Page 1
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BEADS HIDROGEL DARI
BERBAGAI POLIMER SEBAGAI MEDIA TANAM
SKRIPSI
FATHIA AYUNINGTYAS
0806398184
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PARALEL DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JULI 2012
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 2
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BEADS HIDROGEL DARI
BERBAGAI POLIMER SEBAGAI MEDIA TANAM
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi
FATHIA AYUNINGTYAS
0806398184
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PARALEL DEPARTEMEN FARMASI
DEPOK
JULI 2012
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 3
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 6
Fathia Ayuningtyas
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
6 Juli 2012
Fathia Ayuningtyas
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 4
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi
dan semua
Nama
NPM
TandaTangan
Tanggal
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri
semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Fathia Ayuningtyas
NPM : 0806398184
TandaTangan :
Tanggal : 6 Juli 2012
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 5
Skripsi ini diajukan oleh
Nama
NPM
Program Studi
Judul Skripsi
Telah berhasil dipertahankan di hadapan
bagian persyaratan yang diperlukan
pada program studi Farmasi S1 Paralel, Fakultas
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Pembimbing : Sutriyo S,Si., Apt., M.Si
Penguji I : Pharm Dr. Joshita Djajadisastra, MS., Ph.D.
Penguji II : Dr. Katrin, MS
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 6 Juli 2012
v
HALAMAN PENGESAHAN
oleh :
: Fathia Ayuningtyas
: 0806398184
: Farmasi
: Pembuatan dan Karakterisasi Beads Hidrogel dari
Berbagai Polimer Sebagai Media Tanam
dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi S1 Paralel, Fakultas Matematika
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Sutriyo S,Si., Apt., M.Si (………………
Pharm Dr. Joshita Djajadisastra, MS., Ph.D. (………………
Dr. Katrin, MS (…...……
Juli 2012
Hidrogel dari
Berbagai Polimer Sebagai Media Tanam
diterima sebagai
Sarjana Farmasi
dan Ilmu
(…………………)
(…………………)
……………)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 6
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi ini tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Sutriyo, M.Si., Apt selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak
masukan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini;
2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA
UI yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi ini;
3. Dr. Berna Elya. Msi., Apt selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan banyak perhatian, saran dan bantuan selama ini;
4. Seluruh dosen Departemen Farmasi FMIPA UI atas segala ilmu pengetahuan
dan didikannya selama ini;
5. Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mas Tito, Mba Tika, Mas Bimo dan Bibi atas
segenap kasih sayang, perhatian, dukungan, doa, serta motivasi untuk
menyelesaikan penelitian serta pendidikan di farmasi sebaik mungkin;
6. Teman-teman paralel farmasi 2008 terutama Anes, Novia, Mayang, Sudep,
Nita, Bian dan Winie. Tak lupa teman seperjuangan di laboratorium
farmasetika atas bantuannya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi;
7. Teman-teman dekat terutama Windrya, Ayu, Acit, Astari, Rila, Katrin, Via atas
dukungan doa dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian serta pendidikan di
farmasi sebaik mungkin;
8. Kepada kakak-kakak dan adik-adik kelas atas persaudaraan baru di farmasi,
terima kasih atas segenap bantuan, pinjaman buku serta diktat kuliah yang
sangat membantu penulis selama menempuh studi di farmasi;
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 7
vii
9. Seluruh laboran dan karyawan Departemen Farmasi FMIPA UI terutama Mbak
Devfanny, Pak Imi, Mas Adit, Pak Ma’ruf, Pak Suroto, serta staf TU atas
seluruh waktu dan bantuannya, terutama selama proses penelitian;
10. Distributor bahan-bahan kimia, khususnya PT. Brataco, yang telah
menyediakan keperluan penelitian;
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungannya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis
harapkan selain sebuah keinginan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada
khususnya.
Penulis
2012
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 8
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik
bawah ini :
Nama : Fathia Ayuningtyas
NPM : 0806398
Program Studi : S1Farmasi Paralel
Departemen : Farmasi
Fakultas : Matematika
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu
Universitas Indonesia Hak
Free Right) atas karya ilmiah
Pembuatan dan Karakterisasi
Beserta perangkat yang ada (jika
Nonekslusifini, Universitas Indonesia berhak
media/format-kan, mengelola
dan mempublikasikan tugas
sebagai penulis/pencipta
Demikian pernyataan ini
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda
Fathia Ayuningtyas
: 0806398184
: S1Farmasi Paralel
: Farmasi
: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
: Skripsi
ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty
ilmiah saya yang berjudul :
Pembuatan dan Karakterisasi Beads Hidrogel dari Berbagai Polimer Sebagai
Media Tanam
perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
slusifini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 6 Juli 2012
Yang menyatakan,
(Fathia Ayuningtyas)
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
memberikan kepada
exclusive Royalty-
Hidrogel dari Berbagai Polimer Sebagai
Bebas Royalti
menyimpan, mengalih
pangkalan data (database), merawat,
nama saya
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 9
ix
ABSTRAK
Nama : Fathia Ayuningtyas
Program Studi : Farmasi
Judul : Pembuatan dan Karakterisasi Beads Hidrogel dari Berbagai
Polimer Sebagai Media Tanam
Pektin, Guar gum, Xanthan gum dan Alginat merupakan polimer alam yang
bersifat anionik, biodegradabel, dan biokompatibel yang berpotensi sebagai
sediaan lepas terkendali. Tujuan penelitian ini adalah membuat beads yang
mengandung pupuk sebagai media tanam. Beads dibuat menggunakan metode
gelasi ionik dan dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope
(SEM) dan ayakan bertingkat serta Uji kandungan obat, efisiensi penjerapan
pupuk dalam beads dan pelepasan pupuk ditetapkan menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa
beads yang dihasilkan berbentuk bulat berwarna biru muda dengan ukuran rata-
rata 2,5-3 mm. Kandungan pupuk magnesium dalam beads alginat pektin dan
poliakrilamid adalah 0,035%; 0,038%; dan 0,036%. Efisiensi penjerapan pupuk
dalam beads alginat, pektin dan poliakrilamid adalah 71,09%; 77,58% dan
77,56%. Pada uji pelepasan menunjukkan bahwa pupuk terlepas hampir
seluruhnya pada menit ke 240. Hasil menunjukkan bahwa polimer alginat dan
pektin dapat digunakan untuk pembentukan beads.
Kata kunci : beads, pektin, alginat, guar gum, xanthan gum, gelasi ionik
XIV + 49 halaman : 10 gambar; 18 lampiran
Daftar Pustaka : 41 (1959-2011)
Universitas Indonesia
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 10
x
ABSTRACT
Name : Fathia Ayuningtyas
Program study : Pharmacy
Title : Preparation and Characterization of Beads Hydrogel From
Various Polymer as Plant Media
Pectin, Alginate, Guar gom, Xanthan gom is a natural polymer with polyanionic,
biodegradable and biocompatible characteristics, has the potential as controlled
release delivery. The purpose of this research is to produce beads containing
fertilizer as plant media. Beads prepared by ionic gelation method and
characterization using a Scanning Electron Microscope (SEM), sieveing grade and
drug content, encapsulation efficiency of fertilizers in beads and drug release
decided by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Characterization result
shows that beads which produced have a spherical form and have soft blue color
with average size 2,5-3 mm. Content of fertilizer in alginate beads, pectin beads
and poliacrilamide beads is 0,055%; 0,038%; and 0,036%. Encapsulation
efficiency of fertilizer in alginate beads; pectin beads; and poliacrilamide is
71,09%; 77,58%; and 77,56%. On the test release, it can be seen that almost
fertilizer were released in 240 minutes. The result showed that the polymer
alginate and pectin can be used made to make the beads.
Key Word : beads, pectin, alginate, guar gom, xanthan gom, ionic
gelation method
XIV + 49 pages : 10 picture; 18 appendixes
Reference : 41 (1959-2011)
Universitas Indonesia
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 11
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR RUMUS .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Beads .......................................................................................................... 3
2.2 Hidrogel ...................................................................................................... 3
2.3 Metode Pembuatan ...................................................................................... 4
2.2 Pektin ........................................................................................................... 7
2.3 Guar gum ..................................................................................................... 8
2.4 Xanthan gum ............................................................................................... 10
2.5 Natrium Alginat ........................................................................................... 11
2.6 Zink Asetat .................................................................................................. 12
2.7 Pupuk .......................................................................................................... 13
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 15
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 15
3.2 Bahan ........................................................................................................... 15
3.3 Cara Kerja .................................................................................................... 15
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 20
4.1 Optimasi Pembuatan Beads .......................................................................... 20
4.2 Pembuatan Beads ......................................................................................... 21
4.3 Karakterisasi Beads ...................................................................................... 22
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 30
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 30
5.2 Saran ........................................................................................................... 30
DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 31
Universitas Indonesia
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 12
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi gelasi ionik ....................................................................... 6
Gambar 2.2 Struktur kimia pektin .................................................................. 7
Gambar 2.3 Struktur kimia guar gum .............................................................. 8
Gambar 2.4 Struktur kimia xanthan gum ......................................................... 10
Gambar 2.5 Struktur kimia natrium alginat ..................................................... 11
Gambar 4.1 Gambar SEM pada perbesaran 2000 kali (a)beads alginat,
(b)beads pektin, (c)beads poliakrilamid ........................................ 23
Gambar 4.2 Kurva kalibrasi magnesium ......................................................... 25
Gambar 4.3 Profil pelepasan pupuk magnesium pada beads alginat ................ 27
Gambar 4.4 Profil pelepasan pupuk magnesium pada beads pektin ................. 27
Gambar 4.5 Profil pelepasan pupuk magnesium pada beads poliakrilamid ..... 28
Universitas Indonesia
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 13
xiii
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Rumus daya mengembang ............................................................. 18
Rumus 3.2 Rumus efisiensi penjerapan ........................................................... 19
Universitas Indonesia
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar beads pektin dan alginat basah ....................................... 35
Lampiran 2 Beads (a)pektin dan (b)alginat kering ........................................... 35
Lampiran 3 Gambar hasil scanning electron microscope (SEM) beads alginat
dengan perbesaran 50 kali(a), 500 kali(b), 200 kali(c) .................. 36
Lampiran 4 Gambar hasil scanning electron microscope (SEM) beads pektin
dengan perbesaran 500 kali(a), dan 2000 kali(b) .......................... 37
Lampiran 5 Gambar hasil scanning electron microscope (SEM)
beads poliakrilamid dengan perbesaran 500 kali(a) dan
2000 kali(b) .................................................................................. 38
Lampiran 6 Gambar alat-alat yang digunakan ................................................ 39
Lampiran 7 Tabel data uji daya mengembang ................................................. 40
Lampiran 8 Tabel data kadar air ...................................................................... 40
Lampiran 9 Tabel data kurva kalibrasi larutan standat magnesium dalam
medium aquadest .......................................................................... 41
Lampiran 10 Tabel data uji kandungan dan efisiensi penjerapan .................... 41
Lampiran 11 Tabel data uji pelepasan ............................................................. 41
Lampiran 12 Perhitungan kandungan obat dalam beads dan efisiensi
penjerapan .................................................................................. 42
Lampiran 13 Perhitungan pelepasan ................................................................ 43
Lampiran 14 Sertifikat analisis pektin ............................................................. 44
Lampiran 15 Sertifikat analisis natrium alginat ............................................... 46
Lampiran 16 Sertifikat analisis guar gum ........................................................ 47
Lampiran 17 Sertifikat analisis xanthan gum ................................................... 48
Lampiran 18 Sertifikat analisis zink asetat ...................................................... 49
Universitas Indonesia
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di zaman yang sudah maju ini, banyak yang sudah melupakan pentingnya
peran tanaman dalam kelangsungan hidup bumi dan manusia. Padahal tanaman
memiliki peran yang berguna bagi manusia seperti sebagai penghasil gas oksigen,
sebagai peredam kebisingan dan dapat digunakan sebagai hiasan ruangan. Namun,
akhir-akhir ini minat dan kesadaran masyarakat untuk mulai membudidayakan
tanaman sendiri telah meningkat, terutama pembudidayaan tanaman hias yang
dapat ditanam di dalam ruangan.
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas agribisnis yang cukup
potensial di Indonesia, karena jenis ini dapat ditanam pada areal yang relatif
sempit, mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan diterima masyarakat. Berbeda
dengan tanaman pangan, tanaman hias dinikmati konsumen dalam bentuk
keindahannya. Oleh karena itu tuntutan terhadap kualitas sangat tinggi, sehingga
teknologi budidaya perlu mendapatkan penanganan yang baik.
Media tanam merupakan salah satu teknologi budidaya yang perlu
mendapatkan perhatian. Tanah yang merupakan media tanam yang paling umum
digunakan karena mudah dalam penggunaannya dan mudah untuk didapatkan dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Tetapi penggunaan tanah sebagai
media tanam di dalam ruangan sedikit menyusahkan karena dapat menimbulkan
banyaknya semut dan menbuat ruangan menjadi lebih kotor.
Teknologi hidrogel dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk media tanam
di dalam ruangan. Hidrogel adalah jaringan polimer yang mengabsorbsi air
dengan jumlah besar dan akan kembali menjadi tidak larut dalam larutan aqua
karena tautan silang kimia atau fisika pada rantai polimer individu (Metters, A.T.,
Lin, C. 2006)
Pupuk merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman
dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 16
2
Universitas Indonesia
paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu.
Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya
deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839. (Novizan,1999)
Sebagai media tanam, hidrogel ini dapat mengandung pupuk yang akan
dilepaskan secara terkendali yang merupakan perkembangan dari teknologi
bidang farmasi. Media tanam tersebut terbentuk dari berbagai polimer yang
kemudian dibuat menjadi beads. Beads adalah mikrokapsul berbentuk sferis yang
dibuat sebagai substrat padat dimana obat dilapisi atau dienkapsulasi pada beads
inti (Khazaeli, 2008).
Polimer yang digunakan sebagai bahan pembentuk beads adalah pektin,
guar gum, xanthan gum dan natrium alginat. Bahan-bahan ini dipilih karena
merupakan bahan alam yang mungkin dapat dikembangkan sebagai media tanam,
karena media tanam yang sudah ada dipasaran terbentuk dari poliakrilamid yang
merupakan polimer sintetis. Sebagai model obat, digunakan pupuk yang
mengandung magnesium (Mg).
Media tanam hidrogel ini dapat digunakan untuk tanaman-tanaman yang
memiliki kondisi yang lembab dan membutuhkan suplai air yang melimpah.
Tanaman yang tidak memiliki batang keras, tetapi cenderung lunak serta
batangnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu tinggi, contoh tanamannya seperti
daun mutiara (Pilea cadieri), rumput payung (Cyperus sp), dan Anthurium sp.
Adapun tanaman sayur yang dapat ditanam dalam media tanam hidrogel ini,
misalnya kangkung, sawi, caisim, bayam, tomat dan lain-lain.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat media tanam hidrogel yang dapat
melepaskan pupuk secara terkendali sehingga mempermudah para pencinta
tanaman untuk merawat tanaman hias dalam ruangan.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beads
Beads adalah mikrokapsul berbentuk sferis yang dibuat sebagai substrat
padat. Obat dilapisi atau dienkapsulasi pada beads inti (Khazaeli, 2008). Beads
sering digunakan sebagai penghantar obat. Penghantaran obat dengan beads
berhubungan dengan metode pencampuran, ukuran, densitas dari beads, sifat taut
silang, sifat fisikokimia obat, interaksi antara obat dengan bahan matriks dan
konsentrasi bahan matriks dan pelepasannya.
Beads merupakan salah satu penghantaran multipartikel yang dapat
digunakan sebagai penghantaran obat terkendali dan penghantaran obat yang
spesifik serta untuk memperbaiki bioavabilitas dan kestabilan. Beads juga
memiliki keuntungan seperti membatasi fluktuasi dalam batasan terapetik,
mengurangi efek samping, dan menurunkan frekuensi pemberian dosis (Sanli. O.,
2007).
Ukuran diameter partikel yang terbentuk bergantung pada ukuran bahan
inti, jenis dan konsentrasi bahan penyalut yang digunakan serta metode
pembuatan yang digunakan.
2.2 Hidrogel
Gelasi atau pembentukan gel merupakan gejala penggabungan atau
pengikatan silang rantai-rantai polimer membentuk jaringan tiga dimensi yang
sinambung dan dapat memerangkap air di dalamnya menjadi suatu struktur yang
kompak dan kaku yang tahan terhadap aliran bertekanan (Fardiaz, 1989). Gel
yang dapat menahan air dalam strukturnya disebut hidrogel (Wang et al, 2004).
Air yang terdapat dalam gel ini merupakan air yang masuk ke dalam suatu bahan
dan akan menyebabkan pengembangan volume, tetapi air ini bukan komponen
penyusun bahan tersebut (Winarno, 1997)
Hidrogel terdiri dari polietilena ditautan silang polimer hidrofilik yang
membentuk jaringan tiga dimensi, yang mengembang tetapi tidak larut dalam air.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 18
4
Universitas Indonesia
Hidrogel digunakan sebagai aditif makanan, absorben air, perangkap kimia,
pembawa obat, organ buatan, atau sebagai agen penghambat enzim. Hidrogel juga
dapat digunakan sebagai penghantar menuju bagian yang spesifik. Pengembangan
hidrogel yang dapat berinteraksi secara efektif dengan obat melalui ikatan ion atau
hidrofobik, intensitas yang tergantung pada kondisi lingkungan tertentu dan
memiliki kapasitas yang bermuatan tinggi. (Metters, A.T., Lin, C. 2006).
Hidrogel umumnya dibuat dari molekul polimer hidrofilik yang ditautan
silang dengan ikatan kimia maupun dengan interaksi ionik, ikatan hidrogen, atau
interaksi hidrofobik. Tidak terdapat batas tertentu mengenai banyaknya air yang
bahan dapat diserap untuk dapat disebut hidrogel. Umumnya, hidrogel dapat
menyerap setidaknya 10 – 20 persen dari total jumlah air yang ada (Park, Kinam,
et al. 1993)
Kestabilan hidrogel sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan terutama
dalam lingkungan hayati seperti pH, suhu, medan listrik, kekuatan ionik, dan
kadar garam (Wang T, Turhan M, Gunasekaram S. 2004).
2.3 Metode Pembuatan
Pemilihan metode pembuatan didasarkan pada ukuran partikel yang
diinginkan, kestabilan kimia dan panas terhadap zat aktif, profil pelepasan dan
kestabilan pada produk akhir. Jenis metode pembuatan beads yang dapat
digunakan adalah pemisahan fase koaservasi, semprot kering dan pengeringan
beku, suspensi udara, metode penguapan pelarut dan metode gelasi ionik
(Lachman, Herbert, & Joseph,1994; Swarbick &Boylan,1994).
Metode pemisahan fase koaservasi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
pembentukan tiga fase kimia tidak tercampurkan, penempatan penyalutan polimer
cair pada bahan inti, dan pengerasan penyalut. Koaservasi sederhana hanya
menggunakan satu macam koloid saja misalnya gelatin dalam air. Koaservasi ini
terjadi dengan cara perpindahan lapisan air dari sekeliling dispersi koloid akibat
penambahan zat yang mempunyai affinitas yang tinggi terhadap air seperti
berbagai alkohol dan garam. Molekul-molekul polimer yang terhidrasi cenderung
untuk berkumpul dengan molekul polimer lain disekelilingnya dan membentuk
koaservat (Swarbrick, J. 2002).
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 19
5
Universitas Indonesia
Metode semprot kering didefinisikan sebagai suatu proses perubahan dari
bentuk cair ke bentuk partikel-partikel kering oleh suatu proses penyemprotan
bahan ke dalam medium pengeringan yang panas. Produk kering yang dihasilkan
dari proses pengeringan ini dapat berupa bubuk, butiran atau gumpalan. Hal ini
tergantung dari sifat fisik dan kimia bahan yang dikeringkan, kondisi pengeringan,
dan disain spray dryer yang digunakan (Swarbrick, J. 2002). Semprot kering
dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu (1) produk yang berupa cairan
didispersikan dalam penyemprotan (sprayer), (2) kontak antara semprotan dan
udara panas, (3) pengeringan hasil semprotan, serta (4) pemisahan antara produk
kering (aliran serbuk bebas) dan udara (Oliveira et al,2005)
Proses suspensi udara adalah dengan pendispersian bahan padat, bahan inti
dalam bentuk partikel dalam suatu aliran udara yang menyangga, dan
penyemprotan penyalut dari partikel yang tersuspensi oleh udara dalam ruang
penyalutan, partikel-partikel bahan inti tersuspensi dalam aliran udara panas.
Perancangan alat dan teknik pengerjaan yang sedemikian rupa menyebabkan
aliran partikel terus berputar melewati bagian yang berisi penyalut, berupa larutan
polimer yang disemprotkan pada partikel yang bergerak (Swarbrick, J. 2002).
Metode penguapan pelarut dilakukan pada suatu alat pembuat cairan.
Penyalut dilarutkan dalam suatu pelarut yang mudah menguap, yang tidak
bercampur dengan fase cairan pembawa. Bahan inti dilarutkan atau didispersi
dalam larutan polimer. Dengan pengocokan, campuran bahan penyalut inti
terdispersi dalam fase cairan pembawa untuk mendapatkan ukuran beads yang
diinginkan. Campuran kemudian dipanaskan untuk menguapkan pelarut polimer.
Bila bahan inti terdispersi dalam larutan polimer dan berkumpul mengelilingi inti
(Swarbrick, J. 2002).
Metode gelasi ionik melibatkan proses sambung silang antara polielektrolit
dengan adanya pasangan ion multivalennya. Gelasi ionik seringkali diikuti dengan
kompleksasi polielektrolit dengan polielektrolit yang berlawanan. Pembentukan
ikatan sambung silang ini akan memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang
terbentuk. (Swabrick (ed.) 2007).
Mekanisme utama gelasi ini adalah melibatkan urutan rantai yang
diperpanjang dimana yang diadaptasi dari dua lapisan dan terjadinya kelat yang
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 20
6
Universitas Indonesia
spesifik dari Zn2+
. Masing-masing ion Zn2+
mengambil bagian pada sembilan
ordinat yang berhubungan dengan atom oksigen sehingga menghasilkan jaringan
tiga dimensi.
Teknik gelasi ion terdiri dari dua macam, yaitu gelasi eksternal dan gelasi
internal. Perbedaan gelasi internal dan gelasi eksternal ini terdapat pada sumber
kation divalennya. Dinamakan teknik gelasi internal, jika sumber kation divalen
didispersikan bersama dengan polimernya. Sedangkan pada teknik gelasi
eksternal sumber kation divalennya tidak didispersikan bersama dengan
polimernya (Liu, et al,2004).
Tautan silang pada teknik gelasi eksternal dapat dicapai dengan
meneteskan droplet-droplet polimer ke medium yang mengandung ion divalen
(misalnya Zn2+
). Zn2+
kemudian akan langsung bereaksi dengan gugus karboksilat
dari residu asam guluronat pada permukaan tetesan droplet, selanjutnya Zn2+
tersebut akan berdifusi ke dalam droplet dan beraksi membentuk Zn-alginat (Liu,
et al, 2002)
[Sumber: Shukla, R. K., Tiwari, A. 2012]
Gambar 2.1 Reaksi gelasi ionik
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 21
7
Universitas Indonesia
2.4 Pektin
[Sumber : Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009]
Gambar 2.2 Struktur kimia pektin
Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan
oleh ikatan α -1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin
mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksil. Senyawa
ini disebut sebagai asam pektinat atau pektin. (Rowe, R. C., 2006)
Pektin didapat dari selulosa tanaman, contohnya kulit coklat. Kulit coklat
yang telah dicuci bersih, kemudian dipanaskan dalam larutan asam encer (asam
klorida) pada pH 2,6-2,8 kemudian diendapkan menggunakan aseton. Setelah
dipisahkan, lakukan pemurnian dengan dicuci menggunakan aseton kemudian
dihaluskan dan diayak untuk mendapatkan serbuk pektin. (Kirk, R.E, Othmer,
D.F. 1958).
Nama lain dari pektin adalah Citrus pektin, methopektin, metil pektin,
mexpektin, pektina, asam pektinik. Pektin berbentuk serbuk kasar yang berwarna
kuning kecoklatan yang tidak memiliki rasa dan bau, dapat larut dalam air, tidak
larut dalam etanol 95% dan pelarut organik lainnya (The Merck Index 9th
edition,1976). Penggunaan pektin dapat sebagai adsorben, pengemulsi, pengental,
penstabil dan agen pembentukan gel.
Butiran gel pektin menunjukkan efektivitas sebagai perantara untuk
pelepasan terkontrol untuk obat dengan jalur gastrointestinal. Dapat digunakan
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 22
8
Universitas Indonesia
juga sebagai matriks dengan penyalut polimer yang sensitif dengan pH, dimana
memperlambat onset pelepasan obat.
Pektin memiliki potensi untuk penghantaran obat dengan terjadinya
perubahan menjadi bentuk gel beads pada larutan dengan sistem ionotropik gelasi.
Matriks pada beads mampu melindungi obat dibawah kondisi sejuk (wong et
al,1007).
Buffer phospat, pH dan konsentrasi kalsium dan pektin mempengaruhi
larutan taut silang yang sangat mempengaruhi penjerapan efisiensi dan pelepasan
pada microbeads.
Karakteristik gelasi pektin dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu gelasi
metoksi tinggi dan metoksi rendah, dan kadang-kadang pektin rendah metoksi
dapat mengandung gugus amin. Gelasi dari pektin metoksi tinggi biasanya terjadi
pada pH <3,5. Pektin metoksi rendah digelkan dengan ion kalsium dan tidak
tergantung pada kehadiran asam atau kadar padatan yang tinggi. Amidasi dapat
mengganggu gelasi, menyebabkan proses gelasi tertunda. Namun, gel dari pektin
yang teramidasi memiliki kemampuan untuk kembali ke bentuk asal setelah
pengocokan.
2.5 Guar Gum
[Sumber: Gliksman,1980]
Gambar 2.3 Struktur kimia guar gum
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 23
9
Universitas Indonesia
Guar gum diperoleh dari biji tanaman Cyamopsis tetragonolobus dengan
cara pemisahan secara mekanik. Pengolahan yang dilakukan meliputi pemisahan
secara mekanik terhadap kulit biji dan lembaga. Endosperma yang mengandung
gum digiling menjadi tepung halus (Fardiaz, 1989). Terdiri dari polisakarida
hidrokoloidal yang tersusun atas gabungan galaktan dan mannan yang
digabungkan melalui hubungan glukosida, yang dapat digambarkan secara
kimiawi sebagai galaktomannan. (Rowe, R. C., 2006).
Galaktosol, jaguar gum, guar galaktomannanum, galaktomannan
polisakarida merupakan nama lain dari guar gum. Guar gum tidak berbau atau
hampir tidak berbau, berbentuk serbuk putih dengan rasa hambar dan memiliki
fungsi sebagai pensuspensi, binder dan disintegrant pada formulasi tablet dan
dapat meningkatkan viskositas. (Rowe, R. C., 2006) serta digunakan sebagai
polimer hidrofilik sebagai menahan penghantaran obat yang larut dengan air (Al-
saidana, 2004). Guar gum juga berpotensi sebagai pembawa matriks hidrofilik
untuk obat oral pelepasan terkendali dengan bermacam-macam kelarutan
(Krishnaiah, 2001).
Guar gum stabil pada pH 4,0-10,5, praktis tidak larut dalam pelarut
organik. Pada air panas ataupun dingin dan langsung mengembang seketika
hingga mencapai kekentalan yang tinggi. Hidrasi optimum pada pH 7,5-9,0.
Bubuk guar gum mengembang secara sempurna dengan cepat dan sulit untuk
mengalami dispersi. Diperlukan dua sampai empat jam dalam air pada suhu kamar
untuk menghasilkan viskositas maksimum. Penyimpanan sebaiknya pada wadah
yang tertutup dengan baik pada tempat yang dingin dan kering.
Viskositas guar gum tergantung pada temperatur, waktu, konsentrasi, pH,
dan ukuran partikel. Efek rheologi akan sinergis dengan penambahan suspending
agent lainnya seperti xanthan gum. Dispersi dari cairan guar gum memiliki aksi
buffer. Guar gum inkompatibel dengan aseton, etanol 95%, tanin, asam kuat, dan
basa. Pemberian ion borat akan menghambat hidrasi dari guar gum. (Rowe, R. C.,
2006).
Guar beads merupakan polimer anionik dapat terbentuk hubungan silang
dan membentuk partikel. Guar gum merupakan derivat anionik karboksimetil
yang dapat digunakan untuk produksi larutan yang viskositasnya tinggi dan dapat
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 24
10
Universitas Indonesia
juga sebagai persiapan beberapa tingkatan derivatisasi. (Whistler,1959,
Nussinovitch,1997). Beberapa derivat dapat digunakan sebagai aplikasi pengental
yang murah untuk industri tekstil dan kertas serta untuk makanan dan penghantar
obat. Guar gum ini tidak bermuatan, maka tidak dipengaruhi secara nyata pada pH
rendah dan sangat efektif digunakan dalam produk-produk asam (Fardiaz,1989).
2.6 Xanthan Gum
[Sumber: Gliksman,1980]
Gambar 2.4 Struktur kimia xanthan gum
Xanthan gum memiliki β-(1�4)-d-glukosa rantai utama di mana setiap
unit glukosa kedua melekat trisakarida yang terdiri dari manosa, asam glukuronik,
dan manosa. Karboksilat bermuatan negatif dari asam glukuronik memungkinkan
untuk bentuk cairan sangat kental pada pH yang sesuai.
Xanthan gum terbuat dari bakteri Xanthomonas campestris. Hasil
fermentasi yang didapat lalu dipasterisasi dan dipisahkan dengan alkohol lalu
dimurnikan dan dikeringkan hingga didapat serbuk xanthan gum (Garcia-Ochoa,
F., Santos, V., Casas, J., & Gomez, E. 2000).
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 25
Nama lain dari xanthan gum adalah Corn sugar gum, vanzan NF, xanthani
gummi, xantural. (Rowe, R. C., 2006)
akan memperlambat pelepasan obat. Fungsi dari xanthan gum sendiri adalah
sebagai pensuspensi, penstabil, pengental dan pengemulsi serta sebagai
penghantar pelepasan dan peningkta viskositas.
Bentuk dari xanthan gum berupa serbuk halus berwarna krem d
berbau, memiliki daya alir yang baik serta praktis tidak larut dalam etanol dan eter
tetapi larut pada air panas atau dingin. Melarutkan pada air dengan pengadukan
akan mendapatkan larutan yang kekentalannya tinggi pada konsentrasi yang
rendah (The Merck Index 9th edition, 1976).
dengan bahan anionik, surfaktan kationik, polimer atau bahan pengawet sebagai
pembentuk endapan (Rowe, R. C., 2006).
Sintesis xanthan gum secara enzimatik mela
kondisi yang terkendali telah memberikan polimer yang strukturnya seragam
dengan distribusi bobot molekul yang sempit. Sifat ini mendukung stabilitas
larutan xanthan gum yang baik. Salah satu sifat unik dari xanthan gum ialah dapt
memberikan kekentalan yang sangat t
(Fardiaz,1989).
2.7 Natrium Alginat
[Sumber : The Rowe, Sheskey, & Owen, 2006]
Gambar
Universitas Indonesia
Nama lain dari xanthan gum adalah Corn sugar gum, vanzan NF, xanthani
(Rowe, R. C., 2006). Meskipun sangat mudah mengembang
pelepasan obat. Fungsi dari xanthan gum sendiri adalah
sebagai pensuspensi, penstabil, pengental dan pengemulsi serta sebagai
penghantar pelepasan dan peningkta viskositas.
Bentuk dari xanthan gum berupa serbuk halus berwarna krem d
berbau, memiliki daya alir yang baik serta praktis tidak larut dalam etanol dan eter
tetapi larut pada air panas atau dingin. Melarutkan pada air dengan pengadukan
akan mendapatkan larutan yang kekentalannya tinggi pada konsentrasi yang
e Merck Index 9th edition, 1976). Xanthan gum inkompatibilitas
dengan bahan anionik, surfaktan kationik, polimer atau bahan pengawet sebagai
pembentuk endapan (Rowe, R. C., 2006).
anthan gum secara enzimatik melalui fermentasi di bawah
ng terkendali telah memberikan polimer yang strukturnya seragam
dengan distribusi bobot molekul yang sempit. Sifat ini mendukung stabilitas
larutan xanthan gum yang baik. Salah satu sifat unik dari xanthan gum ialah dapt
memberikan kekentalan yang sangat tinggi pada konsentrasi rendah
[Sumber : The Rowe, Sheskey, & Owen, 2006]
Gambar 2.5 Struktur kimia natrium alginat
11
Universitas Indonesia
Nama lain dari xanthan gum adalah Corn sugar gum, vanzan NF, xanthani
mudah mengembang, itu
pelepasan obat. Fungsi dari xanthan gum sendiri adalah
sebagai pensuspensi, penstabil, pengental dan pengemulsi serta sebagai
Bentuk dari xanthan gum berupa serbuk halus berwarna krem dan tidak
berbau, memiliki daya alir yang baik serta praktis tidak larut dalam etanol dan eter
tetapi larut pada air panas atau dingin. Melarutkan pada air dengan pengadukan
akan mendapatkan larutan yang kekentalannya tinggi pada konsentrasi yang
Xanthan gum inkompatibilitas
dengan bahan anionik, surfaktan kationik, polimer atau bahan pengawet sebagai
lui fermentasi di bawah
ng terkendali telah memberikan polimer yang strukturnya seragam
dengan distribusi bobot molekul yang sempit. Sifat ini mendukung stabilitas
larutan xanthan gum yang baik. Salah satu sifat unik dari xanthan gum ialah dapt
inggi pada konsentrasi rendah
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 26
12
Universitas Indonesia
Asam alginat diekstrak dari rumput laut coklat dan dinetralkan dengan
sodium bikarbonat hingga menjadi natrium alginat. Natrium alginat memiliki
nama lain natrii alginas dan sodium polymannuronat. Natrium alginat tidak
berbau dan tidak berasa, berbentuk serbuk dengan warna putih sampai coklat
kekuningan. Fungsi dari natrium alginat adalah sebagai agen penstabil,
pensuspensi, sebagai disintegran tablet dan kapsul, sebagai pengikat (binder)
dalam formulasi tablet dan sebagai peningkat viskositas (Rowe, R. C., 2006).
Kelarutan dalam air membentuk koloid kental dan tidak larut dalam
medium dengan pH kurang dari 3, etanol, dan pelarut organik lainnya. Larutan
natrium alginat stabil pada pH 4 sampai 10. Penggunaan natrium alginat sebagai
pengisi, pengikat, dan penghancur, serta memiliki sifat sebagai pengental,
pensuspensi, dan pembentuk gel (The United States Pharmacopoeia 30th, 2007)
Natrium alginat inkompatibel dengan derivat acridin, kristal violet,
fenilmerkuri asetat dan nitrat, garam kalsium, logam berat dan etanol dengan
konsentrasi lebih besar dari 5%. Pada konsentrasi rendah, elektrolit akan
meningkatkan viskositas tetapi konsentrasi elektrolit meningkat karena salting-out
dari natrium alginat (Rowe, R. C., 2006).
Alginat merupakan polimer yang biokompatibel dan biodegradabel, yang
dapat membentuk gel yang stabil dengan kation divalen seperti Ca2+
, Sr2+
, Ba2+
,
dan Zn2+
. Sistem ini dapat digunakan untuk pelepasan terkendali (Choi et al,2002)
Semakin konsentrasi dalam beads meningkat, maka kekuatan mekanikal
akan semakin kuat (Nussinovitch, 2003). Jika alginat yang memiliki asam D-
mannuronik yang besar pada penggunaannya dalam pembuatan beads, maka akan
terbentuk beads dengan ukuran pori dalam yang besar.
Natrium alginat akan membentuk gel ketika berinteraksi dengan kation
divalent. Gelasi terjadi akibat adanya interaksi antar ion dengan residu asam
guluronat yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk tiga dimensinya.
Semakin tinggi kandungan asam guluronat, maka viskositasnya akan meningkat
(Poncelet et al, 1999)
2.8 Zink Asetat
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 27
13
Universitas Indonesia
Zink asetat merupakan bentuk sintetis dari reaksi zink oksida dengan asam
asetat glasial dengan kristalisasi lalu dipisahkan dengan sentrifugasi dan
pengeringan dan penggilingan terhadap kristal. Tidak menggunakan pelarut
organik selama proses sintetis.
Nama lain dari zink asetat adalah asam asenik, garam zink,
dikarbometoksi zink, zink etanoat dan zink diasetat. Zink asetat berbentuk kristal
putih yang berkilau dan sedikit memiliki bau asetat dan rasa yang kecut.
Penggunaan zink asetat sebagai penstabil emulsi, agen penstabil, agen pembentuk
gel (Rowe, R. C., 2006)
Zink asetat memiliki pH: 6-8 dengan titik didih 237oC, dan larut pada air,
etanol serta sangat larut pada etanol pekat (95%). Penyimpanan harus pada tempat
yang kedap udara dan disimpan pada tempat yang sejuk dan kering. Zink asetat
inkompatibilitas dengan garam zink, agen pengoksidasi, karbonat, oksalat, fosfat
dan sulfida (Rowe, R. C., 2006).
2.9 Pupuk
Tanaman seperti halnya mahluk hidup memerlukan makanan/hara untuk
hidup dan berkembang biak. Tanaman memperoleh makanan terutama dari
cadangan mineral yang ada di dalam tanah yang terkandung dalam bahan organik,
limbah organik, bakteri penambat nitrogen, endapan melalui udara, dan
sebagainya. Unsur hara diperoleh tanaman dari tanah diubah menjadi karbohidrat
melalui proses fotosintesa tumbuhan atau tanaman.
Ketersediaan makanan tumbuhan dipengaruhi oleh kesuburan tanah.
Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan hara dalam jumlah
cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan. Penambahan
pupuk juga dapat memenuhi ketersediaan makanan tumbuhan.
Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk
tanaman dengan tujuan untuk melengkapi katersediaan unsur hara. Bahan pupuk
yang paling awal adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman dan arang kayu.
Pemakaian pupuk kimia kemudian berkembang seiring dengan ditemukannya
deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839. (Novizan,1999)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 28
14
Universitas Indonesia
Pupuk-pupuk yang ada dipasaran juga beragam, adapun jenis-jenis pupuk
yang ada: (Novizan,1999)
2.9.1 Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam bentuk nitrat atau
amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat
tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi nitrat oleh
mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Nitrogen mudah berubah
menjadi gas N2. umumnya pupuk dengan kadar N yang tinggi dapat membakar
daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati. Yang termasuk pupuk
sumber nitrogen adalah amonium nitrat, amonium sulfat, kalsium nitrat dan urea.
2.9.2 Pupuk Sumber Fosfor
Pada umumnya, pupuk ini digunakan untuk merangsang pertumbuhan
awal tanaman. Pupuk ini tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama
dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah. SP36 dan amonium
fosfat merupakan salah satu contoh pupuk sumber fosfor.
2.9.3 Pupuk Sumber Kalium
Pupuk ini digunakan untuk tanaman yang peka terhadap keracunan unsur
klor, bersifat higroskopis dan memiliki reaksi yang netral. Contoh pupuk sumber
kalium adalah kalium klorida, kalium sulfat, kalium nitrat.
2.9.4 Pupuk Sumber Unsur Hara Sekunder
Pupuk sumber unsur hara sekunder merupakan pupuk yang dimanfaatkan
untuk memperbaiki kejenuhan basa pada tanah asam dan menetralisir tanah yang
memiliki kadar garam yang tinggi, pupuk ini lebih dipusatkan dalam mengatur pH
tanah. Kapur dolomit, kapur kalsit, kalium magnesium sulfat, kapur gypsum, dan
bubuk belerang merupakan pupuk sumber unsur hara sekunder.
2.9.5 Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 29
15
Universitas Indonesia
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk
garam anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk ini mudah larut dalam
air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik adalah Cuprum (Cu),
Besi (Fe), Zink (Zn) dan Mangan (Mn) yang seluruhnya bergabung dengan sulfat.
Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak
digunakan sebagai pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau
amonium molibdat.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2012- Mei 2012, di laboratorium
Farmasetika dan farmasi fisik Fakultas Farmasi serta laboratorium afiliasi
Departemen Kimia Fakultas MIPA, Universitas Indonesia, Depok.
3.2. Bahan
Pektin (Danisco, Amerika Serikat), Guar gum (Shreeji Industries),
Xanthan gum (Cargill, food&pharma specialties), Alginat (Duchefa Biochemie),
pupuk sintetis “GROWMORE” yang mengandung magnesium 0,1% , zink asetat
dihidrat (Merck, Jerman), HCl 25% (diperoleh dari PT. Brataco), aqua
demineralisata (diperoleh dari PT. Brataco).
3.3. Alat
Neraca analitik (Shimadzu EB-30, Jepang), spektrofotometer serapanatom
(Shimadzu AA-6300, Jepang), alat moisture balance AMB 50 (Adam, USA), alat
magnetic stirrer (C-MAG HS 7 IKA), syringe needle 18G(Terumo, Jepang),
Scanning Electron Microscope (Jeol JSM-5310, Inggris), jangka sorong, alat-alat
gelas.
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Pembuatan Beads
3.4.1.1. Optimasi Pembuatan Beads kosong
Pembuatan beads diawali dengan ditentukan kondisi optimum,
yaitu konsentrasi pektin, guar gum, xanthan gum dan natrium alginat sebagai
polimer, konsentrasi zink asetat sebagai tautan silang, dan lama pendiaman.
Optimasi konsentrasi pektin, guar gum, xanthan gum dan natrium alginat
dibandingkan kekentalannya untuk melihat kemampuan larutan polimer tersebut
melewati syringe needle. Larutan polimer yang digunakan tidak boleh terlalu
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 31
16
Universitas Indonesia
kental agar dapat melewati syringe needle 18G. Konsentrasi yang dibandingkan
adalah 0,5%, 0,8%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, dan 7%. Konsentrasi zink asetat
yang dibandingkan adalah 3%, 5%, dan 10%. Sedangkan lama pendiaman yang
dibandingkan adalah 20, 25, dan 30 menit.
3.4.1.2. Beads Pektin
Sebanyak enam gram pektin ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam 100 ml aqua demineralisata sambil diaduk terus menerus sampai diperoleh
larutan yang homogen sempurna. Selanjutnya ditambahkan enam gram pupuk ke
larutan pektin hingga homogen sempurna. Kemudian campuran tersebut
diteteskan ke dalam 100 ml larutan 10% zink asetat dengan menggunakan syringe
needle 18G sambil terus diaduk dengan pengaduk magnetik dengan kecepatan 100
rpm, kemudian didiamkan selama 30 menit dengan keadaan terus diaduk. Setelah
itu, saring dan cuci dengan aqua demineralisata, lalu keringkan pada suhu 37oC
selama 24 jam (Fatal, E., 2006)
3.4.1.2. Beads Guar Gum
Guar gum ditimbang sebanyak 400 miligram kemudian dilarutkan dalam
50 ml aqua demineralisata. Selanjutnya ditambahkan 400 miligram pupuk ke
dalam larutan guar gum. Kemudian diteteskan menggunakan syringe needle 18G
ke dalam 100 ml larutan 10% zink asetat sambil terus diaduk dengan pengaduk
magnetik dengan kecepatan 100 rpm, selanjutnya biarkan tetap berputar selama 30
menit lalu disaring dan dicuci dengan aqua demineralisata, lalu dikeringkan pada
suhu 37oC selama 24 jam.
3.4.1.3. Beads Xanthan gum
Xanthan gum sebanyak 400 miligram dilarutkan dalam 50 ml aqua
demineralisata lalu masukkan 400 miligram pupuk, kemudian larutan tersebut
ditetekan menggunakan syringe needle 18G ke dalam 100 ml larutan 10% zink
asetat, sambil diaduk dengan pengaduk magneti dengan kecepatan 100 rpm. Lalu
terus diaduk selama 30 menit baru kemudian disaring dan dicuci dengan aqua
demineralisata, kemudian keringankan beads pada suhu 37oC selama 24 jam.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 32
17
Universitas Indonesia
3.4.1.4. Beads Alginat
Sebanyak tiga gram natrium alginat dilarutkan dalam 100 ml aqua
demineralisata lalu masukkan tiga gram pupuk, campurkan hingga homogen
sempurna. Kemudian larutan tersebut diteteskan menggunakan syringe needle
18G ke dalam 100 ml larutan 10% zink asetat, sambil diaduk dengan pengaduk
magnetik dengan kecepatan 100 rpm. Lalu didiamkan dahulu selama 30 menit
dengan pengaduk magnetik tetap berputar. Setelah 30 menit, lalu disaring dan
dicuci dengan aqua demineralisata, kemudian keringkan beads pada suhu 37oC
selama 24 jam.
3.4.1.5. Beads Poliakrilamid
Beads kosong yang terbuat dari poliakrilamid yang beredar dipasaran.
Ditimbang satu gram pupuk lalu dilarutkan dalam 100 ml air, kemudian sebanyak
satu gram beads poliakrilamid dikembangkan dalam larutan pupuk dan diamkan
selama 8 jam hingga mengembang.
3.4.2. Karakterisasi
3.4.2.1. Analisis Bentuk dan Morfologi (Choi et al, 2002)
Bentuk dan morfologi dari beads ini dilakukan dengan menggunakan alat
Scanning Electron Microscope (SEM). Beads diletakkan pada sample holder
kemudian disalut dengan partikel emas. Sampel kemudian diperiksa di bawah
vakum.
3.4.2.2. Distribusi Ukuran Partikel Beads
Pengukuran beads ini dilakukan dengan menggunakan ayakan bertingkat.
Suatu seri ayakan dengan nomor ayakan 16, 25, dan 35 disusun secara menurun
dari ukuran lubang ayakan yang paling besar. Dua gram beads ditempatkan dalam
ayakan yang paling atas, kemudian mesin pengayak dijalankan selama 10 menit
dengan kecepatan getaran 30 rpm. Masing-masing fraksi dalam ayakan ditimbang.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 33
18
Universitas Indonesia
3.4.3.3. Uji Daya Mengembang
Sebanyak ± 50 mg beads dari setiap formulasi dimasukkan dalam
keranjang dan dicelupkan ke dalam 20 ml larutan aqua demineralisata. Beads
ditimbang pada jam ke-3, 9, 12, 24, 72 dan 1 minggu, serta 2 minggu kemudian.
Penyerapan air ditentukan berdasarkan persamaan berikut:
Daya mengembang= (�����)
��x100
(3.1)
dimana Wn adala berat beads terhidrasi dan W0 adalah berat beads kering.
Ukuran diameter beads juga diukur menggunakan jangka sorong.
3.4.3.4 Penentuan Kadar Air
Kadar air diuji dengan menggunakan alat moisture balance. Sejumlah dua
gram beads diletakkan di atas wadah alumunium secara merata, kemudian
penentuan kadar air dimulai. Nilai yang terbaca pada alat kemudian dicatat.
3.4.3.5. Uji Kandungan Pupuk dalam beads
a. Pembuatan Kurva Standar Magnesium
Larutan standar magnesium 1000 ppm dipipet 4,0 ml ke dalam labu ukur
100,0 ml, dan dilarutkan dalam aquadest sehingga didapatkan larutan standar
magnesium 40 ppm. Kemudian pipet 0,1 ml, 0,4 ml, 0,8 ml, 1,0 ml ke dalam labu
ukur 25,0 ml lalu dilarutkan dalam aquadest. Kemudian diukur dengan
spektrofotometer serapan atom.
b. Uji Kandungan Pupuk
Sebanyak ± 60 mg beads dari setiap jenis polimer digerus sampai hancur
lalu masukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml, dan ditambahkan 5,0 ml HCl 25%,
lalu tambahkan aqua demineralisata hingga batas labu ukur. Kemudian pipet 1,0
ml larutan tersebut ke dalam labu ukur 10,0 ml dan tambahkan aqua
demineralisata sebagai pelarut sampai batas labu ukur kemudian larutan sampel
diukur dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Kadar Mg dihitung dengan
persamaan linier dari kurva standar, hasil yang didapat kemudian dibagi dengan
berat beads lalu dikali 100%.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 34
19
Universitas Indonesia
3.4.3.6. Efisiensi Penjerapan
Sebanyak ± 60 mg beads dari setiap jenis polimer digerus sampai hancur
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 25,0 ml, lalu ditambahkan 5,0 ml HCl 25%
dan aqua demineralisata hingga batas labu ukur. Kemudian pipet 1,0 ml larutan
tersebut ke dalam labu ukur 10,0 ml dan tambahkan aqua demineralisata sebagai
pelarut sampai batas labu ukur, kemudian larutan sampel diukur dengan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Kadar Mg dihitung dengan persamaan
linier kurva standar sehingga jumlah pupuk yang terjerap dapat dihitung.
Efisiensi penjerapan obat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Efisiensi penjerapan =� ������������������ � �
� ������������������� x 100%
(3.2)
3.4.3.7. Uji Pelepasan Pupuk Secara in vitro
Pelepasan pupuk dilakukan dengan menggunakan pengaduk magnetik
dengan kecepatan 100 rpm dalam medium disolusi 200 ml air pada suhu ruangan.
Beads ditimbang ± 50 mg dimasukkan ke dalam medium pelepasan.
Sampel diambil pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180 dan 240.
Volume sampel yang diambil adalah 10 ml, dan tambahkan medium pelepasan
yang baru sehingga volume tetap 200 ml. Larutan sampel diukur dengan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 35
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Optimasi Pembuatan Beads
Penelitian ini diawali dengan penentuan kondisi optimum proses
pembuatan beads, yang mencakup penentuan konsentrasi larutan polimer pektin,
guar gum, xanthan gum, natrium alginat, konsentrasi zink asetat, dan lama
pendiaman dalam larutan zink asetat. Setelah dilakukan optimasi, beads
memberikan hasil optimum pada kondisi percobaan dengan kecepatan
pengadukan 100 rpm, menggunakan larutan pektin 6%, guar gum 0,8%, xanthan
gum 0,8% dan natrium alginat 3%, konsentrasi larutan zink asetat 10% dan lama
pendiaman dalam larutan zink asetat 30 menit.
Optimasi konsentrasi larutan polimer dilakukan untuk melihat syringe
ability. Larutan polimer yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi viskositasnya
agar dapat melewati syringe needle 18 G, sehingga dipilih larutan pektin 6%, guar
gum 0,8%, xanthan gum 0,8% dan natrium alginat 3% yang tidak terlalu tinggi
viskositasnya dan dapat melewati syringe needle 18 G yang digunakan.
Konsentrasi larutan zink asetat akan mempengaruhi bentuk beads yang
dihasilkan. Konsentrasi larutan zink asetat yang dibandingkan adalah 3%, 5%, dan
10%. Beads yang dibuat dengan larutan zink asetat 3% berbentuk sedikit pipih
dan tidak bulat serta saling menempel satu sama lain. Sedangkan beads yang
dibuat dengan larutan zink asetat 5% dan 10% berbentuk bulat. Dipilih larutan
zink asetat 10%, karena beads yang dihasilkan paling bulat dan lebih keras tidak
lengket. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah zink yang mengikat pada
polimer, sehingga semakin besar tautan silang yang terjadi dan bentuk beads pun
semakin bulat.
Optimasi lama pendiaman beads dalam larutan zink asetat dilakukan untuk
menentukan waktu yang dibutuhkan zink asetat untuk berikatan dengan polimer.
Waktu yang dibandingkan adalah 20 menit, 25 menit dan 30 menit. Waktu yang
dipilih untuk mendiamkan beads dalam larutan zink asetat adalah 30 menit. Beads
yang dibuat dengan waktu pendiaman dalam larutan zink asetat selama 20 menit
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 36
21
Universitas Indonesia
tidak berbentuk bulat. Hal ini dikarenakan belum cukupnya waktu yang
dibutuhkan zink untuk berikatan dengan polimer. Beads yang dibuat dengan
waktu pendiaman dalam larutan zink asetat selama 25 menit dan 30 menit
berbentuk bulat. Hal tersebut dikarenakan telah cukupnya waktu yang dibutuhkan
zink untuk berikatan.
4.2 Pembuatan Beads
Pada penggunaan polimer guar gum dan xanthan gum, beads tidak
terbentuk. Larutan polimer ketika diteteskan pada larutan zink asetat, langsung
terlarut tidak membentuk bulatan seperti beads. Hal ini mungkin terjadi karena
konsentrasi guar gum dan xanthan gum sebagai polimer yang terlalu kecil yaitu
0,8%, tetapi jika kosentrasi guar gum dan xanthan gum ditambahkan maka akan
sulit diteteskan menggunakan syringe needle 18G. Pada interaksi guar gum tidak
menghasilkan gel, tetapi hanya meningkatkan kekentalan. Hal ini disebabkan
karena derajat substitusi rantai molekulnya yang tinggi dapat mengurangi
interaksi (Fardiaz 1989). Larutan polimer cenderung menjadi gel karena zat
terlarut terdiri dari rantai yang panjang dan fleksibel dengan ketebalan molekul
yang cenderung menjadi kusut, saling tarik-menarik satu sama lain oleh gaya
valensi sekunder, dan bahkan mengkristal.
Pembuatan beads menggunakan pupuk sebagai model zat aktif dapat
dilakukan dengan dua cara, metode simultan dan metode sekuensial. Metode
simultan dilakukan dengan meneteskan larutan polimer-pupuk ke dalam larutan
zink asetat kemudian beads yang terbentuk disaring dan dicuci dengan aqua
demineralisata selanjutnya dikeringkan. Metode sekuensial dilakukan dengan
meneteskan larutan polimer ke larutan zink asetat, beads kosong yang masih
basah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam larutan pupuk dan didiamkan
beberapa saat, setelah itu beads yang terbentuk disaring dan dicuci dengan
aquademin (Mandal, et al,2010; Lim, L. Y.,&Wan, S. C.,1997). Metode simultan
dilakukan pada polimer alginat dan pektin sedangkan sekuensial pada beads
poliakrilamid yang sudah beredar dipasaran.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 37
22
Universitas Indonesia
4.3 Karakterisasi Beads
Karakterisasi beads alginat dan pektin dilakukan untuk mengetahui
karakter dari beads yang dihasilkan melalui proses pembuatan dengan metode
gelasi ion. Karakterisasi yang diuji adalah bentuk dan morfologi, ukuran beads,
kadar air, efisiensi proses, kandungan pupuk, efisiensi penjerapan, dan profil
pelepasan beads secara in vitro.
4.3.1 Bentuk dan Morfologi
Bentuk dan morfologi beads dianalisis dengan Scanning Electron
Microscope (SEM). Sebelum dilakukan analisa dengan SEM, sampel disalut
terlebih dahulu dengan logam emas menggunakan fine coater di bawah vakum.
Secara organoleptis, beads alginat yang basah berbentuk bulat dan
berwarna biru muda, setelah dikeringkan semalaman pada suhu ruangan beads
tetap berwarna biru muda tetapi sedikit berubah bentuknya pada satu bagian sisi
yang dikarenakan adanya kontak dengan wadah selama proses pengeringan.
Begitu juga halnya dengan beads pektin, berbentuk bulat dan berwarna biru muda
tetapi sedikit memiliki kerutan pada permukaannya, selama proses pengeringann
pada suhu ruangan bentuk beads menjadi lebih keriput. Beads berwana biru muda
disebabkan warna pupuk yang berwarna biru.
Beberapa beads alginat dan beads pektin terlihat ada ekor pada beads. Hal
ini dapat disebabkan penetesan ketika proses pembuatan tidak konstan. Gambar
beads dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Hasil analisis menggunakan SEM
menunjukkan bahwa bentuk beads alginat sudah cukup bulat sedangkan beads
pektin tidak bulat dan terdapat pori-pori pada permukaan beads. Gambar beads
menggunakan SEM dapat dilihat pada lampiran 3-5.
Pada gambar SEM dengan perbesaran 2000 kali terlihat jelas pada beads
pektin terbentuk menyerupai anyaman. Sementara untuk beads alginat dan
poliakrilamid hanya terbentuk seperti kumpulan kapas.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 38
23
Universitas Indonesia
(a) (b) (c)
Gambar 4.1 Gambar SEM pada perbesaran 2000 kali (a) beads alginat,
(b) beads pektin (c) beads poliakrilamid
4.3.2 Distribusi Ukuran Beads
Hasil uji distribusi beads pektin, alginat dan poliakrilamid
menunjukkan bahwa distribusi ukuran beads memiliki ukuran > 1180 µm. Hal ini
dikarenakan pembuatan beads menggunakan syringe needle 18 G yang memiliki
diameter dalam 1,2 mm.
4.3.3 Uji Daya Mengembang
Kemampuan beads untuk mengembang diamati dalam medium air
suling pada suhu ruangan selama beberapa hari. Beads yang telah didiamkan
dalam air kemudian diukur beratnya dan diukur perbedaan diameternya dengan
menggunakan jangka sorong. Ukuran beads pektin dan alginat tidak terlalu
berbeda, yaitu mengembang sebesar 2,63% sedangkan untuk ukuran diameternya
hanya semakin bertambah 1-1,5 mm. Pada seminggu kemudian berat dam ukuran
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 39
24
Universitas Indonesia
diameter juga diukur, dimana hasilnya berkurang sekitar 0,5-1,0 mm dan beratnya
tidak mengalami pengurangan yang berarti, hal ini disebabkan karena terjadinya
sineresis pada beads yang menyebabkan adanya cairan dalam beads keluar dan
menguap. Berbeda dengan beads alginat dan pektin, beads poliakrilamid memiliki
ukuran awal beads sebesar 2 mm tetapi selama pengamatan beads mengembang
hingga 1,5-2 cm. Data lengkap uji daya mengembang dapat dilihat pada
lampiran6.
Beads pektin dan alginat tidak terlalu mengembang, hal ini
menunjukkan pada tautan silang tidak terbentuk ikatan hidrogen yang banyak,
karena semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk maka semakin besar
kemampuan untuk mengembang. Sedangkan jika derajat tautan silang cukup
tinggi, maka beads dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, dan padat yang tidak
dapat digembungkan (Park, Kinam, et al. 1993).
4.3.4 Kadar Air
Pengukuran kadar air dari beads dilakukan dengan menggunakan alat
moisture balance. Hasil pengukuran kadar air pada kedua beads memiliki banyak
air. Karena kadar beads alginat yang didapat adalah 73,01%, 64,51%, 70,49%
sedangkan beads pektin yang didapat adalah 78,68%, 79,31%, 79,03%. Hal ini
menunjukkan bahwa beads yang terbentuk memiliki kadar air yang tinggi. Pada
beads poliakrilamid kadar yang didapat adalah 22,03%, 21,87%, dan 21,83%
yang menunjukkan kadar air beads poliakrilamid lebih kecil daripada beads
pektin dan beads alginat.
4.3.5 Uji Kandungan Pupuk dalam beads
a. Pembuatan Kurva Standar Magnesium
Pembuatan kurva kalibrasi magnesium dilakukan dalam medium aquadest
dan dibuat dengan konsentrasi 0,16; 0,64; 1,28 dan 1,6 ppm dan diukur
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom(SSA).
Dari hasil pengamatan didapat persamaan kurva kalibrasi magnesium yaitu
y = 1,0347x + 0,0609 dengan r = 0,9954
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 40
25
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Magnesium
b. Uji Kandungan
Hasil uji kandungan pupuk magnesium dalam beads alginat, beads
pektin dan beads poliakrilamid adalah 0,035%; 0,038%; dan 0,036%. Kecilnya
kandungan dapat disebabkan karena jumlah perbandingan polimer dan pupuk
sebesar 1:1. Sehingga pupuk tidak dapat terlindungi seluruhnya oleh polimer.
Pupuk yang tidak terlindungi oleh polimer bisa terlarut dalam larutan tautan silang
karena ketika larutan tautan silang diperiksa kadar magnesiumnya mencapai
2,16% yang menunjukkan bahwa adanya pupuk yang terlarut dalam larutan tautan
silang. Selain itu pupuk dapat berdifusi keluar dari beads pada saat proses
pembuatan dan pengeringan. Sifat pupuk yang larut dalam air dapat juga
menyebabkan kecilnya kandungan pupuk dalam beads.
4.3.6 Efisiensi Penjerapan
Hasil efisiensi penjerapan beads alginat, beads pektin dan beads
poliakrilamid sebesar 71,09%; 77,58%; 77,56%. Efisiensi penjerapan obat
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi polimer yang digunakan dan
berhubungan dengan rendahnya kelarutan dalam air (Sivakumar,2011). Dimana
pada hal ini, konsentrasi pektin lebih besar daripada konsentrasi alginat pada
proses pembuatan sehingga efisiensi penjerapan beads pektin lebih besar daripada
beads alginat. Data uji kandungan obat dan efisiensi penjerapan dapat dilihat pada
lampiran 10.
0
0.5
1
1.5
2
0 0.5 1 1.5 2
Se
rap
an
Konsentrasi (ppm)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 41
26
Universitas Indonesia
4.3.7 Uji Pelepasan
Uji pelepasan beads ini dilakukan dengan pengaduk magnetik dengan
kecepatan putaran 100 rpm. Uji pelepasan dilakukan dalam medium aqua
deminarilisata selama 4 jam. Sampel diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer serapan atom. Pengambilan sampel dilakukan pada menit 5, 10,
15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, dan 240.
Pelepasan zat aktif dari beads tergantung pada beads yang dihasilkan,
komposisi dan morfologi polimer, ukuran dan kepadatan beads, serta sifat
fisikokimia dari zat aktif yang dimasukkan ke dalamnya. Pelepasan secara in vitro
juga tergantung pada pH, polaritas dan keberadaan enzim dalam media disolusi.
Proses pelepasan dapat terjadi dengan cara difusi, erosi atau gabungan
keduanya dari matriks (Rani,2010). Proses pelepasan zat aktif yang umum terjadi
pada beads adalah proses difusi. Berdifusi melalui membran dari daerah
konsentrasi tinggi di dalam beads ke daerah konsentrasi rendah
(Krowcynsk,1987).
Dari hasil SEM terlihat adanya pori-pori pada beads yang memungkinkan
mempercepat pelepasan pupuk dari beads. Selain itu, faktor yang dapat
menyebabkan pelepasan pupuk yang cepat adalah kurang sempurnanya proses
enkapsulasi yang terbentuk dari formula, sehingga hasilnya tidak berbeda secara
signifikan.
Baik natrium alginat maupun pektin dapat mudah larut dengan aqua
demineralisata, sehingga medium uji pelepasan ini yaitu aqua demineralisata
dapat masuk ke dalam beads melalui pori-pori yang terdapat pada beads.
Selanjutnya pupuk dapat berdifusi ke luar beads. Hal ini yang menyebabkan
pelepasan pupuknya lebih besar.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 42
27
Universitas Indonesia
Gambar 4.3 Profil pelepasan pupuk magnesium pada beads alginat
Gambar 4.4 Profil pelepasan pupuk magnesium pada beads pektin
0
20
40
60
80
100
120
0 50 100 150 200 250 300
% p
ele
pa
san
pu
pu
k m
ag
ne
siu
m
ak
um
ula
tif
waktu (menit)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 50 100 150 200 250 300% p
ele
pa
san
pu
pu
k m
ag
ne
siu
m
ak
um
ula
tif
Waktu (menit)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 43
28
Universitas Indonesia
Gambar 4.5 Profil pelepasan pupuk magnesium pada beads poliakrilamid
Pada uji pelepasan ini, baik beads alginat, pektin dan poliakrilamid tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Pada menit ke-5 beads alginat, beads pektin
dan beads poliakrilamid menunjukkan pelepaskan pupuk sebanyak 26,54%;
25,90% dan 25,66%. Pada akhir pelepasan yaitu menit ke-240, beads pektin
memiliki %pelepasan terkecil dibandingkan dengan beads alginat dan
poliakrilamid, yaitu 60,61% sedangkan %pelepasan beads alginat dan
poliakrilamid adalah 104,15% dan 81,85%. Hal ini disebabkan karena banyaknya
tautan silang yang terbentuk pada beads pektin seperti terlihat pada gambar SEM
perbesaran 200 kali yang menunjukkan gambar seperti anyaman.
Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah polimer yang menahan laju
pelepasan obat dari beads. Sifat polimer dan pupuk yang mudah larut dengan
aquadest membuat pelepasan terjadi sangat cepat karena aquadest dapat masuk
melalui pori-pori polimer dan membawa pupuk keluar beads. Pembuatan beads
pektin dan alginat secara simultan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dibandingkan dengan beads poliakrilamid dengan metode sekuensial.
Pelepasan cepat dari beads alginat dan poliakrilamid yang berisi pupuk
dikarenakan pupuk tidak terenkapsulasi sempurna dalam beads, Proses pembuatan
beads dengan metode gelasi eksternal dilakukan dengan mendispersikan zat aktif
ke dalam polimer penyalut, dalam hal ini alginat, yang pada pembuatannya
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 50 100 150 200 250 300
% p
ele
pa
san
pu
pu
k m
ag
ne
siu
m
ak
um
ula
tif
waktu (menit)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 44
29
Universitas Indonesia
menggunakan konsentrasi yang tidak terlalu besar, yaitu 3% sehingga polimer
yang menahan pelepasan zat aktifnya tidak terlalu besar.
Metode yang sekuensial yang dilakukan untuk membuat beads
poliakrilamid, menyebabkan zat aktif tidak terjerap di dalam polimer, tetapi
berikatan dengan tangan-tangan polimer. Hal ini juga dapat menjadi penyebab
pelepasan zat aktif yang terlalu cepat serta zat aktif yaitu pupuk, mudah terlarut
oleh medium pelepasan yang digunakan.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 45
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pembuatan beads pektin dan alginat yang mengandung pupuk dengan ratio
polimer dan pupuk (1:1) menggunakan metode gelasi ion belum menghasilkan
beads yang optimal. Daya mengembang dari beads alginat dan beads pektin tidak
terlalu besar, hanya sebesar 2,63% dan pada hasil uji pelepasan masih terlalu
cepat dan tidak berbeda secara signifikan.
5.2. Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan ratio polimer dan pupuk, serta
konsentrasi polimer maupun zink asetat agar beads dapat menahan pelepasan
pupuk.
b. Perlunya alat pembuatan beads metode gelasi ion untuk pembuatan skala besar
agar didapatkan bentuk beads yang seragam dan optimal.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 46
31
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Choi, B.Y., H.J. Park, S.J. Hwang, J.B. Park. (2002). Preparation of Alginate
Beads for Floating Drug Delivery System: Effect of CO2 Gas-Forming
Agents. International Journal of Pharmaceutics (239), 81-91.
Deasy, B. P.(1984). Microencapsulation and Releated Drug Processes. New
York: Marcel Dekker.80-85
Dogra., S. (2011). A Chitosan-Polymer Hydrogel Bead System For A Metformin
HCl Controlled Release Oral Dosage Form. The University of Toledo. 16-
20
Fardiaz D. (1989). Hidrokoloid. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Institut Pertanian Bogor. 30-35.
Fattal, E., Andremont, A., Pradeau, D.,Gernet, M., dan Bourgeois, S., (2006).
Evaluation of Critical Formulation Parameters Influencing The Bioactivity
of b-Lactamases Entrapped in Pectin Beads. Elsevier. 324.
Garcia-Ochoa, F., Santos, V., Casas, J., & Gomez, E. (2000). Xanthan gum:
Production, Recovery, and Properties. Biotechnology Advances , 549-579.
Gliksman M. (1980). Food Hydrocoloids vol 1. Florida: CRC Press.152.
Gupta, M.N., Sardar, M., Roy, I. (2005). Cross-linking alginate-Guar Gum Beads
as Fluidized Bed Affinity Media for Purification of Jacalin. Elsevier.193-
198.
Hardjowigeno, S. (1992). Ilmu Tanah. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Mediyatama
Sarana Perkasa. 85-87.
Harmita.(2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Jakarta: Cipta Kreasi Bersama.
87-100.
Jha, S. K., Stanislaus, F., D'Souza. (2004). Preparation of Polyvinyl Alcohol-
Polyacrylamide Composite Polymer Membrane by g-irradiation for
Entrapment of Urease. Journal of Biochemical and Biophysical Methods.
215-218.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 47
32
Universitas Indonesia
Khazaeli, Payam, Abbas Pardakhty and Fershtes Hassanzadeh.(2008).
Formulation of Ibuprofen Beads by Ionotropic Gelation. Iranian Jurnal of
Pharmaceutical Research 7 (3). 163 – 170.
Kirk, R.E, Othmer, D.F. (1958). Encyclopedia of Chemical Technology “. Vol.14
The Interscience Encyclopedia Inc. New York. 2-5.
Liu, X. D., Yu, W. Y., Zhang, Y., Xue, W. M., Yu, W. T., Xiong, Y., et al.
(2002). Characterization of Structure and Diffusion Behaviour of Ca-
alginate Beads Prepared with External or Internal Calcium Sources.
Journal of Microencapsulation, 19, 775-782
Liu, X., Xue, W., Liu, Q., Yu, W., Fu, Y., Xin, X., et al (2004). Swelling
Behavior of Alginate-chitodan Microcapsules Prepared by External
Gelation or Internal Gelation Technology. Carbohyfrate Polymer,56, 459-
464.
Mandal, S., Kumar, S. S., Khrisnamoorthy, B., Basu, S. K. (2010). Development
and Evaluation of Calcium Alginate Beads Prepared by Sequential and
Simultaneous Methods. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences Vol
46 No 4, 785-793.
Metters, A.T., Lin, C. (2006). Hidrogels in Controlled Release Formulation:
Network Design and Mathematical Modeling. Elsivier. 1379-1408.
Mughal. M. A., Iqbal. Z., dan Henry. S. (2011). Guar Gum, Xanthan Gum, and
HPMC Can Define Release Mechanisms and Sustain Release of
Propranolol Hydrochloride. AAPS PharmSciTech, Vol. 12, No. 1.
Novizan. (1999). Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: PT Mitratani Mandiri
Perdana.
Nussinovitch, Amos. (2010). Polymer Macro- and Micro-gel Beads.
Fundamentals and Applications. London: Springer.
Park, Kinam, et al. (1993). Biodegradable Hydrogels for Drug Delivery.
Pennsylvania: Technomic Publishing Company, Inc.
Poncelet, D., V. Babak, C. Dulieu, A. Picot. (1999). A Physico-chemical
Approach of Alginate Beads by Emulsification-Internal Ionotropic
Gelation. Colloid and Surfaces A: Physicochemical and Engineering
Aspects (155). 171–176.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 48
33
Universitas Indonesia
Prabaharan., M. (2011). Prospective of Guar Gum and Its Derivatives As
Controlled Drug Delivery Systems. International Journal of Biological
Macromolecules 49.117-124.
Rani, Manjusha, Anuja Agarwal, Yuvraj Singh Negi. (2010). Review : Chitosan
Based Hydrogel Polymeric Beads – As Drud Delivery System.
BioResources 5(4), 2765-2807.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Owen, S.C. (2006). Handbook of Pharmaceutic
excipients 5th Edition. London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association. 782-785.
Rowe, Raymond C, Paul J. Shekey, and Marian E. Quinn. (2009). Handbook of
Pharmaceutical Excipien 6th ed. Pharmaceutical Press and American
Pharmacists Association: Italy. 478-479.
Shukla, R. K., Tiwari, A. (2012). Carbohydrate Polymers: Applications and
Recent Advances in Delivering Drugs to The Colon. ELSEVIER , 399-416.
Sivakumar, R., Rajendran, N., & Narayanan, N. (2011). Design of Mucoadhesive
Hydropilic Beads Entrapped with Ketoprofen for Delivery Into Small
Intestine. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical
Sciences.
Sulaiman., Suparto., Eviati. (2005). Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air Dan
Pupuk. Bogor: Balai Penelitian Tanah. 90-92.
S. M. Al-Saidana, Y. S. R. Krishnaiah, V. Satyanarayanab, P. Bhaskarc and R.
S.(2004). Karthikeyanc Pharmacokinetic evaluation of guar gum-based
three-layer matriks tablets for oral controlled delivery of highly soluble
metoprolol tartrate as a model drug. European journal of pharmaceutical
and Biopharmaceutics. Volume 58, Pages 697-70
Swarbrick, J. (2002). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. New York:
Informa Healthcare. 1071-1081.
Taha, M. O., Nasser, W., Ardakani, A., AlKhatib, H. S. (2008). Sodium Lauryl
Sulfate Impedes Drug Release From Zinc-Tautan silang Alginate Beads:
Switching from Enteric Coating Release Into Biophasic Profiles.
International Journal Of Pharmaceutics , 291-300.
Thaned.P., Satit.P. (2007). Xanthan-Alginate Composite Gel Beads: Molecular
Interaction and In Vitro Characterization. Elsevier. 61-71.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 49
34
Universitas Indonesia
THE MERCK INDEX 9th
edition Merck & Co,Inc.,Rahway,N.J.,U.S.A 1976
Tsapis, N., Khoder, M., Huguet, H., Besnard, M., Gueutin, C., & Fattal, E. (2009).
Removal of Ciprofloxacin in Simulated Digestive Media by Activated
Charcoal Entrapped Within Zinc-Pectinate beads. International Journal of
Pharmaceutics , 251-259.
United States Pharmacopoeial Convention. (2007). The United States
Pharmacopoeia, 30th revision and The National Formulary, 25th revision.
Rockville: United States Pharmacopoeial Convention, Inc.
Wang T, Turhan M, Gunasekaram S. (2004). Selected properties of pH-sensitive,
biodegradable chitosan-poly(vinylalcohol) hydrogel. Society of Chemical
Industry. Polym Int 53: 911-918.
Whistler, R. L. (1959). Industrial Gums: Polysaccharides and Their Derivatives.
New York: Academic.
Winarno F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Wong, T.W., Lee, H. Y., Chan, L.W., Heng, P.W. S. (2002). Drug release
properties of pectinate microspheres prepared by emulsification method.
Int. J. Pharm. 242:233–237.
Y.S.R. Krishnaiah, T. Rama Rao, M. Ushashree., S. Satyanarayana, A study on
the in vitro evaluation of guar gum as a carrier for oral controlled drug
delivery. Saudi Pharm. J. 9 (2001), pp. 91–98.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 50
LAMPIRAN
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 51
Daftar Lampiran
Lampiran Gambar 1-6hg
Lampiran Tabel 7-110
Lampiran Perhitungan 12-13
Lampiran Sertifikat Analisis 14-18
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 52
Lampiran 1. Beads pektin dan alginat basah
Lampiran 2. Beads (a)Alginat dan (b)Pektin kering
(a)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 53
(b)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 54
(a)
(b)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 55
Lampiran 3. Gambar hasil
scanning
electron
microscope
(SEM) beads
alginat
dengan
perbesaran 50
kali (a), 500
kali (b) dan
2000 kali (c)
(c)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 56
Lampiran 4. Gambar hasil scanning electron microscope (SEM) beads pektin
dengan perbesaran 500 kali (a) dan 2000 kali (b)
(a)
(b)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 57
Lampiran 5. Gambar hasil scanning electron microscope (SEM) beads
poliakrilamid dengan perbesaran 500 kali (a), dan 2000 kali (b)
(a)
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 58
(b)
Lampiran 6. Gambar alat-alat yang digunakan
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 59
Lampiran 7. Tabel data uji daya mengembang
Waktu
(jam)
Diameter (mm)
Alginat Pektin Poliakrilamid
3 2,8 2,7 2,7 3 2,9 3 3 3,1 3
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 60
9 3 2,9 2,8 3,1 3 3 12 12,3 12,1
12 3,1 3 3 3,2 3 3,1 13,2 13 13,1
24 3 2,9 3 3,2 3,1 3 13,3 13,1 13,1
72 3 2,8 2,9 3 3 3 13,2 13,1 13,1
1minggu 2,9 2,7 2,8 2,9 3 2,9 13,2 13,1 13,2
Waktu
(jam)
Berat (mg)
Alginat Pektin Poliakrilamid
3 15,2 15,3 15,3 15,3 15,2 15,2 100 110 100
9 15,3 15,3 15,2 15,1 15,3 15,2 150 150 150
12 15,2 15,2 15,2 15,2 15,3 15,1 150 155 150
24 15,2 15,1 15,1 15,2 15,1 15,3 155 155 150
72 15,1 15,2 15,2 15,1 15,3 15,3 165 155 155
1minggu 15,2 15,2 15,2 15,1 15,3 15,2 165 155 165
Lampiran 8. Tabel data kadar air
Beads Berat(g) Suhu(0C) Waktu(menit) Kadar air(%)
Alginat
2,025 105 26,5 70,49
2,030 106 24,20 64,51
2,023 106 26,20 73,01
Pektin
2,030 105 24,39 78,68
2,025 106 24,40 79,31
2,028 105 25,0 79,03
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 61
Poliakrilamid
2,030 104 28,30 21,87
2,035 103 26,19 22,03
2,025 104 26,25 21,83
Lampiran 9. Tabel data kurva kalibrasi larutan satandart magnesium dalam
medium aquadest
Konsentrasi (ppm) Serapan (A)
0 0,0103
0,16 0,2314
0,64 0,7968
1,28 1,3944
1,6 1,679
Persamaan kurva kalibrasi: y = 1,0347x + 0,0609, r = 0,9954
Lampiran 10. Tabel data uji kandungan dan efisiensi penjerapan
Beads Berat beads
yang
ditimbang
(mg)
Serapan
(A)
Kandungan zat
aktif (mg)
Efisiensi
Penjerapan
(%)
Rata-rata
efisiensi
penjerapan
(%)
Alginat 62,5 0,163 0,0246 78,94
71,09 63,1 0,1435 0,0199 63,25
Pektin 62,5 0,1876 0,0306 97,96
77,58 63,6 0,1362 0,0181 57,21
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 62
Poliakrilamid 62,5 0,1876 0,0306 97,96
77,56 63,6 0,1362 0,0181 57,22
Lampiran 11. Tabel data uji pelepasan pupuk magnesium
Waktu
(menit)
% pelepasan pupuk magnesium akumulatif
Alginat Pektin Poliakrilamid
5 26,54 ± 0,53 25,90 ± 0,51 25,66 ± 0,51
10 42,47 ± 0,84 29,33 ± 0,58 29,40 ± 0,58
15 48,34 ± 0,96 33,75 ± 0,67 40,67 ± 0,81
30 54,41 ± 1,08 31,65 ± 0,63 40,47 ± 0,80
45 53,94 ± 1,07 37,38 ± 0,74 41,27 ± 0,82
60 58,06 ± 1,16 39,60 ± 0,79 51,02 ± 1,02
90 71,19 ± 1,42 48,47 ± 0,96 54,08 ± 1,08
120 77,76 ± 1,55 46,30 ± 0,92 60,94 ± 1,21
180 94,47 ± 1,88 69,30 ± 1,38 74,10 ± 1,48
240 104,15 ± 2,08 60,61 ± 1,21 81,85 ± 1,63
Lampiran 12. Perhitungan kandungan pupuk dalam beads dan efisiensi
penjerapan
Persamaan kurva kalibrasi dalam medium aquadest
y = 0,0609 + 1,0347x
berat beads yang ditimbang = 62,5 mg
Sejumlah beads digerus kemudian ditimbang ± 60 mg, lalu dimaksukkan ke
dalam labu ukur 25,0 ml, kemudian tambahkan 1,0 ml HCl 25% lalu larutkan
dengan aqua deminalisata hingga batas labu. Pipet 1,0 ml ke labu ukur 10,0 ml
lalu larutkan dengan aqua demineralisata hingga batas labu dan diukur
serapannya.
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 63
Kadar pupuk (mg) = (���)���
�× !!!
Contoh perhitungan pada beads alginat:
Kadar pupuk (mg) = (!, #$�!,!#!%)× !×&'
,!$()× !!! = 0,0246 mg
Berarti dalam 62,5 mg beads terdapat 0,0246 mg pupuk
Berat pupuk magnesium teoritis = 50% x 62,5 = 31,25 x 0,1% = 0,03125 mg
Jadi, Efisiensi penjerapan = !,!&(#��
!,!$ &'�� x 100% = 78,94%
Kandungan pupuk magnesium dalam beads = !,!&(#��
#&,'�� x 100% = 0,0394%
Lampiran 13. Perhitungan pelepasan
Persamaan garis yang diperoleh dari y = a + bx
Perhitungan kandungan zat dalam sampel
Kadar (mg) = (���)���
�× !!!
Jumlah pelepasan magnesium dari beads
Menit ke-5 = (�'��)���
�× !!!
Menit ke-10 = (� !��)���
�× !!! +
(�'��)���
�× !!!
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 64
Menit ke-15 = (� '��)���
�× !!! +
(� !��)���
�× !!! +
(� '��)���
�× !!!
Menit ke-n = (����)���
�× !!! + .... +
(�'��)���
�× !!!
Keterangan:
y = serapan magnesium
Fp = faktor pengenceran
M = volume medium disolusi
S = volume sampling
a = koefisien intersep
b = slope
Contoh perhitungan:
Persamaan garis linear y = 1,0347x + 0,0609
Diketahui:
M = 200 ml a = 0,0609
S = 10 ml b = 1,0347
Fp = 1
Lampiran 14. Sertifikat analisis pektin
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 65
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 66
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 67
Lampiran 15. Sertifikat analisis natrium alginat
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 68
Lampiran 16. Sertifikat analisis guar gum
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 69
Lampiran 17. Sertifikat analisis xanthan gum
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012
Page 70
Lampiran 18. Sertifikat analisis zink asetat
Pembuatan dan..., Fathia Ayuningtyas, FMIPA UI, 2012