•••••••
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nyapenyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 dapatterselesaikan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ini merupakan bentukpertanggungjawaban tugas pokok dan fungsi dalam rangka mewujudkan visi dan misiorganisasi melalui pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 jugamerupakan salah satu perwujudan tekad untuk senantiasa bersungguh-sungguhmewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara dan pernbanqunan yang didasarkanpada prinsip-prinsip Good Governance, sebagai langkah tindak lanjut Undang-UndangNomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,Kolusi dan Nepotisme, dan Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang AkuntabilitasKinerja Instansi Pemerintah serta Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 TentangPercepatan Pemberantasan korupsi.
Dengan telah disusunnya Laporan kinerja Tahun 2017 ini, diharapkan akan memberikanmanfaat nyata sehingga pada masa depan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DirektoratJenderal Perhubungan Udara dapat diselenggarakan lebih efektif dan efisien.
Kami menyadari dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat JenderalPerhubungan Udara Tahun 2017 ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kamimengharapkan tanggapan dan kritik serta saran dari instansi yang memerlukan bagiperbaikan penyusunan Laporan Kinerja di masa mendatang.
Jakarta, 2018
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Dr. Ir. AGUS SANT SO M.SePembina Utama Madya (IV/d)NIP. 195808041997111 001
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
ii LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 disusun sebagai
gambaran tolak ukur keberhasilan dan kekurang berhasilan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya selama Tahun 2017.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada dasarnya adalah gambaran
secara transparan pencapaian kinerja selama tahun anggaran 2017 dikaitkan dengan
upaya-upaya strategis dan operasional yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan dan
sasaran stratejik dalam kerangka pemenuhan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Dalam mewujudkan Visi dan menjalankan Misi, Ditjen Perhubungan Udara mempunyai
tujuan dan sasaran sebagai berikut :
a. Tujuan 1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah
2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi udara;
3. Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
5. Meningkatkan layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan,
terluar dan terpencil
6. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi udara
7. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
b. Sasaran
Dalam Perubahan Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015 – 2019
mempunyai 8 (delapan) sasaran, yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke
depan sebagai berikut :
1. Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan
memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
2. Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
4. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
5. Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan,
terluar dan terpencil
6. Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
iii LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
7. Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
8. Terwujudnya good governance and clean government di Ditjen Perhubungan
Udara
Capaian kinerja rata-rata Ditjen Perhubungan Udara pada tahun 2017 sebesar
104,74%. Dari 8 (Delapan) sasaran yang ditargetkan dalam Laporan Kinerja Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017, terdapat 4 (empat) sasaran dengan rata -
rata nilai capaian kinerja diatas 100% dan 4 (empat) sasaran memiliki rata-rata nilai
capaian kinerja dibawah 100% yakni :
Capaian kinerja rata-rata Ditjen Perhubungan Udara pada tahun 2017 sebesar
104,74%. Dari 8 (Delapan) sasaran yang ditargetkan dalam Laporan Kinerja Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017, terdapat 4 (empat) sasaran dengan rata -
rata nilai capaian kinerja diatas 100% dan 4 (empat) sasaran memiliki rata-rata nilai
capaian kinerja dibawah 100% yakni :
1. Sasaran I : Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional dengan persentase rata-rata capaiannya sebesar 88,57 %, nilai ini dikontribusi oleh 1 indikator pembentuk yang tidak mencapai target yang
ditetapkan disebabkan karena belum direvisinya KM 69 Tahun 2013 tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional, alasan lain penyebab tidak meningkatnya
realisasi rasio konektifitas antar wilayah ini adalah karena mekanisme perhitungan
Capaian 100%
iv LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
masih menggunakan luas wilayah total Negara Kesatuan Republik Indonesia
sementara area pelayanan Bandar Udara ditempatkan pada lokasi lokasi yang
berpenduduk sehingga dengan kata lain nilai rasio 0,62 sebenarnya sudah
mengcover seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia, sementara
deviasai sebesar 0,38 adalah wilayah NKRI yang tidak ditempati penduduk dan
sebagian besar merupakan perairan Nasional.
2. Sasaran III : Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara dengan rata rata capaian kinerja sasaran sebesar 92,52 %,
indikator ini dibentuk oleh 4 (empat) indikator kinerja dimana terdapat 1 (satu)
indikator kinerja mencapai target yang ditetapkan dan 3 (tiga) indikator yang tidak
mencapai target yang ditetapkan dengan rincian sebagi berikut :
1) Indikator “Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi
udara” tidak mencapai target karena :
a. Belum banyaknya teknologi pesawat yang menggunakan bahan bakar
biofuel dan biodiesel di tahun 2017, sehingga hanya sedikit memberikan
kontribusi dalam penurunan emisi gas CO2
b. Masih sedikitnya Bandar Udara yang mengaplikasikan penggunaan
renewable Energi (energy terbaharukan) khususnya dalam penggunaan
Solar Cel dan Hybride Energi sebagai sumber energy untuk Operasional
Bandar Udara
c. Investasi penggunaan Energi Terbaharukan masih relative mahal
dibandingkan dengan penggunaan Bahan Bakar Konvensional
d. Peremajaan pesawat Udara bukan merupakan tugas dan fungsi secara
langsung Ditjen Perhubungan Udara sehingga terkait perhitungan jumlah
penurunan Emisi gas buang masih dilakukan institusi lain dan masih
sulitnya untuk mendapatkan data secara cepat dan tepat.
e. Perhitungan penurunan Emisi Gas CO2 masih menggunakan data asumsi,
belum ada pembanding berdasarkan perhitungan real di lapangan sehingga
tingkat kebenarannya masih perlu penelitianh lebih lanjut.
2) Indikator “Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi
udara”
Pada tahun 2017 dicapai persentase nilai On time Perfirmance sebesar 80,14%
atau setara dengan capaian kinerja sebesar 94,28% dari target yang ditetapkan
v LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
sebesar 85% dikarenakan adanya Keterlambatan dan Pembatalan
Penerbangan Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal Perioda Januari
– November Tahun 2017 dari 14 (empat belas) Badan Usaha Angkutan Udara
Niaga Berjadwal sebanyak 828.031 (delapan ratus dua puluh delapan ribu tiga
puluh satu) penerbangan
3) Indikator Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis
online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara
Capaian Kinerja terkait indicator ini di tahun 2017 mencapai nilai kepuasan
pelanggan sebesar 80,93% atau setara dengan capaian kinerja sebesar
97,21% (80,93/83,25) dari target yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara
Sebesar sebesar 83,25% masih belum memenuhi target yang ditetapkan
dengan dengan deviasi sebesar 2,32%.
Adapun kendala yang dihadapi terkait tidak tercapainya capaian kinerja
indicator ini adalah :
1) Mekanisme perhitungan terhadap survey kepuasan pengguna jasa saat ini
pada 2017 hanya diwakili oleh beberapa pengguna jasa dari setiap operator
penerbangan (bukan end user) yang di tugaskan dengan Surat Penugasan
untuk mengelola proses layanan jasa online yang ada.
2) Saat ini belum semua pelayanan Jasa Bandar Udara dapat dilakukan
secara Online karena proses penyusunan aplikasi online yang handal
membutuhkan waktu dan biaya yang besar untuk itu prosesnya dilakukan
secara bertahap.
3. Sasaran V : Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil dengan rata rata capaian kinerja
sasaran sebesar 74,63 % yang dibentuk oleh 1 (satu) indikator kinerja yaitu
Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar
dan terpencil dengan capaian sebesar 2.50 atau 74,63% dari target yang
ditetapkan sebesar 3,35. Tidak tercapainya target dikarenakan nilai rasio
merupakan perbandingan jumlah rute yang melayani terhadap rute yang
ditetapkan merupakan rute komersil dan perintis. Sedangkan pada tahun 2017
rute perintis yang terlayani hanya 152 rute dari 188 rute yang tercantum dalam
KP 068 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Keputusan Dirjen Perhubungan
Udara Nomor KP. 353 Tahun 2016 tentang Rute dan Penyelenggara Subsidi
vi LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Angkutan Udara Perintis untuk Penumpang serta Penyelenggara dan lokasi
Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pesawat Udara Tahun Anggaran
2017.
4. Sasaran VII : Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional dengan rata rata capaian kinerja sasaran sebesar 98,65 %,
indikator ini dibentuk oleh 2 (dua) indikator kinerja dimana terdapat 1 (satu)
indikator kinerja mencapai target yang ditetapkan dan 1 (satu) indikator yang tidak
mencapai target yang ditetapkan dengan rincian sebagi berikut :
1) Indikator “Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi
penerbangan yang bersertifikat”
Jumlah total fungsional personil teknisi penerbangan yang telah memiliki lisensi
pada tahun 2017 adalah sebanyak 1183 orang yang setara dengan persentase
pemenuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan sebesar 33,31%, sehingga
tercapai capaian kinerja tahun 2017 adalah sebesar 90,23% dari target yang
ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara sebesar 36,92% atau setara dengan
jumlah jabatan fungsional teknisi penerbangan sebanyak 1311 orang. Tidak
tercapainya target dikarenakan :
1) Pengurangan jabatan fungsional penerbangan di lingkungan transportasi
udara ini lebih disebabkan karena adanya optimalisasi yang dilakukan
Ditjen Perhubungan Udara
2) Keterbatasan anggaran untuk penyediaan perangkat perangkat penunjang
untuk melakukan pemrosesan lisensi maupun sertifikasi.
3) Kurangnya staf administrasi dengan kualifikasi yang sesuai, hal ini juga
terkait moratorium yang merupakan kebijakan Kementerian PAN dan RB
untuk tidak melakukan penerimaan CPNS pada Tahun anggaran 2017.
4) Kualifikasi dan pemahaman staf administrasi lisensi dalam pelaksanaan
tugasnya tidak sama, mengingat untuk staf administrasi terkait pengurusan
lisensi personil penerbangan memiliki standar kompetensi yang telah
dibakukan oleh standar internasional yakni kompetensi untuk staf PEL
(Personil Lisensi). Untuk setiap staf PEL harus mengimplementasikan
regulasi CASR khususnya Part 61 dan 63 terkait pilot dan personil
penunjang operasi penerbangan lainnya (FA, FOO, FN, AMEL).
vii LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
5) Koordinasi antara inspektur dengan staf administrasi lisensi terutama
terhadap pemrosesan lisensi masih belum berjalan dengan optimal
dikarenakan beban kerja inspektur dengan kompetensi penerbang yang
sangat besar sementara jumlah inspektur sangat terbatas.
6) Proses recruitment dan pemenuhan kompetensi membutuhkan waktu dan
tidak dapat dilakukan secara sekaligus dalam tahun yang sama hal ini
terkait dengan rancangan/kerangka pengganggaran serta keterbatasan
instruktur yang memenuhi kompetensi sehingga pemenuhan kebutuhan
jumlah SDM fungsional teknisi penerbangan dilakukan secara bertahap
setiap tahunnya guna memenuhi target Renstra di tahun 2019
7) Adanya kebijakan dari pemerintah (Kementerian PAN dan RB) di tahun
2015 s.d 2016 terdapat moratorium penerimaan CPNS sehingga target di
tahun 2017 masih belum tercapai sementara kebutuhan akan teknisi
penerbangan terus bertambah seiring dengan pertambahan jumlah
pesawat udara.
Permasalahan dalam pencapaian target dan kinerja tahun 2017 diantaranya sebagai berikut : 1. Kurangnya sumber daya manusia di daerah terkait ketersediaan personil
Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah sehingga proses pelelangan
mengalami keterlambatan.
2. Masalah pembebasan lahan oleh Pemda mengalami hambatan sehingga
berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan khususnya kegiatan yang berada di
wilayah timur Indonesia.
3. Alokasi anggaran masih berdasarkan pada aspek pemerataan pendistribusian
walaupun sudah mulai berdasarkan perencanaan (belum optimum) sehingga
masih ditemukan adanya alokasi anggaran yang tidak terlaksana akibat
ketidaksiapan bandar udara dalam memenuhi aspek teknis maupun administrasi.
Beberapa hal yang disarankan dalam perbaikan guna peningkatan kinerja tahun 2018 sebagai berikut : 1. Peningkatan koordinasi antara Satuan Kerja di lokasi dengan instansi lain
(Pemda setempat) dalam memperoleh ijin agar tidak menghambat pelaksanaan
pekerjaan.
viii LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2. Mengoptimalkan proses lelang tidak mengikat untuk pekerjaan pekerjaan fisik
yang membutuhkan waktu pelaksanaan panjang sehingga penyelesaian
pekerjaan tidak melewati tahu anggaran berjalan.
3. Diupayakan dalam penyusunan anggaran Ditjen perhubungan udara dapat
mempertimbangkan sistem distribusi anggaran berbasis kinerja dan
perencanaan.
4. Target indikator kinerja hendaknya mempertimbangkan terhadap capaian kinerja
tahun lalu sebagai acuan dan hendaknya dalam menetapkan nilai target kinerja
dapat mengakomodir terhadap perhitungan sumberdaya yang dimiliki (SDM,
Biaya dan Infrastruktur/Sarana dan Prasarana)
ix LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
D A F T A R I S I
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
RINGKASAN EKSEKUTIF.................................................................... ......... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang ......................................................................... Bab I - 1
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ..................................... Bab I - 2
C. Sumber Daya Manusia ............................................................. Bab I - 3
D. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama (Strategic Issued).. Bab I - 4
1. Pemisahan Oprator Dan Regulator ..................................... Bab I - 4
2. Globalisasi .......................................................................... Bab I - 5
3. Pembangunan yang Berkelanjutan ..................................... Bab I - 5
4. Konektivitas Transportasi Nasional ..................................... Bab I - 6
5. Isu Gender dalam Transportasi ........................................... Bab I - 6
E. Sistematika Penyajian .............................................................. Bab I - 6
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Tahun 2015-2019 ..................................................................... Bab II - 1
1. Visi Dan Misi ....................................................................... Bab II - 2
2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama ..................... Bab II - 3
B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) DitjenPerhubunganUdara ..... Bab II - 8
C. Perjanjian Kinerja ..................................................................... Bab II - 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2014 A. Capaian Kinerja ....................................................................... Bab III - 1
1. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017 .... Bab III - 3
2. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2013
s.d 2017 .............................................................................. Bab III - 19
3. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2013 s.d 2017
dengan Target RPJM .......................................................... Bab III – 69
x LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
4. Analisis Penyebab Keberhasilan/ Kegagalan Atau
Peningkatan Penurunan Serta Alternative Solusi ................ Bab III - 77
5. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya...................... Bab III - 126
B. Realisasi Anggaran .................................................................. Bab III - 135
BAB IV P E N U T U P ...............................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................... Bab IV - 1
B. Saran Dan Tindak Lanjut .......................................................... Bab IV - 5
LAMPIRAN Lampiran 1 : Formulir Rencana Stratejik (RS)
Lampiran 2 : Formulir Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Lampiran 3 : Formulir Perjanjian Kinerja (PK)
Lampiran 4 : Formulir Pengukuran Kinerja
Lampiran 5 : Uraian Kejadian Pada AOC 121 dan 135 Dengan Korban Jiwa
dan Pesawat Rusak Berat
Lampiran 6 : Jumlah Pengembangan, Rehabilitasi, dan Pemeliharaan
Fasilitas Bandar Udara
Lampiran 7 : Jumlah Prasarana yang Telah Menerapkan Konsep Ramah
Lingkungan
Lampiran 8 : Daftar Sertifikat Bandar Udara yang Telah Dikeluarkan Pada
Tahun 2017
Lampiran 9 : Daftar Register Bandar Udara yang Telah Dikeluarkan Pada
Tahun 2017
Lampiran 10 : Daftar Jumlah Pembangunan Bandar Udara Baru Yang Telah
selesai Dibangun Dan Siap Dioperasionalkan
Lampiran 11 : Daftar Peraturan Yang Diterbitkan Pada Tahun 2017
Lampiran 12 : Tabel Perhitungan Rasio Kecelakaan AOC 121 & AOC 135
Lampiran 13 : Daftar Kota Yang Terhubungi (Penerbangan Perintis dan
Komersial)
Lampiran 14 : Dokumentasi Kegiatan Tahun 2017
xi LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
D A F T A R T A B E L
Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Ditjen Perhubungan Udara berdasarkan Latar
Belakang Pendidikan .......................................................................... Bab I - 3
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama pada Rencana
Strategis Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 ...................... Bab I - 3
Tabel 2.2. Matriks Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama pada Review
Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 ...... Bab II - 6
Tabel 2.3. Matriks Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2018 ........................................................................................ Bab II - 9
Tabel 2.4. Matriks Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2018 yang telah disesuaikan dengan Review Rencana
Strategis Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 ...................... Bab II - 13
Tabel 2.5. Matriks Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2018 ..... Bab II - 16
Tabel 2.6. Matriks Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2018
Yang telah disesuaikan dengan Review Rencana Strategis Ditjen
Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 .............................................. Bab II - 20
Tabel 3.1. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017 ................... Bab III - 3
Tabel 3.2. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2013 – 2017 ........ Bab III - 19
Tabel 3.3. Jumlah kejadian “Air Traffict Incident” dan Jumlah Pergerakan
Pesawat Udara ................................................................................... Bab III - 29
Tabel 3.4. Tabel Persentase Jumlah Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap
pelayanan berbasis Online untuk sertifikasi Personil Dan Operasi
Pesawat.............................................................................................. Bab III - 43
Tabel 3.5. Matriks Perbandingan Realisasi Kinerja dari Tahun 2013-2017
Dengan Target Jangka Menengah ...................................................... Bab III - 69
Tabel 3.6. Daftar Bandar Udara Baru Yang akan di Bangun .............................. Bab III - 77
Tabel 3.7. Asumsi 30 Bandar Udara dengan Jumlah Penumpang > 500 K/H ...... Bab III - 86
Tabel 3.8. Total Sertifikat Bandar Udara yang di keluarkan sampai tahun 2017 .. Bab III - 92
Tabel 3.9. Register Bandar Udara yang di keluarkan sampai tahun 2017 .......... Bab III - 92
Tabel 3.10. Data Penurunan Emisi Karbon CO2 Sub Sektor Transportasi Udara
Tahun 2017 ........................................................................................ Bab III - 97
Tabel 3.11. Detail Rute Perintis Kargo Program Jembatan Udara ......................... Bab III - 111
Tabel 3.12. Deregulasi Peraturan dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara .......... Bab III – 112
xii LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.13. Tingkat Penyerapan Anggaran Tahun 2016 perbulan ......................... Bab III - 126
Tabel 3.14. Matriks Penghitungan Capaian Kinerja dalam rangka Penghitungan
Efisiensi dan Nilai Efisiensi ................................................................. Bab III - 128
Tabel 3.14. Nilai Efisiensi dari Tahun 2015 – 2017 ................................................ Bab III - 132
Tabel 3.15. Matriks Capaian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara yang Mendukung
Capaian Kinerja Kementerian Perhubungan ...................................... Bab III - 133
Tabel 3.16. Matriks Perkembangan Pagu Anggaran DItjen Perhubungan Udara
dari Tahun 2013 – 2017 ..................................................................... Bab III - 136
Tabel 3.17 Matriks Realisasi dan Sisa Pagu Anggaran Ditjen Perhubungan Udara
dari Tahun 2013 – 2017 ...................................................................... Bab III - 137
xiii LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
D A F T A R G R A F I K
Grafik 3.1. Grafik Realisasi Terhadap Target Rasio Konektifitas Antar Wilayah ... Bab III - 23
Grafik 3.2. Grafik Capaian Rata-Rata Sasaran “meningkatnya Keselamatan
Dan Keamanan Transportasi Udara” ................................................. Bab III - 25
Grafik 3.3. Grafik Target Terhadap Realisasi Indikator KInerja “Rasio
Kecelakaan Transportasi Udara” ....................................................... Bab III - 26
Grafik 3.4. Grafik Capaian Kinerja Rasio terjadinya tindakan melawan hukum
Tahun 2017 ........................................................................................ Bab III - 27
Grafik 3.5 Grafik Target Terhadap Realisasi Indikator Kinerja “Rasio Air
Traffic Incident (Kejadian dari 100.000 pergerakan)” .......................... Bab III - 28
Grafik 3.6. Grafik Capaian KInerja Indikator “Rasio Air Traffic Incident
(Kejadian dari 100.000 pergerakan)” .................................................. Bab III - 29
Grafik 3.7. Grafik Realisasi terhadap Target Indikator Kinerja “Rasio Gangguan
keamanan pada pelayanan Jasa Transportasi Udara ........................ Bab III - 30
Grafik 3.8. Grafik Capaian Kinerja “Rasio Gangguan keamanan pada pelayanan
Jasa Transportasi Udara ................................................................... Bab III - 31
Grafik 3.9. Grafik Realisasi Terhadap Target Indikator “Rasio Pemenuhan
Sertifikasi di bidang pelayanan Navigasi Penerbangan” .................... Bab III - 32
Grafik 3.10. Grafik Realisasi Capaian Kinerja Indikator “Rasio Pemenuhan
Sertifikasi di bidang pelayanan Navigasi Penerbangan ...................... Bab III - 33
Grafik 3.11. Grafik Realisasi Terhadap Target Indikator “Rasio pemenuhan
Sertifikasi Bandar Udara” ................................................................... Bab III - 34
Grafik 3.12. Capaian Kinerja Indikator “Rasio pemenuhan Sertifikasi
Bandar Udara .................................................................................... Bab III - 35
Grafik 3.13. Grafik Capaian Sasaran “Meningkatnya Kinerja Pelayanan Sarana
Dan Prasarana Transportasi Udara” ................................................... Bab III - 36
Grafik 3.14. Grafik Realisasi terhadap Target “Persentase penurunan gas rumah
kaca dari sektor transportasi udara” ................................................... Bab III - 37
Grafik 3.15. Grafik Capaian Kinerja Indikator “Persentase penurunan gas rumah
kaca dari sektor transportasi udara” .................................................... Bab III - 38
Grafik 3.16. Grafik Realisasi terhadap Target “Persentase Capaian On Time
Performance (OTP) Sektor Transportasi Udara” ................................. Bab III – 39
xiv LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.17. Grafik capaian Kinerja “Persentase capaian On Time
Performance (OTP) sektor transportasi udara” .................................. Bab III - 40
Grafik 3.18. Grafik capaian Kinerja “Persentase Kota/Daerah yang terhubungi” ... Bab III - 42
Grafik 3.19. Grafik Formasi Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap pelayanan
berbasis Online untuk sertifikasi Personil Dan Operasi Pesawat ........ Bab III - 43
Grafik 3.20. Grafik capaian Kinerja “Persentase Kota/Daerah yang terhubungi” .... Bab III - 44
Grafik 3.21. Grafik capaian Kinerja Indikator “Persentase Kota/Daerah yang
terhubungi” ......................................................................................... Bab III - 45
Grafik 3.22. Capaian Sasaran “Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana
transportasi udara” ............................................................................. Bab III - 46
Grafik 3.23. Realisasi Terhadap Target Indikator “persentasi peningkatan
kapasitas sarana transportasi ............................................................ Bab III - 47
Grafik 3.24 Capaian Kinerja “Persentase peningkatan kapasitas sarana
transportasi udara” ............................................................................. Bab III - 48
Grafik 3.25. Seat Capacity Terhadap Jumlah Penumpang “Persentase
peningkatan kapasitas sarana transportasi udara” .............................. Bab III - 49
Grafik 3.26. Realisasi Terhadap Target Indikator “Presentasi Peningkatan
Kapasitas Sarana Transportasi Udara” .............................................. Bab III - 50
Grafik 3.28. Capaian Kinerja Indikator “Presentasi Peningkatan Kapasitas
Sarana Transportasi Udara” ............................................................... Bab III - 51
Grafik 3.29. Realisasi Terhadap Target Indikator “Meningkatnya layanan
transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar
dan terpencil” ...................................................................................... Bab III - 52
Grafik 3.30. Realisasi terhadap target Indikator “Persentase pelaksanaan
deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara” ......... Bab III - 54
Grafik 3.31. Capaian Realisasi Jumlah Peraturan yang diterbitkan di bidang
transportasi udara Tahun 2012 – 2017 ............................................... Bab III - 55
Grafik 3.32. Capaian Rata-rata Sasaran “Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan
Udara yang kompeten dan professional” ............................................ Bab III - 56
Grafik 3.33. Realisasi Terhadap Target Persentase pemenuhan kebutuhan
Jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat" ................ Bab III - 57
Grafik 3.34. Capaian Kinerja Indikator “Persentase pemenuhan kebutuhan
jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat" ................. Bab III - 58
Grafik 3.35. Realisasi terhadap target Indikator “Rasio pemenuhan inspektur
penerbangan” ..................................................................................... Bab III – 59
xv LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.36 Capaian Kinerja Indikator “Rasio pemenuhan inspektur
penerbangan ...................................................................................... Bab III – 60
Grafik 3.38. Capaian Rata Rata Sasaran “Terwujudnya good governance dan
clean government di Ditjen Perhubungan Udara” ............................... Bab III - 61
Grafik 3.39 Realisasi terhadap Target Indikator “Nilai AKIP Ditjen Perhubungan
Udara” ................................................................................................ Bab III - 62
Grafik 3.40 Capaian Kinerja Indikator “Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara”...... Bab III - 63
Grafik 3.41 Realisasi terhadap Target Indikator “Persentase penyerapan
anggaran Ditjen Perhubungan Udara” ................................................ Bab III - 64
Grafik 3.42 Capaian Kinerja Indikator “Persentase penyerapan anggaran
Ditjen Perhubungan Udara” ............................................................... Bab III - 65
Grafik 3.43 Realisasi terhadap Target Indikator “Persentase nilai asset
Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi” ................................ Bab III - 66
Grafik 3.44 Capaian Kinerja Indikator “Persentase nilai asset Ditjen
Perhubungan Udara yang diinventarisasi” .......................................... Bab III - 67
Grafik 3.45. Capaian Kinerja Rata Rata DJU terhadap target Renstra
Tahun 2013 s.d Tahun 2017 .............................................................. Bab III - 73
Grafik 3.46. Perkembangan Jumlah Armada Pesawat Udara dari
Tahun 2014 – 2017 ............................................................................ Bab III - 105
Grafik 3.47. Grafik Perkembangan Pagu Anggaran Ditjen Perhubungan Udara
dari Tahun 2013-2017 ....................................................................... Bab III - 136
xvi LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
D A F T A R G A M B A R
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ............ Bab I - 3
Gambar 3.1. Capaian Indikator Kinerja Rasio Konektifitas Antar Wilayah ............... Bab III - 24
Gambar 3.2. Cakupan Pelayanan RADAR System ................................................. Bab III - 83
Gambar 3.3. Cakupan Pelayanan ADS-B System ................................................... Bab III - 84
Gambar 3.4. Lokasi Bandar Udara Rawan Bencana dan Perbatasan
Tahun 2015 – 2019 ............................................................................ Bab III - 109
Gambar 3.5. Lokasi Bandar Udara Perpanjangan Runway Untuk Didarati
ATR 42 dan 72 ................................................................................... Bab III - 110
BAB I - 1 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
KKN menuju tercapainya pemerintahan yang baik (Good Governance) perlu adanya
pertanggungjawaban dari penyelenggara negara yang dilaporkan pada setiap akhir
tahun anggaran dalam suatu Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP),
sebagaimana yang diamanatkan Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah.
Dengan telah diterbitkan Undang - undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 20 tahun 2001, Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang
percepatan pemberantasan korupsi, Instruksi Presiden Inpres Nomor 7 tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, merupakan titik awal reformasi
manajemen sektor publik di Indonesia. Inpres Nomor 7 tahun 1999 tersebut
mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan negara
untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan kebijakan yang
dipercayakan kepadanya.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 disusun
berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 45 Tahun 2016
tentang petunjuk pelaksanaan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perhubungan.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 sebagai
gambaran tolok ukur keberhasilan maupun kekurangberhasilan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya selama Tahun 2017.
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada dasarnya adalah
gambaran secara transparan pencapaian kinerja selama Tahun 2017 dikaitkan
dengan upaya-upaya stratejik dan operasional yang telah dilakukan dalam mencapai
tujuan dan sasaran strategisnya dalam kerangka pemenuhan Visi dan Misi yang telah
ditetapkan. Untuk pemenuhan atas sasaran strategis ini setiap tahunnya disusun dan
BAB I - 2 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
ditetapkan program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, yang
pemenuhannya akan terakumulasi pada pencapaian tujuan strategis Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara di akhir tahun kelima. Apabila tujuan strategis ini telah
terpenuhi maka dapat dipersepsikan bahwa Visi dan Misi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara terpenuhi.
Untuk mengukur capaian kinerja dari setiap kegiatan yang mendukung
pemenuhan sasaran strategis tertentu dilakukan Pengukuran Kinerja terhadap
kegiatan. Capaian kinerja (Performance Result) Tahun 2017 tersebut akan
dibandingkan dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) yang tercantum dalam
Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebagai tolok ukur keberhasilan tahunan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara. Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja
ini akan memungkinkan teridentifikasinya sejumlah celah kinerja (Performance Gap)
bagi perbaikan kinerja di masa mendatang.
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ditetapkan
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2005. Peraturan Presiden tersebut
adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas kabinet dan untuk lebih
meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan agar dapat berjalan lancar, berdaya
guna, dan berhasil guna.
Berdasarkan Peraturan Presiden tersebut, lembaga ini mempunyai tugas
membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di
bidang perhubungan. Sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden tersebut, telah
ditetapkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 86 Tahun 2016 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 189 Tahun 2015
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standarisasi teknis di bidang perhubungan udara. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 372, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan di bidang perhubungan udara;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perhubungan udara;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perhubungan
udara;
BAB I - 3 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang perhubungan
udara;
5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sesuai Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor : PM 86 Tahun 2016 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan adalah sebagai berikut.
STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
C. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor pendukung dalam rangka
tercapainya tujuan suatu organisasi. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memiliki
pegawai sejumlah 8.467 orang dengan komposisi jumlah pegawai menurut latar
belakang pendidikan sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Ditjen Perhubungan Udara berdasarkan
Latar Belakang Pendidikan
No Latar Belakang Pendidikan Jumlah
1. Profesi 3 2. Doktor 2 3. Pascasarjana 363 4. Spesialis 15 5. S-1 1.428 6. D-4 215
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
DIREKTORAT NAVIGASI
PENERBANGAN
DIREKTORAT KELAIKAN UDARA &
PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA
DIREKTORAT KEAMANAN
PENERBANGAN
DIREKTORAT BANDAR UDARA
DIREKTORAT ANGKUTAN
UDARA
BAB I - 4 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No Latar Belakang Pendidikan Jumlah
7. D-3 779 8. D-2 243 9. D-1 79 10. SLTA 3531 11. SLTP 81 12. SR/SD 39
Sedangkan komposisi pegawai menurut penempatan pada unit kerja adalah sebagai
berikut :
1. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sejumlah 1.006 pegawai,
yang terdiri dari Direktorat Bandar Udara sejumlah 163 pegawai, Direktorat
Angkutan Udara sejumlah 105 pegawai, Direktorat Keamanan Penerbangan
sejumlah 105 pegawai, Direktorat Navigasi Penerbangan sejumlah 130 pegawai
dan Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara sejumlah 183
pegawai.
2. Unit Pelayanan Bandar Udara sejumlah 4.696 pegawai yang menyebar di UPBU
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
3. Balai - balai sejumlah 295 pegawai yang terdiri dari Balai Besar Kalibrasi Fasilitas
Penerbangan 129 pegawai , Balai Kesehatan Penerbangan 88 pegawai dan Balai
Teknik Penerbangan 78 pegawai.
4. Kantor Otoritas Bandar Udara sejumlah 781 pegawai yang terdapat di
10 (sepuluh) Kantor Otoritas Bandar Udara.
D. Aspek Strategis dan Permasalahan Utama (Strategic Issued) 1. Pemisahan Operator dan Regulator
Sesuai arahan Menteri Perhubungan, beberapa UPBU dan Balai dilingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan menggunakan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Saat ini terdapat 15 (lima belas)
UPBU yang telah diusulkan menjadi PPK – BLU yaitu Bandar Udara Radin Inten II
Lampung, Bandar Udara Hanandjoedin – Tanjungpandan, Bandar Udara
Fatmawati Soekarno, Bandar Udara Juwata Tarakan, Bandar Udara Kalimau,
Bandar Udara Tjilik Riwut Palangkaraya, Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo,
Bandar Udara Sis Al Jufri Palu, Bandar Udara Halu Oleo Kendari, Bandar Udara
Sultan Babullah Ternate, Bandar Udara Sentani Jayapura, Bandar Udara Mopah
Merauke, Bandar Udara Wamena, Bandar Udara DEO Sorong, Bandar Udara
BAB I - 5 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Rendani Manokwari. Dari 15 (lima belas) usulan tersebut, pada Tahun 2017 telah
ditetapkan 8 UPBU menjadi Badan Layanan Umum (BLU) yaitu : Bandar Udara
Juwata Tarakan, Bandar Udara Jayapura, Bandar Udara Fatmawati Soekarno
Bengkulu, Bandar Udara Radin Inten II Lampung, Bandar Udara Sis Al Jufri Palu,
Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo, Bandar Udara HAS. Hanandjoeddin Tanjung
Pandan dan Bandar Udara Kalimarau Berau.
Pada 3 (tiga) Balai di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara yang diusulkan
menjadi Badan Layanan Umum (PK-BLU), Balai Besar Kalibrasi Fasilitas
Penerbangan dan Balai Teknik Penerbangan telah ditetapkan untuk menerapkan
PK-BLU yaitu Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan melalui Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 13/KMK.05/2016 tanggal 26 Januari 2016 dan Balai
Besar Kesehatan Penerbangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor
148/KMK.05/2016 tanggal 3 Maret 2016. Selain itu terdapat rencana 1 (satu) Balai
Baru yaitu Balai Layanan Umum Sertifikasi.
2. Globalisasi Globalisasi adalah persaingan bebas atau full liberalization, dimana peran swasta
semakin besar sehingga pemerintah harus siap dengan membuat aturan sehingga
terjadi persaingan yang adil.
Di ASEAN, liberalisasi dilakukan pada bidang hard rights (bidang yang berkaitan
langsung dengan hak angkut penerbangan ) dan soft rights.
Pentahapan Liberalisasi dilakukan pada Liberalisasi kargo (Protocol 1 dan
Protocol 2) dan Liberalisasi penumpang (Protocol 1 sampai dengan Protocol 6)
Dalam kondisi globalisasi perusahaan penerbangan yang akan berhasil adalah
perusahaan yang efisien dan memiliki daya saing tinggi.
3. Pembangunan yang berkelanjutan
Pembangunan yang berkelanjutan dalam transportasi udara merupakan
pembangunan sektor transportasi udara yang bertumpu pada kepentingan
ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling terintegrasi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sekarang dan masa datang. Untuk menciptakan sektor
transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah sangat
perlu dilakukan pembangunan yang terus menerus (berkelanjutan) agar
pembangunan dapat dinikmati masyarakat luas.
BAB I - 6 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
4. Konektivitas Transportasi Nasional Pengembangan integrasi konektivitas secara lokal perlu dilakukan integrasi
jaringan transportasi dengan simpul – simpul transportasi yang saling terkait satu
dengan yang lainnya. Dalam pengembangannya, efektivitas dan efisiensi serba
keterhubungan secara global merupakan hal utama yang harus dicapai dalam
sistem konektivitas di tiap – tiap wilayah. Pengembangan transportasi wilayah
dikembangkan dengan menitikberatkan pada konektivitas darat, laut udara dan
perkeretaapian yang menghubungkan antar pulau maupun antar provinsi dengan
mempertimbangkan kondisi geografis wilayah tersebut.
5. Isu Gender dalam Transportasi
Pembangunan di bidang transportasi perlu mendorong terciptanya peran yang
setara antara laki – laki dan perempuan dan kelompok masyarakat lain yang
berkebutuhan khusus sehingga aspirasi, kebutuhan, dan kepentingan mereka
dalam bidang transportasi dapat terakomodir dengan baik.
E. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
- Kata Pengantar - Ringkasan Eksekutif (Eksekutif Summary) - Bab I Pendahuluan.
Pada Bab I disajikan penjelasan umum berupa latar belakang disusunnya LAKIP,
Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Struktur Organisasi
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan penekanan kepada aspek
strategis dan permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi serta
Sistematika Penyajian Laporan Kinerja Tahun 2017.
- Bab II Perencanaan Kinerja
Pada Bab II memuat Perencanaan Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dengan menjelaskan Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan dan
Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2017.
- Bab III Akuntabilitas Kinerja
Pada Bab III menjelaskan beberapa hal sebagai berikut :
a. Capaian kinerja untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis sesuai
dengan hasil pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
BAB I - 7 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tahun 2017 dan dilakukan analisis capaian kinerja dengan cara sebagai
berikut :
1) Membandingkan antara target dan realisasi kinerja Tahun 2017
2) Membandingkan antara realisasi kinerja Tahun 2017 dengan tahun-tahun
sebelumnya
3) Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan Tahun 2017 dengan
target yang terdapat dalam dokumen Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015 - 2019
4) Analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan atau peningkatan/ penurunan
kinerja serta solusi yang telah dilakukan
5) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
6) Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan
pencapaian pernyataan kinerja.
b. Realisasi Anggaran
Dalam sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang telah digunakan untuk
mewujudkan kinerja sesuai dengan Dokumen Perjanjian Kinerja.
- Bab IV Penutup
Pada Bab ini diuraikan kesimpulan atas capaian kinerja Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2017 serta saran tindak lanjut/ langkah di masa
mendatang yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja.
- Lampiran – lampiran Lampiran ini berupa sebagai berikut :
a. Matriks Rencana Strategis Tahun 2015 - 2019
b. Matriks Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2017
c. Matriks Perjanjian Kinerja Tahun 2017
d. Matriks Pengukuran Kinerja Tahun 2017
e. Dokumentasi kegiatan yang mendukung pencapaian kinerja Tahun 2017
f. Lampiran lain yang dianggap perlu
BAB II - 1 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 Rencana strategis menggambarkan hasil dari suatu proses sistematis yang
berkelanjutan dari pembuatan keputusan mengenai arah strategis organisasi dengan
memanfaatkan sebanyak-banyaknya bahan masukan melalui umpan balik yang
terorganisir dan sistematis. Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
yang merupakan instrumen pertanggungjawaban sekaligus instrumen manajemen
kinerja, rencana strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran
kinerja instansi pemerintah. Perencanaan stratejik instansi pemerintah merupakan
integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar dapat
mampu menjawab tuntutan perkembangan strategis, nasional dan global serta tetap
berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program, serta agar mampu eksis
dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah
sangat cepat, suatu instansi pemerintah harus selalu melakukan perubahan menuju
perbaikan. Perubahan tersebut perlu disusun dalam suatu pola yang sistematis dalam
wujud perencanaan strategis dengan tahapan yang konsisten dan berkelanjutan
sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi pada
pencapaian hasil (result oriented).
Rencana Strategis ( RENSTRA) Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019
disusun atas dasar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015 - 2019 yang menjadi acuan dalam pelaksanaan program pembangunan
Kementerian Perhubungan pada Tahun 2015 sampai Tahun 2019. Dengan demikian
rencana strategis yang disusun telah menjangkau substansi tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Rencana strategis mendefinisikan arah
strategis organisasi, cara-cara untuk mencapainya dan metodologi pengukuran proses
pencapaiannya.
Dalam Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah disebutkan bahwa perencanaan strategik merupakan proses yang
berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai 5 (lima)
tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau
mungkin timbul. Rencana Strategis mengandung Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Indikator
Kinerja Utama (IKU) dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) yang meliputi
BAB II - 2 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
kebijakan, program dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan
masa depan. Adapun Rencana Strategis tersebut telah ditetapkan melalui Keputusan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 681 Tahun 2015 dimana sasaran
dan target yang ditetapkan berbasis kinerja serta berorientasi outcome
1. Visi dan Misi Visi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah “Terwujudnya Pelayanan
Transportasi Udara Yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah
Dalam Mendukung Ketahanan Nasional”.
Pelayanan transportasi udara yang handal, diindikasikan oleh
penyelenggaraan transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman
(comfortable), tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan,
menjangkau seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung pembangunan
nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pelayanan transportasi udara yang berdaya saing diindikasikan oleh
penyelenggaraan transportasi yang efisien, dengan harga terjangkau
(affordability) oleh semua lapisan masyarakat, ramah lingkungan, berkelanjutan,
dilayani oleh SDM yang profesional, mandiri dan produktif.
Pelayanan transportasi udara yang memberikan nilai tambah diindikasikan
oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan
produksi nasional melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya peran
serta masyarakat, usaha kecil, menengah dan koperasi, mengendalikan laju
inflasi melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke seluruh
pelosok tanah air, sehingga mampu memberikan kontribusi bagi percepatan
pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja terutama pada
sektor-sektor andalan yang mendapat manfaat dari kelancaran pelayanan
transportasi
Untuk mewujudkan visi tersebut, dirumuskan misi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara yaitu :
1) Meningkatkan pelayanan jasa transportasi udara untuk mewujudkan
konektivitas nasional;
2) Meningkatkan keselamatan, keamanan dan kehandalan transportasi udara
dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi udara;
BAB II - 3 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
3) Peningkatan Penyelenggaraan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
IPTEK dalam rangka pengembangan teknologi transportasi udara yang
ramah lingkungan;
4) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan restrukturisasi/
reformasi kelembagaan dan regulasi.
2. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama : Sebagai penjabaran atas Visi dan Misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,
maka tujuan yang hendak dicapai seperti pada table 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama pada Rencana Strategis
Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2019
NO. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
1.
Mewujudkan keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi udara;
1.
Menurunnya angka kecelakaan transportasi udara;
1) Jumlah pedoman standar keselamatan transportasi udara
2)
Jumlah tingkat kecukupan sarana dan prasarana transportasi udara (fasilitas keamanan dan PKP-PK) - Jumlah peningkatan
fasilitas pelayanan darurat
- Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat
3)
Rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 dengan korban jiwa dan pesawat rusak berat (< 3 kejadian /1 juta flight cycle)
4) Jumlah pesawat udara yang memiliki sertifikat kelaikudaraan
5) Rasio Air Traffic Incident (< 4 kejadian dari 100.000 pergerakan).
6)
Jumlah pemenuhan sertifikasi di Bidang Pelayanan Navigasi Penerbangan
7) Jumlah bandar udara yang akan disertifikat .
2. Menurunnya jumlah gangguan
8)
Rasio terjadinya tindakan melawan hukum yang mengaktifkan program
BAB II - 4 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
keamanan dalam penyelenggaraan transportasi udara;
penanggulangan keadaan darurat keamanan penerbangan (contingency plan) pada kondisi darurat (merah) pada bandar udara dengan jumlah penumpang di atas 500.000 penumpang per tahun
2.
Mewujudkan aksesibilitas dalam mendukung konektivitas dan daya saing logistik nasional
3.
Meningkatnya layanan transportasi udara di perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya
9) Jumlah penumpang perintis yang diangkut
10) Jumlah rute pelayanan angkutan udara perintis
11) Jumlah rute angkutan udara perintis menjadi komersial
3.
Mewujudkan peningkatan kapasitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara;
4.
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda
12) Pengembangan Bandar Udara
13) Pembangunan Bandar Udara Baru
14)
Jumlah bandara dengan kapasitas sesuai kebutuhan jaringan dan kategori yang ditetapkan TKN
15)
Terselenggaranya proses kerjasama pemerintah swasta dalam penyediaan infrastuktur transportasi udara
16)
Jumlah lokasi pengembangan fasilitas antar moda transportasi penumpang dan barang di bandara
5.
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
17)
Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
18) Coverage area pelayanan transportasi udara nasional
19) Jumlah kota/ daerah yang terhubungi
BAB II - 5 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
4.
Memingkatkan profesionalisme SDM transportasi udara dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi;
6.
Terpenuhinya SDM Transportasi udara dalam jumlah dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan
20) Jumlah personil penerbangan yang memiliki lisensi
21) Jumlah Inspektur Penerbangan.
5.
Memperluas peran sektor transportasi udara terhadap pembangunan nasional yang berkelanjutan;
7.
Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi udara;
22) Penurunan emisi gas buang CO2 Sub Sektor Transportasi Udara
23) Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan
6 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
8.
Meningkatnya kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam mewujudkan good governance;
24)
Jumlah penyerderhanaan perizinan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
25) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
26)
Tingkat penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
27)
Nilai aset Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang berhasil diinventarisasi
9.
Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan udara.
28) Jumlah peraturan yang diterbitkan di bidang transportasi udara
Dalam rangka pemenuhan hasil evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap Sistem Akuntabilitas (SAKIP)
Kementerian Perhubungan guna tercapai keselarasan dengan tingkat
BAB II - 6 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Kementerian Perhubungan, pada tahun 2017 Ditjen Perhubungan Udara
melakukan review Rencana Strategis terutama pada indikator kinerja utama yang
merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran yang masih bersifat
output. Adapun review rencana strategis tahun 2015 – 2019 dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Matriks Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja Utama pada Review
Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2019
TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah
1.
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1 Rasio Konektivitas Antar Wilayah.
2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi udara;
2.
Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2 Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
3
Rasio Air Traffic Incident (<4 kejadian dari 100.000 pergerakan);
4
Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara;
5
Rasio pemenuhan sertifikasi dibidang pelayanan navigasi penerbangan
6 Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara;
3. Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
3.
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7
Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara;
8
Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara;
9
Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil
BAB II - 7 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
operasi pesawat udara;
10 Persentase kota/daerah yang terhubungi;
4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
4.
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11
Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara;
12
Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara;
5. Meningkatkan layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
5.
Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
13
Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
6. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi udara
6.
Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
14
Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
15 Rasio pemenuhan inspektur penerbangan;
7. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.
7.
Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
16
Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
8.
Terwujudnya good governance and clean government di Ditjen Perhubungan Udara
17 Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara;
18
Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara;
19
Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi.
BAB II - 8 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
B. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Pencapaian kinerja suatu instansi pemerintah dikaitkan dengan sejauh mana
organisasi tersebut telah melakukan upaya-upaya strategis dan operasional untuk
mencapai sasaran dan tujuan dalam rangka pemenuhan visi dan misinya.
Untuk mengukur kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, capaian kinerja
pada setiap kegiatan yang mendukung pemenuhan sasaran tertentu dilakukan
pengukuran dengan membandingkan antara realisasi yang dicapai dengan rencana
tingkat capaian yang telah ditetapkan, sebagai tolak ukur keberhasilan atau kegagalan
tahunan organisasi.
Dalam rangka mengoperasionalkan rencana stratejik, setiap tahunnya
Perencanaan Stratejik dituangkan dalam suatu Rencana Kinerja Tahunan (Annual
Performance Plan). Rencana strategis bukanlah satu satunya dokumen yang menjadi
acuan dalam menyusun suatu rencana kinerja. Selain Renstra dokumen lain atau
peraturan lain yang menjadi acuan adalah Undang - Undang 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang - Undang No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang – Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,
DPD dan DPRD. Rencana Kinerja merupakan rencana kerja tahunan sebagai
penjabaran lebih lanjut dari perencanaan stratejik, yang di dalamnya memuat seluruh
target kinerja yang hendak dicapai dalam satu tahun mendatang dengan menunjukkan
sejumlah indikator kinerja kunci (key performance indicators) yang relevan. Indikator
dimaksud meliputi indikator-indikator pencapaian sasaran yang merupakan indikator
kinerja utama, dan indikator kinerja kegiatan. Rencana kinerja ini merupakan tolak
ukur yang digunakan dalam menilai keberhasilan/ kegagalan penyelenggaraan
pemerintah untuk periode 1 (satu) tahun kedepan. Dokumen rencana kinerja antara
lain berisikan informasi mengenai sasaran, indikator kinerja yang merupakan indikator
kinerja utama dan target yang akan dicapai pada periode bersangkutan sesuai dengan
target yang ditetapkan dalam rencana strategis.
Kelima sasaran dalam Rencana Stratejik Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dilaksanakan melalui Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi
Udara dan masing-masing sasaran dapat dicapai melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
2. Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat
Udara
3. Pengembangan Angkutan Udara Perintis
4. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara
BAB II - 9 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
5. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Navigasi
Penerbangan
6. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan
Penerbangan
Target Indikator Kinerja Utama pada Rencana Kerja Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2017 sama dengan Target yang ada pada Rencana
Strategis yaitu target yang diusulkan pada pembahasan pagu indikatif (satuan 3)
Tahun 2016, secara garis besar sebagai berikut :
Tabel 2.3. Matriks Rencana Kinerja Tahunan
Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2018
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
1. Menurunnya angka kecelakaan transportasi udara;
1) Jumlah pedoman standar keselamatan transportasi udara
Dokumen 11
2) Jumlah tingkat kecukupan sarana dan prasarana transportasi udara (fasilitas keamanan dan PKP-PK)
Paket 208
- Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat
Paket
44
- Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan
Paket 164
3) Rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 dengan korban jiwa dan pesawat rusak berat (< 3 kejadian /1 juta flight cycle)
Rasio 3,92
4) Jumlah pesawat Pesawat 760
BAB II - 10 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
udara yang memiliki sertifikat kelaikudaraan
5) Rasio Air Traffic Incident (< 4 kejadian dari 100.000 pergerakan).
Rasio 0,000375
6) Jumlah pemenuhan sertifikasi di Bidang Pelayanan Navigasi Penerbangan
Sertifikat 30
7) Jumlah bandar udara yang akan disertifikat.
Bandara 5
2.
Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi udara;
8) Rasio terjadinya tindakan melawan hukum yang mengaktifkan program penanggulangan keadaan darurat keamanan penerbangan (contingency plan) pada kondisi darurat (merah) pada bandar udara dengan jumlah penumpang di atas 500.000 penumpang per tahun
Rasio 0,17
3.
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara;
9) Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prsaranan transportasi udara
Dokumen 5
10) Coverage area pelayanan transportasi
Persentase 85
BAB II - 11 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
udara nasional
11) Jumlah kota / daerah yang terhubungi
Kota 173
4.
Meningkatnya kompetensi SDM transportasi udara;
12) Jumlah personil penerbangan yang memiliki lisensi
Orang 56.000
13) Jumlah inspektur penerbangan. Orang 918
5.
Meningkatnya kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam mewujudkan good governance;
14) Jumlah penyerderhanaan perizinan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Persentase 20
15) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Nilai 91,75
16) Tingkat penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Persentase 86
17) Nilai aset Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang berhasil diinventarisasi
Rupiah 64.036.963.726.267
6.
Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan udara.
18) Jumlah peraturan yang diterbitkan di bidang transportasi udara
Dokumen 30
7. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan
19) Penurunan emisi gas buang CO2 sub sector
Juta ton CO2 3,755
BAB II - 12 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi udara;
transport udara 20) Jumlah prasarana
yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan
Lokasi 5
8.
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda
21) Pengembangan Bandar Udara Bandara 2
22) Pembangunan Bandar udara Baru
Bandara 100
23) Jumlah bandara dengan kapasitas sesuai kebutuhan jaringan dan kategori yang ditetapkan TKN
Bandara 136
24) Terselenggaranya proses kerjasama pemerintah swata dalam penyediaan infrastuktur transportasi udara
Proyek 1
25) Jumlah lokasi pengembangan fasilitas antar moda transportasi penumpang dan barang di bandara
Bandara 7
9.
Meningkatnya layanan transportasi udara di perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya
26) Jumlah penumpang perintis yang diangkut
Penumpang/ tahun 233.972
27) Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara
Rute 208
28) Jumlah rute angkutan udara perintis menjadi komersial
Rute 0
BAB II - 13 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Setelah adanya review rencana strategis Ditjen Perhubungan Udara, terdapat indikator
kinerja utama yang hilang karena bersifat output dan ada yang disempurnakan beserta
dengan target sebagai berikut:
Tabel 2.4. Matriks Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2018
yang telah disesuaikan dengan Review Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2015-2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
1.
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1. Rasio Konektivitas Antar Wilayah 0,72 Rasio
2.
Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2. Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
3,43 Rasio
3. Rasio Air Traffic Incident (<4 kejadian dari 100.000 pergerakan);
0,00037
Rasio
4. Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara;
0,17
Rasio
5. Rasio pemenuhan sertifikasi dibidang navigasi penerbangan
0,80
Rasio
6. Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara;
1 Rasio
3.
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7. Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara;
39,31 %
8. Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara;
85 %
9. Persentase kepuasan 83,25 %
BAB II - 14 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara;
10. Persentase kota/daerah yang terhubungi;
90 %
4.
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11. Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara;
43,31 %
12. Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara;
70 %
5.
Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
13. Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
3,35 %
6.
Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
14. Prosentase pelaksanaan deregulasiperaturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udaram
78 %
7.
Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
15. Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
36,92
Rasio
16. Rasio pemenuhan inspektur penerbangan;
0,65 Rasio
8.
Terwujudnya good governance di Ditjen Perhubungan Udara
17. Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara;
90,75 %
18. Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara;
87 %
19. Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan
80 %
BAB II - 15 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
Udara yang diinventarisasi
C. Perjanjian Kinerja Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 ini,
merupakan bentuk tekad Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mewujudkan ”Good
Governance” dengan mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang merupakan alat ukur keberhasilan organisasi serta menjadi
dasar penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun anggaran 2017.
Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ini merupakan butir-
butir kesepakatan kinerja atau persetujuan kinerja (performance agreement) ataupun
service agreement dan dokumen ”kontrak” antara pimpinan unit - unit kerja dengan
Pimpinan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara serta kontrak kinerja Pimpinan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan Menteri Perhubungan.
Pada konteks implementasi AKIP, Perjanjian Kinerja ini adalah rencana kinerja
tahunan (annual performance plan) merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2015 - 2019 dan Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015 - 2019 yang memuat tujuan dan
sasaran yang akan dicapai dalam lima tahun kedepan. Penetapan Kinerja ini untuk
merinci dan memperjelas target - target kinerja yang akan dicapai kurun waktu satu
tahun serta untuk mempermudah terkait dengan sumber daya dan anggaran yang
telah ditetapkan (pagu defenitif).
Maksud Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017
adalah untuk mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan
akuntabel serta berorientasi pada hasil. Dalam mewujudkan target kinerja jangka
menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan (Renstra),
maka ditetapkan target kinerja tahunan. Target Kinerja Tahunan yang dicantumkan
dalam Rencana Kinerja Tahunan dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 terdapat
perbedaan begitu dengan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara. Hal ini disebabkan fluktuatifnya sumber daya yang dimiliki oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara .
Adapun Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Pada Awal Tahun 2017 sebagai
berikut :
BAB II - 16 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 2.5. Matriks Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2018
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
1. Menurunnya angka kecelakaan transportasi udara;
1) Jumlah pedoman standar keselamatan transportasi udara
Dokumen 11
2) Jumlah tingkat kecukupan sarana dan prasarana transportasi udara (fasilitas keamanan dan PKP-PK)
Paket 132
- Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat
Paket 42
- Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan
Paket 90
3) Rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 dengan korban jiwa dan pesawat rusak berat (< 3 kejadian /1 juta flight cycle)
Rasio 3.43
4) Jumlah pesawat udara yang memiliki sertifikat kelaikudaraan
Pesawat 796
5) Rasio Air Traffic Incident (< 4 kejadian dari 100.000 pergerakan).
Rasio 0.000375
6) Jumlah Sertifikat 30
BAB II - 17 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
pemenuhan sertifikasi di Bidang Pelayanan Navigasi Penerbangan
7) Jumlah bandar udara yang memiliki sertifikat.
Bandara 5
2. Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi udara;
8) Rasio terjadinya tindakan melawan hukum yang mengaktifkan program penanggulangan keadaan darurat keamanan penerbangan (contingency plan) pada kondisi darurat (merah) pada bandar udara dengan jumlah penumpang di atas 500.000 penumpang per tahun
Rasio 0.17
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara;
9) Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prsaranan transportasi udara
Dokumen 5
10) Coverage area pelayanan transportasi udara nasional
Persentase 90
11) Jumlah kota / daerah yang terhubungi
Kota 182
4. Meningkatnya kompetensi SDM transportasi udara;
12) Jumlah personil penerbangan yang memiliki
Orang 82,674
BAB II - 18 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
lisensi 13) Jumlah inspektur
penerbangan. Orang 1,002
5. Meningkatnya kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam mewujudkan good governance;
14) Jumlah penyerderhana an perizinan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Persentase 20
15) Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Nilai 92.75
16) Tingkat penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Persentase 87
17) Nilai aset Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang berhasil diinventarisasi
Rupiah 70.440660.098. 894
6. Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan udara.
18) Jumlah peraturan yang diterbitkan di bidang transportasi udara
Dokumen 30
7. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi udara;
19) Penurunan emisi gas buang CO2 Sub Sektor Transport Udara
Juta ton CO2 6.268
20) Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan
Lokasi 5
BAB II - 19 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2017
8. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda
21) Pengembangan Bandar Udara Bandara 3
22) Pembangunan Bandar udara Baru
Bandara 100
23) Jumlah bandara dengan kapasitas sesuai kebutuhan jaringan dan kategori yang ditetapkan TKN
Bandara 146
24) Terselenggaranya proses kerjasama pemerintah swata dalam penyediaan infrastuktur transportasi udara
Proyek 2
25) Jumlah lokasi pengembangan fasilitas antar moda transportasi penumpang dan barang di bandara
Bandara 8
9. Meningkatnya layanan transportasi udara di perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya
26) Jumlah penumpang perintis yang diangkut
"Penumpang/ tahun 257.360
27) Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara
Rute 1
28) Jumlah rute angkutan udara perintis menjadi komersial
Rute 252
Seluruh indikator tersebut diatas dilakukan dengan alokasi anggaran pada awal Tahun
2017sesuai dengan DIPA Awal Tahun 2017 dengan rincian sebagai berikut :
BAB II - 20 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Kegiatan Anggaran
1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Rp 2,480,863,589
2. Pengembangan Angkutan Udara Perintis. Rp 548,211,348
3. Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat Udara. Rp 532,562,634
4. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Bandar Udara. Rp 5,512,297,723
5. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Navigasi Penerbangan. Rp 106,864,510
6. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Keamanan Penerbangan. Rp 374,730,211
Setelah adanya review rencana strategis Ditjen Perhubungan Udara, terdapat indikator
kinerja utama yang hilang karena bersifat output dan ada yang disempurnakan beserta
dengan target sehingga tabel Perjanjian Kinerja (Revisi) sebagai berikut sebagai
berikut :
Tabel 2.6. Matriks Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2018 yang
telah disesuaikan dengan Review Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2015-2019
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
1.
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1. Rasio Konektivitas Antar Wilayah 0,72 Rasio
2. Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2. Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
3,43 Rasio
3. Rasio Air Traffic Incident (<4 kejadian dari 100.000 pergerakan);
0,00037 Rasio
4. Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara;
0,17 Rasio
BAB II - 21 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
5. Rasio pemenuhan sertifikasi dibidang navigasi penerbangan
0,80 Rasio
6. Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara; 1 Rasio
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7. Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara;
39,31 %
8. Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara;
85 %
9. Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara;
83,25 %
10. Persentase kota/daerah yang terhubungi; 90 %
4. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11. Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara;
43,31 %
12. Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara;
70 %
5. Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
13. Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
3,35 %
6. Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
14. Prosentase pelaksanaan deregulasiperaturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
78 %
7. Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
15. Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
36,92 Rasio
16. Rasio pemenuhan inspektur penerbangan; 0,65 Rasio
8.
Terwujudnya good governance di Ditjen Perhubungan Udara
17. Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara; 90,75 %
18. Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara;
87 %
BAB II - 22 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
19. Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
80 %
Dalam rangka pencapaian target selama Tahun 2017 sesuai dengan alokasi
anggaran yang telah direvisi sebagai pendukung dalam pelaksanaan kegiatan dengan
rincian sebagai berikut :
Kegiatan Anggaran
1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya Rp 2,289,549,056
2. Pengembangan Angkutan Udara Perintis. Rp 46,346,164
3. Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat Udara. Rp 379,156,799
4. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Bandar Udara. Rp 4,492,547,352
5. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Navigasi Penerbangan. Rp 259,567,456
6. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana Keamanan Penerbangan. Rp 48,895,980
BAB III - 1 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Akuntabilitas kinerja adalah pencapaian kinerja suatu instansi pemerintah dikaitkan dengan
sejauh mana organisasi tersebut telah melakukan upaya-upaya strategis dan operasional
untuk mencapai sasaran dan tujuan dalam rangka pemenuhan Visi dan Misinya.
Untuk mengukur kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, capaian kinerja pada
setiap kegiatan yang mendukung pemenuhan sasaran tertentu dilakukan pengukuran
dengan membandingkan antara kinerja yang terjadi/terealisasi dengan target kinerja yang
diharapkan. Pengukuran kinerja dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan yang dapat
menggambarkan posisi kinerja instansi sebagai tolak ukur keberhasilan atau kegagalan
organisasi. Evaluasi dan analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja akan
dimungkinkan terjadinya adanya sejumlah deviasi/perbedaan nilai kinerja, sehingga
diperlukan strategi perbaikan untuk mewujudkan capaian kinerja yang lebih baik dimasa
mendatang.
A. Capaian Kinerja Prosentase pencapaian sasaran merupakan perbandingan antara tingkat capaian
target yang telah ditetapkan dan realisasi kinerja yang telah dilaksanakan dari masing-
masing indikator sasaran yang telah ditetapkan. Prosentase pencapaian sasaran
setiap indikator juga dibandingkan dengan prosentase tahun lalu apakah capaian
sasaran meningkat atau menurun. Dalam penghitungan prosentase capain kinerja
terdapat 2 (dua) cara penghitungan seperti berikut :
1. Semakin tinggi/besar nilai capaian menunjukkan kinerja semakin baik, prosentase
capaian kinerja dihitung dengan rumus : %100arg
Re xetT
alisasi
2. Semakin tinggi/besar nilai capaian menunjukkan kinerja semakin buruk, prosentase
capaian kinerja dihitung dengan rumus : %100arg
Re)arg2( xetT
alisasietxT −
BAB III - 2 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 dilakukan
dengan melihat pencapaian kinerja sebagaimana terlihat dalam form Pengukuran
Kinerja.
BAB III - 3 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.1. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017
SASARAN PROGRAM IKU SATUAN Target Realisasi TOTAL Persentase
(%) T1 T2 T3 T4 STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1 Terwujudnya
pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
IK1
Rasio konektivitas antar wilayah Rasio 0,70 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 88,57%
CUSTOMER PERSPECTIVE 2 Meningkatny
a keselamatan dan keamanan
IK2 Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
Rasio 3,43 0 0 1,22 1,22 1,22 164,43%
IK3 Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari 100.000 Rasio < 3.47x10-5 1,89x10-
5 3,9x10-5 3,4x10-5 3,4x10-5 2,8 x10-
5 119,31 %
1. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2017
BAB III - 4 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM IKU SATUAN Target Realisasi TOTAL Persentase
(%) T1 T2 T3 T4 transportasi udara
pergerakan)
IK4
Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara
Rasio 0,17 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03 182,35%
IK5
Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan
Rasio 0,80 0,33 0,47 0,53 0,58 0,72 90,61 %
IK6 Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara Rasio 1,00 0,79 0,79 0,79 0,79 0,82 82,33 %
3 Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
IK7 Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara
% 39,31 0 0 0 30,10 30,10 76,57%
IK8 Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi udara
% 85,00 80,63 81,25 79,48 80,14% 80,14 94,28%
IK9
Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara
% 83,25 0 0 0 80,93 80,93 97,21%
IK10 Persentase kota/daerah yang terhubungi % 90 66,54 91,45 91,82 91,82 91,82 102,02%
4 Meningkatnya kapasitas IK11 Persentase peningkatan
kapasitas sarana % 43,31 0 0 0 49,95 49,95 115,32%
BAB III - 5 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM IKU SATUAN Target Realisasi TOTAL Persentase
(%) T1 T2 T3 T4 sarana dan prasarana transportasi udara
transportasi udara
IK12 Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara
% 70 0 0 0 72,73 72,73 103,90%
5 Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
IK13
Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
Rasio 3,35 2,15 2,28 2,50 2,50 2,50 74,63%
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 6 Terlaksanany
a perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi Udara
IK14
Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
% 78,00 55,56 66,67 78,00 78,00 78,00 100%
LEARN AND GROWTH 7 Tersedianya
SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten
IK15
Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat
% 36,92 15,49 15,49 15,49 15,49 33,31 90,23%
BAB III - 6 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM IKU SATUAN Target Realisasi TOTAL Persentase
(%) T1 T2 T3 T4 dan
professional IK16 Rasio pemenuhan inspektur penerbangan Rasio 0,65 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 107,07%
8 Terwujudnya good governance dan clean governance di Ditjen Perhubungan Udara
IK17 Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara
Nilai AKIP 90,75 0 0 0 84,75 84,75 93,39%
IK18 Persentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara
% >87 10,2 24,76 51,53 87,81 87,81 100,93%
IK19
Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
% 80,00 0 0 0 195,24 195,24 244,05%
BAB III - 7 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
a. Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional 1) Rasio konektivitas antar wilayah
Capaian kinerja pada Indikator ini dihitung dihitung melalui cara sbb:
Luas cakupan Area pelayanan Bandar Udara dihitung berdasarkan luas area
pelayanan Bandar Udara yang sudah beroperasi sesuai dengan PM 69 tahun
2013 tentang Tatanan Kebandar Udaraan Nasional yang berjumlah 299 Bandar
Udara dikurangi luas area pelayanan Bandar udara yang tidak beroperasi sebesar
1.191.993 km² dibagi dengan total luas wilayah daratan Indonesia sebesar
1.922.570 km² sehingga didapatkan hasil Rasio sebesar 0,62 sehingga nilai
persentasi capaian Rasio konektifitas antar wilayah pada tahun 2017 didapatkan
hasil sebesar 88,57% dari target yang ditetapkan dengan rasio 0,7.
b. Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara; 1) Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
Capaian kinerja pada indicator ini dihitung melalui cara sebagai berikut :
AOC 121 = Pesawat dengan kapasitas penumpang di atas 30
penumpang
AOC 135 = Pesawat dengan kapasitas penumpang kurang dari 30
penumpang
Jumlah Accident = Jumlah kecelakaan yang menyebabkan terjadinya korban
jiwa dan pesawat rusak berat (kejadian kecelakaan rusak
berat namun tidak menyebabkan terjadinya korban jiwa
tidak dihitung sebagai Accident namun sebagai Incident)
Aircraft Departure = Merupakan jumlah total pergerakan pesawat pada jenis
pesawat AOC 121 dan 135
sehingga didapatkan bahwa perhitungan Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi
udara adalah jumlah kejadian kecelakaan dengan Korban Jiwa Dan rusak berat
sebesar dibagi dengan jumlah total pergerakan pesawat AOC 121 dan 135
dikalikan 1000.000 (rasio dihitung per 1 juta pergerakan pesawat Udara), pada
BAB III - 8 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
tahun 2017 terdapat kecelakaan pesawat udara jenis Pilatus PC-6 di wilayah
wamena yang memakan 2 orang korban jiwa dibagi dengan jumlah pergerakan
pesawat udara AOC 121 dan 135 sebesar 814.974 pergerakan pesawat sehingga
didapatkan rasio jumlah kecelakaan pesawat sebesar 1,22 atau dengan capaian
kinerja sebesar 164,43%, nilai ini didapat menggunakan rumus 2 dengan
pengertian bahwa semakin sedikit kejadian akan mengakumulasi capaian kinerja
semakin besar sementara sebaliknya semakin banyak kejadian kecelakaan akan
mengakumulasi capaian kinerja semakin kecil.
2) Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari 100.000 pergerakan)
Capaian kinerja indikator ini dihitung melalui cara sebagai berikut :
Jumlah kejadian Risk Collision = Jumlah kejadian yang menyebabkan pesawat
udara rusak berat maupun ringan tanpa
adanya korban jiwa
Faktor Kontribusi ATS = Merupakan jumlah pergerakan pesawat udara
yang tercatat oleh Air Traffic Services/Kantor
Pelayanan Lalu Lintas Udara pada periaoda
tertentu
Berdasarkan penjelasan perhitungan di atas didapatkan bahwa jumlah Kejadian
Risk Collition sepanjang tahun 2017 adalah sebanyak 21 Kejadian (Rincian
terlampir) dengan jumlah pergerakan pesawat sebanyak 748.042 pergerakan
sehingga didapatkan nilai rasio Air traffic Incident di tahun 2017 adalah sebesar
2,80 x 10-5 atau setara dengan capaian kinerja sebesar 119,31%
3) Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara
Indikator KInerja ini dihitung menggunakan formula perhitungan sebagai berikut:
Jumlah Pengaktifan Contingency Plan darurat merah dihitung berdasarkan jumlah
kejadian yang menyebebkan diaktifkannya mekanisme pengamanan darurat di
lingkungan Bandar Udara Oleh Kepala Bandar Udara sampai pada tingkat
turunnya aparat TNI dan Kepolisian, sementara Jumlah Bandara yang melayani
BAB III - 9 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
minimal 500.000 penumpang dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara terhitung
sebanyak 30 Bandar Udara. Pada tahun 2017 ini terdapat 1 kejadian yang
menyebabkan diaktifkannya darurat merah yang terjadi pada triwulan Kedua di
lokasi Bandar Udara Sam Ratulangi manado sehingga didapatkan hasil rasio
gangguan Keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara adalah sebesar
0,03 dari yang ditergetkan sebesar 0,17 atau setara dengan capaian kinerja
sebasar 182,35%.
4) Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan
Indikator ini dihitung berdasarken formula sebagai berikut :
Jumlah pemenuhan sertifikasi bidang pelayanan Navigasi penerbangan dihitung
berdasarkan jumlah sertifikat yang dikeluarkan Oleh Direktorat Navigasi
Penerbangan secara kumulatif sampai dengan perioda tertentu (Sampai dengan
Tahun 2017), sementara target pemenuhan sertifikasi Bidang Navigasi dihitung
berdasarkan jumlah total target sertifikasi yang harus dikeluarkan Direktorat
Navigasi selama perioda Rencana strategis tahun 2015 sampai dengan tahun
2019 sehingga didapatkan rasio sebesar 1% pada tahun 2019. Nilai rasio
sebagaimana dimaksud merupakan rincian dari beberapa jenis sertifikasi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Navigasi Penerbangan, berikut adalah realisasi
sertifikasi bidang navigasi penerbangan tahun 2017 sebagai berikut :
• (CASR 171), Sertifikat Penyelenggara Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan
dengan capaian realisasi sebesar 163 dokumen
• (CASR 172), Sertifikat Penyelenggara Perancangan Prosedur Penerbangan
dengan capaian realisasi sebesar 137 dokumen
• (CASR 173), Sertifikat Penyelenggara Pelayanan Informasi Aeronautika di
Bandar Udara dengan realisasi kinerja 0 (Nol) dokumen
• (CASR 175), Sertifikat Penyelenggara Kalibrasi Fasilitas Penerbangan
dengan capaian realisasi 29 dokumen
• (CASR 143), Sertifikat Penyelenggara Pelatihan Personel Penerbangan
dengan capaian realisasi 32 dokumen
• (AC 171-7) dan merupakan data penerbitan baru dan perpanjangan dengan
realisasi 0 (nol) dokumen
BAB III - 10 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Berdasarkan grafik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa total sertifikasi bidang
pelayanan navigasi penerbangan yang diterbitkan sampai dengan tahun 2017
adalah sebanyak 361 sertifikat sedangkan jumlah total sertifikat bidang pelayanan
navigasi yang ditargetkan sampai tahun 2019 adalah sebanyak 498 sertifikat
sehingga didapat rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi
penerbangan tahun 2017 adalah sebesar 0,72 atau setara dengan persentase
capaian sebesar 90,61%.
5) Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara
Indikator Kinerja ini dihitung menggunakan formula sebagai berikut :
Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara ini dihitung berdasarkan Jumlah
Bandar Udara yang beroperasi yang telah memiliki sertifikat Bandar Udara
termasuk jumlah Bandar Udara yang memiliki Register Bandar Udara baik Umum
Maupun Khusus ( , dibagi
dengan total Bandar Udara berdasarkan PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandar Udaraan Nasional yang menyebutkan bahwa jumlah Bandar udara
nasional adalah sebanyak 266 Bandar Udara sehingga didapatkan Nilai rasio
sebesar 0,82 dengan rincian jumlah Sertifikat Bandar Udara sebanyak 130 Bandar
Udara, sementara Jumlah Register Bandar Udara Umum sebesar 34 dan register
bandara khusus sebesar 43.
c. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara 1) Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara
Indikator kinerja ini dihitung dalam satuan persentase (%) berdasarkan formula
sebagai berikut :
Jumlah penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) dihitung berdasarkan Jumlah Ton
Gas buang CO2 yang berhasil diturunkan dilingkungan Bandar Udara akibat
penggunaan Teknologi Terbaharukan, Peremajaan Pesawat Udara, dan
Penggunaan Bahan Bakar Aviation Biofuel dan Biodiesel. Sementara Target
Nasional Penuruna GRK Sub sector transportasi udara adalah nilai target Gas
BAB III - 11 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
CO2 yang harus diturunkan sampai perioda renstra Tahun 2019 sub sector
transportasi udara dengan nilai sebesar 15.945 Juta Ton CO2, dan target renstra
yang harus terpenuhi di tahun 2017 adalah 39,31% atau setara dengan (6,268
juta ton CO2) yang harus diturunkan sehingga didapatkan persentase penurunan
gas buang yang berhasil diturunkan sampai dengan akhir tahun 2017 adalah
sebesar 30,10% atau setara dengan Capaian kinerja sebesar 76,57%.
2) Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi udara
Indikator kinerja inidihitung dalam satuan persentase (%) dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
Jumlah kejadian Waktu On Time Keberangkatan dalam 1 Tahun dihitung
berdasarkan Jumlah Kejadian Pesawat Udara yang berangkat tepat waktu pada
seluruh armada pesawat Udara nasional yang beroperasi pada tahun berjalan
(Tahun 2017), sementara Jumlah izin Rute Keberangkatan Dalam 1 tahun adalah
jumlah total Izin Rute Keberangkatan yang dalam perioda tahun berjalan (Tahun
2017) atau dapat diartikan sebagai Jumlah total pergerakan Pesawat udara saat
berangkat selama perioda waktu 2017. Jumlah Kejadian/pergerakan tepat waktu
(On Time) adalah sebesar 663.584 Sementara total pergerakan pesawat udara
selama 1 tahun (2017) adalah sebesar 828.031 Sehingga didapatkan hasil Nilai
On Time Performance Transportasi Udara Nasional adalah sebesar 80,14% yang
setara dengan capaian kinerja sebesar 94,28% dari target OTP yang ditetapkan
tahun 2017 sebesar 85%.
3) Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk
sertifikasi personil operasi pesawat udara
Indikator kinerja ini dihitung menggunakan formula sebagai berikut:
Jumlah Indikator Kepuasan pelanggan didapatkan dengan rincian sebagai berikut:
Excellent : 1385 Pengguna
Good : 1174 Pengguna
BAB III - 12 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Fair : 359 Pengguna
Poor : 244 Pengguna
Dari data tersebut di atas didapatkan Jumlah Total survey adalah jumlah total
pengguna yang memilih Excelent, Good, Fair Dan Poor sebesar 3.162 Pengguna
sementara Pengguna Indikator Excelent dan Good adalah sebesar 2.559
sehingga didapatkan persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa
berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara adalah sebesar
80,93% yang setara dengan capaian kinerja sebesar 97,21% dari target yang
ditetapkan sebesar 83,25%
4) Persentase kota/daerah yang terhubungi
Indikator kinerja ini dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Jumlah kota atau daerah existing yang terhubungi dihitung berdasarkan jumlah
kota yang terlayani dengan adanya angkutan udara (jumlah kota yang diterbangi
angkutan udara) baik perintis maupun komersil dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah Kota Yang terlayani dengan angkutan udara perintis dan komersil adalah
247 Kota dengan catatan bahwa sudah tidak ada kota atau daerah yang dihitung
overlap antara penerbangan Komersil maupun perintis, sementara Jumlah kota
atau daerah yang terhubungi sesuai target adalah 299 Kota sesuai dengan PM 69
Tahun 2013 tentang tatanan kebandarudaraan Nasional sehingga didapatkan
hasil persentase sebesar (274/299) x 100% = 91,82% atau mencapai persentase
capaian kinerja sebesar 91,78% dari target persentase sebesar 102,02%.
d. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara; 1) Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara
Indikator kinerja ini dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :
Jumlah pesawat yang memiliki sertifikat pesawat udara dihitung berdasarkan
jumlah armada pesawat udara yang telah mendapat sertifikasi kelaikudaraan
dengan jumlah total pesawat udara sebanyak 918 pesawat udara,angka ini
merupakan jumlah sertifikasi pesawat udara pada kategori pesawat udara yang
BAB III - 13 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
masuk dalam AOC 121 (diatas 30 Seat) dan AOC 135 (di bawah 30 Seat) dengan
rincian sebagai berikut:
Total Aircraft Registered by AOC 121 = 586 Unit
Total Aircraft Registered by AOC 135 = 332 Unit
Sedangkan estimasi pertumbuhan pesawat sampai dengan tahun 2019 untuk
AOC 121 dan AOC 135 adalah sebesar 1.838 Pesawat udara sehingga
didapatkan persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara sebesar
49,95% atau setara dengan capaian kinerja sebesar 115,32% dari peresntase
yang ditergetkan di tahun 2017 sebesar 43,31%.
2) Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara
Indikator kinerja ini dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Pembilang sebagaimana formula di atas dihitung berdasarkan jumlah Bandar
Udara yang mendapatkan Pendanaan APBN/PNBP sebanyak 101 UPBU dan
telah menyelesaikan Kegiatan atas anggaran dimaksud yang terkait dengan
pekerjaan :
• Pelapisan, Peningkatan daya dukung, perpanjangan, pemenuhan standar,
leveling, galian tanah Runway, Apron dan Taxyway serta pekerjaan lainnya
yang sejenis (terkait pekerjaan Runway, Apron dan Taxyway)
• Rehabilitasi, Pembangunan, Perluasan dan Penataan gedung terminal
termasuk kegiatan lainnya yang terkait dengan pekerjaan terminal seperti
galian tanah persiapan gedung terminal, pelataran parkir terminal dll
• Seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan Fasilitas Bangunan selain
Bangunan Gedung Terminal.
Sementara penyebut dari formula di atas dihitung berdasarkan jumlah Bandar
Udara Sesuai dengan PM 69 Tahun 2013 Tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional yang direncanakan akan ditingkatkan kapasitasnya dalam hal ini adalah
nilai yang ditergetkan dalam Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara
sebanyak 143 Bandar Udara yang ditegaskan dalam Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor:KP 873 Tahun 2017 tentang Review Rencana Strategis
BAB III - 14 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Kementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2019 sehingga didapatkan persentase
peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara sebesar 72,73% atau dengan
capaian kinerja sebesar 103,90% dari target yang ditetapkan sebesar 70%.
e. Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil 1) Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar
dan terpencil
Indikator kinerja ini dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Pembilang sebagaimana formula di atas “Jumlah Rute Yang Melayani Bandar
Udara Di Daerah Terisolir, Rawan Bencana, Dan Perbatasan” dihitung
berdasarkan Jumlah Rute Angkutan Udara Komersil maupun Perintis yang
melayani wilayah Negara Kesatuan RI dengan Kategori daerah terisolir, Rawan
Bencana Dan Perbatasan di tahun 2017 (Ketentuan Kategori Rawan Bencana,
Terisolir dan perbatasan mengacu pada PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional) sehingga didapat nilai sebesar 455 Rute Komersil
Dan Perintis yang melayani daerah terisolir, rawan bencana dan perbatasan,
sementara Penyebut merupakan Jumlah Total Bandara Di negara Kesatuan RI
yang masuk dalam kategori daerah terisolir, rawan bencana dan perintis sesuai
dengan PM 69 tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional dengan
jumlah total Bandar Udara sebesar 133 bandar Udara sehingga didapatkan Rasio
layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil adalah sebesar 2,5 atau setara dengan capaian kinerja sebesar 74,63 %
dari target rasio yang ditetapkan sebesar 3,35.
f. Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi Udara 1) Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan
Udara
Indikator Kinerja ini dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:
BAB III - 15 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Pembilang sebagimana formula di atas “Jumlah Peraturan yang diregulasi pada
tahun tertentu” dihitung berdasarkan jumlah peraturan dilingkungan Ditjen Udara
Kementerian perhubungan yang berhasil dilakukan proses deregulasi atau dapat
dikatakan peraturan-peraturan yang mengalami proses perubahan,
penyederhanaan, penghapusan maupun penambahan dalam upaya efektifitas
pelaksanaan di lapangan. Adapun parameter dalam proses deregulasi ini antara
lain adalah :
a) Peraturan yang dapat membawa dampak negatif dalam menimbulkan minat
terhadap dunia usaha dan investasi.
b) Peraturan yang mengakibatkan beban ekonomi (pembiayaan yang tidak tentu
jumlahnya) baik bagi operator maupun bagi pengguna jasa
c) Perizinan bidang usaha yang otoritasnya bersifat sentralisasi dan birokrasi
yang berbelit-belit.
Di tahun 2017 tercatat 7 peraturan yang telah mengalami proses deregulasi yaitu :
1. Peraturan terkait Perizinan Angkutan Udara
2. Peraturan Menteri Perhubungan No.66 Tahun 2015 tentang Kegiatan
Angkutan Udara Bukan Niaga Dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal
Luar Negeri Dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke dan Dari Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 160 Tahun 2015 tentang
Peremajaan Armada Pesawat Udara Angkutan Udara Niaga.
4. Perizinan di BIdang Navigasi Penerbangan dan Publikasi Informasi
Aeronautika (Aeronautical Information Publication)Indonesia dengan
menggunakan System Berbasis Internet (Online System)
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor153 Tahun 2015 tentang
Pengamanan Kargo dan Pos
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2015 tentang
perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara
7. Keputusan Menteri Perhubungan NOmor KP 610 Tahun 2016 tentang
standard Waktu Proses Pelayanan, Masa berlaku kewenangan dan
penerbitan perizinan di Bidang Perhubungan Udara.
Sementara penyebut “Jumlah Target Peraturan yang diregulasi dalam tahun
tertentu” dihitung berdasarkan Jumlah Target peraturan yang diregulasi pada
BAB III - 16 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
tahun 2017 yang ditetapkan dalam Rencana Strategis sebesar 7 peraturan
sehingga didapatkan persentase Indikator ini adalah sebesar 78 % atau setara
dengan capaian kinerja sebesar 100 % dari target persentase yang ditetapkan
sebesar 78%.
g. Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional 1) Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang
bersertifikat
Indikator Kinerja ini dihitung dengan menggunakan Formula sebagai berikut:
Pembilang “Jumlah teknisi penerbangan Yang Bersertifikat “ dihitung berdasarkan
jumlah Teknisi Penerbangan yang telah mendapatkan sertifikat jabatan
fungsional Teknisi Penerbangan (Initial, dan Perpanjangan) di tahun 2017 yang
tercatat sebanyak 1.183 Sertifikat yang diterbitkan sementara Penyebut “Target
Kebutuhan Teknisi Penerbangan” merupakan target kebutuhan sampai dengan
tahun 2019 ditetapkan sebesar 3.551 sertifikat sehingga didapatkan persentase
pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat
adalah sebesar 33,31% atau setara dengan capaian kinerja sebesar 90,23 % dari
target presentase yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara sebesar 36,92%.
2) Rasio pemenuhan inspektur penerbangan
Indikator Kinerja ini dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:
Pembilang formula diatas dihitung berdasarkan jumlah total Inspektur
Penerbangan dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara di tahun 2017 (Inspektur
Bandar Udara, Inspektur Navigasi, Inspektur Kelaikan Udara dan Inspektur
Angkutan Udara), jumlah ini merupakan jumlah kumulatif dari total inspektur yang
ada dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara dengan total jumlah inspektur
sebesar 833 orang sementara pembilang dihitung berdasarkan KP 606 tahun
2015 dengan total kebutuhan di tahun 2019 sebanyak 1201 orang inspektur
penerbangan sehingga di tahun 2020 akan ditargetkan terpenuhi secara total
BAB III - 17 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
100% sebanyak 1786 Orang inspektur penerbangan. Berdasarkan data tersebut
dapat dihitung bahwa Rasio Pemenuhan Kebutuhan Inspektur penerbangan tahun
2017 dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara adalah sebesar 0,69 atau setara
dengan capaian kinerja sebesar 107,07% dari target rasio yang ditetapkan
sebesar 0,65.
h. Terwujudnya good governance dan clean governance di Ditjen Perhubungan Udara 1) Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara
Nilai Akuntabilitas Kinerja Inspektur Penerbangan merupakan nilai yang dihitung
berdasarkan parameter pada Lembar Kerja Evaluasi (LKE) yang penilaiannya
dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan. Parameter yang
diukur duntuk menilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara antara lain :
a. Perencanaan Kinerja dengan bobot 30%
b. Penmgukuran Kinerja dengan bobot 25%
c. Pelaporan Kinerja dengan bobot 15%
d. Evaluasi Internal dengan bobot 10%
e. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi dengan bobot 20%
Berdasarkan hasil evaluasi/penilaian AKIP yang telah dilakukan Inspektorat
Jenderal didapatkan hasil akhir di tahun 2017 sebesar 84,75 atau setara dengan
capaian kinerja sebesar 93,39% dari target nilai yang ditetapkan Ditjen
Perhubungan Udara sebesar 90,75.
2) Persentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara
Nilai realisasi anggaran tahun tertentu dihitung dari jumlah total realisasi anggaran
Ditjen Perhubungan Udara di tahun 2017 untuk belanja Barang, Modal dan
Belanja Pegawai sementara Nilai pagu anggaran pada tahun tertentu adalah
jumlah total pagu alokasi anggaran Ditjen Perhubungan Udara sesuai dokumen
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) revisi terakhir tahun 2017 dimana nilai
realisasi tercatat sebesar 7,748,714,685,770 atau setara dengan nilai realisasi
sebesar 87,81% dari total pagu anggaran sebesar 8,824,192,335,000, sedangkan
BAB III - 18 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
capaian kinerja sebesar 100,93% yang didapatkan dari perbandingan antara
persen realisasi 87,81% dan persen target realisasi 87% .
3) Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
Indikator kinerja ini dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:
Nilai pembilang dihitung berdasarkan jumlah total aset kumulatif sampai dengan
tahun sebelumnya (2016) ditambah nilai aset yang berhasil diinventarisir sampai
dengan tahun terakhir (tahun 2017) sehingga didapatkan nilai aset yang
diinventarisir sampai tahun 2017 sebesar 137.555.294.754.910,- sebagai aset
reguler ditambah nilai aset di bawah minimum kapitalisasi sebesar
Rp.6.209.304.956 sehingga didapatkan nilai pembilang sebesar
Rp.137.561.504.059.866,- sementara target aset yang harus diinventarisir adalah
nilai aset sampai dengan tahun lalu Rp.64.741.865.895.813,- ditambah nilai
belanja modal ditjen perhubungan udara tahun 2017 sebesar
Rp.5,716,403,811,000 didapatkan nilai pembagi sebesar Rp.70.458.269.706.813,-
sehingga nilai asset Ditjen perhubungan Udara yang berhasil diinventarisir adalah
sebesar 195,24% yang setara dengan capaian kinerja sebesar 244,05% dari
target yang ditetapkan Ditjen Udara Sebesar 80%.
BAB III - 19 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.2. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2013 – 2017
SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017
Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi %
1
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
Rasio konektivitas antar wilayah IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 0,80 0,62 78,0
4% 0,85 0,62 73,45% 0,7 0,62 88,5
7%
Rata Rata Capaian Sasaran - - 78,04% 73,45% 88,57%
2
Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
5,88 2,05 165,14%
4,9 6,56 66,12%
4,41 6,08 62,13% 3,92 1,48
162,24%
3,43 1,22 164,43%
Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari 100,000 pergerakan
0,00011178 9,315E-05
116,67%
8,528E-05 3,444E-05
159,62%
0,000038 0,0000173
154,47%
0,000375
0,00002913
192,23%
< 3,47x10-5
2,8x10-5 119,31%
2. Perbandingan Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2017
BAB III - 20 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017
Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi %
Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 0,17 0 200,00%
0,17 0 200,00%
0,17 0,03 182,35%
Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 0,09 0,05 53,33% 0,15 0,13 85,3
3% 0,8 0,72 90,61%
Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara
0,53 0,53 100,
00%
0,57 0,59 104,64%
0,61 0,62 102,
48%
0,62 0,67 107,83%
1 0,82 82,33%
Rata Rata Capaian Sasaran 127,27% 110,12% 114,48% 149,53% 127,81%
3
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara
0,84% 1,30% 153,87%
1,51% 1,58% 104,14%
10,81% 3,27% 30,30% 23,55% 24,01%
101,94%
39,31 30,1 76,57%
Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi udara
79,52 78,61 98,86% 81,68 79,02
96,74%
82 78,49 95,72% 85 82,6 97,1
8% 85 80,14 94,28%
Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 83,25 80,93 97,21%
Persentase kota/daerah yang terhubungi
43,48% 47,49% 109,23%
56,19% 55,18% 98,21%
55,18% 66,89% 121,21%
65,89% 83,95% 127,41%
90 91,82 102,02%
BAB III - 21 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017
Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi %
Rata Rata Capaian Sasaran 120,65% 99,70% 82,41% 108,84% 92,52%
4
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara
65,29 43,09 65,99% 65,29 39,39
60,33%
39,39 62,73 159,25%
41,35 50,98 123,29%
43,31 49,95 115,32%
Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara
61,76% 68,63% 111,11%
56,86% 68,63% 120,69%
49,02% 61,27% 125,00%
49,02% 46,08% 94,00% 70 72,73
103,90%
Rata Rata Capaian Sasaran 88,55% 90,51% 142,13% 108,65% 109,61%
5
Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 3,35 2,5 74,63%
Rata Rata Capaian Sasaran - - - - 74,63%
6
Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi Udara
Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
PERUBAHAN IKU TAHUN 2015 20 100 500,00%
20 44,44 222,22%
78 78 100,00%
Rata Rata Capaian Sasaran - - 500,00% 222,22% 100,00%
BAB III - 22 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017
Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi % Target
PK Realisasi % Target PK Realisasi %
7
Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 36,92 33,31 90,23%
Rasio pemenuhan inspektur penerbangan
0,585 0,626 107,01%
0,664 0,632 95,18%
0,693 0,545 78,64% 0,764 0,455 59,5
5% 0,65 0,69 107,07%
Rata Rata Capaian Sasaran 107,01% 95,18% 78,64% 59,55% 98,65%
8
Terwujudnya good governance dan clean governance di Ditjen Perhubungan Udara
Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara
85 84,8 99,76% 86 90,75
105,52%
90,75 93,47 103,00%
91,75 77,55 84,52% 90,75 84,75 93,3
9%
Persentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara
87 92,91 106,79%
88 91,2 103,64%
85% 83,14% 97,81% 86% 86,12%
100,14%
>87 87,81 100,93%
Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
78,85% 108,43% 137,52%
97,69% 100,86% 103,24%
97,23% 102,26% 105,17%
94,60% 94,50% 99,90% 80 195,24
244,05%
Rata Rata Capaian Sasaran 114,69% 104,13% 101,99% 94,85% 146,12%
CAPAIAN RATA - RATA DJU 111,63% 99,93% 156,81% 116,73% 104,74%
BAB III - 23 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
a. Sasaran Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional Sasaran Kinerja ditjen Perhubungan Udara Tahun 2017 ini hanya diwakili oleh satu
indikator kinerja yaitu
1. Indikator Kinerja Rasio Konektifitas Antar Wilayah
Grafik 3.1. Grafik Realisasi Terhadap Target Rasio Konektifitas Antar Wilayah
Indikator ini merupakan indikator baru yang dimasukan kedalam Rencana
Strategis Ditjen Perhubungan Udara perioda Tahun 2015 – 2019 yang mulai
dipantau sejak tahun 2015, realisasi pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
adalah sebesar 0,62 yang didapat dari perbandingan luas wilayah pelayanan
bandar udara yang beroperasi di seluruh Indonesia berbanding luas wilayah total
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada grafik di atas dapat diperlihatkan
bahwa selama 3 tahun masa pelaksanaan anggaran realisasi indikator kinerja
masih belum mencapai target yang ditetapkan karena belum direvisinya KM 69
Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, alasan lain penyebab
tidak meningkatnya realisasi rasio konektifitas antar wilayah ini adalah karena
mekanisme perhitungan masih menggunakan luas wilayah total Negara Kesatuan
Republik Indonesia sementara area pelayanan bandar udara ditempatkan pada
lokasi-lokasi yang berpenduduk sehingga dengan kata lain nilai rasio 0,62
sebenarnya sudah mengcover seluruh wilayah Negara kesatuan Republik
Business As Usual
Intervensi Kebijakan
0,62 0,62 0,62
BAB III - 24 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Indonesia, sementara deviasi sebesar 0,38 adalah wilayah NKRI yang tidak
ditempati penduduk dan sebagian besar merupakan perairan nasional.
Pada tahun 2018 dan tahun 2019 diprediksi nilai realisasi akan sama
sebagaimana realisasi pada tahun-tahun sebelumnya, untuk melakukan
peningkatan realisasi perlu adanya intervensi kebijakan khususnya dengan
melakukan revisi KM 69 Tahun 2013 terkait mekanisme perhitungan luas wilayah
nasional.
Garis berwarna hijau sebagimana Gambar 3.1 merupakan prediksi realisasi tahun
2018 dan 2019 setelah adanya intervensi kebijakan.
Berikut adalah peta wilayah pelayanan Bandar Udara nasional :
Gambar 3.1. Capaian Indikator Kinerja Rasio Konektifitas Antar Wilayah
Keterangan :
• Lingkaran sebagaimana gambar di atas adalah luas area pelayanan Bandar
Udara Nasional
• Bagian diluar lingkaran adalah area yang tidak dilayani oleh Bandar Udara
Nasional
Disampaikan bahwa sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 telah
selesai dibangun dan telah dioperasionalkan 7 bandar udara baru yang
berkontribusi dalam menambah area pelayanan bandar udara yaitu:
Tahun 2015 : Selesai dibangun dan dioperasionalkan Bandar Udara
Anambas dan Namniwel
BAB III - 25 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tahun 2016 : Selesai dibangun dan dioperasionalkan Bandar Udara
Miangas dan Morowali
Tahun 2017 : Selesai dibangun dan dioperasionalkan Bandar Udara
Werur, Maratua dan Korowai Batu.
Sementara target tahun 2018 sampai dengan tahun 2019 direncanakan akan
selesai dibangun 8 bandar udara baru antara lain adalah:
Tahun 2018 : Bandar Udara Kertajati, Samarinda Baru, Tebelian dan
Pantar
Tahun 2019 ; Bandar Udara Siau, Tambelan, Muara Teweh dan
Buntukunik
b. Sasaran Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara
Grafik 3.2. Grafik Capaian Rata-Rata Sasaran “meningkatnya Keselamatan Dan
Keamanan Transportasi Udara”
Sasaran Meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara terdiri dari 5
(lima) indikator pembentuk dengan persentasi rata-rata setiap tahun sangat baik
berada di atas angka 100% dengan nilai rata-rata selama 5 tahun sebesar 123,47%.
Nilai ini merupakan angka yang sangat baik yang dapat diartikan bahwa Ditjen
Perhubungan Udara telah berhasil menurunkan angka kecelakaan dan menurunkan
tingkat gangguan keamanan melampaui target yang ditetapkan.
BAB III - 26 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Berikut adalah penjelasan rinci terkait realisasi dan capaian kinerja pada 5 indikator
pendukung sasaran dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Indikator Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi Udara
Grafik 3.3. Grafik Target Terhadap Realisasi Indikator KInerja “Rasio Kecelakaan
Transportasi Udara”
Indikator kinerja “Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi Udara” merupakan
Indikator utama yang paling dipantau oleh Pemerintah Pusat maupun
masayarakat Indonesia karena sangat terkait langsung dengan kejadian
kecelakaan transportasi udara. Indikator kinerja ini dihitung dengan menggunakan
rumus 2 sebagaimana dijelaskan dalam poin A. Capaian Kinerja, hal ini berarti
bahwa realisasi dengan angka yang semakin kecil akan memperlihatkan kinerja
yang semakin baik, dapat dijelaskan dari grafik di atas bahwa area berwarna
merah merupakan realisasi yang harus dihindari yang berarti bahwa rasio
kejadian kecelakaan tidak mencapai target yang ditetapkan sedangkan area
berwarna biru merupakan realisasi kinerja yang cukup baik yang berarti bahwa
realisasi rasio kejadian kecelakaan sudah mencapai target yang ditetapkan.
Dalam grafik di atas tampak bahwa grafik target berwarna biru terus menurun
sejak tahun 2013 sampai tahun 2017 hal ini menandakan bahwa Ditjen
Perhubungan Udara telah berupaya sebaik mungkin untuk menurunkan Kejadian
Kecelakaan setiap tahunnya dengan total target rasio penurunan selama 5 tahun
sebesar 2,45 sesuai dengan cita cita Kementerian Perhubungan untuk mencapai
“Zero Accident”.
Realisasi rasio kejadian kecelakaan pada tahun 2014 sampai 2015 mengalami
kemunduran sebagaimana ditunjukan grafik di atas yang berada pada area merah
BAB III - 27 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
dengan total kejadian di tahun 2014 sebangak 4 (empat) kejadian dan tahun 2015
terjadi 4 (empat) kejadian kecelakaan, Hal yang membanggakan adalah rasio
kecelakaan di tahun 2015, 2016 dan tahun 2017 dimana mengalami kemajuan
yang sangat baik dengan total kejadian kecelakaan selama 3 tahun hanya
sebanyak 3 kejadian yang terjadi pada setiap tahunnnya hanya 1 kejadian
kecelakaan atau secara berurutan setara dengan nilai rasio 2,05, 1,48 dan 1,22.
Rasio dengan nilai terkecil terjadi pada tahun 2017 ini berarti bahwa Ditjen
Perhubungan Udara telah berhasil dalam menurunkan angka kecelakaan
transportasi udara selama 5 tahun dengan total penurunan rasio sebesar 4,66 dari
target yang ditetapkan di tahun 2013.
Grafik 3.4. Grafik Capaian Kinerja Rasio terjadinya tindakan
melawan hukum Tahun 2017
Grafik di atas menggambarkan capaian kinerja Ditjen Perhubungan Udara dengan
trend grafik terus meningkat dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, dalam
keadaan normal tanpa adanya intervensi kebiajakan maka dapat diprediksi bahwa
capaian kinerja di tahun 2018 adalah sebesar 152,4% yang setara dengan rasio
1,4 dan di tahun 2019 adalah 161,87% yang setara dengan rasio 1,065 sehinga
dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai zero Accident pada tarnsportasi udara
perlu dilakukan intervensi kebijakan pemerintah sehingga capaian di tahun 2019
dapat terus meningkat di bandingkan tahun 2017.
Business As Usual
2018 2019
152,4% 161,87%
BAB III - 28 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2. Indikator “Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari 100.000 pergerakan)”
Grafik 3.5 Grafik Target Terhadap Realisasi Indikator Kinerja “Rasio Air Traffic
Incident (Kejadian dari 100.000 pergerakan)”
Berdasarkan grafik target terhadap realisasi rasio air traffic Incident di atas tampak
bahwa realisasi selalu berada di zona biru ini berarti bahwa realisasi sudah
melampaui target yang ditetapkan dengan pengertian bahwa Jumlah Incident
yang terjadi sudah dapat ditekan sekecil mungkin sehingga berada dibawah target
yang ditetapkan, selain itu tampak bahwa rasio air traffic Incident yang
digambarkan dengan grafik garis berwarna merah terus mengalami penurunan
setiap tahunnya, tahun 2013 dicapai nilai rasio sebesar 8,3 x 10-5, tahun 2014
dicapai rasio sebesar 4,35 x 10-5, tahun 2015 terus menurun kembali hingga
mencapai titik terendah selama 5 tahun dengan nilai rasio 1,73 x 10-5 capaian di
tahun 2015 ini merupakan capaian terbaik Ditjen Perhubungan Udara dalam
menurunkan nilai rasio Air Traffic Incident, namun di tahun 2016 mengalami
kenaikan rasio sebesar 2,91 x 10-5, sementara di tahun 2017 rasio traffic Incident
mengalami penurunan kembali dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai rasio
mencapai 2,8 x 10-5. Disampaikan bahwa rasio rata-rata indicator air traffic
Incident selama 5 tahun mencapai nilai sebesar 4,03x10-5 dengan rincian kejadian
dan pergerakan per tahun sebagai berikut :
Zona Merah : Tidak Diperbolehkan
Zona Biru: Diperbolehkan
BAB III - 29 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.3. Jumlah kejadian “Air Traffict Incident” dan Jumlah Pergerakan Pesawat Udara
Tahun TAHUN 2013
TAHUN 2014
TAHUN 2015
TAHUN 2016
TAHUN 2017
Jumlah Kejadian Incident Pesawat 3 1 4 4 1 Jml Pergerakan 539.568 483.092 609.756 657.366 676.346
Grafik 3.6. Grafik Capaian KInerja Indikator “Rasio Air Traffic Incident
(Kejadian dari 100.000 pergerakan)”
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja pada indicator ini
sudah sangat baik berada di atas 100% sementara trend line capaian kinerja
sebagaimana ditunjukan dalam grafik di atas mengalami kenaikan selama perioda
2013 - 2017 dengan total kenaikan selam 5 tahun sebesar 15,16% (rata rata
kenaikan : 3,79%). Secara Normal dengan tetap mempertahankan program-
program existing capaian di tahun 2018 diprediksi mengalami kenaikan sebesar
159,83% dan di tahun 2019 diprediksi mencapai nilai capaian sebesar 163,62%,
sementara untuk mencapai zero Incident dengan capaian 200% di tahun 2019
masih diperlukan intervensi Ditjen Perhubungan Udara dengan program-program
yang lebih baik khususnya terkait, SDM Inspector, fasilitas keselamatan dan
adanya perombakan regulasi terkait keselamatan penerbangan guna mencapai
kinerja terbaik di tahun 2019.
2018 2019
159,83% 163,62%
200% Zero Incident
Business As Usual
Intervensi Kebijakan
BAB III - 30 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
3. Indikator “Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara”
Capaian keberhasilan indikator ini dihitung berdasarkan jumlah pengaktifan
contingency plan pada bandar udara dengan jumlah penumpang >500.000
penumpang/tahun di bagi jumlah bandar udara dengan jumlah penumpang >
500.000 penumpang/tahun dengan asumsi jumlah bandar udara adalah 30 (tiga
puluh) bandar udara
Angka target merupakan penurunan rasio secara kumulatif pada tiap tahunnya
dari tahun sebelumnya, sehingga pada akhir periode perencanaan di Tahun 2019
harus menurunkan sampai rasio 0.17 dengan jumlah gangguan keamanan pada
tiap tahunnya adalah maksimal 5 (lima) kejadian.
Grafik 3.7. Grafik Realisasi terhadap Target Indikator Kinerja “Rasio Gangguan keamanan pada pelayanan Jasa Transportasi Udara
Dengan tidak ditemukannya gangguan keamanan sampai dengan darurat “merah”
(sampai dengan diturunkannya aparat keamanan setingkat TNI/ Kepolisian)
sehingga dapat dikatakan bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sudah
mampu memberikan tindakan preventif terhadap munculnya gangguan keamanan
di lingkungan bandar udara, khususnya pada tahun 2015 dan tahun 2016 dengan
hasil yang sangat baik tanpa adanya kejadian dengan tingkat ancaman tinggi
dengan nilai rasio 0 (Nol), sementara tahun 2017 Rasio kecelakaan mencapai
angka 0,03 dengan 1 kejadian di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado yang
mengharuskan turunnya TNI/Polri namun masih dalam kategori dapat diterima
karena masih di bawah target rasio < 0,17. Disampaikan bahwa mekanisme
BAB III - 31 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
perhitungan Rasio gangguan keamanan dilingkungan bandar udara dihitung
dengan mekanisme Rumus 2 sehingga semakin kecil nilai rasio akan
memperlihatkan capaian kinerja yang semakin baik dan sebaliknya semakin besar
rasio akan memperlihatkan capaian yang semakin buruk, namun dalam
memperkuat kesimpulan dimaksud perlu analisis lebih dalam mengenai tindakan -
tindakan nyata yang telah dilakukan DJU dalam mewujudkan capaian kinerja yang
sangat baik ini.
Grafik 3.8. Grafik Capaian Kinerja “Rasio Gangguan keamanan pada pelayanan
Jasa Transportasi Udara
Berdasarkan grafik 3.5 di atas dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja
Gangguan Keamanan pada pelayanan Jasa Transportasi di tahun 2017
mengalami penurunan dengan nilai capaian 182,35% dibanding tahun 2015 dan
tahun 2016 yang mencapai angka maksimal mencapai persentase sebesar 200%,
namun capaian di tahun 2017 masih dikatakan sangat baik karena dari 30 bandar
udara hanya 1 bandar udara yang sempat mengalami ancaman kemanan serius
dengan nilai rasio 0,03 berbanding target 0,17 yang harus di capai sampai dengan
akhir perioda renstra tahun 2019, artinya bahwa target renstra di tahun 2019
dengan nilai rasio di bawah 0,17 telah tercapai sejak indikator ini diperhitungkan
dalam SAKIP Ditjen Perhubungan Udara.
Dalam keadan normal (Business As Usual) tanpa adanya intervensi pemerintah
(dengan mempertahankan kondisi pelayanan keamanan eksisting) diprediksi
BAB III - 32 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Rasio gangguan keamanan di tahun 2018 s.d 2019 terus mengalami peningkatan
maksimal dengan nilai capaian kinerja 200% atau setara dengan 0 (nol) Kejadian.
4. Indikator “Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi
penerbangan”
Grafik 3.9. Grafik Realisasi Terhadap Target Indikator “Rasio Pemenuhan
Sertifikasi di bidang pelayanan Navigasi Penerbangan”
Indikator kinerja ini merupakan indikator baru Ditjen Perhubungan Udara yang ada
sejak diterbitkannya Rencana Strategis tahun 2015 – 2019, dan mengalami
perubahan nomenklatur di tahun 2017 yang semula dihitung berupa output
(jumlah) berubah menjadi indikator bersifat outcome (Rasio), pada tahun 2013 s.d
2014 indikator ini belum dihitung sehingga analisis grafik hanya memperlihatkan
kinerja di tahun 2015 s.d 2017. Di tahun 2015 didapatkan rasio pemenuhan
sertifikasi pelayanan navigasi sebesar 0,05 belum mencapai target yang
ditetapkan, namun di tahun 2016 mengalami kenaikan mencapai nilai rasio
sebesar 0,13 sudah melampaui target yang ditetapkan pada tahun tersebut,
sementara di tahun 2017 realisasi mengalami kenaikan significant yang ditandai
dengan kemiringan grafik melonjak tajam, dimana di tahun 2017 tersebut
mencapai nilai rasio sebesar 0,72 mencapai kelipatan 5,5 kali dibandingkan
BAB III - 33 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
capaian realisasi pada tahun sebelumnya, namun masih belum melampaui target
yang ditetapkan begitu tinggi di tahun 2017 sebesar 0,8. Secara umum tampak
dalam grafik bahwa realisasi indikator ini selama kurun waktu 3 tahun (2015 –
2017) mengalami kenaikan yang sangat baik dengan rata-rata kenaikan rasio
setiap tahun sebesar 0,34 dimana realisasi terbaik terjadi pada tahun 2016. Pada
tahun 2015 dan 2017 memang belum melampaui target yang ditetapkan akan
tetapi dengan deviasi ketidaktercapaian yang kecil, hal ini terlihat melalui grafik
berwarna merah dan biru yang hampir berimpitan.
Grafik 3.10. Grafik Realisasi Capaian Kinerja Indikator “Rasio Pemenuhan
Sertifikasi di bidang pelayanan Navigasi Penerbangan”
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa capaian kinerja terbaik terjadi pada
tahun 2016 mencapai nilai 213,33%, sementara tahun 2015 masih belum
mencapai target yang ditetapkan dengan capaian kinerja sebesar 53,33% dimana
terdapat deviasi yang besar pada tahun 2015 mencapai nilai persentase sebesar
46,67% sedangkan di tahun 2017 mencapai capaian kinerja sebesar 90,61%
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya dengan deviasi yang kecil
terhadap target hanya sebesar 9,39%. Secara normal dengan tetap
mempertahankan program yang ada di tahun sebelumnya trendline grafik
menunjukan bahwa prediksi capaian kinerja di tahun 2018 akan mencapai nilai
persentase kinerja sebesar 189,85% atau setara dengan rasio 1,56 dan di tahun
2019 diprediksi mencapai nilai persentase kinerja sebesar 229,31% atau setara
dengan rasio sebesar 1,93.
229,31%
2018 2019
189,85%
Business As Usual
BAB III - 34 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
5. Indikator “Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara”
Grafik 3.11. Grafik Realisasi Terhadap Target Indikator “Rasio pemenuhan
Sertifikasi Bandar Udara”
Grafik realisasi terhadap target di atas memperlihatkan pada kita bahwa realisasi
kinerja indikator Rasio Pemenuhan Sertifikasi Bandar Udara terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya dengan kenaikan rata rata sebesar 11,71% dengan
rincian capaian rasio di tahun 2013 sebesar 0,53 sesuai dengan target yang
ditetapkan, sementara tahun 2014 mencapai nilai rasio sebesar 0,59 sudah
melampaui target yang ditetapkan, begitu juga di tahun 2015 sebesar 0,62 sudah
melewati target di tahun tersebut, tahun 2016 nilai rasio mencapai 0,67 yang
merupakan capaian terbaik selama perioda tahun 2013 s.d tahun 2017 karena
deviasi antara target dan realisasi yang cukup besar dan lebih tinggi dibandingkan
tahun tahun sebelumnya, sedangkan di tahun 2017 capaian rasio mencapai nilai
0,82 yang merupakan capaian tertinggi berdasarkan nilai rasio namun jika
dibandingkan dengan target capaian masih belum tercapai mengingat penetapan
target kinerja di tahun tersebut sangat tinggi dibandingkan target target di tahun
sebelumnya dengan rasio 1 atau dalam pengertian semua Bandar udara yang ada
dilingkungan DJU wajib memiliki sertifikasi, sementara yang terealisasi hanya
0,82% dari total jumlah Bandar udara (266 Bandar Udara) sesuai PM 69 tahun
BAB III - 35 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2013 yang setara dengan jumlah bandara yang berhasil disertifikasi pada tahun
2017 sebesar 218 Bandar Udara.
Grafik 3.12. Capaian Kinerja Indikator “Rasio pemenuhan Sertifikasi
Bandar Udara”
Dari grafik di atas dapat kita simpulkan bahwa capaian kinerja terkait indikator ini
terus mengalami peningkatan kinerja sejak tahun 2013 sampai dengan tahun
2016 sementara itu mengalami penurunan yang cukup jauh di tahun 2017 dengan
persentase capaian kinerja sebesar 82,33% terhadap targetnya.
Berdasarkan trend grafik selama 5 tahun tanpa adanya perubahan program kerja
(intervensi kebijakan) capaian kinerja indikator ini di tahun 2018 diprediksi
mencapai capaian kinerja sebesar 89,84% atau setara dengan rasio sebesar 0,9
masih dibawah target renstra dengan target sebesar 1. Tahun 2019 diprediksi
akan mengalami penurunan kinerja dengan persentase capaian sebesar 86,63%
atau setara dengan nilai rasio sebesar 0,87 lebih kecil dibandingkan prediksi di
tahun 2018.
Grafik berwarna orange di atas merupakan capaian yang diharapkan sesuai
dengan target renstra di tahun 2019 dengan nilai capaian kinerja 100% setara
dengan nilai rasio pemenuhan sertifikasi sebesar 1 sehingga untuk mencapai
target dimaksud membutuhkan adanya intervensi kebijakan dalam pengertian
perlu adanya perubahan program kerja yang harus lebih baik dibandingkan tahun
2018 2019
Capaian 100% (rasio 1)
89,84% 86,63%
Intervensi Kebijakan
Business As Usual
BAB III - 36 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
tahun sebelumnya karena secara normal (Business As Usual) tanpa adanya
pembenahan program target kinerja tidak akan tercapai melainkan mengalami
penurunan sebagaimana ditunjukan pada grafik di atas.
c. Sasaran Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
Grafik 3.13. Grafik Capaian Sasaran “Meningkatnya Kinerja Pelayanan Sarana Dan Prasarana Transportasi Udara”
Sasaran meningkatnya Kinerja Pelayanan Sarana Dan Prasarana Transportasi Udara
terdiri dari 4 (Empat) indikator pembentuk dengan persentasi rata-rata setiap tahun
sangat baik berada di atas angka 100% dengan nilai rata-rata selama 5 tahun sebesar
107,4%, nilai ini merupakan angka yang sangat baik atau dapat dikatakan bahwa
Ditjen Perhubungan Udara dengan sumber daya yang ada telah berhasil
Meningkatkan Kinerja Pelayanan Sarana Dan Prasaran Transportasi Udara melampaui
target yang ditetapkan.
Berikut adalah penjelasan rinci terkait realisasi dan capaian kinerja pada 4 (Empat)
indikator pendukung sasaran dimaksud :
1. Indikator “Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara”
BAB III - 37 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.14. Grafik Realisasi terhadap Target “Persentase penurunan gas rumah
kaca dari sektor transportasi udara”
Indikator Kinerja ini merupakan satu satunya indikator kinerja DJU yang berkaitan
langsung terkait dampak transportasi terhadap kelangsungan lingkungan hidup,
indikator ini sudah ada sejak pertama kali Renstra tahun 2015 – 2019 DJU
diterbitkan hanya di tahun 2017 ini terjadi perubahan nomenklatur dimana
sebelumnya menjelaskan terkait Jumlah “Penurunan emisi gas buang CO2
Sub Sektor Transportasi udara, di tahun 2017 ini diubah menjadi “Persentase
penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara” namun basic data yang
digunakan dalam perhitungan masih tetap sama yaitu nilai penurunan emisi Gas
CO2 dalam satu atahun anggaran.
Berdasarkan grafik realisasi terhadap target di atas tampak bahwa grafik realisasi
yang diwakili garis berwarna merah mengalami kenaikan realisasi sepanjang
tahun dengan tingkat kenaikan tertinggi terjadi di tahun 2016 dan merupakan
capaian realisasi terbaik selama perioda tahun 2013 s.d 2015. Capaian tahun
2013 mencapai persentase penurunan gas CO2 sebesar 1,3% sudah melampaui
target pada tahun tersebut. Tahun 2014 tercapai persentase penurunan sebesar
1,58% yang juga sudah melampaui target yang ditetapkan sedangkan di tahun
2015 dengan capaian realisasi penurunan Gas CO2 sebesar 3,27 masih belum
mencapai target yang ditetapkan, sementara tahun 2016 yang merupakan
BAB III - 38 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
loncatan realisasi terbesar mencapai persentase penurunan sebesar 24,01%,
0,46% lebih tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan di tahun 2016.
Pada tahun 2017 persentase penurunan gas CO2 dicapai dengan persentase
sebesar 30,1% masih cukup jauh untuk mancapai target yang ditetapkan, dengan
nilai deviasi sebesar 9,21%, sedangkan rata-rata persentase kenaikan setiap
tahun selama perioda tahun 2013 s.d 2017 dapat dicapai oleh Ditjen Perhubungan
Udara sebesar 196,92%.
Grafik 3.15. Grafik Capaian Kinerja Indikator “Persentase penurunan gas rumah
kaca dari sektor transportasi udara”
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa capain kinerja terkait persentase
penurunan gas rumah kaca sektor tarnsportasi udara cenderung mengalami
penurunan kinerja selama perioda tahun tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
yang ditandai dengan menurunnya grafik trend line yang mencapai persentase
rata rata penurunan per tahun sebesar 62,72%. Berdasarkan capaian kinerja
sebagaimana grafik di atas, di tahun 2013 capaian kinerja DJU mencapai nilai
153,87% yang merupakan capaian terbaik selama perioda 2013 s.d 2017 disusul
capaian kinerja di tahun 2014 sebesar 104,14% kemudian terjun bebas di tahun
2015 yang hanya mencapai persentase kinerja sebesar 30,3% yang merupakan
capaian kinerja terburuk selama 5 tahun terakhir. Di tahun 2016 capaian kinerja
indikator ini mengalami kenaikan yang sangat significant dibandingkan pada tahun
Business As Usual
Intervensi Kebijakan
2019 2018
46,33% 30,65%
85% 100%
BAB III - 39 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
sebelumnya mencapai persentase capaian sebesar 101,94% dan menurun
kembali di tahun 2017 dengan persentase nilai capaian sebesar 76,57%.
Mengacu pada analisis garis trend line sebagaimana ditunjukan grafik di atas
secara normal (Business As Usual) dengan tetap mempertahankan program
sebagaimana tahun-tahun sebelumnya prediksi capaian di tahun 2018 dan 2019
mengalami penurunan yang cukup tajam dengan prediksi capaian di tahun 2018
adalah sebesar 46,33% sedangkan prediksi di tahun 2019 hanya mencapai
sebesar 30,65%, Dalam upaya peningkatan kinerja sehingga di tahun 2018 dapat
mencapai persentase capaian 85% dan di tahun 2019 mencapai 100 persen
diperlukan intervensi kebijakan Ditjen Perhubungan Udara untuk mendongkrak
nilai yang diprediksi menurun pada akhir perioda Rencana Strategis.
2. Indikator “Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi
udara”
Grafik 3.16. Grafik Realisasi terhadap Target “Persentase Capaian On Time
Performance (OTP) Sektor Transportasi Udara”
Indikator kinerja ini dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pergerakan
pesawat yang tepat waktu berbanding jumlah total pergerakan pesawat
sehingga didapatkan persentase capaian On Time Performance di tahun
2017 sebesar 80,14% yang mengalami penurunan dibanding capaian di
BAB III - 40 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
tahun 2016 sebesar 82,6%, nilai ini merupakan capaian terbaik selama
kurun waktu 5 tahun terkahir sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
Capaian realisasi Ontime Performance tahun 2013 sampai dengan tahun
2015 masih berada di bawah 80%, berturut turut disampaikan persentase
OTP tahun 2013 adalah 78,61%, tahun 2014 adalah 79,02% dan capaian
tahun 2015 adalah 78,49% hal ini berarti bahwa OTP mengalami kenaikan
di atas 80% terjadi pada tahun 2016 sampai tahun 2017.
Dibandingkan terhadap target yang ditetapkan selama 5 tahun (2013 –
2017) On Time Performance sepanjang tahun belum mencapai target yang
ditetapkan dengan deviasi tertinggi terhadap target terjadi di tahun 2017
dengan nilai deviasi mencapai 5,14% dan deviasi terendah terjadi di tahun
2013 dengan nilai deviasi sebesar 0,91 walaupun secara umum mengalami
kenaikan sepanjang tahun sebesar 1,53% sejak tahun 2013 sampai tahun
2017.
Grafik 3.17. Grafik capaian Kinerja “Persentase capaian On Time Performance
(OTP) sektor transportasi udara”
Dari grafik capaian di atas dapat disampaikan bahwa secara normal tanpa
adanya perubahan dan intervensi kebijakan trend OTP akan terus
BAB III - 41 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
mengalami penurunan capaian sampai akhir perioda Rencana strategis
tahun 2019, berturut turut prediksi capaian di tahun 2018 adalah sebesar
93,95% atau setara dengan nilai OTP (81,74) sementara tahun 2019
diprediksi akan mencapai capaian kinerja sebasar 93,08% yang setara
dengan nilai OTP (81,91). Berdasarkan grafik 3.8 sampai dengan akhir
perioda rencana strategis 2019 tanpa adanya intervensi kebijakan target
renstra sampai dengan 2019 tidak akan pernah tercapai sesuai dengan
harapan untuk itu diperlukan adanya program dan langkah langkah
strategis dalam upaya pencapaian kinerja sesuai dengan apa yang
digambarkan oleh garis prediksi berwarna orange dengan capaian kinerja
yang memungkinkan untuk dicapai di tahun 2018 sebesar 97,5% yang
setara dengan nilai OTP (84,82%) dan untuk tahun 2019 adalah sebesar
100% yang setara dengan nilai OTP (88%).
Simulasi yang digambarkan oleh grafik memberikan kesimpulan pada kita
bahwa sangat berat dalam mendongkrak kinerja di tahun 2018 s.d 2019
tanpa adanya langkah-langkah strategis yang implementatif yang harus
dilaksanakan oleh Ditjen Perhubungan Udara untuk itu apabila seluruh
sumber daya yang ada (SDM, Organisasi, Anggaran, Sarana dan
Prasarana) sudah tidak dapat memungkinkan lagi dioptimalkan, disarankan
untuk dilakukan usulan penurunan target kinerja di tahun 2018 dan 2019.
BAB III - 42 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
3. Indikator “Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa
berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara”
Grafik 3.18. Grafik capaian Kinerja “Persentase Kota/Daerah yang terhubungi”
Indikator kinerja ini merupakan indikator baru yang ada di tahun 2017 akibat
adanya revisi Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara tahun 2015 s.d tahun
2017 sehingga analisis hanya baru dapat dilakukan di tahun 2017. Realisasi
persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk
sertifikasi personil operasi pesawat udara tercatat sebesar 80,93% sebagaimana
ditunjukan dalam grafik di atas, dari target yang ditetapkan sebesar 83,25% atau
setara dengan capaian sebesar 97,21% masih belum memenuhi target yang
diharapkan di tahun 2017 namun dengan deviasi yang kecil sebesar 2,32% saja
untuk itu dalam upaya pencapaian target di tahun berikutnya diperlukan adanya
program program baru dan peningkatan terhadap pelayanan pelanggan
khususnya pelayanan berbasis online sehingga tingkat kepuasan dapat
ditingkatkan.
Deviasi : 2,32%
Capaian :
97,21%
BAB III - 43 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Berikut adalah formasi hasil pengambilan sample pelanggan dalam perhitungan
indikator persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis
online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara:
Grafik 3.19. Grafik Formasi Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap pelayanan
berbasis Online untuk sertifikasi Personil Dan Operasi Pesawat
Tabel 3.4. Tabel Persentase Jumlah Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap
pelayanan berbasis Online untuk sertifikasi Personil Dan Operasi Pesawat
No. Tingkat Kepuasan Jumlah Sampel % Sampel
1 Excellent 1385 43,8%
2 Good 1174 37,13%
3 Fair 359 11,35%
4 Poor 244 7,71
Disampaikan bahwa jumlah total sampel adalah 3.162 orang dengan formasi
sebagaimana ditunjukan tabel di atas.
BAB III - 44 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
4. Indikator “Persentase kota/daerah yang terhubungi”
Grafik 3.20. Grafik capaian Kinerja “Persentase Kota/Daerah yang terhubungi”
Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa realisasi terkait indikator
persentase kota/daerah yang terhubungi terus mengalami kenaikan selama
perioda tahun 2013 s.d tahun 2017 yang ditandai dengan terus
meningkatnya/menaiknya garis realisasi berwarna merah. Grafik di atas juga
menjelaskan bahwa dengan posisi garis realisasi yang berada di atas garis target
menandakan bahwa selama perioda tahun 2013 s.d 2017 persentase capaian
selalu mencapai target yang ditetapkan terkecuali di tahun 2014 dimana capaian
realisasi masih belum mencapai target, dengan nilai persentase sebesar 55,18%
dan dengan deviasi yang sangat kecil hanya sebesar 1,01% yang ditandai dengan
berimpitnya titik realisasi dan titik target sebagaimana diinterpretasikan dalam
grafik. Realisasi di tahun 2013 tampak dalam grafik sebesar 47,49% sementara
capaian di tahun 2015 adalah sebesar 66,89% dan terus meningkat di tahun 2016
sebesar 83,95% hingga di tahun 2017 mencapai persentase sebesar 91,82%.
BAB III - 45 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Disampaikan bahwa persentase rata rata kenaikan realisasi selama perioda tahun
2013 s.d 2017 adalah sebesar 11,08%.
Grafik 3.21. Grafik capaian Kinerja Indikator “Persentase Kota/Daerah
yang terhubungi”
Berdasarkan grafik di atas capaian kinerja rata-rata selama 5 tahun sudah cukup
baik dengan nilai rata-rata persentase capaian sebesar 111,62% dengan trend
grafik yang terus meningkat hingga tahun 2018 dan tahun 2019. Berdasarkan
trend line sebagimana ditunjukan grafik di atas capaian di tahun 2018 dan 2019
akan diprediksi terus meningkat dengan nilai prediksi capaian kinerja sebasar
116,06% di tahun 2018 dan mencapai 117, 54% di tahun 2019 hanya dengan
kondisi business as usual yaitu tetap mempertahankan kinerja sebagimana tahun
lalu, peningkatan kinerja ini sangatlah wajar mengingat tingkat pertumbuhan
penumpang dan armada pesawat udara yang terus meningkat selama 5 tahun ini
dengan rata-rata pertumbuhan penumpang sebesar 12,45% dan pertumbuhan
armada pesawat udara yang berada di atas 15%.
2018 2019
Business As Usual
116,06 % 117,54 %
BAB III - 46 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
d. Sasaran “Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara”
Grafik 3.22. Capaian Sasaran “Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana
transportasi udara”
Sasaran kinerja ini terdiri dari 2 (dua) indikator pembentuk yaitu Indikator Persentase
peningkatan kapasitas sarana transportasi udara yang identik dengan jumlah armada
pesawat udara dan Indikator Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi
udara yang identik dengan keberhasilan pembangunan fisik sisi darat maupun sisi
udara dilingkungan Bandar Udara Nasional yag kemudian diakumulasikan dalam satu
nilai rata rata sasaran sebagaimana ditunjukan dalam grafik batang di atas. Dari grafik
di atas dapat kita interpretasikan bahwa selama 5 tahun terakhir (2013 s.d 2017)
capaian kinerja rata-rata terbaik terjadi di tahun 2015 dengan capaian rata-rata kinerja
sebesar 142,13% yang sebelumnya mangalami kenaikan sejak tahun 2013 dengan
capaian rata rata sebesar 88,55% dan tahun 2014 dengan capaian rata rata 90,51%
yang kemudian mulai mengalami penurunan capaian kinerja sasaran di tahun 2016
dengan capaian rata-rata sasaran sebesar 108,65% dan tahun 2017 sebesar 109,61%
yang masih belum melampaui catatan terbaik di tahun 2015, namun perlu di catat
BAB III - 47 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
capaian rata-rata sasaran di tahun 2016 dan 2017 masih lebih baik dibanding tahun
2013 dan tahun 2014.
Berikut adalah detail penjelasan terkait 2 (dua) Indikator pembentuk sasaran
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara :
1. Indikator “Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara”
Grafik 3.23. Realisasi Terhadap Target Indikator “persentasi peningkatan
kapasitas sarana transportasi udara”
Indikator kinerja ini merupakan indikator baru hasil review Rencana Strategis
tahun 2015 – 2019 yang dilakukan pada bulan desember tahun 2017, indikator ini
hanya merupakan perubahan nomenklatur pada pada Indikator “Jumlah pesawat
udara yang memiliki sertifikat kelaikudaraan” yang diubah menjadi “Persentase
peningkatan kapasitas sarana transportasi udara” sehingga yang sebelumnya
bersifat output pada review renstra tahun 2015 – 2019 ini menjadi indikator yang
bersifat outcome namun objek utama yang dihitung masih sama yaitu jumlah
pesawat udara yang disertifikasi.
Pada grafik di atas dapat kita simpulkan bahwa persentase peningkatan kapasitas
pesawat udara realisasi di tahun 2013 dan 2014 belum mencapai target. Hal ini
dapat terlihat dari gap yang cukup besar sebesar 22,2% di tahun 2013 dan
sebesar 25,9% di tahun 2014, namun semakin membaik di tahun 2015 dengan
persentase realisasi yang sangat signifikan mencapai angka 62,73% jauh
BAB III - 48 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
melampaui target yang ditetapkan dengan gap sebesar 23,34% semantara di
tahun 2016 dan 2017 persentase realisasi semakin menurun namun masih dapat
melampaui target yang ditetapkan dengan capaian realisasi berturut turut sebasar
50,98% di tahun 2016 dan 49,95% di tahun 2017.
Grafik 3.24 Capaian Kinerja “Persentase peningkatan kapasitas sarana
transportasi udara”
Pada grafik Capaian Kinerja Indikator “Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara” di atas dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja
tahun 2013 dan tahun 2014 belum mencapai target yang ditetapkan dengan
capaian kinerja sebesar 65,99% di tahun 2013 dan sebesar 60,33% di tahun
2014, capaian kinerja terbaik terjadi di tahun 2015 sebesar 159,25% yang
kemudian terjadi penurunan sejak tahun 2016 dan tahun 2017, berturut turut
capaian tahun 2016 adalah sebesar 123,29% sementara tahun 2017 sebesar
115,32%. Dalam Kondisi normal dengan tetap mempertahankan program
sebagaimana tahun sebelumnya garis trendline menunjukan bahwa prediksi
capaian kinerja di tahun 2018 dan tahun 2019 akan mengalami peningkatan
dengan capaian kinerja di tahun 2018 mencapai nilai persentase sebesar
153,31% dan tahun 2017 mencapai 169,47% dengan adanya peningkatan
efektifitas sumberdaya penggunaannya secara optimal (intervensi) dimungkinkan
2018 2019
153,31% 169,47%
Business As Usual
BAB III - 49 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
akan terjadi capaian kinerja lebih baik dari yang diprediksikan sehingga
disarankan agar tahun 2018 dan tahun 2019 target kinerja dapat ditingkatkan.
Indikator Persentase Peningkatan Kapasitas sarana transportasi udara erat
kaitannya dengan kapasitas seat yang tersedia, semakin tinggi sarana yang
tersedia akan mempengaruhi penambahan jumlah seat pesawat udara begitu juga
sebaliknya. Berikut adalah grafik seat capacity terhadap pertumbuhan
penumpang :
Grafik 3.25. Seat Capacity Terhadap Jumlah Penumpang “Persentase
peningkatan kapasitas sarana transportasi udara”
Grafik Seat Capacity terhadap jumlah penumpang di atas dapat kita simpulkan
bahwa pertumbuhan sarana transportasi udara (seat capacity) masih dapat
memnuhi demand penumpang sampai akhir perioda renstra dengan rata-rata gap
selama 5 tahun sebesar 26,20%, dan dapat kita ambil kesimpulan bahwa rata-rata
pertumbuhan penumpang selama 5 tahun sebesar 17,42% jauh lebih besar
dibanding pertumbuhan seat capacity sebesar 4,17% hal ini menandakan bahwa
pertumbuhan sarana transportasi udara untuk kedepannya harus diusahakan
lebih besar lagi dalam upaya pemenuhan pertumbuhan penumpang transportasi
60,24 (41,15%)
54,89 (35,52%)
55,57 (33,79%)
24,55 (14,57%)
10,30 (5,98%)
BAB III - 50 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
udara yang melaju lebih cepat walaupun dalam akhir perioda renstra tahun 2019
masih cukup untuk memenuhi keinginan pasar (demand penumpang).
2. Indikator Kinerja “Presentasi Peningkatan Kapasitas Prasarana Transportasi
Udara”
Grafik 3.26. Realisasi Terhadap Target Indikator “ Presentasi Peningkatan
Kapasitas Sarana Transportasi Udara”
Pada grafik realisasi tehadap terget di atas dapat disimpulkan bahwa realisasi
persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara secara umum sejak
tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 berada di atas target yang ditetapkan
kecuali pada tahun 2016 tidak mencapai target yang ditetapkan dengan deviasi
yang sangat kecil hanya 6% saja, sementara tahun 2017 persentase peningkatan
kapasitas mencapai 72,73% sedikit melampaui target yang ditetapkan dengan
deviasi 2,73%. Capaian tahun 2013 sampai 2015 tergolong sangat baik dengan
rata-rata deviasi terhadap target sebesar 21%, disampaikan berturut turut capaian
tahun 2013 adalah sebesar 140%, tahun 2014 sebesar 140% dan tahun 2015
sebesar 125% dengan capaian terbaik terjadi pada tahun 2013 sampai dengan
tahun 2014.
BAB III - 51 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.28. Capaian Kinerja Indikator “Presentasi Peningkatan Kapasitas Sarana
Transportasi Udara”
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa capaian kinerja indikator ini relatif
menurun selam 5 tahun dengan rata rata capaian kinerja sebesar 110,94%
walaupun masih tergolong cukup baik (selalu melampaui target yang ditetapkan),
terkecuali capaian kinerja di tahun 2016 hanya mencapai 94% dengan deviasi
terhadap target yang sangat kecil sebesar 6% saja. Dapat disampaikan bahwa
secara normal dengan tetap mempertahankan kondisi existing (business as usual)
capaian kinerja di tahun 2018 dan tahun 2019 akan mengalami penurunan
walaupun dengan deviasi yang sangat kecil, prediksi capaian pada tahun 2018
adalah sebesar 98,61% dan tahun 2019 sebesar 94,5%. Untuk menghindari
adanya penurunan kinerja di tahun 2018 dan 2019 sebagaimana digambarkan
oleh grafik trendline di atas maka diperlukan adanya intervensi kebijakan dan
langkah langkah strategis pemerintah guna mendongkrak capaian kinerja di akhir
perioda renstra tahun 2019 sebagimana digambarkan garis berwarna orange di
atas pada grafik Capaian Kinerja Indikator “Presentasi Peningkatan Kapasitas
Sarana Transportasi Udara”
2018 2019
Business As Usual
Intervensi Kebijakan (target renstra)
98,61% 94,5%
BAB III - 52 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
e. Sasaran Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil Sasaran ini hanya terdiri dari 1 (satu) indikator utama yaitu : Rasio layanan
transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil,
indikator ini dihitung berdasarkan jumlah rute pelayanan angkutan udara perintis
maupun komersil yang melayani wilayah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil pada Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Nomor PM 69 tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional.
1. Indikator Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan,
terluar dan terpencil.
Grafik 3.29. Realisasi Terhadap Target Indikator “Meningkatnya layanan
transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil”
Dari grafik Realisasi terhadap target di atas dapat disimpulkan bahwa realisasi
indikator ini belum mencapai target rasio yang ditetapkan dengan rasio realisasi
sebesar 2,5 dari terget yang ditetapkan sebesar 3,35 namun masih tergolong
cukup baik karna perbedaan antara target dan realisasi dengan nilai deviasi
Gap/deviasi 0,004 Capaian : 99,88%
BAB III - 53 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
sebesar 0,85 dan apabila dikonversikan dalam bentuk persentase capaian kinerja
didapat persen capaian sebesar 74,63 %.
Pengertian tidak terpenuhinya rasio bukan berarti adanya wilayah Nasional rawan
bencana, perbatasan, terluar dan terpencil yang tidak terlayani melainkan hanya
mekanisme penetapan target Renstra yang sangat tinggi yang menyebabkan tidak
terpenuhinya rasio, hal ini berarti bahwa seluruh wilayah nasional terkait rawan
bencana, perbatasan, terluar dan terpencil sebenarnya sudah terpenuhi dengan
total rute pelayanan sebanyak 445 rute untuk penerbangan Komersil dan perintis
sementara total kota/wilayah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
nasional sebagimana dijelaskan dalam Peraturan Menteri Nomor 69 Tahun 2013
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah 133 rute penerbangan hal ini
berarti juga bahwa 1 wilayah kota rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil sudah dapat dilayani oleh 3 sampai 4 Rute penerbangan komersil dan
perintis.
f. Sasaran Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi Udara Capaian kinerja sasaran ini dihitung hanya berdasarkan 1 (satu) Indikator saja yaitu
indikator “Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen
Perhubungan Udara” dan merupakan indikator baru yang ada sejak tahun 2015 akibat
disusunnya Rencana Strategis tahun 2015 – 2019, di tahun 2017 ini mengalami
perubahan nomenklatur yang sebelumnya adalah “Jumlah peraturan yang
diterbitkan di bidang transportasi udara” dimana indikator ini bersifat output
diubah menjadi indicator yang bersifat outcome. Berikut adalah detail penjelasan terkait capaian kinerja indicator “Persentase
pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara”:
1. Indikator “Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen
Perhubungan Udara”
BAB III - 54 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.30. Realisasi terhadap target Indikator “Persentase pelaksanaan
deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara”
Berdasarkan grafik di atas dapat kita simpulkan bahwa sepanjang tahun 2015 s.d
tahun 2017 garis realisasi berada di atas garis target sepanjang tahun. Hal
tersebut menunjukan bahwa realisasi indikator ini sudah melampaui target yang
ditetapkan sepanjang tahun (2015-2017). Pada tahun 2015 realisasi indikator ini
mencapai angka yang sangat tinggi dengan capaian realisasi sebesar 100% dari
target yang ditetapkan hanya 20%, sementara tahun 2016 mengalami penurunan
realisasi menjadi 44% namun sudah cukup jauh melampaui target yang ditetapkan
sebesar 20% dan tahun 2017 realisasi kinerja mencapai nilai 78 % dari target
yang ditetapkan sebesar 78%, mengulang kembali kesuksesan di tahun 2015
namun capaian terbaik tetap di tahun 2015 mengingat deviasi capaian realisasi
terhadap target terbesar terjadi pada tahun tersebut dengan nilai deviasi sebesar
80% sementara di tahun 2017 hanya mencapai deviasi sebesar 22% saja.
78 %
BAB III - 55 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.31. Capaian Realisasi Jumlah Peraturan yang diterbitkan di bidang
transportasi udara Tahun 2012 - 2017
Secara umum persentase kinerja Ditjen Perhubungan Udara selama tahun 2015
s.d tahun 2017 sudah mencapai target yang ditetapkan dengan capaian kinerja
terbaik pada tahun 2015 sebesar 500% dan tahun 2016 sebesar 222,20%
sementara tahun 2017 mencapai nilai persentase sebesar 100 %. Rata-rata
capaian kinerja Ditjen Perhubungan Udara secara total adalah sebesar 274,07%
nilai ini sudah sangat baik dibandingkan target capaian sebesar 100% walaupun
di tahun 2016 dan tahun 2017 mengalami penurunan kinerja dibanding tahun
2015.
Disampaikan bahwa garis trend line menunjukan kenaikan kinerja sejak tahun
2015 s.d tahun 2017 sehingga di tahun 2018 dan 2019 diperkirakan akan terus
menaik secara linear dengan prediksi capaian di tahun 2018 adalah sebesar
313,7% dan tahun 2019 mencapai nilai 361,7% dengan syarat tetap
mempertahankan program existing yang ada dan tetap mempertahankan potensi
sumberdaya yang dimiliki (SDM, Modal dan Sarana prasarana).
2018 2019
313,7% 361,7%
Business As Usual
100%
BAB III - 56 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
g. Sasaran Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
Grafik 3.32. Capaian Rata-rata Sasaran “Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan
Udara yang kompeten dan professional”
Sasaran kinerja ini terdiri dari 2 indikator pembentuk yaitu:
1. Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang
bersertifikat, dan
2. Rasio pemenuhan inspektur penerbangan
Kedua indikator ini bersifat outcome, merupakan hasil perubahan review Rencana
Strategis tahun 2015 – 2019 di tahun 2017 yang sebelumnya bersifat output.
Disampaikan bahwa berdasarkan grafik capaian rata-rata sasaran di atas dapat
disimpulkan bahwa capaian kinerja sasaran tertinggi di tahun 2017 dengan nilai
capaian rata-rata sebesar 107,07% walaupun sebelumnya mengalami penurunan
grafik sejak tahun 2013 s.d 2016 sebagaimana ditunjukan grafik di atas.
Berikut penjelasan detail terkait indikator pembentuk sasaran “tersedianya SDM Ditjen
Perhubungan Udara yang kompeten dan professional”:
BAB III - 57 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
1. Indikator Kinerja “Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi
penerbangan yang bersertifikat”
Grafik 3.33. Realisasi Terhadap Target Persentase pemenuhan kebutuhan
jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat"
Indikator kinerja ini merupakan indikator kinerja baru Ditjen Perhubungan Udara
yang mengukur pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional dilingkungan Ditjen
Perhubungan Udara. Indikator ini muncul akibat adanya review Rencana Strategis
Ditjen Perhubungan Udara tahun 2015 s.d 2019 pada tahun 2017. Disampaikan
bahwa realisasi Ditjen Perhubungan Udara terkait indikator ini di tahun 2017
adalah sebesar 33,31% atau setara dengan jumlah tenaga fungsional sebanyak
1.183 orang sementara target yang ditetapkan Ditjen Udara sebesar 36,92% atau
setara dengan 1.311 orang masih belum memenuhi target yang ditetapkan
sehingga di tahun berikutnya deviasi sebanyak 128 orang harus didistribusikan di
tahun 2018 s.d 2019. Target yang ditetapkan di tahun 2019 berdasar Rencana
strategis adalah 73,73% atau setara dengan 2.619 orang, dan di tahun 2019
harus memenuhi target 100% dengan pemenuhan Jabatan Fungsional Teknis
penerbangan yang bersertifikat sebanyak 3.551 orang. Grafik di atas juga
menggambarkan bahwa realisasi di tahun 2017 belum memenuhi target yang
ditetapkan sementara di tahun berikutnya harus terpenuhi target kinerja yang
BAB III - 58 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
cukup tinggi sehingga diperlukan program-program strategis yang dapat
mendongkrak terkait jumlah pegawai fungsional teknisi penerbangan pada dua
tahun kedepan.
Grafik 3.34. Capaian Kinerja Indikator “Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan
fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat"
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi normal
(Business As Usual) garis trend line menggambarkan bahwa prediksi capaian
kinerja di tahun 2018 dan 2019 memang diperkirakan meningkat dibanding tahun
2017 dengan capaian kinerja prediksi di tahun 2018 adalah sebesar 33,56%
namun belum dapat mencapai target kinerja sebesar 73,73% begitupula prediksi
di tahun 2019 masih belum mencapai target yang ditetapkan capaian kinerja
diprediksi hanya mencapai 41,32% sementara target di tahun tersebut seharusnya
sudah memenuhi kebutuhan secara total sebesar 100% atau dengan jumlah
fungsional teknisi penerbangan mencapai 3.551 orang. Untuk itu agar dapat
mencapai target yang diinginkan sebagaimana garis berwarna orange Ditjen
Perhubungan Udara perlu melakukan intervensi kebijakan dengan memperbaiki
program di tahun sebelumnya dengan program strategis yang baru untuk lebih
mengefektifkan sumber daya yang ada sehingga target kinerja di tahun 2019
dapat tercapai.
33,56% 41,32%
BAB III - 59 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2. Indikator Rasio pemenuhan inspektur penerbangan
Grafik 3.35. Realisasi terhadap target Indikator “Rasio pemenuhan inspektur
penerbangan”
Berdasarkan grafik di atas disampaikan bahwa realisasi indikator Rasio
pemenuhan Inspektur penerbangan dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara
belum sepenuhnya memenuhi target yang diinginkan tampak dalam grafik di atas
garis realisasi berwarna merah masih dominan berada di bawah garis target
kinerja berwarna biru. Realisasi kinerja nampak memenuhi target yang ditetapkan
hanya pada tahun 2013 dengan capaian rasio 0,626 dari target sebesar 0,585
pada tahun tersebut dan tahun 2017 yang mencapai rasio 0,690 dari target rasio
sebesar 0,650 sedangkan tahun 2014, tahun 2015 dan tahun 2016 masih belum
memenuhi target yang ditetapkan dengan realisasi kinerja berturut-turut sebesar
0,632 dari target sebesar 0,664, sebesar 0,545 dari target 0,693 serta o,455 dari
target sebesar 0,764. Disampaikan bahwa capaian kinerja terbaik terjadi di tahun
2013 dan 2017 karena telah melampaui target yang ditetapkan sementara
capaian terburuk terjadi di tahun 2016 dengan realisasi 0,455 dan deviasi terbesar
dari targetnya sebesar 0,309.
BAB III - 60 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.36 Capaian Kinerja Indikator “Rasio pemenuhan inspektur penerbangan”
Dari grafik di atas dapat kita interpretasikan bahwa capaian kinerja target hanya di
tahun 2013 dan tahun 2017 sementara 3 (tiga) tahun diantaranya tahun 2013,
tahun 2014, dan tahun 2016 masih jauh dari target yang ditetapkan dan
cenderung menurun selama 3 tahun terakhir yang kemudian melonjak naik di
tahun 2017. Capaian kinerja secara keseluruhan terus menurun secara linear
sejak tahun 2013 sampai 2017 yang diperlihatkan oleh garis trend line linear
sebagaimana ditunjukan oleh gambar sehingga capaian kinerja di tahun 2018 dan
tahun 2019 diperkirakan akan terus merosot dengan prediksi capaian tahun 2018
sebesar 78,84% dan di tahun 2019 sebesar 75,29%. Dengan tetap
mempertahankan program di tahun sebelumnya capaian kinerja di tahun 2017
sebesar 107,07% tidak akan dapat tercapai sebagaimana ditunjukan oleh grafik.
Untuk itu dalam upaya mempertahankan capaian yang baik di tahun 2017 perlu
adanya perubahan kebijakan maupun optimalisasi sumber daya yang ada
sehingga capaian kinerja pada tahun 2019 sebesar 1201 orang jumlah Inspektur
penerbangan dapat tercapai yang pada akhirnya target di tahun 2020 dengan
target capaian 1787 orang Inspektur penerbangan juga dapat terlampaui.
Mempertahankan Capaian tahun 2017
2018 2019
78,84% 75,29%
BAB III - 61 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
h. Sasaran Terwujudnya good governance dan clean government di Ditjen Perhubungan Udara
Grafik 3.38. Capaian Rata Rata Sasaran “Terwujudnya good governance dan clean
government di Ditjen Perhubungan Udara”
Sasaran ini terdiri dari 3 indikator pendukung yang terkait dengan Nilai AKIP
(Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah), terkait Penyerapan Anggaran dan terkait
dengan Nilai Aset Ditjen perhubungan Udara. Berdasarkan grafik di atas dapat
disampaikan bahwa capaian kinerja rata-rata Sasaran Ditjen Perhubungan Udara
mengalami penurunan sejak tahun 2013 sampai dengan 2016 dan kembali melonjak
naik di tahun 2017 dengan capaian rata-rata sasaran mencapai 146,19% dan
merupakan capaian sasaran terbaik selama 5 (lima) tahun terakhir. Disampaikan
bahwa capaian rata-rata total DJU mencapai nilai 112,37% sudah melampaui target
yang ditetapkan walaupun terjadi penurunan terendah di tahun 2016 sebesar 94,85%.
Berikut adalah penjelasan detail 3 (tiga) indikator pembentuk sasaran Terwujudnya
good governance dan clean government Ditjen Perhubungan Udara:
BAB III - 62 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
1. Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara Indikator Terselenggaranya proses
Grafik 3.39 Realisasi terhadap Target Indikator “Nilai AKIP Ditjen Perhubungan
Udara”
Indikator ini merupakan satu satunya indikator dimana nilai realisasi ditetapkan
melalui mekanisme penilaian yang dilakukan oleh organisasi diluar Ditjen
Perhubungan Udara yang dilakukan melalui Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
Perhubungan. Berdasarkan grafik dapat kita sampaikan bahwa sejak tahun 2013
Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Ditjen Perhubungan Udara
mengalami kenaikan sejak tahun 2013 sampai tahun 2015 dengan realisasi
tertinggi yang dapat dicapai selama 5 tahun adalah dengan nilai 93,47 dengan
predikat AA dimana pada tahun 2015 ini Ditjen Perhubungan Udara merupakan
Penyusun AKIP Terbaik dibandingkan Eseleon I lainnya. Dapat disampaikan
bahwa realisasi diawali sejak tahun 2013 dengan nilai 84,8 yang kemudian naik di
tahun 2014 dengan nilai 90,75 dan akhirnya melonjak dengan nilai terbaik di
tahun 2017. Pada tahun 2016 Nilai AKIP DJU mengalami penurunan yang
significant terkait adanya perubahan pembobotan dan mekanisme perhitungan
yang berbeda dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi sehingga terjadi penurunan nilai di tahun tersebut namun kembali naik
BAB III - 63 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
dengan nilai AKIP mencapai 84,75 dengan predikat AA namun masih dalam
urutan peringkat ke 2 sehingga diharapkan di tahun 2018 dan 2019 nilai AKIP
DJU dapat kembali menjadi peringkat terbaik sebagimana pencapaian di tahun
2015.
Grafik 3.40 Capaian Kinerja Indikator “Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara”
Berdasarkan grafik di atas dapat disampaikan bahwa capaian kinerja nilai AKIP
DJU secara umum mengalami penurunan kinerja sejak 5 tahun terakhir dimana
capaian kinerja melampaui target terjadi di tahun 2014 dan tahun 2015,
sementara capaian di tahun 2013, tahun 2016 dan tahun 2017 masih belum
mencapai target capaian namun masih tergolong baik dengan rata rata
persentase nilai capaian sebesar 97,24%. Penurunan kinerja juga ditunjukan pada
garis trend line yang terus menurun secara linear selama 5 tahun. Hal tersebut
apabila tidak adanya perubahan/peningkatan program dalam usaha pencapaian
indikator ini diprediksi akan semakin menurun di tahun 2018 sebesar 87,14% dan
tahun 2019 sebesar 83,77% sehingga dalam upaya pencapaian di tahun 2018
dengan capaian 95% atau setara nilai 86,21 dan pencapaian di tahun 2019
sebesar 100% atau setara dengan nilai 90,80 dibutuhkan usaha yang lebih keras
dan upaya upaya perubahan kebijakan yang lebih optimal sehingga dapat
tercapainya target DJU di tahun 2019. Dapat disampaikan program terkait
pencapaian Nilai AKIP dipaparkan dalam dokumen ini pada bagian analisis
kegagalan dan keberhasilan.
2018
87,14%
2019
83,77%
100% (90,80) 95%
(86,21)
Business As Usual
Intervensi Kebijakan
BAB III - 64 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2. Persentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara
Grafik 3.41 Realisasi terhadap Target Indikator “Persentase penyerapan
anggaran Ditjen Perhubungan Udara”
Indikator penyerapan anggaran merupakan salah satu indikator yang wajib dimiliki
oleh setiap kementerian karena setiap kinerja instansi pemerintah selalu diukur
melalui seberapa banyak tingkat penyerapan anggaran dalam 1 perioda anggaran
sehingga baik buruknya pemerintah secara umum dapat dilihat/diukur
berdasarkan tingkat keberhasilannya dalam menyerap anggaran yang diberikan
baik berupa APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara), PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak) maupun hibah yang merupakan sumber utama anggaran
pemerintah di Indonesia.
Berdasarkan grafik di atas dapat disampaikan bahwa secara keseluruhan realisasi
anggaran Ditjen Perhubungan Udara cukup baik yang dibuktikan melalui grafik di
atas bahwa realisasi tidak mencapai target yang ditetapkan selama 5 tahun (2013
s.d 2017) hanya terjadi di tahun 2015 dimana realisasi anggaran hanya mencapai
nilai 83,14% dari target yang ditetapkan sebesar 85%. Tahun 2013 realisasi yang
dicapai sudah melampaui target yang ditetapkan yaitu sebesar 93% dari target
sebesar 87%, begitu pula pada tahun 2014 realisasi anggaran sudah mencapai
87,81%
BAB III - 65 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
target yang ditetapkan sebesar 91,20% dari target sebesar 88% sedangkan tahun
2016 sebesar 86% dari target yang sama sebesar 86% dan capaian realisasi
anggaran di tahun 2017 adalah sebesar 87,81% dari target capaian yang
ditetapkan pada tahun tersebut sebesar 87%. Disampaikan berdasarkan grafik
bahwa capaian realisasi DJU dalam menyerap anggaran selama perioda 2013 –
2017 mengalami penurunan sejak tahun 2013 sampai 2015 dimana realisasi
terendah terjadi di tahun 2015 yang hanya mencapai 83,14% yang kemudian naik
kembali di tahun 2016 sampai tahun 2017, capaian terbaik terjadi di tahun 2013
dimana realisasi anggaran dapat mencapai nilai yang sangat tinggi sebesar
92,91%.
Grafik 3.42 Capaian Kinerja Indikator “Persentase penyerapan anggaran Ditjen
Perhubungan Udara”
Berdasarkan grafik di atas dapat disampaikan bahwa capaian kinerja terkait daya
serap anggaran Ditjen Perhubungan Udara secara umum mengalami penurunan
kinerja selama 5 tahun namun masih dalam batas toleransi dimana rata-rata
capaian kinerja masih di atas 100% dengan nilai capaian rata rata kinerja selama
5 tahun sebesar 101,904%, dengan demikian nilai tersebut masih di atas target
yang ditetapkan. Dapat disampaikan pula bahwa dalam kondisi normal tanpa
adanya perubahan kebijakan dan perubahan program kerja, garis trend line
menunjukan penurunan linear sepanjang 5 tahun terakhir sehingga capaian di
2018 2019
Business As Usual
Intervensi Kebijakan
97,47% 95,99% 100,93%
BAB III - 66 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
tahun 2018 diprediksi akan menurun dengan nilai capaian 97,47% dan di tahun
2019 diperkirakan akan mencapai nilai capaian kinerja sebesar 95,99%, nilai
capaian tersebut bias diartikan bahwa masih sulit untuk mencapai target yang
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja maupun Rencana Strategis. Oleh karena itu
diperlukan intervensi kebijakan/perubahan program dalam upaya peningkatan
realisasi anggaran di tahun 2018 dan 2019 sehingga mencapai nilai 100%
sebagimana yang ditargetkan dalam Penetapan Kinerja dan target Rencana
Strategis Ditjen Perhubungan Udara.
3. Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
Grafik 3.43 Realisasi terhadap Target Indikator “Persentase nilai asset Ditjen
Perhubungan Udara yang diinventarisasi”
Indikator Kinerja Ini dihitung berdasarkan nilai kumulatif asset Ditjen Perhubungan
Udara yang berhasil diinventarisir, selanjutnya dibandingkan dengan kumulatif
asset existing yang tercatat ditambahkan belanja modal yang terealisasi dalam
DIPA Ditjen Perhubungan udara, sehingga didapatkan nilai persentase asset yang
berhasil diinventarisir. Grafik di atas menggambarkan perbandingan antara
Persentase realisasi aset yang diinventarisir terhadap persentase target asset
yang harus diinventarisir sehingga didapatkan kesimpulan bahwa selama 5 tahun
BAB III - 67 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
anggaran (tahun 2013 – 2017) realisasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara
sudah melampaui target yang ditetapkan sepanjang tahun, kecuali pada tahun
2016 belum mencapai target yang ditetapkan dengan capaian persentase
realisasi anggaran sebesar 94,5% dari target yang ditetapkan sebesar 94,60%.
Capaian realisasi terbaik terjadi pada tahun 2017 dimana realisasi asset
mencapai nilai persentase sebesar 195,24% dari target yang ditetapkan sebesar
80%, sementara tahun 2013 persentase realisasi asset mencapai nilai 108,43%
dari target yang ditetapkan pada tahun tersebut sebesar 78,85% namun kemudian
menurun di tahun 2014 dengan realisasi persentase asset yang diinventarisir
sebesar 100,86% dari target di tahun tersebut sebesar 97,69% sementara tahun
2015 kembali menaik dengan deviasi yang kecil dibandingkan tahun sebelumnya
mencapai nilai persentase sebesar 102,26% dari target yang ditetapkan pada
tahun tersebut sebesar 97,23%.
Grafik 3.44 Capaian Kinerja Indikator “Persentase nilai asset Ditjen
Perhubungan Udara yang diinventarisasi”
Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa secara umum capaian kinerja terkait
persentase asset yang diinventarisir cenderung mengalami kenaikan yang
dibuktikan dengan terus menaiknya garis trend line selama 5 tahun sebagaimana
ditunjukan grafik dengan rata-rata persentase capaian kinerja sebesar 197,97%,
capaian tersebut masih tergolong capaian rata-rata kinerja yang sangat tinggi
BAB III - 68 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
walaupun terdapat capaian kinerja di tahun 2016 yang belum melampaui target
sebesar 99,89% (deviasi yang sangat kecil terhadap target 100%).
Garis trend line meningkat secara linear sebagimana digambarkan grafik sehingga
di tahun 2018 dan tahun 2019 capaian kinerja diperkirakan akan mengalami
kenaikan dengan syarat tetap mempertahankan program sebagaimana tahun lalu
tanpa harus adanya intervensi kebijakan. Capaian di tahun 2018 diperkirakan
akan mencapai nilai persentase capaian sebesar 200,88% dan meningkat di
tahun 2019 sebesar 221,85% hal ini menunjukan bahwa kinerja Ditjen
Perhubungan Udara akan terus membaik sampai akhir perioda Rencana
Strategis.
BAB III - 69 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.5. Matriks Perbandingan Realisasi Kinerja dari Tahun 2013-2017 dengan Target Jangka Menengah
NO SASARAN INDIKATOR
KINERJA TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017
Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstra
Realisasi % Target Renstr
a
Realisasi %
1 Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
Rasio konektivitas antar wilayah
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 0,80 0,62 78,04%
0,85 0,62 73,45%
0,7 0,62 88,57%
Rata Rata Capaian Sasaran - - 78,04% 73,45% 88,57% 2 Meningkatnya
keselamatan dan keamanan transportasi udara
Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
5,88 2,05 165,14%
4,9 6,56 66,12%
4,41 6,08 62,13%
3,92 1,48 162,24%
3,43 1,22 164,43%
Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari 100,000 pergerakan)
0,00011
0,00009315
116,67%
0,00008528
0,000034 159,62%
0,000038
0,0000173
154,47%
0,000375
0,00002913
192,23%
0,0000347
0,000028 119,31%
3. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2017 dengan Target Jangka Menengah
BAB III - 70 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstra
Realisasi % Target Renstr
a
Realisasi %
Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 0,17 0 200,00%
0,17 0 200,00%
0,17 0,03 182,35%
Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 0,09 0,05 53,33%
0,15 0,13 85,33%
0,8 0,72 90,61%
Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara
0,53 0,53 100,00%
0,57 0,59 104,64%
0,61 0,62 102,48%
0,62 0,67 107,83%
1 0,82 82,33%
Rata Rata Capaian Sasaran 127,27% 110,12% 114,48% 149,53% 127,81% 3 Meningkatnya
kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara
0,84% 1,30% 153,87%
1,51% 1,58% 104,14%
10,81% 3,27% 30,30%
23,55% 24,01% 101,94%
39,31 30,1 76,57%
Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi udara
79,52 78,61 98,86%
81,68 79,02 96,74%
82 78,49 95,72%
85 82,6 97,18%
85 80,14 94,28%
Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 83,25 80,93 97,21%
BAB III - 71 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstra
Realisasi % Target Renstr
a
Realisasi %
personil operasi pesawat udara Persentase kota/daerah yang terhubungi
43,48 47,49 109,23%
56,19 55,18 98,21%
55,18 66,89 121,21%
65,89 83,95 127,41%
90 91,82 102,02%
Rata Rata Capaian Sasaran 120,65% 99,70% 82,41% 108,84% 92,52% 4 Meningkatnya
kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara
65,29 43,09 66,00%
71,82 39,39 54,85%
39,39 62,73 159,25%
41,35 50,98 123,29%
43,31 49,95 115,33%
Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara
61,76 68,63 111,11%
56,86 68,63 120,69%
49,02 61,27 125,00%
49,02 46,08 94,00%
70 72,73 103,90%
Rata Rata Capaian Sasaran 88,56% 87,77% 142,13% 108,65% 109,62% 5 Meningkatnya
layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 3,35 2,5 74,63%
Rata Rata Capaian Sasaran - - - - 74,63%
6 Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi
Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan
PERUBAHAN IKU TAHUN 2015 20 100 500,00%
20 44,44 222,20%
78 78 100,00%
BAB III - 72 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA
TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstr
a
Realisasi
% Target Renstra
Realisasi % Target Renstr
a
Realisasi %
Udara Udara
Rata Rata Capaian Sasaran - - 500,00% 222,20% 100,00% 7 Tersedianya
SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat
IKU BARU AKIBAT REVIEW RENSTRA 36,92 33,31 90,23%
Rasio pemenuhan inspektur penerbangan
0,59 0,626 106,95%
0,664 0,632 95,24%
0,69 0,545 78,67%
0,76 0,455 59,53%
0,65 0,69 106,15%
Rata Rata Capaian Sasaran 106,95% 95,24% 78,67% 59,53% 98,19% 8 Terwujudnya
good governance dan clean government di Ditjen Perhubungan Udara
Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara
84,61 84,8 100,22%
88 90,75 103,13%
90,75 93,47 103,00%
91,75 77,55 84,52%
90,75 84,75 93,39%
Persentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara
87 92,91 106,79%
88 91,2 103,64%
85% 83,14% 97,81%
86% 86,12% 100,14%
87 87,81 100,93%
Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
78,85% 108,43% 137,52%
97,69% 100,86% 103,24%
97,23% 102,26% 105,17%
94,60% 94,50% 99,89%
80 195,24 244,05%
Rata Rata Capaian Sasaran 114,84% 103,33% 101,99% 94,85% 146,12% CAPAIAN RATA - RATA DJU 111,65% 99,23% 156,82% 116,72% 104,63%
BAB III - 73 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Grafik 3.45. Capaian Kinerja Rata Rata DJU terhadap target Renstra Tahun 2013 s.d
Tahun 2017
Pada Grafik 3.45 di atas tampak bahwa capaian kinerja rata-rata DJU terhadap target
rencana strategis sejak tahun 2013 s.d tahun 2017 sudah melampaui target yang
ditetapkan dengan rata-rata capaian total sebesar 117,032% sudah melampaui target yang
ditetapkan renstra, walaupun pada tahun 2014 hanya mencapai rata-rata capaian sebesar
99,23%, mengalami penurunan dibanding tahun 2013 dengan capaian rata-rata sebesar
111,65% dan naik secara significant di tahun 2015 yang merupakan capaian terbaik
selama 5 tahun anggaran dengan nilai rata-rata capaian mencapai 155,66% yang
kemudian mengalami penurunan di tahun 2016 dengan rata-rata capaian sebesar
117,37% dan kembali menurun di tahun 2017 sebesar 101,25%. Dalam 5 tahun anggaran
capaian kinerja di tahun 2014 merupakan capaian terburuk karena tidak mencapai target
yang ditetapkan dengan nilai rata-rata capaian sebesar 99,23% atau belum mencapai
target renstra yang ditetapkan dengan deviasi terhadap target hanya sebesar 0,77% saja,
namun nilai deviasi tersebut telah terbayar di tahun sebelumnya dan di tahun-tahun
sesudahnya dengan sangat baik bahkan dalam 5 tahun anggaran (tahun 2013 – 2017
kecuali tahun 2014) capaian rata-rata kinerja sudah mencapai dan bahkan melampaui
target yang ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja DJU sudah memenuhi
target renstra dan sudah mengacu pada dokumen perencanaan strategis Ditjen
Perhubungan Udara.
2018 2019
116,21% 115,94%
BAB III - 74 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Berdasarkan trend line sebagimana ditunjukan dalam grafik tampak bahwa capaian rata
rata kinerja DJU terhadap target renstra cenderung mengalami penurunan dengan deviasi
yang sangat kecil selama 5 tahun anggaran sebesar 0,27% per tahun sehingga dapat di
prediksi bahwa capaian rata rata kinerja DJU terhadap target Rencana Strategis di tahun
2018 adalah sebesar 116,21% dan di tahun 2019 mencapai nilai rata rata capaian sebesar
115,94% masih dapat dikatakan sebagai capaian rata-rata yang baik karena sudah
melampaui target yang ditetapkan dengan syarat tetap mempertahankan sumber daya dan
program kerja yang saat ini dilaksanakan, namun dalam upaya peningkatan kinerja dan
pencapaian Rencana Strategis di tahun 2019 yang lebih baik lagi maka diperlukan adanya
intervensi kebijakan melalui optimalisasi sumberdaya yang ada dan melalui peningkatan
kualitas SDM Ditjen Perhubungan Udara sehingga target di tahun 2019 dapat lebih baik
lagi.
Dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah ditetapkan bahwa
target masing- masing indikator kinerja pada setiap tahunnya dalam kurun waktu sejak
Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2019 dijadikan sebagai acuan perencanaan dalam
menetapkan alokasi anggaran dalam setiap tahun pelaksanaan. Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara periode tahun 2015 s.d 2019 merupakan Rencana
Strategis (Renstra) Ditjen Perhubungan Udara yang merupakan kelanjutan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2010 s.d 2014 Ditjen Perhubungan Udara
yang selalu direviu guna menyesuaikan dengan perubahan kebijakan pemerintah dalam
memenuhi tuntutan masyarakat yang terus berubah. Dapat disampaikan bahwa saat ini
Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara tahun 2015 s.d 2017 sudah mengalami
Review/perubahan 1 (satu) kali di tahun 2017 akibat adanya perubahan kebijakan strategis
dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara sehingga Indikator Kinerja DJU berubah
sebagaimana disampaikan dalam Bab II terkait Rencana strategis Ditjen Perhubungan
Udara tahun 2015 s.d Tahun 2019.
Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Perhubungan Udara disusun setiap 5 (lima) tahunan
yang sejalan dengan kebijakan pemerintah Republik Indonesia dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang per 25 Tahunan (RPJP).
Setiap Kegiatan yang dilaksanakan harus selalu didukung dengan alokasi anggaran yang
di tetapkan / disahkan dalam bentuk Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang
merupakan acuan dalam menyusun target yang diperjanjikan dalam dokumen Perjanjian
Kinerja (PK). Dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) memuat target kinerja yang harus
ditetapkan setiap tahun menyesuaikan dengan alokasi anggaran yang ditetapkan dalam
Rolling Plan Rencana Strategis Direktorat Perhubungan Udara namun dokumen Perjanjian
BAB III - 75 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Kinerja (PK) juga memungkinkan dilakukan perubahan selama periode 1 tahun anggaran
mengingat perubahan alokasi anggaran yang sifatnya dinamis (adanya APBN Perubahan
maupun penghematan anggaran) menyesuaikan dengan arah kebijakan strategis
Nasional.
Pada pelaksanaannya penetapan target pada Penetapan Kinerja (PK) dapat disamakan
dengan target Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam upaya memudahkan
pemantauan dan controlling terhadap capaian kinerja setiap tahun sehingga apabila target
Perjanjian Kinerja (PK) yang ditetapkan setiap tahunnya tercapai, dapat dipastikan
akumulasi capaian pada akhir tahun RPJMN Tahun 2015 – 2019 dapat tercapai, cara ini
juga dapat memudahkan dalam melihat ukuran kesesuaian/ keselarasan bahwa sebuah
perencanaan anggaran dan perencanaan pembangunan sudah sesuai dengan RPJMN
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang dapat terlihat setiap tahun.
Pada periode anggaran Tahun 2015 – 2016, indikator kinerja utama (IKU) yang ada di
dokumen Perjanjian Kinerja masih menggunakan 28 indikator yang komposisinya 90%
masih berupa output dan 10% berupa outcome untuk itu sejak tahun 2017 dilakukan Reviu
Renstra dalam upaya perbaikan Rencana Strategis sehingga saaat ini Indikator Kinerja
Utama DJU dioptimalkan menjadi 19 (Sembilan belas) indikator yang seluruhnya sudah
bersifat outcome.
Dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara dapat disampaikan bahwa
terdapat beberapa indikator kinerja yang memiliki target berbeda dengan terget yang
ditetapkan dalam Rencana Strategis hal ini disebabkan oleh adanya fluktuatif anggaran
(sumber daya) yang ditetapkan dalam DIPA ataupun adanya perbedaan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah sehingga memungkinkan adanya pergeseran anggaran
prioritas yang tentunya dapat berakibat pada perubahan target yang akan di capai.
Sementara itu untuk target Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara yang memiliki
nilai target yang sama dengan target yang ada dalam Rencana Strategis periode 2015 s.d
2019, Hal ini dikarenakan dokumen Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara Periode
2015 s.d 2019 untuk target tahun 2017 sudah menyesuaikan dengan alokasi anggaran
yang ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2017 (review
Renstra) atau sebaliknya Dokumen Perencanaan Kinerja sudah mengacu pada target
yang ditetapkan dalam Rencana Strategis yang berarti bahwa perencanaan DJU sudah
sejalan/mengacu pada dokumen Rencana Strategis Tahun 2015 s.d 2019.
Pada pelaksanaan penetapan target Perjanjian Kinerja (PK) memang tidak selalu harus
sama dengan target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, seperti kita ketahui hal ini disebabkan adanya fluktuatifnya sumber
BAB III - 76 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
daya yang diperoleh/dimiliki oleh Ditjen Perhubungan Udara setiap tahunnya yang antara
lain adalah:
1. Anggaran
Besar kecilnya anggaran/ DIPA yang didapat setiap tahun tentunya tidak selalu sama
bergantung dengan kebijakan para pemangku kepentingan dan bergantung pada titik
berat pembangunan yang ditetapkan pemerintah pada tahun tersebut, sehingga
menentukan seberapa besar kita dapat menetapkan dalam Perjanjian Kinerja (PK)
Eselon I Ditjen Perhubungan Udara. Biasanya peningkatan anggaran akan
berhubungan secara linear terhadap target Perjanjian Kinerja (PK) yang ditetapkan,
hal ini tidak berarti bahwa Perjanjian Kinerja (PK) Eselon I yang ditetapkan hanya
berbasis anggaran namun tetap berbasis pada perencanaan yang disesuaikan dengan
anggaran DIPA Ditjen Perhubungan Udara yang pada akhirnya akan terlihat capaian
kinerjanya terhadap akumulasi capaian Renstra selama 5 tahun.
2. SDM
Secara kuantitas maupun secara kualitas Sumber Daya Manusia (Human Resources)
akan berpengaruh secara linear terhadap Perjanjian Kinerja (PK) Eselon I Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara karena Human Resources sifatnya dinamis selama
kurun waktu RPJMN berjalan dan pasti akan ditemukan perubahan baik penambahan
atau pengurangan jumlah SDM maupun pengurangan ataupun peningkatan kualitas
SDM yang mempengaruhi terhadap besar kecilnya target Perjanjian Kinerja (PK)
yang ditetapkan setiap tahun.
3. Facility
Facility merupakan alat yang digunakan untuk mempermudah atau mempercepat
proses tercapainya target kinerja, sehingga besar kecilnya, canggih tidaknya ataupun
kesesuaiannya dalam mendukung kinerja Ditjen Perhubungan Udara mempengaruhi
besar kecilnya nilai target Perjanjian Kinerja (PK) setiap tahun.
Berdasarkan hal tersebut di atas, perbedaan yang ada pada target Perjanjian Kinerja
(PK) dan target Renstra tidak menjadi permasalahan bergantung pada Sumber Daya
pendukungnya namun yang sangat perlu dicermati pada akhir masa RPJMN selama
kurun waktu Renstra Tahun 2015 – 2019 capaian Perjanjian Kinerja (PK) Eselon I
Ditjen Perhubungan Udara harus mencapai Target RPJMN, sehingga dapat dikatakan
bahwa capaian Perjanjian Kinerja (PK) Ditjen Perhubungan Udara sudah sesuai
dengan perencanaan seperti dalam Rencana Strategis.
Dalam Rencana Strategis periode tahun 2015 s.d 2019 jika dibandingkan dengan
dengan Rencana Strategis periode tahun 2010 s.d 2014 terdapat beberapa idikator
BAB III - 77 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
kinerja yang dilakukan perubahan. Perubahan tersebut baik itu ditambahkan
dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang baru maupun dihilangkan
dikarenakan sudah tidak sesuai lagi dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara, sehingga Renstra Ditjen Perhubungan Udara tahun 2015 s.d
2019 diharapkan dapat merefleksikan kinerja Ditjen Perhubungan Udara secara utuh.
a. Sasaran “Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing
dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional” Sasaran ini dilaksanakan melalui “Program pembangunan, rehabilitasi, dan
pemeliharaan prasarana bandar udara” karena sasaran ini hanya dibentuk oleh satu
Indikator “Rasio konektifitas antar wilayah” yang berkaitan dengan luas area
pelayanan yang identic dengan pembangunan Bandar Udara khususnya
pembangunan Bandar Udara baru yang berpengaruh langsung terhadap perubahan
area pelayanan bandar udara.
1. Rasio Konektifitas antar wilayah
Sampai dengan akhir tahun anggaran 2017 dapat dicapai rasio konektifitas antar
wilayah sebesar 0,62 dengan capaian kinerja sebesar 88,57% dibandingkan
dengan target sebesar 0,7. Selama perioda Rencana Strategis tahun 2015 s.d
2019, sampai dengan tahun 2017 terdapat 7 Bandara baru yang telah selesai
dibangun seperti yang ditampilkan pada tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3.6. Daftar Bandar Udara Baru Yang akan di Bangun
NO TAHUN SELESAI/TARGET
SELESAI NAMA BANDARA KETERANGAN
1. Tahun 2015 a. Bandar Udara Anambas b. Bandar Udara Namniwel
Selesai dibangun dan telah dioperasionalkan
2. Tahun 2016 c. Bandar Udara Miangas d. Bandar Udara Morowali
Selesai dibangun dan telah dioperasionalkan
3 Tahun 2017 e. Bandar Udara Werur f. Bandar Udara Maratua g. Bandar Udara Koroway
Selesai dibangun dan telah dioperasionalkan
4. Analisis Penyebab Keberhasilan/ Kegagalan atau Peningkatan / Penurunan serta Alternatif Solusi
BAB III - 78 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO TAHUN SELESAI/TARGET
SELESAI NAMA BANDARA KETERANGAN
Batu
4. Tahun 2018 h. Bandar Udara Kertajati i. Samarinda Baru j. Tebelian k. Pantar
Dalam proses pembangunan bandar udara
5. Tahun 2019 l. Bandar Udara Siau m. Bandar Udara Tambelan n. Bandar Udara Muara
Teweh o. Bandar Udara
Buntukunik
Dalam proses pembangunan bandar udara
Berdasarkan table di atas dapat di sampaikan bahwa bandar udara yang
mempengaruhi terhadap penambahan area pelayanan di tahun 2017 adalah
Bandar Udara Werur, Maratua dan Bandar Udara Koroway Batu. Di tahun 2017
ini hanya 3 bandara yang mempengaruhi area pelayanan sehingga rasio
konektifitas antar wilayah tidak banyak berubah, selain itu pembagi untuk
perhitungan rasio masih menggunakan luas total wilayah Nasional yang termasuk
didalamnya adalah perairan nasional dan daratan tak berpenghuni sementara
lokasi bandar udara lebih banyak dibangun pada daerah yang berpenduduk.
Sampai sejauh ini direncanakan selama perioda renstra akan dibangun 15
bandara baru yang akan diselesaikan secara keseluruhan di tahun 2019 untuk itu
dalam upaya percepatan pembangunan Bandar udara dan meningkatkan rasio
area pelayanan bandar udara, Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) Mengeluarkan Kebijakan dalam Rencana Strategis Bandar Udara terkait
Target Pembangunan 15 Bandar Udara Baru dan menetapkan didalamnya 3
RPJMN yang harus senantiasa dipantau yaitu Pembangunan Bandar Udara
Baru, Target 162 juta penumpang di tahun 2019 dan peningkatan On Time
performance.
2) Pengalokasian anggaran yang dioptimalkan pada pembangunan Bandar
Udara Baru.
3) Pengalokasian anggaran terkait subsidi BBM dan rute keperintisan yang
mendoron dibukanya rute keperintisan baru, Tahun 2017 terdapt 180 rute
keperintisan dengan total alokasi anggaran di tahun 2017 adalah sebesar
Rp.463.461.864.000,-
BAB III - 79 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Untuk selanjutnya terkait mekanisme perhitungan di tahun 2018 akan dilakukan
perubahan terhadap luas area nasional menjadi luas area wilayah nasional yang
berpenduduk (perairan nasional dan daratan tak berpenghuni akan dikeluarkan
dari perhitungan)
Selain itu terdapat beberapa kendala yang masih ditemukan di lapangan dalam
upaya peningkatan konektifitas antar wilayah sebagai berikut:
a) Adanya keterbatasan infrastruktur bandar udara terutama dalam
menyediakan slot time yang mengakibatkan sulitnya melakukan penambahan
kapasitas angkutan udara.
b) Dalam upaya penambahan kapasitas bandar udara seringkali terbentur
masalah terkait kepemilikan lahan yang kerap kali menghambat
pembangunan bandar udara.
c) Sebagian bandar udara mengalami over capacity sementara upaya
pembangunan bandar udara tidak mungkin dapat terselesaikan dalam satu
tahun anggaran.
Untuk mengatasi kendala - kendala teknis dan non teknis seperti tersebut di atas
Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan tindakan strategis sebagi berikut:
• Melakukan pembangunan bandar udara baru dalam upaya membagi
kapasitas bandar udara yang mengalami over capacity dan menambah area
pelayanan.
• Melakukan pengembangan banda udara melalui akuisisi bandar udara yang
dikelola oleh pemda (serah terima) dan TNI (melalui MoU) sehingga alokasi
pendanaan melalui APBN dapat dilaksanakan dalam upaya percepatan
pengembangan Bandar Udara. Contohnya Bandar Udara Notohadinegoro -
Jember dan Bandar udara Wiriadinata - Tasikmalaya
• Melakukan pengembangan Bandar Udara melalui mekanisme BLU dan
Privatisasi sehingga alokasi APBN dapat dioptimalkan untuk pembangunana
Bandar Udara Baru dan pengembangan kapasitas Bandar udara.
• Melakukan pembangunan dan rehabilitasi bandar udara secara progresif
setiap tahun dan mencanangkan mekanisme kontrak sederhana sehingga
proses pelelangan dapat dilakukan secara cepat.
• Terkait kendala lahan bandar udara yang kerap kali menyulitkan dalam
proses pengambangan bandar udara, Ditjen Perhubungan Udara telah secara
Intens berkomunikasi dengan pemerintah daerah yang senantiasa dipantau
progres pelaksanaannya serta menyerahakan kepada pimpinan tertinggi
BAB III - 80 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
setingkat Presiden dalam hal terkait permasalahan lahan yang sulit
diselesaikan.
b. Sasaran “Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara”
Sasaran ini dilaksanakan melalui program 4 program utama antara lain
1. pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi udara,
2. pengawasan dan pembinaan kelaik udaraan dan pengoperasian pesawat udara,
3. Program pembangunan, rehabilitasi, dan pemeliharaan prasarana bandar udara,
4. pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana navigasi penerbangan.
Sasaran ini dibentuk oleh 5 indikator utama yang berkaitan dengan keamanan dan
keselamatan dalam penyelenggaraan bandar udara antara lain adalah
1. Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
Indikator kinerja utama “Rasio kecelakaan transportasi udara” pada AOC 121 dan
AOC 135 dengan korban jiwa dan pesawat rusak berat nilai realisasinya pada
Tahun 2017 sebesar 1,22 kejadian / 1 juta flight cycle atau mencapai 164,43%
dibandingkan target. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan capaian kinerja
sebesar 162,24 % (1,48 kejadian / 1 juta flight cycle) mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya dan diharapkan mencapai zero accident pada
akhir perioda renstra tahun 2019. Dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kecelakaan Transportasi Udara pada AOC 121 dan AOC 135 mengalami penurunan yang
dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Faktor Teknis
• Kondisi Pesawat
• Infrastruktur penerbangan
2) Faktor Non Teknis
• Regulasi Pemerintah
• Quality Qontrol
Upaya yang dilakukan untuk mendukung peningkatan keselamatan jasa
transportasi udara selain melakukan investigasi "pencegahan kecelakaan pesawat
udara" adalah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya;
- Meningkatkan pengawasan operasional penerbangan di wilayah Papua.
- Meningkatkan frekuensi pemeriksaan terhadap Station Facility dan Ramp
Area terkait Keselamatan Penerbangan setiap tahunnya secara progresif
- meningkatkan frekuensi pemeriksaan terhadap cockpit and cabin station en
route khususny terkait pengoperasian pesawat udara.
BAB III - 81 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
- Melakukan audit (Annual Audit dan/atau special Audit) terhadap operator
penerbangan.
- Melakukan harmonisasi terhadap peraturan keselamatan penerbangan
(CASR) agar sesuai dengan perkembangan terbaru aturan penerbangan
internasional yang ditetapkan oleh ICAO.
- Melakukan program pengawasan (Surveillance) dan bimbingan teknis kepada
operator penerbangan.
- Mengimplementasikan Safety Management System dalam suatu sistem
proses Management Safety dari suatu organisasi operator penerbangan.
- Melaksanakan Sosialisasi peraturan dibidang penerbangan seperti sosialisasi
Civil Aviation Safety Regulation (CASR), Staf Instruction dan Advisory
Circural (SI/AC);
- Meningkatkan kualitas kompetensi SDM melalui pelatihan – pelatihan baik di
dalam negeri maupun luar negeri.
- Meningkatkan jumlah inspektur penerbangan baik itu inspektur operasi dan
perawatan yang memiliki pengalaman dan kompetensi khususnya pada rating
pesawat yang beroperasi di indonesia.
- Mengimpelementasikan System pelatihan Inspektur atau ITS (Inspector
Training System) dengan menjalankannya sesuai 5 core training yang
dipersyaratkan oleh ICAO.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di dalam setiap kejadian kecelakaan
pesawat udara selalu melakukan investigasi “Pencegahan Kecelakaan Pesawat
Udara”.
Rasio data kecelakaan adalah data kuantitatif angka jumlah kecelakaan yang
menyebabkan korban jiwa dibandingkan dengan angka jumlah pendaratan, jumlah
keberangkatan, dan/ atau jumlah jam terbang pesawat udara kategori transport
komersial. Sesuai dengan Penjelasan Undang - Undang RI No 1 Tahun 2009
Pasal 357 Ayat (1) yang dimaksud dengan “kecelakaan” adalah peristiwa
pengoperasian pesawat udara yang mengakibatkan :
a. Kerusakan berat pada peralatan atau fasilitas yang digunakan dan
b. Korban jiwa atau luka serius.
Dalam penghitungan rasio digunakan rumus sebagai berikut :
BAB III - 82 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
= (1 kejadian / 814.974 flight cycle) x 1.000.000 (CASR) = 1,22 kejadian / Flight cycle
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara periode tahun 2015 s.d 2019, Ditjen Perhubungan Udara
memiliki tanggung jawab dalam upaya penurunan tingkat kecelakaan
penerbangan di indonesia secara kumulatif pada setiap tahunnya sehingga pada
akhir periode tahun 2019 harus dapat menurunkan tingkat kecelakaan sampai
dibawah angka 2,45 (target Rencana Strategis).
Sejak bulan Januari s.d Desember tahun 2017 terdapat 1 kejadian accident atau
kejadian yang menyebabkan korban tewas antara lain adalah tanggal 05 Juli
2017, pesawat jenis Pilatus Porter (PC-6) milik PT. AMA (Association Mission
Aviation) Rute Wamena – Darakma dengan registrasi PK RCX (AOC 135) jatuh di
Wamena – Papua yang menyebabkan 5 orang meninggal dunia (20 rang krew
pesawat dan 3 orang penumpang).
Kejadian di atas merupakan accident yang terjadi di bandar udara yang
dipergunakan untuk angkutan udara perintis dimana peralatan navigasi masih
banyak yang menggunakan NDB (Non Directional Beacon). NDB merupakan
fasilitas rambu udara yang paling sederhana dan bekerja secara manual dan
bahkan kerap kali diterima sangat lemah oleh pesawat terbang, untuk itu Menteri
Perhubungan telah menginstruksikan agar melakukan perbaikan dukungan
infrastruktur peralatan dan perlengkapan bandar udara serta pelayanan navigasi
di lingkungan bandar udara antara lain :
• Bandar udara dengan minimum pergerakan per hari 10x wajib memiliki ILS
berupa DVOR
• Bandar Udara dengan minimum pergerakan 10x per hari wajib memiliki
Peralatan AFIS
• AFL dan PAPI wajib ada untuk bandar udara dengan kriteria yang
dipersyaratkan dalam CASR
• Mengupayakan agar semua wilayah Nasional tercover 100% dengan alat
navigasi yang canggih dan akurat baik itu Radar maupun SDSB system yang
saat ini merupakan alat navigasi yang handal dalam mengcover pemantauan
transportasi udara
Jumlah Kejadian Kecelakaan AOC 121 & 135 (dengan Korban jiwa & Rusak Berat) X 1.000.000
Jumlah Aircraft Depatcher AOC 121 + Jumlah Aircraft Depatcher AOC 135
BAB III - 83 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Adapun langkah langkah strategis yang telah dijelaskan sebagaimana tersebut di
atas masih terdapat kendala utama yang dihadapi Ditjen Perhubungan Udara
khususnya terkait alokasi anggaran dan proses pengadaan alat navigasi yang
terkait langsung keselamatan penerbangan yang saat ini dilaksanakan oleh Air
Navigation Indonesia membutuhkan proses yang tidak sebentar dan tidak dapat
selesai dalam satu tahun anggaran, namun Ditjen Perhubungan Udara tetap
mengupayakan secara optimal dalam mengatasi hal tersebut dengan
mengirimkan tenaga ahli pelelangan maupun koordinasi intensif bersama Air
Navigation Indonesia.
Berikut adalah hasil Pembangunan sistem navigasi penerbangan nasional yang
telah dilakukan sehingga mampu menurunkan tingkat kecelakaan penerbangan
nasional.
Gambar 3.2. Cakupan Pelayanan RADAR System
Gambar di atas memberikan penjelasan bahwa sejauh ini 90% wilayah Nasional
sudah tercover oleh Radar System
BAB III - 84 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Gambar 3.3 Cakupan Pelayanan ADS-B System
Gambar di atas memberikan penjelasan bahwa sejauh ini 92% Wilayah Nasional
sudah tercover oleh ADS-B System
Sisanya 10% Wilayah Nasional dikontrol dengan ADSC/CPDLC (Automatic
Dependent Surveillance Contract/ Control Pilot Data Link Communication)
sehingga tidak satupun wilayah nasional yang luput dari pemantauan alat
Navigasi Nasional yang merupakan salah satu syarat dalam upaya dalam
menurunkan tingkat kecelakaan penerbangan.
Selain itu, pada tahun 2017 Ditjen Perhubungan Udara juga telah berhasil
melakukan pembenahan dari banyak aspek keselamatan antara lain meliputi :
a) Primary aviation legislation (LEG);
b) Civil aviation organization (ORG);
c) Personnel licensing and training (PEL);
d) Aircraft operations (OPS);
e) Airworthiness of aircraft (AIR);
f) Aircraft accident and incident Investigation (AIG);
g) Air Navigation Services (ANS);
h) Aerodromes and ground aids (AGA).
Dengan hasil yang sangat baik mencapai Nilai EI sebesar 81,15% yang
sebelumnya di tahun 2016 hanya mencapai Nilai EI 51,61% dan bahkan
melampaui rata rata dunia sebesar 64,71%.
BAB III - 85 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2. Indikator “Rasio Air Traffic Incident (< 4 kejadian dari 100.000 pergerakan)”.
Bahwa dalam penetapan checkpoint airtraffic incident didasarkan pada surat
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/284/X/1999
tentang Standar Kinerja Operasional Bandar Udara yang terkait dengan Level of
Service dengan indikator BOS adalah rasio 4 kejadian dibandingkan 100.000
pergerakan pesawat udara atau dengan rumus 4 kejadian : 100.000 pergerakan
pesawat udara. Dalam Perjanjian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara tahun 2017
ditetapkan target Air Traffic Incident adalah sebesar 3,47 x 10-5. Pada Tahun 2017
terdapat pergerakan pesawat sejumlah 748.042 pergerakan sehingga diperoleh
batas jumlah kejadian yang diperbolehkan adalah 25 kejadian. Jumlah airtraffict
incident (Airprox) pada Tahun 2017 sebanyak 21 kejadian ( data terlampir ),
Sehingga didapat rasio kecelakaan transportasi udara yang setara dengan 21
kejadian adalah 2,8 : 100.000 kejadian (2,8x10-5), ini berarti masih dibawah
toleransi, dimana dibatasi 21 < 25 (berdasarkan jumlah kejadian) atau 2,8 x 10-5
< 3,47 x 10-5 (berdasarkan nilai rasio) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ditjen
Perhubungan Udara telah berhasil dalam melakukan pencegahan/menurunkan
tingkat terhadap kejadian incident pada transportasi udara.
Rasio Air Traffict Incident dengan nilai 2,8 x 10-5 sudah masuk dalam pencapaian
target yang baik, hal ini dicapai melalui program yang terus dipertahankan sejak
tahun sebelumnya yaitu telah dikembangkan system pelaporan ATS incident
secara elektronik/ online sehingga setiap pelaporan kejadian dapat diinventarisir
dan dikelompokkan secara otomatis, sinkronisasi system Electronic Safety
Incident Reporting System ( ESIRS ) yang mengsinergikan seluruh informasi
insiden keseluruh stakeholder terkait dengan EFFORT Perum LPPNPI.
Penurunan rasio air traffic incident dimaksud dengan pertimbangan bahwa Perum
LPPNPI / Airnav Indonesia telah didukung oleh SDM, regulasi, fasilitas dan
pembinaan (pengaturan, pengendalian, pengawasan) terhadap lembaga tersebut.
Selain dari itu pengembangan System Navigasi yang dikembangkan air
Navigation Indonesia saat ini telah menggunakan system pengamanan berlapis
dan terus dikembangkan setiap tahunnya secara komprehensif.
Peningkatan system kenavigasian dimaksud akan meningkatkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Meningkatkan kapasitas ruang udara
2) Meningkatkan tingkat keselamatan
3) Meningkatkan Kewaspadaan ATC dan
BAB III - 86 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
4) Mengurangi beban komunikasi.
3. Indikator Kinerja Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi
udara
Sasaran ini dicapai dengan indikator kinerja “Rasio terjadinya tindakan melawan
hukum yang mengaktifkan program penanggulangan keadaan darurat keamanan
penerbangan (contingency plan) pada kondisi darurat (merah) pada bandar udara
dengan jumlah penumpang diatas 500.000 penumpang per tahun” yang
diimplementasikan melalui program utama “pembangunan, rehabilitasi dan
pemeliharaan prasarana keamanan penerbangan”.
Rumus yg digunakan dalam menghitung capaian kinerja pada sasaran kedua ini
adalah:
Jumlah pengaktifan contingency plan kondisi merah pada bandara dengan jumlah penumpang >500 K/TH : Jumlah bandara dengan jumlah penumpang > 500 K/H. Asumsi jumlah bandar udara adalah sebanyak 30 bandar udara dengan detail
bandar udara seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.7. Asumsi 30 Bandar Udara dengan Jumlah Penumpang > 500 K/H
No Bandar Udara No Bandar Udara 1. Bandar Udara Soekarno Hatta 16. Bandar Udara Husein
Sastranegara – Bandung 2. Bandar Udara Juanda –
Surabaya 17. Bandar Udara Sam Ratulangi –
Manado 3. Bandar Udara Sultan
Hasanuddin - Makassar 18. Bandar Udara Supadio -
Pontianak 4. Bandar Udara Ngurah Rai –
Denpasar 19. Bandar Udara Sentani –
Jayapura 5. Bandar Udara Kualanamu –
Medan 20. Bandar Udara Adi Sumarmo –
Solo 6. Bandar Udara SAMS Sepinggan
-Balikpapan 21. Bandar Udara Depati Amir –
Pangkal Pinang 7. Bandar Udara Adi Sutcipto –
Yogyakarta 22. Bandar Udara Radin Inten II -
Lampung 8. Bandar Udara Hang Nadim –
Batam 23. Bandar Udara Eltari – Kupang
9. Bandar Udara Halim Perdana Kusuma – Jakarta
24. Bandar Udara Sultan Thaha – Jambi
10. Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II - Palembang
25. Bandar Udara Pattimura
11. Bandar Udara Ahmad Yani – Semarang
26. Bandar Udara Sys Aljufri– Palu
12. Bandar Udara Syamsoediin Noor - Banjarmasin
27. Bandar Udara Haluoleo – Kendari
BAB III - 87 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No Bandar Udara No Bandar Udara 13. Bandar Udara Minangkabau –
Padang 28. Bandar Udara Domine Eduard
Osok – Sorong 14. Bandar Udara Sultan Syarif
Kasim –Pekan baru 29. Bandar Udara Juwata – Tarakan
15. Bandar Udara Internasional Lombok
30. Bandar Udara Fatmawati - Bengkulu
Angka target merupakan penurunan rasio secara kumulatif pada tiap tahunnya
dari tahun sebelumnya, sehingga pada akhir periode perencanaan di tahun 2019
harus menurunkan sampai rasio 0.17 dengan jumlah gangguan keamanan ditiap
tahunnya adalah maksimal 5 kejadian
Pada tahun 2017 terdapat 1 kejadian darurat atau tindakan melawan hukum
dengan tingkat ancaman tinggi sampai dengan diturunkannya aparat kemanan
setingkat TNI/Kepolisian yang terjadi di Bandar Udara Sam ratulangi Manado
dimana masyarakat umum bersenjata masuk ke dalam lingkungan bandar udara
secara paksa pada tanggal 28 November 2017, namun dengan adanya Standard
Operating Procedure yang baik dalam mengatasi gangguan keamanan dimaksud
(AEP/Airport Emetgency Procedure) Aviation Security bersama TNI dan Polri
dapat mengatasinya dalam beberapa menit dan dapat menahan masa tidak
sampai masuk kedalam lingkungan sisi udara sehingga nilai Rasio gangguan
keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara di tahun 2017 mencapai nilai
0,033 masih jauh jauh lebih kecil dibandingkan target yang ditetapkan <0,17.
Dengan nilai rasio tersebut capaian kinerja Ditjen Perhubungan Udara masih
dianggap berhasil menurunkan angka terjadinya resiko gangguan keamanan
dibawah rasio 0,17 atau dibawah 5 kejadian gangguan darurat bahkan hampir
mencapai angka 0 (Nol).
Langkah – langkah yang dilaksanakan oleh Direktorat Keamanan Penerbangan
sehingga capaian kinerja terhadap indikator di atas mencapai target antara lain
sebagai berikut :
1. Menyusun Dokumen Airport Emergency Plan (AEP) sesuai amanat UU No.1
tahun 2009 bahwa setiap bandar udara wajib memiliki dokumen AEP sebagai
SOP saat terjadi keadaan darurat.
2. Melakukan kegiatan bimbingan teknis (bimtek), sosialisasi SARPs di bidang
keamanan penerbangan termasuk yang dilakukan bersama dengan Kantor
Otoritas Bandar Udara Wilayah I – X
BAB III - 88 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
3. Melaksanakan pengawasan (audit, inspeksi, test) di bidang keamanan
penerbangan terhadap Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) dan Badan
Usaha Bandar Udara (BUBU) secara berkelanjutan
4. Melakukan upaya-upaya peningkatan kualifikasi SDM, prosedur dan fasilitas
keamanan penerbangan:
• Peningkatan kualifikasi SDM dilakukan melalui sosialisasi terkait peraturan
dan regulasi bidang keamanan penerbangan juga dilakukan
pelatihan/diklat terkait penanggulangan kondisi keadaan darurat akibat
gangguan keamanan (situasi hijau, kuning dan Merah)
• Peningkatan terkait prosedur diarahkan pada penyusinan ASP (Airport
Security Programme) yang harus dimiliki oleh setiap bandar udara yang
beroperasi.
• Peningkatan kualitas fasilitas keamanan dilakukan melalui pemenuhan
standar minimal fasilitas keamanan di bandar udara di seluruh Indonesia
(pembangunan, rehabilitasi, pemeliharaan dan pengadaan alat) yang
dibuktikan dengan adanya alokasi anggaran pada kegiatan
“Pembangunan, Rehabilitasi, dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan
Penerbangan” pada tahun 2017 sebesar Rp.488.959.808.000,-
5. Dilakukan program latihan progresif terdiri dari :
• Latihan Tabletop (tabletop exercise) adalah jenis latihan simulasi strategi
yang dilakukan didalam ruangan dengan sarana meja bergambar yang
berisi miniatur bandar udara, model pesawat udara dan mobil pemadam
kebakaran yang digunakan untuk menguji kemampuan personel dalam
mengambil keputusan sehubungan dengan kegiatan pertolongan
dan pemadaman kebakaran yang mungkin dilakukan sebelum mencoba
latihan dilapangan. Latihan ini dilaksanakan 2 (dua) kali dalam satu tahun.
• Latihan Keterampilan Khusus (partial exercise) adalah suatu bentuk
latihan/uji coba dokumen rencana penanggulangan keadaan darurat yang
melibatkan anggota komite yang berada di bandar udara, dan
dilaksanakan dalam rangka menguji seluruh fasilitas, prosedur dan
kompetensi personel terkait untuk menghadapi keadaan darurat/siaga
yang sebenarnya. Latihan ini dilakukan 1 (satu) kali dalam satu tahun.
• Latihan Skala Penuh (full-scale exercises) adalah suatu bentuk latihan/uji
coba dokumen rencana penanggulangan keadaan darurat yang melibatkan
semua anggota komite, dan dilaksanakan dalam rangka menguji seluruh
BAB III - 89 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
fasilitas prosedur dan kompetensi personel terkait untuk menghadapi
keadaan darurat/siaga yang sebenarnya. Latihan ini dilakukan 1 (satu) kali
dalam dua tahun.
4. Indikator “Jumlah pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi
penerbangan”
Pada indikator Jumlah pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi
penerbangan, capaian kinerja sebanyak 361 sertifikat dengan rasio pemenuhan
sebesar 0,72 atau setara dengan capaian kinerja 90,61% dari target rasio sebesar
0,8 masih belum melampaui target yang ditetapkan. Sejauh ini upaya yang
dilakukan dalam pencapaian target masih meneruskan dari program tahun lalu
yang cukup berhasil mencapai capaian kinerja sebesar 213,33% melalui kegiatan
sebagai berikut :
1) Dilakukan mapping dan pengklasifikasian bandar udara berdasarkan dari
tingkat urgensi dan kebutuhan terhadap standart keselamatan transportasi
udara dengan rincian lokasi dan unit yang memperoleh sertifikat terlampir.
2) Melakukan percepatan pemenuhan persyaratan sertifikasi pelayanan navigasi
bandar udara melalui fungsi pengendalian, pengawasan dan punishment oleh
Dit. Navigasi Penerbangan kepada Bandar Udara dilingkungan DJU.
3) Deregulasi dan simplifikasi terkait Undang-undang Kenavigasian yang
dirasakan kurang mendukung terkait pelayanan Navigasi Nasional.
Sejauh ini proses sertifikasi pelayanan navigasi sesuai CASR 171, 172, 173, 175,
dan 143 terdiri dari beberapa aspek kenavigasian yang antara lain adalah aspek
pelayanan, aspek peralatan maupun aspek personil penerbangan yang berlisensi,
proses sertifikasi akan diterbitkan apabila keseluruhan aspek-aspek tersebut
terpenuhi. Terkait pemenuhan beberapa aspek dimaksud khususnya kompetensi
personil maupun peralatan membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Selain itu
untuk menambah jumlah personil penerbangan bidang navigasi yang handal
membutuhkan waktu yang tidak singkat yang pada akhirnya tentunya akan
berpengarauh terhadap kinerja pelayanan navigasi nasional.
Saat ini pelayanan Navigasi Nasional baik itu pelayanan, peralatan maupun
personil navigasi sudah dipegang oleh Perum Lembaga Penyelenggara
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia) dan
sejauh ini Airnav Indonesia sudah cukup baik dalam mengembangkan pelayanan
navigasi Nasional dibuktikan dengan Hasil Audit ICAO tahun 2017. Aspek
BAB III - 90 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
kenavigasian mencapai Nilai ANS sebesar 86% jauh melampaui rata-rata negara-
negara di Asia Pasifik yang memiliki nilai 59,56%, ASEAN 64% bahkan dunia
65%. Adapun program pelayanan navigasi yang dilaksanakan di tahun 2017 ini
adalah :
• Peningkatan kompetensi personel navigasi penerbangan ini direkam dan
diperbarui secara berkala menggunakan sistem personalia berbasis daring
yang dikembangkan oleh AirNav Indonesia yaitu HRIS (Human Resources
Information System)
• Dikembangkannya aplikasi SWORD (Safety Now Online on Record &
Document), yang dapat diakses oleh personel navigasi penerbangan AirNav
Indonesia untuk dapat mengetahui regulasi dan aturan yang relevan seputar
pelayanan navigasi penerbangan baik internal perusahaan, nasional maupun
internasional
• pembuatan dan pembaruan standard operation procedure (SOP) untuk
pelayanan navigasi penerbangan juga terus dilakukan menyesuaikan dengan
penerapan teknologi yang lebih mutakhir serta kebutuhan operasional di
lapangan
• Melakukan Performance-Based Navigation (PBN) dengan
mengimplementasikan SID RNAV-1 dan STAR RNAV-1. Prosedur ini
meningkatkan efisiensi pergerakan pesawat udara sehingga mengurangi
penggunaan avtur dan dapat meningkatkan kapasitas ruang udara.
• Dikembangkan sistem repporting terhadap keselamatan penerbangan.
melalui sistem EFFORT yang merupakan sistem pelaporan berbasis web
sehingga seluruh pihak dapat melaporkan kejadian yang terkait dengan
layanan navigasi, dan sistem akan melihat apakah hal tersebut masuk
kategori hazard, incident hingga accident.
5. Indikator “Rasio pemenuhan sertifikasi bandar udara” Target pemenuhan
sertifikasi bandar udara sampai dengan tahun 2019 adalah 266 bandar udara atau
setara dengan nilai rasio pemenuhan sertifikat bandar udara sebesar 1 hingga
akhir perioda Rencana strategis tahun 2019. Pada tahun 2017 ditargetkan bandar
udara yang akan di sertifikat sebanyak 266 bandar udara atau setara dengan
rasio 1 bandar udara dengan capaian kinerja sebanyak 219 bandar udara yang
berhasil disertifikasi dengan rincian 142 Bandar Udara Sertifikat, 34 Bandar Udara
Register Umum dan 43 Bandar Udara Register Khusus sehingga didapat rasio
BAB III - 91 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
pemenuhan sertifikasi Bandar Udara sebesar 0,82 atau setara dengan capaian
kinerja sebesar 82,33%. Angka tersebut dapat mendeskripsikan bahwa target
kinerja Ditjen Perhubungan Udara pada tahun 2017 belum mencapai target yang
ditetapkan dengan nilai deviasi terhadap target sebesar 17,67% atau setara
dengan 47 bandar udara yang masih dalam proses sertifikasi. Sejauh ini kinerja
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengalami penurunan dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai capaian kinerja 107,83%. Sejauh ini program
dalam pencapaian target kinerja di tahun 2017 masih menindaklanjuti program di
tahun 2016 yang dianggap cukup berhasil antara lain adalah sebagai berikut :
Banyak bandara yang telah diaudit di tahun sebelumnya dan aktif dalam
mengirimkan tindak lanjut hasil temuan kepada Direktorat Bandar Udara,
sehingga dapat memenuhi persyaratan untuk penerbitan Sertifikat / Register
Bandar Udara
Jumlah Sertifikat / Register Bandar Udara yang diterbitkan dipengaruhi oleh
keaktifan bandara untuk menindaklanjuti temuan dan menyampaikan hasil
tindak lanjut temuan tersebut ke Direktorat Bandar Udara
Hal ini juga didukung oleh upaya yang dilakukan Direktorat Bandar Udara untuk
mendukung tercapainya Indikator Kinerja “Jumlah Bandar Udara yang
Bersertifikat” antara lain;
Melakukan bimbingan Teknis terkait Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara
Melakukan Sosialisasi/Workshop terkait Safety Management System
Campaign Safety Keselematan Penerbangan.
Verifikasi Direktorat Bandar Udara yang dilakukan melalui evaluasi hasil
pekerjaan, dan inventarisasi kelengkapan vasilitas bandar udara yang
kemudian ditindaklanjuti melalui program-program prioritas yang dituangkan
dalam Rencana Strategis Bandar Udara dan Master Plan.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yang
menyebabkan sertifikasi bandar bdara tidak dapat dilakuan dikarenakan masih
terdapat bandar udara yang belum memiliki kelengkapan standar keselamatan
bandar udara. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan anggaran dan belum
adanya Masterplan Bandar Udara. Kendala-kendala dimaksud sudah
ditindaklanjuti Ditjen Perhubungan Udara melalui pentahapan penganggaran,
adanya skala prioritas dan alokasi penyusunan Masterplan yang menjadi
kewajiban bagi bandar udara.
BAB III - 92 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.8. Total Sertifikat Bandar Udara yang di keluarkan sampai tahun 2017
TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
SBU 32 15 16(1) 16(2) (3) 18(4) 8 14(8) 26
TOTAL 33 48 63 78 94(5)(6)(7) 102 116 142
Ket : (1) SBU Sementara Bandar Udara Pitu - Morotai
(2) SBU Sementara Bandar Udara Komodo – Labuan Bajo
(3) SBU Sementara Bandar Udara Tampa Padang – Mamuju
(4) SBU Sementara Bandar Udara Lagalio – Luwu
(5) SBU Polonia dan SBU Selaparang dicabut
(6) SBU Sorowako Pergantian Penyelenggara
(7) SBU Pinang Kampai Nomor SBU 61
(8) 1 (satu) SBU Sementara
Tabel 3.9. Register Bandar Udara yang di keluarkan sampai tahun 2017
No. Nama Bandara Penyelenggara Nomor Register Masa Berlaku
Register Bandar Udara Umum
1 DIRUNG
Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika – Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
32 /RBU-DBU/I/2017 1/13/20
2 DATAH DAWAI
Unit Penyelenggara Bandar Udara Datah Dawai
33 /RBU-DBU/I/2017 1/23/20
3 KOROWAY BATU
Unit Penyelenggara Bandar Udara Tanah Merah
34 /RBU-DBU/VI/2017 6/16/20
Rgister Bandar Udara Khusus
4 SENAKIN PT. Sinar Kencana Inti Perkasa
9/RBU.KNP-DBU/IX/2017 31/03/20
5 SUNGAI BENGKAL
PT. Satya Kisma Usaha
13/RBU.KNP-DBU/II/2017 8/10/19
6 BATANG MERANGIN
PT. Kresna Duta Agroindo
14/RBU.KNP-DBU/I/2017 26/07/19
7 SEI PELAKAR PT. Kresna Duta Agroindo
15/RBU.KNP-DBU/I/2017 9/09/19
BAB III - 93 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Bandara Penyelenggara Nomor Register Masa Berlaku
8 BATANG GADING
PT. Satya Kisma Usaha
17/RBU.KNP-DBU/VIII/2017 2/04/20
9 LANGADANG PT. Tapian Nadenggan
18/RBU.KNP-DBU/IV/2017 14/02/20
10 LETKOL WISNU
Unit Penyelenggara Bandar Udara Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng - Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika
21/RBU.KNP-DBU/II/2017 8/05/19
11 NAHIYANG PT. Mitra Karya Agroindo
28/RBU.KNP-DBU/V/2017 26/03/20
12 TANAH LAUT PT. Smart Tbk 31/RBU.KNP-DBU/IX/2017 18/04/20
13 SALAKANAGARA - TANJUNG LESUNG
PT. Banten West Java Td.
43/RBU.KNP-DBU/VI/2017 6/12/20
Register Bandar Udara Khusus – Sementara
14 PULAU BAWAH WATER AERODROME
PT. Pulau Bawah
3/RBUS-DBU/X/2017 6/11/17
c. Sasaran “Meningkatnya Kinerja Pelayanan Sarana Dan Prasarana Transportasi
Udara” Sasaran kinerja ini dibentuk oleh 4 indikator utama yang terkait langsung dengan
pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara yaitu yang terkait dengan
penurunan emisi gas buang, On Time Performance, Tingkat Kepuasan Pelanggan dan
kota-kota yang terhubungi dengan nilai rata-rata capaian sasaran pada tahun 2017
sebesa 92,52 %.
Berikut adalah 6 (enam) indikator kinerja Ditjen Perhubungan Udara dimaksud terdiri
dari :
1. Indikator “Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara”
Indikator penurunan gas buang terkait transportasi udara pada tahun 2017
ditargetkan berdasarkan nilai Renstra sebesar 6,268 Juta Ton CO2, nilai ini
merupakan nilai penurunan CO2 minimum yang harus diturunkan sampai dengan
tahun 2017. Dengan kata lain merupakan target minimal yang harus di capai
secara kumulatif pada tiap tahunnya (merupakan penjumlahan dari target tahun
BAB III - 94 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
sebelumnya), sehingga pada akhir periode perencanaan di tahun 2015 - 2019
akan menurunkan 15,94 juta ton CO2.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Kelaik Udaraan dan
Pengoperasian Pesawat Udara capaian penurunan CO2 tahun 2016 didapatkan
sebesar 3,828 Juta ton CO2 dan pada tahun 2017 didapatkan nilai sebesar 0,978
Juta ton CO2 sehingga total CO2 yang berhasil diturunkan sampai dengan tahun
2017 adalah sebesar 4,806 Juta ton CO2 atau setara dengan capaian kinerja
sebesar 76,57%. Realisasi penurunan CO2 di tahun 2017 didapat melalui
program sebagai berikut :
1) Peremajaan
Pelaksanaan peremajaan armada pesawat udara telah dimulai sejak 2012
sampai 2017, dengan asumsi bahwa penurunan armada pesawat udara
dengan teknologi terdahulu adalah 10% selama 2012-2013, dan 15% selama
periode 2014-2017, sehingga pada tahun 2018 dapat dianggap bahwa total
armada pesawat udara dengan teknologi baru telah menggantikan armada
pesawat udara dengan teknologi terdahulu dimana armada pesawat udara
dengan teknologi baru yang membakar lebih sedikit bahan bakar telah
mencapai 80%.
Salah satu upaya untuk mengurangi emisi karbon dan biaya pemeliharaan,
beberapa maskapai nasional telah memperbaharui armada mereka dengan
jenis terbaru. Sesuai dengan data Dirjen Perhubungan Udara telah terdaftar
sekitar 150 pesawat udara per tahun (2009-2014) di mana 40-50% adalah
merk pesawat baru. Hal tersebut sejalan dengan PM No.7 tahun 2016 yang
mensyaratkan batasan usia minimum pesawat udara yang beroperasi dan
usia maksimal beroperasi di wilayah Republik Indonesia.
2) Perbaikan operasional dan pemeliharaan pesawat udara.
Tindakan ini bertujuan untuk peningkatan prosedur operasional dan
perawatan pesawat untuk kategori pesawat udara transport. Tujuan utamanya
adalah untuk penghematan bahan bakar dan suku cadang. Mengenai
pelaksanaan kegiatan tersebut, inisiatif awalnya diusulkan oleh operator
penerbangan yang sudah familiar dengan prosedur operasional mereka
sendiri. Dua maskapai penerbangan (Garuda Indonesia dan Indonesia Air
Asia) aktif terlibat untuk meningkatkan prosedur operasional mereka.
BAB III - 95 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
a. Beberapa contoh prosedur ditingkatkan untuk dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
Menggunakan satu engine saat taxy-in;
b. Memanfaatkan bandara alternatif yang terdekat;
c. Continous Descent Arrival (mendarat);
d. Menggunakan satu engine saat taxy-out;
e. Optimalisasi titik pusat gravitasi pada pesawat udara;
f. Optimalisasi penggunaan GPU (Ground Power Unit);
3) Penggunaan BBM Alternatif (bio-fuel) untuk pesawat udara (dimulai tahun
2018) dan GSE (15% dimulai tahun 2015).
Pemanfaatan bahan bakar bio-jet telah diamanatkan melalui Keputusan No.
25 Tahun 2013 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang diawali
dengan bauran sebesar 2% pada 2016, 3% pada 2018 dan 5% pada 2020.
Pada akhir 2013, beberapa kegiatan telah dilakukan untuk mendukung
penggunaan bahan bakar bio-jet. Hal tersebut diawali dengan disetujuinya
nota kesepahaman antara Kementerian Perhubungan dengan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral pada akhir 2013 dan dilanjutkan dengan
pembentukan Aviation Biofuels dan Energi Terbarukan Task Force pada
pertengahan 2014 yang diharapkan dapat memperkuat implementasi dari
kegiatan tersebut. Mengenai upaya industriliasasi, perusahaan minyak
nasional bersama-sama dengan mitra mereka telah melakukan studi rinci
kelayakan tentang produksi bahan bakar bio-jet yang telah selesai pada awal
tahun 2015 dan tahap selanjutnya bergerak untuk melakukan rekayasa
desain dan rekayasa konstruksi pengadaan. Bahan bakar bio-jet produksi
diharapkan akan dimulai pada akhir 2018 dengan investasi USD 400-
500000000 dan kapasitas produksi 257.000 kl / tahun. Dalam rangka untuk
memastikan fasilitas hilir dan produksi dapat berjalan sesuai jadwal, industri
minyak mengharapkan adanya beberapa insentif dan kebijakan khusus dari
segi harga bahan baku.
4) Energi terbarukan (solar-cell, angin-hybrid, berbasis air) untuk fasilitas
bandara (mulai 2015).
Penggunaan energi terbarukan dibeberapa bandar udara telah meningkat
secara signifikan dari tahun 2011 sampai dengan 2014. Sistem sel surya
BAB III - 96 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
telah dipasang di 39 bandara di Indonesia, yang hampir mendekati target
nasional untuk memasang solar-cell di 50 bandara sampai thun 2020.
Terdapat 34 bandara yang dioperasikan oleh Kementerian Perhubungan dan
5 bandara yang dioperasikan oleh operator bandara di bawah pengelolaan
Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang sudah terpasang dengan solar-
sel. Pemerintah Indonesia masih dalam tahap pengembangan untuk
melaksanakan pemanfaatan energi angin dan hidro untuk menghasilkan
energi terbaharukan di 5 bandara internasional dan 5 bandara domestik.
5) Meningkatkan sistem manajemen udara melalui PBN (Star-SID, RNP-10,
RNP-5, R-Nav-App).
Kegiatan tersebut digunakan untuk meningkatkan efisiensi sistem dan
prosedur pelayanan navigasi dengan menerapkan teknologi berbasis PBN
dan pada saat yang sama untuk dimulianya penggunaan teknologi pesawat
generasi baru. Beberapa inisiatif kegiatan telah dilakukan sejak 2011 sampai
sekarang dan masih berlanjut hingga 2017. Pelaksanaan Prosedur pesawat
keberangkatan langsung udara ke ketinggian jelajah dan prosedur
kedatangan untuk terbang langsung ke ketinggian tertentu telah dimulai sejak
2011-2013 di 9 bandara internasional . Dan pada tahun 2016, diharapkan 20
bandara selanjutnya akan menerapkan prosedur ini. Modernisasi rute ATS
berdasarkan fasilitas navigasi darat menjadi navigasi berbasis kinerja telah
dimulai sejak 2012 dan diharapkan akan dilaksanakan pada tahun 2015.
Selain itu, pembuatan rute langsung untuk penerbangan domestik dan
internasional untuk mengurangi jarak penerbangan tersebut akan selesai
2017.
6) Eco-bandara implementasi terus menerus.
Program Eco-bandara yang meliputi tiga hal utama yang akan dilakukan.
Pemanfaatan energi terbarukan, penggunaan light emitting diode (LED) dan
program penghijauan merupakan tiga fokus utama kegiatan tersebut.
Pemanfaatan energi terbarukan di bandara telah dilaksanakan di 34 bandara
sampai 2014. Pemasangan sel surya ini telah menghasilkan sekitar 1,5 juta
kwh listrik tenaga hingga Mei 2015. Sementara itu terdapat proyek terbaru
yang menyangkut penggunaan pembangkit listrik tenaga surya dan akan
terbangun empat bandara di Indonesia timur (Labuan Bajo, Maumere, Rote
BAB III - 97 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
dan Tambolaka). Dengan kegiatan tersebut diharapkan pembangkit listrik
tenaga surya dapat menghasilkan tenaga hingga 1 MW. Selain itu,
pemasangan LED telah diimplementasikan di 16 bandar udara dan pada
2016 akan direncanakan pemanfaatan LED di 6 bandara tambahan, yaitu:
Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Ambon dan Ujung Pandang. Program
penghijauan yang ditargetkan untuk 55 bandara dengan 300 pohon untuk
setiap bandara dapat diimplementasikan di 14 bandara. Sejak 2010 hingga
2014, 151.642 pohon (trembesi) telah ditanam di 14 bandara tersebut.
Program ini akan dilanjutkan hingga tercapai sejumlah 55 bandara.
Berikut adalah Rincian penurunan gas CO2 sampai dengan tahun 2017:
Tabel 3.10. Data Penurunan Emisi Karbon CO2 Sub Sektor Transportasi
Udara Tahun 2017
No Aksi Mitigasi Pencapaian Penurunan
Emisi CO2e (juta ton CO2e)
1. TAHUN 2016 3,828
1. TAHUN 2017
1 Bio Fuel Pesawat + GSE 0,0
2 Penghijauan (Eco Airport) 10.147,33 x 10-6
3 Renewable Energi 330,66 x 10-6
4 Eff Ops + Pwt 299.320,77 x 10-6
5 Reduce due to PBN 324.378,19 x 10-6
6 Peremajaan Pesawat 344.127,39 x 10-6
7 TOTAL TAHUN 2017 0,978
Total 4,806
Total (dengan pembulatan) 4,8
Target 6,268 Sumber Data : Direktorat kelaikan Udara Dan Pengoperasian Pesawat Udara
Capaian keberhasilan DJU dalam menurunkan Gas Karbon CO2 sektor
transportasi udara adalah sebesar 76,58% dengan kata lain Ditjen
Perhubungan Udara belum dapat mencapai target penurunan CO2 pada
tahun 2017 dengan deviasi sebesar 23,42% atau setara dengan nilai
penurunan 1,47 – Juta Ton CO2, yang tentunya nilai tersebut akan
BAB III - 98 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
didistribusikan pada target kinerja tahun berikutnya selama perioda rencana
strategis.
Berikut adalah beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan di lapangan
sehingga tidak tercapainya target kinerja antara lain adalah sebagai berikut :
1) Belum banyaknya teknologi pesawat yang menggunakan bahan bakar biofuel
dan biodiesel di tahun 2017, sehingga hanya sedikit memberikan kontribusi
dalam penurunan emisi gas CO2
2) Masih sedikitnya bandar udara yang mengaplikasikan penggunaan renewable
Energi (energy terbaharukan) khususnya dalam penggunaan Solar Cel dan
Hybride Energi sebagai sumber energy untuk operasional bandar udara
3) Investasi penggunaan energi terbaharukan masih relative mahal
dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar konvensional
4) Peremajaan pesawat Udara bukan merupakan tugas dan fungsi secara
langsung Ditjen Perhubungan Udara sehingga terkait perhitungan jumlah
penurunan emisi gas buang masih dilakukan institusi lain dan masih sulitnya
untuk mendapatkan data secara cepat dan tepat.
5) Perhitungan penurunan emisi gas CO2 masih menggunakan data asumsi,
belum ada pembanding berdasarkan perhitungan real di lapangan sehingga
tingkat kebenarannya masih perlu penelitianh lebih lanjut.
Terkait dengan kendala yang ditemukan sebagaimana disampaikan, Ditjen
Perhubungan Udara telah melakukan beberapa tindakan prefentif guna
mengoptimalisasikan sumberdaya yang ada di tahun 2017 ini antara lain adalah:
1) mekanisme perhitungan penurunan gas CO2 sudah menggunakan aplikasi
sehingga memudahkan perhitungan sehingga parameter lain yang tidak dapat
dihitung di tahun 2016 saat ini sudah dapat dihitung walaupun menggunakan
asumsi.
2) Berkoordinasi dengan institusi lain dalam upaya memperoleh data lain
berdasarkan perhitungan riil di lapangan.
3) Investasi penggunaan Renewable energi dilakukan secara bertahap, melalui
pilot project penggunaan energi terbarukan seperti halnya Bandar Udara
Kuabang Kao.
BAB III - 99 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2. Indikator “Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi
udara”
Indikator ini merupakan indicator baru yang masuk dalam sasaran Meningkatnya
Kinerja Pelayanan Sarana Dan Prasarana Transportasi Udara” On Time
Performance atau lebih dikenal dengan OTP ini merupakan indikator kinerja
penting yang masuk kedalam Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara sejak
tahun 2017 dan masuk dalam 3 (tiga RPJMN) yang paling dipantau oleh Presiden
yaitu 1. Jumlah Penumpang Yang Diangkut, 2. Pembangunan Bandar Udara Baru
dan 3 adalah On Time Performance.
Pada tahun 2017 dicapai persentase nilai On time Perfirmance sebesar 80,14%
atau setara dengan capaian kinerja sebesar 94,28% dari target yang ditetapkan
sebesar 85%. Berdasarkan data rekapitulasi OTP, keterlambatan dan pembatalan
penerbangan badan usaha angkutan udara niaga berjadwal Perioda Januari –
November Tahun 2017, dari 14 (empat belas) Badan Usaha Angkutan Udara
Niaga Berjadwal terdapat 828.031 (delapan ratus dua puluh delapan ribu tiga
puluh satu) penerbangan dengan rincian sebagai berikut:
a. Jumlah penerbangan tepat waktu sebanyak 663.584 (enam ratus enam puluh
tiga ribu lima ratus delapan puluh empat) penerbangan yang setara dengan
nilai OTP 80.14%
b. Jumlah keterlambatan penerbangan sebanyak 158.589 (seratus lima puluh
delapan ribu lima ratus delapan puluh Sembilan) penerbangan atau setara
dengan 19,15%
c. Jumlah pembatalan penerbangan sebanyak 5.858 (lima ribu delapan ratus
lima puluh delapan) penerbangan atau setara dengan 0,71%
Keterlambatan dan pembatalan penerbangan disebabkan oleh 4 (empat) faktor
yaitu: Faktor teknis Operasional (TO), Faktor Non Teknis Operasional (NTO),
Faktor Cuaca, dan Faktor lainnya
Penyebab Faktor Teknis Operasional adalah :
• Bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan untuk
operasional pesawat udara
• Lingkungan menuju bandar udara atau landasan terganggu fungsinya
misalnya retak, banjir atau kebakaran
• Terjadinya antrian pesawat udara lepas landas atau take off, mendarat
(landing) atau lokasi waktu keberangkatan (departure Slot Time di bandar
udara; atau
BAB III - 100 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
• Keterlambatan pengisian bahan bakar (Refueling)
Penyebab Faktor Non Teknis Operasional Adalah :
• Keterlambatan pilot, co pilot dan awak cabin
• Keterlambatan jasa boga (Catering)
• Keterlambatan penanganan di darat
• Menunggu penumpang baik yang baru melapor (Check In), pindah pesawat
(transfer) atau penerbangan lanjutan (connecting flight) dan ketidaksiapan
pesawat udara
Penyebab faktor cuaca adalah hujan lebat, petir, badai, kabut asap, jarak pandang
dibawah standard minimal atau kecepatan angina yang melampaui standard
maksimal yang mengganggu keselamatan penerbangan.
Penyebab faktor lainnya adalah keterlambatan waktu tiba pesawat di suatu
bandar udara yang berakibat pada keterlambatan pesawat pada bandar udara
lainnya (domino effect).
Terkait penyebab keterlambatan di atas hal yang dapat dikendalikan oleh Ditjen
Perhubungan Udara adalah terkait keterlambatan non teknis, dan keterlambatan
oleh faktor lainnya sementara factor cuaca merupakan faktor yang tidak dapat
dihindari oleh organisasi. Berikut adalah beberapa hal tindakan preventif dalam
upaya pencegahan permasalahan di atas :
1) Memberlakukan adanya kompensasi terhadap maskapai yang melakukan
pelanggaran waktu pelayanan (terlambat) sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 77 tahun 2011 tentang
Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.
2) Melakukan pengendalian dan pengawasan kepada maskapai Nasional
melalui random check oleh Inspektur Angkutan Udara.
3. Indikator persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis
online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara
Indikator kinerja ini merupakan indikator kinerja yang baru saja dimunculkan di
tahun 2017 yang terkait dengan survey kepuasan pelanggan terhadap pelayanan
online yang berkaitan dengan pelayanan jasa kebandarudaraan.
Capaian kinerja terkait indikator ini di tahun 2017 mencapai nilai kepuasan
pelanggan sebesar 80,93% atau setara dengan capaian kinerja sebesar 97,21%
(80,93/83,25) dari target yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara sebesar
BAB III - 101 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
sebesar 83,25% masih belum memenuhi target yang ditetapkan dengan dengan
deviasi sebesar 2,32%.
Adapun kendala yang dihadapi terkait tidak tercapainya capaian kinerja indikator
ini adalah :
1) Mekanisme perhitungan terhadap survey kepuasan pengguna jasa saat ini
pada 2017 hanya diwakili oleh beberapa pengguna jasa dari setiap operator
penerbangan (bukan end user) yang di tugaskan dengan surat penugasan
untuk mengelola proses layanan jasa online yang ada.
2) Saat ini belum semua pelayanan jasa bandar udara dapat dilakukan secara
online karena proses penyusunan aplikasi online yang handal membutuhkan
waktu dan biaya yang besar untuk itu prosesnya dilakukan secara bertahap.
Terkait hal tersebut Ditjen Perhubungan Udara saat ini secara bertahap dan
progresif terus mengusahakan agar setiap pelayanan jasa bandar udara dapat
dilakukan secara online. Berikut adalah bentuk pelayanan jasa Bandar Udara
yang sudah dapat di lakukan secara Online:
a) Tiketing pelayanan pembelian tiket pesawat Udara
b) Flight Approval
c) Informasi cuaca (Kenavigasian)
d) Updating data teknis bandar udara
e) Layanan pengaduan 151
f) Perizinan Online termasuk didalamnya terkait perizinan permohonan Pas
Bandar Udara dan Perizinan Pengusahaan Bandar Udara.
4. Indikator “Persentase kota / daerah yang terhubungi”
Indikator Ini merupakan indikator baru dalam IKU Ditjen Perhubungan Udara yang
merupakan peningkatan dari IKU tahun 2016 “Jumlah Kota/Daerah yang
terhubungi” yang bersifat output diubah menjadi “Persentase Kota/Daerah Yang
terhubungi” yang bersifat outcome, Namun basis datanya masih tetap sama yang
diambil dari banyaknya daerah atau kota di Indonesia yang dapat terlayani oleh
jasa transportasi udara baik komersil maupun perintis.
Target yang ditetapkan pada tahun 2017 adalah 90% atau setara dengan 269
bandar udara yang harus terlayani di tahun 2017 dari total yang harus dilayani
sampai dengan tahun 2019 sebanyak 299 bandar udara sesuai dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional. Pada tahun 2017 disampaikan terealisasi sebesar
247 kota/ daerah yang dapat dilayani oleh 165 bandar udara di lingkungan Ditjen
BAB III - 102 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Perhubungan Udara (PM 39 Tahun 2014) yang terdiri dari 172 kota dilayani oleh
angkutan perintis dan 126 kota dilayani oleh angkutan udara komersil dengan nilai
persentase sebesar 91,82% atau setara dengan nilai capaian kinerja sebesar
102,02% sudah melampaui dari target yang ditetapkan.
Nilai capaian kinerja Ditjen Perhubungan Udara yang melampaui target ini
merupakan keberhasilan Ditjen Perhubungan Udara dalam mengoptimalkan
sumber daya yang ada di bandar udara sehingga dalam setiap tahunnya cukup
banyak usulan rute penerbangan baru yang diajukan oleh maskapai nasional.
Sampai tahun 2017 ini tercatat rata-rata pertumbuhan penumpang Nasional
adalah sebesar 12,45%. Faktor lain penyebab keberhasilan dalam upaya
pencapaian target indikator “Persentase kota/ daerah terhubungi” adalah:
a) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara setiap tahunnya terus melakukan
pengembangan penerbangan keperintisan dalam upaya membuka
keterisoliran daerah melalui subsidi angkutan udara dan penyelenggaraan
subsidi bahan bakar minyak untuk keperintisan yang pada tahun 2017
berhasil membuka kota/ daerah terisolir sejumlah 172 rute sebagaimana
tercantum dalam Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor: KP 353
Tahun 2016 yang kemudian diperbaharui melalui Keputusan Dirjen
Perhubungan Udara Nomor:KP 068 Tahun 2017 tentang Rute dan
Penyelenggaraan Subsidi Angkutan Udara Perintis serta Penyelenggaraan
Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak.
b) Melakukan perbaikan mekanisme perizinan usaha dan pelayanan dalam
upaya meningkatkan gairah pertumbuhan penyedia jasa penerbangan
nasional sehingga mendorong terbukanya rute - rute baru yang akan
menghubungkan kota - kota di seluruh Indonesia. Perbaikan perizinan usaha
ini salah satunya adalah melaui deregulasi peraturan sebagai berikut:
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 12 Tahun 2015 tentang
Perizinan Angkutan Udara Online,
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 109 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 66 Tahun 2015 tentang Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga
Dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri Dengan Pesawat
Udara Sipil Asing Ke dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia
BAB III - 103 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 153 Tahun 2015 tentang
Pengamanan Kargo dan Pos Sudah dicabut di dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2017
• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2015 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara Persyaratan
permodalan sudah dicabut dalam perubahan terakhir (perubahan
kesepuluh) PM 45 Tahun 2017
d. Sasaran “Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara” Sasaran kinerja ini terdiri dari dari 2 indikator utama dengan rata rata capaian kinerja
sasaran sebesar 109,61 % yang dicapai melalui pertumbuhan armana pesawat udara
dan pembangunan rehabilitasi bandar udara. Berikut adalah detail penjelasan masing
masing Indikator:
1. Indikator “Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara”.
Indikator kinerja ini merupakan indikator kinerja baru yang berubah
nomenklaturnya yang semula adalah “Jumlah pesawat udara yang memiliki
sertifikat kelaikudaraan.” yang bersifat output diubah menjadi “Persentasi
Peningkatan Kapasitas Sarana Transportasi Udara” yang bersifat outcome akibat
review Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara sesuai dengan KP 873
Tahun 2017 Tentang Review Rencana Strategis Kementerian Perhubungan.
Terkait sumber data dalam perhitungan outcome pada indikator ini masih
mengacu pada sumber data yang sama yaitu terkait jumlah pesawat udara yang
telah disertifikasi atau memiliki sertifikat kelaikudaraan namun yang membedakan
dengan tahun lalu adalah bahwa indikator di tahun 2017 ini sudah menghitung
terkait rasio pemenuhan sertifikasi pesawat udara sehingga nilai pembagi
indikator ini menggunakan jumlah total perediksi pertumbuhan pesawat udara di
akhir perioda Renstra tahun 2019.
Selama 5 tahun perencanaan dari tahun 2015 - tahun 2019, target kumulatif
yang harus dicapai Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di tahun 2019 adalah
1.838 (prediksi pertumbuhan) armada pesawat yang disertifikasi atau minimal
harus memenuhi jumlah pesawat yang disertifikasi sebanyak 368 pesawat setiap
tahunnya. Pada tahun 2017 capaian kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dalam melakukan sertifikasi pesawat udara mencapai angka 918 pesawat
BAB III - 104 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
yang terdiri dari 586 unit untuk AOC 121 dan 332 unit untuk AOC 135 atau
mencapai persentase sebesar sebesar 49,95% sementara persentase yang
ditargetkan adalah 43,31% (796 unit). Angka ini menurun dibandingkan tahun
2016 lalu yang hanya mencapai capaian kinerja sebesar 123,29%.
Sertifikasi Kelaik Udaraan ini wajib bagi setiap pesawat udara yang dioperasikan
di wilayah penerbangan Indonesia yang disebut sertifikat CofA (Certificate Of
Airworthiness), dengan adanya sertifikasi tersebut berarti bahwa pesawat udara
sudah memenuhi standar kelaikudaraan.
Peningkatan capaian kinerja ini salah satunya disebabkan oleh adanya
peningkatan permohonan sertifikasi pesawat udara yang diakibatkan oleh
bertambahnya jumlah pengadaan pesawat udara yang didasarkan pada
permintaan (demand) terhadap transportasi udara dan dalam upaya pemenuhan
target penumpang di tahun 2019 sebesar 162 juta penumpang.
Untuk menjaga tingkat keselamatan penerbangan, Ditjen Perhubungan Udara
didalam mengeluarkan sertifikasi kelaikudaraan melakukan beberapa kegiatan
diantaranya rampcheck terhadap pesawat udara. Rampcheck ini dilakukan
terhadap semua pesawat udara yang memiliki kelaikudaraan dengan melibatkan
inspektur operasi dan perawatan pesawat udara yang ada di pusat maupun di
Kantor Otoritas Bandar udara. Untuk mendukung kegiatan - kegiatan tersebut,
Ditjen Perhubungan Udara melaksanakan beberapa program sebagai berikut :
1) Melakukan penambahan jumlah inspektur di lingkungan Ditjen Perhubungan
Udara, yang pada tahun 2017 berhasil mencapai jumlah inspektur sebanyak
833 orang yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara.
2) Melakukan perkuatan Kantor Otoritas Bandar udara dari sisi melalui fungsi
Pengaturan, Pengendalian dan Pengawasan dengan dikeluarkannya revisi
Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor: KP 114 Tahun 2013.
3) Memberlakukan pola mutasi Inspektur Penerbangan untuk didistribusikan
keseluruh Kantor Otoritas Bandar udara.
4) Melakukan perbaikan hubungan tata kerja Kantor Pusat dan Kantor Otoritas
Bandar Udara melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor. PM 22 Tahun
2015 terkait Pengendalian Perizinan (Penerbitan, Pembaharuan, Pencabutan,
Penyegaran dan Perpanjangan).
5) Melaporkan pelaksanaan pengendalian dan pengawasan kepada direktorat di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai hubungan
fungsional paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah menemukan pelanggaran
BAB III - 105 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
peraturan perundang-undangan khususnya terkait sertifikasi pesawat udara
atau minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk pengendalian dan
pengawasan rutin.
6) Pemberian tindakan penegakan hukum (law Enforcement) berupa teguran,
peringatan, pembekuan, dan denda administratif terkait pelanggaran
sertifikasi pesawat oleh operator penerbangan.
7) Pemberian tindakan korektif berupa pencabutan dilakukan oleh Direktur
Jenderal Perhubungan Udara jika menemukan pelanggaran sertifikasi setelah
mendapat usulan dari Kepala Kantor.
Di tahun 2017 ini Ditjen Perhubungan Udara tetap mempertahankan program di
tahun 2016 karena capaian kinerja indikator ini sudah sangat baik dari tahun
ketahun dengan capaian di atas 100%.
Berdasarkan perhitungan total kenaikan jumlah armada pesawat udara
disampaikan bahwa pertumbuhan armada pesawat udara Nasional sudah berada
di atas 15% dengan diiringi pertumbuhan penumpang rata rata yang cepat
sebesar 12,45% hal ini berarti bahwa jumlah pesawat udara yang tersertifikasi
akan dapat memenuhi demand penumpang di masa yang akan datang.
Grafik 3.46. Perkembangan Jumlah Armada Pesawat Udara dari
Tahun 2014 – 2017
BAB III - 106 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2. Persentase peningkatan kapasitas Prasarana transportasi udara
Pada tahun 2017 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menetapkan target
Renstra sebesar 70% dari 266 bandar udara sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor: KP 873 Tahun 2017 Tentang Review Rencana Strategis
Kementerian Perhubungan. Peraturan ini merupakan perubahan atas Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor: KP 430 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis
Kementerian Perhubungan. Target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
tahun 2017 hanya sebesar 70% dari nilai target renstra atau setara dengan 186
Bandar Udara yang sesuai dengan PM 69 Tahun 2013.
Indikator Jumlah pengembangan prasarana transportasi udara ini merupakan
indikator baru Ditjen Perhubungan Udara di tahun 2017 akibat review renstra
sesuai dengan KP 873 tahun 2017 dan merupakan perubahan nomenklatur dari
Indikator sebelumnya yaitu “Jumlah pengembangan Bandar Udara” yang
sebelumnya masih bersifat output namun di tahun 2017 ini sudah merupakan
Indikator yang bersifat outcome. Indikator ini dihitung berdasarkan alokasi
kegiatan belanja modal yang muncul dalam DIPA Tahun Anggaran 2017 sekaligus
telah menyelesaikan kegiatan belanja modal selambat lambatnya pada akhir
periode tahun 2017 atau selesai dengan mekanisme Peraturan Menteri Keuangan
Nomor PMK 243 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan anggaran dalm rangka
penyelesaian pekerjaan yang tidak terselesaikan sampai dengan akhir tahun
anggaran. Pada indikator ini Ditjen Perhubungan Udara telah sesuai dengan TKN
bandar udara sebanyak 116 bandar udara yang setara dengan 72,73% dari target
Rencana Strategis atau mencapai capaian kinerja sebesar 103,90%.
Kendala:
1) Masih adanya kendala terkait pemenuhan dokumen perencanaan bandar
udara
2) Masih berlangsungnya kegiatan dalam rangka pengembangan bandar udara.
3) Belum terpenuhinya aspek angkutan udara
4) Adanya perubahan prioritas dalam rangka pengembangan di bandar udara
Program /Langkah perbaikan:
1. Aktif dalam rangka melengkapi dokumen perencanaan bandar udara
2. Peningkatan peran Pemerintah Daerah pada sektor pariwisata dan sumber
daya alam.
3. Percepatan pengembangan bandar udara.
BAB III - 107 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
e. Sasaran “Meningkatnya Layanan Transportasi Udara di Perbatasan Negara, Pulau Terluar, dan Wilayah Non Komersial Lainnya” Sasaran ini hanya terdiri dari 1 (satu) Indikator pendukung yaitu : Indikator “Rasio
layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil” dan merupakan indikator baru yang muncul di tahun 2017 akibat review
Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara dengan diterbitkannya KP 873 tahun
2017 tentang Review Rencana Strategis Kementerian Perhubungan. Berikut adalah
detail analisis kegagalan dan keberhasilan pada indikator :
1. Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar
dan terpencil
Pada tahun 2017 disampaikan bahwa terdapat 458 rute penerbangan yang
melayani bandar udara di wilayah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil baik penerbangan perintis maupun penerbangan komersil, sementara
jumlah total Bandar Udara Nasional yang berada pada wilayah pelayanan daerah
rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil berdasarkan PM 69 Tahun 2013
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sebesar 183 bandar udara
sehingga didapatkan bahwa rasio layanan transportasi udara di daerah rawan
bencana, perbatasan, terluar dan terpencil adalah sebesar 2.50 atau mencapai
capaian kinerja sebesar 74,63% dari target uang ditetapkan sebesar 3,35 (446
rute).
Melihat nilai rasio dan persentase capaian kinerja indicator ini dapat disimpulkan
bahwa Ditjen Perhubungan Udara belum sepenuhnya berhasil memenuhi
pelayanan tranportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil, hal tersebut dikarenakan jumlah rute yang melayani merupakan rute
komersil dan perintis. Sedangkan pada tahun 2017 rute perintis yang terlayani
hanya 152 rute dari 188 rute yang tercantum dalam KP 068 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor KP. 353 Tahun
2016 tentang Rute dan Penyelenggara Subsidi Angkutan Udara Perintis untuk
penumpang serta Penyelenggara dan lokasi Subsidi Angkutan Bahan Bakar
Minyak (BBM) Pesawat Udara Tahun Anggaran 2017. Pencapaian kinerja
tersebut merupakan upaya Ditjen Perhubungan Udara dalam mewujudkan
Nawacita Presiden Ke 3 (tiga) yaitu : “Membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”
adapun usaha usaha strategis dalam mewujudkan capaian kinerja yang baik ini
adalah melalui program m strategis sebagai berikut :
BAB III - 108 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
1) Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-wilayah
perbatasan dan wilayah-wilayah terluar Indonesia melalui afirmasi positif
terhadap pengalokasian anggaran di daerah rawan bencana, perbatasan,
terluar dan terpencil
BAB III - 109 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Gambar 3. 4. Lokasi Bandar Udara Rawan Bencana dan Perbatasan 2015 – 2019
6. Bandar Udara Lasondre 7. Bandar Udara Letung 8. Bandar Udara Tambelan 9. Bandar Udara Rokot 10. Bandar Udara Tj. Balai Karimun
11. Bandar Udara Kerinci 12. Bandar Udara Muko-Muko 13. Bandar Udara Enggano 14. Bandar Udara Bawean 15. Bandar Udara Sumenep
16. Bandar Udara Atambua 17. Bandar Udara Kabir 18. Bandar Udara Rote 19. Bandar Udara Long Apung 20. Bandar Udara Long Bawan
21. Bandar Udara Datah Dawai 22. Bandar Udara Maratua 23. Bandar Udara Miangas 24. Bandar Udara Moa 25. Bandar Udara Merauke
1
2 3 4 5
6
7
8
9
1
1 1
1 1
1
1
1
1
1 2
2
2
2
2
2
Bandar Udara di Daerah Rawan
Bandar Udara di Perbatasan
1. Bandar Udara Sabang 2. Bandar Udara Lasikin 3. Bandar Udara Teuku Cut Ali 4. Bandar Udara Rembele 5 Bandar Udara Gayo Lues
BAB III - 110 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2) Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah
terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana melalui pembangunan
terminal dan perpanjangan runway agar dapat didarati minimum Pesawat
ATR 72
Gambar 3.5. Lokasi Bandar Udara Perpanjangan Runway Untuk Didarati
ATR 42 dan 72
3) Penyediaan sarana angkutan keperintisan dan subsidi BBM Perintis, total
teralokasi anggaran pada program “Pelayanan Angkutan Udara Perintis” di
tahun 2017 sebesar Rp 463.461.864.000. Disampaikan pada tahun 2017
terealisasi 175 Rute Perintis Nasional
4) Adanya kebijakan terkait Pengembangan “Jembatan Udara” sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor : 70 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari
Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Dan Perbatasan. Jembatan
Udara merupakan upaya pemerintah dalam menurunkan tingkat Disparitas
harga melalui pelaksanaan angkutan udara kargo dari bandar udara ke
Bandar udara lainnya dan/atau dari Bandar udara ke Bandar udara di daerah
tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan
BAB III - 111 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.11 Detail Rute Perintis Kargo Program Jembatan Udara
NO RUTE PERINTIS KARGO
(JEMBATAN UDARA) JUMLAH
RUTE KETERANGAN
1. TIMIKA BEOGA
4 Rute
12 Rute
Penerbangan Kargo
Perintis pada tahun 2017
ILLAGA
KENYAM
SINAK
2. WAMENA MUGI
4 Rute MAPENDUMA
ENGGOLOK
MAMIT
3. DEKAI SILIMO
4 Rute KORUPUN
ANGGRUK
UBAHAK
f. Sasaran “Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi Udara; Sasaran kinerja ini hanya terdiri dari satu indikator yang terkait dengan pelaksanaan
deregulasi peraturan dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara. Indikator ini juga
merupakan indikator baru di tahun 2017 yang merupakan peningkatan atau perubahan
nomenklatur dari IKU di tahun-tahun sebelumnya “Jumlah penyerderhanaan perizinan
di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara” yang bersifat output diubah
menjadi “Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen
Perhubungan Udara” yang bersifat outcome. Berikut adalah penjelasan terkait
indikator dimaksud secara detail :
1. Indikator “Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen
Perhubungan Udara”
Jumlah perturan dilingkungan di Ditjen Perhubungan Udara sampai akhir perioda
Renstra tahun 2015 s.d 2019 ditargetkan sebanyak 9 (Sembilan) Peraturan yang
harus diregulasi oleh Ditjen Perhubungan Udara yang terkait dengan :
1) peraturan yang dapat membawa dampak negatif dalam menimbulkan minat
terhadap dunia usaha dan investasi;
BAB III - 112 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
2) peraturan yang mengakibatkan beban ekonomi (pembiayaan yang tidak tentu
jumlahnya) baik bagi operator maupun bagi pengguna jasa;
3) perizinan bidang usaha yang otoritasnya bersifat sentralisasi dan birokrasi
yang berbelit-belit.
Sementara target di tahun 2017 adalah 78% dari target total 9 peraturan sehingga
target yang harus di capai di tahun 2017 adalah 7 (tujuh) peraturan yang harus
diregulasi oleh Ditjen Perhubungan Udara, berikut adalah rincian terkait peraturan
yang sudah dilakukan deregulasi :
Tabel 3.12. deregulasi Peraturan dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara
NO. PERATURAN MENTERI PENETAPAN KETERANGAN
1 Perizinan Angkutan Udara Online
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 12 Tahun 2015 tentang Perizinan Angkutan Udara Online
Merupakan ketentuan baru untuk mempermudah proses perizinan di bidang angkutan udara Proses perizinan di bidang
angkutan udara melalui sistem online
2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 66 Tahun 2015 tentang Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga Dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri Dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 109 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 66 Tahun 2015 tentang Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga Dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri Dengan Pesawat Udara Sipil Asing Ke dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Mengatur pemberian Izin Khusus Direktur Jenderal Perhubungan Udara untuk: “penerbangan angkutan udara bukan niaga luar negeri dan angkutan udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing untuk penerbangan dengan kepentingan nasional yang strategis. • Izin Khusus disampaikan
melalui aplikasi berbasis teknologi informasi (sistem online)
• Izin berlaku selama 180 hari kalender
• Memberikan pengecualian bagi penerbangan VVIP dan VIP
BAB III - 113 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO. PERATURAN MENTERI PENETAPAN KETERANGAN
3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 160 Tahun 2015 tentang Peremajaan Armada Pesawat Udara Angkutan Udara Niaga
Sudah dicabut melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 155 Tahun 2016 tentang Batas Usia Pesawat Udara Yang Digunakan Untuk Kegiatan Angkutan Udara Niaga
1. Pesawat Udara Pertama Kali Didaftarkan Dan Dioperasikan Di Wilayah Republik Indonesia
a. Pesawat udara Kategori transport untuk angkutan udara penumpang, maksimum berusia 15 tahun
b. Pesawat udara selain kategori transport untuk angkutan udara penumpang, maksimum berusia 20 tahun
c. Pesawat udara untuk angkutan udara khusus kargo (freighter), maksimum berusia 30 tahun
d. Helikopter maksimum berusia 20 tahun
2. Pesawat udara yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia
a. Pesawat udara kategori transport untuk angkutan udara penumpang, maksimum berusia 35 tahun
b. Pesawat udara selain kategori transport untuk angkutan udara penumpang, maksimum berusia 45 tahun
c. Pesawat udara untuk angkutan udara khusus kargo (freighter), maksimum berusia 45 tahun
d. Helikopter maksimum 45 tahun
4 Perizinan di Bidang Navigasi Penerbangan dan Publikasi Informasi Aeronautika (Aeronautical Information
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 99 Tahun 2016 tentang Perizinan di Bidang Navigasi Penerbangan dan
• Perizinan di bidang navigasi penerbangan dengan menggunakan sistem berbasis Internet (Online System) yang terdiri dari: a. Alokasi kode
BAB III - 114 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO. PERATURAN MENTERI PENETAPAN KETERANGAN
Publication) Indonesia dengan Menggunakan Sistem Berbasis Internet (Online System)
Publikasi Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication) Indonesia dengan Menggunakan Sistem Berbasis Internet (Online System)
Emergency Locator Transmitter (ELT) 406 MHz
b. Stasiun Radio Pesawat Udara dan Stasiun Radio Darat Penerbangan
• Publikasi Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia dengan menggunakan sistem berbasis Internet (Online System)
5 Standar Waktu Proses Pelayanan, Masa Berlaku Kewenangan dan Penerbitan Perizinan di Bidang Perhubungan Udara
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 610 Tahun 2016 tentang Standar Waktu Proses Pelayanan, Masa Berlaku Kewenangan dan Penerbitan Perizinan di Bidang Perhubungan Udara
1. Jumlah perizinan berdasarkan KP 17 Tahun 2015 sebanyak 99 perizinan, sedangkan pada KP 610 Tahun 2016 menjadi 97 perizinan.
2. Jenis perizinan yang dihapus adalah: a. Lisensi Navigator
Penerbangan (flight navigator license)
b. Pencatatan penjaminan pesawat udara.
Standar Waktu Proses Pelayanan: Perizinan oleh Menteri
Perhubungan: 14 hari kerja; Perizinan oleh Direktur
Jenderal: 3-7 hari kerja; Perizinan oleh Direktur: 2-3
hari kerja. 6 Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 153 Tahun 2015 tentang Pengamanan Kargo dan Pos
Sudah dicabut di dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Tahun 2017
Dalam hal di bandar udara belum ada regulated agentdan/atau Known Consignor, Badan Usaha Angkutan Udara dan Perusahaan Angkutan Udara Asing dapat bekerjasama dan mendelegasikan langkah-langkah keamanan kargo dan pos kepada unit penyelenggara bandar udara, badan usaha bandar udara, atau pengelola terminal kargo.
BAB III - 115 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO. PERATURAN MENTERI PENETAPAN KETERANGAN
a. Regulated agent bertanggung jawab terhadap kargo dan pos sejak diterima sampai dengan diserahkan kepada badan usaha angkutan udara atau perusahaan angkutan udara asing.
b. Known consignor bertanggung jawab terhadap kargo dan pos sejak bahan baku diterima, proses produksi dan pengemasan sampai dengan kargo diserahkan kepada badan usaha angkutan udara atau perusahaan angkutan udara asing.
Aturan lama: Persyaratan modal disetor pada Regulated Agent sekurang-kurangnya Rp. 25.000.000.000,- (Dua puluh lima miliar rupiah) . Dalam aturan baru: Tidak mensyaratkan besaran modal disetor. Aturan lama: Persyaratan modal disetor pada pengirim pabrikan (Known Consignor) sekurang-kurangnya Rp. 25.000.000.000,- (Dua puluh lima miliar rupiah). Dalam aturan baru: Tidak mensyaratkan besaran modal disetor.
7 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara
Persyaratan permodalan sudah dicabut dalam perubahan terakhir (perubahan kesepuluh) PM 45 Tahun 2017 KM 25 Tahun 2008 KM 25 Tahun 2008 dan perubahannya akan disempurnakan dan dijadikan
Konsep baru Tidak menyebutkan jumlah besaran modalnya .
BAB III - 116 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO. PERATURAN MENTERI PENETAPAN KETERANGAN
dalam 1 (satu) peraturan baru termasuk ketentuan terkait permodalannya dengan dilakukan pembahasan dengan seluruh stakehoder terkait
Capaian kinerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun 2017 ini
adalah sebesar 78% atau setara dengan 7 (tujuh) peraturan dengan capaian
kinerja di tahun 2017 adalah 100% sudah mencapai target yang ditetapkan di
tahun 2017.
Capaian Ditjen Perhubungan Udara tersebut merupakan hasil kerja keras Ditjen
Perhubungan Udara melalui langkah-langkah strategis sebagai berikut:
1) Melakukan pemangkasan waktu/ proses perizinan melalui penyederhanaan
Standard Operating Procedure (SOP)
2) Memangkas jalur birokrasi yang rumit menjadi lebih sederhana dengan cara
mengoptimalkan PIC (Person In Charge) yang terlibat dalam dokumen SOP.
3) Melakukan peningkatan dan perbaikan pelayanan publik (perizinan) melalui
system perizinan secara online dan terintegrasi.
4) Melakukan penghapusan peraturan peraturan yang menghambat investasi
terkait Jasa Kebandarudaraan.
Selain itu Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan menumbuhkan minat dunia usaha untuk menanamkan investasi di Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga melakukan Simplifikasi Peraturan Perundang–undangan yang dianggap memberikan beban ekonomi bagi masyarakat dan pelaku usaha serta penyederhanaan birokrasi perizinan. Simplifikasi peraturan perundang-undangan juga dimaksudkan untuk menghapus overlapping peraturan perundang-undangan namun di tahun 2017 ini proses simplifikasi masih dalam proses atau dalam tahap perencanaan.
BAB III - 117 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
g. Sasaran “Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional” Sasaran ini memiliki 2 indikator utama yang sangat menentukan keberhasilan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam mencapai keberhasilan yang antara
lain adalah :
1. Indikator “Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi
penerbangan yang bersertifikat”
Indikator kinerja ini merupakan indikator baru yang ada di tahun 2017 karena
adanya review Rencana strategis Ditjen Perhubungan Udara sesuai dengan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 873 Tahun 2017. Tahun 2017 ini
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah menetapkan target dalam Rencana
Strategis sebesar 3.551 jabatan fungsional teknisi penerbangan dalam ruang
lingkup transportasi udara yang harus tersedia di akhir tahun 2019.
Sesuai dengan PM 64 Tahun 2011 tentang Kriteria, Tugas, dan Wewenang
Teknisi Penerbangan dan SKEP 304/V/2011 tentang Petunjuk dan Tata Cara
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-11, maka personil/teknisis
penerbangan yang diwajibkan untuk memiliki lisensi antara lain adalah personil
penerbangan yang merupakan aparatur pemerintah maupun non aparatur
pemerintah yang terdiri dari :
- Teknisi Penerbangan Keamanan Penerbangan
- Personil Aviation Security
- Personil PKP-PK
- Personil Dangerous Goods
- Petugas Salvage
- Pemandu Lalu Lintas Penerbangan
- Petugas Pelayanan Informasi Aeronautika
- Petugas Pemandu Komunikasi Penerbangan
- Teknisi Komunikasi Penerbangan, Radio Navigasi, dan Pengamatan
Penerbangan
- Teknisi Kalibrasi Penerbangan
- Perancang Prosedur Navigasi Penerbangan
- Teknisi Perawatan Pesawat Udara
- Pilot
- Flight Operation Officer
- Cabin Crew
BAB III - 118 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
- Personil Teknik Bandar udara
- Personil Teknik Listrik Bandar Udara
- Personil Ground Support Equipment Bandar Udara
- Personil Marshaller Bandar Udara
- Personil Garbarata Bandar Udara
- Helichopter Landing Officer
- Personil Mekanikal
- Personil Movement Appron Control dan
- Personil Elektronika Bandara
Jumlah total fungsional personil teknisi penerbangan yang telah memiliki lisensi
pada tahun 2017 adalah sebanyak 1183 orang yang setara dengan persentase
pemenuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan sebesar 33,31%, sehingga
tercapai capaian kinerja tahun 2017 adalah sebesar 90,23% dari target yang
ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara sebesar 36,92% atau setara dengan jumlah
jabatan fungsional teknisi penerbangan sebanyak 1311 orang. Nilai ini belum
mencapai target yang ditetapkan dalam Renstra dengan nilai deviasi sebesar
15,94% atau setara dengan 566 personel penerbangan yang harus ditambahkan
pada target renstra di tahun - tahun berikutnya agar akumulasi capaian di akhir
tahun anggaran dapat tercapai.
Pengurangan jabatan fungsional penerbangan di lingkungan transportasi udara ini
lebih disebabkan karena adanya optimalisasi yang dilakukan Ditjen Perhubungan
Udara melalui :
1) Perencanaan SDM sudah ditargetkan untuk 5 (lima) tahun dengan
memperhatikan beban kerja di semua unit kerja di lingkungan Ditjen
Perhubungan Udara (Mapping Kebutuhan SDM).
2) Diterbitkannya PM 59 Tahun 2017 Tentang Kriteria, Tugas dan Wewenang
Inspektur Penerbangan dan PM 118 tahun 2017 tentang Inspector Training
System (ITS) bagi Inspektur Penerbangan di lingkungan Ditjen Perhubungan
Udara yang mengatur peningkatan kompetensi dari inspektur serta program
pelatihan, OJT yang harus diikuti, pengembangan dan penyempurnaan SOP
sehingga dicapai Quality Assurance.
3) Adanya pentahapan terkait pemenuhan fungsional teknisi penerbangan
dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara dengan membagi beban jumlah
kebutuhan kedalam mekanisme penganggaran RAPBN guna tercapainya
target Renstra di tahun 2019.
BAB III - 119 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Selain adanya optimalisasi yang dilakukan Ditjen Perhubungan Udara ada
beberapa kendala yang dihadapi terkait indikator “Jumlah personil penerbangan
yang memiliki lisensi” antara lain :
1) Keterbatasan anggaran untuk penyediaan perangkat-perangkat penunjang
untuk melakukan pemrosesan lisensi maupun sertifikasi.
2) Kurangnya staf administrasi dengan kualifikasi yang sesuai, hal ini juga terkait
moratorium yang merupakan kebijakan Kementerian PAN dan RB untuk tidak
melakukan penerimaan CPNS pada Tahun anggaran 2017.
3) Kualifikasi dan pemahaman staf administrasi lisensi dalam pelaksanaan
tugasnya tidak sama, mengingat untuk staf administrasi terkait pengurusan
lisensi personil penerbangan memiliki standar kompetensi yang telah
dibakukan oleh standar internasional yakni kompetensi untuk staf PEL
(Personil Lisensi). Untuk setiap staf PEL harus mengimplementasikan
regulasi CASR khususnya Part 61 dan 63 terkait pilot dan personil penunjang
operasi penerbangan lainnya (FA, FOO, FN, AMEL).
4) Koordinasi antara inspektur dengan staf administrasi lisensi terutama
terhadap pemrosesan lisensi masih belum berjalan dengan optimal
dikarenakan beban kerja inspektur dengan kompetensi penerbang yang
sangat besar sementara jumlah inspektur sangat terbatas.
5) Proses recruitment dan pemenuhan kompetensi membutuhkan waktu dan
tidak dapat dilakukan secara sekaligus dalam tahun yang sama hal ini terkait
dengan rancangan/kerangka pengganggaran serta keterbatasan instruktur
yang memenuhi kompetensi sehingga pemenuhan kebutuhan jumlah SDM
fungsional teknisi penerbangan dilakukan secara bertahap setiap tahunnya
guna memenuhi target Renstra di tahun 2019
6) Adanya kebijakan dari pemerintah (Kementerian PAN dan RB) di tahun 2015
s.d 2016 terdapat moratorium penerimaan CPNS sehingga target di tahun
2017 masih belum tercapai sementara kebutuhan akan teknisi penerbangan
terus bertambah seiring dengan pertambahan jumlah pesawat udara.
2. Indikator “Jumlah Inspektur Penerbangan”
Pada tahun 2017 target yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara pada indikator
ini sebesar 781 orang inspektur penerbangan. Capaian kinerja Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara sampai dengan akhir tahun anggaran 2017 untuk indikator
kinerja ini adalah sebanyak 833 orang atau setara dengan rasio pemenuhan
BAB III - 120 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
inspektur penerbangan sebesar 0,69 sementara dibandingkan dengan target rasio
sebesar 0,65 mencapai dicapai capaian kinerja indikator ini di tahun 2017 adalah
sebesar 107,07%. Disampaikan bahwa target kebutuhan Inspektur penerbangan
sampai dengan tahun 2019 adalah sebanyak 1.201 orang sehingga di tahun 2020
harus terpenuhi jumlah inspektur penerbangan sebanyak 1786 orang.
Nilai capaian kinerja tersebut menunjukkan bahwa Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara sudah dapat memenuhi target yang ditetapkan dalam
Renstra Ditjen Perhubungan Udara bahkan melampui dari target yang ditetapkan
dengan kelebihan jumlah Inspektur di tahun 2017 sebanyak 52 orang.
Setiap keberhasilan yang dicapai Ditjen Perhubungan Udara tentunya tidak lepas
dari ditemukannya kendala-kendala yang di hadapi setiap tahun antaralain adalah
adanya program promosi jabatan, mutasi dan pensiun/ berhenti atau
diberhentikan yang mengharuskan adanya pelepasan jabatan inspektur
penerbangan yang telah melekat. Selain itu proposal permohonan pegawai baru
CPNS yang akan diproyeksikan menjadi inspektur penerbangan belum dapat
secara maksimal mendapatkan persetujuan, ditambah lagi dengan adanya
kebijakan moratorium dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi di tahun 2015 - 2016 sehingga menyebabkan sulitnya
mendapatkan sumberdaya manusia yang dapat dididik menjadi inspektur
penerbangan.
Masalah lainnya yang timbul adalah adanya peningkatan yang cepat jumlah
pesawat udara, bandar udara maupun peralatan navigasi yang beroperasi di
Indonesia. Hal ini berdampak pada tidak sesuainya rasio jumlah Inspektur
Penerbangan dengan beban kerja yang harus diselesaikan, ini bias terlihat dari
rata-rata pertumbuhan armada pesawat udara sampai dengan tahun 2017 adalah
16,78%, sehingga diperlukan strategi khusus untuk mengatasi hal tersebut melalui
peningkatan kualitas SDM Inspektur Penerbangan dilingkungan Ditjen
Perhubungan Udara dengan cara sebagai berikut:
1) Melakukan penambahan jumlah inspektur penerbangan dengan cara
merekrut inspektur perbantuan berstatus penerbang dan teknisi untuk
dipekerjakan secara kontrak dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
regulator.
2) Melakukan pelatihan dan diklat Inspektur Penerbangan dalam dan luar
negeri. Salah satu strategi yang dijalankan dalam upaya peningkatan
BAB III - 121 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
kompetensi inspektur ini melalui ITS (Inspektur Trainning System) yang
mengadopsi aturan peningkatan kompetensi dari ICAO.
3) Peningkatan dan pembenahan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
inspektur penerbangan.
4) Memberikan afirmasi positif terkait pengalokasian anggaran APBN setiap
tahunnya khusunya yang terkait dengan diklat kompetensi Inspektur
penerbangan
h. Sasaran “Terwujudnya good governance dan clean government di Ditjen Perhubungan Udara; Sasaran ini dicapai melalui 3 (tiga) indikator kinerja di bawah ini :
1. Indikator “Nilai AKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara”
Target nilai AKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada Tahun 2017
adalah 90,75. Angka target dimaksud merupakan target minimum yang harus di
capai pada tiap tahunnya sehingga pada akhir periode perencanaan di tahun
2019 nilai AKIP DJU diharapkan sebesar tidak kurang dari angka 90,75.
Realisasi nilai AKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 didapat
berdasarkan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Unit Kerja
Eselon I di lingkungan Kementerian Perhubungan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Perhubungan, LAKIP Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
memperoleh nilai 84,75 atau setara dengan capaian kinerja sebesar 93,39 % dari
target yang ditetapkan. Nilai tersebut merupakan akumulasi penilaian terhadap
seluruh komponen manejemen kinerja yang dievaluasi dengan rincian sebagai
berikut :
• Perencanaan Kinerja memiliki bobot 30% dalam penilaian evaluasi LAKIP,
nilai untuk perencanaan kinerja adalah 27,43%
• Pengukuran Kinerja memiliki bobot 25% dalam penilaian evaluasi LAKIP,
nilai untuk pengukuran kinerja adalah 20,42%;
• Pelaporan kinerja memiliki bobot 15% dalam penilaian Evaluasi LAKIP,
nilai untuk pelaporan kinerja adalah 14,72%;
• Evaluasi Internal memilii bobot 10% dalam penilaian Evaluasi LAKIP, nilai
untuk evaluasi kinerja adalah 10%;
• Pencapaian kinerja memilii bobot 20% dalam penilaian Evaluasi LAKIP, nilai
untuk capaian kinerja adalah 12,19%;
BAB III - 122 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Adapun hal - hal yang perlu ditindaklanjuti dalam rangka perbaikan kinerja yang
akan datang sebagaimana yang direkomendasikan oleh Inspektorat Jenderal
adalah melakukan perbaikan sebagiamana terdapat dalam Lembar Kerja Evaluasi
(LKE) sebagai berikut :
• Perbaikan pada kriteria “Perencanan Kinerja”
• Perbaikan pada kriteria “Pengukuran Kinerja”
• Perbaikan pada kriteria “Pelaporan Kinerja”
• Perbaikan pada kriteria “Pencapaian Sasaran”
Dalam upaya pencapaian target nilai AKIP Eselon I Ditjen Perhubungan Udara,
setiap tahunnya Ditjen Perhubungan Udara senantiasa melakukan perbaikan-
perbaikan khususnya terkait dengan temuan-temuan hasil evaluasi Inspektorat
Jenderal sehingga diharapkan selalu mengalami peningkatan nilai pada setiap
tahunnya. Terkait dengan tingkat akurasi perhitungan dan data Ditjen
Perhubungan Udara juga selalu berkoordinasi bersama Direktorat terkait, serta
selalu melakukan klarifikasi data secara langsung maupun secara online melalui
aplikasi berbasis web yang selalu dapat di akses dan dikomunikasikan dengan
semua stakeholder terkait secara riil time. Adapun semua hal yang telah dilakukan
guna perbaikan nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara terdapat pula kendala yang
menyebabkan penurunan penilaian AKIP DJU antara lain adalah :
1) Belum adanya Juklak yang jelas dan peraturan yang mengatur terkait
mekanisme penilaian SAKIP dilingkungan Ditjen Perhubungan Udara
sehingga kemungkinan nilai subjektif terhadap penilaian masih cukup besar.
2) Adanya perbedaan interpretasi terkait Lembar Kerja Evaluasi yang
menyebabkan perbedaan penilaian dari masing-masing individu.
2. Indikator “Tingkat penyerapan anggaran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.”
Pada tahun 2017 capaian realisasi anggaran Ditjen Perhubungan Udara adalah
Rp. 7.764.039.427.000 atau sebesar 87,81% dengan realisasi fisik sebesar
87,81% dari pagu total sebesar Rp. 8,824,192,335,000,-, Capaian kinerja
pelaksanaan anggaran ini sudah mencapai target yang ditetapkan Dalam
Perjanjian Kinerja maupun Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara tahun
2015 – 2019 dengan target di atas 87% dengan deviasi sebesar 0,81% yang
setara dengan nilai rupiah sebesar Rp.71.475.957.914,- atau dengan kata lain
capaian kinerja Ditjen Perhubungan Udara dalam penyerapan anggaran adalah
sebesar 100,93% dibandingkan dengan target yang tetapkan sehingga
BAB III - 123 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
diharapkan di tahun 2019 capaian kinerja dapat dipertahankan bahkan melampaui
target di atas 89%.
Beberapa hambatan dalam pelaksanaan anggaran ini dikarenakan hal - hal
sebagai berikut :
a) Adanya kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan akibat kurangnya data
dukung terkait dokumen lingkungan hidup dan penyelesaian RTT maupun
Master Plan yang penyelesaiannya membutuhkan waktu.
b) Masih banyaknya permasalahan tanah di lokasi bandar udara khususnya
Wilayah timur Indonesia.
c) Kurangnya sumber daya manusia di daerah terkait ketersediaan personil
pengadaan barang dan jasa pemerintah sehingga proses pelelangan
mengalami keterlambatan.
d) Proses revisi DIPA pada Tahun 2017 terkait penghematan/ pemanfaatan dan
realokasi anggaran yang terjadi pada triwulan ketiga dan keempat Tahun
2017 sehingga menghambat proses pelelangan dan mulainya pekerjaan.
e) Blokir anggaran pada pekerjaan fisik strategis akibat belum lengkapnya data
dukung terkait dokumen kelengkapan teknis yang persiapannya
membutuhkan waktu lama.
f) Proses pelelangan tidak dilakukan secara multiyears untuk pekerjaan
pekerjaan yang penyelesaiannya melewati 1 tahun anggaran sehingga
adanya proses berulang terkait pegadaan barang dan jasa pemerintah setiap
tahunnya yang memakan waktu pelaksanaan kegiatan.
g) Adanya permasalahan daerah lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan khususnya Bandar Udara Enclave Sipil.
Dalam mengatasi permasalahan - permasalah tersebut, pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah melakukan tindakan tindakan
preventif sebagi berikut:
a) Sebelum melaksanakan lelang barang dan jasa diwajibkan untuk menyusun
Rencana Umum Pengadaan pada system LPSE.
b) Mewajibkan setiap proses pengadaan barang dan jasa dilakukan secara
elektronik melalui system pengadaan elektronik LPSE, sehingga lamanya
waktu proses kontrak untuk pekerjaan belanja modal dapat dipersingkat.
c) Diarahkan pada mekanisme pelelangan sederhana untuk mempercepat
proses lelang dan percepatan pelaksanaan pekerjaan.
BAB III - 124 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
d) Adanya mekanisme punishment yang diterapkan kepada satuan kerja untuk
dilakukan blokir bahkan tidak diperkenankan adanya approval anggaran
belanja jika tidak dilengkapi data dukung secara lengkap dan satuan kerja
wajib membuat Surat Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM) untuk
menyelesaikan pekerjaan pada tahun anggaran berjalan.
e) Untuk pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan melebihi satu tahun anggaran
diarahkan untuk dilakukan kontrak Multiyears.
f) Terkait proyek strategis dikeluarkannya peraturan percepatan pelaksanaan
anggaran melalui Program Strategis Nasional Sesuai dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor: 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
3. Indikator “Nilai aset Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang berhasil
diinventarisasi”
Pada tahun 2017 target yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara dalam
pencatatan aset Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah sebesar
Rp. 70.458.269.706.813,-
Angka tersebut merupakan target yang harus di capai pada tiap tahunnya dengan
kenaikan sebesar 10%. Sehingga pada akhir periode perencanaan di tahun 2019
terdapat aset sebesar Rp. 85.233.198.719.662,-
Pada Tahun 2017 ini Ditjen Perhubungan Udara telah melakukan pencatatan aset
Rp. Rp.137.561.504.059.866 atau 195,24 % yang terdiri atas
137.555.294.754.910,- sebagai aset reguler ditambah nilai aset di bawah
minimum kapitalisasi sebesar Rp.6.209.304.956 dengan capaian keberhasilan
sebesar dengan capaian kinerja sebesar 244,05% dari target yang ditetapkan
Ditjen Udara sebesar 80%.
Capaian keberhasilan tersebut tidak lepas dari usaha pemerintah dalam
mewujudkan pencatatan asset yang bersih dan akurat melalui hal hal sebagai
berikut :
a) Terus melakukan pengembangan System Pencatatan Aset berbasis
computerize melalui aplikasi komputer SIMAK BMN dan SAIBA..
b) Terus melakukan sosialisasi dan mengadakan pendidikan serta latihan
(Diklat) bersama Kementerian Keuangan setiap tahun secara progresif setiap
BAB III - 125 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
adanya pengembangan dan perbaikan System Pencatatan Aset SIMAK BMN
di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara.
c) Melakukan proses percepatan Berita Acara Serah Terima Operasional
(BASTO) setiap tahun anggaran bersama dengan direktorat terkait guna
memenuhi persyaratan teknis maupun administrasi dengan melakukan
inventarisasi bersama ke daerah/ UPBU di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara.
d) Mempersyaratkan penyelesaian Serah Terima Operasional (BASTO) pada
saat penyusunan anggaran tahun berikutnya.
BAB III - 126 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Pagu akhir Ditjen Perhubungan Udara sebesar Rp 9.555.530.015.000,-dengan rincian
perjenis belanja sebagai berikut :
− Belanja Pegawai : Rp 742.099.978.000,-
− Belanja Barang : Rp 2.343.096.541.000,-
− Belanja Modal : Rp. 6.470.333.496.000,-
Penyerapan anggaran Tahun 2016 sebesar Rp.8.229.039.427.000 atau 86,12 %
dengan rincian perbelanja sebagai berikut :
− Belanja Pegawai : Rp. 663.229.147.000,-
− Belanja Barang : Rp. 1.824.645.792.000,-
− Belanja Modal : Rp. 5.741.164.488.000,-
Berdasarkan penyerapan anggaran Tahun 2016 dapat ditentukan tingkat penyerapan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dari rumus tersebut dapat diperoleh hasil penghitungan seperti yang ditampilkan pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.13. Tingkat Penyerapan Anggaran Tahun 2016 perbulan
No BULAN RPD RPD KUMULATIF REALISASI ANGGARAN
TK (Tingkat Penyera
pan)
1 Januari 85.577.428.576 85,577,428,576 105,078,423,779 122.79%
2 Februari 235.108.895.176 320,686,323,752 353,561,938,984 110.25%
3 Maret 349.203.069.158 669,889,392,910 663,911,930,599 99.11% 4 April 412.456.758.843 1,082,346,151,753 1,060,117,611,067 97.95% 5 Mei 490.183.477.586 1,572,529,629,339 1,551,624,544,702 98.67% 6 Juni 549.736.267.578 2,122,265,896,917 2,091,549,853,081 98.55% 7 Juli 747.519.408.822 2,869,785,305,739 2,562,754,958,128 89.30% 8 Agustus 836.142.288.854 3,705,927,594,593 3,139,569,108,778 84.72%
9 September 979.721.364.421 4,685,648,959,014 3,752,615,646,651 80.09%
5. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
BAB III - 127 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No BULAN RPD RPD KUMULATIF REALISASI ANGGARAN
TK (Tingkat Penyera
pan) 10 Oktober 933.354.847.964 5,619,003,806,978 4,592,771,708,198 81.74% 11 November 1.159.826.960.136 6,778,830,767,114 5,765,245,169,126 85.05% 12 Desember 2.060.065.264.645 8,824,192,335,000 7,764,568,235,437 87.99%
Dari pengalokasian anggaran dan penyerapan tersebut dapat diukur konsistensi
antara perencaaan dan implementasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n
xjRPDbulanke
RAbulankej
K
n
ii
j
i
j∑∑∑
==
=
=1
1
1 %100
Dari tabel dan rumus diatas pengjitungan pengukuran konsistensi sebagai berikut :
K =
K =
K = 94,68 % Jadi, nilai pengukuran konsistensi antara perencanaan dan implementasi selama tahun 2017 sebesar 94,68 %. Selain nilai pengukuran konsistensi, perlu di ketahui efisiensi dan nilai efisiensi
terhadap pemanfaatan sumber daya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n
xTVKkeiPAKkeiRVKkeiRAKkei
E
n
i∑=
−
= 1%100
//1
+= 50
20%50 xENE
BAB III - 128 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.14. Matriks Penghitungan Capaian Kinerja dalam rangka Penghitungan Efisiensi dan Nilai Efisiensi
SASARAN PROGRAM
IKU DITJEN HUBUD SATUAN TARGET REALIS
ASI Prosenta
se (%) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
RAK/RVK PAK/TVK A/B
(1-A/B) x 100%
Capaian A B
1
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1
Rasio konektivitas antar wilayah
Rasio 0.7 0.62 88.57%
1,597,341,259,000.00
1,487,582,659,175.00
2,399,326,8
69,637
2,281,916,08
4,286 1.0515 (5.15) 93.13%
2
Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2
Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
Rasio 3.43 1.22 164.43%
361,003,033,000.00
251,737,435,037.00
206,342,159
,866
105,248,697,
668 1.9605 (96.05) 69.73%
3
Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari 100.000 pergerakan)
Rasio 0.0000347 0.000028 119.31%
146,217,679
,000.00
69,138,717
,889.00
2,469,239,924,607,140
4,213,765,96
5,417,870 0.5860 0.41 47.28%
4 Rasio gangguan keamanan
Rasio 0.17 0.03 182.35%
28,163,830,000.00
21,314,579
,578.00
710,485,985
,933
165,669,588,
235 4.2886 (3.29) 75.68%
BAB III - 129 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
IKU DITJEN HUBUD SATUAN TARGET REALIS
ASI Prosenta
se (%) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
RAK/RVK PAK/TVK A/B
(1-A/B) x 100%
Capaian A B
pada pelayanan jasa transportasi udara
5
Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan navigasi penerbangan
Rasio 0.8 0.72 90.00%
105,869,766,000.00
25,873,518
,000.00
35,935,441,
667
132,337,207,
500 0.2715 72.85 24.44%
6
Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara
Rasio 1 0.82 82.00%
2,299,124,307.00
2,200,396,
857.00
2,683,410,8
01
2,299,124,30
7 1.1671 (16.71) 95.71%
3
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7
Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara
% 39.31 30.1 76.57%
1,572,924,645.00
1,518,138,
442.00
50,436,493
40,013,346 1.2605 (26.05) 96.52%
8
Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi udara
% 85 80.14 94.28%
13,919,415,000.00
13,299,385
,672.00
165,951,905
163,757,824 1.0134 (1.34) 95.55%
BAB III - 130 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
IKU DITJEN HUBUD SATUAN TARGET REALIS
ASI Prosenta
se (%) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
RAK/RVK PAK/TVK A/B
(1-A/B) x 100%
Capaian A B
9
Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara
% 83.25 80.93 97.21%
6,368,959,000.00
5,058,088,
900.00
62,499,554
76,504,012 0.8169 18.31 79.42%
10
Persentase kota/daerah yang terhubungi
% 90 91.82 102.02%
1,782,279,145.00
1,769,200,
140.00
19,268,135
19,803,102 0.9730 2.70 99.27%
4
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11
Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara
% 43.31 49.95 115.33%
361,003,033,000.00
251,737,435,037.00
5,039,788,4
89
8,335,327,47
6 0.6046 39.54 69.73%
12
Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara
% 70 72.73 103.90%
3,159,559,339.00
2,914,666,
626.00
40,075,163
45,136,562 0.8879 11.21 92.25%
5
Meningkatnya layanan transportasi udara di
13
Rasio layanan transportasi udara di
Rasio 3.35 2.5 0.00%
415,603,394,000.00
351,376,787,977.00
140,550,715
,191
124,060,714,
627 1.1329 (13.29) 84.55%
BAB III - 131 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
IKU DITJEN HUBUD SATUAN TARGET REALIS
ASI Prosenta
se (%) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
RAK/RVK PAK/TVK A/B
(1-A/B) x 100%
Capaian A B
daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
6
Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi Udara
14
Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
% 78 78 100.00%
3,926,394,150.00
3,747,846,
133.00
48,049,309
50,338,387 0.9545 4.55 95.45%
7
Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
15
Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat
% 36.92 33.31 90.22%
126,400,000.00
108,676,10
0.00
3,262,567
3,423,619 0.9530 4.70 85.98%
16
Rasio pemenuhan inspektur penerbangan
Rasio 0.65 0.69 106.15%
11,478,970,119.00
10,625,441
,720.00
15,399,190,
899
17,659,954,0
29 0.8720 12.80 92.56%
8 Terwujudnya good governance
17 Nilai AKIP Ditjen Perhubung
Nilai AKIP 90.75 84.75 93.39%
9,427,737,0
00.00
9,080,703,
945.00
107,146,949
103,886,909 1.0314 (3.14) 96.32%
BAB III - 132 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
IKU DITJEN HUBUD SATUAN TARGET REALIS
ASI Prosenta
se (%) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
RAK/RVK PAK/TVK A/B
(1-A/B) x 100%
Capaian A B
dan clean governance di Ditjen Perhubungan Udara
an Udara
18
Persentase penyerapan anggaran Ditjen Perhubungan Udara
% 87 87.81 100.93%
22,768,692,995.00
20,690,822
,573.00
235,631,734
261,709,115 0.9004 9.96 90.87%
19
Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
% 80 195.24 244.05%
1,820,033,333.00
1,790,185,
184.00
9,169,152
22,750,417 0.4030 0.60 98.36%
Berdasarkan tabel dan rumus diatas dapat diketahui Efisiensi (E) dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh alokasi anggaran berdasarkan perencanaan pada Tahun 2017 sebesar 12,61% dan Nilai Efisiensi (NE) sebesar 32,03 %
Jika nilai perbandingan nilai efisiensi tersebut dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2016 seperti yang ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 3.14. Nilai Efisiensi dari Tahun 2015 - 2017
Tahun Efisiensi (Eff) Nilai Efisiensi (NE) Keterangan
2015 22,82 % 107,05 % Menurun 19,58 %
2016 34,80 % 87,47 %
2017 12,61 % 32,03 % Menurun 55,44 %
Rata - rata 23,41 % 75,52 %
BAB III - 133 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.15. Matriks Capaian Kinerja Ditjen Perhubungan Udara yang Mendukung Capaian Kinerja Kementerian Perhubungan
SASARAN PROGRAM
IKU DITJEN HUBUD SATUAN TARGET REALIS
ASI Prosenta
se (%) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
RAK/RVK PAK/TVK A/B
(1-A/B) x 100%
Capaian A B
1
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1
Rasio konektivitas antar wilayah
Rasio 0.7 0.62 88.57%
1,597,341,259,000.00
1,487,582,659,175.00
2,399,326,8
69,637
2,281,916,08
4,286 1.0515 (5.15) 93.13%
2
Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2
Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
Rasio 3.43 1.22 164.43%
361,003,033,000.00
251,737,435,037.00
206,342,159
,866
105,248,697,
668 1.9605 (96.05) 69.73%
3
Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara
Rasio 0.17 0.03 182.35%
28,163,830,000.00
21,314,579
,578.00
710,485,985
,933
165,669,588,
235 4.2886 (3.29) 75.68%
3
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan
4
Persentase penurunan gas rumah kaca dari
% 39.31 30.1 76.57%
1,572,924,645.00
1,518,138,
442.00
50,436,493
40,013,346 1.2605 (26.05) 96.52%
BAB III - 134 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SASARAN PROGRAM
IKU DITJEN HUBUD SATUAN TARGET REALIS
ASI Prosenta
se (%) Pagu (Rp.) Realisasi (Rp.)
RAK/RVK PAK/TVK A/B
(1-A/B) x 100%
Capaian A B
prasarana transportasi udara
sektor transportasi udara
5
Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi udara
% 85 80.14 94.28%
13,919,415,000.00
13,299,385
,672.00
165,951,905
163,757,824 1.0134 (1.34) 95.55%
4
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
6
Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara
% 43.31 49.95 115.33%
361,003,033,000.00
251,737,435,037.00
5,039,788,4
89
8,335,327,47
6 0.6046 39.54 69.73%
7
Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara
% 70 72.73 103.90%
3,159,559,339.00
2,914,666,
626.00
40,075,163
45,136,562 0.8879 11.21 92.25%
5
Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
8
Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
Rasio 3.35 2.5 0.00%
415,603,394,000.00
351,376,787,977.00
140,550,715
,191
124,060,714,
627 1.1329 (13.29) 84.55%
BAB III - 135 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
B. Realisasi Anggaran
Pagu Anggaran Pagu awal DIPA TA. 2017 Ditjen Perhubungan Udara sebesar
8,907,662,692,000 dengan rincian perjenis belanja sebagai berikut :
− Belanja Pegawai : Rp 715.733.067.000,-
− Belanja Barang : Rp 2.511.084.710.000,-
− Belanja Modal : Rp. 7.081.021.825.000,-
Pagu Tahun Anggaran 2017 setelah Revisi DIPA menjadi
Rp.8,824,192,335,000
− Belanja Pegawai : Rp 803,988,366,000,-
− Belanja Barang : Rp 2,303,800,158,000,-
− Belanja Modal : Rp. 5,716,403,811,000,-
Pagu tersebut dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan program
yang ada dalam DIPA Tahun Anggaran 2017 dengan rincian sebagai berikut :
1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara sebesar Rp. 2,362,136,589.000,- ;
2. Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat
Udara sebesar Rp. 379,156,799.000,-;
3. Pengembangan Angkutan Udara Perintis sebesar Rp. 438,166,431.000,- ;
4. Pembangunan, Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara
sebesar Rp. 4,914,009,336.000,-;
5. Pembangunan, Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Navigasi
Penerbangan sebesar Rp. 255,001,029.000,-;
6. Pembangunan, Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan
Penerbangan sebesar Rp. 475,722,151.000,-.
Perkembangan pagu anggaran di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dari Tahun 2013 – 2017 dalam rangka pelaksanaan program pengelolaan
dan penyelenggaraan transportasi udara disajikan pada tabel dan grafik berikut
ini:
BAB III - 136 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.16. Matriks Perkembangan Pagu Anggaran DItjen Perhubungan Udara dari Tahun 2013 - 2017
Tahun Pagu Awal Pagu Akhir
2013 6,888,761,696,000 7,568,474,138,000
2014 8,575,671,143,000 7,505,786,101,000
2015 10,027,275,901,000 11,762,586,856,000
2016 10,307,839,602,000 9,555,530,015,000
2017 8,907,662,692,000 8,824,192,335,000
Grafik 3.47. Grafik Perkembangan Pagu Anggaran Ditjen Perhubungan Udara dari Tahun 2013-2017
Realisasi Daya Serap Realisasi penyerapan anggaran Tahun 2017 dengan pagu total
Rp. 8,824,192,335,000,- yang tersebar di 173 UPT/Satker Ditjen Perhubungan
Udara, sampai dengan posisi tanggal 31 Desember 2017 mencapai
Rp. 7,764,568,235,437 atau sebesar 87,41 % dengan realisasi fisik sebesar
88,87%. Realisasi daya serap dapat disajikan dengan membandingkan dengan
realisasi daya serap pada tahun 2013 – 2017 seperti pada tabel berikut ini :
BAB III - 137 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tabel 3.17. Matriks Realisasi dan Sisa Pagu Anggaran Ditjen Perhubungan Udara dari Tahun 2013-2017
Rupiah % Keu Rupiah % Keu2013 6,888,761,696,000 7,568,474,138,000 7,007,766,623,166 92.59% 97.37 560,707,514,834 7.41%2014 8,575,671,143,000 7,505,786,101,000 6,847,895,954,997 91.23% 95.76 657,890,146,003 8.77%2015 10,027,275,901,000 11,762,586,856,000 9,779,102,986,827 83.14% 87.69 1,983,483,869,173 16.86%2016 10,307,839,602,000 9,555,530,015,000 8,241,464,964,484 86.25% 89.71 1,314,065,050,516 13.75%2017 8,907,662,692,000 8,824,192,335,000 7,764,568,235,437 87.99% 88.87 1,059,624,099,563 12.01%
Sisa Yang Tidak TerealisasiPagu AwalTahun Pagu Akhir Realisasi Keuangan %Fisik
Dana Yang Tidak Dapat Terealisasi / Terserap a) Belanja Modal
Kegiatan yang tidak dilaksanakan sebesar Rp. 59,810,287,000,- dengan
rincian sebagai berikut : 1) BANDAR UDARA RADIN INTEN DI LAMPUNG
- Pekerjaan Konstruksi Perpanjangan (30 m x 180 m) dan Pelebaran
(7m x 1.220 m) Runway termasuk pengawasan Bandara Pekonserai
dengan pagu Rp.19,393,037,000 lelang gagal karena telah
dilakukan lelang 2x dan waktu pelaksanaan pekerjaan tidak
mencukupi.
2) BANDAR UDARA MUTIARA DI PALU
- Pengadaan dan Pemasangan X-RAY cargo TIP dengan pagu
Rp.1,216,000,000 akibat lelang gagal (tidak ada yang memasukan
penawaran) karena pagu kegiatan dibawah harga pekerjaan
3) BANDAR UDARA HALU OLEO – KENDARI
- Pengadaan dan pemasangan X-Ray Cargo TIP dengan pagu
Rp.945,350,000 akibat Sudah 2x Lelang namun gagal karena tidak
ada yang memasukkan penawaran
4) BANDAR UDARA PONGTIKU DI TANA TORAJA
- Pekerjaan Pipe Culvert dengan pagu Rp.35,000,000,000 akibat
lelang gagal karena telah dilakukan lelang 2x dan waktu
pelaksanaan pekerjaan tidak mencukupi.
5) BANDAR UDARA BATOM
- Pemenuhan standar pagar pengaman bandar udara dengan pagu
Rp. 2,685,900,000 akibat Gagal Lelang
6) BANDAR UDARA PASIR PANGARAYAN – RIAU
BAB III - 138 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
- Lanjutan penyusunan studi Dokumen Lingkungan Hidup (AMDAL)
dengan pagu Rp.570,000,000 akibat tidak dapat dilanjutkan ke
proses lelang (direalisasikan) terkait belum adanya pengesahan atas
ijin RTRW Propinsi Riau.
Sisa Kontrak yang merupakan selisih antara nilai pagu dengan nilai
kontrak kegiatan kontraktual belanja modal sebesar Rp. 230,390,165,759,-
Tanda Bintang Untuk Kegiatan Belanja Modal Sebesar
Rp.149,339,925,000,-
BLU sebesar Rp. 30,323,648,768
Cut Off sebesar Rp. 51,929,535,021
b) Belanja Barang Kegiatan yang tidak dilaksanakan sebesar Rp.5,579,811,000,- dengan
rincian sebagai berikut : 1) BANDAR UDARA MELONGUANE DI SANGIR TALAUD
- Subsidi angkutan udara perintis dengan pagu Rp. 4,579,813,000
akibat belum dapat dilelang karena telah ada penerbangan komersil,
namun tidak menutup kemungkinan akan dilelang jika penerbangan
komersil sudah tidak melayani lagi
2) BANDAR UDARA WAMENA DI WAMENA
- Subsidi Angkutan BBM Cargo Perintis dengan pagu Rp.999,998,000
tidak dilaksanakan dikarenakan harga per drum terlalu murah.
Sisa Kontrak yang merupakan selisih antara nilai pagu dengan nilai
kontrak kegiatan kontraktual seperti kegiatan subsidi angkutan udara
perintis dan lain – lain sebesar Rp.33,512,079,334,-.
Tanda Bintang untuk kegiatan belanja modal sebesar
Rp.141,304,505,000,-
BLU sebesar Rp. 56,315,347,713,-
Transito / Sisa dana sebesar Rp. 165,835,976,269 ,-
c) Belanja Pegawai Sisa Belanja Pegawai Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2016 sebesar
Rp 135,282,818,699,-, yang merupakan sisa gaji / transito dan tunjangan
lainnya.
BAB IV - 1 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Capaian kinerja rata-rata Ditjen Perhubungan Udara pada tahun 2017 sebesar
104,74%. Dari 8 (Delapan) sasaran yang ditargetkan dalam Laporan Kinerja Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017, terdapat 4 (empat) sasaran dengan rata -
rata nilai capaian kinerja diatas 100% dan 4 (empat) sasaran memiliki rata-rata nilai
capaian kinerja dibawah 100% yakni :
1. Sasaran I : Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional dengan persentase rata-rata capaiannya sebesar 88,57 %, nilai ini dikontribusi oleh 1 indikator pembentuk yang tidak mencapai target yang
ditetapkan disebabkan karena belum direvisinya KM 69 Tahun 2013 tentang
Tatanan Kebandarudaraan Nasional, alasan lain penyebab tidak meningkatnya
realisasi rasio konektifitas antar wilayah ini adalah karena mekanisme perhitungan
masih menggunakan luas wilayah total Negara Kesatuan Republik Indonesia
sementara area pelayanan Bandar Udara ditempatkan pada lokasi lokasi yang
berpenduduk sehingga dengan kata lain nilai rasio 0,62 sebenarnya sudah
mengcover seluruh wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia, sementara
Capaian 100%
BAB IV - 2 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
deviasai sebesar 0,38 adalah wilayah NKRI yang tidak ditempati penduduk dan
sebagian besar merupakan perairan Nasional.
2. Sasaran III : Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara dengan rata rata capaian kinerja sasaran sebesar 92,52 %,
indikator ini dibentuk oleh 4 (empat) indikator kinerja dimana terdapat 1 (satu)
indikator kinerja mencapai target yang ditetapkan dan 3 (tiga) indikator yang tidak
mencapai target yang ditetapkan dengan rincian sebagi berikut :
1) Indikator “Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi
udara” tidak mencapai target karena :
a. Belum banyaknya teknologi pesawat yang menggunakan bahan bakar
biofuel dan biodiesel di tahun 2017, sehingga hanya sedikit memberikan
kontribusi dalam penurunan emisi gas CO2
b. Masih sedikitnya Bandar Udara yang mengaplikasikan penggunaan
renewable Energi (energy terbaharukan) khususnya dalam penggunaan
Solar Cel dan Hybride Energi sebagai sumber energy untuk Operasional
Bandar Udara
c. Investasi penggunaan Energi Terbaharukan masih relative mahal
dibandingkan dengan penggunaan Bahan Bakar Konvensional
d. Peremajaan pesawat Udara bukan merupakan tugas dan fungsi secara
langsung Ditjen Perhubungan Udara sehingga terkait perhitungan jumlah
penurunan Emisi gas buang masih dilakukan institusi lain dan masih
sulitnya untuk mendapatkan data secara cepat dan tepat.
e. Perhitungan penurunan Emisi Gas CO2 masih menggunakan data asumsi,
belum ada pembanding berdasarkan perhitungan real di lapangan sehingga
tingkat kebenarannya masih perlu penelitianh lebih lanjut.
2) Indikator “Persentase capaian On Time Performance (OTP) sektor transportasi
udara”
Pada tahun 2017 dicapai persentase nilai On time Perfirmance sebesar 80,14%
atau setara dengan capaian kinerja sebesar 94,28% dari target yang ditetapkan
sebesar 85% dikarenakan adanya Keterlambatan dan Pembatalan
Penerbangan Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal Perioda Januari
– November Tahun 2017 dari 14 (empat belas) Badan Usaha Angkutan Udara
BAB IV - 3 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Niaga Berjadwal sebanyak 828.031 (delapan ratus dua puluh delapan ribu tiga
puluh satu) penerbangan
3) Indikator Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis
online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara
Capaian Kinerja terkait indicator ini di tahun 2017 mencapai nilai kepuasan
pelanggan sebesar 80,93% atau setara dengan capaian kinerja sebesar
97,21% (80,93/83,25) dari target yang ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara
Sebesar sebesar 83,25% masih belum memenuhi target yang ditetapkan
dengan dengan deviasi sebesar 2,32%.
Adapun kendala yang dihadapi terkait tidak tercapainya capaian kinerja
indicator ini adalah :
1) Mekanisme perhitungan terhadap survey kepuasan pengguna jasa saat ini
pada 2017 hanya diwakili oleh beberapa pengguna jasa dari setiap operator
penerbangan (bukan end user) yang di tugaskan dengan Surat Penugasan
untuk mengelola proses layanan jasa online yang ada.
2) Saat ini belum semua pelayanan Jasa Bandar Udara dapat dilakukan
secara Online karena proses penyusunan aplikasi online yang handal
membutuhkan waktu dan biaya yang besar untuk itu prosesnya dilakukan
secara bertahap.
3. Sasaran V : Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil dengan rata rata capaian kinerja
sasaran sebesar 74,63 % yang dibentuk oleh 1 (satu) indikator kinerja yaitu
Rasio layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar
dan terpencil dengan capaian sebesar 2.50 atau 74,63% dari target yang
ditetapkan sebesar 3,35. Tidak tercapainya target dikarenakan nilai rasio
merupakan perbandingan jumlah rute yang melayani terhadap rute yang
ditetapkan merupakan rute komersil dan perintis. Sedangkan pada tahun 2017
rute perintis yang terlayani hanya 152 rute dari 188 rute yang tercantum dalam
KP 068 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Keputusan Dirjen Perhubungan
Udara Nomor KP. 353 Tahun 2016 tentang Rute dan Penyelenggara Subsidi
Angkutan Udara Perintis untuk Penumpang serta Penyelenggara dan lokasi
Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pesawat Udara Tahun Anggaran
2017.
BAB IV - 4 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
4. Sasaran VII : Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional dengan rata rata capaian kinerja sasaran sebesar 98,65 %,
indikator ini dibentuk oleh 2 (dua) indikator kinerja dimana terdapat 1 (satu)
indikator kinerja mencapai target yang ditetapkan dan 1 (satu) indikator yang tidak
mencapai target yang ditetapkan dengan rincian sebagi berikut :
1) Indikator “Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi
penerbangan yang bersertifikat”
Jumlah total fungsional personil teknisi penerbangan yang telah memiliki lisensi
pada tahun 2017 adalah sebanyak 1183 orang yang setara dengan persentase
pemenuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan sebesar 33,31%, sehingga
tercapai capaian kinerja tahun 2017 adalah sebesar 90,23% dari target yang
ditetapkan Ditjen Perhubungan Udara sebesar 36,92% atau setara dengan
jumlah jabatan fungsional teknisi penerbangan sebanyak 1311 orang. Tidak
tercapainya target dikarenakan :
1) Pengurangan jabatan fungsional penerbangan di lingkungan transportasi
udara ini lebih disebabkan karena adanya optimalisasi yang dilakukan
Ditjen Perhubungan Udara
2) Keterbatasan anggaran untuk penyediaan perangkat perangkat penunjang
untuk melakukan pemrosesan lisensi maupun sertifikasi.
3) Kurangnya staf administrasi dengan kualifikasi yang sesuai, hal ini juga
terkait moratorium yang merupakan kebijakan Kementerian PAN dan RB
untuk tidak melakukan penerimaan CPNS pada Tahun anggaran 2017.
4) Kualifikasi dan pemahaman staf administrasi lisensi dalam pelaksanaan
tugasnya tidak sama, mengingat untuk staf administrasi terkait pengurusan
lisensi personil penerbangan memiliki standar kompetensi yang telah
dibakukan oleh standar internasional yakni kompetensi untuk staf PEL
(Personil Lisensi). Untuk setiap staf PEL harus mengimplementasikan
regulasi CASR khususnya Part 61 dan 63 terkait pilot dan personil
penunjang operasi penerbangan lainnya (FA, FOO, FN, AMEL).
5) Koordinasi antara inspektur dengan staf administrasi lisensi terutama
terhadap pemrosesan lisensi masih belum berjalan dengan optimal
dikarenakan beban kerja inspektur dengan kompetensi penerbang yang
sangat besar sementara jumlah inspektur sangat terbatas.
BAB IV - 5 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
6) Proses recruitment dan pemenuhan kompetensi membutuhkan waktu dan
tidak dapat dilakukan secara sekaligus dalam tahun yang sama hal ini
terkait dengan rancangan/kerangka pengganggaran serta keterbatasan
instruktur yang memenuhi kompetensi sehingga pemenuhan kebutuhan
jumlah SDM fungsional teknisi penerbangan dilakukan secara bertahap
setiap tahunnya guna memenuhi target Renstra di tahun 2019
7) Adanya kebijakan dari pemerintah (Kementerian PAN dan RB) di tahun
2015 s.d 2016 terdapat moratorium penerimaan CPNS sehingga target di
tahun 2017 masih belum tercapai sementara kebutuhan akan teknisi
penerbangan terus bertambah seiring dengan pertambahan jumlah
pesawat udara.
Permasalahan secara umum dalam pencapaian target dan kinerja tahun 2017 diantaranya sebagai berikut : 1. Kurangnya sumber daya manusia di daerah terkait ketersediaan personil
Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah sehingga proses pelelangan mengalami
keterlambatan.
2. Masalah pembebasan lahan oleh Pemda mengalami hambatan sehingga
berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan khususnya kegiatan yang berada di
wilayah timur Indonesia.
3. Alokasi anggaran masih berdasarkan pada aspek pemerataan pendistribusian
walaupun sudah mulai berdasarkan perencanaan (belum optimum) sehingga
masih ditemukan adanya alokasi anggaran yang tidak terlaksana akibat
ketidaksiapan bandar udara dalam memenuhi aspek teknis maupun administrasi.
B. SARAN DAN TINDAK LANJUT Beberapa hal yang disarankan dalam perbaikan guna peningkatan kinerja tahun 2018 sebagai berikut : 1. Peningkatan koordinasi antara Satuan Kerja di lokasi dengan instansi lain
(Pemda setempat) dalam memperoleh ijin agar tidak menghambat pelaksanaan
pekerjaan.
2. Mengoptimalkan proses lelang tidak mengikat untuk pekerjaan pekerjaan fisik
yang membutuhkan waktu pelaksanaan panjang sehingga penyelesaian
pekerjaan tidak melewati tahu anggaran berjalan.
BAB IV - 6 LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
3. Diupayakan dalam penyusunan anggaran Ditjen perhubungan udara dapat
mempertimbangkan sistem distribusi anggaran berbasis kinerja dan
perencanaan.
4. Target indikator kinerja hendaknya mempertimbangkan terhadap capaian kinerja
tahun lalu sebagai acuan dan hendaknya dalam menetapkan nilai target kinerja
dapat mengakomodir terhadap perhitungan sumberdaya yang dimiliki (SDM,
Biaya dan Infrastruktur/Sarana dan Prasarana)
LAMPIRAN 1 : RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015– 2019
Instansi : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Visi : “Terwujudnya Konektivitas Nasional Dalam Penyelenggaraan Transportasi Udara yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah”
Penjelasan VISI Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara garis besar adalah : - Konektivitas Nasional adalah terhubungnya antar wilayah di seluruh nusantara termasuk angkutan perkotaan baik dengan transportasi darat,
kereta api, laut, sungai dan penyeberangan serta udara; - Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi udara yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi
kebutuhan, dan secara terpadu mampu mengkoneksikan seluruh wilayah tanah air; - Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi udara yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang dilayani oleh penyedia
jasa dan SDM yang berdaya saing internasional, profesional, mandiri, dan produktif; - Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan udara yang mampu mendorong perwujudan kedaulatan, keamanan dan
ketahanan nasional (national security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan (sustainable development)serta dapat berperan dalam pengembangan wilayah
Misi : 1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi udara dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi; 2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi udara untuk mendukung pengembangan konektivitas antar
wilayah; 3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi udara; 4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan transportasi udara; 5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam penyediaan infrastruktur sub sektor transportasi udara; 6. Restrukturisasi dan reformasi sub sektor transportasi udara di bidang peraturan,kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan
penegakan hukum secara konsisten; 7. Mewujudkan pengembangan transportasi udara dan teknologi transportasi udara yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi perubahan
iklim.
Form RS
TUJUAN SASARAN INDIKATOR CARA MENCAPAI
TUJUAN PROGRAM KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 1. Meningkatkan
konektivitas antar wilayah
1. Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1. Rasio Konektivitas Antar Wilayah. Menenuhi kapasitas konektivitas antar wilayah
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi udara;
2. Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2. Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara
Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi udara
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
3. Rasio Air Traffic Incident (<4 kejadian dari 100.000 pergerakan);
4. Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara;
5. Rasio pemenuhan sertifikasi dibidang pelayanan navigasi penerbangan
6. Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara;
3 . Meningkatkan kinerja pelayanan
sarana dan prasarana transportasi udara
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7. Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara;
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
8. Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara;
9. Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara;
10. Persentase kota/daerah yang terhubungi;
TUJUAN SASARAN INDIKATOR CARA MENCAPAI TUJUAN PROGRAM KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 4. Meningkatkan
kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
4. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11. Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara;
Memenuhikapasitas sarana dan prasarana transportasi udara yang berkelanjutan
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
12. Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara;
5. Meningkatkan layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
5. Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
13. Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
Menenuhi pengembangan layanan transportasi udara didaerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
6. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi udara
6. Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
14. Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
Memenuhi SDM Transportasi udara yang profesional
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
15. Rasio pemenuhan inspektur penerbangan;
7. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yangbaik.
7. Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
16. Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
Meningkatnya jumlah kualitas penetapan dan implementasi regulasi sektor transportasi
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
8. Terwujudnya good governanceand cleangovernment di Ditjen Perhubungan Udara
17. Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara; Mewujudkan transparansi dan dan akuntabilitas kinerja
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
18. Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara;
19. Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi.
LAMPIRAN 2 :
RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TAHUN 2017 REVISI
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
1.
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1. Rasio Konektivitas Antar Wilayah 0,72 Rasio
2. Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2. Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara 3,43 Rasio 3. Rasio Air Traffic Incident (<4 kejadian dari
100.000 pergerakan); 0,00037 Rasio
4. Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi udara; 0,17 Rasio
5. Rasio pemenuhan sertifikasi dibidang navigasi penerbangan 0,80 Rasio
6. Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara; 1 Rasio
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7. Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara 39,31 %
8. Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara; 85 %
9. Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara;
83,25 %
10. Persentase kota/daerah yang terhubungi; 90 %
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
4. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11. Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara; 43,31 %
12. Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara; 70 %
5. Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
13. Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
3,35 %
6. Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
14. Prosentase pelaksanaan deregulasiperaturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udaram 78 %
7. Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
15. Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
36,92 Rasio
16. Rasio pemenuhan inspektur penerbangan; 0,65 Rasio
8.
Terwujudnya good governance di Ditjen Perhubungan Udara
17. Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara 90,75 % 18. Persentase penyerapan Anggaran Ditjen
Perhubungan Udara; >87 %
19. Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi 80 %
LAMPIRAN 3 : PERJANJIAN KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Revisi
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
1.
Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasional
1. Rasio Konektivitas Antar Wilayah 0,72 Rasio
2. Meningkatnya keselamatan dan keamanan transportasi udara
2. Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara 3,43 Rasio 3. Rasio Air Traffic Incident (<4 kejadian dari
100.000 pergerakan); 0,00037 Rasio 4. Rasio gangguan keamanan pada pelayanan
jasa transportasi udara; 0,17 Rasio 5. Rasio pemenuhan sertifikasi dibidang navigasi
penerbangan 0,80 Rasio 6. Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara; 1 Rasio
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7. Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara; 39,31 %
8. Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub sektor transportasi udara; 85 %
9. Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara;
83,25 %
10. Persentase kota/daerah yang terhubungi; 90 %
4. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11. Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara; 43,31 %
12. Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara; 70 %
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Satuan
5. Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
13. Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
3,35 %
6. Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
14. Prosentase pelaksanaan deregulasiperaturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara 78 %
7. Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
15. Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
36,92 Rasio
16. Rasio pemenuhan inspektur penerbangan; 0,65 Rasio
8.
Terwujudnya good governance di Ditjen Perhubungan Udara
17. Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara; 90,75 %
18. Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara; >87 %
19. Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi 80 %
Jumlah Anggaran : Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Rp 2.289.549.056.000 Pengembangan Angkutan Udara Perintis. Rp 46.346.164.000 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara. Rp 379.156.799,000 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara. Rp 4.492.547.352,000 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Navigasi Penerbangan. Rp 259.567.456,000 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan. Rp 48.895.980,000
LAMPIRAN 4:
FORMULIR PENGUKURAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun Anggaran : 2017
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Tahun 2017
% Target PK Realiasi
1. Terwujudnya pelayanan transportasi udara yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka mewujudkan konektivitas nasiona
1. Rasio konektivitas antar wilayah Rasio 0,72
0,62
88,5 2. Meningkatnya keselamatan dan
keamanan transportasi udara; 2. Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara Rasio 3,43
1,22
1,64,43 3. Rasio Air Traffic Incident (<4
kejadian dari 100.000 pergerakan);
Rasio 0,00037
2,8 x 10-5
119,31 4. Rasio gangguan keamanan
pada pelayanan jasa transportasi udara
Rasio 0,17
0,33
182,35
5. Rasio pemenuhan sertifikasi dibidang navigasi penerbangan Rasio 0,80
0,72
90,61 6. Rasio pemenuhan sertifikasi
Bandar Udara; Rasio 1 0,82
82,33
3. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi udara
7. Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor transportasi udara;
% 39,31
30,1
76,7
8. Persentase capaian On Time
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Tahun 2017
% Target PK Realiasi
Performance (OTP) sub sektor transportasi udara;
% 85 80,14 94,28
9. Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi pesawat udara;
Rasio 83,25
80,93
97,21
10. Persentase kota/daerah yang terhubungi;
Rasio 90
91,82
102,02
4 Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi udara
11. Persentase peningkatan kapasitas sarana transportasi udara;
Rasio 43,31
49,95
115,32
12. Persentase peningkatan kapasitas prasarana transportasi udara;
Rasio
70
72,73
103,90
5 Meningkatnya layanan transportasi udara di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpenci
13. Rasio layanan transportasi udara daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil
Rasio 3,35
2,5
74,63
6 Terlaksananya perumusan kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara
14. Prosentase pelaksanaan deregulasiperaturan di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
Rasio
78
78
100
7 Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara yang kompeten dan professional
15. Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
%
36,92
33,31
90,23
16. Rasio pemenuhan inspektur penerbangan; % 0,65
0,69
0,69
8 Terwujudnya good governance di Ditjen Perhubungan Udara
17. Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara; 90,75 90,75 84,75
93,39
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Tahun 2017
% Target PK Realiasi
18. Persentase penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan Udara;
>87 >87
87,81
100,93
19. Prosentasi nilai asset Ditjen Perhubungan Udara yang diinventarisasi
80 80
195,24
244,05
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 5:
URAIAN KEJADIAN PADA AOC 121 dan AOC 135 DENGAN KORBAN JIWA DAN PESAWAT RUSAK BERAT
Tahun
Jumlah Kejadian
Kecelakaan Transportasi
Udara
Ratio Kecelakaan
Transportasi Udara
Uraian Kejadian Kecelakaan Transportasi Udara
2011 7 24.1
1. Pada tanggal 12 Februari 2011 di Kepulauan Bintan pesawat milik PT. SMAC (AOC 135) dg registrasi PK-ZAI dg jenis pesawat CASA - 212 dg jumlah korban 5 orang meninggal dunia
2. Pada tanggal 7 Mei 2011 di Laut dekat Kaimana Airport pesawat milik PT. Merpati Nusantara (AOC 121) dg Registrasi PK- MZK dg jenis pesawat MA-60 dg jumlah korban 25 orang meninggal dunia.
3. Pada tgl 3 Agustus 2011 di Gunung Duasodara- Sulawesi Utara pesawat milik PT.Nyaman Air (AOC 135) dg Registrasi PK-FUG dg jenis Helikopter Bell - 412 HP dg jumlah korban 10 orang meninggal dunia.
4. Pada tgl 9 September 2011 di Wamena pesawat milik PT. ASI PUDJI ASTUTI AVIATION(AOC 135) dg Registrasi PK - VVE dg jenis pesawat CESSNA - 208B Grand Caravan dg jumlah korban 2 orang dinyatakan hilang .
5. Pada tgl 25 September 2011 di Sumbawa - NTB pesawat milik PT. Airfast Indonesia(AOC 135) dg Registrasi PK-OVC dg jenis Helikopter BELL-412 dg jumlah korban 2 orang meninggal dunia.
6. Pada tanggal 29 September 2011 di Gunung Bahorok - Sumatera Utara pesawat milik PT. Nusantara Buana Air (AOC 135) dg Registrasi PK-TLF dg jenis pesawat CASA 212 dg jumlah korban 18 orang meninggal dunia.
7. Pada tgl 23 Nopember 2011 di Sugapa Airstrip - Papua pesawat milik PT. ASI PUDJIASTUTI AVIATION (AOC 135) dg Registrasi PK- VVG dg jenis pesawat CESSNA Caravan C 208 dg jumlah korban 1 orang meninggal dunia dan 1 orang luka-luka
2012 3 5.56 1. Pada tgl 17 Maret 2012 di Tembagapura pesawat milik PT. Airfast Indonesia (AOC
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tahun
Jumlah Kejadian
Kecelakaan Transportasi
Udara
Ratio Kecelakaan
Transportasi Udara
Uraian Kejadian Kecelakaan Transportasi Udara
135) dg Registrasi PK-ODA dg jenis Helikopter AS 350 B3 dg jumlah korban 3 orang meninggal dunia.
2. Pada tgl 25 April 2012 di Kutai Kartanegara - Kalimantan Timur pesawat milik PT. ASIPUDJIASTUTI AVIATION (AOC 135) dg Registrasi PK- VV Q dg jenis pesawat PILATUS PORTER PC-6 dg jumlah korban 2 orang meninggal dunia,
3. Pada tgl 25 Agustus 2012 di Bukit Pilar Samarinda pesawat milik PT. INTAN ANGKASA AIR SERVICE (AOC 135) dg Registrasi PK-IWH dg jenis pesawat CESSNA Paper Navajo 31 dg jumlah korban 4 orang meninggal dunia.
2013 1 2.07
Pada tanggal 30 Desember 2013 di Kabanjahe Sumatera Utara (Efarina Hospital Helipad) pesawat milik PT. Derazona Air Services dengan registrasi PK-DAL dengan jenis pesawat Bell 206 B II (helicopter) dengan jumlah korban 1 orang meninggal dunia dan 4 orang luka-luka
2014 4 6,56
1. Pada tanggal 19 Januari 2014 di Tual – Ambon pesawat milik PT. Intan Angkasa Air Services (AOC 135) dengan registrasi PK-IWT jenis pesawat Piper P 31-350 dengan jumlah korban 4 orang meninggal dunia
2. Pada tanggal 2 Desember 2014 di Laut Perairan Kema - Sulawesi Utara milik PT. Elang Nusantara Air (AOC 135) dengan registrasi PK-ERL jenis pesawat Thrust SZR-T 34 dengan jumlah korban 2 orang meninggal dunia.
3. Pada tanggal 17 Desember 2014 di Bandar Udara Illaga pesawat milik PT. Trigana Air Services (AOC 121) dengan registrasi PK-YRU jenis pesawat DHC 6 dengan jumlah korban 1 orang meninggal dunia
4. Pada tanggal 28 Desember 2014 di Laut Perairan antara Jawa dan Kalimantan Pesawat milik PT. Air Asia Indonesia (AOC 121) dengan registrasi AXC dengan jenis pesawat A 320 dengan jumlah korban sebanyak 162 orang meninggal dunia
2015 4 6,084
1. Pada tanggal 12 Agustus Tahun 2015, pesawat Komala Air Crash Landing di Bandara Perintis Ninia Yahukimo papua yang menyebabkan 1 orang teknisi pesawat tewas.
2. 16 Agustus tahun 2015, pesawat Trigana Air
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Tahun
Jumlah Kejadian
Kecelakaan Transportasi
Udara
Ratio Kecelakaan
Transportasi Udara
Uraian Kejadian Kecelakaan Transportasi Udara
Jatuh Di pegunungan rute Bandara sentani – Oksibil, papua yang menyebabkan seluruh penumpang dan awak pesawat berjumlah 49 orang tewas.
3. 2 Oktober 2015, Pesawat Aviastar MV 7503 jatuh di pegunungan Latimojong Kab Lawu Sulawesi selatan yang menyebabkan seluruh penumpang dan awak pesawat berjumlah 10 orang tewas.
4. 11 Oktober 2015, helicopter PT. Penerbangan angkasa Semesta jatuh di sekitar danau toba yang menyebabkan 5 orang belum diketemukan (belum diketahui keberadaannya).
2016 1
1,48
Pada tanggal 04 Juni 2016, pesawat jenis BELL 206 milik PT. Amur Aviation Indonesia dengan registrasi PK UAF (AOC 135) jatuh di Nabire Papua Barat yang menyebabkan 1 orang meninggal dunia
2017 1 1,21
Pada tanggal 5 Juli 2017 pesawat jenis Pilatus PC-6 milik PT. AMA dengan registrasi PK RCX (AOC 135) jatuh di Wamena yang menyebabkan 5 orang meninggal dunia
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 6:
JUMLAH PENGEMBANGAN, REHABILITASI, DAN PEMELIHARAAN FASILITAS BANDAR UDARA
No.
Nama Bandar Udara Kegiatan
1 BANDARA CUT ALI-TAPAKTUAN Pembangunan gedung terminal
2 BANDARA LASIKIN-SINABANG Pelapisan halaman parkir terminal serta landscape
3 BANDARA REMBELE-TAKENGON
Penyempurnaan gedung terminal Pembuatan jalan akses termasuk saluran drainase
4 BANDARA Dr.FL.TOBING-TAPANULI TENGAH
Pelapisan runway, taxiway, Apron, fillet termasuk marking dan pengawasan Perluasan gedung terminal Pembangunan rumah dinas
5 BANDARA BINAKA-GUNUNG SITOLI
Perpanjangan runway dari 2.000 m x 45 m menjadi 2.250 m x 45 m Lanjutan Renovasi Gedung Terminal
6 BANDARA AEK GODANG-PDG SIDEMPUAN
Penataan gedung terminal (termasuk pek. Interior, perluasan teras, building sign dan sign box) Penataan halaman parkir dan landscape terminal
7 BANDARA DABO-SINGKEP
Pemeliharaan Runway, Taxiway, Apron, Runway Strip Pembuatan Tempat Parkir Kendaraan dan Jalan Lingkungan
8 BANDARA PASIR PANGARAIAN-RIAU
Pek. Pematangan lahan dalam rangka perpanjangan runway
9 BANDARA FATMAWATI SOEKARNO
Pembangunan gedung kantor Bandara fatmawati Pembuatan Ruang OIC
10 BANDARA MUKO-MUKO Pembangunan Gedung Terminal
11 BANDARA H.AS. HANANDJOEDDIN- TJG. PANDAN
Rehab gedung terminal
12 BANDARA CAKRABHUWANA-PENGGUNG, CIREBON
Perbaikan permukaan landas pacu, taxiway dan apron dengan hotmix termasuk marking
13 BANDARA TUNGGUL WULUNG-CILACAP
Pembangunan Bandara Wirasaba Lanjutan pelapisan runway, taxiway dan apron untuk peningkatan PCN Renovasi gedung PK-PPK dan pembuatan pelataran parkir PK-PPK
14 BANDARA DEWADARU-KARIMUNJAWA Perluasan gedung PKPPK
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No.
Nama Bandar Udara Kegiatan
15 BANDARA BANYUWANGI
Peniktn daya dukung runway volume 2250 m x 30 m, turning area 1875 m2, tapering dengan asphalt hotmix 1237,19 dengan Renovasi gedung terminal
16 BANDARA TRUNOJOYO-SUMENEP
Pekerjaan pelapisan landas pacu dan turning area tebal rata rata 5 cm Bandara Trunojoyo
17 BANDARA RAHADI OESMAN-KETAPANG
Penataan gedung terminal Lanjutan pembangunan dan pelebaran gedung PKP-PK
18 BANDARA SUSILO-SINTANG Lanjutan pekerjaan cut and fill Threshold RWY-09 Pembuatan teras terminal penumpang sisi udara
19 BANDARA NANGAPINOH Renovasi gedung terminal penumpang Pembuatan gapura dan pos jaga
20 BANDARA TJILIK RIWUT-PALANGKARAYA
Lanjutan rekonstruksi landas pacu Lanjutan pembangunan terminal baru Lanjutan pembuatan GSE Road sebagai penghubung antara apron lama dan apron baru
21 BANDARA BERINGIN-MUARA TEWEH
Penataan gedung terminal penumpang Pembuatan GSE Road dan penataan area parkir depan terminal/landscape area terminal
22 BANDARA TUMBANG SAMBA-KALTENG
Pemenuhan standar runway strip (galian dan timbunan) Pembangunan gedung AAB
23 BANDARA KUALA PEMBUANG Pembuatan areal parkir terminal baru
24 BANDARA KUALA KURUN Renovasi gedung terminal Rehabilitasi gedung administrasi
25 BANDARA GUSTI SJAMSIR ALAM KOTA BARU
Rehabilitasi dan perluasan gedung terminal termasuk pekerjaan timbunan
26 BANDARA KALIMARAU DI TANJUNG REDEP Pembangunan gedung PKP-PK dan Bak Air
27 BANDARA MALINAU-KALTIM Pembuatan tempat parkir kendaraan operasional dan pegawai
28 BANDARA MELAK Pembuatan landas parkir jenis pesawat helikopter (Helipad) Pembuatan landscape terminal
29 BANDARA TANJUNG HARAPAN- TJ. SELOR
Perpanjangan landas pacu 200 m x 30 m termasuk marking dan turning area Rehab dan perluasan gedung PKP-PK
30 BANDARA NUNUKAN Perpanjangan landas pacu Pembuatan landcape area gedung terminal
31 BANDARA LONG APUNG Perluasan dan penataan gedung terminal Pembangunan gedung operasional
32 BANDARA DATAH DAWAI Pelapisan landas pacu, landas hubung dan landas parkir
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No.
Nama Bandar Udara Kegiatan
33 BANDARA DJALALUDDIN-GORONTALO
Pemenuhan Runway Strip Lanjutan Pembangunan Gedung Administrasi
34 BANDARA NAHA-TAHUNA
Pekerjaan perkerasan runway (1400 m x 30 m), Taxiway (75 m x 18 m), apron (120 m x 60 m), turning area dan marking t Pembangunan Gedung Terminal
35 BANDARA MELONGGUANE DI SANGIR TALAUD
Pekerjaan RESA (90 m x 60 m) Pekerjaan bangunan rumah dinas type 70 (2 unit) dan type 45 (2 unit)
36 BANDARA MUTIARA-PALU
Pekerjaan Timbunan Tanah di Area Runway Strip termasuk R/W Strip area perpanjangan pembangunan gedung operasional tipe 36 4 unit dan tipe 50
37 BANDARA SYUKURAN AMINUDDIN AMIR-LUWUK
Pekerjaan pelebaran runway dari 30 m menjadi 45 m dan perluasan apron termasuk marking Lanjutan Renovasi Berat dan Perluasan Terminal Pembangunan Rumah Operasional Type 36 (4 Unit) dan Type 120 (1Unit)
38 BANDARA KASIGUNCU-POSO
Pekerjaan pemenuhan standart runway strip Pekerjaan penimbunan area parkir kendaraan
39 BANDARA POGOGUL-BUOL
Pelapisan Runway, Taxiway dan Apron dalam Rangka Peningkatan PCN dengan hotmix termasuk marking Perluasan gedung terminal dan penataannya Pembuatan halaman parkir
40 BANDARA TAMPA PADANG MAMUJU
Pekerjaan pembuatan apron dengan rigid termasuk marking Pekerjaan pematangan lahan persiapan sisi darat
41 BANDARA PONGTIKU-TANA TORAJA
Rehabilitasi gedung terminal, Gedung operasional, perumahan dinas, gedung power house dan ground water tank pkp-pk Pembuatan jalan inspeksi, tempat parkir kendaraan dan lanscape gedung opersional, termasuk pelapisan jalan akses dan pelataran parkir terminal
42 BANDARA AROEPPALA-SELAYAR Pembangunan terminal baru
43 BANDARA ANDI JEMMA-MASAMBA
Pekerjaan pembangunan gedung terminal kargo Pekerjaan Rehabilitasi dan perluasan gedung PKP-PK serta pembuatan watch room
44 BANDARA SEKO Perluasan dan Penataan gedung terminal 45 BANDARA ROMPI Pemenuhan standar runway strip
46 BANDARA BONE Pekerjaan rekonstruksi runway, apron, dan taxiway Pembangunan Gedung Operasional
47 BANDARA BUA perluasan terminal pembangunan gedung operasional
48 BANDARA HALUOLEO- Penataan gedung terminal Penumpang termasuk
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No.
Nama Bandar Udara Kegiatan
KENDARI kelengkapan bangunan Pembuatan Bangunan Operasional Type 36,24 Unit
49 BANDARA SUGIMANURU-RAHA
pembuatan rumah dinas type 36 (2 unit) Rehabilitasi dan Penataan Gedung Terminal pembuatan rumah dinas type 36 (2 unit)
50 BANDARA MATAHORA Pelapisan Landas pacu, taxiway dan apron untuk peningkatan daya dukung tebal rata2 10cm penataan landscape areal terminal
51 BANDARA SANGIA NI BANDERA
pembuatan akses penumpang dari terminal keberangkatan lantai 2 ke apron renovasi gedung PKP-PK
52 BANDARA BANDANEIRA-PULAU BANDA
Pekerjaan clearing untuk pemenuhan standar runway strip
53 BANDARA DOBO Penyempurnaan lahan persiapan perpanjangan landas pacu dan penyiapan lahan untuk terminal Penambahan gedung parkir PKP-PK
54 BANDARA OLILIT-SAUMLAKI Perpanjangan runway bandara saumlaki
55 BANDARA NAMNIWEL
perpanjangan runway 250 m x 30 m dan taxiway dari 15 m menjadi 23 m pek. gedung operasional tipe 70 (1 unit), tipe 54 (2 unit), tipe 36 (5 unit)
56 BANDARA DUMATUBUN LANGGUR
Pekerjaan leveling landas pacu, taxiway B, Apron dan Fillet (13.985 M2) Perluasan gedung PKP-PK
57 BANDARA AMAHAI Peningkatan daya dukung dengan hotmix 300 m x 23 m termasuk marking
58 BANDARA WAHAI Pekerjaan pembangunan rumah ibadah (musholah)
59 BANDARA JOHN BECKER Perluasan gedung PKP-PK dan pembangunan watch room termasuk bak penampungan air kap. 10.000 L
60 BANDARA LARAT Pekerjaan pembangunan gedung operasional type 36 (5 unit) dan type 72 (1 unit)
61 BANDARA OESMAN SADIK-LABUHA
Pekerjaan galian tanah di area Apron Pembangunan gedung kantor administrasi
62 BANDARA GAMARMALAMO-GALELA
Lanjutan leveling landas pacu dengan hotmix termasuk marking Pembangunan terminal baru
63 BANDARA KUABANG-KAO Pelapisan untuk peningkatan daya dukung RW AC tebal rata2 5 cm termasuk marking Pembuatan gedung administrasi baru
64 BANDARA EMALAMO Pembanguan gedung PKP-PK 65 BANDARA PITU Perluasan gedung terminal
66 BANDARA BRANGBIJI-SUMBAWA BESAR Pelapisan runway, taxiway dan apron
67 BANDARA MUHAMAD SALAHUDDIN- BIMA
Rehabilitasi dan Penataan Gedung Terminal Tahap II (100%)
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No.
Nama Bandar Udara Kegiatan
68 BANDARA UMBU MEHANG KUNDA/MAUHAU-WAINGAPU Pembangunan Pos Penjagaan Pas Masuk Bandara
69 BANDARA FRANS SALES LEGA/SATARTACIK-RUTENG Leveling taxiway apron
70 BANDARA MALI-ALOR Pemotongan bukit untuk terminal baru
71 BANDARA GEWAYANTANA-LARANTUKA Rehabilitasi gedung kedatangan
72 BANDARA SOA-BAJAWA Penataan dan perluasan terminal
73 BANDARA HALIWEN-ATAMBUA Perpanjangan runway bandara haliwen - atambua
74 BANDARA TARDAMU-SABU Pemenuhan standar runway strip dan daerah transisi Perluasan gedung PKP-PK
75 BANDARA SENTANI-JAYAPURA
Rekonstruksi taxiway B, C, Heli dan IAF untuk peningkatan daya dukung taxiway Heli dan IAF termasuk marking
76 BANDARA MOPAH-MERAUKE Pembangunan gedung terminal tahap II Penyelesaian pembangunan gedung power house (sebagian arsitektur, mekanikal dan elektrikal)
77 BANDARA WAMENA DI WAMENA Pekerjaan Rekonstruksi Apron Bravo dengan rigid
78 BANDARA SERUI DI BIAK Perpanjangan landas pacu dari 1400m x 30m menjadi 1600m x 30m, pelebaran taxiway dan apron termasuk marking
79 BANDARA TANAH MERAH-MERAUKE
Konstruksi peranjangan landas pacu sampai dengan hot mix p 200 m x 30 m termasuk turning area di dua ujung landasa Renovasi dan penataan ruang gedung terminal termasuk ME dan interior di luar furniture (600 M2) Perluasan gedung PKP-PK
80 BANDARA OKSIBIL DI WAMENA Pekerjaan perpanjangan landas pacu
81 BANDARA ENAROTALI DI NABIRE Pembangunan gedung PKPPK
82 BANDARA WAGHETE DI NABIRE
Pemenuhan standar runway strip (94.100 M3) termasuk box culvert (34 M)
83 BANDARA TIOM PAPUA Pembangunan gedung PKP-PK
84 BANDARA MOZES KILANGIN TIMIKA PAPUA
Lanjutan Pembangunan terminal penumpang Tahap III (selesai)
85 BANDARA KAMUR PAPUA Pembangunan gedung PKP-PK
86 BANDARA BOKONDINI DI WAMENA
Pembangunan gedung terminal penumpang Perluasan dan rehabilitasi gedung PK-PPK termasuk watch room
87 BANDARA KEPI MERAUKE Pelapisan landasan pacu dengan hotmix termasuk marking
88 BANDARA EWER IRIAN JAYA Rehabilitasi dan Penataan Terminal 89 BANDARA ILLU IRIAN JAYA Pemenuhan standar runway strip (galian dan
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No.
Nama Bandar Udara Kegiatan
timbunan) 90 BANDARA SENGGEH Pembuatan gedung kargo 91 BANDARA ILLAGA NABIRE Pengembangan Bandara Sinak
92 BANDARA ELELIM
Pelapisan landas pacu dengan hotmix tebal rata2 5 cm dan turning area termasuk marking Pembangunan gedung terminal penumpang Pembangunan gedung PKPPK dan Watch room
93 BANDARA NOP GOLIAT
Perpanjangan Landas Pacu (150 m x 45 m) Runway 25 Termasuk turning area dan marking Pembangunan Bandar Udara Sobaham (Landas Pacu 800 M x 23 M, Apron 60 M x 40 M, Terminal 20 M x 10 M) Pembangunan Bandar Udara Sobaham (Landas Pacu 800 M x 23 M, Apron 60 M x 40 M, Terminal 20 M x 10 M)
94 BANDARA KIWIROK Pekerjaan pembangunan gedung administrasi
95 BANDARA DOMINIQUE EDUARD OSOK-SORONG
Lanjutan Pembangunan Konstruksi Perpanjangan RW 24 (30M X 200 M), Pelebaran Landas Pacu (7M X 1200M) termasuk markin
96 BANDARA TOREA-FAK FAK Pembangunan Gedung PKP-PK Bandara werur Perluasan Terminal Bandara (termasuk ME) Pekerjaan Rehab Gedung Genset
97 BANDARA BINTUNI-MANOKWARI Pelapisan Landasan Pacu termasuk marking
98 BANDARA KAIMANA-FAK FAK Pelapisan Landas Pacu, Taxiway dan Apron Tebal Rata-rata 5 cm dengan Aspal Hotmix termasuk Marking dan Pengawasan
99 BANDARA TEMINABUAN-SORONG Rehabiilitasi Gedung Terminal
100 BANDARA KAMBUAYA-MANOKWARI Pembangunan gedung power house
101 BANDARA MARINDA
Perluasan dan penataan Gedung Terminal Penumpang Pembuatan Jalan Lingkungan dan area parkir terminal
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 7:
JUMLAH PRASARANA YANG TELAH MENERAPKAN KONSEP RAMAH LINGKUNGAN
No.
Nama Bandara
Keterangan
1. Maimun Saleh - Sabang IJIN LINGKUNGAN No. 660/BP2T/074/2015 Tgl. 2 Feb. 2016
2. Malikul Saleh - Lhok Seumawe Kep. Bupati Aceh. No. 660/BP2T/III/2016. Tgl. 02 Pebruari 2016. Tentang Ijin Lingkungan
3. Fatmawati Soekarno - Bengkulu IJIN LINGKUNGAN No. 503/14.b/06/KP2T/TH 2016 Tgl. 12 Febr 2016
4. Mukomuko - Mukomuko IJIN LINGKUNGAN No. 503/14.b/07/KP2T/TH 2016 Tgl. 12 Febr 2016
5. Enggano - Enggano IJIN LINGKUNGAN No. 503/14.b/08/KP2T/TH 2016 Tgl. 12 Febr 2016
6. Naha - Tahuna Keputusan Gubernur Sulawesi Utara No. 218 Tahun 2016 Tanggal 1 Agustus 2016 Tentang Izin Lingkungan Bandara Naha - Tahuna
7. Melongguane - Sangir Talaut Keputusan Gubernur Sulawesi Utara No. 220 Tahun 2016 Tanggal 1 Agustus 2016 Tentang Izin Lingkungan Bandara Melongguane
8. Rendani - Manokwari Kep. Gub. Ttg. IZIN LINGKUNGAN No. 660/92/4/2016 tgl 1 April 2016
9. Utarom - Kaimana Kep. Gub. No. 660/90/4/2016 ttg. IZIN LINGKUNGAN Tgl. 1 April 2016
10. Marinda - Waisai, Raja Ampat Kep. Gub. No. 660/93/4/2016 ttg. IZIN LINGKUNGAN tgl. 1 April 2016
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 8:
TABEL DAFTAR SERTIFIKAT BANDAR UDARA YANG TELAH DIKELUARKAN PADA TAHUN 2017
No. Nama Bandara Nomor Sertifikat Masa Berlaku
1 TEMINDUNG 0118/SBU-DBU/I/2017 1/9/22
2 NUNUKAN 0119/SBU-DBU/I/2017 1/11/22
3 TEBELIAN 0120/SBU-DBU/I/2017 1/30/22
4 NAMNIWEL 0123/SBU-DBU/II/2017 2/17/22
5 ENGGANO 0121/SBU-DBU/III/2017 3/1/22
6 DEPATI PARBO 0122/SBU-DBU/III/2017 3/1/22
7 GEWAYANTANA 0124/SBU-DBU/III/2017 3/10/22
8 LETUNG 0125/SBU-DBU/III/2017 3/8/22
9 JOS ORNO IMSULA 0126/SBU-DBU/III/2017 3/9/22
10 MOROWALI 0127/SBU-DBU/IV/2017 4/7/22
11 DAVID CONSTANTIJN SAUDALE 0130/SBU-DBU/IX/2017 9/11/22
12 DOBO 0128/SBU-DBU/V/2017 5/29/22
13 DEWADARU 0129/SBU-DBU/VI/2017 6/12/22
14 NAHA - TAHUNA 0131/SBU-DBU/X/2017 10/6/22
15 MUARA BUNGO 0132/SBU-DBU/X/2017 10/6/22
16 REMBELE 0133/SBU-DBU/X/2017 10/6/22
17 BINAKA 0134/SBU-DBU/X/2017 10/6/22
18 EMALAMO 0135/SBU-DBU/X/2017 10/6/22
19 DABO SINGKEP 0136/SBU-DBU/X/2017 10/6/22
20 POGOGUL 0137/SBU-DBU/X/2017 10/9/22
21 RAJA HAJI ABDULLAH 0138/SBU-DBU/X/2017 10/9/22
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Bandara Nomor Sertifikat Masa Berlaku
22 UMBU MEHANG KUNDA 0139/SBU-DBU/X/2017 10/9/22
23 TOREA 0140/SBU-DBU/X/2017 10/9/22
24 SELUWING 0141/SBU-DBU/X/2017 10/9/22
25 NAMROLE 0142/SBU-DBU/X/2017 10/9/22
26 RENDANI 0143/SBU-DBU/X/2017 10/9/22
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 9 :
REGISTER BANDAR UDARA YANG DI KELUARKAN SAMPAI TAHUN 2017
No. Nama Bandara Penyelenggara Nomor
Register Masa Berlaku
Register Bandar Udara Umum
1 DIRUNG
Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika – Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
32 /RBU-DBU/I/2017 1/13/20
2 DATAH DAWAI Unit Penyelenggara Bandar Udara Datah Dawai
33 /RBU-DBU/I/2017 1/23/20
3 KOROWAY BATU
Unit Penyelenggara Bandar Udara Tanah Merah
34 /RBU-DBU/VI/2017 6/16/20
Register Bandar Udara Khusus
4 SENAKIN PT. Sinar Kencana Inti Perkasa
9/RBU.KNP-DBU/IX/2017 31/03/20
5 SUNGAI BENGKAL PT. Satya Kisma Usaha 13/RBU.KNP-
DBU/II/2017 8/10/19
6 BATANG MERANGIN PT. Kresna Duta Agroindo 14/RBU.KNP-
DBU/I/2017 26/07/19
7 SEI PELAKAR PT. Kresna Duta Agroindo 15/RBU.KNP-DBU/I/2017 9/09/19
8 BATANG GADING PT. Satya Kisma Usaha 17/RBU.KNP-
DBU/VIII/2017 2/04/20
9 LANGADANG PT. Tapian Nadenggan 18/RBU.KNP-DBU/IV/2017 14/02/20
10 LETKOL WISNU
Unit Penyelenggara Bandar Udara Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng - Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika
21/RBU.KNP-DBU/II/2017 8/05/19
11 NAHIYANG PT. Mitra Karya Agroindo 28/RBU.KNP-DBU/V/2017 26/03/20
12 TANAH LAUT PT. Smart Tbk 31/RBU.KNP-DBU/IX/2017 18/04/20
13 SALAKANAGARA - TANJUNG LESUNG
PT. Banten West Java Td. 43/RBU.KNP-DBU/VI/2017 6/12/20
Rgister Bandar Udara Khusus – Sementara
14 PULAU BAWAH WATER AERODROME
PT. Pulau Bawah 3/RBUS-DBU/X/2017
6/11/17
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 10 : JUMLAH PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU YANG TELAH SELESAI DAN SIAP
DIRESMIKAN BEROPERASI TAHUN 2015
NO BANDAR UDARA PROVINSI
1. Bandar Udara Anambas Kepulauan Riau
2. Bandar Udara Namniwel Maluku
JUMLAH PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU YANG TELAH SELESAI DAN SIAP
DIRESMIKAN BEROPERASI TAHUN 2016
NO BANDAR UDARA PROVINSI
1. Bandar Udara Miangas Sulawesi Utara
2. Bandar Udara Morowali Sulawesi Tengah
JUMLAH PEMBANGUNAN BANDAR UDARA BARU YANG TELAH SELESAI DAN SIAP
DIRESMIKAN BEROPERASI TAHUN 2017
NO BANDAR UDARA PROVINSI
3. Bandar Udara Werur Papua Barat
4. Bandar Udara Maratua Kalimantan Timur
5. Bandar Udara Koroway Batu Papua
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 11 : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 DI BIDANG PERHUBUNGAN
UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang
1 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 18 Tahun 2017
Formulasi Biaya Operasi Penerbangan Angkutan Udara Perintis dan Tarif Penumpang Angkutan Udara Perintis Tahun 2017
2 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 31 Tahun 2017
Organisasi Dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia
3 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 32 Tahun 2017
Organisasi Dan Tata Kerja Politeknik Penerbangan Surabaya
4 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 34 Tahun 2017
Tata Cara Pengajuan Dan Persetujuan Rencana Investasi Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia
5 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 36 Tahun 2017
Peta Jabatan Dan Uraian Jenis Kegiatan Jabatan Di Lingkungan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan
6 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 38 Tahun 2017
Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara
7 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 45 Tahun 2017
Perubahan Kesepuluh Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara
8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 48 Tahun 2017
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety Regulation Part 171) Tentang Penyelenggara Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan (Aeronautical Telecomunication Service Providers)
9 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 53 Tahun 2017
Pengamanan Kargo Dan Pos Serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo Dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara
10 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 54 Tahun 2017
Pengelolaan Limbah Dan Zat Kimia Pengoperasian Pesawat Udara Dan Bandar Udara
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
11 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 55 Tahun 2017
Organisasi Dan Tata Kerja Balai Kesehatan Penerbangan
12 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 57 Tahun 2017
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 2009 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 145 Amandemen 3 Tentang Organisasi Perusahaan Perawatan Pesawat Udara
13 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 58 Tahun 2017
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 29 Tahun 2009 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 36 Amandemen 1 Tentang Sertifikasi Standar Kebisingan Jenis Pesawat Terbang dan Kelaikan Udara
14 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 59 Tahun 2017
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 16 Tahun 2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 63 Tentang Persyaratan Personel Pesawat Udara Selain Penerbangan dan Personel Penunjang Operasi Pesawat Udara
15 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 60 Tahun 2017
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 58 Tahun 2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 142 Tentang Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
16 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 61 Tahun 2017
Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28 Tahun 2013 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 121 Tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara yang Melakukan Penerbangan Dalam Negeri, International dan Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal
17 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 62 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan
18 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 63 Tahun 2017
Perubahan Kesepuluh Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 18 Tahun 2001 Tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Penerbangan Komuter dan Charter
19 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 64
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2010 tentang Peraturan
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
Tahun 2017 Kesealamatan Penerbangan Sipil Bagian 141 tentang Persyaratan Sertifikasi dan Operasi untuk Sekolah Penerbang
20 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 65 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 170 tentang Peraturan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Rules)
21 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 66 Tahun 2017
Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 42 Tahun 2001 tentang Sertifikasi Penerbang dan Instruktur Terbang
22 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 67 Tahun 2017
Pengecualian dari Kewajiban Pemenuhan Standar Keselamatan Penerbangan Sipil (EXEMPTION)
23 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 68 Tahun 2017
Program Pelatihan Bagi Personel Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
24 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 69 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 67 tentang Standar Kesehatan dan Sertifikasi Personel Penerbangan
25 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 74 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 830 (Civil Aviation Safety Regulation Part 830) Tentang Prosedur Investigasi Kecelakaan Dan Kejadian Serius Pesawat Udara Sipil
26 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 75 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 65 (Civil Aviation Safety Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat Udara (Licensing Of Aircraft Maintenance Engineer) Edisi 1 Amandemen 0 (Edition 1 Amendment 0)
27 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 77 Tahun 2017
Perizinan Lisensi Dan Rating Personel Operasi Pesawat Udara Dan Personel Penunjang Operasi Pesawat Udara Dengan Aplikasi Berbasis Teknologi Informasi (Sistem Online)
28 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 78 Tahun 2017
Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Di Bidang Penerbangan
29 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 79 Tahun 2017
Kriteria Dan Penyelenggaraan Kegiatan Angkutan Udara Perintis Dan Subsidi Angkutan Udara Kargo
30 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 80
Program Keamanan Penerbangan Nasional
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
Tahun 2017
31 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 81 Tahun 2017
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 94 Tahun 2015 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 91 (Civil Aviation Safetyregulations P Art 91) Tentang Pengoperasian Pesawat Udara (General Operating And Flight Rules)
32 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 83 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome)
33 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 84 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 147 (Civil Aviation Safety Regulations Part 147) Organisasi Pusat Pelatihan Perawatan Pesawat Udara (Aircraft Maintenance Training Organization) Edisi 1 Amandemen 0 (Edition 1 Amendment 0)
34 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 86 Tahun 2017
Organisasi Dan Tata Kerja Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan Medan
35 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 87 Tahun 2017
Organisasi Dan Tata Kerja Akademi Teknik Dan Keselamatan Penerbangan Makassar
36 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 94 Tahun 2017
Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pendidikan Dan Pelatihan Penerbangan Jayapura
37 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 95 Tahun 2017
Organisasi Dan Tata Kerja Balai Pendidikan Dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 YANG TELAH DITETAPKAN (BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)
No. Nama Peraturan Tentang
1 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12 Tahun 2017
Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan
2 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 19 Tahun 2017
Pedoman Standar Pelayanan di Lingkungan Kementerian Perhubungan
3 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 21 Tahun 2017
Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 128 Tahun 2016 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan di Lingkungan Kementerian Perhubungan
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 41 Tahun 2017
Tata Cara Penghitungan Dan Pemberian Tunjungan Kinerja Pegawai Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
4 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 43 Tahun 2017
Pedoman Pembentukan Unit Layanan Pengadaan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
5 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 44 Tahun 2017
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
6 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 49 Tahun 2017
Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi
7 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 50 Tahun 2017
Pedoman Penyusunan Peta Proses Bisnis Dan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
8 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 70 Tahun 2017
Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan
9 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 98 Tahun 2017
Penyediaan Aksesibilitas Pada Pelayanan Jasa Transportasi Publik Bagi Pengguna Jasa Berkebutuhan Khusus
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
10 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 101 Tahun 2017
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 199 Tahun 2015 tentang Penyesuaian Kelas Jabatan Di Lingkungan Kementerian
11 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 106 Tahun 2017
Pedoman Penataan dan Evaluasi Organisasi Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
12 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 112 Tahun 2017
Pedoman dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
13 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 116 Tahun 2017
Tata Cara Pengangkatan Ke Dalam Jabatan Fungsional Bidang Perhubungan Melalui Penyesuaian/ Inpassing
14 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 117 Tahun 2017
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 DI BIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang
1 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 68 Tahun 2017
Pembentukan Kelompok Kerja Penyelesaian Corrective Action Plan (CAP) ICAO UNIVERSAL SAFETY OVERSIGHT AUDIT PROGRAMME CONTINOUS MONITORING APPROACH (USOAP-CMA)
2 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 101 Tahun 2017
Perubahan Nama Bandar Udara di Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Bandar Udara Arung Palakka
3 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 441 Tahun 2017
Rencana Induk Bandar Udara Rar Gwamar-Dobo Di Kabupaten Kepulauan Aru Maluku
4 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 467 Tahun 2017
Izin Mengangkut Penumpang Umum dan Barang Mission Aviation Fellowship (MAF)
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
5 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 585 Tahun 2017
Rencana Induk Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat
6 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 652 Tahun 2017
Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 68 Tahun 2017 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Peyelesaian Corrective Action Plan (CAP) ICAO Universal Safety Oversight Audit Programme Continous Monitoring Approach (USOAP-CMA)
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 660 Tahun 2017
Rencana Induk Bandar Udara Mindiptana Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
7 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 676 Tahun 2017
Penetapan Nama Bandar Udara Samarinda Baru Di Provinsi Kalimantan Timur Menjadi Bandar Udara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto
8 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 790 Tahun 2017
Tim Percepatan Pengundangan dan Penerjemahan Peraturan Perundang-Undangan Tindak Lanjut Temuan ICAO USOAP
9 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 821 Tahun 2017
Penetapan Bandar Udara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara sebagai Bandar Udara Internasional
10 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 830 Tahun 2017
Perubahan Nama Bandar Udara Blimbingsari Diubah Menjadi Bandar Udara Banyuwang Di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur
11 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 833 Tahun 2017
Penetapan Nama Bandar Udara Langgur Di Kabupaten Maluku Tenggara Menjadi Bandar Udara Karel Sadsuitubun
12 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 854 Tahun 2017
Rencana Induk Bandar Udara Bomakia Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TAHUN 2017 YANG TELAH DITETAPKAN (BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)
No. Nama Peraturan Tentang
1 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 99 Tahun 2017
Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
2 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 166 Tahun 2017
Spesimen Tanda Tangan dan Paraf Pejabat yang Diberi Kuasa untuk Menandatangani Keputusan Mutasi Kepegawaian di Lingkungan Kementerian Perhubungan
3 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 197 Tahun 2017
Spesimen Tanda Tangan dan Paraf Pejabat yang Diberi Delegasi dan Kuasa untuk Menandatangani Keputusan Mutasi Kepegawaian di Lingkungan kementerian Perhubungan
4 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 399 Tahun 2017
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Dalam Rangka Pembinaan Pembangunan Transportasi di Wilayah Provinsi
5 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 522 Tahun 2017
Tim Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2017 (1438H)
6 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 569 Tahun 2017
Rencana Operasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2017
7 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 606 Tahun 2017
Standar Operasional Prosedur Layanan Unggulan Kementerian Perhubungan Tahun 2017
8 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 626 Tahun 2017
Pemberian Penghargaan Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2017 (1438 H)
9 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 786 Tahun 2017
Standar Operasional Prosedur Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
10 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 873 Tahun 2017
Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
11 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 934 Tahun 2017
Rapat Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2017
12 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 988 Tahun 2017
Pembentukan Tim Kajian Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Sistem Transportasi Nasional
13 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 996 Tahun 2017
Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Berusaha Kementerian Perhubungan
14 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 997 Tahun 2017
Pemberian Izin Usaha Angkutan Multimoda Kepada PT. Berkah Multi Cargo Untuk Menyelenggarakan Angkutan Multimoda
15 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP 1087 Tahun 2017
Penetapan Pemenang Penilaian Manajemen Keselamatan Penyelenggara Jasa Angkutan (Transportation Safety Management A Ward) Tahun 2017
INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang
1. Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 16 Tahun 2017
Perataan Distribusi Jadwal Penerbangan dan Slot Time Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang Untuk Peningkatan Pelayanan dan Keselamatan Penerbangan
INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN TAHUN 2017 YANG TELAH DITETAPKAN (BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI) No. Nama Peraturan Tentang
1 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 1 Tahun 2017
Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Transportasi
2 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 2
Kelengkapan Data Dukung Minimum Usulan Kegiatan Pagu Kebutuhan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Kementerian Perhubungan Tahun
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
Tahun 2017 2018
3 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor IM 3 Tahun 2017
Pencegahan Penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV), Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Penanggulangan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Lingkungan Kementerian Perhubungan
4 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor IM 4 Tahun 2017
Pelaksanaan Piket Sabtu dan Minggu untuk Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Jasa Transportasi di Lingkungan Kementerian Perhubungan Tahun 2017
5 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor IM 7 Tahun 2017
Pendidikan dan Pelatihan Bidang Pembangunan Karakter Aparatur Kementerian Perhubungan Tahun 2017
6 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor IM 9 Tahun 2017
Peningkatan Pemanfaatan Aplikasi Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat di Bidang Perhubungan
7 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 10 Tahun 2017
Pemeriksaan Kelaikan Sarana Transportasi
8 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 12 Tahun 2017
Monitoring Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2017 (1438H)
9 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 14 Tahun 2017
Perubahan Pelaksanaan Monitoring dan Berakhirnya Masa Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2017 (1438 H)
10 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 15 Tahun 2017
Pelaksanaan Piket Sabtu dan Minggu untuk Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Jasa Transportasi Di Linkungan Kementerian Perhubungan Tahun 2017
11 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 18 Tahun 2017
Pelaksanaan Hasil Rapat Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2017
12 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 19 Tahun 2017
Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Proyek Strategis Nasional Melalui Aplikasi E-Psn
13 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 20
Pelaksanaan Penetapan Pengelola Anggaran Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
Tahun 2017
14 Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: IM 21 Tahun 2017
MONITORING ANGKUTAN NATAL TAHUN 2017 DAN TAHUN BARU 2018
SURAT EDARAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 YANG TELAH DITETAPKAN
(BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)
No. Nama Peraturan Tentang
1 Surat-Edaran Nomor: SE 3 Tahun 2017
Pembangunan, Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Lingkungan Kementerian Perhubungan
2 Surat-Edaran Nomor: SE. 6 Tahun 2017
Kewajiban Memberikan Pelayanan Pada Hari Libur Nasional Dalam Rangka Hari Pemungutan Suara Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Walikota Dan Wakil Walikota Tahun 2017
3 Surat-Edaran Nomor: SE. 7 Tahun 2017
Penyiapan Materi Menteri Perhubungan dan Petunjuk Pejabat Pendamping Serta Pelaksanaan Kunjungan Kerja Menteri Perhubungan
4 Surat-Edaran Nomor: SE. 9 Tahun 2017
Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Serta Rencana Kerja Dan Anggaran Tahun 2018
5 Surat-Edaran Nomor: SE. 15 Tahun 2017
Larangan Penyampaian Pendapat di Muka Umum pada Obyek-obyek Vital Transportasi Nasional
6 Surat-Edaran Nomor: SE. 19 Tahun 2017
Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (MUSRENBANGNAS) Tahun 2017
7 Surat-Edaran Nomor: SE. 22 Tahun 2017
Persiapan Dan Monitoring Angkutan Lebaran Tahun 2017 (1438 H)
8 Surat-Edaran Nomor: SE. 23 Tahun 2017
Peningkatan Keselamatan Penyelenggaraan TransportasiDan Persiapan Angkutan Lebaran Tahun 2017 (1438 H)
9 Surat-Edaran Nomor: SE. 25 Tahun 2017
Pelaksanaan Tugas Operasional/Monitoring Angkutan Lebaran Tahun 2017
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
10 Surat-Edaran Nomor: SE. 30 Tahun 2017
Program Pengendalian Gratifikasi Di Lingkungan Kementerian Perhubungan
11 Surat-Edaran Nomor: SE. 31 Tahun 2017
Tindak Lanjut Arahan Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Kabinet Paripurna Tanggal 29 Agustus 2017 Tentang Percepatan Pemerataan Pembangunan
12 Surat-Edaran Nomor: SE. 32 Tahun 2017
Percepatan Penyerapan Anggaran Tahun 2018
13 Surat-Edaran Nomor: SE. 34 Tahun 2017
Monitoring Angkutan Natal Tahun 2017 Dan Tahun Baru 2018
14 Surat-Edaran Nomor: SE. 37 Tahun 2017
Peningkatan Keselamatan Penyelenggaraan Transportasi Dan Persiapan Pelaksanan Angkutan Natal Tahun 2017 Dan Tahun Baru 2018
15 Surat-Edaran Nomor: SE. 38 Tahun 2017
Persiapan Menghadapi Natal Tahun 2017 dan Tahun Baru 2018
PERATURAN DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang
1 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 008 Tahun 2017
Tatanan Jaringan Komunikasi Penerbangan Nasional
2 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP. 017 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Bagian 171-09 (Advisory Circular Part 171-09) Penggunaan Internet Publik Untuk AplikasiAeronautika
3 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 036 Tahun 2017
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 40 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil-Bagian 139 (Manual Of Standard CASR-139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter (Heliports)
4 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 038 Tahun 2017
Apron Management Service
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
5 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 041 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-11 (Advisory Circular CASR Part 139-11), Lisensi dan/atau Rating Personel Bandar Udara
6 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 110 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Bagian 171-10 (Advisory Circular Part 171-10) Tata Cara Dan Prosedur Penggunaan Frekuensi Radio Untuk Kegiatan Penerbangan
7 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 112 Tahun 2017
Tata Cara Pengelolaan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time) Bandar Udara
8 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 113 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Bagian 69-03 (Advisory Circular Part 69-03) tentang Lisensi, Rating, Pelatihan dan Kecakapan Personel Pemandu Komunikasi Penerbangan
9 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 120 Tahun 2017
Pedoman Penyusunan Program Pengawasan dan Investigasi Keamanan Penerbangan Internal
10 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 128 Tahun 2017
Program dan Tata Cara Pengawasan dan Investigasi Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara
11 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 129 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Pengawasan dan Investigasi Keamanan Penerbangan
12 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 158 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Pendistribusian, Pemberian Tanggapan Dan Pemantauan ICAO State Letter
13 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 162 Tahun 2017
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 564 Tahun 2015 tentang Protokol (Checklist) Pengawasan pada Pelayanan NavigasI penerbangan
14 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 171 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 21-02 (Staff Instruction CASR 21-02) tentang Sertifikat Kelaiudaraan untuk Pesawat Udara dan Persetujuan yang Berkaitan (Airworthiness Certification of Aircraft and Related Products)
15 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP
Petunjuk Teknis Pengawasan Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat Bandar Udara (Airport Emergency Plan)
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
172 Tahun 2017 dan Pertolongann Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK)
16 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 173 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
17 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 174 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 21-01 (Staff Instruction CASR Part 21-01) Prosedur untuk Sertifikasi Tipe (Type Certification Procedures)
18 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 180 Tahun 2017
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 650 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 69-01 (Staff Instruction Part 69-01) Pengujian Lisensi dan Rating Personel Pemandu Lalu Lintas Penerbangan
19 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 182 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan Oleh Inspektur Navigasi Penerbangan
20 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 197 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-08, Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara (Advisory Circular 139-08)
21 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 198 Tahun 2017
Perencanaan Sumber Daya Manusia Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara
22 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 199 Tahun 2017
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Pengaturan, Pengendalian dan Pengawasan di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
23 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 200 Tahun 2017
Perencanaan Sumber Daya Manusia Pada Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Direkotrat Jenderal Perhubungan Udara
24 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 212 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-10 (Staff Instruction 139-10) tentang Prosedur Pengawasan Program Pemeliharaan Konstruksi Perkerasan Bandar Udara (Pavement Management System)
25 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 214 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 8900-5.14 (Staff Instruction Part 8900-5.14) tentang Pengujian Kecakapan Bahasa Inggris (English Language Proficiency Testing)
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
26 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 215 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 8900-3.324 (Staff Instruction 8900-3.324) tentang Prosedur Persetujuan dan Inspeksi terhadap Manual Pengoperasian PEsawat Udara (Approval and Inspection of Operation Manual)
27 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 216 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-05, Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara (Advisory Circular 139-05)
28 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 218 Tahun 2017
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 287 Tahun 2015 Tentang Pedoman Teknis Operasional Bagian 69-01 (AdvisoryCircular Part 69-01) tentang Lisensi, Rating, Pelatihan Dan Kecakapan Personel Pemandu Lalu Lintas Penerbangan
29 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 220 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-01, Sertifikasi dan Registrasi serta Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar Udara (Staff Instruction 139-01)
30 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 222 Tahun 2017
Indikator Kinerja Keselamatan (Safety Performance Indicator (SPI)) untuk Penyelenggara Bandar Udara Dan Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Dan Tata Cara Perhitungan Tingkat Kinerja Keselamatan Yang Dapat Diterima (Acceptable Level of Safety Performance (ALoSP)) untuk Penyedia Jasa Penerbangan
31 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 223 Tahun 2017
Petunjuk Teknis PEraturan KEselamatan Penerbangan Sipil Bagian 8900-4.10 (Staff Instruction 8900-4.10) tentang Penerbitan dan Pengawasan untuk Otorisasi Reduced Vertical Separation Minimum (RVSM) (Issuance and Surveillance for Reduced Vertical Separation Minimum (RCVM) Authorizations)
32 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 224 Tahun 2017
Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Kantor Otoritas Bandar Udara
33 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 229 Tahun 2017
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 606 Tahun 2015 tentang Perencanaan Sumber Daya Manusia Inspektur Penerbangan di Lingkungan Direktorat Jenderal
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
Perhubungan Udara
34 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 234 Tahun 2017
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor Kp 283 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis (Staff Instruction) Inspector Training System (ITS) Inspektur Navigasi Penerbangan
35 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 235 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 175-02 (Staff Instruction Part 175-02) Pemberian Persetujuan Penyelenggaraan Pelayanan Informasi Aeronautika
36 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 236 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Bagian 8900 - 2.13 (Staff Instruction 8900-2.13) Prosedur Sertifikasi Dan Pengakuan Organisasi Perawatan Pesawat Udara Di Luar Negeri (Certification or Recognition For Foreign Approved Maintenance Organization (AMO))
37 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 237 Tahun 2017
Sertifikasi Instruktur Keamanan Penerbangan
38 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 238 Tahun 2017
Pedoman Teknis Manajemen Resiko (Risk Management) Keamanan Penerbangan
39 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 240 Tahun 2017
PedomanPenyusunan danTataCara Pengesahan ProgramKeamananPenerbangan
40 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 241 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamtan Penerbangan Sipil Bagian 19-01 (Staff Instruction 19-01) Sistem Pelaporan Kejadian Wajib (Mandaratory Occurrence Reporting System)
41 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 242 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19-02 (Staff Instruction 19-02) Sistem Pelaporan Sukarela Voluntary Reporting System (VRS)
42 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 243 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19-02 (Advisory Circural 19-02) Sistem Pelaporan Sukarela (Voluntary Reporting System (VRS))
43 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 244 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipi lBagian 8900-5.2 (Staff Instruction 8900-5.2) tentang Prosedur Sertifikasi Personel Dan Tugas Dan Tanggung Jawab Inspektur Operasi Penerbangan (Personnel
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
Licensing Procedures And Flight Operations Inspector Tasks And Responsibilities)
44 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 245 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian19-01 (Advisory Circular 19-01) Sistem Pelaporan Kejadian Wajib (Mandatory Occurrence Reporting System)
45 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 246 Tahun 2017
Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 272 Tahun 2015 Tentang Tanda Pengenal Inspektur Penerbangan
46 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 248 Tahun 2017
Petunjuk Pelaksanaan raturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 65-01 (Staff Instruction Part 65-01) tentang Prosedur Pemberian Sertifikasi Kecakapan Personel Ahli Perawatan Pesawat Udara (I)
47 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 249 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 143-01 (Staff Instruction Casr Part 143- 01) Sertifikasi Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Bidang Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan
48 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 250 Tahun 2017
Amatan Penerbangan Sipil Bagian 67-01 (Staff Instruction Part67-01) Subbagian tentang Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Penerbangan (Aviation Medical Examination Procedur)
49 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 251 Tahun 2017
Formulir Petunjuk Teknis-01 Balai Kesehatan Penerbangan (Staff Instruction (SI)) Form-01 Aviation Medical Center (AMC))
50 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 252 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 8900-6.2 (Staff Instruction Part 8900-6.2) Tentang Pemerikasaan Ramp (Ramp Inspection)
51 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 253 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141 (Staff Instruction 141-01) tentang Prosedur Sertifikasi, Persyaratan Operasi dan Pengawasan untuk Sekolah Penerbang Certification, Operating Requirement and Countinuing Surveilance For Pilot Schools)
52 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 254 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 147-01 (Staff Instruction 147-01) Sertifikasi atau Perpanjangan atau Perubahan dan Pengawasan untuk Organisasi Pusat Pelatihan Perawatan Pesawat udara Bedasarkan PKPS Bagian 147 (Certification or Renewal
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
or Amandement and Surveillance of A CASR PART 147 Aircraft Maintenance Training Organization (AMTO)
53 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 262 Tahun 2017
Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR-Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodrome)
54 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 267 Tahun 2017
Petunjuk teknis peraturan keselamatan penerbangan sipil bagian 183-05 (SI 183-05) tentang administrasi perwakilan dokter penguji kesehatan penerbangan yang ditunjuk
55 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 268 Tahun 2017
Petunjuk teknis peraturan keselamatan penerbangan sipil bagian 183-04 (SI 183-04) tentang administrasi untuk perwakilan pengujian teknisi perawatan pesawat udara yang ditunjuk
56 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 269 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 147-02 (AC 147-02) Penyusunan Kurikulum Dan Silabus Dasar
57 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 276 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan (Staff Instruction CASR PART 173-02) tentang Pemberian Persetujuan Penyelenggaraan Pereancangan Prosedur Penerbangan
58 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 277 Tahun 2017
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19-03 (Staff Instruction 19-03) Program Analisis Data Penerbangan (Flight Data Analysis Program)
59 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 278 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19-04 (Staff Instruction 19-04) Sistem Dokumentasi Keselamatan Penerbangan (Flight Safety Document System (FSDS))
60 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 279 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 19-05 (Staff Instruction 19-05) tentang Petunjuk Teknis (Panduan) Safety Management System (SMS) untuk Para Inspektur Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Operator
61 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 280 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 21-45 (Advisory Circular21-45) Persetujuan Kelaikudaraan Peralatan Airbone Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) (Airworthiness Approval of Airbone Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) Equipment)
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
62 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 281 Tahun 2017
Standar Teknis dan Operasi Bagian 170-02 (Manual of Standard CASR Part 170-02) Prosedur Komunikasi Penerbangan (Manual on Aeronautical Communication Procedures)
63 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 283 Tahun 2017
Pedoman Teknis Operasional Bagian 120-28 (Advisory Circular 120-28) Kriteria untuk Persetujuan
64 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 292 Tahun 2017
Petujuk Teknis Bagian 8900-3.2 (Staff Instruction 8900-3.2) Exemption, Deviations, Waivers and Authorisation
65 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 293 Tahun 2017
Petujuk Teknis Bagian 8900-3.181 (Staff Instruction 8900-3.181) Authorization, Conditions and Limitations (ACL)
66 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 294 Tahun 2017
Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 8900-6.1 (Staff Instruction Part 8900-6.1) tentang Pemeriksaan Pesawat Udara (Aircraft nspection)
KEPUTUSAN DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang
1 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 015 Tahun 2017
Penghapusan Barang Milik Negara Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Sultan Muhammad Kaharuddin-Sumbawa Besar Dengan Tindak Lanjut Pemindahtanganan
2 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP. 019 Tahun 2017
Susunan Keanggotaan Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo-Biak Tahun 2017-2020
3 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 20 Tahun 2017
Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Kelas I Mopah-Merauke Tahun 2017-2020
4 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 021 Tahun 2017
Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Kelas I UtamaSentani-JayapuraTahun 2016-2019
5 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP
Tim Pelaksanaan Aplikasi Online Sistem Informasi Sertifikasi Stasiun Penerbangan di Pesawat Udara
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang 030 Tahun 2017 (Aircraft Aeronautical Station Licence)
6 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 042 Tahun 2017
Penetapan Inspektur Navigasi Penerbangan Tahun 2017
7 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 048 Tahun 2017
Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Lombok Tahun 2017-2020
8 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 049 Tahun 2017
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: 4524 Tahun 2016 tentang Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi-Manado Tahun 2016-2019
9 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 050 Tahun 2017
Tim Pelaksana Volcanic Ash Exercise (Volphin 17/01)
10 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 068 Tahun 2017
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 353 Tahun 2016 tentang Rute dan Penyelenggara Angkutan Udara Perintis untuk Penumpang serta Penyelenggara dan Lokasi Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pesawat Udara Tahun Anggaran 2017
11 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 071 Tahun 2017
Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian Bandar Udara Baru di Bintan
12 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 111 Tahun 2017
Tim Kajian Status dan Kelembagaan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan
13 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 116 Tahun 2017
Third Meeting of The Working Group on The Asia/Pasific ATS Inter-Facility Data Communication Implementation (AIDC) Implementation Guidance Document (APA IGD WG/3) dan Third Meeting of The Asia/Pasific ATS Inter-Facility Data-Link Communication Implementation Task Force (APA TF/3)
14 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 119 Tahun 2017
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 119 Tahun 2017 tentang Penetapan Inspektur Bandar Udara Tahun 2017
15 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 130 Tahun 2017
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 071 Tahun 2017 tentang Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian Bandara
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang Baru Di Bintan
16 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 142 Tahun 2017
Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional H.AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan Tahun 2017-2020
17 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 153 Tahun 2017
Petugas Pelaksana Pengelola Slot Time (Indonesia Airport Slot Managenment (IASM))
18 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 154 Tahun 2017
Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di Wirasaba
19 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 160 Tahun 2017
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 154 Tahun 2017 tentang Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di Wirasaba
20 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 179 Tahun 2017
Tim Percepatan Penyelesaian Regulasi Tindak Lanjut Temuan ICAO USOAP
21 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 228 Tahun 2017
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 119 Tahun 2017 tentang Penetapan Inspektur Bandar Udara Tahun 2017
22 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 231 Tahun 2017
Penetapan Indikator Kinerja Keselamatan (Safety Performance Indicator (SPI)) dan Tingkat Kinerja Keselamatan Yang Dapat Diterima (Acceptable Level of Safety Performance (ALoSP)) Bidang Navigasl Penerbangan
23 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 233 Tahun 2017
Rute dan Penyelenggara Angkutan Udara Perintis Kargo dan Subsidi Angkutan Udara Kargo serta Penyelenggara Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pesawat Udara untuk Angkutan Udara Perintis Kargo, sebagai Pelaksanaan Program Jembatan Udara Tahun Anggaran 2017
24 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 247 Tahun 2017
Tim Pelaksanaan Program Optimalisasi Penyerapan Pilot Baru Lulusan Sekolah Penerbangan (AB INITIO) Tahun 2017
25 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 261 Tahun 2017
Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 104 Tahun 2017 tentang Komite Nasional Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda Banda Aceh Tahun
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang 2016-2019
26 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 263 Tahun 2017
Program Mitigasi Penerapan Prosedur Pengujian Kecakapan Bahasa Inggris
27 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 264 Tahun 2017
Standar Operasional Prosedur Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
28 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 274 Tahun 2017
Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 279 Tahun 2016 tentang Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Supadio-Pontianak Tahun 2016
29 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 282 Tahun 2017
Indikator Kinerja Keselamatan (Safety Perfomance Indicator/SPI) dan Tingkat Keselamatan yang dapat Diterima (Acceptable Level of Safety Perfotmance/ALoS) Bidang Bandar Udara
30 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 317 Tahun 2017
Rute dan Penyelenggaraa Angkutan Udara Perintis Kargo dan Subsidi Angkutan Udara Kargo serta Penyelenggara Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pesawat Udara untuk Angkutan Udara Perintis Kargo, sebagai Pelaksanaan Program Jembatan Udara Tahun Anggaran 2018
31 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 318 Tahun 2017
Rute dan Penyelenggaraa Angkutan Udara Perintis untuk Penumpang serta Penyelenggara dan Lokasi Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pesawat Udara Tahun Anggaran 2018
32 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 319 Tahun 2017
Tim Pengawasan Bagasi Penumpang di Bandar Udara
33 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 341 Tahun 2017
Kelompok Kerja Penyusunan Ratifikaasi Protokol tentang PErubahan PAsal 50 (A) dan 56 Konvensi Penerbangan Sipil Internasional
34 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 343 Tahun 2017
Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Kualanamu-Deli Serdang Tahun 2017-2020
35 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 344 Tahun 2017
Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Minangkabau-Padang Tahun 2018-2020
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
No. Nama Peraturan Tentang
36 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 363 Tahun 2017
Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri pada Rute Penerbangan yagn belum Tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri
INSTRUKSI DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang
1 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: INST 001 TAHUN 2017
Peningkatan Kewaspadaan Dalam Menghadapi Musim Hujan dan Kondisi Visibility Below Minima di Bandar Udara serta Penanganan Dampak Sebaran Abu Vulkanik Terhadap Operasi Penerbangan
2 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: INST 002 Tahun 2017
Smartphone Samsung Galaxy Note7
3 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: INST.003 TAHUN 2017
Upaya Peningkatan Penanganan Ancaman Bom (Bomb Threat) pada Penerbangan Sipil
4 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: INST 004 TAHUN 2017
Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Bandar Udara
5 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: INST 006 Tahun 2017
Pelaksanaan Angkutan Udara Lebaran Tahun 2017
6 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: INST 008 TAHUN 2017
Sikap Personel Keamanan Penerbangan dalam Bertugas di Bandar Udara
7 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: INST 009 TAHUN 2017
Pelaksanaan Penyelenggaraan Angkutan Udara Haji Tahun 1438 H/2017 M
8 Instruksi Jenderal Hubud Nomor: INST 010 TAHUN 2017
Pelaksanaan Hasil Rapat Kerja Dinas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
SURAT EDARAN DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang
1 Surat Edaran Nomor: SE.03 Tahun 2017
Instruksi Kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
2 Surat Edaran Nomor: SE 13 Tahun 2017
Pelayanan Penerbangan pada Keadaan Kahar (Force Majeure) yang Disebabkan oleh Peningkatan Aktivitas Seismik Gunung Berapi di Indonesia
3 Surat Edaran Nomor: SE 19 Tahun 2017
Dukungan Terhadap Pemulihan Sektor Perekonomian dan Pariwisata di Bali
4 Surat Edaran Nomor: SE 20 Tahun 2017
Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelayanan terhadap Pengguna Jasa
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 12 :
PERHITUNGAN RASIO KECELAKAAN AOC 121 Dan AOC 135
Jumlah Kejadian Kecelakaan AOC 121 & 135 = 1 Kejadian Jumlah Pergerakan AOC 121 & 135 = 814,974 Pergerakan
Sehingga Rasio Kecelakaan =
Rasio = 1,22
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 13:
KOTA TERHUBUNGI PERINTIS DAN KOMERSIAL
NO NAMA KOTA NO NAMA KOTA NO NAMA KOTA NO NAMA KOTA 1 KUTACANE 64 FAWI 127 MALANG 190 TIMIKA 2 SINGKIL 65 SUGAPA 128 SEMARANG 191 BIMA 3 BLANGPIDIE 66 WAGHETE 129 YOGYAKARTA 192 PUNCAK JAYA 4 TAPAK TUAN 67 MULIA 130 SOLO 193 PALU
5 GAYO LUWES 68 MOANAMANI 131 PADANG SIDEMPUAN 194 NABIRE
6 PULAU PULAU BATU 69 SERUI 132 TELUK
BINTONI 195 TAHUNA
7 PASAMAN BARAT 70 BATOM 133 BUNGO 196 DENPASAR
8 ROKOT 71 DABRA 134 TAKENGON 197 YAHUKIMO 9 SILANGIT 72 BOROME 135 MUARA TEWEH 198 JEMBER 10 MUKOMUKO 73 KARUBAGA 136 BATULICIN 199 NUNUKAN 11 ENGGANO 74 LUBAN 137 BAU BAU 200 CIJULANG
12 DABO SINGKEP 75 ELELIM 138 GUNUNG SITOLI 201 LABUHA
13 TB. KARIMUN 76 MEMBERAMO RAYA 139 BINTUNI 202 OKSIBIL
14 PASIR PANGARAIAN 77 TIOM 140 BANYUWANGI 203 SAUMLAKI
15 TEMBILAHAN 78 MAMIT 141 SUMBAWA BESAR 204 BAJAWA
16 LETUNG 79 KENYAM 142 MABA 205 LAHAT
17 KUALA PEMBUANG 80 KOBAGMA 143 BUOL 205 PUTU SIBAU
18 KUALAKURUN 81 MAPENDUMA 144 NAGAN RAYA 207 AMBON
19 PURUKCAHU 82 MUGI 145 PANGKAL PINANG 208 DUMAI
20 NANGAPINOH 83 KUYAWAGE 146 KERINCI 209 MOROTAI 21 LONGBAWAN 84 BOKONDINI 147 GORONTALO 210 KOLAKA 22 LONG APUNG 85 BEOGA 148 DOBO 211 TANA TORAJA
23 BINUANG 86 AGIMUGA 149 SORONG 212 BANDAR LAMPUNG
24 KALIMARAU 87 POTOWAI 150 SIBOLGA 213 KETAPANG
25 LONGLAYU 88 BILOGAI 151 LANGGUR 214 TANJUNG PINANG
26 MARA TUA 89 DEKAI 152 KUPANG 215 NATUNA 27 DATAH DAWAI 90 KEPI 153 BENGKULU 216 MANOKWARI 28 SANGATA 91 EWER 154 BIAK 217 MALINAU 29 MELAK 92 KOKONAO 155 RUTENG 218 MANADO
30 MUARA WAHAU 93 JILA 156 GALELA 219 JAYAPURA
31 KARIMUN JAWA 94 JITA 157 LARANTUKA 220 BALIKPAPAN
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
NO NAMA KOTA NO NAMA KOTA NO NAMA KOTA NO NAMA KOTA
32 BAWEAN 95 TSINGA 158 TANJUNG PANDAN 221 LUBUK
LINGGAU
33 NAHA 96 ALAMA 159 SELAYAR 222 SIBORONG-BORONG
34 MIANGAS 97 PARO 160 SAMPIT 223 JAKARTA 35 BONE 98 WANGBE 161 ENDE 224 KOTABARU 36 MASAMBA 99 KAPIRAYA 162 JAKARTA-HLP 225 MUNA 37 SEKO 100 KILMIT 163 ATAMBUA 226 TERNATE 38 RAMPI 101 DUMA 164 KENDARI 227 MAKASSAR 39 KISAR 102 AGADUGUME 165 BATAM 228 BANDA ACEH
40 SANANA 103 TANAH MERAH 166 BANDUNG 229 PALEMBANG
41 GEBE 104 KAMUR 167 PANGKALAN BUN 230 PEKAN BARU
42 BANDA 105 OKABA 168 SURABAYA 231 JAMBI 43 NAMLEA 106 KIMAM 169 TARAKAN 232 PONTIANAK
44 WAHAI 107 BOMAKIA 170 TANJUNG REDEB 233 SINTANG
45 KUFAR 108 MINDIPTANA 171 POSO 234 BANJARMASIN 46 MOA 109 SENGGO 172 MAPPI 235 LUWUK
47 LARAT 110 BADE 173 LABUHAN BAJO 236 MAMUJU
48 AMAHAI 111 WANAM 174 KAO 237 AMPANA
49 WAISAI 112 YANIRUMA 175 MEDAN 238 TANJUNG SELOR
50 KAMBUAYA 113 MANGGELUM 176 PALOPO 239 SABU
51 AYAWASI 114 WANGGEMA-LO 177 TOLI-TOLI 240 MATAK
52 INANWATAN 115 ABOGE 178 SINABANG 241 SAMARINDA
53 TEMINABUAN 116 KOROWAIBATU 179 ROTE 242 PALANGKARAY
A
54 KABARE 117 KIWIROK 180 PRAYA, LOMBOK 243 FAK-FAK
55 WERUR 118 TERAPLU 181 SABANG 244 SUMENEP 56 KEBAR 119 ABOY 182 ALOR 245 CILACAP
57 NUMFOR 120 SURU-SURU 183 LHOKSEUMAWE 246 WAINGAPU
58 BABO 121 SILIMO 184 RAJA AMPAT 247 KAIMANA 59 ANGGI 122 HOLUWUN 185 WANGI-WANGI 248 MAUMERE
60 BOTAWA 123 SOBAHAM 186 MELONGGUANE 249 TAMBOLAKA
61 SINAK 124 PASEMA 187 KEP. TALAUD 250 WAMENA 62 ILAGA 125 ANGGRUK 188 PADANG 251 TASIKMALAYA 63 ILLU 126 NINIA 189 MERAUKE 252 LEWOLEBA
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
LAMPIRAN 14 :
DOKUMENTASI KEGIATAN
TERMINAL
RUN WAY
Bandar Udara Baru Maratua
TERMINAL
APRON
Bandar Udara Baru Werur Papua
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
RUN WAY
TERMINAL
Bandar Udara Baru Korowai Batu
Renovasi Gd. Terminal Penumpang
Renovasi Gd. Terminal Penumpang
Bandar Udara Alas Lauser Kutacane
Normalisasi Run Way Strip
Normalisasi Run Way Strip
Bandar Udara Rambele Takengon
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Pekerjaan Cut And Fill
Pekerjaan Cut And Fill
Bandar Udara Blangkejeren
Pengadaan X-Ray Bagage
Perpanjangan Ladas Pacu
Bandar Udara Namniwel
Terminal Baru
Ruang Tunggu Terminal Baru
Bandar Udara Tjilikriwut Palangkaraya
RUANG KEBERANGKATAN TAMPAK SISI DARAT
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Pengarahan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kepada Lulusan Akademi Pilot Asal Papua
Menhub Dan Dirjen Hubud Mendampingi
Presiden Di Trunojoyo Sumenep Tinjauan Ke Posko Nataru Dengan Menteri
Perhubungan
Monitoring Angkutan Haji Tahun 2017
LAPORAN KINERJA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017
Kepala Otoritas Bandar Udara Menyampaikan
Sambutan Sesditjen Perhubungan Udara Kepala Bagian Perencana Sebagai Ketua
Pelaksana
Nara Sumber Biro Perencanaan Kemenhub
Didamping Bagian Perencanaan Hubud Nara Sumber Itjen Kemenhub Didampingi
Bagian Perencanaan
Tim Bimtek Dan Sosialisasi Penyusunan lakip
2017 Tim Bimtek Dan Sosialisasi Penyusunan LAKIP 2017
Tim Dan Peserta Tim Dan Peserta