Top Banner
A. Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 B. Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat dan tentunya di masa mendatang bisnis investasi ini akan menjadi sedemikian kompleks, dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, terutama dalam upaya penyediaan dan perolehan informasi dalam setiap pembuatan keputusan. Pasar modal memberikan kesempatan kepada pihak yang mempunyai surplus dana untuk melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar modal (Indah, 2008). Salah satu sumber informasi penting dalam bisnis investasi di pasar modal adalah laporan keuangan yang disediakan setiap perusahaan yang Go Public. Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting untuk mengukur kinerja suatu perusahaan karena didalam laporan keuangan terdapat informasi mengenai 1
86

UP Liestya.docx

Dec 12, 2015

Download

Documents

aguspradipta
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UP Liestya.docx

A. Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatwaktuan Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

B. Latar Belakang

Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat

dan tentunya di masa mendatang bisnis investasi ini akan menjadi sedemikian

kompleks, dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, terutama dalam upaya

penyediaan dan perolehan informasi dalam setiap pembuatan keputusan. Pasar

modal memberikan kesempatan kepada pihak yang mempunyai surplus dana

untuk melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar

modal (Indah, 2008). Salah satu sumber informasi penting dalam bisnis investasi

di pasar modal adalah laporan keuangan yang disediakan setiap perusahaan yang

Go Public.

Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting untuk mengukur

kinerja suatu perusahaan karena didalam laporan keuangan terdapat informasi

mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan

suatu perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan

keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang

dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, dan

laporan arus dana). Laporan keuangan sebagai sebuah informasi yang bermanfaat

apabila informasi yang dikandungnya disediakan tepat waktu bagi pembuat

keputusan sebelum informasi yang dikandungnya kehilangan kemampuannya

1

Page 2: UP Liestya.docx

dalam mempengaruhi pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak

semestinya dalam pelaporan ke publik, maka informasi yang dihasilkan akan

kehilangan relevansinya. Ketepatan waktu inilah yang menjadi salah satu kendala

perusahaan go public dalam mempublikasikan laporan keuangan tahunannya

secara relevan, hal tersebut dampak dari adanya keharusan perusahaan go public

mempublikasikan laporan keuangan tahunan setelah diaudit oleh Akuntan Publik.

Dengan adanya keharusan untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan ke

publik, maka timbulah ketidaktepatwaktuan. Begitu pentingnya peran laporan

keuangan, maka laporan keuangan yang disusun harus memenuhi karakteristik

yang di tetapkan Standar Akuntansi Keuangan yaitu Relevance (Relevan),

Reliable (dapat diandalkan), Comparability (dapat dibandingkan), dan

Consistency (konsisten). Perusahaan diharapkan tidak menunda pelaporan

keuangannya yang dapat menyebabkan informasi yang disajikan berkurang.

Peraturan Bapepam No. X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam

Nomor: Kep-346/BL/2011 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala Laporan keuangan tahunan wajib diumumkan kepada publik paling

lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan, dengan

ketentuan pengumuman tersebut wajib memuat opini dari Akuntan. Apabila

perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan keuangan maka dikenakan

sangsi administratif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sanksi dan

denda yang dikenakan pada perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan

keuangan cukup berat, akan tetapi masih banyak perusahaan publik yang

menyampaiakan laporan keuangan dengan tidak tepat waktu. Perusahaan yang go

2

Page 3: UP Liestya.docx

public setiap tahun diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan (annual

report) kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan para pemodal (stockholder).

Menurut penelitian Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan bahwa pada tahun

2001 rata-rata waktu tunggu pelaporan ke Bapepam-LK dari waktu antara tanggal

laporan sampai tanggal opini auditor membutuhkan waktu 98 hari. Jika hal ini

dilihat dari batas waktu 90 hari yang ditetapkan Bapepam-LK, terlihat masih

banyak perusahaan publik yang belum patuh terhadap peraturan informasi di

Indonesia.

Laporan keuangan yang disampaikan harus disampaikan dengan segera

dan tepat waktu sehingga dapat mengurangi adanya asimetri informasi (Kim dan

Verrechia dalam Sulistyo, 2010). Hal ini berhubungan dengan teori keagenan.

Kondisi asimetri informasi terjadi karena adanya ketimpangan informasi dimana

agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Teori

keagenan menjelaskan untuk mengatasi masalah ketidaksamaan kepentingan

antara agen dan prinsipal kita perlu memberi perhatian pada lemahnya

implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah

good corporate governance. Dalam upaya mengatasi kelemahan tersebut, maka

para pelaku bisnis di Indonesia menyepakati penerapan good corporate

governance (GCG) suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik.

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan

penyampaian pelaporan keuangan. Beberapa peneliti seperti Owusu dan Ansah

(2000), Saleh (2004), Respati (2004), Hilmi dan Ali (2008), Rachmawati (2008),

Trisnawati dan Alvin (2010), Sulistyo (2010), Fitriani (2012), telah meneliti

3

Page 4: UP Liestya.docx

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan pelaporan keuangan.

Adapun faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian pelaporan

keuangan ke publik yaitu; Reputasi KAP, profitabilitas, ukuran perusahaan, good

corporate governance, dan klasifikasi industri.

Pada umumnya perusahaan memilih menggunakan jasa auditor

independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meningkatkan kredibilitas

dari laporan keuangan tersebut. KAP dengan reputasi baik biasanya memiliki

tenaga spesialis yang khusus menangani kewajiban perusahaan publik

menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan regulasi Badan Pengawas Pasar

Modal sehingga KAP the big four biasanya lebih tepat waktu dalam pelaporan

keuangan dibandingkan dengan KAP non the big four. Hal ini sesuai dengan

penelitian Astuti (2007) yang menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik

berpengaruh terhadap ketepatan waktu. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan

penelitian Septy (2008) dan Subekti (2004) membuktikan bahwa reputasi auditor

tidak berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan

tahunan.

Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan

untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka

semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi

perusahaannya. Penelitian Dyer dan Mc Hugh (1975) menunjukkan bahwa

perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan

keuangannya dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian. Menurut

Carslaw dan Kaplan (1991) dalam penelitian mereka menemukan adanya

4

Page 5: UP Liestya.docx

perusahaan yang mengalami kerugian meminta auditornya untuk menjadwalkan

pengauditannya lebih lambat dari yang seharusnya, akibatnya penyerahan laporan

keuangan menjadi terlambat. Kedua penelitian tersebut menyatakan bahwa

perusahaan akan cenderung menunda penyampaian laporan keuangan apabila

perusahaan yakin terdapat berita buruk dalam laporan keuangan tersebut, karena

adanya pengaruh pada kualitas laba.

Ukuran perusahaan diukur berdasarkan besar atau kecilnya perusahaan

dengan melihat total asset atau total penjualan yang dimiliki oleh perusahaan.

Penelitian Widaty dan Septy (2008) menghasilkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan, ukuran perusahaan yang lebih besar akan mempercepat

pengumuman laporan keuangan tahunan ke publik. Penelitian lainnya, dilakukan

oleh Sulistyo (2010) yang meneliti pada perusahaan yang listing di BEI,

membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.

Pemerintah mengupayakan agar terciptanya lingkungan yang sehat dalam

perusahaan (Good Corporate Governance), terutama bagi perusahaan go public

dengan dikeluarkannya Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta (BEJ) No.Kep-

315/BEJ/06/2000 perihal: Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A, tentang

ketentuan umum pencatatan efek bersifat ekuitas di Bursa. Dalam peraturan

tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan

perusahaan yang baik (good corporate governance), perusahaan yang tercatat di

Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) wajib memiliki komisaris

independen, komite audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan dan standar laporan

5

Page 6: UP Liestya.docx

keuangan per sektor. Peraturan ini secara efektif diberlakukan mulai tanggal 1 Juli

2000. Peraturan ini bertujuan untuk menciptakan transparansi dalam lingkungan

perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan variabel good corporate

governance yang diproksikan dengan komite audit. Menurut Purwati (2006) salah

satu komponen penting dalam pelaksanaan good corporate governance adalah

komite audit. Komite audit yang melaksanakan fungsi pengawasan pelaporan

keuangan perusahaan. Tugas dan tanggung jawab dari komite audit adalah

memastikan prinsip-prinsip good corporate governance yang berkaitan dengan

transparasi dan pengungkapan diterapkan secara konsisten dan memadai.

Pengungkapan dan transparansi adalah salah satu prinsip GCG yang diikuti

banyak negara termasuk Indonesia (dalam Gunarsih & Bambang, 2008).

Penerapan prinsip ini berkaitan dengan integritas laporan keuangan yang antara

lain terlihat dari ketiadaan permasalahan dalam isi dan penyajian laporan

keuangan. Jama’an (2007) meneliti pengaruh mekanisme good corporate

governance salah satunya komite audit terhadap integritas pelaporan keuangan

dan hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap integritas

informasi laporan keuangan.

Klasifikasi Industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan

jangka waktu publikasi laporan keuangan. Penggolongan klasifikasi industri yang

biasanya dilakukan dalam berbagai penelitian adalah perusahaan finansial dan non

finansial. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010)

membuktikan bahwa klasifikasi industri berpengaruh terhadap audit report lag

pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian lainnya

6

Page 7: UP Liestya.docx

dilakukan oleh Courtis (1976), Ashton dan Elliot (1987) dalam Subekti dan

Widiyanti (2004) membuktikan bahwa perusahaan finansial mengalami audit

report lag lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan dalam jenis

industri lain. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan finansial tidak memiliki

saldo perusahaan yang cukup signifikan sehingga audit yang dilakukan cenderung

tidak membutuhkan waktu yang lama. Selain itu kebanyakan asset yang dimiliki

adalah berbentuk nilai moneter dehingga lebih mudah diukur bila dibandingkan

dengan aset yang berbentuk fisik.

Beberapa penelitian tentang ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan ke

publik telah dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhinya, namun hasil yang diperoleh berbeda-beda sehingga fenomena

ini menarik untuk diuji kembali. Penelitian-penelitian sebelumnya telah

menemukan bukti empiris bahwa ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari internal perusahaan maupun

eksternal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah reputasi KAP berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan

keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?

7

Page 8: UP Liestya.docx

2) Apakah profitabilitas berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan

keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012?

3) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan

pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2012?

4) Apakah Good Corporate Governance berpengaruh pada

ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2012?

5) Apakah klasifikasi industri berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan

pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2012?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan dari

penelitian ini antara lain :

1) Untuk mengetahui pengaruh reputasi KAP pada ketidaktepatwaktuan

pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2012.

2) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada ketidaktepatwaktuan

pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2012.

3) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada ketidaktepatwaktuan

pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2012.

8

Page 9: UP Liestya.docx

4) Untuk mengetahui pengaruh good corporate governance pada

ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2012.

5) Untuk mengetahui pengaruh klasifikasi industri pada ketidaktepatwaktuan

pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2012.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu :

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan ilmu

pengetahuan dan wawasan tentang ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan

kepada publik, serta membantu memperoleh bukti empiris bagi akademis dan

peneliti lain terkait dengan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap

ketidaktepatwaktuan di perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BEI.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi manajemen perusahaan

terutama dalam melakukan pelaporan keuangan tahunan agar tidak terjadi

ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan kepada publik. Disamping itu

penelitian ini dapat memberikan informasi yang membantu pihak – pihak

manajemen perusahaan terkait dengan ketidaktepatwaktuan penyampaian

laporan keuangan tahunan kepada publik.

9

Page 10: UP Liestya.docx

F. Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

F. 1 Landasan Teori

F.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan (agency theory) merupakan dasar yang digunakan

perusahaan untuk memahami corporate governance. Agency Theory menjelaskan

mengenai hubungan kontrak antara dua pihak yaitu prinsipal dan agen (Jensen dan

Meckling, 1976). Prinsipal adalah pemilik perusahaan yang memberikan evaluasi

terhadap kinerja manajer atau agen, untuk dapat bertindak atas nama agen

tersebut. Sedangkan agen adalah manajemen atau manajer yang diberikan

wewenang atas pengelolaan perusahaan oleh prinsipal atau pemilik perusahaan

tersebut.

Menurut Eisenhardt dalam Djakman (2003), yang disebut sebagai prinsipal

dalam agency theory adalah pemegang saham (stakeholder) dan yang disebut agen

adalah manajemen perusahaan. Masalah agensi timbul karena adanya konflik

kepentingan antara stakeholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas

yang maksimal antara mereka. Konflik kepentingan antara prinsipal dan agen ini

disebut agency problems. Salah satu penyebab adanya agency problems ini

adalah asimetri informasi. Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan

informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki

informasi yang cukup tentang kinerja agen, sebaliknya agen memiliki lebih

banyak informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

dibandingkan pemilik perusahaan (principal). Sehingga ada kemungkinan besar

10

Page 11: UP Liestya.docx

agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik prinsipal (Jensen dan

Meckling, 1976).

Asimetri informasi muncul sebagai akibat adanya distribusi informasi yang

tidak sama antara prinsipal dan agen. Idealnya, prinsipal memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat hasil yang diperoleh dari usaha agen.

Namun dalam kenyataannya, ukuran-ukuran keberhasilan yang dikonsumsi

prinsipal justru tidak dapat menjelaskan hubungan antara keberhasilan yang telah

dicapai, dengan usaha yang telah dilakukan agen. Dalam keadaan yang seperti

itulah laporan keuangan yang disampaikan harus disampaikan dengan segera dan

tepat waktu sehingga dapat mengurangi adanya asimetri informasi (Kim dan

Verrechia dalam Sulistyo, 2010).

F.1.2 Teori Kepatuhan

Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan

aturan. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatwaktuan dalam penyampaian

laporan keuangan tahunan perusahaan go public di Indonesia telah diatur dalam

Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan selanjutnya diatur

dalam Peraturan Bapepam tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum memberikan isyarat adanya

kepatuhan setiap perilaku individu maupun perusahaan publik yang terlibat di

pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan

perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Hal ini sesuai dengan teori

kepatuhan (compliance theory)

11

Page 12: UP Liestya.docx

Regulasi adalah salah satu norma atau hukum yang patut dipatuhi.

Regulasi diasumsikan harus diperoleh oleh suatu industri tertentu dan dirancang

serta dioperasikan terutama untuk kepentingan pribadi (Belkaoui, 2006:175).

Terdapat 2 kategori utama dalam regulasi yaitu.

1) Teori-teori kepentingan publik

Teori ini berpendapat bahwa regulasi diberikan sebagai jawaban atas

permintaan publik. Teori ini dibuat untuk memberikan perlindungan dan

kebaikan bagi masyarakat umum.

2) Kelompok yang berkepentingan atau teori-teori tangkapan.

Teori ini berpendapat bahwa regulasi diberikan sebagai jawaban atas

permintaan dari kelompok dengan kepentingan khusus, dengan tujuan untuk

memaksimalkan laba.

Teori kepatuhan akan mendorong seseorang untuk lebih mematuhi

peraturan yang berlaku. Pemerintah atau badan Bapepam-LK menetapkan regulasi

batas waktu penyampaian pelaporan keuangan. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2

akan mendorong pula seluruh perusahaan go public untuk mempublikasikan

laporan keuangannya tepat waktu sebagai implementasi dari teori kepatuhan yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan go public.

F.1.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

keuangan utama kepada pihak-pihak diluar perusahaan (Kieso, 2007:2). Menurut

Astika (2010:91) Laporan Keuangan merupakan proses akumulasi, analisis,

12

Page 13: UP Liestya.docx

penyusunan, dan publikasi sejumlah informasi mengenai aspek ekonomis suatu

entitas. Informasi dalam laporan keuangan sangat penting karena digunakan

sebagai pengambilan keputusan oleh prinsipal dan pihak-pihak yang

berkepentingan lainnya. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan

sesuai dengan standar yang berlaku di tiap – tiap negara.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan keuangan

merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya

meliputi neraca, laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat

disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, dan laporan arus

dana). Sedangkan menurut Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1

laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan umum laporan keuangan adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: (1) aset;

(2) kewajiban; (3) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; (5)

kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;

dan (6) arus kas dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Informasi tersebut

beserta informasi lainnya terdapat dalam catatan atas laporan keuangan,

membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan

13

Page 14: UP Liestya.docx

khususnya dalam hal waktu dan diperolehnya kas dan setara kas. Sedangkan

tujuan utamanya yakni memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan

keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya

untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul

dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Sehingga diharapkan laporan

keuangan yang disajikan pada waktu yang tepat (timeliness), yaitu secepat

mungkin dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan

keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan

keputusan tersebut.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:3) tujuan laporan keuangan

adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Pengguna informasi keuangan harus mendapatkan informasi yang mereka

perlukan secara cepat pada saat mereka dalam posisi sebagai pembuat keputusan

(Dogan, Caskun dan Celik, 2007). Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

menyebutkan empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan :

1) Dapat dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya

untuk segera dipahami oleh pemakai. Guna mencapai maksud ini,

diasumsikan pemakai memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas

ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi

dengan ketekunan yang wajar.

14

Page 15: UP Liestya.docx

2) Relevan

Informasi disebut relevan ketika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

pemakai. Agar relevan, informasi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi

masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang (predictive value),

menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya (feedback

value), juga harus tersedia tepat waktu bagi pengambil keputusan sebelum

mereka kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi keputusan yang

diambil (timeliness).

3) Keandalan

Informasi disebut andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,

kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang

tulus dan jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau

yang dapat disajikan secara wajar.

4) Dapat dibandingkan

Identifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan laporan

keuangan perusahaan antar periode hendaknya dapat diperbandingkan oleh

pemakai. Dengan demikian pemakai dapat memperoleh informasi tentang

kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan

perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

Dari pemaparan di atas, yang terpenting adalah laporan keuangan harus

disajikan tepat pada waktunya. Walaupun laporan keuangan yang disajikan

lengkap dan telah memenuhi PABU, apabila laporan tersebut tidak disajikan tepat

15

Page 16: UP Liestya.docx

waktu maka akan tetap kehilangan nilai dari informasi yang disajikan dalam

laporan tersebut.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan tahun 2012, terdapat beberapa

kendala informasi yang relevan, yaitu :

1) Tepat Waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka

informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

2) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Manfaat yang dihasilkan dari informasi laporan keuangan seharusnya melebihi

biaya penyusunanny. Biaya tersebut harus dipikul oleh pengguna informasi

yang menikmati manfaat (yang menjadi tujuan informasi). Namun seringkali

manfaat dari laporan keuangan juga dinikmati oleh pengguna lai yang tidak

memikul biaya penysunannya.

3) Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif

Dalam praktik, seringkali laporan keuangan yang dihasilkan belum memenuhi

karakteristik dari standar yang ditetapkan.

4) Penyajian Wajar

Laporan keuangan yang wajar adalah laporan keuangan yang disajikan sesuai

dengan kejadian dan prinsip akuntansi. Namun dalam praktik, karena terdapat

motif diluar tujuan laporan keuangan yang semestinya, maka penyajian

laporan keuangan menjadi tidak wajar.

16

Page 17: UP Liestya.docx

Sehingga diharapkan laporan keuangan yang disajikan pada waktu yang

tepat (timeliness), yaitu sedini mungkin dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya

pengambilan keputusan tersebut (Widati dan Septy, 2008).

F.1.3 Peraturan Pelaporan Keuangan di Indonesia

Setiap perusahaan yang go public memiliki kewajiban untuk

menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi

keuangan dan telah diaudit secara tepat waktu. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2

Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-36/PM/2003 sebagaimana

telah diubah dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-346/BL/2011

tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan

laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan dan disampaikan

kepada Bapepam-LK selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari)

setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Adapun ketentuan umum atas penyampaian laporan keuangan berkala

emitmen atau perusahaan publik sesuai peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.2,

yaitu :

1) Laporan keuangan berkala yang dimaksud dalam peraturan ini adalah

laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan Emitmen

atau perusahaan publik.

2) Setiap Emiten dan Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah

menjadi efektif wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada

17

Page 18: UP Liestya.docx

Bapepam dan LK sebanyak 2 (dua) eksemplar, paling sedikit satu eksemplar

dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan dalam format elektronik (soft

copy).

3) Laporan keuangan lengkap yang wajib disampaikan ke Bapepam dan LK

terdiri dari:

a. laporan posisi keuangan (neraca);

b. laporan laba rugi komprehensif;

c. laporan perubahan ekuitas;

d. laporan arus kas;

e. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang

disajikan ketika Emiten dan Perusahaan Publik menerapkan

suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat

penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika

Emiten dan Perusahaan Publik mereklasifikasi pos-pos dalam

laporan keuangannya; dan

f. catatan atas laporan keuangan.

4) Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di

Indonesia dan di Bursa Efek di negara lain, maka laporan keuangan berkala

yang disampaikan kepada Bapepam dan LK wajib memuat informasi yang

sama dengan Laporan Keuangan berkala yang disampaikan kepada otoritas

pasar modal di negara lain tersebut dan paling sedikit memenuhi ketentuan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK yang terkait dengan

penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.

18

Page 19: UP Liestya.docx

Sedangkan ketentuan khusus, penyampaian laporan keuangan tahunan,

yaitu:

1) Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan

periode sebelumnya.

2) Laporan keuangan tahunan wajib disertai dengan laporan Akuntan dalam

rangka audit atas laporan keuangan.

3) Laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan

diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah

tanggal laporan keuangan tahunan.

4) Dalam hal Emitmen atau Perusahaan Publik telah menyampaikan laporan

tahunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor X.K.6 sebelum batas

waktu penyampaian laporan keuangan tahunan, maka Emitmen atau

Perusahaan Publik tersebut tidak diwajibkan menyampaikan laporan keuangan

tahunan secara tersendiri.

5) Pengumuman laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud dalam butir 3

wajib dilakukan dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa

Indonesia yang berperedaran nasional.

F.1.4 Pengertian Auditing

Pengertian Auditing menurut Arens et al (2006) adalah akumulasi dan

evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat

kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus

dilakukan orang yang kompeten dan independen. Sedangkan menurut Mulyadi

19

Page 20: UP Liestya.docx

(2002:9) auditing adalah sebagai suatu proses yang sistematis dalam memperoleh

dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan pernyataan

tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan

tingkat hubungan antara pernyatan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang

ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak-pihak yang

berkepentingan.

Audit laporan keuangan (Financial Statement Audit) dilakukan oleh

auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh klien, untuk

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Auditor

independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan

prinsip akuntansi berlaku umum (Arens et al, 2006).

Salah satu kriteria profesionalisme seorang auditor adalah ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan auditan. Kondisi seperti ini menimbulkan

dilemma bagi auditor, karena seorang auditor harus menyajikan laporan keuangan

auditan tepat waktu tanpa mengurangi kualitas hasil laporan keuangan auditan.

Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada

masyarakat umum dan kepada Bapepam tergantung dari lamanya auditor dalam

menyelesaikan pekerjaan auditnya. Semakin cepat pekerjaan audit selesai maka

semakin cepat pula informasi di publikasikan (Wijaya, 2012 dalam Wardhani,

2013).

20

Page 21: UP Liestya.docx

F.1.5 Ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan

Menurut Scott (2003) dalam Rachmawati (2008) mendefinisikan informasi

sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan

individual. Ketepatan waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini

mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan

ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

Owusu & Ansah (2000) berpendapat secara konseptual yang dimaksud

dengan ketepatan waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang

diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu. Menurut

Givoly & Palmon (1982) dalam Hidayah (2008) menyatakan bahwa ketepatan

waktu pelaporan keuangan merupakan alat yang signifikan dalam memprediksi

kesuksesan suatu perusahaan disamping beberapa faktor finansial lainnya maupun

pertimbangan mengenai karakteristik pasar.

Pada tanggal 5 Juli 2011 Bapepam mengeluarkan peraturan Nomor X.K.2,

Lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep/346/BL/2011 Mengenai

Kewajiban Penyampaian Keuangan Berkala, laporan keuangan harus disertai

dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim dan disampaikan kepada

Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal

laporan keuangan tahunan. Maka pengungkapan yang melewati batas waktu

tersebut sudah tidak mempunyai atau kehilangan manfaatnya dalam pengambilan

keputusan.

21

Page 22: UP Liestya.docx

Salah satu kewajiban perusahaan yang sudah go public adalah

mempublikasikan laporan keuangannya agar pihak-pihak yang berkepentingan

bisa mengetahui posisi keuangan perusahaan tersebut. Tetapi, tidak semua

perusahaan dapat mempublikasikannya tepat waktu. Keterlambatan pelaporan

keuangan mengindikasikan adanya masalah dalam pelaporan keuangan emiten

sehingga memerlukan waktu penyelesaian lebih lama. Keterlambatan pelaporan

keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan

informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan (Savitri,

2010). Informasi yang tidak tepat waktu memang tidak menjamin bahwa

informasi tersebut pasti merupakan informasi yang relevan. Apabila informasi

disampaikan dengan tidak tepat waktu maka menyebabkan nilai dari informasi

tersebut berkurang dalam pengambilan keputusan untuk dasar penentuan tindakan

pada masa yang akan datang. Maka poin penting dari konsep tersebut adalah

apabila tidak tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan kepada publik.

F.1.6 Reputasi KAP

Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan

kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk

menggunakan jasa KAP dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan

tersebut, Hal ini biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang

berafiliasi dengan kantor akuntan publik besar yang berlaku universal yang

dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Perusahaan

22

Page 23: UP Liestya.docx

menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Adapun

kategori the big four di Indonesia yaitu:

1) KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi

Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan, Tajudierdja Wibisana & rekan.

2) KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP

Sidharta, Widjaja & Rekan.

3) KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwantono,

Suherman dan Surya.

4) KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Osman

Bing Satrio & Rekan

KAP the big four memiliki pendapatan yang jauh lebih besar daripada

KAP non the big four. Pendapatan yang besar mampu mempekerjakan lebih

banyak staf auditor di level junior, senior maupun manajer lebih banyak daripada

KAP non the big four. KAP the big four juga memiliki sumber daya yang lebih

besar pula memungkinkan KAP the big four untuk melakukan tinjauan proses

audit untuk kedua kalinya apabila diperlukan. Penelitian sebelumnya sudah

banyak membuktikan bahwa investor memandang bahwa KAP the big four lebih

kredibel dan berkualitas dibandingkan dengan KAP non the big four. Seperti

penelitian DeAngelo (1981) dalam Oktorina dan Suharli (2005) menyimpulkan

bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun

lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa perusahaan yang memakai jasa kantor akuntan publik (KAP) besar

cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya.

23

Page 24: UP Liestya.docx

Kualitas audit tergantung dari auditor yang mengaudit tergolong dalam

Kantor Akuntan Publik (KAP) the big four atau KAP non the big four. Utari dan

Syaiful (2008) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan

kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil.

Perusahaan yang laporan keuangannya diaudit oleh auditor yang tergolong dalam

KAP the big four cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan

keuangannya ke publik. Hasil penelitian Utari & Syaiful (2008) menunjukkan

bahwa kualitas KAP berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan ke publik. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memakai

jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan

keuangannya kepada publik.

F.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan

untuk dapat menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka

semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi

perusahaannya (Hilmi dan Ali, 2008). Menurut Sumadji dan Pratama (2006)

profitabilitas adalah kemungkinan yang diprediksi untuk mendatangkan

keuntungan atau laba. Tingkat profitabilitas perusahaan dapat diukur melalui rasio

profitabilitas.

Semakin tinggi rasio profitabilitas maka laba yang dihasilkan semakin

besar. Dyer dan Mc Hugh (1975) menyatakan bahwa perusahaan yang

24

Page 25: UP Liestya.docx

memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya

dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian. Perusahaan yang mengalami

rugi operasional telah meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditan lebih

lambat dari biasanya, sementara bagi perusahaan yang memiliki profitabilitas

tinggi cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin sehingga

mampu mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah di audit ke publik

secara tepat waktu (Widaty dan Septy, 2008).

F.1.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan sebagai salah satu karakteristik perusahaan telah

banyak diujikan dalam berbagai pebelitian. Terkait dengan ketepatan waktu

laporan keuangan tahunan ukuran perusahaan juga merupakan fungsi dari

kecepatan pelaporan keuangan, karena semakin besar perusahaan maka akan

melaporkan dengan lebih cepat akibat perusahaan besar lebih banyak memiliki

sumber informasi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total

nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan

sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut makan semakin besar pula

ukuran perusahaan itu (Hilmi dan Ali, 2008).

Manajemen perusahaan berskala besar cenderung diberikan insentif untuk

mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor

secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena

itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung mengalami tekanan

25

Page 26: UP Liestya.docx

eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit lebih awal. Ukuran

perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di

dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mangenai

pentingnya informasi, baik bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan

(Almilia dan Setiady, 2006:4). Perusahaan yang lebih besar memiliki

pengendalian internal yang lebih kuat dan akan mengurangi kecenderungan

kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan memampukan auditor

untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas serta melakukan pekerjaan

intern.

Nuryaman (2009) menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar

memiliki basis pemegang kepentingan lebih luas sehingga berbagai kebijakan

perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan, maka

perusahaan akan menghadapi tuntutan lebih besar dari para stakeholder untuk

menyajikan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih tepat waktu.

F.1.9 Good Corporate Governance

Good Corporate Governance merupakan suatu proses dan struktur yang

digunakan oleh organisasi perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha

dan akuntabilitas perusahaan. Secara prinsip Good Corporate Governance

menyangkut kepentingan para pemegang saham. Perlakuan yang sama terhadap

para pemegang saham, peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)

26

Page 27: UP Liestya.docx

dalam Good Corporate Governance, transparansi dan penjelasan serta peranan

Dewan Komisaris dan Komite Audit. Good Corporate Governance dapat pula

diartikan sebagai mekanisme pengelolaan perusahaan untuk memastikan bahwa

tindakan manajemen akan selalu diarahkan pada peningkatan nilai perusahaan

(Baridwan, 2003).

Pengungkapan dan transparansi adalah salah satu prinsip GCG yang

diikuti banyak negara termasuk Indonesia (Gunarsih dan Bambang, 2008). Prinsip

ini menyebutkan bahwa kerangka corporate governance harus memastikan bahwa

pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dibuat untuk semua urusan yang

berkaitan dengan situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan corporate

governance. Ezat & El-Masry (2008) menguji faktor yang mempengaruhi

ketepatan waktu dari pelaporan internet perusahaan Mesir. Variabel yang

digunakan salah satunya yaitu corporate governance. Hasil menunjukkan

hubungan signifikan antara ketepatan pelaporan internet dengan struktur

kepemilikan, komposisi dewan dan ukuran dewan serta perusahaan dalam sektor

jasa yang mempunyai proporsi komisaris independen, jumlah besar direktur akan

mengungkapkan informasi lebih tepat waktu pada website.

Dalam penelitian ini, good corporate governance diproksikan dengan

komite audit. Keberadaan komite audit dapat dijadikan tolak ukur bagi suatu

perusahaan, apakah sudah melaksanakan good corporate governance atau belum.

1) Komite Audit

Komite audit adalah salah satu pilar penting dalam penerapan good

corporate governance, karena dalam menelaah laporan keuangan komite audit

27

Page 28: UP Liestya.docx

diikutsertakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa komite audit memiliki peranan

penting dalam mengawasi berbagai ospek organisasi. Jama’an (2008:15)

mengemukakan bahwa komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan

direksi untuk mengaudit operasi dan keandalan. Badan ini bertugas memilih dan

menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik. Tjager dkk (2003) menyatakan

bahwa pengertian komite audit adalah salah satu komite yang dibentuk oleh

dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas

dan tanggungjawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corpotare

governance terutama transparansi dan disclousure diterapkan secara konsisten

dan memadai oleh para eksekutif. Dalam Purwati (2006) menyatakan bahwa

dalam ruang lingkup corporate governance, tanggung jawab komite audit adalah

untuk menyediakan keyakinan (assurance) bahwa perusahaan secara wajar patuh

terhadap hukum dan peraturan yang berhubungan, mengarahkan dan mengelola

usahanya secara etis, dan mempertahankan pengendalian yang efektif terhadap

konflik kepentingan antar pekerja dan kecurangan (fraud).

Menurut peraturan Nomor IX.I.5 dalam lampiran keputusan ketua

Bapepam dan LK Nomor : Kep-643/BL/2012 tentang Pedoman dan Pelaksanaan

Kerja Komite Audit yang dimaksud dengan komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu

melaksanakan tugas dan fungsi Dewan KomisarisKeberadaan komite audit pada

perusahaan publik di Indonesia secara resmi dimulai sejak bulan Juli 2000 yang

ditandai dengan keluarnya Keputusan Direksi BEJ No: Ke-315/BEJ/06/2000

perihal: Peraturan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Pada peraturan

28

Page 29: UP Liestya.docx

tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) wajib memiliki komisaris

independen, komite audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan dan standar laporan

keuangan per sektor.

Berdasarkan peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.I.5 terdapat

struktur dan Keanggotaan dari Komite Audit, yaitu :

1) Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal

dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan

Publik.

2) Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.

3) Komisaris Independen wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan

tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau

mengawasi kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam

waktu 6 (enam) bulan terakhir;

2. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada

Emiten atau Perusahaan Publik tersebut; tidak mempunyai hubungan

Afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan Publik, anggota Dewan

Komisaris, anggota Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau

Perusahaan Publik tersebut; dan

29

Page 30: UP Liestya.docx

3. tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak

langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau

Perusahaan Publik tersebut.

F.1.10 Klasifikasi Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan ekonomi manusia mengolah

bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang

memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Pengklasifikasian industri

didasarkan pada kriteria yaitu bahan baku, modal, tenaga kerja, barang yang

dihasilkan, daerah pemasaran, jenis teknologi yang digunakan, serta departemen

perindustrian.

Klasifikasi Industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan

jangka waktu publikasi laporan keuangan. Dalam penelitian ini, klasifikasi

industri didasarkan pada industri maufaktur dan industri non manufaktur.

Penglompokan industri ke dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur

dipilih karena industri manufaktur merupakan industri manufaktur memiliki

kompleksitas yang tinggi dalam menjalankan operasional usahanya. Menurut

Trisnawati dan Alvin (2010) perusahaan non manufaktur biasanya mengumumkan

laporan keuangannya lebih cepat karena perusahaan non manufaktur tidak

memiliki aktiva persediaan fisik dalam jumlah signifikan yang harus diaudit.

Sementara perusahaan industri manufaktur dalam mengumumkan laporan

keuangannya akan lebih lambat karena adanya persediaan fisik yang harus diaudit.

30

Page 31: UP Liestya.docx

Pada umumnya persediaan fisik yang dimaksud dalam industri manufaktur seperti

mesin dan peralatan untuk proses kegiatan bisnis perusahaan.

F.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Terdapat banyak penelitian yang terkait dengan penelitian ini.

Penelitian tersebut diantaranya:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Owusu dan Ansah (2000) yang meneliti

ketepatan waktu pelaporan keuangan dari 47 perusahaan di Zimbabwe, yang

menguji variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, gearing (kecepatan), item

luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, kompleksitas operasi perusahaan

dan umur perusahaan. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa

ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan dan

bulan dari akhir tahun keuangan berpengaruh terhadap audit reporting lead

time. Kemudian ukuran perusahaan, profitabilitas, umur perusahaan dan audit

reporting lead time mempengaruhi kecepatan perusahaan dalam

mengumumkan pendapatan awalnya, tetapi hanya ukuran perusahaan yang

mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan akhir tahun

yang telah diaudit.

2) Wirakusuma (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan di PT Bursa Efek Indonesia.

Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, solvabilitas,

reputasi auditor, ukuran perusahaan dan kandungan laba. Sedangkan variabel

31

Page 32: UP Liestya.docx

kontrolnya adalah jenis industri. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan

hanya variabel reputasi auditor dan ukuran perusahaan yang berpengaruh

secara signifikan terhadap ketidaktepatwaktuan publikasi laporan keuangan.

3) Fauzia (2012) melakukan penelitian dengan pengujian regresi logistik

membuktikan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan di perusahaan-perusahaan sektor infrastruktur,

utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-

2011 adalah ukuran perusahaan, debt to equity ratio (DER), kompleksitas

operasi dan reputasi KAP.

4) Penelitian yang dilakukan Rachmawati (2008) untuk mengetahui pengaruh

faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan ketepatan

waktu laporan keuangan. Faktor internal dalam penelitian ini adalah

profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan ukuran perusahaan. Sedangkan

faktor eksternalnya adalah ukuran KAP. Hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor,

ukuran perusahaan, dan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay dan

ketepatan waktu laporan keuangan.

5) Hilmi dan Ali (2008) menguji dengan regresi logistik memperoleh hasil

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta periode tahun 2004 sampai dengan 2006 adalah profitabilitas,

likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP. Sedangkan variabel

leverage keuangan, ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak mempunyai

32

Page 33: UP Liestya.docx

pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

6) Almilia & Setiady (2006) meneliti bukti empiris tentang faktor yang

mempengaruhi penyelesaian laporan keuangan serta menguji faktor dalam

penelitian seperti: ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas,

rasio likuiditas, ukuran perusahaan dan item extraordinary. Metode yang

digunakan untuk menguji hipotesis yaitu regresi berganda. Hasil menunjukkan

faktor yang mempengaruhi penyelesaian laporan keuangan yaitu ukuran

perusahaan dan umur perusahaan, sedangkan rasio profitabilitas, rasio

solvabilitas, rasio likuiditas dan item extraordinary tidak mempengaruhi

penyelesaian laporan keuangan.

F.3 Hipotesis Penelitian

F.3.1 Hubungan Reputasi KAP dengan Ketidaktepatwaktuan Pelaporan

Keuangan

Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan harus

dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya. Oleh karena itu, perusahaan

kemudian menggunakan jasa kantor akuntan publik (KAP) untuk melaksanakan

pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk meningkatkan

kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik

yang mempunyai reputasi atau nama baik. Reputasi KAP dapat menunjukkan

kualitas auditor. Kualitas auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit

yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, apakah berstandar

33

Page 34: UP Liestya.docx

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik

besar yang dikenal dengan the big four atau non the big four. Hal ini

menimbulkan pendapat bahwa perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan

publik the big four cenderung lebih cepat menyelesaikan auditnya bila

dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non the big

four. Loeb (1971) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyebutkan bahwa kantor

akuntan publik besar memiliki akuntan yang berperilaku lebih etikal daripada

akuntan di kantor akuntan publik kecil. Dengan demikian, kantor akuntan yang

besar lebih memiliki reputasi yang baik dalam melakukan pekerjaan audit dan

memberikan opini publik.

Fauzia (2012) telah membuktikan bahwa reputasi KAP memiliki pengaruh

signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan-

perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2007-2011. Saputri (2012) dalam penelitiannya tentang

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh

terhadap audit delay. Namun dalam penelitian yang dilakukan Sianipar (2010)

menyatakan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit

delay. Dengan demikian maka hipotesis peneletian ini adalah sebagai berikut.

H1 : Reputasi KAP berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan.

34

Page 35: UP Liestya.docx

F.3.2 Hubungan Profitabilitas dengan Ketidaktepatwaktuan Pelaporan

Keuangan

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu

perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat

penjualan, asset dan modal saham tertentu. Penelitian Indriyani dan Supriyati

(2012) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh dalam publikasi

laporan keuangan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah atau dengan

kata lain mengalami kerugian cenderung akan menunda publikasi atas laporan

keuangan karena kerugian merupakan kabar buruk yang akan berdampak negatif

pada perusahaan seperti penurunan permintaan akan saham yang diterbitkan.

Seperti yang dikemukakan Owusu dan Ansah (2000) dalam Oktarina dan

Suharli (2005) bahwa profitabilitas dapat mempengaruhi perilaku ketepatan waktu

pelaporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan laba

cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan

perusahaan yang mengalami kerugian. Demikian pula hasil penelitian Lianto dan

Kusuma (2010) bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag pada

perusahaan consumer goods dan perusahaan multifinance yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2004 sampai 2008. Dengan demikian hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut.

H2 : Profitabilitas berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan.

35

Page 36: UP Liestya.docx

F.3.3 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Ketidaktepatwaktuan

Pelaporan Keuangan

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran

perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi

pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut

maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu.

Hasil penelitian Sulistyo (2010) membuktikan bahwa variabel ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan. Hasil penelitian ini juga mendukung landasan teori yang ada yang

menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan tersebut

akan lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan, karena semakin

besar perusahaan, semakin banyak memiliki sumber daya, lebih banyak staf

akuntansi dan sistem informasi yang canggih serta memiliki sistem pengendalian

intern yang kuat sehingga akan semakin cepat dalam penyelesaian laporan

keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga akan lebih tepat waktu dalam

penyampaian laporan keuangan untuk menjaga image atau citra perusahaan di

mata publik. Penelitian Kartika (2009) menunjukkan bahwa total aset mempunyai

pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Semakin

besar total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin kecil audit

delaynya. Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk

mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan

berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan

pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi

36

Page 37: UP Liestya.docx

untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Berdasarkan

penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan

keuangan

F.3.4 Hubungan Good Corporate Governance dengan Ketidaktepatwaktuan

Pelaporan Keuangan

Good Corporate Governance adalah prinsip yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta

kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para

shareholder khususnya dan stakeholder pada umumnya. Salah satu komponen

GCG yang berperan penting dalam sistem pelaporan keuangan adalah komite

audit. Komite audit bertugas mengawasi partisipasi manajemen dan auditor

independen dalam proses pelaporan keuangan perusahaan.

Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan bagi perusahaan publik

untuk mencapai good corporate governance antara lain Keputusan Bapepam dan

LK Nomor : Kep-643/BL/2012 dengan mensyaratkan bahwa setiap perusahaan go

public di Indonesia wajib membentuk komite audit dengan anggota paling kurang

3 (tiga) orang yang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emitmen

atau perusahaan publik. Namun jumlah keanggotaan tiga sampai lima merupakan

jumlah yang cukup ideal (Wijaya, 2012).

37

Page 38: UP Liestya.docx

Menurut Wardhani (2013) bahwa keberagaman jumlah komite audit pada

perusahaan publik di Indonesia bermacam-macam, hal ini yang menimbulkan

persepsi bahwa semakin banyak anggota komite audit dapat lebih cepat dalam

menemukan serta menyelesaikan potensi masalah yang terjadi dalam proses

pelaporan keuangan sehingga dapat mengurangi keterlambatan publikasi laporan

keuangan. Didukung dengan penelitian oleh Wijaya (2012) menunjukan bahwa

jumlah anggota komite audit dan kompetensi anggota komite audit mempunyai

pengaruh signifikan dalam mengurangi audit report lag. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H4 : Good Corporate Governance berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan

pelaporan keuangan.

F.2.5 Pengaruh Klasifikasi Industri Pada Ketidaktepatwaktuan Pelaporan

Keuangan

Pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu

berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi

yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara

tersebut. Karakteristik industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan

rentang waktu dalam proses pelaksanaan audit maupun dalam publikasi laporan

keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010)

membuktikan bahwa klasifikasi industri berpengaruh terhadap audit report lag di

38

Page 39: UP Liestya.docx

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H5 : Klasifikasi Industri berpengaruh pada ketidaktepatwaktuan pelaporan

keuangan.

G. Metode Penelitian

G.1 Desain Penelitian

G.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses

situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id. Penelitian dilakukan pada perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012 dan karena BEI adalah satu-satunya

pasar modal yang ada di Indonesia saat ini.

39

Ketidaktepatwaktuan

Reputasi KAP

Ukuran Perusahaan

Profitabilitas

Good corporate governance

Klasifikasi Industri

Page 40: UP Liestya.docx

G.3 Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah publikasi pelaporan

keuangan pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012

khususnya publikasi laporan keuangan auditan perusahaan yang tidak tepat waktu.

Ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan dapat diamati pada tanggal publikasi

laporan keuangan tahunan perusahaan.

G.4 Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

1) Variabel bebas atau independent variabel merupakan variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Sugiyono, 2009:33). Variabel bebas dalam penelitian ini

antara lain: reputasi KAP, profitabilitas, ukuran perusahaan, good corporate

governance dan klasifikasi industri.

2) Variabel terikat atau dependent variabel merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena adanya variabel-variabel bebas (Sugiyono,

2009:33). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketidaktepatwaktuan.

40

Page 41: UP Liestya.docx

G.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang diberikan untuk tiap-tiap variabel

baik variabel dependen maupun independen. Berikut ini disajikan definisi

operasional dari masing-masing variabel.

1) Ketidaktepatwaktuan

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ketidaktepatwaktuan.

Ketepatwaktuan adalah rentang waktu pengumuman laporan keuangan

tahunan yang telah diaudit kepada publik yaitu lamanya hari yang dibutuhkan

untuk mengumumkan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit ke publik,

sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan (31 Desember) sampai tanggal

penyerahan ke Bapepam (paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya)

yang diukur berdasarkan lamanya hari dari tanggal tutup tahun buku

perusahaan sampai dengan tanggal penyerahan laporan auditan ke Bapepam,

yang dianggap sebagai tanggal pengumuman ke publik.

2) Reputasi KAP

Reputasi KAP yang digunakan perusahaan dalam mengaudit laporan

keuangan dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangannya. Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangannya,

perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik.

Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. KAP

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu KAP the big four atau non the big four.

Untuk perusahaan yang berafiliasi dengan KAP the big four diberi kode 1,

sedangkan untuk KAP non the big four diberi kode 0.

41

Page 42: UP Liestya.docx

3) Profitabilitas

Profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA) yakni ratio antara laba

bersih setelah pajak dengan total aktiva. ROA digunakan karena berhubungan

dengan laba rugi yang relevan dengan ketidaktepatwaktuan seperti yang telah

dijelaskan dibandingkan dengan rasio lainnya.

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak x 100% Total Aset

4) Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat

diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain

dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada penelitian

ini, ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Ln total asset.

Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Jika nilai total asset langsung

dipakai begitu saja maka nilai variabel akan sangat besar, miliar bahkan

triliun. Dengan menggunakan natural log, nilai miliar bahkan triliun tersebut

disederhanakan, tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya.

5) Good Corporate Governance

Good Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan

untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan aktivitas perusahaan ke arah

peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Dalam

penelitian ini GCG dengan proksi komite audit. Komite audit merupakan

komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan

42

Page 43: UP Liestya.docx

pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern

(Emirzon, 2007). Komite audit diukur dengan variabel dummy, nilai 1 jika ada

komite audit dan 0 sebaliknya.

6) Klasifikasi Industri

Klasifikasi Industri yang berbeda-beda dapat menyebabkan perbedaan jangka

waktu publikasi laporan keuangan. Dalam penelitian ini, klasifikasi industri

didasarkan pada industri manufaktur dan industri non manufaktur. Klasifikasi

industri diukur dengan variabel dummy. Jika perusahaan merupakan jenis

manufaktur diberi angka 1 dan perusahaan non manufaktur diberi angka 0.

G.6 Jenis dan Sumber Data

G.6.1 Jenis data berdasarkan sifatnya

Data berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi data kuantitatif dan data

kualitatif (Sugiyono, 2009). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa laporan keuangan auditan

perusahaan-perushaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.

Sedangkan data kualitatif dalam penelitian ini berupa daftar nama perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, serta data mengenai klasifikasi

industri, komite audit dan reputasi KAP.

G.6.2 Jenis data berdasarkan sumbernya

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain

43

Page 44: UP Liestya.docx

atau dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012.

G.7 Metode Penentuan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2012. Peneliti menggunakan seluruh Perusahaan sebagai populasi

agar dapat mencakup semua jenis bidang perusahaan yang terdaftar di BEI. Proses

penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, dimana anggota-anggota sampel

akan dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang dibentuk tersebut dapat

mewakili sifat-sifat populasi (Sugiyono, 2009:78). Jenis puposive sampling yang

digunakan adalah judgment sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan penilaian

peneliti bahwa yang dipilih adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel

penelitiannya. Sampel yang dipilih memiliki infomasi yang lengkap tentang objek

yang akan diteliti. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

adalah:

1) Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang

telah diaudit kepada Bapepam pada tahun 2012.

2) Tahun buku laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember.

3) Perusahaan yang tidak melakukan pergantian akuntan publik selama periode

penelitian untuk menghindari bias ketidaktepatwaktuan akibat pergantian

auditor.

4) Perusahaan menggunakan rupiah sebagai mata uang pelaporan.

44

Page 45: UP Liestya.docx

G.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi nonpartisipan. Dalam Observasi nonpartisipan peneliti tidak

terlibat dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2009). Dalam

penelitian ini metode observasi nonpartisipan adalah dalam bentuk analisis catatan

perusahaan, yaitu annual report dan laporan keuangan audit yang didapat dengan

mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), situs bapepam

(www.bapepam.go.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

G.9 Teknis Analisis Data

Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan analisis statistik

deskriptif, untuk mengetahui nilai rata-rata, minimun, maksimum dan standar

deviasi dari variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, dilakukan uji asumsi klasik

(normality, multicollinearity, heterokedastisitas dan autokorelasi). Pengujian

hipotesis ketidaktepatwaktuan menggunakan analisis regresi berganda, yaitu :

Y = α + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + β4.X4+ β5.X5 + ε

Keterangan:

Y = ketidaktepatwaktuan pelaporan keuangan

α = nilai konstanta

β1 = koefisien regresi reputasi KAP

β2 = koefisien regresi profitabilitas

β3 = koefisien regresi ukuran perusahaan

β4 = koefisien regresi good corporate governance

β5 = koefisien regresi klasifikasi industri

45

Page 46: UP Liestya.docx

X1 = reputasi KAP

X2 = profitabilitas

X3 = ukuran perusahaan

X4 = good corporate governance

X5 = klasifikasi industri

ε = standar eror

G.9.1 Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh model regresi yang memberikan hasil Best Linear

Unbiased Estimator (BLUE), model tersebut perlu diuji asumsi klasik dengan

metode Ordinary Least Square (OLS) atau pangkat kuadrat terkecil biasa. Model

regresi dikatakan BLUE apabila memenuhi semua asumsi klasik (Ghozali,

2012:173).

G.9.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias,

data yang digunakan sebaiknya berdistribusi normal. Uji normalitas juga

melihat apakah model regresi yang digunakan sudah baik. Model regresi

yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov

(Ghozali, 2012:116). Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka

probabilitas, dengan ketentuan:

Probabilitas > 0,05: hipotesis diterima karena data berdistribusi normal.

Probabilitas < 0,05: hipotesis ditolak karena data tidak berdistribusi

normal.

46

Page 47: UP Liestya.docx

G.9.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2012 :139).

G.9.1.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah dalam regresi

ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak mengandung korelasi di antara variabel

independen (Ghozali, 2012:105). Pendeteksian keberadaan

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance

Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Apabila nilai tolerance di atas 10 persen atau VIF di bawah 10, maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas.

G.9.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi

47

Page 48: UP Liestya.docx

korelasi, disinyalir ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul

disebabkan adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu)

tidak bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Hal ini sering

ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena ”gangguan”

pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan”

pada individu/ kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-

Watson (DW). Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai dw lebih

besar dari nilai du pada tabel (Ghozali, 2012:110).

G.9.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan melalui model regeresi linier berganda.

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 5%.

G.9.2.1 Ketepatan Perkiraan Model

Ketepatan Perkiraan Model (Goodness of Fit) atau Koefisien

Determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

48

Page 49: UP Liestya.docx

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Bila terdapat

nilai adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai

nol (Ghozali, 2012:97).

G.9.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F bertujuan untuk menunjukan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukan dalam model memiliki pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Cara pengujian dalam

penelitian ini yaitu dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan

dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai

F tabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha (Ghozali, 2012:98).

G.9.2.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (Uji t) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel independen. Pengujian secara parsial ini dilakukan dengan

cara membandingkan antara tingkat signifikansi t dari hasil pengujian

dengan nilai signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini (Ghozali,

2012:98). Cara pengujian parsial terhadap variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh

dari pengujian lebih kecil dari nilai signifikansi yang dipergunakan

49

Page 50: UP Liestya.docx

yaitu sebesar 5% maka secara parsial variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen.

2) Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh

dari pengujian lebih besar dari nilai signifikansi yang dipergunakan

yaitu sebesar 5% maka secara parsial variabel independen tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

50

Page 51: UP Liestya.docx

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad Riahi Belkaoui. 2006. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima Jilid Pertama. Jakarta:Salemba Empat.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2006. Auditing and Assurance Service. USA: Pearson Education Internasional.

Astika, I.B. Putra. 2010. Teori Akuntansi : Konsep – Konsep Dasar Akuntansi Keuangan, Copyright 2010 Financial Accounting Standards Board.

Astuti, Christina Dwi. 2007. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Laporan Keuangan. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi & Keuangan Publik. 2 Januari. Vol. 1. h: 27-42.

Baridwan, Zaki. 2000. Komite Audit Tidak Melakukan Audit. Auditor Edisi 11/2003. hal 16-17.

Carslaw, C.A.P.N., and Kaplan, S.E. 1991. “An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand”. Accounting and Business Research. Vol.22 (82), (Winter): pp:21-32.

Djakman, dan Chaerul, D., 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan Bursa Efek Jakarta. Dalam Makalah Simposium Nasional Akuntansi VI.

Dogan, Caskun dan Celik. 2007. Is Timing of Financial Reporting Related to Firm Performance? – An Examination on Ise Listed Companie International Research Journal of Finance and Economics. ISSN 1450-2887 Isue 12

Dyer, J.D. dan Athur Mc. Hugh. 1975. The Timeliness of The Australian Annual Report. Dalam Journal of Accounting Research, (Autumn): p:204-219.

Emirzon, J. 2007. Good Corporate Governance. Yogyakarta: Lengge Printika.

Ezat, A., & El-Masry, A. 2008. The Impact of Corporate Governance on Timeliness of Corporate Internet Reporting by Egyptian Listed Companies. Managerial Finance , 848-867.

Fauzia, Fitriani. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi.

51

Page 52: UP Liestya.docx

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gunarsih dan Bambang. 2008. Struktur Corporate Governance dan Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan : Studi Pada Perusahaan Jasa di BEI. Jurnal Keuangan dan Perbankan , 204-216.

Halim, V., 2000, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.2, No.1, Hal: 63-75.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Hidayah, E. 2008. Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Hubungan Antara Penerapan Corporate Governance dengan Kinerja Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. JAAI , 53-64.

Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ)”. Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Indah Setyorini, 2008, ‘Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Publik di Indonesia’, Skripsi Sarjana diterbitkan, Universitas Brawijaya Malang.

Indriyani, Rosmawati Endang dan Supriyati. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Perusahaan Manufaktur di Indonesia dan Malaysia. The Indonesian Accounting Review. Vol. 2, No. 2, Juli 2012. Pp: 185-202.

Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 12. No. 3, Desember 2010, hal. 175-186

Jama’an. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.

52

Page 53: UP Liestya.docx

Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Manaferial Behaviour, Agency Costs & Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4): p: 305-360.

Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Maret 2009. Hal. 1-17

Kieso, Donald E.,et al. 2007. Akuntansi Intermediate. Edisi kesepuluh Jilid 1. Diterjemahkan oleh Emil Salim. Jakarta: Penerbit Erlangga

Mulyadi. 2002. Auditing (Pengauditan), Buku I Edisi ke-enam, PT. Salemba Empat : Surabaya

Nahdiah, Nadah, 2009, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Barang Konsumsi yangTerdaftar di BEI”, Karya Ilmiah tidak dipublikasikan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta.

Nata Wirawan. 2001. Statistik 2 (Statistik Inferensia). Keraras Emas : Denpasar.

Nuryaman. 2009. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 6. No.1 : 89 - 113.

Oktorina, Megawati dan Michell Suharli. 2005. ”Studi Empiris Terhadap Faktor Penentu Kepatuhan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5. No.2. h. 119-132.

Owusu, Stephen & Ansah. 2000. “Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market : Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange”. Journal Accounting and Business. Vol 30. Pp. 241

Purwati, Atiek Sri. 2006. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di BEJ. Tesis Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang

Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Audit delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10 No.1 Mei 2008:1-10.

Respati, Novita, Weningtyas. 2004. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan : Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi, Vol.4, pp.67-81.

53

Page 54: UP Liestya.docx

Saputri, Oyiek Dewi. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Savitri, Roswita. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Ponegoro. Semarang.

Sianipar, Charles V. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Otomotif Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Vol. 10 No. 1, Janurai 2010: 1-26.

Subekti, Imam dan Novi Wulandari W. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar-Bali. 2-3 Desember. Hal. 991-1001.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Sulistyo, Adhy Noor. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Sumadji, Pratama, Y., Rosita. 2006. Kamus Ekonomi : Edisi Lengkap. Jakarta : Wacana Intelektual

Tjager, I.N., F.A. Alijoyo, H.R. Djemat, dan B. Sembodo, 2003. Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Pearson Education-Prentice Hall.

Trisnawati, Estralita dan Aloysius Alvin. 2010. Pengaruh Total Assets, Jenis Industri, Ukuran KAP, dan Jenis Pendapat Akuntan Terhadap Rentang Waktu Penyelesaian Proses Audit (Audit Delay) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2007. Jurnal Akuntansi, Vol. 10 No. 2. Mei 2010 : 113-134

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang peraturan Pasar Modal.

Utami, W., 2006, Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta, Bulletin Penelitian, No.9, Kepala Pusat Penelitian dan Dosen FE, Universitas Mercu Buana.

54

Page 55: UP Liestya.docx

Wardhani, Armania Putri. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Audit Report Lag. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang.

Widati, Listyorini Wahyu dan Fina Septy. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik: Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di BEI. Fokus Ekonomi (FE) Vol.7, No.3 Desember 2008, pp.173-187

Wijaya, Aditya Taruna. 2012. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Wirakusuma, Made Gede. 2010. Pengaruh Profitabiltas, Solvabilitas, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, Kandungan Laba, dan Jenis Industri pada Ketidaktepatwaktuan Publikasi Laporan Keuangan di PT. Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 6 (2), h:232-247.

www.bapepam.go.id

www.idx.co.id

.

55

Page 56: UP Liestya.docx

56