USULAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI Penguatan Pembangunan Berkelanjutan MODEL PENGELOLAAN AIR TANAH DAERAH LERENG GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH TIM PENGUSUL Drs. Suharjo, M.S. NIDN: 0602075301 Prof. Dr. Absori, M.S. NIDN: 0605056301 Agus Anggoro Sigit, S.Si., MSc. NIDN: 0625087001 Drs. Munawar Cholil, M.Si. NIDN: 0608075801 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA OKTOBER 2014 Bidang Unggulan : Lingkungan Sehat Kode/Nama Rumpun Ilmu: 776/Pend Geografi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
USULAN
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
Penguatan Pembangunan Berkelanjutan
MODEL PENGELOLAAN AIR TANAH
DAERAH LERENG GUNUNG MERAPI
DI KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH
TIM PENGUSUL
Drs. Suharjo, M.S.
NIDN: 0602075301
Prof. Dr. Absori, M.S.
NIDN: 0605056301
Agus Anggoro Sigit, S.Si., MSc.
NIDN: 0625087001
Drs. Munawar Cholil, M.Si.
NIDN: 0608075801
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
OKTOBER 2014
Bidang Unggulan : Lingkungan Sehat
Kode/Nama Rumpun Ilmu: 776/Pend Geografi
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
RINGKASAN ....................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
II.1. Pengertian Air Tanah ............................................................................................... 5
II.2. Wadah/Tempat Air Tanah di Dalam Bumi .............................................................. 6
II.3. Sistem Administrasi dan Peraturan ......................................................................... 8
II.3. Fokus Penelitian yang Akan Dilakukan .................................................................. 10
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................................ 12
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN .............................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19
iv
RINGKASAN
Penelitian air tanah di Kabupaten Klaten mendasarkan UU No.7 Tahun 2004 Pasal
1Angka18 yaitu upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan
fungsi Sumberdaya Air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan
datang.
Permasalahan berkaitan dengan air tanah daerah lereng Gunung Merapi di
Kabupaten Klaten yang didapatkan dari hasil penelitian Tahun 2005-2008: 1) jumlah mata
air yang semula 162 menurun menjadi 134 tempat, ini berarti jumlah air dari mata air
berkurang; 2) kerusakan lahan di lereng atas dan tengah akibat aktivitas manusia dalam
bentuk (penambangan pasir, bahan batu bata, permukiman) sehingga lahan imbuhan air
tanah berkurang; 3) terjadi konflik pengguna air tanah (antar petani, antar masyarakat, dan
antar pemerintahan Kabupaten Klaten dengan Kota Surakarta); 4) dampak gempa bumi
tektonik yaitu air sumur asin, bangun air tanah rusak, dan pergeseran/patahan struktur
litologi atau posisi aquifer, dan 5) penurunan kualitas air sumur di daerah permukiman
yang berdekatan dengan lahan pertanian. Penelitian ini focus pada permasalahan kedua dan
ketiga meskipun tetap memperhatikan perkembangan dan keterkaitan permasalahan
lainnya.
Tujuan penelitian; pemodelan pengelolaan air tanah daerah lereng Gunung Merapi
yang berkelanjutan. Pada Tahun I Pemetaan Potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah di
setiap Satuan Bentuklahan dan Satuan Lahan. Tahun II analisis penggunaan air tanah
domestik, pertanian, perkebunan, industi, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III
analisis partisipasi masyarakat pengguna air tanah, peraturan pemerintah daerah Kabupaten
Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta tentang air tanah, serta membuat model pengelalaan
air tanah.
Metode penelitian menggunakan survei, interpretasi penginderaan Jauh, Sistem
Informasi Geografi (SIG), analisa laboratorium, wawancara, dan forum diskusi kelompok
(FGD).
Hasil yang diharapkan adalah Tahun I peta kuantitas dan kualitas air tanah mata air
di lereng Merapi, peta kualitas dan kuantitas air tanah dangkal (air sumur) di dataran
fluvial kaki Merapi, dan Perbukitan Bayat. Tahun II peta pemanfaatan air tanah untuk
pertanian, perkebunan, industri, domestik, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III
model pengelolaan air tanah daerah lereng Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Qur’an memberikan petunjuk nilai air minimal menjadi enam fungsi, yaitu 1) air
sebagai asal dari organisme (Q.S. al-Anbiyâ’/21: 30), termasuk manusia (Q.S. al-
Furqân/25: 54) dan hewan (Q.S. al-Nûr/24: 45), 2) air sebagai kebutuhan pokok makhluk
hidup untuk dapat survive (Q.S. al-Baqarah/2: 22, 60; al-Hijr/15: 22; al- Nahl/16: 10-11;
Thâhâ/20: 53), 3) air sebagai sarana konservasi tanah (Q.S. al- Baqarah/2: 164), 4) air
sebagai sarana penyucian dan kesehatan (Q.S. al-Anfâl/8: 11; dan (H.R. Ibn Mâjjah No.
3053 dan H.R. Ahmad No. 2517), 5) air (dalam bentuk sungai, danau, dan laut) sebagai
lahan untuk transportasi dan habitat bagi banyak makhluk (Luqmân/31: 31; dan Q.S. al-
Nahl/16: 14); dan 6) air sebagai simbol surga, ketakwaan, dan rahmat Tuhan di dalam
kehidupan akhirat (Q.S. Muhammad/47: 15; dan al-Ghâsyiyah/88: 11-12).
Santoso, 2013; menegaskan bahwa ajaran Islam membangun pandangan dunia Islam
tentang lingkungan, termasuk sustainabilitas atau keberlanjutan air, menjadi tiga kategori
meliputi ontologis, epistimologis, dan aksiologis. Nilai-nilai ontologis adalah tauhid,
istikhlaf, dan taskhir. Tauhid berarti kesatuan Pencipta dan ciptaanNya, kesatuan manusia,
dan alam yang membentuk landasan pendekatan holistik pada pandangan dunia Islam
tentang air yang berkelanjutan. Istkhlaf berarti penunjukan manusia sebagai mandataris
Alloh di bumi untuk memakmurkannya termasuk tanggungjawabnya dalam mengamankan
air yang berkelanjutan. Taskhir berarti penciptaan dan penyediaan alam oleh Alloh dengan
segala sumberdaya alamnya termasuk air untuk kehidupan manusia. Ketiga nilai ini
mengimplisitkan tiga faktor penting keberlanjutan air, yaitu Tuhan, manusia, dan alam.
Nilai-nilai epistimologi meliputi amanah, adil dan ihsan, mizan, wasath, dan thaharah.
Mizan berarti mengamankan lingkungan/air yang merupakan tugas dipercayakan oleh
Penciptanya. Manusia yang tidak menjalankan keberlanjutan air adalah manusia yang
telah mengkhianati kepercayaanNya. Adil dan ihsan berarti hubungan antar sesama manusia
maupun hubungan antara manusia dan alam terkait dengan keberlanjutan air dilaksanakan
dengan prinsip keadilan (menempatkan sesuatu pada tempatnya) dan kebajikan (menjadi
aktor dalam keberlanjutan lebih utama sekedar menjadi konsumen). Mizan berarti
makhluk Alloh diciptakan dengan kadar masing-masing yang membangun harmoni/
keseimbangan sistem alam (keberlanjutan lingkungan, pemanfaatan air, udara, dan energi).
Wasath berarti memilih jalan tengah diantara hal ekstrim dalam perencanaan untuk
2
pengelolaan lingkungan, perilaku sosial, pencapaian keilmuan, dan konsumsi.
Sumberdaya alam termasuk air. Thaharoh berarti kesucian spiritual dan kebersihan
fisikal. Kesucian spiritual menghasilkan individu yang sadar kehadiran Alloh sehingga
berdampak pada harmoni masyarakat dengan lingkungan sedangkan kebersihan fisikal
menghasilkan masyarakat sehat, menjauhi pencemaran lingkungan, menghasilkan ekonomi
bersih, menjauhi teknik pemasaran palsu, dan menghindari riba. Nilai-nilai aksiologis
meliputi rahmah dan manfaat yang berarti segala hubungan dan perlakuan terhadap semua
makhluk hidup, termasuk air, berujung pada terwujudnya manfaat bagi manusia sendiri
maupun rahmah bagi seluruh isi alam.
Dalam terapan pengelolaan sumberdaya air, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33
dengan eksplisit dan tegas menyatakan Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya
kemakmuran rakyat. Pasal ini sejalan dengan nilai air menurut Alqur’an secara ontologis,
epistimologis, dan aksiologis. Undang-Undang Sumberdaya Air Nomor 7 Tahun 2004 Pasal
40 Ayat 4 menyebutkan koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan
serta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Aturan ini
memerlukan pengaturan lebih jelas di tingkat pelaksanaan. Ketidakjelasan pelaksanaannya
akan menimbulkan permasalahan sistem pemanfaatan air dilapangan. Hal ini terbukti dari
kajian sejak Tahun 2005 yang menunjukkan konflik pemanfaatan air tanah dilereng Gunung
Merapi. Permasalahan daerah lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten antara lain terjadi
1) konflik antara pemanfaat air untuk masyarakat petani dengan badan usaha air minum
swasta di sumber mata air, 2) konflik penggunaan air minum antara Pemerintah Daerah
Kabupaten Klaten dengan Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Mendasarkan pada
permasalahan tersebut peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Model Pengelolaan
Air Tanah daerah Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
Penelitian ini bertujuan menciptakan model pengelolaan air tanah daerah lereng
Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Sifat/karakter air tanah akan tergantung
pada curah hujan, sifat jenis batuan penyusun aquifer yang dilalui oleh air tanah. Sifat jenis
batuan penyusun bentuklahan dipermukaan bumi ini bervariasi maka potensi (kualitas dan
kuantitas) air tanah di setiap bentuklahan berbeda beda. Potensi air tanah di bentuklahan
asal Gunung Merapi di Kabupaten Klaten berbeda dengan potensi air tanah di bentuklahan
lain, misalnya bentuklahan asal topogarafi karst daerah Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah,
maka model pengelolaan air tanah berbeda.
3
Tujuan utama penelitian ini dapat dicapai dengan mengetahui distribusi kuantitas
dan kualitas air tanah di setiap satuan lahan, data pemanfaatan air tanah, dan peraturan
daerah tentang penggunaan air tanah. Pada tahun pertama akan dilakukan pemetaan potensi
air tanah/air sumur di setiap satuan lahan dengan sklala 1: 25.000 dan memetakan potensi
air tanah/mata air yang berjumlah 162 mata air berskala 1: 25.000. Pada tahun kedua
menganalisa distribusi pemanfaatan air tanah/air sumur dan air tanah/mata air untuk
permukiman, pertanian non pertanian, industri dan badan usaha swasta dan pemerintah.
Tahun ketiga dilakukan analisis data forum group diskusi (FGD) anggota masyarakat, badan
usaha swasta berkaitan dengan air dan pemerintah sebagai penentu kebijakan air tanah dari
Kabupaten Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta; dengan sistem analisa geografi hasil
penelitian tahun pertama, kedua, dan ketiga dihasilkan tujuan utama penelitian ini.
Urgensi penelitian yang akan dilakukan adalah menciptakan strategi pengelolaan
sumberdaya air tanah yang lestari dan berkelanjutan. Strategi pengelolaan tersebut
mempertimbangkan aspek perencanaan, pemanfaatan, pemerataan, dan penertiban,
pemantauan dan pengawasan, pengaturan, pengendalian, dan pelestarian. Pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan diarahkan untuk terjaminnya: (1) keberlanjutan ekologi
(ecological sustainability), (2) berkelanjuan ekonomi (economical sustainability), (3)
berkelanjutan sumberdaya dan lingkungan (resources and environment sustaina-bility), (4)
berkelanjutan sistem managemen (management sustainability), dan (5) berkelanjuan
teknologi (tecnological sustainability). Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi
pangan hasil pertanian khususnya daerah Klaten dan umumnya di daerah lingkungan
gunung api di Indonesia yang memperhatikan faktor dinamika wilayah oleh perkembangan
permukiman penduduk. Kontribusi terhadap ilmu pengetahuan yaitu: 1) terdapat hubungan
antara bentuklahan dengan potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah; berbeda
bentuklahannya maka berbeda potensi (jumlah dan kualitas) air tanahnya; aplikasinya teknis
pengelolaan setiap bentuklahan dan satuan lahan yang berbeda maka model pengelolaan air
tanah juga berbeda.
Berhubungan dengan Rencana Induk Pengembangan (RIP) Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dibangun untuk
periode Tahun 2012 menuju tahapan Tahun 2020 bahwa hasil penelitian ini menjadi data
dasar dalam mencapai unggulan Transformasi menuju masyarakat utama dalam bidang
kesehatan lingkungan permukiman.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian Air Tanah
Sjarief dan Kodoatie, 2005; air tanah ialah sejumlah air dibawah permukaan bumi
yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sestem drainase atau
dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir kepermukaan
tanah melalui pancaran atau rembesan. Air tanah yangt dimaksud dalam penelitian ini
yaitu air sumur dan air yang mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran dan
rembesan.
Kemajuan penelitian yang sudah dilakukan peneliti sebagai berikut ini:
Suharjo, 2004; Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi permukiman dan
dampaknya terhadap kualitas air tanah daerah Kecamatan Kartasura, Gatak dan Grogol
Sukoharjo Jawa Tengah. Hasil penelitian, kualitas air tanah daerah permukiman
didominasi oleh unsure –unsur kimia NO3, NO4 dan bakteri Coli, sedang daerah
Kecamatan Gatak unsur kimia air tanah didominasi oleh unsur- unsur alami seperti Fe
atau besi, Mn atau mang’an, Si atau silikat dari perlapisan batuan yang dilalui oleh air
tanah tersebut.
Suharjo, 2005; Pemetaan potensi air di Daerah Kabupaten Klaten Jawa Tengah.
Hasil penelitian jumlah mata air mengalami penurunan sebanyak 28 yaitu dari 162
menjadi 134. Adapun kuantitas dan kualitas airnya juga mengalami penurunan, sehingga
pada masa mendatang akan terjadi krisis air tanah.
Suharjo, 2006; melakukan penelitian tentang degradasi lahan daerah Pasca
Gempa Bumi Tektonik daerah Klaten Jawa Tengah. Hasil Penelitian: a). Kesuburan
tanah mengalami penurunan yaitu dari sangat subur menjadi kesuburan sedang sampai
tidak subur; b)data dasar tentang air, tanah dan bangunan irigasi sebagian besar tidak
dapat dipakai/digunakan yang berakibat pada produksi dan ketahanan pangan; c) terjadi
konflik pengguna air antar masyarakat petani dan antara petani dengan penentu
kebijakan yang akan berdampak pada kesenjangan ekonomi dan sosial; d) peraturan
dan perundang undangan tentang air dan tanah dilanggar oleh berbagai pihak.
(masyarakat dan pimpinan daerah); e) petumbuhan penduduk sebesar 0,8 %,.
Konsekuensi logis diperlukan tambahan pangan yang sesuai dengan pertumbuhan
penduduk. Kenyataan aspek pendukung pertanian mengalami penurunan.
5
Anggoro Sigit, 2007 judul penelitian Analisis Proses geomorfologi melalui SIG
untuk pengelolaan lahan pertanian daerah Klaten didapatkan hasil: (1) Telah terjadi
degradasai lahan akibat gempa bumi tektonik (amblesan, rekahan longsoran, sembulan
dan rusaknya insfratuktur pertanian) dan akibat anthropogenik (batu bata, alih fungsi
lahan) yang menurunkan kualitas sumberdaya lahan, (2) lahan sawah seluas 25724 ha
atau 39,24% pengusahaan pertanian belum dilakukan secara maksimal sehingga
produktivitasnya rendah, (3) degradasi lahan sebagian besar berada pada dataran fluvial
gunung api yang dmerupakan lahan pertanian.
Suharjo, 2008 penelitian tentang potensi air tanah daerah Klaten Jawa Tengah;
hasil penelitian: a) ada lima satuan bentuklahan yaitu puncak volkan, lereng volkan,
kaki volkan, dataran fluvial kaki volkan serta bentukan struktural perbukitan Bayat; b)
daerah bentuklahan kaki volkan terdapat 124 mata air mempunyai debit lebih dari 500
liter setiap detik dengan kualitas memenuhi syarat untuk air minum; c) daerah
bentuklahan dataran fluvial volkan bagian bawah kualitas air sumur sedang sampai
rendah; d) bentuklahan struktural perbukitan Bayat sebagaian sumur penduduk air
tanahnya asin.
Sunarhadi, 2013; penelitian tentang model pengelolaan sempadan sungai di
Kabupaten Sukoharjo. Salah satu bagian hasil penelitian menunjukkan bahwa material
asal vulkan yang berasal dari Gunung Merapi berada di bagian barat Kabupaten Klaten
yang merupakan bagian lereng lalu menyambung hingga Kabupaten Sukoharjo di
Kecamatan Kartasura, Gatak, Baki, sebagian Grogol, dan Sukoharjo yang merupakan
kaki bawah Merapi.
II.2. Wadah/Tempat Air Tanah di Dalam Bumi
Sunarhadi, Utami, & Sudarto (2001) menunjukkan bahwa perbedaan kondisi
biofisik permukaan lahan menyebabkan respon suatu DAS terhadap hujan juga akan
berbeda.Perbedaan ini muncul baik pada kualiutas maupun kuantitas air yang mengalir
dan muncul di air tanah. Potensi air, meliputi kualitas dan kuantitas, dapat diidentifikasi
berdasarkan: a). Kondisi geomorfologi; b). Kondisi tanah; dan c). Kondisi geologinya.
a. Kondisi Geomorfologi
Verstappen (1983) mengemukakan bahwa satuan/unit geomorfologi dapat untuk
mendeliniasi satuan hidrologi suatu daerah. Adapun aspek geomorfologi yang penting
dalam untuk mendeliniasi satuan hidrologi yaitu aspek morfologi dan aspek
6
morfogenesa. Suharjo (2005), daerah lereng Merapi terbagi menjadi empat satuan