This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
UJI ANTIINFLAMASI METODE VOLUME UDEM
Kelompok 3
Windari Putri (201110410311196)
Annisa Muhdiyah (201110410311197)
Astri Ayu B.P. (201110410311199)
Ayu Purwaningsih (201110410311200)
Mahartri S. (201110410311201)
Juanita Trisan S. (201110410311203)
Eka Purwanti (201110410311204)
Fardiana Muchita (201110410311205)
M.Rizky Pratama (201110410311206)
Uswhatun Hasanah (201110410311207)
Alif Mukhlis Z. (201110410311211)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013
PENDAHULUAN
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang
disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik.
Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengidentifikasi atau merusak organism yang
menyerang. Menghilangkan dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Proses inflamasi
merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk menetralisir dan membasmi
agen-agen yang berbahaya pada tempat cidera dan mempersiapkan keadaan untuk
perbaikan jaringan misalnya antigen. Virus, bakteri, protozoa. Gejala proses terjadinya
infalamasi sudah dikenal ialah, eritema, edema, kolor, dolor, function laesa.
Inflamasi ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal yang
mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan
permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam
ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh
fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi
sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel
jaringan. Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin,
bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen,
produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut
limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi.
Tujuan Instruksional Khusus
- Memahami prinsip eksperimen terhadap efek antiinflamasi dengan menggunakan
alat plestimometer.
- Mahasiswa dapat memahami tentang inflamasi dan obat-obat yang digunakan
DASAR TEORI
1. Inflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengidentifikasi atau merusak
organism yang menyerang. Menghilangkan dan mengatur derajat perbaikan
jaringan. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk
menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cidra dan
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan misalnya antigen. Virus, bakteri,
protozoa. Gejala proses terjadinya infalamasi sudah dikenal ialah, eritema, edemu,
kolor, dolor, function laesa.
1. Eritema (kemerahan). Terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah
berkumpul pada daerah cidra jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh
(kinin, prostaglandin, histamine)
2. Edema ( pembengkakan ) merupakan tahapan kedua dari infalamasi. Plasma
merembes kedalam jaringan intestinal pada tempat cidra. Kinin medilatasi
asteriol. Meningkatkan permeabilitas kapiler
3. Kolor (panas ) dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah. Atau
mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang
mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus.
4. Dolor ( nyeri ), disebabkan pembengkakan pada pelepasan mediator-mediator
kimia.
5. Function laesa ( hilangnya fungsi ), disebabkan oleh penumpukan cairan pada
tempat cidra jarinangan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada
daerah yang terkena.
Inflamasi (radang) biasanya dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut, respon
imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera
jaringan, pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun yang merupakan
suatu reaksi yang terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan
diaktifkan untuk merespons organisme yang asing atau substansi antigenik yang
terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Inflamasi kronis
melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut.
Inflamasi kronis dapat menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang dan tulang
rawan yang dapat 8 menyebabkan ketidakmampuan serta terjadi perubahan-
perubahan sistemik yang bisa memperpendek umur.
Respons inflamasi terjadi dalam 3 fase dan diperantai mekanisme yang
berbeda:
a. Fase akut, dengan ciri vasodilatasi local dan peningkatan permeabilitas kapiler.
b. Reaksi lambat, tahap subakut dengan cirri infliltrasi sel leukosit dan fagosit.
c. Fase proliferatif kronik, pada mana degenerasi dan fibrosis terjadi.
2. AINS ( Analgesik Anti Inflamasi Non Steroid )
AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik juga
memiliki efek anti inflamasi, sehingga obat-obat jenis ini digunakan dalam
pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenak,
fenilbutazon dan piroxicam.
Sebagian besar penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan simptomatis,
untuk meredakan rasa nyeri penyakit sendi degeneratif seperti osteoartritis,
analgesik tunggal atau campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila nyeri dan
kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang meradang harus diberikan
pengobatan dengan AINS. Secara umum, AINS diindikasikan untuk merawat gejala
penyakit berikut: rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid,
migrain dan sakit kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada
luka jaringan, demam, ileus, dan renal colic.
Adapun tujuan terapeutik antiinflamasi, yaitu :
1. mengurangkan rasa nyeri
2. membatasi kerusakan jaringan
Mekanisme kerja AINS didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1
(cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini
berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari
arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses
inflamasi (radang). NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu :
- golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat,
magnesium salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid)
- golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak, indometasin,
proglumetasin, dan oksametasin)
- golongan profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen,
fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac)
- golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat (diantaranya asam mefenamat,
asam flufenamat, dan asam tolfenamat)
- golongan turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol,
dan fenazon)
- golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam)
- golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib)
- golongan sulfonanilida (nimesulide)
- golongan lain (licofelone dan asam lemak omega 3).
Sebagian besar AINS adalah asam lemah, dengan pKa 3-5, diserap baik
pada lambung dan usus halus. AINS juga terikat dengan baik pada protein plasma
(lebih dari 95%), pada umumnya dengan albumin. Hal ini menyebabkan volume
distribusinya bergantung pada volume plasma. AINS termetabolisme di hati oleh
proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak aktif, dan
dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu.
AINS merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam
efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran
pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek
samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Efek samping
ini tergantung pada dosis yang digunakan.
Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama
pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman digunakan oleh wanita
hamil, namun harus diminum sesuai aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan
keracunan hati
Farmakokinetika AINS
1. Merupakan asam organik lemah
2. Adanya makanan tidak mempengaruhi absorbsi
3. Metabolisme melalui enzim P450
4. Ekskresi melalui ginjal
5. Mengalami sirkulasi enterohepatis
6. Berikatan dengan protein tinggi (albumin)
7. Didapati dalam cairan sinovial stelah pemberian berulang
8. Mengiritasi lambung
Farmakodinamik AINS
1. Aktivitas antiinflamasi diperantarai melalui hambatan biosintesis protaglandin
2. Selama pemakaian AINS penuruna rilis mediator-mediator granulosit, basofil,
dan sel-sel hast
3. Mengurangi kepekaan pembuluh darah terhadap bradikinin dan histamin
4. Mempengaruhi produksi lympholine dari limfosit T
3. Rimpang Temu Putih
Klasifikasi Tanaman
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc
Rimpang temu putih rasanya sangat pahit, pedas dan sifatnya hangat, berbau
aromatik, dengan afinitas ke meridian hati dan limpa. Temu putih termasuk tanaman
obat yang menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan, melancarkan sirkulasi
vital energi (qi) dan menghilangkan nyeri. Rimpang temu putih berkasiat
antikanker, anti radang (antiflogistik), melancarkan aliran darah, fibrinolitik, tonik
pada saluran cerna, peluru haid (emenagong), dan peluru kentut.
Rimpangan temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan
komposisi utama sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari
20 komponen seperti curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar,