V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Jenis Tanah Lokasi Permanent Sample Plot memiliki jenis tanah Tropudult. Tanah jenis ini termasuk kedalam ordo tanah Ultisol, yaitu tanah–tanah yang mempunyai tingkat perkembangan cukup lanjut. Tanah Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara. Selain itu, tanah Ultisol juga dicirikan oleh reaksi tanah yang masam dan kejenuhan basa rendah. Menurut Soil Taxonomy, tanah jenis ini mempunyai nilai kejenuhan basa <35%. Reaksi tanah yang masam berarti nilai pH tanah rendah. Hal ini menyebabkan ketersediaan hara pada umumnya menurun, perombakan bahan organik terhambat sehingga proses humufikasi kurang lancar, kegiatan biologi menurun, dan kemungkinan keracunan Al, Fe, dan Mn meningkat. Data pada lokasi Permanent Sample Plot yang dipakai dalam penelitian ini menunjukkan nilai pH 4.5 sehingga tanahnya bersifat masam. Nilai N-total, P 2 O 5 , K 2 O, C-Org dan kejenuhan basa juga menunjukkan nilai yang rendah dimana nilai masing-masing di setiap SPT disajikan pada Tabel 3. Nilai kandungan unsur- unsur hara tersebut ditetapkan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB Bogor.
20
Embed
V. HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · Kemiringan lereng sangat mempengaruhi tingkat drainase tanah dan erosi tanah. Pada lereng dengan kemiringan lereng yang semakin curam,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Jenis Tanah
Lokasi Permanent Sample Plot memiliki jenis tanah Tropudult. Tanah
jenis ini termasuk kedalam ordo tanah Ultisol, yaitu tanah–tanah yang mempunyai
tingkat perkembangan cukup lanjut. Tanah Ultisol dicirikan oleh adanya
akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap
air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah
satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat
mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena kesuburan tanah Ultisol sering kali
hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini
tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan hara.
Selain itu, tanah Ultisol juga dicirikan oleh reaksi tanah yang masam dan
kejenuhan basa rendah. Menurut Soil Taxonomy, tanah jenis ini mempunyai nilai
kejenuhan basa <35%. Reaksi tanah yang masam berarti nilai pH tanah rendah.
Hal ini menyebabkan ketersediaan hara pada umumnya menurun, perombakan
bahan organik terhambat sehingga proses humufikasi kurang lancar, kegiatan
biologi menurun, dan kemungkinan keracunan Al, Fe, dan Mn meningkat. Data
pada lokasi Permanent Sample Plot yang dipakai dalam penelitian ini
menunjukkan nilai pH 4.5 sehingga tanahnya bersifat masam. Nilai N-total, P2O5,
K2O, C-Org dan kejenuhan basa juga menunjukkan nilai yang rendah dimana nilai
masing-masing di setiap SPT disajikan pada Tabel 3. Nilai kandungan unsur-
unsur hara tersebut ditetapkan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Pada keadaan sekarang (aktual), Lokasi Permanent Sample Plot (PSP)
mempunyai kelas sesuai marginal seluas 187.109 hektar (57.27%), tidak sesuai
saat ini seluas 24.457 hektar (7.49%) dan tidak sesuai selamanya seluas 115.141
hektar (35.24%). Faktor pembatas terberat pada lokasi PSP diantaranya adalah
retensi hara (pH rendah), media perakaran (solum yang dangkal) dan tingkat erosi
(lereng yang curam). Dengan adanya teknologi dan biaya yang cukup, faktor-
faktor pembatas tersebut dapat diperbaiki. Kelas kesesuaian lahan yang diperoleh
setelah diadakan usaha–usaha perbaikan lahan disebut kelas kesesuaian lahan
potensial. Kelas Kesesuaian Lahan dan usaha perbaikan yang dapat dilakukan
untuk masing-masing satuan lahan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial serta jenis perbaikan yang dapat dilakukan pada tingkat pengelolaan sedang
No Satuan Lahan
Kesesuaian Aktual Jenis Perbaikan Kesesuaian
Potensial 1 LaK1D3 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2tf - Pengapuran 2 LaK1D4 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2tf - Pengapuran 3 LaK1D5 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2trf - Pengapuran 4 LaK2D3 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2trf - Pengapuran 5 LaK2D4 S3f - Sistem irigasi/pengairan S2trf - Pengapuran 6 LaK4D3 N1r - Sistem irigasi/pengairan N1r - Pengapuran 7 LaK4D4 N1r - Sistem irigasi/pengairan N1r - Pengapuran 8 LaK5D3 N2r - Sistem irigasi/pengairan N2r - Pengapuran 9 LaK5D4 N2r - Sistem irigasi/pengairan N2r - Pengapuran
10 LdK1D3 S3fe - Sistem irigasi/pengairan S2tfe - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
11 LdK1D4 S3fe - Sistem irigasi/pengairan S2tfe - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
12 LdK2D4 S3fe - Sistem irigasi/pengairan S2trfe - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
Lanjutan Tabel 9
No Satuan Lahan
Kesesuaian Aktual Jenis Perbaikan Kesesuaian
Potensial 13 LfK1D3 N2e - Sistem irigasi/pengairan N1e - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
14 LfK1D5 N2e - Sistem irigasi/pengairan N1e - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
15 LfK5D3 N2re - Sistem irigasi/pengairan N2r - Pengapuran - usaha pengurangan laju erosi pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah
Keterangan :
Lereng : Drainase : Kedalaman Solum :
La : Datar D0 : Sangat jelek K1 : >150 cm
Lb : Agak landai D1 : Terhambat K2 : 100 - <150 cm
Lc : Landai D2 : Agak terhambat K3 : 75 - <100 cm
Ld : Agak curam D3 : Sedang K4 : 50 - <75 cm
Le : Curam D4 : Baik K5 : <50 cm
Lf : Sangat curam D5 : Agak cepat
Lg : Terjal D6 : Cepat
Lh ; Sangat terjal Kelas kesesuaian lahan : Faktor penghambat :
S1 : Sangat sesuai t : Temperatur
S2 : Cukup sesuai w : Ketersediaan air
S3 : Sesuai marginal r : Media perakaran
N1 : Tidak sesuai saat ini f : Retensi hara
N2 : Tidak sesuai selamanya x : Toksisitas
n : Hara tersedia
p : Penyiapan lahan
e : Tingkat bahaya erosi
b : Bahaya banjir
1. LaK1D3
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2tf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor ini tidak dapat diperbaiki.
2. LaK1D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2tf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor ini tidak dapat diperbaiki.
3. LaK1D5
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2trf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul dua pembatas baru. Faktor pembatas ini adalah temperatur dan media
perakaran yaitu drainasenya agak cepat. Kedua faktor ini tidak dapat diperbaiki.
4. LaK2D3
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2trf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul dua pembatas baru. Faktor ini adalah temperatur dan media perakaran
yaitu kedalaman tanah. Faktor temperatur tidak dapat diperbaiki, sedangkan
kedalaman tanah hanya dapat dilakukan pada tingkat pengelolaan yang tinggi
dengan cara membongkar lapisan padas yang hanya dapat dilakukan dengan biaya
yang tinggi.
5. LaK2D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah, sehingga masuk dalam sub-kelas S3f. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan pemberian kapur agar pH tanah
meningkat. Usaha pemberian kapur ini hanya mampu meningkatkan kelas
kesesuaian lahan satu tingkat menjadi S2trf. Pada kelas kesesuaian lahan potensial
muncul dua pembatas baru. Faktor pembatas ini adalah temperatur dan media
perakaran yaitu kedalaman tanah. Faktor temperatur tidak dapat diperbaiki,
sedangkan kedalaman tanah hanya dapat dilakukan pada tingkat pengelolaan yang
tinggi dengan cara membongkar lapisan padas yang hanya dapat dilakukan
dengan biaya yang tinggi.
6. LaK4D3
Kondisi aktual termasuk kelas N1 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N1r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan dengan usaha perbaikan
pada tingkat sedang, sehingga tidak ada peningkatan dalam kelas kesesuaian
lahannya. Untuk memperbaiki faktor kedalaman tanah diperlukan pengkelolaan
pada tingkat tinggi yang membutuhkan biaya yang besar.
7. LaK4D4
Kondisi aktual termasuk kelas N1 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N1r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi
kenaikan kelas kesesuaian lahan.
8. LaK5D3
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N2r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi
kenaikan kelas kesesuaian lahan.
9. LaK5D4
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat media
perakaran yaitu kedalaman tanah yang dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas
N2r. Faktor pembatas ini tidak dapat dilakukan perbaikan sehingga tidak terjadi
kenaikan kelas kesesuaian lahan.
10. LdK1D3
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah dan Tingkat bahaya erosinya sedang, sehingga masuk dalam
sub-kelas S3fe. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan
pemberian kapur agar pH tanah meningkat dan untuk pengurangan tingkat erosi
dapat diperbaiki dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras,
penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Dengan usaha perbaikan
tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat menjadi S2tfe. Pada kelas
kesesuaian lahan potensial muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor
ini tidak dapat diperbaiki.
11. LdK1D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah dan Tingkat bahaya erosinya sedang, sehingga masuk dalam
sub-kelas S3fe. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan
pemberian kapur agar pH tanah meningkat dan untuk pengurangan tingkat erosi
dapat diperbaiki dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras,
penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Dengan usaha perbaikan
tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat menjadi S2tfe. Pada kelas
kesesuaian lahan potensial muncul satu pembatas baru yaitu temperatur dan faktor
ini tidak dapat diperbaiki.
12. LdK2D4
Kondisi aktual termasuk kelas S3 dengan faktor penghambat retensi hara
yaitu pH yang rendah dan Tingkat bahaya erosinya sedang, sehingga masuk dalam
sub-kelas S3fe. Usaha perbaikan yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan
pemberian kapur agar pH tanah meningkat dan untuk pengurangan tingkat erosi
dapat diperbaiki dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras,
penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Dengan usaha perbaikan
tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat menjadi S2trfe. Pada kelas
kesesuaian lahan potensial muncul dua pembatas baru. Fator pembatas ini adalah
temperatur dan media perakaran yaitu kedalaman tanah. Kedua faktor pembatas
ini tidak dapat diperbaiki.
13. LfK1D3
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat tingkat
bahaya erosi sangat berat, sehingga masuk dalam sub-kelas N2e. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan cara usaha pengurangan laju erosi,
pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah.
Dengan usaha perbaikan tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat
menjadi N1e.
14. LfK1D5
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat tingkat
bahaya erosi sangat berat, sehingga masuk dalam sub-kelas N2e. Usaha perbaikan
yang dapat dilakukan di SPT ini adalah dengan cara usaha pengurangan laju erosi,
pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah.
Dengan usaha perbaikan tersebut, kelas kesesuaian lahan meningkat satu tingkat
menjadi N1e.
15. LfK5D3
Kondisi aktual termasuk kelas N2 dengan faktor penghambat tingkat
bahaya erosi sangat berat dan media perakaran yaitu kedalaman tanah yang
dangkal, sehingga masuk dalam sub-kelas N2re. Usaha perbaikan yang dapat
dilakukan di SPT ini adalah dengan cara usaha pengurangan laju erosi, pembuatan
teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman penutup tanah. Untuk faktor
kedalaman tanah hanya bisa dilakukan pada tingkat pengelolaan yang tinggi dan
membutuhkan biaya yang besar. Dengan usaha perbaikan tersebut, pada lokasi ini
hanya mengurangi faktor pembatas kelas kesesuaian lahan menjadi N2r.
Dengan usaha perbaikan pada tingkat pengelolaan sedang, diperoleh 7
sub-kelas kesesuaian lahan potensial. Sebaran sub-kelas kesesuaian lahan
potensial pada Permanen Sample Plot tersaji pada Gambar 6 dan luas masing-
masing dapat dilihat pada Tabel 10.
Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Permanent Sample Plot
Tabel 10. Luas wilayah berdasarkan kelas kesesuaian lahan potensial