USULAN PROSES PENEMPATAN PEGAWAI DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JOMBANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang khususnya dinas Kesehatan mempunyai kaitan langsung dengan proses pengangkatan dan penempatan yang dilakukan pada awal seseorang menduduki jabatan tertentu. Pengangkatan dan penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan menimbulkan pemborosan (inefisiensi dan inefektivitas) di sana-sini. Oleh karena itu proses pengangkatan dan penempatan perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengambil kebijakan agar dalam menjalankan rencana kerja terjadi efisiensi dan efektifitas kerja. Konsekuensi dari hal itu, diperlukan pegawai yang mempunyai kemampuan, integritas tinggi dan sinergitas dukungan aparatur yang tangguh dan sesuai kualifikasi, terutama untuk mengembangkan kreativitas 1
49
Embed
Usulan Proses Penempatan Pegawai Di Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Revisi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
USULAN PROSES PENEMPATAN PEGAWAI
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN JOMBANG
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kualitas pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten
Jombang khususnya dinas Kesehatan mempunyai kaitan langsung dengan
proses pengangkatan dan penempatan yang dilakukan pada awal
seseorang menduduki jabatan tertentu. Pengangkatan dan penempatan
pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan menimbulkan
pemborosan (inefisiensi dan inefektivitas) di sana-sini. Oleh karena itu
proses pengangkatan dan penempatan perlu menjadi perhatian semua
pihak, terutama pengambil kebijakan agar dalam menjalankan rencana
kerja terjadi efisiensi dan efektifitas kerja.
Konsekuensi dari hal itu, diperlukan pegawai yang mempunyai
kemampuan, integritas tinggi dan sinergitas dukungan aparatur yang
tangguh dan sesuai kualifikasi, terutama untuk mengembangkan kreativitas
pegawai dalam melaksanakan berbagai tugas sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya, serta menempatkan pegawai yang tepat pada
tempatnya.
Penempatan sebagai bagian dari faktor yang mempengaruhi kualitas
layanan, lebih disebabkan karena proses penempatan tersebut berkaitan
dengan kesesuaian dan keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki oleh
pegawai dengan jabatannya. Jabatan itu sendiri adalah kedudukan yang
1
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai
negeri sipil dalam satuan organisasi, sementara itu jabatan struktural
diartikan sebagai suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka
memimpin suatu satuan organisasi negara
Salah satu faktor yang diduga dapat meningkatkan kinerja pegawai
adalah efektivitas penempatan mereka. Dugaan ini bukan tanpa alasan, sebab
setiap individu memiliki pengalaman, bakat, dan minat yang berbeda. Agar
individu tersebut dapat diberdayakan secara optimal, maka individu ini harus
ditempatkan pada tempat yang tepat. Sebagai contoh seorang Sarjana
Teknik Internasional menduduki Jabatan Kepala seksi Pemberantasan
Penyakit Menular. Atau seorang perawat menduduki jabatan sebagai kepala
Sub Bagian Umum.
Kesesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang togas
yang dihadapinya akan dapat memacu individu tersebut bekerja dengan
lebih balk, yang pada gilirannya terkait dengan kinerjanya.
Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999
tentang pokok pokok kepegawaian, dan tentang wewenang
pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil
diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000.
1.2. Masalah
Penempatan pegawai di Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang belum
sesuai dengan kemampuan dan alur yang benar, hal itu ditandai dengan :
2
1. Masih ada pegawai yang asal ditempatkan tidak melihat dasar
pendidikannya.
2. Masih ada pegawai yang langsung dipindah tanpa koordinasi dengan
kepala seksi yang ditempati.
3. Kepala seksi menempati jabatan tidak sesuai pendidikannya.
4. Rotasi pegawai tanpa berkoordinasi dengan seksi sarana dan tenaga
yang mempunyai tupoksi untuk menghitung kebutuhan pegawai.
5. Proses penempatan pegawai secara umum masih tertutup dan tidak
melibatkan unit kerja
6. Proses penempatan pegawai banyak dipengaruhi oleh faktor non-
teknis administratif
7. Pengangkatan PNS dalam suatu jabatan yang tidak sesuai dengan
persyaratan yang dibutuhkan
8. Belum dilakukannya analisis jabatan, dan belum adanya kader /
tenaga analis jabatan.
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan tugas ini adalah
1. Mengetahui dan mengidentifikasi proses penempatan aparatur pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang
2. Menentukan cara dan alur yang benar tentang penempatan pegawai di Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang dengan tata cara yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku, sehingga kinerja dan produktivitas pegawai
meningkat.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Sedarmayanti (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) adalah kebijakan dan praktik menentukan aspek “manusia” atau
sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut,
menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian.
Menurut A. Sihotang (2007), ruang lingkup manajemen sumber daya
manusia meliputi semua aktivitas yang berhubungan dengan sumber daya
manusia dalam organisasi.
2.1 Perencanaan pegawai
Perencanaan Sumber Daya Manusia (human resource planning)
adalah proses sistematis untuk mencocokkan pasokan karyawan internal
dan eksternal dengan lowongan-lowongan jabatan yang diperkirakan
muncul dalam organisasi sepanjang periode waktu tertentu (Mondy 2008).
Perencanaan sumber daya manusia memiliki dua komponen:
A. Peramalan kebutuhan (requirement forecast)
4
• Peramalan kebutuhan (requirement forecast) adalah aktivitas penentuan
jumlah, keterampilan, dan lokasi karyawan yang akan dibutuhkan organisasi
di masa mendatang dalam rangka mencapai tujuan-tujuannya.
• Peramalan tersebut mencerminkan berbagai faktor, seperti perencanaan
produksi dan perubahan produktivitas.
• Peramalan kebutuhan akan menentukan besarnya permintaan akan SDM
(the demand for human resources).
B. Peramalan ketersediaan (availability forecast)
Peramalan ketersediaan (availability forecast) adalah aktivitas untuk
memperkirakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan karyawan-
karyawan dengan keterampilan yang dibutuhkan, dan dari mana sumbernya.
Dalam rangka meramalkan ketersediaan (penawaran SDM), manajer sumber
daya manusia mengamati sumber-sumber internal (para karyawan yang
dipekerjakan saat ini) dan sumber-sumber eksternal (pasar tenaga kerja).
2.2 Penempatan Pegawai
5
2.2.1 Pengertian Penempatan Karyawan
Langkah awal dalam menghasilkan sumber daya manusia yang
terampil dan andal perlu adanya suatu perencanaan dalam menentukan
karyawan yang akan mengisi pekerjaan yanga ada dalam perusahaan yang
bersangkutan. Keberhasilan dalam pengadaan tenaga kerja terletak pada
ketepatan dalam penempatan karyawan, baik penempatan karyawan baru
maupun karyawan lama pada posisi jabatan baru.
Proses penempatan merupakan suatu proses yang sangat
menentukan dalam mendapatkan karyawan yang kompeten yang
dibutuhkan perusahaan, karena penempatan yang tepat dalam posisi jabatan
yang tepat akan dapat membantu perusahaan dalam mencapi tujuan yang
diharapkan.
Adapun pengertian penempatan menurut para ahli antara lain : Menurut
Marihot T. E. Hariandja (2005 : 156) menyatakan bahwa : “Penempatan
merupakan proses penugasan/ pengisian jabatan atau penugasan kembali
pegawai pada tugas/ jabatan baru atau jabatan yang berbeda”.
Menurut Mathis & Jackson (2006:262) menyatakan bahwa : “Penempatan
adalah menempatkan posisi seseeorang ke posisi pekerjaan yang tepat,
seberapa baik seorang karyawan cocok dengan pekerjaanya akan
mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan.
Menurut B. Siswanto Sastrohadiryo (2003:138). “Penempatan pegawai
adalah untuk menempatkan pegawai sebagai unsur pelakasana pekerjaan
pada posisi yang sesuai dengan kemampuan, kecakapan dan keahliaanya”.
6
Sedangkan landasan hukum pelaksanaan penempatan,
pengangkatan dan pemberhentian pegawai negeri sipil adalah :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian (Lembaga Negara Tahun 1999 Nomor 16 Tambahan
lembaran Negara Nomor 3890).
b. Tentang wewenang pengangkatan, pemindahan, pemberhentian
pegawai negeri sipil, diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96,
Tahun 2000. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut di atas
merupakan pedoman pelaksanaan mutasi kepegawaian di setiap
instansi pemerintah umum dan daerah.
Berdasarkan definisi yang yang dikemukakan oleh para ahli tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa penempatan adalah kebijaksanaan sumber
daya manusia untuk menetukan posisisi/ jabatan seseorang.
2.2.2 Manfaat dan Tujuan Penempatan
Pelaksanaan penempatan pegawai mempunyai banyak manfaat
dan tujuan yang sangat berpengaruh kepada kemampuan dan
kemauan kerja pegawai yang mengakibatkan suatu keuntungan bagi
perusahaan itu sendiri.
Penempatan pegawai ini merupakan salah satu metode dalam
program pengembangan manajemen yang berfungsi untuk meningkatkan
efektivitas manajer secara keseluruhan dalam pekerjaan dan jabatannya
dengan memperluas pengalaman dan membiasakan dengan berbagai aspek
dari operasi perusahaan.
Menurut Simamora (2000:66) manfaat pelaksanaan penempatan adalah:
7
1. memenuhi kebutuhan tenaga kerja di bagian atau unit yang
kekurangan tenaga kerja tanpa merekrut dari luar.
2. memenuhi keinginan pegawai sesuai dengan pekerjaan.
3. memberikan jaminan bagi pegawai bahwa dia tidak akan
diberhentikan.
4. tidak terjadi kejenuhan.
5. motivasi dan kepuasan kerja yang lebih tinggi, berkat tantangan
dan situasi baru yang dihadapi.
Menurut Siagian (2001:172) melalui penempatan para karyawan
sesungguhnya memperoleh manfaat yang tidak sedikit, antara lain dalam
bentuk :
1. Pengalaman baru.
2. Cakrawala pandangan yang lebih luas.
3. Tidak terjadinya kejenuhan atau kebosanan.
4. Perolehan pengetahuan dari keterampilan baru.
5. Perolehan prospektif baru mengenai kehidupan organisasional.
6. Persiapan untuk menghadapi tugas baru, misalnya karena promosi.
7. Motivasi dan keputusan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan
dan situasi baru yang dihadapi.
Penempatan juga dapat menurunkan kegairahan kerja karena
dianggap sebagai hukuman dan memperburuk produktivitas kerja karena
adanya ketidaksesuaian dan ketidakmampuan kerja karyawan. Bila terjadi
keadaan yang demikian maka penempatan tidak mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu bertambahnya efektivitas dan efesiensi dalam perkerjaan.
8
Menurut Nitisemo (2002:119), hal ini terjadi karena:
1. Karyawan tersebut telah terlanjur mencintai perkerjaanya.
2. Hubungan kerjasama yang baik dengan sesama rekan.
3. Perasaan dari karyawan bahwa pekerjaan-pekerjaan lain yang
sederajat, dan lain-lain.
Sedangkan tujuan pelaksanaan penempatan menurut H. Malayu S.P
Hasibuan (2008 : 102) antara lain, adalah:
a. Untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
b. Untuk menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan
komposisi pekerjaan atau jabatan.
c. Untuk memperluas atau menambah pengetahuan pegawai.
d. Untuk menghilangkan rasa bosan/ jemu terhadap pekerjaannya.
e. Untuk memberikan perangsang agar karyawan mau berupaya
meningkatkan karier yang lebih tinggi.
f. Untuk menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik pegawai.
g. Untuk mengatasi perselisihan antara sesama pegawai.
h. Untuk mengusahakan pelaksanaan prinsip orang tepat pada tempat
yang tepat.
Selain itu tujuan penempatan yang terkandung dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1999, tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan produktivitas kerja.
b. Pendayagunaan pegawai.
c. Pengembangan karier.
9
d. Penambahan tenaga-tenaga ahli pada unit-unit yang
membutuhkan.
e. Pengisian jabatan-jabatan lowongan yang belum terisi.
f. Sebagai hukuman.
Setiap pekerjaan yang dilaksanakan pada dasarnya mempunyai
tujuan. Tujuan berfungsi untuk mengarahkan prilaku, begitu juga dengan
penempatan karyawan, manajemen sumber daya manusia, menempatkan
seorang karyawan atau calon karyawan dengan tujuan antara lain agar
karyawan bersangkutan lebih berdaya guna dalam melaksakan pekerjaaan
yang dibebankan, serta untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan
sebagai dasar kelancaran tugas.
Menurut B. Siswanto Sastrohadiwiryo yang dikutip oleh suwatno
(2003 : 133) maksud diadakan penempatan karyawan adalah untuk
menempatakan karyawan sebagai unsur pelaksana pekerjaan pada posisi
yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kemampuan
2. Kecakapan
3. Keahlian
2.2.3 Dasar Pelaksanaan Penempatan
Ada 3 sistem yang menjadi dasar pelaksanaan penempatan
pegawai menurut H. Malayu S.P. Hasibuan (2008 : 103) yaitu :
a. Seniority System
Adalah penempatan yang didasarkan atau landasan masa kerja,
10
usia, dan pengalaman kerja dari pegawai yang bersangkutan. Sistem
penempatan ini tidak objektif karena kecakapan orang yang
dipenempatankan berdasarkan senioritas belum tentu mampu
menduduki jabatan yang baru.
b. Spoil System
Adalah penempatan yang didasarkan atas landasan kekeluargaan. Sistem
penempatan ini kurang baik karena didasarkan atas pertimbangan suka
atau tidak suka.
c. Merit System
Adalah penempatan pegawai yang didasarkan atas landasan yang bersifat
ilmiah, objektif dan hasil prestasi kerja. Merit system ini merupakan
dasar penempatan yang baik karena :
1. Output dan produktivitas kerja meningkat.
2. Semangat kerja meningkat.
3. Jumlah kesalahan yang diperbuat menurun.
4. Absensi karyawan semakin baik.
5. Disiplin karyawan semakin baik.
2.2.4 Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penempatan
karyawan
Menurut Bambang wahyudi (2003 : 129) dalam melakukan