1 A. PROSES PENGEMBANGAN DIMENSI KEAGAMAAN Sebelum kita melangkah kepada pokok bahasan yaitu tentang proses pengembangan dimensi keagamaan yang dilakukan oleh orang tua individu, mari kita menyinggung sedikit kepada dasar pokok bahasan yaitu tentang dimensi keagamaan. Dalam bidang kajian agama (religius studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk mengurai dimensi-di mensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga terwu  jud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan. Perwu  judan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi beberapa dimensi religiositas yaitu : 1. Emosi Keagamaan, ialah aspek agama yang paling mendasar, yang ada dalam lubuk hati manusia, yang menyebabkan manusia beragama menjadi religius atau tidak religius. 2. Sistem Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wu  jud dan si f at Tuhan, tentang keberadaan alam gaib, makhluk halus, dan kehidupan abadi setelah kematian. 3. Sistem Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut sistem kepercayaan dengan bertu  juan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib. 4. Umat atau Kelompok Keagamaan, ialah kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan dan yang melakukan upacara-upacara keagamaan. Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi simbolik tentang dan respon tepat terhadap segala nilai yang tidak terbatas bagi mereka (Cavanagh, 1978: 20). Def inisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang tampaknya paling tepat dalam pemberian batasan ini adalah apa yang dikemukakan Charles Glock dan Rodney Stark yang mengidentif ikasi lima dimensi saling berbeda, namun hanya dengan kelimanya seseorang disebut religius: eksperimental, ideologis, ritualistic, intelektual, dan konsekuensional (Holm, 1977: 18). Berikut penjelasannya,  1. Dimensi kepercayaan (belief ), yaitu keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran imannya. Tak pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalam kekristenan, bahkan juga di agama-agama lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan menjadi bagian dari komunitas orang beriman tersebut, misalnya bila seseorang tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat manusia, maka tidak mungkin ia menjadi seorang anggota gere  ja.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 1/25
1
A. PROSES PENGEMBANGAN DIMENSI KEAGAMAAN
Sebelum kita melangkah kepada pokok bahasan yaitu tentang proses pengembangan dimensi
keagamaan yang dilakukan oleh orang tua individu, mari kita menyinggung sedikit kepada dasar pokok
bahasan yaitu tentang dimensi keagamaan. Dalam bidang kajian agama (religius studies) ada banyak
cara yang digunakan orang untuk mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak
hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga terwu jud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan
peribadahan. Perwu judan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan
menjadi beberapa dimensi religiositas yaitu :
1. Emosi Keagamaan, ialah aspek agama yang paling mendasar, yang ada dalam lubuk hati
manusia, yang menyebabkan manusia beragama menjadi religius atau tidak religius.
2. Sistem Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wu jud dan sif at
Tuhan, tentang keberadaan alam gaib, makhluk halus, dan kehidupan abadi setelah kematian.
3. Sistem Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut sistem kepercayaan dengan
bertu juan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus
yang mendiami alam gaib.
4. Umat atau Kelompok Keagamaan, ialah kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem
kepercayaan dan yang melakukan upacara-upacara keagamaan.
Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi simbolik
tentang dan respon tepat terhadap segala nilai yang tidak terbatas bagi mereka (Cavanagh, 1978: 20).
Def inisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang tampaknya paling
tepat dalam pemberian batasan ini adalah apa yang dikemukakan Charles Glock dan Rodney Stark yang
mengidentif ikasi lima dimensi saling berbeda, namun hanya dengan kelimanya seseorang disebut
religius: eksperimental, ideologis, ritualistic, intelektual, dan konsekuensional (Holm, 1977: 18).
Berikut penjelasannya,
1.
Dimensi kepercayaan (belief ), yaitu keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaranimannya. Tak pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalam kekristenan, bahkan juga
di agama-agama lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu
seseorang tidak akan menjadi bagian dari komunitas orang beriman tersebut, misalnya bila
seseorang tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat manusia, maka tidak mungkin ia
menjadi seorang anggota gere ja.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 2/25
2
2. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu
ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan
pernikahan di gere ja. Secara asasi ritual adalah bentuk pengulangan sebuah pengalaman agama
yang pernah ter jadi pada masa awal pembentukan agama itu sendiri. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal,
seperti misalnya berdoa, berpuasa, membaca Alkitab.
3. Dimensi pengalaman (experience), yaitu pengalaman ber jumpa secara langsung dan subyektif
dengan Allah. Atau dengan kata lain, mengalami kehadiran dan karya Allah dalam
kehidupannya. Pengalaman keagamaan ini (religius experience) bisa menjadi awal dari
keimanan seseorang, tetapi juga bisa ter jadi setelah seseorang mengimani suatu agama
tertentu. Entahkah pengalaman itu berada di awal ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini
berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya seseorang.4. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam
iman keyakinannya, atau yang sering kita kenal dengan dogma, doktrin atau ajaran gere ja. Hal
ini tentu saja sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu
untuk menjadi semakin yakin dan percaya apabila ia mengetahui apa yang dipercayainya.
5. Dimensi etis, di mana umat mewu judkan tindakan imannya (act of f aith) dalam kehidupan
sehari-harinya. Dimensi etis ini mencakup perilaku, tutur kata, sikap dan orientasi hidupnya. Dan
hal ini tentu saja dilandasi pada pengenalan atau pengetahuan tentang ajaran agamanya dan
percaya bahwa apa yang diajarkan oleh agamanya adalah benar adanya.
Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, dalam pembahasannya tentang dimensi-
dimensi religiositas, Kartodir jo menyebutkan, bahwa dimensi religiositas sebagai berikut:
1. Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami
ketika berkomunikasi dengan realitas supernatural.
2. Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah
kematian.
3. Dimensi ritual mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan, berdoa, dan
berpartisipasi dalam berbagai kewajiban agama.
4. Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan
agama didapatkan melalui proses belajar dari pemimpin agama atau berupa ilham langsung dari
Tuhan yang dipercayai sebagai wahyu.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 3/25
3
5. Dimensi consequensial ialah mencakup semua efek dari kepercayaan, praktek, dan pengetahuan
dari orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap
sebagai konsekuensi beragama.
Jadi agama itu tidak hanya mencakup satu dimensi ritual saja, namun satu dimensi agama ber jalan
dan berhubungan erat dengan dengan dimensi lainnya Jika hanya salah satu saja yang menjadi
andalan beragama bagi seseorang, maka orang tersebut belum beragama secara utuh, hanya parsial
saja.
Proses perngembangan dimensi keagamaan ter jadi di dalam kehidupan sehari-hari setiap individu,
hal ini juga tidak mencakup satu dimensi saja melainkan banyak dimensi keagamaan yang saling
berkaitan juga ikut mengalami proses pengembangan tersebut. Tentunya proses pengembangan ini
merupakan proses progresif dimana dimensi-dimensi keagamaan itu terarah kepada satu tu juan, yaitu keseimbangan. Memang setiap individu mempunyai tingkat atau kadar yang berbeda-beda dalam
pelaksanaan kegiatan keagamaan maupun dalam konteks bagaimana posisi agama itu di dalam
kehidupannya, esensi dasar dari hal-hal tersebut adalah dimensi keagamaan itu sendiri, dan manusi
yang merupakan makhluk religius diharapkan bisa menjadi seseorang yang mampu mem-balance
dengan baik kehidupan religius dan kehidupan duniawi, dan tidak melanggar ketentuan yang mereka
yakini itu berasal dari Sang Maha Pencipta. Inilah tu juan dari pengembangan dimensi keagamaan itu,
menu ju keseimbangan antara 2 sisi kehidupan, religius dan duniawi.
Proses pengembangan ini dilaksanakan secara berbeda-beda tergantung dari individu masing-
masing, atau tergantung kepada f aktor f aktor yang mempengaruhinya. Beberapa f aktor yang
mempengaruhi seorang individu di dalam perkembangan dimensi keagamaannya antara lain :
1. Faktor Internal -> Kesadaran diri, dan kondisi psikologis individu
2. Faktor Eksternal -> Orang lain dan lingkungan sekitar individu
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 4/25
4
PROSES PENGEMBANGAN
Setelah mengatahui tentang dimensi keagamaan sebagai dasar untuk mengembangkan pokok
bahasan yaitu tentang peran orang tua dalam proses pengembangannya terhadap kehidupan seorang
individu dan dalam kasus ini merupakan seorang anak kecil. Setelah melakukan pengamatan dan
melakukan beberapa wawancara dapat diketahui kalau orang tua dari anak ini ikut berperan dalam
pengembangan dimensi keagamaannya, mungkin memang cara dan metode yang mereka pakai adalah
metoda yang sederhana dan bahkan mungkin mereka tidak mengetahui kalau ini merupakan sebuah
proses pengembangan dari aspek dimensionalitas keagamaan anak mereka. Salah satu contohnya
adalah mereka menyuruh anak mereka untuk ikut mengaji di TPQ (Taman Pendidikan Al-Q uran) atau
menyuruh anak mereka untuk pergi sholat Jumat. Kebanyakan hal seperti itu dianggap oleh para orang
tua sebaga hal yang sepele atau sekedar untuk mendidik anak se jak dini tentang agama. Begitu juga
dengan orang tua Anggoro, ibunya menyuruhnya untuk mengaji atau sholat karena sudah ada tradisi di
tempat tinggalnya kalau agama itu harus diajarkan se jak kecil. Namun lebih dari sekedar memberikan
pendidikan tentang keagamaan, namun ibu Anggoro juga memberikan dorongan stimulus untuk
Anggoro agar lebih terarah, dipandang dari aspek dimensionalitas keagamaannya.
Dipandang sebagai suatu hal yang wajar inilah yang membuat hal ini terkadang tidak menjadi suatu
acuan orang tua dalam membentuk sebuah karakter yang seimbang di dalam diri anaknya. Anak akan
mempunyai pandangan yang biasa terhadap hal ini. Oh mungkin karena kebiasaan atau Ya karena
dari kecil udah disuruh , kalimat-kalimat itu yang mungkin akan muncul jika mereka ditanya tentang
proses pengembangan dimensi keagamaan tadi. Seperti yang sudah dijelaskan kalau proses
pengembangan dimensi keagamaan berguna untuk mencapai keseimbangan atau balance di dalam
kehidupan seorang individu.
Orang tua Anggoro berperan di dalam pengembangan dimensi keagamaan anaknya, mungkin bisa
dibilang dengan metode yang sederhana, hanya mencakup dimensi ritualnya saja, namun tidak mereka
sadari proses itu berpengaruh dalam kehidupan anaknya, hanya saja karena mereka hanya berpendapat
kalau hal itu merupakan suatu kewajaran yang mereka temui di lingkungan tempat mereka tinggal,
maka proses pengembangannya tidak maksimal, meski proses itu ber jalan namun tetap tidak maksimal.
Keseimbangan di masa depan masih bisa tercapai, namun anak itu akan memiliki sebuah kecenderungan
untuk menganggap kalau hal itu adalah sebuah kebiasaan, bukan menganggapnya sebagai kewajiban
dengan berlandaskan kepada keyakinan.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 5/25
5
B. KETERKAITAN ANTARA KEPRIBADIAN DAN SIKAP
KEAGAMAAN
Phillip Kohnstamm adalah seorang professor yang mengemukakan pendapat tentang keterkaitan
antara kepribadian dan sikap keberagamaan. Beliau mengemukakan kalau Tuhan merupakan pribadi
yang menguasai alam semesta. Dengan kata lain kepribadian sama artinya dengan teistis (Keyakinan).
Orang yang berkepribadian menurutnya adalah orang yang berkeyakinan ke-Tuhanan. Sebelum
membahas lebih jauh tentang pokok bahasan yaitu keterkaitan antara aktivitas individu yang diamati
(Anggoro) dengan pendapat dari Phillip Kohnstamm tentang konsep kepribadian mari kita menyinggung
sedikit tentang konsep kepribadian itu sendiri.
PENGERTIAN DAN TEORI KEPRIBADIAN
Istilah-istilah yang dikenal dalam kepribadian adalah:
Mentality , yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental atau intelektual. Pengertian
secara def initif yang dikemukakan dalam Oxford Dictionary:
Mentality = Intellectual Power = Integrated activity of the organism.
Personality , menurut Wibters Dictionary adalah:
a. T he totality of personalitys characteristic
b. An integrated group of constitution of trends behavior tendencies act
c. Individuality, adalah sif at khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sif at
berbeda dari orang lainya.
d. Identity , yaitu sif at kedirian sebagai suatu satu kesatuan dari sif at-sif at mempertahankan
dirinya terhadap sesuatu dari luar (Unity and persistance of personality ).
Selanjutnya berdasarkan pengertian dari kata-kata tersebut, beberapa ahli mengemukakan def inisinya
sebagai berikut:
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 6/25
6
1) Allport
Dengan mengecualikan beberapa sif at kepribadian dapat dibatasi sebagai cara bereaksi yang khas dari
seseorang individu terhadap perangsang sosial dan kualitas penyesuaian diri yang dilakukannya
terhadap segi sosial dari lingkungannya.
2) Mark A. May
Apa yang memungkinkan seseorang berbuat efektif atau memungkinkan seseorang mempunyai
pengaruh terhadap orang lain. Dengan kata lain kepribadian adalah nilai perangsang sosial seseorang.
3) Woodwort
Kualitas dari tingkah laku seseorang.
4) Morisson
Keseluruhan dari apa yang dicapai seseorang individu dengan jalan menampilkan hasil-hasil kultural dari
evolusi sosial.
5) Hartmann
Susunan yang terintegritaskan dari ciri-ciri umum seseorang individu sebagaimana dinyatakan dalam
corak khas yang tegas yang diperlihatkannya kepada orang lain.
6) L.P Thorp
Sinonim dengan pikiran tentang berfungsinya seluruh individu-individu secara organisme yang meliputi
seluruh aspek yang secara verbal terpisah-pisah seperti: Intelek, watak , motif dan emosi, minat,
kesediaan untuk bergaul dengan orang lain (sosialias) dan kesan individu yang ditimbulkanya pada orang
lain serta efektivitas sosial pada umumnya.
7) C.H Judd:
Hasil lengkap serta merupakan suatu keseluruhan dari proses perkembangan yang telah dilalui individu.
8) Wetherington
Dari seluruh def inisi yang telah dikemukakan diatas wetheringthon menyimpulkan, bahwa kepribadian
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 7/25
7
Manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah
merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya. Kepribadian adalah istilah
untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek
saja dari keseluruhan itu.
Kata kepribadian menyatakan pengertian tertentu saja yang ada pada pkiran orang lain dan isi pikiran
itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang
bersif at statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah
laku seseorang. Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap orang mempergunakan
kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial.
Menurut W. Stern kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (Unita multi compleks) yang diarah kankepada tu juan-tu juan terentu dan mengandung sif at-sif at khusus individu, yang bebas menentukan
dirinya sendiri.
Dalam uraian selanjutnya ia mengemukakan ciri-ciri kepribadian:
a. Kesatuan banyak: Mengandung unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara hierarki dari
unsur yang berfungsi tinggi ke unsur yang rendah.
b. Bertu juan: mempunyai tu juan yang terdiri dari mempertahankan diri dan mengembangkan
diri.
c. Individualitas: Merdeka untuk menentukan dirinya sendiri dan kesadaran tidak termasuk ke
dalamnya.
Namun Professor Phillip Kohnstamm menentang pendapat W.Stern yang meniadakan kesadaran dalam
pribadi terutama pada Tuhan. Menurut Kohnstamm, Tuhan merupakan pribadi yang menguasai alam
semesta. Dengan kata lain kepribadian sama artinya dengan teistis (Keyakinan). Orang yang
berkepribadian menurutnya adalah orang yang berkeyakinan ke-Tuhanan. Secara spesif ik menurut
ajaran agama Islam (karena konteks lingkungan individu yang diamati adalah konteks muslim/islam) dan
berdasar kepada pendapat Phillip Kohnstamm (Tuhan yang menguasai alam semesta) maka Sukamto
M.M, seorang ahli psikologi dan f ilsaf at di Indonesia membagi kepribadian yang terdiri dari 4 sistem
yaitu :
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 8/25
8
1. Qalb (Angan-angan kehatian).
2. Fuad (Perasaan/hati nurani/ulu hati).
3. Ego (Aku sebagai pelaksana dari kepribadian).
4. Tingkah laku (Wu jud gerakan)
Meskipun keempat aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sif at, komponen, prinsip ker ja,
dinamika sendiri-sendiri, namun keempatnya berhubungan dengan erat dan tidak dapat dipisahkan.
a) Qalb
Adalah hati yang menurut istilah kata atau terminologis adalah sesuatu yang berbolak balik (sesuatu
yang lebih), berasal dari kata Q olaba, artinya membolak-balikan. Qalb bisa diartikan hati sebagai hati
sekepal(biologis), dan juga bisa bersrti kehatian (naf siologis). Ada sebuah hadist nabi riwayat bukhari
muslim berbunyi sebagai berikut: ketehuilah bahwa didalam tubuh ada sekepal daging. Kalau itu baik,
baiklah seluruh tubuh. Kalau itu rusak- rusak lah seluruh tubuh. Itulah qalb
Secara naf siologis qalb disini dapat diartikan sebagai radar kehidupan dilaksanakan. Qalb adalah
reservoir energi naf siah yang menggerakkan ego dan fuad. Dilihat dari beberapa segi, ada
kecenderungan bahwa teori freud tentang Id mirip dengan karakter hati yang tidak berisi iman, yaitu
qalb yang selalu menuntut kepuasan dan menganut prinsip kesenangna ( pleasure principle). Ia
menghendaki agar segala sesuatu segera dipenuhi atau dilaksanakan. Kalau satu segi sudah terpenuhi, ia
menuntut lagi yang lain, dan begitu seterusnya. Ia menjadi anak manja dari kepribadian.
b) Fuad
Fuad adalah perasaan yang terdalam dari hati yang sering kita sebut hati nurani (cahaya mata hati)
dan berfungsi sebagai penyimpan daya ingatan. Ia sangat sensitif terhadap gerak atau dorongan hati dan
merasakan akibatnya, kalau hati kufur, Fuad pun kufur dan menderita. Kalau hati berge jolak karena
terancam oleh bahaya atau hati tersentuh oeh siksaan batin, fuad terasa seperti terbakar. Kalau hati
tenang, Fuad pun tentram dan senang. Satu segi kelebihan fuad dibanding dengan hati ialah, bahwa
fuad itu dalam situasi yang bagaimanapun, tidak bisa dusta. Ia tidak bisa menghianati kesaksian
terhadap yang dipantulkan oleh hati dan apayang diperbuat oleh ego. Ia berbicara apa adanya. Berbagai
rasa yang dialami oleh fuad ditutukan dalam al-quran sebagai berikut:
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 9/25
9
1. Fuad bisa bergoncang gelisah (Qs al-Qashas: 10) Dan fuad ibu musa menjadi bingung (kosong) Hampir
saja ia membukakan rahasia (Musa), Jika aku tidak meneguhkan hatinya, sehingga ia menjadi: orang
yang beriman.
2. Dengan diwahyukannya al-quran kepada Nabi, fuad Nabi menjadi teguh (Q S al-furqan: 32), Dan
orang-orang kaf ir bertanya: mengapa al-quran tidak diturunkan kepadanya dengan sekaligus?
Demikianlah, karena dengan (cara) itu, Aku hendak meneguhkan fuadmu, dan aku bacakan itu
dengan tertib (sebaik-baiknya)
3. Fuad tidak bisa berdusta (Q S Anm Najm: 11): Fuad tidak berdusta tentang apa yang dilihatnya.
4. Orang yang zalim hatinya kosong (bingung). (Q S Ibrahim:43), Dengan terburu-buru sambil
menundukkan kepala, mereka tidak berkedip, tetapi fuadnya kosong (bingung)
5. Orang musrik, fuad dan pandanganya dibolak-balikan atau diguncang (Q S al-anam: 110):
Aku goncangkan fuad dan pandangan mereka (kaum musrikin), sebagaimana je jak semula mereka
tidak mau beriman, dan aku biarkan mereka dalam kedurhakaanya mengembara tanpa arah tertentu.
c) Ego
Aspek ini timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia
kenyataan (realitas). Ego atau aku bisa dipandang sebagai eksekutif kepribadian, mengntrol cara-cara
yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan, memilih ob jek-ob jek yang bisa memenuhi kebutuhan,
mempersatukan pertentangan-pertenangan antara qalb dengan fuad dengan dunia luar. Ego adalah
derivat dari qalb dan bukan untuk merintanginya. Kalau qalb hanya mengenal dunia sesuatu yang
subyektif dan yang ob jek (dunia realitas). Didalam fungsinya, Ego berpegang pada prinsip kenyataan
atau realiti principle. Tu juan prinsip kenyataan ini adalah mencari ob jek yang tepat (serasi), Untuk
mereduksikan keteganganya yang timbul dalam organisme. Ia merumuskan suatu rencana pemuasan
kebutuhan dan mengu jinya (biasanya dengan tindakan). Untuk mengetahui apakah rencana tersebut
berhasil atau tidak.
d) Tingkah laku
Naf siologi kepribadian berangkat dari kerangka acuan dan asumsi asumsi subyektif tentang tingkah
laku manusia, karena menyadari bahwa tidak seorangpun bisa bersif at ob jektif sepenuhnya dalam
mempelajari manusia. Tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang di sadari oleh
pribadi. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya, bahwa apa yang dipikir dan dirasakan
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 10/25
10
oleh individu itu menentukan apa yang akan diker jakan, adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh
kepribadian seseorang dan ikut serta menentukan tingkah lakunya.
Masalah normal dan abnormal tentang tingkah laku dalam naf siologi ditentukan oleh nilai dan
norma yang sif atnya universal. Orang yang disebut normal adalah orang yang seoptimal mungkin
melaksanakan iman dan amal soleh disegala tempat. Kebalikan dari ketentuan itu adalah abnormal
yaitu, sif at-sif at dholim, f asik, syirik, kufur, nif ak, dan se jenis itu.
Jadi berdasarkan hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kepribadian seseorang sangat
mempengaruhi sikap keagamaan setiap induvidu, dalam arti bahwa mereka yang hidup di lingkungan
keluarga yang taat dan selalu berhubungan dengan benda-benda/ simbol-simbol agama serta menjalin
hubungan yang positif terhadap orang orang yang taat dalam menjalankan agama, maka akan dapat
mempengaruhi karakter/sif at kepribadian seseorang, sebaliknya mereka yang asing dengan lingkungan
seperti itu tentunya akan sulit mengenal nilai-nilai moralitas yang tentunya banyak terkandung dalam
ilmu-ilmu keagamaan, dalam tingkat lebih jauh bisa saja mereka tidak peka terhadap hal-hal keagamaan,
mulai dari cara berf ikir, pemahaman, sikap menghargai, bahkan dimungkinkan ketiadaan pengenalan
terhadap simbol-simbol agama seperti hari-hari besar perayaan agama, upacara, aktualisasi agama
(sholat), rumah ibadah (masjid), cara berpakaian, dan seterusnya.
KETERKAITAN ANTARA KEPRIBADIAN DAN SIKAP KEAGAMAAN
Berdasarkan kepada pendapat Ph. Kohnstamm yang menyinggung tentang posisi Tuhan sebagai pribadi
pencipta alam semesta ini, secara langsung menunjukkan kalau sikap keagamaan (percaya adanya
Tuhan Yang Maha Kuasa) berkaitan dengan konsep kepribadian itu sendiri. Ph. Kohnstamm
menunjukkan kalau kepribadian individu berpengaruh kepada sikap keagamaan individu itu sendiri,
Kohnstamm meletakkan Tuhan sebagai pribadi tertinggi yang merupakan dasar acuan untuk mengambil
kesimpulan itu. Hubungan antara sikap keagamaan dan kepribadian seorang individu ter jadi seiring
waktu, artinya tidak ada proses progresif yang sangat cepat yang nampak, apalagi jika sikap keagamaan
itu muncul akibat dominasi f aktor eksternal (dari luar) daripada internal (dari dalam), seperti halnya
yang saya temui di dalam diri invidu seorang Anggoro, menurut pemaparannya perilaku yang condong
kearah keagamaan/sikap keagamaan yang dia lakukan seperti misalnya mengaji atau ikut sholat Jumat
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 11/25
11
kadalah bukan kemauan dia sendiri, orang tua lebih berperan dalam menuntunnya untuk melakukan hal
itu, inilah yang dinamakan f aktor eksternal lebih dominan daripada f aktor internal, oleh sebab itu se jauh
pengamatan dan keterangan dari Anggoro menunjukkan kalau sikap keagamaan belum sepenuhnya
berpengaruh di dalam kehidupannya, dia masih bertingkah bagaimana anak kecil yang lugu, masih suka
berbohong atau mengusili temannya. Jadi keterkaitan antara sikap keagamaan yang berdasar kepada
pendapat Phillip Kohnstamm belum sepenuhnya terlihat atau terefleksi dalam kepribadian dan tingkah
laku Anggoro, kemungkinan besar hal ini akan berkembang sesuai waktu dan kesadaran dirinya akan
kewajiban serta rasa keimanan yang mungkin akan muncul seiring bertambahnya usianya.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 12/25
12
C. HUBUNGAN ANTARA TRIPUSAT PENDIDIKAN DENGAN
KEPRIBADIAN
Kepribadian seorang individu, khususnya anak-anak, mengalami perkembangan kepribadian yang ter jadi
setiap saat dan setiap waktu, proses perkembangan ini tidak akan pernah berhenti, terutama pada usia
dini, proses perkembangan ini sangat mempengaruhi bagaimana individu itu akan terbentuk nantinya,
perkembangan kepribadian yang ter jadi di usia dini begitu berpengaruh, dimana pada usia dinilah
seorang individu membangun jati dirinya, menjadi seorang individu yang bagaimanakah dia selanjutnya.
Pemegang peran utama dalam perkembangan kepribadian seorang anak selain dirinya sendiri adalah
lingkungan utama dimana proses perkembangan kepribadian si anak itu berlangsung, lingkungan utama
inilah yang disebut dengan istilah Tripusat Pendidikan. Tripusat Pendidikan terdiri atas 3 hal yaitu :
1. Keluarga
Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan juga utama. Karena itu peran dan
pengaruh keluarga sangatlah esensial bagi perkembangan anak. Apa yang diberikan dan dilakukan oleh
keluarga akan menjadi sumber perlakuan pertama yang akan mempengaruhi pembentukan karakteristik
perilaku dan pribadi anak. Perlakuan pada masa awal kehidupan anak yang ter jadi dalam keluarga
sangat memegang peran kunci dalam pembentukan struktur dasar kepribadiannya tersebut.
Sebagian besar waktu anak akan dihabiskan di keluarga, jika kesempatan yang banyak diisi dengan
hal-hal yang positif, maka akan memberikan kontribusi yang positif pula untuk anak. Karakteristik
hubungan orang tua dan anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya di sekitar
mereka. Kepada orang tua, selain si anak memiliki ketergantungan secara materi, ia juga memiliki ikatan
psikologis tertentu yang se jak dalam kandungan telah dibangun melalui jalinan kasih sayang dan
pengaruh-pengaruh normatif tertentu. Interaksi kehidupan orangtua-anak mewu judkan keadaan yang
apa adanya dan bersif at asli, tidak seperti hubungan anak dengan gurunya yang mungkin akan selalu
menekankan formalitas karena terikat oleh posisi guru yaitu sebagai pendidik yang harus selalu bisa
membangun keadaan yang wajar dengan nasihat-nasihat baiknya. Sedangkan Pengaruh keluarga akan
sangat bervariasi tergantung pada bentuk, kualitas, dan intensitas perlakuan yang ter jadi serta pada
kondisi anak itu sendiri. Namun prinsip-prinsip yang dimiliki orang tua untuk bahan ru jukan dalam
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 13/25
13
membimbing anak tersebut tidaklah boleh terlepas dari unsur-unsur pribadi anak yang unik. Peran
keluarga lebih banyak bersif at memberikan dukungan baik dalam hal penyediaan f asilitas maupun
penciptaan suasana belajar yang kondusif . Sedangkan Dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan
kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku lainnya pengaruh keluarga sangatlah kuat dan
bersif at langsung. Keluarga berfungsi sebagai lingkungan kehidupan nyata dalam pengembangan aspek-
aspaek perilaku tersebut. Enam hal yang dimungkinkan bisa dilakukan orang tua dalam mempengaruhi
anak, yaitu:
1. Pemodelan perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung,
2. Memberiakn ganjaran atau hukuman, seperti pu jian dan teguran,
3. Perintah langsung ,
4. Menyatakan peraturan-peraturan,
5. Penalaran, dan
6. Menyediakan f asilitas atau bahan-bahna dan adegan suasana, seperti membeliakn buku-buku
yang diminati anak untuk proses belajarnya.
Keenam cara tersebut juga bisa dilakukan oleh guru dan teman-teman, namun bagaimanapun
hubungan orang tua dan anak berbeda dari guru atau orang lain di sekitarnya.
Pada umumnya setiap orang tua memiliki gaya atau pola asuh yang berbeda-beda dalam mensikapi
anak-anaknya. Orang tua yang otoriter akan menerapkan seperangkat peraturan bagi anaknya secara
ketat dan sepihak. Orang tua yang permisif akan cenderung memberikan banyak kebebasan kepada
anaknya dan kurang memberikan kontrol. Sedangkan orang tua yang otoritatif akan memberikan
seperangkat peraturan yang jelas yang akan dilakukan dengan pemahaman, bukan paksaan. Sehingga
peraturan-peraturan yang diberikan akan dimengerti si anak dengan pengontrolan orang tua dalam
suasana hubungan yang hangat dan dialog yang terbuka.
2. Sekolah
Selama kurang lebih lima sampai dengan enam jam, umumnya anak berada di sekolah yang bukan
hanya hadir secara f isik, namun juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah diprogram oleh sekolah.
Dengan demikian, sekolah memiliki konribusi yang sangat berarti dalam hal perkembangan anak.
Pengalaman interaksi anak dengan gurunya di sekolah akan lebih bermakna bagi anak daripada dengan
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 14/25
14
orang dewasa lainnya. Luasnya lautan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya
semakin mengukuhkan keterbatasan orang tua dalam mendidik anaknya.
Mengikuti kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan proses penegembangan kognisi anak
merupakan kegiatan utama mereka di sekolah. Perkembangan kognisi anak yang bersekolah akan
berbeda dengan mereka yang tidak bersekolah . Interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan
dengan perkembangan kognisi anak, namun juga berkenaan dengan perkemangan aspek-aspek pribadi
lainnya. Sekolah akan membatasi dan mendef inisikan perilaku, perasaan, dan sikap anak. Di sekolah,
mereka akan menemukan perkembangan identitas, keyakinan atau kemampuan diri, image tentang
kehidupan dan kemungkinan karir, hubungan-hubungan sosial, serta standar perilaku yang benar dan
salah. Semakin cocok antara budaya sekolah dengan nilai-nilai dan harapan-harapan anak, maka akan
semakin positif dampak sekolah terhadap perkembangan anak.
Jelaslah fungsi dan tu juan sekolah, yaitu sebagai lembaga yang memf asilitasi proses perkembangan
anak secara menyeluruh sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-
harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, serta berperan dalam hal pengembangan aspek
sosiomoral dan emosi anak dengan kemampuan guru dalam mendidik dan karakteristik-karakteristik
pribadi yang sesuai dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat.
3. Masyarakat
Anak-anak bergaul dalam masyarakat, di sana mereka menyaksikan berbagi peristiwa, di sana
mereka melihat orang-orang berperilaku, dan di sana pula mereka akan selalu menemukan se jumlah
aturan dan tuntutan yang seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang
didapat anak-anak dalam masyarakat tersebut akan memberikan kontribusi tersendiri dalam
pembentukan perilaku dan perkembangan pribadinya. Lingkungan masyarakat akan mendukung apa
yang telah dikembangkan orang tua di rumah dan guru di sekolah, dan begitu sebaliknya. Jika rumah dan
sekolah telah mengembangkan suatu budaya atau nilai yang relevan dengan apa yang dikembangkan di
mayarakat , maka sangat mungkin akan muncul pengaruh yang saling mendukung, sehingga peluang
pencapaiannyapun akan sangat besar. Diperlukan ikatan ikatan psikologis yang kuat antara keluarga
dengan anak, sehingga keluarga akan selalu dipercaya sebagai tempat yang baik untuk membicarakan
dan memahami berbagai persoalan yang ter jadi di masyarakat. Karena jika ditanya siapa penanggung
jawab kondisi dalam masyarakat?, pada akhirnya tanggung jawab tersebut akan kembali pada keluarga
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 15/25
15
masing-masing. Baik tidaknya suatu masyarakat akan sangat bergantung pada keluarga-keluarga yang
membangun masyarakat tersebut. Orang tua juga harus membimbing anaknya dalam hal pergaulan
anak dengan teman sebayanya dan menjaga anak dari pengaruh negatif media informasi yang akhir-
akhir ini perannya sangat dominan dalam masyarakat..
Jadi Tripusat pendidikan merupakan lingkungan utama dimana proses perkembangan kepribadian
seorang individu / anak kecil itu berlangsung. Lingkungan utama itulah yang menjadi pemegang peranan
penting setelah diri individu itu sendiri dalam proses pembentukan karakter dirinya, kepribadian dan
attitudenya. Demikian juga dengan Anggoro, pengamatan yang saya lakukan menemukan kalau Tripusat
pendidikan juga berperan penting di dalam kehidupannya, dimana kepribadian dan attitudenya
tertempa, terbentuk, serta berkembang.
a) Keluarga
Dari aspek kehidupan di dalam lingkungan keluarga, Anggoro mendapatkan pengaruh yang
besar, mengingat usianya masih belia, maka orang tuanya berperan andil dalam pembentukan
karakter kepribadiannya. Misalnya saja ibunya sering menyuruh dia untuk mengaji, atau
ayahnya yang sering mengantarkannya untuk ikut belajar bersama di Fakultas Bahasa dan Seni
di Universitas Negeri Surabaya. Anggoro juga memaparkan kalau ibunya sering memarahinya
jika dia mengusili temannya atau kakaknya yang sering mengajarinya berhitung dengan sabar.
Hal-hal tulah yang mempengaruhi pembentukan karakter Anggoro, dimana ada proses
pembelajaran yang bertu juan untuk menempa pribadi yang baik dengan berlandaskan pada
sikap keagamaan, pribadi yang sabar dan tekun, serta pribadi yanglebih menghormati orang lain
dengan tidak menggangu sesame.
b) Sekolah
Menurut pemaparan Anggoro, sekolah merupakan tempat dia bisa berkumpul dengan teman-
teman sebaya, menghabiskan waktu untuk jajan dan bermain, serta belajar. Sekolah yang
merupakan salah satu bagian dari Tripusat pendidikan juga berpengaruh kepada pembentukan
karakter pribadi Anggoro, karena dasar sekolah tempat dia belajar adalah keagamaan/agamis
(Madrasah Ibtidaiyah) maka pendidikan yang Anggoro terima hamper semuanya bertu juan
untuk membentuk karakter yang diharapkan berpegang teguh kepada hukum agama yang dia
anut, serta berlandaskan rasa keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 16/25
16
hal ini sekolah lebih berperan besar dalam pembentukan nilai-nilai religius dan pendidikan
dalam karakter kepribadian Anggoro.
c) Masyarakat
Lingkungan masyarakat tempat Anggoro tinggal merupakan tipe masyarakat yang monogamy,
yaitu mayoritas adalah pemeluk agama islam, dan dari suku Jawa. Oleh karena hal itulah
lingkungan masyarakat tempat Anngoro tinggal mempunyai aturan dan tata karma yang
berlandaskan kepada norma islami dan norma masyarakat ke jawen. Menurut pemaparan
Anggoro, di lingkungan dia tinggal sering diadakan acara pengajian rutin di musholla/surau
setempat setiap malam Kamis, dan Anggoro seringkali diajak oleh ayahnya untuk ikut, dan juga
adanya kegiatan ker ja bakti setiap 2 minggu sekali untuk membersihkan selokan atau sampah,
dan Anggoro juga sering berpartisipasi. Lagi-lagi aspek yang berkembang disini adalahpembentukan kepribadian berdasarkan aspek agamis, namun selain itu muncul juga hal yang
mempengaruhi terbentuknya pribadi yang luwes dalam bergaul, berperan aktif dalam sisi social
di masyarakat. Selain itu adanya norma-norma yang berlaku menciptakan perilaku preventif
yang mencegah timbulnya pelanggaran atas aturan-aturan yang berlaku di lingkungan dia
tinggal.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 17/25
17
D. TUJUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasif ikasi dan nomos yang berarti
aturan. Taksonomi berarti klasif ikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasif ikasi.
Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan ke jadian- sampai pada kemampuan berpikir dapat
diklasif ikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog
bidang pendidikan. Konsep ini mengklasif ikasikan tu juan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah
afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik
berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan f isik.
Taksonomi Bloom meru juk pada taksonomi yang dibuat untuk tu juan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tu juan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tu juan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif ), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif ) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di
antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu,
juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 18/25
18
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari
tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai pemahaman yang
berada di tingkatan kedua juga diperlukan pengetahuan yang ada pada tingkatan pertama.
Domain K ognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian
pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, def inisi, f akta-f akta, gagasan,
pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen
kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik def inisi dari kualitas, karakteristik
produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram,
arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam f ish
bone diagram, pareto chart, dsb.
Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode,
rumus, teori, dsb di dalam kondisi ker ja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab
meningkatnya re ject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan
menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk f ish bone diagram atau pareto chart.
Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi
atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 19/25
19
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan f aktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab
meningkatnya re ject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan
menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
Sintesis ( Synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola
dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang
harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer
kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat re ject di produksi berdasarkan
pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manf aatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif
solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manf aat, nilai ekonomis, dsb
Domain Af ektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya
berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
T anggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetu juan,
kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 20/25
20
Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu ob jek, fenomena, atau tingkah laku.
Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah
laku.
Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu
sistem nilai yang konsisten. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value
Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-
hidupnya.
Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat
Bloom
Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Kesiapan ( Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Guided Response (Respon T erpimpin).
T ahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan
gerakan coba-coba.
Mekanisme ( Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 21/25
21
Respon T ampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.
Dari penjelasan tentang Taksonomi Bloom diatas, domain yang lebih dominan berkembang pada
subyek yang diamati (Anggoro) yaitu Domain Psikomotor. Pada usia belia, kecenderungan untuk
bergerak dan melakukan sesuatu berdasarkan kegiatan psikomotorik lebih dominan ter jadi. Pada tahap
ini proses perkembangan domain tipe psikomotor lebih dominan karena pada masa anak-anak usia (8-9
tahun) mereka cenderung lebih aktif bergerak dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Demikian
halnya dengan Anggoro, dia lebih cenderung aktif bergerak, bermobilisasi daripada berdiam di suatu
tempat, menurutnya, dia lebih menikmati untuk bermain, dan berinteraksi dengan teman-teman
sebayanya serta menmukan hal-hal baru yang menarik. Hal ini menunjukkan kalau domain psikomotor
lebih dominan berkembang dikarenakan pada usia ini anak-anak cenderung lebih aktif dalam bergerak,
meniru gerakan orang lain atau bersosialisasi secara aktif dengan sekitar. Mereka lebih cenderung
menyukai model pembelajaran seperti ini juga, daripada harus diam di suatu tempat. Hal ini juga
berpengaruh kepada bentuk kepribadian dan attitude seorang anak. Anggoro misalnya, dia merupakan
seorang pribadi yang ener jik dan mudah bergaul dengan orang-orang sebaya maupun dengan orang
yang lebih tua, karena domain yang lebih berkembang di kehidupannya adalah domain Psikomotor.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 22/25
22
E. SISTEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewu judkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.
Sistem pelaksanaan pendidikan oleh sebuah lembaga atau instansi berdasarkan kepada Pancasila
dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap
terhadap perubahan zaman, sesuai dengan tu juan pendidikan itu sendiri yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem pelaksanaan ini juga bersumber kepada sistem
pelaksanaan pendidikan tingkat nasional / sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tu juan
pendidikan nasional.
UUSPN dari No. 2 tahun 1989 diganti UU No. 20 tahun 2003, dilakukan dalam rangka memperbarui
visi, misi dan strategi pendidikan nasional. Pembaruan sistem pendidikan nasional mencakup
penghapusan diskriminasi antara pendidikan formal dan pendidikan non-formal.
Visi pendidikan nasional adalah memberdayakan semua warga negara Indonesia, sehingga dapat
berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing dan sekaligus bersanding dalam
menjawab tantangan zaman.
Misi pendidikan nasional adalah:
y Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
bagi seluruh rakyat Indonesia.
y Membantu dan memf asilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh se jak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewu judkan masyarakat belajar.
y Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan
pembentukan kepribadian yang bermoral.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 23/25
23
y Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
pembudayaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global.
y Memberdayakan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan berdasarkan
prinsip otonomi dalam konteks NKRI.
Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, maka fungsi pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tu juan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
potensi-potensi peserta didik yang menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.
Sistem pendidikan nasional itu sendiri juga mempunyai strategi-strategi di dalam proses
pelaksanaannya, Strategi pendidikan nasional adalah:
a) Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia.
b) Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.
c) Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
d) Evaluasi, akreditasi dan sertif ikasi pendidikan yang memberdayakan.
e) Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan.
f ) Penyediaan sarana belajar yang mendidik.
g) Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan.
h) Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata.
i) Pelaksanaan wajib belajar.
j) Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan.
k) Pemberdayaan peran masyarakat.
l) Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat.
m) Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 24/25
24
Setelah melakukan beberapa pengamatan secara langsung dan melalui narasumber, saya mendapatkan
sebuah keterkaitan antara visi dan misi serta strategi system pendidikan nasional dengan sistem
pelaksanaan pendidikan sekolah yang saya amati. Berikut ini uraiannya :
1. Visi dan Misi
Visi dan misi sekolah jelas bertu juan untuk mencetak generasi baru yang lebih baik selain untuk
menyelenggarakan kegiatan pendidikan bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan visi dan misi
system pendidikan nasional. Namun ada sedikit perbedaan dengan system pendidikan nasional
itu sendiri. Yaitu landasan struktural dan dasar dasar yang dipakai dalam menyeleggarakan
sistem pendidikan. Sekolah yang dijadikan obyek pengamatan merupakan sekolah yang berbasis
keagamaan atau lebih spesif iknya berbasis islam atau yang lebih dikenal dengan Madrasah
Ibtidaiyah (MI), hal ini berbeda dengan sistem pendidikan nasional yang mencakup proses
penyelenggaraan secara luas. Namun pada dasarnya antara sekolah yang diamati dengan
dengan sistem pendidikan nasional mempunyai kesamaan visi dan misi.
2. Strategi
Srategi yang dimiliki oleh sekolah pelaksana pendidikan yang saya amati memiliki strategi-
strategi di dalam pelaksanaan sistem pendidikan di dalam lingkungan sekolah, secara garis besar
strategi-strategi itu sama seperti apa yang ada di dalam pelaksanaan sistem pendidikan
nasional, mulai dari pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi hingga
pemberdayaan peran masyarakat, namun di sekolah yang saya amatai terdapat beberapa poin
dalam strategi-strategi penyelengaraan sistem pendidikan itu yang di highlight atau dengan kata
lain lebih diutamakan atau ada juga yang dikhususkan di dalam bentuk yang lebih implisit.
Contohnya seperti pengembangan dan penyelenggaran kurikulum yang lebih dikhususkan
kepada kurikulum berbasis pendidikan islam disamping pendidikan formal lainnya. Lalu peran
serta masyarakat juga diutamakan, masyarakat bahkan menjadi salah satu badan pengawas bagi
pelaksanaan proses pendidikan, memang bukan dalam artian formal namun peran masyarakat
dianggap penting dalam ikut serta mengendalikan serta mengawasi proses pendidikan yang
berlangsung di sekolah tersebut
5/12/2018 UTS DASPEN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/uts-daspen 25/25
25
Jadi intinya bahwa sistem pendidikan nasional yang dasarnya tercantum dalam UU No. 20 tahun
2003 menjadi dasar acuan dalam pelaksanaan sistem pendidikan di lembaga atau instantsia penyedia
jasa pendidikan di masyarakat, mungkin ada beberapa aspek yang ditambah atau bahkan
disederhanakan namun secara garis besar tentang bagaimana sistem pendidikan itu bisa ber jalan baik di
Indonesia adalah sesuaai dengan apa yang dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2003 yang membahas
tentang hal ini secara menyeluruh, namun kita masih harus tetap mengacu pada akar landasan utama
yaitu Pancasila dan UUD 1945, sebagai dasar utama yang mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara, salah satunya adalah tentang pendidikan.