Laporan Praktikum Biokimia Klinis
Hari/Tanggal : Rabu/22 Februari 2012 Waktu : 13.00 16.00 WIB PJP
: Dimas Andrianto, S.Si, M.si Asisten : Elsa May Susanti Rini
Arianti Dian Rahmawati Shelly
URINALISIS
Kelompok 5 Siska Kartika G84090038 Januar Annisas G84090055
Dhian Anugerah Purnama S G84090073
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Pendahuluan Urin merupakan bagian penting dari proses pembuangan
tubuh. Urin adalah cairan yang dieksresikan oleh ginjal yang akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh
(Crowley 2000). Ekskresi urin total bervariasi tergantung pada
makanan dan status fisiologis individu. Ekskresi akan menjadi lebih
besar jika mengkonsumsi makanan berprotein tinggi atau demam dan
sedikit bila sedang berpuasa atau menjalankan diet dengan konsumsi
kadar protein yang rendah (Koolman 1994). Secara umum urin berwarna
kuning jernih dengan pH antara 4.8-7.8. Namun, jika urin tersebut
didiamkan agak lama warna urin tersebut akan berubah menjadi kuning
keruh. Selain menimbulkan perubahan warna, urin yang didiamkan
tersebut akan menimbulkan bau yang khas. Bau yang khas tersebut
adalah bau amonia. Urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi
banyak protein dan urin akan menjadi lebih basa jika mengonsumsi
sayuran. Urin yang sehat bobot jenisnya berkisar 1.010 - 1.030,
tergantung perbandingan larutan dengan air (Girindra 1989). Tabel 1
Komponen urin normal yang diekskresikan oleh ginjal (Crowley 2000)
Komponen urin Jumlah ( gram/ 24 jam) Urea 25-30 Asam urat 0.6-0.7
Kreatinin 1.0-1.2 Asam hipurat 0.7 Amonia 0.7 Asam amino 3 Sodium
1-5 (NaCl 15.0) Potasium 2-4 Kalsium 0.2-0.3 Magnesium 0.1 Klorida
7 Fosfat 1.7-2.5 Sulfat 1.8-2.5 Materi yang terkandung di dalam
urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urinalisis merupakan suatu
analisis yang digunakan untuk mendiagnosis kandungan urin akan
memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan seseorang.
Urinalisis ini dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
mikroskopik
terhadap sedimen (endapan) dalam urin, warna, bau urin, bobot
jenis, bakteri, osmolalitas, pH, konsentrasi protein, glukosa,
keton, darah, bilirubin, dan urobilinogen . Urinalisis umumnya
terdiri dari dua pemeriksaan, yaitu uji kimia untuk bahan kimia
abnormal dan pengujian mikroskopik untuk bahan yang tidak terlarut
(Wirawan 1992).
Tujuan Praktikum ini bertujuan mengenal berbagai macam pengujian
terhadap urin dan hubungannya dengan diagnosis suatu penyakit atau
kondisi/fungsi organ tertentu, memberi pengertian tentang
prinsip-prinsip biokimia pada uji-uji di atas, dan terampil
melakukan berbagai macam pengujian terhadap urin.
Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan antara
lain urinometer, gelas piala, tabung reaksi, pipet Mohr 5 mL dan 10
mL, pipet tetes, erlenmeyer, corong plastik, indikator pH
universal, kertas saring, batang pengaduk, penangas air,
termometer, dan bulb. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan
antara lain urin manusia, urin kualitatif, larutan asam asetat 6%,
pereaksi Bang, larutan asam sulfosalisilat 25%, pereaksi Benedict,
kristal amonium sulfat, larutan natrium nitroprusida 5%, larutan
amonia pekat, dan pereaksi Diazo.
Prosedur Percobaan Percobaan dibagi menjadi beberapa tahapan
uji, yaitu pemeriksaan visual dan fisik, proteinuria, glukosuria,
darah, ketonuria, bilirubin, urobilinogen dan urobilin. Namun, pada
percobaan ini uji benzidin pada darah, urobilinogen, dan urobilin
tidak dilakukan. Percobaan terhadap sampel urin kualitatif dan urin
manusia dilakuakan pada setiap uji. Pemeriksaan visual dan fisik.
Sebanyak 30 mL urin manusia diambil dan ditampung di dalam gelas
piala. Urin tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring
untuk menghilangkan buih. Amati warna dan bau sampel urin.
Selanjutnya, pengukuran berat jenis urin dilakukan menggunakan
urinometer
dengan memeperhatikan faktor koreksi. Kadar padatan urin
dihitung dengan mengalikan nilai berat jenis urin dengan koefisien
Long sehingga didapat nilai kadar padatan kasar urin, sedangkan
untuk pengukuran pH urin digunakan indikator pH universal.
Proteinuria. Uji ini meliputi uji koagulasi, uji Bang, dan uji asam
sulfosalisilat. Uji koagulasi dilakukan dengan 5 mL sampel urin
dipanaskan dalam penangas air hingga mendidih, kemudian ditambahkan
3 tetes asam asetat 6%. Amati kekeruhan yang terjadi. Uji Bang
dilakukan dengan mencampurkan 5 mL urin dengan 2 mL pereaksi Bang
(larutan bufer pH 4.7), kemudian dipanaskan dalam penangas air.
Bandingkan hasilnya dengan uji koagulasi. Adapun uji asam
sulfosalisilat yaitu pada 3 mL urin ditambahkan 3 mL asam
sulfosalisilat 25% dalam keadaan miring. Amati adanya pembentukan
cincin di bawah cairan urin. Glukosuria (Uji Benedict). Sebanyak 5
mL pereaksi Benedict dipipet dan masukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian tambahkan 8 tetes urin dan panaskan dalam penangas air.
Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi. Ketonuria (Uji
Rothera). Tabung reaksi bersih dimasukkan 5 mL urin yang telah
disaring. Urin yang telah dimasukan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan Kristal amonium sulfat sampai jenuh. Setelah jenuh,
tabung tersebut ditambah larutan natrium nitroprusida 5%, dan 1-2
mL amoniak pekat. Perhatikan warna yang terbentuk. Bilirubin
(Metode Hyman-Bergh). Tabung reaksi diisi 1 mL peraksi diazo, 1 mL
urin yang beralkohol (urin yang telah disaring diberi penambahan
alkohol dengan perbandingan 1:1), dan dibubuhkannya setetes ammonia
pekat. Bila terjadi perubahan warna cairan menjadi merah eosin,
cairan tersebut menunjukan adanya bilirubin dalam cairan
tersebut
Data dan Hasil Pengamatan Tabel 1 Uji Kualitatif UrinParamater
Warna Bau Volume (mL) Buih Berat jenis terukur (g/mL) Hasil Urin
Sintetik/Kualitatif Kuning jernih Amis 26 Tidak ada 1.005 Urin Asli
Kuning jernih Amoniak khas 25 Tidak ada 1.028
Suhu (0C) Kadar padatan (g/L) pH
29 13 5 -
31 72.8 6 -
Uji Koagulasi (jernih) Uji Bang (jernih) + Uji Asam
Sulfosalisilat (terbentuk lapisan di bawah lapisan cairan urin) Uji
Benedict (biru) (biru) + (terbentuk lapisan di bawah lapisan cairan
urin) (sebelah kanan, jernih) + (jernih) -
Uji Rothera (sebelah kiri, tidak terjadi perubahan warna)
(sebelah kanan, terbentuk warna lavender) +
Uji Bilirubin (sebelah kiri, tidak terbentuk merah eosin)
(sebelah kanan, terbentuk merah eosin)
Contoh Perhitungan: Urin asli BJ terukur Suhu urin Suhu alat
Faktor koreksi
= 1.024 g/mL = 310C = 200C = = = 0.004 g/mL
BJ terkoreksi
Kadar padatan urin
= BJ terukur + FK = 1.024 g/mL + 0.004 g/mL = 1.028 g/mL = 28
Koefisien Long = 28 2.6 = 72.8 g/L
Pembahasan Urinalisis merupakan suatu metode untuk mengetahui
kondisi organ ginjal dan menunjukkan kondisi kesehatan seseorang
(First 2001). Fungsi utama ginjal adalah ekskresi cairan yang pada
akhirnya mempengaruhi homeostasis tubuh makhluk hidup tersebut
(dalam hal ini manusia). Secara kimiawi urin mengandung urea, asam
urat, kreatinin, asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan
buah-buahan, amonia, asam amino, sodium, potassium, kalsium,
magnesium, klorida, fosfat, sulfat, hormon, zat toksin, zat
abnormal (protein, glukosa, sel darah, kristal kapur dan
sebagainya) (Crowley 2000). Adapun analisis urin yang dilakukan
pada percobaan ini secara fisik meliputi pengamatan warna, bau,
volume, berat jenis, pH, suhu, dan kadar padatan urin itu sendiri.
Adapun analisis kimiawi meliputi analisis glukosa, analisis,
protein, analisis keton, dan analisis bilirubin. Warna urin yang
diperoleh dari hasil pengamatan yaitu kuning jernih baik pada urin
manusia maupun urin kualitatif. Hal ini menunjukkan bahwa warna
urin asli dengan urin buatan memiliki kesamaan. Warna urin
dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat maupun makanan yang
dikonsumsi. Warna urin normal adalah juning jernih, namun warna ini
dapat berubah menjadi kuning tua yang disebabkan oleh beberapa zat
warna seperti urokrom, urobilin, dan porfirin. Warna urin seperti
ini biasanya menunjukkan adanya kelainan, perdarahan, atau infeksi
pada saluran kemih atau saluran lain yang berkaitan dengan proses
pengeluaran atau pengeluaran urin. (Wirawan, Immanuel, dan Dharma
1992). Bau urin normal adalah bau pesing khas (amoniak). Bau
amoniak ini disebabkan adanya perombakan ureum oleh bakteri yang
terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Bau urin normal
(amoniak) dapat berubah menjadi bau busuk atau tengik. Bau seperti
ini biasanya disebabkan oleh infeksi saluran kemih. (Wirawan,
Immanuel, dan Dharma 1992). Hasil percobaan menunjukkan bau urin
manusia adalah bau amoniak khas dan bau urin kualitatif adalah bau
amis.
Berat jenis normal urin adalah 1.005-1.030 g/mL. Jika berat
jenis urin seseorang kurang dari 1.005 g/mL, menandakan bahwa orang
tersebut kebanyakan minum atau sedang mengidap penyakit ginjal yang
parah. Namun, jika seseorang memiliki berat jenis lebih dari 1.030
g/mL, menandakan bahwa orang tersebut kurang minum, sedang
melakukan diet, atau mengidap penyakit diabetes mellitus (Wirawan,
Immanuel, dan Dharma 1992). Hasil percobaan menunjukan berat jenis
urin manusia adalah 1.028 g/mL dengan kadar padatannya sebesar 72.8
g/L dan berat jenis urin kualitatif adalah 1.005 g/mL dengan kadar
padatannya sebesar 13 g/L. Kedua berat jenis urin menunjukkan masih
dalam kisaran berat jenis normal. Suhu urin manusia yang diperoleh
adalah 310C dan suhu urin kualitatif adalah 290C. Kedua urin
menunjukkan dalam keadaan tidak berbuih. Urin normal memiliki pH
antara 4.5-8.0. Hal ini bergantung pada sifat asam basa urin yang
mungkin diakibatkan oleh penyakit dan keadaan metabolisme (Koolman
& Rohm 2000). Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin
bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang
dapat merombak ureum menjadi amoniak akan menyebabkan urin bersifat
basa (Wirawan, Immanuel, dan Dharma 1992). Hasil percobaan
menunjukkan pH urin manusia adalah 6 dan urin kualitatif adalah 5.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua urin masih berada dalam kisaran pH
urin normal. Uji proteinuria dibagi dalam tiga bagian, yaitu uji
koagulasi, uji Bang, uji dan asam sulfosalisilat. Ketiga uji ini
dapat menunjukkan keberadaan protein dalam urin. Jika urin menjadi
keruh menandakan bahwa urin terdapat protein atau fosfat. Hasil
percobaan pada uji koagulasi dan uji Bang dapat diketahui bahwa
pada urin manusia dan urin kualitatif menunjukkan hasil yang
negatif sedangkan pada uji asam sulfosalisilat didapatkan hasil
positif baik pada urin manusia
maupun urin kualitatif. Hal ini ditandai dengan terbentuknya
lapisan di bawah lapisan cairan urin. Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa pada urin manusia dan urin kualitatif terdapat
protein. Pereaksi yang digunakan dalam uji Bang ialah larutan bufer
asetat pH 4.7. Larutan ini dapat mengendapkan albuminat alkali atau
albuminat asam (Girindra 1989).
Prinsip glukosuria (uji Benedict) adalah mendeteksi ada tidaknya
gula pereduksi dengan cara kimiawi ataupun enzimatis. Reagen
Benedict merupakan larutan tembaga (II) sulfat, sodium karbonat,
dan sodium sitrat. Gula pereduksi akan mereduksi CuSO4 membentuk
endapan Cu2O dengan pemanasan. Adanya endapan mengindikasi adanya
gula pereduksi (uji positif) sedangkan uji negatif ditunjukkan oleh
warna biru (warna reagen Benedict). Warna dan densitas dari endapan
memberi indikasi jumlah gula pereduksi yang ada. Warna endapan yang
dihasilkan bervariasi antara hijau-jingga-merah bata. Endapan hijau
menunjukkan jumlah gula yang relatif sedikit, endapan coklat atau
merah menunjukkan lebih banyak gula pereduksi yang ada dalam
larutan bahan (Girindra 1989). Hasil percobaan menunjukkan negatif
pada urin manusia dan urin kualitatif. Hal ini ditunjukkan dengan
warna biru yang artinya tidak terdapatnya gula pereduksi dalam urin
tersebut. Ketonuria adalah suatu petunjuk terdapatnya badan-badan
keton dalam urin. Tiga macam badan-badan ini adalah asam
asetoasetat, asam -hidroksi butirat, dan aseton. Ketiga macam badan
keton ini merupakan senyawa antara metabolisme lemak tetapi
terdapat berlebihan dalam tubuh hewan akibat kacaunya metabolisme
karbohidrat terutama akibat kelaparan dan diabetes melitus.
Munculnya badan-badan keton dalam urin biasanya dihubungkan oleh
berkurangnya pemanfaatan karbohidrat atau suplai karbohidrat
terlalu rendah. Ketonuria ini menggunakan uji Rothera. Prinsip dari
uji Rothera didasarkan adanya reaksi antara natrium nitroprusida
dengan aseton dalam urin sehingga diperoleh warna merah muda
keunguan (lavender) pada larutan yang mengandung badan keton. Warna
yang terbentuk tersebut berupa cincin berwarna (Girindra 1989).
Konsentrasi badan keton dalam urin orang sehat sebesar 0.03-0.3
mg/kg berat badan per hari atau rata-rata 0.2 mg/kg berat badan per
hari (Girindra 1989). Hasil percobaan menunjukan pada urin manusia
positif, sedangkan pada urin kualitatif negatif. Artinya dalam urin
manusia terkandung badan-badan keton yang ditandai dengan adanya
warna lavender pada cairannya. Bilirubin merupakan pigmen yang
terdapat dalam empedu. Pigmen ini dapat terkandung dalam urin jika
hati atau sistem empedunya megalami gangguan patologis. Bilirubin
ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan Uji Hyman-
Bergh. Hasil percobaan menunjukkan pada urin manusia positif,
sedangkan pada urin kualitatif negatif. Artinya dalam urin manusia
terkandung pigmen empedu yang ditandai warna merah eosin (Girindra
1989).
Simpulan Urin manusia berwarna kuning jernih, berbau amoniak
khas, memiliki berat jenis 1.028 g/mL, kadar padatan 72.8 g/L, pH
6, mengandung protein, keton, dan bilirubin, sedangkan urin
kualitatif berwarna kuning jernih, berbau amis, memiliki berat
jenis 1.005 g/mL, kadar padatan 13 g/L, pH 5, dan hanya mengandung
protein.
Daftar Pustaka Crowley I. 2000. Urinalysis. [terhubung berkala].
http://www.irvingcrowley.com. [25 Februari 2010]. First MR. 2001.
Renal Function. Di dalam: Kaplan LA, Pesce AJ, dan Kazmierczak SC,
editor. Clinical Chemistry. Edisi ke-3. New York: Mosby. Girindra
A. 1989. Biokimia Patologi: Penuntun Praktikum. Bogor: PAU IPB.
Koolman J, Rohm K. 1994. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Wanandi
Inawati Septelia, penerjemah: Sadikin Moh, editor. Marburg:
Philipps Universitat. Terjemahan dari: Color Atlas of Biochemistry.
Wirawan R, Immanuel S, Dharma R. 1992. Penilaian Hasil Pemeriksaan
Urin. Fakultas Kedokteran UI/RSCM. [terhubung berkala].
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin.
pdf/12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin.html. [25 Februari 2010].