KESAN MINAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN SISTEM KOLOID MELALUI PENDEKATAN MODEL HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENGAJARAN (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI Mahmud *) , Albinus Silalahi *) , Faderina Komisia **) , Marpongahtun ***) *) Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan **) Alumni Prodi Magister Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan ***) Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kesan penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (2) kesan penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode demonstrasi pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (3) pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa; (4) pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa; dan (5) perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan pengambilan sampel secara purposive. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA kelas XI IPA semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa SMA Santa Maria yang terdiri dari 2 kelompok yaitu kelas XI IPA-1 dan XI IPA-2 yang homogen berdasarkan hasil pretes. Instrumen penelitian terdiri dari: (1) tes hasil belajar (untuk mengetahui hasil belajar siswa); dan (2) angket (untuk mengetahui minat berwirausaha siswa). Teknik statistik yang digunakan adalah uji beda nyata untuk mengetahui tujuan item (1) dan (2), uji analisis regresi linear untuk mengetahui tujuan item (3), (4) dan (5). Manakala, persyaratan analisis digunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk uji normalitas dan uji Levene’s untuk uji homogenitas. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan pada tingkat signifikansi 5 persen disimpulkan bahwa: (1) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (2) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode demonstrasi pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (3) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa; (4) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa; dan (5) terdapat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Kata kunci: hasil belajar, sistem koloid, minat berwirausaha, kontekstual (CTL), eksperimen, demontrasi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KESAN MINAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN SISTEM
KOLOID MELALUI PENDEKATAN MODEL HUBUNGAN ANTARA
PENGETAHUAN DAN PENGAJARAN (CTL) DENGAN
METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI
Mahmud*)
, Albinus Silalahi*)
, Faderina Komisia**)
, Marpongahtun***)
*)
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan **)
Alumni Prodi Magister Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan ***)
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kesan penerapan pendekatan kontekstual
(CTL) dengan metode eksperimen pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat
berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (2) kesan penerapan pendekatan kontekstual
(CTL) dengan metode demonstrasi pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat
berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (3) pengaruh minat berwirausaha yang
dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan
metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa; (4) pengaruh minat berwirausaha yang
dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan
metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa; dan (5) perbedaan pengaruh minat
berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual
(CTL) menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan pengambilan sampel secara purposive.
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa
SMA kelas XI IPA semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa
SMA Santa Maria yang terdiri dari 2 kelompok yaitu kelas XI IPA-1 dan XI IPA-2 yang
homogen berdasarkan hasil pretes. Instrumen penelitian terdiri dari: (1) tes hasil belajar (untuk
mengetahui hasil belajar siswa); dan (2) angket (untuk mengetahui minat berwirausaha siswa).
Teknik statistik yang digunakan adalah uji beda nyata untuk mengetahui tujuan item (1) dan (2),
uji analisis regresi linear untuk mengetahui tujuan item (3), (4) dan (5). Manakala, persyaratan
analisis digunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk uji normalitas dan uji Levene’s untuk uji
homogenitas. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan pada tingkat signifikansi 5 persen
disimpulkan bahwa: (1) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen
pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil
belajar siswa; (2) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode demonstrasi pada
pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil
belajar siswa; (3) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem
koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen terhadap hasil
belajar siswa; (4) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem
koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil
belajar siswa; dan (5) terdapat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan
pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap
hasil belajar siswa.
Kata kunci: hasil belajar, sistem koloid, minat berwirausaha, kontekstual (CTL),
eksperimen, demontrasi.
Pendahuluan
Pada era globalisasi dan industrialisasi saat ini, bangsa Indonesia menghadapi masalah
dalam menangani pendidikan berkualitas, pertambahan penduduk dan pengangguran terutama
pada pengangguran pemuda yang termasuk kategori usia produktif (16-30 tahun). Sejalan
dengan ini Badan Pusat Statistik pada Februari 2012 melaporkan jumlah pengangguran terbuka
dari setiap tamatan adalah SD ke bawah (3,69 persen), SMP (7,80 persen), SMA (10,34 persen),
SMK (9,51 persen), Diploma I/II/III (7,50 persen), dan Universitas (6,96 persen). Kenyataan ini
menunjukan bahwa lulusan SMA menjadi kelompok terbesar sebagai penganggur. Pembiaran
pada kenyataan ini umumnya dapat menimbulkan masalah sosial seperti narkoba, kriminalitas,
pergaulan bebas, premanisme, penjualan manusia, dan lain sebagainya, dan kondisi ini akan
mengganggu pembangunan di segala bidang dan stabilitas nasional. Oleh kerana itu, perlu
penangan serius dari pemerintah untuk mempekerjakan atau menciptakan pekerjaan yang layak
dan produtif memalui pendidikan kewirausahaan. Bidang wirausaha mempunyai kebebasan
berkarya untuk mandiri sehingga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat
membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain. Pengangguran tidak hanya disebabkan
terbatasnya kesempatan kerja, tetapi juga oleh ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi
persyaratan/kualifikasi yang diminta oleh dunia usaha sehingga seorang pencari kerja perlu
berbekal pengetahuan, keterampilan dan sikap wirausaha. Seorang wirausaha harus mempunyai
beberapa ciri-ciri percaya diri, berorientasi ke masa depan dan kreatif (Alma, 2006). Minat
wirausaha merupakan gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap
wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain
(Santoso, 1993). Minat wirausaha seseorang pada dasarnya merupakan suatu kehendak atau
keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan sebagai wirausaha yang
diukur melalui sikap motivasi untuk berprestasi, berbekal keterampilan untuk berwirausaha,
bermental dan berjiwa kewirausahaan.
Peningkatan pendidikan yang berkualitas berdampak pada peningkatan bidang lain
diantaranya pada mutu pendidikan, kesiapan tenaga kerja terlatih dan terdidik, fasilitas bekerja
dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pada masyarakat berkembang, pendidikan diposisikan
sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang
tersedia. Tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan adalah
mendapatkan lapangan kerja yang diharapkan atau lulusan yang dapat bekerja di sektor formal
yang memiliki nilai gengsi atau nilai yang lebih tinggi dibanding sektor informal (Trihantoyo,
2007). Untuk memenuhi hal ini, pemerintah Indonesia mempunyai program dalam sarana
pendidikan, yaitu 70 persen SMK dan 30 persen SMA (Trihantoyo, 2007). Hal ini dipicu data di
lapangan bahwa pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA, karena pada dasarnya
SMA diprogramkan untuk siswa yang melanjutkan ke tingkat universitas sehingga pembekalan
skill siswa SMA masih minim, manakala siswa SMK dituntut untuk menguasai skill serta
diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri setelah lulus SMK. Melihat kondisi di
atas, maka pendidikan IPA khususnya pembelajaran kimia pada saat ini diharapkan dapat
memberi bekal bagi siswa SMA baik untuk melanjutkan pendidikan atau tidak melanjutkan.
Mata pelajaran kimia sebagai salah satu cabang sains mempunyai dua hal yang tidak
terpisahkan yaitu, (1) kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan, dan (2) kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa membutuhkan keterampilan proses sains baik dalam penyelidikan
ilmiah maupun dalam proses pembelajaran sains (Gabel, 1999). Kimia sebagai proses dan
produk harus mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatakan
kecerdasan dan prestasi belajar siswa. Proses belajar kimia dapat dikaitkan langsung dengan
berbagai objek yang bermanfaat di sekitar kehidupan manusia (siswa) agar memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah (Conpolat, 2003).
Salah satu konsep kimia yang diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia
adalah sistem koloid, dan tanpa disadari telah digunakan dengan menguntungkan atau merugikan
manusia dan lingkungan. Usaha pengawasan untuk penggunaan sistem koloid dalam kehidupan
diperlukan pengetahuan mengenai jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid dan dampaknya pada
manusia dan lingkungan. Bahan kimia saat ini banyak digunakan secara luas dalam kehidupan
seharian sebagai penerapan sistem koloid seperti susu, mentega, kosmetik, plastik, obat-obatan,
pupuk, pestisida, cat, semen, hair spray, ban, karet, bahan bakar dan jenis-jenis makanan.
Manakala, penanfaatan bahan kimia akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan keinginan manusia akan bahan-bahan baru. Sistem koloid diajarkan pada siswa
kelas XI SMA semester genap, dengan standar kompetensi bahwa siswa mampu menjelaskan
sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pemerhatian yang
mendalam dari siswa pada keanekaragaman produk-produk kimia yang dihasilkan melalui mata
pelajaran kimia koloid dan manfaatnya diharapkan dapat menumbuhkan semangat atau minat
berwirausaha siswa.
Beberapa peneliti (Wiseman, 1981; Nakhleh, 1992; Carter, 1989; Kirkwood, dan
Symington, 1996; dalam Rusmansyah, 2001), mengemukakan bahwa banyak siswa yang dapat
dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami
konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Karena banyaknya konsep kimia bersifat abstrak yang
harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas sehingga menjadikan ilmu kimia merupakan
salah satu pelajaran tersulit bagi siswa saat ini, akibatnya banyak siswa SMU yang gagal dalam
belajar kimia (Rumansyah, 2001). Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia berbeda
dengan konsep ilmu-ilmu lain, sehingga cara mempelajari kimia tidak sama, tetapi guru harus
menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran kimia sangat dibutuhkan
suatu kegiatan yang melibatkan siswa aktif, mampu berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan suatu masalah sehingga dengan metode ceramah guru perlu menggunakan media
pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar di kelas dan berpusat pada buku (teks
book), dan dilanjutkan dengan pemberian tugas atau latihan.
Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, pembelajaran sains yang dihubungkan
dengan kehidupan seharian belum banyak digunakan. Untuk itu dibutuhkan suatu pembelajaran
yang sesuai dengan nafas kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat mengatasi masalah tersebut dan melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran sistem koloid adalah pembelajaran melalui pendekatan model
Hubungan Antara Konteks Pengetahuan dan Pengajaran (contextual teaching and learning,
CTL) (Smith, 2006). Pembelajaran CTL muncul dengan tujuan agar konsep-konsep kimia yang
dipelajari menjadi lebih nyata dan akrab dengan kehidupan seharian siswa. Pembelajaran model
CTL diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelajaran
kimia. Pendekatan kontekstual adalah ‘mukanya’ Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau
Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), artinya kontekstual merupakan salah satu
pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK atau
KTSP (Sanjaya, 2005). Pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), guru bertugas
untuk membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa), dan sesuatu yang
baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata
guru’ (Mariana, 2011).
Pembelajaran model kontekstual (CTL) dapat diterapkan dengan metode eksperimen dan
metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh
guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan
(Kilinc (2002). Manakala, metode eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu
pertanyaan atau hipotesis tertentu yang dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar
laboratorium (Kilinc, 2002). Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan
agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
Melalui pembelajaran dengan pendekatan model kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen
dan demonstrasi dalam pembelajaran materi sistem koloid, materi ini diajarkan akan dikaitkan
dengan objek nyata sehingga selain dididik siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu
bahan menjadi produk yang berguna dan bernilai ekonomi, juga dalam proses belajar
menumbuhkan semangat siswa untuk berwirausaha diantaranya kreatif, inovatif, berwawasan
luas, mandiri dan pantang menyerah, dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dan
menyenangkan.
Metode
Penelitian ini dilakukan secara eksperimen, dan populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa SMA kelas XI IPA, semester genap tahun ajaran 2011/2012, dan sampel penelitian
diupayakan homogen terdiri dari dua kelompok siswa kelas XI/1 IPA (36 orang) dan siswa kelas
XI/2 IPA (36 orang) SMA Santa Maria Medan, dan penelitian dilakukan pada bulan Maret
hingga April 2012. Kerangka penelitian dilakukan dengan mengikut langkah yang ditunjukkan
pada Tabel 1. Sampel yang diambil telah dipilih secara purposive yang dilakukan secara claster
random sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes hasil belajar berupa item
objektif tes dan item tes uraian dalam bentuk esai, dan instrument non-tes berupa angket minat
berwirausaha siswa dalam pembelajaran sistem koloid. Tes objektif disusun dalam bentuk soal
pilihan berganda dengan lima item, dan tes uraian dalam bentuk esai. Seluruh butir tes hasil
belajar dirancang hingga mencakup wawasan kognitif menurut Bloom yaitu aspek pengetahuan