๐ง) konvergen,
umumnya terdapat di dalam anulus melingkar ๐ < |๐ง โ ๐| < ๐ (Gambar 7.1). Hal
inilah yang menjadi dasar penggunaan anulus konvergensi sebagai pengganti
lingkaran konvergensi.
7.1 Deret Laurent
BAB 7
DERET LAURENT, RESIDU
2
Gambar 7. 1 Anulus Konvergensi
Jika diketahui fungsi ๐(๐ง) analitik pada setiap titik di anulus tertutup
๐ด: ๐ โค |๐ง โ ๐ง0| โค ๐
Maka terdapat suatu deret dalam (๐ง โ ๐ง0) berpangkat positif dan negatif yang
menyatakan ๐ pada setiap titik ๐ di dalam anulus (terbuka) ๐ < |๐ง โ ๐ง0| < ๐ :
๐(๐) = โ ๐๐ (๐ โ ๐ง0)๐ + โ๐๐
(๐ โ ๐ง0)๐
โ
๐=1
โ
๐=0
dengan, koefisien deret diberikan oleh rumus berikut :
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐ง0)๐+1
๐ง
๐
๐๐ง, ๐ = 0, 1, 2, . . .,
dan
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐ง0)โ๐+1 ๐๐ง
๐
๐ถ
, ๐ = 1, 2, 3, . . .,
dimana, ๐พ: |๐ง โ ๐ง0| = ๐ dan ๐ถ: |๐ง โ ๐ง0| = ๐, keduanya berorientasi positif
perhatikan gambar berikut ;
7.1.1 Teorema Laurent
3
Gambar 7. 2 Daerah Konvergensi Deret Taylor dan Laurent
Apabila fungsi ๐(๐ง) tidak analitik di ๐ง = ๐ง0 maka ๐(๐ง) tidak dapat diperderetkan
dalam deret Taylor di ๐ง = ๐ง0. Masalah ini tentunya dapat diselesaikan dengan cara
membuang titik singular ๐ง = ๐ง0 dari daerah |๐ง โ ๐ง0| < ๐ sehingga diperoleh
daerah ๐ 1 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐ 2 (cincin/annulus) yang merupakan daerah keanalitikan
fungsi ๐(๐ง).
Misalkan, ๐(๐ง) tidak analitik di ๐ง = ๐ง0 tetapi analitik pada anulus ๐ 1 < |๐ง โ ๐ง0| <
๐ 2. Maka, fungsi ๐(๐ง) dapat diperderetkan di ๐ง = ๐ง0 menjadi bentuk deret Laurent
seperti berikut :
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐ + โ๐๐
(๐ง โ ๐ง0)๐โฆ โฆ
โ
๐=1
โ
๐=0
๐ 1 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐ 2
dengan :
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐ง0)๐+1
1
๐
๐๐ง, ๐ = 0,1,2, โฆ
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐ง0)โ๐+1
1
๐
๐๐ง, ๐ = 1,2,3, โฆ
Penguraian deret pada teorema tersebut di atas dinamakan deret Laurent f pada
c dan anulus terbuka ๐ < |๐ง โ ๐| < ๐ dinamakan anulus konvergensi deret.
Deret dapat juga dituliskan seperti bentuk berikut :
โ ๐๐
โ
๐ท=โโ
(๐ง โ ๐)๐ ,
4
dengan koefisiennya diberikan oleh rumus :
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐)๐+1๐๐ง
๐ง
๐
, ๐ = 0, ยฑ1, ยฑ2, . . .,
dimana r adalah sembarang lintasan tertutup sederhana yang berorientasi positif
yang terletak di dalam anulus konvergensi dan memuat pusat penguraian c di
bagian dalamnya (perhatikan gambar 7.1).
P E N T I N G
1. Dengan cara yang sama seperti pada pembuktian Teorema 6.9, dapat
diperlihatkan bahwa deret Laurent suatu fungsi ๐(๐ง) konvergen seragam ke
๐ pada setiap titik dalam sembarang himpunan tertutup di dalam anulus
konvergensinya. Akibatnya, seperti halnya dalam kasus deret Taylor, suatu
deret Laurent didiferensialkan dan diintegralkan suku demi suku di dalam
anulus konvergensinya.
2. Pada Bab 9 diperlihatkan bahwa, jika penguraian deret Laurent suatu fungsi
pada anulus yang diberikan ada, maka ia tunggal. Kenyataan ini menjamin
bahwa, jika deret Laurent telah diperoleh untuk fungsi yang diberikan ๐(๐ง),
maka penguraian itu pastilah deret Laurent bagi ๐.
3. Perhatikan bahwa, jika ๐๐ = 0 di dalam rumus Teorema 7.1, maka deret
Laurent menjadi deret Taylor. Dalam hal ini, suatu deret Taylor merupakan
suatu kasus khusus bagi deret Laurent.
Penting untuk diperhatikan bahwa, jika diketahui suatu fungsi ๐(๐ง) dan suatu titik c
pada bidang datar, kemungkinan besar fungsi ๐ dapat mempunyai lebih dari satu
deret Laurent dengan pusat c (tergantung pada anulus konvergensi dimana deret
Laurent dimaksud menyatakan ๐. Di sisi lain, pernyataan ini tidak bertentangan
dengan catatan 2. Alasannya karena secara umum, banyaknya deret Laurent yang
berbeda bagi suatu fungsi ๐ akan bergantung pada pusat c dan banyaknya
singularitas fungsi ๐. Misalnya fungsi :
๐(๐ง) =3
๐ง(๐ง โ ๐)
mempunyai tiga penguraian deret yang berbeda dengan pusat pada ๐ = โ๐, yakni :
1. Suatu deret Taylor yang konvergen di dalam cakram terbuka |๐ง + ๐| < 1
2. Suatu deret Laurent yang mempunyai anulus konvergensi 1 < |๐ง + ๐| < 2
5
3. Suatu deret Laurent yang konvergen di dalam anulus 2 < |๐ง + ๐| < โ
Pada contoh berikut, akan diilustrasikan berbagai teknis untuk mengembangkan
deret Laurent bagi fungsi analitik. Penentuan koefisien berdasarkan rumus Teorema
7.1.1 pada umumnya sangat rumit, susah dipakai, maka dari itu, biasanya
digunakan cara yang lebih simpel (langsung), yakni cara substitusi dan operasi
pada deret, seperti yang telah digunakan pada bab 6.
Gambar 7. 3 Tiga Deret Berbeda untuk ๐(๐) = ๐/[๐(๐ โ ๐)]
C O N T O H 1
Tentukan penguraian deret Laurent bagi fungsi ๐(๐ง) =1
๐ง dengan pusat ๐ = 1
dan anulus konvergensi ๐ด: 1 < |๐ง โ 1| < โ.
Pembahasan :
Berdasarkan petunjuk soal, jelaslah bahwa ๐ analitik di dalam ๐ด, maka dalam
notasi Teorema 7.1.1, ๐ ๐๐๐ ๐ dapat berupa sembarang bilangan nyata yang
lebih besar dari 1.
Berikutnya, akan dicari sebuah deret dalam (๐ง โ 1) yang konvergen ke ๐(๐ง)
untuk semua ๐ง sedemikian sehingga |๐ง โ 1| > 1 (perhatikan gambar 7.3(a)).
Dari pertidak samaan |๐ง โ 1| > 1 diperoleh :
1
|๐ง โ 1|< 1
Oleh karena itu, besaran 1
(๐งโ1) dapat disubstitusikan untuk ๐ง dalam sembarang
deret yang konvergen untuk |๐ง| < 1, sekarang Kita punya :
1
๐ง=
1
(๐ง โ 1) + 1
6
=1
๐ง โ 1
1
1 +1
๐ง โ 1
=1
๐ง โ 1โ(โ1)๐ (
1
๐ง โ 1)
๐
, |1
๐ง โ 1| < 1
โ
๐=0
= โ(โ1)๐
โ
๐=0
1
(๐ง โ 1)๐+1, 1 < |๐ง โ 1| < โ
Jadi, deret Laurent bagi ๐(๐ง) adalah :
1
๐ง=
1
๐ง โ 1โ
1
(๐ง โ 1)2+
1
(๐ง โ 1)3โ โฏ
dan anulus konvergensinya adalah 1 < |๐ง โ 1| < โ.
Gambar 7. 4 Contoh 1
7
P E N T I N G
Perhatikan bahwa fungsi ๐(๐ง) =1
๐ง sudah merupakan deret Laurent dengan pusat
pada ๐ = 0, yang anulus konvergensinya adalah 0 < |๐ง| < โ (perhatikan gambar
7.3(b)).
C O N T O H 2
Carilah suatu penguraian deret untuk fungsi :
๐(๐ง) =1
(๐ง โ 1)(๐ง + 1)
dalam anulus 0 < |๐ง โ 1| < 2 โdi antaraโ kedua titik singular ๐ง = 1 dan ๐ง = โ1,
perhatikan gambar 7.5 berikut :
Gambar 7. 5 Contoh 2
Pembahasan :
Langkah awal : gunakan asas substitusi, diperoleh :
1
๐ง + 1=
1
2 + (๐ง โ 1)
=1
2
1
1 +๐ง โ 1
2
=1
2โ(โ1)๐ (
๐ง โ 1
2)
๐โ
๐=0
, |๐ง โ 1
2| < 1
= โ(โ1)๐(๐ง โ 1)๐
2๐+1
โ
๐=0
, |๐ง โ 1| < 2
8
Perlu dicatat bahwa, ini merupakan deret Taylor yang konvergen pada bagian
dalam lingkaran |๐ง โ 1| = 2.
Langkah berikutnya :
gandakan deret di atas dengan 1
๐งโ1 yang merupakan deret Laurent dalam (๐ง โ 1),
diperoleh :
1
(๐ง โ 1)(๐ง + 1)= โ(โ1)๐
(๐ง โ 1)๐
2๐+1
โ
๐=0
=1
2
1
๐ง โ 1โ
1
4+
1
8(๐ง โ 1) โ โฏ.
Langkah akhir :
keluarkan titik ๐ง = 1 dari daerah konvergensinya, sehingga menjadi
0 < |๐ง โ 1| < 2.
C O N T O H 3
Dengan cara yang sama seperti no.2, carilah penguraian deret untuk ๐(๐ง) =๐๐ง
๐ง2,
dengan pusat pada ๐ = 0.
Pembahasan :
๐๐ง
๐ง2= โ
๐ง๐
๐!
โ
๐=0
, |๐ง| < โ
berikutnya, kalikan kedua ruas dengan 1
๐ง2 untuk memperoleh :
๐๐ง
๐ง2= โ
๐ง๐โ2
๐!
โ
๐=0
=1
๐ง2+
1
๐ง+
1
2!+
๐ง
3!+ โฏ
yang konvergen untuk semua ๐ง โ 0; jadi pada anulus 0 < |๐ง| < โ.
9
C O N T O H 4
Azaz substitusi akan digunakan sekali lagi untuk deret Laurent bagi
cos (1
๐ง) = โ
(โ1)๐
(2๐)! ๐ง2๐
โ
๐=0
yang anulus konvergensinya adalah 0 < |๐ง| < โ dan diperoleh dari daerah
konvergensi |๐ง| < โ bagi deret cosinus dengan mengeluarkan ๐ง = 0.
C O N T O H 5
Uraikan fungsi ๐(๐ง) =5๐ง+2๐
๐ง(๐ง+๐) di dalam anulus 1 < |๐ง โ ๐| < 2 (petunjuk :
perhatikan gambar 7.5(a)).
Pembahasan :
Pertama, Kita uraikan menjadi pecahan parsial, diperoleh :
๐(๐ง) =2
๐ง+
3
๐ง + ๐
Deret Laurent untuk 2
๐ง dalam anulus 1 < |๐ง โ ๐| < โ (perhatikan gambar 7.5(b))
adalah :
2
๐ง= 2 โ
(โ1)๐๐๐
(๐ง โ ๐)๐+1
โ
๐=0
Di sisi lain, deret Taylor untuk 3
๐ง+๐ dalam cakram |๐ง โ ๐| < 2 (perhatikan gambar
7.5(c)) adalah :
3
๐ง + ๐= 3 โ
(โ1)๐(๐ง โ ๐)๐
(2๐)๐+1
โ
๐=0
Kesimpulan :
penguraian deret untuk ๐(๐ง) adalah jumlah kedua deret tersebut dan daerah
konvergensinya adalah irisan daerah konvergensi masing-masing deret tersebut,
yaitu : 1 < |๐ง โ ๐| < 2 yang merupakan anulus dimana kedua deret tersebut secara
bersama-sama konvergen di seluruh daerah itu.
10
Gambar 7. 6 Contoh 5
Ingat Kembali defenisi pada bab sebelumnya yang menyatakan demikian :
Suatu titik ๐ง0 merupakan singularitas fungsi ๐(๐ง), bila ๐ gagal menjadi analitik
pada ๐ง0, sementara setiap lingkungan ๐ง0 memuat paling sedikit satu titik dimana ๐
analitik.
Pada dasarnya terdapat dua macam singularitas, yakni :
1. Singularitas tak terasing
2. Singularitas terasing
Suatu titik ๐ง0 merupakan singularitas tak terasing bagi fungsi ๐ jika dan hanya
jika ๐ง0 singularitas bagi ๐ dan setiap lingkaran ๐ง0 memuat paling sedikit satu
singularitas ๐ yang lain dari ๐ง0. Sebagai contoh, fungsi :
๐(๐ง) = ๐ฟ๐๐ ๐ง
mempunyai singularitas tak terasing pada setiap titik di sumbu nyata tak positif.
Secara umum, setiap fungsi yang dikaitkan dengan suatu potongan cabang
memiliki singularitas tak terasing. Hal ini didasari oleh defenisi yang mengatakan
bahwa; setiap lingkungan terhapus bagi singularitas tak terasing fungsi ๐ memuat
7.2 Singularitas dan Kenolan Fungsi Analitik
11
paling sedikit satu singularitas ๐ yang lain. Ini berarti bahwa, jika suatu fungsi
memiliki satu singularitas tak terasing, maka ia mempunyai tak berhingga banyak
singularitas meskipun tidak perlu tak terasing.
Misalkan diketahui bahwa ๐ง0 merupakan singularitas fungsi ๐(๐ง), maka ๐ง0 akan
dinamakan singularitas terasing ๐ dengan syarat terdapat suatu lingkungan
terhapus ๐ง0, dimana ๐ analitik. Misalnya, fungsi :
๐(๐ง) =4๐
๐ง2 + 1
mempunyai singularitas terasing, satu pada +๐ dan satu lagi pada โ๐. Hal ini cukup
mudah untuk dilihat, karena suatu lingkungan terhapus dengan jari-jari 1 (atau
kurang) dapat dilukis di sekeliling salah satu dari kedua titik itu dimana ๐ analitik
di dalamnya.
Singularitas terasing lebih jauh digolongkan sebagai berikut. Misalkan diketahui
bahwa ๐ง0 merupakan singularitas terasing fungsi ๐(๐ง). Maka ๐(๐ง) analitik di
seluruh suatu lingkungan terhapus ๐โ(๐ง0, ๐); dengan kata lain, di seluruh anulus :
0 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐
Oleh karena itu, ๐ memiliki penguraian deret Laurent :
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐
โ
๐=โโ
(๐)
ada 3 kemungkinan, yakni :
12
K A S U S 1
Tidak ada (๐ง โ ๐ง0) yang berpangkat negatif pada (1). Pada kasus ini, ๐ง0 dinamakan
singularitas yang dapat dihilangkan (removable singularity). Misalnya fungsi :
๐(๐ง) =sin ๐ง
๐ง
mempunyai singularitas yang dapat dihilangkan pada ๐ง0 = 0 karena penguraian
deret di sekeliling titik tersebut adalah :
sin ๐ง
๐ง= 1 โ
๐ง2
3!+
๐ง4
5!โ โฏ, (2)
yang tidak memuat ๐ง berpangkat negatif, jadi deret tersebut benar-benar merupakan
deret Taylor.
Selanjutnya perhatikan bahwa deret pada persamaan (2) terdefinisikan pada ๐ง = 0
dimana ia mencapai nilai 1. Fakta ini menunjukkan bahwa singularitas superfisial
pada ๐ง = 0 dapat dihilangkan dengan mendefinisikan fungsi itu secara tepat pada
titik tersebut. Proses pendefinisian fungsi pada titik itu berlangsung sangat alami.
Jadi, dengan mengambil limit pada persamaan (2) untuk ๐ง|โ|0 diperoleh :
lim๐งโ0
sin ๐ง
๐ง= 1
yang pada gilirannya menyarankan agar Kita mendefinisikan :
๐(0) = 1
jadi, singularitas tersebut telah dihilangkan.
Secara umum, jika ๐(๐ง) mempunyai singularitas yang dapat dihilangkan pada ๐ง0,
maka dengan mendefinisikan fungsi itu agar mempunyai nilai ๐0 pada ๐ง0,
๐(๐ง0) = ๐0, maka kita dapat mendalihkan bahwa ๐ analitik pada ๐ง0.
13
K A S U S 2
Hanya sejumlah berhingga (๐ง โ ๐ง0) yang berpangkat negatif muncul dalam (1).
Pada kasus ini, (1) berbentuk :
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐
โ
๐=โ๐
=๐โ๐
(๐งโ๐ง0)๐ + โฏ + ๐0 + ๐1(๐ง โ ๐ง0) + โฏ, (3)
dimana ๐ adalah bilangan bulat positif, dan ๐โ๐ โ 0. Maka ๐ง0 dinamakan kutub
tingkat ๐ (pole of order ๐).
Misalnya, Kita tunjukkan bahwa :
๐(๐ง) =1
๐ง3 mempunyai kutub pangkat 3 pada ๐ง = 0
๐(๐ง) =1
(๐ง + 3๐)15 mempunyai kutub tingkat 15 pada ๐ง = โ3๐
โ(๐ง) =1
(๐ง โ ๐)(๐ง + 2) mempunyai kutub tingkat 1 pada ๐ง = ๐, pada ๐ง = โ2๐
๐(๐ง) =๐๐ง โ 1
๐ง2 mempunyai kutub tingkat 1 pada ๐ง = 0
Bagian deret Laurent fungsi ๐(๐ง) yang mengandung (๐ง โ ๐ง0) yang berpangkat
negatif dinamakan bagian utama (the principal part) ๐ pada ๐ง0.
Misalkan ๐(๐ง) mempunyai kutub tingkat ๐ pada ๐ง0, maka ๐ mempunyai
penguraian Laurent seperti yang diberikan pada (3) dengan ๐โ๐ โ 0. Dengan
mengalikan (3) dengan (๐ง โ ๐ง0)๐ diperoleh :
(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) = ๐โ๐ + ๐โ๐+1(๐ง โ ๐ง0) + ๐โ๐+2(๐ง โ ๐ง0)2 + โฏ, (4)
Jelaslah bahwa ruas kanan persamaan (4) adalah suatu deret Taylor yang
mempunyai jari-jari konvergensi positif. Oleh karena itu, fungsi :
14
๐(๐ง) = (๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) adalah analitik dan kutub ๐ telah menjadi singularitas yang
dapat dihilangkan untuk ๐. Selain daripada itu, kita ingat bahwa :
lim๐งโ๐ง0
(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) = ๐โ๐ โ 0
Jadi, jika ๐(๐ง) mempunyai kutub tingkat ๐ pada ๐ง0, maka ๐(๐ง) yang didefinisikan
seperti di atas, mempunyai singularitas yang dapat dihilangkan pada ๐ง0 dan
limitnya untuk ๐ง mendekati ๐ง0 bernilai tidak nol. Ternyata konvers (kebalikan)
pernyataan di muka juga benar.
Misalkan diketahui bahwa, ๐(๐ง) analitik di seluruh lingkungan terhapus :
0 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐
pada titik ๐ง0.
Maka :
๐ง0 merupakan kutub tingkat ๐
jika dan hanya jika (๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) mempunyai singularitas yang dapat dihilangkan
pada titik ๐ง0 dan :
lim๐งโ๐ง0
(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) โ 0
K A S U S 3
Bagian utama (1) mengandung sejumlah tak berhingga (๐ง โ ๐ง0) yang berpagkat
negatif dengan koefisien tidak nol. Dalam kasus ini, ๐ง0 disebut suatu singularitas
pokok (essential singularity) fungsi itu. Misalnya fungsi :
๐(๐ง) = sin (1
๐ง)
7.2.1 TEOREMA
15
mempunyai singularitas pokok pada ๐ง = 0, karena :
sin (1
๐ง) =
1
๐งโ
1
3! ๐ง3+
1
5! ๐ง5โฆ ,
T E O R E M A CasoratiโWeirstrass yang dibuktikan pada Bab 9, menunjukkan
bahwa perilaku suatu fungsi di sekitar salah satu singularitas pokoknya adalah
sangat ruwet. Lebih tepatnya, teorema itu menunjukkan bahwa jika ๐ง0 suatu
singularitas fungsi ๐(๐ง), maka nilai ๐(๐ง) untuk ๐ง โ ๐ง0, dapat dibuat untuk
mendekati suatu limit yang berapapun nilainya dengan memilih secara tepat nilai-
nilai yang dapat dicapai oleh ๐ง ketika ia mendekati ๐ง0. Kenyataan ini menunjukkan
betapa tidak stabilnya suatu fungsi di dekat salah satu singularitas pokoknya.
Tentunya berkaitan sangat erat dengan tingkah laku ini, yakni teorema berikut yang
dinyatakan tanpa bukti.
T E O R E M A (Teorema Picard)
Pada setiap lingkungan singularitas pokoknya, suatu fungsi mengambil nilai
berapapun dengan satu pengecualian sebanyak tak berhingga kali.
C O N T O H 1
Fungsi ๐(๐ง) =๐ง+1
๐ง2+1 mempunyai dua kutub; ๐ง = ๐ dan ๐ง = โ๐ masing-masing
tingkat satu.
Hal pertama yang dilakukan adalah memverifikasi untuk ๐ง = ๐ dengan
menggunakan teorema 7.2, caranya dengan membentuk fungsi
(๐ง โ ๐)๐(๐ง) =๐ง + 1
๐ง + ๐
seperti yang diminta oleh teorema itu. Maka, mudah untuk melihat bahwa fungsi
itu mempunyai singularitas yang dapat dihilangkan pada ๐ง = ๐ (yang analitik). Di
sisi lain, untuk ๐ง โ ๐, lim(๐ง โ ๐)๐(๐ง) =1+๐
2๐โ 0.
Oleh karena kedua kondisi tersebut terpenuhi, maka teorema itu memastikan bahwa
๐ mempunyai kutub tingkat 1 pada ๐ง = ๐.
16
C O N T O H 2
Fungsi ๐(๐ง) =๐๐งโ1
๐ง2 sepertinya mempunyai kutub tingkat 2 pada ๐ง = 0. Namun
pada kenyataannya, fungsi tersebut mempunyai kutub tingkat satu, karena :
๐๐ง โ 1
๐ง2=
1
๐ง2(โ
๐ง๐
๐!
โ
๐=0
โ 1)
=1
๐ง2+
1
2!+
๐ง
3!+ โฏ.
C O N T O H 3
Fungsi ๐(๐ง) = sin โ ๐ง
๐ง3 sepertinya mempunyai kutub tingkat 3 pada ๐ง = 0. Namun
pada kenyataannya, fungsi tersebut mempunyai kutub tingkat 2. Dalam hal ini, kita
dapat melengkapi bagian-bagian yang kurang, berikut :
๐(๐ง) =1
๐ง2+
1
3!+
๐ง2
5!+ โฏ.
Sedikit berdalih dari topik, Kita akan membahas konsep kenolan suatu fungsi
analitik โjika โ (๐ง) adalah sembarang fungsi, maka suatu bilangan ๐ dinamakan
kenolan bagi โ jika dan hanya jika โ ๐ = 0โ, suatu bentuk khusus defenisi ini
digunakan untuk mendefinisikan kenolan suatu fungsi analitik.
Misalkan diketahui bahwa, ๐(๐ง) adalah suatu fungsi yang analitik pada titik ๐ง0.
Maka ๐ mempunyai penguraian deret Taylor :
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐
โ
๐=0
Jika ๐0 = ๐1 = ๐2 = โฏ = ๐๐โ1 = 0 ๐๐๐ ๐๐ โ 0, maka tentu saja :
๐(๐ง) = ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐ + ๐๐+1(๐ง โ ๐ง0)๐+1 + โฏ
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, ๐ dikatakan mempunyai kenolan tingkat
N pada ๐ง0.
17
P E N T I N G
1. Jika ๐(๐ง) adalah suatu fungsi analitik pada ๐ง0, maka dapat dipastikan bahwa
fungsi tersebut memiliki penguraian deret :
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐
โ
๐=0
Namun, apabila ๐(๐ง0) โ 0, maksudnya jika ๐0 โ 0 maka fungsi :
๐(๐ง) = (๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง)
mempunyai kenolan tingkat ๐ pada ๐ง0. Jadi, dapat disimpulkan bahwa :
โSuatu fungsi ๐(๐ง) mempunyai kenolan tingkat ๐ pada ๐ง0, dengan syarat ๐ dapat
dinyatakan dalam bentuk ๐(๐ง) = (๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) dimana ๐(๐ง) analitik pada ๐ง0 dan
๐(๐ง0) โ 0โ.
2. Berdasarkan point 1 di atas, dapat ditunjukkukan, jika ๐ง0 adalah kenolan suatu
fungsi ๐(๐ง) yang analitik di suatu lingkungan ๐ง0 dan jika ๐(๐ง) bukan fungsi 0,
maka terdapat suatu lingkungan ๐ง0 terhapus dengan ๐(๐ง) โ 0 untuk setiap ๐ง dalam
lingkungan tersebut. Singkatnya, kenolan suatu fungsi analitik adalah terasing.
Teori residu dikerjakan di dalam penggunaan yang beraneka ragam, menjajarkan
dari penilaian integral nyata ke stabilitas system linear untuk membayangkan
penilaian dalam ilmu fotografi. Dalam pasal ini, hal yang harus dikembangkan dan
digambarkan adalah beberapa teknik dasar untuk mengerjakan di dalam integrasi
kompleks dengan menggunakan teori residu. Unsur pokok teori ini didapatkan
dalam Teorema 7.1 dan pembicaraan langsung yang mengikuti pernyataan teorema
tersebut.
Misalkan, ๐(๐ง) adalah fungsi analitik dan ๐ง0 merupakan singularitas terasing ๐,
maka berdasarkan definisi, ๐ analitik di dalam lingkungan ๐ง0 terhapus :
๐ด: 0 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐
7.3 Teori Residu
18
yang merupakan anulus melingkar, berpusat pada ๐ง0. Berdasarkan Teorema 7.1, ๐
mempunyai pengembangan Laurent yang konvergen ke ๐untuk semua z di dalam A
(perhatikan gambar 7.6). Koefisien pengembangan ini dirumuskan dengan :
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐งโ๐ง0)๐+1 ๐๐ง๐ง
๐ถ,
dimana ๐ adalah sembarang jalur tertutup sederhana tertentu, tempatnya positif,
seluruhnya terletak di dalam ๐ด dan memuat ๐ง0 di bagian dalamnya. Secara khusus,
untuk ๐ = โ1 Kita mempunyai :
๐โ1 =1
2๐๐โซ ๐(๐ง) ๐๐ง
๐ง
๐ถ
Bilangan ๐โ1 yang merupakan koefisien suku 1
๐งโ๐ง0 dalam pengembangan Laurent
bagi ๐ atas ๐ด, dinamakan residu ๐ pada ๐ง0; kita akan menuliskan seperti berikut :
๐๐๐ฌ [๐, ๐ง0]
sedemikian sehingga, dengan defenisi;
๐๐๐ฌ [๐, ๐ง0] = ๐โ1
Selanjutnya, kita dapat menuliskan :
โซ ๐(๐ง) ๐๐ง = 2๐๐ ๐น๐๐ [๐, ๐ง0]๐ง
๐ถ
rumus ini merupakan unsur pokok dalam penggunaan teori residu. Dengan
menggunakan teorema anulus berlipat (halaman 168), bentuk umum Persamaan (1)
adalah langsung, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
19
Gambar 7. 7 Residu Pada ๐๐
Misalkan diketahui bahwa, ๐(๐ง) analitik pada dan di dalam lintasan tertutup
sederhana ๐ yang berorientasi positif, kecuali pada berhingga banyaknya titik
๐ง1, ๐ง2, โฆ , ๐ง๐ yang dua-duanya merupakan singularitas terasing ๐. Maka :
โซ ๐(๐ง)๐๐ง = 2๐๐(Res[๐, ๐ง1] + โฏ + Res[๐, ๐ง๐]๐ง
๐ถ
)
Daya guna teorema tersebut di atas, tentu saja tergantung kepada bagaimana
efisiennya kita dapat menghitung residu ๐ pada bermacam-macam singularitas
tersebut.
Langkah pertama adalah mengelompokkan jenis-jenis singularitas (umumnya tidak
sulit untuk dikerjakan). Dengan catatan, harus berhati-hati (dalam artian, tidak
menyimpulkan secara tergesa-gesa yang hanya berdasarkan bentuk luar fungsinya
saja (perhatikan bagian (2) dan (3) pada contoh di dalam pasal 28).
Setelah mengetahui jenis singularitasnnya, langkah berikutnya adalah dapat
memudahkan dalam kebanyakan kasus :
1. Jika ๐ง๐ merupakan singularitas ๐ yang dapat dihilangkan, maka
Res[๐, ๐ง๐] = 0, karena penguraian deret ๐ di sekeliling ๐ง๐ merupakan deret
Taylor sehingga ๐โ1 = 0.
2. Jika ๐ง๐ merupakan singularitas pokok ๐, maka penguraian langsung ๐ dalam
deret di sekeliling ๐ง๐ umumnya diperlukan untuk mendapatkan residunya.
7.3.1 Teorema Residu
20
3. Jika ๐ง๐ merupakan sebuah kutub, maka langkah awal adalah tentukan
tingkat kutub tersebut dengan cara yang sama seperti pasal 28; dalam
banyak hal, proses ini juga akan menghasilkan nilai residunya. Jika tidak,
maka gunakan rumus pada Teorema berikut atau rumus pada akibat
teoremanya.
TEOREMA
Misalkan diketahui bahwa, ๐(๐ง) mempunyai kutub tingkat ๐ pada titik ๐ง๐. Maka :
๐ ๐๐ [๐, ๐ง0] =1
(๐ โ 1)!lim
๐งโ๐ง๐
๐(๐โ1)
๐๐ง(๐โ1)[(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง)]
berturut-turut, ๐ = 1, 2, ๐๐๐ 3, rumus di atas menjadi :
๐ ๐๐ [๐, ๐ง0] = lim๐งโ๐ง๐
[(๐ง โ ๐ง0)๐(๐ง)]
๐ ๐๐ [๐, ๐ง0] = lim๐งโ๐ง๐
๐
๐๐ง[(๐ง โ ๐ง0)2๐(๐ง)]
๐ ๐๐ [๐, ๐ง0] =1
2lim
๐งโ๐ง๐
๐2
๐๐ง2[(๐ง โ ๐ง0)3๐(๐ง)]
C O N T O H 1
Hitungโซ๐๐ง
๐ง2 ๐๐ง๐ง
๐ถ, dimana ๐ adalah lingkaran satuan |๐ง| = 1 dengan orientasi positif.
Dari :
1
๐ง2๐๐ง =
1
๐ง2(1 + ๐ง +
๐ง2
2!+ โฏ ) =
1
๐ง2+
1
๐ง+
1
2!+
๐ง
3!+ โฏ
didapat;
๐ ๐๐ [๐๐ง
๐ง2, 0]
maka;
โซ๐๐ง
๐ง2๐๐ง = 2๐๐ ๐น๐๐ [
๐๐ง
๐ง2, 0] = 2๐๐
๐ง
๐ถ
21
C O N T O H 2
Gunakan residu untuk menghitung integral ๐(๐ง) =1
(๐งโ1)(๐ง+1) sepanjang ๐: |๐ง| โ 3,
dengan orientasi positif.
Jelaslah ๐ mempunyai kutub pada ๐ง = 1 dan ๐ง = โ1, masing-masing tingkat 1.
Dengan menggunakan Teorema 7.4, dimana ๐ = 1, diperoleh :
๐ ๐๐ [๐, 1] = lim๐งโ1
1
๐ง + 1=
1
2
๐ ๐๐ [๐, โ1] = lim๐งโโ1
1
๐ง โ 1= โ
1
2
Oleh karena itu, menurut Teorema 7.3;
โซ๐๐ง
(๐ง โ 1)(๐ง + 1)= 2๐๐(๐ ๐๐ [๐, 1] + ๐ ๐๐ [๐. โ1] = 0
๐ง
๐ถ
C O N T O H 3
Hitung integral ๐(๐ง) =๐๐๐งโsin ๐ง
(๐งโ๐)3 sepanjang ๐: |๐ง โ 3| = 1, dengan orientasi positif.
Langkah awal adalah dengan menggunakan Teorema 7.2, Kita menentukan tingkat
kutubnya pada ๐ง = ๐ adalah ๐ = 3 karena kedua syarat teorema tersebut dipenuhi :
(๐ง โ ๐)3๐(๐ง) = ๐๐๐ง โ sin ๐ง
analitik pada ๐ง = ๐, dan untuk :
๐ง โ ๐, ๐๐๐๐๐ก (๐ง โ ๐)3๐(๐ง) = ๐๐๐ โ sin ๐ โ 0
Selanjutnya, diperoleh :
๐ ๐๐ [๐, ๐] =1
2lim๐งโ๐
๐2
๐๐ง2(๐๐๐ง โ sin ๐ง) =
1
2
Maka :
โซ๐๐๐ง โ sin ๐ง
(๐ง โ ๐)3๐๐ง = 2๐๐
๐ง
๐ถ
๐ ๐๐ [๐, ๐] = ๐๐
22
C O N T O H 4
Hitung integral ๐(๐ง) =๐2๐งโ๐ง3
(๐ง+1)(๐ง+2)(๐งโ1) sepanjang ๐: |๐ง| = 3, dengan orientasi
positif. Dengan menggunakan Teorema 7.2, periksalah bahwa ๐ mempunyai kutub
tingkat 1 pada masing-masing titik ๐ง = โ1, โ2 dan 1 semuanya terletak di ๐ท๐ผ(๐).
Maka, dengan menggunakan Teorema 7.4, diperoleh :
๐ ๐๐ |๐, โ1| = lim๐งโโ1
๐2๐ง โ ๐ง3
(๐ง + 2)(๐ง โ 1)= โ
1
2(๐โ2 + 1)
๐ ๐๐ |๐, โ2| = lim๐งโโ2
๐2๐ง โ ๐ง3
(๐ง + 1)(๐ง โ 1)=
1
3(๐โ4 + 8)
๐ ๐๐ |๐, 1| = lim๐งโ1
๐2๐ง โ ๐ง3
(๐ง + 1)(๐ง + 2)=
1
6(๐2 โ 1)
Jadi,
โซ ๐(๐ง) ๐๐ง๐๐
3
๐ง
๐ถ
(๐2 + 2๐โ4 โ 3๐โ2 + 12)
Berikut ditetapkan suatu aturan untuk menghitung residu pada kutub sederhana
(adalah, kutub tingkat satu) yag merupakan akibat Teorema 7.4, seperti ditunjukkan
berikut ini :
Misalkan;
1. ๐(๐ง) dan ๐(๐ง) keduanya analitik pada titik ๐ง0
2. ๐(๐ง0) โ 0
3. ๐(๐ง) mempunyai kenolan tingkat satu pada ๐ง0
Maka;
๐ ๐๐ [๐(๐ง)
๐(๐ง), ๐ง0] =
๐(๐ง0)
๐โฒ(๐ง0)
23
C O N T O H 5
1. Perhatikan fungsi rasional โ(๐ง) =๐ง2+2๐ง+5
๐งโ๐
Fungsi yang menyusun pembilang dan penyebut โ(๐ง) keduanya analitik
pada ๐ง = ๐, dan penyebut mempunyai kenolan tingkat satu pada titik
tersebut. Demikian halnya dengan pembilang, tidak bernilai nol pada ๐ง = ๐.
Oleh karena itu, dengan menggunakan akibat Teorema 7.4, diperoleh :
๐ ๐๐ [โ(๐ง), ๐] =โ1 + 2๐ + 5
1= 4 + 2๐
2. Berdasarkan soal 28.13, kita ketahui bahwa sin ๐ง mempunyai kenolan
tingkat 1 pada titik ๐ง = 0. Fungsi ๐๐๐ง dan sin ๐ง analitik pada ๐ง = 0, ๐๐๐ง
tidak bernilai nol. Oleh karena itu, dengan menggunakan akinat Teorema
7.4, diperoleh :
๐ ๐๐ [๐๐๐ง
sin ๐ง, 0] =
๐๐๐
cos 0= 1
3. Apabila semua syarat telah dipenuhi, akibat dari Teorema 7.4 dapat
digunakan dalam perhitungan berikut :
๐ ๐๐ [๐๐๐ง cos ๐ง
๐ง(๐ง โ ๐), ๐] =
๐๐๐ cos ๐
2๐ โ ๐=
1
๐
Pada penjelasan sebelumnya di atas, Kita ketahui bahwa suatu titik ๐ง0 disebut titik
singular dari ๐(๐ง) dan bila ๐(๐ง) gagal analitik di ๐ง0 tetapi analitik pada suatu titik
dari setiap lingkungan dari ๐ง0. Titik singular ๐ง0 disebut terisolasi bila ada
lingkungan dari ๐ง0 yang mengakibatkan ๐(๐ง) analitik pada lingkungan tersebut,
kecuali di titik ๐ง0 itu sendiri atau dapat dikatakan ada bilangan positif rill R
sehingga ๐(๐ง) analitik pada daerah berbentuk 0 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐ .
7.4 Residu dan Penerapannya
7.4.1 Residu dan Kutub
24
C O N T O H 1
a. ๐(๐ง) =1
๐ง
b. ๐(๐ง) =๐งโ1
๐ง2(๐ง2+1)
c. ๐(๐ง) =1
sin๐
๐ง
P E M B A H A S A N :
a. ๐ง = 0 titik singular terisolasi
b. ๐ง = 0 dan ๐ง = ยฑ ๐ titik singular terisolasi
c. ๐ง =1
๐((๐ = ยฑ1, ยฑ2, โฆ ) titik singular terisolasi dan ๐ง = 0 titik singular
tetapi tidak terisolasi.
Misalnya ๐(๐ง) analitik pada 0 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐ dan ๐ง0 merupakan titik singular
terisolasi dari ๐(๐ง). Maka fungsi ๐(๐ง) dapat diperderetkan menjadi deret Laurent,
seperti berikut :
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐ + โ๐๐
(๐ง โ ๐ง0)๐
โ
๐=1
โ
๐=0
Secara khusus adalah koefisien dari (๐ง โ ๐ง0)โ๐ yaitu :
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง0)
(๐ง โ ๐ง0)โ๐+1๐๐ง, ๐ = 1,2, โฆ
๐
๐ถ
dengan C merupakan lintasan tutup sederhana yang memuat pada 0 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐
dan menutupi ๐ง0 dengan arah positif. Untuk ๐ = 1 maka :
๐1 =1
2๐๐โซ ๐(๐ง)๐๐ง
๐
๐ถ
Selanjutnya, ๐1 disebut residu dari ๐(๐ง) di ๐ง0 (nilai koefisien dari suku 1
๐งโ๐ง0) dan
biasanya dinotasikan dengan ๐1 = ๐ ๐๐ ๐ง=๐ง0๐(๐ง).
Bagian utama deret dari hasil perderetan fungsi ๐(๐ง) di ๐ง = ๐ง0 adalah
โ๐๐
(๐ง โ ๐ง0)๐=
๐1
๐ง โ ๐ง0+
๐2
(๐ง โ ๐ง0)2+ โฏ
โ
๐=1
jika ๐๐ โ 0 dan ๐๐+1 = ๐๐+2 = ๐๐+3 = โฏ = 0, maka:
25
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)2 +๐1
๐ง โ ๐ง0+
๐2
(๐ง โ ๐ง0)2
โ
๐=1
+ โฏ +๐๐
(๐ง โ ๐ง0)๐
dengan 0 < |๐ง โ ๐ง0| < ๐ dan ๐๐ โ 0. Dari bagian utama deret di atas dikatakan
bahwa titik singular terisolasi ๐ง0 disebut kutub (pole) order m. Apabila ๐ = 1,
maka ๐ง0 disebut kutub sederhana. Berikutnya apabila ๐ = โ, maka ๐ง0 disebut
titik singular esensial.
Dalam menentukan order titik singular dari๐(๐ง) kita harus meperderet
๐(๐ง) ke dalam deret Laurent terlebih dahulu, seperti dipaparkan pada contoh 2
berikut :
C O N T O H 2
Tentukan order dari titik singular fungsi ๐(๐ง) =๐ง2โ2๐ง+3
๐งโ2
P E M B A H A S A N :
Perhatikan bahwa ๐(๐ง) dapat dinyatakan dengan :
๐(๐ง) =๐ง2 โ 2๐ง + 3
๐ง โ 2= 2 + (๐ง โ 2) +
3
๐ง โ 2, 0 < |๐ง โ 2|โ
Suku ketiga deret di atas merupakan bagian utama deret dan terlihat bahwa titik
singular ๐ง = 2 merupakan kutub order 1 (kutub sederhana).
C O N T O H 3
Tentukan order dati titk singular fungsi ๐(๐ง) =sinh ๐ง
๐ง4
P E M B A H A S A N :
Titik singular dari ๐(๐ง) =sinh ๐ง
๐ง4 adalah ๐ง = 0.
Perderetan fungsi ๐(๐ง) =sinh ๐ง
๐ง4 dengan pusat ๐ง = 0 adalah :
๐(๐ง) =sinh ๐ง
๐ง4=
1
๐ง4(๐ง +
๐ง3
3!+
๐ง5
5!+ โฏ )
=1
๐ง3+
1
3! ๐ง+
๐ง
5!+
๐ง3
7!+ โฏ 0 < |๐ง โ 2|โ
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, Kita ketahui bahwa ๐ง = 0 merupakan
kutub order 3.
26
C O N T O H 4
Jika ๐(๐ง) = ๐1 ๐ง
= โ1
๐! ๐ง๐, 0 < |๐ง โ 2|โ,
โ
๐=0
maka ๐ง = 0 merupakan titik ๐ฌ๐ข๐ง๐ ๐ฎ๐ฅ๐๐ซ ๐๐ฌ๐๐ง๐ฌ๐ข๐๐ฅ.
Pada contoh 2 โ 4, diperoleh nilai dari residu di titik singularnya secara berturut-
turut adalah 3,1
6, ๐๐๐ 1.
Untuk menentukan residu suatu fungsi di titik singularnya, Kita tidak harus
memperderetkan fungsi tersebut terlebih dahulu, namun dapat dilakukan dengan
cara/langkah berikut :
Misalkan fungsi ๐(๐ง) dengan titik singular ๐ง0, maka kemungkinan bentuk dari
๐(๐ง) dan rumus perhitungan residu di ๐ง0 dapat diberikan sebagai berikut :
1. Kutub sederhana
Misalkan ๐(๐ง) mempunyai kutub sederhana di ๐ง0, maka residu dari ๐(๐ง) di ๐ง = ๐ง0
dihitung dengan rumus berikut :
๐๐๐ฌ๐=๐๐
๐(๐) = ๐ฅ๐ข๐ฆ๐โ๐๐
(๐ โ ๐๐) ๐(๐)
Berdasarkan rumus tersebut, apabila ๐(๐ง) =๐(๐ง)
๐(๐ง) dimana P(z) dan Q(z) keduanya
analitik di ๐ง = ๐ง0 dan ๐ง = ๐ง0 merupakan faktor linier tidak berulang dari Q(z) serta
๐(๐ง0) โ 0, maka :
๐๐๐ฌ๐=๐๐
๐(๐) =๐ท(๐๐)
๐ธโฒ(๐๐)
2. Kutub order m
Misalkan ๐(๐ง) mempunyai kutub order m (๐ = 2,3,4, โฆ ) di ๐ง = ๐ง0, maka residu
dari ๐(๐ง) di ๐ง = ๐ง0 dapat dirumuskan seperti berikut :
๐๐๐ฌ๐=๐๐
๐(๐) = ๐ฅ๐ข๐ฆ๐โ๐๐
๐
(๐ โ ๐)!
๐ (๐โ๐)
๐ ๐๐โ๐[(๐ โ ๐๐)๐๐(๐)]
7.4.2 Menghitung Residu
27
Jika ๐(๐ง) =๐(๐ง)
(๐งโ๐ง0)๐ dengan ๐(๐ง) analitik di ๐ง = ๐ง0 dan ๐(๐ง0) โ 0, maka residu
๐(๐ง) dirumuskan seperti berikut :
๐๐๐ฌ๐=๐๐
๐(๐) =๐(๐โ1)(๐ง0)
(๐ โ 1)!
C O N T O H :
Tentukan residu di titik singular dari fungsi berikut :
a. ๐(๐ง) =2๐ง
๐ง2+4
b. ๐(๐ง) =๐ง2+2๐ง
(๐งโ3)2
c. ๐(๐ง) =1
๐ง(๐2โ1)
P E M B A H A S A N :
a. Titik singular terisolasi ๐(๐ง), ๐ง = ยฑ2๐, (kutub sedrhana).
Untuk ๐ง = 2๐, maka ๐(๐ง) =๐(๐ง)
๐งโ2๐, dimana ๐(๐ง) =
2๐ง
๐ง+2๐ analitik di ๐ง = 2๐
dan ๐(2๐) = 1.
Jadi, residu di ๐ง = 2๐ adalah :
Res๐ง=2๐
๐(๐ง) = 1
Untuk ๐ง = โ2๐, maka ๐(๐ง) =๐(๐ง)
๐ง+2๐, dimana ๐(๐ง) =
2๐ง
๐งโ2๐ analitik di ๐ง = โ2๐
dan ๐(โ2๐) = โ1.
Jadi, residu di ๐ง = โ2๐ adalah : Res๐ง=2๐
๐(๐ง) = โ1.
b. Titik singular terisolasi ๐(๐ง), ๐ง = 3 (kutub order 2).
Untuk kasus ini, ๐(๐ง) =๐(๐ง)
(๐งโ3)2 , ๐(๐ง) = ๐ง2 + 2๐ง, fungsi entire dan ๐โฒ(๐ง) =
2๐ง + 2.
Res๐ง=๐ง0
๐(๐ง) =๐โฒ(3)
1!= 8
c. Titik singular terisolasi ๐(๐ง) adalah ๐ง = 0.
Jika ๐(๐ง) =๐(๐ง)
๐ง dengan ๐(๐ง) =
1
๐๐งโ1, maka ๐(๐ง) tidak analitik di ๐ง = 0.
Oleh karena rumus perhitungan residu tidak dapat digunakan, maka
penyelesaiannya dapat Kita pecahkan dengan cara memperderetkan ๐๐ง di
๐ง = 0 dan diperoleh lah hasil berikut :
๐(๐ง) =1
๐ง(๐๐ง โ 1)=
1
๐ง2 (1 +๐ง2! +
๐ง2
3! + โฏ )=
๐(๐ง)
๐ง2, dimana
28
๐(๐ง) =1
1 +๐ง2! +
๐ง2
3! + โฏ analitik di ๐ง = 0.
Jadi, Res๐ง=๐ง0
๐(๐ง) =๐โฒ(0)
2!= โ
1
2.
Selain menggunakan rumus Cauchy dan bentuk turunannya, integral kompleks
dapat dihitung dengan menggunakan residu, yang dijelaskan sebagai berikut :
Misalkan, C merupakan lintasan tutup sederhana dengan arah positif, ๐(๐ง) disebut
analitik, kecuali titik singular ๐ง๐(๐ = 1,2,3, โฆ , ๐) pada daerah yang dibatasi oleh
C, maka :
โฎ ๐(๐)๐
๐ช
๐ ๐ = ๐๐ ๐ โ ๐๐๐ฌ๐=๐๐
๐(๐)
๐
๐=๐
Cara/langkah penyelesaian dari integral kompleks berdasarkan rumus di atas adalah
seperti berikut :
1. Menentukan semua titik singular dari integran ๐(๐ง)
2. Mencari residu dari ๐(๐ง) di semua titik singular yang terletak di dalam
lintasan C
3. Mengalikan jumlah hasil kedua dengan 2๐๐
C O N T O H 1
Tentukan :
โฎ2๐ง โ 3
๐ง(๐ง + 1)๐๐ง
๐
๐ถ
,
dimana C adalah lingkaran |๐ง| = 2 dengan arah positif.
P E M B A H A S A N :
Fungsi ๐(๐ง) =2๐งโ3
๐ง(๐ง+1) mempunyai titik singular ๐ง = 0 dan ๐ง = โ1 yang keduanya
terletak di dalam daerah yang dibatasi oleh C.
Res๐ง=0
๐(๐ง) = โ3
7.4.3 Penggunaan Residu Untuk Menghitung Integral
Kompleks
29
dan
Res๐ง=โ1
๐(๐ง) = 5
Maka dari itu,
โฎ2๐ง โ 3
๐ง(๐ง + 1)๐๐ง
๐
๐ถ
= 2๐๐(โ3 + 5) = 4๐๐
C O N T O H 2
Hitung :
โฎ๐ง2 + 3๐ง
(๐ง โ 3๐)(๐ง2 + 1)๐๐ง,
๐
๐ถ
dimana C diambil arah positif adalah :
a. ๐ถ: |๐ง + 1| = 2
b. ๐ถ: |๐ง| = 4
P E M B A H A S A N :
Fungs ๐(๐ง) =๐ง3+3๐ง
(๐งโ3๐)(๐ง2+1) mempunyai titik singular : ๐ง = 3๐ dan ๐ง = ยฑ๐.
a. ๐ง = ยฑ๐ terletak di dalam daerah yang dibatasi oleh C.
Res๐ง=โ๐
๐(๐ง) =๐ โ 3๐
(โ๐ โ 3๐)(โ2๐)=
๐
4 ๐๐๐
Res๐ง=๐
๐(๐ง) =โ๐ + 3๐
(๐ โ 3๐)(โ2๐)=
๐
4
Jadi,
โฎ๐ง3 + 3๐ง
(๐ง โ 3๐)(๐ง2 + 1)๐๐ง = โ๐
๐
๐ถ
b. ๐ง = 3๐ dan ๐ง = ยฑ๐ terletak di dalam daerah yang dibatasi oleh C.
Res๐ง=3๐
๐(๐ง) =9
4๐. Jadi, โฎ
๐ง3 + 3๐ง
(๐ง โ 3๐)(๐ง2 + 1)๐๐ง =
11๐
2
๐
๐ถ
30
L A M P I R A N
(Bukti Teorema)
Teorema 7.1 (Teorema Laurent)
Misalkan bahwa, ๐(๐ง) analitik pada setiap titik di anulus tertutup :
๐ด: ๐ โค |๐ง โ ๐| โค ๐
maka, terdapat deret (๐ง โ ๐) berpangkat positif dan negatif yang menyatakan ๐
pada setiap titik ๐ di dalam anulus (terbuka) ๐ < |๐ง โ ๐| < ๐ :
๐(๐) = โ ๐๐(๐ โ ๐)๐ โ๐๐
(๐ โ ๐)๐
โ
๐=0
โ
๐=0
koefisien deret diberikan oleh rumus :
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐)๐+1
๐ง
๐
๐๐ง ๐ = 0,1, 2, โฆ
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐)โ๐+1๐๐ง,
๐ง
๐ถ
๐ = 1, 2, 3, โฆ
dimana ๐พ: |๐ง โ ๐| = ๐ dan ๐ถ: |๐ง โ ๐| = ๐. Keduanya berorientasi positif
(perhatikan gambar 7.8) berikut :
Gambar 7. 8 Teorema Laurent
31
B U K T I
Untuk kesederhanaan notasi dan tanpa kehilangan sifat umumnya, teorema tersebut
akan dibuktikan untuk unsur ๐ = 0. Perluasan terhadap sembarang pusat ๐ dapat
dilakukan dengan mudah.
Penalaran dalam bukti ini identik dengan yang dipakai pada bukti teorema Taylor
(perhatikan halaman 236). Sehubungan dengan alasan ini, bukti diberikan dalam
garis besarnya saja, sebaliknya pembaca diminta untuk melengkapi bagian-bagian
yang dihilangkan.
Misalkan, ๐ adalah titik sembarang tetapi tetap. Sedemikian sehingga ๐ < |๐ < ๐|. Maka, menurut rumus integral Cauchy (halaman 171) :
๐(๐) =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
๐ง โ ๐๐๐ง โ
๐
๐
1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
๐ง โ ๐๐๐ง
๐ง
๐ถ
(1)
Integral pertama pada ruas kanan (1) sekarang dapat diperlakukan sama seperti
dalam bukti teorema Taylor (perhatikan Persamaan (1), (2), (3), pada halaman 273)
untuk menghasilkan :
1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
๐ง โ ๐๐๐ง
๐ง
๐
= โ ๐๐๐๐
โ
๐=0
(2)
dimana,
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
๐ง๐+1๐๐ง
๐ง
๐
Selanjutnya, untuk mendapatkan rumus ๐๐, harus diperhatikan bahwa :
โ1
๐ง โ ๐=
1
๐+
๐ง
๐2+ โฏ +
๐ง๐โ1
๐2+
๐ง๐
๐๐(๐ โ ๐ง) (3)
merupakan identitas yang kebenarannya dapat dikukuhkan dengan cara yang sama
seperti yang disarankan pada soal 26.23. Sesuai dengan bukti pada halaman 237,
bagilah kedua ruas (Persamaan (3)) dengan 2๐๐, kalikan dengan ๐(๐ง), lalu
integralkan sepanjang lintasan ๐ถ dalam pengertian positif.
Maka, dengan melambangkan suku terakhir dengan :
๐ ๐ =1
2๐๐โซ
๐ง๐๐(๐ง)
๐๐(๐ โ ๐ง)
๐ง
๐ถ
๐๐ง
tunjukkan bahwa, untuk ๐ โ โ, ๐ ๐ โ 0 :
32
โ1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
(๐ง โ ๐)๐๐ง = โ
๐๐
๐๐
โ
๐=1
๐ง
๐ถ
dimana,
๐๐ =1
2๐๐โซ
๐(๐ง)
๐งโ๐+1๐๐ง
๐ง
๐ถ
(4)
Teorema Residu
Misalkan bahwa, ๐(๐ง) analitik pada dan di dalam lintasan tertutup sederhana ๐ถ
yang berorientasi positif, kecuali pada berhingga banyaknya titik ๐ง1, ๐ง2, โฆ , ๐ง๐, yang
masing-masing merupakan singularitas terasing ๐.
Maka :
โซ ๐(๐ง)๐๐ง = 2๐๐(๐ ๐๐ [๐, ๐ง1] + โฏ +๐ง
๐ถ
๐ ๐๐ [๐, ๐ง๐]
Gambar 7. 9 Teorema Residu
B U K T I
Karena setiap ๐ง๐ merupakan singularitas terasing ๐ di DI (๐ถ), kemungkinan untuk
menemukan lingkaran ๐ถ๐ , ๐ = 1, 2, โฆ , ๐, sedemikian sehingga masing-masing
keseluruhan terletak di DI (๐ถ), lingkaran-lingkaran tersebut berpusat pada ๐ง๐ yang
bersangkutan, tidak mengandung singularitas yang lain di bagian dalamnya, kecuali
๐ง๐ yang menjadi pusatnya, dan ia tidak melewati suatu singularitas ๐ yang lain
(perhatikan gambar 7.8). Maka, untuk setiap ๐ถ๐ yang berorientasi positif kita
mempunyai :
33
โซ ๐(๐ง)๐๐ง = 2๐๐ ๐ ๐๐ [๐, ๐ง๐]๐ง
๐ถ๐
Jadi, berdasarkan teorema anulus berganda (halaman 166), Kita mempunyai :
โซ ๐(๐ง)๐๐ง = โซ ๐(๐ง)๐๐ง + โซ ๐(๐ง)๐๐ง + โฏ + โซ ๐(๐ง)๐๐ง
= 2๐๐(๐ ๐๐ [๐, ๐ง1] + ๐ ๐๐ [๐, ๐ง2] + โฏ + ๐ ๐๐ [๐, ๐ง๐]
Teorema
Misalkan bahwa, ๐(๐ง) mempunyai kutub tingkat ๐ pada titik ๐ง0. Maka :
๐ ๐๐ [๐, ๐ง0] =1
(๐ โ 1)!lim
๐งโ๐ง0
๐(๐โ1)
๐๐ง(๐โ1)[(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง)]
B U K T I
Menurut hipotesis, ๐ mempunyai kutub tingkat ๐ pada ๐ง0. Maka dari itu :
๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐
โ
๐=โ๐
, ๐โ๐ โ 0
Dengan mengalikan kedua ruas ini dengan (๐ง โ ๐ง0)๐, diperoleh :
(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) = โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐+๐
โ
๐=โ๐
= ๐โ๐ + ๐โ๐+1(๐ง โ ๐ง0) + โฏ + ๐โ1(๐ง โ ๐ง0)๐โ1 + โฏ + โ ๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐+๐
โ
๐=0
yang merupakan deret Taylor, jadi suku demi suku dapat diintegralkan sebanyak
mungkin. Setelah mengambil (๐ โ 1) turunan, Kita mempunyai :
๐(๐โ1)
๐๐ง(๐โ1)[(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง)] = (๐ โ 1)! ๐โ1 + โ
๐(๐โ1)
๐๐ง(๐โ1)[๐๐(๐ง โ ๐ง0)๐+๐]
โ
๐=0
Sekarang, setiap suku pada deret terakhir ini mempunyai faktor (๐ง โ ๐ง0). Oleh
karena itu, jika Kita buat ๐ง โ ๐ง0, seluruh deret menjadi hilang. Jadi,
lim๐งโ๐ง0
๐(๐โ1)
๐๐ง(๐โ1)[(๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง)] = (๐ โ 1)! ๐โ1
34
SOAL LATIHAN
Petunjuk soal :
Tentukan penguraian deret untuk fungsi yang diberikan dalam daerah yang
dinyatakan!
1. 1
๐ง+3, |๐ง| > 3
2. 1
(๐ง+2)(๐งโ1), 1 < |๐ง โ 2| < 4
3. sin (1
๐ง) , 0 < |๐ง| < โ
4. 1
(๐ง+2)(๐งโ1), 4 < |๐ง โ 2| < โ
5. ๐๐งโ(๐ง+1)
๐ง3 , 0 < |๐ง| < โ
6. cos(๐งโ1)
๐งโ1, 0 < |๐ง โ 1| < โ
7. ๐1/๐ง2, 0 < |๐ง| < โ
8. sinh ๐ง
๐ง2 , 0 < |๐ง| < โ
9. 1
๐ง3โ2๐ง2+๐ง, 0 < |๐ง โ 1| < 1
10. 1
๐ง+
1
๐งโ1+
1
๐งโ๐, 0 < |๐ง| < 1
11. Tentukan penguraian deret untuk ๐(๐ง) = (๐ง โ ๐)โ๐ untuk ๐ = 1,2, di
dalam anulus |๐| < |๐ง| < โ.
12. Tentukan semua kemungkinan penguraian deret, dengan pusat pada ๐ = 0,
untuk ๐(๐ง) =1
๐ง2(๐งโ1)(๐งโ2)
13. Tentukan deret taylor untuk ๐(๐ง) =1
๐ง dengan pusat pada ๐ = 1. Kemudian
gunakan jawabanmu untuk mendapatkan deret Laurent untuk fungsi
๐(๐ง) = ๐งโ1(๐ง โ 1)โ2
di dalam anulus 0 < |๐ง โ 1| < 1.
14. Tentukan deret Laurent untuk fungsi ๐(๐ง) =1
๐ง+3, |๐ง| > 3 dengan
menggunakan prosedur berikut. Ambil ๐ง = ๐ค + 1, uraikan fungsi tersebut
dalam pangkat ๐ค, kemudian substitusi ๐ค = ๐ง โ 1 untuk mendaptkan
jawabannya.
15. Lengkapilah detil-detil yang dihilangkan pada bukti Teorema 7.1.
16. Uraikan setiap fungsi berikut sekeliling pusat koordinat dan tentukan daerah
konvergensinya untuk setiap kasus.
(a) ๐๐งโ1
๐ง (b)
sin ๐ง
๐ง
(c) cos(๐ง2)โ1
๐ง2 (d) ๐๐งโ(๐ง+1)
๐ง2
35
17. Perhatikan bahwa setiap penguraian deret pada soal 1
๐ง+3, |๐ง| > 3 merupakan
deret Taylor, yang oleh karenanya, konvergen pada pusatnya ๐ = 0. Tetapi pada
gilirannya, berarti bahwa setiap fungsi itu terdefenisikan dengan pada ๐ง = 0.
Tentukan nilai setiap fungsi itu pada ๐ง = 0 sehingga deret Taylornya akan
menyatakannya pada pusat koordinat.
Petunjuk soal : Tentukan jenis masing-masing singularitas fungsi yang diberikan.
Jika singularitas itu dapat dihilangkan, tentukan nilai fungsi itu pada titik yang
bersangkutan sedemikian sehingga ia akan analitik disana.
18. ๐ง2+1
๐ง
19. cos (1
๐ง)
20. ๐๐งโcos(๐งโ1)
๐งโ1
21. 1
(๐งโ1)(๐งโ2)2
22. cos ๐งโ1
๐ง2
23. cos(๐ง+๐)โ1
(๐ง+๐)4
24. 2
๐ง2 +3
๐งโ๐
25. ๐ง2โ3๐ง+2
๐งโ2
26. ๐ง3+2๐ง2โ1
๐ง+1
27. ๐2๐งโ1
๐ง4
Petunjuk soal :
Gunakan definisi kenolan maupun kriterium pada Catatan 1, pasal ini, untuk
menunjukkan bahwa, pada setiap kasus itu, titik yang diberikan merupakan kenolan
fungsi yang bersangkutan. Juga, pada setiap kasus, tentukan tingkat kenolan
tersebut.
28. ๐ง2 โ 1, ๐ง0 = โ1
29. ๐ง4 โ 2๐ง3 + 2๐ง โ 1, ๐ง0 = 1
30. sin ๐ง, ๐ง0 = 0
31. cos ๐ง, ๐ง0 =๐
2
36
32. Dalam hubungannya dengan Teorema 7.2., pelajarilah pembahasan yang
mendahului teorema tersebut. Kemudian, buktikan kebalikannya
(konversnya) : Jika (๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) mempunyai singularitas yang dapat
dihilangkan pada ๐ง0 dan jika lim (๐ง โ ๐ง0)๐๐(๐ง) โ 0, untuk ๐ง โ ๐ง0, maka
๐(๐ง) mempunyai kutub tingkat ๐ pada ๐ง0.
33. Berikan gambaran teorema Picard dengan membenarkan bahwa persamaan
๐1
๐ง = ๐ dipenuhi oleh tak berhingga banyak nilai ๐ง pada setiap sekitar ๐ง = 0
P E T U N J U K : Tulislah ๐ = ๐(๐
2+2๐๐)๐
34. Tunjukkan bahwa fungsi
๐(๐ง) =1
sin (๐2)
mempunyai tak berhingga banyak singularitas, hanya satu dari padanya tak
terasing.
35. Tentukan macam singularitas fungsi
๐(๐ง) =1
๐ง2(๐๐ง โ 1)
pada ๐ง = 0.
36. Selidikilah fungsi ๐(๐ง) = ๐ง ๐๐๐ ๐๐ ๐ง untuk singularitas pada ๐ง = 0. Jika
ada, sebutkan macamnya.
37. Buktikan bahwa jika ๐ง0 adalah kutub tingkat ๐ fungsi ๐(๐ง), maka ๐ง0
merupakan zero tingkat ๐ fungsi 1/๐ (๐ง).
38. Ulangi Pasal 28 melalui Kejadian 1 dan buktikan pernyataan yang dibuat
disana terhadap pengaruh bahwa jika ๐ง0 singularitas yang dapat
dipindahkan untuk ๐(๐ง), maka, dengan definisi yang sepantasnya, ๐ dapat
ditunjukkan menjadi analitik pada ๐ง0.
37
Petunjuk soal :
Tentukan residu fungsi yang diberikan pada setiap titik singularitasnya.
39. ๐2๐งโ1
๐ง 44.
sin(๐งโ1)
(๐งโ1)3
40. ๐ง2+1
๐งโ1 45.
๐ง๐๐ง
๐ง4โ๐ง2
41. (1โ๐ง2)๐2๐ง
๐ง4 46. tan ๐ง
๐ง3 , for |๐ง| < 1
42. sinh ๐ง
๐ง2 47. ๐๐ง
๐ง4โ๐ง2
43. ๐ง2โ1
(๐งโ2)(๐ง+1)(๐งโ๐) 49.
cos(๐งโ๐)+1
๐ง5
Petunjuk soal :
Hitunglah integral fungsi yang diberikan sepanjang lintasan masing-masing dengan
orientasi positif.
50. tan ๐ง
๐ง3 , |๐ง| = 1 55. ๐ง
๐ง4โ1, |๐ง| = 4
51. (๐ง2+1)๐๐ง
(๐ง+๐)(๐งโ1)3 , |๐ง| =1
2 56.
๐3๐ง+cos 2๐ง
๐ง(๐งโ1), |๐ง โ 1| = 2
52. (๐ง2+1)๐๐ง
(๐ง+๐)(๐งโ1)3 , |๐ง โ 2| = 3 57. tanh ๐ง , |๐ง| = 1
53. 1
๐ง2(๐งโ1)(๐ง+๐๐), |๐ง| = 2 58.
๐ง3
(๐ง4โ1)2 , |๐ง| = 2
54. ๐1
๐ง, |๐ง| = 6 59. ๐๐ง
๐ง3+2๐ง2โ๐ง, |๐ง| = 2
60. Buktikan akibat teorema pada halaman 261.
P E T U N J U K : ๐(๐ง) = (๐ง โ ๐ง0)โ(๐ง), dimana โ(๐ง0) โ 0. Maka gunakan
rumus Teorema 7.4 untuk ๐ = 1, dengan mengganti ๐ dengan ๐/๐.
61. Hitung integral ๐(๐ง) = sec๐ง
๐ง sekeliling lingkaran |๐ง| = 2, dengan orientasi
positif. (Perhatikan akibat Teorema pada bab sebelumnya).
38
SOAL EVALUASI
1. Tentukan penguraian deret untuk ๐(๐ง) =1
๐งโ๐ง2
a). pada 0 < |๐ง| < 1 b). pada |๐ง| > 1
c). pada 0 < |๐ง โ 1| < 1 d). pada |๐ง โ 1| > 1
2. Tentukan penguraian deret untuk ๐(๐ง) =1
๐ง2โ3๐ง+2
a). pada |๐ง| < 1 b). pada 1 < |๐ง| < 2
c). pada |๐ง| > 2 d). pada 0 < |๐ง โ 1| < 1
e). pada 0 < |๐ง โ 2| < 1
3. Jika ๐ถ: |๐ง| = 10, dijelajahi secara positif, gunakan residu untuk menghitung
โซ๐ง2 โ ๐ง + 1
(๐ง โ 1)(๐ง + 3)(๐ง โ 4)
๐
๐
๐๐ง
4. Jika ๐ถ: |๐ง โ ๐ง0| = 1, berorientasi positif, gunakan residu untuk menunjukkan
bahwa
โซ๐๐ง
๐ง โ ๐ง0= 2๐๐
๐
๐
5. Jika ๐ถ: |๐ง| = 2, berorientasi positif, tunjuukan bahwa :
โซsinh ๐ง
๐ง6๐๐ง
๐
๐
=๐๐
60
6. (a). Tunjukkan bahwa ๐(๐ง) = cosh ๐ง mempunyai kenolan sederhana (ialah,
kutub tingkat 1) pada ๐
2.
(b). Gunakan bagian (a) dan akibat Teorema 7.4., untuk mendapatkan
๐ ๐๐ [tanh ๐ง๐๐
2]
7. Tentukan ๐ ๐๐ [sinh ๐ง, 0]
8. Gunakan residu untuk menghitung โซ ๐ก๐โ๐
๐ ๐ง ๐๐ง, dimana ๐ถ: |๐ง โ 2๐| = 1,
berorientasi positif.
39
9. Hitung โซ๐๐๐ง
๐ง4+2๐ง2+1๐๐ง
๐
๐, dimana ๐ถ: |๐ง| = 2, dijelajahi secara positif.
10. Tentukan jenis singularitas ๐(๐ง) =๐2๐ง+cos 2๐งโ2
๐ง2 pada ๐ง = 0.
11. Tentukan ๐ ๐๐ [(๐ง โ 1)๐๐๐ ๐๐ ๐ง, 0] (Perhatikan soal 28.13).
12. Tentukan semua singularitas 1
cos ๐งโ1 dan tentukan jenisnya terasing atau tak
terasing.
13. Tentukan deret Laurent untuk ๐งโ3 pada |๐ง โ 1| > 1.
14. Tentukan ๐ ๐๐ [๐ก๐ ๐ง,๐
2].
15. Tentukan ๐ ๐๐ [๐๐ก๐ ๐ง,๐
2].
16. Bagian yang bermacam-macam pada soal ini, jika dilengkapi sepantasnya akan
membentuk suatu bukti bagi azas argument : Andaikan bahwa (1)โฒ. ๐(๐ง) pada dan
di dalam suatu lintasan tertutup sederhana ๐ถ yang berorientasi positif, kecuali pada
kutub yang banyaknya berhingga di ๐ท๐ผ (๐ถ); (2)โฒ. ๐(๐ง) tidak mempunyai kenolan
pada ๐ถ; (3). ๐๐ง adalah banyaknya kenolan ๐ di ๐ท๐ผ(๐ถ) dan ๐๐ adalah banyaknya
kutub ๐ di ๐ท๐ผ(๐ถ), dimana dalam menentukan ๐๐ง dan ๐๐ tingkat kutub dan kenolan
dihitung. Maka :
1
2๐๐โซ
๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง)
๐
๐
๐๐ง = ๐๐ง โ ๐๐
(a) Jika ๐ merupakan kenolan fungsi ๐ tingkat ๐ di ๐ท๐ผ(๐ถ), maka dengan
menggunakan Catatatn (1), hal.255, tunjukkan bahwa :
๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง)=
๐
๐ง โ ๐+
๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง)
dimana, ๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง) analitik pada ๐.
(b) Dari (a), simpulkan bahwa ๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง) mempunyai kutub tingkat 1 pada ๐. Jadi,
๐ ๐๐ [๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง), ๐ ] = ๐
(c) Jika ๐ merupakan kutub fungsi ๐ tingkat ๐ di ๐ท๐ผ(๐ถ), maka tunjukkan
dengan menggunakan Teorema 7.2 bahwa :
๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง)=
โ๐
๐ง โ ๐ +
โโฒ(๐ง)
โ(๐ง)
dimana, โโฒ(๐ง)
โ(๐ง) analitik di ๐.
40
(d) Seperti (b), simpulkan bahwa ๐ ๐๐ [๐โฒ(๐ง)
๐(๐ง), ๐ ] = โ๐.
(e) Ulangi proses di atas untuk setiap kutub dan setiap kenolan ๐ di ๐ท๐ผ(๐ถ)
untuk menentukan ๐๐ง dan ๐๐ karena itu lengkaplah buktinya.
17. Gunakan hasil dari soal nomor 1 untuk menghitung integral masing-masing
fungsi berikut sekeliling |๐ง| = 3, dijelajahi dalam arah positif.
(a) ๐(๐ง) =1
๐ง (b) ๐(๐ง) =
2๐ง
๐ง2+1
(c) ๐(๐ง) =๐ง
๐ง2โ1 (d) ๐(๐ง) =
1/(๐ง+1)2
๐ง/(๐ง+1)
18. Tentukan residu pada titik singular dari fungsi berikut :
a. ๐(๐ง) =๐ง
(๐งโ1)(๐ง+3) b. ๐(๐ง) =
๐ง+1
(๐งโ1)3(๐ง+3)2
c. ๐(๐ง) =cosh ๐ง
๐ง4โ1 d. ๐(๐ง) =
9๐ง+๐
๐ง3+๐ง
e. ๐(๐ง) =2๐งโ3
๐ง3+3๐ง2 f. ๐(๐ง) =โ๐ง2โ22๐ง+8
๐ง3โ5๐ง2+4๐ง
g. ๐(๐ง) =๐งโ1
sin ๐ง
19. Dengan menggunakan residu, hitunglah integral berikut
โฎ ๐(๐ง) ๐๐งc
๐ถ
, jika diketahui โถ
a. ๐(๐ง) =2๐งโ3
๐ง(๐ง+1); ๐engan ๐ถ: |๐ง| = 2 arah positif
b. ๐(๐ง) =1
๐ง6(1+๐ง)2 ; dengan ๐ถ: |๐ง| = 2 arah positif
c. ๐(๐ง) =2๐งโ3
๐ง3+3๐ง2 ; dengan ๐ถ: |๐ง| = 2 arah positif
d. ๐(๐ง) =๐ง
๐ง4โ1; dengan ๐ถ: |๐ง| = 4 arah positif
e. ๐(๐ง) =(๐ง2+1)๐๐ง
(๐ง+๐)(๐งโ1)3 ; dengan ๐ถ: |๐ง โ 2| = 3 arah positif
41
f. ๐(๐ง) =(๐ง2+1)๐๐ง
(๐ง+๐)(๐งโ1)3 ; dengan ๐ถ: |๐ง| = 1/2 arah positif
g. ๐(๐ง) =๐ง3
(๐ง4โ1)2 ; dengan ๐ถ: |๐ง| = 2 arah positif
20. Dengan menggunakan teorema Residu, selesaikanlah soal berikut :
50๐ง
๐ง3 + 2๐ง2 โ 7๐ง + 4=
50๐ง
(๐ง + 4)(๐ง โ 1)^2
simpel pole โถ โ4 &multiple pole โถ 1 (orde 2)
21. Dengan menggunakan teorema Residu, selesaikanlah soal berikut :
๐. โฎ4 โ 3๐ง
๐ง2 โ ๐ง๐๐ง
๐. โฎtan ๐ง
๐ง2 โ 1๐๐ง
๐. โซ๐๐ฅ
1 + ๐ฅ4
โ
0
22. Uraikan fungsi ๐(๐ง) =1
๐ง3โ2๐ง2+๐ง dalam deret Laurent untuk daerah konvergensi
0 < |๐ง โ 1| < 1.
23. Uraikan fungsi 1
(๐ง+2)(๐งโ1) dalam deret Laurent untuk daerah 4 < |๐ง โ 2| < โ.
24. Uraikan fungsi 1
๐ง+3 dalam deret Laurent untuk daerah konvergensi |๐ง| > 3.
25. Uraikan fungsi ๐(๐ง) = sin (1
๐ง) dalam deret Laurent untuk daerah konvergensi
|๐ง| > 0.
42
INDEKS
D
deret, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,
13, 16, 17, 19, 24, 25, 30, 33, 34,
35, 38, 39, 41, 43
deret Laurent, 1, 3, 4, 8, 34
deret Taylor, 1, 3, 4, 8, 9, 12, 13, 16,
19, 33, 35
F
fungsi analitik, 1, 5, 16, 17, 43
K
konvergen, 1, 4, 5, 8, 9, 18, 35, 43
P
pecahan parsial, 9, 43
43
GLOSARIUM
deret adalah bentuk penjumlahan yang terdiri atas suku-suku barisan bilangan yang
tersusun secara berurutan.
deret Laurent merupakan bentuk umum dari Deret Taylor yang memuat bentuk
(๐ง โ ๐ง0) berpangkat bilangan bulat negatif ditambah dengan (๐ง โ ๐ง0) berpangkat
bilangan bulat positif (berhingga atau tak berhingga).
deret Taylor adalah representasi dari fungsi matematika yakni sebagai
penjumlahan tak hingga dari suku-suku yang nilainya dihitung dari turunan fungsi
tersebut di suatu titik.
fungsi analitik adalah funsi yang apabila di suatu dominan tertentu terdefenisi dan
dapat diturunkan pada setiap titik dari dominan tersebut.
konvergen artinya adalah memusat atau tidak menyebar.
pecahan parsial adalah pecahan berbentuk fungsi rasional (polinomial) yang
merupakan hasil dari penguraian fungsi rasional yang lebih kompleks.
44
DAFTAR PUSTAKA
A. Suhendra, R.Asworowati, T. I. (2020). Buku Materi Pembelajaran Pemograman
Linear.
Halomoan, J. (2019a). Geometri-I.
Halomoan, J. (2019b). Modul TURUNAN.
Halomoan, J. (2020). Dinamika Pendidikan.
Hamzah, A. (2020). Modul Kalkulus Lanjut.
K. Belajar, L. Di, K. D. et al. (2014). Modul Geometri II (Geometri Analitik dan
Transformasi).
Kusni. (2008). Modul Geometri I (Geometri Datar dan Ruang).
Lestari, D. (2013). Deret+Laurentx.
Lumbantoruan, J. H. (2019a). Buku Materi Pembelajaran Matematika Dasar.
Lumbantoruan, J. H. (2019b). Disusun Olehโฏ: Jitu Halomoan Lumbantoruan, S.Pd.,
M.Pd 2019.
Lumbantoruan, J. H. (2019c). Pengembangan Bahan Ajar Persamaan Diferensial
Berbasis Model Brown. Jurnal EduMatSains, 3(2), 147โ168.
Lumbantoruan, J. H. (2019d). Pengembangan Bahan Ajar Persamaan Diferensial
Berbasis Model Brown Di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
Keguruan Dan IlmuPendidikan Universitas Kristen Indonesia Tahun 2017 /
2018. Jurnal EduMatsains, 3(2), 147โ168.
Lumbantoruan, J. H., & Natalia, S. (2021). Solid State Technology Volume: 64
Issue: 2 Publication Year: 2021. Solid State Technology, 64(2), 4427โ4444.
Male, H., & Lumbantoruan, J. H. (2021). Studentsโ Perceptions and Attitudes
Towards Statistics. Proceedings of the 2nd Annual Conference on Blended
Learning, Educational Technology and Innovation (ACBLETI 2020),
560(Acbleti 2020), 507โ513. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210615.095
Monks, F. ., Knoers, A. M. ., & Haditono, S. R. (2006). Psikologi Perkembangan.
390.
P. A., S., & Lumbantoruan, J. H. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran
Matematika Berbasis Articulate Storyline Pada Materi Bangun Ruang Sisi
Datar Kelas VIII. Edumatsains, 1(1), 35โ49.