V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH Uji sifat fisik tanah meliputi uji tekstur tanah dan struktur tanah, kadar air tanah, laju infiltrasi, porositas, permeabilitas, dan bulk density, pada Blok Ciheuleut, Blok Tajur, Blok Pakuan dan Blok Ciawi. Hasil analisa tekstur tanah menghasilkan perbandingan antara liat, debu, dan pasir sebesar 38% : 49% : 13%. Dengan hasil tersebut berdasarkan klasifikasi tektur tanah menurut USDA menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian termasuk lempung liat. Kadar air tanah diukur pada selang 0-40 cm dengan penentuan pF antara pF 2.54 (kapasitas lapang) dan pF 4.2 (titik layu permanen). Kadar air pada keadaan kapasitas lapang pada Blok Ciheuleut sebesar 36.39% volume, Blok Tajur 33.77% volume, Blok Pakuan 31.79% volume, dan Blok Ciawi 35.43% volume. Sedangkan nilai kadar air pada titik layu permanen untuk masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok Ciheuleut sebesar 18.22% volume, Blok Tajur 17.28% volume, Blok Pakuan 20.88 % volume, dan Blok Ciawi 20.22 % volume. Dengan kondisi kadar air tersebut maka Blok Ciheuleut mempunyai total air tanah yang tersedia terbesar yaitu 18.17% volume. Sedangkan total air tanah yang tersedia terkecil pada Blok Ciawi sebesar 15.26% volume. Rata- rata nilai total air tanah yang tersedia sebesar 16.89% volume. Menurut Keller dan Bleisner (1990), tanah tekstur lempung liat mempunyai kadar air tersedia sekitar 16.7 % volume. Nilai air tanah tersedia di lokasi penelitian berkisar antara 15.26 % volume – 18.17 % volume. Hal ini berarti bahwa tanah dilokasi penelitian yang nilai air tanah tersedianya > 16.7 % volume maka akan cepat jenuh air dan segera terjadi aliran permukaan pada kondisi pemberian air yang berlebih. Sehingga diperlukan perhitungan yang tepat mengenai jumlah air yang akan diberikan pada tanaman. Hasil yang lengkap disajikan pada Tabel 7 dibawah ini, sedangkan data lengkap perhitungan total air tanah tersedia disajikan pada Lampiran 1.
14
Embed
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH · V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK TANAH Uji sifat fisik tanah meliputi uji tekstur tanah dan struktur tanah, kadar air tanah,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SIFAT FISIK TANAH
Uji sifat fisik tanah meliputi uji tekstur tanah dan struktur tanah, kadar
air tanah, laju infiltrasi, porositas, permeabilitas, dan bulk density, pada Blok
Ciheuleut, Blok Tajur, Blok Pakuan dan Blok Ciawi.
Hasil analisa tekstur tanah menghasilkan perbandingan antara liat, debu,
dan pasir sebesar 38% : 49% : 13%. Dengan hasil tersebut berdasarkan
klasifikasi tektur tanah menurut USDA menunjukkan bahwa tanah di lokasi
penelitian termasuk lempung liat.
Kadar air tanah diukur pada selang 0-40 cm dengan penentuan pF antara
pF 2.54 (kapasitas lapang) dan pF 4.2 (titik layu permanen). Kadar air pada
keadaan kapasitas lapang pada Blok Ciheuleut sebesar 36.39% volume, Blok
Tajur 33.77% volume, Blok Pakuan 31.79% volume, dan Blok Ciawi
35.43% volume. Sedangkan nilai kadar air pada titik layu permanen untuk
masing-masing Blok adalah sebagai berikut Blok Ciheuleut sebesar 18.22%
Blok Pakuan 0.47 g/cm3, dan Blok Ciawi 0.52 g/cm3. Nilai bulk density di
lokasi penelitian termasuk rendah, yang berarti tanah di lokasi tersebut baik
ketika menahan air yang ada dalam tanah.
30
B. CURAH HUJAN EFEKTIF
Curah hujan andalan (CHA) dihitung berdasarkan data curah hujan rata-
rata tahun 1986-1993 dari Stasiun Klimatologi Darmaga, data curah hujan
rata-rata dari tahun 1986-1993 dapat dilihat pada Lampiran 3. Ditentukan
dengan menggunakan metode Weibull. Curah hujan efektif dihitung
berdasarkan curah hujan andalan 80 %.
Dari Tabel 8 diperoleh hasil curah hujan andalan (CHA) berkisar antara
87.4 mm/bulan-310.7 mm/ bulan. Curah hujan efektif (CHE) berkisar antara
64.4 mm/bulan-190.7 mm/bulan. Curah hujan efektif terbesar tejadi pada
bulan Mei sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada bulan Juli.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan efektif
Bulan Curah Hujan
Curah Hujan Andalan
Curah Hujan Efektif
(mm/bulan) (mm/bulan) (mm/bulan) Januari 392.3 294.7 86.8 Febuari 372.0 280.1 102.2 Maret 407.1 300.9 135.6 April 360.4 238.6 174.2 Mei 365.3 239.5 190.7 Juni 230.6 121.4 99.4 Juli 173.2 87.4 64.4 Agustus 279.3 152 87.1 September 231.8 147.6 107.1 Oktober 346.3 231.4 184.8 November 414.8 310.7 131.3 Desember 390.0 281.3 109.8
Pada Tabel 8 Curah Hujan Efektif (CHE) terkecil pada bulan Juli
yang merupakan permulaan masa tanam yaitu mulai dari tahap vegetatif
sampai tahap pembungaan sehingga sangat diperlukan penambahan air
melalui irigasi pada tahap ini. Pada periode tumbuh selanjutnya yaitu masa
pembuahan dan pematangan nilai curah hujan efektif yang ada pada bulan
Agustus termasuk relatif kecil sehingga agar didapatkan hasil yang
memuaskan irigasi diperlukan dari awal hingga akhir periode.
31
C. EVAPOTRANSPIRASI TANAMAN
Evapotranspirasi tanaman acuan berkisar antara 2.6 mm/hari-5.3
mm/hari dihitung dengan metode radiasi. Koefisien tanaman (Kc) untuk
tanaman melon berbeda tergantung dari tahap perkembangan tanaman.
Menurut Cumulus (1992), koefisien tanaman kc rata-rata untuk tanaman
melon (Cucumis melo L) pada tiap periode tumbuh berbeda, hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 9. Nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo)
dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi tanaman (ETc).
Tabel 9. Koefisien tanaman kc rata-rata untuk tanaman melon (Cucumis melo
Di lokasi penelitian dilakukan pemberian air irigasi dengan interval
waktu 1 hari dan waktu aplikasi pada masa vegetatif 2 jam/hari, pada masa
pembungaan dan pembentukan buah 3 jam/hari dan pada masa pematangan 2
jam/hari. Dengan waktu penjadwalan ini, maka terjadi kelebihan pemberian
air pada setiap tahap pertumbuhan tanaman.
39
Tabel 15. Penentuan Interval Irigasi yang Disarankan
Parameter Satuan Tahap Pertumbuhan
Vegetatif Pembu-ngaan
Pembentu-kan Buah
Pemata-ngan
Kedalaman bersih irigasi, dx mm 16.4 16.4 16.4 16.4
Interval irigasi, fx hari 8.3 5.9 5.4 10.1
Interval irigasi aktual,f hari 8 5 5 10
Kedalaman bersih irigasi baru,dn
mm 15.8 14.0 15.2 16.2
Kedalaman kotor irigasi,d mm 18.6 16.4 17.8 19
Volume kotor irigasi,G l/hari 16.2 14.3 15.5 16.5
Waktu Aplikasi Jam/hari 0.6 0.5 0.5 0.6
Dari Tabel 15. dapat dilihat kedalaman bersih untuk seluruh lahan
sebesar 16.4 mm. Interval irigasi yang dipilih pada masa vegetatif 8 hari, pada
masa pembungaan 5 hari, pada masa pembentukan buah 5 hari dan pada masa
pematangan 10 hari. Kedalaman kotor irigasi berkisar antara 16.4 mm – 19
mm. Waktu aplikasi pemberian air irigasi berkisar antara 0.5 jam/hari – 0.6
jam/hari. Terlihat bahwa semakin besar jumlah air irigasi (kotor) maka waktu
aplikasi irigasi semakin lama.
Penentuan jadwal pemberian irigasi dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi irigasi tetes. Hal ini didasarkan pada pertimbangan untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman dengan tepat dan untuk menghindari kelebihan air
irigasi, sehingga tanaman menjadi layu serta dapat pula menyebabkan
limpasan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan efisiensi irigasi tetes
dengan menggunakan micro spray maka diperlukan penerapan jadwal irigasi
secara tepat.
G. ANALISIS JARINGAN PERPIPAAN
Tipe emitter didesain agar selain menyalurkan kebutuhan air untuk
irigasi juga melembabkan daerah sekitar tanaman. Besarnya debit tergantung
dari tekanan operasi yang diberikan. Dengan nilai keseragaman debit aliran
yang kurang baik yaitu antara 83.67 %-86.78 % dapat mempengaruhi
40
besarnya air yang disalurkan, hal tersebut dapat mengganggu untuk
pertumbuhan tanaman yang ada.
Jaringan irigasi sangat mempengaruhi pula nilai keseragaman ini.
Banyaknya kerusakan dari alat yang dipergunakan oleh jaringan irigasi
mempengaruhi. Jaringan sistem irigasi meliputi pipa utama dengan diameter 3
inch, pipa sub utama dengan diameter 2 inch, pipa manifold dengan diameter
¾ inch, pipa lateral dengan diameter ½ inch dan emitter. Kerusakan banyak
terjadi pada jaringan pipa manifold, pipa lateral dan emitter. Adanya
kerusakan pada jaringan ataupun alat yang hilang menyebabkan nilai
keseragaman penyebaran debit (EU) yang ada kurang dari 95%. Rekapitulasi
data jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 15. Rekapitulasi data jaringan
irigasi diseluruh lokasi penelitiandapat dilihat pada Lampiran 9. Layout
jaringan perpipaan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 10.
Rekapitulasi data jaringan irigasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tabel 15. Rekapitulasi Data Jaringan Irigasi
Keterangan : B :Berfungsi ; R : Rusak ; T : Tidak ada
Dari data yang diperoleh dapat diketahui kerusakan yang terjadi pada
jaringan pipa manifold di Blok Ciheuleut sebesar 14.3%, Blok Tajur sebesar
10.5%, Blok Pakuan sebesar 7.3%, dan Blok Ciawi sebesar 10%. Pada
No Data Blok Kebun
Ciheuleut Sukasari & Tajur
Muarasari & Pakuan
Ciawi
1. Luas Blok 1904 m2 5168.9 m2 2946.35 m2 1452 m2 2. Jumlah Bedeng 56 bedeng 63 bedeng 59 bedeng 22 bedeng 3. Panjang manifold 84 m 94.5 m 88.5 m 33 m 4. Panjang lateral 1836.8 m 6312.6 m 2755.4 m 1173.2 m 5. Jenis tanaman Melon Pepaya &
melon Tomat & melon
Melon
6. Kondisi Manifold
B 49 57 55 30 R 7 6 4 3 T 0 0 0 0
7. Kondisi Lateral B 102 27 118 66 R 8 99 0 0 T 2 0 0 0
8. Kondisi Sprayer B 2442 7857 3003 1152 R 114 0 0 0 T 0 1387 449 0
41
jaringan pipa lateral kerusakan yang terjadi di Blok Ciheuleut sebesar 9.8%,
Blok Tajur sebesar 36.67%, Blok Pakuan dan Blok Ciawi jaringan pipa lateral
yang ada dalam kondisi yang baik. Kerusakan yang terjadi pada emitter di
Blok Ciheuleut sebesar 4.66%, Blok Tajur sebesar 17.65%, Blok Pakuan
sebesar 14.95%, dan Blok Ciawi dalam kondisi yang baik.
Kerusakan yang terjadi pada jaringan irigasi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu pemeliharaan jaringan yang tidak terlaksana dengan
baik, kondisi iklim juga sangat mempengaruhi karena jaringan pipa manifold,
lateral dan emitter berada diatas permukaan tanah dan tidak terlindungi oleh
bangunan, jaringan yang rusak tidak segera tertangani tetapi tetap dibiarkan
sehingga memperbesar kerusakan yang terjadi. Kerusakan tersebut dapat
menyebabkan nilai keseragaman penyebaran (EU) kurang dari 95 %. Untuk
meningkatkan keseragaman penyebaran debit (EU) dapat dilakukan melalui
penempatan posisi pipa lateral yang datar, penggantiann komponen irigasi
yang rusak. Untuk mengurangi kerusakan komponen irigasi dilakukan,
melalui pemeliharaan dan perawatan jaringan irigasi secara intensif.
Perbaikan dan penggantian komponen-komponen yang mendukung
jaringan irigasi sangat diperlukan. Masing-masing Blok berbeda tergantung
dari besarnya kerusakan dan kebutuhan alat yang ada. Blok Ciheuleut sebesar
Rp. 444600,-, Blok Tajur yang tergabung dengan Blok Sukasar sebesar Rp.
1554300,-, Blok Pakuan yang tergabung dengan Blok Muarasari sebesar Rp.
404100,-, dan Blok Ciawi sebesar Rp. 168000,-. Rincian biaya kebutuhan
komponen di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 11.