UNIVERSITAS INDONESIA EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NESTING DAN POSISI PRONE TERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA BEKASI TESIS RATIH BAYUNINGSIH 0906594614 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN DEPOK JULI, 2011 Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
96
Embed
UNIVERSITAS INDONESIAlontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282039-T Ratih Bayuningsih.pdfTERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NESTING DAN POSISI PRONE TERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
KOTA BEKASI
TESIS
RATIH BAYUNINGSIH 0906594614
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
DEPOK JULI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
i
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN NESTING DAN POSISI PRONE TERHADAP SATURASI OKSIGEN DAN FREKUENSI NADI PADA BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
KOTA BEKASI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister
RATIH BAYUNINGSIH 0906594614
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK DEPOK
JULI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME UNTUK TESIS
Saya yang bertanda tangan di bawah dengan sebenarnya menyatakan
bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarism sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Indonesia, jika dikemudian hari
ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya bertanggung
jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan dai
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok April 2011
Ratih Bayuningsih
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
v
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada
peneliti hingga dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan di Program Magister Ilmu Keperawatan kekhususan Keperawatan
Anak.
Selama proses penyusunan tesis, peneliti mendapat dukungan dari berbagai pihak,
karenanya dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucappkan terima kasih dan
rasa hormat kepada:
1. Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., selaku pembimbing I tesis yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada peneliti selama
proses penyusunan.
2. Ns.Widyatuti, S.Kep., M.Kes., Sp.Kom selaku pembimbing II tesis yang
telah memberikan arahan dan motivasi selama proses penyusunan.
3. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
ketua Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam dua
periode ini
5. Keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama menyusun
tesis ini (suami, ibunda, ayahanda, dan ananda yang tercinta: Arina, Dzikri,
Tsabit, Zaidan).
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tesis ini dengan tanpa
mengurangi rasa hormat tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Depok, April 2011
Penulis
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
vii
ABSTRAK
Nama : RATIH BAYUNINGSIH Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Judul : Efektivitas Penggunaan Nesting Dan Posisi Prone Terhadap
Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Pada Bayi Prematur Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi
Prematuritas merupakan penyebab kematian ke-2 pada bayi 0 – 6 hari, yang diakibatkan karena immaturitasnya hampir seluruh organ tubuh bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi prematur terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Desain yang digunakan adalah quasi experiment, dengan rancangan pre and post with control test. Jumlah responden sebanyak 15 bayi. Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen antara bayi yang menggunakan nesting dan posisi prone (p value<0,05), namun tidak ada perbedaan bermakna antara penggunaan nesting dan posisi prone terhadap frekuensi nadi. Penggunaan nesting dan posisi prone dapat digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan. Kata kunci: nesting, prone, bayi prematur, saturasi oksigen, frekuensi nadi
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
viii
ABSTRACT
Name : RATIH BAYUNINGSIH
Study Programme : Master Program in Nursing Science
Title : Efektiveness of Using Nesting and Prone Positon on Oxygen Saturation and Heart Rate in Preterm Baby at Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi
Prematury is the second etiology of mortality for 0 until 6th day of first life of newborn that caused by immaturity of their organs.The aim of this research is to explore efectiveness of using nesting and prone positon with oxygen saturation and heart rate in preterm baby. The design used quasi experiment, with pre and post with control test model. The amount of sample are 15. There is a significant difference between SaO2 using nesting dan prone position, in adversely there is no significant difference between heart rate. Using nesting and prone position can be a model of nursing intervention that implication of this research.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………. i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………… ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS……………………. iii LEMBAR PENGESAHAN.……………………………………. iv KATA PENGANTAR………………………………………….. v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI… vi ABSTRAK BAHASA INDONESIA…..………………………. vii ABSTRAK BAHASA INGGRIS ……………………………… viii DAFTAR ISI……………………………………………………. ix DAFTAR TABEL………………………………………………. xi DAFTAR SKEMA……………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………. xiii 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………... 2.1 Rumusan Masalah……………………………………… 3.1 Tujuan Penelitian………………………………………. 4.1 Manfaat Penelitian……………………………………..
1 6 6 7
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bayi Prematur
2.1.1 Pengertian………………………………………. 2.1.2 Penyebab Terjadinya Kelahiran Prematur……… 2.1.3 Karakteristik Bayi Prematur……………………. 2.1.4 Adaptasi Bayi Prematur Terhadap Lingkungan
Ekstrauterin……………………………………… 2.1.5 Stres pada Bayi ……………………………………
2.2 Fisiologis Bayi Prematur………………………………… 2.2.1 Saturasi Oksigen………………………………….. 2.2.2 Frekuensi Nadi……………………………………. 2.2.3 Developmental Care pada Perawatan Bayi Prematur 2.2.4 Posisi Prone pada Bayi Prematur………………….. 2.2.5 Nesting………………………………………… 2.2.6 Aplikasi Teori Keperawatan Konservasi…………..
4. METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian…………………………………….. 4.2 Populasi dan Sampel……………………………………….
40 41
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
x
x
4.3 Tempat Penelitian………………………………………….. 4.4 Waktu Penelitian………………………………………….. 4.5 Etika Penelitian…………………………………………… 4.6 Alat Pengumpul Data……………………………………… 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas………………………………. 4.8 Prosedur Pengumpul Data………………………………… 4.9 Analisa Data………………………………………………
44 44 44 46 47 48 49
5. HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden…………………………………. 5.2 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi pada Bayi
Prematur…………………………………………………. 5.3 Suhu Tubuh pada Bayi Prematur………………………….
51 53 57
6. PEMBAHASAN 6.1 Intrepretasi Hasil Penelitian dan Diskusi………………… 6.2 Keterbatasan Penelitian………………………………….. 6.3 Implikasi Penelitian……………………………………….
60 65 66
7. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan …………………………………………………. 7.2 Saran ………………………………………………………
68 69
DAFTAR REFERENSI…………………………………….. 71 LAMPIRAN
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rata-rata Frekuensi Nadi Bayi dan Balita 30
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 38
Tabel 4.1 Analisa Data dan Uji Statistik 50
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi, 52 Berat Badan Lahir, Suhu Tubuh Bayi Prematur di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011
Tabel 5.2 Prosentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 53 pada Bayi Prematur di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi 54 Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi 55 Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi 57 Oksigen dan Frekuensi Nadi Sesudah Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Suhu Tubuh sebelum 58 Pengamatan 20 Menit dan Penggunaan Nesting dan Prone pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011
Tabel 5.7 Hubungan Suhu Tubuh terhadap Saturasi Oksigen 59 dan Frekuensi Nadi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei-Juni 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
xii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian 35
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 36
Skema 4.2 Rancangan Penelitian dengan Quasi 41
Eksperimen dengan pre-post with control
group
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Penyebab bayi prematur: toksemia gravidarum, PE. kelainan uterus, tumor, ibu dgn infeksi, usia
Faktor lingkungan : suhu, suara, cahaya, sentuhan
BAYI PREMATUR:
Karakteristik : refelek menghisap kurang, lanugo banyak, kartilago lunak, lingkar kepala kurang dari normal, batas dahi dan rambut tidak jelas, kuku melewati jari, cenderung ekstensi
Adaptasi ekstrauterin :
Sistem kardiovaskular, respirasi, termoregulasi, sistem pencernaan, hati, metabolisme, sistem hematopoetik, sist neurologi, imun,perkemihan, musculoskeletal.
Developmental care: posisi prone, nesting
Stress pada bayi prematur
Konservasi energi
Faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi: suhu
Faktor yg mempengaruhi saturasi oksigen : suhu
O2 cukup Jantung stabil
Saturasi O2 stabil
Frekuensi nadi stabil
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
35
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
Bab ini terdiri atas kerangka konsep, hipotesis dan definisi operasional. Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori
yang dikembangkan dan telah dibahas sebelumnya, sehingga akan mudah
dipahami dan menjadi dasar bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah struktur abstrak dan logis tentang pengertian yang
menuntun pengembangan studi dan memungkinkan peneliti untuk
menghubungkan penemuan dengan ilmu pengetahuan keperawatan (Burns,
& Grove, 1996 dalam Hamid, 2008).
Skema 3. 1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independent Variabel dependent
Variabel confounding:
Pada skema dapat dijelaskan bahwa variabel independent dalam hal ini
adalah penggunaan nesting dan posisi prone yang dilakukan pada bayi
prematur akan mempengaruhi variabel dependent dalam hal ini adalah
saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Variabel confounding (dalam penelitian
ini yang akan dilihat adalah suhu tubuh bayi prematur) juga dapat
mempengaruhi variabel dependent yaitu saturasi oksigen dan frekuensi nadi.
Penggunaan nesting dan posisi prone
Suhu tubuh bayi prematur
Saturasi oksigen dan
frekuensi nadi
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
36
Universitas Indonesia
3. 2 Variabel
Variabel merupakan merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah
dari satu subjek ke subjek lainnya (Sastroamoro, 2006). Variabel terdiri atas:
(1) variabel bebas (independent), yaitu bila bersama-sama dengan variabel
lain, variabel lain tersebut akan berubah atau diduga secara bervariasi, (2)
variabel terikat (dependent) adalah variabel yang berubah oleh sebab
variabel bebas, (3) variabel perancu (confounding), yaitu variabel yang dapat
mempengaruhi hasil dari variabel terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah saturasi oksigen dan frekuensi
nadi. Variabel bebas adalah penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi
prematur. Sementara variabel perancunya adalah suhu tubuh.
3. 3 Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah
penelitian atau penjelasan sementara yang menerangkan fenomena yang
diamati atau suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan terjadi
antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara
empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut
(Budiharto, 2006).
Jenis-jenis hipotesa terdiri atas :
1. Hipotesa mayor atau disebut juga sebagai hipotesa. Hipotesa mayor
pada penelitian ini adalah penggunaan nesting dan posisi prone efektif
dalam mempertahankan saturasi oksigen dan frekuensi nadi yang
normal pada bayi prematur.
2. Hipotesa minor atau disebut juga dengan subhipotesa. Hipotesa minor
pada penelitian ini adalah:
a. Terdapat perbedaan saturasi oksigen pada bayi prematur yang
menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan
dengan bayi prematur yang tidak menggunakan nesting dan tidak
dilakukan posisi prone.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
37
Universitas Indonesia
b. Terdapat perbedaan frekuensi nadi pada bayi prematur yang
menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan
dengan bayi prematur yang tidak menggunakan nesting dan tidak
dilakukan posisi prone.
c. Terdapat hubungan antara suhu bayi terhadap saturasi oksigen dan
frekuensi nadi pada bayi prematur yang menggunakan nesting dan
dilakukan posisi prone.
3. 4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati
(diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam, 2008).
Definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi,
dan replikasi. Dalam penelitian ini definisi operasional dijelaskan dalam
tabel berikut :
Table 3. 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi operasional Cara mengukur Hasil ukur Skala
Variabel terikat 1. Saturasi
oksigen
Kadar saturasi oksigen pada bayi prematur
Menggunakan pulse oximetry yang diletakkan di ujung jari bayi, nilai dapat dilihat pada monitor selama dihubungkan dengan arteri dimana lokasi alat ini diletakkan. Pengukuran dilakukan sebelum menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone, dan setelah 20 menit dilakukan posisi prone dan penggunaan nesting
Saturasi oksigen dalam %. Rentang pada bayi prematur 90-100%
Rasio
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
38
Universitas Indonesia
Variabel Definisi operasional Cara mengukur Hasil ukur Skala
2. Frekuensi
nadi
Jumlah nadi dalam 1 menit pada bayi prematur
Menggunakan pulse oximetry yang diletakkan di ujung jari bayi, nilai dapat dilihat pada monitor selama dihubungkan dengan arteri dimana lokasi alat ini diletakkan. Pengukuran dilakukan sebelum menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone, dan setelah 20 menit dilakukan posisi prone dan penggunaan nesting
Rentang frekuensi nadi adalah 115-165 kali per menit
Rasio
Variabel bebas Nesting dan Prone
Nesting yaitu suatu alat seperti sarang burung yang terbuat dari bahan phlanyl didalamnya menggunakan Dacron yang dapat dibentuk sesuai dengan ukuran panjang bayi, digunakan pada alas inkubator sebagai penyanggah posisi tidur bayi prematur yang ada Posisi prone atau tengkurap pada bayi prematur yang dilakukan selama 20 menit.
Alat ini diletakkan sebagai alas penyangga tidur bayi prematur, yang diletakkan pada inkubator sepanjang hari Posisi ini dilakukan selama 20 menit, pemantauan dilakukan setelah 20 menit.
0 = tidak menggunakan nesting dan prone 1= menggunakan nesting dan prone
Nominal
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
39
Universitas Indonesia
Variabel Definisi operasional Cara mengukur Hasil ukur Skala
Variabel perancu
1. Suhu
Bayi prematur di ruang perinatologi dengan rentang suhu tubuh normal: 35,8 - 37º C
Menggunakan thermometer digital “L” yang diletakkan pada aksila selama kurang lebih 3 menit. Pengukuran dilakukan sebelum penggunaan nesting dan posisi prone dan setelah penggunaan nesting dan posisi prone selama 20 menit.
Angka antara 35,8 - 37⁰C
interval
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
40
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi experiment. Quasi
experiment merupakan penelitian yang mencari hubungan antara penyebab
dan pengaruhnya diantara variabel bebas dengan variabel terikat. Penelitian
quasi experiment keperawatan dimaksudkan untuk menentukan pengaruh
intervensi keperawatan sebagai variabel independent terhadap patient outcome
sebagai variabel dependent (Burns & Grove, 2009). Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui variabel independent yaitu penggunaan nesting dan
posisi prone sebagai bentuk intervensi keperawatan dan pengaruhnya terhadap
variabel dependent yaitu saturasi oksigen dan frekuensi nadi.
Rancangan yang digunakan berdasarkan tujuan penelitian adalah pre and post
with control test yaitu suatu penelitian yang melakukan suatu perlakuan
dengan pengambilan nilai sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dilakukan penilaian tanpa memberikan
perlakuan (Polit & Hungler, 1999).
Penentuan sampel dalam penelitian diawali dari kelompok bayi prematur
yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi yang menggunakan
nesting dan dilakukan posisi prone (kelompok intervensi) dan bayi prematur
yang dirawat di NICU RS Rawa Lumbu Bekasi sebagai kelompok yang tidak
dilakukan intervensi (kelompok kontrol), kemudian diamati pengaruhnya
terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Tujuan rancangan ini adalah
untuk melihat perbedaan saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
41
Universitas Indonesia
Rancangan penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada skema 4.1 di bawah
ini.
O1 Y O2
O3 X O4
Skema 4.1 Rancangan Penelitian Quasi Eksperimental dengan Pre-test-postest
with control group
Keterangan :
O1: pengukuran awal variabel dependen pada kelompok kontrol
O2: Pengukuran ulang variabel dependen pada kelompok kontrol
O3: Pengukuran awal variabel dependen pada kelompok intervensi
O4: Pengukuran ulang variabel dependen pada kelompok intervensi
X: Penggunaan nesting dan posisi prone
Y: Waktu antara pengukuran pertama (sebelum) ke pengukuran kedua
(sesudah) selama 20 menit
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dimana hasil suatu penelitian akan
dilakukan generalisasi. Anggota populasi dimana pengukuran dilakukan
disebut sebagai unit elementer atau elemen elementer dari populasi
(Ariawan, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir
(neonatus) yang dirawat di ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi.
Subyek penelitian
Kelompok Kontrol
Kelompok intervensi
sebelum
sebelum
sesudah
Intervensi sesudah
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
42
Universitas Indonesia
4.2.2 Sampel
Sampel pada kelompok intervensi yang dipilih adalah bayi prematur yang
dirawat di RSUD Kota Bekasi ruang perinatologi yang menggunakan
nesting dan dilakukan posisi prone. Sementara sampel pada kelompok
kontrol adalah bayi prematur yang dirawat pada rumah sakit lain (dalam hal
ini adalah RS Rawa Lumbu Bekasi) yang tidak menggunakan nesting dan
tidak dilakukan posisi prone.
Perhitungan sampel menggunakan pre and post with control test. Menurut
Ariawan (2003) perhitungan sampel pada penelitian ini adalah:
= / ( )
= ( ) ( )( ) ( )
Data penelitian yang diambil berdasarkan penelitian sebelumnya yang
mendekati tujuan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Kusumaningrum (2009) hasil jumlah sampel sebelum intervensi adalah 18
dan sesudah intervensi 18, rata-rata saturasi oksigen sebelum intervensi yaitu
94,89% (standar deviasi 3,12) rata-rata saturasi sesudah intervensi berupa
tindakan pronasi yaitu 97,22% (standar deviasi 2,26) pada tingkat
kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90% maka perhitungan jumlah sampel yang
didapatkan adalah sebagai berikut:
= (18 − 1)3,12 + (18− 1)2,26
(18 − 1) + (18− 1)
= 7,421
Maka didapatkan hasil sebagai berikut:
= , [ , , ] ( , , )
= 14, 35
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
43
Universitas Indonesia
Keterangan :
= standar deviasi dari beda rata-rata, hasil perhitungan adalah 7,421
= jumlah sampel sebelum intervensi, yaitu sebesar 18
= jumlah sampel sesudah intervensi, yaitu sebesar 18
= rata-rata saturasi oksigen sebelum intervensi, yaitu sebesar 94,89
= rata-rata saturasi oksigen sesudah intervensi, yaitu sebesar 97,22
= standar deviasi saturasi oksigen sebelum intervensi, yaitu sebesar 3,12
= standar deviasi saturasi oksigen sesudah intervensi, yaitu sebesar 2,26
Hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa jumlah sampel yang diperlukan
sebanyak 15 bayi prematur, dan untuk mencegah terjadinya drop out maka
perhitungan besar sampel ditambah 10% sehingga total menjadi 17 bayi
prematur.
Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu dimana
peneliti mengambil sampel sesuai dengan kriteria penelitian yang telah
ditetapkan. Tujuan purposive sampling bukan untuk menggeneralisasikan
sampel yang merupakan representatif dari target populasi yang besar
sebagaimana sesuai dengan karakteristik subjek yang dipertimbangkan
sesuai dengan penelitian (Stommel & Wills, 2004). Adapun pengambilan
sampel yang dilakukan peneliti pada kelompok intervensi dilakukan
simultan dengan kelompok kontrol.
Kriteria sampel pada kelompok kontrol dan intervensi yaitu:
(1) Kriteria inklusi yaitu kriteria penentuan subjek studi dengan jelas
terhadap siapa keberhasilan atau kegagalan studi diberlakukan. Tujuan
dari penentuan kriteria inklusi adalah menghindari pengumpulan subjek
studi yang tidak sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Budiarto,
2006). Kriteria inklusi adalah:
(a) Bayi prematur yang dirawat tanpa memperhatikan berat badan lahir.
(b) Bayi prematur yang dirawat dalam inkubator.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
44
Universitas Indonesia
(c) Bayi prematur yang tidak dilakukan tindakan pembedahan.
(d) Bayi prematur tanpa kelainan bawaan.
(e) Orang tua bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi RSUD
Kota Bekasi yang bersedia sebagai responden penelitian.
(2) Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang memenuhi kriteria inklusi
tetapi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Budiharto, 2006).
Dalam penelitian ini yang termasuk kriteria eksklusi pada kelompok
kontrol dan intervensi adalah:
(a) Bayi prematur dengan masalah paru dan fungsi pernafasan.
(b) Bayi prematur dengan kerusakan sistem saraf.
4.3 Tempat Penelitian
(1) Kelompok intervensi dilakukan di rumah sakit yang sudah menerapkan
beberapa intervensi developmental care pada perawatan neonatus, dalam
hal ini adalah ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi.
(2) Kelompok kontrol dilakukan di rumah sakit yang belum menerapkan
intervensi developmental care pada perawatan neonatus, dalam hal ini
adalah RS Rawa Lumbu Bekasi, RS Hermina Grand Wisata dan RSD
Kabupaten Bekasi.
4.4 Waktu Penelitian
Waktu penelitian mulai dari pembuatan proposal, pengambilan data dan
pelaporan hasil penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari hingga
Juli 2011
4.5 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memegang teguh prinsip dalam
etika penelitian, yaitu:
(1) Beneficence
Prinsip ini merupakan prinsip etika penelitian yang dimaksudkan agar
penelitian ini memberikan perlindungan kepada subjek penelitian serta
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
45
Universitas Indonesia
tidak membahayakan. Dimensi prinsip ini adalah bebas dari bahaya,
bebas dari eksploitasi, penelitian sebanding antara risiko dan manfaat
(Burns & Grove, 2009).
Dimensi bebas dari bahaya berarti peneliti harus melindungi subjek yang
diteliti terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik dan mental.
Pada penelitian ini subjek penelitian (dalam hal ini bayi prematur) yang
dirawat di dalam inkubator akan diberikan nesting pada alas tempat
tidurnya dan akan dilakukan posisi prone yang tepat. Penggunaan nesting
tidak membahayakan bayi prematur, justru memberikan rasa nyaman
pada subjek penelitian. Posisi prone dilakukan selama 20 menit dengan
pengawasan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,
posisi prone telah diketahui banyak manfaat pada bayi prematur dalam
hal meningkatkan kelelapan tidur dan peningkatan fungsi pernafasan.
Namun posisi prone yang tidak tepat dapat mengakibatkan SIDS,
karenanya dalam penelitian ini hal-hal yang dilakukan adalah melakukan
pengawasan pada bayi prematur yang dilakukan posisi prone.
Dimensi bebas dari eksploitasi yaitu bahwa dalam penelitian ini subjek
penelitian tidak dilakukan intervensi yang merugikan mereka, namun
justru meningkatkan rasa nyaman bayi prematur dalam posisi tidur yang
tepat.
Dimensi keseimbangan antara risiko dan manfaat dimaksudkan agar
peneliti mampu menelaah keseimbangan antara manfaat dan risiko dalam
penelitian. Pada penelitian ini peneliti telah menelaah dan memprediksi
bahwa hasil studi memberikan manfaat yang banyak dan tidak ada unsur
risiko bagi subjek penelitian.
(2) Prinsip Mendapatkan Keadilan
Prinsip ini mengandung hak subjek untuk mendapatkan perlakukan yang
adil dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasan pribadi. Subjek
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
46
Universitas Indonesia
mendapatkan hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan sama,
sebelum, selama dan setelah partisipasi mereka dalam penelitian.
Hak subjek penelitian di kelompok intervensi jika dibandingkan dengan
pasien lain yang tidak diikutkan dalam penelitian tetap sama, karena bayi
yang tidak termasuk dalam penelitian inipun mendapatkan intervensi
keperawatan yang sama yaitu penggunaan nesting dalam inkubatornya
dan dilakukan prone secara periodik. Perlakuan pada subjek penelitian
setelah penelitianpun tetap dilakukan intervensi keperawatan yang sama
yaitu tetap menggunakan nesting dan inkubatornya dan dilakukan posisi
prone.
Hak subjek penelitian di kelompok kontrol jika dibandingkan dengan
pasien lain yang tidak diikutkan dalam penelitian tetap sama, dimana
subjek penelitian dan pasien lain tidak menggunakan nesting dan tidak
dilakukan perubahan posisi prone.
(3) Prinsip Anonymity (hak untuk tidak menggunakan identitasnya)
Subjek penelitian mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa setiap data
yang dikumpulkan selama masa penelitian akan disimpan dan dijaga
kerahasiaannya yang dilakukan dengan cara tidak menggunakan
identitasnya selama pengambilan data. Dalam penelitian ini instrumen
penelitian hanya diberi kode saja untuk menghindari kehilangan data,
namun identitas bayi tidak dicantumkan dalam lembar instrumen
penelitian.
4.6 Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yaitu berupa lembar instrumen pengkajian tentang
saturasi oksigen dan frekuensi nadi yang dirancang sendiri oleh peneliti.
Lembar instrumen ini dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Lampiran 1
memuat lembaran instrumen yang akan diisi diawal saat bayi prematur akan
dilakukan penelitian atau saat bayi baru masuk dan dirawat di tempat
penelitian. Lampiran 2 merupakan instrumen yang akan diisi setelah bayi
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
47
Universitas Indonesia
dilakukan posisi prone selama 20 menit pada kelompok intervensi. Lampiran
1 dan 2 juga diisi pada kelompok kontrol. Pada lampiran 1 meliputi meliputi
data tentang kode responden, usia gestasi, jenis kelamin, BB (gram), suhu
tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Lampiran 1 dilakukan pada
kelompok intervensi sebelum bayi menggunakan nesting dan dilakukan
posisi prone. Pada lampiran 2 data yang ada meliputi hari, tanggal dan waktu,
kode responden, suhu tubuh, dan status saturasi oksigen serta frekuensi nadi.
Lampiran 2 ini diisi setelah bayi prematur menggunakan nesting dan di
lakukan tindakan posisi prone. Lampiran 1 dan lampiran 2 juga dilakukan
pada kelompok kontrol, dengan jarak waktu yang sama dengan kelompok
intervensi yang sekitar 20 menit.
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah: nesting, pulse oxymetri, dan
termometer. Nesting yang digunakan sudah sesuai dengan ketentuan, dimana
alat ini terbuat dari bahan phlanyl dengan bahan dacron sebagai isi
bantalannya diameter dan panjang sudah sesuai ketentuan yaitu panjang
sekitar 121–132 cm dengan diameter sekitar 5–7 cm.
Alat lainnya adalah pulse oxymetri , secara teori alat ini tidak perlu dilakukan
kalibrasi karenanya sudah dapat digunakan langsung, hanya penempatan
sensor harus tepat yaitu pada ujung jari, telinga, dan cuping hidung. Pada
penelitian ini alat sensor diletakkan pada ujung jari.
Alat yang lain adalah thermometer. Pada penelitian ini digunakan
thermometer digital “L” yang diletakkan pada axila. Prosedur yang dilakukan
yaitu membersihkan ketiak bayi dengan tissue kemudian nyalakan
thermometer hingga terdapat kata “low” setelah itu letakkan thermometer
pada ketiak bayi. Biarkan hingga terdengar bunyi yang menandakan
pengukuran telah selesai. Setelah selesai pengukuran maka thermometer
dibersihkan dengan kasa yang diberi alkohol.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
48
Universitas Indonesia
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengumpulan data yang sesungguhnya, peneliti
melakukan uji coba pada 2 bayi prematur yang sesuai dengan kriteria pada
ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi. Tujuan uji coba ini adalah memantau
apakah intervensi yang akan dilakukan pada penelitian ini aman atau tidak,
membawa risiko pada bayi atau tidak. Jika aman maka akan dilanjutkan pada
pengambilan data untuk penelitian sebenarnya.
Tindakan yang dilakukan yaitu memberikan nesting dan melakukan posisi
prone selama 20 menit. Dari hasil uji coba didapatkan bahwa bayi yang
dilakukan nesting dan posisi prone relatif aman dan tidak ada masalah secara
fisiologis, bahkan saturasi oksigen yang diamati oleh peneliti pada 2 bayi uji
coba ini cenderung lebih baik.
Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan cara:
(1) Tahap perijinan: dilakukan setelah proposal disetujui pihak akademik,
maka proses perijinan dilakukan dengan cara memberikan surat pengantar
dari pihak akademik kepada institusi rumah sakit.
(2) Tahap pengambilan data: pada tahap ini peneliti mengambil data pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol secara simultan, artinya jika
pada saat yang bersamaan didapatkan bayi prematur sesuai dengan kriteria
pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi, maka peneliti melakukan
pengukuran secara bergantian.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada ruang perinatologi
RSUD Kota Bekasi sebagai kelompok intervensi adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebelum
bayi menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone pada bayi yang
baru masuk ke ruang perinatologi atau pada bayi prematur yang sudah
dirawat di ruang perinatalogi dengan melepaskan nesting selama 20
menit.
b. Catat hasil pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada
lampiran 1.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
49
Universitas Indonesia
c. Meletakkan nesting sebagai alas tempat tidur bayi prematur.
d. Lakukan posisi prone yang tepat selama 20 menit
e. Setelah 20 menit kemudian dilakukan pencatatan nilai saturasi
oksigen dan frekuensi nadi.
f. Catat pada menit ke-20 saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada
lampiran 2.
Sementara itu pada kelompok kontrol langkah-langkah yang dilakukan
peneliti sebagai berikut:
a. Mencatat pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi sebagai data
awal dan dicantumkan pada lampiran 1.
b. Tunggu selama 20 menit, kemudian lakukan pencatatan ulang tentang
saturasi oksigen dan frekuensi nadi dan dicantumkan pada lampiran 2.
4.9 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
1 Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Nilai yang akan diukur yaitu (1)
ukuran tengah yang meliputi mean, median dan modus, (2) nilai ukuran
variasi yatu berupa range, jarak quartil, dan standar deviasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu melakukan analisis hubungan antara dua variabel
yang ada dalam penelitian. Pada penelitian ini dilakukan analisis tentang
perbedaan saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi prematur sebelum
penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan dengan
sesudah penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone. Penelitian ini
juga membandingkan nilai saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada
kelompok intervensi berupa penggunaan nesting dan posisi prone dan
kelompok kontrol tanpa menggunakan nesting dan posisi prone. Analisis
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
50
Universitas Indonesia
data pada penelitian ini mengunakan prinsip uji beda dua mean dengan
pendekatan ujin dan distribusi t, maka dalam penelitian ini analisis bivariat
menggunakan uji t dependent dan uji t independent.
Pada penelitian ini juga dianalisis tentang pengaruh suhu terhadap saturasi
oksigen dan frekuensi nadi. Analisis data untuk tujuan ini mengunakan
prinsip uji korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan dua variabel.
Pada penelitian ini uji korelasi yang digunakan yaitu Pearson test yang
menghubungkan variabel yang berjenis numerik. Adapun tabel analisa data
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Analisa Data dan Uji Statistik
Variabel I Variabel II Uji Statistik
Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok kontrol dan intervensi
Saturasi oksigen Uji t independen
Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok kontrol dan intervensi
Frekuensi nadi Uji t independen
Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok intervensi
Saturasi nadi Uji t dependen
Penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok intervensi
Frekuensi nadi Uji t dependen
Suhu tubuh pada kelompok kontrol dan intervensi
Saturasi oksigen dan frekuensi nadi
Uji korelasi (Pearson test)
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
51
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab 5 ini diuraikan tentang hasil pengukuran yang dilakukan peneliti pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil penelitian ini akan dirinci
berdasarkan analisis univariat dan bivariat.
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik masing-masing variabel yang diteliti yaitu usia gestasi, berat
badan, jenis kelamin, berat badan, suhu tubuh, saturasi oksigen dan frekuensi
nadi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji univariat dari
masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Nilai yang diukur yaitu (1) ukuran tengah yang meliputi mean, median dan
modus, yang bertujuan untuk menentukan normalitas suatu data. (2) nilai
ukuran variasi yatu berupa standar deviasi untuk mengetahui variasi daya yang
diukur melalui penyimpangan dari nilai-nilai pengamatan terhadap nilai mean.
Pada bab ini dijelaskan juga tentang kesetaraan antara masing-masing
variabel pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang meliputi usia
gestasi, berat badan, suhu tubuh bayi, saturasi oksigen dan frekuensi nadi.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
52
Universitas Indonesia
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi, Berat Badan, Suhu
Tubuh, dan Kesetaraan Responden Mei – Juni 2011 (n=30) Di RSUD Kota Bekasi
Variabel Kelompok Mean Median SD Min-
Max
95%CI p
value
Usia
gestasi
Kontrol
Intervensi
32,87
32,3
33
33
2,066
2,957
29-35
26-36
31,77-
34,01
30,56-
33,84
0,272
Berat
Badan
Kontrol
Intervensi
1893,3
1853,3
2000
1800
339,05
461,16
1200-
2500
1000-
2700
1705,6-
2081,1
1598,0-
2108,7
0,000
Suhu
Tubuh
Kontrol
Intervensi
36,76
36,55
36,8
36,5
0,106
0,334
36,6-
37
35,8-
37
36,7-
36,8
36,37-
36,76
0,16
Tabel 5.1 dapat diamati rerata usia gestasi pada kelompok kontrol yaitu 32,87
minggu dan 32,3 minggu pada kelompok intervensi. Hasil uji kesetaraan
didapatkan usia gestasi pada kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Nilai
mean pada kelompok kontrol dan intervensi sama dengan nilai median, hal ini
berarti distribusi data bersifat normal.
Demikian pula untuk rerata berat badan yaitu 1893,3 gram pada kelompok
kontrol dan 1853,33 gram pada kelompok intervensi, hasil uji kesetaraan
didapatkan hasil berat badan pada kedua kelompok ini tidak setara dengan p
value < 0,05. Distribusi data berat badan pada kelompok intervensi adalah
normal, karena nilai mean sama dengan median.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
53
Universitas Indonesia
Sementara itu rerata suhu pada kelompok kontrol yaitu 36,76⁰C dan 36,53⁰C
pada kelompok intervensi, hal ini menandakan bahwa responden pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi mempunyai suhu tubuh dalam
rentang normal. Jika dilihat dari uji kesetaraan, maka didapatkan kedua
kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Distribusi data suhu tubuh pada
kelompok intervensi bersifat normal, karena dari uji normalitas terlihat nilai
mean sama dengan nilai median.
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Bayi Prematur
di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011 (n=30)
Variabel Kelompok Laki-laki % Perempuan %
Jenis
Kelamin
Kontrol
Intervensi
8
9
53,33
60
7
6
46,7
40
Pada table 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden adalah 15 baik pada
kelompok kontrol ataupun kelompok intervensi, sementara jumlah responden
laki-laki lebih banyak dibanding bayi perempuan baik pada kelompok kontrol
ataupun kelompok intervensi, yaitu 53,33% dibandingkan 46,70% pada
kelompok kontrol dan 60% dibandingkan 49% pada kelompok intervensi.
Berdasarkan data-data yang dapat diamati pada tabel diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa adanya kesetaraan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dalam hal karakteristik bayi yang dijadikan responden.
5.2 Saturasi Oksigen dan Frekuensi pada Bayi Prematur
5.2.1 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum Tindakan Pada
Kelompok Kontrol Dan Intervensi
Berikut ini penjelasan tentang nilai saturasi oksigen dan frekuensi nadi
sebelum tindakan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
54
Universitas Indonesia
Pengukuran dilakukan sebelum tindakan nesting dan posisi prone pada
kelompok intervensi, dan data awal pada kelompok kontrol. Tujuan analisis
ini adalah untuk melihat kesetaraan pada kedua kelompok.
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi
dan Kesetaraan Sebelum Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi
Di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011 (n=30)
Variabel Kelompok Mean Median Modus SD Min-max
95% CI p value
Saturasi Oksigen
Kontrol
Intervensi
96,67
96,67
97
97
97
97
2,53
2,35
90-99 90-100
95,2-98
95,37-97,97-
0,765
Frekuensi Nadi
Kontrol
Intervensi
146,87
137,93
148
130
152
130
11,43
15,56
138-148 115-160
140,54-153,20 129,31-146,55
0,85
Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa rerata saturasi oksigen sebelum tindakan
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi mempunyai nilai yang
sama yaitu 96,67%, dengan nilai minimum sama yaitu 90% tetapi nilai
maksimum lebih tinggi pada kelompok intervensi, yaitu 100% sementara
pada kelompok kontrol 99%. Hasil uji kesetaraan didapatkan bahwa saturasi
oksigen kedua kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Nilai mean dan
median didapatkan hasil yang sama, maka distribusi data bersifat normal.
Pada tabel 5.3 juga didapatkan bahwa rerata frekuensi nadi sebelum
tindakan mempunyai nilai yang agak berbeda antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi yaitu 146,87 kali/menit pada kelompok kontrol dan
137,93kali/menit pada kelompok intervensi. Sementara nilai frekuensi nadi
berada dalam rentang normal baik pada kelompok kontrol maupun
intervensi walaupun terdapat perbedaan nilai antara kelompok kontrol dan
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
55
Universitas Indonesia
intervensi. Frekuensi nadi pada kelompok kontrol dan intervensi setara
karena p value > 0,05.
5.2.2 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah
Pengamatan 20 Menit dan Intervensi pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi
Tabel 5.4 Distribusi Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah
Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei- Juni 2011
(n = 30)
Variabel Kelompok Fase Mean SD SE p value
Saturasi
Oksigen
Kontrol
Sebelum 96,60 2,53 0,653 0,55 Sesudah 96,27 2,344 0,605
Intervensi Sebelum 96,67 2,350 0,607 0,001
Sesudah 98,07 1,751 0,452
Frekuensi
Nadi
Kontrol
Sebelum Sesudah
146,87 146,73
11.432 11,380
2,952 2,938
0,334
Intervensi Sebelum Sesudah
137,93 140,80
15,563 15,167
4,018 3,916
0,087
Analisis berikutnya adalah membandingkan antara saturasi oksigen awal
pendataan dan akhir setelah responden diistirahatkan selama 20 menit pada
kelompok kontrol. Analisis ini menggunakan uji t dependen.
Pada tabel 5.4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan saturasi
oksigen pada awal pengamatan dengan setelah 20 menit diistirahatkan (p
value >0,05). Rerata saturasi oksigen sebelum dan sesudah pengamatan
mempunyai nilai yang lebih kecil yaitu dari 96,67% menjadi 96,27%.
Selanjutnya peneliti akan menampilkan nilai saturasi oksigen pada
kelompok intervensi yang membandingkan nilai sebelum dan sesudah
dilakukan nesting dan posisi prone pada bayi prematur. Nilai ini untuk
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
56
Universitas Indonesia
melihat efektivitas penggunaan nesting dan posisi prone dan dianalisis
secara uji bivariat menggunakan uji t dependen.
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan rerata
saturasi oksigen bayi prematur di ruang perinatologi sebelum dilakukan
nesting dan posisi prone dan sesudahnya, yaitu dari 96,67% menjadi
98,07%. Terlihat nilai selisih mean antara pengukuran sebelum intervensi
dengan setelah intervensi yaitu 1,400, dengan standar deviasi sebelum
tindakan yaitu 2,35 dan setelah tindakan 1,751, maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan bermakna terhadap saturasi oksigen antara sebelum
dan sesudah penggunaan nesting dan posisi prone dengan p value < 0,05.
Pada tabel diatas dapat diamati bahwa rerata frekuensi nadi sebelum
pengamatan 20 menit yaitu 146,87 kali/menit, sesudah pengamatan sebesar
146,73 kali/menit, didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan
frekuensi nadi antara sebelum dan sesudah pengamatan selama 20 menit
pada kelompok kontrol dengan p value > 0,05.
Analisis berikutnya adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan nesting
dan posisi prone terhadap frekuensi nadi pada kelompok intervensi. Rerata
frekuensi nadi pada pengukuran sebelum penggunaan nesting dan posisi
prone yaitu 137,93 kali/menit dengan standar deviasi 15,563 kali/menit.
Pada pengukuran setelah intervensi yaitu 140,80 kali/menit dengan standar
deviasi 15,167 kali/menit. Terlihat nilai perbedaan nilai mean antara
sebelum dan sesudah intervensi yaitu 2,867. Standar deviasi sebelum
intervensi 15,56 dan sesudah intervensi 15,167 kali/menit. Hasil uji statistik
didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan nilai frekuensi nadi
antara sebelum penggunaan nesting dan posisi prone dibandingkan dengan
setelah tindakan nesting dan posisi prone dengan p value > 0,05.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
57
Universitas Indonesia
5.2.3 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sesudah Fase Intervensi pada
Kelompok Kontrol dan Intervensi
Pada analisis ini akan diuraikan tentang nilai saturasi oksigen dan frekuensi
nadi setelah dilakukan pengamatan 20 menit dan penggunaan nesting dan
prone pada kelompok kontrol dan intervensi.
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sesudah Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di
RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011 (n=30)
Variabel Kelompok Mean SD SE p value Saturasi Oksigen
Kontrol
Intervensi
96,27
98,07
2,344
2,344
0,605
0,452
0,0204
Frekuensi Nadi Kontrol
Intervensi
146,73
140,80
11,38
15,17
2,938
3,916
0,236
Pada tabel 5.4 didapatkan rerata saturasi oksigen pada kelompok kontrol
yaitu 96,27% dengan standar deviasi 2,344%, sedangkan rerata saturasi
oksigen pada kelompok intervensi yaitu 98,07% dengan standar deviasi
2,344%. Hasil uji statistik didapatkan adanya perbedaan signifikan rerata
saturasi oksigen pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
kontrol dengan p value < 0,05.
Pada tabel diatas juga dapat terlihat rerata frekuensi nadi pada kelompok
kontrol yaitu 146,73 kali/menit dengan standar deviasi 11,38 kali/menit,
sedangkan pada kelompok intervensi 140,80 kali/menit dengan standar
deviasi 3,916 kali/menit. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada perbedaan
yang signifikan frekuensi nadi antara sebelum dan sesudah penggunaan
nesting dan posisi prone dengan p value > 0,05.
5.3 Suhu Tubuh Bayi Prematur
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi saturasi oksigen dan frekuensi nadi,
namun dalam penelitian ini peneliti hanya menjadikan suhu tubuh sebagai
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
58
Universitas Indonesia
faktor confounding yang mempengaruhi saturasi oksigen dan frekuensi nadi.
Berikut ini merupakan nilai suhu tubuh bayi sebelum tindakan pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
5.3.1 Suhu Tubuh Sebelum Tindakan Pada Kelompok Kontrol Dan
Kelompok Intervensi
Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kesetaraan nilai suhu tubuh pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi sebelum dilakukan pengamatan
selama 20 menit dan penggunaan nesting dan prone.
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Suhu Tubuh Sebelum Fase
Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011
(n=30)
Variabel Kelompok Mean SD SE p value
Suhu tubuh
Kontrol
Intervensi
36,67
36,55
0,1056
0,318
0,273
0,821
0,21
Pada tabel 5.6 diatas dapat diamati bahwa rerata suhu tubuh pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi terdapat perbedaan sedikit yaitu sekitar
0,12⁰C. Hasil analisis bahwa suhu tubuh pada ke dua kelompok sifatnya
setara dengan p value > 0,05.
5.3.2 Pengaruh Suhu Tubuh dengan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi
Selanjutnya akan dibahas tentang hubungan suhu tubuh bayi prematur
terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi baik pada kelompok kontrol
ataupun pada kelompok intervensi. Analisis ini mengunakan uji korelasi
Pearson test, karena terdapat dua variabel dalam bentuk numerik, yaitu suhu
tubuh dan saturasi oksigen serta untuk melihat kekuatan hubungan antara
variabel.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
59
Universitas Indonesia
Tabel 5.7 Hubungan Antara Suhu Tubuh Sesudah Fase Intervensi Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011
(n=30)
Variabel confounding
Variabel dependen
R p value
Suhu Tubuh
Saturasi Oksigen Frekuensi Nadi
-0,208 0,219
0,270 0,246
Berdasarkan tabel 5.7 pengaruh suhu terhadap saturasi oksigen didapatkan
hasil bahwa nilai r = -0,208. Nilai negatif disini berarti bahwa kenaikan satu
variabel akan diikuti dengan penurunan variabel yang lain, maka dalam
penelitian ini dapat dimaksudkan bahwa kenaikan suhu tubuh bayi akan
menurunkan saturasi oksigen bayi. Adapun nilai 0,208 berarti bahwa tidak
ada hubungan atau hubungan yang sangat lemah antara suhu tubuh dengan
saturasi oksigen. Hasil analisis didapatkan bahwa hubungan yang tidak
signifikan antara suhu tubuh dengan saturasi oksigen dengan p value > 0,05.
Selanjutnya dianalisis tentang hubungan suhu tubuh dengan frekuensi nadi
yang dilakukan pada kelompok kontrol dan intervensi, analisis ini juga
menggunakan uji korelasi. Hasil analisis didapatkan bahwa nilai r = 0,219.
Nilai positif di sini berarti bahwa kenaikan satu variabel akan diikuti dengan
kenaikan pada variabel yang lainnya, maka dalam penelitian ini dapat
dimaksudkan bahwa kenaikan suhu tubuh bayi akan meningkatkan frekuensi
nadi. Adapun nilai 0,246 berarti bahwa tidak ada hubungan atau hubungan
yang sangat lemah antara suhu tubuh dengan frekuensi nadi. Hasil analisis
didapatkan bahwa hubungan yang tidak signifikan antara suhu tubuh
dengan saturasi oksigen (p value > 0,05).
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
60
Universitas Indonesia
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan yang meliputi intrepretasi dan diskusi
hasil yang telah dijelaskan pada bab terdahulu yang dikaitkan dengan referensi-
referensi yang berhubungan. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang
keterbatasan penelitian yang dirasakan oleh peneliti dan juga implikasi hasil
penelitian yang dapat diterapkan pada praktek keperawatan dan penelitian yang
akan datang.
6.1 Intrepretasi Hasil Penelitian dan Diskusi
Intrepretasi hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang telah peneliti
tetapkan pada bab sebelumnya, yaitu teridentifikasinya efektifitas penggunaan
nesting dan posisi prone terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada
bayi prematur di RSUD kota Bekasi.
6.1.1 Karakteristik Responden
Rerata usia gestasi pada penelitian ini di kelompok kontrol yaitu adalah
32,8 minggu dan pada kelompok intervensi yaitu 32,3 minggu. Rentang
usia gestasi pada kelompok kontrol yaitu antara 29 hingga 35 minggu,
sedangkan pada kelompok intervensi antara 26 hingga 36 minggu.
Karakteristik responden bila dilihat dari rentang usia gestasi pada
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Maynard,
Bignall, dan Kitchen (2000) yang mengambil data pada bayi prematur
dengan rentang usia 24 hingga 32 minggu sedangkan pada penelitian ini
usia gestasi bayi prematur yaitu 26–36 minggu, hal ini dimungkinkan
karena pemilihan sampel yang sifatnya purposive sampling tanpa
memperhatikan usia gestasi responden selama responden memenuhi
kriteria inklusi dalam penelitian ini.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
61
Universitas Indonesia
Mengamati usia gestasi pada kelompok intervensi pada penelitian ini
ternyata lebih variatif, karena kategori prematur berada dalam rentang
ekstremely premature (usia 24-28 minggu) hingga moderately premature
(35-37 minggu). Sementara itu pada kelompok kontrol usia gestasi hanya
berada pada rentang very premature (29-34 minggu) dan moderately
premature. Usia gestasi tentunya akan mempengaruhi tingkat kematangan
organ-organ tubuh bayi yang tentunya akan berpengaruh pula terhadap
nilai-nilai fisiologis pada bayi.
Rerata berat badan lahir pada penelitian ini adalah 1853,33 gram pada
kelompok intervensi dan 1893,3 gram pada kelompok kontrol. Hasil data
yang didapatkan ternyata rerata berat badan pada penelitian lebih kecil
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum
(2009) yaitu dengan rerata berat badan bayi sebesar 2008,33 gram dengan
standar deviasi 977,84 gram. Sementara penelitian yang dilakukan oleh
Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan rata-rata berat badan bayi
kurang dari 1500 gram. Terjadi perbedaan nilai ini terjadi karena
responden yang berbeda yang ditetapkan oleh masing-masing peneliti.
Berat badan pada penelitian ini perbedaannya sangat signifikan antara
berat bedan minimal dengan maksimal yaitu 1000 gram hingga 2700
gram. Perbedan berat badan yang cukup jauh kemungkinan akan
mempengaruhi nilai fisiologis bayi, karena pada bayi dengan berat badan
rendah akan terjadi adaptasi yang jauh lebih berat dibandingkan dengan
yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena bayi kecil memiliki lemak
subkutan yang sangat tipis, sehingga mudah terjadi hipotermi dan
kebutuhan oksigen akan lebih besar (Wong, et.al, 2009).
Rerata suhu tubuh bayi prematur sebelum dilakukan intervensi berupa
penggunaan nesting dan posisi prone adalah 36,76⁰C pada kelompok
kontrol sedangkan pada kelompok intervensi yaitu 36,53⁰C. Sementara itu
rerata suhu tubuh bayi prematur setelah dilakukan intervensi berupa
penggunaan nesting dan posisi prone adalah 36,58⁰C .
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
62
Universitas Indonesia
Jika dilihat hasil diatas terdapat perbedaan suhu tubuh bayi prematur
sebelum dan sesudah intervensi, walaupun perbedaannya sangat kecil.
Dari data yang ada terdapat 67% bayi yang mengalami perubahan suhu
tubuh setelah intervensi. Suhu tubuh bayi akan mempengaruhi nilai
fisiologis bayi, hal ini disebabkan karena metabolisme yang terjadi.
Semakin tinggi metabolisme dalam tubuh, maka akan meningkatkan
kebutuhan oksigen pada bayi. Bayi yang mengalami demam akan
menurunkan saturasi oksigennya (MacGregor, 2008). Pada penelitian ini
memang terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tidak signifikan yaitu sekitar
0,03⁰C dan rentang suhu tubuh masih dalam batas normal, karenanya tidak
ada perbedaan saturasi oksigen yang signifikan.
Jenis kelamin bayi prematur pada penelitian ini paling banyak adalah laki-
laki. Karakteristik jenis kelamin ini sama dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan sebelumnya oleh Kusumaningrum (2009). Jumlah bayi
laki-laki yang ada dalam penelitian ini dimungkankan terjadi karena
pemilihan responden penelitian yang tidak berdasarkan jenis kelamin
tetapi berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Mayoritas
responden adalah laki-laki kemungkinan akan mempengaruhi nilai
fisiologis yang ada, seperti frekuensi nadi, karena menurut Merenstein dan
Gardner (2002) dikatakan bahwa frekuensi nadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, aktivitas, demam, status
cairan, posisi dan obat-obatan. Pada penelitian ini frekuensi nadi bervariasi
baik pada responden laki-laki ataupun perempuan namun masih dalam
batas normal.
6.1.2 Efektivitas Penggunaan Nesting dan Posisi Prone terhadap Saturasi
Oksigen Dan Frekuensi Nadi
Hasil analisis pada penelitian terdapat perbedaan yang signifikan saturasi
oksigen antara penggunaan nesting dan posisi prone pada kelompok
intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini sebanding
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
63
Universitas Indonesia
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Picheansathian,
Woragidpoonpol, dan Baosoung (2009) yang mengatakan bahwa posisi
prone dapat meningkatkan saturasi oksigen pada bayi prematur dengan
nilai p value 0,0001. Pitcheansathian, Woragidpoonpol, dan Baosoung
(2009) melakukan penelitian pada bayi prematur dengan usia gestasi
kurang dari 37 minggu sebanyak 34 bayi yang dilakukan perawatan di
ruang perinatologi, NICU dan ruang rawat. Adapun bentuk intervensi yang
dilakukan adalah melakukan perubahan posisi mulai dari supine, prone,
side lying dan head title sebesar 30⁰. Posisi prone dilakukan selama 30
menit dengan masa pengamatan saturasi oksigen selama 10 menit. Hasil
penelitian ini juga sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusumaningrum (2009) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan signifikan antara posisi prone dengan saturasi oksigen (p value
0,0016). Penelitian ini juga sebanding dengan hasil yang didapat oleh
Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan hasil penelitian yaitu ada
perbedaan yang signifikan antara saturasi oksigen dengan posisi prone
dengan nilai p 0,0085.
Hasil analisis yang lain adalah membandingkan frekuensi nadi dengan
penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi prematur, hasil yang
didapatkan adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara frekuensi
nadi dengan penggunaan nesting dan posisi prone, dengan nilai p value
sebesar 0,087 dan 0,236 (lebih besar dari alpha). Hal ini berbeda dengan
hasil penelitian yang dilakukan Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) yang
mengatakan bahwa ada perbedaan signifikan antara frekuensi nadi dengan
posisi prone, dengan nilai p value yang didapatkan yaitu 0,0008. Maynard,
Bignall, dan Kotchen (2000) melakukan penelitian pada bayi prematur
tanpa alat bantu ventilator dengan lama tindakan prone selama 20 menit
dan hasil saturasi oksigen dapat diamati melalui pulse oxymetri sensor.
Hasil yang didapat yaitu adanya rerata frekuensi nadi yang lebih kecil
setelah bayi dilakukan posisi prone jika dibandingkan dengan posisi supine,
nilai rata-ratanya yaitu dari 161,94 kali/menit pada posisi prone menjadi
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
64
Universitas Indonesia
157,51 kali/menit pada posisi supine. Hasil penelitian ini agak berbeda
dengan penelitian Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan hasil yang
didapatkan peneliti yaitu bahwa terdapat kenaikan frekuensi nadi pada
kelompok intervensi sesudah dilakukan nesting dan posisi prone yaitu
137,93 kali/menit menjadi 140,80 kali/menit. Hal ini mungkin disebabkan
karena pengukuran pada penelitian ini hanya 1 kali pengamatan di menit
ke-20 setelah tindakan, sementara nilai frekuensi nadi masih bisa fluktuasi.
Analisis lain yang dilakukan oleh peneliti adalah membandingkan nilai
saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Hasil yang didapatkan adalah p value sebesar 0,024
untuk saturasi oksigen, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara
saturasi oksigen dengan penggunaan nesting dan posisi prone pada
kelompok kontrol dan intervensi. Sedangkan p value untuk frekuensi nadi
yang dibandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
adalah sebesar 0,236. Nilai ini lebih besar dari p value sehingga dapat di
jelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan frekuensi nadi pada
kelompok yang menggunakan nesting dan posisi prone jika dibandingkan
dengan kelompok yang menggunakan nesting dan posisi prone.
6.1.3 Hubungan Antara Pengaruh Suhu Tubuh dengan Saturasi Oksigen
Pada penelitian ini suhu tubuh merupakan variabel confounding yang dapat
mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan analisis uji korelasi yang
dilakukan didapatkan bahwa hubungan antara suhu tubuh bayi dengan
saturasi oksigen bersifat negatif yang berarti bahwa kenaikan suhu tubuh
akan menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa kenaikan suhu akan menurunkan saturasi oksigen
(MacGregor, 2008). Pada bayi prematur kenaikan suhu tubuh tentunya akan
meningkatkan metabolisme dalam tubuh, dan akan berdampak terhadap
kebutuhan akan konsumsi oksigen yang semakin meningkat, maka nilai
fisiologis yang dapat diamati adalah menurunnya kadar saturasi oksigen.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
65
Universitas Indonesia
Dalam hasil analisis juga diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara suhu tubuh dengan saturasi oksigen, hal ini dimungkinkan
karena masih banyaknya faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi saturasi
oksigen seperti Hb, kadar bilirubin dan kadar oksigen dalam darah
(Brooker, 2005). Hasil yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara suhu dengan saturasi oksigen dapat disebabkan karena
masih banyak faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
6.1.4 Hubungan Antara Pengaruh Suhu Tubuh dengan Frekuensi Nadi
Hasil analisis memperlihatkan bahwa pola hubungan antara suhu tubuh
dengan frekuensi nadi bersifat positif, hal ini berarti bahwa kenaikan suhu
tubuh akan meningkatkan frekuensi nadi. Hasil analisis ini seiring dengan
teori bahwa frekuensi nadi dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah
usia, jenis kelamin, aktivitas, status kesehatan/demam, status cairan, dan
obat-obatan (Merenstein & Gardner, 2002). Jumlah frekuensi nadi juga
dangat dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan situasi lain yang dapat
menyebabkan metabolisme tubuh meningkat seperti peningkatan suhu tubuh
dan kecemasan atau stress (MacGregor, 2008). Hubungan yang tidak
signifikan antara suhu tubuh dengan frekuensi nadi dalam penelitian ini
dapat disebabkan karena masih banyak faktor lain yang tidak ikut diteliti
sehingga faktor suhu tubuh saja tidak cukup kuat untuk melihat
hubungannya dengan frekuensi nadi.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang peneliti temukan dalam proses pengambilan data
adalah sebagai berikut :
1. Sampel tidak mencapai target yang di tentukan dalam penelitian, yaitu 17
bayi prematur, walaupun hasil perhitungan sampel membutuhkan 15 bayi
prematur saja, namun dalam proposal peneliti menambahkan 10% dari
perhitungan sampel sehingga menjadi 17 bayi. Dari hasil pengambilan
data yang dilakukan peneliti di ruang perinatologi RSUD Kota Bekasi
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
66
Universitas Indonesia
selama 2 bulan, didapatkan hanya 15 bayi prematur yang sesuai dengan
kriteria penelitian.
2. Tempat penelitian untuk kelompok kontrol yang telah dicantumkan dalam
proposal adalah RS Rawa Lumbu, namun mengingat jumlah bayi
prematur yang dirawat sedikit pada tempat bersangkutan, maka peneliti
mencara beberapa alternatif rumah sakit yang mempunyai kriteria ruangan
yang hampir sama dengan RS Rawa Lumbu ataupun RSUD Kota Bekasi,
diantaranya adalah RS Hermina Grand Wisata dan RSD Kabupaten
Bekasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi saturasi oksigen diantaranya adalah
suhu tubuh, kadar Hb, kadar bilirubin, kadar oksigen dalam tubuh
(Brooker, 2005), namun dalam penelitian ini yang diteliti hanya suhu
tubuh bayi, karenanya berpengaruh terhadap hasil pengukuran bahwa tidak
ada perbedaan bermakna suhu tubuh terhadap saturasi oksigen.
6.3 Implikasi Penelitian
6.3.1 Implikasi Terhadap Praktek Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan cukup bukti bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone terhadap
saturasi oksigen pada bayi prematur. Hasil ini dapat menjadikan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan (yaitu penggunaan nesting dan posisi
prone) dapat dijadikan dasar dalam penyusunan SOP (Standar Operasional
Prosedur) yang baku di ruang perinatologi, sehingga dapat meningkatkan
saturasi oksigen ada bayi prematur. Peningkatan saturasi oksigen akan
memperbaiki kondisi fisiologis bayi sehingga akan mempercepat masa
rawat bayi. Selain itu, penggunaan oksigen akan menurun sehingga risiko
gangguan penglihatan pada bayi yaitu retinopathy of prematurity (ROP)
dapat dicegah dan biaya untuk penggunaan oksigen juga dapat ditekan.
Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa salah satu penerapan konsep
developmental care dapat dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan
dalam hal ini menggunakan nesting, karena nesting membuat bayi prematur
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
67
Universitas Indonesia
seolah-olah berada dalam lingkungan intrauterin yang membuat dirinya
menjadi lebih nyaman, karena pengaruh suhu, cahaya dan suara yang ada
dalam lingkungan intrauterine sangat kondusif bagi bayi. Kondisi nyaman
pada bayi akan membuat bayi lebih tenang sehingga nilai-nilai fisiologis
juga menjadi lebih baik.
6.3.2 Implikasi Terhadap Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar penelitian yang akan datang
yang berhubungan dengan saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi
prematur dan tindakan pronasi ataupun penggunaan nesting untuk
diaplikasikan di pelayanan keperawatan sebagai intervensi yang berbasis
riset.
Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut yang
berhubungan dengan saturasi oksigen dengan variable lainnya, seperti berat
badan.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
68
Universitas Indonesia
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian
yang dilakukan peneliti dan saran yang diberikan peneliti.
7.1 Simpulan
1. Mayoritas bayi laki-laki dengan rerata usia gestasi 32,3 minggu, dengan rerata
berat badan adalah 1853,33 kg, dan rerata suhu tubuh sebelum intervensi yaitu
36,55⁰C.
2. Nilai saturasi oksigen pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
sifatnya setara, hal ini memudahkan dalam menentukan hipotesa yang
didapatkan karena perbedaan perlakukan antara kelonpok kontrol dan
intervensi sehingga dapat ditentukan pengaruh atau tidaknya intervensi yang
dilakukan pada kelompok intervensi.
3. Frekuensi nadi pada kelompok kontrol dan intervensi juga sifatnya setara yang
juga akan mempermudah penegakkan hipotesa jika dikaitkan dengan
intervensi yang dilakukan.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan saturasi oksigen pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi dengan p value < alpha. Peneliti menyimpulkan
bahwa penggunaan nesting dan posisi prone efektif mempengaruhi saturasi
oksigen.
5. Penggunaan nesting dan posisi prone dalam penelitian ini tidak memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi nadi terbukti dari hasil p value
yang didapatkan lebih besar dari alpha, baik pada kelompok intervensi
ataupun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peneliti menyimpulkan
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi, sehingga
penggunaan nesting dan prone kurang bermakna untuk mempengaruhi
frekuensi nadi.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
69
Universitas Indonesia
6. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara perubahan suhu terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi
dan sifat hubungan sangat lemah atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan
karena kurangnya faktor confounding yang diteliti sehingga hasil yang
didapatkan bias.
7.2 Saran
1. Pelayanan keperawatan
Praktek keperawatan dapat dikembangkan berdasarkan hasil penelitian
yang telah ada, karenanya penerapan konsep developmental care pada
neonatus sangat mendukung perbaikan penerapan asuhan keperawatan
yang diberikan. Sosialisasi tentang konsep developmental care perlu
dilakukan di rumah sakit yang belum menerapkan konsep ini, agar
meningkatkan motovasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas.
2. Pendidikan keperawatan
Pembekalan ilmu yang kuat pada masa pendidikan akan memberikan
pengaruh terhadap kualitas kinerja seseorang, karenanya pemberian
konsep-konsep terkini pada dunia keperawatan hendaknya dikembangkan.
Konsep developmental care pada perawatan neonatus hendaknya
dipaparkan lebih luas pada berbagai institusi pendidikan keperawatan agar
para lulusan dapat menerapkan konsep ini pada tatanan pelayanan
keperawatan.
3. Penelitian selanjutnya
a. Hendaknya jumlah responden lebih banyak dengan tehnik acak agar
generalisasi hasil lebih luas.
b. Pengamatan sebaiknya dilakukan secara berseri atau dalam kurun
waktu beberapa hari agar dapat diketahui fluktuasi nilai saturasi
oksigen dan frekuensi nadi lebih bervariasi.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
70
Universitas Indonesia
c. Faktor confounding yang mempengaruhi saturasi oksigen yang dipilih
dalam penelitian ini sebaiknya mendekati konsep teori, yaitu kadar Hb,
kadar bilirubin ataupun kadar oksigen dalam darah agar tidak terdapat
hasil yang bias.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
71
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Aylott, M. (2006). The neonatal energy triangle: Metabolic adaptation. Pediatric Nursing, 18(6), 38-42.
Berman, A., Snyder, S., & Kozier, B. (2009). Praktik keperawatan klinis. (Eny Meiliya, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti: trans). Jakarta: EGC.
Bhat, R. Y., Hannan, S., Pressler, R., Rafferty, G. F., Peacock, J. L., & Greenough, A. (2006). Effect of prone and supine position on sleep, apneus, and arousal in preterm infant. Pediatric Official Journal of The American Academy of Pediatrics, 118(1),101-107. (diperoleh dari www.pediatric.org pada tanggal 26 November 2010).
Bradford, N. (2000). Your premature baby: The first five years. London: Frances Lincolin.
Bredemeyer, S., Reid, S., Polverino, J., & Wocadlo, C. (2008). Implementation and evaluation of an individualized developmental care program in a neonatal intensive care unit. Journal for Specialists in Pediatric Nursing, 13(4), 281-291.
Brooker, C. (2005). Ensiklopedi Keperawatan. (Andry Hartono, Brahm U. P, Dwi Widiarti: trans). Jakarta: EGC.
Budiharto. (2006). Metodologi penelitian kesehatan dengan contoh bidang ilmu kesehatan gigi. Jakarta: EGC.
Burn, N., & Grove, S.K. (2009). Understanding nursing research (2nd edition). Philadelphia: W.B Saunders company.
Chang, Y., Anderson, G. C., & Lin, C. (2002). Effect of prone and supine positions on sleep state and stress responses in mechanically ventilated preterm during the first postnatal. Journal of Advanced Nursing, 40(2), 161-169. (EBSCO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada tanggal 24 Februari 2011).
Cloherty, J.P., Eichenwald, E.C., & Star, A.R. (2008). Manual of neonatal care. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Corwin, M. (2008). Handbook of pathophysiology. Philadelphia: Lippinot William & Wilkin.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
72
Universitas Indonesia
Djojodibroto, D. (2007). Respirologi: Respirasi medicine. Jakarta: EGC.
Dahlan, S.M. (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: CV.Sagung Seto.
Davis, L. D., & Stein, M.T. (2004). Parenting your premature baby: The emotional journey. Colorado: Table Mountaine Drive.
Goldsmith, J., & Karotkin.,E., H, (2003). Assisted ventilation of the neonatal. Philadelphia: Saunders Inc.
Hegner, B.R., & Cadwel, E. (2003). Asisten keperawatan suatu pendekatan proses keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A.A. (2007). Asuhan neonatus bayi dan balita: Buku praktikum mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC.
Johnson, R., & Taylor, W. (2001). Praktik kebidanan. (Suharyati Samba: trans). Jakarta: EGC.
Ledewig, S. (1998). Maternal newborn nursing care. London: Olds, Inc.
Kenner, C., & Mc.Grath, J.M. (2004). Developmental care of newborns & infants: A guide for health professionals. St. Louis: Mosby Inc.
Kusumaningrum, A. (2009). Pengaruh posisi pronasi terhadap status oksigenasi bayi yang menggunakan ventilasi mekanis di NICU RSUPN Cipto Mangunkusumo. Depok: Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.
MacGregor, J. (2008). Introduction to the anatomy and physiology of children: A guide for students of nursing, child care and health (2nd edition). New York: Routledge.
May, K.A., & Mahimesh, L.R. (2004). Maternal & neonatal nursing family centered care (3rd edition). Pennsylvania: JB Lippincot, Co.
Maynard, V., Bignall, S., & Kitchen, S. (2000). Effect of positioning on respiratory synchrony in ventilated pre-term infants. Physiotherapy Research International, 5(2), 96-110.
Merenstein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). Handbook of neonatal intensive care. Missouri: Mosby, Inc.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
73
Universitas Indonesia
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: Pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Perinasia. (2003). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru. Jakarta: Perinasia.
Picheansathian, W., Woragidpoonpol, P & Baosoung, C. (2009). Positioning of preterm for optimal physiologi development: A Systemic Review. JBI Library Of Systemic Review,7(7):224-259.
Polit, D.F., & Hungler, B.P. (1999). Nursing research: Principle and methods. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Priya, G. S.K., & Bijlani, J. (2005). Low cost positioning device for nesting preterm and low birth weight neonates. Practical On Call Child Health Care,5(3) (http://www.pediatriconcall.com/fordoctor/conference. diperoleh pada tanggal 15 Februari 2011)
Russel, C.D., Kriel, H., Joubert, G., & Goosen, Y. (2009). Prone positioning and motor development in the first 6 weeks of life. South African Journal of Occupational Therapy, 39(1) (EBSO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada tanggal 24 Februari 2011).
SDKI (2007, http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index/php?option.com diperoleh pada tanggal 25 Februari 2011).
Sherman, T.I., Greenspan, J.S., Touch, S., Clair, N.S & Shaffer, T. H. (2006). Optimizing the neonatal thermal environment. Neonatal Network Journal, 7(4): 251- 269.
Stommel, M., & Wills, C.E. (2004). Clinical research: Concepts & principle for advanced practiced nurses. Philadelphia: Lippincott Williams & wilkins.
Tjipta, G. D., Azlin, E., Sianturi, P., & Lubis, B. M. (2008). Thermoregulasi pada neonatus. Medan: Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik.
Vergara, E., & Bigsby, M. (2004). Developmental and therapeutic intervention in NICU. Minnesota: Paul H Brooker.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
74
Universitas Indonesia
Wijaya, A.M. (2009). Kondisi angka kematian neonatal (AKN), angka kematian bayi (AKB), angka kematian balita (AKBAL), angka kematian ibu (AKI) dan penyebabnya di Indonesia (2009), http://www.infodokterku.com diperoleh pada tanggal 28 Februari 2011)
Wilawan, P., Patcharee, W., & Chavee, B. (2009). Poisitioning of preterm infants for optimal physiological development: A systemic review. JBI Library of Systemic Review, 7(7): 224-259 (EBSCO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada tanggal 24 Februari 2011).
Wong , D.L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, L. M., & Schwartz, P. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing (6th edition). Missouri: Mosby Inc.
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Lampiran 1
LEMBAR INSTRUMEN PENGKAJIAN BAYI PREMATUR
(Saat awal pengambilan data)
No. Kode responden
Jenis kelamin
BBL (gr)
BBS (gr)
Suhu (º C)
Saturasi O2(%)
Frekuensi nadi (..x/mnt)
Tanda tangan
Keterangan: BBL (berat badan lahir), BBS (berat badan sekarang)
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Lampiran 2
LEMBAR INSTRUMEN OBSERVASI BAYI PREMATUR
(Setelah penggunaan nesting dan tindakan pronasi selama 20 menit)
Kode Responden:
Hari/tanggal Waktu Kode responden
Suhu (º C) Sat. O2 (%)
Frek. Nadi (…x/mnt)
Tanda tangan
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Lampiran 3
PEDOMAN PENGUKURAN PENELITIAN DI KELOMPOK INTERVENSI
(RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA BEKASI)
1. Untuk pasien baru masuk a) Lakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi
dengan menggunakan pulse oximetry dengan tempat tidur tanpa dialasi dengan nesting.
b) Setelah hasil saturasi oksigen dan frekuensi nadi didapatkan, maka di catat pada lampiran 1 observasi.
c) Pasang kembali nesting dan letakkan bayi prematur tidur dengan nesting sebagai penyanggahnya.
d) Biarkan bayi selama 30 menit untuk memberi kesempatan touching time dan stabilisasi fisiologis bayi
e) Lakukan posisi prone dengan tehnik yang tepat f) Catat waktu saat melakukan tindakan g) Biarkan bayi dalam posisi prone selama 20 menit h) Di akhir menit ke-20 maka lakukan pencatatan untuk saturasi
oksigen dan frekuensi nadi, masukkan hasil pada lampiran 2 i) Ganti posisi bayi menjadi posisi supine atau posisi lainnya
2. Untuk pasien lama
a) Untuk pasien yang sudah dirawat sebelumnya di ruang perinatologi
b) Lepaskan nesting dari tempat tidur bayi dalam inkubator selama 30 menit
c) Lakukan langkah-langkah seperti pada bayi baru masuk mulai dari awal hingga akhir
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Lampiran 4
PEDOMAN PENGUKURAN PENELITIAN DI KELOMPOK KONTROL
(RUANG NICU RS RAWA LUMBU BEKASI)
1) Catat lampiran 1 sesuai dengan hasil pengkajian 2) Lakukan pengukuran saturasi oksigen dan frekuensi nadi dengan
menggunakan pulse oximetry setelah selesai touching time (kegiatan rutin seperti mengukur suhu, mengganti diaper)
3) Setelah hasil saturasi oksigen dan frekuensi nadi didapatkan, maka di catat pada lampiran 2 observasi.
4) Catat waktu saat melakukan tindakan
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011