V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Kondisi Fisik Analisis kondisi fisik yang dibahas pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah; topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa; sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak. 5.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi Lokasi kawasan Terminal 3 sudah memiliki batasan yang jelas sesuai tata guna lahan pada Master Plan Bandara Soetta, sehingga tidak ada kemungkinan dilakukannya penyalahgunaan fungsi kawasan terminal bandara seperti menjemur pakaian, tempat pembuangan sampah, bahkan mendirikan bangunan oleh masyarakat sekitar. Selain itu, letak keberadaan Terminal 3 di Bandara Soetta jauh dari jangkauan akses pemukiman penduduk. Berikut dapat dilihat pada Gambar 32 mengenai Master Plan Bandara Soetta. 5.1.1.2 Iklim Perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global dewasa ini telah mengakibatkan perubahan harmonisasi alam, antara lain terjadinya peningkatan suhu udara, kenaikan tinggi air muka laut sebagai akibat pencairan es di kutub, dan berubahnya pola hujan. Perubahan iklim tersebut juga mempengaruhi berlangsungnya aktivitas operasional pada bandara, terkait terhadap aspek keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki suhu dan kelembaban udara rata-rata yang cukup tinggi, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna bandara. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi kenyamanan dan aktivitas manusia.
72
Embed
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis 5.1.1 Kondisi Fisik · berlangsungnya aktivitas operasional pada bandara, terkait terhadap aspek keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. ... Kontrol
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis
5.1.1 Kondisi Fisik
Analisis kondisi fisik yang dibahas pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu:
batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah; topografi dan draenase;
hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa; sirkulasi dan akesibilitas;
serta fasilitas pada tapak.
5.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi
Lokasi kawasan Terminal 3 sudah memiliki batasan yang jelas sesuai tata
guna lahan pada Master Plan Bandara Soetta, sehingga tidak ada kemungkinan
dilakukannya penyalahgunaan fungsi kawasan terminal bandara seperti menjemur
pakaian, tempat pembuangan sampah, bahkan mendirikan bangunan oleh
masyarakat sekitar. Selain itu, letak keberadaan Terminal 3 di Bandara Soetta jauh
dari jangkauan akses pemukiman penduduk. Berikut dapat dilihat pada Gambar
32 mengenai Master Plan Bandara Soetta.
5.1.1.2 Iklim
Perubahan iklim sebagai akibat pemanasan global dewasa ini telah
mengakibatkan perubahan harmonisasi alam, antara lain terjadinya peningkatan
suhu udara, kenaikan tinggi air muka laut sebagai akibat pencairan es di kutub,
dan berubahnya pola hujan. Perubahan iklim tersebut juga mempengaruhi
berlangsungnya aktivitas operasional pada bandara, terkait terhadap aspek
keamanan, kenyamanan, dan keselamatan.
Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki suhu dan kelembaban udara
rata-rata yang cukup tinggi, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna
bandara. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kenyamanan dan aktivitas manusia.
54
55
Kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki suhu dan kelembaban udara
rata-rata yang cukup tinggi, sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengguna
bandara. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kenyamanan dan aktivitas manusia. Dalam berbagai model perancangan lanskap
perlu dilakukan penyesuaian terhadap faktor dan unsur iklim. Faktor dan unsur
iklim tersebut lebih baik dilakukan penyesuaian dibandingkan dengan
menentangnya. Penyesuaian ini didefinisikan dalam pengertian pemanfaatan
berbagai aspek yang menguntungkan (misalnya kenyamanan, keteduhan) dan
pengendalian yang merugikan (misalnya angin yang sangat kencang,
pencemaran). Dengan demikian iklim ideal yang diinginkan, yaitu selang
kenyamanan manusia yang dapat dicapai. Selain itu, dengan tidak menentangnya
maka kelangsungan fungsi alami yang telah ada sebelumnya dapat dipertahankan.
Menurut Brooks (1988), proses transpirasi dan naungan kanopi vegetasi dapat
mempengaruhi tingkat suhu dan kelembaban udara. Oleh karena itu, pada
kawasan ini perlu dilakukan pengendalian iklim mikro untuk mengurangi suhu
dan kelembaban udara tersebut. Berikut dapat dilihat pada Gambar 33 mengenai
pengendalian iklim mikro tersebut.
Gambar 33 Potongan Perubahan Suhu dan Kelembaban Udara oleh Vegetasi
56
Pengendalian iklim mikro tersebut dapat menggunakan pohon yang
memiliki kerapatan daun tinggi dan bertajuk besar. Fungsi pohon dalam
memperbaiki iklim dapat diklasifikasikan menjadi beberapa fungsi (Grey dan
Deneke, 1978), dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Memperbaiki Iklim
Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Memperbaiki Iklim
Identifikasi
Kontrol Suhu • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi • Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat,
berkolom, dan menjurai (weeping) Kontrol Angin • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang
tinggi • Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer
lebih efektif dalam mengurangi kecepatan angin
• Pohon yang memiliki batang, percabangan dan perakaran yang kuat
Kontrol Kelembaban • Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi • Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat,
berkolom, dan menjurai (weeping) Sumber: (Grey dan Deneke, 1978)
Berdasarkan data iklim, Indeks Kenyamanan Manusia (Temperature
Humidity Index) pada tapak dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
Kuantifikasi Kenyamanan, yaitu :
Keterangan : T = Suhu (°C)
RH = Kelembaban Nisbi (%)
Dari hasil perhitungan persamaan dengan menggunakan persamaan di atas,
didapatkan nilai THI (Temperature Humidity Index) sebesar 30,2°C, sedangkan
pada daerah tropis, ketidaknyamanan terjadi pada saat nilai THI lebih besar dari
57
27°C. Dengan demikian, suhu dan kelembaban udara pada kawasan Terminal 3
Bandara Soetta berada pada katagori tidak nyaman.
Suhu dan kelembaban udara yang kurang nyaman pada Kawasan Terminal 3
merupakan kendala yang perlu diatasi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan
mempertahankan dan menambah vegetasi yang berfungsi sebagai pohon peneduh,
serta memilih jenis vegetasi yang mempunyai daya serap tinggi terhadap polutan.
Dengan adanya pohon peneduh tersebut, maka dapat tercipta iklim mikro yang
lebih sejuk dan nyaman bagi pengunjung dengan turunnya temperatur suhu.
Selain itu, juga dapat diatasi dengan menggunakan material yang mampu
menyerap panas pada fasilitas yang akan dikembangkan dengan
mempertimbangkan jenis dan warna bahan. Dominasi warna hijau tanaman juga
akan membantu menambah kesejukan, karena warna hijau termasuk kedalam
kelompok warna sejuk. Warna hijau yang dihadirkan oleh dedaunan banyak
mengandung klorofil dan saat pagi hari akan memberikan kesegaran pada mata.
Warna-warna panas seperti merah sebaiknya dikurangi penggunaannya pada
tapak untuk menghindari peningkatan suhu. Untuk perkerasan (paving) dengan
warna-warna panas akan menyilaukan mata dan memantulkan hawa panas pada
siang hari. Oleh karena itu, pemilihan warna yang mendekati warna alami
(natural) untuk perkerasan sangat cocok, sehingga dapat bermanfaat secara
biologis maupun psikis bagi para pengunjung.
Menurut Effendy (2003), kecepatan angin merupakan kecepatan dari
gerakan suatu massa udara secara horizontal dan vertikal. Selain itu, Lynch (1993)
mengatakan bahwa kecepatan angin yang ideal untuk area tempat duduk adalah ≤
14 km/jam dan area pejalan kaki adalah ≤ 43 km/jam. Sementara itu, kecepatan
angin tertinggi di Kawasan Terminal 3 adalah 5,4 km/jam dan terendah adalah 1,1
km/jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan angin di Kawasan Terminal
3 bukan suatu kendala untuk pengembangan operasional bandara.
Kecepatan angin dapat dikontrol dengan menggunakan vegetasi yang
memiliki struktur perakaran yang kuat dan mempunyai kanopi tertutup. Menurut
Brooks (1988), vegetasi berperan sebagai penghalang (obstruction), pembelok
(diver sion), pengarah (guidance), dan penyaring (filtration) kecepatan angin.
Grey dan Danekke (1978), mengatakan bahwa vegetasi dengan kanopi tertutup
58
dapat mengurangi kecepatan angin sampai sebesar 85%. Konsep tersebut
diaplikasikan pada tapak, dapat dilihat pada Gambar 34.
Gambar 34 Potongan Reduksi Kecepatan Angin oleh Vegetasi
Pada kawasan Terminal 3 masih banyak terdapat area yang tidak ternaungi,
terutama oleh vegetasi peneduh sehingga akan terjadi intensitas penyinaran penuh
pada area tersebut. Dalam hal ini, vegetasi dapat berperan sebagai media penyerap
panas dan sinar matahari pada tapak. Pada tapak perlu adanya penambahan
vegetasi yang berfungsi mengurangi radiasi matahari secara langsung. Radiasi
matahari adalah perambatan gelombang elektromagnetik melalui ruang dengan
kecepatan cahaya (Effendy, 2003). Selain itu, menurut Brooks (1988), radiasi
matahari dapat meningkatkan panas elemen lanskap yang terdapat pada suatu
tapak. Semakin licin dan terang permukaan suatu material, maka akan semakin
banyak radiasi yang dipantulkan (Gambar 35). Oleh karena itu, pada kawasan
Terminal 3 perlu direncanakan pemilihan permukaan material yang akan
digunakan dalam pembangunan, yaitu dengan menambah material permukaan
yang berwarna kelabu terang dan bertekstur agak kasar untuk mengurangi
59
penyerapan radiasi matahari. Radiasi matahari dapat dikendalikan dengan
vegetasi, elemen arsitektur, dan peletakan bangunan.
Gambar 35 Ilustrasi Reduksi Radiasi Matahari oleh Permukaan Material (Sumber: Brooks, 1988)
Menurut Reed (2010), langkah-langkah yang dapat mengurangi penyerapan
energi matahari antara lain:
(1) menaungi tanah dengan tanaman;
(2) menutupi tanah kosong dengan mulsa;
(3) meminimumkan lawn area;
(4) meminimumkan pavement; dan
(5) menggunakan cool pavement.
Tanah yang ternaungi oleh tanaman, dapat lebih dingin suhu udara di
permukaan tanahnya. Perkerasan yang ternaungi dapat lebih dingin 10-20º
daripada perkerasan yang tidak ternaungi. Tanaman yang paling bagus untuk
mendinginkan suhu permukaan tanah ialah jenis pohon yang memiliki tajuk
berkanopi besar, seperti Damar (Agathis dammara), Sengon (Paraserianthes
falcataria), dan Cendana (Santalum abum). Dalam mendapatkan hasil yang
terbaik untuk mendinginkan suhu tanah, maka perlu memelihara pohon agar
batangnya tetap tumbuh rendah, tanpa mengorbankan nilai lanskap lainnya seperti
views, privasi, dan kesehatan. Sedangkan, mulsa berfungsi untuk menambahkan
pengaruh tanaman didalam mendinginkan suhu tanah. Mulsa akan mendinginkan
suhu pada tapak dengan mencegah sinar matahari mencapai permukaan tanah.
Selain itu, Mulsa berfungsi untuk menyerap dan menahan air hujan pada
60
permukaan tanah. Alam menghasilkan sejumlah mulsa, seperti daun, ranting,
bunga, buah, dan bagian pada tanaman lainnya yang jatuh ketanah dan mati.
Lantai hutan merupakan contoh terbaik didalam menghasilkann mulsa.
Rumput memiliki sistem perakaran haus yang dapat menghisap kelembaban
didalam tanah. Pada saat malam hari lawn area dapat lebih dingin karena
permukaan yang dangkal sehingga tidak dapat menahan kelembaban, tetapi pada
siang hari akan sangat cepat meningkatkan suhu permukannya. Selain itu, lawn
area membutuhkan pemeliharaan yang intensif sehingga mengeluarkan energi
lebih besar. Oleh karena itu, mengurangi jumlah lawn area dapat mengurangi
daya serap energi matahari dan menghemat energi didalam pemeliharaannya.
Pavement dapat menyerap energi matahari. Seberapa banyak menyerap
energi panas tersebut pada pavement tergantung pada massa, jenis, dan warna
material paving. Permukaan aspal ekspos pada siang hari dapat lebih panas
dibanding material lainnya, karena pada saat itu matahari berada pada jarak
vertikal terdekat dan penyinaran terkuat. Lama penyinaran yang lebih lama akan
menyebabkan penyerapan panas yang lebih besar dan lebih banyak panas yang
dipancarkan pada saat malam hari. Selain itu, pemilihan jenis pavement
mempengaruhi daya penyerapan terhadap panas matahari. Warna yang terang
merefleksikan panas energi matahari, sedangkan warna gelap menyerap panas
energi matahari. Sehingga, warna abu-abu terang atau tan pavement akan lebih
dingin diakhir hari daripada pavement hitam atau abu-abu gelap. Begitu juga
dengan material yang tebal umumnya akan lebih lama menyimpan panas daripada
material yang tipis. Jadi, untuk mengurangi jumlah panas pada jalur kendaraan,
perlu dibangun dengan material warna yang cerah. Material yang terdingin dan
paling reflektif untuk jalur kendaraan antara lain, yaitu concrete, aspal campuran
dengan agregat warna terang, granit blok, cetakan concrete berwarna terang, loose
4) environmental mitigation; 5) land use management; 6) energy conservation; 7)
waste control; dan 8) water recycling.
97
98
Selain itu, dalam setiap desain yang dibuat pada Terminal 3 harus mampu
memenuhi persyaratan suatu bandara yang dikatakan ecoairport. Berdasarkan
Narita Eco-Airport Master Plan (2010), pembuatan eco-airport memiliki
beberapa ruang lingkup yang harus diperhatikan (Tabel 7).
Tabel 7 Ruang Lingkup Eco-Airport
Ruang Lingkup No Kriteria
Lingkungan Lokal
1 Mengurangi efek noise penerbangan 2 Mengurangi dampak penurunan kualitas udara pada area lokal
sekitar bandarva3 Mengurangi dampak pencemaran air
Lingkungan Global
4 Mengurangi emisi polutan atmosfer 5 Mengurangi emisi gas rumah kaca 6 Mempromosikan pengurangan konsumsi energi
Sumber Daya Daur
Ulang
7 Mempromosikan hemat penggunaan air 8 Mempromosikan pengurangan limbah dan daur ulang
Lingkungan Alam
9 Melestarikan alam disekitar bandara 10 Bekerjasama untuk merevitalisasi pertanian daerah lokal disekitar
bandara
Berdasarkan tinjauan kriteria dalam eco-airport tersebut, terdapat tiga hal yang
paling penting untuk diperhatikan, yaitu mengurangi emisi polutan atmosfer,
mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mempromosikan pengurangan limbah,
serta daur ulang limbah. Langkah desain yang dilakukan pada Terminal 3 untuk
memenuhi kriteria eco-airport dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3
No Kriteria Eco-Airport Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3
1 Mengurangi efek noise penerbangan
a. Membuat penyangga noise dengan vegetasi evergreen
b. Menggunakan bahan kedap suara yang dapat meredam noise
c. Menggunakan vegetasi yang memiliki kerapatan daun tinggi
d. Membuat pola penanaman yang memiliki ketinggian
berbeda untuk mengendalikan angin
e. Menanami di setiap zona dengan pohon yang
berkanopi tertutup
99
Tabel 8 Lanjutan
No Kriteria Eco-Airport Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3
2 Mengurangi dampak penurunan kualitas udara di sekitar bandara
a. Membuat zona konservasi
b. Dominan menggunakan pohon peneduh untuk menciptakan iklim mikro yang nyaman
c. Menyediakan transportasi kereta listrik bandara (monorail)*
d. Menggunakan materi perkerasan pada jalur pedestrian yang dapat mendinginkan suhu
3 Mengurangi dampak pencemaran air
a. Membuat zona konservasi
b. Mengalirkan limbah buangan ke WTP untuk diolah kembali
c. Melengkapi draenase dengan sistem Water Retention* 4 Mengurangi
emisi polutan atmosfer (NOx)***
a. Membuat zona konservasi
b. Menggunakan vegetasi yang mempunyai kemampuan untuk menyerap polutan
c. Menyediakan transportasi kereta listrik bandara (monorail)*
d. Meningkatkan pengenalan terhadap pengurangan polusi pada penerbangan dengan sistem GPU (Ground Power Unit)*
e. Menggunakan kendaraan operasional beremisi rendah*
f. Menggunakan lampu penerangan dengan solar sel dan
LED (Light Emitting Diodes)*
g. Menggunakan Photo-catalyst pada bangunan Terminal 3*
5 Mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2)***
a. Membuat zona konservasi
b. Menggunakan vegetasi yang mempunyai kemampuan untuk menyerap CO2 tinggi
c. Membuat gedung parkiran yang dilengkapi dengan vertical greenary
d. Menyediakan transportasi kereta listrik bandara
(monorail)*
f. Meningkatkan pengenalan terhadap penerbangan yang
berbahan bakar efisien*
g. Menggunakan kendaraan operasional beremisi
rendah*
h. Menggunakan lampu penerangan dengan solar sel dan
LED (Light Emitting Diodes)*
i. Mengurangi konsumsi energi dengan mengatur penerangan, AC, ventilasi, dan jam operasi*
6 Mengurangi konsumsi energi
a. Mengurangi lawn area dan penggunaan rumput
b. Menggunakan dominan material transparan untuk menghemat penerangan bangunan
100
Tabel 8 Lanjutan
No Kriteria Eco-Airport Langkah Desain yang Dilakukan di Terminal 3
c. Menanam pohon peneduh di sekitar bangunan sebagai
penghalang dari sinar matahari
d. Menggunakan solar panel sebagai alternatif energi
dalam penerangan*
e. Menggunakan vegetasi yang minimum dalam
pemeliharaan
f. Menggunakan penerangan dengan LED pada Taxiway dan Terminal 3*
7 Hemat dalam penggunaan air
a. Mengurangi lawn area dan penggunaan rumput
b. Menggunakan vegetasi yang minimum dalam konsumsi air
c. Menggunakan air hasil daur ulang WTP untuk menyirami vegetasi di Terminal 3
8 Mengurangi limbah dan daur ulang***
a. Membuat tempat sampah yang membagi kedalam 3 bagian untuk disortir kembali
b. Membuat sistem daur ulang sampah organik menjadi kompos untuk pupuk vegetasi*
c. Membuat sistem daur ulang air hujan* 9 Melestarikan
alam disekitar bandara
a. Membuat zona konservasi
b. Melakukan penghijauan di sekitar Terminal 3
c. Membuat taman lingkungan di Terminal 3
10 Bekerjasama untuk merevitalisasi pertanian disekitar bandara
a. Menggunakan vegetasi hasil budidaya (nursery) masyarakat di sekitar bandara
b. Mengumpulkan sampah organik untuk dijadikan pupuk oleh masyarakat sekitar
Keterangan : *** = Kriteria yang paling penting dalam eco-airport. * = Pendekatan teknologi
Dari hasil desain yang akan diterapkan untuk memenuhi kriteria eco-airport
di Terminal 3, terdapat kriteria yang diperlukannya kerjasama dengan semua
stakeholder terkait. Dalam rangka mewujudkan konsep eco-airport, pendekatan
desain lanskap merupakan faktor utama. Setelah itu, diperlukan pendekatan
teknologi dan desain bangunan yang mendukung konsep eco-airport tersebut.
Desain secara keseluruhan pada Terminal 3 menggunakan perpaduan antara
hard dan soft material yang dapat dilihat didalam Site Plan. Selain itu, dilakukan
kombinasi antara garis organik dengan geometrik secara harmonis dengan tetap
101
mempertahankan prinsip desain, yaitu tema, kontras, gradasi, dan keseimbangan.
Berdasarkan tahapan konsep, desain yang akan dilakukan telah dibagi menjadi
dua bagian, yaitu desain elemen keras yang terdiri dari konsep sirkulasi dan
konsep fasilitas; dan elemen lunak, seperti konsep vegetasi dan konsep visual.
Desain Terminal 3 Bandara Soetta disajikan dalam bentuk gambar site plan,
planting plan, potongan, perspektif, dan detail elemen taman.
Desain Terminal 3 menggunakan pola penanaman vegetasi yang organik
dan tidak teratur sehingga bentukan perbedaan strata kanopi vegetasi dapat terlihat
dengan jelas sebagai hasil transformasi dari hutan hujan tropis, serta peletakan
service area (foodcourt) di dekat gedung parkiran dan biodiversity boardwalk
yang berfungsi untuk memudahkan akses pengguna. Pengguna service area
tersebut ialah pengunjung dan pengelola bandara. Keunggulan dari pemilihan
vegetasinya, yaitu 87,5 % vegetasinya merupakan tanaman lokal asli Indonesia
dan 33,3 % vegetasinya memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap polutan.
Didalam desain ini, terdapat sejumlah ruang kosong (lawn area) agar matahari
masih bisa masuk ke permukaan tanah sehingga kelembabannya terjaga, serta
mencegah hewan liar (khususnya jenis Aves) untuk datang dan berkembangbiak
akibat rimbunnya pepohonan, khususnya area konservasi.
Area Terminal 3 memiliki luas sebesar 100,55 Ha yang terdiri dari
bangunan utama Terminal 3, Apron, gedung parkiran, stasiun, fasilitas-fasilitas
Terminal 3, jalus sirkulasi, dan ruang terbuka hijau (RTH). Luas bangunan utama
Terminal 3 adalah 26,26 Ha (kapasitas 20 juta orang) dan Apron adalah 20,71 Ha
(kapasitas boarding pesawat 18 unit). Gedung parkiran memiliki luas sebesar 6
Ha dengan kapasitas motor dan mobil masing-masing sebesar 4.500 unit dan
15.750 unit. Stasiun memiliki luas sebesar 1,6 Ha (kapasitas 5 juta orang). Luas
Fasilitas-fasilitas Terminal 3 sebesar 0,6 Ha dan jalur sirkulasi sebesar 1,3 Ha.
RTH memiliki luas sebesar 43,48 Ha yang terdiri dari area konservasi sebesar
21,82 Ha dan non konservasi (taman lingkungan, vegetasi display, peneduh, dan
pembatas) sebesar 21,66 Ha, sehingga persentase total RTH di Terminal 3 adalah
43,2 %. Berikut mengenai Site Plan Terminal 3 (Gambar 49) dan Blow up Site
Plan Terminal 3 (Gambar 50).
102
103
104
5.4.1 Sirkulasi
Jalur sirkulasi yang ada pada tapak terdiri dari jalur kendaraan dan jalur
pejalan kaki. Jalur kendaraan dibagi lagi menjadi dua jalur sejak di zona
penerimaan, yaitu jalur kedatangan penumpang dan jalur keberangkatan
penumpang. Pembagian jalur kendaraan ini berfungsi untuk menghindari konflik
penumpukan jumlah kendaraan yang ingin menurunkan maupun menjemput
penumpang. Jalur kendaraan ini dibuat satu arah dengan pintu masuk dan keluar
yang berbeda. Sedangkan, jalur dua arah hanya terdapat pada akses keluar-masuk
gedung parkiran. Material yang digunakan pada jalur kendaraan ini adalah beton
dicampur dengan aspal.
Jalur pejalan kaki dibedakan menjadi dua bagian, yaitu jalur primer (untuk
aktivitas berjalan kaki utama) dan jalur sekunder (untuk biodiversity boardwalk).
Untuk mengurangi kesan monoton pada jalur pejalan kaki ini digunakan material,
warna, dan tekstur perkerasan yang berbeda, namun tetap disesuaikan dengan
aktivitas ruang. Perbedaan tekstur pada lantai dapat digunakan untuk
menunjukkan arah sirkulasi dan menghilangkan kesan monoton (Hakim, 2002).
Penggunaan warna dingin dapat menyerap sinar matahari lebih baik untuk
kenyamanan pengunjung dan menghasilkan ukuran ruang yang tampak lebih luas
(Mutiara, 2006).
Jalur sirkulasi primer dibuat dengan sesuai standar dua sampai empat orang
berjalan berdampingan dengan material granit blok, sedangkan jalur sirkulasi
sekunder juga dibuat dengan standar tiga orang berjalan berdampingan dengan
material kayu diatas tanah setinggi 20 cm. Kedua jalur tersebut dapat saling
terhubung satu sama lain dengan berbagai fasilitas, seperti bangunan Terminal 3,
stasiun kereta api bandara, area rekreasi outdoor, area foodcourt, dan gedung
parkiran. Sirkulasi kereta api bandara melintas diatas permukaan tanah setinggi 5
m dari arah bak penampungan air ke Terminal 2. Berikut mengenai jalur sirkulasi
(Gambar 51) dan perspektif jalur sirkulasi di Terminal 3 (Gambar 52).
105
Gambar 51 Jalur Sirkulasi Terminal 3
5.4.2 Fasilitas
Pengembangan ruang dengan aktivitas dan fungsi yang beragam
membutuhkan berbagai fasilitas. Fasilitas yang baik akan mendukung
kenyamanan dan kemudahan pengguna Terminal 3. Penentuan fasilitas harus
didasarkan pada fungsi ruang dan aktivitas pengguna tapak. Pengadaan fasilitas
juga harus memperhatikan bahan dan material yang digunakan. Bahan material
yang digunakan harus tahan lama, ramah lingkungan, dan aman bagi pengguna
tapak. Penempatan fasilitas pendukung harus menyesuaikan dengan kondisi tapak.
Berikut mengenai fasilitas pendukung (Tabel 9) dan gambar detail konstruksi
(Lampiran 4-17).
Tabel 9 Fasilitas Pendukung Terminal 3
No Fasilitas Jumlah Luas Total (m²) Spesifikasi
1 Gerbang 1 20 Batu Bata dan Beton 2 Shelter (drop off) 10 505 H-Beam, Fiber, dan Kaca 3 Pos jaga 3 31 3,2 m x 3,2 m 4 Penerangan (lighting) 57 45 Besi dan Alumunium5 Gazebo (rest area) 7 101 Concrete dan H-Beam 6 Foodcourt 1 298 15 m x 22 m 7 Gedung Parkiran 1 60.600 3 Level
8 Stasiun Kereta Api Bendara 1 16.059 2 Level
9 Biodeversity boardwalk 1 625 Kayu dan Batu Kali
10 Jalur Pejalan Kaki 3 7.722 Granit Blok 11 Tempat sampah 30 15 Aluminium
106
107
1. Gerbang
Gerbang merupakan land mark yang berfungsi sebagai penanda dan
pengarah bagi pengunjung yang ingin memasuki Terminal 3. Gerbang yang
direncanakan terdiri dari dua unit, yaitu satu unit terletak di bagian depan pintu
masuk area penerimaan Terminal 3 yang berfungsi sebagai pintu masuk dan satu
unit di bagian pintu keluar Terminal 3. Bentukan gerbang ini merupakan turunan
dari gapura tradisional yang ditransformasikan dengan suasana tropis modern.
Gerbang ini dilengkapi dengan vertical greenary pada dinding gerbang, kolam air
mancur pada sisi diantara kolom dinding gerbang, dan lampu penerangan pada
bagian bawah. Sedangkan, bahan utama yang digunakan ialah batu bata dan
beton. Berikut dapat dilihat pada Gambar 53 mengenai ilustrasi gerbang.
Gambar 53 Ilustrasi Gerbang
2. Shelter (drop off)
Shelter (drop off) merupakan fasilitas yang digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang kendaraan. Shelter yang direncanakan pada Terminal 3
berjumlah sepuluh unit dan ditempatkan pada jalur kendaraan kedatangan
penumpang, yang masing-masing dua unit terletak pada setiap pier di Terminal 3.
Setiap shelter dilengkapi dengan ruangan, tempat duduk, dan papan reklame.
Selain itu, terdapat vertical greenary pada kolom tiang besar dan atap shelter.
Bahan utama yang digunakan adalah fiber, H-beam, dan kaca. Berikut dapat
dilihat pada Gambar 54 mengenai ilustrasi shelter (drop off).
108
Gambar 54 Ilustrasi Shelter (drop off)
3. Pos Jaga
Pos jaga merupakan fasilitas yang berfungsi untuk mengontrol keamanan di
Terminal 3. Pos jaga yang direncanakan di Terminal 3 sebanyak tiga unit.
Masing-masing penempatan pos jaga tersebut terletak di pintu masuk kendaraan
satu unit dan pada area biodiversity boardwalk dua unit. Bahan utama yang
digunakan adalah batu bata, concrete dan fiber. Berikut dapat dilihat pada Gambar
55 mengenai ilustrasi pos jaga.
Gambar 55 Ilustrasi Pos Jaga
4. Penerangan (lighting)
Penerangan (lighting) merupakan fasilitas tapak yang berfungsi untuk
menunjang kenyamanan dan keamanan aktivitas dimalam hari. Selain itu,
penerimaan cahaya dari fasilitas penerangan diharapkan memberi susana malam
yang hangat dan indah pada Terminal 3. Fasilitas penerangan yang direncanakan
pada Terminal 3 dibagi kedalam dua jenis, yaitu lampu jalan berjumlah 27 unit
dan lampu taman berjumlah 30 unit. Tipe penerangan yang digunakan adalah
109
spreadlighting, yaitu tipe lampu taman yang menyebar kesegala arah, namun tidak
kearah atas agar tidak membahayakan keselamatan penerbangan. Sedangkan,
bahan utama yang digunakan ialah besi dan alumunium. Fasilitas penerangan
diletakkan di masing-masing ruang dan objek-objek tertentu yang menjadi point
of interest. Berikut dapat dilihat pada Gambar 56 mengenai ilustrasi penerangan
(lighting).
Gambar 56 Ilustrasi Penerangan (lighting)
5. Gazebo (rest area)
Gazebo (rest area) merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai area
pemberhentian sementara bagi pengunjung yang lelah mengelilingi Terminal 3
dan sebagai tempat peristirahatan bagi pengunjung yangsedang berjakan-jalan
mengelilingi taman lingkungan, serta sebagai titik pandang melihat pemandangan
hutan kota dan suasana Terminal 3. Bahan yang utama digunakan concrete dan H-
beam. Setiap Gazebo dilengkapi dengan bangku duduk dan ditempatkan pada
zona pemanfaatan berjumlah tujuh unit. Berikut dapat dilihat pada Gambar 57
mengenai ilustrasi gazebo.
Gambar 57 Ilustrasi Gazebo
110
6. Foodcourt
Foodcourt merupakan fasilitas yang menyediakan berbagai jenis pilihan
makanan yang dijual dalam satu tempat. Foodcourt ini terletak di sebelah timur
Stasiun KA Bandara dan direncanakan pada zona pemanfaatan, dilengkapi dengan
kursi dan meja makan yang terbagi kedalam dua jenis ruang, yaitu ruang AC
(indoor) dan Non-AC (outdoor), serta terdapat vertical greenary pada penanda
foodcourt. Bahan utama yang digunakan adalah batu bata, beton, batu alam, dan
concrete. Berikut dapat dilihat pada Gambar 58 mengenai ilustrasi foodcourt.
Gambar 58 Ilustrasi Foodcourt
7. Gedung Parkiran
Gedung parkiran yang direncanakan pada Terminal 3 merupakan fasilitas
gedung bertingkat yang berfungsi untuk mengakomodasi parkir kendaraan pribadi
(mobil dan motor), baik sementara maupun menginap. Gedung parkiran ini
memiliki tiga lantai untuk parkir dan bagian atap untuk tempat solar panel dan
perangkat lainnya. Selain itu, setiap sisi bagian gedung parkiran yang terbuka di
beri rangka jaring-jaring untuk ditanami vegetasi merambat sebagai vertical
greenary, berfungsi untuk melembutkan struktur bangunan dan menyerap polusi
kendaraan didalam gedung parkiran. Bahan utama yang digunakan adalah beton,
concrete, batu bata, dan rangka besi. Berikut dapat dilihat pada Gambar 59
mengenai ilustrasi gedung parkiran.
111
Gambar 59 Ilustrasi Gedung Parkiran
8. Stasiun Kereta Api Bandara (KA Bandara)
Stasiun Kereta Api Bandara (KA Bandara) merupakan fasilitas pendukung
transportasi menuju atau keluar bandara, sebagai alternatif kendaraan mobil dan
motor. Stasiun KA Bandara direncanakan memiliki daya tamping sebesar ± 5 juta
penumpang per tahun dan lantai berjumlah dua buah. Jalur kereta ini merupakan
rangkaian dari Stasiun Manggarai menuju Stasiun Dukuh Atas hingga berakhir di
Stasiun KA Bandara dengan dilengkapi Double-Double Track (DDT) untuk
Kereta Express dan Commuter Line. Selain itu, Stasiun KA Bandara juga
dilengkapi dengan jalur kereta yang menghubungkan dengan terminal lainnya
sebagai transportasi penghubung antar terminal. Bahan utama yang digunakan
adalah kaca, H-beam, beton, granit blok, dan concrete. Berikut dapat dilihat pada
Gambar 60 mengenai ilustrasi stasiun kereta api bandara.
Gambar 60 Ilustrasi Stasiun Kereta Api Bandara
9. Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki marupakan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki agar
aman dan nyaman ketika berjalan dipinggir jalan. Jalur pejalan kaki direncanakan
112
bersebelahan di sisi kanan dan kiri jalur sirkulasi kendaraan. Lebar jalur pejalan
kaki ini ada yang untuk empat orang berjalan (240 cm) dan dua orang berjalan
(120 cm). Pada bagian bawah jalur pejalan kaki dilengkapi dengan saluran
draenase sebagai pembuangan air menuju penampungan bak (Pond). Selain itu,
pada setiap sisi trotoar terdapat tumpukan batu dengan jarak tertentu sebagai
transformasi dari konsep tropical rainforest. Bahan utama yang digunakan adalah
beton dan granit blok. Berikut dapat dilihat pada Gambar 61 mengenai ilustrasi
jalur pejalan kaki.
Gambar 61 Ilustrasi Jalur Pejalan Kaki
10. Biodiversity Boardwalk
Biodiversity boardwalk merupakan fasilitas penunjang bagi pejalan kaki
yang ingin menikmati pemandangan dengan mengarahkan sirkulasi pejalan kaki
saat berkeliling di area rekreasi outdoor (taman lingkungan). Biodiversity
boardwalk yang direncanakan mengelilingi taman lingkungan pada zona
pemanfaatan. Bahan utama yang digunakan adalah kayu dan batu kali. Berikut
dapat dilihat pada Gambar 62 mengenai ilustrasi biodiversity boardwalk.
Gambar 62 Ilustrasi BiodiversityBoardwalk
113
11. Tempat Sampah
Tempat sampah merupakan fasilitas pelengkap untuk menunjang kebersihan
dan sistem pengelolaan sampah di Terminal 3. Selain itu, keberadaan tempat
sampah juga diharapkan meningkatkan kepedulian pengunjung terhadap
kebersihan Terminal 3. Tempat sampah akan didesain secara menarik dan terbagi
kedalam tiga kelompok sampah, yaitu sampah kertas, plastik, dan organik.
Tempat sampah ditempatkan di masing-masing ruang yang mudah terlihat dan
terjangkau, serta tempat sampah akan direncanakan pada Terminal 3 berjumlah 30
unit dengan berbahan dasar fiber. Berikut dapat dilihat pada Gambar 63 mengenai
ilustrasi tempat sampah.
Gambar 63 Ilustrasi Tempat Sampah
Selain fasilitas tersebut, terdapat sejumlah teknologi yang akan diterapkan
di Terminal 3 sebagai fasilitas tambahan untuk mendukung konsep eco-airport
(berpedoman kepada Bandara Narita yang sudah menerapkannya terlebih dahulu),
yaitu Solar Panel dan Photocatalysts.
Solar Panel merupakan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya sebagai
pasokan energi alternatif pada Terminal 3. Sistem tenaga surya ini menggunakan
lensa/cermin dan sistem pelacakan untuk mengarahkan sinar matahari menjadi
balok kecil. Fotovoltaik mengkonversi cahaya menjadi arus listrik dengan
menggunakan efek fotolistrik. Listrik yang dihasilkan oleh sistem akan
digunakan untuk lampu penerangan di terminal penumpang dan outdoor kawasan
Terminal 3. Panel-panel tenaga surya ini direncanakan akan terletak di atas
gedung parkiran, karena dapat terkena sinar matahari secara penuh dan tidak
mengganggu pandangan akibat banyaknya panel-panel tenaga surya tersebut.
Berikut gambar panel surya dan ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 64.
114
Gambar 64 Ilustrasi Penggunaan Solar Panel di Terminal 3
Photocatalysts adalah sebuah lapisan berbahan seperti titanium oksida,
dimana bahan tersebut mengeluarkan reaksi katalitis saat terkena sinar matahari.
Photocatalysts akan aktif jika terkena sinar ultraviolet dan berfungsi untuk
mendekomposisi kotoran dan polutan udara, serta akan hilang apabila tercuci
dengan hujan (sudah diterapkan di Bandara Narita). Photocatalysts ini
direncanakan akan diterapkan pada dinding jembatan boarding (garbarata), karena
pesawat terbang dan kendaraan bergerak secara terus-menerus disekitarnya.
Selain itu, akan diterapkan pada lapisan atap teras bagian depan Terminal 3.
Dengan penggunaan photocatalysts, diharapkan akan menangkap polutan dan
memurnikan udara. Berikut ilustrasi proses kerja photocatalysts dan aplikasi
penggunaan photocatalyst pada Terminal 3 dapat dilihat pada Gambar 65.
5.4.3 Vegetasi
Vegetasi didalam desain lanskap memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi
struktural, fungsi visual, dan fungsi lingkungan (Booth, 1983). Rencana vegetasi
di Terminal 3 diselaraskan dengan fungsi vegetasi dalam desain lanskap tersebut.
Pemilihan vegetasi berdasarkan fungsi dan kebutuhan pada setiap zona di
Terminal 3.
115
Gambar 65 Proses Kerja Photocatalysts dan Aplikasi Penggunaan photocatalyst
pada Terminal 3
Selain itu, dalam pemilihannya dipilih jenis tanaman lokal Indonesia atau tanaman
yang sudah berada di Indonesia sejak lama untuk memudahkan adaptasi sekaligus
bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan tanaman native Indonesia.
Dasar pemilihan vegetasi pada perancangan Terminal 3, yaitu:
1. mengutamakan penggunaan vegetasi lokal dari berbagai wilayah di
Indonesia;
2. mengutamakan penggunaan vegetasi yang mempunyai kemampuan baik
dalam menyerap polutan;
3. memilih vegetasi yang tidak mengundang/ menarik perhatian hewan liar
(khususnya Aves) untuk datang dan berkembangbiak;
4. mengutamakan penggunaan vegetasi yang minimum pemeliharaan; dan
5. memilih vegetasi sesuai fungsi klasifikasinya.
Penempatan vegetasi sesuai dengan kebutuhan ruang dan fungsi yang akan
diciptakan pada tapak. Rencana vegetasi yang akan dikembangkan terdiri dari
vegetasi peneduh, vegetasi pengarah, vegetasi pembatas, vegetasi estetik, dan
vegetasi konservasi.
116
Vegetasi Peneduh
Vegetasi ini dikembangkan pada zona pemanfaatan dan pelayanan. Vegetasi
peneduh ini adalah jenis vegetasi yang mampu menyerap panas dari pancaran
sinar matahari, menurunkan suhu, dan menciptakan iklim mikro. Dengan
demikian, diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kenyamanan
pengguna tapak, serta menambah nilai keindahan. Pemilihan jenis vegetasi
peneduh ini adalah vegetasi yang memiliki diameter tajuk yang cukup besar dan
berbentuk seperti naungan payung. Jenis-jenis vegetasi peneduh ini, yaitu Sengon
Rumput Gajah (Axonopus Compressus), dan Zodia (Evodia suaveolens).
Vegetasi Konservasi
Vegetasi konservasi dikembangkan pada zona konservasi dimana aktivitas
manusia sangat terbatas. Vegetasi ini berfungsi menjaga kelestarian lingkungan
sekitar, memperbaiki dan menjaga kestabilan kualitas air tanah, serta
memperbaiki iklim mikro dengan menjaga kualitas suhu udara di Terminal 3.
Vegetasi untuk konservasi ini dipilih yang mempunyai daya serap terhadap
polutan dan tingkat kebisingan tinggi. Selain itu, dipilih vegetasi konservasi yang
tidak menghasilkan biji dan bunga yang dapat menarik datangnya burung serta
hewan terbang lainnya yang dapat membahayakan penerbangan, serta merupakan
vegetasi konservasi yang berasal dari lokal agar mampu beradaptasi dengan
lingkungan secara cepat. Jenis-jenis vegetasi konservasi ini, yaitu Merbau (Intsia
bijuga), Ulin (Eusideroxy zwageri), Gaharu (Aquilaria malacensis), dan Mahoni
(Swietenia macrophylla). Jenis vegetasi yang di tanam di kawasan Terminal 3
Bandara Soetta terlihat pada Tabel 10 dan Planting Plan pada Gambar 66.
T
No
1.
2.
3.
4.
Tabel 10 Je
Klasifikasi
Vegetasi Konservasi
Vegetasi Peneduh
Vegetasi Pengarah
Vegetasi Pembatas
enis Vegetasi
Image Fot
i yang ditana
to Nama Lokal
Gaharu
Ulin
Merbau
Mahoni
Sengon
Trembesi
Cendana
Biola Cantik
Kacang-kacangan
Palem Kuning
Pucuk Merah
Palem Kuning
am di Kawas
Nama Lati
Aquilaria malacensis
Eusideroxyzwageri
Intsia bijug
Swietenia macrophyll
Paraserianhes falcataria
i Samanea saman
Santalum abum
Ficus Pandurata
n Arachs pintoi
Chrysalidaarpus-lutescens
Syzygium oleana
Chrysalidaarpus-lutescens
san Termina
in Native Plant
Ya
y Ya
ga Ya
la Ya
nt Ya
-
Ya
-
-
c Ya
Ya
c Ya
al 3 Bandara
Asal
Indonesia
Kalimantan
Papua
Sumatra
Maluku
Afrika
NTT
Afrika
Brazil
Indonesia
Indonesia
Indonesia
118
Soetta
Tinggi Max
PenyPol
35-40 m
50 m
50 m
35-40 m
Y
30-45 m
Y
30-40 m
Y
30-40 m
25-30 m
Y
5-10 cm
25-30 m
7 m
12 m Y
yerap utan -
-
-
Ya
Ya
Ya
-
Ya
-
-
-
Ya
119
Tabel 10 Lanjutan
No Klasifikasi Image Foto Nama Lokal Nama Latin Native
Plant Asal Tinggi Max
Penyerap Polutan
4. Vegetasi Pembatas
Drasena Dracaena deremensis Ya Indonesia 1 m Ya
kemuning
Murraya paniculata Ya Sumatra 7 m -
5. Vegetasi Estetik Kuping
Gajah Alocasia cuprea Ya Kalimantan 30 cm -
Anthurium
Anthurium andraeanum Ya Jawa 1 m -
Keladi Hias
Caladium bicolor Ya Sumatra 80 cm -
Puring
Codiaeum variegatum Ya Indonesia 50 cm -
Drasena
Dracaena deremensis Ya Indonesia 1 m Ya
Zodia
Evodia suaveolens Ya Papua
50-200 cm -
Asoka Ixora javanica Ya Indonesia 5m -
Kantung Semar
Nepenthes sp Ya Sumatra 1,5 m -
Rumput Gajah
Axonopus Compressus - Afrika
5-10 cm -
Peace lily
Spathiphyllum lynise Ya Indonesia 1-6 m Ya
Keterangan : 1 : Zona Konservasi 2 : Zona Pemanfaatan dan Penerimaan 3 : Zona Pemanfaatan dan Penerimaan 4 : Zona Pembatas 5 : Zona Pemanfaatan dan Penerima
120
121
5.4.4 Visual
Pemanfaatan visual yang dikembangkan berdasarkan konsep scenic amenity
dimana mata akan dimanjakan dengan beragam atraksi visual yang mencerminkan
konsep Tropical Rainforest. Dengan menggunakan konsep ini, maka dalam
implementasi desain akan dominan menampilkan perbedaan ketinggian canopy
pohon dengan tajuk yang berbeda-beda, khususnya tercipta pada zona
pemanfaatan dan konservasi. Selain itu, menampilkan atraksi dengan
memanfaatkan tanaman yang berfungsi estetik. Berikut dibawah ini dapat dilihat
pada Tabel 11 adalah kegunaan pohon berdasarkan kegunaan pohon yang dapat
menambah nilai keindahan kawasan Terminal 3, serta dapat dilihat tampak
potongan Terminal 3 pada Gambar 67, perspektif spot pada Gambar 68, dan
prespektif keseluruhan Terminal 3 pada Gambar 69.
Tabel 11. Identifikasi Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Estetis
Kegunaan Pohon Berdasarkan Fungsi Estetis
Identifikasi
Membingkai View Pohon dengan tajuk oval atau bulat
Melunakkan Garis Arsitektural Pohon dengan tajuk oval atau bulat
Menyatukan Elemen Lanskap Pohon dengan tajuk oval atau bulat Melunakkan Setting Yang Kaku Pohon dengan tajuk bulat atau berkolom