UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA NENEK G DENGAN MASALAH RISIKO JATUH DI WISMA BUNGUR SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI KARYA ILMIAH AKHIR NERS JUSNIMAR 1006823356 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
83
Embed
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351584-PR-Jusnimar.pdfuniversitas indonesia. analisis praktik klinik keperawatan kesehatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA NENEK G DENGAN MASALAH RISIKO JATUH
DI WISMA BUNGUR SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
JUSNIMAR
1006823356
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN
KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA NENEK G DENGAN MASALAH RISIKO JATUH
DI WISMA BUNGUR SASANA TRESNA WERDHA KARYA BHAKTI
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
JUSNIMAR
1006823356
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Jusnimar
NPM : 1006823356
Tanggal : 10 Juli 2013
Tanda Tangan :
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :
Nama : Jusnimar NPM : 1006823356 Program Studi : Profesi Keperawatan
Judul KIA-Ners : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Nenek G Dengan Masalah
Risiko Jatuh Di Wisma Bungur Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Ners pada Program Studi Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Widyatuti, S.Kep., M.Kes, Sp. Kom (……………………)
Penguji : Ns. Ibnu Abas, S.Kep (..………………....)
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 10 Juli 2013
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners
(KIA-N). Penulisan KIA-N ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk meraih gelar Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa praktik profesi sampai pada penyusunan, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan KIA-N ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
(1) Bapak Ns. Ibnu Abas, S.Kep, selaku pembimbing klinik di Sasana Tresna
Werdha Karya Bhakti, yang telah memberikan bimbingan selama praktik
profesi
(2) Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator mata ajar karya ilmiah akhir
Ners, yang telah memberikan bimbingannya
(3) Ibu Widyatuti, S.Kep., M.Kes, Sp. Kom, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan karya ilmiah akhir Ners
(4) Orangtua dan adik-adikku, Syarimulyati dan Ahmad Gunturiadi, yang telah
memberikan bantuan dukungan material dan moral
(5) Teman-teman yang telah membantu penulis dalam memotivasi untuk
menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners, dan ;
(6) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan moral bagi penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIA-N ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, Juli 2013
Penulis
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Jusnimar
NPM : 1006823356
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia. Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah akhir Ners saya yang berjudul:
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Nenek G
Dengan Masalah Risiko Jatuh Di Wisma Bungur Sasana Tresna Werdha Karya
Bhakti
Dengan hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 10 Juli 2013
Yang menyatakan
( Jusnimar )
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
vi Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Jusnimar Program Studi : Profesi Keperawatan Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Nenek G Dengan Masalah Risiko Jatuh Di Wisma Bungur Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti
Risiko jatuh adalah masalah yang sering terjadi pada lansia, karena adanya perubahan pada sistem muskuloskeletal seiring dengan pertambahan usia. Karya ilmiah ini
bertujuan untuk memaparkan hasil asuhan keperawatan yang diberikan pada salah satu lansia dengan masalah risiko jatuh di STW Karya Bhakti. Intervensi keperawatan
yang dilakukan salah satunya adalah latihan keseimbangan. Evaluasi yang didapatkan bahwa lansia mengatakan kaki lebih kuat untuk berdiri dan adanya peningkatan keseimbangan tubuhnya. Saran yang diberikan untuk pencegahan jatuh agar pihak
STW memberi tanda khusus bagi lansia yang berisiko jatuh, agar semua petugas menjadi lebih waspada untuk mengantisipasi jatuh.
Kata Kunci: risiko jatuh, latihan keseimbangan
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
vii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Jusnimar
Study Program : Nursing Profession Title : Analysis of Clinical Practice of Urban Problem Health Nursing
for Mrs. G with Issues of the risk of fall at Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti
The risk of falls is a common problem in the elderly, because of changes in their musculoskeletal system with age. This paper aims to present the result of nursing care
for elderly with a risk of falling in STW Karya Bhakti. Nursing intervent ions performed one of which is the balance exercises. The evaluation found that the elderly said stronger legs to stand up and postural balance increased. Advice given to
the prevention of falls in order to identification or give the specific sign for the elderly at risk of falling, so that all the officer to be more vigilant in anticipation of
fall.
Keywords: the risk of falls, balance exercises
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
uiperpustakaan
Inserted Text
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 8 1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................... 8
1.4.1 Untuk Pelayanan ..................................................................... 9 1.4.2 Untuk Keilmuan ....................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 10
2.1 Konsep Lansia.................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian Lansia...................................................................... 10 2.1.2 Teori Menua.............................................................................. 10
2.1.3 Perubahan Sistem Muskuloskeletal .......................................... 12 2.1.4 Masalah Jatuh Pada Lansia ....................................................... 16 2.1.5 Faktor faktor Penyebab jatuh .................................................... 16
2.1.6 Pencegahan Jatuh Pada Lansia ................................................. 18 2.1.7 Latihan Keseimbangan............................................................. 20
2.2 Kesehatan Lansia Di Perkotaan ......................................................... 22 2.2.1 Pengertian Kota........................................................................ 22 2.2.2 Lansia di perkotaan .................................................................. 22
Test): 26, artinya memiliki risiko jatuh sedang, penilaian MFS (Morse Fall Scale) 40,
artinya memiliki resiko jatuh rendah. Lingkungan di kamar Nenek G, lantai kamar
mandi agak licin, tidak ada tanda khusus di kamar yang mengidentifikasi lansia
berisiko jatuh, sehingga oranglain yang berinteraksi tidak mengetahui masalah
tersebut, sering tinggal sendirian di kamar sehingga tidak ada yang mengawasi, CG
yang bertugas lebih sering berada di luar kamar
Berdasarkan data tersebut maka diagnosa ini ditegakkan agar bisa diberikan
intervensi keperawatan untuk mencegah risiko jatuh kembali. Perumusan diagnosa ini
sejalan dengan diagnosa Nanda, yang menyebutkan bahwa faktor risiko jatuh
menurut, yaitu usia 65 tahun atau lebih, memiliki riwayat jatuh, tinggal sendiri,
prosthesis ekstremitas bawah, penggunaan nalat bantu (tongkat, walker), penggunaan
kursi roda, penurunan kognitif atau status mental. Sedangkan faktor lingkungan yang
meningkatkan risiko jatuh, antaralain: lingkungan yang tidak teratur, lantai yang licin,
keset atau karpet yang tertekuk. Faktor lain yaitu medikasi, seperti: penggunaan
alcohol, anti ansietas, anti hipertensi, diuretik, obat penenang, dan anti depresi
(Nanda, 2011).
Teori yang sesuai dengan hasil dari pengkajian yang ditemukan pada Nenek G,
karena seiring proses menua terjadi perubahan fisik, yang salah satunya terjadi
perubahan sistem muskuloskeletal pada Nenek G. Perubahan pada sistem
muskuloskeletal lansia, meliputi: tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
38
Universitas Indonesia
rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya
berjalan, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot
mengecil sehingga gerakan menjadi lamban, otot kram, dan manjadi tremor, aliran
darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua (Maryam, 2008). Semua
perubahan tersebut dapat mengakibatkan kelambanan dalam gerak, langkah kaki
menjadi pendek, dan adanya gangguan dalam berjalan. Kaki yang tidak dapat
menapak dengan kuat dan lebih mudah goyah, lansia lambat mengantisipasi bila
terjadi gangguan terpeleset, tersandung, mengalami gangguan keseimbangan
sehingga mudah terjatuh.
Teori lain yang mendukung hal tersebut, menyebutkan bahwa lansia mengalami
perubahan-perubahan akibat proses penuaan (penurunan pendengaran, penurunan
visus sebesar 2%, penurunan status mental (bingung) sebesar 5 %, penurunan fungsi
indera yang lain, lambatnya pergerakan, hidup sendiri (faktor gaya hidup), gangguan
muskuloskeletal seperti kelemahan otot ekstremitas bawah, gangguan keseimbangan
dan gaya berjalan sebesar 17 % serta serangan tiba-tiba sebesar 9 % (Shobha, 2005).
Penelitian yang mendukung teori tentang risiko jatuh pada lansia oleh Tinetti (1992)
dalam Darmojo (2004), menyebutkan bahwa angka kejadian jatuh di Amerika,
didapatkan sekitar 30 % lansia dengan usia lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya,
setengah dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Di Indonesia, prevalensi
jatuh pada lansia seperti yang dilaporkan RS. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah
sakit rujukan nasional, pada tahun 2000 ada 285 kasus (15,53%). Pada tahun 2001
ada 42 pasien yang dirawat karena fraktur femur akibat jatuh (Supartondo, Setiati &
Soejono, 2003). Lansia yang tinggal dip anti lebih berisiko mengalami jatuh.
Insiden di rumah-rumah perawatan (nursing home) di Amerika, 3 kali lebih banyak
dan 5% dari penderita jatuh yang memerlukan perawatan di rumah sakit (Tinetti,
1992 dalam Darmojo, 2004). Di Jakarta, berdasarkan data yang diperoleh dari empat
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) yang berada di wilayah Pemda DKI Jakarta
yaitu PSTW Cipayung, PSTW Ciracas, PSTW Cengkareng, dan PSTW Margaguna,
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
39
Universitas Indonesia
masing-masing PSTW ini angka kejadian jatuh lansia sepanjang tahun 2008
berjumlah 13 orang (13,1 %); 8 orang (6,8 %); 1 orang (0,6 %); dan 19 orang (12 %)
(Maryam Siti, 2009). Hasil survei yang dilakukan di Unit Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (UPSTW) Bangkalan, didapatkan sekitar 63% lansia mengeluh gangguan
keseimbangan tubuh akibat kelemahan otot ekstremitas bawah. Dari 65% lansia
tersebut sekitar 57% lansia pernah mengalami jatuh.
STWKB belum ada penelitian tentang prevalensi jatuh, namun berdasarkan
pengkajian di salah satu wisma, yaitu Wisma Bungur pada bulan Mei 2013,
didapatkan data bahwa lansia yang mengatakan pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir
sebanyak 33,33%, lansia yang memiliki keterbatasan penglihatan sebanyak 33,33%
menyebabkan kecenderungan resiko terjadinya cedera meningkat. Hasil pengkajian
MFS (Morse Fall Scale) 22,22% lansia beresiko rendah terhadap jatuh dan 44,44%
lansia beresiko tinggi terhadap jatuh. Pada kasus Nenek G yang tinggal di panti
sangat berisiko mengalami jatuh, hal ini karena lansia tinggal di kamar sendirian,
tidak ada yang mengawasi setiap saat, dan kondisi fisik yang melemah berhubungan
faktor usia (83 tahun). Sebenarnya ada caregiver (CG) yang membantu aktivitas
sehari-hari, namun tidak semuanya bekerja dengan optimal dalam merawat lansia,
dan terkadang lebih sering berada di luar kamar lansia bercengkrama dengan CG
lainnya, atau meninggalkan lansia sendirian untuk pergi ke tempat ibadah, dan
kadang-kadang Nenek G sungkan untuk selalu meminta bantuan, sehingga terjadilah
insiden jatuh.
4.4 Analisis Hasil Rencana, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan
Masalah risiko jatuh pada Nenek G diharapkan teratasi dengan menggunakan
rencana perawatan (renpra) yang telah disusun berdasarkan pedoman NIC NOC
(nursing interventions classification, Nursing outcomes classification). Renpra yang
dibuat, yaitu: Observasi cara lansia menggunakan alat bantu dan cara berjalan lansia,
evaluasi kembali kekuatan otot lansia dan tingkat risiko jatuh menggunakan FMS dan
BBT, latih lansia cara berjalan yang benar dan cara menggunakan alat bantu walker,
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
40
Universitas Indonesia
evaluasi dan pantau rasa sakit atau nyeri pada sendi, motivasi lansia untuk
berpartisipasi pada latihan fisik atau senam yang ada di panti sesuai kemampuan
lansia, motivasi lansia membuat jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat
diantara aktivitas atau kegiatan, tunjukkan pada lansia latihan rentang gerak aktif atau
pasif (ROM) dan latihan keseimbangan, orientasikan lingkungan dan beri peringatan
atau tanda pada tempat yang berbahaya.
Rencana lainnya yaitu: atur letak barang lansia dengan rapi dan mudah dijangkau,
motivasi lansia menggunakan alas kaki anti selip dan yang tidak licin, bantu lansia
saat ambulasi dan aktivitas sehari-hari,dan kolaborasi dengan pihak panti dalam
memodifikasi lingkungan yang aman untuk lansia, misalnya memberi tanda khusus
pada lansia yang berisiko jatuh. Semua rencana tersebut dilakukan kecuali kolaborasi
dengan pihak panti untuk modifikasi lingkungan untuk pencegahan jatuh, misalnya
dengan memberikan tanda khusus pada lansia yang berisiko jatuh dengan
memberikan gelang risiko jatuh atau stiker yang ditempel di depan kamar lansia. Hal
ini tidak dilakukan karena keterbatasan waktu penulis, oleh karena itu akan
dimasukkan dalam rencana tindak lanjut pada pihak STW untuk melanjutkan
intervensi terhadap masalah risiko jatuh.
Tahap implementasi yang dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi masalah
risiko jatuh, seperti penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta akibat.
Implementasi keperawatan dilakukan pada Minggu ke 2-6, yaitu tanggal 13 Mei
sampai 15 juni 2013. Pada minggu pertama difokuskan untuk membina hubungan
saling percaya dan melakukan pengkajian terhadap Nenek G secara menyeluruh,
yang meliputi pengkajian khusus lansia seperti pengkajian depresi, kemandirian,
skala jatuh, dan kemampuan kognitif.
Implementasi dilakukaan sesuai dengan renpra yang sudah dibuat untuk mengatasi
masalah risiko jatuh, namun penulis lebih memfokuskan pada salah satu intervensi
atau kegiatan inovasi, yaitu mengajarkan latihan keseimbangan Berg pada Nenek G
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
41
Universitas Indonesia
selama 5 minggu, dari senin sampai sabtu, selama setengah jam. Latihan
keseimbangan Berg adalah latihan yang terdiri dari 14 teknik latihan yaitu latihan
duduk ke berdiri, berdiri tanpa bantuan, duduk tanpa sandaran punggung, brdiri ke
duduk, berpindah ke kursi lain, berdiri dengan mata tertutup, dan seterusnya. Rentang
nilai 0-4, dimana 0 berarti lansia tidak mampu melakukan dan 4 berarti lansia mampu
melakukan tanpa bantuan. Nilai maksimum pada skala keseimbangan ini adalah 56
(Debra, 2003). Nilai kurang dari 45 berarti terdapat gangguan keseimbangan dan
menjadi faktor risiko untuk jatuh. Interpretasi lain dari hasil penilaian keseimbangan
ini adalah untuk nilai 0-20 membutuhkan kursi roda, nilai 21-40 berarti
membutuhkan bantuan dalam berjalan, dan nilai 41-56 dapat mandiri.
Rencana keperawatan yang telah dibuat, hampir semuanya berhasil dikerjakan sesuai
rencana, hanya ada satu intervensi yang belum dilakukan, yaitu memodifikasi
lingkungan, bekerjasama dengan pihak STW untuk pencegahan jatuh dengan
memasang tanda khusus pada Nenek G agar semua petugas atau oranglain yang
berinteraksi menjadi tahu bahwa Nenek G berisiko jatuh dan harus waspada untuk
mengantisipasinya. Hal ini karena,keterbatasan waktu dan penulis praktik lebih sering
sore hari (karena pagi hari bekerja di rumah sakit) yang mengakibatkan jarang
bertemu dengan penanggung jawab wisma atau pihak STW, sehingga mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi.
Modifikasi lingkungan adalah salah satu cara untuk pencegahan jatuh pada lansia, ini
didukung oleh teori Miller (2012), yang menyatakan bahwa untuk mencegah jatuh
dengan modifikasi lingkungan, menggunakan kode warna (misalnya menggunakan
stiker berwarna terang, menggunakan pita atau gelang berwarna pada lengan lansia
yang berisiko jatuh, atau meletakkan tanda tersebut di tempat tidur atau di pintu
kamar) yang mengindikasikan lansia berisiko jatuh dan sedang mengikuti program
pencegahan jatuh, atau memasang poster risiko jatuh, sehingga semua petugas
menjadi lebih waspada dan lebih peduli terhadap masalah risiko jatuh pada lansia.
Teori lain yang mendukung tentang pentingnya modifikasi lingkungan dalam
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
42
Universitas Indonesia
pencegahan jatuh adalah menurut Carpino (2007) faktor lingkungan merupakan salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia. Kejadian jatuh
akan cenderung menurun pada lingkungan yang sudah dikenal. Kondisi lingkungan
seperti posisi closet, kamar mandi, posisi tempat tidur yang terlalu rendah,
penerangan yang kurang dapat memberikan risiko terhadap jatuh.
Kasus pada Nenek G untuk pencegahan jatuh dengan modifikasi lingkungan di
STW, sudah cukup baik, misalnya sudah ada handrail di sepanjang koridor,
pencahayaan di kamar atau di ruangan yang ada di STW sudah cukup baik, yang
belum hanyalah mengidentifikasi lansia yang berisiko jatuh dan memberi tanda pada
lansia yang berisiko jatuh, untuk meningkatkan kewaspadaan petugas dalam
mengantisipasi masalah jatuh. Selain faktor ekstrinsik (lingkungan), faktor intrinsik
lebih berpengaruh untuk mencegah jatuh, yaitu dengan memberikan implementasi
pada Nenek G latihan keseimbangan untuk meningkatkan keseimbangan dan
kekuatan otot ekstremitas bawah lansia.
Alasan penulis melakukan implementasi latihan keseimbangan Berg, karena latihan
ini belum pernah dilakukan Nenek G sebelumnya, biasanya hanya latihan atau senam
ROM yang ada di STW, dan respon lansia sangat bersemangat selama latihan karena
merasa dirinya memang mengalami gangguan keseimbangan sehingga latihan ini
sangat bermanfaat agar keseimbangan tubuhnya bisa membaik dan bisa berjalan lagi.
Alasan lain, karena penyebab utama jatuhnya Nenek G sebelumnya adalah karena
masalah gangguan keseimbangan. Latihan keseimbangan bermanfaat untuk
meningkatkan keseimbangan lansia, sesuai dengan teori, yang menyebutkan bahwa
tujuan latihan ini untuk menilai kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan,
baik secara statis atau saat melakukan berbagai pergerakan fungsional, beberapa di
antaranya memerlukan perubahan pada basis penyangga tubuh (Piotrowski & Cole,
1994). Penelitian terkait yang mendukung teori ini adalah penelitian yang dilakukan
oleh Kusnanto, Indarwati dan Mufidah (2007), mengungkapkan bahwa latihan
balance exercise yang dilakukan 3 kali seminggu selama 3 minggu dapat
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
43
Universitas Indonesia
menimbulkan kontraksi otot pada lansia yang kemudian dapat mengakibatkan
peningkatan serat otot (hipertropi), serat otot yang hipertropi ini mengalami
peningkatan komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin
sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot pada lansia. Dengan adanya peningkatan
kekuatan otot ini maka dapat meningkatkan keseimbangan postural pada lansia.
Penilaian risiko jatuh yang ada di STW hanya ada MSF, sedangkan BBT (berga
balance test) belum ada, selain itu dengan latihan keseimbangan Berg maka akan
mudah menilai kemajuan latihan lansia, yaitu dengan membandingkan nilai BBT
sebelum dan sesudah latihan selama 5 minggu. Hambatan yang didapatkan saat
melakukan latihan adalah mengatur jadwal latihan antara lansia dengan jadwal
praktik penulis, yang kadang agak sulit mencocokkannya, selain itu adanya kegiatan
yang dilakukan mahasiswa dari institusi lain, sehingga lansia merasa kelelahan,
akibatnya latihan ini tidak bisa dilakukan atau latihannya menjadi kurang optimal.
Implementasi latihan keseimbangan tidak selalu rutin dilakukan, ada 4 kali pertemuan
yang tidak dilakukan latihan, karena saat itu Nenek G sedang dalam kondisi tidak
sehat karena sedang sakit batuk pilek, setelah sembuh, maka latihan keseimbangan
dilanjutkan kembali. Evaluasi dilakukan pada minggu ke 7, yaitu saat minggu
terakhir praktik. Setelah diberi implementasi selama 5 minggu, Nenek G,
menunjukkan kemajuan, yaitu: mampu melakukan latihan ROM secara mandiri
dengan pengawasan setiap sore hari, mampu latihan keseimbangan secara mandiri
setiap pagi dengan pengawasan caregiver, aktif mengikuti senam yang diadakan di
STW, edema pada kaki berkurang, menggunakan walker selama aktivitas di kamar
seperti ke kamar mandi, berjalan dari tempat tidur ke kursi, secara verbal mengatakan
tubuhnya terasa lebih bugar, dan kakinya sudah lebih kuat menopang tubuh saat
berdiri dibandingkan sebelum latihan, merasa senang atas kemajuan yang dialaminya
dan akan terus berlatih agar bisa berjalan kembali tanpa bantuan. Ada peningkatan
nilai BBT dari 26 menjadi 35. Penilaian MFS dari nilai 40 menjadi 30, sehingga
resiko jatuh sedikit menurun.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa latihan keseimbangan adalah latihan
fisik untuk meningkatkan keseimbangan lansia, meningkatkan kekuatan otot,
khususnya otot ekstremitas bawah (Ceranski, 2006) . Prasansuk (2004) juga
menyimpulkan bahwa salah satu keuntungan dari latihan keseimbangan adalah untuk
meningkatkan keseimbangan postural lansia, sehingga bisa mencegah terjadinya
jatuh. Penelitan yang mendukung teori tersebut adalah penelitian yang dilakukan
oleh Jalalin (2000) di Panti Werdha Pucang Gading Semarang, didapatkan bahwa
terdapat perbedaan skala keseimbangan yang bermakna antara sebelum dan sesudah
latihan keseimbangan (P<0,05).
Implementasi yang dilakukan belum bisa membuat Nenek G menjadi mampu berjalan
kembali atau menggunakan walker untuk aktivitas sehari-hari, hal ini karena
keseimbangan tubuhnya belum meningkat dengan optimal, hal ini terjadi karena
terbatasnya waktu hanya 5 minggu implementasi. Penilaian MFS dan BBT minimal
dilakukan kembali setelah latihan selama 3 bulan. Dan saat di 3 hari terakhir pe nulis
praktik, Nenek G mengalami jatuh, saat mahasiswa dari institusi lain mengadakan
terminasi untuk berpamitan, mahasiswa tersebut setelah memeluk lansia dengan
kondisi berdiri tanpa ada pegangan melepas pelukannya, akibatnya nenek G terjatuh
karena kaget tiba-tiba dilepas mahasiswa dan belum siap dengan posisi berdiri yang
tidak adekuat dan keseimbangan tubuh yang belum optimal, maka akhirnya terjadilah
jatuh.
Pemecahan masalah untuk mengatasinya agar hal tersebut tidak terulang kembali
adalah dengan memodifikasi lingkungan, yaitu dengan memberi tanda risiko jatuh
pada Nenek G, bisa dengan memberikan gelang merah resiko jatuh seperti yang
sudah diterapkan di Rumah Sakit, sehingga orang lain atau petugas kesehatan yang
sedang berinteraksi dengan lansia menjadi lebih waspada dan melakukan pencegahan
agar lansia tidak mengalami jatuh atau menempelkan stiker risiko jatuh di depan
pintu kamar lansia.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
45
Universitas Indonesia
Penelitian yang dilakukan Pakpahan, Waluyo, Singgih & Poerwanto (2009) di Wreda
Rineksa Kelurahan Kelapa Dua Cimanggis Depok, dinyatakan bahwa latihan
keseimbangan berhasil meningkatkan keseimbangan lansia secara bermakna
(p<0,05). Peneliti lain, yaitu Maryam (2009) menunjukkan bahwa keseimbangan
tubuh lebih baik pada lansia sesudah diberikan latihan keseimbangan pada kelompok
intervensi (p<0,05). Berdasarkan penelitian tersebut maka penulis menyusun renpra
salah satunya adalah melatih keseimbangan pada Nenek G untuk menyelesaikan
masalah atau diagnosa risiko jatuh.
Hasil evaluasi dan hasil penelitian tersebut ada kesenjangan, hal itu bisa terjadi,
karena beberapa alasan, yaitu keterbatasan waktu latihan yang hanya dilakukan
selama 5 minggu, idealnya latihan keseimbangan dilakukan selama 3-6 bulan untuk
menghasilkan yang signifikan terhadap peningkatan keseimbangan tubuh lansia, dan
ada 4 kali pertemuan latihan yang tidak dilakukan lansia karena sedang sakit, hal ini
mengakibatkan jadwal latihan menjadi tidak berlanjut sebagaimana seharusnya,
ditambah lagi faktor usia (83 tahun), dimana sudah hampir masuk katego ri lansia
akhir. Selain itu karena tidak adanya tanda khusus risiko jatuh pada lansia pada
sehingga orang lain yang berinteraksi dengan Nenek G kurang waspada terhadap
bahaya jatuh, sehingga tidak melakukan pencegahan jatuh dan tidak bisa menurunkan
risiko jatuh pada lansia.
Tujuan utama perawatan lansia adalah mempertahankan lansia semandiri mungkin,
untuk selama mungkin dalam sebuah lingkungan yang aman. Lingkungan yang aman
adalah lingkungan yang memberikan stabilitas, perlindungan, ketentraman, dan
bebas dari rasa takut, cemas, serta keributan. Bagi lansia, keselamatan dan keamanan
merupakan kebutuhan yang sama pentingnya dengan kebutuhan fisiologis dasar,
seperti makanan dan air (Stockslager & Schaeffer, 2008). Berdasarkan teori tersebut,
dengan memodifikasi lingkungan seperti yang ada dalam renpra bertujuan agar
lansia terpenuhi kebutuhan rasa aman dan bisa mencegah risiko jatuh.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
45 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Nenek G selama 7 minggu, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Lansia yang tinggal di Wisma Bungur, memungkinkan mengalami risiko
jatuh, karena proses menua, seiring pertambahan usia terjadi penurunan
kekuatan otot dan massa tulang, dan terbatasnya rentang gerak sendi. Faktor
penyebab lain risiko jatuh adalah lansia tinggal sendiri di kamar, tidak ada
yang selalu mengawasi aktivitas dan kegiatannya. Identifikasi lansia yang
berisiko jatuh adalah hal yang paling penting. Pengkajian skala jatuh Morse
dan test keseimbangan Berg juga perlu dilakukan dalam mengidentifikasi
lansia yang berisiko jatuh.
2. Masalah yang terjadi pada lansia dengan risiko jatuh bisa dirumuskan jika ada
faktor risiko seperti ada riwayat jatuh, usia di atas 65 tahun, tinggal sendiri di
kamar, prosthesis ekstremitas bawah, penggunaan alat bantu (tongkat,
walker), penggunaan kursi roda, penurunan kognitif atau status mental.
Sedangkan faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh, antaralain:
lingkungan yang tidak teratur, ruang dengan pencahayaan yang redup, lantai
yang licin, keset atau karpet yang tertekuk, tidak adanya handrail di kamar
mandi atau di shower. Faktor lain yaitu medikasi, seperti: penggunaan
alkohol, anti ansietas, anti hipertensi, diuretic, obat penenang, dan anti
depresi.
3. Rencana asuhan keperawatan untuk mengatasi risiko jatuh, tidak hanya
diperuntukkan pada lansia, tetapi juga pada lingkungan atau orang-orang di
sekitar lansia untuk melakukan modifikasi lingkungan pencegahan jatuh,
seperti tidak menaru barang-barang di area handrail koridor, meletakkan
barang dengan rapi, keset tidak tertekuk, cahaya cukup.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
46
Universitas Indonesia
4. Implementasi yang diberikan untuk mencegah risiko jatuh, salah satunya
dengan melakukan latihan keseimbangan yang rutin setiap hari selama 30
menit, dan selama latihan lansia harus selalu diawasi, karena latihan sendiri
pada lansia juga berisiko jatuh. Modifikasi lingkungan juga diperlukan untuk
mencegah jatuh, dalam hal ini Sasana Tresna Werdha sudah cukup baik
dengan membuat handrail pada koridor, dan di kamar mandi lansia.
Kepedulian petugas dan lansia lain juga dibutuhkan untuk mencegah risiko
jatuh dengan melakukan pengawasan dan waspada untuk mengantisipasi jika
ada risiko jatuh.
5. Evaluasi yang bisa dilakukan untuk masalah risiko jatuh adalah menggunakan
penilaian skala jatuh Morse atau skala keseimbangan Berg, yang harus dinilai
pada lansia secara reguler tiap 3 bulan sekali. Evaluasi yang diharapkan
dengan penilaian tersebut bahwa risiko jatuh pada lansia menjadi menurun
ataupun tidak ada risiko jatuh.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan di Sasana Tresna Werdha Karya B hakti
(STWKB)
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi STWKBRP untuk
melakukan pencegahan risiko jatuh pada lansia, misalnya dengan melakukan
penilaian risiko jatuh dengan MFS dan BBT secara reguler 3 bulan sekali,
memberi tanda khusus (gelang merah atau stiker di kamar) pada lansia yang
berisiko jatuh, sehingga petugas atau orang yang sedang berinteraksi bisa lebih
waspada untuk mengantisipasi jatuh pada lansia, selain itu dengan memberikan
latihan keseimbangan melalui kegiatan senam yang ada di STWKBRP
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
47
Universitas Indonesia
5.2.3 Penelitian
5.2.3.1 Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan
pengembangan ide untuk penelitian yang selanjutnya yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah risiko jatuh.
5.2.3.2 Karya ilmiah ini dapat dilanjutkan kembali untuk meneliti tentang
pengaruh latihan keseimbangan Berg pada lansia yang mengalami
gangguan keseimbangan di Sasana Tresna Werdha Karya Bhakti.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
48 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, Kuswardhani, Astika & Aryana. (2010). Hubungan antara activities specific
balance confidence scale dengan umur dan falls pada lansia di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar.
Avers. (2007). What you need to know about balance and falls http://www.apta.org/AM/Template.cfm?Section=Search&template=/CM/HTMLDis play fm&ContentID=20396. Diakses tanggal 22 Juni 2013. Pukul 11.30.
Barnedh, H., Sitorus, F., & Ali, W. (2006). Penilaian Keseimbangan menggunakan Skala Keseimbangan Berg pada Lansia di Kelompok lansia Puskesmas Tebet. Tesis.
Jakarta:FKUI. Barnes, Michael, et al. (2005). Recovery after stroke. New York: Cambridge University
Press.
Budiharjo, S., Romi, M.M., & Prakosa, D. (2004). Pengaruh latihan fisik intensitas sedang terhadap persentase lemak badan wanita lanjut usia. Berkala Ilmu Kedokteran,
Vol. 36, No.4: 195-200. Budiharjo. (2005). Pengaruh senam aerobic low impact intensitas sedang terhadap
kelenturan badan pada wanita lanjut usia terlatih. Berkala Ilmu Kedokteran,
37(4:178). Carpino, Chris. (2007). New ideas in Balance and Falls Prevention 3 ed, St.Louis: Elsevier
Saunders. hal: 51. Ceranski, Sandy. (2006). Fall Prevention and modifable risk factor. www.rfw.org.
Diunduh tanggal 24 juni 2013. Pukul 19.00 WIB.
Colon-Emeric, C.S. (2002). Falls in older adults: assessment and intervention in primary care. Journal Hospital Physician, 55-66
Darmojo, R.B, & Martono, H.H. (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Debra J. Rose, 2003, Berg Balance Scale Champaign, IL: Human Kinetics
Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
Depkes. (2006). Distribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sakit di Indonesia tahun 2004. Diambil dari http://bankdata.depkes.go.id. Diakses tanggal 22 juni 2013.
Jalalin (2000). Hasil latihan keseimbangan berdiri pada penghuni Panti Werdha Pucang Gading. Semarang: FK Universitas Diponegoro.
Kemensos RI (2008). Komisi Nasional Lanjut Usia. Diunduh tanggal 24 Juni 2013. http://www.kemsos.go.id/
Kusnanto, Indarwati, Retno., Mufidah, Nisfil. (2007). Peningkatan stabilitas postural pada
lansia melalui balance exercise. Diunduh pada tanggal 23 Juni 2013 dari ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/download/716/pdf.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Langley, F., A. & Mackintosh, S., F., H. (2007). Balance assessment of older community
dwelling adults: A systematic review of the literature. Australia: University of South Australia.
Maryam, Raden Siti., Sahar, Junaiti. dan Nasution, Yusran. (2009.) Pengaruh latihan
keseimbangan tubuh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah Pemda DKI Jakarta. Diambil pada 24 juni 2013 dari
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2110917_2085- 8930.pdf Maryam.(2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Miller, Carol A. (2012). Nursing for wellness in older adults (6th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins Nanda. (2011). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2009-2011 (Sumawarti,
Widiarti & Tiar, Penerjemah.). Jakarta: EGC Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Pakpahan, Waluyo, Singgih, & Poerwanto. (2010). Pengaruh program latihan
keseimbangan dinamik terhadap jangkauan fungsional ke depan pada wanita usila di Wreda Rineksa Kelurahan Kelapa Dua Cimanggis Depok. Jakarta: Stikes
Binawan Piotrowski, A., & Cole, J. (1994). Clinical measures of balance and functional assessment in elderly persons. Australian Journal Physiotherapy, Vol.40,3, 183-188.
Prasansuk, et al. 2004. Balance disorders in the elderly and the benefit of balance exercise. J.Medicine Association Thailand. 87(10:1225-1233)
Potter, P.A & Perry, A.G.(2006). Fundamentals of nursing (6th ed.). St. Louis, Missouri: Mosby, Inc
Shobha, S.R. (2005). Prevention of falls in older patients. American Academy of Family Physicians, 72, 81-8, 93-4.
Siburian, P. (2006). Mengenal Lansia yang Mudah Terserang Penyakit. Diunduh tanggal 24 Juni 2013. http://www.waspada.co.id/serba_serbi/kesehatan/artikel.php?article_id=79402
Skelton, D.A. (2001). Effects of physical activity on postural stability. Journal Age and Ageing, 30-S4, 33-39.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing (6th ed.). St. Louis: Mosby, Inc. Stanley & Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Edisi 2. Jakarta: EGC.
Stanley Mickey & Patricia Gautlett Bare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta: EGC. Hal: 274, 290- 292.
Stocklager, Jaime & Schaeffer, Liz. (2008). Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik (Nike Budhi Subekti, Penerjemah.). Jakarta: EGC.
Pendekatan Interdisiplin. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan FKUI. Tinetti, M.E. (2003). Preventing Falls in Elderly Persons. The New England Journal of
Medicine, 348;1.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
Lampiran 1
PENGKAJIAN PADA LANSIA (Nenek G)
A. Geriatric Depression Scale
Beri tanda ceklist (√) antara jawaban ya atau tidak pada tiap pertanyaan.
Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? √
2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda? √
3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa? √
4. Apakah anda senantiasa bosan? √
5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan? √
6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat dilupakan? √
7. Apakah anda bersemangat setiap waktu? √
8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan menimpa anda? √
9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? √
10. Apakah anda merasa tidak berdaya? √
11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup? √
12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-jalan ke luar dan
melakukan sesuatu yang baru?
√
13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda? √
14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan? √
15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan sampai
sekarang?
√
16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih? √
17. Apakah anda merasa tidak berguna? √
18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda? √
19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan? √
20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru? √
21. Apakah anda memiliki energi maksimal? √
22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong? √
23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda? √
24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil? √
25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis? √
26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi? √
27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari? √
28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial? √
29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan? √
30. Apakah pikiran anda jernih? √
Jumlah Score: 3, artinya Nenek G tidak mengalami depresi.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
Panduan penilaian
Beri tanda silang ( √ ) di Kolom yang telah diberikan Ya Tidak
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? 0 1
2. Apakah anda mengurangi banyak aktivitas dan hobi anda? 1 0
3. Apakah anda merasa kehidupan anda terasa hampa? 1 0
4. Apakah anda senantiasa bosan? 1 0
5. Apakah anda memiliki harapan pada masa depan? 0 1
6. Apakah anda terganggu dengan pikiran yang tidak dapat dilupakan? 1 0
7. Apakah anda bersemangat setiap waktu? 0 1
8. Apakah anda takut tentang sesuatu yang buruk yang akan menimpa anda? 1 0
9. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu? 0 1
10. Apakah anda merasa tidak berdaya? 1 0
11. Apakah anda merasa gelisah dan gugup? 1 0
12. Apakah anda lebih memilih di dalam rumah daripada berjalan-jalan ke luar dan
melakukan sesuatu yang baru?
1 0
13. Apakah anda selalu khawatir akan masa depan anda? 1 0
14. Apakah anda memiliki masalah pada ingatan? 1 0
15. Apakah anda berfikir bahwa luar biasa anda diberikan kehidupan sampai
sekarang?
0 1
16. Apakah anda selalu merasa kecewa dan sedih? 1 0
17. Apakah anda merasa tidak berguna? 1 0
18. Apakah anda mengkhawatirkan masa lalu anda? 1 0
19. Apakah anda menemukan kehidupan yang menyenangkan? 0 1
20. Apakah anda memiliki kesulitan untuk memulai hal yang baru? 1 0
21. Apakah anda memiliki energi maksimal? 0 1
22. Apakah anda merasa situasi anda saat ini tidak tertolong? 1 0
23. Apakah anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari anda? 1 0
24. Apakah anda selalu menangisi hal-hal kecil? 1 0
25. Apakah anda selalu merasa ingin menangis? 1 0
26. Apakah anda memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi? 1 0
27. Apakah anda menikmati suasana bangun di pagi hari? 0 1
28. Apakah anda lebih memilih untuk menghindari perkumpulan sosial? 1 0
29. Apakah anda mudah untuk membuat keputusan? 0 1
Kemudian tanyakan kepada lansia setelah kita menyebutkan 3 benda
tersebut. Beri nilai 1 untuk masing-masing jawaban yang benar. Ulangi
sampai lansia dapat menyebutkan semuanya. HItung berapa kali lansia
mencoba menyebutkan. Mencoba _______
Attention and Calculation
5 ( 5 ) Menghitung kelipatan 7 sampai 5 kali, atau jika tidak mampu dengan
hitungan uang. Atau jika tidak bisa memakai angka minta nenek
menyebutkan bacaan kebalik dari satu kata
Recall
3 ( 3 ) Sebutkan kembali 3 benda yang disebutkan di awal. Beri 1 poin untuk
jawaban yg benar
Language
2 ( 2 ) Menyebutkan 2 benda yang ada di meja/sekitar
1 ( 1 ) Buat/Ulangi satu kalimat tidak boleh ada penghubung (jangan lebih
dari 5 kata).Contoh matahari terbit dari timur
3 ( 3 ) Ikuti 3 Perintah “ Ambil kertas di tangan mu, lipat menjadi dua dan
letakan diatas lantai”
1 ( 1 ) Baca dan ikuti perintah: Tutup matamu
1 ( 1 ) Tulis kalimat
1 ( 1 ) Gambarkan kembali gambar berikut. (yang dinilai jumlah sisi dan ada
yang beririsan)
Jumlah skor: 30 (Normal)
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
Interpretasi Hasil
Nilai maksimal 30
Nilai < 23 : gangguan kognitif
Nilai 23-30 : Normal
A. Pengkajian Tingkat Kemandirian: Indeks Katz
Total Skor:___4___
Interpretasi Hasil
Nilai 6 : Kemandirian penuh
Nilai 4: Gangguan fungsional sebagian (kemandirian sebagian)
Nilai 0-2 : Gangguan fungsional berat (Ketergantungan tinggi)
Aktivitas
Skor (1 atau 0)
Mandiri
(Skor 1) Tanpa pengawasan, pengarahan, atau
bantuan orang lain.
Tergantung
(Skor 0) Dengan Pengawasan,
pengarahan, dan bantuan orang lain.
MANDI
Skor:
_______1___
(Skor 1) Melakukan mandi secara mandiri atau
memerlukan bantuan hanya untuk bagian tertentu
saja misalnya punggung atau bagian yang
mengalami gangguan.
(Skor 0) Perlu bantuan lebih dari satu
bagian tubuh, perlu bantuan total.
BERPAKAIAN
Skor:
______1____
(Skor 1) Bisa memakai pakaian sendiri, kadang
perlu bantuan untuk menalikan sepatu.
(Skor 0) Perlu bantuan lebih dalam
berpakaian atau bahkan perlu
bantuan total.
KE TOILET
Skor:
______0____
(Skor 1) Bisa pergi ke toilet sendiri , membuka
melakukan BAB BAK sendiri.
(Skor 0) Perlu bantuan dalam
eliminasi
BERPINDAH
Skor:
______0____
(Skor 1) Bisa berpindah tempat sendiri tanpa
bantuan, alat bantu gerak diperkenankan
(Skor 0) Perlu bantuan dalam
berpindah dari bed ke kursi roda,
bantuan dalam berjalan.
KONTINEN
Skor:
______1____
(Skor 1) Bisa mengontrol eliminasi (Skor 0) inkontinensia sebagian atau
total baik bladder maupun bowel.
MAKAN
Skor:
______1____
(Skor 1) bisa melakukan makan sendiri. Makanan
dipersiapkan oleh orang lain diperbolehkan.
(Skor 0) Perlu bantuan dalam makan,
nutrisi parenteral
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
Pengkajian Resiko Jatuh: Morse Fall Scale (MFS) Skala Jatuh dari Morse
Pengkajian Skala Nilai
1. Riwayat jatuh; apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir Tidak 0
Ya 25
_____0_____
2. Diagnosa sekunder; apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit Tidak 0
Ya 15
______15____
3. Alat bantu jalan;
- Bed rest/ dibantu perawat
- Kruk/ tongkat/ walker
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar (kursi, lemari, meja)
0
15
30
15
________
4. Terapi intravena; apakah saat ini lansia terpasang infus? Tidak 0
Ya 20
_____0_____
5. Gaya berjalan/ cara berpindah
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga)
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret)
0
10
20
____10_____
6. Status Mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya sendiri
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat
0
15
______0___
Total Nilai 40
Interpretasi Hasil
Nilai 0-24 : Tidak memiliki risiko jatuh√
Nilai 25-50: Risiko jatuh rendah
Nilai ≥51 : Risiko jatuh tinggi
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
BERG BALANCE TEST (BBT)
Perintah dalam Berg Balance Test
1. Duduk ke berdiri
Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan sebagai sokongan
( ) 4 mampu berdiri tanpa menggunakan tangan
( √ ) 3 mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan
( ) 2 mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali mencoba
( ) 1 membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri
( ) 0 membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri
2. Berdiri tanpa bantuan
Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan
( ) 4 mampu berdiri selama dua menit
( ) 3 mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan
( ) 2 mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
( ) 1 membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama 30 detik tanpa
bantuan
( √ ) 0 tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di lantai
Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua menit
( √ ) 4 mampu duduk dengan aman selama dua menit
( ) 3 mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan
( ) 2 mampu duduk selama 30 detik
( ) 1 mampu duduk selama 10 detik
( ) 0 tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik
4. Berdiri ke duduk
Instruksi: silahkan duduk
( ) 4 duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal tangan
( √ ) 3 duduk menggunakan bantuan tangan
( ) 2 menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun
( ) 1 duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari berdiri ke duduk
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk duduk
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
5. Berpindah
Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk berpindah ke kursi yang
memiliki penyagga tangan kemudian ke arah kursi yang tidak memiliki penyangga
tangan
( ) 4 mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan
( √ ) 3 mampu berpindah dengan bantuan tangan
( ) 2 mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan
( ) 1 membutuhkan seseorang untuk membantu
( ) 0 membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi
6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik
( ) 4 mampu berdiri selama 10 detik dengan aman
( √ ) 3 mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan
( ) 2 mampu berdiri selama 3 detik
( ) 1 tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap berdiri dengan
aman
( ) 0 membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat
Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan
( ) 4 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit
( √ ) 3 mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan pengawasan
( ) 2 mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama 30 detik
( ) 1 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang diperintahkan tetapi
mampu berdiri selama 15 detik
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat bertahan selama
15 detik
8. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri
Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan raihlah semampu
Anda (penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak antara jari dengan tubuh)
( ) 4 mencapai 25 cm (10 inchi)
( ) 3 mencapai 12 cm (5 inchi)
( ) 2 mencapai 5 cm (2 inchi)
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
( √ ) 1 dapat meraih tapi memerlukan pengawasan
( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan bantuan
9. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri
Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda
( ) 4 mampu mengambil dengan mudah dan aman
( ) 3 mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan
( ) 2 tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda dan dapat menjaga
keseimbangan
( ) 1 tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba
( √ ) 0 tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah hilangnya
keseimbangan atau terjatuh
10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke arah kanan
( ) 4 melihat ke belakang dari kedua sisi
( ) 3 melihat ke belakang hanya dari satu sisi
( √ ) 2 hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga keseimbangan
( ) 1 membutuhkan pengawasan ketika menengok
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan atau terjatuh
11. Berputar 360 derajat
Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi lagi dengan arah yang
berlawanan
( ) 4 mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik atau kurang
( ) 3 mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama empat detik atau
kurang
( √ ) 2 mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang lambat
( ) 1 membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk berputar
12. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika beridiri tanpa
bantuan
Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah pijakan. Lanjutkan
sampai setiap kaki menyentuh pijakan selama 4 kali.
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
( ) 4 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20 detik
( ) 3 mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan > 20 detik
( ) 2 mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan
( √ ) 1 mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal
( ) 0 membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak mampu melakukan
13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya
Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya. Jika merasa tidak bisa,
cobalah melangkah sejauh yang Anda bisa
( ) 4 mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan selama 30 detik
( ) 3 mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik
( ) 2 mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik
( √ ) 1 membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu menahan selama 15
detik
( ) 0 kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri
14. Berdiri dengan satu kaki
Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa berpegangan
( ) 4 mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik
( ) 3 mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik
( ) 2 mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik
( ) 1 mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan selama 3 detik tetapi
dapat berdiri mandiri
( √ ) 0 tidak mampu mencoba
Total Skor:____26______
Interpretasi Hasil
Nilai 0-20 : Lansia memiliki risiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat antu jalan berupa
kursi roda
Nilai 21-40 : Lansia (Nenek G) memiliki risiko jatuh sedang dan perlu menggunakan
alat bantu jalan seperti tongkat, kruk dan walker
Nilai 41-56 : Lansia memiliki risiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
Lampiran 2
ANALISA DATA
Data Fokus Masalah Keperawatan
Subjektif
- Nenek G mengatakan tidak kuat berdiri
lama (lebih dari 2 menit), sehingga
menggunakan kursi roda, kadang-
kadang menggunakan walker untuk
latihan berdiri dan berpindah dari
tempat tidur ke kursi
- Nenek G merasa ingin bisa berdir i
dengan mandiri dan ingin bisa berjalan
lagi dan semangat jika latihan senam
- Nenek G mengatakan aktivitasnya
sebagian dibantu oleh caregiver, karena
Nenek G sulit berdiri dan berjalan.
- Nenek G mengatakan untuk kebutuhan
sehari-hari, mandi, membersihkan
pakaian dan mobilisasi dibantu CG,
sedangkan kebutuhan yang lain mampu
mandiri.
- Nenek G mengatakan jarang rekreas i
karena sulit mobilisasi dan berjalan,
karena menggunakan kursi roda.
Objektif
- Nenek G beraktivitas menggunakan
kursi roda
Hambatan mobilitas fisik
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
- Nenek G terlihat lemah
- Nilai indeks Kazt (tingakat
kemandirian): 4, artinya tingkat
kemandirian sebagian atau gangguan
fungsional sebagian
- Nilai BBT (Berg Balance test): 26,
artinya Nenek G memiliki resiko jatuh
sedang, dan perlu menggunakan alat
bantu jalan
- Kaki kanan terlihat agak bengkak
- Tidak ada kontraktur pada ekstremitas
- Nenek G latihan berdiri dan berpindah
menggunakan bantuan walker
- Saat mandi, membersihkan pakaian,
terlhat Nenek G dibantu oleh caregiver
- Kemampuan berpindah dari duduk ke
berdiri dan sebaliknya menggunakan
bantuan walker atau berpegangan kursi
- Nenek G mampu menggerakkan
ekstremitas, rutin latihan ROM tiap pagi
- Kekuatan otot :
5555 5555
4444 4444
Subjektif:
- Nenek G mengatakan selama di STW
sudah jatuh 3x
- Nenek G mengatakan mengalami
Risiko jatuh
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
gangguan keseimbangan sehingga tidak
kuat berdiri lebih dari 2 menit
- Nenek G mengatakan belum pernah
dilatih keseimbangan, hanya latihan
senam ROM (range of motion).
- Nenek G mengatakan ingin bisa berdiri
dengan mandiri dan bisa berjalan lagi
- Nenek G mengatakan motivasi sangat
tinggi terhadap latihan fisik untuk
menguatkan otot kaki dan
meningkatkan keseimbangan tubuh
agar bisa berjalan
Objektif:
- Nenek G aktivitas di kursi roda
- Nenek G menggunakan alat bantu
kacamata
- Nenek G menggunakan walker saat
mau berpindah dari tempat tidur ke
kursi
- Penilaian BBT (Berg Balance Test):
26, artinya memiliki risiko jatuh
sedang,
- Penilaian MFS (Morse Fall Scale) 40,
artinya memiliki resiko jatuh rendah
- Nenek G terlihat tidak bisa berdiri tanpa
berpegangan lebih dari 2 menit, karena
gangguan keseimbangan seiring
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
pertambahan usia
- Nenek G berusia 83 tahun.
- Nenek G mengkonsumsi obat anti
hipertensi Amlodipin 1x 5 mg
- Lingkungan di kamar Nenek G, lantai
kamar mandi agak licin, tidak ada tanda
khusus di kamar yang mengidentifikasi
bahwa Nenek G berisiko jatuh,
sehingga oranglain yang berinteraksi
tidak mengetahui
- Nenek G mampu berpindah dari duduk
ke berdiri menggunakan bantuan walker
atau berpegangan pada kursi
- Nenek G sering tinggal sendirian di
kamar, tidak ada yang mengawasi, CG
yang bertugas lebih sering berada di
luar kamar
Subjektif
- Nenek G mengatakan bahwa merasa
tidurnya kurang cukup
- Nenek G mengatakan bahwa ia tidur
jam 22.00 wib, dan sering terbangun
pukul 02.00 dinihari, dan sulit untuk
tidur kembali
- Nenek G mengatakan karena kurang
tidur, pagi hari sering merasa ngantuk
Insomnia
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
dan lemas
Objektif
- Nenek G terlihat sering menguap saat pagi
hari
- Nenek G terlihat lemah, lemas dan kurang
bergairah
- Tampak kantung mata pada mata Nenek G,
dan ada garis hitam dibawah kelopak
mata
- Nenek G mengeluh sulit berkonsentrasi,
dan suka merasa pusing karena kurang
tidur
- Kesadaran compos mentis, TD; 130/80
mmHg, nadi 80x/menit, suhu: 36°C
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
Lampiran 3
RENCANA KEPERAWATAN NENEK G
Diagnosis Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Hambatan mobilitas fisik
TUM: Hambatan mobilitas fisik meningkat setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 7 minggu TUK:
1. Teridentifikasinya tingkat kekuatan otot dan kemampuan mobilitas fisik lansia
2. Lansia dapat mendemostra sikan tindakan-tindakan untuk meningkatkan mobili tas fisik dan mencegah kekakuan sendi
3. Lansia mampu melakukan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot dan sendi secara mandiri
Individu akan: - Memperlihatkan
penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan
- Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan
- Berjalan dengan menggunakan langkah sejauh 50-100 meter
- Mampu berpindah dari tempat tidur ke kursi atau berjalan
MANDIRI
Observasi kemampuan mobilitas lansia secara fungsional setiap pagi
Evaluasi dan validasi keadaan lansia saat ini
Evalusi tingkat motivasi lansia untuk mempertahankan atau mengembalikan mobilitas sendi dan otot
Diskusikan dengan lansia tentang masalah kekakuan sendi dan otot yang dialami klien
Diskusikan bersama lansia mengenai perawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri sendi
Latih lansia dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas misalnya tongkat, walker, kruk atau kursi roda
Latih dan bantu lansia dalam
- Menentukan pilihan intervensi yang tepat
pada lansia
- Intervensi yang dilakukan sesuai dengan keadaan lansia saat ini
- Motivasi yang kuat untuk mempertahankan atau mengembalikan mobilitas sendi dan otot mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan partisipasi lansia dalam melakukan aktivitas
- Untuk mengetahui secara jelas penyebab
kekakuan pada sendi dan otot yang dialami
- Mengetahui sejauh mana usaha lansia menyelesaikan masalah
- Mendukung alat mobilitas yang tepat
- Melatih lansia menggunakan postur tubuh
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
proses berpindah misalnya dari tempat tidur ke kursi
Ingatkan lansia untuk mengubah posisi minimal setiap dua jam
Berikan penguatan positif
Motivasi dan bantu lansia untuk menggunakan alas kaki anti selip yang mendukung untuk berjalan
Latih lansia dalam latihan ROM aktif atau pasif
Motivasi lansia memprak tekkan latihan ROM yang telah dilatih bersama-sama
Motivasi lansia melakukan latihan ROM tiap pagi setelah bangun tidur dan sore hari sebelu mandi
Dokumentasikan tingkat
dan mekanika tubuh yang benar
- Mencegah terjadinya penekanan pada kulit dan mencegah terjadinya dekubitus
- Meningkatkan motivasi dan harga diri lansia
- Mencegah terjadinya cedera jatuh saat ambulasi
- Meningkatkan pengetahuan lansia dalam
mmpertahankan dan meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan sirkulasi
- Meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot dan sendi serta meningkatkan sirkulasi secara berkelompok
- Meningkatkan dan mempertahankan
kekuatan otot dan sendi serta meningkatkan sirkulasi secara mandiri
- Melihat perkembangan sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(Lanjutan)
kekuatan otot lansia KOLABORASI
Konsultasikan ke ahli terapi fisik dan okupasi
Berikan analgesik sebelum memulai latihan fisik
- Sumber untuk mengembangkan
perencanaan aktivitas lansia - Membantu mengurangi nyeri sebelum
melakukan mobilitas
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(lanjutan)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NENEK G
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Risiko Jatuh Tujuan Umum:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 7 minggu
resiko jauh tidak terjadi
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi
diharapkan lansia mampu:
1. Mempertahankan
mobilitas fisik pada
tingkat yang optimal.
2. Menyatakan keinginan
untuk berpartisipasi dalam
aktivitas
3. Mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan
dan fungsi yang sakit
4. Menunjukkan perilaku
untuk melakukan aktivitas
a. Observasi cara lansia menggunakan alat
bantu dan cara berjalan lansia
b. Evaluasi kembali kekuatan otot lansia
c. Evaluasi kembali tingkat risiko jatuh
menggunakan FMS dan BBT
d. Latih lansia cara berjalan yang benar
e. Latih lansia untuk berjalan dengan
berpegagan, menggunakan alat bantu
walker dan mencari tempat yang aman
f. Evaluasi dan pantau rasa sakit atau
nyeri pada sendi
g. Motivasi lansia untuk berpartisipasi
pada latihan fisik atau senam yang ada
di panti sesuai kemampuan lansia dan
a. Mengetahui kebiasaan lansia
menggunakan alat bantu dan
berjalan lansia apakah sudah benar
atau belum
b. Mengetahui rentang kekuatan otot
c. Mengetahui risiko jatuh agar dapat
memberikan penangan risiko jatuh
yang tepat
d. Berjalan yang benar mengurangi
risiko jatuh
e. Mengurangi risiko jatuh
f. Nyeri menghambat mobilisasi
lansia
g. Meningkatkan semangat lansia
untuk latihan fisik yang bisa
meningkatkan kekuatan otot dan
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(lanjutan)
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
beri pendkes tentang risiko jatuh lansia
h. Motivasi lansia membuat jadwal
aktivitas untuk memberikan periode
istirahat diantara aktivitas atau kegiatan
i. Tunjukkan dan latih lansia latihan
rentang gerak aktif/pasif (ROM) dan
latihan keseimbangan
j. Orientasikan lingkungan dan beri
peringatan atau tanda pada tempat yang
berbahaya
k. Atur letak barang lansia dengan rapi
dan mudah dijangkau
l. Motivasi lansia menggunakan alas kaki
anti selip dan yang tidak licin
m. Bantu lansia saat ambulasi dan aktivitas
sehari-hari
n. Diskusikan dan delegasikan pada
caregiver untuk mengawasi dan
memperhatikan kegiatannya lansia
meningkatkan pengetahuan agar
waspada terhadap risiko jatuh
h. Mencegah kelelahan dan
mempertahankan kekuatan otot
dan sendi
i. Mempertahankan/meningkatkan
fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum, dan keseimbanagn
lansia.
j. Mempertahankan lingkungan yang
aman bagi lansia, menurangi risiko
jatuh
k. Memudahkan lansia mengambil
benda yang dibutuhkan
l. Menurunkan risiko jatuh
m. Memenuhi kebutuhan dasar lansia
dan memudahkan ambulasi
n. Mencegah dan menurunkan risiko
jatuh
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(lanjutan)
Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
jangan sampai jatuh atau cidera
o. Kolaborasi dengan pihak panti dalam
memodifikasi lingkungan yang aman
untuk lansia, misalnya memberi tanda
khusus pada lansia yang berisiko jatuh
o. Memfasilitasi lingkungan yang
aman untuk lansia
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(lanjutan)
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Umum Khusus
Insomnia Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 5 minggu,
masalah insomnia
teratasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama
5 minggu, kriteria hasil yang diharapkan :
- Menyatakan waktu tidur
cukup - Menyatakan
dapat tidur
dengan nyenyak - Mengungkapkan
saat bangun tidur terasa segar
- Lansia mudah
berkonsentrasi dan tidak
mengantuk di pagi hari
- Lansia mengatakan
tidak mengalami kesulitan untuk tidur
MANDIRI:
- Diskusikan dan berikan kesempatan lansia
untuk menyampaikan keluhan yang
menyebabkan sulit tidur.
- Pantau lansia, adakah masalah gangguan fisik
yang menyebabkan insomnia, seperti adanya
nyeri, penyakit jantung, penyakit paru,
gangguan neurologi seperti demensia, atau
masalah eliminasi urin yang dapat
mengganggu tidur.
- Pantau pola eliminasi urin lansia, dan
penggunaan obat diuretik. Latih lansia untuk
mengurangi minum saat malam hari atau
menjelang tidur. Dan pastikan lansia minum
obat diuretik hanya di pagi hari, bukan di sore
atau malam hari
- Pantau apakah lansia merasa cemas atau
mengalami depresi
- Anjukan lansia untuk makan keju, kacang-
- Mendengar aktif dapat membantu
menentukan penyebab kesulitan
tidur.
- Gangguan tidur pada lansia
mungkin merupakan interaksi yang
kompleks dari perubahan yang
berkaitan dengan usia dan karena
ada masalah patologis
- Banyak minum pada malam hari
dan minum obat diuretik pada
malam hari, mengakibatkan
nokturia, yang dapat mengganggu
tidur lansia
- Perasaan cemas atau depresi
menyebabkan insomnia
- Susu dan beberapa kudapan tinggi
Analisis praktik ..., Jusnimar, FIK UI, 2013
(lanjutan)
- Tidak tampak
kantung mata atau garis hitam dibawah mata
kacangan atau minum susu sebelum waktu
tidur
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk
tidur lansia, seperti matikan lampu, suasana
tenang/tidak ribut, ventilasi yang cukup
- Diskusikan bersama lansia setiap pagi tentang
kualitas tidur malam sebelumnya.
- Motivasi lansia untuk meningkatkan aktivitas
di siang hari, dan hindari tidur di siang hari
- Berikan pendidikan kesehatan kepada lansia
dan latih tentang teknik relaksasi seperti
imajinasi terbimbing, napas dalam, relaksasi otot progresif, dan meditasi