Analisis Dampak Krisis Yunani Terhadap Pasar Modal Indonesia Disusun oleh : TIM 3 UMY UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012
Analisis Dampak Krisis Yunani Terhadap Pasar Modal Indonesia
Disusun oleh :
TIM 3 UMY
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah krisis bahan bakar (fuel) dan pangan (food) pada tahun 2007 dan
2008, saat ini ekonomi dunia dihadapkan pada krisis finansial (financial) yang
dampaknya telah begitu terasa dan terus berlangsung. Krisis finansial global mulai
muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat salah satu bank terbesar Prancis
BNP Paribas mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas yang terkait dengan
kredit perumahan berisiko tinggi AS (subprime mortgage). Pada bulan Oktober,
kerugian besar dialami bank maupun lembaga keuangan seperti UBS Bank
(Swiss), Citibank, dan Merryl Lynch. Bank of England (BOE) melakukan injeksi
likuiditas sebesar £ 10 miliar akabita penarikan uang besar-besaran (bank run) .
Di akhir tahun 2007,The Fed mengambil langkah memompa likuiditas melalui
kerjasama dengan lima bank sentral lain, yaitu Bank of Canada, BOE, Bank of
Japan, ECB dan Swiss. dan memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,25 %.
Pada bulan Januari – Maret 2008, pasar saham global berjatuhan, terendah
sejak September 2001. The Fed kembali memangkas suku bunganya dalam 3
bulan sebanyak 200bps menjadi 2,25 % dan terus melakukan injeksi likuiditas.
Bear stearns, salah satu dari lima bank investasi terbesar di AS, terpaksa diakuisisi
oleh rivalnya JP Morgan Chase, menyusul kerugian besar yang diderita. Di bulan
September, pemerintah AS memutuskan untuk menyelamatkan Fannie Mae dan
Freddie Mac, yang menjadi program bailout terbesar dalam sejarah AS selama ini.
Lehman Brothers dinyatakan bangkrut, menjadikannya sebagai bank investasi
besar pertama yang benar-benar mengalami kolaps sejak terjadinya krisis.
American International Group (AIC), perusahaan asuransi terbesar di AS, juga
diambang kebangkrutan. The Fed memutuskan untuk memberikan bailout sebesar
USD85 miliar. Dampak krisis keuangan telah semakin berimbas ke sektor rill,
seperti tercermin dari turunnya angka penjualan eceran dan meningkatnya
pengangguran di AS dan berbagai negara Eropa. Di bulan Oktober, intensitas
krisis ke seluruh dunia semakin meningkat, dipicu oleh kebangkrutan Lehman
Brothers. Fligth to quality memicu outflows yang menyebabkan melemahnya nilai
tukar. Menghadapi situasi ini pemerintah AS akhirnya mengumumkan paket
pemyelamatan sektor finansial sebesar USD700 miliar, Inggris mengumumkan
paket penyelamatan perbankan sedikitnyaa sebesar £50 miliar. Jerman
menyediakan bantuan sebesar €50 miliar untuk menyelamatkan hypo Real Estate
Bank. Tindakan tersebut juga ditambah aksi bersama penurunan suku bunga
sebesar 0,5 % dengan lima bank sentral lain yaitu ECB, BOE, Bank of Canada,
Swedia dan Swiss. Pada bulan November – Desember, tiga negara yaitu Ukraina,
Pakistan, dan Eslandia menerima bantuan finansial dari IMF disusul oleh
Hongaria, dan Belarusia. Di penghujung tahun 2008, AS secara resmi dinyatakan
berada dalam kondisi resesi oleh Economic Research National of Bureau (NBER)
serta The Fed terus menurunkan suku bunga hingga mencapai level 0,25 % yang
merupakan level terendah dalam sejarah.
Pada tahun 2009, bulan Januari dan Februari, angka pengangguran di AS
pada bulan Desember 2008 tercata sebesar 7,2 % yang merupakan angka tertinggi
dalam 16 tahun terakhir. Ekspor China dilaporkan mengalami penurunan terbesar
dalam satu dekade terakhir. Inggris secara resmi dinyatakan dalam keadaan resesi,
akhirnya senat AS menyetujui paket penyelamatan ekonomi senilai US838 miliar.
Pada bulan yang sama, US Treasury mengumumkan paket penyelamatan bank
senilai USD 1,5 triliun. Standard & Poor’s memangkas rating kredit Yunani dari
awalnya A- menjadi A dan rating Spanyol dari AA+ menjadi AAA. Pada bulan
Oktober, menteri keuangan Yunani, Papaconstantinou, menyatakan GDP defisit
Yunani akan mencapai 12,5 %, meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding
prediksi sebelumnya. Akhir tahun 2009, Standard & Poor’s kembali menurunkan
peringkat surat utang Yunani dari A- menjadi BBB+.
Pada tahun 2010 , bulan Februari, para pemimpin European Union
mengadakan pertemuan darurat mengenai keadaan Yunani yang makin terpuruk,
dan setuju untuk mengambil langkah untuk melindungi kestabilan keuangan Euro
Area. Awal bulan Maret pemerintah Portugal mengumumkan pemotongan
anggaran, penjualan aset, dan pembekuan upah publik dan Fitch memotong kredit
Portugal menjadi AA-. Akhir April, keadaan keuangan Yunani semakin terpuruk.
Standard & Poor’s menjadi perusahaan pemeringkat pertama yang menurunkan
rating kredit Yunani menjadi “junk”, dan menurunkan peringkat Portugal menjadi
A-. Awal Mei, Euro Zone setuju untuk memberikan paket bantuan sebesar 10
milyar euro kepada Yunani, dengan janji pengetatan anggaran. Sementara itu,
demonstrasi terjadi di Athena, Yunani, terkait rencana pengetatan anggaran
pemerintah yang berujung kekerasan dan tiga orang tewas setelah terjebak di
sebuah bank yang dibakar oleh demonstran. Di lain lokasi, Spanyol
mengumumkan pemotongan upah publik dan pembekuan dana pensiun, sementara
portugal menurunkan upah pejabat pemerintahan dan menaikkan pajak. Spanyol
juga memotong target defisit menjadi 6 % untuk tahun 2011 dan memangkas
outlook pertumbuhan ekonomi. Akhir Mei, Fitch memangkas peringkat kredit
Portugal menjadi A+.
Pada tahun 2011, bulan Maret, Perdana Menteri Portugal, Jose Socrates,
mengundurkan diri setelah partai oposisi menolak rencana pengetatan anggaran.
Bulan Mei, Eropa Union mengumumkan prediksi hutang dan defisit terbaru dan
memperkirakan bahwa Irlandia, Portugal dan Yunani akan memiliki hutang lebih
besar dibanding total GDP mereka di tahun 2011. Pada bulan Juni – Juli, Standard
& Poor’s memangkas rating kredit Yunani menjadi CCC, rating terendah dari
semua negara yang ada dan Moody’s memotong rating kredit Portugal dan
Irlandia menjadi “junk”. Pada pertengahan bulan September, Standard & Poor’s
memotong rating kredit Italia untuk pertama kalinya setelah 5 tahun, dari A
menjadi A+. Dan diawal November, para pemimpin Eropa menghentikan bantuan
untuk Yunani dan menyatakan Yunani harus segera memutuskan apakah akan
bertahan di Euro Area atau keluar. Ditengah kemelut tersebut, George Papandreou
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Yunani dan
digantikan oleh Lucas Papademos. Disusul dengan pengunduran diri Silvio
Berlusconi sebagai Perdana Menteri Italia karena krisis hutang di negara tesebut.
Pada tahun 2012, awal Januari, terjadi peristiwa penting yakni penurunan
peringkat hutang oleh lembaga pemeringkat standard & Poor’s terhadap beberapa
negara Eropa, yaitu Prancis dan Austria turun satu level menjadi AA+, Spanyol
satu level menjadi A dan Italia satu level menjadi BBB+. Jerman tidak mengalami
perubahan dan berada pada posisi AAA. Adapun Portugal dan Siprus mengalami
penurunan sebanyak 2 level ke dalam junk grade di level BB. Di sisi lain, Cina
tengah mempromosikan penggunaan renminbi (yuan) sebagai mata uang
internasional yang didukung oleh Inggris dan Jepang. Pada bulan Februari, ada
rencana pemberian dana talangan (bailout) untuk Yunani dengan syarat
penghematan anggaran negara €300 juta per tahun, pengurangan belanja,
liberalisasi hukum perburuhan, pemotongan gaji sebesar 22%, reformasi sistem
pensiun, pengurangan tenaga kerja sebanyak 15 ribu di sektor publik dan
penghapusan utang dengan perbankan.
Krisis keuangan Eropa makin berlanjut diwarnai dengan defisitnya
anggaran pemerintah yang semakin besar di negara-negara kawasan Eropa seperti
Yunani, Irlandia, Italia dan Portugal yang melebihi 3 % dari GDP dan utang
negara-negara Eropa yang melebihi 60 % dari GDP pada akhir tahun fiskal.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Eurostat, rasio hutang pemerintah
terhadap GDP dari negara-negara Eropa meningkat dari 77,4% di tahun 2009
menjadi 80.0% di tahun 2010. Dimana Yunani adalah pelanggar terburuk dengan
rasio hutang tertinggi yakni dengan rasio 142,8,1% dari hutang pemerintah
terhadap GDP, disusul dengan Italia (119,0%), Belgia (96,8%), Irlandia (96,2%),
Portugal (93,0%), Jerman (83,2%), Prancis (81,7%), Hungaria (80,2%) dan
United Kingdom (80,0%). Dari berbagai negara Eropa diatas yang menjadi
perhatian masyarakat dunia adalah negara Yunani. Hal ini, karena krisis ekonomi
Yunani menyebar, menjalar dan sampai saat ini masih terasa di berbagai negara
belahan dunia, meskipun dengan porsi yang berbeda. Penyebaran tersebut dikenal
dengan istilah “efek domino”. Istilah ini diambil dari analogi sebuah permainan
domino itu sendiri, dimana ketika satu domino jatuh ke arah barisan domino
selanjutnya, semuanya akan jatuh terus-menerus sampai akhirnya tak satupun
domino berdiri. Presiden Jerman, H.E. Christian Wulff menyatakan salah satu
penyebab krisis di Eropa adalah dari pihak perbankan yang banyak melakukan
kesalahan dengan hanya mencari keuntungan untuk diri sendiri dan sudah tidak
mementingkan masyarakat lagi. Selain itu, para petugas pajak Yunani yang
diduga banyak melakukan korupsi dan situasi politik dalam negeri yang semakin
memburuk. Hal lain yang dinilai cukup membawa ke arah krisis, adanya indikasi
faktor ketidakmatangan adaptasi beberapa negara yang tergabung dalam Euro
Zone, ditambah dengan regulasi moneter yang kurang tepat sasaran dan adanya
tingkat saling berhubungan satu negara dengan negara lainnya, China misalnya
sebagai partner besar Eropa.
BAB II
PEMBAHASAN
Dampak Krisis Ekonomi Eropa
Gejolak ekonomi yang tengah terjadi di kawasan Eropa perlu dicermati,
mengingat cukup kuatnya keterkaitan antara ekonomi dan negara pada masa kini.
Negara Yunani merupakan negara pemicu terjadinya domino effect crisis yang
mulai dirasakan pada akhir tahun 2009 di kawasan Eropa. Krisis yang diawali
oleh negara Yunani ini, tidak hanya berdampak pada wilayah regional Eropa saja
tetapi juga global, salah satunya Indonesia. Krisis di Eropa diantaranya
berdampak pada perdagangan Internasional Indonesia, kurs rupiah, serta pasar
modal.
Dampak Krisis Yunani Terhadap Perdagangan Indonesia
Krisis Yunani terlihat berdampak pada perdagangan Internasional Indonesia,
walaupun dampak yang dirasakan tidak begitu signifikan, ini terbukti dengan
adanya penurunan dalam hubungan dagang Indonesia-Yunani. Di tahun 2008
volumenya mencapai 267 juta (dolar), di tahun 2009 menjadi 228 juta dan tahun
2010 menurun drastis menjadi 164 juta.
Hubungan bilateral kedua negara tidak terlalu banyak menitikberatkan bidang
ekonomi. Indonesia mengekspor antara lain minyak tanaman, produk kertas,
sepatu, ban mobil, baterai dan tekstil. Sementara dari Yunani, Indonesia
mengimpor antara lain bubuk kertas, dan minyak zaitun berpeluang bagus jadi
salah satu produk impor.
Dampak Krisis Yunani Terhadap Rupiah
Krisis utang di Eropa yang mengakibatkan diturunkannya rangking utang Yunani
dari B menjadi CCC membuat para investor beramai-ramai melepas Euro dan
beralih ke dollar AS sehingga Euro melemah seiring ketakutan akan tidak
mampunya Yunani membayar utangnya. Krisis ini tidak hanya membuat Euro
saja yang jatuh namun sebagian besar bursa mata uang regional juga mengalami
pelemahan tak terkecuali rupiah.
Pelemahan kali ini dipimpin oleh Won mata uang Korea Selatan dan dollar
Singapura, won diperdagangkan pada level 1.090,05 terhadap dollar dan dollar
Singapura pada level S$1,2423 sedangkan rupiah terhadap dollar AS adalah 8.563
perdollar. Para investor lebih memilih aset yang paling dirasa aman dan
menjanjikan seperti dollar AS.
Rupiah bisa saja stagnan jika para pelaku pasar tidak melakukan aksi Profit taking
yang mengakibatkan rupiah sedikit melemah namun penurunan ini tidak terlalu
mengkhawatirkan pasar sebab rupiah masih bisa bertahan karena suku bunga
acuan yang menjanjikan sehingga tetap menarik minat para investor. Indonesia
masih menjadi tujuan berinvestasi yang menarik apalagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang semakin membaik terbukti dari laporan bulan April yang
menggembirakan.
Langkah ini dianggap wajar jika para investor melepas kepemilikan emas nya
guna mengantisipasi krisis Eropa yang semakin mengkhawatirkan dan beralih
membeli dollar AS sebagai langkah aman membuat harga emas mengalami
penurunan. Harga emas diperdagangkan pada level US$1.507,98 per troy ounce,
trend penurunan ini akan terus berlanjut sampai krisis utang bisa diatasi.
Dampak Krisis Yunani Terhadap Saham-Saham dalam Negeri
Pasar modal menjadi salah satu sektor yang paling kena dampak krisis Eropa.
Disamping membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi
fluktuatif, timbul pula kecenderungan pada calon perusahaan tercatat (emiten)
baru untuk mengurangi porsi pelepasan saham perdana atau bahkan menundanya.
Hal ini berkaitan dengan sentimen negatif terhadap krisis Eropa yang
berkelanjutan.
Penurunan tajam dirasakan IHSG pada periode 7 Mei 2012 hingga 4 Juni 2012,
dimana IHSG tercatat mengalami pelemahan hingga 13,30% dari 4.216 ke level
3.655.
Sepanjang Mei 2012 dana asing yang keluar dari pasar modal mencapai Rp 5,8
triliun. Penurunan ini dipicu kondisi keuangan Zona Eropa. Kondisi tersebut
dikhawatirkan akan berimbas pada perlambatan perkonomian global, salah
satunya Indonesia yang memiliki cukup besar dana asing di bursa saham.
Jika ditotal, emisi dari 13 emiten yang melakukan listing perdana di sepanjang
2012 sampai dengan saat ini baru sebesar Rp5,62 triliun. Jumlah tersebut masih
jauh dari realisasi total emisi 25 emiten sebesar Rp19,62 triliun. Bahkan, tiga
emiten terakhir yang mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia
(BEI), yakni PT Kobexindo Tractors Tbk, PT Toba Bara Sejahtera Tbk dan PT
BPD Jawa Timur Tbk terpaksa mengurangi porsi saham yang dilepasnya.
Sebagai contoh, Kobexindo memangkas jumlah saham yang dilepasnya menjadi
12 persen dari sebelumnya 30 persen. Sementara Toba Bara menggerus rencana
penawaran saham perdananya menjadi 10,5 persen dari opsi semula sebanyak 30
persen, dan BPD Jatim hanya melepas 20 persen sahamnya dari proyeksi
sebanyak 25 persen.
Turunnya peringkat utang Yunani juga membuat para investor beramai-ramai
melepas Euro dan beralih ke Dollar AS. Hal ini berdampak pada melemahnya
Euro seiring ketakutan akan tidak mampunya Yunani membayar utangnya. Krisis
ini tidak hanya membuat Euro saja yang jatuh namun sebagian besar bursa mata
uang regional juga mengalami pelemahan tak terkecuali rupiah.1
IHSG bergerak naik turun dengan tajam, merespons perkembangan dari
penanganan krisis Eropa. Data positif soal deflasi Indonesia ternyata tak cukup
untuk memberikan sentimen positif. Mengawali perdagangan, IHSG langsung
melemah dan pelemahan semakin tajam pada hari berikutnya. Sentimen utamanya
adalah anjloknya bursa global merespons rencana referendum Perdana Menteri
Yunani George Papandreou.
Seiring adanya rencana referendum, bursa global sempat memburuk, diikuti pula
oleh bursa Indonesia. Berikut data pergerakan IHSG ditengah dominasi sentimen
negatif krisis Eropa:
1. Senin (31/10/2011), IHSG terpangkas 39,113 poin (1,03%) ke level 3.790,847.
2. Selasa (1/11/2011), IHSG anjlok 105,835 poin (2,79%) ke level 3.685,012.
3. Rabu (2/11/2011), IHSG ditutup melesat 78,022 poin (2,11%) ke level
3.763,034.
4. Kamis (3/11/2011), IHSG terpangkas 57,224 poin (1,53%) ke level 3.705,810.
5. Jumat (4/11/2011), IHSG menguat 77,818 poin (2,10%) ke level 3.783,628.
Dengan adanya koreksi di bursa Wall Street, investor merasa 'putus asa' terkait
masalah penyelesaian krisis utang Yunani. Pada perdagangan Jumat (4/11/2011),
indeks Dow Jones industrial average ditutup melemah 61,23 poin (0,51%) ke
1 Opcit/lopcit
level 11.983,24. Indeks Standard & Poor's 500 juga melemah 7,92 poin (0,63%)
ke level 1.253,23 dan Nasdaq melemah 11,82 poin (0,44%) ke level 2/686,15.
Perkembangan krisis Eropa masih menjadi fokus perhatian investor, terutama
setelah Perdana Menteri Yunani George Papandreou mengundurkan diri. Hal ini
menimbulkan harapan baru untuk penyelesaian krisis. Pemerintahan baru Yunani
akan segera dibentuk di tengah krisis utang yang membelit negara tersebut. IHSG
pada perdagangan terakhir pekan itu ditutup menguat +2.1% seiring dengan
euforia bursa regional terkait pembatalan referendum di Yunani.
Pemulihan Kembali Setelah Krisis Yunani
Keterpurukan yang dialami akibat krisis Eropa 2008 layaknya short shock. Tidak
lama setelah Parlemen Yunani telah menyetujui rencana yang diajukan
pemerintah guna menghindari gagal bayar utang, bursa saham kembali
menunjukan perkembangan positif.
Kembali Bergairahnya Wall Street dalam 3 hari berturut-turut merupakan
wujud optimisme terhadap persetujuan atas 'austerity plan' dari parlemen Yunani
tersebut telah membantu pasar rebound setelah melemah hingga titik terendahnya
dalam 2 bulan terakhir. Parlemen Yunani akhirnya menyetujui paket pengurangan
belanja, kenaikan pajak dan penjualan aset untuk 5 tahun dalam rangka
mengurangi gagal bayar utang. Persetujuan diperoleh melalui voting 155 banding
138, sekaligus memberikan kemenangan bagi rencana Perdana Menteri Yunani
George Papandreou.
Pada perdagangan Rabu (29/6/2011), indeks Dow Jones ditutup menguat hingga
72,73 poin (0,60%) ke level 12.261,42. Indeks Standard & Poor's 500 juga
menguat 10,74 poin (0,83%) ke level 1.207,41 dan Nasdaq menguat 11,18 poin
(0,41%) ke level 2.740,49.
Ini adalah indikasi yang cukup bagi perkembangan pasar. Seperti Saham Visa dan
Master Card mencetak titik tertingginya dalam 52 pekan terakhir, setelah staf
Bank Sentral AS memberikan rekomendasi hingga berlipat terhadap rencana
untuk sejumlah bank yang dapat mengenakan biaya kepada para peritel ketika
menggunakan kartu debit. Saham Visa melonjak hingga 15%, MasterCard
melonjak 11,3%. Perdagangan berjalan moderat, dengan transaksi di New York
Stock Exchange mencapai 7,19 miliar lembar saham, di bawah rata-rata harian
yang mencapai 7,57 miliar lembar saham.
Antisipasi Pemerintah Indonesia Terhadap Krisis Eropa
Bagi Indonesia, meskipun ekspor Indonesia ke Yunani dan Uni Eropa tidak terlalu
besar, namun bila risiko ini berdampak pada perekonomian dunia, maka akan
berdampak pula pada perekonomian Indonesia.
Secara umum, Alasannya, ruang kebijakan fiskal masih cukup terbuka untuk
menstimulasi kegiatan ekonomi domestik tanpa bergantung pada faktor eksternal.
Kebijakan moneter juga dapat lebih akomodatif bila diperlukan karena inflasi
yang cenderung menurun dan terkendali, Pemerintah telah menyiapkan langkah
antisipasi jika gejolak krisis utang di Eropa semakin dalam, sementara pertemuan
G20 di Cannes, Prancis, tidak menemukan hasil signifikan. Langkah antisipasi itu
dibuat pada sektor fiskal dan nonfiskal.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, dunia menunggu deklarasi
Cannes yang terkait krisis keuangan di Eropa. Presiden, sudah memberikan arahan
agar Indonesia mengantisipasi persoalan itu dan tetap menjaga momentum
pertumbuhan. ''Kita mempersiapkan rencana-rencana yang akan dijalankan
manakala itu memengaruhi ekspor,'' ujar Hatta di Cannes.
Pemerintah memberikan stimulus untuk memperbesar pasar domestik. Meski
Eropa sedang mengalami krisis, tetetapi dampaknya tidak terlalu signifikan.
Seperti dibahas diatas, dampaknya seperti short shock saja. Indonesia juga
mempunyai kebijakan keuangan publik yang kuat. Menteri Keuangan Agus
Martowardojo mengungkapkan Indonesia telah mempersiapkan diri kebijakan
fiskal dan nonfiskal yang cukup kuat. Indonesia siap seandainya ekonomi global
masuk dalam kondisi membahayakan. Kebijakan fiskal itu direncanakan
berbentuk ekspansi melalui stimulus fiskal. Saat krisis global terjadi pada 2008-
2009, pemerintah memberikan stimulus yang cukup besar agar swasta dapat
bangkit dan roda perekonomian terus bergulir.
Sektor-Sektor Yang Masih Terkena Dampak Krisis Eropa
Beberapa sektor-sektor di Indonesia yang diprediksi terkena dampak krisis
diantaranya transaksi keuangan, investasi langsung, pariwisata dan perdagangan
internasional. Dari sisi perdagangan, dampak secara langsung akan berpengaruh
pada perdagangan bilateral tersebut antara Indonesia dan Eropa. Krisis finansial di
AS dan Eropa akan menyebabkan perlambatan ekonomi di wilayah tersebut yang
memengaruhi kondisi perekonomian global.
Berdasarkan pembukuan EU-Indonesia Business Dialogue (EIBD) yang
diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, perdagangan Indonesia terhadap Uni-Eropa
tahun 2011 naik sebesar 22 %. Namun, hingga Agustus 2012 kenaikan tersebut
hanya 0 – 1% saja. Krisis ini membuat perlambatan perdagangan Indonesia.
Dibawah ini memuat tabel dampak pertumbuhan ekspor diberbagai negara Asia
akibat krisis Eropa.
Secara fundamental perekonomian kita masih bagus dan cukup kuat untuk
menghadapi kemungkinan krisis global yang diakibatkan oleh krisis finansial di
AS dan Eropa. Namun, dalam jangka pendek, adanya krisis ini dapat mengganggu
pasar global terutama pasar modal dan valas, termasuk di pasar domestik.
Selanjutnya, dapat dimungkinkan adanya dampak baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap beberapa saluran transmisi kegiatan ekonomi, seperti
sektor riil, tingkat kepercayaan investor, dan sektor perbankan.
Dampak terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia:
Sektor saham
Di pasar modal, krisis Yunani dan Amerika Serikat saat ini menurunkan
kinerja ekonomi Eropa dan Amerika Serikat, hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan harga saham di seluruh dunia, termasuk Negara Indonesia. Tercatat
IHSG mengalami pelemahan hingga 22% dalam rentan waktu dua bulan,
terhitung dari 2 Agustus 2011 hingga 4 Oktober 2011. IHSG terus mendapatkan
tekanan dari gejolak situasi keuangan, perekonomian dan politik di negara-negara
zona Eropa. Penurunan tajam dirasakan IHSG pada periode 7 Mei 2012 hingga 4
Juni 2012, dimana IHSG tercatat mengalami pelemahan hingga 13,30% dari 4.216
ke level 3.655. Sepanjang bulan Mei 2012 saja dana asing yang keluar dari pasar
modal mencapai Rp5,8 triliun, hal tersebut tentu memberikan efek terhadap rupiah
di pasar global.
Penurunan tajam dipicu oleh kondisi keuangan Zona Eropa yang
mengkhawatirkan. Adanya beberapa negara yang terjerat oleh utang yang besar,
membuat para pelaku pasar khawatir akan terjadinya gagal bayar (default) pada
beberapa negara (seperti Yunani, Spanyol, Italia, Perancis dan Irlandia). Kondisi
tersebut diperkirakan akan berimbas kepada perlambatan perekonomian global,
dimana salah satunya adalah Indonesia yang memiliki dana asing di bursa saham
cukup besar. Harga saham turun karena investor asing melepas saham tidak hanya
di Indonesia tapi juga di beberapa negara. Ketakutan akan krisis Eropa ini
merupakan alasan kuat para pemegang saham melepas saham nya. Kondisi
perekenomian suatu negara akan menentukan tingkat investasi di negara tersebut.
Para investor internasional pun bergerak “mengamankan” modal mereka ke
negara-negara yang lebih menjanjikan. Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika
Selatan yang sering dikelompokkan dengan istilah BRICS adalah negara-negara
yang diperkirakan akan tumbuh dalam sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan.
Di sektor valas penurunan utang Yunani membuat para investor beramai-
ramai melepas Euro dan beralih ke dollar AS sehingga Euro melemah seiring
ketakutan akan tidak mampunya Yunani membayar utangnya. Krisis ini tidak
hanya membuat Euro saja yang jatuh namun sebagian besar bursa mata uang
regional juga mengalami pelemahan tak terkecuali rupiah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Krisis finansial sudah dirasakan sejak akhir tahun 2007, namun
dampaknya belum terasa dan hanya sekitar kawasan regional. Baru pada tahun
2011, krisis Eropa khusunya krisis Yunani merambat keseluruh penjuru dunia tak
terkecuali Indonesia walaupun porsi dampaknya disetiap negara berbeda.
Tingginya intensitas krisis ditandai dengan anjloknya pasar modal dunia dan
disusul dengan kolapsnya perusahaan Lehman Brothers. Banyak tindakan yang
dilakukan oleh berbagai negara kawasan Eropa untuk meredakan krisis Eropa
khusunya krisis Yunani, salah satunya dengan dana hibah (dana talangan), namun
dengan kompleksnya permasalahan yang dialami Yunani mulai dari hutang, kasus
korupsi, buruknya kinerja perbankan hingga situasi politik yang tidak kondusif
membuat pemulihan ekonomi mengalami hambatan. Situasi ini berdampak
kepada pasar saham dengan keluarnya para investor dari pasar perdagangan
Yunani. Hal yang bisa menjadi pertimbangan yakni melakukan penyehatan
perbankan.
Kembali Bergairahnya Wall Street dalam 3 hari berturut-turut merupakan
wujud optimisme global terhadap persetujuan atas 'austerity plan' dari parlemen
Yunani. Akibatnya pasar rebound setelah melemah hingga titik terendahnya
dalam 2 bulan terakhir. Krisis Eropa yang mulai dirasakan akhir tahun 2009 tidak
memberikan dampak yang terlalu signifikan terhadap perekonomian Indonesia,
khususnya pasar modal. IHSG sempat bergerak fluktualif dengan tajam,
merespons perkembangan dari penanganan krisis utang Yunani. Pergerakan ini
sebatas short shock effect dari para investor akan krisis yang berkelanjutan. Hal
ini disebabkan Eksposure Indonesia ke Yunani dan Uni Eropa memang tidak
sebesar eksposure ke Amerika Serikat.
Euforia bursa regional terkait pembatalan referendum berbuah positif.
IHSG pada perdagangan terakhir pekan itu ditutup menguat +2.1%. namun, hal ini
masih harus diantisipasi karena apabila ini berdampak pada perekonomian dunia,
maka akan berdampak pula pada perekonomian Indonesia. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah aktif dari pemerintah dalam mengantisipasi
kemungkinan terburuk krisis Eropa, seperti kebijakan fiskal dan nonfiskal.
Terkait dengan krisis Eropa yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia untuk
mengantisipasi krisis tersebut yakni:
Mencari pasar baru (dalam hal ekspor)
Pasar-pasar Asia dan Afrika bisa di jadikan sasaran pasar ekspor
Indonesia. Pasar potensial yang bisa menguntungkan Indonesia seperti
misalnya peningkatan ekspor terhadap komoditas unggul seperti minyak
kelapa sawit dan karet, serta tekstil
Penguatan pasar domestik
Solusi ini perlu dilakukan mengingat pasar domestik sedang berkembang
pesat karena meningkatkatnya daya beli masyarakat terutama kelas
menengah.
Penurunan biaya logistik
Biaya logistik dirasa masih tinggi dan menyebabkan produk dalam negeri
sulit bersaing karena saat ini produk impor justru banyak beredar di pasar
lokal.
Memperbaiki kinerja birokrasi pemerintah, terutama dalam urusan
perizinan pendirian usaha atau izin menanamkan modal guna menarik
minat investor.
Menciptakan iklim investasi dalam negeri yang kondusif melalui
kebijakan-kebijakan yang saling menguntungkan baik bagi negara,
masyarakat, perusahaan dan penanam modal.
Memperbaiki infrastruktur yang ada dalam negeri sehingga bisa
mengundang minat investor.
Daftar Pustaka :
http://krisisekonomiyunani.tumblr.com/
http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=92981&title=menunggu_
bubarnya_uni_eropa_1_
http://www.carikampus.com/index.php?action=news.detail&id_news=735
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=247
005:faktor-eropa-ihsg-masih-akan-suram&catid=18:bisnis&Itemid=95
http://finance.detik.com/read/2012/11/09/092134/2086808/1015/danpac-sekuritas-
ihsg-lanjutkan-pelemahan?f991107mr
http://managedaily.co.id/column/index/category/risk_management/2469/60
http://buahpikir-claudya-fisip09.web.unair.ac.id/artikel_detail-42967-
charming%20europe-Krisis%20Finansial%20Eropa.html
http://finance.detik.com/read/2009/04/15/120601/1115753/5/kronologi-dan-latar-
belakang-krisis-finansial-global
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/01/03/menelusuri-krisis-eropa/
http://www.investor.co.id/marketandcorporatenews/rupiah-masih-berkisar-
rp8800-rp9000/23757
http://www.investor.co.id/home/pasar-saham-tunjukkan-tanda-positif/23802
http://www.beritasatu.com/mobile/ekonomi/60275-krisis-eropa-hambat-kinerja-
bursa-domestik.html diakses 10 november 2012 13:43
http://www.antaranews.com/berita/314581/menkeu-krisis-eropa-berlangsung-
lama
http://www.bisnis.com/articles/krisis-eropa-ini-dia-kata-sri-mulyani-soal-
dampaknya-ke-indonesia
http://www.ciputraentrepreneurship.com/mobile-18685-eropa-krisis-ipo-di-bei-
terganggu.html
http://www.kabar24.com/index.php/krisis-eropa-pasar-modal-indonesia-aman/
http://jaringnews.com/ekonomi/sektor-riil/19580/sektor-industri-paling-terkena-
dampak-krisis-global
http://www.investor.co.id/home/menkeu-krisis-eropa-berlangsung-lama/37779
http://vibiznews.com/knowledgelib/stocks/dampak%20krisis%20ekonomi%20ero
pa.pdf
http://journal.uii.ac.id/index.php/JEI/article/viewFile/2550/2338
http://finance.detik.com/read/2012/06/19/135924/1945061/4/ini-4-langkah-
pemerintah-jika-kondisi-yunani-dan-spanyol-memburuk?
Media Keuangan Kementerian Keuangan Vol. Vi | No. 49 / Minggu IV Agustus -
Minggu III September 2011.
Macroeconomic & Financial Market Weekly Report, 9 – 13 Januari 2012
Macroeconomic & Financial Market Weekly Report, 16 – 20 Januari 2012
Macroeconomic & Financial Market Weekly Report, 30 Januari 2012
Macroeconomic & Financial Market Weekly Report, 6 – 10 Februari 2012
Macroeconomic & Financial Market Weekly Report, 21 – 25 Mei 2012
Nurlaela Wati, Lela. Krisis Yunani Serta Dampaknya Terhadap Ekonomi
Indonesia.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 – 2014, Edisi Janauri 2009
Tinjauan Ekonomi Triwulanan, Triwulan IV 2011Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
www.ekonomi.inilah.com/read/detail/1924635/perdagangan-ri-tersendat-akibat-
krisis-eropa
www.ekon.go.id/news/2012/06/06/menko-perekonomian-beberkan-3-solusi-atasi-
dampak-krisis-eropa
Lampiran
Nama Kelompok : TIM 3 UMY
Asal Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sertakan foto terbaru
Anggota Tim I
a. Nama Lengkap (NIM) : Opissen Yudisyus (20100430019)
b. Jurusan : Ilmu Ekonomi
c. Tempat, Tanggal lahir : Sungai Jeruju, 23 Agustus 1988
d. No. Tel./HP : 081 359 906 771
e. E-mail : [email protected]
Anggota Tim II
a. Nama Lengkap (NIM) : Fanny Arumsari ( 20120430104)
b. Jurusan : IPIEF
c. Tempat, Tanggal lahir : Garut, 04 Desember 1994
d. No. Tel./HP : 085 723 947 517
e. E-mail : [email protected]
Anggota Tim III
a. Nama Lengkap (NIM) : Budi Hidayat (20120420401)
b. Jurusan : Akuntansi
c. Tempat, Tanggal lahir : Palembang, 10 April 1993
d. No. Tel./HP : 089 700 52861
e. E-mail : [email protected]