Top Banner
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT DEXA MEDICA JL. LETJEN BAMBANG UTOYO NO 138, PALEMBANG PERIODE 02 APRIL 31 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SETIAWAN, S.Farm. 1206313715 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013
108

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

Mar 06, 2019

Download

Documents

NgôDũng
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT DEXA MEDICA

JL. LETJEN BAMBANG UTOYO NO 138, PALEMBANGPERIODE 02 APRIL – 31 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SETIAWAN, S.Farm.1206313715

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJUNI2013

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI PT DEXA MEDICA

JL. LETJEN BAMBANG UTOYO NO 138, PALEMBANGPERIODE 02 APRIL – 31 MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

SETIAWAN, S.Farm.1206313715

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJUNI2013

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

iii

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT Dexa Medica pada

periode 02 April – 31 Mei 2013. Kegiatan PKPA bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan.

Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh

ujian akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi UI. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan laporan ini, yaitu kepada:

1. Bapak Gunawan Lukman selaku Operation Director PT Dexa Medica yang

telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi

Apoteker;

2. Bapak Effendi, S.Si., Apt, selaku Pembimbing yang telah memberikan

kesempatan, bimbingan dan pengarahan selama PKPA dan penyusunan laporan

PKPA;

3. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI;

4. Dr. Harmita, Apt. selaku ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia yang selalu sabar membimbing, memberi saran, dan

mendukung penulis;

5. Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar

membimbing, memberi saran, dan mendukung penulis;

6. Seluruh staf dan karyawan PT Dexa Medica atas segala keramahan,

pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanakan PKPA;

7. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas

Farmasi UI yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan dan

penyusunan laporan ini;

8. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,

dorongan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya;

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

v

9. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 Fakultas Farmasi UI atas dukungan dan

kerjasama selama ini;

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut

serta membantu selama penyusunan laporan ini.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan PKPA ini dapat

memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Penulis

2013

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

vi

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL iHALAMAN PENGESAHAN iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI vDAFTAR GAMBAR viiDAFTAR TABEL viiiDAFTAR LAMPIRAN ix

1 PENDAHULUAN 11.1. Latar Belakang 11.2. Tujuan 3

2 TINJAUAN UMUM 42.1. Industri Farmasi ..................................................................................... 42.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik ........................................................... 10

3 TINJAUAN KHUSUS 173.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Dexa Medica 173.2. Visi dan Misi 193.3. Logo PT. Dexa Medica 193.4. Lokasi dan Bangunan 203.5. Departemen Produksi 203.6. Departemen Quality 263.7. Sistem, Audit dan Dokumentasi 363.8. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan 383.9. Departemen Supply Chain 413.10. Departemen Teknik 47

4. PEMBAHASAN 524.1 Manajemen Mutu 524.2 Personalia 544.3 Bangunan dan Fasilitas 554.4 Peralatan 564.5 Sanitasi dan Hygiene 594.6 Produksi 604.7 Pengawasan Mutu 644.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu 654.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali dan

Produk Kembalian 664.10 Dokumentasi 674.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak 684.12 Kualifikasi dan Validasi 68

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

viii

5. KESIMPULAN DAN SARAN 705.1 Kesimpulan 705.2 Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo PT. Dexa Medica.................................................................. 19

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kondisi Penyimpanan pada Uji Stabilitas........................................ 35Tabel 3.2 Parameter Pengujian Sediaan Obat .................................................. 35

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

xi

LAMPIRAN

Lampiran 1 Instalasi Sistem HVAC pada Gedung Produksi Reguler............... 72Lampiran 2 Instalasi Sistem HVAC pada Gedung Produksi Sefalosporin ....... 73Lampiran 3 Instalasi Sistem Pengolahan Air. ................................................... 74Lampiran 4 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). ..................................... 75Lampiran 5 Sistem Dust Collector .................................................................... 76

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu aspek yang dilihat dalam kemajuan suatu negara adalah derajat

kesehatan masyarakat. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 36

tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah

satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Demi terwujudnya

kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, penting diusahakan pembangunan

kesehatan yang paripurna. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis

Peningkatan kesejahteran masyarakat dalam bidang kesehatan tidak

terlepas dari ketersediaan obat di lingkungan masyarakat. Ketersediaan obat ini

erat kaitannya dengan produsen obat. Industri farmasi sebagai produsen obat

memegang peranan yang penting dalam mewujudkan pembangunan kesehatan

yang paripurna. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, Industri farmasi sebagai

badan hukum yang secara legal dapat melakukan seluruh tahapan kegiatan

membuat obat atau bahan obat, dimana kegiatan yang termasuk dalam tahapan

membuat obat meliputi pengadaan bahan baku, bahan pengemas, produksi,

pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk

didistribusikan.

Obat yang dibuat dalam suatu industri farmasi hendaklah berkhasiat,

aman, dan terjamin mutunya. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

yang dikeluarkan oleh pemerintah hendaklah ditaati dan dijalankan oleh setiap

industri farmasi. Mutu harus dibentuk kedalam suatu produk untuk menjamin

konsumen menerima produk tersebut dengan mutu yang tinggi sesuai tujuan

penggunaannya, sehingga perlu diterapkan pengendalian menyeluruh (Total

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

2

Universitas Indonesia

Quality Management). Tidaklah cukup produk jadi hanya sekedar lulus

serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu obat

tergantung pada bahan awal, bakan pengemas, proses produksi dan pengendalian

mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat (BPOM, 2006).

Sebagaimana seperti namanya, industri farmasi memerlukan tenaga ahli

dalam bidang kefarmasian dalam menjalankan kegiatannya, dalam hal ini

apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, dasar dari pekerjaan kefarmasikan yang dilakukan oleh

seorang apoteker mencakup pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,

keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang

berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan

keamanan, mutu, dan kemanfaatan. Untuk dapat mengerjakan pekerjaan

kefarmasian dengan baik, seorang apoteker memerlukan kompetensi yang cukup

dalam bidang penjaminan mutu obat. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan dan

pelatihan yang memadai dalam mendidik calon apoteker. Salah satu hal yang

dapat dilakukan dalam peningkatan kompetensi calon apoteker berupa Praktek

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dalam berbagai institusi terkait, seperti

Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan,

Apotek, Industri Farmasi, Pabrik Besar Farmasi, Rumah Sakit, maupun Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

PT Dexa Medica sebagai salah satu industri farmasi terbesar di Indonesia

telah menerapkan CPOB dan sistem penjaminan mutu pada semua aspek yang

terkait dalam produksi obat. PT Dexa Medica juga memberikan dukungan penuh

terhadap program pembangunan kesehatan yang paripurna di Indonesia melalui

pemberian kesempatan kepada calon apoteker untuk melaksanakan PKPA sebagai

sarana pengembangan kompetensi. Melalui program ini, diharapkan calon

apoteker yang melaksanakan PKPA di PT Dexa Medica mampu meningkatkan

kompetensi dalam bidang penjaminan mutu obat.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

3

Universitas Indonesia

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah :

a. Memahami gambaran umum kegiatan di PT Dexa Medica.

b. Memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di

industri farmasi, tepatnya di PT Dexa Medica.

c. Memahami peran apoteker dalam industri farmasi, terutama dalam bagian

pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI)

Nomor 1779/MENEKS/PER/XII/2010, industri farmasi marupakan suatu badan

usaha yang memiliki izin dari Menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan

pembuatan obat atau bahan obat. Suatu industri farmasi dapat membuat obat baik

pada semua tahap pembuatan obat maupun hanya sebagian tahapannya saja.

Fungsi dari industri farmasi mencakup pembuatan obat dan/atau bahan obat,

pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi farmasi.

Peraturan tersebut juga mengatur perizinan suatu industri farmasi. Adapun

persyaratan dalam memperoleh izin usaha industri farmasi meliputi, (1) industri

farmasi harus berbentuk badan usaha berupa perseroan terbatas, (2) memiliki

rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat, (3) memiliki nomor pokok wajib

pajak, (4) secara tetap memiliki paling sedikit tiga orang apoteker warga negara

Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi

dan pengawasan mutu, serta (5) komisaris dan direksi tidak pernah terlibat baik

langsung maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-

undangan di bidang kefarmasian.

Selain hal-hal tersebut di atas, untuk memperoleh izin industri farmasi

diperlukan persetujuan prinsip, dimana permohonan persetujuan prinsip diajukan

secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

(Dirjen Binfar-alkes). Persetujuan prinsip diberikan oleh Dirjen Binfar-alkes

setelah pemohon mendapatkan persetujuan rencana induk pembangunan dari

kepala badan POM. Apabila persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat

langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan

instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap industri farmasi wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat

yang Baik (CPOB). Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan adanya

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

5

Universitas Indonesia

sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi

persyaratan. Setiap industri farmasi wajib menjalankan fungsi farmakovigilans

yaitu seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian, pemahaman, dan

pencegahan efek samping atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat.

Implementasi dari farmakovigilans pada industri farmasi adalah berupa tindakan

pelaporan kepara kepala badan apabila ditemukan bahan obat dan/atau obat hasil

produksi industri tersebut yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat,

atau mutu. Industri farmasi wajib melapor jika terdapat perubahan yang signifikan

terhadap pemenuhan CPOB yang terjadi pada industri farmasi kepada BPOM

untuk disetujui. Perubahan yang dapat terjadi mencakup perubahan kapasitas

produksi atau perubahan lokasi produksi.

Proses pengawasan terhadap industri farmasi dilakukan oleh badan POM.

Badan POM dapat melakukan pemeriksaan dalam rangka memeriksa, meneliti,

dan mengambil contoh segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembuatan,

penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan obat dan bahan obat pada tempat

yang diduga digunakan dalam kegiatan tersebut. Badan POM juga berhak

membuka dan meneliti kemasan dari obat dan bahan obat, memeriksa dokumen

atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan pembuatan,

penyimpangan, pengangkutan, dan perdagangan obat dan/atau bahan obat

termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut, dan/atau mengambil

gambar seluruh atau sebagian fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam

melaksanakan kegiatan produksi dan distribusi.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

Cara pembuaan obat yang baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat

yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan sesuai

dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan

pengendalian mutu. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh merupakan

hal yang sangat essensial untuk menjamin bahwa konsumen menggunakan obat

yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi

produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa atau memulihkan kesehatan

(BPOM, 2006).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

6

Universitas Indonesia

Mutu merupakan suatu hal yang harus dibentuk ke dalam produk, bukan

hanya merupakan hasil dari serangkaian uji. Mutu obat tergantung pada bahan

awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan,

peralatan yang dipakai, dan personalia yang terlibat. Pemastian mutu obat tidak

hanya mengandalkan pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah

dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara ketat. Oleh karena

itu, ruang lingkup dari CPOB memperhatikan alur produksi mulai dari awal

hingga akhir produksi dengan cakupan manajemen mutu, pemastian mutu,

pengawasan mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan

hygiene, produksi, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap

produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi,

pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi

(BPOM, 2006).

2.2.1 Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen

izin edar, dan tidak mengandung risiko yang membahayakan penggunanya.

Dengan kata lain, produk yang dihasilkan harus efektif, aman, dan berkualitas.

Manajemen bertanggung jawab atas tercapainya tujuan tersebut melalui

manajemen mutu yang memerlukan komitmen tinggi dan partisipasi penuh dari

semua jajaran pimpinan dan semua departemen di dalam perusahaan. Untuk

mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan maka diperlukan

manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.

Unsur dasar dari manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu

yang tepat, mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya, serta

tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat

kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut dengan

pemastian mutu (BPOM, 2006).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

7

Universitas Indonesia

2.2.2 Pemastian Mutu

Pemastian mutu merupakan konsep yang luas dan mencakup semua hal,

baik secara tesendiri maupun secara kolektif, yang memenuhi mutu obat yang

dihasilkan. Pemastian mutu adalah keseluruhan pengaturan yang dibuat dengan

tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan

tujuan penggunaannya. Semua bagian pada pemastian mutu hendaklah didukung

dengan tersedianya personil yang kompeten, bangunan, sarana, dan peralatan yang

cukup dan memadai (BPOM, 2006). Sistem pemastian mutu yang benar dan tepat

bagi industri farmasi hendaklah memastikan bahwa:

a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang

memperhatikan persyaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang baik.

b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dalam

prosedur operasional.

c. Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan.

d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pasokan dan penggunaan bahan

awal dan pengemas yang benar.

e. Semua pengawasan terhadap dokumen yang terkait dengan proses

pengemasan dan pengujian bets dilakukan sebelum memberikan

pengesahan untuk distribusi.

f. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian manajemen mutu

menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai

dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain

yang terkait dengan aspek produksi, pengawasan mutu, dan pelulusan

produk.

g. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat

mungkin produk disimpan, didistribuskan, dan selanjutnya ditangani

sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar.

h. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala

mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu.

i. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk

memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan perusahaan.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

8

Universitas Indonesia

j. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat, tersedia sistem

persetujuan terhadap perubahan yang berdampak terhadap mutu produk,

serta prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui.

k. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi

proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.

2.2.3 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan

pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,

dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang

relevan dan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak

digunakan dalam produksi serta produk jadi tidak dipasarkan sebelum mutunya

dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah

mempunyai satuan tugas pengawasan mutu. Fungsi ini hendaknya independen

dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaknya tersedia untuk

memastikan bahwa semua fungsi pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara

efektif dan dapat diandalkan (BPOM, 2006). Persyaratan dasar dari pengawasan

mutu adalah:

a. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur

yang disetuji tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan

pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan

produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan

tujuan CPOB.

b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk anatra, produk

ruahan, dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang

disetujui oleh pengawasan mutu.

c. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi.

d. Produk jadi berisi zat aktif dengan kualitatif dan kuantitatif sesuai yang

disetujui pada saat pendaftaran dengan derajat kemurnian yang

disyaratkan, dikemas dalam wadah yang sesuai, dan dilabel dengan benar.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

9

Universitas Indonesia

e. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan

pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal

dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi.

f. Sampel pertinggal dari bahan awal dan produk disimpan dalam jumlah

yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu.

Bangunan dan peralatan hendaklah didesain dan dilengkapi secara

memadai sehingga dapat melaksanakan kegiatan terkait. Selain itu, hendaklah

disediakan sarana terkait penanganan limbah. Laboratorium hendaklah terpisah

secara fisik dari ruang produksi. Laboratorium kimia, laboratorium mikrobiologi

dan biologi hendaknya terpisah satu sama lain. Ruangan terpisah terhadap

instrumen mungkin diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap

interferensi elektris, getaran, dan kelembaban yang berlebih serta pengaruh lain

(BPOM, 2006).

Tiap personil yang bertugas melakukan supervisi atau kegiatan

laboratorium hendaknya memiliki pendidikan, mendapat pelatihan, dan memiliki

pengalaman yang sesuai untuk memungkinkan pelaksanaan tugas dengan baik.

Pereaksi dan media pembenihan yang dibuat dalam laboratorium hendaknya

dibuat dengan mengikuti prosedur yang benar dan diberi label yang sesuai. Baik

kontrol positif maupun kontrol negatif perlu dilakukan untuk memastikan

kesesuaian media pembenihan. Baku pembanding hendaklah digunakan sesuai

tujuannya dan disimpan serta ditangani secara tepat (BPOM, 2006).

2.2.4 Personalia

Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan

sistem mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu,

industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang

terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan kegiatannya. Tiap

personil hendaknya memahami tanggungjawab masing-masing dan dicatat.

Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan termasuk instruksi mengenai hygiene yang berkaitan

dengan pekerjaan (BPOM, 2006).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

10

Universitas Indonesia

Personil kunci dalam industri farmasi hendaklah terkualifikasi dan

memiliki pengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Personil kunci

mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu, kepala

bagian manajemen mutu (BPOM, 2006).

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil

yang karena tugasnya harus berada dalam area produksi, gudang penyimpanan

atau laboratorium, dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada

mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktek CPOB, personil

baru hendaknya mendapat pelatihan yang sesuai dengan tugas yang diberikan.

Pelatihan berkesinambungan hendaknya juga diberikan, dan efektifitas

penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program

pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan pelatihan

hendaknya disimpan (BPOM, 2006).

2.2.5 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain

konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat

dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan

desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya

kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan yang lain, dan memudahkan

pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran

silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan

mutu obat (BPOM, 2006).

Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari

pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah,

air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak

sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran

tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan

serta fasilitas dibersihkan dan perlu didisinfeksi sesuai prosedur tertulis yang

rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh bangunan

dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor,

dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

11

Universitas Indonesia

rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu.

Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati

agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan (BPOM, 2006).

Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban, dan ventilasi

hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan

penyimpanan atau terhadap ketepatan/ketelitian fungsi peralatan. Desain dan tata

letak ruangan hendaknya memastikan kompatibilitas dengan kegiatan produksi

lain yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau sarana yang

berdampingan dan pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu

lintas umum bagi personil dan bahan/produk, atau sebagai tempat penyimpanan

bahan/produk selain yang sedang diproses. Fasilitas dalam industri farmasi

setidaknya memiliki area penimbangan, area produksi, area penyimpanan, area

pengawasan mutu, dan sarana pendukung seperti toilet, kantin, tempat ibadah,

kantor, ruang pertemuan dan sebagainya (BPOM, 2006).

2.2.6 Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi

yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan

tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan

untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan hendaknya didesain

dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya. Peralatan tidak boleh berdampak

buruk terhadap produk. Peralatan hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga

mudah dibersihkan sesuai prosedur yang ditetapkan. Peralatan untuk mencuci dan

pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak mejadi sumber pencemar

(BPOM, 2006).

Hendaklah tersedia alat ukur dengan ketelitian yang tepat untuk proses

produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang,

mengukur, memeriksa, dan mencatat hendaknya diperiksa kecepatannya dan

dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan

kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik. Pipa air suling, air

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

12

Universitas Indonesia

deionisasi dan bila pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai

prosedur tertulis (BPOM, 2006).

Peralatan hendaknya dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi

atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu ,atau kemurnian

produk. Kegiatan perawatan hendaknya tidak menimbulkan resiko terhadap

produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian hendaknya dicatat dalam log alat

(BPOM, 2006).

2.2.7 Sanitasi dan Hygiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap

aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personil,

bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan

segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber

pencemaran potensial dapat dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan

hygiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur hygiene perorangan termasuk

persyaratan untuk menggunakan pakaian pelindung hendaklah diberlakukan bagi

semua personil yang memasuki area produksi, baik karyawan purna waktu,

karyawan paruh waktu, atau bukan karyawan yang berada diarea pabrik misalnya,

karyawan kontraktor, pengunjung, manajemen senior dan inspektur. Semua

personil hendaknya menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat direkrut (BPOM,

2006).

Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah didesain dan

dikonstruksikan dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Hendaklah

tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan

tempat cuci bagi personil dimana letaknya mudah diakses dari sarana produksi.

Setelah digunakan peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian dalam maupun

bagian luar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan

disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya

diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets

sebelumnya telah dihilangkan(BPOM,2006).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

13

Universitas Indonesia

2.2.8 Produksi

Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan

dan memenuhi ketentuan CPOB untuk menjamin produk yang dihasilkan

memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi

dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan dan

produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel,

penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi

hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis. Seluruh bahan

yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan

pemesanan. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaknya dikarantina secara

fisik atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan

lulus untuk pemakaian atau distribusi (BPOM, 2006).

Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangai seperti

penerimaan bahan awal. Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya

hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk memastikan tidak ada penyimpangan

dari batas yang telah ditetapkan. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah

tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang sama,

kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.

Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin

produksi, dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaknya diberi label atau

penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan bila ada, dan

nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan

proses produksi (BPOM, 2006).

2.2.9 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek

produksi dan pengawasan industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program

inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.

Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang

kompeten dari perusahaan. Selain itu, dapat pula digunakan jasa auditor luar yang

independen. Inspeksi diri hendaknya dilakukan dengan rutin dan, disamping itu,

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

14

Universitas Indonesia

ada situasi khusus misalnya dalam hal terjadinya penarikan kembali obat jadi atau

terjadinya penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan

hendaklah dilaksanakan (BPOM, 2006).

Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaknya didokumentasikan dan

dibuat program tindak lanjut yang efektif. Cakupan dan frekuensi inspeksi diri.

Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan

namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilakukan minimal satu tahun

sekali. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi

diri. Laporan inspeksi diri hendaklah dibuat segera setelah selesai dilaksanakan

laporan tersebut mencakup hasil inspeksi diri, evaluasi, serta kesimpulan dan

saran tindakan perbaikan. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap

inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian sebagian dari

manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu

juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak (BPOM, 2006).

2.2.10 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk atauProduk Kembalian

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat sebaiknya dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu

sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga

cacat dari peredaran secara cepat dan efektif (BPOM, 2006).

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu

atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan

kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila

ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap

kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan

penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Produk kembalian adalah

obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi

karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluwarsa, atau alasan lain misalnya

kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan akan identitas, mutu,

jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan (BPOM, 2006).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

15

Universitas Indonesia

2.2.11 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem manajemen informasi.

Dokumentasi yang baik merupakan bagian essensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas bersifat fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadi multi-tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi

induk/formula pmebuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan, dan catatan

harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis (BPOM, 2006).

2.2.12 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,

disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat

menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.

Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara

jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak

harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk

diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu

(BPOM, 2006).

Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan dan/atau

analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Pemberi

kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi penerima kontrak dalam

melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa

setiap prinsip dan pedoman CPOB dipenuhi. Pemberi kontrak hendaklah

memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirim oleh

penerima kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah

diluluskan oleh kepala bagian manajemen mutu (BPOM, 2006).

Penerima kontrak harus mempunyai gudang, peralatan yang cukup,

pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan

pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak dengan memuaskan. Pembuatan

obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

16

Universitas Indonesia

memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh otoritas pengawas obat (BPOM,

2006).

2.2.13 Kualifikasi dan Validasi

CPOB mempersyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi

yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang

dapat mempengaruhi mutu produk sebaiknya divalidasi. Pendekatan dengan

kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan

validasi (BPOM, 2006).

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program

validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk

Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV merupakan dokumen yang singkat,

tepat dan jelas. RIV mencakup sekurang-kurangnya kebijakan validasi, struktur

organisasi kegiatan validasi, ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang

akan divalidasi, format dokumen, format protokol dan laporan validasi,

perencanaan dan jadwal pelaksanaan, pengendalian perubahan, dan acuan

dokumen yang digunakan (BPOM, 2006).

Protokol validasi tertulis hendaknya dibuat untuk merinci kualifikasi dan

validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaknya dikaji dan disetujui oleh kepala

bagian manajemen mutu. Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan

kriteria penerimaan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada protokol

kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh,

tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan, dan rekomendasi

perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol

hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Setiap kualifikasi

yang selesai dilaksanakan hendaknya diberikan persetujuan tertulis untuk dapat

melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya (BPOM, 2006).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

5

17 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Dexa Medica

PT. Dexa Medica berdiri pada tahun 1969 di kota Palembang, Sumatra

Selatan, dengan komitmen awal untuk memenuhi kebutuhan obat di Palembang

dan daerah sekitarnya. Dipicu oleh masih sedikitnya persediaan obat, Bapak Drs.

Rudy Soetikno, Apt. yang pada awalnya lebih memilih mengabdi pada dunia

militer, merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu sesuai dengan latar belakang

pendidikannya. Bersama beberapa temannya, beliau mulai memproduksi tablet -

tablet sederhana di apotek yang mereka bangun bersama. Inilah awal mula

berdirinya Dexa Medica.

Permintaan obat semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu.

Pada tahun 1975, produk Dexa telah tersebar di seluruh Sumatra. Berbekal

keyakinan akan kemampuannya dalam menciptakan kualitas yang baik pada

produknya, Dexa kemudian mengambil langkah besar untuk melakukan penetrasi

pasar Jawa melalui kota Surabaya. Ini menjadi jalan awal bagi Dexa untuk

menguasai pasar Indonesia. Di tahun 1978, produk Dexa telah didistribusikan ke

seluruh Indonesia. Untuk memperlancar distribusi produk Dexa di seluruh

Indonesia, maka didirikanlah PT. Anugrah Argon Medica (AAM) pada tahun

1981. Tahun 1984, Dexa memindahkan kantor pemasarannya ke Jakarta sebagai

salah satu langkah strategis untuk memperkokoh posisinya sebagai industri

berskala nasional. PT. Dexa Medica menjadi salah satu dari lima pabrik farmasi

yang pertama kali memperoleh sertifikat CPOB pada tahun 1990.

Sejak 1994, volume penjualan domestik produk Dexa meningkat secara

konstan lebih tinggi dibandingkan indutri farmasi lainnya di Indonesia. Pada

tahun 2001, PT. Ferron Par Pharmaceuticals didirikan untuk meningkatkan

kapasitas produksi dan pemasaran dalam rangka mendukung pertumbuhan

penjualan produk yang tinggi, serta untuk mengantisipasi ketatnya persaingan

global. PT. Dexa Medica terus berkembang hingga terbentuk Dexa Medica Grup

yang terdiri dari beberapa perusahaan. Perusahaan yang tergabung dalam Dexa

Medica Group antara lain :

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

18

Universitas Indonesia

a. PT. Dexa Medica (DXM) : manufacture/pabrik (Palembang)

b. PT. Ferron Par Pharmaceuticals (FPP) : manufacture/pabrik

(Cikarang/Jakarta)

c. PT. Anugrah Argon Medica (AAM) : Pedagang Besar Farmasi/distributor

d. Equilab : laboratorium uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi

Dexa senantiasa memperkuat sistem dan tim manajemennya serta tetap

berfokus pada core business Dexa sejak berdiri, yaitu memproduksi dan

memasarkan produk farmasi yang berkualitas. Dexa juga berusaha untuk

mempertahankan posisinya sebagai market leader yang telah diakui pada tingkat

nasional. Dexa juga berupaya dalam menghadapi tantangan di era globalisasi

untuk dapat menjadi regional player hingga global player yang diakui.

Kegiatan di Dexa difokuskan pada pemaksimalan 4 kompetensi inti

sebagai berikut :

a. Resource Management, kemampuan untuk menggunakan sumber daya

dalam menghasilkan produk yang terbaik dengan cara yang paling efektif.

b. Innovation, kemampuan dan komitmen untuk senantiasa menciptakan

budaya yang inovatif di mana karyawan diberi kebebasan untuk melakukan

apa yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan produk

yang lebih baik, unggul, dan berbeda.

c. Strategic Alliances, kemampuan untuk menyeleksi dan mempertahankan

partner yang tepat untuk mendapatkan bentuk kerjasama yang sinergis.

d. Change Management, kemampuan untuk mengantisipasi perubahan yang

dapat mempengaruhi bisnis dan industri di masa depan, untuk membuat

strategi dan mengimplementasikan rencana dengan cepat, dan untuk

mengambil keuntungan dari perubahan yang sedang dihadapi melalui

pengalaman-pengalaman yang pernah dihadapi Dexa sebelumnya.

3.2 Visi dan Misi PT. Dexa Medica

Visi dari PT. Dexa Medica adalah menjadi sebuah perusahaan yang

berbakti paling depan dalam menyediakan nilai tambah yang signifikan bagi

setiap customer dan mitra usahanya dengan selalu bekerja giat secara efektif,

efisien, dan berkesinambungan untuk meraih health for all, kesehatan bagi semua

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

19

Universitas Indonesia

di tingkat nasional, regional, maupun global. Dengan motto 'expertise for the

promotion of health', Dexa memiliki misi untuk senantiasa mengembangkan

segala kemampuan kefarmasian dengan cara, inovasi dan perbaikan yang

berkelanjutan, meningkatkan pangsa pasar, efisiensi biaya, dan mengadakan

aliansi strategis.

Seluruh karyawan Dexa adalah bagian dari sebuah tim besar, sehingga

setiap anggota tim dituntut untuk berperilaku dan memegang teguh nilai-nilai

serta corporate culture perusahaan, yaitu :

a. Striving for excellence

Komitmen untuk senantiasa menyediakan nilai tambah perusahaan terhadap

kepentingan konsumen internal maupun eksternal melalui penumbuhan

kepercayaan dan penerapan standar di setiap waktu.

b. Act Professionally

Selalu menunjukan dedikasi tinggi untuk senantiasa bekerja cerdas dan

profesional yang mengedepankan kejujuran dan integritas.

c. Deal with Care

Kesungguhan untuk berusaha memahami lebih dulu, menghargai sesama

dan selalu dapat menghasilkan win-win solution pada seluruh aspek bisnis.

3.3 Logo PT. Dexa Medica

Gambar 3.1. Logo PT. Dexa Medica.

Nama Dexa Medica berasal dari kata ‘deca’ atau sepuluh yang merupakan

hasil terbaik yang mungkin dicapai dan kata ‘medica’ yang menunjukkan identitas

dalam dunia medis. Segitiga merupakan bentuk paling efisien yang bisa berdiri

dengan kokoh yang melambangkan 3 pilar yaitu Dexa-Distributor-Customer.

Huruf ‘d’ yang dibuat seperti benzena yang berada dalam bentuk segitiga berarti

deka yang artinya sepuluh dan gugus benzena yang merupakan inti dari berbagai

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

20

Universitas Indonesia

jenis bahan kimia. Warna merah melambangkan sifat berani dan bersemangat.

Warna putih melambangkan kemurnian atau pure. Tulisan Dexa yang berwarna

hitam menunjukkan kokoh dan tegas. Arti logo secara keseluruhan yakni Dexa

Medica itu berani, kokoh, pure, efektif, efisien dan bergerak dalam pelayanan

kesehatan.

3.4 Lokasi dan Bangunan

Pabrik PT. Dexa Medica site Palembang berlokasi di Jalan Jenderal

Bambang Utoyo nomor 138 Palembang, Sumatera Selatan. Bagian Pemasaran PT.

Dexa Medica terletak di Titan Center, Jalan Boulevard Bintaro Blok B7/B1 No.

05, Tangerang. Bangunan PT. Dexa Medica site Palembang meliputi :

a. Gedung produksi non-sefalosporin dan office

b. Gedung unit produksi sefalosporin

c. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

d. Gudang bahan baku dan pengemas (untuk produksi reguler terpisah dengan

sefalosporin)

e. Gudang Obat Jadi di Jalan Perintis

3.5 Departemen Produksi

PT. Dexa Medica memiliki dua unit fasilitas produksi yaitu unit fasilitas

produksi non sefalosporin dan unit fasilitas produksi sefalosporin yang terpisah

satu sama lain. Tujuan dari pemisahan fasilitas ini adalah untuk mencegah

kontaminasi silang antara produk reguler dengan produk golongan sefalosporin.

Zat-zat dari golongan sefalosporin ini memiliki tingkat sensitisasi yang tinggi

kepada manusia. Paparan zat ini pada manusia yang sensitif dapat menyebabkan

reaksi alergi ringan hingga berat.

Departemen Produksi akan menerima rencana produksi mingguan dari

bagian Demand and Supply Planning (DSP) yang selanjutnya akan dipecah

(breakdown) menjadi rencana produksi harian. Berdasarkan alur kegiatan

(business process flow) Departemen Produksi memiliki tiga kegiatan utama, yaitu

Pembuatan (processing), merupakan kegiatan dari tahap penimbangan hingga

pengemasan kemasan primer; pengemasan (packaging), merupakan proses

kegiatan pengemasan kemasan sekunder; dan evaluasi kinerja produksi

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

21

Universitas Indonesia

(production performance evaluation), yang merupakan proses evaluasi kinerja

produksi.

3.5.1 Unit Produksi Non Sefalosporin

Unit produksi non sefalosporin memproduksi tablet (konvensional, salut

selaput, salut enterik dan salut gula), kapsul dan suspensi kering. Kegiatan proses

produksi non sefalosporin terdiri atas:

a. Penimbangan Bahan

Kegiatan penimbangan bahan dilakukan sesuai dengan work order

pick list (WOP list) sesuai dengan rencana produksi yang telah ditentukan.

WOP list berisi bahan-bahan yang digunakan beserta jumlahnya dalam satu

bets, beserta label identitas dan status dari bahan-bahan tersebut. Bahan-

bahan yang akan digunakan dalam proses produksi diserahkan ke bagian

produksi oleh bagian logistik melalui suatu pass box. Hal ini dilakukan

karena adanya perbedaan kelas antara ruang produksi dan gudang.

Bahan yang sudah diterima akan ditimbang satu per satu, dimulai dari

bahan tambahan hingga bahan aktif. Proses penimbangan dilakukan

minimal oleh dua orang, sebagai operator penimbang dan yang lainnya

sebagai pengawas. Secara umum bahan baku ditimbang dalam suatu

weighing hood yang memiliki aliran udara laminar (laminar air flow)

dengan penyaring HEPA di bagian atas.

Bahan akan diperiksa terlebih dahulu oleh petugas penimbangan

sebelum dilakukan penimbangan. Pengecekan bahan yang ditimbang

meliputi label identitas (nama bahan, nomor bets) dan label status. Alat

timbangan dibersihkan dengan penyedot debu setelah selesai digunakan

untuk menimbang satu bahan. Pada proses penimbangan, tidak boleh ada

dua bahan yang berbeda dalam ruang timbang untuk mencegah terjadinya

kontaminasi silang. Operator juga dikondisikan agar tidak bersentuhan

langsung dengan bahan baku. Setelah penimbangan terakhir, yaitu

penimbangan zat aktif, dilakukan proses pembersihan menyeluruh pada

ruang penimbangan.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

22

Universitas Indonesia

b. Pencampuran (Mixing) dan Granulasi

Pencampuran (Mixing) merupakan proses pencampuran dua atau lebih

bahan menjadi suatu campuran yang homogen sedangkan proses granulasi

adalah proses pembentukan suatu agregat berupa granul yang memilki sifat

alir dan kompresibilitas yang baik sehingga akan mempermudah proses

pencetakan tablet. Granulasi merupakan tahapan yang mempengaruhi proses

pencetakan tablet dan sifat tablet yang terbentuk.

Unit produksi non sefalosporin memiliki tiga ruang granulasi, di mana

satu ruang granulasi masih menggunakan sistem pemindahan terbuka (open

system) dan ruang lainnya sudah mengggunakan sistem pemindahan tertutup

(close system) sehingga lebih baik dalam meminimalisasi debu selama

proses. Proses granulasi terbagi menjadi empat tahap, yaitu:

1) Pencampuran (Mixing) pertama yaitu proses pencampuran yang dilakukan

antara bahan aktif dan eksipien fase dalam. Proses mixing dilakukan di

dalam suatu alat yang disebut mixer. Kecepatan dan lama pengadukan

merupakan parameter kritis yang harus diperhatikan.

2) Pengeringan (Drying) merupakan proses pengeringan campuran serbuk hasil

granulasi dengan menggunakan alat fluidized bed dryer (FBD). Prinsip

pengeringannya adalah aliran udara panas dialirkan melalui pipa aliran

udara masuk (inlet) dimana proses pengeringan terjadi karena proses

transfer panas antara aliran udara panas dengan granul basah dan kemudian

aliran udara panas akan keluar melalui pipa aliran udara keluar (outlet).

Parameter kritis yang harus diperhatikan adalah suhu FBD, aliran udara

panas dan lama pemanasan. Granul yang telah dikeringkan diperiksa kadar

airnya.

3) Pengayakan (Sieving) atau proses pengayakan bertujuan untuk

menyeragamkan diameter granul dengan menggunakan alat yang disebut

sieving mill. Parameter kritis yang harus diperhatikan adalah ukuran pori

ayakan. Pada granul yang telah diayak, dilakukan in process control (IPC)

yang meliputi, distribusi ukuran partikel.

4) Pencampuran (Mixing) kedua, dilakukan setelah granul diayak. Proses ini

bertujuan untuk mencampur granul hasil proses sebelumnya dengan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

23

Universitas Indonesia

eksipien fase luar, seperti disintegran luar, pelincir dan anti adherent. IPC

yang dilakukan adalah pengujian laju alir dengan menggunakan flow meter.

c. Pencetakan dan Penyalutan (Coating)

Proses pencetakan tablet dilakukan setelah ada pemeriksaan terhadap

kondisi mesin tablet, seperti kebersihan dan jenis punch dan die yang akan

digunakan. Bagian mesin tablet yang bersentuhan langsung dengan bahan

obat dibilas terlebih dahulu dengan menggunakan plasebo yang terdiri dari

eksipien tanpa zat aktif. Hal ini perlu dilakukan karena penyimpanan punch

dan die dilapisi dengan oli food grade. Setelah itu, proses pencetakan tablet

dapat dilakukan.

Pengambilan sampel untuk pemeriksaan tablet dilakukan secara

berkala untuk pemeriksaan bobot serta pengambilan sampel pada awal,

tengah dan akhir proses untuk seluruh pemeriksaan tablet, yang meliputi uji

kekerasan, keregasan, waktu hancur dan sebagainya. Pada setiap mesin

tablet dilengkapi dengan deduster yang berfungsi untuk menghilangkan

debu sisa proses dan pendeteksi logam untuk mendeteksi logam yang

mungkin mengkontaminasi tablet yang dapat berasal dari bagian mesin atau

bahan baku.

Proses penyalutan tablet merupakan tahap pilihan. Penentuan

penyalutan tablet tergantung pada tujuannya seperti menutupi organoleptis

obat yang buruk, melindungi obat dari kelembapan atau modifikasi

pelepasan obat. Proses penyalutan dapat menggunakan pelarut organik

maupun pelarut air tergantung dari bahan penyalut yang digunakan. Jenis

penyalut yang diproduksi adalah salut selaput, salut enterik dan salut gula.

Parameter kritis pada proses penyalutan adalah temperatur serta jumlah dan

frekuensi penyemprotan penyalut. Tablet yang sudah disalut disimpan

dalam ruang karantina untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan bobot

tablet dan uji waktu hancur obat.

d. Pengisian (Filling)

Sediaan kapsul dan suspensi kering, akan menjalani proses pengisian

ke dalam cangkang kapsul dan botol setelah proses pencampuran dan

granulasi. Kapsul dan botol yang telah diisi diperiksa secara visual untuk

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

24

Universitas Indonesia

memastikan ada tidaknya kapsul dan botol yang rusak akibat proses

pengisian. Pada mesin pengisian kapsul juga dilengkapi dengan penyeleksi

kapsul yang tidak terisi penuh, deduster dan pendeteksi logam.

e. Stripping atau Blistering

Stripping atau blistering merupakan proses pengemasan sediaan tablet

maupun kapsul pada kemasan primer berupa strip atau blister. Fungsi

kemasan adalah untuk melindungi produk obat dari pengaruh lingkungan

seperti cahaya, suhu dan kelembapan serta untuk memudahkan dalam proses

pendistribusian. Bahan kemasan primer yang biasa digunakan adalah botol

untuk wadah gelas; alumunium foil, PVC atau PVDC untuk blister; dan

pollycelonium untuk strip. Kemasan blister memiliki kelebihan berupa

bahan yang lebih murah dari pada kemasan strip. Sedangkan kemasan strip

lebih melindungi obat dari cahaya dan kelembaban dibandingkan dengan

kemasan blister. Pada produk suspensi kering, kemasan primernya berupa

botol yang selanjutnya akan disegel dengan tutup botol.

Proses pengemasan dimulai dari pengisian tablet atau kapsul ke dalam

mesin blistering atau stripping melalui hopper, selanjutnya tablet atau

kapsul akan bergerak ke bagian mold untuk disatukan/dibungkus dengan

bahan kemas (molding), untuk selanjutnya dipotong sesuai dengan ukuran

yang diinginkan (cutting). Pada kemasan blister, bahan kemas PVC terlebih

dahulu dibentuk (forming) menjadi berbentuk kantung-kantung yang sesuai

dengan bentuk produk obat.

Pencetakan nomor bets, tanggal daluwarsa dan harga eceran tertinggi

pada kemasan primer dapat dilakukan dengan cara emboss atau cap tinta.

Penomoran dengan cara emboss dilakukan sebelum tahap pembungkusan,

sedangkan pada metode cap tinta dilakukan setelah proses pembungkusan

obat. Pemeriksaan kekosongan pada blister dilakukan dengan menggunakan

sensor kekosongan yang dapat mendeteksi adanya kantung-kantung yang

kosong pada blister. Parameter kritis yang perlu diperhatikan adalah adanya

kantung yang kosong pada blister atau strip, pencetakan label yang sesuai

pada kemasan primer, suhu pada saat molding dan kebocoran.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

25

Universitas Indonesia

3.5.2 Unit Produksi Sefalosporin

Sesuai dengan ketentuan CPOB, fasilitas produksi sefalosporin harus

terpisah dari unit produksi non sefalosporin. PT. Dexa Medica juga memiliki

fasilitas sefalosporin yang sudah sesuai dengan cGMP dan mengacu pada ISO

14644 mengenai cleanroom dan associated controlled environment. Gedung

produksi sefalosporin terdiri atas tiga lantai, dengan fasilitas pada masing-masing

lantai:

a. Lantai satu : gudang, kantin, loker dan kantor

b. Lantai dua: fasilitas produksi sediaan padat meliputi: kapsul, tablet, suspensi

kering dan serbuk kering steril untuk injeksi.

c. Lantai tiga: fasilitas mezzanine berupa utility, water system dan

laboratorium pengawasan mutu.

Unit produksi sefalosporin sudah menerapkan teknologi aseptic in line

production system di mana proses pembuatan sediaan steril dimulai dari

pencucian vial, pengisian, capping, hingga proses pengemasan sekunder

dilakukan secara in line. Pencucian vial dilakukan dengan menggunakan air murni

dan air untuk injeksi, kemudian dikeringkan dengan penyemprotan udara steril.

Selanjutnya vial disterilisasi dan didepirogenisasi pada suhu 330ºC, kemudian

mengalami proses pendingin dan siap dilakukan proses pengisian.

Vial yang sudah disterilisasi dipindahkan ke bagian pengisian yang berada

pada ruangan kelas A dengan latar belakang kelas B secara otomatis. Mesin akan

menimbang bobot kosong vial dan bobot vial sesudah diisi, sehingga bobot obat

dapat diketahui. Parameter IPC yang diperhatikan adalah bobot sediaan yang

berpengaruh secara langsung pada dosis sediaan. Selanjutnya vial ditutup dengan

rubber stopper yang selanjutnya disegel dengan alucap. Vial yang sudah ditutup

akan masuk ke area pengemasan sekunder di mana vial akan diperiksa secara

visual terkait integritas penutupannya, bentuk fisik vial serta ada tidaknya partikel

asing.

Produk obat kemudian dikemas dalam kemasan sekunder secara manual

melalui tenaga manusia. Pengendalian kondisi lingkungan menjadi hal yang

diperhatikan secara cermat. Unit sefalosporin memiliki sistem BAS (Building

Automatic System) yang memungkinkan pemantauan dan kondisi lingkungan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

26

Universitas Indonesia

seperti suhu, RH dan perbedaan tekanan antar kelas ruangan. Sistem HVAC

dinyalakan selama 24 jam untuk menjamin kondisi ruangan yang memenuhi

syarat.

Validasi media fill dilakukan dua kali dalam setahun sesuai dengan

ketentuan regulator. Validasi media fill dilakukan sama seperti pada pembuatan

produk steril di vial dan ditambahkan/diisikan oleh media pertumbuhan mikroba

cair. Proses selanjutnya vial akan diinkubasi selama 14 hari dan dilihat ada

tidaknya kekeruhan. Proses validasi media fill dilakukan untuk menjamin proses

produksi produk steril berjalan secara aseptis.

Proses sanitasi dilakukan setiap hari dan setiap pekannya dilakukan

fumigasi. Mesin dan alat yang tidak berkontak langsung dengan produk, dicuci

dengan air murni (PW), dibilas dengan air untuk injeksi (WFI) dan disemprot

dengan alkohol 70%. Mesin dan alat yang berkontak langsung dengan produk

akan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C. Pada penanganan limbah

industri dari obat golongan β-laktam, diperlukan penghancuran cincin β-laktam

terlebih dahulu dengan menambahkan NaOH dan didiamkan selama 24 jam untuk

selanjutnya dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.

3.6 Departemen Quality

PT. Dexa Medica memiliki Departemen Quality yang membawahi Quality

control, Quality compliance dan Quality validation. Quality control memiliki

tugas utama antara lain, penanganan instrumen, pengawasan bahan baku, uji

laboratorium, penanganan reagensia dan studi uji stabilitas, penanganan sampel

pertinggal. Quality compliance memiliki tugas antara lain, kontrol proses

produksi, pengkajian produk dan kontrol terhadap perubahan, tindakan koreksi

dan tindakan pencegahan pada produk (corrective action and preventive action of

product) dan pengawasan desain. Tugas dari Quality validation meliputi, validasi

proses, validasi sistem komputer, dan kontrol terhadap peralatan dan fasilitas

berupa kualifikasi, kalibrasi dan validasi pembersihan.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

27

Universitas Indonesia

3.6.1 Quality Compliance

3.6.1.1 Kontrol terhadap Proses Produksi

Quality compliance melakukan inspeksi produksi obat sejak proses

penimbangan hingga proses pengemasan. Setiap penyimpangan yang terjadi

kemudian didokumentasikan dan dilaporkan. Upaya CAPA (corrective action and

preventive action) dan penilaian risiko terhadap berbagai penyimpangan tersebut

harus dilakukan serta didokumentasikan. Pengawasan terhadap proses produksi

dilakukan pada setiap bets yang sedang diproduksi sedangkan pengawasan

terhadap lingkungan produksi dilakukan secara berkala.

Selain kegiatan inspeksi, dilakukan pula kegiatan audit terhadap hasil

produksi berdasarkan kontrak (toll out manufacturing) dan pemasok. Audit

terhadap hasil produksi berdasarkan kontrak (toll out manufacturing) dilakukan

secara berkala untuk memastikan fasilitas dan proses produksi obat berdasarkan

kontrak sesuai dengan standar CPOB. Sebelum dilakukan audit terhadap hasil

produksi mitra kontrak, jadwal rencana audit akan dikirimkan kepada mitra

kontrak. Jika jadwal tersebut sesuai maka audit dilakukan dengan cara langsung

mengunjungi site produksi dan audit terhadap dokumen dilakukan. Penyimpangan

selama proses produksi saat dilakukan audit yang mungkin ditemukan,

didokumentasikan dan dilaporkan. PT. Dexa Medica berhak mempertanyakan

proses penanggulangan pada mitra kontrak dan hasil laporan penanggulangan

(CAPA) dilampirkan dalam laporan audit.

Audit terhadap pemasok dilakukan dengan cara mengunjungi langsung

tempat produksi pemasok (site audit) dan analisis dokumen (desk audit). Selain

itu, diperiksa pula rekam jejak dari pemasok dan rekomendasi dari industri lain

terhadap produsen tersebut. Pemeriksaan rekam jejak yang dilakukan berupa

pemeriksaan kualitas berupa rekam jejak bahan baku yang tidak memenuhi

persyaratan, keterlambatan penerimaan, penyimpangan terhadap proses produksi

karena bahan baku dan sebagainya.

3.6.1.2 Pengkajian Produk dan Kontrol terhadap Perubahan

Dalam melaksanakan tugas product review dan kontrol terhadap

perubahan, Quality compliance melakukan beberapa kegiatan meliputi :

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

28

Universitas Indonesia

a. Pengkajian catatan bets, yaitu proses penelusuran terhadap dokumen tiap

bets produksi, dokumen hasil uji laboratorium, dan dokumen lain yang

terkait, misal dokumen penyimpangan dan CAPA dari produk apabila ada

serta dokumen kondisi fasilitas ketika produksi dan sebagainya. Pengkajian

catatan bets dilakukan pada produk yang diproduksi pada fasilitas sendiri,

produk hasil produksi berdasarkan kontrak dan produk impor.

b. Product release process yaitu proses pelepasan produk ke pasaran. Produk

yang sudah terdokumentasikan dengan lengkap dan memenuhi persyaratan

dinyatakan siap dipasarkan (release). Setelah produk dinyatakan release

maka sistem akan menyatakan produksi selesai untuk satu bets tersebut.

c. Kontrol terhadap perubahan, terutama perubahan-perubahan yang

berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk harus dilakukan

pemeriksaan (assesment) agar diketahui dampak yang dapat ditimbulkan

terhadap produk. Perubahan yang terjadi mungkin saja dapat ditoleransi,

atau perlu dilakukan validasi ulang tergantung dari hasil pemeriksaan

(assesment) yang dilakukan. Setiap perubahan yang terjadi harus

didokumentasikan dalam catatan perubahan dan ditambahkan ke dalam

catatan bets. Perubahan yang mungkin terjadi antara lain perubahan alat

produksi, perubahan metode analisis, perubahan reagen pembantu yang

digunakan dan sebagainya.

3.6.1.3 Tindakan Koreksi dan Tindakan Pencegahan pada Produk

Kegiatan corrective action and preventive action (CAPA) mencakup

penelurusan terhadap penyebab terjadinya penyimpangan (root cause analysis),

tindakan perbaikan terhadap penyebab terjadinya penyimpangan dan tindakan

pencegahan terhadap penyebab terjadinya penyimpangan agar tidak terulang

kembali. Tujuan dari CAPA adalah mengoptimalkan proses produksi sehingga

tidak terjadi penyimpangan yang sama selanjutnya. Implementasi CAPA produk

tidak hanya dilakukan bagian Quality saja, tetapi dapat pula dilakukan oleh bagian

lain. Salah satu contoh penerapan tindakan CAPA antara lain dilakukan pada

produk yang mendapatkan keluhan dari konsumen. Keluhan yang terjadi mungkin

disebabkan oleh kemasan yang cacat, produk ditemukan tidak memenuhi syarat,

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

29

Universitas Indonesia

atau produk memiliki khasiat klinis yang kecil. Setiap keluhan yang masuk akan

diklasifikasikan sebagai keluhan ringan, sedang, berat atau bukan keluhan.

Keluhan dengan katagori ringan dapat langsung disampaikan jawaban atas

keluhan tersebut. Untuk keluhan yang sedang sampai berat perlu dilakukan

penelusuran terlebih dahulu dan dilakukan kajian. Setelah mendapatkan jawaban

yang sesuai, maka jawaban tersebut disampaikan kepada konsumen dan segera

dilakukan tindakan koreksi dan tindakan pencegahannya. Produk obat mungkin

saja perlu dilakukan penarikan kembali (recall) akibat temuan produk obat yang

sudah tidak memenuhi persyaratan. Penarikan kembali juga dapat dilakukan oleh

PT. Dexa Medica sendiri berdasarkan hasil studi stabilitas jangka panjang yang

sudah tidak memenuhi persyaratan. Produk yang ditarik kembali harus dilaporkan

kepada BPOM.

3.6.2 Quality Validation

3.6.2.1 Validasi Proses

Bagian Quality melakukan validasi proses terhadap produk yang sudah

masuk pada produksi skala produksi pabrik. Pada awal pengembangan suatu

produk baru, validasi proses dilakukan oleh bagian research and development.

Pada siklus pengembangan produk baru, produk pertama kali dibuat dalam skala

laboratorium, kemudian dilakukan trial pada skala pilot dengan dilakukan

berbagai optimasi. Selanjutnya proses scale up produk, dimana produk mulai

dibuat dalam skala produksi pabrik. Di antara proses transfer dari skala pilot ke

skala pabrik dilakukan proses optimasi dan validasi proses oleh bagian research

and development. Setelah produk dinyatakan baik dan memenuhi persyaratan,

proses transfer teknologi dilakukan oleh bagian research and development kepada

bagian produksi. Bagian Quality ikut berperan dalam proses transfer teknologi ini.

Bila terjadi perubahan selama proses yang berpengaruh terhadap produk obat

maka validasi proses harus dilakukan dan kegiatan ini dikerjakan oleh bagian

Quality.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

30

Universitas Indonesia

3.6.2.2 Equipment and Facility Control

Kontrol terhadap peralatan dan fasilitas yang dilakukan meliputi validasi

pembersihan, kualifikasi dan validasi fasilitas atau instrumen yang dapat

berpengaruh terhadap mutu produk.

a. Validasi pembersihan

Validasi pembersihan adalah pembuktian secara terdokumentasi

terhadap prosedur pembersihan. Tujuan validasi pembersihan adalah

membuktikan bahwa setiap alat produksi memenuhi kriteria bersih secara

kimia, mikrobiologi dan visual. Validasi pembersihan menggunakan sistem

rasionalisasi di mana tidak setiap alat dilakukan validasi pembersihan secara

menyeluruh. Pada sistem rasionalisasi digunakan pendekatan bracketing dan

worst case. Pendekatan bracketing dilakukan dengan mengelompokan alat-

alat berdasarkan jenisnya, seperti kelompok alat mixer atau mesin cetak.

Pendekatan worst case dilakukan terhadap parameter kritis meliputi

kelarutan zat aktif, LD50 zat aktif, potensi zat aktif dan kesulitan pencucian.

Setiap parameter akan diberikan nilai berdasarkan resiko pencemaran.

Semakin tinggi resiko pencemaran, maka akan semakin tinggi nilainya

sehingga perlu dilakukan validasi pembersihan.

Metode pengambilan sampel pada validasi pembersihan menggunakan

metode swab dan rinse. Metode tersebut dilakukan berdasarkan desain

mesin produksi. Metode validasi pembersihan menggunakan metode

spesifik dan non spesifik. Metode spesifik dilakukan dengan cara mengukur

zat aktif dengan metode analisis yang telah tervalidasi. Secara umum

kriteria penerimaannya adalah kadar cemaran kurang dari 10 ppm atau 0,1%

dari therapeutical daily dose. Metode non spesifik dilakukan dengan cara

menetapkan kadar semua kontaminan, termasuk zat aktif, eksipien dan

detergen. Penetapan kadar dilakukan dengan metode total organic carbon

analysis. Validasi prosedur pembersihan dilakukan tiga kali berurutan untuk

membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi.

b. Kualifikasi

Kualifikasi adalah pembuktian terdokumentasi terhadap alat atau

mesin untuk memastikan alat atau mesin bekerja sesuai dengan tujuan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

31

Universitas Indonesia

penggunaannya. Proses kualifikasi meliputi kualifikasi desain, kualifikasi

instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja dan kontrol perubahan.

Proses kualifikasi dilakukan secara berurutan dari kualifikasi desain hingga

kualifikasi kinerja dan terdokumentasi. Prosedur kualifikasi harus disetujui

oleh manajer Quality sebelum dilakukan. Rekualifikasi dilakukan pada alat

atau mesin yang telah mengalami perbaikan, pemindahan tempat atau

memang harus rutin dilakukan seperti pada alat disolusi.

PT. Dexa Medica menggunakan suatu sistem kualifikasi yang

digunakan untuk menilai dampak perubahan terhadap kualitas. Sistem

kualifikasi ini dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :

1) Direct impact I, merupakan perubahan yang dapat mempengaruhi produk

secara langsung dan sifatnya kritis (efek pada kualitas produk dan

konsumen besar).

2) Direct impact II, merupakan perubahan yang dapat mempengaruhi produk

secara langsung namun risikonya tidak sebesar direct impact I.

3) In-direct impact, merupakan perubahan yang tidak mempengaruhi produk

secara langsung, misalnya kerusakan pada boiler.

4) No-impact, merupakan perubahan yang tidak mempengaruhi produk secara

langsung maupun tidak langsung.

c. Kalibrasi

Kalibrasi bertujuan untuk memastikan suatu alat ukur memiliki

akurasi yang tinggi. Pada PT Dexa Medica, semua alat ukur yang berkaitan

dengan produk dikalibrasi. Proses kalibrasi dilakukan dengan cara

membandingkan alat ukur dengan kalibrator. Kalibrator dapat berupa alat

yang sama dengan spesifikasi yang lebih tinggi atau zat baku pembanding.

Kalibrator yang berupa alat ukur harus memiliki ketelusuran yang jelas

dengan standar primer. Kalibrator berupa zat baku pembanding yang

merupakan USP reference standard. Setiap alat ukur memiliki interval

kalibrasi tersendiri. Interval kalibrasi mengacu pada rekomendasi Badan

Standardisasi Nasional, buku manual atau hasil studi mandiri.

Penyimpangan yang ditemukan pada hasil kalibrasi akan dibandingkan

dengan kriteria penerimaan. Apabila masih di dalam kriteria penerimaan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

32

Universitas Indonesia

maka alat ukur masih dapat digunakan. Namun apabila penyimpangan

berada di luar kriteria penerimaan maka dilakukan penyesuaian. Apabila

tidak dapat dilakukan penyesuaian maka perlu dilakukan perbaikan.

d. Validasi sistem komputer

Rancangan desain validasi sistem komputer sudah mulai dibuat oleh

bagian Quality PT. Dexa Medica pada tahun 2011 dan di awal tahun 2012

mulai diimplementasikan secara bertahap. Rancangan ini mengacu pada

Good Automatic Manufacturing Practice (GAMP). Untuk saat ini desain

validasi sistem komputerisasi terpisah dari rencana induk validasi, namun

harapannya setelah validasi sistem komputerisasi sudah berjalan baik maka

akan dimasukan ke dalam bagian rencana induk validasi.

3.6.3 Quality Control

Pengawasan mutu (quality control) merupakan salah satu elemen dalam

menjamin mutu suatu produk. Bagian pengawasan mutu memiliki lima kegiatan

utama, yaitu penanganan instrumen, pengawasan bahan baku, uji laboratorium,

penanganan reagensia dan studi uji stabilitas, serta penanganan sampel pertinggal.

Laboratorium QC reguler memiliki 5 ruangan utama, yaitu ruang instrumen, ruang

penimbangan, ruang asam, ruang mikrobiologi, serta ruangan preparasi.

3.6.3.1 Penanganan Instrumen

Penanganan instrumen (Instrument handling) merupakan kegiatan

pengelolaan instrumen yang ada di dalam laboratorium dengan tujuan untuk

memelihara instrumen yang ada di laboratorium. Setiap instrumen yang ada

dilakukan pembersihan alat, kalibrasi alat serta dilakukan perawatan alat secara

rutin. Umumnya dilakukan rotasi analis yang menggunakan suatu instrumen,

kecuali pada alat HPLC yang masing-masing memiliki analis sendiri.

3.6.3.2 Pengawasan Bahan Baku

Sampel uji yang masuk ke dalam bagian QC merupakan bahan baku,

bahan hasil proses produksi serta bahan lainnya dari berbagai departemen,

misalnya Departemen K3L. Sampling bahan baku yang datang dilakukan setelah

ada notifikasi dari bagian logistik untuk segera dilakukan pengambilan sampel.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

33

Universitas Indonesia

Bagian QC akan melakukan pengambilan sampel di dalam sampling hood di

gudang dan dibawa ke laboratorium untuk segera diperiksa. Bahan baku yang

sedang dalam proses pemeriksaan diberi status karantina. Analisis yang dilakukan

meliputi pemeriksaan berdasarkan spesifikasi yang ditetapkan. Bila sampel

diluluskan maka akan diberi status release dan bila ditolak akan diberi status

reject. Selain bahan baku, bagian QC juga memeriksa sampel bahan kemas untuk

diperiksa, baik bahan kemasan primer maupun sekunder.

3.6.3.3 Pengujian Laboratorium

Pengujian laboratorium merupakan kegiatan utama pada bagian QC.

Bagian QC memiliki dua laboratorium, yaitu laboratorium QC regular dan

laboratorium QC sefalosporin. Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium QC

meliputi pemeriksaan kimia dan mikrobiologi. Pengujian sampel dilakukan

apabila terdapat Request for Analysis (RFA) dari departemen terkait. Sampel yang

datang bersama dengan RFA selanjutnya akan dianalisis.

3.6.3.4 Penanganan Reagensia Mikrobiologi dan Kimia

Semua bahan-bahan kimia yang terdapat di dalam laboratorium dikelola

dengan baik untuk menjaga mutunya agar lebih tahan lama serta melindungi

pekerja di dalam laboratorium dari paparan bahan kimia tersebut. Bahan kimia

disimpan menurut reaktivitasnya dan sesuai dengan spesifikasi penyimpanan

bahan kimia tersebut. Bahan kimia yang sudah dikelompokan disimpan dengan

diurutkan secara alfabetis. Reference standard disimpan dalam ruangan khusus

dan digunakan sebagai baku primer untuk pembuatan working standar.

3.6.3.5 Studi Stabilitas dan Penanganan Sampel Pertinggal

Uji stabilitas dilakukan pada tiga bets berturut-turut untuk produk baru dan

cukup satu bets per item per tahun pada masing-masing kekuatan dosis. Kondisi

penyimpanan untuk uji stabilitas sebenarnya (ongoing stability) pada suhu

30±2°C dan RH 75±5%. Pengujian stabilitas dipercepat (accelerated stability)

dilakukan pada kondisi penyimpanan 40±2ºC dan RH 75±5%. Retained sampel

(sampel pertinggal) disimpan dalam lingkungan ambient dan akan diperiksa bila

ada keluhan terhadap produk terkait mutu produk obat yang ada di pasaran.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

34

Universitas Indonesia

Uji stabilitas yang dilakukan dapat dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :

a. New product stability

Uji stabilitas dilakukan pada produk yang mengandung senyawa kimia baru,

bentuk baru, bentuk sediaan baru, produk yang baru satu kali diproduksi di

industri, dan produk yang dimodifikasi bentuk sediaannya, misalnya kapsul

menjadi tablet, tablet menjadi tablet salut selaput, tablet menjadi sirup, dll.

Jenis uji stabilitas yang dilakukan adalah uji stabilitas dipercepat dan

sebenarnya dengan jumlah bets yang diambil sebesar dua bets skala

produksi.

b. Ongoing stability

Uji stabilitas dilakukan pada produk secara kontinu pada satu bets tiap tahun

untuk tiap kekuatan, ukuran bets, bentuk sediaan dan kemasan, termasuk

produk repack. Jenis uji stabilitas yang dilakukan adalah uji stabilitas jangka

panjang dengan jumlah bets yang diambil sebanyak satu bets skala produksi.

c. Follow up stability

Uji stabilitas dilakukan pada produk yang mengalami pengolahan ulang

(reproducing) dan/atau penyimpangan yang berdampak pada profil

parameter stabilitas. Apabila terdapat pengolahan ulang dan/atau

penyimpangan yang sama pada suatu produk dan follow up stability sudah

pernah dilakukan dengan hasil stabilitas yang baik, maka bets tersebut tidak

perlu dilakukan uji stabilitas kembali. Jenis uji stabilitas yang dilakukan

adalah uji stabilitas dipercepat dan jangka panjang (hanya sampai expired

date) dengan jumlah bets yang diambil sebanyak satu bets skala produksi.

d. Modified product stability

Uji stabilitas pada produk yang mengalami perubahan seperti formula,

ukuran bets, dll. Jenis uji stabilitas dan jumlah bets yang diambil sesuai

dengan pengendalian perubahan terkait yang mengacu pada peraturan yang

berlaku.

e. In use stability

Uji stabilitas dilakukan pada produk yang dikemas dalam wadah multidose

yang apabila terdapat pengulangan dalam hal buka – tutup wadah dapat

menimbulkan pengaruh terhadap profil parameter stabilitas. In use stability

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

35

Universitas Indonesia

bersifat studi yang hanya dilaksanakan satu kali per produk. Desain tes studi

stabilitas dan jumlah sampel dirancang sedemikian rupa untuk dapat

mensimulasikan penggunaan produk dalam praktek di lapangan yang sesuai

dengan klaim pada label.

Berikut merupakan kondisi uji stabilitas yang dilakukan oleh Departemen

Pengawasan Mutu PT Dexa Medica:

Tabel 3.1. Kondisi penyimpanan pada uji stabilitas.

Uji jangka panjang Uji dipercepatKondisi Penyimpanan

dalam Climatic Chamber /ruang stabilitas

Suhu 30 + 2oC, Rh 75 +5%

Suhu 40 + 2oC, Rh 75 +5%

Suhu 25 + 2oC, Rh 60 +5%

Suhu 40 + 2oC, Rh 75 +5%

Suhu 5 + 2oC Suhu 25 + 2oC, Rh 60 +5%

Parameter-parameter yang dilihat dalam uji stabilitas pada berbagai

sediaan oleh Departemen Pengawasan Mutu PT Dexa Medica adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2. Parameter pengujian sediaan obat.

Jenis Parameter fisik Parameter kimia Parametermikrobiologi

Tablet / kaplet Pemerian,kekerasan, bobot,waktu hancur

Disolusi, kadar, isi,kemurnian

Tablet / kapletbersalut

Pemerian,kekerasan, bobot,waktu hancur

Disolusi, kadar, isi,kemurnian

Jasad renik

Kapsul Pemerian (kapsuldan isi kapsul),bobot, waktuhancur

Disolusi, kadar, isi,kemurnian

Jasad renik

Serbuk steriluntuk injeksi

Pemerian, pH,particulate matter(hanya pada 0bulan, saatdaluarsa, dandaluarsa + 1 tahun)

Kadar, kemurnian Sterilitas,endotoksin bakteri(hanya pada 0bulan, saatdaluarsa, dandaluarsa + 1 tahun)

Sirup kering Pemerian, pH, BJ Kadar, kemurnian Jasad renikSuspensi Pemerian, pH, BJ Kadar, kemurnian Jasad renik

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

36

Universitas Indonesia

3.7 Sistem, Audit dan Dokumentasi (SAD)

SAD adalah suatu bagian yang mengelola integrasi manajemen sistem

yang disebut sebagai Dexa Integrated System (DIS) yang bertujuan untuk

mengharmonisasi semua sistem dan standar yang digunakan oleh semua

departemen di PT. Dexa Medica. DIS mengakomodasi segala persyaratan dan

standar yang ada di dalam perusahaan seperti CPOB, ISO 9001, ISO 14001, ISO

22000 (HACCP), OHSAS 18001 dan standar lain serta regulasi terkait dari

pemerintah seperti aturan dari Kementrian Tenaga Kerja, Kementrian Lingkungan

Hidup dan sebagainya. Secara garis besar tujuan utama dari pelaksanaan DIS

adalah penerapan dari semua persyaratan dan standar tersebut dalam proses

kegiatan di perusahaan serta pengelolaan dokumen tersebut dengan baik dan

benar.

Dokumen merupakan segala bentuk informasi serta medianya yang

berhubungan dengan produksi suatu produk. Hal yang termasuk dalam dokumen

antara lain prosedur, spesifikasi dan rekaman. Dalam DIS, dokumen memiliki

tingkat hirarki yaitu:

a. Organization manual, berisi kebijakan perusahaan, sistem bisnis secara

keseluruhan serta rangkuman dari prosedur-prosedur yang ada

b. Organization policy, berisi kebijakan-kebijakan yang ada dalam perusahaan

dan mempengaruhi seluruh bagian dari perusahaan.

c. Procedure, berupa standard operation procedure (SOP) yang berisikan

deskripsi langkah-langkah yang dilakukan dalam menjalankan aktivitas

suatu proses tertentu.

d. Supporting documents, terdiri dari instruksi kerja, formulir, check list, dan

flowchart yang berisikan langkah – langkah kerja dalam menjalankan

aktivitas suatu proses secara detail ataupun dokumen yang digunakan untuk

pencatatan aktivitas yang telah ditetapkan.

e. Records, merupakan kumpulan form, label, sampel, grafik dan catatan

lainnya sebagai bukti terlaksananya dan efektivitas operasi dari suatu sistem.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

37

Universitas Indonesia

Aktivitas yang dilakukan DIS meliputi:

a. Documentation update

Merupakan kegiatan membuat, merevisi, mendistribusikan dan

memusnahkan dokumen berdasarkan prosedur yang sudah ditetapkan

b. Audit internal

Proses sistematik, independen dan terdokumentasi untuk mendapatkan bukti

objektif, untuk kemudian dievaluasi terhadap persyaratan yang telah

ditetapkan.

c. SGS surveillance audit

Mirip dengan internal audit namun dilakukan oleh auditor eksternal (SGS

Indonesia).

d. Implementasi CAPA

Pemastian terhadap implementasi dari CAPA (Corrective Action and

Preventive Action) selama proses audit oleh internal maupun eksternal.

e. DIS management review

Peninjauan terhadap quality management system (QMS) dari perusahaan

melalui BSC progress, audit results, EHS performance, improvement

projects, material performance, product complaint, drug complaint dan

customer satisfiction.

f. Balanced scorecard monitoring

Kegiatan pemastian dan penindaklanjutan terhadap BSC achieved pada

semua departemen.

g. DIS training awareness

Pemberian training mengenai DIS kepada seluruh karyawan PT. Dexa

Medica.

h. Continous improvement

Berupa program CIP/CRP (improvement and cost reduction) untuk semua

departemen dan program DES (Dexa Employee Suggestion) untuk semua

karyawan PT. Dexa Medica Palembang.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

38

Universitas Indonesia

3.8 Keselamatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan (K3L)

K3L bertujuan untuk memastikan pencegahan terhadap kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas kerja. Aspek yang

diperhatikan dalam ruang lingkup K3L meliputi keselamatan, kesehatan dan

keamanan pekerja, dan pekerjaannya serta kesehatan lingkungan kerja yang

mendukung produktifitas pekerja. Pengendalian terhadap penyebab kesalahan

kerja harus diminimalisasi karena salah satu penyebab terbesar kesalahan kerja

adalah faktor manusia. Aspek pengelolaan lingkungan meliputi pengelolaan

limbah baik limbah bahan berbahaya atau limbah bahan tidak berbahaya.

Pengendalian terhadap proses kerja, aktivitas, fasilitas utama dan fasilitas

penunjang perlu dilakukan agar dapat menjamin pelaksanaan K3L dengan baik.

3.8.1 Keselamatan Kerja

Kecelakaan kerja adalah hasil pertemuan antara aksi yang tidak aman

dengan kondisi yang tidak aman. Aksi yang tidak aman berhubungan dengan

perilaku pekerja dan lingkungan yang tidak aman berhubungan dengan kondisi

lingkungan yang berbahaya. Jika kedua faktor tersebut bertemu maka

kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan dan akhirnya menimbulkan kerugian

baik kepada perusahaan maupun terhadap pekerja. Kerugian terhadap pekerja

dapat berupa penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja yang menyebabkan

kecacatan pada pekerja baik kecacatan sementara maupun kecacatan permanen.

Kerugian yang diderita oleh perusahaan adalah kehilangan aset perusahaan berupa

pekerja dan biaya untuk perawatan dan pemulihan pekerja serta citra perusahaan

yang dapat turun apabila kejadian tersebut tersebar. Oleh karena itu dapat

disimpulkan efek-efek yang dapat timbul oleh kecelakaan kerja dapat bernilai

ekonomis yang menyangkut kepada keberlanjutan suatu perusahaan dan bernilai

non ekonomis yang menyangkut citra perusahaan dan psikologis pekerja.

3.8.2 Kesehatan Lingkungan

Departemen K3L juga mengelola limbah yang dihasilkan oleh pabrik baik

limbah padat maupun limbah cair. Limbah cair dapat berupa pelarut, reagen dari

laboratorium dan limbah non-laboratorium seperti air pencucian alat dan mesin.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

39

Universitas Indonesia

Limbah padat berupa strip atau blister yang rusak, wadah-wadah bekas dan bahan

lainnya. Sebelum dibuang ke lingkungan, limbah yang dihasilkan harus diolah

terlebih dahulu agar limbah tersebut tidak merusak atau mencemarkan

lingkungan. Limbah cair yang termasuk ke dalam golongan bahan beracun dan

berbahaya (B3) dan limbah padat dikirim ke Perusahaan Pengolahan Limbah

Industri (PPLI) untuk selanjutnya diolah.

Terdapat perbedaan pengolahan limbah unit produksi reguler dan unit

produksi sefalosporin. Limbah produksi obat golongan beta-lactam diolah dengan

ditambahkan NaOH terlebih dahulu selama 24 jam dalam fasilitas yang terpisah.

Hasil olahan tersebut selanjutnya disatukan dengan limbah dari unit produksi

reguler untuk diolah di unit pengolahan limbah yang sama. Proses pengolahan

limbah yang ada pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), antara lain:

a. Penampungan awal

Merupakan tempat penampungan awal limbah cair dari yang dihasilkan

industri.

b. Penetralan pH

Limbah dari penampungan awal dinetralkan hingga pH 6-9.

c. Aerasi

Terjadi pengolahan limbah secara biologi oleh mikroorganisme. Pada bak

aerasi berisi bakteri aerob beserta media pertumbuhannya. Proses oksigenasi

dilakukan agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak.

d. Proses sedimentasi awal

Proses ini terjadi di bak lamela I. Endapan akan terjebak pada dasar kolam

yang tersekat sedangkan air yang lebih jernih akan mengalir pada bagian

permukaan bak.

e. Proses koagulasi

Terjadi penambahan zat koagulan, Poly Alumunium Chloride (PAC), untuk

mengkoagulasi partikel-partikel padat yang belum tersedimentasi pada bak

koagulasi.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

40

Universitas Indonesia

f. Proses sedimentasi lanjut

Proses sedimentasi lebih lanjut terjadi di bak lamela II dimana partikel-

partikel padat yang mengalami koagulasi dapat terendapkan dan air yang

dihasilkan bebas dari partikel padat.

g. Pengumpulan endapan

Endapan yang terjadi berkumpul dan tertahan di kolam lumpur sedangkan

airnya akan mengalir ke kolam air bersih.

h. Proses akhir

Limbah cair yang telah memenuhi standar baku mutu lingkungan ditampung

dan siap dibuang ke pembuangan limbah cair umum.

Analisis terhadap air pengolahan limbah dilakukan setiap hari kerja.

Parameter yang dianalisis meliputi chemical oxygen demand (COD), biological

oxygen demand (BOD), Total Solid Suspended (TSS) dan pH.

3.8.3 Manajemen Hama Terintegrasi

Manajemen hama terintegrasi (Integrated Pest Management) juga

merupakan hal yang dikelola oleh Departemen K3L. Prinsip Integrated Pest

Management (IPM) meliputi aktivitas prevention, exclusion, sanitation dan

treatment. Aktivitas prevention meliputi segala usaha pencegahan yang

mengundang kedatangan hama, berupa serangga, tikus ataupun hewan lain yang

tidak diharapkan ada. Exclusion merupakan aktivitas dalam

penangkapan/penjerapan hama tersebut. Sanitation meliputi proses pembersihan

terhadap lingkungan. Treatment yang dilakukan dapat dibagi dua yaitu

mechanical treatment, seperti rat box, glue trap, serta berbagai usaha monitoring

terhadap serangga melalui CIMU (Crawling Insect Monitoring Unit), FIMU

(Flying Insect Monitoring Unit), SIMU (Stick Insect Monitoring Unit). Chemical

treatment berupa spraying, fogging, cool fog dan mist blower.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

41

Universitas Indonesia

3.9 Departemen Supply Chain

Departemen Supply Chain terdiri atas unit logistik dan unit Demand and

Supply Planning.

3.9.1 Logistik

Manajemen logistik berperan penting dalam mengendalikan aliran dan

penyimpanan inventory dengan efektif dan efisien. Unit logistik melakukan

pengelolaan dalam dua hal pokok yakni inventory object berupa bahan baku,

bahan pengemas primer dan sekunder, produk ruahan, produk jadi, spare part dan

general item lainnya. Secara konsep unit logistik melakukan kegiatan berupa:

a. Pengelolaan terhadap zat aktif, bahan penolong, bahan kemas dan bahan

penunjang lainnya yang masuk ke dalam fasilitas gudang.

b. Pengelolaan terhadap penyimpanan zat aktif, bahan baku penolong, bahan

kemas dan bahan penunjang lainnya.

c. Pengelolaan terhadap produk jadi yang akan keluar fasilitas gudang.

Aktivitas logistik yang dilakukan meliputi customer service, logistic

communication, material handling, order processing, packaging, warehouse site

selection, reverse logistic, transportation dan warehousing and storage. Namun

secara garis besar terdapat lima kegiatan utama dalam unit logistik yaitu:

a. Penerimaan dan Penyimpanan inventory

1) Proses Penerimaan

Sumber bahan masuk yang berasal dari pemasok berupa bahan baku

aktif obat, bahan penolong, bahan kemas dan bahan penunjang lainnya. Alur

penerimaan barang dimulai dari perencanaan pemesanan oleh bagian

demand supply planning, dilanjutkan dengan pembuatan purchasing order

oleh bagian purchasing. Pada purchasing order tercantum jenis dan jumlah

bahan serta due date (tanggal penerimaan) dari bahan tersebut. Proses

penerimaan bahan harus berlangsung kurang atau paling lambat sama

dengan due date yang tertera pada purchasing order. Bahan yang datang

diterima di area loading in (area penerimaan). Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan dokumen bahan yaitu surat jalan dan CoA untuk zat aktif obat,

bahan baku penolong atau bahan kemas dan bahan lain yang membutuhkan

spesifikasi khusus. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan identitas, jumlah

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

42

Universitas Indonesia

dan keadaan bahan, bets number dari bahan, manufacturing date dan

expired date. Selanjutnya bahan dibawa masuk ke area stage in dan

ditimbang dengan menggunakan timbangan yang sesuai. Fasilitas

timbangan yang tersedia meliputi timbangan besar (timbangan lantai)

dengan kapasitas sampai dengan 500 kg dan timbangan kecil dengan

kapasitas sampai dengan 20 kg. Informasi hasil pengecekan awal

dimasukkan ke dalam sistem oracle sehingga keluar status dan label

quarantine pada bahan tersebut. Secara otomatis sistem akan memberikan

notifikasi kepada bagian QC untuk melakukan sampling. Proses

pengambilan sampel oleh QC dilakukan di dalam sampling hood. Status

release atau reject akan diberikan oleh bagian QC dan dimasukkan ke dalam

sistem serta dikeluarkan label release atau reject untuk bahan. Bahan yang

mendapat status reject dipisahkan ke dalam ruang terpisah yang dikunci

guna menghindari penyalahgunaan dan sebagai bukti klaim pada suplier.

2) Proses Penyimpanan inventory

Pada penyimpanan bahan terutama zat aktif, bahan penolong dan

bahan kimia lainnya disimpan pada area penyimpanan yang sesuai.

Penentuan area penyimpanan suatu bahan berdasarkan keterangan yang

tertera pada label atau CoA, atau berdasarkan rekomendasi dari bagian

Quality atau TS (Technical Support). Fasilitas penyimpanan yang terdapat

di gudang antara lain: (1) area penyimpanan dengan suhu kamar (kurang

dari 30°C); (2) area penyimpanan bahan mudah terbakar; (3) area

penyimpanan dengan suhu sejuk (15-25ºC); (4) area penyimpanan zat

psikotropika dan senyawa prekursor dengan penandaan khusus dan dikunci

dengan kunci yang dipegang kepala bagian logistik; (5) area penyimpanan

yang dilengkapi dengan refrigerator (2-8ºC); (6) area penyimpanan bahan

kemas sekunder dan primer; (7) area penyimpanan label dan brosur obat.

Area penyimpanan bahan kemas primer, label dan brosur obat dikunci dan

hanya personil tertentu yang dapat membuka kunci tersebut. Hal ini

dilakukan untuk mencegah mix up kemasan primer, label dan brosur obat

yang merupakan hal kritis dalam produksi obat. Bahan kemas yang

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

43

Universitas Indonesia

mendapat status reject dipisahkan dan dimasukkan ke dalam ruangan

terpisah (ruang khusus bahan reject).

3) Process Logic System

Process logic system merupakan sistem yang digunakan dalam

mengelola bahan dalam gudang, meliputi (1) first expired first out (FIFO)

untuk zat aktif dan bahan baku penolong di mana bahan baku dengan

tanggal daluwarsa terlebih dahulu yang digunakan dengan segera; (2) first in

first out untuk bahan kemas dimana pada bahan kemas prioritas penggunaan

adalah bahan yang masuk terlebih dahulu baru bahan yang masuk

kemudian. Sistem first in first out digunakan untuk zat aktif atau bahan baku

penolong bila tanggal daluwarsa dari bahan tersebut sama; (3) Unit transaksi

data menggunakan teknologi mobile hand held yang terhubung pada

database oracle yang menggantikan kartu stok gudang. Hal ini akan

mempermudah pengelolaan item dalam jumlah besar serta mempermudah

transaksi informasi antar unit sehingga mengurangi kesalahan dalam sistem

informasi; (4) racking system dengan penanda locater dimana penanda

tersebut tersimpan di dalam database oracle, sehingga akan mempermudah

pengelolaan barang. Dengan sistem ini diharapkan tidak terjadi kesalahan

pengambilan bahan dalam mengimplementasikan sistem FEFO atau sistem

FIFO serta sebagai peningkat efisiensi dalam proses produksi. Bahan yang

masih bersisa setelah proses menimbangan akan dikembalikan ke gudang

dan diberi status sisa. Sisa bahan ini akan diprioritaskan untuk digunakan

pada produksi selanjutnya. Sistem komputerisasi memungkinkan untuk

menyimpan bahan dalam gudang tanpa harus khawatir berbaur dengan

bahan yang sama namun dari lot atau bets yang berbeda, karena setiap

wadah dari bahan sudah dilabeli dengan barcode untuk identifikasi.

b. Picking Material

Kegiatan picking material dilakukan untuk, (1) keperluan produksi

baik dispensing maupun packaging. Dalam melakukan kegiatan ini

dibutuhkan Work Order of Pick List (WOPL) yang diberikan oleh bagian

demand and supply planning, kepada unit logistik dan unit produksi. WOPL

berisikan bahan yang harus diambil beserta jumlahnya, nomor lot, nomor

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

44

Universitas Indonesia

bets dan locater tempat bahan tersebut disimpan. Pengambilan bahan

dilakukan untuk satu bets produksi, atau dapat pula beberapa bets produksi

bila dilakukam proses produksi secara campaign. Untuk sisa bahan yang

telah ditimbang oleh unit produksi maka akan dikembalikan ke unit logistik

setelah diberikan label sisa; (2) untuk pengambilan bahan selain bahan baku

aktif obat, bahan baku penolong, bahan kemas, maka dalam proses

pengambilan bahan diperlukan form permintaan bahan selain untuk

kebutuhan produksi seperti bahan berupa kantong plastik, lakban dan lain-

lain.

c. Pengawasan Persediaan (Inventory Control)

Dalam pengelolaan persediaan dilakukan proses cycle control atau

proses pengendalian perputaran barang. Kegunaan dari proses cycle control

adalah untuk mencegah terjadinya selisih persediaan yang ada di gudang

dengan data yang terdapat dalam sistem. Proses cycle control terdiri atas (1)

daily cycle control yang dilakukan setiap hari dimana data yang dihasilkan

disimpan dan digunakan oleh internal unit logistik; (2) scheduled cycle

control dilakukan setiap bulan dimana data yang dihasilkan disimpan dan

digunakan untuk unit logistik dan unit accounting sebagai pencatatan aset;

(3) stock opname dilakukan sekali dalam setahun dimana pemeriksaan

dilakukan terhadap semua item. Hasil stock opname disimpan dan

digunakan oleh unit logistik, unit accounting dan auditor eksternal. Untuk

menjamin kualitas bahan yang ada di gudang, unit logistik dapat membuat

request for analysis pada unit QC agar dilakukan pemeriksaan terhadap

bahan yang ada dalam gudang. Kegiatan inventory control juga meliputi

kegiatan pemeriksaan warehouse capacity, yaitu kemampuan gudang dalam

menampung barang dan dilakukan setiap bulan. Dari pemeriksaan

warehouse capacity dapat diperoleh keterangan barang fast moving, slow

moving dan non moving. Barang non moving dapat dipertimbangan untuk

pemusnahan, pelelangan atau pemindahan. Analisis barang fast moving,

slow moving, dan non moving dilakukan setiap enam bulan sekali dan hasil

laporannya diberikan pada bagian DSP.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

45

Universitas Indonesia

d. Pemusnahan Persediaan (Inventory Disposal)

Bahan yang rusak atau tidak memenuhi persyaratan dapat dilakukan

segregasi (tindakan pengembalian kepada suplier) atau dilakukan

pemusnahan. Barang yang telah disimpan dapat diperiksa kembali oleh QC

yang dilakukan setiap satu tahun sekali untuk zat aktif obat dan dua tahun

untuk bahan baku penolong dan bahan kemas. Proses pemusnahan bahan

dilengkapi dengan laporan pemusnahan bahan dan dikeluarkan dari stok di

sistem oracle, serta dikelola oleh unit K3L dilengkapi dengan laporan

pemusnahan bahan dan dikeluarkan dari stok dan sistem. Untuk

pemusnahan bahan-bahan dari golongan psikotropika dan senyawa

prekursor harus disaksikan oleh perwakilan dari balai POM setempat.

e. Penanganan Produk Jadi

Produk jadi yang terdapat dalam gudang terdiri atas produk hasil

produksi, produk hasil toll out manufacturing dan produk impor. Dalam

penanganan terhadap produk hasil sendiri dilakukan pemeriksaan fisik oleh

unit logistik, apabila dalam keadaan baik dan sesuai persyaratan maka data

produk dimasukkan ke dalam database oracle dan diberi status quarantine.

Secara otomatis sistem akan memberikan notifikasi pada bagian Quality

untuk melakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium dan kelengkapan

dokumen produksi (catatan bets). Hasil pemeriksaan akan menentukan

status produk menjadi release atau rework/reprocess. Untuk produk hasil

produksi berdasarkan kontrak (toll out manufacturing), penetapan status

release tetap dilakukan oleh bagian Quality dari PT Dexa Medica.

3.9.2 Demand and Supply Planning

Demand Supply and Planning (DSP) adalah bagian dari departemen

supply chain di PT. Dexa Medica. Tugas utama dari unit DSP adalah

pengendalian terhadap suplai produk, baik produk yang didistribusikan secara

lokal ataupun produk yang didistribusikan secara internasional. Selain itu DSP

juga mengelola kapasitas dan sumber daya yang ada termasuk sumber daya

material, sumber daya bahan baku dan sumber daya penunjang seperti fasilitas

dan sebagainya.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

46

Universitas Indonesia

Dalam unit DSP terdapat beberapa hirarki perencanaan, yaitu strategic

planning, tactical planning dan operational planning. Proses penentuan kebijakan

berdasarkan pada data forecasting demand dan actual demand yang didapatkan

dari unit marketing yang tersebar di seluruh indonesia dan perwakilan di luar

negeri.

Berdasarkan atas data forecasting demand dan actual demand yang

didapatkan dari bagian marketing, top management mengolah dan

menerjemahkannya menjadi perencanaan-perencanaan strategis. Terdapat dua

jenis perencanaan yang dibuat yaitu perencanaan berdasarkan skala prioritas dan

perencanaan berdasarkan skala kapasitas. Perencanaan prioritas akan

menghasilkan rencana produksi yang digunakan dalam kurun waktu satu tahun

dan selanjutnya dipecah (breakdown) menjadi rencana produksi bulanan. Pada

perencanaan berdasarkan skala kapasitas, DSP menganalisis dan membuat

perencanaan kebutuhan sumber daya untuk memenuhi rencana produksi yang

digunakan dalam kurun waktu satu tahun. DSP menerjemahkan perencanaan

produksi tahunan dan bulanan menjadi master production schedule dan pada

perencaan skala kapasitas, kebutuhan sumber daya tersebut diterjemahkan sebagai

rough cut capacity planning. DSP menjabarkan master production schedule

menjadi material requirement planning pada perencanaan skala prioritas dan

menerjemahkan rough cut capacity planning menjadi capacity resource planning

pada perencanaan skala kapasitas. Material requrement planning pada tahapan

pelaksanaan dan pengendalian dituangkan dalam bentuk production activity

control yang dalam implementasinya membutuhkan data capacity control yang

diturunkan dari capacity resource planning.

Secara umum kegiatan pada unit DSP dapat diringkas dalam poin berikut:

a. Demand planning and controlling di mana demand planning adalah hasil

dari pengolahan dan penerjemahan data marketing forecast.

b. Capacity planning, dilakukan atas kesepakatan dan kemampuan dari

logistik, produksi dan distribusi terkait dengan manajemen kapasitas.

c. Operation planning.

d. Material requirement planning.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

47

Universitas Indonesia

e. Toll manufacturing dilakukan apabila kapasitas produksi tidak mencukupi

sehingga diperlukan kapasitas tambahan berupa produksi di luar pabrik.

f. Work order process.

3.10 Departemen Teknik

Sarana penunjang produksi seperti gedung dan fasilitas pabrik serta mesin

produksi dan sistem yang menunjang terpenuhinya CPOB termasuk aspek penting

yang harus dipenuhi untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan. Departemen

Teknik memiliki kewajiban untuk mengelola fasilitas dan sarana penunjang ini.

Pengelolaan terhadap fasilitas meliputi, mesin-mesin produksi, air handling unit

(AHU) termasuk heating and ventilating air conditioning (HVAC), water

treatment plant, generator set, compressed air dan boiler. Secara umum fungsi

bagian Teknik adalah sebagai berikut:

3.10.1 Corrective, Preventive, dan Maintenance

Fungsi preventive dan maintenance dilakukan dengan pemeriksaan dan

perawatan terhadap mesin dan fasilitas penunjang lainnya sesuai dengan

kualifikasi dari bagian Quality. Proses preventive dan maintenance dilakukan

secara berkala sesuai dengan yang tertera di dalam preventive and maintenance

schedule (PMS). Kegiatan preventive dan maintenance juga dilakukan

berdasarkan permintaan dari bagian lain. Hasil dari kegiatan preventive dan

maintenance didokumentasikan dalam dokumen pemeriksaan mesin dan fasilitas.

Fungsi corrective diimplementasikan dalam bentuk perbaikan terhadap

mesin dan fasilitas. Dalam melakukan kegiatan corrective, teknisi akan

menentukan apakah mesin atau bagian dari mesin tersebut masih dapat digunakan

atau tidak. Apabila masih dapat diperbaiki segera dilakukan tindakan perbaikan.

Bila tidak dimungkinkan untuk memperbaiki mesin atau bagian mesin secara

mandiri maka perbaikan dilakukan oleh pihak luar fasilitas (outsourcing) PT.

Dexa Medica.

Setelah dilakukan perbaikan pada mesin atau fasilitas perlu dilakukan

kembali kualifikasi, kalibrasi dan running test hingga didapatkan kinerja yang

sesuai dengan spesifikasi. Proses perbaikan beserta hasil pengujian kembali

didokumentasikan dalam dokumen perbaikan mesin atau fasilitas.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

48

Universitas Indonesia

3.10.2 Utility Management

Pengelolaan terhadap fasilitas penunjang seperti water treatment plant,

power supply, HVAC dan sebagainya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

Pada pengelolaan fasilitas penunjang termasuk di dalamnya terdapat kegiatan

aktivasi dan conditioning pada sarana dan prasarana pada pukul 06.00 dan

pemantauan selama fasilitas tersebut dijalankan serta didokumentasikan ke dalam

log in control. Fasilitas yang dikelola mencakup:

a. Heating, Ventilating Air Conditioning System

Fasilitas HVAC memegang peranan penting dalam proses produksi

karena terkait dengan sistem tata udara yang berpengaruh terhadap kualitas

udara. Sistem HVAC terdiri atas fasilitas air handling unit (AHU) dan dust

collector. Ruang mixing dan granulasi serta ruang steril masing-masing

memiliki satu unit pengelola udara khusus sedangkan untuk ruang produksi

lainnya, satu unit pengelola udara dapat digunakan untuk beberapa ruangan.

Satu satuan unit pengelola udara terdiri atas:

1) Pre filter merupakan filter G4 yang berfungsi menyaring udara luar untuk

masuk ke dalam air handling unit. Pre filter juga ditempatkan pada bagian

bawah ruang produksi sebagai aliran udara balik.

2) Medium filter merupakan filter F9 yang berfungsi untuk menyaring udara di

dalam sistem HVAC.

3) Cooling coil yang berfungsi untuk menurunkan suhu udara agar tetap sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Cooling coil berfungsi secara otomatis

sesuai dengan sensor suhu dan kelembapan yang terpasang di jalur aliran

udara balik.

4) Heating Coil dan Dehumidifier berfungsi untuk mengatur kelembaban

relatif udara (relative humidity) agar udara yang masuk ruang produksi

memiliki RH yang sesuai dengan persyaratan. Panas dari heating coil

berasal dari air panas.

5) Motor dan Blower berfungsi sebagai pengatur aliran udara yang masuk pada

ruang produksi sehingga kecepatan aliran udara dan perbedaan tekanan

udara dapat dikontrol. Aliran udara pada ruang produksi terdiri atas 80%

udara hasil saringan kembali dan 20% udara luar (fresh air). Perbedaan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

49

Universitas Indonesia

tekanan antara ruangan dan koridor diatur dengan memasukan udara pada

koridor sehingga akan tercipta gradien tekanan udara positif pada koridor,

sebagai akibatnya tekanan udara di koridor akan lebih besar dibandingkan

tekanan udara di dalam ruang produksi. Hal ini dilakukan agar debu dan

partikel tidak keluar ke koridor dan menimbulkan potensi kontaminasi.

Sensor aliran udara ditempatkan pada jalur aliran udara masuk untuk

mengatur laju aliran udara yang masuk.

6) High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter, ditempatkan pada semua

ruang produksi. HEPA filter juga biasanya terpasang pada fasilitas laminar

air flow (LAF) dan sampling hood pada gudang.

7) Dust collector; debu dari ruang produksi dialirkan keluar ruangan oleh

saluran yang terhubung pada dust collector.

b. Water Treatment Plant

Water Treatmen Plant atau fasilitas pengolahan air. Sumber air

berasal dari perusahaan air minum (PAM) yang ditampung pada bak atas

dan diproses dengan penambahan klorin 0,45 ppm. Selanjutnya air dialirkan

ke dalam bak bawah, kemudian dilakukan proses filtrasi menggunakan

multi media filter untuk menghilangkan kandungan klorin. Air yang sudah

difiltrasi selanjutnya dimasukkan ke dalam fasilitas pengolahan air murni.

Pembuatan air murni dilakukan dengan cara:

1) Proses softener

Pada proses ini air dihilangkan kesadahannya dengan menggunakan filter

yang tersusun atas campuran silika dan karbon aktif.

2) Proses reverse osmosis

Pada proses reverse osmosis, air dipaksa melewati membran semi permiabel

sehingga terjadi proses osmosis yang menyebabkan ion-ion di dalam air

terpisah dan dihasilkan air dengan ion yang minimum.

3) Proses electronic deionization

Pada proses electronic deionization merupakan proses penghilangan ion dari

air melalui penarikan ion melalui suatu membran oleh suatu penarik ion,

sehingga pada akhirnya diperoleh air murni. Air murni yang dihasilkan

ditampung dalam tanki air murni untuk didistribusikan ke seluruh bagian

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

50

Universitas Indonesia

produksi reguler. Tanki ini juga akan mensuplai bak air murni sefalosporin

untuk selanjutnya didistribusikan ke bagian produksi sefalosporin. Air

murni ini digunakan untuk mencuci alat, sebagai pelarut, atau pengencer

reagen kimia dan kebutuhan sanitasi. Pada fasilitas steril dibutuhkan air

dengan spesifikasi lebih tinggi yakni air untuk injeksi. Air untuk injeksi

(WFI) adalah dengan cara mendestilasi bertingkat air murni sehingga

didapatkan kualitas air yang dipersyaratkan.

c. Power Supply

Fasilitas penyedia energi untuk menggerakan dan mengoperasikan

mesin diperoleh dari perusahaan listrik negara dan fasilitas generator set

yang terdapat di lingkungan pabrik. Terdapat tiga unit generator dengan

kapasitas 600 KVA, 600 KVA dan 400 KVA. Pada fasilitas produksi

sefalosporin sumber tenaga harus berjalan terus karena sistem tata kelola

udara ruang tersebut harus aktif selama 24 jam sehari untuk menjaga

kualitas udara dan jumlah partikel yang berada dalam ruangan sesuai dengan

persyaratan. Pada fasilitas water treatment plant juga dibutuhkan pasokan

energi yang konstan agar aliran air dapat terus terjadi dan mencegah

pembentukan biofilm pada pipa atau tempat penampungan air. Dalam

pengelolaan power supply PT. Dexa Medica menerapkan sistem auto-

synchronize yang akan menyesuaikan tegangan, frekuensi dan bentuk

gelombang listrik dari generator set dengan listrik dari PLN. Unit

sefalosporin memanfaatkan suplai listrik dari generator set pada pagi hari

dan memanfaatkan suplai listrik dari PLN ketika malam hari. Unit reguler

digunakan sistem semi automatic sehingga perlu ada operator yang

menyalakan generator ketika terjadi padam listrik. Unit reguler

memanfaatkan suplai listrik dari PLN dan menggunakan suplai generator

set bila padam listrik.

d. Machines installation

Proses instalasi suatu mesin baru dapat dilakukan oleh pihak

suplier atau bagian teknis sendiri. Apabila dilakukan oleh pihak suplier,

maka bagian teknis akan memberikan fasilitas penunjang yang sesuai untuk

melakukan instalasi. Namun apabila dilakukan oleh bagian teknis sendiri,

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

51

Universitas Indonesia

maka pihak suplier akan memberikan rancangan/desain alat tersebut

sehingga memudahkan dalam proses instalasinya. Setelah dilakukan

instalasi, maka dilakukan running test, kualifikasi operasional dan

kualifikasi kinerja.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

34

52 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Ketersediaan obat yang bermutu dan sesuai dengan tujuan penggunaannya

merupakan salah satu parameter derajat pembangunan kesehatan. Dalam hal ini,

industri farmasi memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan

pembangunan kesehatan yang paripurna. Suatu obat dikatakan bermutu tinggi

apabila obat tersebut memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan kualitas. Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan pedoman yang dikeluarkan oleh

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diterapkan oleh industri

farmasi. CPOB mempersyaratkan bahwa penjaminan mutu terhadap obat tidak

hanya terbatas obat tersebut lulus pada serangkaian pengujian laboratorium, tetapi

mutu harus dibentuk ke dalam obat tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan

awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan dan

fasilitas produksi, peralatan yang dipakai termasuk personalia yang terlibat. Oleh

karena itu, ruang lingkup dari cara pembuatan obat yang baik memperhatikan alur

produksi mulai dari awal hingga akhir produksi. Tugas industri farmasi adalah

melakukan penerapan cara pembuatan obat yang baik.

PT Dexa Medica sebagai industri farmasi terkemuka di Indonesia telah

menerapkan CPOB dan sistem penjaminan mutu yang menyeluruh pada seluruh

aspek produksinya. Sesuai dengan visinya, yaitu menjadi sebuah perusahaan yang

berbakti paling depan dalam menyediakan nilai tambah yang signifikan bagi

setiap customer dan mitra usahanya dengan selalu bekerja giat secara efektif,

efisien, dan berkesinambungan untuk meraih health for all, kesehatan bagi semua

di tingkat nasional, regional, maupun global, PT Dexa Medica telah

mengimplementasikan seluruh aspek CPOB. Berikut pembahasan implementasi

CPOB di PT Dexa Medica.

4.1 Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen

izin edar dan tidak mengandung risiko yang membahayakan penggunanya. Proses

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

53

Universitas Indonesia

manajemen mutu di PT Dexa Medica telah dilakukan pada semua aspek produksi

dimulai dari unsur struktur organsasi, prosedur, proses, sumber daya dan

tindakan-tindakan yang sistematis dalam pendapatkan kepastian bahwa produk

yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Proses manajemen mutu terdapat dalam Departemen Quality PT Dexa

Medica. Penerapan Manajemen Mutu tidak hanya dilaksanakan dalam

Departemen Quality, melainkan juga diterapkan dalam segala aspek produksi.

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan fungsinya,

Departemen Quality dibagi menjadi tiga unit kerja yaitu, Quality Compliance,

Quality Control, dan Quality Validation.

Unit Quality Compliance secara garis besar melakukan kegiatan berupa

pengawasan selama proses produksi dan produksi (production and process

control), penelusuran terhadap produk dan pengawasan terhadap perubahan

(product review and change control), tindakan koreksi dan tindakan pencegahan

pada produk (corrective action and preventive action of product atau CAPA), dan

desain pengawasan (design control).

Unit Quality Control melakukan fungsi pengawasan pada bahan awal,

termasuk bahan kemas primer dan sekunder, produk ruahan, da produk jadi dalam

hal pengujian, baik secara fisik, kimia, mikrobiologi, maupun menggunakan

instrumen. Unit ini memiliki 5 fungsi utama, yaitu pengawasan bahan yang

masuk (incoming material control), pengujian laboratorium (laboratorium

testing), pengujian stabilitas produk yang sedang jalan dan penanganan sampel

pertinggal (ongoing stability and retained sample handling), penanganan reagen

kimia dan mikrobiologi (chemical and microbiological reagent handling), dan

penanganan instrumen (instrument handling). Unit ini memiliki program baru

berupa perencanaan sumber daya yang diharapkan akan semakin mengefektifkan

dan mengefisiensikan Departemen Pengawasan Mutu dalam penjadwalan.

Unit Quality Validation secara umum melakukan kegiatan berupa

kualifikasi, kalibrasi, validasi proses, validasi pembersihan, dan validasi sistem

komputer. Validasi sistem komputer merupakan program terbaru dari unit ini dan

sudah mulai dijalankan untuk sistem komputasi pada unit produksi dengan

menerapkan sistem validasi GAMP.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

54

Universitas Indonesia

4.2 Personalia

Tidak ada satu perusahaan pun yang akan dapat berjalan tanpa adanya

Sumber Daya Manusia (SDM). SDM merupakan faktor penting yang menentukan

kemajuan suatu perusahaan. Dalam industri farmasi, SDM memegang peranan

penting dalam mendukung pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu

yang baik dan pembuatan obat yang benar. Oleh karena itu, setiap personil

hendaklah memahami prinsip CPOB dan memiliki kualifikasi serta pengalaman

praktis yang cukup.

PT Dexa Medica juga telah menerapkan CPOB dalam pemanfaatan SDM-

nya. Tiga personil kunci dalam PT Dexa Medica, yakni Manager Produksi,

Manager Quality Assurance (dalam PT Dexa Medica disebut sebagai Manager

Quality), dan Manager Quality Control masing-masing dijabat oleh seorang

apoteker yang terpisah dan tidak memiliki pengaruh satu sama lainnya. Masing-

masing personil kunci tersebut memiliki kompetensi yang sesuai, baik dalam hal

manajerial maupun pengalaman praktis. Selain itu, ketiga personil kunci ini juga

diberikan pelatihan yang berkesinambungan untuk menjamin kualitas mereka.

Pembagian tugas dan wewenang juga telah dilakukan secara jelas dan

terdokumentasi.

PT Dexa Medica tidak hanya memberikan pelatihan kepada karyawan-

karyawan dengan jabatan tinggi di perusahaan. Setiap karyawan yang bekerja di

PT Dexa Medica, mulai dari operator sampai direktur, bahkan petugas keamanan

dan kebersihan, diberikan pelatihan-pelatihan berdasarkan program perusahaan

dari masing-masing bidang, seperti Keselamatan Kerja dan Kesehatan

Lingkungan (K3L) dan prinsip CPOB. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka

meningkatkan pengetahuan karyawan dalam membentuk mutu dan pengenalan

lapangan dalam pencegahan kecelakaan kerja. Selain itu, setiap karyawan juga

diberikan pemeriksaan kesehatan secara berkala sesuai dengan bidangnya.

Pengelolaan program pelatihan dilakukan oleh Departemen Human Resource

mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

55

Universitas Indonesia

4.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas yang ada dalam suatu industri farmasi hendaklah

didesai sedemikian rupa sehingga mengefektifkan dan mengefisienkan aktivitas,

sesuai kondisi dan persyaratan, serta mudah dirawat. Tata letak dan desain

ruangan perlu diperhatikan untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan,

pencemaran silang dan kesalahan lainnya, serta memudahkan perawatan yang

efektif.

PT Dexa Medica memiliki dua fasilitas produksi, yaitu fasilitas produksi

reguler dan fasilitas produksi sefalosporin. Hal ini sudah sejalan dengan peraturan

yang berlaku yang menyatakan bahwa fasilitas produksi beta laktam harus

terpisah dengan fasilitas produksi non-beta laktam. Pabrik PT. Dexa Medica di

Palembang memiliki fasilitas yang meliputi, fasilitas gudang, area produksi,

kantor, laboratorium pengawasan mutu, kantin, toilet, mushola, dan fasilitas area

steril yang berada di gedung unit produksi sefalosforin. Fasilitas yang ada sudah

cukup untuk mengakomodasi kegiatan yang dipersyaratkan CPOB seperti

penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan baku, bahan

pengemas dan produk jadi, penimbangan dan penyerahan bahan atau produk,

pengolahan, pencucian dan penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan,

pengemasan, karantina produk dan laboratorium pengawasan mutu.

Desain ruangan pada area produksi didesain sedemikian rupa mengikuti

alur proses produksi. Perbedaan tekanan antara koridor dengan ruangan dijaga

untuk menjaga agar udara di koridor tetap bersih dengan mempertahankan laju

aliran udara. Perbedaan tekanan udara dijaga pada tentang 15-25 Pa, dan pada

setiap ruangan terpasang alat pengukur perbedaan tekanan udara. Luas masing-

masing ruangan dapat mengakomodasi ukuran mesin, jumlah personil yang

mungkin ada, dan ruang untuk pergerakan personil dan material. Sistem tata udara

di PT Dexa Medica diatur melalui Air Handling Unit (AHU). Terdapat 18 AHU

pada fasilitas produksi regular dan 9 AHU pada fasilitas produksi sefalosporin.

AHU pada fasilitas pabrik menggunakan tiga filter pada saluran udaranya yaitu

pre-filter (filter G4), medium filter (F9) dan HEPA filter yang menjamin partikel

pada aliran udara kotor tersaring dengan baik. Pada saluran udara juga terpasang

sensor suhu dan RH serta sensor aliran udara untuk menjaga suhu, kelembapan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

56

Universitas Indonesia

udara, laju aliran udara, dan tekanan udara tetap terkendali. Permukaan dinding

dan lantai memiliki permukaan halus serta bebas retak dan sambungan terbuka.

Konstruksi lantai terbuat dari bahan epoksi yang tidak melepaskan partikulat.

Sudut antar dinding dan lantai dibuat berbentuk melengkung. Sistem pencahayaan

pada fasilitas produksi sefalosporin didesain sedemikian rupa sehingga tidak

terdapat gantungan alat pencahayaan dan perbaikan dapat dilakukan di luar

fasilitas produksi.

Fasiltas gudang pada PT. Dexa Medica telah dapat mengakomodasi

kebutuhan penyimpanan bahan baku, bahan pengemas, area karantina, area

sampling, area penerimaan, dan area pengeluaran barang. Fasilitas penyimpanan

bahan dengan kondisi tertentu sudah tersedia seperti ruangan zat psikotropika dan

senyawa prekursor, ruang bahan mudah terbakar, ruang penyimpanan dengan

suhu 2-8oC, 15-25oC, dan suhu ambien (< 30oC). Manajemen suplai dalam gudang

sudah berjalan dengan baik dan terencana sehingga sangat jarang terjadi

penumpukan barang di gudang ataupun kekosongan gudang. Sistem inventory

control yang telah terkomputerisasi sangat membantu pengelolaan barang,

mengurangi kemungkinan terjadinya salah ambil barang ataupun mix up product.

Area pengawasan mutu memiliki laboratorium tersendiri, baik di unit

fasilitas regular maupun di unit fasilitas sefalosporin. Pada area produksi juga

terdapat laboratorium untuk pengawasan-selama-proses. Sarana pendukung yang

ada seperti toilet, kantin serta bengkel perbaikan dan perawatan alat telah terpisah

dari area produksi dan pengawasan mutu. Terdapat loker atau sarana ganti baju

dan toilet yang terletak di posisi depan pada fasilitas produksi reguler dan

sefalosporin untuk mengakomodasi proses produksi dan menjamin mutu produk.

4.4 Peralatan

Peralatan merupakan hal yang krusial dalam sebuah industri

manufacturing. Kecepatan produksi dan pengujian bergantung pada kecepatan alat

saat proses. Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan

konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi

dengan tepat agar mutu obat terjamin dan seragam dari bets ke bets, serta untuk

memudahkan pemersihan dan perawatan. Peralatan yang digunakan PT Dexa

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

57

Universitas Indonesia

Medica dalam melakukan produksi maupun analisis terhadap obat merupakan

peralatan dengan teknologi tinggi. Penggunaan peralatan berteknologi tinggi

ditujukan agar mendapatkan produk obat yang bermutu tinggi dan mengurangi

variabilitas antar bets dari produk obat. Selain itu, pemilihan alat berteknologi

tinggi ini juga untuk memenuhi permintaan produksi yang cukup tinggi. Desain

konstruksi bangunan sudah sesuai dengan peralatan yang digunakan.

Terdapat berbagai timbangan dalam fasilitas produksi Dexa Medica, mulai

dari timbangan yang besar untuk satuan kilogram sampai timbangan yang kecil

untuk satuan miligram. Timbangan untuk menimbang bahan yang digunakan

dalam jumlah besar dilakukan pada weighing hood yang dilengkapi dengan

laminar air flow agar operator tidak terpapar terhadap bahan. Di sisi lain,

timbangan untuk bahan yang diperlukan dalam jumlah kecil atau bahan yang

higroskopik ditempatkan pada kotak kaca yang sesuai. Timbangan tersebut tidak

ditempatkan dibawah laminar air flow dikarenakan sensitifitasnya terhadap aliran

udara.

Mesin-mesin produksi misalnya mixer, fluidized bed dryer (FBD) dan

sieving mill ditempatkan pada ruang khusus dengan dilengkapi AHU tersendiri.

Beberapa mesin FBD telah menggunakan sistem tertutup dimana proses

pencampuran dan granulasi dilakukan pada satu alat yang tersambung satu dengan

lainnya (in line) dimana produk antara dipindahkan melalui selang tertutup pada

alat berikutnya. Sistem tertutup digunakan untuk mencegah banyaknya debu di

udara dan menghindari kontaminasi silang. Untuk proses pemindahan produk

antara dengan sistem terbuka telah dilakukan validasi yang membuktikan bahwa

kontaminasi yang terjadi pada produk adalah minimal dan dapat menghasilkan

produk yang memenuhi persyaratan. Mesin cetak, mesin pengisi kapsul, mesin

coating dan mesin yang digunakan untuk mengemas masing-masing ditempatkan

pada ruangan khusus yang dilengkapi dengan sistem AHU terseendiri. Setiap

mesin cetak dan mesin pengisi kapsul yang ada di PT Dexa Medicadilengkapi

dengan metal detector untuk menjamin tidak adanya logam pada produk. Logam

pencemar dapat berasal dari bagian mesin yang bersentuhan dengan produk. Pada

sebagian mesin pengemas sudah terdapat visual sensor untuk menjamin tidak

adanya kesalahan dalam pengemasan dan pelabelan. Untuk sebagian lain mesin

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

58

Universitas Indonesia

pengemas yang belum memiliki sensor visual, dilakukan pemeriksaan visual

secara manual oleh operator. Terdapat mesin pengemas untuk jenis blister

aluminium-aluminium, blister aluminium-PVC, dan strip poliselonium.

Unit sefalosporin terbagi atas proses dispensing non steril dan dispensing

steril. Peralatan yang digunakan pada proses dispensing non steril serupa dengan

yang digunakan pada unit produksi reguler. Di sisi lain, peralatan yang digunakan

pada proses dispensing steril ditujukan untuk membuat sediaan dry powder for

injection. Proses dispensing steril yang digunakan adalah secara aseptik dimana

digunakan bahan baku yang sudah steril. Untuk menjaga sterilitas bahan baku,

bahan baku beserta kemasannya dimasukkan ke dalam alat untuk produksi. Alur

produksi untuk personil, bahan baku, dan bahan pengemas didesain sedemikian

rupa untuk menjaga sterilitas produk. Alat produksi tersebut secara otomatis akan

mengeluarkan bahan baku dari kemasannya. Proses dispensing steril dilakukan

pada mesin yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melakukan proses

produksi mulai tahap penimbangan bahan baku, pencucian dan sterilisasi kemasan

(vial), sampai proses pengemasan ke dalam vial dalam suatu sistem tertutup tanpa

adanya proses yang terputus (in line closed system). Sistem tersebut tepat

diterapkan pada produksi sediaan steril secara aseptik karena sistem tersebut dapat

menjamin produk yang dihasilkan steril. Untuk menjamin alat berfungsi optimal

dilakukan proses media fill setiap 6 bulan menggunakan 10.000 vial.

Alat ukur yang digunakan oleh PT Dexa Medica telah terkualifikasi sesuai

spesifikasinya dan memiliki jadwal kalibrasinya masing-masing. Pengelolaan

terhadap kualifikasi dan kalibrasi alat ukur dilakukan oleh unit Validasi dari

Bagian Quality. Proses kalibrasi dilakukan pada instrumen analisis, timbangan,

termometer, sensor, pH meter dan sebagainya. Pencegahan terhadap pembentukan

biofilm pada pipa air suling dan pipa air deionisasi pada pipa dilakukan dengan

cara mendesain konstruksi pipa sedemikian sehingga mencegah terjadinya

deadlag dan dilakukan proses sirkulasi terus menerus, terutama pada fasilitas

produksi sefalosporin, air yang disirkulasi dijaga suhunya pada 2 kondisi, yaitu di

atas 80oC atau sekitar 4oC tergantung keperluannya. Proses sirkulasi dipantau

dengan sensor aliran yang ditempatkan pada pipa air.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

59

Universitas Indonesia

Proses perawatan peralatan dilakukan secara rutin dan terjadwal. Proses

perawatan peralatan dan fasilitas dilakukan oleh departemen teknik sesuai dengan

SOP perawatan tiap peralatan. Departemen teknik memiliki jadwal pemeriksaan

dan perawatan (preventive and maintenence schedule) untuk semua peralatan dan

fasilitas yang dimiliki oleh PT Dexa Medica. Semua hasil proses pemeriksaan dan

perawatan terhadap peralatan dan fasilitas didokumentasikan dengan baik.

Perawatan dilakukan untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat

mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.

4.5 Sanitasi dan Hygiene

Sanitasi dan hygiene merupakan hal yang sangat memengaruhi mutu suatu

produk, apalagi untuk produk farmasi yang fungsinya untuk menyelamatkan

hidup. Sanitasi dan hygiene yang baik telah dilakukan oleh PT Dexa Medica pada

semua aspek yang terkait proses produksi. Sanitasi terhadap ruangan dilakukan

setiap hari sebelum dan setelah melakukan proses produksi. Bangunan dan

fasilitas yang terkait produksi pada PT Dexa Medica dibangun dengan konstruksi

yang sesuai sehingga mudah dilakukan sanitasi misalnya ruang produksi yang

dikonstruksikan sesuai dengan hospital shape. Proses pembersihan terhadap

peralatan produksi dilakukan setelah kegiatan produksi selesai dilakukan dan pada

waktu akan memulai produksi produk yang berlainan ataupun bets yang baru.

Proses pembersihan terhadap peralatan produksi dilakukan sesuai jadwal dan

dilaksanakan sesuai dengan SOP. Pada proses sanitasi peralatan produksi

dilakukan validasi pembersihan (cleaning validation) guna membuktikan bahwa

proses sanitasi telah dilakukan dengan efektif. Proses pemeriksaan kebersihan

setiap ruangan dan peralatan produksi dilakukan oleh personil produksi. Mesin

yang sudah dinyatakan bersih diberi label bersih. Sarana hygiene perorangan

seperti toilet dan tempat cuci tangan telah disediakan dengan baik dan dalam

jumlah yang memadai bagi semua personil. Selain itu, tersedia pula hand sanitizer

di sebelah pintu akses ke dalam ruang produksi.

Prosedur hygiene personil telah diterapkan oleh PT Dexa Medica secara

baik. Pelatihan secara berkala terhadap seluruh karyawan mengenai program

hygiene perorangan dilakukan oleh bagian personalia dan produksi. Prosedur

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

60

Universitas Indonesia

penggunaan alat pelindung diri (APD) sudah dituangkan dalam bentuk SOP dan

disosialisasikan kepada seluruh karyawan terutama karyawan yang bekerja pada

area produksi. Program hygiene perorangan diterapkan kepada seluruh personil

yang memasuki area produksi baik karyawan tetap, karyawan paruh waktu, atau

bukan karyawan misalnya kontraktor, pengunjung, manajemen senior dan

inspektur. Proses pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala oleh unit K3L

dan personalia setiap tahunnya. Proses pemeriksaan kesehatan dilakukan pada

semua karyawan PT Dexa Medica terutama karyawan yang secara langsung

menangani produk. Proses pemeriksaan kesehatan juga dilakukan pada proses

penerimaan karyawan baru.

4.6 Produksi

Produksi yang dilakukan oleh PT Dexa Medica dibagi menjadi 2, yaitu

produksi reguler untuk produk non- beta laktam dan produksi sefalosporin untuk

produksi beta laktam. Proses produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur

yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan CPOB untuk menjamin produk yang

dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Pengawasan dalam

proses produksi dilakukan oleh unit produksi dan Quality Compliance untuk

menjamin proses produksi dilakukan sesuai dengan prosedur dan instruksi tertulis.

Validasi terhadap proses produksi dilakukan oleh unit Quality Validation.

Validasi proses dilakukan terhadap setiap bets produksi dari mulai penanganan

bahan baku sampai dengan pelulusan produk jadi. Setiap terjadi perubahan yang

berarti pada proses produksi sudah dilakukan risk assesment guna menjamin

produk yang dihasilkan masih masuk ke dalam persyaratan mutu.

Pada fasilitas produksi reguler, penanganan bahan baku pertama kali

dilakukan oleh unit logistik di dalam gudang. Bahan baku yang digunakan berasal

dari pemasok yang telah terkualifikasi. Proses kedatangan bahan pada gudang

dilakukan pada area loading in dan dilakukan pemeriksaan pada area stage in.

Proses pemeriksaan dilakukan oleh unit logistik dan unit pengawasan mutu. Unit

logistik memeriksa kelengkapan administrasi dari bahan baku yang datang

meliputi surat jalan, sertifikat analisis, dan kesesuaian jumlah dan jenis bahan

baku dengan procurement order. Pengambilan sampel dan pemeriksaan secara

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

61

Universitas Indonesia

laboratorium dilakukan oleh unit pengawasan mutu. Hasil pemeriksaan baik yang

dilakukan oleh unit logistik maupun unit pengawasan mutu dimasukkan ke dalam

database sistem Oracle sebagai bagian dari catatan bets. Bahan baku disimpan

dengan baik sesuai dengan persyaratan yang tertera pada label atau sertifikat

analisis. Dilakukan pemeriksaan secara berkala pada persediaan bahan baku yang

terdapat pada gudang dilakukan baik pemeriksaan harian, bulanan, maupun

tahunan. Penanganan terhadap bahan baku yang tidak memenuhi persyaratan

dilakukan dengan memisahkan bahan baku tersebut dan disimpan pada ruangan

terpisah dalam keadaan terkunci.

Pencegahan kontaminasi silang dilakukan pada proses penimbangan,

produksi serta pengemasan. Pencegahan kontaminasi yang berasal dari operator

dilakukan dengan menerapkan program hygiene perorangan dan memakai APD

dengan baik. Tidak boleh terdapat dua atau lebih bahan yang berbeda dalam ruang

timbang pada proses penimbangan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.

Dilakukan pembersihan timbangan dengan alat vacuum cleaner setelah selesai

menimbang bahan baku sehingga sisa bahan baku yang tidak sengaja bertebaran

tidak mencemari bahan baku selanjutnya. Proses penimbangan dilakukan dengan

sistem empat mata (dilakukan oleh dua orang) sebagai verifikasi. Sisa bahan yang

tidak habis ditimbang dikembalikan kepada unit logistik dan diberi label sisa.

Pencegahan mix up antar bahan baku dilakukan dengan melakukan

penimbangan sesuai WOP List serta proses pelabelan. Semua bahan yang telah

selesai ditimbang diberi label yang tertera barcode yang berisikan infromasi

megenai jenis bahan, kuantitas, nomor bets, nomor lot, dan nama produk. Nama

produk perlu dicantumkan karena suatu bahan baku dapat saja dipergunakan

untuk beberapa produk yang berbeda terutama untuk bahan baku penolong.

Penimbangan bahan baku penolong tidak dilakukan untuk tiap produk tetapi

dilakukan untuk semua produk yang menggunakan bahan baku tersebut pada hari

penimbangan dilakukan secara campaign. Kesalahan mix up juga dicegah dengan

menempatkan bahan baku yang telah ditimbang pada troly yang terpisah. Disini

digunakan sistem 1 troly untuk 1 bets produk.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

62

Universitas Indonesia

Semua mesin produksi dan ruangan produksi dipastikan memenuhi syarat

sebelum proses produksi dimulai. Pemeriksaan terhadap mesin dan ruangan

produksi dilakukan oleh staf produksi sebelum melakukan proses produksi.

Penetapan status layak dan memenuhi persyaratan untuk digunakannya mesin dan

ruangan pada proses produksi juga dilakukan oleh staf produksi. Proses produksi

dengan sistem tertutup diterapkan pada proses produksi untuk mencegah

terjadinya pencemaran. Sistem koridor positif diterapkan dengan mengatur tata

udara pada ruangan produksi. Ruangan produksi dilengkapi dengan sistem HVAC

dan filter pada saluran udara masuk dan peyedot debu pada saluran udara keluar.

Pencegahan kontaminasi logam terhadap produk pada proses pencetakan dan

pengisi kapsul dilakukan dengan menempatkan metal detector pada setiap mesin

cetak dan mesin pengisi kapsul. Program pencegahan terhadap kontaminasi dikaji

dan dibuktikan efektivitasnya oleh unit Quality Compliance dan dilakukan

pembaruan sesuai dengan rencana induk validasi (RIV). Sistem penomoran bets

diatur oleh unit Demand and Supply Planning. Setiap nomor bets yang sudah

dipergunakan disimpan dalam database sistem Oracle beserta catatan bets.

Pada produk antara dan produk ruahan hasil produksi dilakukan

pengawasan selama proses (in process control / IPC) oleh unit Produksi dan

Quality Compliance. Status memenuhi persyaratan ditetapkan oleh unit

Pengawasan Mutu. IPC dilakukan untuk memastikan keseragaman bets dan

keutuhan obat. Prosedur untuk pengambilan sampel produk antara maupun produk

ruahan telah dituangkan dalam SOP yang telah disetujui oleh Kepala Departemen

Quality. Hasil dari IPC produk antara dan produk ruahan dicatat dalam catatan

bets. Untuk hasil pemeriksaan terhadap produk antara atau produk ruahan yang

tidak memenuhi persyaratan dilakukan pengolahan ulang jika tidak

mempengaruhi hasil produk akhir. Produk hasil pengolahan ulang hanya boleh

dipasarkan apabila telah dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap

produk akhir dan penyimpangannya telah tercatat dalam catatan bets. Produk

antara atau produk ruahan yang tidak langsung diproses pada tahapan selanjutnya

dimasukkan pada wadah yang sesuai dan diberi label. Penyimpanan produk antara

yang memerlukan penyimpanan khusus misalnya peka terhadap kelembaban atau

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

63

Universitas Indonesia

cahaya dilakukan pada ruangan khusus sesuai kebutuhan dan dilakukan

pengawasan.

Penanganan terhadap bahan kemas sangat penting mengingat kesalahan

yang dapat terjadi pada kemasan, misalnya tertukarnya kemasan produk A dengan

kemasan produk B, adalah penyimpangan yang kritis. Bahan kemas disimpan

dalam ruangan terkunci dan diatur oleh personil yang diotorisasikan. Bahan kemas

sisa dikembalikan pada tempatnya semula. Setiap bahan kemas yang berbeda

diletakan dalam tempat yang terpisah antara satu dengan yang lainnya. Pada

proses pengemasan produk ruahan yang akan dikemas terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan terhadap identitas, pemastian kesiapan jalur kemas dan tersedianya

bahan kemas yang sesuai dengan jumlah yang mencukupi. Proses pengemasan

produk yang memiliki penampilan mirip tidak dilakukan secara berdampingan.

Untuk produk yang sensitif terhadap kelembaban proses pengemasan dilakukan

pada ruangan dengan kelembaban relatif dan suhu yang terkontrol. Dilakukan

rekonsiliasi setiap setelah proses pengemasan selesai dan dicatat setiap kelebihan

bahan kemas. Pencetakan nomor bets, tanggal produksi, dan tanggal kadaluarsa

pada kemasan sekunder dilakukan langsung pad proses pengemasan sekunder

untuk mencegah adanya kelebihan kemasan.

Produk jadi yang sudah dikemas sampai dengan pengemasan sekunder

atau tersier diberikan status karantina terlebih dahulu dan dilakukan penelusuran

catatan bets oleh unit Quality. Apabila seluruh persyaratan telah terpenuhi maka

ditetapkan status produk release dan siap untuk dipasarkan. Produk jadi yang

dikarantina maupun direlease diletakkan di gudang pada tempat yang telah

disediakan.

Secara keseluruhan, Departemen Produksi telah melaksanakan sistem

produksi yang baik dengan mengutamakan mutu produk dan menerapkan sistem

K3L, namun sayangnya sistem airlock pada ruang loker masih belum baik, karena

masih dapat terjadi kesalahan seperti dapat terbukanya pintu keluar sebelum pintu

masuk ditutup.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

64

Universitas Indonesia

4.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu PT. Dexa Medica bertanggung jawab terhadap seluruh

kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel,

pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan

ini juga menlingkupi uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian

validasi, penanganan sampel pertinggal beserta penyusunan dan pembaruan

spesifikasi bahan dan metode analisisnya. Setiap prosedur pemeriksaan sampel

memilki SOP-nya tersendiri dan hasil analisisnya didokumentasikan dengan baik.

Hasil analisis yang berhubungan dengan produk secara langsung dimasukkan

kedalam catatan bets. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian Pengawasan Mutu

PT. Dexa Medica menerapkan cara berlaboratorium pengawasan mutu yang baik.

Bagian Pengawasan Mutu PT. Dexa Medica juga bertanggung jawab

terhadap proses penyimpanan dan pengelolaan baku pembanding, baku kerja dan

pereaksi kimia. Hal ini dilakukan dengan baik sesuai dengan SOP yang telah

ditetapkan. Baku pembanding digunakan sesuai tujuan penggunaannya. Proses

penerimaan dan penggunaan pereaksi kimia didokumentasikan dalam catatan

penggunaan pereaksi dengan baik. Proses dokumentasi yang telah dilakukan,

dimasukkan ke dalam sistem database Oracle.

Bangunan dan fasilitas laboratorium didesain dengan baik. Laboratorium

terpisah secara fisik dengan tempat produksi, laboratorium kimia dan

laboratorium mikrobiologi terpisah secara fisik dengan melalui suatu area pemisah

khusus. Tersedia pula ruang instrumen dan ruang timbang yang terpisah. Ruang

instrumen didesain sedemikian rupa menyesuaikan dengan persyaratan

penggunaan instrumen tersebut. Prosedur tetap cara penggunaan alat dan SOP

pemeriksaan telah tersedia dalam laboratorium pemeriksaan mutu PT Dexa

Medica. Setiap prosedur yang digunakan dalam analisis telah divalidasi terlebih

dahulu dan instrumen analisis dikalibrasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

Setiap instrumen yang telah dikalibrasi diberi label yang berisi tanggal kalibrasi

dan tanggal kalibrasi selanjutnya. Pelatihan terhadap personil dilakukan secara

rutin mengenai aspek cara berlaboratorium pengawasan mutu yang baik. Tiap

personil juga dilatih dalam menggunakan alat perlindungan diri yang baik dan

benar.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

65

Universitas Indonesia

Penanganan terhadap pereaksi dilakukan unit pengawasan mutu PT Dexa

Medica dengan baik. Proses penyimpanan pereaksi korosif dan mudah terbakar

ditempatkan pada lemari khusus yang terbuat dari logam tahan api. Biakan bakteri

juga disimpan dengan baik di laboratorium mikrobiologi untuk menjaga

kualitasnya. Spesifikasi bahan baku, produk ruahan dan produk jadi dibuat oleh

unit pengawasan mutu. Revisi secara berkala dilakukan pada tiap spesifikasi

bahan agar senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Pemeriksaan terhadap

bahan awal yang dilakukan unit Pengawasan Mutu PT Dexa Medica meliputi

identitas bahan baku, kekuatan dan mutu bahan baku yang mencakup penetapan

kadar dan cemaran.

Unit Pengawasan Mutu PT Dexa Medica juga melakukan pengawasan

terhadap sampel pertinggal. Sampel pertinggal dialokasikan untuk setiap bets

produk jadi dalam bentuk lengkap beserta catatannya. Sampel pertinggal disimpan

hingga satu tahun setelah tanggal daluwarsanya terlewati. Jumlah sampel

pertinggal sudah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan untuk keperluan

analisis. Studi stabilitas produk yang sudah beredar (on going stability study) juga

dilakukan oleh unit Pengawasan Mutu PT Dexa Medica untuk mengawasi mutu

produk. Sampel untuk uji stabilitas disimpan pada kondisi ambient. Pemantauan

terhadap lingkungan juga dilakukan oleh unit Pengawasan Mutu PT Dexa Medica

mencakup pemantauan air untuk proses, air untuk pencucian alat dan air sebagai

pereaksi pada laboratorium. Pemantauan mikrobiologis pada lingkungan produksi

dilakukan secara berkala sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi semua aspek produksi dan

pengawasan mutu industri farmasi dalam pemenuhan ketentuan CPOB. Proses

inspeksi dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan risiko yang muncul pada

proses produksi sediaan obat. Aspek yang hendak diinspeksi disajikan dalam

dokumen yang berisi daftar periksa inspeksi dan persyaratan minimal penerimaan.

Aspek inspeksi CPOB meliputi personalia, bangunan dan fasilitas termasuk

fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatannya, penyimpanan

bahan baku, bahan kemas dan produk jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

66

Universitas Indonesia

selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higine, program

validasi dan revalidasi, kalibrasi alat ukur, prosedur penarikan kembali obat jadi,

penanganan keluhan, pengawasan label dan perbaikan hasil inspeksi sebelumnya.

Departemen Quality PT Dexa Medica telah melakukan inspeksi sesuai aspek yang

disebutkan sebelumnya. Inspeksi ini dilakukan secara mandiri oleh internal

perusahaan maupun audit mutu oleh eksternal perusahaan, seperti Badan POM

untuk implementasi CPOB dan SGS untuk implementasi ISO 9001, ISO 14001,

dan OHSAS 18001. Laporan inspeksi diri dibuat setelah selesai melaksanakan

inspeksi.

Audit yang dilakukan Departemen Quality PT Dexa Medica adalah audit

terhadap pemasok dan mitra kontrak. Audit terhadap pemasok dilakukan dengan

cara mengunjungi langsung tempat produksi pemasok (on site audit) ataupun

melakukan analisis dokumen (desk audit). Yang diaudit dalam analisis dokumen

berupa tinjauan perusahaan (asal sertifikat GMP, pendapatan tahunan, jumlah

pekerja, dan sebagainya) dan tinjauan sistem mutu (site master file yang mengacu

pada PICs, drug master file, annual product review, material safety data sheet,

sertifikat analisis, dan sertifikat bebas BSE/TSE atau disebut juga sertifikat bebas

bahan hewani). Audit terhadap mitra kontrak dilakukan dengan kunjungan

langsung ke site produksi yang akan digunakan.

4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk

dan Produk Kembalian.

Segala keluhan dan informasi lain yang mengindikasikan adanya

kemungkinan terjadi kerusakan obat telah dikaji oleh unit Quality Compliance PT.

Dexa Medica sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Penarikan kembali produk

dilakukan PT. Dexa Medica apabila ada permintaan dari Badan POM atau atas

hasil studi stabilitas yang dilakukan PT. Dexa Medica sendiri. Proses penarikan

kembali dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.

Quality Compliance bertanggung jawab terhadap penanganan keluhan.

Proses penanganan terhadap keluhan dimulai dengan mengumpulkan informasi

mengenai keluhan yang ditujukan kepada PT. Dexa Medica kemudian dilakukan

klasifikasi terhadap keluhan tersebut. Selanjutnya, penanganan dilakukan terhadap

keluhan tersebut berdasarkan klasifikasinya. Setiap laporan keluhan

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

67

Universitas Indonesia

didokumentasikan dengan baik sebagai bagian dari continuous improvement PT

Dexa Medica. Tindak lanjut atas keluhan dapat berupa tindakan perbaikan,

penarikan kembali bets yang bersangkutan atau tindakan lain yang disesuaikan

dengan kondisinya.

Pemeriksaan dan pengkajian dilakukan terhadap produk kembalian yang

diterima oleh PT. Dexa Medica. Identifikasi yang dilakukan pada produk

kembalian adalah identifikasi kecacatan, penyimpangan pada produk, pengujian

dan analisis, Proses pemusnahan dilakukan berdasarkan SOP yang telah

ditetapkan. Setiap proses penanganan terhadap produk kembalian

didokumentasikan dengan baik oleh PT. Dexa Medica.

4.10 Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari manajemen sistem informasi.

Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang penting dalam pemastian mutu

produk. Dokumentasi dibagi menjadi dua bagian, dokumentasi terkait produk dan

dokumentasi terkait aktivitas bisnis proses.

Proses pengelolaan dokumen terkait produk di PT. Dexa Medica

menggunakan suatu perangkat lunak Oracle. Oracle adalah sebuah perangkat

lunak berbasis database yang memiliki fitur eletronic quality management system.

Dokumentasi siklus produk dilakukan melalui Oracle dan dokumen tersebut

dikelola oleh bagian Research and Development dengan dibantu oleh bagian

Information Technology (IT). Hanya personil tertentu yang diberikan wewenang

untuk dapat memasukkan data ke dalam database. Akses terhadap database

bersifat terbatas dan setiap personil yang memiliki otoritas dalam melakukan

pengelolaan data diberikan username dan password.

Dokumen spesifikasi bahan awal, spesifikasi bahan pengemas, spesifikasi

produk ruahan, spesifikasi produk, manufacturing instruction, metode analisis dan

formula bahan dimasukkan ke dalam database. Dokumen produksi yang

mencakup dokumen produksi induk, prosedur pengolahan induk, prosedur

pengemasan induk, catatan bets produksi, catatan pengolahan bets, catatan

pengemasan bets, disahkan secara formal oleh Departemen Quality dan

dimasukkan ke dalam database. Begitu pula dengan catatan penerimaan bahan,

catatan produk keluar untuk didistribusikan, pengambilan sampel dan hasil

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

68

Universitas Indonesia

pengujian akan dimasukan ke dalam database. Semua data yang dimasukkan ke

dalam database akan diolah, didistribusikan dan digunakan oleh unit-unit terkait.

4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Industri farmasi dapat melakukan kontrak dengan industri farmasi lainnya

dalam hal memproduksi suatu produk obat. Hal ini dilakukan karena fasilitas atau

kapasitas dari suatu industri tidak mencukupi sehingga memerlukan pihak luar

(outsourcing) untuk melakukan proses produksi. Pembuatan dan analisis

berdasarkan kontrak perlu dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk

menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan

dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak yang dibuat harus terdokumentasi

dan berisi ketentuan-ketentuan yang menyangkut hak dan kewajiban antara

pemberi dengan penerima kontrak.

Beberapa produk PT. Dexa Medica diproduksi dengan menggunakan jasa

toll out manufacturing, dimana PT. Dexa Medica sebagai pemberi kontrak.

Pelulusan tiap bets obat yang diproduksi oleh pihak lain tetap merupakan hak dari

Bagian Quality PT. Dexa Medica. Bagian Quality akan memeriksa dokumen yang

terkait proses produksi untuk diperiksa kelayakan produk tersebut lepas di

pasaran. Pemeriksaan langsung ke pihak penerima kontrak dilakukan secara

berkala.

4.12 Kualifikasi dan Validasi

Kualifikasi dan validasi dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap

aspek kritis dari kegiatan proses produksi obat. Industri farmasi harus dapat

mengindentifikasi kualifikasi dan validasi yang diperlukan serta

mengkolaborasikannya dalam suatu rencana yang dirinci dengan jelas dan

didokumentasikan. PT. Dexa Medica melakukan kegiatan kualifikasi terhadap alat

baru dan rekualifikasi pada alat yang sudah ada secara rutin. Kegiatan kualifikasi

juga dilakukan pada suatu alat atau mesin yang telah selesai diperbaiki. Sesuai

dengan ketentuan CPOB, kegiatan kualifikasi yang dilakukan meliputi kualifikasi

desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja. Selain

itu, evaluasi terhadap dokumen kalibrasi alat dan catatan pemeliharaan juga

dilakukan untuk mempertimbangkan perlu tidaknya suatu alat untuk

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

69

Universitas Indonesia

direkualifikasi. Setiap prosedur kualifikasi dan hasilnya didokumentasikan dengan

baik dan disetujui oleh manajer Quality.

Validasi yang dilakukan di PT. Dexa Medica meliputi validasi proses,

validasi pembersihan, validasi metode analisis, dan revalidasi. Validasi metode

analisis dilakukan oleh bagian research and development pada awal

pengembangan produk dan metode analisisnya. Revalidasi dilakukan setelah

dilakukan assessment terhadap perubahan-perubahan dalam alur proses produksi

yang dapat berpengaruh signifikan terhadap mutu produk. Perubahan yang terjadi

dapat berupa perubahan alat, perbaikan atau penambahan komponen pada alat,

perubahan reagen metode analisis dan sebagainya. Sesuai dengan ketentuan

terbaru dalam CPOB, sistem komputer merupakan hal yang harus divalidasi. PT.

Dexa Medica sudah mendesain validasi sistem komputer pada tahun 2011 dan

mulai diimplementasikan secara bertahap. Pengkajian terhadap riwayat produk

tetap dilakukan pada proses produksi yang sudah mapan. Pengkajian ini dilakukan

melalui kegiatan validasi retrospektif terhadap data 10 – 30 bets berturut atau

melalui annual product review terhadap data selama satu tahun untuk menilai

konsistensi proses produksi.

Pengendalian terhadap perubahan merupakan salah satu aspek dari

kualifikasi dan validasi yang perlu dipenuhi oleh industri farmasi. Pengendalian

perubahan bertujuan untuk mendokumentasikan perubahan yang diusulkan baik

berdampak terhadap kualitas produk atau tidak. Perubahan yang diusulkan

kemudian dikaji untuk disetujui atau tidak. Pengkajian akan dilakukan bila terjadi

perubahan-perubahan yang tidak diinginkan, seperti adanya penyimpangan atau

produk di luar spesifikasi untuk memutuskan perlu tidaknya dilakukan prosedur

CAPA. Temuan-temuan pada saat proses audit pada umumnya akan langsung

dilakukan prosedur CAPA karena hal tersebut sudah hasil pengkajian auditor dan

bagian yang diaudit.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

70 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan didapatkan kesimpulan:

a. Kegiatan yang dilakukan PT. Dexa Medica site Palembang penjaminan

mutu produk yang terkait dengan perencanaan produksi, pengelolaan bahan

baku, produksi sediaan obat, pengelolaan kondisi/lingkungan produksi,

pengawasan dan analisis mutu produk, pengelolaan lingkungan hidup,

pengelolaan sumber daya manusia, serta pengelolaan bisnis dan

administrasi.

b. PT. Dexa Medica menerapkan CPOB sesuai cGMP dan juga telah

menerapkan standar ISO 9001 tentang manajemen mutu, ISO 14001 tentang

pengelolaan lingkungan, dan OHSAS 18001 tentang keselamatan kerja dan

kesehatan lingkungan yang diterjemahkan ke dalam dokumen berupa Dexa

Integrated System (DIS) yang diturunkan menjadi working instruction.

c. Apoteker memegang peranan penting dalam industri farmasi terutama pada

bagian pemastian mutu berupa validasi, inspeksi dan pelulusan produk;

bagian produksi berupa pengawasan proses produksi dan pengemasan; serta

bagian pengawasan mutu berupa penanganan bahan baku, produk setengah

jadi, dan produk jadi beserta studi stabilitasnya.

5.2 Saran

a. Hendaknya melakukan perbaikan yang berkelanjutan pada segala aspek

manajemen mutu obat.

b. Hendaknya melakukan peningkatan frekuensi inspeksi terhadap

implementasi CPOB dan K3L di setiap departemen, terutama produksi,

pengawasan mutu, dan teknik untuk menjamin kualitas produk.

c. Hendaknya terus meningkatkan kerja sama dengan institusi pendidikan

dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kefarmasian.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

71 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang

Industri Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

72

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Instalasi Sistem HVAC pada Gedung Produksi Reguler

Keterangan :

1. Sensor suhu dan kelembaban2. BAS (Building Automatic System)3. Outdoor4. Regulator aliran air5. Prefilter (G4)6. Filter (F9)7. Cooling coil8. Heating coil9. Fan10. FMS (flow measurement sensor)11. VSD (variable speed drive)12. HEPA filter (H13)13. Ruang produksi14. Dust collector

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

73

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Instalasi Sistem HVAC pada Gedung Produksi Sefalosporin

Keterangan :

1. Sensor suhu dan kelembaban2. BAS (Building Automatic System)3. Outdoor4. Regulator aliran air5. Prefilter (G4)6. Filter (F9)7. Cooling coil8. Heating coil9. Motor dan blower10. FMS (flow measurement sensor)11. VSD (variable speed drive)12. HEPA filter (H13)13. Ruang produksi14. Dust collector

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

74

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Instalasi Sistem Pengolahan Air

Keterangan :1. Bak atas2. Bak bawah3. Multi media filter (lapisan pasir dan karbon)4. Bak filter5. Pompa6. Softener7. Reverse osmosis8. EDI (electronic deionization)9. Tangki gedung produksi reguler10. Tangki gedung produksi sefalosporin11. Ruangan produksi (sistem loop)

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

75

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Keterangan :1. Bak tampung produksi sefalosporin2. Bak tampung awal3. Bak aerasi4. Lamela I5. Bak sedimentasi6. Lamela II7. Bak sludge (limbah B3)8. Bak akhir 19. Bak akhir 210. Drainase luar

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

76

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Sistem Dust Collector

Keterangan :1. Udara masuk2. Tangki penampung udara3. Penembak compress air4. Filter5. Rotary lock6. Tangki penampung debu7. Motor dan blower

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI MENGENAI PEMBUATAN LAPORAN VALIDASIRETROSPEKTIF SEDIAAN KAPSUL DAN TABLET

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

SETIAWAN, S.Farm.1206313715

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJUNI 2013

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penelitian......................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 4

2.1 Validasi........................................................................................................ 4

2.2 Validasi Proses…………………................................................................ 4

2.3 Catatan Pengolahan Bets............................................................................. 6

2.4 Pengawasan Selama Proses......................................................................... 7

2.5 Statistical Process Control (SPC)............................................................... 8

BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN .......................................................... 12

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................. 12

2.2 Metode Pengkajian………………… ......................................................... 12

BAB 4. PEMBAHASAN....................................................................................... 13

4.1 Format Laporan Validasi Retrospektif........................................................ 13

4.2 Parameter Analisis Sediaan Kapsul ............................................................ 14

4.3 Parameter Analisis Sediaan Tablet.............................................................. 15

4.4 Penerapan Statistical Process Control (SPC) pada Validasi Retrospektif.. 16

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 18

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………….. 18

5.2 Saran ………………………………………………………..................... 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 19

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran masyarakat tentang kesehatan semakin meningkat sehingga

tuntutan terhadap sediaan obat yang baik dalam segi keamanan, mutu dan

manfaat juga semakin meningkat. Sediaan obat yang baik tentu saja tidak

mungkin tercapai tanpa adanya manajemen kualitas secara menyeluruh di semua

aspek produksinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, suatu pedoman yang

mengatur semua aspek dalam produksi obat dibuat oleh pemerintah, yaitu CPOB.

CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat seacara konsisten, dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaanya. CPOB

mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu (BPOM, 2012).

Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial

untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan

untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan.

Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan

pengujian, namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan

dipantau dengan cermat (BPOM, 2012).

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan

tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen

izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan

penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen

bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,

yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di

dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan

mutu secarakonsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem pemastan mutu

yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta

menginkorporasi CPOB termasuk pengawasan mutu dan manajemen risiko

(BPOM, 2012).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

2

Universitas Indonesia

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang

perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses

yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan

kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan

validasi (BPOM, 2012).

Terdapat tiga aspek yang perlu divalidasi dalam proses pembuatan sediaan

farmasi menurut CPOB yakni proses produksi, metode analisis dan proses

pembersihan. Tujuan dari validasi adalah untuk memastikan proses pembuatan

mampu menghasilkan produk jadi yang memenuhi standar mutu yang ditetapkan

secara konsisten. Dalam validasi proses terdapat tiga pendekatan yang dapat

digunakan yakni validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif

(BPOM, 2012).

Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah

mapan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur

pembuatan atau peralatan. Pada umumnya diperlukan data dari 10 sampai 30 bets

berurutan untuk menilai konsistensi prosesnya. Bets yang dipilih untuk validasi

retrospektif hendaklah mewakili seluruh bets yang dibuat selama periode

pengamatan termasuk yang tidak memenuhi spesifikasi (BPOM, 2012).

Validasi retrospektif terhadap produk farmasi dapat dilakukan dengan

pendekatan statistika misalnya metode statistical process control (SPC). SPC

merupakan metode statistika yang dapat menggambarkan kapabilitas proses

dengan baik. Melalui pendekatan statistika akan didapatkan suatu tren yang

berguna sebagai acuan dalam menelusuri penyebab masalah, mengkaji masalah

tersebut dan membuat keputusan. Hasil dari validasi retrospektif adalah laporan

validasi retrospektif yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengkajian

permasalahan dan pengambilan keputusan.

Apoteker sebagai penanggung jawab dalam bidang produksi, pemastian

mutu serta pengendalian mutu memerlukan validasi retrospektif untuk

membuktikan bahwa produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan. Hal

ini disebabkan karena jumlah sampel produk yang diuji tidak cukup mewakili

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

3

Universitas Indonesia

keseluruhan produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan penilaian konsistensi

proses yang telah dilakukan dan tren pengujian produk sehingga apoteker dapat

memiliki keyakinan bahwa produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan.

1.2 Tujuan

Tujuan tugas khusus ini adalah :

a. Mengetahui format laporan validasi retrospektif sediaan kapsul dan tablet.

b. Memahami penerapan metode statistical process control (SPC) pada

validasi retrospektif.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Validasi

Validasi adalah tindakan pembuktian bahwa suatu proses akan mencapai

hasil yang sesuai spesifikasi dan persyaratan. Tujuan dari validasi adalah

mendapatkan bukti terdokumentasi yang menjamin bahwa suatu proses spesifik

akan menghasilkan produk dengan spesifikasi mutu yang ditetapkan secara

konsisten. Proses yang dikatakan telah tervalidasi adalah proses yang telah

dibuktikan berfungsi sesuai harapan (BPOM, 2012). Terdapat tiga macam

validasi yaitu validasi proses, validasi pembersihan dan validasi metode analisis.

Validasi proses dapat dilakukan ketika proses kualifikasi dan kalibrasi telah

diterapkan dengan baik. Rangkaian proses kualifikasi terdiri atas kualifikasi

desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi proses (BPOM,

2012). Pengendalian perubahan juga menjadi salah satu aspek validasi. Aspek ini

merupakan prosedur tertulis yang merinci langkah yang diambil jika ada usul

perubahan pada aspek tertentu yang berpengaruh pada mutu dan reprodusibilitas

proses. Semua perubahan yang dapat mempengaruhi mutu produk atau

reprodusibilitas proses dievaluasi, termasuk analisis risiko dan ditentukan

kebutuhan dan cakupan untuk melakukan kualifikasi dan validasi ulang

(revalidasi) (BPOM, 2012).

2.2 Validasi Proses

Validasi proses adalah pembuktian yang didokumentasikan bahwa proses

yang dilakukan dalam parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan

memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang

memenuhi spesifikasi atau atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya

(BPOM, 2012). Titik awal dalam melakukan validasi proses adalah adanya

dokumen protokol validasi proses. Protokol validasi proses adalah dokumen yang

menguraikan metode kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka validasi

suatu sistem atau proses, termasuk metode pengujian dan kriteria penerimaan atas

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

5

Universitas Indonesia

hasil validasi. Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk

dipasarkan (validasi prospektif), selama proses produksi rutin dilakukan (validasi

konkuren) dan sesudah proses dijalankan (validasi retrospektif) (BPOM, 2012).

a. Validasi prospektif adalah validasi yang dilakukan dan selesai sebelum

produk diedarkan berlaku untuk produk baru, produk yang mengalami

modifikasi proses produksinya dimana perubahannya dapat berdampak

pada karakteristik produk tersebut. Validasi prospektif dilakukan pada tiga

bets produksi berurutan (BPOM, 2009).

b. Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan terhadap produk yang

diproduksi secara rutin dan sudah diedarkan atau untuk produk yang

diproduksi sekali-kali. Pada validasi konkuren bets dapat diluluskan

berdasarkan hasil serangkaian uji pengawasan mutu yang intensif,

pengkajian kondisi pembuatan dan persetujuan dari pengawasan mutu

(BPOM, 2009).

c. Validasi retrospektif adalah validasi dari suatu proses untuk suatu produk

yang telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian

bets dan pengendalian bets. Validasi retrospektif hendaklah mencakup

analisis tren dengan menggunakan diagram kontrol dari riwayat

pembuatan dan pengendalian mutu. Dilakukan evaluasi terhadap 10-30

bets produksi yang dibuat dengan menggunakan proses yang sama untuk

menunjukkan proses pembuatan terkendali dan handal. Penentuan

kehandalah proses dapat diterima sebagai suatu metode statistik untuk

menganalisis pengendalian proses (BPOM, 2009). Fasilitas, sistem dan

peralatan yang digunakan telah terkualifikasi dan metode analisis

hendaklah divalidasi. Personil yang melakukan validasi mendapat

pelatihan yang sesuai. Fasilitas, sistem, peralatan dan proses dievaluasi

secara berkala untuk verifikasi bahwa fasilitas, peralatan dan proses

tersebut masih bekerja dengan baik (BPOM, 2012).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

6

Universitas Indonesia

2.2.1 Validasi Retrospektif

Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah

mapan, namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur

pembuatan atau peralatan. Validasi proses didasarkan atas riwayat produk. Tahap

validasi membutuhkan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil kajian data

untuk mengambil kesimpulan dan memberikan rekomendasi. Sumber data

mencakup, tetapi tidak terbatas pada catatan pengolahan bets, catatan

pengemasan bets, rekaman pengawasan proses, buku log perawatan alat, catatan

penggantian personil, studi kapabilitas proses, data produk jadi termasuk catatan

data tren hasil uji stabilitas. Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif

hendaklah mewakili seluruh bets yang dibuat selama periode pengamatan,

termasuk yang tidak memenuhi spesifikasi, dan hendaklah dalam jumlah yang

cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Pengujian tambahan sampel

pertinggal mungkin perlu untuk mendapatkan jumlah atau jenis data yang

dibutuhkan untuk melakukan proses validasi retrospektif. Pada umumnya,

validasi retrospektif memerlukan data dari 10 sampai 30 bets berurutan untuk

menilai konsistensi proses, tetapi jumlah bets yang lebih sedikit dimungkinkan

bila dapat dijustifikasi (BPOM, 2012).

2.3 Catatan Pengolahan Bets

Catatan pengolahan bets tersedia untuk setiap bets yang diolah. Dokumen

ini hendaklah dibuat berdasarkan bagian relevan dari prosedur pengolahan induk

yang berlaku. Metode pembuatan catatan ini didesain untuk menghindarkan

kesalahan transkripsi. Catatan hendaklah mencantumkan nomor bets yang sedang

dibuat. Sebelum suatu proses dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan yang

dicatat, bahwa peralatan dan tempat kerja telah bebas dari produk dan dokumen

sebelumnya atau bahan yang tidak diperlukan untuk pengolahan yang

direncanakan, serta peralatan bersih dan sesuai untuk penggunaannya. Selama

pengolahan, informasi sebagai berikut hendaklah dicatat pada saat tiap tindakan

dilakukan dan secara lengkap hendaklah catatan diberi tanggal dan ditandatangani

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

7

Universitas Indonesia

dengan persetujuan dari personil yang bertanggung jawab untuk kegiatan

pengolahan (BPOM, 2012):

a. Nama produk.

b. Tanggal dan waktu permulaan, dari tahap antara yang signifikan dan dari

penyelesaian pengolahan.

c. Nama personil yang bertanggung jawab untuk tiap tahap proses.

d. Paraf operator untuk berbagai langkah pengolahan yang signifikan dan

dimana perlu paraf personil yang memeriksa tiap kegiatan ini.

e. Nomor bets dan/atau nomor kontrol analisis dan jumlah nyata tiap bahan

awal yang ditimbang atau diukur.

f. Semua kegiatan pengolahan atau kejadian yang relevan dan peralatan

utama yang digunakan.

g. Catatan pengawasan selama proses dan paraf personil yang melaksanakan

serta hasil yang diperoleh.

h. Jumlah hasil produk yang diperoleh dari tahap pengolahan berbeda dan

penting.

i. Catatan mengenai masalah khusus yang terjadi termasuk uraiannya

dengan tanda tangan pengesahan untuk segala penyimpangan terhadap

prosedur pengolahan induk.

2.4 Pengawasan Selama Proses

Pengawasan selama proses adalah pemeriksaan dan pengujian yang

ditetapkan dan dilakasanakan selama proses pembuatan produk, termasuk

pemeriksaan dan pengujian terhadap lingkungan dan peralatan. Untuk

memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang

menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus

dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai

dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu dan

hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan

memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab

variasi karakteristik produk selama proses berjalan (BPOM, 2012).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

8

Universitas Indonesia

Prosedur tertulis untuk pengawasan selama proses dipatuhi. Proses

tersebut menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel,

jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa dan batas

penerimaan untuk setiap spesifikasi (BPOM, 2006). Di samping itu, pengawasan

selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum

sebagai berikut:

a. Semua parameter produk, volume, atau jumlah isi produk diperiksa pada

saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan dan

b. Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan

selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan

spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang

ditetapkan dalam prosedur pengemasan induk.

Selama proses pengolahan dan pengemasan bets diambil sampel awal,

tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian selama

proses dicatat dan dokumen tersebut menjadi bagian dari catatan bets. Spesifikasi

pengawasan selama proses konsisten dengan spesifikasi produk. Spesifikasi

tersebut berasal dari hasil rata-rata proses sebelumnya yang diterima dan bila

mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan ditentukan dengan menggunakan

metode analisis yang cocok (BPOM, 2012).

2.5 Statistical Process Control (SPC)

Statistical Process Control adalah suatu metode pengendalian proses

dengan menggunakan data dan teknik statistik dalam pengambilan keputusan.

Menerapkan SPC berarti melakukan pengendalian di setiap tahapan proses

dengan menggunakan data sebagai dasar pengambilan keputusan/pengendalian.

Manfaat dari SPC antara lain :

a. Meminimalkan variasi yang muncul di dalam proses.

b. Mengurangi biaya karena kecacatan produk melalui kegiatan kontrol di

setiap proses.

c. Meningkatkan produktivitas (menekan angka kecacatan dan pengerjaan

ulang).

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

9

Universitas Indonesia

d. Meningkatkan keterampilan karyawan dalam mengendalikan proses.

Tujuan dari SPC adalah mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan

karena adanya defek atau cacat pada produk yang dihasilkan dan menjamin

bahwa produk yang dihasilkan konsisten. Untuk mengurangi biaya total karena

pemenuhan kualitas, pengawasan harus diletakkan pada titik produksi, kualitas

tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan inspeksi pada produk setelah

diproduksi. Biaya perbaikan akan semakin besar apabila semakin lama diketahui

kecacatan pada produk. SPC bukan hanya alat tetapi juga sebuah strategi untuk

mengurangi variabilitas yang merupakan masalah terhadap kualitas. Pengawasan

pada titik kritis penyebab variabilitas tidaklah cukup. Proses harus diperbaiki

guna mengurangi variabilitas produk yang dihasilkan (PQM Consultants, 2011).

2.5.1 Diagram Kontrol (PQM Consultants, 2011)

Diagram kontrol adalah suatu grafik garis yang mencantumkan garis –

garis kontrol sebagai dasar pengendalian proses untuk menunjukkan apakah

proses dalam keadaan terkontrol atau tidak. Diagram kontrol ini digunakan untuk

memonitor variasi hasil pengukuran parameter proses. Selain itu, dapat pula

digunakan untuk mengidentifikasi penyimpangan dini dan mengambil tindakan

sebelum proses out of control.

Garis kontrol adalah garis yang menunjukkan dispersi/penyebaran data

dan memberitahu apakah situasi abnormal terjadi dalam produksi, sehingga dapat

segera mengambil tindakan yang tepat. Ada 3 macam garis kontrol, yaitu:

a. UCL (Upper Control Limit) atau garis/batas kontrol atas.

b. LCL (Lower Control Limit) atau garis/batas bawah.

c. CL (Central Line) atau garis tengah.

Selain garis kontrol, ada pula garis spesifikasi atau biasa disebut dengan rentang

penerimaan. Perbedaan diantara keduanya adalah garis kontrol merupakan garis

batas yang menggambarkan kemampuan berdasarkan pengalaman dan

kemampuan teknik, sedangkan garis spesifikasi adalah batas-batas yang

ditentukan oleh konsumen atau target yang harus dicapai oleh suatu produk.

Walaupun proses menunjukkan keadaan terkontrol, harus diperhatikan juga

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

10

Universitas Indonesia

apakah proses sesuai dengan garis spesifikasi. Garis spesifikasi terdiri dari 2

macam, yaitu:

a. USL (Upper Spesification Limit) atau garis spesifikasi atas.

b. LSL (Lower Spesification Limit) atau garis spesifikasi bawah.

2.5.2 Analisa Kapabilitas Proses (PQM Consultants, 2011)

Analisa Kapabilitas Proses adalah suatu analisa untuk memprediksi

seberapa konsisten proses memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Proses

dikatakan ‘capable’ jika mampu menghasilkan hampir 100% output yang sesuai

spesifikasi dan sesuai target atau variabilitas prosesnya memenuhi spesifikasi dan

rata-rata proses sesuai target. Proses ‘tidak capable’ jika ditemui variabilitas

prosesnya tidak sesuai dengan spesifikasi atau rata-rata prosesnya tidak sesuai

target.

Untuk mengetahui seberapa baik proses memenuhi spesifikasi, ada dua

capability index yang digunakan, yaitu:

a. Potential Capability Index (Cp)

Potentian capability index merupakan ukuran kapabilitas yang dihitung

tanpa mempertimbangkan nilai rata – rata data yang digunakan. Cp dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

b. Real Capability Index (Cpk)

Real capability index merupakan ukuran kapabilitas yang dihitung dengan

mempertimbangkan nilai rata – rata data yang digunakan. Cpk dapat

dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Cp = USL – LSL6δ

Cpk = Min (USL-CL , CL-LSL)3δ 3δ

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

11

Universitas Indonesia

Langkah-langkah dalam melakukan analisis kapabilitas proses adalah:

a. Menetapkan parameter yang akan dianalisis misalnya kadar air granul,

suhu pengeringan, pH dan sebagainya.

b. Mengumpulkan data untuk setiap parameter yang akan dianalisis.

c. Membuat diagram kontrol yang sesuai kemudian dilakukan analisis

apakah data dalam keadaan terkontrol (berada dalam rentang penerimaan).

Proses yang tidak stabil tidak dapat digunakan untuk memprediksi

kemantapan proses (process consistency).

d. Menganalisis distribusi data. Data harus terdistribusi normal agar dapat

digunakan untuk memprediksi kemantapan proses.

e. Menghitung Cp dan Cpk.

f. Analisis kapabilitas proses dapat dilakukan secara periodik.

g. Interpretasi nilai real capability process (Cpk)

1) Nilai Cpk lebih besar dari 1.3 artinya apabila terjadi peningkatan

variasi di masa mendatang kecil kemungkinannya menyimpang dari

spesifikasi (proses lebih murah dan lebih produktif).

2) Nilai Cpk terletak anatara 1.1 dan 1.3 artinya proses berada pada

kondisi ideal, variasi yang terjadi masih berada dalam batas yang

dapat diterima.

3) Nilai Cpk terletak antara 1.0 dan 1.1 artinya perubahan sedikit saja

terhadap proses produksi dapat mengakibatkan munculnya

penyimpangan.

4) Nilai Cpk terletak antara 0.9 dan 1.0 artinya terjadi penyimpangan

terhadap produk kadang kala muncul, proses harus diperiksa lebih

ketat untuk mengeliminasi cacat/penyimpangan.

5) Nilai Cpk kurang dari 0.9 artinya produk cacat/menyimpang terjadi

secara teratur, proses tidak terkontrol harus diperiksa bagaimana

proses kerja, atau desain spesifikasi perlu ditinjau ulang.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

12 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENGKAJIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian

Pengkajian dilakukan di PT. Dexa Medica Palembang yang dilakukan

pada tanggal 2 April – 31 Mei 2013.

3.2 Metode Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan metode observasi dan praktik kerja.

Observasi dilakukan dengan cara melakukan studi pustaka terkait validasi

retrospektif dan statistical process control. Observasi dilanjutkan dengan

mempelajari laporan validasi terdahulu, termasuk didalamnya pembahasan terkait

masalah yang terjadi dan rekomendasi yang diberikan. Praktik kerja dilakukan

dengan membuat laporan validasi 3 jenis produk yang diproduksi oleh PT Dexa

Medica Palembang. Data – data dari pengujian yang dilakukan pada beberapa

bets produk dikumpulkan dan direkapitulasi. Selanjutnya, data – data tersebut

diolah dengan statistical process control dan dibuat grafik/tren proses serta

dihitung nilai kapabilitas prosesnya.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

13 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Format Laporan Validasi Retrospektif

Laporan validasi retrospektif meliputi:

a. Tujuan validasi retrospektif.

Tujuan dari validasi retrospektif adalah untuk membuktikan dan

memastikan bahwa proses pembuatan sediaan kapsul dan tablet akan

menghasilkan produk yang secara konsisten memenuhi spesifikasi yang

telah ditetapkan.

b. Ruang lingkup.

Ruang lingkup laporan validasi retrospektif mencakup identitas produk

yang divalidasi serta tanggal efektif produk tersebut.

c. Referensi.

Bagian referensi berisi daftar dokumen yang terkait dengan proses

pembuatan sediaan misalnya work instruction mengenai pembuatan

protokol dan laporan validasi proses, SOP mengenai validasi proses dan

lain-lain.

d. Tinjauan.

Bagian ini mencakup jumlah bets yang ditinjau, besar bets, dafar pemasok

bahan baku dan bahan pengemas, status validasi terhadap peralatan,

fasilitas dan metode analisis serta pendekatan yang dilakukan pada

validasi proses.

e. Formula.

Bagian formula berisi bahan baku yang digunakan pada pembuatan

sediaan kapsul dan tablet, baik bahan aktif, bahan tambahan serta bahan

pengemas. Pada setiap bahan, dicantumkan pula data jumlah per sediaan,

jumlah per bets serta fungsi dari bahan tersebut.

f. Hasil dan pembahasan.

Bagian hasil dan pembahasan pada laporan validasi retrospektif sediaan

kapsul dan tablet mencakup sifat granul dari setiap bets yang ditinjau

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

14

Universitas Indonesia

sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, pemerian kapsul atau tablet

dari setiap bets yang ditinjau, pengujian produk jadi dan pembahasan

terhadap data statistik dari tiap parameter yang diperiksa. Hasil dan

pembahasan juga dilengkapi dengan grafik kontrol dan tabel data.

g. Kesimpulan.

Bagian kesimpulan berisikan pernyataan bahwa hasil validasi retrospektif

adalah valid untuk proses produksi kapsul dan tablet.

h. Rekomendasi.

Rekomendasi merupakan saran terhadap perubahan atau perbaikan proses,

spesifikasi atau pengujian agar dapat menghasilkan produk yang lebih

baik.

i. Daftar lampiran. Daftar lampiran merupakan kumpulan dari lampiran data

atau grafik yang berhubungan dengan laporan validasi retrospektif.

4.2 Parameter Analisis Sediaan Kapsul

Validasi proses dilakukan pada parameter-parameter kritis pada produksi

kapsul. Parameter analisis yang ditinjau terhadap sediaan kapsul mencakup:

a. Susut pengeringan (Loss on Drying) fasa luar. LOD fasa luar merupakan

susut pengeringan dari granul yang terdiri dari zat aktif dan zat tambahan

lain dan siap untuk diisikan ke cangkang kapsul.

b. Laju alir granul. Pengawasan terhadap laju alir granul merupakan hal yang

penting terutama pada proses pengisian kapsul agar didapatkan kapsul

dengan bobot yang sesuai dan seragam. Pengujian ini dilakukan dengan

cara melewatkan granul melalui lubang dengan ukuran tertentu.

c. Bobot kapsul. Pengawasan terhadap keseragaman bobot penting dilakukan

karena menyangkut keseragaman dosis obat.

d. Waktu hancur. Pengawasan terhadap waktu hancur kapsul penting

dilakukan untuk memastikan bahwa kapsul dapat hancur dalam waktu

yang ditetapkan sehingga zat aktif obat dapat diserap oleh tubuh.

e. Perhitungan kontaminasi total mikroba dan jamur. Pengawasan terhadap

perhitungan kontaminasi total mikroba dan jamur penting dilakukan untuk

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

15

Universitas Indonesia

menilai kebersihan mesin, lingkungan, dan personalia selama proses

produksi.

f. Pengujian bakteri patogen. Pengawasan terhadap pengujian bakteri

patogen penting dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada bakteri

patogen, misalnya Escherichia coli, Salmonella sp, Pseudomonas

aeruginosa dan Staphylococcus aureus yang tumbuh pada sediaan.

g. Pengujian logam berat. Pengawasan terhadap pengujian logam berat

penting dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan logam berat yang

terdapat pada sediaan kapsul selalu berada dibawah ambang batas yang

telah ditetapkan. Hal ini erat kaitannya dengan keselamatan pasien yang

mengkonsumsi kapsul tersebut.

4.3 Parameter Analisis Sediaan Tablet

Validasi proses dilakukan pada parameter-parameter kritis pada produksi

tablet. Parameter analisis yang ditinjau terhadap sediaan tablet mencakup:

a. Susut pengeringan (Loss on Drying) fase luar. LOD fasa dalam

merupakan susut pengeringan dari granul yang terdiri atas bahan aktif

obat, bahan pengikat (binder), bahan penghancur fase dalam (disintegran),

bahan pewarna (bila ada) yang belum diberikan bahan pelincir.

b. Laju alir granul. Pengawasan terhadap laju alir granul merupakan hal yang

penting terutama pada proses pencetakan agar didapatkan tablet dengan

bobot yang sesuai dan seragam. Pengujian ini dilakukan dengan cara

melewatkan granul melalui lubang dengan ukuran tertentu.

c. Bobot tablet. Pengawasan terhadap keseragaman bobot penting dilakukan

karena menyangkut keseragaman dosis obat.

d. Tebal tablet. Pengawasan terhadap tebal tablet penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya masalah saat proses pengemasan.

e. Kekerasan tablet. Parameter kekerasan tablet perlu diperiksa untuk

menilai bahwa tablet tidak mudah pecah selama proses distribusi namun

tetap dapat hancur dengan mudah ketika dikonsumsi.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

16

Universitas Indonesia

f. Waktu hancur. Pengawasan terhadap waktu hancur tablet penting

dilakukan untuk memastikan bahwa tablet dapat hancur dalam waktu yang

ditetapkan sehingga zat aktif obat dapat diserap oleh tubuh.

g. Keregasan. Pengawasan terhadap keregasan tablet penting dilakukan

untuk menilai ketahanan produk terhadap benturan yang mungkin akan

dialami selama proses distribusi.

h. Keseragaman sediaan. Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam

menentukan keseragaman sediaan yaitu metode keragaman bobot (weight

variation) atau metode keseragaman kandungan (content uniformity).

Metode keragaman bobot digunakan untuk sediaan-sediaan yang memiliki

bobot lebih besar dari 25 mg dan memiliki kandungan zat aktif lebih dari

25% bobot sediaan. Batas variasi yang dipersyaratkan dalam keseragaman

sediaan adalah 15% dinyatakan dalam nilai penerimaan (acceptable

value).

i. Kadar. Kadar zat aktif obat mutlak harus memenuhi persyaratan agar

menghasilkan obat yang berkhasiat dan memenuhi persyaratan.

Pengawasan terhadap kadar obat penting dilakukan agar menghasilkan

kadar obat yang seragam, konsisten dan berada dalam rentang

penerimaan.

j. Laju disolusi obat. Laju disolusi obat erat kaitannya dengan bioaviabilitas

obat dalam darah. Spesifikasi laju disolusi obat ditentukan oleh monografi

masing-masing sediaan obat.

4.4 Penerapan Metode Statistical Process Control (SPC) pada Validasi

Retrospektif

Penggunaan SPC pada validasi retrospektif sangat membantu dalam

menjaga kualitas produk yang dihasilkan. SPC dapat diterapkan hampir pada

semua parameter yang diawasi selama proses produksi. Indikasi adanya

penyimpangan dan kesalahan kerja dapat terdeteksi dengan cepat. SPC juga dapat

digunakan untuk menentukan konsistensi proses di masa yang akan datang

sehingga memberikan keyakinan bagi manajemen dalam melaksanakan produksi.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

17

Universitas Indonesia

Statistical process control sebagai salah satu alat untuk mengolah data

yang memiliki lingkup penerapan luas, dapat memberikan banyak manfaat bagi

berbagai pihak yang terkait dengan proses produksi. Manajemen dapat

mengetahui kemungkinan – kemungkinan terjadinya penyimpangan sehingga

dapat membuat suatu kebijakan dengan tepat sebelum penimpangan tersebut

terjadi. Personalia yang terjun langsung pada proses pun juga dapat mengerti hal-

hal yang harus diperhatikan selama melakukan proses produksi.

Kelemahan dalam penerapan SPC pada validasi retrospektif adalah data

yang diperlukan cukup besar untuk dapat menggambarkan kapabilitas proses

dengan baik. Hal ini tentu saja menjadi permasalahan bagi produk yang jarang

diproduksi. Jumlah data yang terlalu kecil menghasilkan grafik/tren yang kurang

baik sehingga sulit untuk menilai kapabilitas proses di masa yang akan datang.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

18 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

a. Format laporan validasi retrospektif terdiri dari tujuan, ruang lingkup,

referensi, tinjauan, formula obat, hasil dan pembahasan, kesimpulan,

rekomendasi dan daftar lampiran.

b. Metode statistical process control digunakan pada validasi retrospektif

untuk menilai kapabilitas proses produksi dengan catatan data yang

digunakan cukup banyak agar dapat memberikan tren yang baik.

5.2 Saran

a. Selain digunakan pada validasi retrospektif, statistical process control juga

dapat digunakan untuk menilai proses lainnya, misalnya validasi

kebersihan.

b. Pelatihan metode statistical process control sebaiknya diberikan kepada

personalia yang terkait proses produksi dan pemastian mutu agar dapat

diterapkan dengan lebih optimal.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351302-PR-Setiawan.pdf · mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

19

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). CaraPembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan POM RI.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). PedomanOperasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: BadanPOM RI.

Productivity and Quality Management Consultants. Pelatihan Statistical ProcessControl. Disampaikan dalam pelatihan dua hari. Hotel Aryaduta. Jakarta23-24 Maret 2011.

Laporan praktek..., Setiawan, FF UI, 2013