UPAYA PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PADI LUCKY ARIANTO 105960127412 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017
UPAYA PENYULUHAN PERTANIAN DALAMPENANGGULANGAN ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN PADI
LUCKY ARIANTO105960127412
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2017
UPAYA PENYULUHAN PERTANIAN DALAMPENANGGULANGAN ORGANISME PENGGANGGU
TANAMAN PADI
LUCKY ARIANTO105960127412
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana PertanianStrata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis
dapatmenyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
kendala yang dihadapi oleh penulis akan tetapi kendala itu mampu terselesaikan
dengan baik berkat arahan, bimbingan serta motivasi yang sangat besar dalam
menyusun skripsi ini
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Irwan Mado, MP
selaku pembimbing I dan Irma Hakim, STP., M.Si selaku pembimbing II. Semoga
bantuan dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan
amal saleh yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan
Skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga kritikan yang konstruktif penulis
sangat harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.
Makassar, April 2017
Lucky Arianto
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSRFAKULTAS PERTANIAN
Jl. Sultan Alauddin Telp (0411) 860132 Makassar 90227
KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Lucky AriantoStambuk : 105960127412Jurusan : AgribisnisKonsentrasi : PenyuluhJudul :Upaya penyuluhan pertanian dalam penanggulangan OPT
terhadap tanaman padi (studi kasus di Desa BontomarannuKecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba)
Pembimbing : 1. Dr. Ir. Irwan Mado, Mp2. Irma Hakim, S.TP.,M.Si
No Hari/Tanggal Uraian Perbaiakan paraf
Makassar, November 2016
Mengetahui,Ketua Jurusan Agribisnis
Amruddin, S.Pt.,M.Pd.,M.Si
RINGKASAN
LUCKY ARIANTO. 105960127412. Upaya Penyuluhan Pertanian dalamPenanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman Padi. Dibimbing oleh Dr. Ir.Irwan Mado, MP. Dan Irma Hakim, STP., M.Si. berdasarkan pengalaman,masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlukerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya yang di lakukan. Kerugianyang di sebabkan OPT dapat dihindari dengan melakukan penanggulangan OPTtersebut. Dengan istilah “Penanggulangan”, OPT tidak perlu di berantas habis,karena itu mungkin tidak dapat di lakukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untukmengetahui tingkat pengetahuan penggunaan pestisida dalam penanggulanganorganisme pengganggu tanaman pada tanaman padi Desa BontomarannuKecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Metode penilitian ini di manaterdapat 3 kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok tani 10 orangsehingga jumlah keseluruhannya 30 orang dimana akan dijadikan 2 kelompoktani sebagai sample yaitu kelompok tani Tulekko dan Batua-Batua yangberjumlah 20 orang dengan menggunakan simple random sampling (metode acaksederhana) dan jenis data yang di gunakan data primer dan skunder. Dari hasilpenelitian ini, disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anggota kelompok tanidalam menggunakan pestisida untuk penanggulangan Organisme PenggangguTanaman (OPT) pada tanaman padi di Tulekko dan Batua-Batua di DesaBontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba berada pada kategoritinggi (90%).
Kata Kunci : Penyuluhan, Pertanian, OPT, dan Padi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN.. ................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan Pertanian....................................................................... 4
2.2 Upaya Penyuluhan Pertanian ........................................................... 4
2.3 Pertanian........................................................................................... 9
2.4 OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) ........................................ 10
2.5 Kerangka Pikir ................................................................................. 13
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................... 14
3.2 Populasi dan Sampel ........................................................................ 14
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 14
3.4 Tehnik Pengumpulan Data .............................................................. 15
3.5 Teknik Analisis Data........................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam prekonomian
nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih akan
tetap berbasis pertanian secara luas. Namun demikian, sejalan dengan tahapan-
tahapan perkembangan ekonomi, maka kegiatan jasa-jasa dan bisnis berbasis
pertanian juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, kegiatan agribisnis
akan menjadi salah satu kegiatan unggulan pembangunan ekonomi nasional.
Pertanian tidak akan pernah terpisahkan dengan Organisme Penggangu
Tanaman (OPT) yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) dikenal sebagai hama tanaman penyakit dan gulma.
OPT merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk
tersebut masuk kesuatu negara, karena dikhawatirkan akan menjadi hama baru di
negara yang ditujunya.
Berdasarkan pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang belum
tuntas penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai
upaya yang dilakukan. Kerugian yang disebabkan OPT dapat dihindari dengan
melakukan penanggulangan OPT tersebut. Dengan istilah “Penanggulangan”,
OPT tidak perlu diberantas habis, karena itu tidak mungkin dapat dilakukan.
Usaha penanggulangan populasi atau tingkat kerusakan karena OPT
ditekan serendah mungkin sehingga tidak dapat merugikan para petani dalam segi
ekonomis.
2
Dimasa lalu orang-orang mengartikan dan menganggap penanggulangan
hama adalah mematikan dan memusnahkan hama secara tuntas dari tanaman
khususnya pertanian. Sehinggah pada waktu itu dikenal dengan istilah
“pemberantasan hama”. Menurut Wige Nasanta (2000) dalam penanggulangan
hama mula-mula orang menggunakan secara sederhana. Cara-cara penanggulan
kemudian terus berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Menurut Oka (1998) hingga saat ini pestisida masih dianggap satu-
satunya senjata pamungkas untuk menghadapi serangan OPT.
Pestisida adalah racun. Karena bersifat racun itulah pestisida dibuat, dijual
dan dipakai untuk “meracuni” OPT. Perlu diketahui bahwa setiap penggunaan
racun dapat mengandung resiko. Resiko tersebut tidak dapat dihindari karena
terbawa oleh pestisida itu sendiri. Walaupun pestisida mengandung resiko, kita
diharapkan agar mampu mengurangi resiko tersebut, sehingga tidak terlalu
membahayakan penggunaannya, konsumen dan lingkungan. Olehnya diperlukan
pengetahuan yang cukup matang tentang metode aplikasi pestisida dan
penggunaannyadengan cara penyuluhan dibidang pertanian metode penyuluhan
dalam hal penggunaan pestisida untuk penanggulangan opt pada tanaman padi
belum berjalan dengan baik. Sehingga penulis mengangkat judul “Upaya
Penyuluhan Pertanian terhadap Penanggulangan Organisme Pengganggu
Tanaman di Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.”
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana upaya penyuluhan pertanian agar
masyarakat mampu mengetahui penggunaan pestisida dan aplikasinya pada
tanaman padi di Desa Bontomarannu Kecematan Bontotiro Kabupaten
Bulukumba
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan
penggunaan pestisida dalam penanggulangan organisme pengganggu tanaman
pada tanaman padi Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten
Bulukumba
Penggunaan penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan metode
penyuluhan pertanian terhadap penanggulangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT).
2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Bulukumba, hasil penelitian ini di
harapkan dapat menjadi sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan
kebijakan oleh pemerintah terutama dalam pengembangan upaya penyuluhan
pertanian terhadap penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
di Kabupaten Bulukumba.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan
referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan Pertanian
Undang-undang nomor 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan menyebutkan bahwa penyuluhan adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
tekhnologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup
(Setiana. L. 2005)
Sistem penyuluhan pertanian merupakan suatu bentuk/perangkat dari
unsur-unsur penyuluhan pertanian yang menghidupkan pengelolaan pertanian
secara teratur dan terpadu. Dalam sistem penyuluhan pertanian keterpaduan antar
komponennya itu diarahkan atau ditunjukkan untuk mengubah keadaan petani dan
keluarganya agar mampu mengelolah usaha taninya sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Komponen-komponen dalam sistem
penyuluhan pertanian menurut Slamet dalam Anonim (2010) terdiri dari:
a. Sasaran penyuluhan, adalah kelompok petani yang merupakan pihak yang
terlibat secara langsung dengan proses produksi.
b. Penyuluh, merupakan jembatan antara petani dengan sumber-sumber
informasi.
5
c. Kelembagaan petani, sebagai wadah kumpulan petani yang terlibat secara
langsung dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
d. Kelembagaan sistem agribisnis, wadah pelaku agribisnis yang tidak hanya
berorentasi pada proses produksi, tetapi juga penanganan pascapanen dan
pemasarannya.
e. Lembaga pendidikan, sebagai lembaga yang mempersiapkan penyuluh agar
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari segi teknik bertani maupun cara
penyampaian informasi kepada petani.
f. Lembaga penelitian, merupan lembaga yang menyediakan penemuan-
penemuan baru untuk diintoduksikan pada petani.
g. Sumber informasi, berupa pihak-pihak yang memiliki informasi yang
bermanfaat bagi petani sebagai pengguna informasi, atau bagi pihak lain yang
memegang peranan dalam kegiatan penyuluhan pertanian.
Van Den Ban dan Hawkins (1999). Sistem penyuluhan pertanian, tiap-tiap
komponen memiliki fungsi dan peranan sendiri-sendiri, namun dalam
menjalankan fungsi dan peranaannya itu harus tercipta suatu kerja samayang erat
sehingga tujuan penyuluhan dapat dicapai. Sistem penyuluhan pertanian
memerlukan kerja sama antar komponen yang berada dalam sistem itu sendiri.
Kerja sama tersebut ditujukan untuk mencapai optimalisasi sumber daya yang
ada, baik sumber daya ragional maupun nasional. Tujuan kerja sama diarahkan
kedalam sistem penyuluhan yang lebih profesional dengan reorientasi penyuluhan
pertanian sebagai berikut :
6
a. Dari instansi kekualitas penyuluh,
b. Dari pendekatan top down ke buttom up,
c. Dari hierarki kerja vertikal kehorizontal,
d. Dari pendekatan instruktif ke partisipatif, dan
e. Dari sistem kerja liner kejaringan.
Kegiatan penyuluhan sebenarnya bukanlah sekedar penyampaian
informasi dan menerangkan segala sesuatu yang perlu kita terangkan kepada
masyarakat, akan tetapi penyuluhan bertujuan agar masyarakat benar-benar
memahami, menghayati dan atas kesadarannya sendiri mau menerima,
menerapkan dan melaksanakan sesuatu yang terbaik untuk meningkatkan
kesejahteraan pribadi, keluarga, dan masyarakatnya serta kemajuan bangsa dan
negara. Dapat dikatakan, penyuluhan bukanlah kegiatan pengubahan perilaku
melalui pemaksaan atau ancama-ancaman, tetapi penyuluhan adalah upaya
pengubahan perilaku melalui proses pendidikan, sehingga kegiatan penyuluhan
sungguh tidak gampang, tetapi memerlukan ketekunan, kesabaran, menuntut
banyak waktu, tenaga, biaya, dan merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan
(Anonim, 1991).
Unit yang paling kecil didaerah pedesaan, pendekatan berdasarkan
kelembagaan dalam proses adopsi inovasi adalah melalui lembaga yang disebut
dengan BPP (Badai Penyuluhan Pertanian). Pada BPP ini ada sejumlah penyuluh
pertanian, mereka merencanakan dari membuat programa penyuluhan, kemudian
dituangkan dalam praktek, misalnya melalui demonstrasi plot (Demplot),
7
demonstrasi farm (Demfarm), demonstrasi area (Demarea), atau melalui dengan
cara lain.
Selanjutnya oleh (Penyuluh Pertanian Lapangan) PPL dan pembantu-
pembantunya ditingkat desa, yaitu para kelompok tani, maka informasi tersebut
diteruskan ke para petani, apakah melalui cara kunjungan, rapat atau lainnya
(Soekartawi, 1992).
Kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia, penyuluh pertanian lebih
cenderung menggambarkan seseorang yang bertugas kelapangan mengunjungi
petani untuk menyampaikan program penyuluhan yang dirancang oleh
pemerintah. Pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi juga tidak salah.
Secara garis besar, penyuluh adalah orang yang bekerja atau berkecimpung dlam
kegiatan penyuluhan yang melakukan komunikasi pada sasaran penyuluhan,
sehingga sasarannya itu mampu melakukan proses npengambilan keputusan
dengan benar. Adapun jenis-jenis penyuluh tidak hanya mereka yang turun secara
langsung kelapangan menemui petani, tetapi juga mereka yang merancang
program penyuluhan berdasarkan kebutuhan umum dari sasaran penyuluhan.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, sesuai dengan kondisi dan harapan
sasaran penyuluhan. Penyuluh dapat memposisikan dirinya sebagai motivator,
edukator, fasilitator, dinamisator, organisator, penasihat, penganalisis, dan lain-
lain, yang perananyaitu akan membawa manfaat trutama bagi petani sebagai
sasaran penyuluhannya sehubungan dengan berbagai peran tersebut, penyuluh
dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan antara lain: kemampuan
8
berkomunikasi, berpengetahuan luas, bersikap serta mampu menempatkan dirinya
sesuai dengan karakteristik sasaran penyuluhan.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik
secara internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain: tingkat pendidikan,
motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh.
Adapun faktor eksternalnya antara lain: manajemen organisasi penyuluh,insentif
atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta tingkat
partisispasisasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut
harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompotensi penyuluh (Anonim,
2008).
2.2. Upaya Penyuluhan Pertanian
Menurut Mardikanto (1993), Upaya penyuluhan pertanian merupakan cara
penyampaian materi penyuluhan pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha
agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha,pendapatan dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam melestarikan fungsi
lingkungan hidup.
Upaya penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar oranag
dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai
pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran
penyuluhan yang biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa.
9
Menurut Mardikanto (1993), sebagai suatu proses pendidikan, maka keberhasilan
penyuluhan sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami dan dilakukan
oleh sasaran penyuluhan. Dalam pelaksanaan penyuluhan, pemahaman proses
belajar pada orang dewasa serta prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh seorang
penyuluh dalam menjalankan tugasnya menjadi sangat penting peranannya karena
dapat membantu penyuluh dalam mencapai tujuan penyuluhan yang telah
ditentukannya.
Menurut Mardikanto (1993), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap
satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang
ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan
yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui
penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai.
Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi
menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan
massal.
Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu proses belajar
mengajarseseorang karena panca indera tersebut selalu terlibat di dalamnya. Hal
in dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. Yang di dalam penelitiannya
memperolehhasil sebagai berikut: 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui
indera peraba,3% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar dan
83% melalui indera penglihat. Seseorang akan mengalami suatu prosesuntuk
mengambil suatu keputusan yang berlangsung secara bertahap melaluiserangkaian
pengalaman mental fisikologis sebagai berikut:
10
1. Tahap sadar yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh.
2. Tahap minta yaitu tumbuhnya minat yang sering kali ditandai oleh keinginan
untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3. Tahap menilai yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi
yangtelah diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4. Tahap mencoba yaitu tahap dimana sasaran mulai mencoba dalam skala kecil
untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang
lebih luas.
5. Tahap menerapkan yaitu sasaran dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilakukan/diamati sendiri.
Jadi tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah:
1. agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi
beberapa metode yangtepat dan berhasil guna.
2. agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkan
perubahan yang dikehendaki yaitu perubahan perilaku petani dan anggota
keluarganya dapat berdaya guna dan berhasil guna.
2.2. Pertanian
Pertanian adalah suatu jenis produksi yang berlandaskan pada
pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Dalam arti luas pertanian adalah
pengelolaan tanaman, hewan dan ikan serta lingkungannya agar memberikan
11
suatu produk. Sedangkan dalam arti sempit pertanian adalah pengelolaan tanaman
dan lingkungannya agar memberikan suatu produk Menurut Mosher (1966).
Ilmu pertanian adalah ilmu yang mempelajari bagtaimana mengelola tanaman,
hewan, dan ikan serta lingkungannya agar memberikan hasil secara maksimal.
Berdasrkan spesifikasinya ilmu pertanian dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar yaitu ilmu tanaman yang mempelajari khusus tanaman, ilmu
peternakan yang mempelajari khusus ternak, dan ilmu perikanan yang
mempelajari khusus ikan dan hewan air.
2.3. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Natawigena, H. (1990) Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama
telah merupakan bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan
pertanaian ribuan tahun yang lalu. Manusia dengan sengaja menanam tanaman
untuk di pungut hasilnya bagi pemenuhan keperluan sandang dan makanan.
Kualitas dan kuantitas hasil makanan terus meninggkat sesuai dengan
perkembangan kehidupan dan kebudayaan manusia. Namun, pada saat usaha
pertanian manusia selalu mengalami gangguan oleh pesaing-pesaing yang berupa
binatang yang ikut memakan tanaman yang di usahakanya. Karena itu binatang-
bintang pesaing dan pemakan tanaman tersebut kemudian dianggap sebagai
musuh manusia atau hama. Oleh karena keberdaanya di pertanaman yang
merugikan dan tidak diinginkan, sejak semula manusia selalu berusaha
memunaskan hama dengan cara apapun yang diciptakan manusia. Organisme
yang sering berpotensi sebagai penggagu tanaman adalah hama.
12
Novizan. (2003) Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari
hama, penyakit dan gulma, merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman.
Oleh karena itu pencarian teknologi pengendalian OPT terus berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan tuntutan sosial, ekonomi dan ekologi.
Hama adalah hewan penggangu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat
secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam
dan gejalanya berbeda-beda. Setiap hama memiliki cara penanggulangan
tersendiri.
2.4. Padi
Padi merupakan salah satu komoditi yang mempunyai prospek cerah guna
menambah pendapatan para petani. Hal tersebut dapat memberi motivasi
tersendiri bagi petani untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan
produksinya dengan harapan agar pada saat panen usaha memperoleh hasil
penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya. Namun kadang kala dalam
kenyataannya berbicara lain. Ketika saat panen tiba, hasil melimpah tetapi harga
mendadak turun, dan lebih parah lagi jika hasil produksi yang telah diprediksikan
jauh melenceng dari jumlah produksi yang dihasilkan, produksi minim, harga
rendah dan tidak menentu membuat petani padi kadang merasa kecewa bahkan
patah semengat untuk tetap megembangkan usaha pertaniannya. Hal ini
disebabkan karena setiap kegiatan pengolahan sawah mutlak petani mengeluarkan
biaya untuk kegiatan produksi, mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan,
pestisida dan biaya lainnya yang tidak terduga menurut Hasanah. (2007).
13
.Memperoleh pendapatan yang memuaskan petani, maka petani dituntut
kecermatannya dalam mempelajari perkembangan harga sebagai solusi dalam
menentukan pilihan, apakah ia memutuskan untuk menjual atau menahan hasil
produksinya. Namun bagi petani yang secara umumnya menggantungkan
hidupnya dari bertani, maka mereka senantiasa tidak memiliki kemampuan untuk
menahan hasil panen kecuali sekedar untuk konsumsi sehari-hari dan membayar
biaya produksi yan telah dikeluarkan.
Desa Bontobulaeng adalah salah satu desa yang berpotensi tani padi yang
berada di wilayah kepulauan selayar propinsi Sulawesi selatan, sehingga
masayarakat disana dapat memanfaatkan dan mampu memproduksi ke tetangga
pulau.
2.5. Kerangka Pikir
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di masa lalu masih menggunakan
pendekatan dari atas kebawah (top down) sehingga belum dapat mengakomodasi
aspirasi dan peran aktif yang sebenarnya dari petani dan pelaku usahatani lainnya.
Pembangunan pertanian di masa mendatang perlu memberikan perhatian yang
khusus terhadap penyuluhan pertanian, karena penyuluhan pertanian merupakan
salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan
pertanian. Melalui kegiatan penyuluhan, petani ditingkatkan kemampuannya agar
dapat mengelola usahataninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan,
sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraan.
Meningkatnya kesejahteraan petani dan keluarganya adalah tujuan utama dari
pembangunan pertanian. Pertanian sebagai sektor penting dalam perekonomian
14
nasional memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing
untuk dapat menghadapi berbagai tantangan global, pada saat ini dan di masa
yang akan datang.
Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualiatas dilakukan melalui penyuluhan pertanian. Oleh karena itu penyuluhan
pertanian merupakan salah satu hal yang strategis dalam mencapai tujuan
pembangunan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan upaya pemberdayaan
petani dan pelaku usaha pertanian lain sebagai sumberdaya pelaku pembangunan
pertanian. Kegiatan usahatani membutuhkan transfer ilmu dan teknologi dari PPL
guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka, transfer ilmu dan
teknologi tersebut dapat berupa tata cara penerapan panca usahatani. Penerapan
teknologi panca usahatani itu sendiri terdiri dari salah satunya seperti:
pengendalian organisme pengganggu tanaman..
Kinerja PPL adalah akumulasi dari seluruh aktivitas penyuluh dalam
melaksanakan tugasnya (Rozi, 2005), sehingga kinerja PPL dapat dinilai dari
pelaksanaan tugas pokok, dan fungsi penyuluhan pertanian lapang dalam
melakukan pengembangan usahatani padi di Desa Bontomarannu Kecamatan
Bontitiro Kabupaten Bulukumba. Sehubungan yang telah dikemukakan oleh
penulis maka kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut.
15
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Upaya Penyuluhan Pertanian dalamPenanggulangan OPT Tanaman Padi di Desa Bontomarannukecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.
Penyuluhan Pertanian
Manfaat Pestisida
Anggota Kelompok Tani
(Tulekko dan Batua-Batua)
Cara PenggunaanPestisida
Peningkatan Produksi
Pengatahuan
16
III. METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba karna masih kurangnya upaya penyuluhan dalam
penanggulangan OPT. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai
Oktober 2016.
3.2.Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua petani padi yang terdapat di Desa
Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Dimana terdapat 3
kelompok dengan jumlah masing-masing kelompok tani 10 orang sehingga
jumlah keseluruhannya 30 orang. Upaya pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling (metode acak sederhana) dimana yang akan dijadikan
sampel 2 kelompok tani yang berjumlah 20 orang. Peneliti mengambil sampel
dengan cara acak. Adapun sampelnya yaitu Kelompok Tani Dusun Tulekko (10
rang) dan Dusun Batua-Batua (10 orang).
3.3.Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah
1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara
kepada responden. Data yang dimaksud adalah pemahaman petani terhadap
penggunaan pestisida nabati terhadap pertanian.
17
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, tulisan-
tulisan atau data dari instansi setempat yang berkaitan dengan penelitian ini,
seperti Kantor Desa dan Kantor Kecamatan. Data yang dikumpulkan meliputi:
jumlah penduduk, mata pencaharian, sarana dan prasarana.
3.4.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
dengan cara :
1. Observasi yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan
langsung di Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba
2. Wawancara yaitu pengambilan data yang di lakukan melalui interview
langsung dengan petani di Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba.
3. Dokumentasi yaitu dengan mengambil gambar atau foto yang adadi Desa
Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba.
3.5. Analisis Data
Analisis data yang akan digunakan penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode skoring ( 1, 2, dan 3 ). Dengan rumus penentuan tingkat
pengetahuan skala likert sebagai berikut.
Jumlah skor tertinggi = skoring tertinggi x jumlah pertanyaan
= 3 x 10
= 30
Jumlah skor terendah = skoring terendah x jumlah pertanyaan
18
= 1 x 10
= 10
10/30 x 100% = 33,33%
Range Kategori = Skor tertinggi – interval
= 100 – 33,33
= 66, 67 %
19
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak Geografis
Letak geografis di Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten
Bulukumba
1. Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba terletak dibagian selatan dari jazirah Sulawesi
Selatan dan berjaak 153 km dai Makassar (ibu kota Provinsi). Luas wilayah
kabupaten Bulukumba 1.154,67 km2 atau 1,85% dari luas wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat
antara 5º20” sampai 5º40” Lintang Selatan dan 119º50” sampai 120º28” Bujur
Timur dan mempunyai batas-batas sebagai beikut :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai
b. Sebelah Selatan : Laut Flores
c. Sebelah Timur : Teluk Bone
d. Sebelah Barat : Kabupaten Bantaeng
2. Kecamatan Bontotiro
Kecamatan Bontotiro terletak kurang lebih 30 kilometer dari kota
Bulukumba, dapat ditempuh dengan waktu kurang 60 menit.
a. Sebelah Utara : Kecamatan Herlang
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Bontobahari
c. Sebelah Barat : Kecamatan Ujungloe
d. Sebelah Timur : Teluk Bone
20
3. Desa Bontomarannu
Desa Bontomarannu merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Bontotiro Kabupaten Bulukumba, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup
sebagai petani. Desa ini mempunyai luas wilayah sekitar 5,8 M2, yang terbagi atas
tiga dusun yaitu Dusun Tulekko, Dusun Tunumbeng dan Dusun Samakore. Secara
fisik desa ini terletak 30 km dari ibukota kabupaten dan mempunyai batas-batas
wilayah administratif sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontobarua
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan KeluahanBenjala
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Manyampa
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bontotangga
4.2. Kondisi Demografis
Iklim di Desa Bontomarannu dibagi atas dua musim yaitu musim hujan
yang jatuh pada periode Oktober-Maret dan musim kemarau jatuh pada periode
April-September. Suhu udara rata-rata 25o- 40oC.Dari data curah hujan diperoleh
curah hujan 2500-4000 mm/tahun, dengan rata-rata 4 (empat) bulan kering tiap
tahunnya. Desa Bontomarannu mempunyai topografi perbukitan dengan
ketinggian 250-300 m dari permukaan laut.
21
4.3. Pola Penggunaan Lahan
Lahan merupakan komponen dari lingkungan sebagai tempat berpijak dan
melaksanakan berbagai aktivitas hidup dari manusia dan mahluk hidup
lainnya.Lahan yang ada di Desa Bontomarannu digunakan untuk berbagai jenis
pola penggunaan. Adapun pola penggunaan lahan di Desa Bontomarannu dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Bontomarannu, Kecamatan Bontotiro,Kabupaten Bulukumba 2015
No Pola Penggunaan Lahan Luas (Ha)1 Tanah Pemukiman 2,502 Tanah Sawah 48,003 Tanah Perkebunan 509,155 Tanah Pekarangan 1,506 Tanah Perkantoran 0,147 Fasilitas Umum 1,158 Tanah Tanaman 241,00
Total 803,44Sumber : Data Profil Desa Bontomarannu 2015.
Penggunaan lahan terbesar adalah Perkebunan yakni 509,15 Ha, kemudian
tanah tanaman seluas 241 Ha, persawahan seluas 48 Ha, pemukiman 2,5 Ha, tanah
fasilitas umum seluas 1,15 Ha, tanah pekarangan seluas 1,5 Ha dan yang paling
kecil adalah Perkantoran 0,14 Ha. Berdasarkan hasil Tabel 4 penggunaan lahan
lebih dominan digunakan untuk tanah perkebunan.
22
4.4. Keadaaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Desa Bontomarannu tersebar dalam beberapa
kelompok umur. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jumlah penduduk
berdasarkan umur dan jenis kelamin di Desa Bontomarannu dapat dilihat pada
Tabel 2
Tabel 2. Jumlah Penduduk Jenis Kelamin di Desa Bontomarannu, KecamatanBontotiro, Kabupaten Bulukumba 2015
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)12
Laki-lakiPerempuan
917911
Total 1828Sumber : Data Profil Desa Bontomarannu 2015.
Desa Bontomarannu mempunyai jumlah penduduk sebesar 1828 jiwa yang
terdiri dari 917 jiwa laki-laki dan 911 jiwa perempuan. Tidak jauh berbeda jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan.
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk
menilai tingkat kemajuan suatu daerah. Makin tinggi pendidikan penduduk, makin
muda menerima informasi dan menyerap inovasi.
Tingkat pendidikan juga merupakan gambaran tentang pengetahuan dan
wawasang dimiliki, dengan semakin tinggi pendidikan seseorang maka dianggap
lebih tahu dan lebih benar dalam pemikiran, hal-hal ini juga akan menentukan
tingkat social ekonomi seseorang dalam masyarakat. Adapun tingkat pendidikan
penduduk di Desa Bontomarannu dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
23
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bontomarannu,Kecamatan Bontotiro, Kabupaten Bulukumba2015
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)1234567
Belum SekolahTidak Tamat SDSD/ SederajatSMP/ SederajatSMA/ SederajatDiplomaSarjana
140 Orang318 Orang141 Orang139 Orang236 Orang13 Orang89 Orang
Total 1,076 OrangSumber: Data Profil Desa Bontomarannu 2015
Tingkat pendidikan tertinggi di Desa Bontomarannu yakni tidak tamat SD
sebanyak 318 orang, kemudian SMA/Sederajat 236 orang, SD/Sederajat sebanyak
141 orang, 140 orang yang belum sekolah, SMP/Sederajat sebanyak 139 orang,
sarjana sebanyak 89 orang dan yang terendah Diploma sebanyak 13 orang.
Tingkat pendidikan didominasi oleh tidak tamat SD dikarenakan keterbatasan
ekonomi sehingga masyarakat lebih memilih bertani demi menunjang
kesejahteraan hidupnya. Hal ini terbukti dengan tingginya angka petani sebanyak
747 jiwa dari Data Profil Desa Bontomarannu 2015.
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
1. Umur Responden
Umur merupakan suatu aspek yang berpengaruh terhadap kemampuan
fisik, psikologis dan biologis seseorang. Umur petani akan mempengaruhi
produktivitas kerja atau peranannya dalam pengambilan keputusan dari berbagai
alternatif pekerjaan yang dilakukan. Umur petani memiliki hubungan dengan
kemampuan petani dalam bekerja. Jika ditinjau dari segi fisik, semakin tua umur
seseorang setelah melewati batas umur tertentu, maka semakin berkurang
kemampuan untuk bekerja.
Umur petani juga mempengaruhi pengetahuan petani terhadap
pengembangan kegiatan usaha yang sedang dan akan dilaksanakan. Petani yang
lebih tua menganggap pengalaman berusahatani lebih penting dari pada informasi
baru yang disampaikan oleh penyuluh lapangan atau teori-teori dalam literatur,
sehingga mereka sulit mengadopsi suatu inovasi teknologi. Berbeda dengan petani
yang berusia muda, mereka lebih mudah menerima inovasi baru sesuai dengan
perkembangan teknologi pertanian dan berani mengambil risiko karena
pengalaman berusahataninya masih kurang. Jika dilihat dari segi persepsi
mengenai pengembangan pertanian, petani yang lebih muda lebih baik dibanding
dengan petani yang berumur tua.
Daerah penelitian, petani responden yang melakukan kegiatan usahatani
padi di Tulekko I mempunyai umur terendah 43 tahun dan umur tertinggi 65
26
tahun dan di Batu-batua II umur terendah 45 dan umur tertinggi 67 tahun.
Sebagian besar petani responden telah melewati usia poduktif dengan persentase
90 %.
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 1. Jumlah responden Berdasarkan Umur di Talekko I Desa BontomarannuKecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
NoUmur
(tahun)Jumlah
Responden(orang)
Persentase(%)
1 43-53 1 102 54-64 7 703 >64 2 20
Total 10 100Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa kelompok umur 54-64 tahun memiliki
jumlah tertinggi yaitu sebanyak 7 (70%) orang sedangkan yang terendah pada
kelompok umur 43-53 yaitu sebanyak 1 (10%) orang. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden telah melewati usia poduktif.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 2. Jumlah Responden Berdasarkan Umur di Batu-Batua II DesaBontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
NoUmur
(Tahun)Jumlah Responden
(Orang)Persentase
(%)1 45-55 3 302 56-66 6 603 >66 1 10
Total 10 100Sumber : Data Primer 2016
Tabel 2 terlihat bahwa pada kelompok tani Batu-Batua II pada umur 56-
66 tahun memiliki jumlah tertinggi yaitu sebanyak 6 orang (60%) sedangkan yang
27
terendah pada kelompok umur >66 tahun yaitu sebanyak 1 orang (10%). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah melewati usia poduktif.
2. Luas Lahan
Luas lahan berpengaruh pada aktivitas petani dan produksi usahataninya.
Besarnya produksi yang diperoleh dari usahatani padi ini akan mempengaruhi
pendapatan yang akan diterima petani. Luas lahan petani responden bervariasi
antara 0,50 hektar sampai dengan 1,50 hektar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Lahan di Talekko I DesaBontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
No Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden(Orang)
Persentase(%)
12
1,00-1,371,37-1,75
82
8020
Jumlah 10 100Sumber : Data Primer 2006
Tabel 3 pada kelompok tani Talekko I diperoleh dari 10 responden
terdapat 8 responden (80%) mempunyai luas lahan antara 1,00-1,37 ha dan 2
responden (20%) memiliki lahan dengan luas lebih besar 1,37-1,75 ha. Luas lahan
mempengaruhi produksi padi yang menunjang kesejahteraan para petani
28
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Lahan di Batu-Batua II DesaBontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
NoLuas Lahan (Ha) Jumlah Responden
(Orang)Persentase
(%)
12
0,50-1,00>1,00
82
8020
Jumlah 10 100Sumber : Data Primer 2006
Tabel 4 pada kelompok tani Batu-Batua II diperoleh dari 10 responden
terdapat 8 responden (80%) mempunyai luas lahan antara 0,50-1,00 ha dan 2
responden (20%) memiliki lahan dengan luas lebih besar 1,00 Ha. Dimana luas
lahan mempengaruhi produksi padi yang menunjang kesejahteraan para petani.
3. Luas Lahan Terserang Hama
Tabel 5 Jumlah Luas Lahan Yang Terserang Hama di Tulekko dan Batu-BatuaDesa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
No Kelompok TaniJumlah Luas Lahan Yang
Terserang Hama (Ha)
12
TulekkoBatu-Batua
1,000,50
Jumlah 1,50Sumber : Data Primer 2015
Pada tabel 5 jumlah luas lahan yang terserang hama pada kelompok tani
Tulekko berjumlah 1,00 Ha dan kelompok tani Batu-Batua berjumlah 0,50 Ha,
dengan total keseluruhan luas lahan yang terserang hama di Desa Bontomarannu
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba adalah 1,50 Ha.
5.2 Pengetahuan Petani Padi tentang Pestisida
Pengetahuan adalah mengenal suatu objek baru selanjutnya menjadi sikap
terhadap objek tersebut apabila pengetahuan disertai oleh kesiapan untuk
29
bertindak sesuai pengetahuan tentang objek tersebut. Pengetahuan tentang
usahatani sangat diharapkan untuk berubah dan melakukan proses pembelajaran
kepada petani dalam rangka perubahan perilaku dalam hal ini adalah pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang ditujukan kepada petani agar dapat berusaha tani
lebih baik. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan petani padi untuk membantu dan
menolong para petani dengan penggunaan pestisida, dengan melibatkan
masyarakat setempat sebagai pelaku dan atau mitra utama dalam rangka untuk
meningkatkan hasil produksi petani padi. Pada umumnya pengetahuan diperoleh
dari pengalaman berusaha tani secara bertahun-tahun. Untuk mengetauhi atau
respon petani terhadap tingkat pengetahuan petani padi dapat dilihat di bawah.
5.2.1 Pengetahuan Responden tentang Arti Pestisida
Pestisida merupakan bahan racun yang digunakan untuk membunuh
organisme hidup yang mengganggu tumbuhan dan sebagainya yang
dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya.
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 6. Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Arti Pestisida diTulekko I Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro KabupatenBulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 10 100Kurang Tau 0 0Tidak Tau 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 6 pada kelompok tani Tulekko I menunjukkan bahwa semua
responden (100%) mengetahui tentang arti pestisida. Hal ini menunjukkan bahwa
30
pengetahuan para petani telah memadai, disebabkan karena para petani telah
banyak memiliki pengalaman dalam bertani.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Arti Pestisida diBatu-Batua II Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro KabupatenBulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 10 100Kurang Tau 0 0Tidak Tau 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 7 pada kelompok tani Batu-Batua II menunjukkan bahwa semua
responden (100%) mengetahui tentang arti pestisida. Sama halnya dengan
kelompok tani Tulekko I menunjukkan pengetahuan para petani telah memadai,
disebabkan karena para petani telah banyak memiliki pengalaman dalam bertani.
5.2.2 Pengetahuan Responden tentang Manfaat Pestisida
Pestisida sangat bemanfaat dalam bidang pertanian atau dibidang-bidang
lainnya. Para petani lebih memilih pestisida karena dapat diaplikasikan dengan
mudah, hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat, mudah dipeoleh dan
memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek. Selain itu, para petani
juga merasakan dampak negatif yang timbul akibat dari pestisida mulai pada saat
mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
31
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 8 Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Manfaat Pestisidadi Tulekko I Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro KabupatenBulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 9 90Kurang Tau 1 10Tidak Tau 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 8 pada kelompok tani Tulekko I diperolehdari 10 responden
terdapat 9 orang (90%) yang mengetahui tentang manfaat pestisida dan terdapat 1
orang (10%) yang kurang mengerti manfaat dari pestisida.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 9 Jumlah Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Manfaat Pestisidadi Batu-Batua II Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro KabupatenBulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 10 100Kurang Tau 0 0Tidak Tau 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 9 pada kelompok tani Batu-Batua II menunjukkan
bahwa semua responden (100%) mengetahui tentang manfaat pestisida. Hal ini
disebabkan karena para petani sudah cukup lama menggunakan pestisida dalam
bertani.
32
5.2.3 Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida dalam pengendalian Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) merupakan alternative terakhir. Untuk memperkecil dampak
negatif pestisida yaitu dengan menggunakan pestisida yang efektif, pestisida yang
mudah terurai, waktu aplikasi yang tepat, dosis dan kosentrasi efektif terhadap
OPT sasaran dan menggunakan alat aplikasi yang tepat. Penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun dititik
beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada di bawah
ambang batas.
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 10 Jumlah Responden Berdasarkan Penggunaan Pestisida di Tulekko IDesa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 9 90Kadang-kadang 1 10Tidak Pernah 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 10 pada kelompok tani Tulekko I menunjukkan
bahwa ada 9 responden (90%) yang menggunakan pestisida dan 1 (10%)
responden yang kadang-kadang menggunakan pestisida. Para petani lebih memilih
menggunakan pestisida karena dianggap efektif dalam menanggulangi organisme
pengganggu tanaman (OPT).
33
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 11 Jumlah Responden Berdasarkan Penggunaan Pestisida di Batu-Batua IIDesa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase
(%)Ya 10 100Kadang-kadang 0 0Tidak Pernah 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 11 pada kelompok tani Batu-Batua II menunjukkan
bahwa semua responden (100%) menggunakan pestisida. Para petani lebih
memilih menggunakan pestisida karena dianggap lebih efektif menanggulangi
organisme pengganggu tanaman dibandingkan menggunakan cara lain.
5.2.4 Mengikuti Penyuluhan Penanggulangan Organisme PenggangguTanaman (OPT)
Salah faktor pembatas dalam upaya meningatkan produksi pertanian
adalah adanya gangguan (OPT) organisme pengganggu tanaman, karena OPT
dapat menyerang tanaman mulai dari persemaian/pembibitan sampai panen
bahkan sampai hasil disimpan. Perlindungan tanaman sangat penting, untuk
menjamin kepastian hasil dan memperkecil risiko berproduksi suatu tanaman.
Penyuluhan atau pendampingan merupakan proses pembelajaran bagi petani agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses teknologi, permodalan dan sumber daya dan harga pasar sebagai upaya
meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejateraannya.
34
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 12 Jumlah Responden Berdasarkan Penggunaan Pestisida di Tulekko IDesa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 7 70Kadang-kadang 3 30Tidak Pernah 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 7 responden (70%) yang selalu mengikuti
penyuluhan penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan terdapat
3 responden yang kadang-kadang mengikuti penyuluhan. Responden yang
kadang-kadang mengikuti penyuluhan disebabkan karena kurangnya kesadaran
dan sarana dalam mengakses kegiatan penyuluhan.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 13 Jumlah Responden Berdasarkan Penggunaan Pestisida di Batu-Batua IIDesa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 4 40Kadang-kadang 6 60Tidak Pernah 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 13 di bawah menunjukkan bahwa dari 10 responden
pada kelompok tani Batu-Batua II terdapat 4 responden (40%) yang selalu
35
mengikuti penyuluhan penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT)
dan terdapat 6 (60%) responden yang kadang-kadang mengikuti penyuluhan.
Responden yang kadang-kadang mengikuti penyuluhan disebabkan karena
kurangnya kesadaran dan sarana dalam mengakses kegiatan penyuluhan.
5.2.5 Pendapat Responden terhadap Penggunaan Pestisida
Bidang pertanian, penggunaan pestisida telah dirasakan manfaatnya untuk
meningkatkan produksi. Adanya pestisida memberi manfaatdan keuntungan.
Diantaranya, cepat menurunkan populasi jasad pengganggu tanaman dengan
periode pengendalian yang lebih panjang, mudah dan praktis cara penggunaanya,
mudah diproduksi secara besar-besaran serta mudah diangkut dan simpan.
Manfaat yang lain, secara ekonomi penggunaan pestisida relatif menguntungkan.
Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk.
bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-
hama tanaman. Persepsi merupakan proses kognitif (pemahaman) yang komplek
yang dapat memberikan gambaran tentang obyek yang sangat berbeda dengan
realitanya, sehingga sering timbul anggapan tidak sesuai dengan obyek ang
dilihat. Persepsi seseorang dapat berbeda satu dengan yang lainnya, meskipun
dihadapkan pada suatu obyek situasi dan kondisi yang sama.
36
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 14 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapat setelah MenggunakanPestisida di Tulekko I Desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Baik 10 100Kurang Baik 0 0Tidak Baik 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 10 atau semua responden (100%) yang
memiliki pendapat baik setelah menggunakan pestisida. Hal ini disebabkan
karena pestisida dapat menanggulangi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
sehingga hasil produksi dapat meningkat.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 15 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapat setelah MenggunakanPestisida di Batu-Batua II Desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase
(%)Baik 10 100Kurang Baik 0 0Tidak Baik 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Batu-Batua II terdapat 10 atau semua responden (100%) yang
memiliki pendapat baik setelah menggunakan pestisida. Hal ini disebabkan
37
karena pestisida dapat menanggulangi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
sehingga hasil produksi dapat meningkat.
5.2.6 Penanggulangan OPT Menggunakan Pestisida
Pengendalian hama dapat membantu petani dalam mengendalikan
serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan tepat sasaran untuk
mendapatkan hasil dan kualitas panen optimal secara aman dan bijaksana.
Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir apabila cara-cara lain dinilai
tidak memadai. Penggunaan sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman
(OPT) dilaksanakan sesuai dengan anjuran dalam penerapannya dan telah
mendapat bimbingan atau penyulahan dari penyuluh atau para ahli di bidangnya.
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 16 Jumlah Responden Berdasarkan Penanggulangan OPT MenggunakanPestisida di Tulekko I Desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 8 90Kurang 2 10Tidak 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 8 responden (80%) yang menggunakan
pestisida dapat menanggulangi Oganisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan 2
responden (20%) yang menngunakan pestisida tapi kurang menanggulangi OPT.
Hal ini disebabkan karena responden telah mendapat penyuluhan tentang
38
penggunaan pestisida yang baik dan benar sehingga dapat mengurangi OPT pada
tanaman padi.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 17 Jumlah Responden Berdasarkan Penanggulangan OPT MenggunakanPestisida di Batu-Batua II Desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya 9 90Kurang 1 10Tidak 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Batu-Batua II terdapat 9 responden (90%) yang menggunakan
pestisida dapat menanggulangi Oganisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan 1
responden (10%) yang menngunakan pestisida tapi kurang menanggulangi
OPT. Hal ini disebabkan karena responden telah mendapat penyuluhan tentang
penggunaan pestisida yang baik dan benar sehingga dapat mengurangi OPT pada
tanaman padi.
5.2.7 Peningkatan Hasil Poduksi Menggunakan Pestisida
Peningkatan hasil produksi bisa ditempuh dengan berbagai cara yakni dengan
memperluas areal penanaman padi dan intensifikasi. Intensifikasi bisa ditempuh
dengan penerapan PPT (Pengeloaan Tanaman Terpadu). Perawatan dan
pemeliharan tanaman sangat penting dalam pelaksanaan budidaya padi sawah
yang akan meningkatkan hasil produksi. Hal-hal yang sering dilakukan oleh para
petani adalah meracuni hama salah satunya dengan menggunakan pestisida
39
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 18 Jumlah Responden Berdasarkan Peningkatan Hasil ProduksiMenggunakan Pestisida di Tulekko I Desa BontomarannuKecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Meningkat 8 80Kadang-kadang 2 20Tidak Meningkat 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 8 responden (80%) yang mengalami
peningkatan hasil produksi setalah menggunakan pestisida dan terdapat 2
responden (20%) hasil poduksinya kadang-kadang meningkat setelah
menggunakan pestisida. Hal ini disebabkan karena penggunaan pestisida dapat
menanggulangi oganisme yang dapat menyebabkan produksi tanaman padi
terhambat dan meningkatkan hasil produksi.
b. Kelompok Tani Batua-Batua II
Tabel 19 Jumlah Responden Berdasarkan Peningkatan Hasil ProduksiMenggunakan Pestisida di Batu-Batua II Desa BontomarannuKecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Meningkat 8 80Kadang-kadang 2 20Tidak Meningkat 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
40
Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Batu-Batua II terdapat 8 responden (80%) yang mengalami
peningkatan hasil produksi setalah menggunakan pestisida dan terdapat 2
responden (20%) hasil poduksinya kadang-kadang meningkat setelah
menggunakan pestisida. Hal ini disebabkan karena penggunaan pestisida dapat
menanggulangi oganisme yang dapat menyebabkan produksi tanaman padi
terhambat dan meningkatkan hasil produksi.
Tabel 20 Rata-rata Manfaat pestisida, Penggunaan Pestisida dan PeningkatanProduksi pada kelompok tani Tulekko dan Batua-Batua
PengetahuanKelompok Tani
Tulekko (%) Batu-batua (%)Rata-rata (%)
Manfaat pestisida
Penggunaanpestisida
Peningkatanproduksi
90 100
90 100
80 80
95
95
90
Rata-rata 86,67 93,33 90
Hasil Tabel 20 penelitian ini, disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
anggota kelompok tani dalam menggunakan pestisida untuk penanggulangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman padi di Tulekko dan
Batua-Batua di Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba
berada pada kategori tinggi (90%).
41
5.2.8 Penggunaan Pestisida Bermanfaat terhadap OPT
Gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang sangat
kompleks dapat dicegah, diminimalisir dengan pestisida. Tentu hal ini dapat
membantu para petani dalam meningkatkan hasil produksi tanamannya. Dimana
pestisida juga memiliki beberapa manfaat seperti mengatur atau merangsang
pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman dan memberantas atau
mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman.
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 21 Jumlah Responden Berdasarkan Penggunaan Pestisida Bemanfaatterhadap OPT di Tulekko I Desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 10 100Kurang 0 0Tidak 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 21 menunjukkan bahwa pada kelompok tani Tulekko I semua
responden (100%) menyatakn bahwa penggunaan pestisida sangat bermanfaat
tehadap penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hal ini sangat
berdampak dengan hasil produksi yang dihasilkan setelah menggunakan pestisida
.
42
b. Kelompok Tani Batu-BatuaII
Tabel 22 Jumlah Responden Berdasarkan Penggunaan Pestisida Bermanfaatterhadap OPT di Batu-Batua II Desa Bontomarannu KecamatanBontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 10 100Kurang 0 0Tidak 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Tabel 22 menunjukkan bahwa pada kelompok tani Batu-Batua II semua
responden (100%) menyatakn bahwa penggunaan pestisida sangat bermanfaat
tehadap penanggulangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hal ini sangat
berdampak dengan hasil produksi yang dihasilkan setelah menggunakan pestisida.
5.2.9 Penanggulangan OPT Sepenuhnya Menggunakan Pestisida
Penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau
membunuh hama, namun dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian
rupa hingga berada di bawah ambang batas. Penggunaan pestisida untuk
mengendalikan hama-hama tanaman selalu mempunyai dua sisibila ia efektif dan
diaplikasikan menurut petunjuk, dapat menurunkan populasi hama tanaman tetapi
selalu mengandung resiko kecelakaan pada manusia dalam bentuk keracunan
kronik/akut dan atau kematian dan pencemaran lingkungan.
43
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 23 Jumlah Responden Berdasarkan Penanggulangan OPT SepenuhnyaMenggunakan Pestisida di Tulekko I Desa Bontomarannu KecamatanBontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Ya 6 60Kurang 4 40Tidak 0 0Total 10 100Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 23 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 6 responden (60%) yang menggunakan
pestisida dapat menanggulangi organisme pengganggu tanaman (OPT)
sepenuhnya dan terdapat 4 responden (40%) yang menggunakan pestisida tidak
dapat menanggulangi organisme pengganggu tanaman (OPT) sepenuhnya.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 24 Jumlah Responden Berdasarkan Penanggulangan OPT SepenuhnyaMenggunakan Pestisida di Tulekko I Desa Bontomarannu KecamatanBontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya 9 90Kurang 1 10Tidak 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 9 responden (90%) yang menggunakan
pestisida dapat menanggulangi organisme pengganggu tanaman (OPT)
44
sepenuhnya dan terdapat 1 responden (10%) yang menggunakan pestisida tidak
dapat menanggulangi organisme pengganggu tanaman (OPT) sepenuhnya. Hal
ini disebabkan karena pestisida bukan merupakan cara satu-satunya dalam
menanggulangi organisme pengganggu tanaman.
5.2.10 Cara Lain Penanggulangan OPT Selain Pestisida
Dalam budidaya tanaman padi, tidak akan terlepas dari ancaman
organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman padi. Dalam
mengatasi organisme pengganggu maka perlu dilakukan penanggulangan agar
tujuan budidaya biar tercapai. Dengan menggunakan pestisida biar mengurangi
OPT pada tanaman, akan tetapi tidak dapat memberantas secarah menyeluruh.
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 25 Jumlah Responden Berdasarkan Penanggulangan OPT Selain Pestisidadi Tulekko I Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro KabupatenBulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Iya 7 70Kadang-kadang 3 30Tidak 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 25 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 7 responden (70%) yang mengetahui cara lain
menanggulangi organisme pengganggu tanaman selain menggunakan pestisida
dan terdapat 3 responden (30%) yang tidak mengetahui cara lain selain
menggunakan pestisida. Hal ini dikarenakan responden telah mendapat
45
penyuluhan tentang bagaimana menanggulangi OPT selain menggunakan
pestisida.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 26 Jumlah Responden Berdasarkan Penanggulangan OPT Selain Pestisidadi Batu-Batua II Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro KabupatenBulukumba 2016
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Iya 6 60Kadang-kadang 4 40Tidak 0 0Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 26 menunjukkan bahwa dari 10 responden pada
kelompok tani Tulekko I terdapat 6 responden (60%) yang mengetahui cara lain
menanggulangi organisme pengganggu tanaman selain menggunakan pestisida
dan terdapat 4 responden (40%) yang tidak mengetahui cara lain selain
menggunakan pestisida. Hal ini dikarenakan responden telah mendapat
penyuluhan tentang bagaimana menanggulangi OPT selain menggunakan
pestisida.
5.3 Tingkat Pengetahuan Petani Tentang Penyuluhan Pertanian dalamPenanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terhadapTanaman Padi
Pengetahuan adalah suatu bentuk tahuyang diperoleh seseorang dari
pengalaman, perasaan, akal pikiran dan intuisinya setelah melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Tingkat pengetahuan dapat diukur melalui
wawancara kepada informan terhadap materi yang akan diteliti. Pengetahuan
46
petani dalam penanggulangan organisme pengganggu tanaman menjadi suatu
keharusan dalam meningkatkan produksi untuk menjadi pemenuhan kebutuhan
dalam rumah tangga sendiri ataupun dalam negeri yang tinggi dan terus menerus
meningkat, juga untuk mengisi peluang pasaran dunia karena permintaan padi
secara global dan ragional juga besar dan terus meningkat, untuk mencapai
keberhasilan dalam mengelolah usahatani padi maka yang mesti diperhatikan
ialah mulai dari pengolahan/penggemburan tanah sampai pada panen kemudian
pembinaan pendampingan secara continew, kompotensi petani dalam mengelolah
usahatani padi terletak pada budidaya dan memperhatikan pemeliharaan secara
serius, petani padi yang ada di Desa Bontomarannu sangat penting
mengembangkan pengetahuan, sehingga dapat mengembangkan manfaat dari
setiap kesempatan yang terbaik dan terbuka hasilnya, berusaha membuat
usahataninya seproduktif mungkin dengan mendapat keuntungan yang terus
bertambah, pengembangan padi akan memberikan hasil yang cukup tinggi secara
ekonomi apabila petani mampu dalam mengambil sikap atau tindakan dan lebih
terampil untuk menerapkan teknologi.
Pengetahuan petani dalam usahatani padi Kecamatan Bontotiro Kabupaten
Bulukumba memiliki pengetahuan yang tergolong tinggi dari unsur pengetahuan,
pengetahuan kesadaran dan kemauan petani untuk menanggulangi (OPT)
organisme pengganggu tanaman padi sangat tinggi namun bergantung pada
kondisi iklim, permodalan, dan pemanfaatan teknologi yang masih menjadi
kendala petani hingga saat ini yang menjadikan pengetahuannya dalam
mengambil tindakan dan lebih terampil kurang optimal meskipun dalam
47
pengetahuannya tinggi. Adapun nilai rata-rata unsur pengetahuan yang dimiliki
petani padi di Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba
dilihat pada Tabel 26 dan Tabel 27
a. Kelompok Tani Tulekko I
Tabel 27 Pengetahuan Petani Padi terhadap Upaya Penyuluhan OganismePengganggu Tanaman (OPT) di Tulekko I Desa BontomarannuKecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
No Kategori Jumlah (Orang) Presentase (%)123
Rendah (0,00 - 33,33)Sedang (33,34 - 66,67)Tinggi (66,68 – 100,00)
0010
00
100
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan Tabel 27 menunjukkan bahwa pada kelompok tani Tulekko
I semua responden (100%) yang berada pada kategori pengetahuan tinggi
(66,68-100,00) terhadap upaya penanggulangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Hal ini disebabkan karena peran penyuluh yang memberikan
informasi yang dapat diterima dan juga motivasi yang dimiliki oleh para petani
untuk meningkatkan kesejahteaan hidupnya.
b. Kelompok Tani Batu-Batua II
Tabel 28 Pengetahuan Petani Padi terhadap Upaya Penyuluhan OrganismePengganggu Tanaman (OPT) di Batu-Batua Desa BontomarannuKecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba 2016
No Kategori Jumlah (Orang) Presentase (%)
123
Rendah (0,00 - 33,33)Sedang (33,34 - 66,67)Tinggi (66,68 – 100,00)
0010
00100
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2016
48
Berdasarkan Tabel 28 menunjukkan bahwa pada kelompok tani Batu-
Batua II semua responden (100%) yang berada pada kategori pengetahuan
tinggi (66,68-100,00) terhadap upaya penanggulangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Hal ini disebabkan karena peran penyuluh yang memberikan
informasi yang dapat diterima dan juga motivasi yang dimiliki oleh para petani
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengetahuan petani padi terhadap
penyuluhan pertanian dalam penanggulangan organisme pengganggu tanaman di
Desa Bontomarannu Kecamatan Bantotiro Kabupaten Bulukumba dari unsur
pengetahuan memiliki nilai rata-rata termasuk dalam kategori tinggi,
menggambarkan bahwa pengetahuan petani padi dalam usahatani padi dikatakan
tahu dalam mengelolah usahatani padi. Karena pengetahuan atau adalah mengerti
sesuatu, melakukan penginderaan, melihat, menyaksikan, mendengar, mengalami
atau merasakan.
5.4 Jenis OPT pada Tanaman Padi
Jenis OPT pada tanaman padi di lokasi antara lain :
1. Walang Sangit adalah anggota ordo hemiptera (bangsa kepik sejati).
Walang Sangit menghisap cairan tanaman pada tangkai bunga dan juga
cairan buah padi yang masih pada tahap masak susu sehingga
menyebabkan tanaman kekurangan hara dan mengunin dan perlahan-lahn
melemah.
49
2. Keong Mas adalah salah satu hama yang mengakibatkan tingginya resiko
gagal panen pada tanaman padi, hama ini memakan batang padi pada umur
15 hari.
3. Tikus adalah hama menyerang pada fase pembentukan anakan dan pada
saat berbuah padi.
5.5 Jenis Pestisida Yang digunakan
Jenis pestisida yang digunakan petani di lokasi penelitian ada 3 yaitu
1. Herbisida merupakan pestisida untuk mencegah dan mematikan gulma
atau tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok rumput teki dan
walang sangit.
2. Insektisida merupakan pestisida untuk memberantas serangga, seperti
nyamuk, kutu busuk, rayap, semut, belalang dan ulat.
3. Rodentisida adalah racun untuk membasmi hama tikus, baik tikus
sawah atau kebun maupun di permukaan.
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anggota
kelompok tani dalam menggunakan pestisida untuk penanggulangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman padi di Tulekko dan Batua-Batua di
Desa Bontomarannu Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba berada pada
kategori tinggi (90%).
6.2 Saran
Saran yang penulis mengemukakan yaitu diperlukan dukungan serta
bantuan pemerintah tentang penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) serta diharapkan kepada petani mau menerima inovasi-inovasi yang
diberikan agar mampu mengembangkan usaha dalam bertani dan dapat
meningkatkan hasil produksinya.
RIWAYAT HIDUP
LUCKY ARIANTO lahir di Tanete 31 januari 1992. Anak pertama dari 3bersaudara dari pasangan Ayahanda Suharto Hs dan Ibunda Hj. AsniIskandar. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 58 TaneteKecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba pada tahun 1999 dan tamat2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengahpertama di SMPN 1 Tanete tamat pada tahun 2007, pada tahun yang samapenulis melanjutkan pendidikan menengah atas SMAN 1 Tanete Kecamata
Bulukumpa Kabupaten Bulukumba dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2012 penulismelanjutkan pendidikan di Jurusan Agribisnis Fakultas pertanian UniversitasMuhammadiyah Makassar.
Pada tahun 2016 penulis mengikuti kegiatan KKP (Kuliah Kerja Profesi) yang dilaksanakan oleh Fakultas Pertanian Di desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba.
DAFTAR PUSTAKA
AT. Mosher, Menggerakkan dan Membangun Pertanian, terjemahan Ir. Krisnandhi. CV.Yasa Guna ,Jakarta 1966
Dapartemen Pertanian, 2006. UU Republic Indonesia Tahun 2006 Tentang SystemPenyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan, Jakarta.
Hasanah, Ina. (2007). Bercocok Tanam Padi. Jakarta : Azka Mulia MediaIqbal, 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta. Bumi Aksara.Mardikanto. T. 1993, Penyuluh Pembangunan Pertanian . Sebelah Maret. UniversityPress. Surakarta.
Meleong, Lexy.J. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif Remaja Rosdakarya. Bandung
Natawigena, H. 1990. Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Control).Armico, Bandung. Hal. 40-41.
Novizan. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk yang Efektif. Agromedia Pustaka.Jakarta.
Nasution, 1988. Metode Penelitian Naturalistic Dan Kuantitatif , Bandung.
Soekartawi, 1992. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Ulpress. Jakarta.Setiana. L. 2005. Teknik Penyuluhan Dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor : Ghalia
Indonesia.Wige nasanta, 2000. Cara Tentang penanggulan Hama. OPT. Jakarta.Van Den Ban. A.W. dan H.S Hawkins., 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.Anonim. 1991. Kesuburan Tanah. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
1
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
A. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
Usia : Tahun
Luas Lahan : Ha
B. Pertanyaan
1. Apakah bapak mengetahui arti dari pestisida ?
a. Iya
b. Kurang tahu
c. Tidak tahu
2. Apakah bapak mengetahui manfaat dari pestisida ?
a. Iya
b. Kurang tahu
c. Tidak tahu
3. Apakah bapak mengaplikasikan atau menggunakan pestisida untuk
tanaman padi ?
a. Iya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
4. Apakah bapak mendapat atau mengikuti penyuluhan tentang
penanggulangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) ?
a. Iya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
5. Bagaimana pendapat bapak setelah menggunakan pestisida ?
a. Baik
b. Kurang baik
c. Tidak baik
6. Apakah dengan menggunakan pestisida dapat menanggulangi Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) ?
a. Ya
b. Kurang
c. Tidak
7. Apakah produksi padi dapat meningkat setelah menggunakan pestisida ?
a. Meningkat
b. Kadang-kadang
c. Tidak meningkat
8. Menurut bapak, apakah penggunaan pestisida sangat bermanfaat tehadap
penanggulanagan opt bagi tanaman padi ?
a. Iya
b. Kurang
c. Tidak
9. Menurut bapak, apakah Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat
ditanggulangi sepenuhnya dengan menggunakan pestisida terhadap
tanaman padi ?
a. Iya
b. Kurang
c. Tidak
10. Menurut bapak, apakah ada cara lain dalam penanggulangan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) selain penggunaan pestisida ?
a. Iya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Identitas Responden di Tulekko I Desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba 2016
No Nama Responden Umur (Tahun)Luas Lahan
(Hektar)1 Muh. Nasir 50 1,752 Basse. N 55 1,003 Tangkasa 55 1,004 Massiara 65 1,005 Baddu L 65 1,006 Zain Sia 58 1,007 Baharuddin 63 1,508 Manroso 57 1,259 Epong 56 1,00
10 Syahrir 43 1,00
Jumlah 567 11,5Rata-rata 57 1,15Maximum 65 1,75Minimum 43 1,00
Identitas Responden di Batu-Batua II Desa Bontomarannu Kecamatan BontotiroKabupaten Bulukumba 2016
No Nama Responden Umur (Tahun) Luas Lahan(Hektar)
1 Rasido 60 1,502 Abd. Rasak 65 1,003 Saraddin 60 1,004 Ruma 57 1,005 Hakin 65 0,506 Syamsia 46 1,007 Tahir 50 1,508 Yusuf 60 1,009 Baso 45 1,00
10 Jaring 67 1,00Jumlah 575 10,5
Rata-rata 57.5 1,05Maximum 67 1,50Minimum 45 0,50
LAMPIRAN 4
Dokumentasi Penelitian
Sumber: Asus Zenfon C
Sumber: Asus Zenfon C
Sumber: Asus Zenfon C
LAMPIRAN 5
PRODUKSI PADI