Strategi Pembelajaran Aktif
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah Strategi pembelajaran
Dosen Pembimbing : Iwan Hermawan S.Ag M.pd.i
Disusun oleh Kelompok : 1
NENENG NURHASANAH : 1241170501069
DEWI MICHAELA : 1241170501011
HASANAH : 1241170501014
Kelas : 1V B Pagi
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Jl. HS Ronggowaluyo Teluk Jambe Karawang 41363
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam dunia pendidikan,
juga dalam profesi keguruan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
demi perbaikan makalah berikutnya.
Karawang, Maret 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI..ii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah..1
B. Perumusan Masalah.1
C. Tujuan Penulisan.1
BAB II PEMBAHASAN2
A. Pengertian Pembelajaran
Aktif..........................................................................
. 2
B. Alasan dan Penerapan keuntungan Pembelajaran
Aktif...................................... 3
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Aktif.....................................................................
4
D. Strategi Pembelajaran
Aktif................................................................................
5
E. Nama dan Teknik Pembelajaran
Aktif................................................................
6
F. Model-Model Rancangan Pembelajaran
Aktif.................................................. 8
BAB III PENUTUP.....16
A. Kesimpulan.16
B. Saran...16
Daftar Pustaka..17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sampai saat ini, para penggiat pendidikan selalu berusaha untuk
mengembangkan metode-metode dan model-model pembelajaran yang baik
dan efektif untuk dapat membantu guru dalam menyampaikan
ilmu-imunya kepada siswanya. Pengembangan ini telah dilakukan sejak
dulu hingga sekarang secara kontinyu dan terus menerus, mengikuti
perkembangan teknologi dan juga permasalahan-permasalahan yang
timbul dalam dunia pendidikan.Pendidikan pada saat ini juga telah
berada pada era penjaminan mutu. Mutu pendidikan harus dijamin dan
dipertahankan serta ditingkatkan secara berkelanjutan. Kunci utama
terjaminnya mutu pendidkan adalah proses pembelajaran. Pendidikan
akan menghasilkan keluaran (output dan outcome) yang bermutu bila
proses pembelajarannya bermutu. Proses pembelajaran yang bermutu
dapat dilaksanakan dalam berbagai pendekatan. Pendekatan
pembelajaran yang diyakini sebagai efektif dan efisien saat ini
adalah pendekatan pembelajaran aktif.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian pembelajaran aktif ?
2. Alasan-alasan penerapan pembelajaran aktif di sekolah.
3. Apa keuntungan-keuntungan dari pembelajaran aktif.
4. Apa prinsip-prinsip pembelajaran aktif.
5. Bagaimana strategi pembelajaran aktif ?
6. Bagaimana model-model dan Rancangan pembelajaran aktif.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
-Menjelaskan pembelajaran aktif, menyebutkan prinsip-prinsip
pembelajaran aktif,menyebutkan keuntungan-keuntungan pembelajaran
aktif
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Aktif
Menurut A.Y. Soegeng Ysh (2012) Pengertian pembelajaran aktif
adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang melibatkan para pelajar
dalam melakukan suatu hal dan memikirkan apa yang sedang mereka
lakukan. Pembelajaran aktif itu diturunkan dari dua asumsi dasar
yaitu (1) bahwa belajar pada dasarnya adalah proses yang aktif, dan
(2) bahwa orang yang berbeda, belajar dalam cara yang berbeda pula.
Sementara menurut pembelajaran PAIKEM adalah singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat pembelajaran
aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik
dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar
dalam proses pembelajaran tersebut.
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran
analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang
dibahas,
Siswa/Mahasiswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif
tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi
pembelajaran /kuliah,
Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi pembelajaran/kuliah,
Siswa/Mahasiswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisa dan melakukan evaluasi,
2
3
Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses
pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu
proses pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal.
Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan
menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan
yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui
eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus dapat
mendapatkan penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat
individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini
agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama
yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.
Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
sehingga penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang
dilakukan Thomas (1972) menunjukkan bahwa setelah 10 menit kuliah,
siswa/mahasiswa cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk
mendengar kuliah yang diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini
tentu saja akan makin membuat pembelajaran tidak efektif jika
kuliah terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk memperbaikinya.
Dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut dapat
dihindari. Pemindahan peran pada siswa/mahasiswa untuk aktif
belajar dapat mengurangi kebosanan ini bahkan bisa menimbulkan
minat belajar yang besar pada siswa/mahasiswa. Pada akhirnya hal
ini akan membuat proses pembelajaran mencapai learning outcomes
yang diinginkan.
B. Alasan-Alasan Penerapan Dan Keuntungan Pembelajaran Aktif
Disekolah
Ada beberapa alasan menggunakan pembelajaran aktif yaitu:(1)
memiliki pengaruh yang kuat pada pembelajaran si belajar,(2)
strategi-strategi pengembangan pembelajaran aktif lebih mampu
meningkatkan ketrampilan berfikir para pelajar dari pada
peningkatan penguasaan isi,(3) melibatkan para pelajar dalam
tugas-tugas berpikir tingkat lebih tinggi seperti analisis,
sintesis dan evaluasi, dan (4) berbagai gaya belajar dapat dilayani
dengan sebaik-baiknya dengan melibatkan para pelajar dalam
kegiatan-kegiatan belajar aktif.Sedangkan penggunaan pembelajaran
aktif juga membawa beberapa keuntungan, yaitu: (1) para pelajar
yang aktif menggunakan pengetahuan utama mereka dalam membentuk
pemahaman dari isi materi
4
pembelajaran, (2) para pelajar yang aktif berfikir secara kritis
dan menciptakan pengembangan mereka sendiri, (3) para pelajar yang
aktif terlibat secara kognitif, dan (4) para pelajar yang akatif
menerapkan suatu strategi membaca dan belajar lingkup yang
luas.
C prinsip-prinsip Pembelajaran Aktif
Berdasarkan ALIS atau Active Learning in school yaitu
pembelajaran aktif yang dilaksanakan di sekolah-sekolah untuk para
siswa yang hakikat inti dan isi kurang lebih dengan CBSA,
prinsip-prinsip pembelajaran aktifnya sebagai berikut:
1. Prinsip melakukan, yang dalam CBSA disebut belajar sambil
bekerja, pada dasarnya pembelajaran itu harus membuat peserta didik
berbuat sesuatu, bukan tinggal diam, berpangku tangan. Perbuatan
itu dapat berupa; melihat, mendengar, meraba, merasakan, menulis,
mengukur, membaca, menggambar, menghitung yang pada dasarnya sama
dengan ketrampilan proses.
2. Prinsip menggunakan semua alat indera (pancaindera), bahwa
dalam pembelajaran hendaknya mengaktifkan semua alat indera untuk
memperoleh informasi atau pengetahuan, melalui melihat, mendengar,
meraba, mengecap dan membau. Dengan mengerahkan semua semua
indera(sejauh memungkinkan) peserta didik akan memperoleh
pengetahuan atau informasi yang lebih mengesankan, bukan sekedar
hafalan, dan tidak mudah untukdilupakan.
3. Prinsip eksplorasi lingkungan, bahwa pembelajaran aktif
memanfaatkan lingkungan sebagai sarana, media dan/atau sumber
belajar. Lingkungan itu dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan
social, lingkungan budaya, dan juga lingkungan mental. Lingkungan
itu dapat berupa obyek (benda-benda), tempat (situasi dan kondisi),
kejadian atau peristiwa dan idea tau gagasan.
D . Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif sebagai suatu model memiliki strategi,
siasat, atau kiat-kiat untuk mencapai tujuannya. Strategi itu
antara lain sebagai berikut:
1. Terpusat pada siswa (student centered), sebagai upaya
meninggalkan dan menghindari
5
strategi lama yang telah mapan, yaitu pembelajaran yang terpusat
pada guru, atau
2. lebih tepat bila disebut pembelajaran yang dodominasi oleh
guru (teacher centered), bahkan terpusat pada lembaga, demi
kepentingan lembaga atau sekolah atau penyelenggara pendidikan
(institution centered).
3. Terkait dengan kehidupan nyata artinya apa yang dipelajari
itu harus dapat dimanfaatkan dalam kehidupan nyata di masyarakat,
untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, bersifat
fungsional, kontekstual.
4. Diferensiasi artinya memberikan layanan yang berbeda untuk
anak yang memiliki kemampuan berbeda, tidak menyamaratakan,
memperlakukan sama untuk anak-anak yang berbeda atau bersifat
klasikal semata; tetapi juga bukan member perlakuan berbeda untuk
anak yang memiliki bakat dan kemampuan yang sama (tidak
membeda-bedakan atau diskriminasi); dalam hal ini termasuk
memperhatikan perbedaan gender, karena pada dasarnya kodrat wanita
tidak sama dengan pria.
5. Menjadikan lingkungan sebagai media dan/atau sumber belajar,
dengan demikian menjadi fungsional. Lingkungan menjadi media
pembelajaran mana kala lingkungan itu berfungsi sebagai
menghantarkan pesan-pesan, sebagai pengantara, penyalur pesan, yang
mampu merangsang: pikiran, perasaan, perhatian, dan keinginan;
sedangkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran bilamana
lingkungan itu sendiri sebagai hal yang sedang dipelajari.
Misalnya, seorang guru agama ingin menyampaikan pesan tentang
keagungan Tuhan dengan mengajak para siswa untuk menghayati
dahsyatnya letusan gunung berapi sebagai alam ciptaanNya, dengan
demikian lingkungan alam itu sebagai media pemebalajaran. Tetapi
ketika guru mengajarkan geografi dengan membawa siswa ke gunung
yang meletus untuk memperlajari berbagai jenis batuan; lingkungan
itu menjadi sumber pembelajaran.
6. Mengembangkan berpikir tingkat tinggi, dengan mengaktifkan
siswa melakukan analisis, menyimpulkan, dan mengevaluasi hal-hal
yang sedang dipelajari; bukan sekedar diberitahu, mendengarkan
ceritanya, kemudian menghafal.
7. Memberikan umpan balik, misalnya guru member tanggapan atas
permasalahan siswa, mengembalikan hasil ulangan/ujian kepada siswa
bahkan mengevaluasi dan
6
memberikan solusi serta tindak lanjut. Itulah yang dimaksud
dengan pendidikan yang demokratis, terbuka, dan libertarian, bukan
liberalism.
E .Nama Dan Teknik Pembelajaran Aktif
Ada banyak nama dan teknik pembelajaran aktif dari mulai yang
sederhana yang tidak memerlukan persiapan lama dan rumit serta
dapat dilaksanakan relatif dengan mudah sampai dengan yang rumit
yaitu yang memerlukan persiapan lama dan pelaksanaan cukup rumit.
Beberapa jenis teknik pembelajaran tersebut antara lain adalah:
1. Think-Pair-Share
Dengan cara ini mahasiswa diberi pertanyaan atau soal untuk
dipikirkan sendiri kurang lebih 2-5 menit (think), kemudian
mahasiswa diminta untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya
dengan teman yang duduk di sebelahnya (pair). Setelah itu pengajar
dapat menunjuk satu atau lebih mahasiswa untuk menyampaikan
pendapatnya atas pertanyaan atau soal itu bagi seluruh kelas
(share)
Teknik ini dapat dilakukan setelah menyelesaikan pembahasan satu
topik, misalkan setelah 10-20 menit kuliah biasa. Setelah selesai
kemudian dilanjutkan dengan membahas topik berikutnya untuk
kemudian dilakukan cara ini kembali setelah topik tersebut selesai
dijelaskan.
2. Collaborative Learning Groups
Dibentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 mahasiswa yang dapat
bersifat tetap sepanjang semester atau bersifat jangka pendek untuk
satu pertemuan kuliah. Untuk setiap kelompok dibentuk ketua
kelompok dan penulis. Kelompok diberikan tugas untuk dibahas
bersama dimana seringkali tugas ini berupa pekerjaan rumah yang
diberikan sebelum kuliah dimulai. Tugas yang diberikan kemudian
harus diselesaikan bisa dalam bentuk makalah maupun catatan
singkat.
7
. Student-led Review Session
Jika teknik ini digunakan, peran pengajar diberikan kepada
mahasiswa. Pengajar hanya bertindak sebagai nara sumber dan
fasilitator.
Teknik ini misalkan dapat digunakan pada sesi review terhadap
materi kuliah. Pada bagian pertama dari kuliah kelompok-kelompok
kecil mahasiswa diminta untuk mediskusikan hal-hal yang dianggap
belum dipahami dari materi tersebut dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan mahasiswa yang lain menjawabnya. Kegiatan
kelompok dapat juga dilakukan dalam bentuk salah satu mahasiswa
dalam kelompok tersebut memberikan ilustrasi bagaimana suatu rumus
atau metode digunakan. Kemudian pada bagian kedua kegiatan ini
dilakukan untuk seluruh kelas. Proses ini dipimpin oleh mahasiswa
dan pengajar lebih berperan untuk mengklarifikasi hal-hal yang
menjadi bahasan dalam proses pembelajaran tersebut.
4. Student Debate
Diskusi dalam bentuk debat dilakukan dengan memberikan suatu isu
yang sedapat mungkin kontroversial sehingga akan terjadi
pendapat-pendapat yang berbeda dari mahasiswa. Dalam mengemukakan
pendapat mahasiswa dituntut untuk menggunakan argumentasi yang kuat
yang bersumber pada materi-materi kelas. Pengajar harus dapat
mengarahkan debat ini pada inti materi kuliah yang ingin dicapai
pemahamannya.
1. Exam questions writting
Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai materi kuliah
tidak hanya diperoleh dengan memberikan ujian atau tes. Meminta
setiap mahasiswa untuk membuat soal ujian atau tes yang baik dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa mencerna materi kuliah yang telah
diberikan sebelumnya. Pengajar secara langsung bisa membahas dan
memberi komentar atas beberapa soal yang dibuat oleh mahasiswa di
depan kelas dan/atau memberikan umpan balik kemudian.
1. Class Research Symposium
8
Cara pembelajaran aktif jenis ini bisa diberikan untuk sebuah
tugas perancangan atau proyek
kelas yang cukup besar. Tugas atau proyek kelas ini diberikan
mungkin pada awal kuliah dan mahasiswa mengerjakannya dalam waktu
yang cukup panjang termasuk kemungkinan untuk mengumpulkan data
atau melakukan pengukuran-pengukuran. Kemudian pada saatnya
dilakukan simposium atau seminar kelas dengan tata cara simposium
atau seminar yang biasa dilakukan pada kelompok ilmiah.
1. Analyze Case Studies
Model seperti ini banyak diberikan pada kuliah-kuliah bisnis.
Dengan cara ini pengajar memberikan suatu studi kasus yang dapat
diberikan sebelum kuliah atau pada saat kuliah. Selama proses
pembelajaran, kasus ini dibahas setelah terlebih dahulu mahasiswa
mempelajarinya. Sebagai contoh dapat diberikan suatu studi kasus
produk rancangan engineering yang ternyata gagal atau salah,
kemudian mahasiswa diminta untuk membahas apa kesalahannya, mengapa
sampai terjadi dan bagaimana seharusnya perbaikan rancangan
dilakukan.
F.Model-Model Dan Rancangan Pembelajaran Aktif
Ada banyak model dalam melaksanakan Pembelajaran Aktif, yang
dapat diterapkan baik disekolah-sekolah (ALIS) maupun diperguruan
tinggi (ALFHE atau ALIHE) yaitu: experimental learning,
pembelajaran terpadu, pembelajaran kooperatif, metode studi kasus,
simulasi, bermain peran, tutor sebaya, kerja lapangan, belajar
mandiri, tugas perpustakaan, dan computer-aided instruction (CAI)
serta lesson study. Dari banyak model tersebut, berikut ini
dipaparkan beberapa diantaranya.
1. Pembelajaran Terpadu
Dalam Pembelajaran Terpadu batas-batas mata pelajaran
diminimalkan atau bahkan dihilangkan sama sekali (integrated
curriculum). Sebagai pengikat atau pemadu
matapelajaran-matapelajaran adalah tema, fokus, pusat minat, atau
konsep yang bermakna.
9
Yang dijadikan rujukan adalah psikologi Gestalt, dalam hal mana
keseluruhan lebih dari
sekedar jumlah bagian-bagiannya. Misalnya, konsep rumah memiliki
arti atau makna lebih dari sekedar lantaim tiang, pintu, jendela,
dan atap yang dikumpulkan. Teori belajar yang diacu adalah teori
perkembangan, yaitu teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget;
teori tingkat perkembangan dari Kohlberg. Pembelajaran Terpadu
menolak system drilling, suatu latihan menghafal tanpa makna.
Ciri-ciri atau karakteristik dari Pembelajaran Terpadu adalah:
terpusat pada siswa (student centered), siswa menjadi subyek
berperan dominan, memberikan pengalaman langsung/nyata/kongkret,
tanpa batas-batas yang tegas/kaku, memadukan berbagai konsep
menjadi lebih bermakna, sesuai minat dan kebutuhan siswa, bersifat
fungsional, belajar sambil melakukan, dan bersifat menyenangkan.
Perlu dicatat bahwa yang dimaksud menyenangkan adalah menjadikan
senang dalam belajar, bukan belajar bersenang-senang, dan tidak
selalu berupa menyanyi atau berjoged. Juga perlu dicatat bahwa
tidak semua matapelajaran dapat dipadukan. Dalam Pembelajaran
Terpadu dimungkinkan terjadinya penggabungan lintas semester.
Ada beberapa model terpadu dengan skema pembagian beserta
penjelasan ringkasnya sebagai berikut (Forgaty.1991.How To
Integrate The Curricula. Dalam Decentralized Basic Education
2-USAID: 62-74)
1. Satu disiplin ilmu (Within single discipline) atau
intradisiplin
a) Fragmented (Terpecah)
b) Connected (Terkait)
c) Nested (Terkumpul)
1. Lintas disiplin ilmu (across several disciplines) atau
interdisiplin/multidisiplin
a) Sequence (Urutan)
10
b) Shared (Irisan)
c) Webbed (Tematik)
d) Threaded (Rangkaian)
e) Integrated (Terpadu)
1. Dalam lintas pembelajar (within and across learners)
a) Immersed (Terbenam)
b) Network (Jaringan)
a) Fragmanted (terpecah), digambarkan sebagai periscope, satu
petunjuk; satu sudut pandang; fokus pada satu disiplin. Disiplin
ilmu di mana setiap bagian merupakan area bahasan terpisah.
Misalnya, Guru menerapkan pandangan ini pada matapelajaran
Matematika, Sains, Ilmu Sosial, Sastera/Bahasa, Kemanusiaan,
Kesenian, dan Keterampilan.
b) Connected (terkait), gambaran dari opera glass, banyak detail
dalam satu disiplin; fokus pada subjudul dan antarhubungan. Dalam
tiap matapelajarn/kuliah isi pelajarn dihubungkan antara satu topic
dengan topic yang lain, satu konsep dengan konsep lain, berurutan
waktu dan menghubungkan beberapa ide secara eksplisit. Misalnya,
Guru menghubungkan konsep pembagian dalam decimal dan kemudia
menghubungkannya dengan uang dan tingkatan. Model terkait merupakan
model terpadu yang paling sederhana, pada dasarnya telah diterapkan
pembelajaran tanpa disadari, tidak terencana dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus.
c) Nested (terkumpul), digambarkan sebagai kacamata tiga
dimensi, memiliki beberapa cara pandang mengenai seuatu bagian,
topic, atau unit. Pada setiap area bahasan guru memiliki beberapa
target keterampilan yang harus dicapai, misalnya: materi khusus
(content specific skill). Misalnya, Guru membuat desain mengenai
fotosintesis untuk mendapatkan target secara bersamaan mengenai:
mendapatkan kesepakatan (keterampilan sosial), tahapan
11
(kemampuan berpikir), siklus kehidupan tumbuhan (muatan
ilmu).
d) Sequenced (urutan), digambarkan sebagai kacamata, variasi
internal yang dikerangkai
oleh konsep yang luas dan saling berhubungan. Topik-topik atau
unit-unit dari bidang kajian diatur kembali dan siurutkan agar
sesuai satu dengan uang lain. Ide-ide yang mirip diajarkan
bersamaan. Sambil pada saat yang sama merupakan mata pelajaran yang
berbeda. Misalnya, Guru Bahasa Inggris menyajikan novel secara
historis pada masa tertentu ketika Guru sejarah mengajarkan periode
sejarah yang sama.
e) Shared (Irisan), digambarkan sebagai binocular, dua bagian
yang saling tumpang tindih dalam konsep dan keterampilan. Berbagai
perencanaan dan pengajaran pada dua disiplin ilmu yang memiliki
konsep dan ide yang tumpang tindih yang dipisahkan sebagai elemen
pengatur. Misalnya, Guru Matematika dan Sains, menggunakan kumpulan
data, grafik, dan chart sebagai konsep yang dapat dianggap sebagai
satu kesatuan.
f) Webbed (tematik), digambarkan sebagai teleskop, menghubungkan
dua atau lebih bidang ilmu melalui tema atau topic. Tema atau topic
merupakan pusat minat yang dikembangkan dari berbagai sudut pandang
konsep atau prinsip dari masing-masing bidang ilmu yang dipadukan.
Matapelajaran menggunakan tema untuk membahas konsep, topic, ide
yang cocok. Misalnya, Guru membuat sebuah tema sederhana, misalnya
lingkungan dan membuat jaringannya ke dalam matapelajaran.
g) Threaded (rangkaian), digambarkan sebagai kaca pembesar, ide
besar yang dapat menvakup seluruh hal melalui pendekatan
metakurikuler. Pendekatan metakulikuler menjadikan keperampilan
berpikir, keperampilan social, kecerdasan ganda, teknologi, dan
keterampilan belajar melalui disiplin ilmu yang beragam, tetapi
tetap dalam satu kesatuan. Misalnya, Guru memiliki target prediksi
dalam membaca, matematika, dan percobaan percobaan sains, sementara
guru ilmu social memiliki target prediksi situasi saat ini, dan
mengaitkan keterampilan pada disiplin ilmu yang lain.
h) Integratetd (terpadu), digambarkan sebagai kaleidoskop, pola
dan desain baru yang menggunakan unsur-unsur dasar tiap disiplin.
Pendekatan interdisipliner ini mencocokan
12
matapelajaran yang topic dan konsepnya tumpang tindih dengan
kelompok pengajaran
tertentu dalam suatu model integrasi yang otentik. Misalnya,
dalam pelajaran Matematika, IPA, IPS, Seni Rupa, Bahasa dan
Keterampilan, guru mencari model yang berpola terpadu dan memahami
isi melalui pola tersebut.
i) Immersed (terbenam), digambarkan sebagai mikroskop, pandangan
personal yang mendalam memberikan penjelasan yang rinci seperti
semua isi tersaring melalui minat dan keahlian. Disiplin menjadi
bagian dari pandangan belajar tentang keahlian; belajar menyaring
semua isi dari melalui lensa ini dan menjadi bagian dalam
pengalamannya. Misalnya, siswa atau calon doctor memiliki minta
pada bidang keahlian dan melihat semua belajar melalui sudut
pandang ini.
j) Networked (jaringan), digambarkan sebagai prisma, sebuah
sudut pandang yang menciptakan fokus yang berdimensi dan berarah
jamak. Pembelajar menyaring semua pelajaran melalui sudut pandang
ahli dan membuat hubungan internal yang mengarah pada jaringan ahli
eksternal dalam bidang-bidang yang berhubungan. Misalnya, Arsitek
ketika menggunakan teknologi CAD dan CAM untuk mendesain, membuat
jaringan dengan progamer teknik dan memperluas pengetahuannya
seperti biasa dia lakukan dengan desainer interior.
Terdapat empat langkah atau tahapan penting dalam model
pembelajaran terpadu. Tahap-tahap itu adalah sebagai berikut.
1) Tahap pencair suasana, guru mengajak para siswa melakukan
kegiatan yang menyenangkan, biasannya dalam bentuk permainan, agar
siswa merasa santai, senang, segar, dan antusias serta termotivasi
dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Pada tahap pemberian pengalaman, guru memberikan materi
pembelajaran, pengalaman langsung kepada para siswa yang mampu
mengaktifkan pikiran, emosi, dan fisik.
3) Pada tahap refleksi, para siswa bersama guru merangkum materi
pembelajaran, dapat melalui penugasan atau Tanya jawab. Setelah itu
siswa dengan bimbingan guru dan menarik
13
kesimpulan, member makna dari hal-hal yang telah dipelajarai
untuk kemudian dapat diterapkan dalam praktik kehidupan.
4) Pada tahap aplikasi, guru membimbing para siswa untuk
menerapkan hal-hal yang telah disimpulkan dan diberi makna tersebut
diatas.
b) Pembelajaran Kooperatif
Yang dimaksud dengan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) adalah belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama
dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai enam orang,
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dengan demikian,
keberhasilan belajar dari kelompok ini tergantung pada kemampuan
dan aktivitas anggota kelompok, baik kemampuan dan aktivitas
individual maupun secara kelompok.
Cooperative Learning tidak identik dengan belajar kelompok.
Cooperative Learning lebih bersifat belajar bersama-sama. Dalam
pembelajaran kooperatif ada struktur kerja sama, terjadi interaksi
antara individu yang bersifat interdependensi (saling
ketergantungan); bukan sekedar bersama-sama belajar (holobis kuntul
baris) atau bergotong-royong yang tanpa interaksi antara individu.
Dalam pembelajaran kooperatif tujuan individu dapat terpenuhi
bersamaan dengan terpenuhinnya tujuan bersama (getting better
together; menjadi lebih baik secara bersama-sama). Dengan menjadi
lebih baik secara bersama-sama, menjadi lebih baik pula diri
sendiri (Solihatin dan Raharjo, 2007: 4-6)
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Model Jigzaw.
Jigzaw dapat berarti gergaji atau puzzle (teka-teki), yaitu gambar
yang dipotong-potong secara acak yang harus disusun kembali bentuk
semula sebelum dipotong-potong. Berikut ini garis besar
langkah-langkah pembelajaran model jigsaw (DBE-2 USAID,:19).
1) Peserta didik dikelompokan dalam kelompok kecil yang
heterogen., yang disebut Kelompok Awal, yang jumlahnya disesuaikan
dengan banyaknya materi pembelajaran. Masing-masing anggota
Kelompok Awal ditugasi mempelajari materi tertentu,
bagian/penggalan materi yang dipelajari, yang berbeda-beda.
14
2) Dibentuk Kelompok Ahli, yang terdiri dari para anggota
Kelompok Awal yang bertugas mempelajari penggalan materi yang sama.
Kelompok Ahli ini bertugas mendalami
materi dengan bantuan expert sheet (lembar ahli) atau panduan
diskusi.
3) Setelah mendalami materi dalam Kelompok Ahli, masing-masing
kembali ke Kelompok Awal untuk menjelaskan hasil pendalaman materi
maing-masing hingga terjadi pemahaman seluruh materi secara utuh
dan mendalam.
4) Selanjutnya, Guru memberikan kuis yang mencangkup seluruh
materi dan memberikan penilaian serta member penghargaan.
c) Lesson Study
Lesson Study bukan metode ataupun pendekatan, melainkan model
pembelajaran, sebagai pelatihan untuk meningkatkan profesionalitas
guru/dosen dan mutu pembelajran secara berkelanjutan
(terus-menerus). Lesson Study berasal dari Jepang, dengan nama
jugyokenkyu. Kata-kata kunci dalam Lesson Study adalah: pembinaan
profesi, pengkajian proses pembelajaran, kolaboratif, kolegialitas,
komunitas belajar, mutual learning, dan berkelanjutan. Pada
dasarnya yang dimaksud dengan Lesson Study adalah model
pembelajaran aktif, dengan tiga langkah besar: plan (merencanakan),
do (melaksanakan), dan see (melihat kembali).
Berikut ini penjelasan singkatnya :
1) Plan, adalah kegiatan merencanakan proses pembelajaran,
dengan membuat suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
disusun oleh Dosen Model bersama para anggotannya (beberapa orang).
Mereka menyusun RPP melalui diskusi untuk menetapkan pokok bahasan,
keluasan dan kedalaman materi, metode, media, dan prasarana serta
sarana yang diperlukan. Dalam menyusun/mendiskusikan RPP disaksikan
oleh para Pengamat (beberapa orang) dan Tim Monev In (Monitoring
dan Evaluasi Internal). Adapun monitor dari luar (Dikti) biasannya
hanya hadir pada kegiatan Do dan See.
2) Do, adalah pelaksanaan pembelajaran, yang dilaksanakan oleh
Dosen Model, disaksikan para anggota, dan Pengamat, serta Tim Monev
(internal dan/atau eksternal).
15
Dalam melaksanakan proses pembelajaran ini Dosen Model dapat
memilih model pembelajaran tertentu , antara lain dapat menggunakan
model jigsaw sebagaimana yang telah dipaparkan di muka.
3) See, adalah proses melihat kembali apa yang telah
dilaksanakan dalam do, yang dipimpin oleh seorang Moderator;
dimulai dengan refleksi oleh Dosen Model, kemudian dilengkapi oleh
para Dosen Anggota, dan ditanggapi, dikritisi, serta diberi
masukan/saran oleh para Pengamat. Berdasar pada tanggapan, kritikm
dan saran tersebut, Dosen Model bersama para anggotannya menyusun
RPP berikutnya dengan berbagai perbaikan dan pengembangan. Dengan
demikian proses pembelajaran diharapkan makin bermutu secara
meningkat. Dalam See, dihadiri pula oleh Tim Monev dari dalam
maupun luar, namun Tim Monev dari dalam biasannya tidak boleh
memberi komentar.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran aktif adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
melibatkan para pelajar dalam melakukan sesuatu hal dan memikirkan
tentang apa yang sedang mereka lakukan.
2. Pembelajaran aktif diturunkan dari dua asumsi dasar yaitu
bahwa belajar pada dasarnya suatu proses yang aktif dan bahwa orang
yang berbeda, belajar dalam cara-cara yang berbeda pula.
3. Ada beberapa alasan menggunakan pembelajaran aktif yaitu ;
memiliki pengaruh yang kuat pada pembelajaran si belajar;
strategi-strategi pengembangan pembelajaran aktif lebih mampu
meningkatkan ketrampilan berfikir para pelajar dari pada
peningkatan penguasaan isi; melibatkan para pelajar dalam
tugas-tugas berfikir tingkat lebih tinggi seperti analisis,
sintesis, dan evaluasi; berbagai gaya belajar dapat dilayani dengan
sebaik-baiknya dengan melibatkan para pelajar dalam
kegiatan-kegiatan belajar aktif.
B. Saran
Dengan ini penulis menyarankan kepada pembaca agar selalu
menambah pengetahuan mengenai Strategi Pembelajaran aktif,dan juga
diharapkan kepada para pembaca agar mampu memahami pengertian
strategi pembelajaran aktif dalam penyusunan makalah,kelak semuanya
ini akan bermanfaat ketika kita mengerjakan tugas makalah dan juga
akan bermanfaat ketika sudah terlibat langsung dalam dunia
pendidikan.
Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dan
memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
dari makalah selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Soegeng Ysh., A.Y. 2012, Pengembangan Sistem Pembelajaran,
Semarang, IKIP PGRI Semarang Press.
izaskia.files.wordpress.com/2010/03/makalah-active-learning.doc
diunduh 28 Mei 2012
Https/Www.google.com/search?q=makalahtentang-strategi-pembelajaranaktif
&ie=utp-8&aq=t&rl7=org.mozilla firefox
17