UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6 PERIODE 8 APRIL – 11 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAFAEL ADI AGUSTAMA, S.Farm. 1206313570 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
105
Embed
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351127-PR-Rafael Adi.pdf · universitas indonesia . laporan praktek kerja profesi apoteker
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING
JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6
PERIODE 8 APRIL – 11 MEI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RAFAEL ADI AGUSTAMA, S.Farm. 1206313570
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING
JAKARTA UTARA JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6
PERIODE 8 APRIL – 11 MEI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RAFAEL ADI AGUSTAMA, S.Farm. 1206313570
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :
Nama : Rafael Adi Agustama, S. Farm. NPM : 1206313570 Program Studi : Profesi Apoteker - Fakultas Farmasi UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana
Jl. Boulevard Gading Timur Raya Kav.6 Kelapa Gading, Jakarta Utara Periode 8 April – 11 Mei 2013
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Selvyana C. Palit, S.Si., Apt. (………………….)
Pembimbing II : Dr. Harmita, Apt. (………………….)
Penguji :…………………….. (………………….)
Penguji :…………………….. (………………….)
Penguji :…………………….. (………………….)
Ditetapkan di : ………….
Tanggal : ………….
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Mitrasana Jl. Boulevard Gading Timur Raya
Kav.6, Jakarta Utara yang telah dilaksanakan pada 1 April – 4Mei 2013. Praktek
Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan
wawasan kefarmasian mengenai farmasi di apotek sebelum melakukan
pengabdian sebagai Apoteker. Penyelesaian laporan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
Penulis menyadari penyelesaian laporan ini tidak hanya atas hasil usaha
sendiri, melainkan karena bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Selvyana C. Palit, S.Si., Apt., selaku Operational Manager PT. Millenia
Dharma Insani dan pembimbing PKPA yang telah membimbing dan
memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.
2. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing dan Ketua Program
Pendidikan Profesi Apoteker dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap MS., selaku Ketua Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
4. Bapak Sie Djohan selaku Director of Corporate Business Development &
Management System PT. Kalbe Farma, Tbk., yang telah bersedia
memberikan kesempatan praktek kerja di apotek Mitrasana.
5. Ibu Hubertina Indrawati selaku Regional Operational Manager di PT.
Millenia Dharmai Insani, yang telah memberikan bimbingan dan wawasan
selama PKPA di Mitrasana.
6. Ibu Elvana Sakinah selaku Store Manager di Apotek Mitrasana Pesona
Khayangan yang telah mengarahkan, dan memberikan bimbingan.
7. Seluruh staf dan karyawan Mitrasana baik di Kelapa Gading, Jakarta Utara
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
(Head Office) maupun di Pesona Khayangan, Depok (Outlet), atas
keramahan dan bantuan yang diberikan.
8. Seluruh staf pengajar, tata usaha dan karyawan di Program Pendidikan
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan, didikan
serta bantuan dan masukan selama ini.
9. Keluarga yang sudah banyak memberi bantuan dan dukungan selama ini.
10. Teman-teman Apoteker angkatan 76 yang sudah berjuang bersama untuk
menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi UI.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis sangat terbuka menerima kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan laporan ini. Penulis juga berharap
semoga apa yang dituangkan dalam laporan ini memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi pembaca.
Jakarta, 1 Juni 2013
Penulis
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rafael Adi Agustama, S.Farm. NPM : 1206313570
Program Studi : Profesi Apoteker
Departemen : -
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan Kerja Praktek demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK MITRASANA KELAPA GADING JAKARTA UTARA
JL. BOULEVARD GADING TIMUR RAYA KAV. 6
PERIODE 8 APRIL – 11 MEI 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia
/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 30 Juli 2013
Yang menyatakan
(Rafael Adi Agustama, S.Farm.)
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN UMUM .............................................................................. 3 2.1. Aspek Legalitas dan Organisasi ....................................................... 3 2.2. Aspek Pengelolaan Sumber Daya .................................................. 17 2.3. Aspek Pelayanan ............................................................................ 21
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ......................................................................... 33 3.1. PT. Kalbe Farma, Tbk. ................................................................... 33 3.2. PT. Millenia Dharma Insani ........................................................... 36 3.3. Mitrasana Apotek-Healthmart-Laboratorium-Dokter ................... 37
BAB 4. PEMBAHASAN ................................................................................... 43 4.1. Lingkungan Apotek ....................................................................... 43 4.2. Pengadaan Barang Apotek ............................................................. 44 4.3. Tata Letak Produk .......................................................................... 45 4.4. Administrasi Apotek ...................................................................... 46
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 48 5.1. Kesimpulan .................................................................................... 48 5.2. Saran .............................................................................................. 48
DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 49
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ vi
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Proses Pemberian Izin Apotek ........................................... 12 Gambar 2.2. Perhitungan BEP ............................................................................ 16 Gambar 2.3. Perhitungan ROI ............................................................................. 17 Gambar 2.4. Perhitungan PBP ............................................................................ 17 Gambar 3.1. Logo Kalbe ..................................................................................... 35 Gambar 3.2. Logo Mitrasana .............................................................................. 38
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Perseroan ........................................................ 50 Lampiran 2. Struktur Organisasi Grup Kalbe ..................................................... 51 Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Millenia Dharma Insani ........................... 52 Lampiran 4. SOP Penjualan OTC/ Minimarket .................................................. 53 Lampiran 5. SOP Penjualan Obat Resep Dalam ................................................. 54 Lampiran 6. SOP Penjualan Obat Resep Luar ................................................... 57 Lampiran 7. SOP Pendaftaran Klinik ................................................................. 58 Lampiran 8. SOP Pendaftaran Pasien Baru......................................................... 59 Lampiran 9. SOP Klinik atau Praktek Dokter .................................................... 60 Lampiran 10. SOP Pelayanan Laobratorium atau Rontegen .............................. 61 Lampiran 11. SOP Pengambilan Sampel ........................................................... 62 Lampiran 12. SOP Rujukan Sampel Laboratorium ........................................... 63 Lampiran 13. SOP Layan Antar .......................................................................... 64
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan mencakup kesehatan individu maupun masyarakat. Kesehatan
masyarakat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan
kehidupan bangsa serta berperan penting dalam pembangunan nasional.
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun
sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (Undang-Undang No. 36 tahun 2009).
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara optimal, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan kesehatan
tersebut, diperlukan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang optimal, satu
diantaranya adalah sarana kesehatan, yaitu tempat diselenggarakannya upaya
kesehatan tersebut (Pemerintah Republik Indonesia, 2009).
Obat sebagai salah satu komponen yang digunakan dalam upaya kesehatan
pada dasarnya merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh jika penggunaannya
tidak dilakukan secara tepat apalagi jika disalahgunakan. Untuk itu peredaran
obat-obatan diatur oleh pemerintah. Pendistribusian obat dilakukan dan diawasi
oleh tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya dan untuk memperolehnya maka
terdapat sarana khusus yang pendiriannya juga harus mendapat izin pemerintah.
Salah satu sarana resmi yang memperoleh izin dari pemerintah untuk
mendistribusikan obat-obatan ke tangan masyarakat yaitu apotek.
Apotek merupakan sarana distribusi obat dan perbekalan farmasi yang
berperan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat
dapat memperoleh perbekalan farmasi yang bermutu dan terjamin serta terjangkau
harganya. Apotek juga berperan sebagai sarana pemberian informasi obat kepada
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya sehingga kedua pihak tersebut
mendapat pengetahuan yang benar tentang obat dan turut meningkatkan
penggunaan obat secara rasional.
Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang mengabdikan diri di apotek harus
memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Apoteker juga bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola apotek yang
secara tidak langsung berkaitan dengan keselamatan masyarakat dalam
menggunakan obat. Selain itu apoteker diharapkan berperan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan misalnya dalam hal informasi obat kepada
masyarakat tentang penggunaan obat yang aman, tepat dan rasional.
Berkaitan dengan besarnya fungsi apotek dan peran apoteker dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian yang menyatakan
bahwa apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Apoteker di apotek berperan dalam menyediakan dan
menyalurkan obat serta perbekalan farmasi lainnya.
Peranan apoteker di apotek diharapkan lebih berkembang dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan sumber daya
apoteker, maka calon apoteker wajib mengikuti pendidikan teknis mengenai
pengelolaan apotek. Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan
gerai Apotek Mitrasana menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Mitrasana yang berlangsung selama 6 minggu, periode 8 April
- 11 Mei 2013. Dengan adanya latihan praktek kerja profesi apoteker tersebut,
calon apoteker diharapkan dapat memahami secara langsung mengenai peranan,
kegiatan rutin, organisasi, manajemen dan pelayanan kesehatan di apotek.
1.2. Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Mitrasana yang
diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bertujuan untuk:
a. Memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek.
b. Memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non
teknis kefarmasian.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Aspek Legalitas dan Organisasi
2.1.1. Definisi, Tugas, dan Organisasi Apotek
Peraturan umum tentang perapotekan yang terbaru dan sampai saat ini
masih berlaku adalah Kepmenkes RI No. 1027 Tahun 2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang disusun sebagai pedoman praktek serta
melindungi profesi apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian. Apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker (Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian). Pengertian yang lainnya, yang dimaksud dengan apotek adalah
suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek).
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Pengaturan pekerjaan kefarmasian bertujuan untuk melindungi pasien dan
masyarakat dalam memmperoleh/mendapatkan sediaan/jasa farmasi, dan
memberikan kepastian hokum bagi pasien, masyarakat, dan tenaga kefarmasian
(Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian).
Apotek didefinisikan sebagai suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Adapun tugas dan
fungsi apotek adalah (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang tugas dan
fungsi apotek):
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
2.1.2. Persyaratan Apotek
Persyaratan umum apotek harus memperhatikan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut (Permenkes No. 922/MenKes/Per/X/1993):
a. Untuk mendapatkan ijin, Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan
pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan termasuk sediaan farmasi, dan perbekalan lainnya yang
merupakan milik sendiri atau pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi.
Mengenai sarana dan prasarana apotek, apotek mempunyai ketentuan
sebagai berikut (Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek):
a. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya.
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh Apoteker
untuk memperoleh informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya.
g. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga/pest.
h. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari
pendingin.
i. Apotek harus memiliki:
1) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
2) Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur/materi informasi.
3) Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan
meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
4) Ruang racikan.
5) Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.
6) Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap, dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari
debu, kelembaban, dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada
kondisi ruangan dengan temperatur yang sudah ditetapkan.
2.1.3. Tenaga Kerja Apotek
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian
yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker. Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi/Asisten
Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat tanda registrasi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.889/MENKES/PER/V/2011).
Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta
ketrampilan dibidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu
Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Ketentuan beberapa
pelimpahan tanggung jawab pengelola apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 19):
a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA
harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker
yang telah bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau
menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
b. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan
melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker
Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut
tidak berada ditempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah
memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek
lain.
c. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
setempat dengan menggunakan formulir model APT.9.
d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
e. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apoteker atas nama Apoteker
yang bersangkutan dapat dicabut.
Ketentuan lainnya yang diperlukan (Permenkes No.
922/Menkes/Per/X/1993 pasal 20 – 23):
a. Apoteker Pengelola Apotek bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh Apoteker pendamping maupun Apoteker Pengganti,
dalam pengelolaan apotek.
b. Apoteker Pendamping bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pelayanan
kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas mengganti APA.
c. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena
penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima
resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti
dengan pembuatan berita acara.
Ketentuan tambahan (Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 pasal 24):
a. Apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan
kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
b. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, pada
pelaporan dimaksud no (1) wajib disertai penyerahan resep, narkotika,
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika.
c. Pada penyerahan dimaksud no (1) dan (2), dibuat Berita Acara Serah Terima
sebagaimana dimaksud pasal 23 ayat (2) kepada kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT.11 dengan
tembusan kepada Kepala Balai POM setempat.
2.1.4. Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek
Persyaratan menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah sebagai
Mitrasana didirikan pada tanggal 18 Januari 2008 di Cikarang baru oleh
pendiri Grup Kalbe, yaitu dr. Boenjamin Setiawan, Ph. D. Pendirian sarana
pelayanan kesehatan Mitrasana dilatarbelakangi oleh dua hal. Pertama, Mitrasana
berupaya mendukung program pemerintah dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama (primary health care) yang bermutu dan terjangkau.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dimaksud adalah pelayanan dokter
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
umum dan pelayanan ini diharapkan dapat diakses oleh masyarakat, baik dari
kalangan ekonomi bawah, menengah, maupun dari kalangan ekonomi atas.
Kedua, Mitrasana diharapkan menjadi strategic alignment bagi seluruh
satuan unit bisnis Grup Kalbe, yaitu memberikan pelayanan kesehatan bagi
seluruh karyawan Grup Kalbe.
3.3.2. Nama dan Logo
Nama Mitrasana berasal dari dua kata, yaitu “mitra” yang berarti sahabat,
partner, atau rekan, dan “sana” yang berasal dari bahasa Latin dan berarti sehat,
sehingga Mitrasana ingin merangkul pasien atau pelanggan dengan menjadi
sahabat mereka di bidang kesehatan. Hal ini juga ditunjukkan pada logo Mitrasana
yang menggambarkan penyedia layanan kesehatan dan pelanggan yang
bergandengan tangan. Bentuk logo yang menyerupai hati menggambarkan bahwa
pelayanan di Mitrasana dilakukan dengan sepenuh hati. Adapun logo Mitrasana
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Logo Mitrasana
3.3.3. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi penyedia layanan kesehatan primer, satu atap bagi keluarga
Indonesia, dengan pelayanan prima, harga terjangkau, dan jaringan luas.
2. Misi
Misi yang diusung oleh Mitrasana antara lain:
a. Layanan kesehatan yang bermutu dengan harga yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.
b. Layanan kesehatan yang ramah dan penuh perhatian.
c. Lokasi gerai yang dekat dengan perumahan dan perindustrian.
d. Saluran distribusi produk kesehatan (obat, alat kesehatan, dsb.) dan
makanan kesehatan langsung kepada konsumen.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
3.3.4. Moto
Solusi sehat yang nyaman dan terjangkau bagi Anda dan keluarga.
3.3.5. Core Value
Nilai inti yang dijunjung oleh Mitrasana adalah Panca Sradha, yaitu:
3.3.5.1. Trust (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah perekat hidup kami. Trust mencakup:
1. Menghargai orang lain dan memperlakukan mereka seperti kita ingin
diperlakukan.
2. Mempercayai bahwa setiap orang punya potensi dan percaya bahwa setiap
orang mampu menggunakan potensinya semaksimal mungkin.
3. Menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran.
3.3.5.2. Mindfulness (Kesadaran)
Kesadaran adalah dasar dari setiap tindakan kami. Mindfulness mencakup:
1. Peka dan peduli terhadap harapan seluruh pemangku kepentingan.
2. Peka dan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan.
3. Menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan dalam bertindak dan mengambil
keputusan
3.3.5.3. Innovation (Inovasi)
Inovasi merupakan kunci keberhasilan kami. Innovation mencakup:
1. Menghargai semangat kewirausahaan dengan menjadi pelopor yang inovatif.
2. Tekat untuk meningkatkan kualitas hidup melalui inovasi berdasarkan
kebutuhan pelanggan dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.
3. Senantiasa menerapkan cara-cara baru dalam berbisnis untuk memenangkan
persaingan.
3.3.5.4. Strive to be the best (bertekad untuk menjadi yang terbaik)
Tekad untuk menjadi yang terbaik mencakup:
1. Menginspirasi dan membekali setiap individu untuk mencapai sasaran yang
menantang.
2. Membudayakan proses belajar dan perbaikan yang berkesinambungan.
3.3.5.5. Interconnectedness (Saling keterkaitan)
Interconnectedness adalah panduan hidup kami. Hal ini mencakup:
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
1. Mengutamakan kerja sama tim dalam keragaman budaya dengan suasana kerja
yang hangat dan menyenangkan.
2. Percaya bahwa kesuksesan perusahaan bergantung pada keharmonisan
karyawan dan keluarganya.
3. Berkontribusi pada masyarakat dan manfaat sumber daya lingkungan secara
bertanggung jawab untuk menjaga kesinambungan.
3.3.6. Lokasi
Pada tahun 2008, terdapat 4 gerai yang tersebar di Cikarang dan Bekasi,
yaitu Mitrasana Ruko Roxy (Cikarang Baru), Taman Aster, Graha Asri, dan Mega
Regency. Pada tahun 2010, Mitrasana diharapkan mampu memperbanyak
cabangnya hingga 56 gerai. Pada tahun 2012 Mitrasana menutup dua gerainya,
yaitu: gerai yang berlokasi di Vila Melati Mas dan Sunter. Dalam rangka
pengembangan bisnis, pada tahun 2012 Mitrasana juga berencana membuka
beberapa gerai baru di daerah Bekasi yaitu: pada daerah Kali Abang, Pondok
Ungu Permai, Grand Wisata, Vila Nusa Indah, dan Pekayon.
3.3.7. Pelayanan
Pelayanan kesehatan yang terdapat pada Mitrasana terdiri atas apotek,
healthmart, laboratorium, dan praktek dokter (dokter umum, gigi, dan spesialis).
Layanan apotek dari Mitrasana menyediakan obat-obatan yang terjamin
keasliannya dengan harga yang terjangkau, dan layanan antar yang gratis.
Healthmart atau swalayan kesehatan menyediakan kategori produk kesehatan,
seperti obat OTC (Over The Counter), vitamin dan suplemen, obat tradisional,
produk perawatan tubuh, produk perawatan bayi, serta alat kesehatan.
Laboratorium Mitrasana menggunakan peralatan yang otomatis dan mampu
memberikan hasil yang akurat, didukung oleh tenaga analis yang kompeten, serta
memberikan layanan pengambilan sampel di rumah. Praktek dokter atau dokter
keluarga yang dimiliki Mitrasana memberikan layanan kunjungan dokter ke
rumah (home visit) dan konsultasi melalui telepon. Keunggulan yang dimiliki oleh
Mitrasana antara lain:
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
1. Jaringan yang luas, yaitu memiliki beberapa gerai yang tersebar di beberapa
wilayah.
2. Sistem informasi yang terintegrasi dan online, yaitu sistem informasi untuk
pelayanan pasien, stok obat, dan pembelian yang terpusat (central
procurement).
3. Kualitas dan kelengkapan produk, mulai dari obat OTC, ethical, hingga alat
kesehatan.
4. One Stop Services, yaitu pelayanan dalam satu atap meliputi: layanan apotek,
dokter, laboratorium, dan healthmart.
5. Pelayanan dokter keluarga, diwujudkan melalui pelayanan homecare,
homevisit, dan follow up pasien setelah tiga hari berobat di Mitrasana dengan
tujuan menuntaskan terapi pasien dan tidak lanjut jika terjadi keluhan lain.
3.3.8. Operasional Mitrasana
Operasional Mitrasana bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh
kegiatan operasional di gerai. Sejak tahun 2009 Mitrasana telah memiliki
Standard Operational Procedure (SOP) agar seluruh kegiatan operasional
Mitrasana terlaksana sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan oleh
departemen operasional Mitrasana. Terdapat sepuluh SOP yang dirancang oleh
operasional Mitrasana. Adapun SOP yang dirancang oleh operasional Mitrasana
antara lain:
1. SOP Penjualan OTC/ Minimarket
SOP Penjualan OTC/ Minimarket dapat dilihat pada Lampiran 4.
2. SOP Penjualan Obat Resep Dalam
SOP Penjualan Obat Resep Dalam dapat dilihat pada Lampiran 5.
3. SOP Penjualan Obat Resep Luar
SOP Penjualan Obat Resep Luar dapat dilihat pada Lampiran 6.
4. SOP Pendaftaran Klinik
SOP Pendaftaran Klinik dapat dilihat pada Lampiran 7.
5. SOP Pendaftaran Pasien Baru
SOP Pendaftaran Pasien Baru dapat dilihat pada Lampiran 8.
6. SOP Klinik/ Praktek Dokter
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
SOP Klinik/ Praktek Dokter dapat dilihat pada Lampiran 9.
7. SOP Laboratorium/ Rontgen
SOP Laboratorium/ Rontgen dapat dilihat pada Lampiran 10.
8. SOP Pengambilan Sampel/ Persiapan Rontgen
SOP Pengambilan Sampel/ Persiapan Rontgen dapat dilihat pada Lampiran
11.
9. SOP Rujukan Sampel Laboratorium
SOP Rujukan Sampel Laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 12.
10. SOP Layan Antar
SOP Layan Antar dapat dilihat pada Lampiran 13.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lingkungan Apotek
Apotek Mitrasana Pesona Khayangan merupakan salah satu gerai yang
dimiliki Mitrasana Kalbe. Apotek Mitrasana Pesona Khayangan terletak di Jalan
M. Yusuf Blok B No. 6 Mekarjaya, Sukmajaya, Depok. Letak Apotek Mitrasana
cukup strategis yaitu terletak di sekitar dua pintu gerbang komplek Pesona
Khayangan. Apotek ini juga terletak di samping jalan dua arah yang cukup ramai
dilalui kendaraan, sehingga mudah untuk dicapai.
Pada bagian depan Apotek Mitrasana terdapat halaman yang dapat
digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas satu buah mobil dan beberapa
sepeda motor. Bangunan Apotek Mitrasana Pesona Khayangan berbentuk ruko
yang terbagi menjadi beberapa ruangan, antara lain ruang display produk, ruang
counter untuk penerimaan resep; kasir; penyerahan obat; ruang tunggu pasien,
ruang praktek dokter, dan ruang penyimpanan dan peracikan obat.
Pada ruang display produk terdapat gondola-gondola (rak) sebagai tempat
produk obat diletakkan dengan menggunakan tipe gondola dinding yang
menempel di masing-masing sisi ruang display. Ruang counter dilengkapi etalase
kaca tembus pandang sebagai tempat menyimpan beberapa produk OTC terutama
yang berbentuk tablet, sekaligus tempat pelayan menyambut costumer, digunakan
sebagai tempat penerimaan resep, kasir, dan pengambilan obat.
Pada ruang tunggu yang terdapat di tengah-tengah gondola, tersusun
beberapa kursi besi yang nyaman bagi costumer untuk menunggu dan
disampingnya terdapat counter majalah yang dapat dibaca oleh costumer. Jumlah
tempat duduk di ruang tunggu termasuk mencukupi, dilihat dari jumlah konsumen
yang datang ke apotek setiap hari tidak melebihi kapasitas tempat duduk, terlebih
pelayanan yang diberikan termasuk cepat. Di bagian belakang ruang counter
terdapat ruang dalam yang digunakan sebagai tempat penyimpanan obat keras dan
ruang racik serta ruang kerja untuk keperluan administratif apotek. Untuk
menjamin stabilitas obat selama penyimpanan dan kenyamanan tenaga kerja saat
melakukan pekerjaannya, ruang racik dilengkapi dengan pendingin ruangan atau
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
air conditioner (AC). Pertimbangan yang sama dilakukan untuk semua ruangan
yang ada di Apotek Mitrasana. Dengan adanya AC di ruang tunggu diharapkan
dapat meningkatkan kenyamanan pasien. Desain ruang racik Apotek Mitrasana
menempatkan meja racik dengan wastafel untuk pencucian peralatan racik dan
pada sisi tembok lainnya adalah rak-rak sebagai tempat penyimpanan obat keras.
Ruang tersebut juga dilengkapi dengan satu lemari pendingin untuk penyimpanan
obat dengan suhu penyimpanan khusus. Di ruang belakang apotek disediakan
toilet yang dilengkapi wastafel untuk karyawan dan pasien (costumer).
4.2. Pengadaan Barang Apotek
Apotek Mitrasana Pesona Khayangan tidak memiliki gudang penyimpanan
obat. Pengadaan obat di apotek Mitrasana dilakukan oleh kantor pusat. Gudang
penyimpanan obat untuk Apotek Mitrasana terletak di kantor pusat. Apotek tidak
melakukan pemesanan barang, namun pada waktu tertentu setiap outlet akan
mendapatkan alokasi barang yang sudah ditentukan oleh kantor pusat berdasarkan
tingkat penjualan oleh masing-masing outlet. Arus uang tidak menjadi fakor
pertimbangan karena diatur oleh bagian keuangan di pusat. Hal ini dapat
meningkatkan efisiensi dengan menghemat biaya pemeliharaan stok dan
perawatan gudang. Alokasi dikirim melalui sistem jaringan Mitrasana yang akan
diterima secara langsung oleh bagian pembelian di pusat. Pengiriman barang dari
pusat ke outlet Mitrasana Pesona Khayangan dilakukan sekali dalam seminggu
setiap hari Senin. Permintaan juga terkadang dilakukan untuk mencegah adanya
stok mati atau obat yang kadaluarsa (akibat terlalu lama disimpan) sehingga
perputaran barang lancar dan penyebab kerugian apotek dapat ditekan. Namun
untuk barang yang dibutuhkan cepat maka outlet dapat melakukan pemesanan
barang cito kepada bagian pembelian di kantor pusat. Jangka waktu barang cito
datang selama 24 jam. Pembelian barang tidak dilakukan apotek sendiri tetapi
oleh bagian pembelian di pusat.
Pada saat barang alokasi datang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian jenis
dan jumlah barang antara barang yang diserahkan dengan daftar barang yang
tertera pada faktur daftar permintaan yang disetujui. Selain jumlah dan jenis, juga
diperiksa nomor batch dan tanggal kadaluwarsa antara barang yang datang dengan
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
yang tertera di faktur serta dilakukan pemeriksaan fisik terhadap barang yang
datang. Apabila barang yang datang dengan faktur sudah sesuai, maka faktur
diberi tanggal penerimaan, nomor urut, stempel apotek dan ditandatangani oleh
penerima. Setelah serah terima faktur dan barang selesai, dilakukan pemindahan
data barang yang datang melalui sinkronisasi dengan data yang dikirim dari
logistik pusat. Stok yang tersedia akan disesuaikan secara otomatis dengan barang
yang datang. Pengeluaran barang pada saat transaksi dengan konsumen diproses
langsung menggunakan sistem komputasi sehingga stok yang keluar masuk akan
disinkronisasi secara otomatis dengan sistem.
Selain pembelian secara umum, barang di Apotek Mitrasana Pesona
Khayangan juga berasal dari titipan atau konsinyasi. Sistem yang diberlakukan
adalah apabila barang tersebut terjual maka apotek akan menerima komisi, barang
dengan sistem ini dapat dikembalikan apabila tidak laku terjual hingga batas
waktu yang disepakati atau batas kadaluarsa barang. Barang – barang dengan
sistem demikian umumnya merupakan sediaan herbal dan vitamin, suplemen
makanan, serta produk kesehatan lain.
4.3. Tata Letak Produk
Peletakan produk di Apotek Mitrasana Pesona Khayangan menggunakan
beberapa jenis lemari atau rak penyimpanan. Ruang display yang terletak pada
paling depan apotek mempunyai sususan beberapa tingkat rak-rak besi yang
disebut gondola dengan tipe wall gondola atau gondola yang diletakkan
menempel pada dinding. Ada dua gondola yang diletakkan di masing-masing sisi
ruang display. Barang yang ditampilkan di ruang ini adalah obat bebas dan
perbekalan untuk higenitas diri. Barang-barang ditata berdasarkan beberapa
kelompok seperti sediaan topikal bebas, over the counter (OTC), herbal, skin care,
oral care, baby care, hair care, dan sebagainya.
Ruang counter yang terletak di depan ruang display produk OTC apotek
mempunyai susunan etalase kaca tembus pandang yang mempermudah konsumen
atau pasien untuk memilih produk yang diinginkan. Pada etalase kaca yang berdiri
di lantai, tersusun kelompok obat simptomatik untuk batuk, pilek, dan sakit kepala
baik yang kombinasi maupun tunggal. Pada etalase kaca yang menempel pada
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
tembok, tersusun kelompok suplemen makanan, suplemen kesehatan dan alat
kesehatan seperti nebulizer, alat pengukur kadar gula dalam darah, jarum sekali
pakai untuk pemeriksaan kadar gula darah, dan lainnya. Obat-obat yang
ditampilkan di ruang ini adalah obat-obat bebas dan bebas terbatas.
Obat ethical (obat keras) disimpan di ruang racik yang terletak di paling
belakang apotek. Penyusunan obat ini pada rak-rak bertingkat yang tertempel di
tembok. Penyusunan obat ethical berdasarkan kelompok obat keras dan obat
hormon, masing-masing disusun berdasarkan abjad. Pada sisi tembok lainnya
terdapat beberapa kotak rak yang digunakan untuk meletakkan sediaan mata dan
telinga. Kotak rak bagian atas sebagai tempat penyimpanan obat generik. Obat
yang mendekati batas kadaluwarsa (dalam waktu tiga hingga enam bulan ke
depan) ditempatkan di sudut ruang racik, dikelompokkan sesuai dengan bulan
kadaluwarsa dan dibuat daftar sehingga pencatatan jelas. Apabila memungkinkan,
maka obat tersebut didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan proses retur ke
distributor melalui logistik. Apabila pada saat batas kadaluarsa tiba sedangkan
obat tersebut tidak terjual atau tidak dapat diretur ke distributor, maka obat
tersebut akan dimusnahkan.
Dalam rangka mengurangi dan mencegah terjadinya kerugian akibat obat
kadaluarsa, penjualan atau pengeluaran barang atau obat di apotek dilakukan
dengan menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out). Sistem ini
menyusun barang yang baru datang (umumnya batas kadaluarsa panjang) pada
bagian dalam atau bagian bawah tumpukan obat sehingga obat-obat yang lama
akan terjual terlebih dahulu. Pengeluaran barang atau obat di Apotek Mitrasana
Pesona Khayangan dapat terjadi karena pembelian yang dilakukan pasien atau
konsumen baik pembelian dengan resep maupun pembelian untuk swamedikasi,
dan pengiriman barang atau obat ke gerai Apotek Mitrasana lain sesuai
permintaan.
4.4. Administrasi Apotek
Pengelolaan resep di Apotek Mitrasana Pesona Khayangan sudah
dilakukan dengan baik. Semua resep yang diterima dan dikerjakan, disimpan per
hari berdasarkan nomor urut resep. Pelayanan resep dalam hal kecepatan dan
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
ketepatan selalu ditingkatkan untuk meningkatkan kepuasan pasien. Pada
pelayanan resep, informasi umum sesuai perintah dokter selalu disampaikan ke
pasien, namun pemberian konseling obat masih jarang dilakukan. Segala
administrasi di Apotek Mitrasana Pesona Khayangan telah dilakukan secara
terkomputerisasi untuk meningkatkan kinerja apotek. Sistem jaringan yang
digunakan merupakan program khusus yang meliputi pencatatan pembelian,
persediaan, dan penjualan barang-barang di apotek beserta keterangan dari barang
tersebut. Sistem ini sangat bermanfaat bagi informasi seputar apotek yang lebih
terintegrasi, misalkan informasi mengenai arus barang di apotek, termasuk hal
pengeluaran barang karena sistem ini terhubung langsung dengan kasir.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Apoteker selaku store manager di gerai Mitrasana bertanggung jawab untuk
memastikan terlaksananya kegiatan operasional apotek sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan baik dari segi apotek sebagai tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian yang berorientasi pelayanan kepada masyarakat
maupun apotek sebagai usaha yang menguntungkan.
2. Apotek Mitrasana Pesona Khayangan telah menjalankan pengelolaan apotek
dengan baik yang meliputi pengelolaan teknis kefarmasian, maupun
pengelolaan non teknis kefarmasian, dan selalu berupaya untuk meningkatkan
pengelolaan apotek tersebut.
5.2. Saran
1. Untuk meningkatkan kinerja seluruh karyawan baik di pusat maupun di outlet,
gerai Mitrasana sebaiknya rutin mengadakan evaluasi dan pertemuan
karyawan agar semua informasi yang memuat kebijakan terbaru organisasi
dapat diterima secara utuh melalui tatap muka, sehingga karyawan dapat
melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan.
2. Peran apoteker kini tidak hanya sebagai tenaga kesehatan yang melakukan
pelayanan kefarmasian, melainkan sebagai seseorang yang dituntut untuk
mengup-grade dirinya dalam memahami aspek bisnis dari suatu apotek. Untuk
itu, tidak hanya bagi karyawan Apotek Mitrasana yang sebagian besar
memiliki latar belakang farmasi, semua mahasiswa farmasi pun sebaiknya
meningkatkan kompetensi di bidang manajerial, bisnis, dan keuangan.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
DAFTAR ACUAN
Anonim. (2009). Laporan tahunan 2008 annual report: Bersama Memacu Prestasi. Jakarta: PT. Kalbe Farma Tbk.
Kalbe. (n.d.). Retrieved May 10, 2013, from http://www.kalbe.co.id Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 924/Menkes/Per/IX/1993 tentang Obat Wajib Apotek No.2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 992/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Obat Wajib Apotek No.3. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/ MENKES/ Per/X/ 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/MENKES/PER/X/1993. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.889/Menkes/Per/V/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980. (1980). Peraturan Pemerintah No. 25
Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotik. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Standar Pelayanan Farmasi di Apotek. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.10277/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Umar, (2011). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Wira Putra Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
(2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
(2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Kesehatan.
(2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 1. Struktur Organisasi Perseroan
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 2. Struktur Organisasi Grup Kalbe
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 3. Struktur Organisasi PT. Millenia Dharma Insani
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 4. SOP Penjualan OTC/ Minimarket
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 5. SOP Penjualan Obat Resep Dalam
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 5. (Lanjutan)
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 5. (Lanjutan)
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 6. SOP Penjualan Obat Resep Luar
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 7. SOP Pendaftaran Klinik
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 8. SOP Pendaftaran Pasien Baru
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 9. SOP Klinik atau Praktek Dokter
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 10. SOP Pelayanan Laobratorium atau Rontegen
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 11. SOP Pengambilan Sampel
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 12. SOP Rujukan Sampel Laboratorium
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Lampiran 13. SOP Layan Antar
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN DEBIT KONSUMEN
DI OUTLET APOTEK MITRASANA SUKMAJAYA 1 (PESONA KHAYANGAN)
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RAFAEL ADI AGUSTAMA, S.Farm.
1206313570
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS FAKTOR INTERNAL DALAM UPAYA
MENINGKATKAN DEBIT KONSUMEN DI OUTLET APOTEK MITRASANA
SUKMAJAYA 1 (PESONA KHAYANGAN)
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RAFAEL ADI AGUSTAMA, S.Farm.
1206313570
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................iv DAFTAR TABEL .................................................................................................. v BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3 2.1 Manajemen Pelanggan. ............................................................................. 3 2.2 Pelayanan Prima di Apotek ....................................................................... 6 2.3 Analisis S.W.O.T .................................................................................... 11 BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ......................................................... 16 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ..................................... 16 3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 16 3.5 Cara Kerja ............................................................................................... 16 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 17
4.1 Kondisi Konsumen di Oultet Mitrasana Sukmajaya 1 ............................ 17 4.2 Strategi Meningkatkan Debit Konsumen di Oultet Mitrasana
Sukmajaya 1 ............................................................................................ 17 4.3 Evaluasi Pengembangan ......................................................................... 20
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 23 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23 5.2 Saran ....................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Kuadran SWOT .......................................................................... 14
Berdasarkan Matriks SWOT Kearns pada tabel 2.1 dapat dijelaskan sebagai
berikut (Rangkuti, 2009):
1) Sel A: Keunggulan Komparatif
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih
cepat.
2) Sel B: Mobilisasi
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi
untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah
ancaman itu menjadi sebuah peluang.
3) Sel C: Divestasi / Investasi
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang
yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena
kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang
diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain)
atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
4) Sel D: Pengandalian Kerugian
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan
karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi
organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control
Eksternal Internal
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
(mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang
diperkirakan.
b. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998)
agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu (Rangkuti, 2009):
1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total
perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung
skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian
terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi
penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat
menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1
sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti
skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu
point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan
point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah
didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya poin faktor) dibagi dengan
banyaknya jumlah poin faktor).
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor
O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik
pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu Y.
3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Gambar 2.1. Kuadran SWOT
Berdasarkan Kuadran SWOT Kearns pada gambar 2.1 dapat dijelaskan
sebagai berikut (Rangkuti, 2009):
a. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami
kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam
strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,
artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh
karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
BAB 3
METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 29
April – 11 Mei 2013 di Outlet Apotek Mitrasana Sukmajaya 1, Pesona Khayangan
Depok.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data kondisi pelanggan di Outlet Apotek
Mitrasana Sukmajaya 1 dan strategi pelayanan apotek prima yang disampaikan dalam
format laporan strategi analisis upaya peningkatan pelayanan.
3.3 Cara Kerja
Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program Microsoft
Word. Data dimasukkan ke dalam program Microsoft Word sebagai data base kondisi
pelanggan di Outlet Apotek Mitrasana Sukmajaya 1 dan disajikan dalam bentuk
deskripsi kondisi pelayanan di outlet Sukmajaya 1. Hal ini bertujuan agar
mendapatkan analisis gambaran mengenai strategi yang dapat dikembangkan untuk
meningkatkan pelayanan dalam upaya meningkatkan debit konsumen, di Outlet
Apotek Mitrasana Sukmajaya 1.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Konsumen di Oultet Mitrasana Sukmajaya 1
Untuk dapat menganalisis strategi yang dapat diterapkan dalam upaya
meningkatkan debit konsumen di suatu organisasi atau perusahaan, kita perlu
mengamati kondisi konsumen secara keseluruhan yang datang berkunjung dan
bertransaksi. Penerapan strategi yang tidak sesuai dengan kondisi konsumen tidak
akan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya meningkatkan
kepuasan konsumen terhadap bisnis yang dijalankan.
Penilaian kondisi konsumen di apotek dapat berupa data demografi
penduduk sekitar. Hal yang dapat diamati meliputi faktor sosioekonomi, daya beli
(tingkat konsumsi produk kesehatan), kondisi patologi daerah sekitar, aktivitas
penduduk sekitar, dan kebutuhan utama penduduk sekitar terhadap produk
kesehatan. Data faktor sosioekonomi dan daya beli konsumen yang berasal dari
penduduk sekitar dapat diperoleh dari kemampuan konsumen membeli produk
paten dan suplemen yang ditawarkan. Data kondisi patologi penduduk sekitar dapat
diperoleh dari dokter umum yang menjalankan praktek di outlet. Data kebutuhan
penduduk sekitar dapat diperoleh dari data produk fast moving di outlet.
Berdasarkan hasil pengamatan saya selama menjalankan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di oultet Mitrasana Sukmajaya 1 dapat dinilai bahwa
kebutuhan konsumen terhadap produk over the counter (OTC) atau obat bebas dan
bebas terbatas masih cukup tinggi khususnya obat analgetik, antipiretik, antitusif,
ekspektoran, dekongestan, dan suplemen makanan. Pelayanan resep dari dokter
umum yang tersedia di outlet masih belum optimal dikarenakan konsumen lebih
menyukai pelayanan swamedikasi.
4.2 Strategi Meningkatkan Debit Konsumen di Oultet Mitrasana Sukmajaya 1
Beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan
kepuasan konsumen di Oultet Mitrasana Sukmajaya 1 berdasarkan kondisi
konsumen yang berasal dari penduduk sekitar antara lain:
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
4.2.1 Pelayanan konsultasi apoteker (KIE)
Kompleks perumahan di sekitar outlet Sukmajaya 1 berlokasi jauh dari jalan
utama kota Depok sehingga akses dokter umum menjadi terbatas. Penduduk di
kompleks perumahan akan cenderung mencoba melakukan swamedikasi terhadap
penyakit ringan yang diderita. Tingginya kebutuhan konsumen terhadap pelayanan
swamedikasi di outlet apotek Mitrasana dapat disiasati dengan diadakannya
pelayanan konsultasi dengan apoteker sehingga konsumen dapat menentukan
produk perbekalan farmasi yang sesuai.
Pelayanan konsultasi ini harus dilengkapi dengan literatur yang terpercaya
agar dapat melayani secara optimal sehingga akan meningkatkan kepuasan
konsumen. Kemampuan apoteker penanggung jawab apotek dalam memberikan
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) juga menjadi elemen penting yang
sangat dibutuhkan agar pelayanan ini dapat berjalan dengan maksimal. Evaluasi
keberhasilan KIE sangat penting untuk dilakukan dengan cara memberikan angket
kepuasan pasien terhadap pelayanan KIE yang diberikan sehingga dapat
meningkatkan pelayanan KIE di outlet apotek Mitrasana.
4.2.2 Optimalisasi pelayanan dokter
Data aktivitas penduduk sekitar menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk lebih banyak beraktivitas untuk berkunjung ke apotek pada sore hingga
malam hari ketika mereka telah menyelesaikan aktivitas mereka di pagi dan siang
hari. Hal dapat diketahui dari data grafik kunjungan harian yang menunjukkan rata-
rata pengunjung pada pelayanan selama shift siang lebih banyak dari pelayanan
selama shift pagi.
Pelayanan dokter umum yang ada di outlet Mitrasana Sukmajaya 1
dilakukan pada pagi dan siang hari dimana pada umumnya penduduk sekitar masih
memiliki aktivitas masing-masing. Hal ini tentunya sangat tidak efisien karena
jumlah pasien yang datang berkunjung ke dokter sangat sedikit. Selain itu
pelayanan dokter spesialis di outlet Mitrasana Sukmajaya 1 masih kurang dan perlu
ditambah bila memungkinkan.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
4.2.3 Pelayanan masukan dan keluhan konsumen
Kontrol terhadap kepuasan konsumen sangat penting untuk dapat
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Evaluasi
kepuasan pelanggan di outlet apotek Mitrasana masih belum berjalan dengan baik
sehingga kita tidak dapat menilai kualitas pelayanan. Salah satu cara untuk
mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang diberikan adalah
dengan menyediakan kotak saran di outlet Mitrasana Sukmajaya 1.
Konsumen khususnya konsumen baru diminta untuk memberikan masukan
dan respond terhadap pelayanan yang diberikan. Souvenir kecil dapat ditawarkan
agar konsumen lebih tertarik untuk memberikan respon sesuai dengan apa yang
dirasakan. Selain itu pelayanan keluhan konsumen juga harus disediakan agar
konsumen merasa bahwa keluhannya ditanggapi dengan serius. Pelayanan keluhan
konsumen dapat disajikan dalam bentuk yang sama dengan pelayanan respond
konsumen.
Untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dari data kepuasan
konsumen valid, diperlukan kontrol terhadap pelayanan yang diberikan dengan
menggunakan Ghost Customer (konsumen bayangan) untuk menilai pelayanan
yang diberikan oleh staff outlet apotek Mitrasana. Ghost Customer ini dapat
memberikan penilaian secara objektif apakah pelayanan yang diberikan sesuai
dengan data respon konsumen yang diterima.
4.2.4 Pelayanan royalty card
Pelayanan royalty card merupakan sarana promosi yang cukup efektif
dalam menarik konsumen untuk menjadi pelanggan di suatu perusahaan atau
organisasi. Selain itu dengan adanya pelayanan khusus anggota dengan
disediakannya royalty card yang menyediakan produk dengan diskon atau program
layanan khusus bagi konsumen tetap apotek Mitrasana dapat meningkatkan
keakraban pegawai dengan konsumen karena pegawai dapat lebih mengenal
konsumen sehingga pelayanan dapat menjadi lebih maksimal.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
Program khusus yang dapat ditawarkan kepada konsumen yang memiliki
royalty card yaitu harga diskon khusus setiap konsumen datang dan melakukan
transaksi pembelian di outlet Mitrasana manapun. Selain itu juga dapat diadakan
program pengumpulan poin dari transaksi pembelian di apotek Mitrasana yang
nantinya dapat ditukarkan dengan souvenir atau dilakukan pengundian untuk
memperoleh hadiah khusus.
4.2.5 Pelayanan online
Seluruh outlet Mitrasana sudah dilengkapi dengan jaringan intranet yang
dihubungkan dengan head office termasuk outlet Sukmajaya 1 sehingga head office
dapat melakukan kontrol terhadap stock perbekalan farmasi dan penjualan. Jaringan
intranet ini hanya dapat digunakan untuk absen pegawai, penjualan, kegiatan
interbranch transfer in, dan pelaporan melalui email. Hal ini perlu dikembangkan
untuk diadakannya pelayanan online terhadap konsumen.
Pelayanan apotek online tidak hanya dapat menjadi media promosi di dunia
maya kepada calon konsumen tetapi juga dapat meningkatkan kenyamanan
konsumen dalam bertransaksi produk kesehatan. Seluruh outlet Mitrasana sudah
melayani pengantaran produk perbekalan farmasi kepada pelanggan di sekitar
outlet sehingga pelayanan tersebut akan dapat dimaksimalkan dengan adanya
pelayanan apotek online.
Apotek Mitrasana sedang dalam perkembangan untuk mencoba
mengembangkan outlet jaringan ke seluruh Indonesia. Pelayanan apotek online
akan menjadi batu loncatan dalam mewujudkan salah satu misi apotek Mitrasana
tersebut karena apotek online tidak hanya dapat melayani konsumen disekitar outlet
tetapi juga semua orang yang sedang membutuhkan produk perbekalan farmasi
secara online.
4.3 Evaluasi Pengembangan
Hal utama dalam melakukan evaluasi pengembangan strategi pemasaran
yaitu melakukan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat). Ada
banyak hal yang dapat dikembangkan terhadap faktor internal suatu apotek dalam
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
meningkatkan debit konsumen dan menyusun strategi - strategi bisnis apotek
terhadap tingginya sebuah kompetisi di lingkungan masyarakat sekitar.
Tabel 4.1. Analisis SWOT di apotek Mitrasana outlet Sukmajaya 1
SWOT Analysis
STRENGH WEAKNESS apotek = 1 apoteker, 4 AA apoteker terbatas modal kerja kuat sistem administrasi terbatas letak strategis (pasar kuat) tempat parkir terbatas harga terjangkau item belum banyak dan lengkap tempat nyaman kursi ruang tunggu terbatas
OPPORTUNITY S*O - Strategy W*O - Strategy apotek kompetitor blm Convert Service into Care
lakukan Care, tidak hanya Service!
perbanyak jam praktek apoteker
harga penjualan di atas psikologis pasar
membuat sensational over terhadap harga.
perkuat ketertiban catatan data manual
apotek kompetitor kurang strategis
papan nama diperbesar dan jangan tertutup fokus item pareto A & B
ada praktek dokter baru kerjasama dokter baru kecepatan pelayanan THREAT S*T - Strategy W*T - Strategy
ada apotek competitor baru disekitar apotek
Brand lebih Care dibanding kompetitor tanda tata cara parkir
salah 1 apotek kompetitor ada praktek dokter
penguatan market share: health care
aktif ikut training / seminar bisnis apotek
salah 1 apotek kompetitor telah menjalin kerjasama dengan RS
membuat kerjasama apotek rekanan
Secara logika, bisnis apotek dikatakan kokoh bila pada kondisi strenght
yang maksimal dengan opportunity yang maksimal pula. Pada posisi demikian,
apabila weakness pada kondisi yang minimal & disertai threat yang minimal, maka
keberhasilan bisnis apotek akan semakin mudah dicapai. Hal ini dapat
dimaksimalkan dengan cara menangkap opportunity dan threat yang ada lalu
melihat strenght dan weakness yang dapat disiasati menjadi sutu strategi.
Tabel 4.1 menyimpulkan sebuah strategi yang didasarkan atas
adanya threat & weakness yang harus diatasi dengan strenght & opportunity.
Secara garis besar akan terangkum seperti berikut :
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
a. Strenght harus dimaksimalkan bila menangkap adanya opportunity.
b. Strenght yang kuat digunakan untuk mencegah adanya threat.
c. Atasi weakness dengan adanya opportunity.
d. Minimalkan weakness dan cegah threat.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan data kondisi konsumen di Oultet Mitrasana
Sukmajaya 1 dan analisis strategi yang dapat dikembangkan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Lokasi Oultet Mitrasana Sukmajaya 1 yang ditempatkan di daerah perumahan
penduduk Pesona Khayangan Depok yang cukup jauh dari akses jalan utama
menyebabkan konsumen utama merupakan penduduk dari perumahan sekitar yang
membutuhkan obat OTC dan pelayanan dokter dan swamedikasi dari apotek
Mitrasana Sukmajaya 1.
2. Beberapa strategi yang dapat ditawarkan untuk dikembangkan berdasarkan kondisi
konsumen Oultet Mitrasana Sukmajaya 1 saat ini yaitu pelayanan konsultasi
apoteker, optimalisasi pelayanan dokter, pelayanan masukan dan keluhan
konsumen, pelayanan royalty card, dan pelayanan online.
3. Hasil evaluasi pengembangan yang diperoleh dari analisis SWOT antara lain:
a. S*O Strategy:
a.1. Melakukan care, tidak hanya service.
a.2. Membuat sensational over terhadap harga.
a.3. Memperbesar papan nama dan jangan sampai tertutup.
a.4. Menjalin kerjasama dokter baru.
b. W*O Strategy:
b.1. Memperbanyak jam praktek apoteker.
b.2. Memperkuat ketertiban catatan data manual.
b.3. Lebih fokus terhadap item pareto A & B.
b.4. Meningkatan kecepatan pelayanan.
c. S*T Strategy:
c.1. Brand lebih care dibanding kompetitor.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
c.2. Penguatan market share yang berfokus kepada health care.
d. W*T Strategy:
d.1. Membuat tanda tata cara parkir.
d.2. Aktif mengikut training / seminar bisnis apotek.
d.3. Membuat kerjasama dengan apotek rekanan.
5.2 Saran
1. Pelayanan dokter yang terpadu serta pelayanan swamedikasi oleh apoteker yang
kompeten merupakan kebutuhan utama yang perlu disediakan oleh Oultet
Mitrasana Sukmajaya 1 untuk meningkatkan pelayanan prima.
2. Penambahan beberapa fasilitas penunjang kenyamanan pelanggan perlu dilakukan
untuk meningkatkan value apotek.
3. Anlisis SWOT sebagai evaluasi terhadap faktor internal dan eksternal perlu
dikembangkan lebih lanjut dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan di Oultet
Mitrasana Sukmajaya 1.
Laporan praktek...., Rafael Adi, FF, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1998). Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada Univrsity Press. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. (2004). Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
James, F. (2010). Care and Service for Pharmacies. England and Wales: AAH