UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERSIHAN DIRI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI PESANTREN NURUL HUDA DESA CIBATU KECAMATAN CISAAT KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat TOPIK HIDAYAT 0906617800 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU KEKHUSUSAN PROMOSI KESEHATAN DEPOK DESEMBER 2011 Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
86
Embed
UNIVERSITAS INDONESIA FAKTOR - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20292769-S1405-Topik Hidayat.pdf · kebersihan diri dan kesehatan lingkungan di pesantren nurul huda desa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANKEBERSIHAN DIRI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PESANTREN NURUL HUDA DESA CIBATUKECAMATAN CISAAT KABUPATEN
SUKABUMI TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Kesehatan Masyarakat
TOPIK HIDAYAT0906617800
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATPROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
KEKHUSUSAN PROMOSI KESEHATANDEPOK
DESEMBER 2011
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohiim
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur saya panjatkan kepada Alloh
SWT, atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat jurusan Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini tidak akan selesai. Oleh karena
itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak drs. Anwar Hassan, MPH, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini;
2. Ibu dra. Rina Artining Anggorodi, Msi, yang telah meluangkan waktu untuk
menguji, memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Agus Baharudin, S.Pd.I, S.Pd, yang telah meluangkan waktu dan
usahanya dalam membimbing dan memperoleh data yang saya perlukan.
4. Kepada Orang tua ku yang telah mendidik dan membesarkanku. Inspirasi dan
Kamilatunnuha dan Muhammad Hanif Syamil Abdul Hakim yang selalu
memberi semangat dikala Abah jenuh dan lelah. Terimakasih atas do’a,
dukungan, motivasi, dan kesabaran kalian selama ini. Semoga apa yang kita
cita-citakan akan terwujud. Ana uhibbukum fillah.
6. Sahabat seperjuangan mas Ono, mas Yudi, kang Fahrudin, teh Tina, mba
Cahya, mba Darwati, mba Febi, mba Sri, Ajeng, Fitri, Ratna, Nia, Tere, Widi,
dan mungkin teman seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan disini
semoga Alloh SWT selalu memberikan jalan petunjuk-Nya kepada kita.
Akhirnya penulis berharap Alloh SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin
Depok, 23 Desember 2011
T H
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
vii
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Topik HidayatProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kebersihan Diri Dan
Kesehatan Lingkungan Di Pondok Pesantren Nurul Huda desaCibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankebersihan diri dan kesehatan lingkungan di pondok pesantren. Penelitian inidengan cara penyebaran kuesioner. Sampel dalam penelitian ini merupakan totaldari populasi yaitu sebanyak 87 responden (santri). Analisa dengan menggunakanchi square pada 9 variabel dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, jenjangpendidikan, pengetahuan, sikap , dukungan guru/ustadz, peran petugas kesehatan,peringatan dari ustadz, sanksi dari pesantren. Diantara 9 variabel tersebut tidakada variabel yang berhubungan. Hasil penelitian menyarankan perlunya dibuatkebijakan, dan sanksi atau penghargaan kepada santri yang melakukan kebersihanperorangan dan kesehatan lingkungannya.
Kata kunci : Kebersihan Diri dan Kesehatan Lingkungan, santri.
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
viii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Topik HidayatStudy Program : Public HealthTittle : Factors associated with the behavior of personal hygiene and
environmental health in Nurul Huda a religious schoolfor Moslems to take place in Cibatu rural districts, Cisaatdistricts, Sukabumi regency year 2011
This study aimed to determine the factors associated with the behavior of personalhygiene and environmental health in a religious boarding school for Moslems.This study used by distributing questionnaires. The sample in this study is apopulation that is counted a total of 87 respondents (religious pupil). Analysisusing chi square on 9 variabels in this study are age, sex, hierarchy of study,knowledge, attitude, support from teacher, an part of health officer, to rememberfrom teacher, punishment from a religious boarding school for Moslems. Amongthe 9 variables not variables related. The outcome of the research to propose needto make policy, and punishment or appreciation for student at traditional Muslimschool to make personal hygiene and environmental health .
Key words: Personal Hygiene and Environmental Health, student at traditionalMuslim school.
PNS Dinas Kesehatan Kab. Sukabumi Tahun 2007 s.d sekarang
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
x
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………....LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………….HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………….....KATA PENGANTAR………………………………………………………..PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………..ABSTRAK…………………………………………………………………....ABSTRACT………………………………………………………………….DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….....DAFTAR ISI………………………………………………………………....DAFTAR TABEL……………………………………………………………DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………....DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………...1.1 Latar Belakang…………………………………………………..1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….1.3 Pertanyaan Penelitian……………………………………………1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………..
1.4.1 Tujuan Umum……………………………………………..1.4.2 Tujuan Khusus……………………………………………..
2.3 Kebersihan Pribadi………………………………………………2.4 Teori Perubahan Perilaku………………………………………..
2.4.1 Batasan Perilaku…………………………………………..2.5 Pengukuran dan Indikator Perilaku Kesehatan…………………
2.5.1 Pengetahuan Kesehatan (health knowledge)…………….2.5.2 Sikap Terhadap Kesehatan……………………………….2.5.3 Praktik Kesehatan…………………………………………
2.6 Pondok Pesantren……………………………………………….
Haliiiiiiivvviviiviiiixx
xivxvixviixviii
113444455566
77789111314141515161717171718
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xi
Universitas Indonesia
2.6.1 Pengertian………………………………………………….
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISIOPERASIONAL…………………………………………………….3.1 Kerangka Teori …………………………………………………..3.2 Kerangka Konsep…………………………………………………3.3 Definisi Operasional……………………………………………...
BAB 4 METODE PENELITIAN…………………………………………..4.1 Desain Penelitian…………………………………………………4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………….4.3 Populasi dan Sampel……………………………………………..
4.4 Cara Pengumpulan Data…………………………………………4.5 Jenis Data…………………………………………………………4.6 Instrumen Penelitian……………………………………………...4.7 Pengolahan dan Analisis Data……………………………………
BAB 5 HASIL PENELITIAN………………………………………………5.1 Gambaran Umum Pondok Pesantren Nurul Huda……………….5.2 Hasil Penelitian…………………………………………………
5.2.1 Analisa Univariat………………………………………….5.2.1.1 Perilaku Santri……………………………………..5.2.1.2 Umur Santri………………………………………..5.2.1.3 Jenis Kelamin……………………………………...5.2.1.4 Jenjang Pendidikan……………………………......5.2.1.5 Pengetahuan...……………………………………..5.2.1.6 Sikap……………………………………………….5.2.1.7 Penyuluhan……..…………………………………5.2.1.8 Mengingatkan dari Ustadz………………………..5.2.1.9 Sanksi dari Pesantren……………………………..
5.2.2 Analisa Bivariat……………………………………………5.2.2.1 Hubungan Antara Umur dengan Perilaku
Kebersihan Diri dan Kesehatan Lingkungan….....5.2.2.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Perilaku
Kebersihan Diri dan Kesehatan Lingkungan…….5.2.2.3 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan
Perilaku Kebersihan Diri dan KesehatanLingkungan………………………………………
5.2.2.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan denganPerilaku Kebersihan diri dan KesehatanLingkungan………………………………………
18
19192021
24242424242525252526262627
2828333333333434353636373838
39
40
40
41
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xii
Universitas Indonesia
5.2.2.5 Hubungan Antara Sikap dengan PerilakuKebersihan diri dan Kesehatan Lingkungan……..
5.2.2.6 Hubungan Antara Penyuluhan dengan PerilakuKebersihan diri dan Kesehatan Lingkungan……..
5.2.2.7 Hubungan Antara Peringatan Ustadz denganPerilaku Kebersihan diri dan KesehatanLingkungan………………………………………
5.2.2.8 Hubungan Antara Sanksi dengan PerilakuKebersihan diri dan Kesehatan Lingkungan……
5.2.3 Observasi Sarana Sanitasi………………………………..5.2.3.1 Penyediaan Sarana Air Bersih…………...………5.2.3.2 Penyediaan Jamban………………………..…….5.2.3.3 Penyediaan Tempat Sampah………………..…...5.2.3.4 Penyediaan Tempat Cuci Tangan……………..…
BAB 6 PEMBAHASAN……………………………………………………..6.1 Keterbatasan Penelitian…………………………………………..6.2 Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………….
6.2.1 Hubungan Umur dengan Perilaku Kebersihan Diri danKesehatan Lingkungan…………………………………….
6.2.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Kebersihan Diridan Kesehatan Lingkungan………………………………..
6.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Perilaku Kebersihan Diridan Kesehatan Lingkungan……………………………….
6.2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Kebersihan Diridan Kesehatan Lingkungan………………………………..
6.2.5 Hubungan Sikap dengan Perilaku Kebersihan Diri danKesehatan Lingkungan…………………………………….
6.2.6 Hubungan Dukungan Guru /Ustadz dengan PerilakuKebersihan Diri dan Kesehatan Lingkungan……………...
6.2.7 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan PerilakuKebersihan diri dan Kesehatan Lingkungan………………
6.2.8 Hubungan Peringatan dari Ustadz dengan PerilakuKebersihan Diri dan Kesehatan Lingkungan……………..
6.2.9 Hubungan Sanksi dengan Perilaku Kebersihan Diri danKesehatan Lingkungan…………………………………...
6.2.10 Observasi Sarana Sanitasi………………………………...
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………..7.1Kesimpulan………………………………………………………7.2 Saran…………………………………………………………......
7.2.1 Bagi Pengurus Pondok Pesantren Nurul Huda……………..7.2.3 Bagi Santri Pondok Pesantren Nurul Huda………………7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya…………………………………...
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
42
42
43
444444454646
474748
48
48
49
49
50
51
51
52
5253
545455555555
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Perilaku Santri Terhadap
Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin
Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011..
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Umur Santri di Pondok
Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011…………………………..
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Santri di
Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec.
Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011………………………………………………………….
Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Jenjang Pendidikan Santri di
Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec.
Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011………………………………………………………….
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Santri di
Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec.
Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011………………………………………………………….
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Sikap Santri di Pondok
Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat
Kabupaten Sukabumi Tahun 2011…………………………..
Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Keikut sertaan Penyuluhan
Santri di Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu
Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011………………………………………………………….
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Santri yang pernah
dipeingatan oleh Ustadz di Pondok Pesantren Nurul Huda
Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
33
34
34
35
35
36
37
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xiv
Universitas Indonesia
Tahun 2011…………………………………………………..
Tabel 5.9 Distribusi Sanksi dari pesantren di Pondok Pesantren Nurul
Huda Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
Tahun 2011…………………………………………………..
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Umur terhadap Perilaku
Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin
Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin terhadap
Perilaku Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Nurul Huda
Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
terhadap Perilaku Kebersihan Diri di Pondok Pesantren
Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten
Sukabumi Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan
terhadap Perilaku Kebersihan Diri di Pondok Pesantren
Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten
Sukabumi Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.14 Distribusi Responden Menurut Sikap terhadap Perilaku
Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin
Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.15 Distribusi Responden Menurut Penyuluhan terhadap
Perilaku Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Nurul Huda
Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
Tahun 2011………………...………………………………..
37
38
39
40
40
41
42
42
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xv
Universitas Indonesia
Tabel 5.16 Distribusi Responden Menurut Peringatan Ustadz terhadap
Perilaku Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Nurul Huda
Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Sanksi terhadap Perilaku
Kebersihan Diri di Pondok Pesantren Nurul Huda Yaspin
Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.18 Penyediaan Air Bersih di Pondok Pesantren Nurul Huda
Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.19 Penyediaan Jamban di Pondok Pesantren Nurul Huda
Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.20 Penyediaan Tempat Sampah di Pondok Pesantren Nurul
Huda Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi
Tahun
2011………………...………………………………………..
Tabel 5.21 Penyediaan Tempaat Cuci Tangan di Pondok Pesantren
Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten
Sukabumi Tahun
2011………………...………………………………………..
43
44
44
45
46
46
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xvi
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi…………………..
Gambar 2.2 Diagram Skematik Patogenesis Penyakit…………………
Gambar 3.1 Diagram Teori Lawrence Green…………………………..
11
14
20
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xvii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
xviii
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
Depkes : Departemen Kesehatan
IAIN : Institut Agama Islam Negeri
KH : Kiyai Haji
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Ponpes : Pondok Pesantren
Prakesmas : Praktek Kesehatan Masyarakat
S-O-R : Stimulus, Organisme, Respons
TB : Tuberculosis
WHO : World Health Organitation
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rangkaian kesinambungan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan
yang pertama (Ottawa) sampai dengan yang ketujuh (Nairobi) dapat dilihat dari
tema dan deklarasi piagam atau kesepakatan sebagai hasil masing-masing
konferensi tersebut. Tema dan isi kesepakatan, deklarasi atau piagam tersebut
adalah merupakan tonggak atau pilar-pilar promosi kesehatan, sebagai berikut:
Gerakan Menuju Kesehatan Masyarakat Baru
Kesepakatan bersama yang tertuang dalam piagam Ottawa (Ottawa Charter)
yakni :
a. Membuat kebijakan berwawasan kesehatan (Built Healthy Public Policy)
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (Create Supportive Environment)
c. Memperkuat kegiatan masyarakat (Strengthen Community Action)
d. Mengembangkan kemampuan/keterampilan petugas (Develop Personal Skill)
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient Health Services)
Inti dari piagam tersebut adalah piagam tindakan (action) untuk mencapai
kesehatan bagi semua (tahun 2000 keatas). Dalam mecapai kesehatan bagi semua,
diperlukan pembaruan konsep dan tindakan–tindakan atau “aksi” promisi
kesehatan dalam rangka menuju pembaruan kesehatan masyarakat baru. (Pusat
Promkes Depkes RI bekerjasama dengan Departemen PKIP FKM UI, 2009)
Kesehatan dibentuk oleh kehidupan sehari-hari (health is created within
the setting of everyday life, WHO:2003). Dalam kehidupan sehari-hari manusia
menghabiskan waktu di tempat atau tatanan (setting) yakni didalam rumah tangga
(keluarga), di sekolah (bagi murid sekolah) dan ditempat kerja (bagi orang
dewasa). Oleh sebab itu kesehatan seseorang juga ditentikan oleh tatanan-tatanan
tersebut. Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu tatanan
dimana program pendidikan dan kesehatan dikomuninasikan untuk menambahkan
perilaku kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan. Sekolah yang
berwawasan kesehatan dimana sekolah bukan hanya sebagai sarana untuk
pembentukan perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2005).
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
a. Bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebgaimana dimasksud dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan dalam
rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional;
c. Bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada
masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi
Negara, dan setiap upaya peningkatan detajat kesehatan masyarakat juga
berarti investasi bagi pembangunan Negara;
d. Bahwa setiap upaya pembangungan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan
dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat
dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun
masyarakat.(Muthahhari, 2011)
Lingkungan sekolah adalah tatanan yang dapat melindungi siswa dan staf
sekolah dari kecelakaan dan penyakit serta dapat meningkatkan kegiatan
pencegahan dan mengembangkan sikap terhadap faktor resiko yang dapat
menyebabkan penyakit. (Pusat Promosi Kesehatan, Depkes RI, 2008)
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan keagamaan yang
tumbuh dan berkembang dari masyarakat yang berperan penting dalam
pembentukan pola hidup sehat dan mendukung terwujudnya Indonesia sehat. Para
santri dan pengelola pesantren dapat menjadi motivator bagi kehidupan
sekitatarnya untuk mengikuti Program PHBS.
Kebiasaan tukar menukar handuk dikalangan santri ternyata dapat
menimbulkan penyakit kulit diantaranya scabies sebagaimana penelitian yang
telah dilakukan di pesantren Al karimiyah Sawangan Depok Tahun 2007 oleh
Totih Ratna Sondari Setiadi bahwa kebiasaan tukar menukar handuk mempunyai
peranan penting dalam kaitannya dengan kejadian scabies. Hubungan antara
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
3
Universitas Indonesia
kebiasaan tukar menukar handuk dengan kejadian scabies dapat dilihat dari OR =
10,07 pada selang kepercayaan 95% : 3,697 – 27,196 dari nilai P = 0,000 (P<0,05)
yang berarti adanya hubungan antara kebiasaan tukar menukar handuk dengan
kejadian scabies. Secara statistik ada hubungan yang bermakna artinya ada
perbedaan antara santri yang biasa tukar menukar handuk dengan santri yang tidak
tukar menukar handuk dengan kejadian scabies. Sedangkan hasil analisis, santri
yang biasa tukar menukar handuk mempunyai resiko 10,027 kali terkena scabies
debandingkan dengan santri yang tidak tukar menukar handuk. Scabies dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain utamanya lewat kontak kulit. Dalam
penelitian tersebut juga menyimpulakan bahwa ada hubungan perilaku santri
mengenai penggunaan tempat tidur, kebersihan pakaian, kebiasaan tukar menukar
handuk, kebiasaan tukar menukar tempat tidur dan kebersihan lantai kamar
ternyata berhubungan dengan kejadian scabies.
Pondok pesantren Nurul Huda berada di wilayah kecamatan Cisaat
adalah pesantren dengan kondisi kualitas kesehatan lingkungan dan air bersih
yang masih kurang baik ditinjau dari kesehatan sehingga berpotensi terjadinya
penularan penyakit berbasis lingkungan, karena dilingkungan pondok pesantren
banyak orang dari latar belakang sosial budaya dan perilaku berbeda berkumpul
bersama yang akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan.
1.2. Rumusan Masalah
Pesantren Nurul Huda sebagai salah satu institusi pendidikan agama Islam
dan pendidikan umum diwilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai peran yang
besar dalam pembinaan Sumber Daya Manusia. Sebagai suatu institusi pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat hal ini berkaitan dengan kebersihan diri
santri dan kesehatan lingkungan asrama yang berada di areal pesantren tersebut.
Pembinaan dan penerapan kebersihan diri dan kesehatan lingkungan
belum mendapatkan perhatian yang serius dari pengurus pesantren dan institusi
terkait berdasarkan hasil survey pendahuluan (prakesmas) sebelumnya, belum ada
data tentang kebersihan diri dan kesehatan lingkungan di puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukabumi. Keadaan tersebut jika tidak diperhatikan dan
diupayakan dengan sungguh-sungguh akan menimbulkan dampak kesehatan yang
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
4
Universitas Indonesia
tidak baik bagi para santri dengan meningkatnya penyakit yang diakibatkan oleh
perilaku dan lingkungan yang tidak sehat.
Berdasarkan rumusan dan uraian tersebut, perumusan dalam penelitian ini
adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan kebersihan diri dan
kesehatan lingkungan di pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kecamatan
Cisaat Kabupaten Sukabumi pada tahun 2011.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana perilaku kebersihan diri santri di Pesantren Nurul Huda Yaspin
Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi tahun 2011 ?
2. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kebersihan diri di
Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten
Sukabumi tahun 2011 ?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tentang perilaku kebersihan diri dan faktor
– faktor yang berhubungan dengan kebersihan diri dan kesehatan lingkungan pada
santri di Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten
Sukabumi tahun 2011.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kesehatan lingkungan dan perilaku kebersihan diri
santri di Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kecamatan Cisaat
Kabupaten Sukabumi tahun 2011.
2. Mengetahui hubungan antara faktor demografi: umur, jenis kelamin dan
jenjang pendidikan dengan kesehatan lingkungan dan perilaku kebersihan diri
santri di Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu Kecamatan Cisaat
Kabupaten Sukabumi tahun 2011.
3. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kesehatan lingkungan dan
perilaku kebersihan diri santri di Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi tahun 2011.
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
5
Universitas Indonesia
4. Mengetahui hubungan antara sikap santri dengan kesehatan lingkungan dan
perilaku kebersihan diri santri di Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa Cibatu
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi tahun 2011.
5. Mengetahui hubungan antara peran petugas kesehatan dengan kesehatan
lingkungan dan perilaku kebersihan diri santri di Pesantren Nurul Huda
Yaspin Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi tahun 2011.
6. Mengetahui hubungan antara peringatan guru dengan kesehatan lingkungan
dan perilaku kebersihan diri santri di Pesantren Nurul Huda Yaspin Desa
Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi tahun 2011.
7. Mengetahui hubungan antara sanksi atau peraturan dari pesantrern dengan
kesehatan lingkungan dan perilaku kebersihan diri santri di Pesantren Nurul
Huda Yaspin Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi tahun
2011.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dalam
rangka menambah keterampilan peneliti dalam menganalisis dan mengolah data
hasil penelitian.
1.5.2. Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian diharapkan dan memberikan informasi tentang gambaran
dan faktor yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan dan kebersihan diri
pada santri di Pesantren Nurul Huda kepada kepala Pesantren, ustadz atau guru
sehingga diketahui kebiasaan santri Nurul Huda dalam mempraktekkan
pembiasaan kebersihan diri dan kesehatan lingkungan yang dapat dijadikan acuan
untuk mengembangkan program selanjutnya.
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
6
Universitas Indonesia
1.5.3. Manfaat Keilmuan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengetahuan yang dapat
dijadikan acuan untuk menjadi program perbaikan perilaku kesehatan di
lingkungan pesantren secara berkelanjutan.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi pada bulan November 2011. Pada
penelitian ini peneliti hanya membatasi penelitian pada hubungan faktor
sosiodemografi, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas sanitasi, sanksi atau
peraturan dari pesantren, dukungan guru dan peran petugas kesehatan terhadap
perilaku seluruh santri mengenai kesehatan lingkungan dan kebersihan diri.
Penelitian ini dimulai dengan kegiatan penulis dalam kegiatan Praktek Kesehatan
Masyarakat dari hasil kegiatan tersebut masalah kesehatan lingkungan dan
kebersihan diri menjadi masalah kesehatan yang cukup banyak dari masalah
kesehatan yang lainnya, kemudian masalah tersebut dijadikan masalah penelitian
yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan pengamatan langsung peneliti
kepada lingkungan pesantren dan santri di Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi pada tahun ajaran 2011/2012.
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
7
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
2.1.1. Batasan Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk
hidup yang bersangkutan (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2005). Oleh sebab itu,
dari segi biologis senua makhluk hidup mulai dari binatang sampai dengan
manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Secara singkat, aktivitas manusia
tersebut dikelompokan menjadi 2 yakni : a) Aktivitas – aktivitas yang diamati
oleh orang lain misalnya : berjalan, bernyanyi, tertawa, dan sebagainya. b)
Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya : berfikir,
berfantasi, bersikap, dan sebagainya.
Skiner (1938), yang dikutip oleh Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2005),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi
melalui proses : Stimulus Organisme Respons, sehingga teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons). Teori Skiner menjelaskan
adanya dua jenis respons, yaitu :
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli,
karena menimbulkan respons – respons yang relatif tetap. Misalnya :
makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan
menimbulkan nafsu untuk makan, cahaya terang akan menimbulkan reaksi
mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons juga mencakup perilaku
emosional, misalnya mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa
sedih, mendengar berita suka atau gembira, akan menimbulkan rasa suka cita.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimuli dan berkembang kemudiaan
diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk membuat
respons. Misalnya, apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
8
Universitas Indonesia
dengan baik adalah sebagai respons terhadap gaji yang cukup, misalnya
(stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk
memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer
untuk memperoleh promosi pekerjaan.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau
“covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Contoh :
Ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya
sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya di
mana tempat periksa hamil yang dekat (sikap).
2. Perilaku terbuka (Overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan, atau “observable behavior”. Contoh, seorang ibu hamil
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau ke bidan praktik, seorang
penderita TB Paru minum obat anti TB secara teratur, seorang anak
menggosok gigi setelah makan, dan sebagainya. Contoh – contoh tersebut
adalah tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik
(practice).
2.1.2. Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner yang dikutip oleh Soekidjo
Notoatmodjo dalam buku Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,2007, perilaku
kesehatan adalah suatu respons seseorang (organism) terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan makanan,
dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 1,000 dari
kemaknaan α= 0,05, maka p value > nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara sanksi dengan perilaku bersih dan sehat responden. Dari hasil
odds ratio sebesar 0,933 berarti bahwa responden yang mengetahui adanya sanksi
memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan sehat positif sebanyak 1,000 kali
lebih besar dari responden yang tidak mengetahui adanya sanksi. Perbedaan yang
ada hanya akibat dari faktor kebetulan (by chance).
5.2.3 Observasi Sarana Sanitasi
5.2.3.1 Penyediaan Sarana Air Bersih
Tabel 5.18
Penyediaan Air Bersih Di Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu Kec.
Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
No Penyediaan Air Bersih Hasil Observasi1.2.3.
4.
Tersedia sarana air bersihSarana air bersih yang digunakanKualitas fisik :WarnaRasaBauKuantitas
YaSumur gali
Tidak berwarnaTidak berasaBerbau besiCukup
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
45
Universitas Indonesia
Hasil observasi pada penyediaan sarana air bersih yang ada di pondok
pesantren Nurul Huda yaitu berupa sumur gali yang di lengkapi dengan pompa
listrik untuk mengalirkan air ke jamban santri laki-laki dan santri perempuan yang
terlebih dahulu ditampung di tempat penampungan berupa torn. Secara kuantitas
mencukupi untuk keperluan santri sehari-hari. Secara kualitas fisik air yang
digunakan tidak berwarna, tidak berasa dan berbau besi.
5.2.3.2 Penyediaan Jamban
Tabel 5.19
Penyediaan Jamban Di Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu
Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
No Jamban Hasil Observasi1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.
Tersedia jambanJumlah jamban yang tersediaSemua jamban dapat digunakanJamban guru dan murid dipisahJamban yang ada menggunakan leher angsaDilengkapi dengan persediaan air bersihMenggunakan rumah jambanKeadaannya bersihSetiap hari dibersihkanTersedia sabun untuk cuci tangan setelahbuang air besar
Ya3 buahYaYaYaYaYaYaYa
Tidak
Hasil observasi jumlah jamban yang tersedia di pondok pesantren Nurul
Huda sebanyak 3 buah, semua jamban dalam keadaan baik dan dapat digunakan,
antara jamban santri dan ustadz/guru terpisah, jamban yang ada menggunakan
jenis leher angsa dilengkapi dengan persediaan air bersih, menggunakan rumah
jamban, setiap hari dibersihkan, tidak tersedianya sabun untuk cuci tangan setelah
buang air besar.
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
46
Universitas Indonesia
5.2.3.3 Penyediaan Tempat Sampah
Tabel 5.20
Penyediaan Tempat Sampah Di Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Cibatu
Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
No Tempat Sampah Hasil Observasi1.2.
3.4.
5.
Tersedia tempat untuk membuang sampah.Tiap kelas atau ruang asrama tersedia tempatsampah.Tempat sampah/tong sampah memakai tutup.Tersedia tempat untuk membuang sampahsementara.Tempat pembuangan akhir sampah
Ya
TidakTidak
AdaDiangkut oleh truksampah pemda untukdibawa ke TPA
Hasil observasi untuk penyediaan tempat sampah adalah tiap kelas/asrama
tidak tersedia tempat sampah. Tersedia tempat untuk membuang sampah
sementara. Pembuangan akhir sampah diangkut oleh truk sampah milik pemda.
5.2.3.4 Penyediaan Tempat Cuci Tangan
Tabel 5.21
Penyediaan Tempat Cuci Tangan Di Pondok Pesantren Nurul Huda
Desa Cibatu Kec. Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2011
No Tempat Cuci Tangan Hasil Observasi1.2.3.
Tersedia tempat cuci tangan dengan air mengalirKeadaan tempat cuci tangan bersihPenggantian air cuci tangan
Tidak--
Hasil observasi untuk penyediaan tempat cuci tangan di pondok pesantren
Nurul Huda adalah disetiap kelas tidak tersedia tempat cuci tangan khusus.
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
47
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner. Data yang digunakan dari hasil jawaban kuesioner melalui pembagian
kuesioner kepada 87 responden yang merupakan santri di pondok pesantren Nurul
Huda desa Cibatu kecamatan Cisaat Kab. Sukabumi. Pada penelitian ini terdapat
keterbatasan antara lain :
1. Sumber Data
Data yang diambil merupakan data primer dengan menggunakan
kuesioner melalui pembagian kuesioner langsung terhadap responden dan
penilaian keadaan kesehatan lingkungan pesantren yang berpedoman pada
kuesioner untuk penilaian kesehatan lingkungan pesantren. Adapun
kelemahan yang mungkin terjadi dalam penggunaan metode ini adalah :
a. Kemungkinan terjadi bias dalam jawaban, kemungkinan jawaban yang
diberikan tidak berdasarkan kejujuran dari responden.
b. Kesalahan persepsi responden tentang pertanyaan yang diajukan
sehingga jawaban yang diberikan di luar dari yang diharapkan.
c. Kemungkinan responden bertanya atau mengikuti jawaban dari
responden yang lain.
2. Sampel dan Populasi
Sampel pada penelitian ini adalah total dari populasi yaitu seluruh
santri yang belajar dan bermukim di pondok pesantren Nurul Huda desa
Cibatu kecamatan Cisaat Kab. Sukabumi. Jumlah seluruh santri 105 orang
namun dalam pelaksanaan pengisian kuesioner hanya 87, setelah
konfirmasi kepada pembimbing lapangan, mereka mempunyai kegiatan di
luar yang tidak bisa ditnggalkan.
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
48
Universitas Indonesia
6.2 Pembahasan Hasil Penelitian
6.2.1 Hubungan umur dengan perilaku kebersihan diri dan kesehatanlingkungan
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada 4
kategori perubahan pertama, perubahan ukuran; kedua perubahan proporsi;
ketiga, hilangnya ciri-ciri lama; keempat timbulnya cirri-ciri baru. Pada aspek
psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
(Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supardi, 2007)
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 1,000 dari
kemaknaan α= 0,05, maka p value > nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara umur dengan perilaku bersih dan sehat responden. Dari hasil
odds ratio sebesar 1,072 berarti bahwa responden remaja akhir memiliki
kecenderungan berperilaku lebih bersih dan sehat dari responden remaja awal.
Artinya fenomena tersebut terjadi hanya pada penelitian ini tidak terjadi pada
populasi lain.
6.2.2 Hubungan jenis kelamin dengan perilaku kebersihan diri dankesehatan lingkungan
Jenis kelamin merupakan salah satu variabel terhadap perilaku kebersihan
diri dan kesehatan lingkungan seseorang. Pada penelitian ini jenis kelamin
dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu pria dan wanita.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh saudara Totih Ratna Sondari Setiadi
tentang “Faktor-faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Skabies di
Pondok Pesantren Al-Karimiyah Sawangan Depok Tahun 2007” diperoleh hasil
bahwa dalam kejadian skabies ternyata anak laki-laki lebih banyak yang
menderita scabies sebanyak 53 responden laki-laki (80,3%) dari 66 responden
laki-laki ,dibandingkan responden perempuan sebanyak 4 responden perempuan
(9,1%) dari 44 orang responden perempuan.
Jumlah responden berjenis kelamin wanita pada penelitian ini adalah
wanita 45 responden dan pria 42 responden dari analisa bivariat didapatkan nilai p
value 1,000 hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
49
Universitas Indonesia
kelamin responden dengan perilaku kebersihan diri dan kesehatan lingkungan dan
didapat nilai OR 1,014 berarti bahwa responden wanita memiliki kecenderungan
berperilaku bersih dan sehat sebanyak 1,014 kali lebih besar dari responden pria
artinya fenomena ini hanya dapat kita lihat pada penelitian ini saja dan tidak
terjadi pada populasi atau penelitian lainnya.
6.2.3 Hubungan pendidikan dengan perilaku kebersihan diri dan kesehatanlingkungan
Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal yang sedang
dilaksanakan oleh responden. Pendidikan diperlukan untuk mendapat indormasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2005), pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.
Pada penelitian ini pendidikan yang sedang ditempuh responden sebagian
besar tingkat SMA sebanyak 45 responden (51,7%), dan selebihnya tingkat SMP
sebanyak 42 responden (48,3%).
Dalam hubungan variabel pendidikan dengan perilaku kebersihan diri dan
kesehatan lingkungan menunjukkan nialai p value sebesar 0,801 dari kemaknaan
α= 0,05, maka p value > nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan signifikan
antara pendidikan dengan perilaku bersih dan sehat responden. Dari hasil odds
ratio sebesar 1,233 berarti bahwa responden dengan pendidikan SMA memiliki
kecenderungan berperilaku bersih dan sehat positif sebanyak 1,233 kali lebih
besar dari responden dengan pendidikan SMP artinya fenomena ini hanya dapat
kita lihat pada penelitian ini saja dan tidak pada populasi atau penelitian lainnya.
6.2.4 Hubungan pengetahuan dengan perilaku kebersihan diri dankesehatan lingkungan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
malakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindeera mannusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian pengetahuan manusia diperoleh melalui
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
50
Universitas Indonesia
mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo,
2005). Pada penelitian ini pengetahuan diukur berdasarkan pengetahuan
responden tentang mandi yang benar, melakukan sikat gigi yang benar, menjamah
makanan, kebersihan kuku, menyimpan makanan yang benar, menjaga kebersihan
halaman sekolah, air bersih yang memenuhi syarat, upaya agar jamban tetap
bersih, dan tempat sampah yang baik. Kemudian dikategorikan dalam
pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah, dengan melihat nilai mean.
Berdasarkan hasil analisa bivariat dari 87 responden yang memiliki
pengetahuan rendah sebanyak 61 responden (70,1%) yang berdampak berperilaku
kurang pada pelaksanaan kebersihan diri dan kesehatan lingkungannya, sedangkan
yang bepengetahuan tinggi sebanyak 26 responden (26%) yang akan berdampak
baik pada pelaksanaan kebersihan diri dan kesehatan lingkungannya. Terjadi
perbedaan yang cukup berarti antara tingkat pengetahuan tinggi dan kurang dalam
pelaksanaan kebersihan diri dan kesehatan lingkungan seperti diperlihatkan dalam
nilai p value sebesar 0,511 dari kemaknaan α= 0,05 maka p value > nilai α,
artinya bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
bersih dan sehat responden. Dari hasil odds ratio sebesar 1,563 berarti bahwa
responden dengan pengetauhan tinggi memiliki kecenderungan berperilaku bersih
dan sehat positif sebanyak 1,563 kali lebih besar dari responden yang memiliki
pengetahuan rendah. Pada penelitian ini pengetahuan santri di pesantren Nurul
Huda sangat kurang tentang kebersihan diri dan kesehatan lingkungan. Dengan
pengetahuan yang baik diharapkan para santri dapat lebih peduli dan mau
melaksnakan kebiasaan hidup bersih secara perorang dan menjaga kebersihan
lingkungannya.
6.2.5 Hubungan sikap dengan perilaku kebersihan diri dan kesehatanlingkungan
Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
51
Universitas Indonesia
hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial
(Notoatmodjo, 2003).
Dari hasil bivariat diperoleh p value sebesar 0,937 dari kemaknaan α=
0,05 maka p value > nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan signifikan antara
sikap dengan perilaku bersih dan sehat responden. Dari hasil odds ratio sebesar
0,846 berarti bahwa responden dengan sikap tinggi memiliki kecenderungan
berperilaku bersih dan sehat sebanyak 0,846 kali lebih besar dari responden yang
memiliki pengetahuan rendah. Artinya fenomena tersebut hanya terjadi pada
penelitian ini saja, namun tidak terjadi pada populasi lainnya.
6.2.6 Hubungan peran petugas kesehatan dengan perilaku kebersihan diridan kesehatan lingkungan
Model Difusi Inovasi (Rogers & Shoemaker, 1971 ; Rogers, 1973)
menegaskan peran agen-agen perubahan dalam lingkungan sosial, oleh karena itu
mengambil fokus yang agak terpisah dari individu sasaran utama. Secara relatif,
tetangga, petugas kesehatan, atau agen perubahan yang lain ikut membantu
menghasilkan perubahan perilaku-perilaku dengan cara-cara tertentu, misalnya
dengan cara meningkatkan kebutuhan akan perubahan yang lain ikut membantu
menghasilkan perubahan perilaku dengan cara-cara tertentu, misalnya dengan cara
menningkatkan kebutuhan akan perubahan, membangun hubungan interpersonal
yang diperlukan, mengidentifikasi masalah serta penyebab-penyebabnya,
menetapkan sasarann dan jalan keluar yang potensial, memotivasi, seseorang
supaya menerima dan memelihara aksi, dan memutuskan jalinan yang
mengembalikan seseorang pada perilaku lama. (Graeff, Elder, Booth, 1996)
Responden yang pernah mengikuti penyuluhan kecenderungan berperilaku
bersih dan sehat berperilaku positif sebanyak 1,300 kali lebih besar dari responden
yang tidak pernah mengikuti penyuluhan.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,758 dari
kemaknaan α= 0,05 maka p value > nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara penyuluhan dengan perilaku bersih dan sehat responden. Dari
hasil odds ratio sebesar 1,300 berarti bahwa responden yang mengikuti
penyuluhan memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan sehat positif
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
52
Universitas Indonesia
sebanyak 0,758 kali lebih besar dari responden yang tidak pernah mengikuti
penyuluhan.
6.2.7 Hubungan peringatan dari ustadz/guru dengan perilaku kebersihandiri dan kesehatan lingkungan
Meskipun guru merupakan faktor yang sentral dalam kegiatan belajar
mengajar, namun apabila pengajaran itu sudah menerapkan prinsip cara belajar
siswa aktif maka kedidikan dan peranan guru menjadi berubah. Mengenai
kedudukan dan peranan guru dalam pengajaran yang berpendekatan cara belajar
siswa aktif dapat dinyatakan bahwa guru dalam pengajaran harus menempatkan
diri sebagai pemimpin dalam kegiatn belajar, fasilitator dalam proses belajar,
moderator belajar, motivator dalam kegiatan belajar mengajar, dan evaluator
dalam kegiatan belajar (Mubarak, Chayatin, Rozikin, & Supardi, 2007).
Berdasarkan tabel univariat terlihat bahwa salah satu sel memiliki nilai 0%
yaitu terdapat pada sel a. oleh karena itu, nilai OR (kecenderungan) tidak dapat
diukur.
Dikarenakan tabel diatas memiliki nilai 0% maka tidak dapat dilakukan uji
chi square sehingga dilakukan uji menggunakan uji alternatif yaitu menggunakan
uji fishers exact. Berdasarkan hasil uji statistik fisher exact diperoleh p value
sebesar 0,703 dari kemaknaan α= 0,05 maka p value > nilai α, artinya bahwa
tidak ada hubungan signifikan antara peringatan dari ustadz/guru dengan perilaku
bersih dan sehat responden. Dari hasil odds ratio berarti bahwa responden yang
diberi peringatan oleh ustadz memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan
sehat positif sebanyak 0,524 kali lebih besar dari responden yang memiliki
pengetahuan rendah.
6.2.8 Hubungan sanksi dari pesantren dengan perilaku kebersihan diri dankesehatan lingkungan
Adanya peraturan-peraturan atau undang-undang sebagai bentuk
kebijakkan atau perwujudan dari komitmen politik terhadap program-program
kesehatan, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden,
kepmen, perda, SK gubernur, SK bupati, atau camat dan seterusnya sehingga akan
Faktor-faktor..., Topik Hidayat, FKM UI, 2011
53
Universitas Indonesia
berdampak pada meningkatnya dana atau anggaran pembangunan kesehatan,
tersedianya atau debangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan,
tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, dan dilengkapinya peralatan
kesehatan (Notoatmodjo,2003)
Responden dengan mengetahui adanya sanksi kecenderungan berperilaku
bersih dan sehat berperilaku positif sebanyak 0,933 kali lebih besar dari responden
yang tidak mengetahui adanya sanksi.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 1,000 dari
kemaknaan α= 0,05, maka p value > nilai α, artinya bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara sanksi dengan perilaku bersih dan sehat responden. Dari hasil
odds ratio sebesar 0,933 berarti bahwa responden yang mengetahui adanya sanksi
memiliki kecenderungan berperilaku bersih dan sehat positif sebanyak 1,000 kali
lebih besar dari responden yang tidak mengetahui adanya sanksi.
6.2.9 Observasi Sarana Sanitasi
Diantara indikator perilaku hidup, bersih, dan sehat di lingkungan pondok
pesantren diantaranya adalah :
1. Ketersediaan air bersih adalah pondok pesantren yang mempunyai akses
terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang
berasal dari air dalam kemasan, air ledeng, air pompa, sumur terlindung
berjarak 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
2. Ketersediaan jamban sehat adalah pondok pesantren yang memiliki atau
menggunakan jamban leher angsa dengan tengki septik atau lubang