-
TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA SITU GINTUNG OLEH PKPU
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )
Disusun oleh :
ERSYAD TONNEDY NIM: 105054102070
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM KONSENTRASI KESEJAHTERAAN
SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H ./ 2010 M. SYST
OOLS
DEMO
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil
asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 April 2010
Ersyad Tonnedy
SYST
OOLS
DEMO
-
KATA PENGANTAR
Segala puji ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Adil dan Maha
Pengasih. Hanya
kepada-Nya kita memuji, memohon ampun dan pertolongan. Hanya
dengan inayah-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai pada tingkat
strata satu (S1).
Shalawat serta salam semoga tercurah ke haribaan baginda
Rasulullah SAW beserta
keluarganya, sahabat-sahabatnya dan seluruh umatnya sampai akhir
zaman yang senantiasa
ikhlas mengikuti sunah-sunah serta jejak perjuangannya.
Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik moril
maupun materiil yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
mendalam kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi beserta
para pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Helmi Rustandi, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Konsentrasi
Kesejahteraan Sosial
dan sebagai Penguji, terimakasih telah memberikan kritik, saran
dan masukan untuk
skripsi yang telah penulis selesaikan.
3. Bapak Ismet Firdaus, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan
Konsentrasi Kesejahteraan Sosial,
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
membagi waktunya
untuk memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta
masukan-masukan berharga
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.A. dan Ibu Wati Nilamsari,
M.Si., selaku Dosen Penguji,
penulis mengucapkan terima kasih telah memberikan kritik, saran
dan masukan
membangun terhadap skripsi yang telah penulis selesaikan
SYST
OOLS
DEMO
-
13. Teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu tanpa
mengurangi rasa terima kasih
penulis kepada kalian.
Akhir kata, karena keterbatasan wawasan, pengetahuan dan
pengalaman penulis, tentu
banyak kesalahan dan kekhilafan penulis dalam skripsi ini.
Selanjutnya penulis ucapkan
terima kasih dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Amin
Ciputat, 20 April 2010
Ersyad Tonnedy
SYST
OOLS
DEMO
-
5. Aktivitas Lembaga. 67 6. Struktur Lembaga... 68 7. Jaringan
Kerja..... 70
B. Profil Situ Gintung....... 70
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Analisis Tahapan Penanggulangan
Bencana Situ Gintung oleh PKPU
........... 73 1. Pra Bencana. 73 2. Tanggap Darurat......
74
a. Menurunkan Team Ekspedisi/ SAR.................. 74 b.
Penyediaan Posko Bantuan............... 83 c. Program Dapur
Air.................... 86 d. Program Bersih
Rumah..................... 88 e. Program Steam Gratis....... 91 f.
Paket-Paket Sumbangan ... 93
3. Pasca Bencana (pemulihan/ Recovery)... 96 a. Rehabilitasi....
96
1) Program Trauma Healing Anak-Anak.. 96 2) Program Tag
Sale......... 101 3) Program Wisata Keluarga......... 105 4)
Program Gizi. 107
b. Rekonstruksi.. 113 1) Program Ekonomi......... 113
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Tahapan Penanggulangan
Bencana Situ Gintung oleh PKPU. ... 127 1. Faktor Pendukung.....
130 2. Faktor Penghambat... 130
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 111 B. Saran......... 112
DAFTAR PUSTAKA..... 132 LAMPIRAN
SYST
OOLS
DEMO
-
DAFTAR GAMBAR
1. Peta Jaringan Kerja PKPU. 70
SYST
OOLS
DEMO
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Wilayah Indonesia yang bercirikan kepulauan dan lingkungan alam
tropiknya dengan
curah hujan yang cukup tinggi, secara alamiah dapat menyebabkan
terjadinya
pembentukan situ, danau atau waduk yang kemudian selain
berfungsi sebagai tempat
penampungan dari air hujan, mata air maupun sungai-sungai yang
terdapat disekitarnya,
juga dimanfaatkan untuk perairan ladang pertanian, tambak dan
tempat wisata alam.
Situ adalah sejenis waduk kecil sebagai wadah genangan air di
atas permukaan tanah
atau air permukaan yang terbentuk secara alamiah sebagai siklus
hidrologi dan
merupakan salah satu bagian yang juga berperan potensial dalam
kawasan lindung.1
Sedangkan waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediaan
untuk berbagai
kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun buatan
manusia.2
Terjadinya pembentukan situ atau danau baik secara alami maupun
buatan, yang
tanpa disadari semakin lama sudah berumur relatif tua namun
tidak disertai dengan
adanya pemeliharaan dan perawatan yang memadai, kemudian
ditambah dengan
pelanggaran-pelanggaran tata ruang yang terjadi dan telah
berlangsung sejak lama, sedikit
demi sedikit menyebabkan kemungkinan akan kerentanan terhadap
terjadinya bencana
sangatlah besar. Hingga fenomena bencana jebolnya tanggul situ
atau danau di Indonesia
yang sangat berdampak bagi lingkungan sekitarnya menjadi semakin
bertambah.
1 Roviky, Dongeng Seputar Situ-situ di Indonesia, artikel
diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari
http://rovicky.wordpress.com/2009/03/30/dongeng-seputar-situ-situ-di-indonesia-beauty-and-the-beast-1/
2 Waduk, artikel diakses pada Minggu, 28 Februari 2010 dari
http://.wikipedia/waduk. org/ SYST
OOLS
DEMO
-
bila Indonesia oleh masyarakat Internasional dikenal sebagai
supermarket bencana,
karena hampir semua jenis bencana ada di Indonesia. Jepang
misalnya, masuk dalam
negara beresiko sedang atau medium karena dinilai sangat siap
menghadapi bencana jenis
apapun.6
Dalam dasa warsa terakhir pengelolaan bencana semakin bergeser
kearah
pemberdayaan komunitas, seperti yang dicanangkan dalam World
Conference on Natural
Disaster Reduction di Yokohama pada tahun 1994 mengenai
Community-based Disaster
Management. Suatu kesadaran mengenai pentingnya upaya
pemberdayaan komunitas agar
memiliki informasi yang memadai, memiliki kewaspadaan yang lebih
tinggi, lebih aktif,
serta memiliki kemampuan untuk berkoordinasi dan mendukung
pemerintah. Tentunya
bukan hanya sekedar merespon bencana tetapi juga dalam kegiatan
mitigasi.7
Melihat banyaknya potensi bencana, sudah seharusnya bangsa
Indonesia senantiasa
sadar dan waspada. Bencana sudah seyogyanya dijadikan peristiwa
yang membuat kita
patut merenungi dan merefleksi diri bahwa negara kita merupakan
wilayah yang hampir
semua bencana exist.8
Ketika terjadinya suatu bencana maka kita berhadapan dengan
manusia, sehingga
kondisi serta kebutuhan para korban harus didahulukan dan akhir
dari tindakan terlihat
pada hasil yang dinikmati korban. Kebutuhan korban harus
dimaknai sebagai menjawab
kebutuhan manusia yang tengah menderita tersebut.9
Terjadinya bencana seolah menagih simpati jiwa kemanusiaan kita
untuk
mengaplikasikan nilai-nilai moral. Dengan demikian, suara hati
manusia tanpa harus
memandang agama dan kepercayaannya akan bicara mengenai
tindakan-tindakan yang
6 Resiko Tinggal di Negeri Seribu Bencana, Komunika, Edisi
12/tahun V (Agustus 2009): h. 8.
7 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana
Terpadu (Jakarta: Yarsif Watampone,
2006), h. 92. 8 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana
Terpadu, h. 2-3.
9 Abraham Fanggidae, Soal Nilai Dalam Manajemen Bencana, artikel
diakses pada Selasa, 23 Februari
2010 dari
http://www.averroes.or.id/breaking-news/soal-nilai-dalam-manajemen-bencana.htmlZ
SYST
OOLS
DEMO
-
sesuatu. Entah itu aktivitas ekonomi, sosial, budaya, politik
maupun amal perbuatan yang
terkait dengan ibadah kepada Tuhan. Di sinilah tercipta hubungan
untuk saling tolong
menolong antara manusia satu dengan yang lainnya. Allah SWT
memberikan rule
(kaidah/ panduan) agar dalam melakukan tolong menolong itu
seyogyanya dalam
melakukan hal-hal yang baik, tidak bertentangan dengan
kaidah-kaidah keagamaan
maupun budaya atau norma yang berlaku di masyarakat dimana kita
tinggal. Masing-
masing membantu orang lain sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan.12
Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk biologis, makhluk
pribadi dan
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial atau makhluk yang
bermasyarakat, manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia ada
kalanya sehat, sakit senang dan
ada kalanya susah. Kita sangat membutuhkan bantuan orang lain.
Jadi adab kepada orang
yang kena musibah adalah membantu atau menolong mereka untuk
meringankan
penderitaannya, serta menghiburnya dalam kesusahan. Allah SWT
akan senantiasa
menolong hambanya yang suka memberi pertolongan kepada orang
lain.13 Sebagaimana
dalam suatu hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda:
( )
Artinya:
Allah senantiasa akan menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu
menolong saudaranya sendiri. (H.R Muslim).
Kita harus mencoba memahami setiap musibah yang kita dapatkan.
Segala musibah
tersebut terjadi dengan seizin Allah. Manusia memang ditakdirkan
tidak pernah lepas dari
ujian. Baik yang sudah diprediksikan ataupun yang datang
tiba-tiba seketika. Musibah
12 Ahmad Nurcholish, Tolong Menolong Dalam Kebajikan, artikel
diakses pada Rabu, 23 Februari 2010
dari
http://ahmadnurcholish.wordpress.com/2008/08/27/tolong-menolong-dalam-kebajikan-qs-al-maidah52/
13
Anggit Saputra Dwi Pramana, Tolong Menolong dalam Kebaikan,
artikel diakses pada Rabu, 23 Februari 2010 dari
http://anggitsaputradwipramana.blogspot.com/2009/08/tolong-menolong-dalam-kebaikan.html
SYST
OOLS
DEMO
-
Pada hakekatnya bencana juga merupakan suatu cobaan, peringatan
dan ujian dalam
kehidupan manusia didunia. Sebagai suatu alat introspeksi diri
serta pelajaran berharga
bagi manusia untuk senantiasa memperbaiki dirinya, karena suatu
saat kita pasti akan
kembali kepada-Nya.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT (QS. Al-Anbiyaa/ 21: 35) yang
berbunyi:18
K K{s |J,qL #78}7P G'",* Y
Gs#'?L QH(~*Qr Q'&7,-
2 ,>7*Q8 @#"z'h c[Q
Artinya:
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji
kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan.
Bagi orang-orang yang menggunakan akalnya dan membuka diri,
mereka akan dapat
mengambil hikmah dari berbagai peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Hikmah tersebut
akan menjadi pelajaran berharga untuk menghadapi masalah di masa
depan, serta
membangun kedekatan dengan Allah sang penguasa kehidupan.
Demikian seharusnya
kita menyikapi setiap bencana yang menimpa kita, menimpa
sahabat-sahabat kita atau
mungkin sanak famili kita. Hikmah yang terkandung di dalam
bencana tentu selalu
memuat beberapa pelajaran agar kita berintrospeksi dan kemudian
termotivasi untuk
melangkah kearah yang lebih baik dan produktif. Bagi orang-orang
yang berfikir positif,
mereka akan selalu berpendapat bahwa semua ini adalah ujian dan
cobaan. Ujian terhadap
keimanan kita dan cobaan bagi kesabaran kita dalam menerima
musibah. Karena semua
itu datangnya dari Allah dan kita pun akan kembali
pada-Nya.19
18 Said, Tarjamah Al Quran Al Karim, h. 293.
19 Mustofa, Menuai Bencana, h. 236-237. SYST
OOLS
DEMO
-
Dalam undang-undang no. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan
pokok
kesejahteraan sosial, pasal 2 ayat 1 adalah sebagai berikut:
Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan,
kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi
setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuan
jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri
sendiri, keluarga serta masyarakat dan menjunjung tinggi hak-hak
azasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah kita,
yaitu pancasila.22
Dalam kondisi bencana, diperlukan upaya penanganan agar dapat
menumbuhkan
semangat korban dalam membangun kembali wilayahnya yang telah
hancur dengan
partisipasi sosial masyarakat, dimana manusia (warga masyarakat)
tidak boleh dipandang
dan diperlakukan sebagai objek pembangunan belaka, namun menjadi
subjek terhadap
pembangunan daerahnya sendiri.23 Dengan melaksanakan aktivitas
kemanusiaan baik itu
didalam maupun diluar lembaga pelayanan sosial, yang direkat
tidak hanya oleh sikap
karitatif atau belas kasihan, melainkan dengan dasar pengetahuan
(body of knowledge)
dan keterampilan (body of skill),24 untuk membantu individu,
keluarga, kelompok dan
masyarakat agar berfungsi sosial dalam memenuhi kebutuhan fisik,
psikis dan sosial,
serta dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan
peran dan situasi
sosialnya.25
Hal-hal tersebut diatas dapat diwujudkan melalui
pelayanan-pelayanan sosial yang
pada prinsipnya mempunyai tiga unsur utama, yaitu: 1. Pelayanan
sosial merupakan
aktivitas profesi pekerjaan sosial bersama dengan profesi lain
(bukan monopoli profesi
pekerjaan sosial), 2. Pelayanan sosial ditujukan untuk membantu
agar seseorang dapat
mengembangkan diri, tidak bergantung, memperkuat relasi keluarga
dan juga
22 Syarif Muhidin, Pengantar Kesejahteraan Sosial (Bandung:
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial,1997),
h. 5. 23
Jusman Iskandar, Strategi Dasar Membangun Kekuatan Masyarakat
(Bandung: KM STKS, 1993), h. 27. 24
Edi Suharto, M.Sc, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan
Sosial (Bandung: LSP-STKS, 1997), h. 392.
25 Siti Napsiyah, Review: Konsep, Sejarah dan Peran Pekerja
Sosial (Makalah), h. 1. SYST
OOLS
DEMO
-
Situ Gintung digulirkan oleh PKPU secara bertahap dari awal
terjadinya bencana hingga
proses pasca bencana/ recovery.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka
kemudian mendorong
penulis untuk melakukan pembahasan dan penelitian secara lebih
mendalam mengenai
Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung Oleh PKPU.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis dalam hal ilmu pengetahuan,
waktu, dana dan
demi terfokusnya pikiran, maka peneliti membatasi masalah
penanggulangan bencana
(disaster management) Situ Gintung pada Tahapan Penanggulangan
Bencana Situ
Gintung oleh PKPU.
2. Perumusan Masalah
1.) Apa saja tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU
untuk Situ
Gintung?
2.) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam tahapan
penanggulangan
bencana Situ Gintung oleh PKPU ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk aplikasi tahapan
penanggulangan bencana
Situ Gintung oleh PKPU dilaksanakan.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
program
penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU. SYST
OOLS
DEMO
-
tentang jumlah informan minimal yang harus dipenuhi pada suatu
penelitian
kualitatif.30
Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah
keterwakilan unsur dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana oleh PKPU, yaitu 7 orang
dari para korban
bencana Situ Gintung sebagai wakil dari unsur penerima/ peserta
program. Kemudian
3 orang koordinator program, yaitu Koordinator Rescue,
Koordinator Pemberdayaan
Ekonomi dan Koordinator Divisi Kesehatan sebagai unsur dari
pemberi/ pelaksana
program.
Tabel 1 : Rancangan Penelitian
No. Informan Informasi yang dicari Jumlah 1. Koordinator
Divisi Program Perihal Program Penanganan Bencana untuk Situ
Gintung, Faktor pendukung dan penghambat program
3 orang
2. Penerima Program (Korban Situ Gintung)
Perihal pelayanan sosial yang diterima 7 orang
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut
Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan atau proses
menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan
suatu obyek,
dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut
pandang teoritis
maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan
mengumpulkan informasi-
30 Lawrence W. Neuman. Social Research Methods: Qualitative dan
Quantitative Approaches (Needham
Heights: Allyn & Bacon, 2000), h. 20-21. SYST
OOLS
DEMO
-
fenomena yang muncul dan mempertimbangkan antar aspek dari hasil
rangkaian
tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan PKPU untuk korban
bencana
Situ Gintung.
b. Interview atau wawancara
Yaitu suatu alat pengumpulan informasi secara langsung tentang
beberapa
jenis data.33 Wawancara yang dilakukan oleh penulis untuk
memperoleh data dari
berbagai narasumber. Alat yang digunakan dalam pencatatan data
berupa alat tulis
dan tape recorder. Pencarian data dengan metode ini sangatlah
penting untuk
mendapatkan berbagai informasi mengenai tahapan penanggulangan
bencana Situ
Gintung oleh PKPU.
c. Dokumentasi
Yaitu suatu cara memperoleh data yang tidak diperoleh dengan
observasi dan
interview, namun dengan melakukan penelusuran data melalui
telaah buku,
majalah, surat kabar, jurnal, sumber internet, laporan hasil
praktikum
penanggulangan bencana Situ Gintung PKPU dan sumber lain terkait
dengan
masalah yang sedang diteliti.
5. Teknik Analisis Data
Setelah terkumpulnya data dan informasi yang dibutuhkan sesuai
dengan
permasalahan penelitian, maka selanjutnya penulis melakukan
analisis terhadap data
dan informasi tersebut. Dalam menulis data tersebut penulis
menggunakan analisis
deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil temuan penelitian secara
sistematis, faktual
dan akurat yang disertai dengan petikan hasil wawancara.
33 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset,
1989), h. 49. SYST
OOLS
DEMO
-
b. Ketekunan/ keajegan pengamatan, dengan maksud menemukan
ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang
sedang dicari. Kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
Dengan kata lain peneliti hanya memusatkan jawaban sesuai dengan
rumusan
masalah saja. Dalam teknik keabsahan ketekunan ini, penulis
melakukan
pengamatan hanya kepada masalah yang sedang diteliti yaitu
tahapan
penanggulangan bencana Situ Gintung oleh PKPU.
7. Pedoman Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti
menggunakan
teknik penulisan berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah yang
diterbitkan oleh CeQda UIN Jakarta, 2007.
8. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan perbandingan, maka penulis memaparkan beberapa
skripsi sebagai
berikut:
1) Dalam skripsi yang berjudul: Upaya Pekerja Sosial dalam
Menumbuhkan
Semangat Membangun Kembali Masyarakat Korban Bencana Gempa Bumi
di
Klaten (Jawa Tengah) pada Tahap Rehablitasi.
Di susun oleh : Dedi Gunawan
Univ/ Prog Studi : Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jakarta/
Kesejahteraan Sosial
Lulus : 1428 H/ 2007 M
SYST
OOLS
DEMO
-
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan
Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II Landasan Teori
Pengertian Bencana, Jenis-Jenis Bencana, Penyebab Bencana,
Dampak-
Dampak Bencana, Pengelolaan Bencana (Disaster Management),
Tahapan
Penanggulangan Bencana meliputi tahap Pra bencana yaitu
Pencegahan
(prevention); Kesiapsiagaan (preparedness); Mitigasi
(mitigation), Tanggap
Darurat (response), Pasca Bencana (Pemulihan/ recovery) yaitu
Rehablitasi
(rehabilitation) dan Rekonstruksi (reconstruction).
BAB III Gambaran Umum PKPU
Sejarah Berdiri, Visi dan Misi, Tujuan, Nilai Budaya Organisasi,
Aktivitas
Lembaga, Struktur Lembaga, Jaringan Kerja dan Profil Situ
Gintung.
BAB IV Temuan dan Analisis
Analisis Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh PKPU,
Analisis
Faktor Pendukung dan Penghambat Program Penanggulangan Bencana
Situ
Gintung oleh PKPU.
BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran.
SYST
OOLS
DEMO
-
melalui proses yang panjang atau situasi tertentu dalam waktu
yang sangat cepat tanpa
adanya tanda-tanda.38 Bencana merupakan sumber kesulitan dan
kemalangan yang
potensial untuk sementara waktu, menjerumuskan kelompok-kelompok
tertentu ke
bawah garis kemiskinan. Bencana dapat menimbulkan kehilangan
jiwa, rumah dan
aset, mengganggu peluang penghidupan, pendidikan dan
penyelenggaran pelayanan-
pelayanan sosial, menggerogoti tabungan dan menciptakan
masalah-masalah
kesehatan, seringkali dengan konsekuensi-konsekuensi yang
berjangka panjang.39
Bencana merupakan gangguan atau kekacauan pada pola normal
kehidupan.
Gangguan atau kekacauan ini biasanya hebat, terjadi tiba-tiba,
tidak disangka-sangka
dan wilayah cakupan cukup luas. Dampak kepada manusia seperti
kehilangan jiwa,
luka-luka dan kerugian harta benda. Dampak ke pendukung utama
struktur sosial dan
ekonomi seperti kerusakan infrastruktur berupa sistem jalan, air
bersih, listrik,
komunikasi dan pelayanan penting lainnya.40
Dalam UU RI No. 24/ 2007 dikatakan bahwa bencana adalah
peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
serta penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau non-alam
maupun faktor
manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.41
Dengan demikian, maka dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa
pengertian bencana yaitu suatu peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang dapat
menimbulkan ancaman dan gangguan terhadap keberfungsian suatu
masyarakat
38 Deny Hidayati, Panduan Siaga Bencana Berbasis Mayarakat
(Jakarta: LIPI Press. Vol. 8 no. 1, 2005), h.
65. 39
ProVention Consortium Secretariat, Perangkat untuk
Mengarusutamakan Pengurangan Resiko Bencana: Catatan Panduan bagi
Lembaga-Lembaga yang Bergerak dalam Bidang Pembangunan (Yogyakarta:
Circle Indonesia, 2007), h. 40.
40 Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana
Terpadu (Jakarta: Yarsif Watampone,
2006), h. 67. 41
Sentosa Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana (Bandung: Nuansa Aulia, 2009), h. 10.
SYST
OOLS
DEMO
-
letusan gunung berapi, tsunami, angin topan, banjir, tanah
longsor, kebakaran,
kekeringan, wabah/ epidemik, kecelakaan besar, kerusuhan
massal.43
Bencana yang menimbulkan ancaman dan kerugian bagi umat manusia,
juga dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: geologi (gempa bumi, tsunami,
longsor, gerakan
tanah), hidro-meteorologi (banjir, topan, banjir bandang,
kekeringan), biologi
(epidemi, penyakit tanaman, hewan), teknologi (kecelakaan
transportasi, industri),
lingkungan (kebakaran, kebakaran hutan, penggundulan hutan),
sosial (konflik,
terrorisme).44
D. Penyebab Bencana
Penyebab bencana dapat dibagi menjadi dua yaitu alam dan manusia
(dapat juga
karena faktor keduanya). Secara alami bencana akan selalu
terjadi di muka bumi,
misalnya tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya
benda-benda dari langit ke
bumi, tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu yang
relatif lama sehingga
menimbulkan bencana kekeringan atau sebaliknya curah hujan yang
sangat tinggi di
suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor.
Bencana oleh aktivitas
manusia adalah terutama akibat eksploitasi alam yang berlebihan,
alih tata guna lahan
meningkat, pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan kebutuhan
pokok dan non-
pokok meningkat, kebutuhan infrastrukturpun meningkat.45 Bencana
yang
dikarenakan ulah manusia, antara lain dapat pula disebabkan oleh
gencarnya
43 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 5.
44 Pengantar Bencana, artikel diakses pada Jumat, 07 Agustus
2009 dari http://www.pirba.hrdp-
network.com/e5781/e5795/e5809/e14422/eventReport14449/pengantar
bencana(FILEminimizer).ppt 45
Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 68.
SYST
OOLS
DEMO
-
E. Dampak - Dampak Bencana
Dampak bencana yaitu pengaruh atau segala sesuatu yang terjadi
akibat bencana.
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana
adalah kematian, luka-
luka, kerusakan, kehilangan dan kehancuran harta benda, sumber
mata pencaharian
dan hasil pertanian, gangguan proses produksi, gangguan gaya
hidup, kehilangan
tempat tinggal, kerusakan infrastruktur, gangguan sistem
pemerintahan, kerugian
ekonomi, dampak psikologi, dll.50
Dampak bencana bervariasi tergantung pada kondisi, kerentanan
lingkungan dan
masyarakat.51 Namun seiring dengan berjalannya waktu, dampak
bencana secara fisik
perlahan teratasi dengan berbagai program bantuan dari berbagai
organisasi, baik
pemerintah maupun LSM. 52
Para korban selamat saat terjadi bencana mengalami persoalan
dalam penyesuaian
diri terhadap kondisi fisik, psikologis dan sosial yang ada
setelah terjadinya bencana.
Seringkali kondisi tersebut memunculkan konflik batin bagi
korban yang
bersangkutan untuk bisa menerima kenyataan bahwa kondisi kini
sudah tidak seperti
dulu.53 Bencana sebagai suatu pengalaman traumatik, karena dalam
waktu sekejap
perubahan di lingkungan dan diri sendiri terjadi secara sangat
bermakna.54
Secara sederhana trauma bermakna pukulan atau luka yang mengacu
pada
pengalaman-pengalaman mengagetkan dan menyakitkan, bahkan
mengancam nyawa
50 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h.
146.
51 Hidayati, Panduan Siaga Bencana Berbasis Mayarakat, h.
65.
52 Nurrachman, Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan
Trauma Akibat Bencana Alam, h. 11.
53 Saru Arifin, Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban
Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten
Bantul, Yogakarta), (Laporan Penelitian Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia, 2008), h. 5. 54
Nurrachman, Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma
Akibat Bencana Alam, h. 4. SYST
OOLS
DEMO
-
dimana setiap individu, kelompok dan masyarakat mengelola bahaya
dalam sebuah
usaha untuk menghindari dan mengatasi pengaruh bencana sebagai
akibat dari
bencana tersebut. Manajemen bencana adalah sebuah proses yang
terus-menerus
dimana pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sipil merencanakan
dan mengurangi
pengaruh bencana, mengambil tindakan segera setelah bencana
terjadi dan mengambil
langkah-langkah untuk pemulihan. Prinsip manajemen bencana
adalah bagaimana
mengatasi keterbatasan manusia dalam memprediksi dan menghadapi
bencana, yang
kemudian dituangkan dalam strategi dan kebijakan dalam
mengantisipasi, mencegah
dan menangani bencana melalui tahapan penanggulangan
bencana.59
Ada beberapa substansi yang perlu dalam filosofi pengelolaan
bencana, meliputi:
1. Bencana memberi dampak mulai yang sangat kecil sampai ke yang
sangat besar,
tergantung dari antara lain jenis bencana, luas area yang
terkena, land-use.
2. Kerugian baik jiwa maupun materi (harta) dialami oleh semua
lapisan masyarakat,
stakeholders maupun pemerintah
3. Penanggung jawab utama pengelolaan bencana ada di Pemerintah
yang berperan
dominan sebagai enabler
4. Pemerintah dibantu oleh stakeholder terkait.60
Pengelolaan bencana adalah suatu proses terpadu yang
mempromosikan
koordinasi pengembangan dan pengelolaan bencana juga pengelolaan
aspek lainnya
yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam rangka
mengoptimalkan
kepentingan ekonomi dan kesejahteraan sosial dan untuk
meningkatkan tindakan-
59 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster
Management di Negeri Rawan Bencana, h.
10. 60
Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 21.
SYST
OOLS
DEMO
-
dari rencana tindak dan penerima dampak bencana baik langsung
maupun
tidak langsung.
3. Keterkaitan kebijakan pengelolaan bencana dengan
kebijakan-kebijakan
lainnya
4. Kebutuhan biaya untuk pengelolaan bencana
b. Kerangka kerja legislatif
Adalah kebijakan tentang bencana yang diterjemahkan dalam
aspek
hukum. Perlu adanya peraturan perundangan tentang bencana
sebagai acuan
hukum. Kerangka legislatif ini berperan sebagai rambu-rambu yang
harus
dipatuhi oleh semua pihak.
1. Reformasi peraturan yang ada
a. Kerangka kerja institusi, meliputi peran legal dan tanggung
jawab dari
institusi, interelasi antar institusi dan para pihak lainnya
yang sesuai
dengan fungsi-fungsi penyedia pelayanan, pengatur,
perencana,
pelaksana, organisasi pendukung dan pemakai (user).
b. Mekanisme para pihak untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
bencana
c. Mekanisme penyelesaian konflik
2. Peraturan tentang bencana
RUU tentang bencana telah disusun oleh DPR RI yang terdiri dari
10
bab dan 72 pasal.
3. Penegakan hukum
Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan bencana
adalah
penegakan hukum. Peraturan perundangan telah banyak diterbitkan
namun
sering dilanggar. Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi
maupun
hukuman yang tegas. SYST
OOLS
DEMO
-
c. Institutional Capacity Building
Adalah semua usaha usaha dan upaya untuk melatih, mendidik,
mengajar,
mengembangkan kemampuan dan kecakapan sumber daya manusia.
Tujuannya agar sumber daya manusia dapat lebih efektif dan
efisien bekerja di
bidangnya, dapat bekerja sama dan menjalin komunikasi secara
lebih baik
dengan sumber daya manusia dibidang lainnya dalam konteks
pengelolaan
bencana.
1) Kapasitas pengelolaan
Diperlukan pendidikan, pelatihan dan pengajaran yang sistematis
baik
untuk jangka pendek, menengah dan panjang termasuk juga situasi
dan
kondisi normal maupun darurat.
2) Kapasitas pengaturan
Building capacity yang menonjolkan keterampilan daripada alih
ilmu
pengetahuan dapat dipakai untuk meningkatkan penampilan
organisasi
yang terstruktur termasuk dalam organisasi pengelolaan bencana.
Pelatihan
dapat meliputi pelatihan manajemen, pemberdayaan sumber daya
manusia,
tindakan-tindakan terapan dalam pengelolaan bencana,
pengenalan
bencana spesifik dan pengelolaannya.
3) Berbagai (Alih) ilmu pengetahuan
Karena bencana dapat dialami oleh semua orang maka pengertian
alih
pengetahuan dan teknologi perlu dibuat secara tersistem dan
terfokus
kepada SDM yang menerimanya. Dapat saja alih ilmu ini untuk
substansi-
substansi yang canggih dan modern sesuai dengan perkembangan
ilmu
pengetahuan namun perlu juga dilakukan transfer teknologi yang
sederhana
dan tepat guna. SYST
OOLS
DEMO
-
Pengertian kata tahapan dapat diartikan sebagai suatu tingkatan
ataupun jenjang.63
Sedangkan pengertian penanggulangan adalah suatu proses,
perbuatan dan cara
menanggulangi.64 Penanggulangan bencana menurut UU RI No. 24/
2007 adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan
yang berisiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
rehabilitasi dan
rekonstruksi.65
Upaya penanggulangan bencana merupakan usaha berkelanjutan
yang
direncanakan dan dikoordinir untuk mereduksi atau meminimalisir
dampak suatu
bencana dengan tujuan agar masyarakat daerah rawan bencana
merasa aman dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, namun tetap mengerti dan
memahami betul kondisi
lingkungannya sehingga selalu waspada.66
Penanganan bencana berangkat dari keterbatasan manusia dalam
memprediksi dan
menghadapi bencana. Jadi pengertian ini justru berangkat dari
sikap bahwa bencana
tidak sepenuhnya dapat dikendalikan.67
Para pihak yang terlibat untuk pengelolaan bencana meliputi
unsur-unsur
pemerintah (enabler), perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat (LSM),
sukarelawan/ti (volunteer), swasta/ investor, kontraktor,
konsultan, masyarakat dan
lain-lain. Pemerintah dibantu stakeholders lainnya sebagai mitra
dalam pengelolaan
bencana secara terpadu. Para pihak dapat memberikan kontribusi
sesuai dengan peran
masing-masing, mulai dari jauh sebelum bencana, saat bencana dan
pasca bencana.68
63 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, h. 884
64 Ibid., h. 898.
65 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 10.
66 Herryal Z. Anwar, Penanggulangan Bencana di Daerah Rawan
Bencana, dalam Kompas, 20 Februari
2003, h. 9. 67
Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster
Management di Negeri Rawan Bencana, h. 3.
68 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 105.
SYST
OOLS
DEMO
-
(Sumber: Depkes, 2007)
Jadi manajemen bencana bukanlah hanya sekedar memberikan
pertolongan
kepada korban yang terkena bencana seperti yang selama ini
dipahami. Penanganan
bencana harus dilakukan jauh sebelum bencana terjadi dan juga
setelah terjadinya
bencana.71 Berikut tahapan penanggulangan bencana, yang meliputi
kegiatan pra
bencana (pencegahan, kesiapsiagaan, mitigasi), tanggap darurat
dan pasca bencana/
pemulihan (rehabilitas, rekonstruksi):
d. Pra Bencana
Bencana hampir seluruhnya datang mendadak, oleh karena itu
perlu
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan apabila terjadi
musibah. Apalagi
pada daerah yang tidak terduga akan terjadi bencana, karena
tidak termasuk
daerah rawan bencana sebab sudah puluhan atau ratusan tahun
tidak pernah ada
bencana didaerah tersebut.72
Persiapan menghadapi bencana yaitu berbagai kegiatan yang
dipersiapkan
untuk menghadapi kemungkinan timbulnya bahaya dari bencana.73
Untuk itu
dalam masa pra bencana, dapat dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut:
4) Pencegahan (prevention)
71 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster
Management di Negeri Rawan Bencana, h.
9. 72
Soeladi, Manajemen Bencana Alam Tsunami, h. 44. 73
Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam
pada Era Otonomi Daerah, h. 12. SYST
OOLS
DEMO
-
Namun dalam pelaksanaannya, berbagai permasalahan dalam
pencegahan
bencana pada umumnya yaitu:
a. Terbatasnya dana dan biaya.
b. Prioritas nasional yang lain.
c. Aspek politik (kadang terjadi masalah bencana yang kurang
populer atau
tidak menarik dari sudut pandang poitik, sehingga tidak
dilakukan upaya-
upaya pengelolaan secara terpadu). Umumnya pencegahan
bencana
menjadi perhatian yang besar dan yang penting tatkala bencana
sudah
terlanjur terjadi.
d. Masalah pembangunan.
e. Keseimbangan pengelolaan bencana alam dengan pengelolaan yang
lain.
f. Pandangan tradisional yang sudah melekat (sulit melakukan
perubahan).
g. Pandangan bahwa program pengelolaan bencana adalah proyek
pemerintah semata.77
5) Kesiapsiagaan (preparedness)
Kesiapsiagaan (preparedness) menurut UU RI No. 24/ 2007
adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui
pengorganisasian dan langkah yang tepat guna serta berdaya
guna.78
Kesiapsiagaan juga merupakan setiap aktivitas sebelum terjadinya
bencana
yang bertujuan untuk mengembangkan kapabilitas operasional
dan
memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana
terjadi.79
77 Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h.
142.
78 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 11.
79 Disaster Management, artikel diakses pada Selasa, 23 Februari
2010 dari http://
www.siagabencana.lipi.go.index/i php?q=node/17 SYST
OOLS
DEMO
-
masyarakat umum, LSM, pemerintah, lembaga kesehatan, pemadam
kebakaran, palang merah, angkatan bersenjata hingga pekerja
kantor dan para
profesional.81
Dengan demikian, kesiapsiagaan (preparedness) dapat diartikan
sebagai
suatu upaya yang tepat guna dan berdaya guna menghadapi bencana,
melalui
penyusunan perencanaan yang efektif dalam mengantisipasi
bencana. Lingkup
preparedness ini seperti pemberian training emergency response,
pelatihan
komunikasi dan koordinasi antar lembaga terkait untuk saling
memberikan
bantuan seperti peralatan, informasi, personil dan bantuan
keuangan selama
terjadinya bencana.
Sistem peringatan dini (early warning system) sebagai bagian
dari
kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan pemberian tanda
peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya
bencana di suatu tempat.82 Karena pada prinsipnya, dapat bencana
tersebut
diatas/ dicegah lebih dini sehingga tidak perlu mengorbankan
begitu banyak
harta benda dan jiwa yang tak ternilai harganya.
Beberapa contoh sistem peringatan dini yang dapat digunakan,
seperti:
a. Alat pengukur curah hujan otomatis antara hulu dan poros
bendungan,
yang akan mengirimkan data ke komputer pusat/ server
(komunikasi/
pengiriman datanya bisa melalui radio/ seluler/ lainnya).
Komputer pusat
akan mengolah dan menganalisa data, jika ada sesuatu parameter/
nilai
yang melewati ambang dan dianggap bahaya, maka komputer pusat
secara
otomatis akan memberikan peringatan/ warning dan menyebarkan
informasinya ke pejabat-pejabat terkait (ke handphonenya
misalnya),
81 Disaster Management.
82 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 11 SYST
OOLS
DEMO
-
Mitigasi (mitigation) menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah
serangkaian
upaya untuk mengurangi dan meminimalkan risiko serta dampak
bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.88
Tindakan mitigasi (mitigation) menurut UU RI No. 24/ 2007,
meliputi:
a. Pelaksanaan penataan tata ruang.
b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata
bangunan dan
c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan. 89
Isu utama dalam mitigasi, yaitu :
a. Sasaran mitigasi: tentukan dampak terbesar
Prinsip utama dalam mitigasi adalah menyelamatkan jiwa dan
harta.
Skala bencana dan jumlah korban yang mungkin ditimbulkan
adalah
alasan utama yang mendasari pentingnya mitigasi.
b. Mengurangi bahaya atau kerawanan
Perlindungan terhadap ancaman terjadinya bencana dapat
dicapai
dengan menyingkirkan penyebab ancaman ataupun dampaknya
(mengurangi tingkat kerawanannya). Misalnya kebijakan
penetapan
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR).
c. Peralatan, Power dan Anggaran
Pengurangan resiko bencana perlu dibangun melalui
serangkaian
aktivitas yang dilakukan bersama. Misalnya, pemerintah dapat
memanfaatkan berbagai peralatan dan wewenang yang dimilikinya
dalam
banyak cara untuk menjamin keselamatan masyarakat.
88 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 11.
89 Ibid., h. 30. SYST
OOLS
DEMO
-
dan cadangan keuangan yang lebih besar dalam berurusan
dengan
bencana.
4. Manajemen dan institusionalisasi mitigasi bencana
Institusionalisasi mitigasi bencana bertujuan untuk mengurangi
resiko
bencana sebagai hal penting yang harus selalu berlanjut. Agar
dapat
bertahan untuk jangka waktu yang cukup panjang terhadap
perubahan
politik dan perubahan prioritas anggaran, seperti adanya
BAKORNAS
PBP.
5. Kemasyarakatan
Mitigasi bencana hanya akan efektif bila terdapat kesadaran
dalam
masyarakat bahwa memang hal tersebut benar-benar diperlukan.
Sebaliknya jika kesadaran ini rendah, proses mitigasi tidak akan
berjalan
mulus. Dibutuhkan kesadaran masyarakat akan potensi bahaya dan
siap
mendukung usaha yang bersifat protektif.
Dengan demikian, mitigasi (penjinakan) dapat diartikan sebagai
suatu
upaya mengurangi dan meminimalkan risiko serta dampak bencana
melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Baik melalui pembuatan dan
perkuatan
bangunan-bangunan fisik maupun non fisik-struktural melalui
peraturan/
perundangan dan pelatihan.
Kebijakan mitigasi dapat dikalisifikasikan dalam beberapa
cara:
1. Aktif dan pasif
Untuk kebijakan yang aktif, pemerintah mendorong tindakan
yang
diharapkan dengan memberikan insentif. Untuk kebijakan yang
bersifat
SYST
OOLS
DEMO
-
Mengurangi resiko bencana juga dapat dilakukan dengan
memelihara,
mengelola serta memperhatikan aspek lingkungan secara bijaksana,
sehingga
dapat menjamin generasi mendatang agar dapat menjalani kehidupan
yang
layak. Penurunan kualitas lingkungan akibat ulah manusia yang
semena-mena
adalah sumber dari berbagai macam bencana.94
e. Tanggap Darurat (response)
Penanganan saat terjadi bencana adalah semua kegiatan yang
dilakukan ketika
bencana melanda, yang tujuannya adalah menyelamatkan korban
manusia (jiwa-
raga) dan harta benda. Meliputi kegiatan evakuasi korban ke
tempat penampungan
sementara, penyelenggaraan dapur umum, distribusi atau
penyaluran bantuan
dalam bentuk pangan, sandang, obat-obatan, bahan bangunan,
peralatan
ekonomis-produktif (seperti alat pertanian dan pertukangan)
serta uang sebagai
modal awal hidup pasca bencana, pendataan korban dan jumlah
kerugian material
(harta benda).95
Dalam UU RI No. 24/ 2007 dikatakan bahwa tanggap darurat bencana
adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
terjadinya bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.96
Tindakan tanggap darurat (response) menurut UU RI No. 24/ 2007,
meliputi:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan
dan sumber daya.
2. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
3. Pemenuhan kebutuhan dasar.
4. Perlindungan terhadap kelompok rentan.
94 Ibid., h. 46.
95 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana
Alam pada Era Otnomi Daerah, h.
12. 96
Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 11. SYST
OOLS
DEMO
-
menyediakan rumah sakit darurat, melakukan koordinasi antar
lembaga terkait,
masyarakat dan instansi pemerintah.101
Berkaitan dengan kebutuhan, ada 3 macam kebutuhan yang meningkat
akibat
bencana. Pertama, kebutuhan yang bersifat materi seperti
makanan, pakaian,
tempat tinggal, obat-obatan dan uang. Kedua, kebutuhan yang
bersifat sosial
seperti teman, sahabat, keluarga, masyarakat. Ketiga, kebutuhan
yang bersifat
psikologis seperti perhatian, penghargaan, rasa aman, cinta
kasih dan pandangan
hidup.102
Selain itu, keberadaan para kelompok rentan (vulnerable group)
juga harus
menjadi prioritas utama dalam penanganan koban pada situasi
bencana.103
Kelompok rentan yang dimaksud ialah bayi/ balita dan anak-anak,
ibu yang
sedang mengandung atau menyusui, penyandang cacat dan
lansia.104
Jangka waktu masa tanggap darurat beragam sesuai dengan besar
kecilnya
skala bencana, umumnya adalah 2 (dua) minggu sampai dengan 1
(satu) bulan
setelah terjadinya bencana dan dapat diperpanjang berdasarkan
keputusan dari
Presiden/ Kepala Daerah.105
Dengan demikian, tanggap darurat (response) dapat diartikan
sebagai suatu
upaya penanganan segera saat terjadi bencana berupa penyelamatan
(korban jiwa
dan harta benda), kegiatan evakuasi korban, pendataan (jumlah
korban dan
kerugian) dan pemenuhan kebutuhan dasar untuk menangani dampak
buruk yang
101 Arifin, Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban
Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten
Bantul, Yogakarta), h. 7. 102
Nurrachman, Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan Trauma
Akibat Bencana Alam, h. 4. 103
Arifin, Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban Bencana
Alam (Studi Kasus di Kabupaten Bantul, Yogakarta), h. 5.
104 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 33.
105 Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
6 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penggunaan Dana Siap Pakai, artikel diakses pada Selasa, 23
Februari 2010 dari
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:DHf0roEnOEMJ:bnpb.go.id/website/documents/produk_hukum/perkaBNPB/Pedoman%2520DSP.pdf+standar+jangka+waktu+masa+tanggap+darurat&hl=id
SYST
OOLS
DEMO
-
umum, balai kesehatan dan lokasi distribusi bantuan, dsb.109
Selain itu, belum
seluruh provinsi terbentuk BPBD (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah),
Satkorlak PB tingkat provinsi dan Satlak PB tingkat kabupaten/
kota adalah bukan
organisasi struktural yang tidak mempunyai anggaran, personil
serta peralatan
yang cukup karena hanya bersifat kepanitiaan saja.110
Tindakan respon memang jelas sangat diperlukan, tetapi terdapat
kesepakatan
diantara para praktisi bahwa penanganan bencana yang efektif
terletak pada
penyusunan dan implementasi kebijakan mitigasi. Sehingga fase
penyelamatan
korban dapat menjadi indikator gagalnya kebijakan proses
mitigasi (mitigation).111
Kemudian tindakan respon juga harus mempertimbangkan dan
memperhitungkan sequence selanjutnya yaitu tindakan pemulihan
(recovery).
Dengan kata lain, respon harus mendapatkan hasil yang optimal
sehingga dapat
menjadi pendukung untuk tindakan pemulihan.112
f. Pasca Bencana (Pemulihan/ recovery)
Bantuan kemanusiaan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah segala
bentuk
kegiatan yang dilaksanakan setelah terjadinya bencana, untuk
secara berurut
menyelamatkan nyawa manusia dan memenuhi kebutuhan kemanusiaan
yang
mendesak, memulihkan kegiatan normal dan memulihkan
infrastruktur fisik serta
pelayanan masyarakat, pembangunan hunian sementara, penyebaran
informasi
109 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster
Management di Negeri Rawan Bencana,
h. 45. 110
Ir. Soetrisno, Paradigma Responsif Sesaat Harus Diubah,
Komunika, Edisi 6/ Tahun V (April 2009): h. 8.
111 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster
Management di Negeri Rawan Bencana,
h. 81. 112
Kodoatie dan Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu, h. 148.
SYST
OOLS
DEMO
-
Pemulihan (recovery) menurut UU RI No. 24/ 2007 adalah
serangkaian
kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidup yang
terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana dan
sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi dan
rekonstruksi.117
Fase jangka pendek merupakan aktivitas awal untuk pembersihan,
juga
merupakan fase dimulainya perencanaan secara cermat dan teliti
dalam fase
pemulihan (recovery) untuk jangka waktu yang lebih
panjang.118
Dengan demikian, pemulihan/ recovery merupakan suatu upaya
memfungsikan kembali kegiatan, infrastruktur fisik, prasarana
dan sarana (jalan,
listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll) serta pelayanan
masyarakat melalui upaya
rehabilitasi dan rekonstruksi, dengan jangka waktu bisa menengah
maupun
panjang.
3) Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi (memampukan kembali) adalah kegiatan yang
tujuannya
memulihan kembali kemampuan baik kondisi fisik, psikis maupun
kondisi
sosial masyarakat yang terkena bencana. Kegiatan rehabilitasi
ini mencakup:
a. Bersifat fisik, misalnya pembenahan batas-batas pekarangan
antar
ketetanggaan, perfungsian kembali lahan pekarangan atau
perkebunan,
penggarapan kembali sawah dan ladang pertanian.
b. Bersifat non fisik, misalnya kegiatan penyuluhan dan
bimbingan sosial
tentang kesetiakawanan dan kegotongroyongan, usaha kesejahteraan
sosial
dan kesiapan mental psikologis apabila menghadapi
bencana.119
117 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 12.
118 Susanto, Sebuah Pendekatan Strategic Management: Disaster
Management di Negeri Rawan Bencana,
h. 132. SYST
OOLS
DEMO
-
Fase rehabilitasi seperti membuka posko pusat krisis, mengambil
alih
pengasuhan anak-anak korban bencana, menyediakan sarana dan
prasarana
hiburan bagi korban bencana yang masih hidup.123
Dengan demikian, rehabilitasi (memampukan kembali) dapat
dikatakan
sebagai suatu upaya mengembalikan kemampuan baik kondisi fisik,
psikis
maupun kondisi sosial masyarakat pasca terjadinya bencana
melalui
perbaikan-perbaikan dan pelayanan-pelayanan sosial. Kegiatannya
meliputi
perbaikan rumah, fasilitas umum dan fasilitas sosial, pemulihan
trauma pasca
bencana dan mulai menghidupkan kembali roda perekonomian.
4) Rekonstruksi (reconstruction)
Rekonstruksi (perbaikan kembali) yaitu kegiatan perbaikan
dan
perfungsian kembali, baik kondisi fisik maupun kondisi sosial
masyarakat
yang tertimpa bencana. Meliputi:
a. Bersifat fisik, misalnya pembangunan kembali seperti semula
rumah
penduduk, gedung sekolah, tempat ibadah dan jalan yang putus
ataupun
jembatan yang rusak.
b. Bersifat non fisik, yaitu kegiatan yang bersifat penyembuhan
mental
psikologis para korban bencana. Misalnya bimbingan kerohanian
dan
penyelengaraan konsultasi.124
122 Dedi Gunawan, Upaya Pekerja Sosial dalam Menumbuhkan
Semangat Membangun Kembali
Masyarakat Korban Bencana Gempa Bumi di Klaten (Jawa Tengah)
pada Tahap Rehablitasi, (Skripsi S1 Institut Imu Sosial dan Ilmu
Politik Jakarta, 2007), h. 30.
123 Arifin, Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban
Bencana Alam (Studi Kasus di Kabupaten
Bantul, Yogakarta), h. 30. 124
Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam
pada Era Otonomi Daerah, h. 12. SYST
OOLS
DEMO
-
juga penyempurnaan kurikulum di sekolah-sekolah, peninjauan
kembali tata
ruang kawasan.128
Sedangkan tindakan rekonstruksi (reconstruction) menurut UU RI
No. 24/
2007, meliputi:
a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana.
b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
d. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
e. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang
lebih baik dan tahan bencana.
f. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia
usaha dan masyarakat.
g. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
h. Peningkatan fungsi pelayanan publik.
i. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.129
Dengan demikian, rekonstruksi (perbaikan kembali) dapat
diartikan
sebagai suatu upaya pemulihan secara menyeluruh baik kondisi
fisik maupun
kondisi sosial masyarakat yang tertimpa bencana melalui program
jangka
menengah dan jangka panjang dengan sasaran utama yaitu tumbuh
dan
berkembangnya segala aspek kehidupan bermasyarakat yang sama
atau lebih
baik dari sebelumnya baik ekonomi, hukum, sosial dan budaya.
128 Warto, Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana
Alam pada Era Otonomi Daerah,
h. 15. 129
Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 34. SYST
OOLS
DEMO
-
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Lembaga PKPU
1. Sejarah Singkat
Peristiwa krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997
mempengaruhi kondisi
perekonomian bangsa dan rakyat Indonesia. Menyikapi krisis yang
berkembang (17
September 1998), sejumlah anak-anak muda melakukan aksi-aksi
sosial disebagian
besar wilayah Indonesia seperti kegiatan sembako murah,
kesehatan gratis,
penyuluhan gizi, konsultasi keluarga dan lain-lain.
Menindak lanjuti aksi-aksi tersebut, mereka kemudian menggagas
entitas
kepedulian publik yang bisa bergerak secara sistematis dan
independent. Maka pada
10 Desember 1999 lahirlah lembaga sosial bernama PKPU yang
tumbuh menjadi
LSM Islam professional.
Dalam perkembangannya, PKPU menyadari bahwa potensi dana ummat
yang
berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqah sangat besar. Sebagai
negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia, Indonesia dapat mengoptimalkan dana
ZIS-nya untuk
memberdayakan masyarakat miskin.
Pada tanggal 8 Oktober 2001, PKPU mendapat pengukuhan sebagai
Lembaga
Amil Zakat Nasional sesuai dengan SK Menteri Agama RI No. 441.
Sehingga
memperoleh otoritas sebagai lembaga pengelola dana lokal (Zakat,
Infak dan
Shadakoh). Dalam rangka memfasilitasi antara dermawan atau
donator disatu fihak
dan dengan fakir miskin (dhuafa) dilain fihak. Sebagai suatu
kerja amanah dan
professional, merupakan suatu keharusan bahkan tuntutan yang
diwujudkan dalam
kultur dan etos kerja PKPU. Menunaikan dan menyampaikan
kewajiban serta hak SYST
OOLS
DEMO
-
4. Nilai Budaya Organisasi
a. Ukhwah, setiap langkah kerja pelayanan harus membangun
suasana persaudaraan
b. Kreatif dan inovatif, mewujudkan kinerja yang produktif dalam
berbagai aktifitas
kerja baik internal dan eksternal
c. Proaktif dan cepat, merespon permasalahan yang terjadi dan
memberikan solusi
nyata secara tepat dan cepat
d. Inklusif, terbuka dan siap bekerjasama dengan berbagai
pihak
5. Aktivitas Lembaga
Untuk merealisasikan visi dan misi tersebut, PKPU mempunyai 4
strategi
pemberdayaan ummat yaitu:
a. Pengumpulan dana dan bantuan masyarakat
1) Zakat, Infaq, Shodaqah (ZIS) dan Wakaf
2) Dana khusus bencana kemanusiaan
3) Pakaian, bahan makanan (sembako) dan obat-obatan.
4) Hewan qurban
b. Pendayagunaan
1) Misi penyelamatan kemanusiaan
a) Daerah-daerah konflik (Maluku, Maluku Utara, Poso, Aceh,
dll)
b) Daerah-daerah bencana
c) Daerah kritis dan minus
2) Rehabilitasi kemanusiaan
a) Rehabilitasi fasilitas kesehatan dan air bersih
b) Rehabilitasi fasilitas pendidikan SYST
OOLS
DEMO
-
Dalam rangka mewujudkan upaya meringankan beban ummat, PKPU
dengan
sebelas cabang dan perwakilan di daerah, telah membuat program
dengan
memperhatikan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah
sehingga dapat
mengena pada sasaran. Berikut struktur lembaga PKPU:
Tabel 3: Struktur Lembaga PKPU
7. Jaringan Kerja PKPU
Dewan Pembina Dewan Pengawas Dewan Pengurus
CEO SAHABUDIN
Deputi Dirut
SRI ADI Corporate
DEDI SULARSO
14 Cabang PKPU Seluruh Indonesia
Empowerment
AGUNG Fundraising WILDHAN
Partnership TOMY
Financial Director DEDI SULARSO
SYST
OOLS
DEMO
-
kubik dan kedalamannya di atas rata-rata yakni sekitar 10
meter,133 bahkan tercatat waduk
tersebut pernah memiliki luas sampai 70 hektar.134 Air waduk
Situ Gintung ini umumnya
berasal dari mata air Gunung Salak dan Gunung Pangrango
(Bogor).135 Jenis tanggul ini
adalah dari tanah yang ditimbun dan dikeraskan, namun belum
pernah diturap.136 Situ
Gintung adalah sebuah bendungan dengan satu jenis tanah atau
bendungan homogen. Di
sana juga dibangun celah yang disebut pelimpah atau spill way
yang lebarnya 5 meter. Di
samping itu, di bendungan tersebut juga dibangun pintu air kecil
untuk irigasi.
Banyak fasilitas yang tersedia di sana, antara lain restoran,
taman rekreasi dan kolam
renang yang menghadirkan suasana pegunungan. Ada pula tempat
bermain untuk anak-
anak, lapangan tenis dan olahraga, pemancingan, zona petualang,
gazebo, area outbound,
motor ATV, waterboom, banana boat dan pemandangan danau. Situ
Gintung juga
merupakan salah satu tempat wisata alternatif untuk warga
Jakarta dan daerah wisata ini
tak begitu jauh dari Jakarta. Pada akhir pekan dan hari-hari
libur, lokasi ini biasanya
ramai pengunjung.
Namun, pada hari Jumat dini hari tanggal 27 Maret 2009, pagi
hari pukul 04.00 WIB,
Situ Gintung yang cukup dikenal dikalangan masyarakat Jakarta
Selatan dan Ciputat ini
hancur lebur setelah tanggul danau Situ Gintung secara tiba-tiba
jebol, yang dipicu oleh
hujan dalam waktu yang cukup lama karena melebihi kapasitas
penampungan danau dan
tidak ada terusan aliran air danau yang berfungsi dengan baik,
sehingga mengakibatkan
tanggul jebol dan banyak korban meninggal dunia, hilang,
kerusakan rumah dan
133 Situ Gintung, artikel diakses pada Kamis, 24 Februari 2010
dari http://himatan06.wordpr
ess.com/2009/03/28/bencana-situ-gintung// 134
Firman M. Hutapea, MUM, Tinjauan Bencana Situ Gintung dari Sudut
Pandang Penataan Ruang,(artikel), h. 3
135 Bencana Situ Gintung, artikel diakses pada Kamis, 24
Februari 2010 dari http://www.su
rya.co.id/2009/04/01/ situ-gintung.html 136
Sutopo Purwo Nugroho, Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu, artikel
diakses pada Selasa, 23 Februari 2010 dari
http://majalah.tempointeraktif.com/id/cetak/2009/04/06/WAW/mbm.
20090406.WA W129968.id SYST
OOLS
DEMO
-
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Seluruh pihak dapat memberikan kontribusi terhadap proses
penanggulangan bencana
sesuai dengan peran masing-masing, mulai dari tahap pra bencana
(pencegahan,
kesiapsiagaan, mitigasi), tanggap darurat dan pasca bencana/
pemulihan (rehabilitasi dan
rekonstruksi). Berikut analisis terhadap tahapan penanggulangan
bencana yang dilakukan
oleh PKPU dalam upaya membantu dan memulihkan kembali kondisi
masyarakat Situ
Gintung kepada suatu keadaan yang lebih ideal.
C. Analisis Tahapan Penanggulangan Bencana Situ Gintung oleh
PKPU
Berdasarkan hasil observasi, wawancara serta data dokumen yang
dilakukan dan
diperoleh peneliti, didapatkan data dan informasi tentang
serangkaian tahapan-tahapan
penanggulangan bencana Situ Gintung yang digulirkan oleh
PKPU.
1. Pra Bencana
PKPU tidak ikut terlibat dalam upaya-upaya penanganan bencana
pada masa pra
bencana/ sebelum terjadinya bencana. PKPU sebagai lembaga
kemanusiaan, ikut
terlibat dalam tahapan penanggulangan bencana Situ Gintung
sesuai dengan kapasitas
dan peranannya, karena pada dasarnya tanggung jawab dan
wewenang
penanggulangan bencana berada pada pemerintah dan pemerintah
daerah (dalam pasal
5 UU RI No. 24/ 2007). Namun setiap orang, kelompok, lembaga
masyarakat bahkan
masyarakat asingpun boleh dan harus perduli terhadap bencana.
Karena baik
pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha, merupakan segi tiga
kekuatan yang
harus solid dalam penanggulangan bencana.
SYST
OOLS
DEMO
-
buatan. Kemudian juga tindakan pencarian dan evakuasi korban,
serta pemenuhan
terhadap kebutuhan dasar.143
Team Ekspedisi itu adalah kita melakukan perjalanan menelusuri
limpahan aliran air sampai dimana habisnya, nah berarti sepanjang
jalur air itulah kita fokuskan. Dengan tujuan kita bisa memetakan
secara langsung dimana titik-titik parahnya dan
kemungkinan-kemungkinan titik-titik korban yang masih tersangkut
atau tertindih begitu. Dengan pendataan dan assesment yang
dilakukan juga sekaligus mencari korban, kita bisa menentukan
secara langsung titik-titik pengumpulan mayat, dimana posisi yang
tepat mendirikan posko dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.144
Tim ekspedisi menggali berbagai aspek sosial dan kemanusiaan
serta
memotret sebaran pengungsi, kerusakan fisik, jumlah korban jiwa
serta jenis
bantuan apa yang akan diberikan kepada para korban. Penelusuran
ekspedisi Situ
Gintung ini dimulai dari depan tanggul yang jebol hingga Sekolah
Polisi Wanita
(Sepolwan), Pasar Jumat, Jakarta Selatan.145 Luas jangkauan
bencana ini yaitu
sampai dengan wilayah kali Pesanggrahan, Pasar Jumat. Akibat
jebolnya tanggul
Situ Gintung ini, selain memporak-porandakan bangunan rumah,
tempat usaha,
fasilitas umum seperti masjid, posyandu, pemakaman umum,
jembatan, kampus
UMJ (Universitas Muhammadiah Jakarta), pemancingan umum,
juga
menyebabkan pemukiman yang berada di wilayah sekitar kali
pesanggrahan
(terusan aliran air Situ Gintung) terendam air bercampur lumpur
sampai dengan
ketinggian sekitar 2 m lebih, hal tersebut terlihat dari bekas
batas air pada tembok-
tembok rumah penduduk.146
Pada masa tanggap darurat Situ Gintung, jenis penyakit yang
diderita oleh
para korban yaitu seperti diare, penyakit kulit, luka ringan,
ispa, nyeri sendi dan
143 Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI;
Penanggulangan Bencana, h. 31.
144 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue
PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.
145 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 62. 146
Observasi Peneliti. Jakarta, 09 Oktober 2009. SYST
OOLS
DEMO
-
meninggalnya 3 orang mahasiswa dan 1 orang karyawan UMJ,
menghancurkan ribuan buku perpustakaan, alat kantor, komputer
dan data
yang berada di lantai 1 Gedung Perintis 1 serta semua arsip
FISIP dan
Fakultas Agama Islam (FAI) UMJ yang berada di lantai 1 Gedung
Perintis II.
Gedung kuliah Fakultas Pertanian harus dirubuhkan karena
kerusakannya
sudah sedemikian parah. Selain itu, 6 unit mobil dan 2 unit Bus
rusak parah
karena terendam dan terbawa arus air hingga puluhan meter.
Gedung TK
Labschool dan Fakultas Ilmu Pendidikan UMJ beserta isinya juga
hancur
karena hantaman air yang sangat keras. Semua isi Koperasi
Karyawan,
Laboratorium Komputer dan Baitul Mal Wa Al-tamwil UMJ juga
musnah.
Infrastruktur di lingkungan kampus UMJ seperti jalan, jembatan
dan pagar
juga mengalami kerusakan yang sangat signifikan.152
3. Dampak dari segi trauma yang dialami oleh anak-anak akibat
kasus Situ
Gintung, dimana sekilas anak-anak seperti tak mengalami trauma
dan mereka
tampak asyik bermain di lokasi pengungsian. Namun ternyata
banyak diantara
mereka yang trauma melihat air. Pada saat lelap ada yang
mengigau dan
ketakutan, lalu ketika terbangun berteriak minta dibuatkan
kapal. Ada anak
yang tak berani mandi karena ketakutan melihat air. Banyak yang
mengalami
kesulitan tidur dan ketakutan saat melihat hujan turun karena
takut banjir itu
datang lagi.153 Ketika melihat genangan air atau mendengar suara
gemuruh,
mereka tampaknya masih belum berani untuk menyentuh bahkan
sempat
menutup kupingnya. Jika menyaksikan televisi yang menyajikan
kejadian Situ
152 Peran Universitas Muhammadiyah Jakarta di Tengah Tragedi
Situ Gintung, artikel diakses pada
Kamis, 24 Februari 2010 dari
http://suara-muhammadiyah.com/2009/?p=581 153
Trauma Serang Anak Korban Situ Gintung, artikel diakses pada
Kamis, 24 Februari 2010 dari
http://tangerangselatan.wordpress.com/2009/03/31/trauma-serang-anak-korban-situ-gintung/
SYST
OOLS
DEMO
-
dikhawatirkan ambruknya tanggul. Akibat jebolnya tanggul
beberapa waktu
lalu, apabila ditambah hujan terus menerus, tanah dapat menjadi
gembur di
sekitarnya dan rawan untuk bergerak. Untuk kedepannya
direkomendasikan
agar masyarakat mewaspadai kemungkinan munculnya gerakan tanah
atau
longsor di sekitarnya.158
Erosi buluh, peluapan air atau overtopping, fondasi jebol dan
longsor.159
Adanya retakan-retakan pada tubuh tanggul sebelum terjadi
bencana,
menyebabkan munculnya rembesan-rembesan air yang terjadi
sebelum
bencana.
Limpasan air pada mercu tanggul yang meresap ke dalam tubuh
tanggul,
menyebabkan tanah tanggul menjadi jenuh air, tanah tanggul
menjadi gembur
dan tahan geser menjadi berkurang.160
Alih fungsi lahan di sekitar waduk dan di daerah aliran sungai
yang
menyebabkan perubahan kondisi di bagian hulu dan hilir yang
sudah berubah
dari fungsi awalnya, menjadi kawasan hunian padat dan berkembang
seperti
tempat rekreasi, restoran, perumahan dan juga fasilitas
pendidikan. 161
Pintu air yang tak berfungsi baik
Tidak adanya kontrol yang kuat dan tegas, juga tanpa adanya
sanksi terhadap
pelanggaran-pelanggaran alih fungsi lahan.162
Rendahnya manajemen resiko dan kurang tanggapnya aparatur negara
melihat
berbagai resiko/ dampak yang mungkin terjadi. Ditambah lagi
sebelumnya
158 Bencana Situ Gintung: Kombinasi dari Respons yang Lemah,
artikel diakses pada Kamis, 24 Februari
2010 dari http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/28/04212810/
kombinasi.dari respons.yang.lemah 159
Nugroho, Faktor Curah Hujan Hanya Pemicu. 160
Laporan Singkat Bencana Situ Gintung, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, artikel diakses pada Senin, 22 Februari 2010 dari
http://portal.vsi.esdm.go.id/joomla/ind\ex.php?op
tion=com_content&task=view&id=459& Itemid=1
161 Rukmana, Tinjauan Tata Ruang terhadap Bencana Situ
Gintung.
162 Hutapea, Tinjauan Bencana Situ Gintung dari Sudut Pandang
Penataan Ruang, h. 4. SYST
OOLS
DEMO
-
aksinya pada tanggal 27 Maret 2009 (pada saat terjadinya
bencana) sampai
dengan 5 (lima) hari kedepan.168
Gambaran kondisi wilayah Situ Gintung akibat bencana tersebut
kini sebagian
besar berupa hamparan lumpur kering dengan sisa-sisa bangunan
yang hancur
(terutama lokasi yang terdekat dengan tanggul) dan terendam oleh
endapan
lumpur, berikut puing-puing material lainnya yang sudah mulai
dilakukan
pembersihan secara kontinyu dilokasi. Lokasi terparah akibat
bencana ini yaitu
pada wilayah yang dekat dengan jebolnya tanggul, karena banyak
bangunan yang
rata dengan tanah. Selain itu, aktivitas warga korban bencana
juga masih banyak
yang berada di pengungsian (Kertamukti I, Kertamukti II dan
kontrakan-
kontrakan sekitar kampus UMJ) yang selalu mengecek kondisi
rumahnya,
mengamankan barang-barangnya, melakukan
pembersihan-pembersihan,
memperbaiki rumahnya/ tempat usahanya, memberikan batas-batas
rumahnya
(bagi yang rumahnya habis/ rata dengan tanah).169
Tabel 4: Aktivitas Team Ekspedisi/ SAR PKPU
No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil 1 Jumat, 27
Maret
Rabu, 8 April 2009
Pencarian dan evakuasi korban
Pengkajian dan penilaian terhadap bencana
Praktek
Menemukan 3 sosok mayat (1 orang wanita dewasa dan 2 orang
anak-anak)
Memperoleh data tentang dampak bencana (luas lokasi bencana,
jumlah korban, kerusakan pra sarana dan sarana,fasilitas umum,
titik
168 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 62. 169
Observasi Peneliti. Jakarta, 25 September 2009. SYST
OOLS
DEMO
-
pelaksanaanya, posko PKPU ini buka selama 24 jam yang di jaga
secara
bergantian oleh relawan PKPU.171
Posko PKPU ya untuk memudahkan kegiatan PKPU membantu warga
korban sini, kalo ngga ada posko coba, pasti ya ribet, susah untuk
ngelakuin kegiatan ini itu. Ya posko itu penting yang saya liat,
jadi kalo ada apa-apa ya kita bisa ke posko gitu untuk keperluan
dan urusan ini itunya buat nanganin bencana.172
Posko peduli bencana PKPU sendiri sudah mulai beroprasi pada
tanggal 27
Maret 2009 (pada saat terjadinya bencana) sampai dengan tanggal
8 April 2009
(penutupan posko bencana sesuai ketentuan dari pihak Satkorlap
setempat) atau
sekitar 12 hari.173 Seperti dikatakan dalam UU RI No. 24/ 2007
pasal 29 tentang
peran lembaga usaha, dimana lembaga usaha menyesuaikan
kegiatannya dengan
kebijakan penyelenggaraan penanggulangan bencana.174
Selain itu, posko PKPU juga menjadi tempat transit berbagai
kalangan terkait
penanggulangan bencana. Kemudian sebagai pusat sarana informasi
dan juga
koordinasi antara satu pihak dengan pihak lainnya, baik instansi
maupun individu
dalam memperlancar pelaksanaan.175 Sehingga tergambarkan begitu
memiliki
posisi yang cukup sentral dan pentingnya keberadaan dari posko
bencana.
Setelah beberapa bulan kedepan, kondisi wilayah sekitar UMJ yang
pada masa
tanggap darurat dipenuhi oleh posko-posko darurat dari berbagai
instansi terkait,
kini sudah bersih dari kegiatan posko bencana dan aktivitas
tanggap darurat
171 Wawancara Pribadi dengan Dwiyono (Penerima Program).
Jakarta, 12 Desember 2009.
172 Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta,
13 Desember 2009.
173 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana ( Disaster
Management ) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 63. 174
Sembiring, Himpunan Peraturan Perundang-undangan RI; Penanggulangan
Bencana, h. 24. 175
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program Penanggulangan
Bencana (Disaster Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h.
63. SYST
OOLS
DEMO
-
Dari hasil riset kita, itu merupakan suatu kebutuhan dasar, yah
air, itulah salah satu kebutuhan dasar kita. Dan program ini selalu
kita luncurkan disetiap kejadian, mau itu kebakaran ke atau yang
lainnya, dapur air selalu kita gulirkan, karena merupakan kebutuhan
dasar. Dan insya Allah di tahun 2010 kita berencana untuk membuat
mobil dapur air, jadi ngga perlu repot-repot untuk masak-masak air
lagi, mudah-mudahan terwujud.179
Program Dapur Air ini memberikan berbagai jenis minuman-minuman
secara
gratis untuk para pengungsi, relawan-relawan yang bekerja dan
juga kepada
orang-orang yang hanya sekedar lewat, sehingga siapa saja dapat
mengaksesnya
secara gratis. Para pengungsi khususnya ibu-ibu juga turut
berpartisipasi secara
bergantian dengan relawan untuk memasak dan menyeduh air, karena
air minum
ini disajikan selama 24 jam setiap harinya.180 Kegiatan ini
dilakukan selama masih
adanya posko bencana PKPU dilokasi bencana.181
Pelayanan PKPU bagus, ama masyarakat deket, berbagi rasa sama
para korban bencana juga sama para pengungsi-pengungsi, sehingga
kita juga menjadi dekat dan akrab.182
Program-program yang berdasarkan community need seperti yang
dilakukan
PKPU memang harus menjadi prioritas utama, karena menjadi
kebutuhan yang
harus segera dipenuhi pada saat itu. Dari situlah kemudian akan
tercipta program-
program yang tepat sasaran.
179 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue
PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.
180 Wawancara Pribadi dengan Rosidah (Penerima Program).
Jakarta, 12 Desember 2009.
181 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 63. 182
Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH (Penerima Program).
Jakarta, 12 Desember 2009. SYST
OOLS
DEMO
-
sepatu bot, 240 buah disinfektan, masker, 15 unit drum air,
karet pel, cangkul,
sekop, sikat dan sebagainya, untuk menolong para korban dan
warga masyarakat
lain yang rumahnya habis terendam lumpur danau Situ
Gintung.185
Program ini dalam 1 hari memakai 40 orang tenaga relawan yang
memegang alat dan bekerja sehari selama 8 jam. Untuk masalah air
sendiri tidak begitu bermasalah, hanya diawal-awal saja bermasalah,
sehingga terpaksa kita menggunakan air kali.186
Program Bersih Rumah PKPU ini membantu mengurangi beban para
korban
untuk membersihkan lumpur yang tebal sampai ke bagian dalam
rumah. Karena
endapan lumpur ini bukan hanya berisi lumpur, tetapi juga
bercampur dengan
puing-puing, pakaian-pakaian dan beragam material lainnya
sehingga sangat
menyulitkan.187
Dalam pelaksanaannya, program ini dilaksanakan pada tanggal 30
Maret 2009
sampai 4 April 2009/ sekitar 6 (enam) hari. Dengan konsentrasi
kegiatan 4
(empat) hari pertama di wilayah Kp. Poncol, 1 (satu) hari di
Komplek Cirendeu
dan Kp. Poncol (terbagi dalam dua team) dan terakhir di BMT UMJ.
Jumlah
rumah yang dibersihkan 45 rumah (total), akses jalan dan
lingkungan sekitar
Kp. Poncol.188
Bersih Rumah PKPU, ya disini sangat membantu ya, para warga
disini umumnyakan korban yang rumahnya juga habis terendam lumpur
dan lumpur juga harus dibersihkan tapi sulit. Jadi ya berguna
sekali, terutama itu, mesin-mesin steam yang banyak itu di bagi
kebeberapa tempat, wah itu bisa bagus sekali untuk bantu warga yang
sulit bersihin rumahnya. Kita lihat itu bagus ko.189
185 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 65. 186
Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue
PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009. 187
Wawancara Pribadi dengan Rosita (Penerima Program). Jakarta, 13
Desember 2009. 188
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program Penanggulangan
Bencana (Disaster Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h.
65.
189 Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta,
13 Desember 2009. SYST
OOLS
DEMO
-
H. Program Steam Gratis
Pasca terjadinya bencana, ada banyak barang-barang perabotan
rumah tangga
dan barang-barang lainnya yang ikut terendam, namun masih dapat
diselamatkan
walau dalam kondisi penuh dengan lumpur. Untuk itu, PKPU
memberikan
pelayanan melalui Program Steam Gratis.
Dalam program ini, ya kita membantu itu satu atap, jadi
masing-masing ada bagiannya, ada yang membersihkan, ada yang
memperbaiki, seperti itu kira-kira. Dan kita disini dengan
ketersediaan mesin-mesin steam yang kita miliki, kita gunakan untuk
membersihkan perabotan-perabotan rumah tangga, elektronik, sampai
dengan motor kita steam juga dan posko lain ada yang memberikan
pelayanan jasa perbaikan, reparasi dan lain-lainnya, kira-kira
seperti itu.193
Pelaksanaan program Steam Gratis berbarengan dengan program
Bersih
Rumah PKPU yang juga sedang berjalan, karena sama-sama
menggunakan mesin
Steam dalam pengoprasiannya.194 Steam Gratis PKPU memberikan
banyak
manfaat bagi para korban, agar mereka dapat membersihkan
barang-barang milik
mereka, seperti motor juga perabotan-perabotan lainnya misalnya
TV, kulkas,
lemari, kompor, VCD, dll dengan menggunakan mesin steam secara
gratis yang
disediakan PKPU.195
Mesin steam yang disediain itu ya manfaatnya emang banyak banget
juga untuk rumah dan barang-barang. Yah pokoknya apa aja yang kena
lumpur bisa dibersihin.196
Program Steam Gratis ini digulirkan tepat disamping Posko PKPU,
yang
disediakan bagi siapa saja korban Situ Gintung.197 Tujuan
digulirkannya program
193 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue
PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.
194 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 66. 195
Wawancara Pribadi dengan Saman (Penerima Program). Jakarta, 13
Desember 2009. 196
Wawancara Pribadi dengan Supriyati (Penerima Program). Jakarta,
17 Desember 2009. 197
Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program Penanggulangan
Bencana (Disaster Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h.
66. SYST
OOLS
DEMO
-
1) Bantuan untuk Situ Gintung dari Muslim Indonesia di Korea
Selatan.
Sebanyak 12 organisasi yang tergabung dalam Komunitas Muslim
Indonesia
di Korea (KMI Korea) menyalurkan bantuan untuk korban Situ
Gintung
sebesar Rp. 25.968.150, melalui Lembaga Kemanusiaan Nasional
PKPU.
2) Kerjasama Pramita Utama-PKPU, serahkan bantuan 200 paket
Beras untuk
korban Situ Gintung, mendistribusikan beras sebanyak 1 ton dalam
kemasan 5
kg sebanyak 200 paket. 200 paket beras tersebut didistribusikan
untuk korban
Situ Gintung yang tersebar di Wisma Kertamukti, Ciputat,
Tangerang
sebanyak 40 kepala keluarga. Di distribusikan juga untuk korban
Situ Gintung
di RW 08 sebanyak 120 KK dan RT 004 sebanyak 40 KK.
3) Sebanyak 7 organisasi kemanusiaan dan keagamaan yang berada
di luar
negeri, masingmasing pengajian ibuibu muslimah Indonesia di
Dallas, Indo
Emirates Abu Dhabi, Isned Belanda, IMSA, KMII Jepang, FORKOM
Jerman
dan Gema Peduli BangsaDubai menyalurkan donasi Situ Gintung
melalui
PKPU.
4) Siswa-siswi SDI Nurul Iman dan SMPIT Al Fatah salurkan
bantuan untuk
korban Situ Gintung melalui PKPU.
5) Bantuan uang tunai sebesar Rp. 8.600.000 diberikan oleh
siswasiswi dan
guru SD Islam Nurul Iman Pondok Bambu Jakarta Timur. Tak
ketinggalan
anakanak TK Islam Nurul Iman dan guru turut menyalurkan bantuan
uang
tunai sebesar Rp. 5.290.000.
6) LDK (Lembaga Dakwah Kampus) sampaikan bantuan bagi korban
Situ
Gintung melalui PKPU
7) YPI Salman Al Farisi Kota Bandung, menyalurkan bantuan bagi
korban Situ
Gintung. Pemberian bantuan yang berupa 5 karung beras, 1 dus
susu kental SYST
OOLS
DEMO
-
pendidikan sebesar Rp 5 juta diberikan kepada 20 anak korban
bencana Situ
Gintung, dll.
Beragam bantuan datang kepada lembaga PKPU dari berbagai wilayah
di
Indonesia bahkan sampai dari mancanegarapun tak luput
menyalurkan bantuannya
melalui lembaga PKPU. Hal itu menunjukan bahwa kepercayaan
masyarakat baik
itu masyarakat dalam negeri maupun mancanegara begitu besar
terhadap lembaga
PKPU.
Beragam jenis bantuan yang diberikan PKPU, ada yang diserahkan
secara
langsung melalui posko bencana PKPU dan ada pula yang disalurkan
melalui
posko Satkorlap setempat dimana PKPU sebagai mediator.201
Setelah beberapa bulan kemudian pasca terjadinya bencana,
terlihat bahwa
warga korban bencana Situ Gintung sudah memperoleh begitu banyak
jenis
bantuan khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar mereka,
seperti
kebutuhan rumah tangga, berbagai perlengkapan dan peralatan
untuk kebutuhan
sehari-hari.202
J. Pasca Bencana (Pemulihan/ Recovery)
Berbagai upaya-upaya pemulihan yang dilakukan oleh PKPU untuk
Situ Gintung
pada tahap recovery ini antara lain:
a. Rehabilitasi
1) Program Trauma Healing Anak-Anak
Bencana banjir bandang Situ Gintung yang terjadi juga menyisakan
trauma
yang membekas bagi para korban. Salah satu kelompok yang paling
rentan
201 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 63. 202
Observasi Peneliti. Jakarta, 11 November 2009 SYST
OOLS
DEMO
-
keluar untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Kedua, dukungan
yang
bukan bersifat psikologis namun memiliki efek psikologis seperti
dukungan
dari berbagai pihak untuk memulihkan kondisi lingkungan, sosial
dan
ekonomi, kehidupan kembali normal dan peluang kerja meningkat
sehingga
memberikan kesempatan kepada mereka yang terkena bencana untuk
dapat
bekerja kembali dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. 206
Program ini berupaya untuk mengembalikan dunia anak dengan cara
mengembalikan mainannya. Prinsipnya seperti itu dan mainan yang
kita berikan itu haruslah mainan yang berwarna-warni, bergerak dan
berbunyi, kan cakep jadinya.207
Program Trauma Healing anak-anak, merupakan suatu program
yang
diluncurkan dengan memberikan dan menghadirkan berbagai
kebahagiaan
serta keceriaan bagi anak-anak korban bencana Situ Gintung.
Rangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam trauma healing ini yaitu cerita
anakanak atau
dongeng yang dibawakan oleh Kak Yayan (pendongeng) dan
menggambar
bersama. Selain itu, dalam program ini juga dimeriahkan oleh
artis ibu kota
Cheche Kirani yang merupakan duta zakat PKPU, yang juga ikut
membantu
memberikan seragam dan buku kepada anak-anak. Tak hanya itu,
kegiatan ini
dihadiri pula oleh artis Yana Julio, yang juga ikut berdialog
dan menyanyi
bersama. Pada kesempatan ini juga diberikan beragam mainan
berupa
mobilmobilan, masakmasakan, boneka, game watch, pistol
mainan,
gelembung busa, bola karet, cincin air dan yoyo elektrik. Selain
itu, dibagikan
pula 70 paket berisi paket mainan, tas ransel, buku gambar dan
krayon.
Program ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam.208
206 Nurrachman, ed., Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan
Trauma Akibat Bencana Alam, h. 8.
207 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue
PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.
208 Ibid., SYST
OOLS
DEMO
-
bencana, kondisi anak-anak korban bencana Situ Gintung sudah
terlihat begitu
ceria dan banyak yang sudah kembali kerumah mereka masing-masing
dan
juga kembali bersekolah. Mereka terlihat gembira bermain dengan
beragam
jenis mainan dan juga telah memiliki berbagai perlengkapan
lainnya seperti
alat tulis dan perlengkapan sekolah yang mereka peroleh.213
Program ini terselenggara atas kerjasama PKPU dengan ZIS
Indosat,
MTXL, BDI CNOOC, Nuskin Force For Good Foundation, KMC
(Keluarga
Muslim Citibank), Majelis Taklim TELKOMSEL, Tarbawi Foundation,
PT
Satasti, Pengajian Ibuibu Muslimah Indonesia di Dallas, Majelis
Taklim
Komplek Marinir Cilandak, RISKA, LAZIS PT PLN, PPDI JICT,
Telaga
Golf, ISNED, IMSA America, IKADI dan TELKOMSELNetApp. 214
Tabel 9: Aktivitas Program Trauma Healing Anak PKPU
No. Waktu & Tempat Kegiatan Metode Hasil 1 Sabtu, 11
April
2009 di Mushola Al-Muhajirin RT 004 RW 02
Mendongeng anak Menggambar Berdialog dan
bernyanyi Pemberian paket
hadiah berupa mainan (mobilmobilan, masakmasakan, boneka, game
watch, pistol mainan, gelembung busa, bola karet, cincin air dan
yoyo elektrik), tas ransel, buku gambar dan krayon
Pemberian paket seragam dan buku
Praktek
70 orang anak (korban Situ Gintung) mendapatkan paket hadiah dan
terhibur
213 Observasi Peneliti. Jakarta, 8 Oktober 2009.
214 Laporan Praktikum II Kesejahteraan Sosial Program
Penanggulangan Bencana (Disaster
Management) Situ Gintung oleh PKPU tahun 2009, h. 58. SYST
OOLS
DEMO
-
beli dan bisa membeli, apalagi untuk ibu-ibu yang suka belanja,
pas belanja dan terjadi tawar menawar, nah disitulah poinnya untuk
ngilangin trauma.218
Program ini tanpa disadari juga merupakan suatu kegiatan yang
bersifat
trauma healing untuk keluarga dan khususnya bagi para ibu-ibu,
karena
mengingat ibu-ibu merupakan kelompok sasaran yang paling suka
berbelanja
barang-barang kebutuhan.219 Para Ibu sebagai korban bencana
terlihat begitu
antusias mengikuti program ini. Dalam kondisi bencana, biasanya
mereka
hanya dapat menerima pemberian begitu saja. Tetapi disini mereka
dapat
memilih dan membeli barang-barang.220
Dukungan yang diberikan bagi korban bencana dapat mendorong
mereka
yang terkena bencana untuk dapat bangkit kembali menjalani dan
memulihkan
kehdupannya. Karena setiap orang memiliki ketangguhan yakni
kemampuan
untuk kembali bangkit setelah ditimpa kesulitan hidup yang
berat.
Ketangguhan ini bersumber dari apa yang mereka miliki, kemampuan
yang
mereka kuasai dan juga keyakinan dan nilai-nilai yang ada di
dalam hati.221
Pelaksanaan kegiatan Tag Sale ini kita lakukan di beberapa
lokasi titik wilayah berbeda, yang terkena dampak dari aliran
banjir tersebut dan dilaksanakan pada Senin, 13 April 2009 hingga
Rabu, 15 April 2009 atau selama 3 hari. Pertama kita gelar di
pengungsian korban Situ Gintung di RW 02 dan RW 08, Cireundeu,
Tanggerang. Dilanjutkan ke lokasi korban bencana lainnya di Wisma
Kertamukti, Ciputat Tangerang. Lalu kemudian di IKPN, Pesanggrahan,
Bintaro. Kita sendiri menyiapkan barangbarang kebutuhan Tag Sale
yang akan kita berikan berupa sembako, piring, gelas, sapu, snack,
sampo, baju layak pakai. Selain itu seluruh kebutuhan rumah tangga,
perlengkapan ibadah, kebersihan, dapur, sekolah, alat kerja, kamar
mandi dan mainan anakanak. Sebelumnya, pengungsi korban Situ
Gintung sudah mendapatkan kupon Tag Sale yang telah dibagikan PKPU
kepada mereka sebelum acara
218 Wawancara Pribadi dengan Syaifal Kamal, SH (Penerima
Program). Jakarta, 12 Desember 2009.
219 Wawancara Pribadi dengan Ir. Muhammad Yasin (Manager Rescue
PKPU). Jakarta, 28 Desember 2009.
220 Wawancara Pribadi dengan Rosita (Penerima Program). Jakarta,
13 Desember 2009.
221 Nurrachman, ed., Pemulihan Trauma: Panduan Praktis Pemulihan
Trauma Akibat Bencana Alam, h. 7. SYST
OOLS
DEMO
-
korban bencana Situ Gintung juga dari beragam kalangan seperti
anak-anak,
orang dewasa dan orang tua. Untuk itu diperlukan suatu
penanganan yang
bersifat mengakomodir semua kalangan.
PKPU juga melakukan kegiatan trauma healing dengan kelompok
sasaran yang dituju yaitu keluarga. Program ini tidak hanya sekedar
kegiatan lepas saja, tetapi merupakan rangkaian kegiatan yang
mencakup kegiatan kelompok maupun pendekatan individual. Pendekatan
yang massal seperti wisata keluarg