Page 1
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES
ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM
KARAKTER PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL
EKONOMI ORANG TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Desvina Br Ginting
NIM : 151114064
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
i
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES
ASESMEN HASILPENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM
KARAKTER PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL
EKONOMI ORANG TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
Desvina Br Ginting
NIM : 151114064
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
iv
Halaman Persembahan
Karya skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Bapak Kesatria Ginting dan Mamak Arlin Br Tarigan
Kakak Paskawati Br Ginting, Kakak Asa Rehulina Br Ginting, dan Kakak Krista Br Ginting
Abangku Junedy Tarigan, abangku Surya Dinata Sinulingga, dan abangku Targin Tarigan
Adikku Yediza Isakar Ginting
Kekasihku Adinta Fernando Purba
Sahabat-Sahabatku Agustin, Prisma, Ika, Cici, Yulinda, Dewi Terkasih
Almamaterku yang Tercinta
Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Desvina Br Ginting
Nomor Mahasiswa :151114064
Dngan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES
ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM
KARAKTER PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL
EKONOMI ORANG TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalty
kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
vii
ABSTRAK
VALIDASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SOAL TES ASESMEN HASIL
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS FILM KARAKTER
PADA SISWA BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG
TUANYA DI 10 SMP DI INDONESIA
Desvina Br Ginting
Universitas Sanata Dharma
2019
Penelitian ini bertujuan: 1) menghasilkan soal tes asesmen hasil pendidikan
karakter berbasis film karakter; 2) mengukur kualitas soal-soal tes yang dihasilkan; 3)
menganalisis efektivitas soal tes tersebut menurut penilaian siswa pada 10 SMP di
Indonesia; 4) mengukur capaian hasil pendidikan karakter siswa dengan menggunakan
soal tes tersebut pada 10 SMP di Indonesia; 5) menganalisis perbedaan penilaian siswa
berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya terhadap efektivitas penggunaan soal tes
yang dikembangkan tersebut; 6) mengukur perbedaan capaian hasil pendidikan karakter
untuk siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and
Development). Subjek penelitian adalah siswa kelas VII dan VIII di 10 SMP yang
berjumlah 660 siswa. Objek penelitian ini adalah soal tes asesmen hasil pendidikan
karakter.Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan soal tes
asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter dan kuesioner validasi
efektivitas. Teknik uji kualitas butir soal tes menggunakan pendekatan teknik faktor
analisis konfirmatori, perbedaan penilaian siswa terhadap efektivitas penggunaan soal
pada siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya dianalisis dengan teknik Chis-
Square dan perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa berdasarkan status sosial
ekonomi orang tuanya dengan analisis varians.
Hasil penelitian: 1) dihasilkan 88 item soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter; 2) kualitas soal tes karakter terbukti valid sebanyak 81 item soal
dan reliabel dengan indeks reliabilitas 0,933 (sangat baik); 3) menurut penilaian siswa
bahwa produk soal tes tersebut sangat efektif; 4) hasil pendidikan karakter dengan
menggunakan produk soal tes tersebut diperoleh data 51,2% siswa dalam kategori baik
dan 48,8% siswa dalam kategori cukup baik; 5) siswa berdasarkan status sosial ekonomi
orang tuanya tidak terdapat perbedaan dalam 30 item kualitas efektivitas, artinya soal tes
tersebut efektif digunakan pada siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuanya; 6)
tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap capaian hasil pendidikan karakter pada
siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya.
Kata kunci: validasi efektivitas, validitas, reliabilitas, capaian hasil pendidikan karakter,
status sosial ekonomi orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
viii
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS VALIDATION OF THE CHARACTER
EDUCATION BASED ON CHARACTER MOVIE ASSESSMENT
TESTUSAGE ON STUDENTS BASED ON THEIR PARENTS’ SOCIO-
ECONOMIC STATUS FROM TEN SMP (JUNIOR HIGH) IN INDONESIA
Desvina Br Ginting
Sanata Dharma University
2019
This study was aimed to: 1) produce an assessment test of the results of character
movie-based character education; 2) measure the quality of the produced test items;
3)analyze the effectiveness of the test according to students in 10 junior high schools in
Indonesia; 4) measure in character education achievement using the assessments test in
10 junior high schools in Indonesia; 5) analyze the asessment differences in the students
assessment based on their parents' socio-economic status on the effectiveness of the
developed test items; 6) measure the differences in the students achievement on character
education based on their parents' socio-economic status on the usage of character
movie-based character education asessment test the bieng devoloped .
The type of the research was research and development study. The research subjects were
students of class VII and VIII in 10 junior high schools with total subjects was 660
students the object of this research was character movie-based character education result
asessment test. Data collection instrument used in this study was the character movie-
based character education result asessment test and effectiveness validation
questionnaire. The quality test technique used for the test items was a confirmatory
analysis factor approach the difference in students’ asessment for students based on their
parents’ socio-economic status was measured using Chis-Square technique and the
difference in the students’ achievement of character education outcomes for students
based on their parents’ socio-economic status was measure using the Analyze of
Varience.
The results of the study were: 1) 88 items of character movie-based character
education result asesment test were abtained t; 2) the qualitytest of character test items
shows that 81test questions were vakid and reliability index of 0.933 (very good) using
Alpha Cronbach technique; 3) according to students’ asessment towards the asessment
test, the was considered as very effectiv; 4) character education achievement that tested
using the test showed that there were 51,2% students’ were in the good character
category and 48,8% students were in the quite good character; 5) according to the
students’ asessment on students with parents’ that have high, medium and low socio-
economic status, there were 32 items effectivity, is means the asessment test of the
character movie-based character result was effectively used by students’ based on their
parents’ socio-economic status.; 6) there is no significant difference in the achievement of
character education outcomes for students based on their parents’ socio-economic status.
Keywords: effectiveness validation, validity, reliability, achievement of character education, parents’ socio-economic status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. .....................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO. ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN. ................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. .......................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. ......................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. x
DAFTAR ISI. ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN . ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang masalah . ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah. ......................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah atau Fokus Masalah. ...................................................... 8
D. Rumusan Masalah. ............................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian. ............................................................................................. 10
F. Manfaat Penelitian. ........................................................................................... 11
1. Manfaat Teoritis . ....................................................................................... 11
2. Manfaat Praktis. ......................................................................................... 11
G. Batasan Istilah. .................................................................................................. 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA . .................................................................................. 15
A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah . ..................................................... 15
1. Pengertian Karakter. .................................................................................. 15
2. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................................... 19
3. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ................... 20
4. Nilai-nilai yang Ditanamkan dalam Pendidikan ..................................... 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xii
5. Nilai-nilai yang Ditanamkan dalam Pendidikan Karakter ............................. 26
B. Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes. ............................................................ 29
1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes. ................................................. 29
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ..................................................................... 32
3. Ruang Lingkup Asesmen ............................................................................. 34
4. Prinsip-prinsip Asesmen ........................................................................... 34
5. Jenis-Jenis Asesmen .................................................................................. 37
6. Teknik-teknik Asesmen ............................................................................. 40
7. Tes sebagai Teknk Asesmen ..................................................................... 42
C. Asesmen Pendidikan Karakter. ....................................................................... 43
1. Pengertian Asesmen Pendidikan Karakter .............................................. 43
2. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter .................................................. 43
3. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter ........................................ 44
4. Sistem Penilaian Karakter Menurut Pedoman 2010............................... 45
5. Kekuatan dan Kelemahan Tes ................................................................. 48
6. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan tes dalam Pendidikan
Karakter ...................................................................................................... 55
7. Hambatan-hambatan dan Kesulitan asesmen Pendidikan Karakter
di Indonesia ................................................................................................. 62
D. Media Film Dalam Pendidikan Karakter. ...................................................... 66
1. Karakteristik Media Film Karakter .......................................................... 66
2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter ............... 67
3. Prinsip-prinsip Penggunanan Media Film dalam Pendidikan Karakter ........ 68
4. Film sebagai Media Asesmen ................................................................... 69
E. Hakikat Status Sosial Ekonomi ....................................................................... 70
1. Pengertian Status, Sosial, dan Ekonomi . ................................................ 70
2. Klasifikasi Status Sosial Ekonomi ........................................................... 74
3. Tingkat Status Sosial Ekonomi ..................................................................... 75
F. Kajian Penalitian yang Relevan. ..................................................................... 76
G. Kerangka Pikir. ................................................................................................. 77
H. Hipotesis ............................................................................................................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiii
BAB III METODE PENELITIAN . ....................................................................... 80
A. Model Penelitian dan Pengembangan ........................................................... 80
B. Prosedur Pengembangan ............................................................................... 84
1. Revisi Oprasional Produk ........................................................................ 85
2. Uji Lapangan Produk ............................................................................... 86
C. Uji Coba Pemakaian Produk ......................................................................... 87
1. Uji Coba Desain ...................................................................................... 87
2. Tempat penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ......................................... 87
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 90
1.Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 90
2. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................... 91
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 104
A. Hasil Penelitian ............................................................................................... 104
B. Pembahasan ..................................................................................................... 123
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 134
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 144
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 136
C. Saran ............................................................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 139
LAMPIRAN ............................................................................................................... 144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1Tempat Penelitian ............................................................................................. 88
Tabel 3.2 Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian ................................................................. 88
Tabel 3.3 Waktu Penelitian ............................................................................................. 89
Tabel 3.4 Variabel laten, aspek yang diukur, skala dan data instrumen yang
digunakan ........................................................................................................................ 92
Tabel 3.5 Norma Kategorisasi PAP Tipe 1 .................................................................... 100
Tabel 3.6 Norma Kategorisasi ....................................................................................... 101
Tabel 4.1 Hasil Analisis Faktor Variabel 1 .................................................................... 107
Tabel 4.2 Total variance Explained ............................................................................... 107
Tabel 4.3Rototed Component Matrix ............................................................................ 108
Tabel 4.4 Hasil Analisis Faktor Variabel 2 dan 3 .......................................................... 108
Tabel 4.5 Total variance Explained ............................................................................... 109
Tabel 4.6 Rototed Component Matrix ........................................................................... 110
Tabel 4.7 Hasil Analisis Faktor Variabel 4 .................................................................... 112
Tabel 4.8 Total variance Explained ............................................................................... 112
Tabel 4.9 Rototed Component Matrix ........................................................................... 113
Tabel 4.10 Hasil Analisis Faktor Variabel 4 .................................................................. 113
Tabel 4.11Total variance Explained .............................................................................. 113
Tabel 4.12 Rototed Component Matrix ......................................................................... 114
Tabel 4.13 Reliabilitas ................................................................................................... 115
Tabel 4.14 Scale All Variabeles .................................................................................... 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
xv
Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil
Pendidikan Karakter .......................................................................... 116
Tabel 4.16 Kategorisasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil
Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian
Siswa pada Beberapa SMP di Indonesia .............................................. 118
Tabel 4.17 Rumus Norma Tiga Kategorisasi .............................................................. 119
Tabel 4.18 Pengkategorisasian ..................................................................................... 119
Tabel 4.19 Kategori Capaian Hasil Pendidikan Karakter .................................. 120
Tabel 4.20 Persentase Penilaian Siswa terhadap penggunana Soal Tes Asesmen
Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orang Tuannya........................................... 120
Tabel 4.21 Deskripsi Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa ...................... 123
Tabel 4.22 Tes AnovaHasil Pendidikan Karakter Siswa .................................... 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Karakter ..................................................................... 18
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter Berbasis Film Karaker ....................................................................... 78
Gambar 3. 1 Bagan Prosedur Pengembangan (Borg and Gall, 1998) ......... 84
Gambar 3. 2 Rumus Norma Tiga Kategorisasi ................................................. 101
Gambar 4.1 Contoh Potongan Film Soal Tes Hasil Pendidikan Karakter ......... 106
Gambar 4.2 DVD Dokumentasi Soal Tes Hasil Pendidikan Karakter ...... 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
xvii
Daftar Lampiran
Lampiran 1 Tabulasi Efektivitas ............................................................................. 147
Lampiran 2 Tabulasi Capaian Hail ......................................................................... 157
Lampiran 3 Tabulas Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 170
Lampiran 4 Lampiran Perbedaan Penilaian Siswa Terhadap Penggunaan Soal Tes
Asesmen Hasil Pendidikan Karakter ............................................................................. 174
Lampiran 5 Lembar Jawab ...................................................................................... 185
Lampiran 6 Lembar Penilaian ................................................................................. 186
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian .............................................................................. 187
Lampiran 8 MoU ....................................................................................................... 188
Lampiran 9 Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian ......................... 189
Lampiran 10 Daftar Hadir ........................................................................................ 190
Lampiran 11 Dokumentasi ....................................................................................... 194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
batasan istilah. Paparan bersifat singkat, ringkas dan padat.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sesungguhnya merupakan suatu usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut tentunya sejalan dengan
Undang-Undang Nomor. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Pendidikan Nasional
yang menyatakan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab” Kemendiknas, (2010). Oleh sebab itu,
diperlukannya evaluasi atau penilaian mengenai hasil pelaksanaan pendidikan
karakter di sekolah-sekolah.
Lalu, bagaimana selama ini guru-guru melakukan evaluasi terhadap
hasil pendidikan karakter? Apakah evaluasi yang dilakukan sudah memenuhi
standar yang baik? Apakah sudah cukup efektif evaluasi yang dilakukan
untuk mengukur karakter peserta didik? Kenyataannya pemerintah belum
mengembangkan pengukuran atau alat tes atau model evaluasi yang
digunakan untuk menilai hasil pendidikan karakter siswa di sekolah terutama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
2
di SMP. Kalaupun ada, model evaluasi yang digunakan hanya mengukur
sebatas pada skala sikap dan berhenti pada skala kognitif saja, mestinya
capaian pendidikan diukur sampai pada takaran tindakan. Maka, tidak heran
apabila masih banyak penyimpangan perilaku di kalangan pelajar seperti:
mencontek, klitih, tindakan kriminalitas, bullying, berkata-kata kasar,
melawan orang tua, dan kejadian pada 11 Februari 2018 lalu dimana ada
tawuran antar-remaja di Ciracas, pelajar SD dan SMP tewas.
(Barus, 2016) mengatakan “perlu dilakukan evaluasi komprehensif
tentang keterlaksanan, hambatan-hambatan, dan efektivitas pendidikan
karakter yang telah berlangsung”. Maka dari itu, untuk melakukan evaluasi
dibutuhkan juga proses penilaian (asesmen) dan hasil tes. Guna memperoleh
hasil tes tentunya dibutuhkan suatu alat pendukung berupa alat tes atau alat
ukur yang memadai agar dapat mengetahui sejauh mana pendidikan karakter
sudah berjalan secara efektif di sekolah. Sayangnya, dalam pendidikan
karakter di Indonesia masih minim perhatian dari pemerintah dalam
penggunaan alat tes penilaian karakter peserta didik. Hal itu nampak dari
belum tersediannya model evaluasi yang digunakan untuk menilai pendidikan
karakter peserta didik. Kalaupun ada, model evaluasi yang digunakan hanya
mengukur sebatas pada skala sikap dan berhenti pada skala kognitif saja,
mestinya capaian pendidikan diukur sampai pada tataran tindakan.
Selama ini model evaluasi hanya dalam bentuk observasi, skala sikap,
dan penerapan sistem poin, yang tentunya memiliki kelemahan dan
subjektifitas. Barus (2016) mengungkapkan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
3
Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran
pelanggaran „kejahatan‟ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar
sangat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil pandangan
yang sepenuhnya negative pada anak dengan menganggap bahwa anak
dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk
memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan
langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin.
Maka untuk itu, tim penelitian sosial, humaniora dan pendidikan (PSHP)
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma merancang suatu
model evaluasi hasil pendidikan karakter.
Model pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan
Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning telah
dikembangkan melalui penelitian Stranas tahun 2014-2016 tentang prototipe
soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Penelitian
tahun 2014-2016 membuktikan bahwa 440 soal karakter yang di uji ternyata
valid, reliabilitasnya sangat bagus, memiliki daya beda yang baik, dan
memiliki tingkat kesukaran yang berdiferensiasi. Soal-soal yang
dikembangkan sudah memberikan bukti cukup baik, namun pengujian
efektivitasnya perlu dilanjutkan dan diujikan pada wilayah yang lebih luas.
Sedangkan, model asesmen/evaluasinya belum dikembangkan.
Model pendidikan karakter hasil pengembangan tahun 2014-2016
tersebut perlu diinternalisasikan pada skala nasional. Untuk itu, diterbitkan
Buku Pendidikan Karakter di SMP jilid 1, 2, dan 3 (ber-ISBN) dan
dipublikasikan secara nasional. Sambil membangun legitimasi dan gerakan
habitualisasi produk penelitian tersebut pada 10 SMP secara nasional,
sustainabilitas proses penelitian pengembangan ini perlu dilanjutkan dengan
penguatan sistem penilaiannya dan ditargetkan dapat menghasilkan produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
4
berupa Model Asesmen Pendidikan Karakter di SMP Berbasis Media Film
Karakter, yang diharapkan dapat digunakan guru mata pelajaran dan
khususnya guru BK dalam melaksanakan asesmen pendidikan karakter yang
lebih efektif, objektif, valid, praktis, dan berkeadilan di SMP (Barus, 2017).
Bila meninjau dari hasil penelitia Barus (2017) yang menjelaskan bahwa:
“most of the respondents (73%) acknowledge that the character
education assessment is very important, while 25% of 51 teacher
considered the assessment as important and only 1 person (2%) rated it
as less important,” artinya, asesmen hasil pendidikan karakter dianggap
penting oleh (73%) responden hal tersebut penting untuk mengetahui
tingkat manakah perilaku peserta didik yang tercermin berkarakter
mengalami peningkatan dan sampai tingkat manakah peserta didik
berkembang dalam hal mempraktikan karakter tersebut. Upaya untuk
mengukur keberhasilan pendidikan karakter memang bukanlah hal yang
mudah. Banyak tantangan dan aspek-aspek yang perlu untuk
diperhitungan dan dipertimbangan dalam menilai karakter siswa. Aspek-
aspek seperti latar belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, pekerjaan,
status sosial ekonomi dan aspek psikologi perkembangan. Aspek-aspek
tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi penyerapan pendidikan
karakter yang diberikan oleh keluarga, sekolah bahkan lingkungan sekitar
anak bertumbuh.
Banyak tantangan dan aspek-aspek yang perlu untuk diperhitungkan
dan dipertimbangkan dalam menilai karakter siswa. Aspek-aspek seperti latar
belakang keluarga, lokasi tempat tinggal, pekerjaan orang tua, perekonomian,
latar belakang pendidikan orang tua, suku, dan status orang tua. Perbedaan
ini terdapat dalam diri siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya tinggi,
sedang, dan rendah menaruh perhatian atau menginternalisasi pentingnya
pendidikan karakter yang akan membentuk karakter dirinya dan karakter
orang-orang di sekitarnya.
Apabila melihat status sosial ekonomi orang tua yang sangat tinggi
kadang kita mengangap tingkat penyerapan pendidikan karakternya menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
5
lebih tinggi dari pada siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya sedang ,
dan status sosial ekonomi yang rendah. Keluarga merupakan tempat
pembentukan karakter anak yang utama, terlebih pada masa-masa awal
pertumbuhan mereka pada tahap remaja. Hal ini di dukukung dengan
pendapat Gerungan (2004) yang menyatakan bahwa keadaan status sosial
orang tua mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, adanya
perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak dalam
keluarga lebih luas maka dapat memberikan kesempatan untuk
mengembangkan berbagai kecakapan.
Maka Tim Peneliti Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP)
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Barus (2017) merancang
suatu model evaluasi dalam bentuk tes berbasis film. Barus (2017) menegaskan
model pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal
Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning telah dikembangkan
melalui penelitian Stranas tahun 2014-2016, namun model penilaiannya belum
dikembangkan. Tim pengembang asesmen hasil pendidikan karakter telah
berhasil menyusun 440 soal tes hasil pendidikan karakter dan dalam pengujian
terbatas ternyata valid, reliabilitasnya sangat bagus, memiliki daya beda yang
baik, dan memiliki tingkat kesukaran yang berdiferensiasi. Soal-soal yang
dikembangkan sudah memberikan bukti cukup baik, namun pengujian kualitas
dan efektivitasnya perlu dilanjutkan dan diuji pada wilayah yang lebih luas.
Media film ini dipilih karena film lebih menggambarkan aspek sikap,
afeksi, akomodasi, dan perilaku berkarakter yang dapat menginternalisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
6
dibandingkan dengan pengukuran metode lainnya. Sesuai dengan kekuatan
film menurut Kustandi & Sutjipto (2013) bahwa film dapat menyajikan suatu
proses dengan lebih efektif dibandingkan dengan media lain, film dapat
melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika
membaca, berdiskusi, dan praktik. Film ini berdurasi 1-2 menit yang
memvisualisasikan dilema moral, berdasarkan film tersebut siswa diminta
untuk menjawab soal-soal yang menyertainya.
Penggunaan evaluasi berbasis film dirasa efektif karena langsung
menyentuh pada dilema-dilema moral remaja. Film-film yang akanditampilkan
sesuai dengan nilai-nilai karakter peserta didik di SMP untuk lebih secara nyata
merasakan dan memahami dilema moral yang terjadi. Sehingga yang dinilai
bukan hanya perilaku anak yang bermasalah saja, namun semua peserta didik
yang ada di sekolah. Tidak ada lagi penilaian objektivitas (like and dislike) dan
tidak ada lagi kelemahan-kelemahan observasi yang dapat ditutupi oleh guru.
Berdasarkan telah kebutuhan di atas, peneliti sebagai mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma bersama tim pada
kesempatan ini peneliti ingin melanjutkan tahapan penelitian dan
pengembangan (Research and Development) yang sudah terlebih dahulu di
dilakukan oleh Tim Penelitian Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP)
Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma (2017)
sampai pada tahap ke 6. Oleh sebab itu, peneliti ingin melanjutkan pengujian
produk tahap ke 7 dan 8, yaitu Revisi Produk dan Uji Coba Pemakaian dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
7
mengangkat topik tentang Analisis Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes
Asesmen Hasil Pendidikan Karakter di SMP.
Penelitian ini akan memasuki tahapan diseminasi model dan hilirisasi
produk. Dari hasil penelitian sebelumnya belum diketahui efektivitas soal tes
ini dilihat berdasarkan status sosial ekonomi orang tua. Maka peneliti tertarik
untuk mengangkat judul “Validasi Efektifitas Penggunaan Soal Tes
Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter pada Siswa
Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orang Tuanya di 10 SMP di
Indonesia”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah di atas, dapat
diidentifikasi berbagai masalah, sebagai berikut:
1. Penilaian karakter siswa kebanyakan mengandalkan observasi, kurang
objektif dan kurang berkeadilan dalam menilai karakter siswa, guru
hanya menerapkan sistem penilaian dengan mengira-ngira saja dan besar
kemungkinan mengandung unsur subjektifitas yang tinggi atau like and
dislike.
2. Penilaian pendidikan karakter yang ada terlalu fokus mengukur peserta
didik yang bermasalah saja dan tidak menyeluruh.
3. Para guru belum mengenal cara lain untuk mengukur karakter peserta
didik dan belum menyentuh model pengukuran berbasis tes film karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
8
4. Sampai sekarang pelaksanaan pendidikan karakter, terutama di SMP
masih berada dalam tahap pengetahuan/kognitif dan belum sampai pada
tahap internalisasi kehidupan sehari-hari.
5. Model evaluasi yang dilakukan selama ini hanya menggunakan paper
based test, wawancara/tanya jawab, cerita, observasi, penilaian diri, dan
pengamatan. Hal ini dinilai kurang optimal, sehingga peserta didik
kurang menghayati/menginternalisasi dalam kehidupan mereka.
6. Belum pernah dilakukan evaluasi pendidikan karakter berbasis film pada
siswa berdasarkan latar belakang status sosial ekonomi orang tua.
7. Beberapa SMP di Indonesia belum pernah melaksanakan model
pengukuran karakter menggunakan soal tes asesmen penelitian
pendidikan karakter berbasis film.
8. Penggunaan film dirasa cukup efektif dalam memperkenalkan kasus-
kasus degradasi moral, dilema moral, dan pertentangan nilai yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari pada siswa SMP, dibandingkan
hanya dengan menyebar kuesioner, wawancara, ataupun cerita kepada
peserta didik.
C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan mengingat berbagai
keterbatasan peneliti, maka fokus kajian diarahkan untuk menjawab masalah-
masalah pada butir 7, 8, dan 11. Fokus penelitian ini diarahkan pada tahap
pengembangan dan uji penggunaan alat dan evaluasi efektifitas soal tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
9
pendidikan karakter siswa berbasis film pada wilayah yang lebih luas dengan
karakteristik (status sosial ekonomi orang tua.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan permasalahan
yang menjadi fokus penelitian dan pengembangan (research and
development) sebagai berikut:
1. Seperti apa produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis
film karakter yang di ujicobakan di 10 SMP di Indonesia ?
2. Seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian pendidikan
karakter berbasis film karakter yang di ujicobakan di 10 SMP di
Indonesia?
3. Menurut penilaian siswa kualitas efektifitas apa saja yang terpenuhi
dalam soal tes asesmen yang dikembangkan tersebut?
4. Seperti apa capaian hasil pendidikan karakter siswa yang diukur dengan
menggunakan soal tes yang dikembangkan tersebut pada sepuluh di 10
SMP di Indonesia ?
5. Apakah terdapat perbedaan penilaian siswa dari status sosial ekonomi
orang tua terhadap efektifitas penggunaan soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter berbasis film karakter di Indonesia ?
6. Apakah terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter
berdasarkan status sosial ekonomi orang tua dengan menggunakan
produk soal tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
10
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghasilkan soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis film
karakter yang diujicobakan di 10 SMP di Indonesia.
2. Mengukur seberapa baik kualitas soal-soal tes asesmen hasil penelitian
pendidikan karakter berbasis film yang dikembangkan berdasarkan nilai
validitas dan reliabilitas.
3. Memperoleh informasi mengenai nilai-nilai efektifitas yang terbukti
sangat efektif, efektif, dan cukup efektif menurut penilaian siswa dalam
penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film
karakter menurut penilaian siswa di 10 SMP di Indonesia.
4. Memperoleh informasi mengenai capaian hasil pendidikan karakter yang
diukur dengan menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter di 10 SMP di Indonesia.
5. Memperoleh informasi mengenai perbedaan penilaian siswa dari status
sosial ekonomi orang tua terhadap efektifitas penggunaan soal tes
asesmen pendidikan karakter berbasis film karakter di 10 SMP di
Indonesia.
6. Memperoleh informasi mengenai perbedaan hasil pendidikan karakter
dari soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter
berdasarkan status sosial ekonomi orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
11
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk semua pihak, baik itu
manfaat secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan bahan
kajian tentang efektivitas penilaian karakter siswa di SMP serta
diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian
serupa terutama pada ranah pendidikan karakter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini memberikan sumbangan mengenai
evaluasi/penilaian pengukuran pendidikan karakter menggunakan soal
tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter. Selain
itu penelitian ini juga dilaksanakan dalam rangka untuk
perbaikan/optimalisasi sistem penilaian dan pelaksanaan pendidikan
karakter di Indonesia.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi kepala
sekolah dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam
pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Bagi guru pendidik
karakter (konselor sekolah/guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP,
proses dan produk penelitian pengembangan ini diharapkan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
12
memberikan suatu model asesmen pendidikan karakter berbasis media
film yang lebih efektif (fisibel, realistik, ekonomis, relatif praktis dan
mudah digunakan) untuk mengukur hasil pendidikan karakter di
sekolah.
c. Bagi lembaga pendidikan
Prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk pengembangan
konsep bimbingan dan konseling pendidikan karakter di sekolah,
kususnya di SMP.
d. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui, memahami efektifitas model
penilaian pendidikan karakter melalui soal tes asesmen pendidikan
karakter berbasis film. Selain itu peneliti juga berkesempatan untuk
membuat dan mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan karakter
berbasis media film di sekolah.
e. Bagi peneliti lain
Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh penelitia lain
sebagai refrensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik
pendidikan karakter di sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat
digunakan peneliti lain sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi
peneliti yang berminat meneliti pengembangan soal tes hasil
pendidikan karakter berbasis media film guna meningkatkan karakter
positif peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
13
G. BATASAN ISTILAH
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Efektivitas adalah suatu keadaan/kondisi untuk mengukur kegiatan
tertentu apakah dapat berhasil sesuai dengan target yang telah ditentukan
atau tidak. Target tersebut dapat dilihat melalui kuantitas, kualitas, dan
waktu pelaksanaan kegiataan, dimana ketika semakin tinggi presentase
target yang dicapai maka efektivitasnya juga akan semakin tinggi.
2. Soal tes adalah seperangkat pernyataan/pertanyaan yang berbentuk
dilema moral dan memuat beberapa pertanyaan seputar pendidikan
karakter untuk mengukur perilaku secara objektif.
3. Asesmen hasil adalah merupakan proses untuk mengetahui apakah proses
dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau
kriteria yang ditetapkan.
4. Pendidikan karakter adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga
sekolah melalui guru yang memiliki tujuan untuk membentuk karakter
pribadi siswa secara otentik dan mengarah pada perilaku/karakter yang
baik demi kemajuan penerus bangsa.
5. Penggunaan film sebagai media film adalah potongan-potongan video
yang berkaitan dengan dilema moral pada kebanyakan anak SMP dan
dapat mengukur tentang sejauh mana siswa menginternalisasi video
tersebut dalam kehidupannya.
6. Status sosial ekonomi tinggi adalah golongan kaya raya seperti golongan
konglomerat, kelompok eksekutif, dan sebagainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
14
7. Status sosial ekonomi sedang adalah kaum profesional dan para pemilik
toko dan bisnis yang lebih kecil.
8. Status sosial ekonomi rendah adalah golongan yang memperoleh
pendapatan atau penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang
jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pokok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori yang dijadikan dasar untuk membangun
kerangka konseptual. Berdasarkan judul penelitian, maka dalam bab ini peneliti
mengemukakan beberapa konsep yang berhubungan dengan variabel penelitian,
yaitu hakikat pendidikan karakter di sekolah; hakikat evaluasi, asesmen dan tes;
hakikat asesmen pendidikan karakter di sekolah; media film dalam pendidikan
karakter; hakikat status sosial ekonomi; kajian penelitian yang relevan, dan
kerangka pikir.
A. Hakikat Pendidikan Karakter di Sekolah
1. Pengertian Karakter
Scerenko (Samani & Hariyanto, 2011: 41) mendefinisikan bahwa
karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan
ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu
kelompok atau bangsa. Sedangkan, Berkowitz (Doni Koesoema, 2012: 25)
mendefinisikan karakter sebagai “sekumpulan ciri-ciri (characteristics)
psikologis yang memengaruhi kemampuan dan kecondongan pribadi agar
dapat berfungsi secara moral.” Ia juga mengatakan bahwa segala hal yang
menumbuhkan kehidupan psikologis siswa secara sehat dan dewasa
merupakan bentuk nyata dari pendidikan karakter.
Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan bahwa:
karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
16
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan
estetika.
Menurut Pritchard (Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a
compex set of relatively persistent qualities of the individual person, and
the term has a definite positive connotation when it is used in discussions
of moral education.”Artinya, karakter merupakan sekumpulan kualitas
moral yang relative stabil dalam diri seseorang.Karakter ini memiliki
konotasi positif ketika diterapkan dalam diskusi moral.
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang:
mentalitas, sikap, cara berpikir, dan perilaku berdasarkan norma-norma
agama, budaya, adat istiadat sehingga seseorang berusaha melakukan hal
yang baik dalam bentuk nyata di kehidupan sehari-hari.
Berkowitz (Koesoema, 2012: 25) mendefinisikan karakter sebagai
sekumpulan karakter psikologis yang memengaruhi kemampuan dan
kecondongan pribadi agar dapat berfungsi secara moral. Sedangkan
menurut Pritchard (Doni Koesoema, 2012: 27) karakter adalah “a compex
set of relatively persistent qualities of the individual person, and the term
has a definite positive connotation when it is used in discussions of moral
education.” Artinya, karakter merupakan sekumpulan kualitas moral yang
relative stabil dalam diri seseorang. Karakter ini memiliki konotasi positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
17
ketika diterapkan dalam diskusi moral. Dalam buku yang ditulis oleh
Samani & Hariyanto (2011: 41) mengungkapkan bahwa:
karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan
estetika.
Lickona (Akhwan, 2014: 61) mengatakan bahwa karakter berkaitan
dengan ketiga komponen, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap
moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Ia juga
mengatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan
kebaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, Yaumi (2014: 7) mengatakan
bahwa komponen karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan,
kekuatan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukkan kepada orang
lain melalui tindakan. Ia juga mengatakan, karakter seseorang terpisah dari
moralitasnya, baik buruknya karakter tergambar dalam moralitas yang
dimiliki. Begitu pula dengan kebenaran yang merupakan perwujudan dari
karakter. Kebenaran tidak akan terbangun dengan sendirinya tanpa adanya
karakter. Moralitas dan kebenaran yang telah terbentuk merupakan
perwujudan dari perbuatan baik. Kebaikan inilah yang mendorong suatu
kekuatan dalam diri seseorang untuk menegakkan keadilan. Kebenaran,
kebaikan, dan kekuatan sikap adalah bagian integral yang menyatu dengan
karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
18
Gambar 2.1 Komponen Karakter
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa moral dan
karakter adalah dua hal yang berbeda. Moral berarti pengetahuan
seseorang terhadap hal baik atau buruk, sedangkan karakter adalah
tabiat, tindakan/kebiasaan seseorang yang langsung ditentukan oleh
otak. Meskipun keduanya memiliki arti yang berbeda, namun moral
dan karakter memiliki keterkaitan. Karakter memiliki makna lebih
tinggi dari pada moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang
benar dan mana yang salah. Moral merupakan salah satu komponen
yang membentuk karakter individu ketika moral behavior dapat
dilakukan secara berulang. Maka, dapat dikatakan karakter adalah
suatu kebiasaan (habituation) untuk melakukan yang baik berdasarkan
pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan
melakukan perbuatan kebaikan.
Moralitas
Kebenaran Sikap KARAKTER
Kebaikan Kekuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
19
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (dalam Fathurrohman, dkk; 2013)
pendidikan karakter adalah upaya sungguh-sungguh untuk membantu
seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-
nilai etis. Kemudian ia menambahkan, karakter mulia meliputi
pengetahuan tentang kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan
kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan , dan
akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Karakter mengacu kepada
serangkaian pengetahuan, sikap dan motivasi.
Ramli (dalam Fathurrohman, dkk; 2013) memaparkan pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral
dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak,
supaya menjadi manusia yang baik.
Burke (Samani & Hariyanto, 2011: 43) juga mengatakan bahwa
“pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran
yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang
baik.” Sedangkan, menurut Samani & Hariyanto (2011: 44) “pendidikan
karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk
menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
raga, serta rasa dan karsa.” Mereka juga menyampaikan bahwa pendidikan
karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
20
memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan karakter menurut ahli
di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter usaha membantu
siswa untuk memahami, peduli, bertindak dengan mengoptimalkan potensi
siswa yang disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya. Tujuannya
untuk membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik.
3. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
a. Tujuan pendidikan karakter
Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mewujudkan
manusia yang berakhlak mulia dan bermoral baik sehingga
kelangsungan hidup dan perkembangan manusia dapat dijaga dan
dipelihara. Lickona (2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter
mengharapkan peserta didik semakin mampu menilai, peduli dan
bertindak sesuai dengan kebenaran yang diyakini. Artinya pendidikan
karakter menjadi bekal bagi peserta didik dalam menggapai persoalan
yang terjadi di masyarakat dengan prinsip nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya.
Kemendiknas (2010:3) mengatakan bahwa pendidikan karakter
bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter
bangsa yaitu Pancasila, meliputi:
1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
21
2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.
3) Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sifat
percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai
umat manusia.
b. Fungsi pendidikan karakter
Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) fungsi pendidikan
karakter adalah:
1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk
menjadi prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki
sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter
bangsa.
2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik
yang lebih bermartabat.
3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan
karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter
dan karakter bangsa.
c. Prinsip-prinsip pendidikan karakter
Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013: 145-
146). Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
22
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.
8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada
nilai dasar yang sama.
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra
dalam usaha membangun karakter.
11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-
guru karakter, dan manifestasi karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
23
4. Nilai-Nilai Karakter yang Ditanamkan dalam Pendidikan
Berdasarkan Pusat Kurikulum Balitbang Diknas (Suparno, 2015)
terdapat 18 nilai karakter yang perlu dikembangkan untuk peserta didik.
Kedelapan belas nilai beserta deskripsi untuk masing-masing nilai
dijelaskan sebagai berikut.
a. Nilai religious
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang dilaksanakan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
gender, jenis kelamin, pendapat, sikap dan tindakan oranglain yang
bereda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
24
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari esuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada oang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan
didengar.
j. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 43
25
k. Cinta tanah air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat pada diri seseorang yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, serta penghargaan tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsa.
l. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu
berguna bagi masyarakat, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
m. Bersahabat/komunikatif
Tindakan yang memperhatikan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegh kerusakan pada
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 44
26
q. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat pengkotakan
sosial. Baik agama, budaya, gender, jenis kelamin, dan status sosial.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas serta
kewajiban yang seharusnya dilakukan.
Beberapa karakter tersebut yang peneliti jadikan landasan untuk
mengukur karakter beberapa anak SMP di Indonesia. Karakter-karakter
tersebut diciptakan dalam bentuk potongan film pendek yang diikuti dengan
soal-soal karakter yang sesuai dengan potongan film tersebut.
5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial,
peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah
teridentifikasi 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima,
yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan
Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, dan (4) lingkungan,
serta (5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman kedelapanpuluh nilai
tersebut merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, pada tingkat SMP
dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir Standar
Kompetensi Kelulusan (SKL) SMP (Permen diknas nomor 23 tahun 2006)
dan SK/KD (Permen diknas nomor 22 tahun 2006). Berikut adalah daftar
nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 45
27
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius) Pikiran,
perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri:
a. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
b. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan YME.
c. Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
f. Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
g. Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 46
28
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang
telah dimiliki.
i. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
j. Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
k. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
c. Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
d. Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 47
29
e. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin
memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
b. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal
baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
B. Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes
1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes
a. Pengertian Evaluasi
Di dunia pendidikan evaluasi dapat diartikan sebagai proses
yang dilakukan seorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara
berkesinambungan. Hal ini diungkapkan dalam UU No. 20 2013 pasal
2003 pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 48
30
peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Arikunto (2004: 1), evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam
hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil
berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Wringston (Purwanto, 1992) mengemukakan bahwa “evalusi
adalah penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah
tujuan atau nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum.” Sedangkan,
Lessingner (Wulan & Rusdiana, 2014) mendefinisikan bahwa
“evaluasi adalah sebagai proses penilaian dengan jalan
membandingkan antara tujuan yang diharapkan dengan
kemajuan/prestasi nyata yang dicapai.”
Gay, (Sukardi, 2014: 8) berpendapat bahwa evaluasi adalah
sebuah proses sistematis pengumpulan dan penganalisisan data untuk
pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi adalah proses penilaian,
pengumpulan, dan menganalisis data atau suatu kejadian pada
kenyataan dengan program atau tujuan yang sudah ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 49
31
b. Pengertian Asesmen (Penilaian)
Linn dan Grounlund (Uno dan Koni, 2012:1) menegaskan
“asesemen (penilaian) adalah prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata
pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar.”
Sarwiji Suwandi (2009: 7) mengatakan bahwa “penilaian adalah suatu
proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program
kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah
ditetapkan.”
Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk
memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya
digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya
(Depdiknas, 2001). Jadi, penilaian adalah suatu kegiatan
mengumpulkan dan menganalisis data tentang suatu proses dan hasil
belajar siswa untuk mendapatkan informasi, apakah hasil yang
diperoleh sudah sesuai dengan tujuan atau standar yang ditetapkan atau
belum.
c. Pengertian Tes
Zainul dan Nasution (2001) mendefinisikan tes sebagai pertanyaan
atau tugas seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang sesuatu atribuy pendidikan atau suatu atribut
psikologis tertantu. Artinya bahwa tes adalah sebuah alat yang berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 50
32
tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaan suatu materi dan sesuai dengan persyaratan tertentu. Pada
dasarnya tes digunakan sebagai alat ukur yang sering digunakan
dalam penilaian pembelajaran di dunia pendidikan.
Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 67) mengatakan bahwa “tes
merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus
ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang
dites.” Arikunto (2012) menegaskan “tes adalah suatu cara untuk
melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus
dikerjakan siswa.”
Menurut Brown (Elis Ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 128), “a
test as a systematic procedure for measure a sample of behavior”,
yang menjelaskan bahwa pada prinsipnya suatu tes merupakan suatu
prosedur sistematis untuk mengukur sampel tingkah laku
seseorang.Jadi, tes adalah suatu ukuran penilaian yang dijadikan
patokan oleh individu (guru) untuk mengukur kemampuan individu
yang diberikan tes (siswa).
2. Tujuan dan Fungsi Asesmen
a. Tujuan Asesmen
Menurut pedoman penilaian Depdikbud (Jihad & Haris. 2008:
63), tujuan penilaian adalah “untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa, untuk perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 51
33
sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan
belajar.” Jihad & Haris (2008: 63) mengatakan bahwa “tujuan
penilaian untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan atau
kesulitan belajar siswa, dan sekaligus memberi umpan balik yang
tepat.”
Menurut Suwandi, Sarwiji (2009: 14) secara umum semua jenis
penilaian berbasis kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta
didik di sekolah, mempertanggungjawabkan penyelenggaraan
pendidikan kepada masyarakat, dan untuk mengetahui ketercapaian
mutu pendidikan secara umum.
b. Fungsi Asesmen
Supranata & Hatta (Suwandi, Sarwiji. 2009: 15) penilaian
berbasis kelas memiliki sejumlah fungsi, yaitu sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas, umpan balik dalam
perbaikan program pengajaran, alat pendorong dalam meningkatkan
kemampuan peserta didik, dan sebagai alat untuk peserta didik
melakukan evaluasi terhadap kinerjanya serta bercermin diri
(instropeksi) misalnya melalui portofolio.
Menurut Nana Sudjana (Jihad & Haris. 2008: 56) penilaian
(asesmen) berfungsi sebagai:
1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.
Dengan fungsi ini maka penilaian (asesmen) harus mengacu
kepada tujuan-tujuan intruksional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 52
34
2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan
mungkin dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan
belajar siswa, strategi mengajar guru.
3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan siswa kepada
orangtuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan dan
kecakapan belajar siswa dalam bentuk-bentuk nilai-nilai prestasi
yang dicapainya.
3. Ruang Lingkup Asesmen
Uno, Hamzah, dan Satria Koni (2012:17) menjelaskan isi model
penilaian kelas meliputi konsep dasar penilaian kelas, teknik penilaian,
langkah-langkah pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil penilaian serta
pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian. Dalam konsep penilaian,
dijelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian, manfaat penilaian, fungsi
penilaian, dan rambu-rambu penilaian. Teknik penilaian akan menjelaskan
berbagai cara dan alat penilaian.
4. Prinsip-prinsip Asesmen
Menurut Depdiknas (2004 dan 2006) ada enam prinsip dasar berbasis
kelas yang harus dipedomani guru saat melakukan asesmen. Prinsip –
prinsip tersebut antara lain:
a. Validitas
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam
melakukan penilaian harus “menilai apa yang seharusnya dinilai dan
alat penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 53
35
dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur
kompetensi”.
b. Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil
penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan
yang reliable, menjamin konsistensi, dan kepercayaan.
c. Terfokus pada kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).
d. Komprehensif
Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh mencakup seluruh
ranah yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau
kemampuan siswa sehingga tergambar profil kemampuan siswa.
e. Objektivitas
Proses penilaian yang dilakukan harus dilaksanakan secara
obyektif. Artinya, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan,
menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan
kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka
(skor).
f. Mendidik
Penilaian dapat memberikan sumbangan positif bagi peningkatan
pencapaian hasil belajar peserta didik, dimana hasil penilaian dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 54
36
memberikan umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih
giat belajar.
Menurut Jihad & Haris (2008: 63) sistem penilaian dalam
pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun penilaian
akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai
berikut:
a. Menyeluruh, artinya penguasaan kompetensi dalam mata pelajaran
hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi,
kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik
menyangkut dominan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap,
perilaku, dan nilai), serta psikomotor (keterampilan), maupun
menyangkut evaluasi proses dan hasil belajar.
b. Berkelanjutan, artinya penilaian seharusnya direncanakan dan
dilakukan secara terus menerus guna mendapatkan gambaran yang
utuh mengenai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak
langsung (dampak instruksional/pembelajaran) maupun dampak
tindak langsung (dampak pengiring/nurturan effect) dari proses
pembelajaran.
c. Berorientasi pada indikator ketercapaian, artinya sistem penilaian
dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian
yang sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan
minimal dan standar kompetensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 55
37
d. Sesuai dengan pengalaman belajar, artinya sistem penilaian dalam
pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya.
5. Jenis-jenis Asesmen
Menurut Uno dan Koni (2012) jenis-jenis asesmen dilaksanakan
dalam berbagai teknik, seperti: penilaian kinerja (performance), penilaian
sikap, dan penilaian tertulis (paper and pencil test, penilaian proyek, dan
penilaian diri/self assessment).
Menurut Subali (2016) berdasarkan ragam jenisnya, asesmen
dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Asesmen penempatan.
Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap
masing-masing peserta didik sebelum menempuh program pengajaran.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat
masing-masing peserta didik yang diperlukan dalam proses
pembelajaran yang akan diselenggarakan bila diperlukan adanya
kemampuan yang ditargetkan.
b. Asesmen formatif
Asesmen ini dilakukan berdasarkan hasil pengukuran terhadap
masing-masing peserta didik selama menempuh kegiatan
pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui apakah setiap peserta
didik melaju dengan baik selama proses pembelajarannya sampai
akhir program sehingga kegiatan belajar selanjutnya menjadi lebih
efektif dan efisien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 56
38
c. Asesmen sumatif
Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing peserta didik
setelah selesai menempuh suatu program pembelajaran.Tujuannya
untuk menentukan nilai akhir masing-masing peserta didik yang
menempuh suatu program pembelajaran untuk selanjutnya dapat
ditetapkan apakah seorang peserta didik dinyatakan berhasil atau
gagal. Jika berhasil peserta didik tersebut akan diberi sertifikat karena
telah menguasai kecakapan atau keterampilan tertentu yang
ditargetkan dalam program pembelajaran yang dirancang.
d. Asesmen konfirmatori
Asesmen ini dilakukan terhadap masing-masing orang yang
ingin dinilai tanpa dilakukan dengan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh.Asesmen konfirmatori dilaksanakan melalui pengukuran
yang menggunakan instrument yang sah dan handal dalam hal
kegiatan pembelajaran, asesmen konfirmatori dapat dilakukan oleh
pihak eksternal. Pemerintah menerapkan ujian nasional untuk
menetapkan setiap peserta didik untuk dinyatakan lulus dan tidak lulus
dalam menguasai kompetensi yang diterapkan.
Menurut Prijowuntato(2016: 60-66) alat yang dapat digunakan
untuk menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan menjadi
dua yaitu tes dan non tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 57
39
a. Tes
Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta
didik dapat berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non
objektif/uraian bebas, jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan,
performans/unjuk kinerja, portofolio. Bentuk tes digunakan apabila
sifat suatu objek yang diukur menyangkut tingkah laku yang
berhubungan dengan apa yang diketahui, dipahami atau proses
psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera. Tingkat berpikir
yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup mulai dari
yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding
sesuai jenjang pendidikan. Bentuk tes yang digunakan di sekolah
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes non
objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu
siapa yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor
yang sama. Tes non objektif adalah tes yang sistem penskorannya
dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif
sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh
subjektifitas pemberi skor.
b. Non tes
Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta
didik dapat berupa; observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala
nilai, kuesioner, wawancara. Bentuk non tes digunakan apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 58
40
perubahan tingkah laku yang dapat diamati dengan indera dan
bersifat konkret. Konsekuensi dari pengukuran menggunakan
bentuk non tes sangat bergantung pada situasi di mana perubahan
tingkah laku individu itu muncul atau menggejala.
Oleh karenanya, situasi pengukuran yang seragam sukar
dipersiapkan. Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes
terjadi dalam situasi yang kurang distandarisasi, seperti waktu
pengukuran yang dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa.
6. Teknik-teknik Asesmen
Teknik yang biasanya digunakan untuk mengukur/mengevaluasi
hasil ketercapaian siswa adalah menggunakan teknik tes dan teknik non-
tes. Menurut Jihad & Haris (2008: 68) jenis alat penilaian teknik tes yaitu:
a. Tes tertulis, merupakan tes atau soal yang diselesaikan siswa secara
tertulis. Tes tertulis ini terdiri atas bentuk objektif dan bentuk
uraian. Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah,
menjodohkan, serta jawaban singkat. Sedangkan bentuk uraian
meliputi uraian terbatas dan uraian singkat.
b. Tes lisan, yang merupakan sekumpulan tes atau soal atau tugas
pertanyaan yang diberikan kepada siswa dan dilaksanakan dengan
cara tanya jawab.
c. Tes perbuatan, merupakan tugas yang pada umumnya berupa
kegiatan praktek atau melakukan kegiatan yang mengukur
ketrampilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 59
41
Jihad & Haris (2008: 68) juga mengungkapkan secara rinci
mengenai teknis penilaian siswa dapat dilakukan dengan cara ulangan
harian, tugas kelompok, kuis, ulangan blok, pertanyaan lisan, dan juga
tugas individu. Depdiknas, 2001 (Jihad & Haris, 2008: 69) juga
mengatakan bahwa penilaian non-tes merupakan prosedur yang dilalui
untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan
kepribadian. Melalui:
a. Pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh
guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas
b. Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkap
sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang
lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa
c. Angket, yaitu alat penilaian yang meyajikan tugas-tugas atau
mengerjakan dengan cara tertulis
d. Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang
dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya
e. Daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek
terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau
belum.
Sukardi (2014: 104) mengatakan bahwa tes dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tes normatife dan tes kriterion. Suatu tes dikatakan
sebagai tes normatife apabila evaluator dalam mengevaluasi bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 60
42
membandingkan hasil penilaian individuantara satu individu dengan
individu lainnya dalam penyelenggaraan tes yang sama. Suatu tes
dikatakan memenuhi kriteria jika para evaluator dalam pengukuran
terhadap subjek atau objek yang dievaluasi atas dasar apa yang telah dia
perbuat sesuai dengan kapasitasnya tanpa membandingkan dengan orang
lain.
7. Tes Sebagai Teknik Asesmen
Sukardi (2014: 92) mengatakan bahwa tes atau testing merupakan
prosedur sistematis yang direncanakan oleh evaluator guna
membandingkan antarperilaku yang dievaluasi. Tes atau testing berisi item
atau butir soal yang akan diberikan kepada peserta yang mengikuti tes. Ia
juga mengatakan bahwa item atau butir soal, yaitu bagian terkecil dari
suatu tes yang memuat satu fakta atau konsep yang diungkapkan melalui
pertanyaan atau pernyataan yang dapat diisolasi untuk pengamatan dan
pengambilan keputusan.
Tes sebagai teknik asesmen dapat meyediakan informasi-informasi
objektif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan
keputusan yang harus diambil pendidik terhadap proses dan hasil belajar.
Tes ini dilakukan sebelum, saat, dan akhir pembelajaran, sehingga bergulir
tanpa henti (dynamic assesment).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 61
43
C. Asesmen Pendidikan Karakter
1. Pengertian Asesmen Pendidikan Karakter
Albertus (2015) menegaskan penilaian pendidikan karakter pada
hakikatnya adalah evaluasi atas proses pembelajaran secara terus menerus
dari individu untuk menghayati peran dan kebebasannya bersama orang
lain dalam sebuah lingkungan sekolah demi pertumbuhan integritas
moralnya sebagai manusia. Hanya individu yang terbuka pada pengalaman
diri dengan yang lain mampu menentukan apakah dirinya telah menjadi
manusia berkarakter atau bukan
2. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter
Penilaian merupakan kegiatan untuk menentukan pencapaian
hasil pembelajaran yang dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Setiap peserta didik memiliki
tiga ranah tesebut, hanya kedalamannya tidak sama. Penilaian pada ranah
afektif, seperti ranah lainnya memerlukan data yang bisa berupa kuantitatif
atau kualitatif.
Karakter yang baik melibatkan pemahaman, perhatian, dan
bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Pendekatan yang holistik
terhadap pengembangan karakter oleh karenannya peserta didik
mengembangkan kognitif, emosi, dan aspek perilaku dari kehidupan
moral. Peserta didik berkembang untuk memahami nilai-nilai karakter
dengan mempelajari, mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan
memecahkan masalah yang mencakup nilai-nilai tersebut. Asesmen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 62
44
pendidikan karakter bermanfaat untuk pendidikan karakter seharusnya
membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan
nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
3. Tehnik-tehnik Asesmen Pendidikan Karakter
Airasian (2000) mengatakan metode asesmen dibedakan menjadi
tiga yaitu teknik tertulis (paper-pencil techniques), teknik observasi
(observation techniques), dan teknik pertanyaan lisan (oral questioning
techniques). Teknik tertulis (paper-pencil techniques) mengacu kepada
metode asesmen dimana siswa menuliskan responnya terhadap
pertanyaan-pertanyaan atau masalah-masalah.
Observasi adalah suatu proses melihat atau mendengar individu
melakukan suatu aktivitas (observasi proses) atau untuk menilai suatu
produk (observasi produk). Sedangkan teknik pertanyaan lisan adalah
metode asesmen dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada
individu. Menurut Strange (2004) metode asesmen pendidikan karakter
dapat dibedakan atas asesmen kuantitatif (quantitative assessment) dan
asesmen kualitatif (qualitative assessment). Asesmen kuantitatif dapat
berbentuk: rubric asesmen diri sendiri (self assessment rubric), tes
tertulis (paper and pencil test), skala bertingkat asesmen karakter
(character assessment rating scale). Sementara itu, asesmen kualitatif
dapat berupa: jurnal siswa, paper, dan unjuk kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 63
45
4. Sistem Penilaian Karakter Menurut Pedoman 2010
Permasalahan yang ditemukan adalah bahwa guru mengalami
kesulitan karena pengamatan didasarkan pada prinsip-prinsip yang masih
abstrak dan belum diuraikan dalam definisi-definisi operasional dan
indikator-indikator. Guru mengatakan bahwa yang dinilai adalah
keterlibatan di kelas dan kepedulian kepada teman, tetapi belum sampai
pada apa indikatornya. Dalam bahasa sehari-hari, apa yang dilakukan guru
adalah “nilai mengira-ngira” sesuai dengan apa yang dilihat ketika di
dalam kelas. Besar kemungkinan guru salah menilai atau menilai dengan
subjektivitas yang sangat tinggi berdasarkan like and dislike. Hal itu
sangat merugikan siswa. Dalam pelajaran Character Building, hal
terpenting untuk dilakukan adalah observasi. Namun, observasi memiliki
problem, yaitu subjektivitas yang tinggi. Permasalahan utama dengan
observasi adalah ketiadaan objektivitas oleh pengamatnya (Johnson dan
Johnson 2002: 117).
Arikunto (2003) menegaskan tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Tes objektif terdapat
kelemahan dan kelebihan, sebagai berikut.
a. Kelebihan tes objektif, yaitu.
1) Lebih respektif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat di
hindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi peserta
didik maupun segi guru yang memeriksa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 64
46
2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
3) Pemeriksaan dapat diserahkan orang lain.
4) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
5) Untuk menjawab tes objektif tidak banyak memakai waktu.
6) Reliabilitinya lebih tinggi kalau dibandingkan dengan tes essay,
karena penilainya bersifat objektif.
7) Validitas tes objektif lebih tinggi dari tes essay, karena
samplingnya lebih luas.
8) Pemberian nilai dan cara menilai tes objektif lebih cepat dan mudah
karena tidak menuntut keahlian khusus.
b. Tes objektif tidak memperdulikan penguasaan bahasa, sehingga
mudah dilaksanakan.
c. Kelemahan tes objektif
1) Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes essay
karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari
kelemahan-kelemahan yang lain.
2) Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental
yang tinggi.
3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
4) Kerjasama antar peserta didik pada waktu mengerjakan sol tes
lebih terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 65
47
5) Peserta didik sering menerka-nerka dalam memberikan jawaban,
karena belum menguasai bahan pelajaran tersebut.
6) Tes sampling yang diajukan kepada peserta didik cukup banyak
dan hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk
menjawabnya.
7) Tidak biasa megajak peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.
8) Banyak memakan biaya, karena lembaran item-item tes harus
sebanyak jumlah pengikut tes.
Beberapa bentuk tes objektif yaitu salah-benar (true-false),
pilihan ganda (multiple choise), isian (completion), jawaban singkat
(short answer), dan menjodohkan (matching). Masing-masing bentuk
tes objektif mempunyai kelebihan dan kelemahan. Salah satu bentuk
tes objektif yaitu pilihan ganda mempunya kelebihan dan kelemahan
sebagai berikut.
a. Kelebihan
1) Hasil belajar yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur.
2) Terstruktur dan petunjuknya jelas.
3) Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi
diagnostik.
4) Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban.
5) Penilaian mudah, objektif, dan dapat dipercaya.
b. Kelemahan
1) Proses penyusunanya membutuhkan waktu yang lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 66
48
2) Sulit menemukan pengacau.
3) Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah,
kemampuan untuk mengorganisir dan mengekspresikan ide.
4) Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca.
5. Kekuatan dan Kelemahan Tes
Untuk mendapatkan instrumen tes baik diperlukan sejumlah
langkah pengembangan atau langkah umum konstruksi tes. Menurut
Azwar (2014:14-20) awal kerja penyusunan atau pengembangan suatu alat
tes dimulai dari:
a. Identifikasi tujuan ukur
Yaitu memilih suatu definisi, mengenali dan memahami dengan
seksama teori yang mendasari konstruk atribut yang hendak diukur.
b. Pembatasan domain ukur
Pembatasan domain dilakukan dengan cara menguraikan
konstruk teoritik atribut yang diukur menjadi beberapa rumusan
dimensi atau aspek yang lebih jelas, agar menunjang validitas isi
skala.
c. Oprasionalisasi aspek
Operasionalisasi aspek diperlukan agar membentuk
keperilakuan yang hendak diukur dapat lebih konkret sehingga penulis
item akan lebih memahami benar arah respon yang harus diungkap
dari subjek. Operasionalisasi dirumuskan dalam bentuk indikator
keperilakuan. Himpunan indikator-indikator kemudian dituangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 67
49
dalam kisi-kisi atau blue print dan dilengkapi dengan spesifikasi skala,
sebagai acuan bagi penulisan item. Sebelum penulisan item perancang
perlu menetapkan format stimulus yang hendak digunakan, format ini
erat kaitanya dengan metode pengskalaannya.
d. Penulisan item
Pada tahap awal penulisan item, item dibuat dalam jumlah
yang lebih banyak daripada jumlah yang direncanakan dalam
spesifikasi skala, yaitu sekitar tiga kali lipat dari jumlah item yang
digunakan dalam bentuk final. Tujuannya agar nanti penyusun skala
tidak kehabisan item akibat gugurnya item-iten yang tidak memenuhi
syarat.
e. Review penulisan item
Review pertama harus dilakukan oleh penulis item sendiri,
yaitu dengan mengecek ulang setiap item sendiri, apakah telah sesuai
dengan indikator prilaku yang hendak diungkap. Setelah itu review
dapat dilakukan oleh orang yang berkompeten atau ahli. Semua item
yang tidak sesuai dengan kaidah atau spesifikasi blue print harus
diperbaiki, dan hanya item-item yang diyakini berfungsi dengan baik
oleh ahli (expert judgmen), yang dapat diloloskan untuk uji empirik.
f. Uji coba bahasa (evaluasi kualitatif)
Kumpulan item yang telah direview kemudian dievaluasi
secara kualitatif, dengan mengujicobakan pada sekelompok kecil
responden untuk mengetahui apakah kalimat yang digunakan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 68
50
tepat dan mudah dipahami oleh responden sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis item. pertanyaan-pertanyaan dari responden
mengenai kata-kata dalam item menandakan bahwa kalimat dalam
item masih kurang komunikatif dan memerlukan perbaikan.
g. Field tes (evaluasi kuantitatif)
Evaluasi terhadap fungsi item biasa dikenal dengan analisis
item. Analisis item merupakan proses pengujian item secara
kuantitatif guna mengetahui apakah item memenuhi syarat
psikometrik untuk disertakan sebagai bagian dari skala. Parameter
item yang diuji adalah daya beda item atau daya diskriminasi item.
h. Seleksi item
Pada tahap ini item-item yang tidak memenuhi syarat
psikometrik tidak akan digunakan atau akan diperbaiki lebih dahulu
sebelum dapat digunakan. Sebaliknya item-item yang memenuhi
syarat psikometrik dengan sendirinya akan digunakan dalam skala.
i. Validasi konstruk
Validasi skala merupakan proses yang berkelanjutan, tetapi
pada skala yang digunakan secara terbatas umumnya hanya melalui
validasi isi yang dilakukan oleh ahli (expert judgment) namun
sebenarnya semua skala harus teruji konstruknya. Skala yang sudah
sesuai secara isi tetap perlu diuji secara empirik apakah konstruk
yang digunakan dari teori sudah didukung dengan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 69
51
j. Kompilasi final
Format final skala dirakit dalam tampilan yang menarik
namun tetap memudahkan responden untuk membaca dan
menjawabnya. Dalam bentuk final, skala dilengkapi dengan petunjuk
soal dan lembar jawab. Ukuran tulisan pada skala perlu disesuaikan
agar tidak ada kata yang tertinggal atau tidak terbaca.
Sedangkan menurut Fernandes dan Soeharto (Suwandi, 2010: 57)
ada sembilan langkah dalam pengembangan insrumen tes antara lain:
a. Membuat spesifikasi tujuan (penjelasan tentang pengetahuan,
keterampilan, atau tingkah laku yang akan diditeksi).
b. Menerjemahkan tujuan-tujuan tes dalam istilah-istilah yang
operasional (tes harus mencerminkan isi dan tujuan dalam keadaan
operasional dan sesuai dengan kepentingannya.
c. Merumuskan tujuan dalam kata-taka yang mengambarkan tingkah
laku (observable dan measurable).
d. Merencanakan tes (berapa jumlah butir tes, bagaimana bentuk tes,
dsb).
e. Menulis butir-butir tes dengan format yang dikehendaki.
f. Melakukan uji coba butir-butir tes dan menganalisisnya.
g. Menyetel tes yang sudah final.
h. Standarisasi (proses pengembangan alat kontrol: petunjuk
pengerjaan, waktu pengerjaan, prosedur dan standar penilaian).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 70
52
i. Memberi atribut pada skor-skor tes (menjelaskan indeks validitas
dan reliabilitas).
Sementara itu, menurut Surapranata (Suwandi, 2010: 59-64)
prinsip-prinsip pengembangan dan penggunaan tes meliputi:
a. Penentuan tujuan
Tahap awal yang sangat penting dalam pengembangan tes
adalah menentukan tujuan. Secara umum tes antara lain
dikembangkan untuk kepentingan penempatan yang terdiri atas pre
tes kesiapan dan pre tes penempatan, formatif, diagnostik, dan
sumatif.
b. Pemilihan soal
Pemilihan soal merupakan salah satu langkah penting untuk
dapat menghasilkan tes yang baik. Pemilihan soal dari 190 butir soal
yang valid akan dipilih 80 butir untuk dikembangkan.
c. Review dan revisi soal
Riview dan revisi soal pada prinsipnya adalah upaya untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana suatu soal telah
berfungsi secara efektif dan telah memenuhi kaidah yang telah
ditetapkan, misalnya kaidah konstruksi, bahasa, dan penulisan soal.
Review dan revisi idealnya dilakukan oleh orang lain (bukan si
penulis soal) yang terdiri atas suatu tim penelaah yang terdiri atas
ahli-ahli materi, pengukuran dan bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 71
53
d. Uji coba dan analisis
Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk
mendapatkan informasi yang empirik mengenai seberapa baik sebuah
soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik
tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti aspek-aspek keterbacaan soal,
tingkat kesulitan soal, pola jawaban, tingkat daya pembeda, pengaruh
budaya, dan sebagainya. Dari hasil uji coba akan diketahui apakah
suatu soal “lebih berfungsi”. Hasil uji coba tersebut selanjutnya
dianalisis dengan teknik yang telah ditentukan.
e. Praktikan soal
Soal-soal yang baik hasil dari uji coba dapat dirakit sesuai
dengan kebutuhan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perakitan antara lain; penyebaran soal, penyebaran tingkat kesulitan
soal, daya pembeda atau validitas soal penyebaran jawaban, dan lay
out tes.
f. Penyajian tes
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah
administrasi penyajian tes yang antara lain meliputi: petunjuk
pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, ruangan,
tempat duduk peserta didik, dan pengawasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 72
54
g. Penskoran
Penskoran atau pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan
pemberian angka dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi
kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Peskoran harus
dilakukan secara objektif.
h. Pelaporan hasil tes
Setelah tes digunakan dan dilakukan penskoran, hasilnya
dilaporkan. Pelaporan dapat diberikan kepada peserta didik yang
bersangkutan, orang tua peserta didik, kepala sekolah, dan pihak-
pihak yang berkepentingan.
i. Pemanfaatan hasil tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui tes berguna sesuai
dengan tujuan dilakukanya tes. Informasi hasil pengukuran dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses
atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk
mengambil keputusan atau menentukan kebijakan selanjutnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pengembangan dan penggunaan
tes harus memiliki langkah-langkah; seperti menentukan tujuan dari
alat tes yang akan dibuat, merancang tes (membuat kisi-kisi,
merancang butir-butir tes, format tes, menulis soal tes), mereview dan
merevisi soal tes yang akan digunakan, setelah itu melakukan uji
coba dan analisis, soal tes hasil analisis selanjutnya dirakit menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 73
55
soal-soal tes yang memiliki kriteria baik, dan diberikan kepada
peserta didik. Setelah itu dilakukan penskoran dari hasil jawaban
peserta didik, hasil penskoran lalu diberikan kepada peserta didik dan
pihak-pihak yang berkepentingan agar dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pertimbangan dan menentukan kebijakan.
6. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam
Pendidikan Karakter
Untuk mendapatkan instrumen tes yang baik diperlukan sejumlah
langkah pengembangan atau langkah umum konstruksi tes. Menurut
Azwar (2014:14-20) awal kerja penyusunan atau pengembangan suatu alat
tes dimulai dari:
a. Identifikasi tujuan ukur
Identifikasi tujuan yaitu memilih suatu definisi, mengenali dan
memahami dengan seksama teori yang mendasari konstruk atribut
yang hendak diukur.
b. Pembatasan domain ukur
Pembatasan domain dilakukan dengan cara menguraikan
konstruk teoritik atribut yang diukur menjadi beberapa rumusan
dimensi atau aspek yang lebih jelas, agar menunjang validitas isi
skala.
c. Oprasionalisasi aspek
Operasionalisasi aspek diperlukan agar membentuk
keperilakuan yang hendak diukur dapat lebih konkret sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 74
56
penulis item akan lebih memahami benar arah respon yang harus
diungkap dari subjek. Operasionalisasi dirumuskan dalam bentuk
indikator keperilakuan. Himpunan indikator-indikator kemudian
dituangkan dalam kisi-kisi atau blue print dan dilengkapi dengan
spesifikasi skala, sebagai acuan bagi penulisan item. Sebelum
penulisan item perancang perlu menetapkan format stimulus yang
hendak digunakan, format ini erat kaitanya dengan metode
pengskalaannya.
d. Penulisan item
Pada tahap awal penulisan item, item dibuat dalam jumlah
yang lebih banyak daripada jumlah yang direncanakan dalam
spesifikasi skala, yaitu sekitar tiga kali lipat dari jumlah item yang
digunakan dalam bentuk final. Tujuannya agar nanti penyusun skala
tidak kehabisan item akibat gugurnya item-iten yang tidak
memenuhi syarat.
e. Review penulisan item
Review pertama harus dilakukan oleh penulis item sendiri,
yaitu dengan mengecek ulang setiap item sendiri, apakah telah sesuai
dengan indikator prilaku yang hendak diungkap. Setelah itu review
dapat dilakukan oleh orang yang berkompeten atau ahli. Semua item
yang tidak sesuai dengan kaidah atau spesifikasi blue print harus
diperbaiki, dan hanya item-item yang diyakini berfungsi dengan baik
oleh ahli (expert judgmen), yang dapat diloloskan untuk uji empirik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 75
57
f. Uji coba bahasa (evaluasi kualitatif)
Kumpulan item yang telah direview kemudian dievaluasi
secara kualitatif, dengan mengujicobakan pada sekelompok kecil
responden untuk mengetahui apakah kalimat yang digunakan sudah
tepat dan mudah dipahami oleh responden sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh penulis item. pertanyaan-pertanyaan dari responden
mengenai kata-kata dalam item menandakan bahwa kalimat dalam
item masih kurang komunikatif dan memerlukan perbaikan.
g. Field tes (evaluasi kuantitatif)
Evaluasi terhadap fungsi item biasa dikenal dengan analisis
item. Analisis item merupakan proses pengujian item secara
kuantitatif guna mengetahui apakah item memenuhi syarat
psikometrik untuk disertakan sebagai bagian dari skala. Parameter
item yang diuji adalah daya beda item atau daya diskriminasi item.
h. Seleksi item
Pada tahap ini item-item yang tidak memenuhi syarat
psikometrik tidak akan digunakan atau akan diperbaiki lebih dahulu
sebelum dapat digunakan. Sebaliknya item-item yang memenuhi
syarat psikometrik dengan sendirinya akan digunakan dalam skala.
i. Validasi konstruk
Validasi skala merupakan proses yang berkelanjutan, tetapi
pada skala yang digunakan secara terbatas umumnya hanya melalui
validasi isi yang dilakukan oleh ahli (expert judgment) namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 76
58
sebenarnya semua skala harus teruji konstruknya. Skala yang sudah
sesuai secara isi tetap perlu diuji secara empirik apakah konstruk
yang digunakan dari teori sudah didukung dengan data.
j. Kompilasi final
Format final skala dirakit dalam tampilan yang menarik namun
tetap memudahkan responden untuk membaca dan menjawabnya.
Dalam bentuk final, skala dilengkapi dengan petunjuk soal dan
lembar jawab. Ukuran tulisan pada skala perlu disesuaikan agar tidak
ada kata yang tertinggal atau tidak terbaca.
Menurut Fernandes dan Soeharto (Suwandi, 2010: 57) ada sembilan
langkah dalam pengembangan insrumen tes antara lain:
a. Membuat spesifikasi tujuan (penjelasan tentang pengetahuan,
keterampilan, atau tingkah laku yang akan diditeksi).
b. Menerjemahkan tujuan-tujuan tes dalam istilah-istilah yang
operasional (tes harus mencerminkan isi dan tujuan dalam keadaan
operasional dan sesuai dengan kepentingannya.
c. Merumuskan tujuan dalam kata-taka yang mengambarkan tingkah
laku (observable dan measurable).
d. Merencanakan tes (berapa jumlah butir tes, bagaimana bentuk tes,
dsb).
e. Menulis butir-butir tes dengan format yang dikehendaki.
f. Melakukan uji coba butir-butir tes dan menganalisisnya.
g. Menyetel tes yang sudah final.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 77
59
h. Standarisasi (proses pengembangan alat kontrol: petunjuk pengerjaan,
waktu pengerjaan, prosedur dan standar penilaian).
i. Memberi atribut pada skor-skor tes (menjelaskan indeks validitas dan
reliabilitas).
Sementara itu, menurut Surapranata (Suwandi, 2010: 59-64) prinsip-
prinsip pengembangan dan penggunaan tes meliputi:
a. Penentuan tujuan
Tahap awal yang sangat penting dalam pengembangan tes
adalah menentukan tujuan. Secara umum tes antara lain
dikembangkan untuk kepentingan penempatan yang terdiri atas pre tes
kesiapan dan pre tes penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif.
b. Pemilihan soal
Pemilihan soal merupakan salah satu langkah penting untuk
dapat menghasilkan tes yang baik. Pemilihan soal dari 190 butir soal
yang valid akan dipilih 80 butir untuk dikembangkan.
c. Review dan revisi soal
Riview dan revisi soal pada prinsipnya adalah upaya untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana suatu soal telah
berfungsi secara efektif dan telah memenuhi kaidah yang telah
ditetapkan, misalnya kaidah konstruksi, bahasa, dan penulisan soal.
Review dan revisi idealnya dilakukan oleh orang lain (bukan si
penulis soal) yang terdiri atas suatu tim penelaah yang terdiri atas
ahli-ahli materi, pengukuran dan bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 78
60
d. Uji coba dan analisis
Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk
mendapatkan informasi yang empirik mengenai seberapa baik
sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Informasi
empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti aspek-aspek keterbacaan soal,
tingkat kesulitan soal, pola jawaban, tingkat daya pembeda,
pengaruh budaya, dan sebagainya. Dari hasil uji coba akan diketahui
apakah suatu soal “lebih berfungsi”. Hasil uji coba tersebut
selanjutnya dianalisis dengan teknik yang telah ditentukan.
e. Parakiitan soal
Soal-soal yang baik, hasil dari uji coba dapat dirakit sesuai
dengan kebutuhan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
perakitan antara lain; penyebaran soal, penyebaran tingkat kesulitan
soal, daya pembeda atau validitas soal penyebaran jawaban, dan lay
out tes.
f. Penyajian tes
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah
administrasi penyajian tes yang antara lain meliputi: petunjuk
pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, ruangan,
tempat duduk peserta didik, dan pengawasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 79
61
g. Penskoran
Penskoran atau pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan
pemberian angka dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi
kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Peskoran harus
dilakukan secara objektif.
j. Pelaporan hasil tes
Setelah tes digunakan dan dilakukan penskoran, hasilnya
dilaporkan. Pelaporan dapat diberikan kepada peserta didik yang
bersangkutan, orang tua peserta didik, kepala sekolah, dan pihak-
pihak yang berkepentingan.
k. Pemanfaatan hasil tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melalui tes berguna
sesuai dengan tujuan dilakukanya tes. Informasi hasil pengukuran
dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem,
proses atau kegiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk
mengambil keputusan atau menentukan kebijakan selanjutnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pengembangan dan penggunaan
tes harus memiliki langkah-langkah; seperti menentukan tujuan dari
alat tes yang akan dibuat, merancang tes (membuat kisi-kisi,
merancang butir-butir tes, format tes, menulis soal tes), mereview dan
merevisi soal tes yang akan digunakan, setelah itu melakukan uji
coba dan analisis, soal tes hasil analisis selanjutnya dirakit menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 80
62
soal-soal tes yang memiliki kriteria baik, dan diberikan kepada
peserta didik. Setelah itu dilakukan penskoran dari hasil jawaban
peserta didik, hasil penskoran lalu diberikan kepada peserta didik dan
pihak-pihak yang berkepentingan agar dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pertimbangan dan menentukan kebijakan.
7. Hambatan-hambatan dan Kesulitan Asesmen Pendidikan Karakter di
Indonesia
Menurut Barus, dkk (2017; 47) Hambatan-hambatan dan
kesulitan-kesulitan Asesmen Pendidikan Karakter di Indonesia, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kesadaran para guru tentang pentingnya asesmen pendidikan sangat
tinggi, namun kesadaran tersebut belum diikuti dengan langkah
konkrit dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
b. Para guru mengaku ada perencanaan dan pelaksanaan yang rutin dari
pihak sekolah tentang asesmen pendidikan karakter, namun sebagain
besar tidak sampai pada tahapan pelaksanaan asesmen yang
prosedural. Kebanyakan mereka terhenti pada merencanakan tetapi
tidak sampai pada tahap implementasi dan analisis hasil.
c. Sedikit sekali guru yang membaca dan memahami isi Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP (Direktur Pembinaan SMP,
Kemendiknas, 2010) yang disosialisasikan pemerintah. Sebagian besar
mereka mengaku bahwa nilai karakter terpilih hanya sekedar
tertempel pada RPP, namun sulit dilaksanakan dan dinilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 81
63
d. Sebagaian besar guru mengandalkan teknik observasi dalam
mengakes karakter siswa, namun pelasanaannya belum mengikuti
prosedur yang benar, misalnya tanpa pencatatan data, sporadic, tidak
rutin, berbasis perilaku negative (pelanggaran tata tertib).
e. Meski sebagaian besar guru mengandalkan observasi sebagai cara
penilaian karakter siswa yang paling sering digunakan,meski mereka
mengakui banyak kelemahan dari penggunaan observasi itu.
f. Sebagain besar guru pada 11 SMP dari berbagai kota di Indonesia
mengaku di sekolah mereka ada perencanaan pendidikan karakter
yang operasional. Mereka juga mengaku dilibatkan dalam membuat
perencanaan itu, namun hanya sedikit sekali guru yang merasa mampu
melaksanakan rencana ini.
g. Sebagaian besar (hampir 71%) guru mengaku kurang berhasil atau
“gagal” mendaratkan perencanaan itu dengan hasil yang baik.
h. Sekolah-sekolah swasta memiliki keragaman dan lebih kaya dalam
variasi kegiatan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah
ketimbang sekolah-sekolah negeri.
i. Kehadiran Guru BK di sekolah-sekolah negeri belum difungsikan
secara optimal sebagai saluran pendidikan karakter, sementara itu
pada sekolah-sekolah swasta guru BK diberi jam bimbingan masuk
kelas yang dapat digunakan sebagai sarana dan kesempatan
memberikan “Bimbingan Karakter” bagi semua siswa di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 82
64
j. Banyak guru di SMP negeri maupun swasta memilih kegiatan
keagamaan sebagai muatan kegiatan pendidikan karakter, namun
sedikit sekali (hanya 6 orang) guru yang merasakan adanya
peningkatan kesadaran siswa bertaqwa, berdoa, dan beribadah sebagai
indikasi keberhasilan pendidikan karakter.
k. Sementara itu, kantin kejujuran sebagai sebuah gerakan yang
menggelegar pada tahun 2010 bersamaan dengan masa pencanangan
pendidikan karakter di sekolah, kini kehilangan momen, mulai
terlupakan.
l. Banyak indikasi keberhasilan karakter yang dapat ditunjukkan para
guru dalam survey ini, namun lebih banyak lagi noda hitam
keprihatinan yang menandai ketidakberhasilan pendidikan karakter di
sekolah. Masih banyak siswa berperilaku buruk, kurangsopan,
melanggar peraturan/tatatertib, kurang jujur, tidak disiplin, masih ada
siswa yang suka bolos, bersikap brutal dan menentang guru, putus
sekolah karena kawin di usia dini, bahkan ada yang melakukan klitih
merupakan sinyal ketidakberhasilan pendidikan karakter di SMP.
m. Jadi, maraknya perkelahianantarsiswa, mengganasnyaperilaku
bullying dan “klitih”, makin menggilanya perilaku sex bebas dan
aborsi di kalangan remaja, bias jadi merupakan sinyal “gagalnya”
pendidikan karakter di sekolah dan keluarga.
n. Sebagian besar guru mengaku telah melaksanakan asesmen
pendidikan karakter secara rutin, namun pelaksanaannya sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 83
65
besar rmasih sebatas perencanaan, angan-angan. Hanya sedikit guru
yang mengakui telah sampai pada tahap menghimpun, mengolah, dan
menginterpretasi hasil penilaian tersebut.
o. Pengakuan mereka telah melaksanakan asesmen pendidikan karakter
secara rutin ternyata terbantahkan ketika pada bagian lain mereka
mengakui bahwa frekuensi pelaksanaannya tidak menentu, tergantung
kebijakan sekolah. Ditemukan inkonsistensi response mereka.
Artinya, pelaksanaan asesmen hasil pendidikan karakter pada 11 SMP
yang diteliti belum seperti yang diharapkan, masih terabaikan, belum
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip asesmen afektif yang benar.
p. Hanya sedikit guru yang dapat merumuskan secara tepat tujuan
asesmen pendidikan karakter, sementara sisanya (70%) merumuskan
tujuan asesmen campur aduk dengan tujuan pendidikan karakter itu
sendiri.
q. Sabagian guru menjelaskan bahwa perancangan asesmen pendidikan
karakter diserahkan kepada satu tim kerja, sementara sisanya mengaku
tanggungjawab itu diserahkan kepada masing-masing guru dan
sebagian besar guru mengakui tiada hasil/sulit melakukannya.
Fakta di atas menunjukkan bahwa asesmen pendidikan karakter di
SMP belum terlaksana secara baik dan masih menemukan banyak kendala.
Meskipun demikian, penilaian karakter siswa yang diperoleh dengan cara-
cara seadanya dan belum teruji kehandalan serta diragukan
validitas/objektivitasnya seperti itu diakui oleh 76,5% reponden hasilnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 84
66
digunakan sebagai penentu keputusan kenaikan kelas siswa. Jangan-jangan
cara kerja semacam ini tidak mendidik, mengorbankan siswa, dan
menggabungkan visi-misi serta tujuan pendidikan karakter yang
sesungguhnya.
D. Media Film dalam Pendidikan Karakter
1. Karakteristik Media Film Karakter
Menurut Kustandi dan Sutjipto (2016: 64) film atau gambar
merupakan kumpulan gambar-gambar dalam frame. Sedangkan Susilana
(Desma Yulia dan Muhammad Arifin, 2016: 35) mengatakan bahwa media
film merupakan media yang menyajikan pesan audio visual dan gerak.
Sama halnya menurut Trianton (Desma Yulia dan Muhammad Arifin,
2016: 35) media film adalah alat penghubung yang berupa film, media
masa alat komunikasi seperti radio, televise, surat kabar, majalah yang
memberikan penerangan kepada orang banyak dan mempengaruhi pikiran
mereka. UU No. 8 Tahun 1992 Pasal 3 juga menjelaskan bahwa perfilman
di Indonesia diarahkan pada pelestarian dan pengembangan nilai budaya
bangsa, pembangunan watak dan kepribadian bangsa serta peningkatan
harkat dan martabat manusia, pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa,
peningkatan kecerdasan bangsa, terpeliharanya ketertiban umum dan rasa
kesusilaan, penyajian hiburan yang sehat sesuai dengan norma-norma
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan tetap
berpedoman pada asas usaha bersama dan kekeluargaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 85
67
Dalam media ini, setiap frame diproyeksikan melalui lensa
proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
Film bergerak dengan capat dan bergantian sehingga memberikan
visualisasi yang kontinu. Sama halnya dengan film, video dapat
menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara
alamiah atau suara yang sesuai. Film dan video dapat menyajikan
informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan
mempengaruhi sikap.
2. Kekuatan-kekuatan Media Film dalam Pendidikan Karakter
Kustandi dan Sutjipto (2016: 64-65) mengungkapkan bahwa
keefektifan dari media film sebagai media pendidikan karakter adalah
sebagai berikut:
a. Film dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa
ketika mereka membaca, berdiskusi, praktik, dan lain-lain. Film
merupakan pengganti alam sekitar, dan bahkan dapat menunjukan
objek secara normal yang tidak dapat dilihat.
b. Film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat
disaksikan secara berulang jika diperlukan. Disamping mendorong
dan meningkatkan motivasi, melalui media film dapat menanamkan
sikap dan segi-segi afektif lainnya.
c. Film yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 86
68
seperti selogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam
kelas.
d. Film dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.
e. Dengan kemampuan dan teknik penggambilan gambar frame demi
frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu
minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya,
bagaimana kejadian mekarnya kembang, mulai dari lahirnya kuncup
bunga hingga kuncup itu mekar.
3. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Film dalam Pendidikan Karakter
Guna mengetahui keberhasilan dalam pembelajaran penanaman nilai-
nilai karakter diperlukan instrumen penilaian yang sesuai dengan
tujuannya, dengan cara membandingkan perilaku anak dengan standar
(indikator) karakter yang ditetapkan. Sebelum itu, perlu diketahui langkah
pengembangan instrumen penilaian tersebut. Menurut Gronlund (Suwandi,
2010) ada enam langkah pengembangan instrumen tes sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan tes
b. Mengidentifikasi hasil belajar yang dimaksudkan
c. Merumuskan hasil belajar yang umum dengan istilah yag khusus
d. Menetapkan garis-garis besar isi mata pelajaran
e. Mempersiapkan tabel spesifikasi
f. Menggunakan tabel spesifikasi dalam mempersiapkan tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 87
69
4. Film sebagai Media Asesmen
Morris (Hayyun Lathifaty Yasri & Endang Mulyani, 2016: 139)
menyebutkan bahwa kreativitas dalam pembelajaran menjadi hal utama
yang harus diperhatikan guru. Oleh sebab itu, gaya pembelajaran yang
monoton akan membosankan bagi siswa, karena siswa tidak diperkenalkan
dengan hal-hal yang baru. Otte (Hayyun Lathifaty Yasri & Endang
Mulyani, 2016: 139) menyebutkan bahwa kreativitas dalam pembelajaran
dapat diwujudkan dengan menghadirkan pengalaman-pengalam belajar
bagi siswa. Sedangkan, Edgar Dale (Hayyun Lathifaty Yasri & Endang
Mulyani, 2016: 139) menyebutkan bahwa terdapat 11 macam pengalaman
belajar siswa yaitu (1) pengalaman verbal, (2) pengalaman lambang visual,
(3) pengalaman melalui radio, (4) pengalaman melalui film, (5)
pengalaman melalui televisi, (6) pengalaman melalui pameran, (7)
pengalaman karyawisata, (8) pengalaman demonstrasi, (9) pengalaman
melalui drama, (10) pengalaman melalui benda tiruan, dan (11)
pengalaman langsung. Dalam uraian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa salah satu metode dalam pembelajaran yang dapat digunakan yaitu
dengan menggunakan media film. Masterpiece (Hayyun Lathifaty Yasri
dan Endang Mulyani, 2016: 139) menyebutkan bahwa siswa cenderung
lebih banyak memahami hal-hal yang terinterpretasikan dalam film dari
pada dalam buku teks.
Bukan hanya sebagai media pembelajaran saja, film juga dapat
digunakan sebagai media asesmen yang mungkin jarang atau bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 88
70
belum pernah dilakukan. Jika dalam pembelajaran media film sudah sering
digunakan dan sudah teruji efektifitasnya, maka peneliti ingin mengangkat
film sebagai media tes untuk mengukur karakter siswa. Film juga mampu
mengasah kemampuan analisis siswa dalam menjawab soal-soal yang
sudah disiapkan dan berkaitan dengan film tersebut. Berhubungan dengan
itu, Champoux (Hayyun Lathifaty Yasri dan Endang Mulyani, 2016: 139)
mengatakan bahwa film mampu mencapai ranah kognitif dan afektif siswa.
E. Hakikat Status Sosial Ekonomi
1. Pengertian Status, Sosial, dan Ekonomi
Menurut Soerjono Soekarto (Irene, 2011), status atau kedudukan
diartikan sebagai tempat atau posisisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial, sehubungan dengan orang-orang-orang lainnya dalam kelompok
tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-
kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar.
Pada umumnya masyarakat mengenal adanya tiga macam
kedudukan, yaitu:
a. Ascribed-Status yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa
melihat perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Hal tersebut
diperoleh karena kelahiran, kedudukan anak dalam keluarga,
kedudukan ibu dalam keluarga. Ascribed-status dapat di jumpai dan
berperan dalam menentukan kedudukan seseorang dalam
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 89
71
b. Achieved-Status, adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang
dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedududukan ini bersifat
terbuka bagi siapa saja sesuai dengan kemampuan masing-masing
individu dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.
c. Assigned –Status, merupakan kedudukan yang diberikan kepada
seseorang yang bersaja. Kedudukan ini biasannya diberikan oleh
suatu kelompok keada seseoramg yang telah memperjuangkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Kedudukan terkadang diberikan kepada seseorang karena telah lama
menduduki sebuah suatu pngkat tertentu.
Manusia mempunyai dua peran yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Dalam berintraksi, ada hubungan secara vertikal
(hubungan dengan Tuhan sebagai pencipta) dan horizontal (hubungan
dengan sesama manusi, alam sekitar, dan makhluk lainnya). Manusia
sebagai makhluk sosial, artinya manusia tidak dapat hidup sendirian. Itu
artinya manusia membutuhkan orang lain semenjak manusia itu lahir
sampai meninggal.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirin tanpa
bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan),
kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan
kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu rasa aman, perasaan
religionalisme, tidak mungkin terpenuhi tanpa adanya orang lain. Itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 90
72
artinya manusia membutuhkan dukungan dari sesama untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dirinya sendiri.
Menurut Damsar (2011) ekonomi merupakan kata serapan dari
bahasa Inggris yaitu economy. Sementara itu kata economy berasal dari
bahasa Yunani, yaitu oikomike yang berarti pengelolaan rumah tangga.
Adapun yang dimaksud dengan pengelolaan rumah tangga adalah suatu
usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya yang
berhubungan dengan pengalokasian sumber daya rumah tangga yang
terbatas di antara berbagai anggotannya, dengan mempertimbangkan
kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing. Dengan demikian,
ekonomi merupakan suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan
pelaksanaannya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya
masyarakat (rumah tangga dan pebisnis/perusahaan) yang berberbeda
dari setiap individu dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha, dan
keinginan masing-masing.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa status soasial ekonomi adalah gambaran kedudukan seseorang
dalam masyarakat berdasarkan keuangan, pendapatan dan perekonomian
keluarga. Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang
keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial
ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 91
73
Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya
hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik primer maupun skunder (Soetjiningsih, 2004).
Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2014)
membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:
a. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata
lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
b. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata
antara Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
c. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata
antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
d. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata
1.500.000,00 per bulan
Faktor status sosial ekonomi orang tua sangat berpengaruh
terhadap pembentukan karakter pada anak. Tinggi rendahnya dan besar
kecilnya pendapatan atau penghasilan, cukup atau kurangnya perhatian
dan bimbingan orang tua turut berperan dalam pembentukan karakter
anak. Gerungan (2004) menyatakan:
keadaan status sosial orang tua mempunyai peranan terhadap
perkembangan anak-anak, adanya perekonomian yang cukup,
lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarga lebih luas
maka dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan
berbagai kecakapan. Hubungan orang tuanya hidup dalam status
sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 92
74
tekanan sehingga orang tua dapat mencurahkan perhatian lebih
mendalam kepada anaknya apabila tidak dipersulit dangan perkara
kebutuhan. Selain itu, Abdulllah Ildi (2011:180), mengemukakan
bahwa: keadaan status sosial ekonomi keluarga memiliki peranan
yang penting terhadap proses perkembangan anak. Keluarga yang
status sosial ekonominya mencukupi menyebabkan lingkungan
materil yang dihadapan anak akan lebih luas. Anak dapat memiliki
kesempatan mengembangkan kemampuan secara luas atas
dukungan ekonomi orang tua. Sebaliknya keluarga yang memiliki
status sosial ekonomi cenderung rendah kurang dapat
mengembangkan kemampuannya secara luas.
Jadi dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
perkembangan siswa dipengaruhi oleh keadaan status sosial ekonomi
orang tua. Tingkatan status sosial ekonomi juga mempengaruhi
perhatian orang tua kepada anak. Status sosial ekonomi tinggi dapat
memberikan kesempatan yang lebih besar kepada anak untuk lebih
berkembang dengan luas dari pada anak yang yang berstatus sosial
ekonomi yang rendah.
2. Klasifikasi Status Sosial Ekonomi
a. Status sosial ekonomi atas
Status sosial ekonomi atas merupakan kelas sosial yang berada
paling atas dari tingkatan sosial yang terdiri dari orang-orang yang
sangat kaya seperti kalangan konglomerat, mereka sering menempati
posisi teratas dari kekuasaan. Sitorus (2000) menyatakan bahwa
status sosial ekonomi atas yaitu status atau kedudukan seseorang di
masyarakat yang diperoleh berdasarkan penggolongan menurut harta
kekayaan, dimana harta kekayaan yang dimiliki di atas rata-rata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 93
75
masyarakat pada umumnya dan dapat memenuh kebutuhan hidupnya
dengan baik.
b. Status sosial ekonomi bawah
Menurut Sitorus (2000) status sosial ekonomi bawah adalah
kedudukan seseorang di masyarakat yang diperoleh berdasarkan
penggolongan menurut kekayaan, dimana harta kekayaan yang
dimiliki termasuk kurang jika dibandingkan dengan rata-rata
masyarakat pada umumnya serta tidak mampu dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
3. Tingkat Status Sosial Ekonomi
Arifin Noor membagi kelas sosial dalam tiga golongan, yaitu:
1) Kelas atas (upper class)
Upper class berasal dari golongan kaya raya seperti golongan
konglomerat, kelompok eksekutif, dan sebagainya.
2) Kelas menengah (middle class)
Kelas menengah biasanya diidentikkan oleh kaum profesional dan
para pemilik toko dan bisnis yang lebih kecil.
3) Kelas bawah (lower class)
Kelas bawah adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau
penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya.
(Sumardi, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 94
76
F. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian yang terkait dengan analisa validasi efektifitas pendidikan
karakter penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film
karakter siswa SMP berdasarkan latar belakang tempat tinggal siswa
berdasarkan status sosial ekonomi orang tua, masih sedikit untuk dijadikan
sebagai sumber hasil penelitian yang relevan. Berikut merupakan hasil
penelitian yang relevan yang bersangkutan dengan pendidikan karakter
berbasis film.
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu; Ni
Nyoman Diastrimarina (2017) dengan judul “Pengembangan Prototipe
Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Daya Juang dan Karakter
Kerja Keras Berbasis Film Karakter di SMP”, Yohanes Billi Cahyadi
(2017) dengan judul “Pengembangan Prototipe Soal Tes Asesmen Hasil
Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan dan Peduli Sosial Berbasis Film
Karakter di SMP”, Yustinus Dasilva Moron (2017) dengan judul
“Pengembangan Prototipe Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Kreatif dan Karakter Inovatif Berbasis Film Karakter di SMP”, Inggried
Putri Mandasari (2017) dengan judul “Pengembangan Prototipe Soal Tes
Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Disiplin dan Karakter Kemandirian
Berbasis Film Karakter di SMP”, dan Guslita Seventina (2017) dengan
judul “Pengembangan Prototipe Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter Demokratis dan Karakter Kepemimpinan Diri Berbasis Film
Karakter di SMP.”Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 95
77
berawal dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan program
pendidikan karakter, serta masalah penilaian karakter dari hasil penerapan
pendidikan karakter di sekolah. Relevansi dari penelitian ini dengan penelitian
yang dikembangkan oleh peneliti ialah memiliki kesamaan dalam prosedur
pengembangannya yaitu menggunakan (R&D) dan memiliki media penilaian
karakter yaitu menggunakan film karakter.
G. Kerangka Pikir
Model soal tes asesmen hasil pendidikan karakter yang efektif belum
banyak tersedia di SMP. Kalaupun ada, pendidikan karakter yang terintegrasi
dari kurikulum dan implementasi pada sekolah secara khusus pada jenjang
SMP, dimana sekolah hanya mampu menilai secara kognitif dan belum
sampai pada tahap afeksinya. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan
soal tes dari 22 karakter yang ada melalui media film yang didalamnya berisi
dilema moral yang berkaitan dengan ke-22 karakter tersebut.
Melalui media film yang bermuatan dilema moral tersebut, peserta didik
dapat membayangkan kebiasaan yang mereka lakukan dalam kehidupan
sehari-hari, ketika mereka menghadapi situasi seperti apa yang terlihat dalam
film tersebut. Produk ini juga dapat mempermudah guru untuk menilai hasil
pendidikan karakter yang telah diaplikasikan kepada peserta didik. Guru
hanya hanya perlu menayangkan film karakter tersebut, dimana didalamnya
sudah terdapat potongan film pendek berupa dilema moral beserta pilihan
jawaban yang tersusun secara degradasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 96
78
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Berbasis Film Karaker
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, diajukan hipotesis
sebagai berikut;
1. Ho: Tidak terdapat perbedaan terhadap hasil penilaian siswa dari
berbagai latar belakang Status Sosial Ekonomi Orang tuanya terhadap
efektivitas penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter.
Dianalisis
Kualitatif Kuantitatif
Kesesuaian
Karakter Validitas
Reliabilitas
Keefektivitas Soal Test
Capaian Hasil
Pendidikan
Karakter Berbasis
Film Karakter
Bahasa
Konstruksi
Distribusi
Jenjang Ranah
Kognitif dan
Efeksi
SOAL TES ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS FILM KARAKTER
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 97
79
Ha: Terdapat perbedaan terhadap hasil penilaian siswa dari berbagai latar
belakang pendidikan orang tuanya terhadap efektivitas penggunaan soal
tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter.
2. Ho: Tidak terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis
film pada 10 SMP di Indonesia di berbagai Status Sosial Ekonomi orang
tuanya.
Ha: Terdapat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film
pada 10 SMP di Indonesia di berbagai Status Sosial Ekonomi orang
tuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 98
80
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan model penelitian dan pengembangan, prosedur
penelitian dan pengembangan, dan uji coba produk, teknik dan instrumen
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Model Penelitian dan Pengembangan
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
(research and development). Sebagaimana telah dipaparkan, Borg and Gall
(1998) menyatakan bahwa R & D merupakan proses untuk memvalidasi dan
mengembangkan produk-produk penelitian. Menurut Sugiyono (2013: 297)
penelitian R & D adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan dan menguji keefektifan suatu produk tertentu. Menurut Syaodih
(Putra, 2008: 66) penelitian R & D adalah suatu proses atau langkah-langkah
untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang
telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut Putra
(2015: 67) penelitian R & D didefinisikan sebagai metode penelitian yang
secara sengaja, sistemis, bertujuan untuk mencaritemukan, merumuskan,
memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk,
model, metode, dan jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif,
efisien, produktif, dan bermakna.
Dapat disimpulkan dari penjelasan para ahli tersebut bahwa Research
and Development merupakan jenis penelitian yang menghasilkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 99
81
mengembangkan suatu produk tertentu dengan cara yang sistematis. Penelitian
ini disebut penelitian pengembangan, karena peneliti mengembangkan suatu
produk berupa Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Berbasis Film Karakter di Beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di
Indonesia
B. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan ini menggunakan tahapan penelitian
Research and Development model oleh Borg & Gall . Langkah-langkah R &
D oleh Borg & Gall terdapat 10 langkah, yaitu:
1. Research and information collection (melakukan penelitian dan
pengumpulan informasi)
Sebagai penelitian awal terkait dengan produk pendidikan yang
akan dikembangkan, termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur
yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran kebutuhan,
penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan kerangka
kerja penelitian.
2. Planning (membuat perencanaan)
Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan adalah menyusun rencana
penelitian yang meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang
berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai
pada setiap tahapan, desain atau langkah-langkah penelitian dan jika
mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 100
82
3. Develop Preliminary form of Product (mengembangkan bentuk awal
produk)
Pada tahap ini yang perlu dilakukan adalah mengembangkan
bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan, termasuk dalam
langkah ini persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan
buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat
pendukung (misalnya pengembangan bahan pembelajaran, proses
pembelajaran, dan instrumen evaluasi).
4. Preliminary Field Testing (melakukan uji lapangan awal)
Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan uji coba
lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3
sekolah, dengan jumlah 6-12 subyek, pada langkah ini pengumpulan dan
analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi, atau
angket.
5. Main Product Revision (melakukan revisi produk utama)
Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan perbaikan
terhadap produk awal yang dihasilkan uji coba awal, perbaikan ini sangat
mungkin dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan dalam uji coba terbatas sampai diperoleh draft produk utama
yang siap diuji coba lebih luas.
6. Main Field Testing (melakukan uji lapangan untuk produk utama)
Pada tahap ini uji coba utama melibatkan khalayak lebih luas, yaitu
5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30 sampai dengan 100 orang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 101
83
pengumpulan data dilakukan sebelum dan sesudah penerapan uji coba,
hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah sebagai hasil evaluasi
terhadap pencapaian hasil uji coba produk yang dibandingkan terhadap
pencapaian kelompok control, dengan demikian pada umumnya langkah
ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen.
7. Operational Product Revision (melakukan revisi produk operasional)
Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan
perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga
produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional
yang siap divalidasi
8. Operational Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap produk)
Langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah
dihasilkan, dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah, melibatkan
40 sampai dengan 200 subyek, pengujian ini dilakukan melalui angket,
wawancara, observasi dan analisis hasilnya, tujuan langkah ini adalah
untuk menentukan apakah desain model yang dikembangkan sudah dapat
dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau pendampingan
oleh peneliti/pengembang model;
9. Final Product Revision (melakukan revisi produk final)
Pada tahap ini yang perlu dilakukan yaitu melakukan perbaikan
akhir terhadap model yang dikembangkan agar menghasilkan produk akhir
10. Disemination and Implementation (diseminasi dan implementasi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 102
84
Tahap ini merupakan langkah menyebarluaskan produk/model
yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas, langkah ini adalah
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan produk, baik dalam bentuk
seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan kepada
skakeholders yang terkait dengan produk tersebut.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg
and Gall ditunjukkan pada bagan berikut:
Gambar 3. 1
Bagan Prosedur Penelitian Pengembangan (Borg and Gall, 2003)
Tim penelitian sebelumnya pada tahun 2017 telah mengevaluasi
pelaksanaan penelitian ini dari tahap 1 sampai pada tahap ke 6. Langkah-
langkah yang telah dilalui seperti penlitian dan pengumpulan, perencanaan,
mengembangkan bentuk awal, uji lapangan awal, revisi produk utama dan uji
lapangan produk utama. Telah dihasilkan 440 butir soal yang di uji secara
pararel. Sehingga, tim peneliti pada tahun 2018 melanjutkan langkah-langkah
selanjutnya pada tahap 7 dan 8 yaitu revisi produk operasional dan uji
lapangan produk pada populasi subjek yang lebih luas.
Penelitian dan
pengumpulan
informasi
Perencanaan Mengembangk
an bentuk awal
produk
Uji Lapangan Awal
Revisi Produk
Utama
Uji Lapangan
Produk Utama
Revisi Produk
Operasional
Uji Lapangan
Produk
Revisi Produk
Final
Diseminasi dan
Implementasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 103
85
1. Revisi Oprasional Produk
Revisi produk oprasional dilakukan terhadap soal tes hasil
pemakaian produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis
Film Karakter pada tahap awal yang dikembangkan memiliki kekurangan
maupun kelemahan. Pada tahap revisi produk oprasional ini, digunakan
beberapa kriteria atau syarat yang harus dipenuhi dan diperbaiki dari produk
yang dihasilkan pada tahap awal, seperti:
a. Dilakukan filterisasi soal dari 440 item soal menjadi 88 item soal.
b. Potongan film pendek harus menampilkan karakter yang sesuai dengan
nilai-nilai karakter yang dirumuskan oleh Kemendiknas (2010).
c. Potongan film didukung oleh pemain film yang notabene anak SMP,
karena subjek penelitian merupakan siswa SMP.
d. Film merupakan film Indonesia dan berbahasa Indonesia yang
bertujuan memudahkan siswa untuk memahami dan menjawab soal tes
karakter.
e. Kalimat dan tanda baca dalam soal harus sesuai dengan EYD (ejaan
yang disempurnakan). EYD yang jelas dapat membantu siswa
memahami maksud dari soal dan jawaban yang ada di dalam soal tes
karakter.
f. Durasi setiap soal ± 2 menit. Durasi tersebut dirasa cukup dengan
bentuk soal yang sederhana dan jawaban yang bergradasi, sehingga
siswa tidak terlalu lama dalam mengerjakan sebanyak 88 soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 104
86
g. Kecocokan soal dengan potongan video. Setiap soal harus cocok
dengan potongan video yang ditayangkan, hal ini bertujuan agar nilai-
nilai karakter yang ada didalam soal dan film dapat dipahami oleh
siswa.
h. Kejelasan suara dan kejernihan film. Suara yang jelas serta film yang
jernih sangat membantu siswa untuk memahami apa yang mereka lihat
dan dengar dari soal tes.
Pada tanggal 17 Maret 2018 tim pengembangan melakukan revisi
produk dengan menyortir soal tes karakter dari 440 karakter disortir
menjadi 88 soal, masing-masing karakter di ambil 4 soal tes yang
memenuhi syarat-syarat seperti yang telah disebutkan diatas, sehingga
menjadi 88 soal tes asesmen berbasis film karakter.
2. Uji Lapangan Produk
Pada tahap ini peneliti melakukan uji lapangan produk yang terhadap
soal yang dihasilkan dari tahap-tahap filterisasi dan revisi kepada peserta
didik. Setelah diketahui kelemahnnya dan diperbaiki. Pengujian dapat
dilakukan dengan eksperimen lapangan pada 10 SMP pada beberapa kota di
Indonesia. Hal ini diperlukan karena terkadang apa yang telah dikonsepkan
belum tentu sesuai dengan kenyataan dilapangan. Pengujian dilakukan
dengan mengimplementasikan penggunaan produk (88 item soal) diberikan
kepada peserta didik sebagai upaya untuk analisis validasi efektivitas
pengunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film pada 10
SMP di Indonesia, yaitu; 1) SMP Fransiskus Tanjungkarang, 2) SMP St.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 105
87
Aloysius Turi, 3) SMP N 1 Yogyakarta, 4) SMP Raden Fatah Cimanggu, 5)
SMP N 3 Wates, 6) SMP N 31 Purworejo, 7) SMP N 2 Barusjahe, 8) SMP
Maria Padang, 9) SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten, dan 10) SMP N 2
Playen Gunung Kidul. Tujuan dari uji lapangan produk ini adalah untuk
mengetahui dari Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis
Film Karakter yang sudah melalui tahap revisi, memiliki kualitas yang baik
dan efektif digunakan sebagai alat tes untuk mengukur karakter siswa di
SMP di beberapa SMP tersebut.
C. Uji Coba Pemakaian Produk
1. Uji Coba Desain
Uji coba desain produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data,
mengetahui kualitas dan efektivitas soal tes asesmen pendidikan karakter
berbasis film karakter yang telah dibuat oleh tim peneliti. Data dari hasil
uji coba desain digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
produk soal tes asesmen berbasis film karakter. Uji coba desain juga
melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan
tujuan. Kegiatan uji coba desain ini diuji cobakan pada peserta didik kelas
VII dan VIII di beberapa SMP di Indonesia.
2. Tempat Penelitian dan Subjek Uji Coba Produk
a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 10 SMP di Indonesia, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 106
88
Tabel 3.1
Tempat Penelitian dan Subjek Penelitian
b. Subjek Penelitian
Subjek ujicoba penggunaan produk penelitian ini adalah peserta didik
kelas VII dan VIII tahun ajaran 2018/2019 pada 10 SMP di Indonesia.
Berikut adalah jumlah subjek penelitian masing-masing sekolah:
Tabel 3.2
Jumlah Subjek Uji Coba Penelitian
No Sekolah Kelas
VII
Kelas
VIII
Jumlah
1 SMP Fransiskus Tanjungkarang 31 siswa 34 siswa 65 siswa
2 SMP Raden Fatah Cimanggu 35 siswa 31 siswa 66 siswa
3 SMP Santo Aloyius Turi 20 siswa 43 siswa 63 siswa
No Nama Sekolah Alamat
1 SMP Fransiskus
Tanjungkarang
Jalan Mangga 1, Pasirgintung,
Tanjungkarang Pusat, Lampung,
35113
2 SMP St. Aloysius Turi Donokerto, Turi, Sleman,
Yogyakarta, 55551
3 SMP N 1 Yogyakarta Cik Di Tiro, no. 29, Yogyakarta,
55225
4 SMP Raden Fatah Cimanggu Jalan Raya Genteng, Kec.
Cimanggu, Kab. Cilacap, 53256
5 SMP N 3 Wates Jalan Purworejo Km.07, Sogan,
Wates, Kulon Progo
6 SMP N 31 Purworejo Jalan Brigjend Katamso 24,
Purworejo, 54114
7 SMP N 2 Barusjahe Desa Sinaman, Kec. Barusjahe,
Kab. Karo, Medan, Sumatra
Utara, 22172
8 SMP Maria Jalan Gereja, no. 39, Padang,
Sumatra Barat
9 SMP Pangudi Luhur Wedi Desa Karangrejo, Pandes, Wedi,
Glodogan, Klaten Sel.,
KabupatenKlaten, Jawa Tengah
57426
10 SMP N 2 Playen Gading II, Gading, Playen,
GunungKidul, Yogyakarta 55861
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 107
89
4 SMP N 3 Wates 35 siswa 35 siswa 70 siswa
5 SMP N 31 Purworejo 30 siswa 31 siswa 61 siswa
6 SMP Negeri 1 Yogyakarta 31 siswa 32 siswa 63 siswa
7 SMP Negeri 2 Barusjahe 37 siswa 32 siswa 69 siswa
8 SMP Maria 35 siswa 35 siswa 70 siswa
9 SMP Pangudi Luhur Wedi 35 siswa 35 siswa 70 siswa
10 SMP N 2 Playen 31 siswa 32 siswa 63 siswa
Jumlah 660 siswa
c. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter Berbasis Film Karakter untuk peserta didik SMP kelas VII dan
VIII di 10 SMP di Indonesia.
d. Waktu penelitian
Pengumpulan data impelemntasi produk ini dilaksanakan pada
bulan April-Mei 2018 pada 10 SMP di Indonesia dengan rincian jadwal
sebagai berikut.
Tabel 3.3
Waktu Penelitian
No Sekolah Waktu Penelitian
1 SMP Fransiskus Tanjungkarang 24 April 2018
2 SMP Raden Fatah Cimanggu 17 April 2018
3 SMP Santo Aloyius Turi 21 April 2018
4 SMP N 3 Wates 20 April 2018
5 SMP N 31 Purworejo 8 Mei 2018
6 SMP Negeri 1 Yogyakarta 18 April 2018 dan 19 April 2018
7 SMP Negeri 2 Barusjahe 28 April 2018
8 SMP Maria 23 April 2018 dan 24 April
9 SMP Pangudi Luhur Wedi 19 April 2018
10 SMP N 2 Playen 8 Mei 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 108
90
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Zuriah (2007: 171) penggunaan teknik dan alat
pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang
objektif. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah pilihan ganda menggunakan potongan film yang berdurasi 1-2 menit
dan pada akhir film akan dimunculkan soal-soal tes karakter yang akan
dijawab oleh siswa dengan waktu yang sudah ditentukan. Soal-soal karakter
tersebut tidak ada yang salah dan benar, namun dalam bentuk gradasi soal.
Film dan soal karakter yang disajikan adalah sebanyak 88 soal dengan topik
yang berbeda, seperti karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Setelah
siswa selesai mengerjakan soal yang diberikan, maka siswa diharuskan
mengisi angket penilaian (validasi) siswa yang mana angket tersebut
merupakan angket tertutup yang memuat penilaian atau pendapat siswa
terhadap efektivitas model asesmen yang dikembangkan dan soal-soal tes
yang menggambarkan dilema moral yang menggunakan potongan-potongan
film karakter.
Di samping itu peneliti juga memberikan angket keterlaksanaan dan
hambatan asesmen pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) kepada para guru yang memiliki kaitan erat dengan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 109
91
karakter di sekolah. Angket penilaian terhadap model asesmen yang
dikembangkan oleh tim peneliti, bertujuan agar mengetahui masukan dari
para guru mata pelajaran yang memiliki kaitan erat dengan pendidikan
karakter di sekolah.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data hasil penelitian (Zuriah, 2007: 168). Ada dua macam
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter yang dikembangkn dalam penelitian ini yang berupa
pilihan berganda (multiple choice) dengan menggunakan skala jenjang dan
kuesioner validasi siswa terhadap efektivitas model asesmen yang
dikembangkan. Kuesioner validasi efektivitas produk penelitian yang
digunakan berbentuk pernyataan checklist menggunakan skala Guttman.
Pada sub bab ini dijelaskan karakteristik kedua instrumen yang digunakan :
a. Kuesioner Validasi Efektivitas Produk
Kuesioner validasi efektivitas soal tes menurut penilaian siswa
berbentuk pernyataan checklist menggunakan skala Guttman. Sugiyono,
(2016: 111) menjelaskan bahwa skala pengukuran dengan tipe ini,
memberikan jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”;
“pernah-tidak pernah”; positif-negatif”; dan setuju-tidak setuju”. Data
yang diperoleh dapat berupa data interval dan data rasio. Skala Guttman
yang digunakan dalam efektivitas penggunaan model soal tes karakter,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 110
92
tujuannya untuk melihat efektivitas penggunaan soal tes yang dibuat
berdasarkan penilaian siswa.
b. Soal Tes Hasil Pendidikan Karakter
Menurut Sudjana (2010: 35) alat penilaian hasil belajar dapat
digolongkan dalam dua jenis yaitu tes uraian dan tes objektif. Dalam
penelitian ini tes yang digunakan adalah tes objektif. Tes objektif berupa
pilihan berganda (multiple choice) dengan menggunakan skala jenjang.
Tes diberikan kepada siswa yang berbeda tingkatan (kelas VII dan kelas
VIII), dalam waktu yang sama, bertujuan untuk melihat perbedaan antara
keduanya dan mendapatkan data yang diperlukan.
Tes yang akan diberikan dalam bentuk cuplikan video yang
menggambarkan perilaku karakter, dikemas dengan tampilan pertanyaan
dan pilihan jawaban sehingga siswa tidak lagi membaca dalam bentuk
lembaran. Tes yang diterapkan dalam penelitian ini bersifat tertutup
karena hanya diberikan pernyataan dan pilihan jawaban yang sesuai
dengan keadaan saat ini dan memiliki kebenaran alternatif jawaban
berupa pilihan ganda yang bergradasi nilainya mulai dari 1 hingga 4 tidak
ada jawaban salah/nol.
Tabel 3.4
Konstruk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Golongan Faktor Variabel Indikator
Variabel
Karakter
Item Soal
Faktor 1: Nilai karakter dalam
hubungannya dengan Tuhan
Religius Faktor 1 Faktor 2
65, 68 66, 67
Faktor 2: Karakter dalam Jujur 17, 18, 19, 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 111
93
E. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010) mengatakan bahwa teknik analisis data diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada rumusan masalah. Teknik analisis data dalam
penelitian ini disesuaikan dengan poin-poin tujuan penelitiana.
1. Gambaran Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter
Berbasis Film Karakter yang di Analisis dengan Teknik Deskriptif
Kualitatif.
hubungannya dengan diri sendiri Tanggung
jawab
21, 22, 23, 24
Kreatif 25, 26, 27, 28
Inovatif 29, 30, 31, 32
Daya juang 37, 38, 40
Kerja keras 33, 35, 36
Disiplin 41, 42,43, 44
Mandiri 45, 46, 47, 48
Rasa ingin tahu 1, 2, 3, 4
Faktor 3: Nilai karakter dalam
hubungannya dengan sesama.
Menghargai
prestasi
5, 6, 7, 8
Demokratis 57, 58, 59, 60
Rendah hati 49, 50, 51, 52
Kepemimpinan 61, 62, 63, 64
Memaafkan 53, 54, 55, 56
Peduli sosial 9, 10, 12
Bersahabat 81, 82
Cinta damai 85, 86, 87, 88
Faktor 4: Nilai karakter dalam
hubungannya dengan
lingkungan.
Peduli
lingkungan
Faktor 1 Faktor 2
13, 14 15, 16
Faktor 5: Nilai kebangsaan Nasionalisme 77, 78, 80
Toleransi 69, 70, 71, 72
Cinta tanah air 73, 74, 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 112
94
Produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis fim
karakter ini dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Teknik
deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menjelaskan proses revisi dan uji
coba dilapangan pada tahap ke 7 dan 8 dalam tahap R & D.
2. Analisis Kualitas Soal-soal tes asesmen hasil penilaan pendidikan
karakter berbasis film karakter yang di uji cobakan pada beberapa
SMP di Indonesia.
Guna melihat kualitas soal-soal tes asesmen hasil penilaian
pendidikan karakter berbasis film karakter yang di ujicobakan pada
beberapa SMP di Indonesia maka, peneliti menggunakan teknik
confirmatory factor analysis dengan bantuan aplikasi SPSS dengan
analisi faktor untuk mengukur validutas dan reliabilitas. Teknik ini
digunakan untuk menganalisis validitas dan reliabilitas pada soal tes
asesmen hasil penilaian pendidikan karakter berbasis film karakter.
Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran kualitas soal tes asesmen
hasil penilaian pendidikan karakter berbasis film karakter dengan melihat
validitas dan reliabilitas soal tes asesmen hasil penilaian pendidikan
karakter berbasis film karakter yang di uji cobakan pada siswa kelas VII
dan VIII di SMP Fransiskus Tanjungkarang, SMP St. Aloysius Turi,
SMP N 1 Yogyakarta, SMP Raden Fatah Cimanggu, SMP N 3 Wates,
SMP N 31 Purworejo, SMP N 2 Barusjahe, SMP Maria Padang, SMP
Pangudi Luhur Wedi Klaten, dan SMP N 2 Playen Gunung Kidul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 113
95
a. Validitas
Sugiyono (2016) mengatakan bahwa validatas merupakan
derajad ketepatan antara dua data yang terjadi pada obyek penelitian
dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Validitas akan
menunjukkan data yang valid atau tidak. Data yang valid adalah data
“yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Bila
peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi
pada obyek, maka data itu dinyatakan tidak valid.
Priyatno (2014) uji validitas adalah suatu variabel dinyatakan
valid dan dapat dianalisis lebih lanjut apabila memenuhi kriteria
yang menyatakan bahwa angka KMO (Keiser-Mayer-Olkin) MSA
(Measures of Sampling Adequacy) pada kolom KMO and Berlett’s
Test harus lebih besar atau sama dengan 0,500. Sedangkan, tingkat
probabilitas (sig) harus lebih kecil atau sama dengan 5% (0,05).
Kemudian untuk mengetahui tiap item valid atau tidak dapat dilihat
dari nilai MSA pada kolom Anti Mage Correlation’s. Nilai MSA di
atas 0,5 menunjukkan bahwa item valid dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
isi (content validity) dan validitas konstruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 114
96
1) Validitas Isi
Validasi isi (content validity) isi ditentukan dengan melihat
apakah soal-soal yang digunakan telah menunjukkan sample
atribut yang diukur. Menurut Guion (Mulyasa, 2004), validitas
sangat bergantung kepada dua hal yaitu tes itu sendiri dan proses
yang mempengaruhi dalam merespon tes. Salah satu cara untuk
memperoleh validitas isi adalah dengan melihat soal-soal yang
membentuk tes itu. Jika keseluruhan keseluruhan soal nempak
mengukur apa yang seharusnya tes itu digunakan, tidak
diragukan lagi bahwa validitas isi sudah terpenuhi.
2) Validitas Konstruk
Mulyasa (2004) validitas konstruk berarti bahwa suatu
alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan
konstruksi teoritis dimana tes itu dibuat. Dengan kata lain
sebuah tes dikatakan memiliki validasi konstruksi apabila
soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir yang sudah
diuraikan faktor-faktor yang sudah ditetapkan. Oleh sebab itu
uji validitas ini menggunakan analisis faktor.
Yamin & Kurniawan (2009) analisis faktor adalah
suatu analisis multivarian yang bertujuan untuk meringkas
atau mereduksi variabel amatan secara keseluruhan menjadi
beberapa variabel atau dimensi baru akan tetapi variabel
atau dimensi baru yang terbentuk tetap merepresentasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 115
97
variabel utama. tersebut dapat menggambarkan faktor utama.
Analisi faktor mempunyai dua pendekatan utama, yaitu
exporatory factor analysis dan confirmatory factor analysis.
Analisis faktor pada penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan confirmatory factor analysis.
Confirmatory factor analysis (Yamin & Kurniawan, 2009)
digunakan apabila faktor yang akan terbentuk telah ditetapkan
terlebih dahulu. Pendekatan confirmatory factor analysis
merupakan teknik pengujian yang validasi yang lebih canggih
(sophisticated) untuk mengguji apakah faktor-faktor teretis
peneliti telah terbukti direfleksikan oleh indikator-indikator
yang ada.
∑
∑ ∑
Keterangan:
= koefisien korelasi
= koefisien korelasi parsial
b. Reliabilitas
Patton (Budiastuti & Bandur, 2018) menegaskan bahwa
reliabilitas merupakan faktor yang sangat penting untuk
dipertimbangkan para peneliti kualitatif dalam mendesain,
menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian kuantitatif. Dia juga
menjelaskan bahwa reliabilitas tidak dapat dipisahkan dari validitas
karena validitas penelitian akan melahirkan reliabilitas penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 116
98
Validitas yang baik dapat menghasilkan reliabilitas penelitian yang
baik.
Azwar (2012) menjelaskan bahwa reliabilitas merupakan suatu
pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat
reliabilitas tinggi maka disebut sebagai yang reliabel. Supriyadi Edy
(2014) mengatakan bahwa uji realibilitas adalah mengetahui
konsisten atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila
instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau
responden.
Priyatno (2014) uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
keajegan atau konsistensi alat ukur yang biasannya menggunakan
kuesioner. Yang artinya alat ukur tersebut akan mendapatkan
pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulangi kembali.
Metode yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur
skala rentang adalah Cronbach Alpha. Uji reliabilitas merupakan
kelanjuatan dari validitas, dimana item yang valid saja. Untuk
menentukan apakah instrumen reliabel atau tidak menggunakan
batasan 0,6. Menurut Sekaran (Priyatno, 2014), reliabilitas kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas
0,8 adalah baik. Guna melihat reliabilitas maka peneliti
menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
)
Keterangan:
k = jumlah item/belahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 117
99
∑ = jumlah varian belahan dalam tes
= varian skor total (Cronbach, 1951)
Adapun kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956: 145)
adalah sebagai berikut:
0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah.
-1,00 r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable).
3. Analisis Data Nilai-Nilai Efektifitas Menurut Penilaian Siswa pada
Beberapa SMP di Indonesia dalam Penggunaan Soal Tes Asesmen
Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter.
Mengukur nilai-nilai efektifitas penggunaan soal tes asesmen
hasil pendidikan karakter berbasis film karakter, maka siswa diberikan
lembar kuesioner validitas efektivitas soal berisikan 35 item dengan 7
item pernyataan negatif dan 28 pernyataan positif. Peserta didik diminta
untuk memilih jawaban “ya” atau “tidak” sesuai dengan hati nuraninya.
Oleh sebab itu, untuk mengukur apakah item-item pernyataan memiliki
nilai efektivitas yang bergradasi, maka peneliti menentukan skor kriteria
yang berpatokan dengan kategori PAP (Penilaian Acuan Patokan) Tipe I
(Masidjo, 1995: 153). Penilain responden dikatakan sangat efektif jika
mencapai 90%-100%, efektif apabila mencapai 80%-89%, cukup efektif
jika mencapai 65%-79%, kurang efektif 55%-64%, dan tidak efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 118
100
<55%. Untuk mengukur nilai-nilai efektifitas soal tes, maka peneliti
mengunakan rumus sebagai berikut ini:
Pem = ∑
Keterangan:
Pem = Persentase capaian skor
∑ Jumlah jawaban setiap item
N = Jumlah responden
Tabel 3.5
Norma Kategorisasi PAP Tipe 1
4. Teknik Analisis Data Capaian Hasil Soal Tes Asesmen Hasil
Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter yang Dianalisis dengan
Teknik Deskriptif Kuantitatif
Guna melihat hasil pendidikan karakter yang diukur dengan soal tes
asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter, penelitian
menggunakan rumusan norma kategorisasi Azwar (2012).
Kategori Persentase (%)
90%-100% Sangat Efektif
80%-89% Efektif
65%-79% Cukup Efektif
55%-64% Kurang Efektif
<55% Kurang Efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 119
101
Tabel 3.6
Norma Kategorisasi
Skor Kategorisasi
µ + 1 σ < X Sangat Tinggi
µ - 1 σ < X ≤ µ + 1 σ Sedang
X ≤ µ - 1 σ Rendah
Gambar 3.2
Rumus Norma Tiga Kategorisasi
Keterangan:
a) Skor maksimum teoritik: Skor tertinggi yang diperoleh subyek
penelitian berdasarkan perhitungan skala.
b) Skor minimum: Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian
menurut perhitungan skala
c) Standar deviasi (σ/sd): luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
d) Mean teoritik (µ): rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum
Maka, dengan rumus norma tiga kategorisasi, peneliti dapat melihat
capaian hasil pendidikan karakter siswa beberapa SMP di Indonesia
dengan menggunakan pengolahan SPSS.
5. Analisis Perbedaan Penilaian Siswa Terhadap Validasi Efektifitas
Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis
Film Karakter Dilihat dari Siswa Berdasarkan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 120
102
Guna menjawab rumusan masalah nomor 5, peneliti menggunakan
tes tes statistik non-paramentrik dengan pendekatan tes Chi Square ( )
digunakan untuk mengetes sampel yang skor dalam frekuensi. Untuk
melakukan uji Chi Square dapat menggunakan fasilitas Crosstab yang
terdapat pada program SPSS. Uji Chis Square bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel yang terdapat pada barisan kolom.
Rumus tes Chi Square adalah:
∑
∑
Keterangan:
r= Jumlah Kategori dalam baris
c= jumlah kategori dalam kolom
= Skor frekuendi yang diamati, yang terjadi
= Skor frekuensi yang diharapkan
Degree of freedom= (r-1)(c-1)
6. Analisis Perbedaan Capaian Hasil Pendidikan Karakter Berbasis
Film pada Beberapa Siswa SMP di Indonesia yang Berdasarkan
Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Guna menjawab rumusan masalah nomor 6, peneliti menggunakan
analisis varians satu arah (One Way Analysis of Variance-ANOVA).
Anova adalah prosedur statistika untuk mengkaji (mendeterminasi)
apakah rata-rata hitung (mean) dari tiga populasi atau lebih, sama, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 121
103
tidak. Prosedur anova menggunakan variabel numerik tunggal yang
diukur dari sejumlah sampel untuk menguji hipotesis nol dari populasi
yang (diperkirakan) memiliki rata-rata hitung (mean) sama. Variabel
dimaksud harus berupa variabel kuantitatif.
Analisis varian, varian disebut a mean square (MS). Rumusannya
adalah sebagai berikut:
Rumusan F ini untuk menjadi one factor between subject design.
MSbetween adalah varian between-groups, diturunkan dari varian dalam
mean sample karena efek independen variabel dan juga sampling error.
MSwithin adalah varian within-group. Mengukur variansi dalam skor
dalam keadaan treatment, sejauh mana observasi dalam group bervariasi.
Mean squaer (MS) dicari dengan persamaan berikut:
Di mana SS= sum square dan df=degree of freedom, sehingg berlaku:
Sedangkan SSbetween SSwithin dan SStotal dapat dicari dengan persamaan:
∑ ∑
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 122
104
∑
∑
∑
∑
Sedangkan derajat kebebasannya dapat dihitung dengan:
Df untuk Ssbetween= (K-1)
Df untuk SSwithin= (N-K)
Df untuk SStotal= N-1
K= jumlah kelompok treatment
N= jumlah keseluruhan sample
Berikut hipotesis sementara dari peneliti adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 123
105
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan hasil-hasil penelitian dan pengembangan serta
pembahasan. Sistematika pemaparan mengikuti urutan ru musan masalah yang
diajukan pada Bab 1 dalam penelitian ini. Dengan cara ini dimaksudkan
pertanyan-pertanyaan penelitian dapat dijawab secara berurutan.
A. Hasil Penelitian
1. Produk Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film
Karakter yang Diujikembangkan pada 10 SMP di Indonesia
Sebagaimana dipaparkan pada bab 3 dalam metodologi penelitian
pendidikan mengenai prosedur model penelitian pengembangan Borg and
Gall mengungkapkan bahwa Educational Research and Development
merupakan proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-
produk pendidikan. Langkah-langkah Research and Development
menurut Borg and Gall (2003) meliputi 10 langkah, yaitu: (1) Research
and information collection (melakukan penelitian dan pengumpulan
informasi); (2) Planning (membuat perencanaan); (3) Develop
Preliminary form of Product (mengembangkan bentuk awal produk); (4)
Preliminary Field Testing (melakukan uji lapangan awal); (5) Main
Product Revision (melakukan revisi produk utama); (6) Main Field
Testing (melakukan uji lapangan untuk produk utama); (7) Operational
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 124
106
Product Revision (melakukan revisi produk operasional); (8) Operational
Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap produk); (9) Final
Product Revision (melakukan revisi produk final); (10) Disemination and
Implementation (diseminasi dan implementasi). penelitian ini telah
memasuki pada tahap (7) Operational Product Revision (melakukan revisi
produk operasional); (8) Operational Field Testing (melakukan uji
lapangan terhadap produk).
Pada tahapan ini peneliti telah melakukan perevisian produk dan
mengujicobakan produk tersebut ke 10 sekolah yang ada di Indonesia.
Tahap revisi produk yang telah peneliti lakukan adalah memilih potongan
film pendek yang menampilkan karakter religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab; memilah potongan film yang notabene adalah anak SMP
(sesuai dengan umur subjek); mensortir film yang berbahasa Indonesia dan
berasal dari Indonesia; mengedit kalimat dan tanda baca dalam soal yang
mana harus sesuai dengan EYD; mengedit durasi setiap soal yaitu kurang
lebih 2 menit; mencocokan soal dengan potongan video; mengedit
kejelasan suara: dan memilih kejernihan film.
Setelah melewati proses yang panjang maka produk penelitian
pengembangan pada tahap revisi produk ini terfilterisasi 88 soal tes
asesmen yang terseleksi dari 440 butir soal tes yang telah dikembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 125
107
oleh tahun sebelumnya. Setelah itu, sebanyak 88 butir soal tes tersebut
diujicobakan secara empirik di lapangan seperti yang telah disebutkan
pada bab 3, sebagaimana yang telah dijelaskan bab 3. Bentuk fisik 88 soal
itu telah didokumentasikan pada sebuah dvd. Produk final soal tes yang
dikembangkan peneliti bersama tim merupakan hak otoritas pengemban.
Oleh sebab itu, peneliti hanya mencantumkan 1 contoh soal, bagi pihak-
pihak yang membutuhkan bisa menghubungi ke email:
[email protected]
Sebagai seseorang yang suka menolong dan pemaaf, ketika kamu
berada pada posisi anak perempuan tersebut, apa yang kamu lakukan?
a. Saya mengangkat barang belanjaan ibu dengan iklhas dan tidak
menghiraukan perkataannya
b. Saya mengangkat barang belanjaan ibu dan memaafkan perbuatan
yang telah dilakukan olehnya
c. Saya mengangkat barang belanjaan ibu dan mengatakan bahwa
saya tidak menyukai sifat ibuku yang kasar kepadaku
d. Saya mengangkat barang belanjaan ibu apabila ia berjanji tidak
berbuat kasar padaku
https://www.youtube.com/watch?v=yrw2Ksldw-I
RUBIK: A:3 B:4 C:2 D:1
Gambar 4.1
Contoh Butir Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film
Karakter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 126
108
Gambar 4.2
DVD Dokumentasi Soal Tes
2. Kualitas Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film
Karakter yang Diujikembangkan pada 10 SMP di Indonesia
a. Validitas
Tabel 4.1
Hasil Analisis Faktor Variabel 1
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .502
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 36.020
Df 6
Sig. .000
Tabel 4.2
Total Variance Explained
Component
Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of
Variance Cumulative % Total % of
Variance Cumulative %
1 1.232 30.788 30.788 1.175 29.369 29.369
2 1.066 26.653 57.441 1.123 28.072 57.441
Extraction Method: Principal Component Analysis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 127
109
Tabel 4.3 Rotated Component Matrixa
Component
1 2
f1.65 .664
f1.66 .823
f1.67 .662
f1.68 .784
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 3 iterations.
Nilai KMO-MSA yaitu 0,502 sehingga nilai KMO-MSA lebih
besar dari 0,50 dan signifikansi Barlett 0,000 atau lebih kecil dari 0,05
sehingga instrumen penelitian ini layak digunakan. Tabel rotated
component matrix menunjukkan item-item yang membentuk faktor. begitu
pula pada faktor selanjutnya, dimana nilai factor loading yang berada
dalam satu kolom mengartikan item tersebut dalam faktor yang sama.
Hasil diatas keempat item pada variable 1 memiliki factor loading diatas
0,5 sehingga seluruh item valid dan membentuk 2 faktor dimana faktor
pertama terdiri dari item 65 dan 68 sedangkan faktor kedua terdiri dari
item 66 dan 67.
Tabel 4.4
Hasil Analisis Faktor Variabel 2 dan Variabel 3
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .954
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 19133.516
Df 2278
Sig. .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 128
110
Tabel 4.5
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Rotation Sums of Squared Loadings
Total
% of Varianc
e Cumulati
ve % Total
% of Variance
Cumulative %
Total
% of Variance
Cumulative
%
1 15.375 22.610 22.610 15.375 22.610
22.610 12.548
18.453
18.453
2 9.204 13.536 36.146 9.204 13.536
36.146 12.031
17.692
36.146
3 1.989 2.925 39.070 4 1.779 2.616 41.686 5 1.449 2.132 43.817 6 1.181 1.736 45.554 7 1.116 1.641 47.195 8 1.039 1.529 48.723 9 1.025 1.507 50.230 10 .994 1.462 51.692 11 .976 1.435 53.126 12 .949 1.396 54.522 13 .935 1.376 55.898 14 .927 1.364 57.261 15 .897 1.319 58.580 16 .867 1.276 59.856 17 .851 1.251 61.107 18 .844 1.242 62.348 19 .806 1.185 63.533 20 .788 1.159 64.692 21 .782 1.150 65.842 22 .777 1.142 66.985 23 .770 1.132 68.117 24 .754 1.109 69.226 25 .719 1.057 70.283 26 .704 1.035 71.319 27 .701 1.030 72.349 28 .693 1.019 73.368 29 .669 .984 74.352 30 .654 .962 75.313 31 .647 .952 76.265 32 .642 .944 77.209 33 .627 .923 78.132 34 .616 .905 79.037 35 .603 .887 79.923
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 129
111
36 .591 .870 80.793 37 .585 .861 81.654 38 .558 .820 82.474 39 .554 .815 83.290 40 .541 .796 84.086 41 .537 .789 84.875 42 .520 .764 85.640 43 .514 .756 86.395 44 .506 .744 87.139 45 .473 .695 87.834 46 .462 .679 88.514 47 .452 .665 89.179 48 .450 .662 89.841 49 .435 .640 90.480 50 .429 .631 91.111 51 .420 .618 91.729 52 .412 .605 92.334 53 .408 .601 92.935 54 .387 .569 93.504 55 .378 .557 94.061 56 .374 .549 94.610 57 .371 .546 95.156 58 .354 .520 95.676 59 .344 .506 96.182 60 .330 .486 96.668 61 .326 .480 97.148 62 .317 .466 97.614 63 .307 .451 98.065 64 .291 .429 98.493 65 .277 .407 98.900 66 .263 .387 99.287 67 .247 .363 99.650 68 .238 .350 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Tabel 4.6 Rotated Component Matrixa
Component
1 2
f2.1 .720 f2.2 .621 f2.3 .577 f2.4 .658 f2.17 .601 f2.18 .509 f2.19 .666 f2.20 .595 f2.21 .577 f2.22 .602 f2.23 .605 f2.24 .634 f2.25 .659 f2.26 .566 f2.27 .671 f2.28 .524 f2.29 .621 f2.30 .600 f2.31 .555 f2.32 .647 f2.33 .503 f2.34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 130
112
f2.35 .586 f2.36 .560 f2.37 .556 f2.38 .584 f2.39 f2.40 .525 f2.41 .504 f2.42 .551 f2.43 .556 f2.44 .520 f2.45 .542 f2.46 .531 f2.47 .654 f2.48 .590 f3.5 .819
f3.6 .545
f3.7 .639
f3.8 .710
f3.9 .716
f3.10 .632
f3.11 f3.12 .584
f3.49 .606
f3.50 .612
f3.51 .546
f3.52 .620
f3.53 .617
f3.54 .526
f3.55 .501
f3.56 .576
f3.57 .684
f3.58 .505
f3.59 .578
f3.60 .569
f3.61 .614
f3.62 .727
f3.63 .633
f3.64 .656
f3.81 .624
f3.82 .575
f3.83 .556
f3.84 f3.85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 131
113
Nilai KMO-MSA yaitu 0,954 sehingga nilai KMO-MSA lebih besar
dari 0,50 dan signifikansi Barlett 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga
instrument penelitian ini layak digunakan. Tabel rotated component matrix
menunjukkan item-item yang membentuk factor. begitu pula pada factor
selanjutnya, dimana nilai factor loading yang berada dalam satu kolom
mengartikan item tersebut dalam factor yang sama. Hasil diatas diperoleh
banyaknya 2 item tidak valid pada variable 2 dan 3 item tidak valid
variable 3.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Faktor Variabel 4
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .502
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 20.878
Df 6
Sig. .002
Tabel 4.8
Total Variance Explained
Component
Extraction Sums of Squared Loadings
Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of
Variance Cumulative % Total % of
Variance Cumulative %
1 1.152 28.811 28.811 1.134 28.352 28.352
2 1.095 27.371 56.182 1.113 27.829 56.182
Extraction Method: Principal Component Analysis
f3.86 .690
f3.87 .548
f3.88 .574
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 132
114
Nilai KMO-MSA yaitu 0,502 sehingga nilai KMO-MSA lebih
besar dari 0,50 dan signifikansi Barlett 0,000 atau lebih kecil dari 0,05
sehingga instrument penelitian ini layak digunakan. Tabel rotated
component matrix menunjukkan item-item yang membentuk faktor. begitu
pula pada faktor selanjutnya, dimana nilai factor loading yang berada
dalam satu kolom mengartikan item tersebut dalam faktor yang sama.
Hasil diatas keempat item pada variable 4 memiliki factor loading diatas
0,5 sehingga seluruh item valid dan membentuk 2 faktor dimana faktor
pertama terdiri dari item 15 dan 16 sedangkan factor kedua terdiri dari
item 13 dan 14. Tabel 4.10
Hasil Analisis Faktor Variabel 5
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .758
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 693.702
Df 66
Sig. .000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Tabel 4.9 Rotated Component Matrixa
Component
1 2
f4.13 .704
f4.14 .731
f4.15 -.715 f4.16 .707 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations.
Tabel 4.11
Total Variance Explained
Component
Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings
Total % of
Variance Cumulative % Total % of
Variance Cumulative %
1 2.562 21.348 21.348 2.089 17.407 17.407
2 1.275 10.623 31.971 1.454 12.115 29.522
3 1.133 9.440 41.411 1.427 11.889 41.411
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 133
115
Nilai KMO-MSA yaitu 0,758 sehingga nilai KMO-MSA lebih besar dari
0,50 dan signifikansi Barlett 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 sehingga instrument
penelitian ini layak digunakan. Table rotated component matrix menunjukkan
item-item yang membentuk factor. Begitu pula pada factor selanjutnya, dimana
nilai factor loading yang berada dalam satu kolom mengartikan item tersebut
dalam factor yang sama. Hasil diatas terdapat 7 item pada variable 5 memiliki
factor loading diatas 0,5 sehingga ke 7 item valid dan membentuk 3 faktor dimana
factor pertama terdiri dari item 69,70,71,72 sedangkan factor kedua terdiri dari itr
73,74,76 dan factor ketiga terdiri dari item 77,78,80. Pada variable 5 ini terdapat 2
item tidak valid.
Tabel 4.12
Rotated Component Matrixa
Component
1 2 3
f5.69 .641
f5.70 .635
f5.71 .652
f5.72 .630
f5.73 .592
f5.74 .560
f5.75
f5.76 .553
f5.77 .533
f5.78 .580
f5.79
f5.80 .684
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 5 iterations.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 134
116
b. Reliabilitas
Tabel 4.13
Reliability
Tabel 4.13 menjelaskan tentang jumlah data yang valid untuk diproses dan
data yang dikeluarkan serta persentasenya. Dapat diketahui bahwa data atau case
yang valid berjumlah 660 dengan presentase 100% dan tidak ada data yang
dikeluarkan. Tabel 4. 14 adalah hasil dari analisis reliabilitas dengan teknik
Cronbach Alpha. Dapat diketahui nilai Cronbach Alpha adalah 0.933. Menurut
Sekaran (1992), reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan 0.7
dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 660 100.0
Excludeda 0 .0
Total 660 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Tabel 4.14
Scale: ALL VARIABLES
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.933 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 135
117
3. Nilai-Nilai Validitas Efektivitas Penggunaan Produk Soal Tes Asesmen
Menurut Penilaian Siswa
Untuk mengukur nilai-nilai efektivitas penggunanan soal tes asesmen
pendidikan karakter berbasis film karakter yang dikembangkan dalam penelitian
ini, kepada siswa diberikan skala perseptual terlampir pada lampiran 2.
Penggunaan inventori tersebut pada partisipan penelitian memberikan data
sebagai berikut, dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Rekapitulasi Hasil Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen
Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut
Penilaian Siswa pada 10 di Indonesia
No Pernyataan Ya Tidak
F F %
1 Menarik dan asyik 631 29 95.6%
2 Menyenangkan dan menghibur 617 43 93.5%
3
Sangat bermanfaat untuk menyadari
kualitas diri 652 8 98.8%
4
Menyadarkan saya untuk memperbaiki
perilaku 652 8 98.8%
5 Membuka mata hati/nuraniku 637 23 96.5%
6
Mendorong tekad/keberanian berbuat
lebih baik 642 18 97.3%
7
Menyadarkanku bahwak ku pernah
berbuat salah 636 24 96.4%
8
Membuatku merasa malu pada diri
sendiri 444 216 67.3%
9 Menumbuhkan rasa diri berharga 602 58 91.2%
10
Menyadarkan diriku bahwa aku punya
kelemahan/kekurangan diri 642 18 97.3%
11
Membuatku merasa sedih dan prihatin
terhadap keadaan sekelilingku 586 74 88.8%
12
Sangat bermanfaat mendorong aku
memperbaiki perilaku yang kurang baik 644 16 97.6%
13
Menimbulkan rasa menyesal dalam
diriku terhadap kesalahan-kesalahan yang
pernah aku lakukan 598 62 90.6%
14 Menumbuhkan keinginan menolong 644 16 97.6%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 136
118
orang lain
15 Menumbuhkan rasa bersyukur 646 14 97.9%
16
Menantang diri untuk bertobat dari
perilaku buruk 589 71 89.2%
17 Membosankan dan melelahkan 141 519 78,3%
18 Soal-soalnya sangat berat dan sulit 92 568 86,1%
19 Soalnya terlalu panjang dan rumit 174 486 73.7%
20
Mendorong/menumbuhkan keberanian
bertanggungjawab 635 25 96.2%
21
Membangkitkan kesadaran menghargai
teman 649 11 98.3%
22
Menumbuhkan rasa kemanusiaan dan
empati pada orang lain 643 17 97.4%
23
Mempererat rasa
persaudaraan/persahabatan 640 20 97%
24
Menumbuhkan ketaatan terhadap
norma/peraturan 645 15 97.7%
25
Membangkitkan keinginan
berusaha/gigih/berdaya juang 646 14 97.9%
26
Sangat baik/cocok/tepat untuk mengukur
karakter siswa 629 31 95.3%
27
Beberapa potongan film tidak nyambung
dengan pertanyaan & opsi jawaban 1 659 99,85%
28
Menumbuhkan keinginan berbagi/rela
berkorban 625 35 94.7%
29
Mendorong siswa lebih
disiplin/berperilaku baik/tertib pada
aturan 633 27 95.9%
30
Waktu mengerjakan tes ini terburu-buru
dan terlalu singkat/kurang waktu 211 449 68.1%
31
Tes ini merupakan cara menilai
karakterku (siswa) secara jujur dan adil 640 20 97%
32
Tes ini bagus dilakukan di akhir tiap
semester untuk menilai karakter siswa 595 65 90.2%
33
Tes ini jika dilakukan secara berulang
dapat menolong siswa untuk lebih sadar
berperilaku dan membangun karakter
yang lebih baik 617 43 93.5%
34
Tes ini kurang bermanfaat bahkan
membuang-buang waktuku (siswa) 65 595
90.16%
35
Dalam menjawab soal tes ini siswa
mungkin kurang jujur sesuai nuraninya 316 344 52.2%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 137
119
Keterangan: Pernyataan nomor 17, 18, 19, 27, 30, 34, dan 35 merupakan
pernyataan negatif.
Berdasarkan tabel 4.1 Terdapat 35 nomor item yang mengandung 28 item
positif dan 7 item negatif. Dari 35 nomor item tersebut yang masuk dalam kriteria
sangat efektif (90%-100%) adalah 27 item, efektif (80%-89%) sebanyak 3 item,
cukup efektif (< 80%) sebanyak 4 item, dan tidak efektif (<55%) sebanyak 1 item.
Tabel 4.16
Kategorisasi Hasil Efektifitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil
Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter Menurut Penilaian
Siswa pada Beberapa SMP di Indonesia
4. Capaian Hasil Pendidikan Karakter yang Diukur dengan Menggunakan Tes
Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Pada Beberapa SMP di
Indonesia
Capaian hasil pendidikan karakter diukur dengan menggunakan soal tes
asesmen berbasis film karakter pada 10 siswa SMP yang ada di Indonesia,
sebanyak 660 siswa SMP diperlihatkan potongan film karakter pendek. Potongan
film tersebut berdurasi ± 1 sampai 2 menit beserta soal dengan waktu yang sudah
ditentukan. Pilihan jawaban disajikan bergradasi, sehingga tidak ada jawaban
benar dan salah. Dalam hal ini siswa memilih jawaban yang menurutnya paling
sesuai dengan dirinya. Hasil pendidikan karakter tersebut dihitung menggunakan
Norma Kategorisasi Azwar, sebagai berikut:
Kategori Persentase
(%)
Banyak
Item Nomor Pernyataan
Sangat Efektif 90%-
100%
27 1, 2, 3, 4 ,5, 6, 7,9, 10, 12, 13, 14, 15,
20, 21, 22,23,24, 25, 26, 27, 28, 29, 31,
32,33,34
Efektif 80%-89% 3 11, 16,18
Cukup Efektif <80% 4 8,30, 19,17
Kurang efektif 55%-64% 1 0
Tidak efektif <55% 0 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 138
120
Tabel 4.17
Rumus Norma Tiga Kategorisasi
Rendah X < M – 1SD
Sedang M – 1SD < X < M + 1SD
Tinggi M + 1SD < X
Melalui rumus norma tiga kategorisasi tersebut, dapat di cari skor-skor
mana saja yang termasuk dalam kategori rendah, sedang, maupun tinggi. Oleh
sebab itu, sebelum masuk ke SPSS, peneliti mencari skor-skor tersebut terlebih
dahulu sebagai berikut:
X maks = jumlah soal asesmen x nilai terbesar.
= 88 x 4 = 352
X min = jumlah soal asesmen x nilai terkecil
= 88 x 1 = 88
Simpangan baku/SD =
Mean/X =
Tabel 4.18
Pengkategorisasian
Kategori Rumus Pengkategorisasian Rendah M – 1SD < X
176 < 220=Kurang baik
Sedang M – 1SD < X
< M + 1SD
176 ≤ 220 <264= Cukup Baik
Tinggi X < M + 1SD
220 < 264= Baik
Dari jawaban tersebut dapat terlihat capaian hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter dari tingkatan tinggi, sedang, maupun rendah. Hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 139
121
Tabel 4.19
Kategori Capaian Hasil Pendidikan Karakter
Berdasarkan hasil perhitungan, tabel di atas menunjukkan bahwa dari 660
siswa yang mengerjakan soal tes ini, terdapat 338 siswa yang termasuk memiliki
karakter dalam kategori tinggi. Terdapat 322 siswa yang termasuk memiliki
karakter dalam kategori sedang dan tidak ada anak yang memiliki karakter yang
berkategori rendah. hasil pendidikan karakter yang diukur menggunakan soal tes
asesmen pendidikan karakter berbasis film karakter pada 660 siswa di beberapa
SMP di Indonesia dalam kategori tinggi sebanyak 338 siswa dan kategori sedang
322 siswa serta tidak ada siswa yang masuk dalam kategori rendah.
5. Perbedaan Penilaian Siswa Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orangtua
Terhadap Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan
Karakter Berbasis Film Karakter Pada Beberapa SMP di Indonesia
Untuk melihat apakah terdapat perbedaan penilaian dari siswa yang status
sosial ekonomi orang tuannya tinggi, sedang, dan rendah terhadap efektivitas
penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter,
maka peneliti memberikan 1 lembar kertas penilaian kepada siswa setelah mereka
selesai mengerjakan soal tes. Lembar efektivitas siswa berisiskan 35 pernyataan
mengenai penggunaan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film
karakter. Hasil rumusan masalah nomor 5 menunjukkan penilaian siswa spesifik
Ordinal
Capaian Hasil Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Tinggi 338 51.2 51.2 51.2
Sedang 322 48.8 48.8 100.0
Total 660 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 140
122
yaitu status sosial ekonomi orang tuanya tinggi, sedang, dan rendah. Data
menunjukkan bahwa ada 7 itempernyataan yang signifikan dan 28 item
pernyataan yang tidak signifikan yang disajikan dalam bentuk tabel dan dapat
dilihat pada table 4.20.
Tabel 4.20
Persentase Penilaian Siswa Berdasarkan Status Sosial Ekonomi
Orang Tuanya Tinggi (SSET), Status Sosial Ekonomi Orang Tuanya
Sedang (SSES), dan Status Sosial Ekonomi Orang Tuanya Rendah
(SSER) Terhadap Efektivitas Penggunaan Soal Tes
No Pernyataan Sig Persentase (%)
Sig. Pv SSER SSES SSET
1 Menarik dan asyik Ya 0.000 66% 13% 51%
2 Menyenangkan dan menghibur Ya 0.000 67% 13% 20%
3
Sangat bermanfaat untuk menyadari
kualitas diri Tidak 0.296 64% 13% 22%
4
Menyadarkan saya untuk
memperbaiki perilaku
Tidak
0.126 64% 13% 22%
5 Membuka mata hati/nuraniku Tidak 0.087 65% 14% 21%
6
Mendorong tekad/keberanian
berbuat lebih baik
Tidak
0.187 65% 13% 22%
7
Menyadarkanku bahwak ku pernah
berbuat salah
Tidak
0.504 64% 13% 22%
8
Membuatku merasa malu pada diri
sendiri
Ya
0.026 68% 12% 20%
9 Menumbuhkan rasa diri berharga Tidak 0.806 64% 14% 22%
10
Menyadarkan diriku bahwa aku
punya kelemahan/kekurangan diri
Tidak
0.335 65% 13% 22%
11
Membuatku merasa sedih dan
prihatin terhadap keadaan
sekelilingku
Tidak
0.115 66% 13% 22%
12
Sangat bermanfaat mendorong aku
memperbaiki perilaku yang kurang
baik Ya 0.029 65% 13% 22%
13
Menimbulkan rasa menyesal dalam
diriku terhadap kesalahan-kesalahan
yang pernah aku lakukan
Tidak
0.506 64% 13% 23%
14
Menumbuhkan keinginan menolong
orang lain
Tidak
0.318 65% 13% 22%
15 Menumbuhkan rasa bersyukur Tidak 0.994 65% 13% 22%
16 Menantang diri untuk bertobat dari Tidak 0.627 64% 14% 22%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 141
123
perilaku buruk
17 Membosankan dan melelahkan Ya 0.002 67% 13% 19%
18 Soal-soalnya sangat berat dan sulit Tidak 0.913 65% 13% 24%
19 Soalnya terlalu panjang dan rumit Tidak 0.356 63% 14% 23%
20
Mendorong/menumbuhkan
keberanian bertanggungjawab
Tidak
0.400 65% 14% 22%
21
Membangkitkan kesadaran
menghargai teman
Tidak
0.299 65% 13% 22%
22
Menumbuhkan rasa kemanusiaan
dan empati pada orang lain
Tidak
0.837 65% 13% 22%
23
Mempererat rasa
persaudaraan/persahabatan
Tidak
0.432 65% 14% 22%
24
Menumbuhkan ketaatan terhadap
norma/peraturan
Tidak
0.982 65% 13% 22%
25
Membangkitkan keinginan
berusaha/gigih/berdaya juang
Tidak
0.660 65% 13% 22%
26
Sangat baik/cocok/tepat untuk
mengukur karakter siswa
Tidak
0.762 65% 13% 22%
27
Beberapa potongan film tidak
nyambung dengan pertanyaan &
opsi jawaban
Tidak
0.130 65% 15% 21%
28
Menumbuhkan keinginan
berbagi/rela berkorban
Tidak
0.670 65% 13% 22%
29
Mendorong siswa lebih
disiplin/berperilaku baik/tertib pada
aturan
Tidak
0.379 65% 13% 22%
30
Waktu mengerjakan tes ini terburu-
buru dan terlalu singkat/kurang
waktu Ya 0.019 62% 16% 22%
31
Tes ini merupakan cara menilai
karakterku (siswa) secara jujur dan
adil Tidak 0.672 65% 13% 22%
32
Tes ini bagus dilakukan di akhir tiap
semester untuk menilai karakter
siswa Ya 66% 13% 22%
33
Tes ini jika dilakukan secara
berulang dapat menolong siswa
untuk lebih sadar berperilaku dan
membangun karakter yang lebih
baik
Tidak
0.280 66% 13% 21%
34
Tes ini kurang bermanfaat bahkan
membuang-buang waktuku (siswa)
Tidak
0.343 64% 14% 22%
35
Dalam menjawab soal tes ini siswa
mungkin kurang jujur sesuai
nuraninya
Tidak
0.508 65% 15% 21%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 142
124
Keteranga: item-item pernyataan 17, 18, 19, 27, 30, 34, 15 sebelumnya adalah
item negatif maka peneliti mencantumkan jawaban “Tidak” pada persentase (%).
Tabel 4.20 menunjukan bahwa ada 7 item efektivitas yang penilaian siswa
ketiga golongan yang signifikan, yaitu item nomor 1, 2, 8, 12, 17, 30, dan 32. Hal
ini menunjukkan bahwa ada perbedaan penilain siswa yang status sosial ekonomi
orang tuannya tinggi, status sosial ekonomi orang tuannya sedang, dan status
sosial ekonomi orang tuannya rendah dalam hal menilai produk soal tes ini
sebagai tes yang bagus dilakukan di akhir tiap semester untuk menilai karakter
siswa.
Selain 7 item tersebut, data menunjukkan bahwa penelian siswa
berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya tinggi, status sosial ekonomi
orang tuannya sedang , dan status sosial ekonomi orang tuanya rendah tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dalam menilai efektivitas penggunaan soal tes
asesmen hasil pendidikan karakter. Artinya, soal tes asesmen ini dapat digunakan
kepada siswa tenpa harus melihat status sosial ekonomi tinggi, sedang, dan
rendah.
6. Perbedaan Capaian Hasil Pendidikan Karakter Berbasis Film Karakter
Pada Status Sosial Eknomi Orangtua Pada Beberapa SMP di Indonesia
Untuk melihat perbedaan capaian hasil pendidikan karakter, peneliti
memberikan produk berupa asesmen penilaian pendidikan karakter pada siswa
yang berdasarkan status sosial ekonomi orang tua. Perbedaan capaian hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 143
125
tersebut dapat diperoleh melalui perhitungan SPSS yang dapat dilihat hasilnya
sebagai berikut.
Tabel 4.21
Deskripsi Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa
Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orang Tua
STATU SOSIAL
EKONOMI N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound
Upper Bound
RENDAH 427 262,7260 13,58290 ,65732 261,4340 264,0180 219,00 300,00
SEDANG 88 261,8523 15,39110 1,64070 258,5912 265,1133 208,00 292,00
TINGGI 145 263,5862 14,31956 1,18917 261,2357 265,9367 223,00 300,00
Total 660 262,7985 13,98580 ,54440 261,7295 263,8674 208,00 300,00
Pada tabel 4.24 menunjukkan adanya perbedaan nilai mean pada siswa
yang status sosial ekonomi orang tua tinggi, status sosial ekonomi sedang, dan
status sosial ekonomi rendah. Status sosial ekonomi tinggi memperoleh mean
sebesar 263,5862, status sosial ekonomi sedang memperoleh mean sebesar
261,8523 dan status sosial ekonomi rendah memperoleh mean sebesar 262,7260.
Artinya, siswa status sosial ekonomi orang tua tinggi memiliki hasil pendidikan
karakter sedikit lebih baik dari pada status sosial ekonomi orang tua yang sedang,
dan status sosial ekonomi rendah.
Tabel 4.22
Capaian Hasil Pendidikan Karakter Siswa Berdasarkan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .958 2 .479 .421 .656
Within Groups 745.810 656 1.137
Total 746.768 658
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 144
126
Dari hasil SPSS diperoleh varians antar sample atau Sum of Squares
Between Groups (SSB) sebesar 0.958 dan varians dalam kelompok atau Sum of
squares Within Groups (SSW) sebesar 745.810. Kemudian nilai mean antar
kelompok atau Mean square Between Groups (MSB) adalah sebesar 0.479 dan
Mean square Within Groups (MSW) 1.137.
Untuk taraf signifikansi (α) =0,05, derajat kebebasan antara kelompok atau
Degree of Freedom Between Groups (dfB) = 2, dan derajat kebebasan dalam
kelompok atau Degree of Freedom Within Groups (dfw) = 6576 diperoleh nilai F
tabel adalah adalah 0,421. p=0,656>0,05; maka tidak signifikan. Berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara capaian hasil pendidikan karakter berbasis film
karakter pada status sosial ekonomi orangtua yang rendah, status sosial ekonomi
orangtua yang sedang dan status sosial ekonomi orangtua yang tinggi pada
beberapa SMP di Indonesia. Maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima.
B. Pembahasan
Produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berdasarkan film karakter
yang telah diujikan oleh peneliti pada 10 sekolah yang ada di Indonesia sudah
dikatakan berhasil. Berdasarkan tahapan penelitian Research and Development
menurut Borg and Gall ada 10 tahapan penelitian, yang mana peneliti telah
memasuki pada tahap 7 dan 8, yaitu Operational Product Revision (melakukan
revisi produk operasional) dan Operational Field Testing (melakukan uji lapangan
terhadap produk).
Operational Product Revision itu sendiri menurut Borg and Gall adalah
suatu tahap dalam melakukan revisi atau memperbaiki produk yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 145
127
diujicobakan pada wilayah yang lebih luas, sehingga menghasilkan produk desain
model operasional yang siap divalidasi. Berdasarkan pernyataan tersebut, produk
ini sudah melalui tahap perevisian sesuai dengan syarat yang telah ditentukan oleh
Tim Peneliti Sosial, Humaniora, dan Pendidikan (PSHP) Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma, sehingga produk ini cocok digunakan di
lapangan. Adapun kegiatan perevisian produk yang telah peneliti lakukan yaitu,
memilih potongan film pendek yang menampilkan karakter religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab; memilah potongan film yang notabene adalah anak
SMP (sesuai dengan umur subjek); mensortir film yang berbahasa Indonesia dan
berasal dari Indonesia; mengedit kalimat dan tanda baca dalam soal yang mana
harus sesuai dengan EYD; mengedit durasi setiap soal yaitu kurang lebih 2 menit;
mencocokan soal dengan potongan video; mengedit kejelasan suara: dan memilih
kejernihan film.
Pada tahap Operational Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap
produk), seperti yang telah dikatakan oleh Borg and Gall yaitu langkah uji
validasi terhadap model operasional yang dilaksanakan pada 10 sampai 30
sekolah dengan melibatkan 40 sampai 200 subjek penelitian melalui wawancara,
angket, observasi, dan analisis hasilnya, dengan tujuan apakah desain model
produk ini sudah dapat dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau
pendampingan oleh peneliti. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 146
128
melakukan uji lapangan terhadap produk pada 10 sekolah yang ada di Indonesia
dengan 660 subjek melalui hasil tes asesmen pendidikan karakter berdasarkan
film karakter dan angket penilaian guru dan siswa mengenai produk yang telah
diujicobakan. Maka dengan ini peneliti menyatakan bahwa produk ini telah
berhasil diujicobakan di lapangan, karena sudah sesuai dengan pernyataan Borg
and Gall dalam teorinya mengenai 10 tahapan penelitian Research and
Development.
Kemudian hasil uji kualitas (validitas dan reliabilitas) soal tes hasil
pendidikan karakter berbasis film karakter yang diujicobakan pada peserta didik
di 10 SMP di Indonesia menggunakan bantuan program SPSS dengan pendekatan
analisis faktor konfirmatori. Data yang diperoleh dari hasil hitung validasi seluruh
item soal tes karakter menunjukkan bahwa soal tes karakter berbasis film karakter
valid. Hasil membuktikan bahwa terdapat 81 soal tes karakter dari 88 soal yang
valid dan 7 soal tes yang tidak valid. 81 soal tes dianggap valid karena pada
kolom KMO dan Barlett’s Test lebih besar atau sama dengan 0,500 dan signya
lebih kecil atau sama dengan 0,05.
Selanjutnya, nilai reliabilitas soal tes karakter ditetapkan berdasarkan nilai
reliability oleh Sekaran (Priyatno, 2014). Dari hasil hitung reliabilitas diketahui
bahwa reliabilitas soal karakter di atas 0,8 (baik). Artinya 81 soal tes karakter
dapat dipercaya, konsisten atau stabil, produktif dan ajeg. Azwar (2012)
menjelaskan reliabel apabila suatu pengukuran mampu menghasilkan data yang
memiliki tingkat reliabilitas tinggi. Selain itu, (Guilford, 1956: 145) mengatakan
bahwa0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi. Artinya, soal tes asesmen hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 147
129
pendidikan karakter berbasis film karakter memiliki tingkat treliabel yang sangat
tinggi.
Proses penggunaan produk ini juga mendapatkan penilaian dari siswa. Hasil
penilaian siswa diperoleh dari penilaian siswa mengenai soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter. Hasil penilaian siswa produk soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter ini sangat efektif. Hal ini dibuktikan, banyak siswa
mengalami perasaan-perasaan positif yang ada di dalam dirinya, antara lain: asyik
dan menarik dalam diri siswa, senang dan terhibur, menyadari kualitas diri,
menyadarkan diri siswa untuk memperbaiki perilaku, membuka mata hati/nurani
siswa, mendorong tekad dan keberanian berbuat baik, menyadarkan siswa bahwa
pernah berbuat salah, dan perasaan-perasaan positif lainnya.
Hal ini selaras dengan pendapat Masterpiece (Hayyun Lathifaty Yasri dan
Endang Mulyani, 2016: 139) yang menyebutkan bahwa siswa cenderung lebih
banyak memahami hal-hal yang terinterpretasikan dalam film dari pada dalam
buku teks. Sedangkan, Champoux (Hayyun Lathifaty Yasri dan Endang Mulyani,
2016: 139) juga mengatakan bahwa film mampu mencapai ranah kognitif dan
afektif siswa secara bersamaan. Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa produk
ini diterima oleh siswa dan mampu mengukur tingkat internalisasi pendidikan
karakter di sekolah sehingga membentuk suatu karakter siswa.
Capaian hasil pendidikan karakter diukur dengan mengguakan soal tes
asesmen berbasis film karakter yang di uji cobakan pada 10 sekolah SMP yang
ada di Indonesia, sabanyak 660 siswa SMP dengan media potongan film pendek.
Skor dalam kategori tinggi sebanyak 338 siswa dan kategori sedang 322 siswa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 148
130
serta tidak ada siswa yang masuk dalam kategori rendah. Dilihat melalui hasil
tersebut, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter
yang ditanamkan pada 10 SMP di Indonesia berhasil masuk dalam kehidupan 660
siswa.
Hal tersebut sejalan dengan teori Samani & Hariyanto (2011: 44) yang
mengatakan bahwa pendidikan karakter dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati. Hal yang sama juga disampaikan oleh Lickona (Akhwan, 2014: 61) yang
mengatakan bahwa karakter berkaitan dengan ketiga komponen, yaitu konsep
moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral
behavior). Artinya, karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Penilaian siswa berdasarkan status sosial ekonomi orang tua tinggi, sedang,
dan rendah terhadap efektivitas soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter di Indonesia adalah tidak ada perbedaan yang terlalu
signifikan apabila dilihat dari nilai sig keseluruhan dari item. Analisis data
menunjukkan 7 item pernyataan yang signifikan, diantaranya adalah nomor 1, 2,
8, 17, 30, dan 33. Artinya, pada item pernyataan 1 menunjukkan ada perbedaan
perasaan “menarik dan keasikan” terkaitan dengan soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter berbasis film karakter siswa berdasarkan status sosial
ekonomi orang tuanya tinggi, sedang, dan rendah, ketika sedang mengerjakan soal
tes tersebut. Perbedaan ditunjukkan memalui persentase, yaitu siswa yang status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 149
131
sosial ekonominya tinggi sebanyak 90%, siswa yang status sosial ekonomi sedang
sebanyak 94%, dan siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya rendah
sebayak 98%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang status sosial ekonomi
orang tuanya rendah menilai bahwa soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter menarik dan asik pada item nomor satu lebih bagus
dibandingkan siswa yang status sosial ekonomi orang tuannya sedang dan tinggi.
Pada item nomor 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penilaian
mengenai perasaan “menyenangkan dan menghibur” berdasarkan status sosial
ekonomi orang tuannya tinggi, sedang, dan rendah . Perbedaan perasaan tersebut
juga dapat ditunjukkan melalui presentase, siswa yang status sosial ekonominya
tinggi sebanyak 87%, siswa yang status sosial ekonomi sedang sebanyak 90%,
dan siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya rendah sebayak 96%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya rendah
menilai bahwa soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film karakter
pada pernyataan menyenangkan dan menghibur yang tercntum pada item nomor 2
lebih bagus dibandingkan siswa yang status sosial ekonomi orang tuannya sedang
dan tinggi.
Pada item nomor 8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penilaian
mengenai pernyataan membuatku “tidak meras malu pada diri sendiri”
berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya tinggi, sedang, dan rendah.
Perbedaan perasaan tersebut juga dapat ditunjukkan melalui presentase, siswa
yang status sosial ekonominya tinggi sebanyak 62%, siswa yang status sosial
ekonomi sedang sebanyak 69%, dan siswa yang status sosial ekonomi orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 150
132
tuanya rendah sebayak 71%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang status sosial
ekonomi orang tuanya rendah menilai bahwa soal tes asesmen hasil pendidikan
karakter berbasis film karakter pada pernyataan membuatku tidak merasa malu
pada diri sendiri yang tercantum pada item nomor 8 lebih bagus dibandingkan
siswa yang status sosial ekonomi orang tuannya sedang dan tinggi.
Pada item nomor 8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penilaian
mengenai pernyataan membuatku “tidak merasa malu pada diri sendiri”
berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya tinggi, sedang, dan rendah.
Perbedaan perasaan tersebut juga dapat ditunjukkan melalui presentase, siswa
yang status sosial ekonominya tinggi sebanyak 62%, siswa yang status sosial
ekonomi sedang sebanyak 69%, dan siswa yang status sosial ekonomi orang
tuanya rendah sebayak 71%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang status sosial
ekonomi orang tuanya rendah menilai bahwa soal tes asesmen hasil pendidikan
karakter berbasis film karakter pada pernyataan membuatku tidak merasa malu
pada diri sendiri yang tercantum pada item nomor 8 lebih bagus dibandingkan
siswa yang status sosial ekonomi orang tuannya sedang dan tinggi.
Pada item nomor 12 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penilaian
mengenai pernyataan "sangat bermanfaat mendorong aku memperbaiki perilaku
yang kurang baik” berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya tinggi,
sedang, dan rendah. Perbedaan perasaan tersebut juga dapat ditunjukkan melalui
presentase, siswa yang status sosial ekonominya tinggi sebanyak 97%, siswa yang
status sosial ekonomi sedang sebanyak 97%, dan siswa yang status sosial ekonomi
orang tuanya rendah sebanyak 99%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 151
133
status sosial ekonomi orang tuanya rendah menilai bahwa soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter berbasis film karakter pada “sangat bermanfaat mendorong
aku memperbaiki perilaku yang kurang baik” yang tercantum pada item nomor 12
lebih bagus dibandingkan siswa yang status sosial ekonomi orang tuannya sedang
dan tinggi.
Pada item nomor 17 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penilaian
mengenai pernyataan "tidak membosankan dan tidak melelahkan” berdasarkan
status sosial ekonomi orang tuannya tinggi, sedang, dan rendah. Perbedaan
perasaan tersebut juga dapat ditunjukkan melalui presentase, siswa yang status
sosial ekonominya tinggi sebanyak 69%, siswa yang status sosial ekonomi sedang
sebanyak 80%, dan siswa yang status sosial ekonomi orang tuanya rendah
sebanyak 82%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang status sosial ekonomi
orang tuanya rendah menilai bahwa soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter pada “tidak membosankan dan melelahkan” yang tercantum
pada item nomor 17 lebih bagus dibandingkan siswa yang status sosial ekonomi
orang tuannya sedang dan tinggi.
Pada item nomor 30 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penilaian
mengenai pernyataan "waktu mengerjakan tes ini terburu-buru dan terlalu
singkat/kurang waktu” berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya tinggi,
sedang, dan rendah. Perbedaan perasaan tersebut juga dapat ditunjukkan melalui
presentase, siswa yang status sosial ekonominya tinggi sebanyak 68%, siswa yang
status sosial ekonomi sedang sebanyak 81%, dan siswa yang status sosial ekonomi
orang tuanya rendah sebanyak 65%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 152
134
status sosial ekonomi orang tuanya sedang menilai bahwa soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter berbasis film karakter pada “waktu mengerjakan tes ini
terburu-buru dan terlalu singkat/kurang waktu” yang tercantum pada item nomor
30 lebih bagus dibandingkan siswa yang status sosial ekonomi orang tuannya
sedang dan rendah.
Pada item nomor 32 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penilaian
mengenai pernyataan "tes ini bagus dilakukan di akhir tiap semester untuk menilai
karakter siswa” berdasarkan status sosial ekonomi orang tuannya tinggi, sedang,
dan rendah. Perbedaan perasaan tersebut juga dapat ditunjukkan melalui
presentase, siswa yang status sosial ekonominya tinggi sebanyak 84%, siswa yang
status sosial ekonomi sedang sebanyak 91%, dan siswa yang status sosial ekonomi
orang tuanya rendah sebanyak 92%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
status sosial ekonomi orang tuanya sedang menilai bahwa soal tes asesmen hasil
pendidikan karakter berbasis film karakter pada “tes ini bagus dilakukan di akhir
tiap semester untuk menilai karakter siswa” yang tercantum pada item nomor 32
lebih bagus dibandingkan siswa yang status sosial ekonomi orang tuannya sedang
dan rendah.
Item pernyataan pada nomor 1, 2, 8, 12, 17, 30, dan 32 memang signifikan.
Walaupun pada item-item pernyataan tersebut menunjukkan perbedaan penilaian,
namun hasilnya tidak terlalu siginifikan. Selanjutnya, pada soal nomor 3, 4, 5, 6,
7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, dan
35, merupakan item pernyataan yang tidak signifikan. Artinya, pada item-item
pernyataan tersebut tidak ada perbedaan penilaian siswa berdasarkan status sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 153
135
ekonomi orang tuanya terhadap soal tes asesmen hasil pendidikan karakter.
Dengan begitu, artinya produk ini layak digunakan oleh siswa pada tanpa melihat
status sosial ekonomi orang tuanya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Masterpiece (Hayyun Lathifaty Yasri dan
Endang Mulyani, 2016: 139) juga menyebutkan bahwa siswa cenderung lebih
banyak memahami hal-hal yang terinterpretasikan dalam film dari pada dalam
buku teks. Oleh sebab itu media film layak digunakan untuk semua kalangan
siswa karena gaya pembelajaran yang monoton akan membosankan bagi siswa,
karena siswa tidak diperkenalkan dengan hal-hal yang baru. Sedangkan,
pembelajaran maupun alat tes menggunakan film masih sangat jarang digunakan
di Indonesia, ini merupakan inovasi baru yang mana menciptakan film sebagai
alat tes.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Champoux (Hayyun Lathifaty Yasri
dan Endang Mulyani, 2016: 139) yang mengatakan bahwa film mampu mencapai
ranah kognitif dan afektif siswa secara bersamaan. Dari beberapa pernyataan
tersebut mampu memperkuat hasil penilaian siswa yang mengatakan bahwa
produk ini efektif digunakan oleh siswa status sosial ekonomi tinggi, sedang, dan
rendah, karena film mampu mencapai ranah kognitif maupun afektif siswa dan
siswa cenderung memahami hal-hal yang ada di film dari pada buku teks.
Capaian hasil pendidikan karakter siswa status sosial ekonomi orang tua
pada 10 SMP di Indonesia adalah tidak ada signifikan. Kemudian, nilai mean
menunjukkan adanya perbedaan capaian hasil pendidikan karakter siswa yang
status sosial ekonomi orang tua tinggi, status sosial ekonomi sedang, dan status
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 154
136
sosial ekonomi rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Gerungan (1991:181)
yang mengatakan bahwa keadaan status sosial orang tua mempunyai peranan
terhadap perkembangan anak-anak, adanya perekonomian yang cukup,
lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarga lebih luas maka dapat
memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai kecakapan. Hubungan
orang tuanya dalam yang status sosial ekonomi serba cukup dan kurang
mengalami tekanan-tekanan sehingga orang tua dapat mencurahkan perhatian
lebih mendalam kepada anaknya apabila tidak dipersulit dangan perkara
kebutuhan.
Selain itu, Abdulllah Ildi (2011:180), mengemukakan bahwa keadaan status
sosial ekonomi keluarga memiliki peranan yang penting terhadap proses
perkembangan anak. Keluarga yang status sosial ekonominya mencukupi
menyebabkan lingkungan materiil yang dihadapan anak akan lebih luas. Anak
dapat memiliki kesempatan mengembangkan kemampuan secara luas atas
dukungan ekonomi orang tua. Sebaliknya keluarga yang memiliki status sosial
ekonomi cenderung rendah kurang dapat mengembangkan kemampuannya secara
luas.
Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil uji menunjukkan tidak
adanya perbedaan yang sangat signifikan antara karakter siswa yang status sosial
ekonomi tinggi, sedang, dan rendah. Namun, apabila ditinjau dengan nilai mean
maka hasil capaian pendidikan karakter siswa didukung oleh beberapa teori.
Dengan begitu, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dikatakan
berhasil. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang menunjukkan karakter siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 155
137
status sosial ekonomi tinggi, sedang, dan rendah adalah ada perbedaan yang tidak
signifikan karakter. Artinya, penerapan pendidikan karakter di sekolah mampu
merubah karakter siswa yang status sosial ekonomi tinggi, sedang, dan rendah
menjadi lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 156
138
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini menguraikan kesimpulan tentang produk, keterbatasan
penelitian, dan saran berdasarkan hasil penelitian.
A. Simpulan tentang Produk
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan menjadi beberapa hal
yaitu:
1. Telah dihasilkan produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter yang memuat 81 butir soal tes valid telah melalui
proses perevisian produk dan mengujicobaan produk pada 10 SMP di
Indonesia. Produk soal tes yang dihasilkan dan didokumentasikan dalam
produk rekam DVD.
2. Berdasarkan nilai validitas dan reliabilitas menggunakan analisis faktor
konfirmatori, dari 88 butir soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karater telah dipilih 81 butir soal valid dengan indeks alpha
Cronbach sebesar 0,933. Artinya soal tes sangat valid dan sangat
reliabel, terpercaya dan mampu mengukur hasil pendidikan karakter
siswa SMP.
3. Berdasarkan hasil penilaian dari siswa diperoleh data bahwa produk soal
tes asesmen hasil pendidikan karakter ini sangat efektif. Siswa yang
mengerjakan soal tes ini mampu mengalami perasaan-perasaan positif
yang ada di dalam dirinya ketika menerjakan soal tes ini, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 157
139
asyik dan menarik dalam diri siswa, senang dan terhibur, menyadari
kualitas diri, menyadarkan diri siswa untuk memperbaiki perilaku,
membuka mata hati/nurani siswa, mendorong tekad dan keberanian
berbuat baik, menyadarkan siswa bahwa pernah berbuat salah, dan
perasaan-perasaan positif lainnya. Dapat dikatakan produk soal ini
diterima oleh siswa dan mampu mengukur pengaktualisasian pendidikan
karakter siswa di sekolah sehingga membentuk suatu karakter siswa.
4. Berdasarkan capaian hasil pendidikan karakter yang diukur
menggunakan soal tes asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film
karakter pada 10 SMP di Indonesia terdapat 51,2% (338) siswa yang
mencapai hasil pendidikan yang masuk dalam kategori baik dan 48,8%
(322) siswa yang masuk dalam kategori karakter cukup baik. Artinya
hampir separuh dari jumlah siswa diteliti, capaian hasil pendidikan
karakternya belum optimal.
5. Tidak ada perbedaan hasil penilaian siswa berdasarkan status sosial
ekonomi orang tuanya tinggi, sedang, dan rendah terhadap 30 item
pernyataan efektivitas penggunaan soal tes asesmen pendidikan karakter
berbasis film karakter di Indonesia, hanya dalam 7 butir efektivitas yang
ada perbedaan dari ketiga golongan itu. Artinya, soal tes ini dapat
digunakan pada siswa dari ketiga golongan tersebut.
6. Tidak ada perbedaan capaian hasil pendidikan karakter berbasis film
pada beberapa SMP di Indonesia, dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan
hasil pendidikan karakter pada siswa yang status sosial ekonomi orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 158
140
tua tinggi, status sosial ekonomi orang tuanya sedang, maupun status
sosial ekonomi orang tuanya rendah. Penelitian ini membuktikan bahwa
hasil dari pendidikan karakter yang diperoleh siswa yang status sosial
ekonomi orang tuanya tinggi, status sosial ekonomi orang tuanya sedang,
maupun status sosial ekonomi orang tuanya rendah menunjukkan tidak
ada perbedaan yang terlalu signifikan. Hal ini membuktikan bahwa
pelaksanaan pendidikan karakter dapat dikatakan berhasil karena
tujuannya telah tercapai.
B. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian asesmen hasil pendidikan karakter berbasis
film karakter pada beberapa SMP di Indonesia, sudah dirancang secara
konseptual, sistematik, dan telah mengikuti aturan procedural. Tim PSHP
telah mengupayakan produk ini agar mendapatkan hasil yang optimal,
sehingga menjadi sebuah produk soal tes hasil pendidikan karakter yang
mumpuni. Akan tetapi penelitian ini masih banyak kekurangan dan perlu
perbaikan oleh tim selanjutnya. Berikut beberapa catatan dari keterbatasan
penelitian ini:
1. Kurangnya fasilitas pendukung seperti ruangan yang sempit dan LCD
yang kurang memadai, sehingga dalam pengerjaan siswa merasa kurang
nyaman dan mempengaruhi kinerja siswa dalam mengerjakan soal.
2. Durasi pemutaran produk asesmen yang cukup lama dan ada beberapa
soal beserta jawaban yang ditampilkan terlalu panjang, sehingga
membuat siswa mudah lelah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 159
141
3. Asesmen ini memakan waktu yang lama pada saat pengerjaan soal.
4. Kesulitan peneliti dalam tahap perevisian produk soal tes yang rumit dan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
5. Pelaksanaan penelitian berbarengan denagn libur ujian nasional, sehingga
banyak anak yang tidak masuk sekolah/absen.
C. Saran
Berikut ini merupakan beberapa saran yang dapat peneliti uraikan
untuk pengembangan produk soal tes asesmen agar menjadi lebih baik.
1. Bagi Pemerintah
Peneliti menyarankan kepada pemerintah untuk melanjutkan
pengembangan produk soal tes asesmen hasil pendidikan karakter
berbasis film karakter ini agar menjadi lebih baik. Pemerintah juga dapat
menetapkan produk ini sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui
hasil pendidikan karakter pada diri siswa.
2. Bagi Guru BK
Produk ini dapat digunakan sebagai alat ukur/penilaian karakter
yang lebih objektif, efektif, valid, praktis, dan berkeadilan pada jenjang
SMP. Guru BK juga harus mempersiapkan game yang membuat anak
kembali bersemangat setelah menyelesaikan soal tes ini.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai patokan dalam membuat
produk soal tes agar lebih baik lagi. Akan tetapi, produk ini perlu adanya
pengembangan agar siswa tidak merasa lelah saat mengerjakan soal tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 160
142
Sehingga, produk asesmen hasil pendidikan karakter berbasis film ini
dapat menjadi lebih optimal sebagai alat ukur.
Penelitian ini sudah melakukan analisis faktor konfirmori untuk
mengukur validitas dan reliabilitas. Namun, untuk mengetahui soal tes
efektif atau tidak perlu melakukan uji lebih lanjut seperti uji tingkat
kesukaran dan uji daya beda. Apabila telah melakukan keempat uji ini
maka soal tes asesmen ini dapat dinyatakan efektif digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 161
143
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ildi. (2011). Sosiologi Pendidikan Individual, Masyarakat, dan
Pendidikan. Jakarta: rajawali Pers
Airasian, Peter and L. R. Gay. (2000). Education Research Competence for
Analisis an application (6th ed). New Jersey Merrill Prentice Hall
Akhwan, Muzhoffar. (2014). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya
dalam Pembelajaran di Sekolah/Madrasah. El-Tarbawi,7(1), 62.
Albertus, Doni Koesoema. (2015). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Arikunto, Suharsimi. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asmawi Zainul & Noehi Nasution. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Dirjen Dikti.
Asep Jihad dan abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Presindo.
Azwar, Saifuddin. (2012). Reliabilitas dan Validitas (edisi 4). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2014). Penyususnan skala psikologi (edisi 2). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Barus, Gendon. (2017). The Implementation of Assessment Character Education
Result in Secondary School. Advances in Social Science, Education, and
Humanities Research, Volume 188.
Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2014. Statistik Indonesia Tahun 2014. Jakarta
Pusat : Badan Pusat Statistik
Berkowitz, M.W., & Bier, M.C. 2005. What Work in Character Education:A
Research-Driven Guide for Practitioners. Washington, DC: Character
Education Partnership.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 162
144
Borg dan Gall. 2003. Educational Research an Introduction, Seventh Editions.
University of Oregon. United State of America.
Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis
Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2004. Kerangka Dasar Kurikulum 2004. Jakarta
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar.
Jakarta: Pusat Kurukilum.
Fathurrohman, Pupuh., AA Suryana., Fenny Fitriani. (2013). Pengembangan
pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Gerungan. (2014). Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New
York: McGraw Hill
Irene, Siti. (2012). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: UNY Press
Jihad, Asep & Haris, Abdul. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Jihad, Asep & Haris. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Johnson, David. W dan Roger T. Johnson. 2002. Meaningful Assesment: A
Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn and Bacon.
Kemendiknas. (2010). Peraturan Pemerintah Nomor 17 Pasal 17 ayat 3 Tahun
2010. Tentang Pengelolaan Penyelengaraan Pendidikan.
Kustandi, Cecep & Sutjipto, Bambang. 2013. Media Pembelajaran: Manual dan
Digital Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 163
145
Kustandi, C. & B. Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Koesoema, Doni. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta:
Kanisius.
Lickona, Thomas. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter. Jakarta: Bumi
Aksara
Mulyasa E. (2004). Aanalisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
MENTERI PENDIDIKAN NASIONALREPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN
2006
Purwanto. 1992. Pengertian Tes Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa. Balitbang: Kemendiknas.
Priyatno, Duwi. (2014). SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: ANDI
Prijowuntato, Widanarto. S. (2016). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Sanata
Dharma university Press
Prihana, Rani. (2017). Peningkatan Karakter Ksatria Melalui Pendidikan
Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Dengan Pendekatan
Experiential Learning.
https://repository.usd.ac.id/9159/2/131114007_full.pdf di unggah pada tanggal 17 Januari 2018.
Ratnawulan, Elis dan Rusdiana. 2015. Evaluasi Belajar. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Sadiman, Arif. (1989). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatan. Jakarta:Rajawali
Sadiman, Arif S. 2011. Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 164
146
Samani, Muchlas & Hariyanto.(2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sitorus. (2000). Berkenalan dengan Sosiologi. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta EGC
Subali, Bambang. (2016). Prinsip Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Edisi
Kedua. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kebijakan. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif
kualitatif, dan R & D) . Bandung: Alfabeta
Sukardi.(2014). Evaluasi Program Pendidikan Dan Kepelatihan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Sumardi, M. (2014). Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: Rajawali Jakarta
Suparno, Paul.(2016). Pengantar Statistik Untuk Pendidikan dan Psikologi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Anggota APPTI
Suwandi, Sarwiji. (2009). Model Assesmen dalam Pemberlajaran. Surakarta:
Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.
Suwandi, Sarwiji. (2009). Model Assesmen dalam Pemberlajaran. Surakarta:
Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS.
Yulia, Desma & Arifin Muhammad. Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi
Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
VIII di SMP Kartini 1 Batam Tahun Pelajaran 2013/2014. Historia, 10, 31-
45.
Yaumi, M. 2014. Pendidikan karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi.
Jakarta: Predana Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 165
147
Yasri, Hayyun Lathifaty & Mulyan, Endang. (2016). Efektivitas Penggunaan
Media Film untuk Meningkatkan Minat dan Belajar Ekonomi Siswa Kelas X.
harmoni sosial:Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 3. (138-149).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 Sistem Pendidikan
Nasional
Uno, Hamzah B. & Koni, Satria. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Wijianto & Ulfa, Ika Farida.(2016). Pengaruh Status Sosial dan Kondisi Ekonomi
Keluarga Terhadap Motivai Bekerja bagi Remaja Usia Awal (Usia 12-16
tahun) Di Kabupaten Ponorogo). Vol 2. (190-210).
Zainul dan Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Zainul & Nasution. (2005). Penilaian hasil belajar. Cetakan ke-5. Jakarta: PPAU-
PPAI Universitas Terbuka.
Zhang, Q., & Zhao, H. (2017). An Analytical Overview of Kohlberg’s Theory of
Moral Development in College Moral Education in Mainland China. Open
Journal of Social Sciences, 05(08), 151–160.
Zuriah Nurul. (2007). Metode penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta : PT Bumi
Aksara
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 166
148
Lampiran Lampiran 1
Tabulasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes Asesmen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 167
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 168
150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 169
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 170
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 171
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 172
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 173
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 174
156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 175
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 176
158
Lampiran 2
Tabulasi Capaian Hasil Penggunaan Soal Tes Hasil Pendidikan Karakter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 177
159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 178
160
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 179
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 180
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 181
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 182
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 183
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 184
166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 185
167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 186
168
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 187
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 188
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 189
171
Lampiran 3
Tabulasi Validitas dan Reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 190
172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 191
173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 192
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 193
175
Lampiran 4
Lampiran Perbedaan Penilaian Siswa Berdasarkan Status Sosial Ekonomi
Orang Tua
Chi-Square Tests No 1
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 18,644a 2 ,000
Likelihood Ratio 17,367 2 ,000
Linear-by-Linear Association
18,174 1 ,000
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,73.
Chi-Square Tests No 2
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
18,644a 2 ,000
Likelihood Ratio 17,367 2 ,000
Linear-by-Linear Association
18,174 1 ,000
N of Valid Cases
660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,73.
Chi-Square Tests No 3
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,434a 2 ,296
Likelihood Ratio 4,127 2 ,127
Linear-by-Linear Association
2,369 1 ,124
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,07.
Chi-Square Tests no 4
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,148a 2 ,126
Likelihood Ratio 3,066 2 ,216
Linear-by-Linear Association
,032 1 ,857
N of Valid Cases 660
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 194
176
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,07.
Chi-Square Tests No 5
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,884a 2 ,087
Likelihood Ratio 4,808 2 ,090
Linear-by-Linear Association
2,233 1 ,135
N of Valid Cases 660
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,07.
Chi-Square Tests No 6
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
3,357a 2 ,187
Likelihood Ratio
3,174 2 ,205
Linear-by-Linear Association
2,700 1 ,100
N of Valid Cases
660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,40.
Chi-Square Tests No 7
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
1,369a 2 ,504
Likelihood Ratio
1,532 2 ,465
Linear-by-Linear Association
,885 1 ,347
N of Valid Cases
660
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 195
177
Chi-Square Tests No 8
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
7,276a 2 ,026
Likelihood Ratio 7,175 2 ,028
Linear-by-Linear Association
5,500 1 ,019
N of Valid Cases
659
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,71.
Chi-Square Tests No 9
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
,431a 2 ,806
Likelihood Ratio
,458 2 ,795
Linear-by-Linear Association
,014 1 ,907
N of Valid Cases
659
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,61.
Chi-Square Tests 10
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
2,184a 2 ,335
Likelihood Ratio 2,105 2 ,349
Linear-by-Linear Association
,270 1 ,603
N of Valid Cases
659
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 196
178
Chi-Square Tests 11
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
4,330a 2 ,115
Likelihood Ratio 4,011 2 ,135
Linear-by-Linear Association
1,650 1 ,199
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,87.
Chi-Square Tests 12
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 7,079a 2 ,029
Likelihood Ratio 6,488 2 ,039
Linear-by-Linear Association 7,013 1 ,008
N of Valid Cases 659
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.
Chi-Square Tests 13
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1,364a 2 ,506
Likelihood Ratio 1,455 2 ,483
Linear-by-Linear Association 1,101 1 ,294
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 197
179
Chi-Square Tests No 14
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
2,290a 2 ,318
Likelihood Ratio 1,995 2 ,369
Linear-by-Linear Association
,752 1 ,386
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,13.
Chi-Square Tests No 15
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square ,012a 2 ,994
Likelihood Ratio ,012 2 ,994
Linear-by-Linear Association
,000 1 ,995
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,87.
Chi-Square Tests 16
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square ,934a 2 ,627
Likelihood Ratio 1,005 2 ,605
Linear-by-Linear Association
,114 1 ,736
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,60.
Chi-Square Tests 17
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 12,128a 2 ,002
Likelihood Ratio 11,383 2 ,003
Linear-by-Linear Association
11,259 1 ,001
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,80.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 198
180
Chi-Square Tests 18
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square ,182a 2 ,913
Likelihood Ratio ,179 2 ,914
Linear-by-Linear Association
,137 1 ,711
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,40.
Chi-Square Tests 19
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 2,068a 2 ,356
Likelihood Ratio 2,111 2 ,348
Linear-by-Linear Association
1,293 1 ,255
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,20.
Chi-Square Tests 20
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,833a 2 ,400
Likelihood Ratio 1,782 2 ,410
Linear-by-Linear Association
,823 1 ,364
N of Valid Cases 660
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,33.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 199
181
Chi-Square Tests 21
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2,414a 2 ,299
Likelihood Ratio 2,101 2 ,350
Linear-by-Linear Association
,984 1 ,321
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,47.
Chi-Square Tests 22
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square ,356a 2 ,837
Likelihood Ratio ,336 2 ,845
Linear-by-Linear Association
,141 1 ,708
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,27.
Chi-Square Tests 23
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1,680a 2 ,432
Likelihood Ratio 1,949 2 ,377
Linear-by-Linear Association
,180 1 ,672
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 200
182
Chi-Square Tests 24
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square ,036a 2 ,982
Likelihood Ratio ,037 2 ,982
Linear-by-Linear Association
,035 1 ,852
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00.
Chi-Square Tests 25
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square ,831a 2 ,660
Likelihood Ratio ,728 2 ,695
Linear-by-Linear Association
,103 1 ,749
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,87.
Chi-Square Tests 26
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square ,544a 2 ,762
Likelihood Ratio ,566 2 ,753
Linear-by-Linear Association
,077 1 ,782
N of Valid Cases 660
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 201
183
Chi-Square Tests 27
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4,074a 2 ,130
Likelihood Ratio 4,267 2 ,118
Linear-by-Linear Association
,063 1 ,802
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26,67.
Chi-Square Tests 28
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square
,800a 2 ,670
Likelihood Ratio
,799 2 ,671
Linear-by-Linear Association
,184 1 ,668
N of Valid Cases
660
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,67.
Chi-Square Tests 29
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square
1,940a 2 ,379
Likelihood Ratio
2,246 2 ,325
Linear-by-Linear Association
1,683 1 ,195
N of Valid Cases
660
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 202
184
Chi-Square Tests 30
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
7,902a 2 ,019
Likelihood Ratio
8,498 2 ,014
Linear-by-Linear Association
1,427 1 ,232
N of Valid Cases
660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,13.
Chi-Square Tests 31
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
,794a 2 ,672
Likelihood Ratio ,708 2 ,702
Linear-by-Linear Association
,022 1 ,881
N of Valid Cases 660
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.
Chi-Square Tests 32
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
7,673a 2 ,022
Likelihood Ratio 6,957 2 ,031
Linear-by-Linear Association
7,007 1 ,008
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,67.
Chi-Square Tests 33
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 7,177a 2 ,028
Likelihood Ratio 6,697 2 ,035
Linear-by-Linear Association
4,696 1 ,030
N of Valid Cases 660
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 203
185
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,73.
Chi-Square Tests 34
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 2,138a 2 ,343
Likelihood Ratio 2,406 2 ,300
Linear-by-Linear Association
,445 1 ,505
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,67.
Chi-Square Tests 35
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1,353a 2 ,508
Likelihood Ratio 1,356 2 ,508
Linear-by-Linear Association
,175 1 ,676
N of Valid Cases 660
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 42,27.
Chi-Square Tests Keseluruhan
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 46,213a 36 ,118
Likelihood Ratio 45,535 36 ,133
N of Valid Cases 660
a. 31 cells (54,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 204
186
Lampiran 5
Lembar Jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 205
187
Lampran 6
Lembar Penilaian Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 206
188
Lampiran 7
Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 207
189
Lampiran 8
MoU
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 208
190
Lampiran 9
Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 209
191
Lampiran 10
Daftar Hadir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 210
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 211
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 212
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 213
195
Lampiran 10 Dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI