BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan
alam bertujuan
untuk
mempermudah
dalam
pengerjaan
isolasi.
Uji
pendahuluan
dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan
menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang
berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan alam.
I.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara-cara uji
pendahuluan ekstrak buah mali-mali (Lee aequleata) terhadap senyawa
alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, dan tanin. I.2.2
Tujuan Percobaan Melakukan identifikasi kandungan kimia dalam
ekstrak buah malimali (Lee aequleata).
I.3
Prinsip Percobaan a. Alkaloid Identifikasi kandungan senyawa
alkaloid pada buah mali-mali (Lee aquleata) dengan cara mereaksikan
ekstrak metanol buah malimali dengan reagen dragendorff, wagner,
dan meyer yang terlebih dahulu ekstrak ditambahkan HCl 2N dan 10 ml
air. Hasil positif
apabila warna jingga terbentuk jika estrak ditambahkan reagen
dragendorff, putih jika ekstrak ditambahkan reagen meyer, dan
coklat jika ekstrak ditambahkan reagen wagner. Hasil negatif
apabila salah satu reagen tidak menunjukkan warna yang seharusnya
terbentuk pada masing-masing reagen. b. Flavonoid Identifikasi
kandungan senyawa flavonoid pada buah mali-mali (Lee aquleata)
dengan cara mengelusi lempeng yang telah ditotol dengan esktrak
metanol menggunakan fase gerak yang cukup baik memisahkan senyawa
ekstrak metanol buah mali-mali. Kemudian disemprotkan dengan reagen
sitoborat dan diamati pada UV 254 nm dan 366 nm. Hasil positif jika
pada UV 254 nm terlihat warna jingga kemerahan dan pada UV 366 nm
terlihat warna kuning kehijauan. c. Saponin Identifikasi kandungan
senyawa saponin pada buah mali-mali (Lee aquleata) dilakukan dengan
cara mengocok kuat-kuat tabung reaksi yang berisi ekstrak awal
metanol dan air panas. Lalu jika telah terbentuk busa ditambahkan
HCL 2N dua sampai tiga tetes. Hasil positif ditunjukkan dengan busa
yang tetap. d. Steroid atau Terpenoid Identifikasi kandungan
senyawa steroid atau terpen pada buah mali-mali (Lee aquleata)
dengan cara mereaksikan ekstrak
metanol buah mali-mali dengan reagen Lieberman-Bouchard pada
tabung reaksi. Hasil positif ditunjukkan dengan warna biru-hijau
untuk senyawa steroid dan warna merah untuk senyawa triterpen. e.
Fenolik Identifikasi kandungan senyawa fenolik pada buah mali-mali
(Lee aquleata) dengan cara mereaksikan ekstrak metanol buah
malimali dengan reagen FeCl3 10% sebanyak tiga sampai empat tetes.
Hasil positif apabila terbentuk warna hijau kebiruan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum Uji pendahuluan terhadap komponen kimia bahan
alam bertujuan untuk mempermudah dalam pengerjaan isolasi. Uji
pendahuluan
dilakukan terhadap bahan alam yang baru diambil dari alam dengan
menggunakan pereaksi kimia yang sesuai. Senyawa kimia yang
berkhasiat sebagai obat yang terdapat dalam bahan (1). Senyawa
kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah hasil dari
metabolit sekunder yang berupa alkaloida, steroida/terpenoida,
flavonoida atau fenolik. Senyawa ini di antaranya berfungsi sebagai
pelindung terhadap serangan atau gangguan yang ada di sekitarnya
dan sebagai antibiotika selain itu juga berpotensi sebagai
antioksidan.
II.2 Alkaloid Dalam dunia medis, istilah alkaloid telah lama
menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang
telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid
baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid
merupakan senyawa organik terbanyak yang ditemukan di alam. Hampir
semua alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang
berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung
alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat
ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu. Berdasarkan
literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai
keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada
makhluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari
dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai
ekstrak tumbuhan. Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit
satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian
dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan
kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi.(2). Ciri-ciri dari alkaloid antara lain : a. Biasanya
merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut
dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid berwujud
cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna, misalnya
berberin (kuning). b. Bersifat basa (pahit, racun). c. Mempunyai
efek fisiologis serta aktif optis. d. Dapat membentuk endapan
dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam
pikrat, dan kalium merkuriiodida (3). Alkaloid tidak mempunyai nama
yang sistematik, sehingga nama dinyatakan dengan nama trivial
misalnya kodein, morfin, heroin, kinin, kofein, nikotin. Hampir
semua nama trivial diberi akhiran in yang mencirikan alkaloid.
Pembagian alkaloid didasarkan pada :
1. Jenis gugus kromofor yang berbeda, misalnya alkaloid indol,
isokuinolin atau kuinolin. 2. Tumbuhan asal pertama kali ditemukan,
misalnya alkaloid tembakau 3. Jenis ikatan yang predominan dalam
alkaloid tersebut. Pembagian alkoloid yang lain adalah: a. Alkoloid
heterosiklis; b. Alkaloid dengan eksossiklis dan amina alifatis; c.
Alkaoid putreskin, spermidin dan spermin; d. Alkaloid peptida; e.
Alkaloid terpen dan steroidal (3).
II.3 Saponin Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada
pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan
konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi
oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam
tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan
karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolism
tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap
serangga.(2) Sifat-sifat saponin adalah : 1. Mempunyai rasa pahit
2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil 3. Menghemolisa
eritrosit 4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksi steroid
lainnya 6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
II.4 Flavonoid Flavonoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan
yang sangat tinggi di dalam buah apel, bawang-bawangan. Flavonoid
disatukan melalui jalan kecil phenylpropanoid-asetat di dalam semua
tumbuhan yang lebih tinggi. Itu bertanggung jawab atas banyak
aktivitas biologi yang termasuk pigmen-pigmen, antioksidatif atau
agen-agen alergi anti, dan unsur-unsur pemberian isyarat di dalam
formasi bongkol yang kecil-kecil.(2). Ciri-ciri dari senyawa
flavonoid yaitu pada umumnya, cincin A dari struktur flavonoid
mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling, yaitu pada posisi
2, 4, dan 6 dari struktur terbuka calkon. Dalam banyak hal, cincin
B dari struktur flavonoid mempunyai sebuah gugus fungsi oksigen
pada posisi para, atau dua yang masing-masing berada pada posisi
para dan meta, atau pula tiga dimana satu pada posisi para dan dua
pada posisi meta. Pola oksigenasi dari cincin B dimana terdapat
tiga gugus fungsi oksigen jarang dapat ditemukan. Selain itu,
cincin B yang tidak teroksigenasi, atau teroksigenasi pada posisi
orto sangat jarang ditemukan. Pola oksigenasi dari cincin A
mengikuti pola florogusional dan cincin B mengikuti pola katekol
atau fenol. Cincan A struktur flavonoid seringkali
teralkilasi, baik oleh gugus metil (berasal dari metionin), atau
oleh isoprenil C5 yang berasal dari isopentil pirofosfat, maupun
suatu C-glikosida (3). Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan
rantai C3 yaitu : a. Katekin dan proantosianidin Katekin dan
proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang mempunyai banyak
kesamaan, terdapat pada tumbuhan kayu. Katekin ditemukan dalam
paku-pakuan dan dua spesies
Equisetum. Tiga jenis katekin yaitu katekin (+) dan katekin (-)
hidrogen-2 dan hidrogen-3 nya trans. Beberapa katekin terdapat
sebagai ester asam galat. Proantosianidin adalah senyawa yang
membentuk antosianidin jika dipanaskan dengan asam. b. Flavanon dan
flavanonol Bewarna kuning sedikit karena kosentrasinya rendah.
Flavanon sering terjadi sebagai aglikon tetapi beberapa
glikosidanya dikenal sebagai hesperidin dan naragin dari kulit
jeruk.
Flavononol merupakan flavonoid yang paling kurang dikenal,
senyawa ini stabil dalam asam klorida panas tetapi terurai oleh
basa hangat menjadi kalkon. c. Terpenoid Senyawa terpen pada
awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari
atom C dan H, dengan perbandingan 5 : 8 dengan rumus empiris C5H8 (
unit isprena ), yang bergabung secara head to tail ( kepala
ekor).
Banyak terpenoid terdapat secara alami dalam tumbuhan tidak
dalam keadaan bebas tetapi sebagai ester atau glikosida.
Berdasarkan jumlah atom karbon, terpenoid dikelompokkan menjadi
monoterpen (C = 10), seskuiterpen (C = 15), diterpen (C = 20),
triterpen (C = 30), tetraterpen (C = 40), dan politerpen (C >
40) (3).
II.5 Terpenoid Terpena adalah suatu golongan hidrokarbon yang
banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada geta
dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena
dan modifikasinya , terpenoid merupakan metabolit sekunder. Terpena
dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama
serangga dan beberapa hewan laut. Sebagai contoh, senyawa-senyawa
steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena, juga karoten dan
retinol.(2).
BAB III METODE KERJA
III.1
Alat dan Bahan
III.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan adalah botol coklat,
gegep, pipet tetes, rak tabung, sendok tanduk besi, pinset, pipet
skala, plat tetes, batang pengaduk, dan tabung reaksi. III.1.2
Bahan Bahan-bahan yang dugunakan adalah air suling, ekstrak buah
malimali pereaksi FeCl3 10%, HCl 2N, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Liebermann-Burchard, pereaksi Mayer, pereaksi Sitoborat, dan
pereaksi Wagner.
III.2
Cara Kerja
A. Alkaloid Disiapkan alat dan bahan. Dimasukkan ekstrak metanol
dalam tabung reaksi secukupnya lalu ditambahkan 1 2 ml HCl 2N dan
10 ml air. Diaduk dengan batang pengaduk hingga larut lalu dibagi
ke dalam tiga tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan reagen
dragendorf, tabung kedua ditambahkan reagen wagner, tabung ketiga
ditambahkan reagen meyer. Diamati perubahan yang terjadi.
B. Flavonoid Disiapkan alat dan bahan. Dilarutkan secukupnya
ekstrak dengan metanol didalam vial. Lalu ditotolkan pada lempeng
yang telah dipotong dengan ukuran 1 x 7 cm dan dielusi. Kemudian
lempeng yang telah selesai dielusi disemprot dengan reagen
sitoborat dan diamati lempeng pada UV 253 nm dan 366 nm. C. Steroid
/ Terpen Disiapkan alat dan bahan. Dimasukkan ekstrak metanol dalam
tabung reaksi secukupnya. Lalu ditambahkan reagen Lieberman-
Bourchard. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. D.
Saponin Disiapkan alat dan bahan. Dimasukkan ekstrak metanol
secukupnya kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan air panas
sebanyak 10 ml. Didiamkan beberapa saat lalu dikocok kuat-kuat.
Jika terbentuk busa, ditambahkan HCl 2N sebanyak dua sampai tiga
tetes. Diamati perubahan yang terjadi. E. Fenolik Isiapkan alat dan
bahan. Diambil ekstrak metanol secukupnya dan diletakkan di atas
plat tetes. Ditetesi denagn reagen FeCl3 10% sebanyak dua sampai 3
tetes. Diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan SAMPEL UJI Steroid atau terpen Ekstrak
metanol buah mali-mali (Lee aquleata) Alkaloid Fenolik Flavonoid
Saponin HASIL Tidak dilakukan Tidak dilakukan Positif Negatif Tidak
dilakukan
IV.2 Gambar
Uji Fenolik
Uji Flavonoid
IV.3 Reaksi a. Uji Alkaloid (Dragendorff) Bi(NO3)3 + 3KI BiI3
Coklat + 3KNO3
BiI3
+
KI
K [BiI4] Kalium tetraiodobismutat
+N
K [BiI4]
Kalium tetraiodobismutat
N
+
[BiI4]oranye
Kalium-Alkaloid endapan
b. Uji Flavonoid
c. Uji Steroid dan Terpenoid
BAB V PEMBAHASAN
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat pada suatu tanaman. Hal ini berfungsi sebagai data awal
untuk menentukan metode ekstraksi yang akan digunakan agar
komponen aktif yang terdapat pada sampel dapat diekstrasi secara
optimal. Senyawa kimia yang bermanfaat obat dari tumbuhan adalah
hasil dari metabolit sekunder yang berupa alkaloida,
steroida/terpenoida, flavonoida saponin, dan fenolik. Senyawa ini
di antaranya berfungsi sebagai pelindung terhadap serangan atau
gangguan yang ada di sekitarnya dan sebagai antibiotika. Selain
itu, juga berpotensi sebagai antioksidan. Komponen yang terdapat
dalam ekstrak metanol buah mali-mali (Lee aquleata) dianalisis
golongan senyawanya dengan tes uji warna dengan flavonoid, beberapa
pereaksi untuk golongan senyawa alkaloid,
steroid/terpen, fenolik, dan saponin. Akan tetapi dalam
praktikum uji pendahuluan ini, untuk sampel buah mali-mali hany
dilakukan pengujian untuk senyawa fenolik, flavonoid dan saponin.
Hal ini disesuaikan dengan kandungan yang diperoleh dari literatur
dan pereaksi yang tersedia. Pada uji fenolik diperoleh hasil yang
positif dimana terlihat warna hijau pada saat ditetsi dengan FeCl3
. Hal ini diketahui dengan cara,
setelah ditetesi dengan pereaksi FeCl3 segera diamati. Karena
apabila kita mengamati beberapa saat kemudia setelah ditetesi warna
hijau dari daun akan larut dalam pereaksi, sehingga sulit dibedakan
hasil postifnya. Pada uji saponin sampel buah penambahan air panas
bertujuan untuk membentuk busa pada sampel dan ketika busa
terbentuk, ditambahkan HCl. Jika busa tetap ada artinya positif
saponin. Alasan penambahan HCl karena saponin bersifat asam dan
netral dan jika ditambahkan HCl akan menimbulkan asam yang tetap
sehingga busa tidak hilang (tetap). Pada uji flavonoid, sampel
metanol dielusi terlebih dahulu dengan menggunakan eluen yang
cocok. Disini digunakan eluen heksan : etil (3 : 1). Karena
berdasarkan pada profil KLT dengan eluen nonpolar tersebut,
terlihat pemisahan yang bagus. Hal inilah yang digunakan sebagai
dasar dalam pemilihan eluen. Dalam pengujian ini yang ingin dilihat
adalah noda yang merupakan senyawa flavonoid. Akan tetapi hasil
yang ditunjukkan dari pengujian ini bernilai negatif. Karena pada
saat dilihat pada UV 254 nm tidak terlihat warna jingga kemerahan
dan pada UV 366 nm juga tidak terlihat warna kuning kehijauan.
BAB VI PENUTUP
VI.I Kesimpulan Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak buah malimali (Lee aquleata) mengandung senyawa fenol dan
flavonoid.
VI.2 Saran Sarana dan prasarana laboratorium mohon dilengkapi
agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alam, Gemini dan dkk. 2012. Penuntun Praktikum Fitokimia.
Makassar :Fakultas Farmasi UNHAS 2. Harborne, J.B. 2006. Metode
Fitokimia. Bandung : ITB 3. http://rudisyah.wordpress.com/. Diakses
pada tanggal 9 Mei 2012
LABORATORIUM FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP KELOMPOK UJI PENDAHULUAN
KELOMPOK VIII : ISMAWATI ERWINDA DESRIANI RAZAK
NURUL MUTMAINNAH IKA MERDEKAWATI
GOLONGAN : JUMAT ASISTEN : ARFIANA
MAKASSAR 2012