DAFTAR PUSTAKA 1. Ardina D. 2007. Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa di RS.Dr.Kariadi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. 2. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 3. NICE. 2010. Chronic heart failure Management of Chronic Heart Failure in Adults in Primary and Secondary Care . National Institute for Health and Clinical Excellence. UK 4. Anne, Mary, Young, Lloyd Lee, Alldredge, Brian K, Corelli, Robin L, Guglielmo, B Joseph, Kradjan, Wayne A, Williams, Bradley R. 2009. Applied Therapeutics The Clinical Use Of Drugs Ninth Edition. Lippincott Williams & Willkins. USA. 5. AHA. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidline. American Heart Association Inc. Dallas. 6. Yulinah, Elin., dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan. Jakarta 7. Rilantono L. I., Baraas F., Karo S. K., Roebiono P. S. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Gaya Baru. Jakarta. 8. Mycek, Mary J, Richard A. Harvey. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2.Widya Medica. Jakarta.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR PUSTAKA
1. Ardina D. 2007. Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa di RS.Dr.Kariadi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
2. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
3. NICE. 2010. Chronic heart failure Management of Chronic Heart Failure in Adults in Primary and Secondary Care. National Institute for Health and Clinical Excellence. UK
4. Anne, Mary, Young, Lloyd Lee, Alldredge, Brian K, Corelli, Robin L, Guglielmo, B Joseph, Kradjan, Wayne A, Williams, Bradley R. 2009. Applied Therapeutics The Clinical Use Of Drugs Ninth Edition. Lippincott Williams & Willkins. USA.
5. AHA. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidline. American Heart Association Inc. Dallas.
6. Yulinah, Elin., dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan. Jakarta
7. Rilantono L. I., Baraas F., Karo S. K., Roebiono P. S. 2004. Buku Ajar Kardiologi. Gaya Baru. Jakarta.
8. Mycek, Mary J, Richard A. Harvey. 2001.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2.Widya Medica. Jakarta.
9. Price, Sylvia A, dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisis 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
10.Mariyono, Harbanu M. 2010. Gagal Jantung, Bagian Kardiologi FK Unud, RSUP Sanglah : Denpasar
11.Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan Manajemen Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
12.Drug info. http://mims.com/indonesia/drug/info. Diaskes tanggal 28 september 2014
13.Kasim, Fauzi. 2010. ISO Indonesia. PT ISFI Penerbitan. Jakarta
14.Sweetman. 2009. Martindale The Complete Drug Reference thirty-six Edition. Pharmaceutical press: London
15.Tatro, D. 2009. A to Z Drugs Facts. Facts and Comparison. New York, London. Available as CHM
16.Dipiro, Joseph T, Talbert, Robert L, Yees, Gary C, Matzke, Gary R, Wells, Barbara G, Posey L Michael. 2005. Pharmacotherapy : A Pathofisioloy Approachi Sixth Edition. McGraw-Hill. New York.
Dapus
CPG
Fasorbid
1. Clopidogrel (6, 12, 13)
a. Komposisi
Tiap tablet salut selaput mengandung clopidogrel bisulfat 97,9 mg
setara dengan clopidogrel 75 mg
b. Farmakologi
Clopidogrel adalah penghambat agregasi trombosit. Ada beragam
obat yang dapat menghambat fungsi trombosit dan telah
menunjukkan kemampuan menurunkan morbiditas pada penderita
penyakit kardiovaskular aterosklerosis yang ditunjukkan dengan
terjadinya stroke atau serangan iskemik sementara (TIA), infark
miokard atau kebutuhan bypass atau angioplasti. Hal ini
mengindikasikan bahwa trombosit berperan dalam inisiasi dan/atau
evolusi dari kejadian dia atas dan dengan menghambat proses
tersebut di atas ternyata dapat mengurangi angka kejadian.
c. Indikasi
Clopidogrel diindikasikan untuk mengurangi kejadian aterosklerosis
(infark miokard, stroke, dan vascular death) pada pasien dengan
riwayat aterosklerosis olek stroke, infark miokard, atau penyakit arteri
perifer.
d. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap bahan aktif atau komponen dari clopidogrel.
Perdarahan aktif seperti ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial.
e. Dosis dan aturan pakai
75 mg sekali sehari dengan atau tanpa makanan. Tidak perlu
penyesuaian dosis untuk lanjut usia dan penderita penyakit ginjal.
f. Efek samping
Gangguan sistem saraf otonom, gangguan kardiovaskular,
gangguan SSP dan tepi, gangguan GI : konstipasi, muntah,
gangguan frekuensi dan irama jantung, angguan sal. empedu dan
hati, gangguan nutrisi dan metabolik, gangguan muskuloskeletal,
gangguan pada trombosit, perdarahan, dan pembekuan, gangguan
psikiatrik, gangguan sel darah merah, gangguan sistem pernafasan,
gangguan kulit dan anggota badan, gangguan sistem urinarius
(sistitis), gangguan penglihatan. Efek samping lain yang jarang
dilaporkan : gangguan reproduksi wanita (menoragia), gangguan
retikuloendotelial dan sel darah putih.
g. Peringatan dan perhatian
Pada pasien dengan infark miokard akut, terapi clopidogrel tidak
boleh dimulai dalam beberapa hari pertama setelah infark miokard.
Seperti agen anti-trombosit lainnya, clopidogrel harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien yang mungkin berisiko meningkatkan
pendarahan dari trauma, pembedahan atau kondisi patologis lainnya
dan pada pasien yang menerima pengobatan dengan ASA, NSAID,
heparin, inhibitor glikoprotein IIb/IIIa atau trombolitik. Pasien harus
diikuti dengan hati-hati untuk tanda-tanda perdarahan termasuk
perdarahan okultisme, terutama selama minggu pertama
pengobatan dan/atau setelah prosedur operasi jantung invasif. Jika
seorang pasien menjalani operasi elektif dan efek antitrombosit tidak
diinginkan, clopidogrel harus dihentikan 7 hari sebelum operasi.
Clopidogrel memperpanjang waktu perdarahan dan harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien yang memiliki lesi dengan
kecenderungan untuk berdarah (khususnya saluran cerna dan
intraokuler). Pasien harus diberitahu bahwa mungkin diperlukan
waktu lebih lama dari biasanya untuk menghentikan pendarahan
ketika mereka menggunakan clopidogrel (sendiri atau dalam
kombinasi dengan ASA), dan bahwa mereka harus melaporkan
setiap perdarahan yang tidak biasa (tempat atau durasi) ke dokter
mereka. Pasien harus memberitahu dokter dan dokter gigi bahwa
mereka mengkonsumsi clopidogrel sebelum operasi apapun
dijadwalkan dan sebelum obat baru diambil. Pengalaman terapi
dengan clopidogrel terbatas pada pasien dengan gangguan ginjal.
Oleh karena itu clopidogrel harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien ini. Pengalaman terbatas pada pasien dengan penyakit hati
moderat yang mungkin memiliki diatesis perdarahan. Clopidogrel
karenanya harus digunakan dengan hati-hati pada populasi ini.
Karena risiko perdarahan dan efek hematologis yang tidak
diinginkan, penentuan jumlah sel darah dan/atau pengujian lainnya
harus segera dipertimbangkan setiap kali gejala klinis yang
menunjukkan perdarahan timbul selama pengobatan. Kehamilan:
studi reproduksi dilakukan pada tikus dan kelinci mengungkapkan
tidak ada bukti gangguan kesuburan atau membahayakan janin
karena clopidogrel. Namun demikian, belum ada penelitian yang
memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil. Mengingat
kurangnya data saat ini, clopidogrel tidak dianjurkan selama
kehamilan. Laktasi: Studi pada tikus menunjukkan bahwa clopidogrel
dan/atau metabolitnya diekskresikan dalam susu. Hal ini tidak
diketahui apakah produk medis ini diekskresikan dalam air susu
manusia.Keamanan dan efektivitas pada pasien di bawah 18 tahun
belum ditetapkan.
h. Interaksi obat
Pemberian secara bersama clopidogrel dengan warfarin tidak
dianjurkan karena dapat meningkatkan intensitas perdarahan. Obat-
obatan yang mungkin menyebabkan lesi gastrointestinal (seperti
non-steroid Obat Anti-inflamasi) harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien yang memakai clopidogrel. Dalam sebuah studi klinis
yang dilakukan pada subyek sehat, clopidogrel tidak memerlukan
modifikasi dosis heparin atau mengubah efek heparin pada
koagulasi. Tugas pembantuan dari heparin tidak berpengaruh pada
penghambatan agregasi platelet yang diinduksi oleh clopidogrel.
Namun, keamanan kombinasi ini belum ditetapkan dan penggunaan
bersama harus dilakukan dengan hati-hati. Farmakokinetik digoxin
atau teofilin tidak diubah oleh pemberian bersama clopidogrel.
Antasida tidak mengubah tingkat absorpsi clopidogrel. Glikoprotein
IIb/IIIa inhibitor: clopidogrel harus digunakan dengan hati-hati pada
pasien yang mungkin berisiko meningkatkan pendarahan dari
trauma, pembedahan atau kondisi patologis lainnya yang menerima
Penyakit hati, asma, glaukoma, MAOI. hamil, anak, mempengaruhi
kemampuan mengemudi/menjalankan mesin.
h. Interaksi Obat
Potensiasi depresan SSP lain. Aksi diperpanjang dengan MAOI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ketujuh. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
2. Eagle, Mary. 2007. Understanding Cellulitis of The Lower Limb. Wound Essentials. Volume 2. Fanborough: Hampshire. Available as pdf file.
3. Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff: UK. Available as pdf file.
4. Fitzpatrick, Thomas B. 2008. Dermatology in General Medicine, seventh edition. Mc Graw Hill: New York. Available as pdf file.
5. Linn, Willian D, et al. 2009. Pharmacotheraphy in Primary Care. The Mc Graw Hill. Available as pdf file.
6. Graham-Brown, Robin. 2005. Dermatologi Edisi ke delapan. Erlangga: Jakarta.
7. Perdanakusuma, David S. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Airlangga University School of Medicine: Surabaya. Available as pdf file.
8. Eron, Lawrence J. 2008. Cellulitis and Soft Tissue Infections. American College of Physicans: USA. Available as pdf file.
9. Kimble, Koda M.A.,et al. 2009. Applied Therapeutics : The Clinical Use Of Drugs Ninth Edition. Lippincott William & Wilkins. Philadelphia. Available as pdf file, e-book
10. Isselbacher, et al, Harrison. 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13. Vol. 2. Penerbit EGC: Jakarta.
11. DiPiro, Joseph T. et al. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh Edition. Mc Graw Hill Book: USA. Available as pdf file, e-book.
12. Wells, Barbara G, et al. 2009. Pharmacotherapy Handbook Seventh Editions. Airlangga: Jakarta. Available as pdf file.
13. Goodman & Gilman. 2008. Manual of Pharmacology and Therapeutics. Laurence, Keith, Editor The McGraw-Hill: Nevada. Available as pdf file, e-book.
14. Sukandar, Elin Yulinah., et al. 2008. ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan: Jakarta.
15.McEvoy GK. AHFS Drug Information 2004. America Society of Health System. USA. 2004. Hal 3010-15. Available as PDF file, e-book.
16.Suwitra K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
17.Brenner BM, Lazarus JM. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3 Edisi13. EGC: Jakarta
18. Penerbit ISFI, 2009. ISO Indonesia, Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
19. InHealth Gazette. Divisi pelayanan obat. Cardiovascular. Juli-Oktober 2013. http://[email protected]. Diakses tanggal 28 September 2014.
20.AHA. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure: Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidline. American Heart Association Inc. Dallas. Available as PDF file.
21. Setiawati, Arini. 1992. Farmakologi dan Penggunaan Terapi Obat-obat Sitoproteksi. Cermin Dunia Kedokteran. No.97.
1. Ringer laktat ® 500 ml Infus (14,15)
KomposisiSetiap 500 ml mengandung Na+ 130 meq, Cl- 109 meq, K+ 4 meq, Ca2+
2,7 meq, asetat 28 meq, NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g, Mg (OH) 2 0.61 g, Na asetat 3,1 g, air untuk injeksi 1.000 mL. Osmolaritas: 273 mOsm.Mekanisme kerja- Merupakan larutan isotonik natrium klorida, kalium klorida, kalsium
klorida, dan natrium laktat yang komposisinya mirip dengan cairan
ekstraseluler.
- Merupakan cairan pengganti pada kasus-kasus kehilangan cairan
ekstraseluler.
- Merupakan larutan non koloid, mengandung ion-ion yang
terdistribusi ke dalam cairan intravaskuler dan interstisiel.
Indikasi Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.Dosis Infus intravena sesuai dengan kondisi penderita.Efek SampingPanas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.Kontraindikasi Hipematremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, laktat asidosis.Interaksi ObatLarutan yang mengandung fosfat.Bentuk sediaanLarutan infus 500 ml.
2. Ceftriaxone® 1 g vial (14,15,18,21)
Komposisi
Setiap gram mengandung ceftriaxone sodium setara dengan ceftriaxone 1 gram.
Mekanisme KerjaMenghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.
Indikasi
Pengobatan infeksi saluran pernafasan bawah, kulit dan struktur kulit, tulang dan sendi, saluran kemih; pengobatan penyakit radang panggul, infeksi intra abdomen, gonore, meningitis dan septikemia karena rentan mikroorganisme; profilaksis sebelum operasi.Dosis
Dewasa : i.v. / i.m. 1-2 g / hari atau dalam dosis terbagi sama tiap 12 jam (maksimum 4 g / hari). Anak-anak : i.v. / i.m. 50-75 mg / kg / hari dalam dosis terbagi sama tiap 12 jam (maksimum 2 g / hari).
Efek Samping
Diare, mual, muntah, urtikaria, udema, eritema multiforma, hematoma/perdarahan, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik, granulositopenia.Kontraindikasi Hipersensitif terhadap cephalosporin.Interaksi ObatCephalosporin : menigkatkan efek antikoagulan dari derivat kumarin (dikumarol dan warfarin). Agen urikosurik : (probenesid, sulfinpirazon) dapat menurunkan ekskresi cephalosporin, monitor efek toksik.Profil FarmakokinetikAbsorbsi : diabsorbsi dengan baik setelah pemberian secara i.m. Distribusi : distribusi secara luas di dalam tubuh termasuk kelenjar empedu, paru, tulang, empedu, CSF, plasenta, melalui amnion dan ASI. Ikatan protein : 85-95%. Waktu paruh eliminasi : pada hepar dan fungsi ginjal yang normal : 5-9 jam. Kadar puncak serum : 1-2 jam setelah pemberian secara i./m. Ekskresi : di urin 33%-65% sebagai obat asal, feses.Bentuk sediaan dan kemasan- Minibag 50 ml : 1 g dalam 0,9% NaCl injeksi.- Injeksi serbuk dalam vial dilarutkan dalam aqua pro injeksi 250 mg, 500 mg, 1 g.
13.Dekstrosa 5% infuse (14,15,18)
Komposisi Setiap 500 ml mengandung 100 g glukosa anhidratIndikasi Sebagai sumber energi (larutan nutrisi) dengan kandungan kalori 400 kalori per literDosis Takaran pemakaian disesuaikan dengan keadaan penderita secara individual. Umumnya kemampuan individu normal untuk metabolisme glukosa adalah kira-kira 800 mg per kg berat badan per jam. Pemerian secara intravena
Kontraindikasi Hiperglikemia, diabetes insipidus dan penderita dengan “glucose-galactose-malabsorption-syndrome”. Penderita anuria, intrakranial atau intraspinal, haemorrhage.Efek samping Hiperglikemia, efek osmotiknya dapat menyebabkan iritasi lokal, anuria, oliguria, dan circulatory collapse. Thrombophlebitis, dapat terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sepert: edema, hipokalemia, hipomagnesia dan hipofosfatemia.Interaksi Larutan ini sebaiknya tidak ditambahkan pada transfusi darah, karena akan menggumpalkan sel darah merah dan kemungkinan terjadi hemolisis. Peringatan/perhatian Harus diberikan dengan hati-hati pada penderita diabetes insipidus serta penderita dengan kegagalan fungsi ginjal, keadaan pre-post trauma dan sepsis parah.