-
1Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
th.XVI/15 Desember 2018
Unika Soegijapranata126
snapQR code
Pendidikan Karakter merupakan proses untuk membuat seseorang
memiliki kualitas diri utama, dimana seseorang dibentuk oleh
kepatuhan terhadap nilai-nilai tertentu, bukan dengan retorika atau
niat baik. atau karakter adalah etika dalam tindakan. Karakter
dibangun secara bertahap layaknya orang membangun sebuah rumah.
Karakter tidak dapat secara instant terbentuk, membutuhkan waktu
dan proses yang panjang batu demi batu keputusan demi keputusan.
Pendidikan karakter merupakan suatu tindakan yang mendidik
diperuntukkan bagi generasi selanjutnya, yang memiliki tujuan
membentuk penyempurnaan diri individu dengan berkelanjutan serta
melatih kemampuan untuk arah hidup yang lebih baik. (Doni Kusuma
2007).
The Joseph Institute of Ethics mengelompokkan dalam Enam jenis
karakter (enam pilar) adalah sebagai berikut:a. Trustworthiness:
kepercayaan: bentuk karakter yang
membuat seseorang memiliki: integritas, kejujuran, dan
loyalitas
b. Fairness: Keadilan: membentuk karakter yang membuat seseorang
memiliki pikiran terbuka dan tidak ingin mengambil keuntungan dari
orang lain.
c. Caring: Kepedulian: bentuk karakter yang membuat seseorang
memiliki sikap peduli dan kepedulian terhadap orang lain dan
kondisi sosial lingkungan.
d. Respect: Hormat, bentuk karakter yang membuat seseorang
selalu menghargai dan menghormati orang lain.
e. Citizenship: kewarganegaraan, bentuk karakter yang membuat
seseorang sadar akan hukum dan peraturan serta perawatan terhadap
lingkungan alam.
f. Responsibility: Tanggung jawab, bentuk karakter yang
membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu
melakukan hal-hal sebaik mungkin.
Mgr. Soegijapranata (Soegija) sebagai seorang pemimpin tertinggi
pada masa itu ternyata memiliki model yang sama dalam mendidi,
memahami apa yang harus dilakukan untuk mengangkat martabat
bangsanya. Selain kegiatan yang dilakukan dalam berpolitik,
berdiplomasi, dalam setiap kesempatan Soegija selalu menyampaikan
pesan bagaimana mendidik, mengembangkan diri, mengisi hidup bagi
diri, gereja dan Negara.
Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan, Soegija sangat giat
dalam menanamkan nilai-nilai luhur kepada umat atau masyarakat yang
ditemui. Tentu nilai-nilai yang disampaikan merupakan proses
pendidikan yang beliau dapat dan alami sendiri.
Soegija membagi pendidikan dalam beberapa bagian antara lain: 1.
pendidikan selaku orang perseorangan, selaku
kepribadian, yang berdiri sendiri, merdeka, berdaulat,
bertanggung jawab atas tuntutan hidup yang terakhir. pendidikan
perseorangan: memuat pendidikan badan (kesehatan, keuletan,
keutuhan, kemurnian) dan jiwa (budi, hati, kehendak, ingatan,
perasaan, pengetahuan, ilmu, spiritual agama moril, sopan santun,
budi bicara, budi bahasa, aestetis, peradaban).
2. pendidikan selaku isi rumah tangga3. pendidikan selaku
pengikut suatu agama4. pendidikan selaku warga negara5. pendidikan
selaku warga suatu negara atau suku
bangsa
Pendidikan Karakter Menurut Mgr. Soegijapranata
-
2 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
6. pendidikan internasional dan mungkin supernasional7.
pendidikan selaku anggota masyarakat selaras
dengan bakatnya lahir batin, keahlian, jawatan(sosial)
Soegija dalam sambutan mengatakan dengan iklas hati kami
berseru: anak-anaku usahalah dengan tekun dan tubi, dengan cermat
dan seksama dengan murah hati dan gagah berani, untuk menyuguhkan
dengan bukti yang nyata, epiteton oranang, sesebutan penghiasan
penghargaan dan kehormatan yang diberikan oleh masyarakat katolik
Indonesia kepadamu, ialah kusuma bangsa, harapan gereja dan
Negara.
Pada kesempatan lain Soegija juga menyampaikan bagaimana cara
menjadi diri yang memiliki karakter dan bagaimana iman katolik yang
menjadi inti hidup harus terus diperjuangkan beliau mengatakan:
hendaknya para siswa mulai sekarang juga mempergiat semangat
belajar, justru semangat menggembleng diri sendiri. imam cerdik
pandai, cukup cakap dalam membina sesama manusia untuk mengatasi
kesulitan, kesukaran di medan perjuangan sehari-hari memang kami
butuhkan, terutama pamong jiwa, yang bebas jiwanya dari pengaruh
yang menyeleweng baik dari dalam maupun luar sehingga mampu
berfikir yang hening, bertindak tegas dalam perkara yang
perlu-perlu akan memberi hati kepada golongan katolik dalam
melaksanakan hidupnya secara katolik.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara Soegija memberikan
nilia-nilai yang harus dijunjung tinggi bagaimana melawan berbagai
jenis kejahatan yang timbul seiring berkembangnya masyarakat:
hanya dengan semangat radikalisme kita dapat mempertahankan
perikemanusiaan dengan kesusilaan, kejujuran dan ketulusan hatinya,
semangat radikalisme hanya dapat digalang dengan cinta kasih yang
berkobar-kobar terhadap Tuhan dan sesama manusia. Sebab kejahatan
pun menjalar secara radikal pula, membabi-buta. kejahatan meresap
dalam lapisan masyarakat.
Pada kesempatan lain Soegija menuliskan bahwa pada masa itu
kehidupan masyarakat Indonesia hidup penuh toleransi dan
kerjasama:
“bangsa Indonesia, yang belum terbakar oleh api pertentangan
lapisan pada umumnya pergaulan hidup sehari-hari bersemangat
ramah-tamah, persaudaraan, sederhana dan bersahaja gemar akan
gotong royong dan toleransi. meskipun berbeda agama, keyakinan dan
aliran mereka hidup bersama, merupakan rukun kampung, rukun desa,
saling menghargai dan menghormati bersandaran keri kemanusiaan dan
perhitungan, bahwa mereka saling membutuhkan dalam hidup
bermasyarakat. mereka menghargai sopan santun, yang menampak pada
tingkah lakunya dan langkah jejaknya, yang nampak pula dalam
bahasanya dan perasaannya yang lemah lembut”.
Soegija mengajak untuk berjuang dalam kemerdekaan jiwa, dengan
kemerdekaan jiwa, orang dapat bebas lepas menentukan pilihan
hidupnya, dan diharapatkan dapat digunakan untuk kepentingan yang
lebih tinggi, mengalahkan kepentingan diri sendiri: kemerdekaan
jiwa
itulah yang membebaskan kita dari semangat ateis, materialis,
amoralis, individualis, nudis, rapuhisme. Kemerdekaan jiwa itulah
yang berani menolak dengan tegas apapun yang melemahkan perjuangan
kita, yang merosotkan kesusilaan bangsa kita, meskipun meminat budi
dan menawan hati, menyedapkan mata membujuk pancaindra.
Mengedepankan kesaradan akan kepentingan bangsa, mencintai,
memelihara bangsanya yang merupakan warisan leluhur dengan niat
yang kuat seturut perkembangan jamannya juga merupakan ajakan
Soegija ”… memberi hati, untuk berani mempertahankan, menjunjung
tinggi harta benda pusaka nasional warisan nenek moyang, baik
bersifat jasmani maupun rohani, sadar akan cultuur patrimonum atau
harta benda pusaka nasional, sadar akan adat istiadat dan
kesusilaan nasional, dengan niat yang bulat untuk memeliharanya,
memperbaikinya, memperkembangkannya sesuai dengan permintaan jaman,
itulah cinta kasih kepada bangsa atau nasionalisme yang sehat,
seperti cinta kepada patria atau tanah air adalah patriotism.
Tampak jelas bahwa Soegija sebagai Pemimpin Umat katolik
memikirkan dan mengajak bagaimana berkehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Pancasila sebagai dasar Negara dihidupi dengan
prinsip-prinsip katolik sehingga umat katolik memiliki pandangan
yang jelas bagaimana hidup dalam masyarakat yang plural itu dengan
mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Maka
Soegija mengajak “isilah pancasila haluan negara dan haluan
masyarakat dengan prinsip-prinsip katolik yang masuk akal dan boleh
dipertanggungjawabkan dan dibanggakan. isilah amanat penderitaan
rakyat dengan kecintaan katolik yang berani bertindak dan lupa akan
kepentingan diri yang bersifat fana, sementara duniawi dengan
menyangkan diri dan dengan berkorban. isilan front nasional dengan
tenaga katolik, yang bermutu aristokrat menurut budi dan hatinya.
tidak menurut asal dan aslinya. isilah pramuka dengan asal
pendidikan yang bedasar prinsip katolik dalam corak nasional.
Pendidikan dalam keluarga menurut Soegija merupakan tempat
paling utama dalam mendidik, dalam keluarga itulah menjadi tempat
persemaian karakter yang diharapkan menjadi tulang punggung sebuah
bangsa. Pendidikan sekolah nampaknya Mgr. Soegija memilih model
Model pendidikan asrama yang tegas, teratur, bebas dan sangat
memberi warna pada masyarakat.
Harga manusia itu adalah harga kesusilaannya adapun ukuran
kesusilaan manusia itu ialah budi pekertinya padahal budi pekerti
manusia itu merupakan tiga perempat hidup manusia.
Adapun tempat penggemblengan itu bukan tempat yang senantiasa
memberi girang gembira. sebab digembleng itu berarti ditaruh diatas
landasan besi yang di sebut paron, lalu dipukul, ditempa, kadang
dihantam dengan sebuah pukul besi atau godam penggemblengan itu
terasa pait dan sakit menyebabkan pedih dan perih. tetapi pada
akhirnya pengobatan jiwa itupun mengakibatkan perasaan lega puas,
senang dan tenang juga dengan lonceng yang kejam dan peraturan yang
jelas, apalagi disiplinnya yang tegas selama mereka melakukan
kalwat sebagai cantrik. Merekai diwajibkan bekerja dengan
mempersiapkan diri, agar
-
3Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Wira yang merupakan alumnus SMA Kebon Dalem Semarang dan penyuka
warna putih ini, membagikan pengalamannya selama kuliah hingga
dirinya terpilih menjadi salah satu wisudawan terbaik pada wisuda
periode III tahun 2018 Unika Soegijapranata. “Sebetulnya dalam hal
kuliah saya seperti mahasiswa pada umumnya, namun memang dalam
kegiatan kuliah tugas-tugas yang menjadi kewajiban mahasiswa memang
perlu dibuat jadwal yang teratur untuk mengerjakan beberapa hal.
Seperti misalnya untuk tugas perkuliahan dikerjakan sedikit demi
sedikit sejak beberapa hari sebelum deadline serta untuk proyek
alat harus dirancang jadwal pembuatan alat secara terperinci
langkah demi langkah supaya hasilnya maksimal,” terangnya.
Meski demikian sebagai manusia biasa tentu Wira juga pernah
mengalami kegagalan, dan saat mengalami kegagalan ada satu prinsip
yang dia pegang sehingga dia mampu untuk melangkah kembali. Prinsip
itu adalah Kegagalan adalah awal kesuksesan. Ingat kembali alasan
berjuang hingga saat ini.
Wira juga memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik. Dalam
kesibukannya kuliah, Wira yang merupakan putra dari Bapak Silvanus
Halim Cahyo Saputro serta memiliki dua saudara ini juga masih
menyempatkan diri untuk terlibat aktif dalam organisasi kampus
yaitu sebagai Sekretaris dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik
Elektro.
Selain itu ada juga prestasi bertaraf internasional yang
dimilikinya semasa kuliah, salah satunya adalah sebagai presenter
seminar internasional : The 5th International Conference of
Information Technology and Computer
Electrical Engineering 2018 (ICITACEE 2018) yang dilaksanakan
pada tanggal 26-28 September 2018.
Menutup wawancara dengan tim Kronik, Wira yang memiliki motto :
Segala sesuatu harus direncanakan, juga berpesan kepada adik
kelasnya untuk jangan malu bertanya kepada dosen dan manfaatkan
segala fasilitas lab untuk menambah
ilmu dan pengalaman.(AAT-AS)
Atur Jadwal dan
Rancang Kegiatan
Sebelum Dijalankan
Wira Adhitama Cahyo Saputro
Berhasil menyelesaikan studi di Program Studi (Prodi) Teknik
Elektro Fakultas Teknik Unika Soegijapranata, ternyata telah
membawanya pada prestasi menjadi Wisudawan Terbaik Prodi Teknik
Elektro dengan IPK 3,67 serta predikat kelulusan ‘Dengan
Pujian’.
Wira Adhitama Cahyo Saputro atau sering disapa Wira telah
berhasil meraih prestasi terbaiknya setelah melalui ujian skripsi
dengan judul “Inverter 11-Tingkat Satu Fasa Untuk Aplikasi
Photovoltaic”.
supaya mampu mengabdikan diri kepada masyarakat selaku guru,
yang cukup pandai dan cerdas budinya yang cukup jujur dan tulus
hatinya yang cukup sehat dan kuat badannya.
Penggemblengan membutuhkan waktu yang cukup lama, Dougn norman
mengatakan bahwa “it takes 5000 hours to turn a novice into an
expert” yang selanjutnya dikenal dengan sebutan apprentices law.
Menjadi pakar itu membutuhkan waktu 5000 jam, artinya jika kita
belajar dalam bidang tertentu dengan focus sehari 8 jam maka kita
akan menguasai materi dalam waktu sekitar 2 tahun.
Mgr. Soegija mengajarkan bagaimana menjadi pribadi yang utuh
dengan nilai-nilai luhur yang digunakan dalam kehidupan pribadi,
hidup social bahkan hidup berbangsa dan bernegara.
Pendidikan karakter dalam keluarga dan sekolah tersebut
diharapkan dapat membentuk generasi bangsa yang memiliki
karakter, yang mengedepankan kepentingan umum yang berniat bulat
akan memperhambakan diri kepada nusa bangsa.
Nilai-nilai yang disampaikan Soegija antara lain: sopan, santun
berusaha, tekun, tubi, cermat, murah hati, gagah berani,
kehormatan, sukarela, gembira, sehat djiwa, sehat badannya, hening
budi, murni hati, halus dan tulus perasaannya, jujur, utuh, ulet
dan kuat tubuhnya, bersopan santun, bertata tertib, bertata susila,
dan dipercaya, belajar dengan rajin, dengan sabar hati dan berbudi,
bertanggung jawab, peduli, berbangsa, bernegara.
_________________________
Albertus Dwiyoga Widiantoro
Anggota The Soegijapranata Institute, Dosen Prodi Sistem
Informasi
-
4 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Menjadi aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa tidak selalu
membuat prestasi akademik menurun, justru dengan berbagai kegiatan
tersebut membuat Cindy Regan Handoyo berhasil menorehkan tinta
keberhasilan melalui perjuangannya dalam menempuh pendidikan di
Program Studi Teknik Sipil. Dara yang akrab dipanggil Regan ini
merupakan wisudawan terbaik di program studinya pada Wisuda Periode
III Desember 2018. Regan cukup aktif dalam berbagai kegiatan
kemahasiswaan serta menjadi salah satu penerima beasiswa Djarum
angkatan ke-32.
Regan menuturkan bahwa dengan mengikuti berbagai kegiatan dapat
meningkatkan motivasinya dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut
tak lepas dari berbagai dukungan teman-temannya yang ada di
organisasi serta Beswan Djarum. Berbagai kegiatan tersebut memiliki
dampak secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai aspek
kegiatannya, termasuk pendidikan. Daya tahan dalam menghadapi
kesulitan dan kendala dalam pengerjaan tugas akhir menjadi bukti
bahwa tak selamanya berkegiatan membuat prestasi menjadi
menurun.
“Sebenarnya kesulitan yang saya hadapi ketika harus mencari
proyek gedung pencakar langit di Kota Semarang sangatlah sulit
karena adanya regulasi pelarangan gedung tinggi. Maka mau tidak mau
saya harus ke Surabaya untuk mendapatkan data-data penelitian.
Dalam mendapatkan data juga bukan perkara mudah karena harus
menunggu proyek berjalan dan waktu itu selalu dimulai jam 12 malam.
Daya tahan itu tidak akan saya dapatkan jika saya tidak ikut
berbagai kegiatan organisasi. belajar menjadi pribadi tangguh dan
tahan banting tidak didapatkan dalam teori di kelas saja, melainkan
harus ada kegiatan langsung.”
Melalui Tugas Akhir yang diusung yakni ESTIMASI LIFE CYCLE
COSTING CO2 (LCCCO2) PADA PEKERJAAN PENGECORAN STRUKTUR BETON
BERTULANG BANGUNAN TINGKAT TINGGI, sempat membuat Regan berhenti
selama satu bulan dalam proses pengerjaanya. Walaupun begitu, ia
mampu bangkit kembali untuk mengerjakan TA tersebut. Tantangan lain
bagi Alumnus SMA Sedes Sapientiae ini adalah ketika harus membagi
waktu antara bekerja dengan penyelesaian kewajibannya. Ia mengaku
pada awalnya kesulitan dalam membagi waktu, namun belajar dari
pengalamannya mengikuti berbagai kegiatan pada akhirnya Ia membuat
perencanaan jangka panjang dan jadwal agar pekerjaan dapat seimbang
dengan penyelesaian Tugas Akhir.
“Sebenarnya saya sudah bekerja sejak lulus dari sidang proposal,
namun ketika memulai pekerjaan saya terbentur dalam manajemen
waktu. Pada akhirnya saya mencoba menikmati ritme dan membuat
jadwal rutin. Kembali lagi pada komitmen yang saya pegang, Jalani
dulu apa yang ada saat ini dan perjuangkanlah, maka apa yang
diperjuangkan akan berbuah manis.” Pungkasnya (Ign)
Hasil Tak Akan
Mengkhianati
Usaha Cindy Regan Handoyo
-
5Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Perjalanan sulit itu menjadikan dr Laurensius Lungan atau yang
akrab dipanggil dr Ari ini semakin kuat dan tidak gampang patah
arang. Mengambil penelitian tesis dengan judul TANGGUNG JAWAB
DOKTER TERHADAP PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BERDASARKAN
KEPUTUSAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 188.46/265/DINKES/2016 TENTANG
PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT 24 JAM DI PUSKESMAS NON PERAWATAN
KABUPATEN TANAH BUMBU berhasil membawa dr Ari sebagai wisudawan
terbaik dari Program Studi Magister Hukum Kesehatan pada wisuda
periode III tahun 2018 Unika Soegijapranata.
“Puji Tuhan, saya boleh sampai pada tahap wisuda ini. Dengan
penuh rasa syukur, saya sangat senang dan berterima kasih kepada
semua dosen, manajemen kampus, serta berbagai pihak terkait, yang
telah mendukung dan mendoakan saya, hingga bisa mendapatkan
predikat yang luar biasa ini, yang sebelumnya tidak pernah saya
bayangkan.”
Berprofesi sebagai seorang dokter umum, tidak serta merta
membuat dr Ari lupa dengan tanggung jawabnya pada studi yang
dijalani sekarang. Demi kemajuan bidang hukum kesehatan di daerah
Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, menjadi motivasi tersendiri bagi dr
Ari dalam menjalani studinya. Walaupun Terkendala dengan lokasi
penelitian yang hanya bisa ditempuh dengan transportasi perahu
klotok untuk menyusuri sungai selama kurang lebih setengah jam
perjalanan, tidak menyurutkan semangat dr Ari untuk menyelesaikan
tesisnya dengan maksimal.
“Segalanya disesuaikan dengan kemampuan berpikir itu sendiri,
bertanggung jawab dan mandiri,” demikian dr Ari mengutarakan spirit
yang mendorongnya untuk bisa bekerja dengan maksimal. Dan tentu
saja buah dari kegigihannya membuahkan hasil dengan menjadi yang
terbaik dalam wisuda mendatang.
Penyuka warna biru dan ungu ini pun akan kembali melanjutkan apa
yang telah ditugaskan dalam pemerintahan di Kalimantan Selatan,
sekembalinya menyelesaikan studi. Dan tentu saja masih ada
keinginan yang akan diwujudkan setelahnya, yaitu menjadi dr
spesialis atau membangun rumah sakit.
Di bagian akhir dr Ari menyampaikan tentang prinsip yang dia
yakini : Jika sudah memilih dan memulai, jangan pernah berhenti
berusaha untuk mencapai hasil terbaik, apapun tantangan yang di
hadapi, harus tetap yakin dan bergerak maju, hingga saat selesai
tiba.
Selanjutnya dr Ari yang memiliki motto hidup,“Tidak ada jalan
yang terlalu sulit selagi kita mau dan mencoba,” mengutarakan
harapannya untuk kemajuan Prodi Magister Hukum Kesehatan Unika.
“Semoga Prodi
Jangan Pernah Berhenti Berusaha Untuk Mencapai Hasil Terbaik
Magister Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata tetap menjadi yang
terbaik di Indonesia, dan semoga sistem hukum kesehatan dapat terus
berkembang dengan baik, agar dapat benar-benar mendukung kelancaran
sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia.” (C.Eliz)
dr. Laurensius Lungan
-
6 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Margarita, nama singkat yang menggambarkan sosok perempuan muda
yang baru saja menyelesaikan studinya di Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang dengan menyandang gelar Sarjana Hukum.
Margarita merupakan salah satu dari wisudawan-wisudawati terbaik
yang dimiliki Unika dengan menjadi wisudawan terbaik Program Studi
Ilmu Hukum dalam wisuda periode III tahun 2018.
Kuliah di Unika mulai tahun 2015 dan lulus pada tahun 2018. Hal
tersebut menjadi dambaan semua mahasiswa , dimana Margarita bisa
lulus tepat pada waktunya dan bahkan lebih cepat. Selain itu,
dengan judul skripsinya “Analisis Pertimbangan Hakim Dalam
Penjatuhan Putusan Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi
Kasus Putusan Nomor. 163/Pid.Sus/2016/Pn.Kds)”, Margarita juga
berhasil menyelesaikan studi dengan IPK 3,72 dan predikat kelulusan
‘Dengan Pujian’.
“Hal tersebut tentu tidak didapatkan dengan mudah. Ketika kita
ingin mencapai sesuatu kita harus memulai dari hal yang kecil.
Salah satu contohnya dengan mencintai apa yang kita pelajari,”
terang Margarita. Dan hal itu terbukti dengan kecintaannya pada
bidang hukum maka akhirnya dia memilih ilmu hukum sebagai studi
S-1nya dan berhasil menyandang prestasi wisudawan terbaik.
Dalam menjalani kehidupan di kampus tentunya tak jauh dari
berbagai masalah yang dihadapinya. “Saya selalu berusaha untuk
tetap melakukan yang terbaik dengan cara memotivasi
Mencintai Apa Yang Kita
Pelajari
diri sendiri. Selanjutnya kita perlu juga berfikir tentang
kebahagiaan yang dialami di dalam kampus karena dari situlah kita
akan mendapat semangat kembali. Terlepas dari itu, kebahagiaan di
dalam kampus juga perlu di syukuri, mulai dari mengenal berbagai
karakter teman, dosen hingga menikmati indahnya kehidupan
berorganisasi,” ungkap Margarita yang merupakan alumnus SMA
Kanisius Kudus.
“Nikmatilah kehidupan dan suasana di kampus. Mungkin itu yang
dapat memotivasi kita untuk tidak cepat bosan terhadap situasi yang
selalu monoton dan bahkan membuat kita bosan dan lelah. Kita harus
bisa memotivasi diri kita sendiri dalam menghadapi berbagai situasi
selama kita mampu dan hal tersebut harus dilakukan,” lanjut
Margarita.
“Belajar adalah tahapan menimba ilmu dari berbagai situasi yang
ada. Jangan pernah merasa sendiri, motivasi diri dari dalam dan
dari luar. Terus lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan. Tetap
semangat dalam menjalani dinamika di Kampus Ungu Unika
Soegijapranata Semarang,”pesan Margarita kepada rekan-rekannya yang
masih bergelut dalam studi di kampus. (Lia)
Margarita
-
7Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Felicitas Devita Pravijanti yang akrab di panggil Devi ini lahir
di Semarang, 10 Juli 1996. Wanita manis ini menjadi salah satu
wisudawan terbaik Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Hukum dan
Komunikasi pada wisuda periode III tahun 2018 Unika Soegijapranata.
Devi mengaku kaget dan tidak percaya jika dirinya menjadi salah
satu wisudawan terbaik dengan IPK 3,70.
“Ya ini bonus dari kuliah aku selama ini, aku tidak mengejar hal
itu tapi ternyata Tuhan memberikan bonus di akhir masa kuliahku,”
katanya sambil tersenyum.
Devi yang merupakan alumnus SMA PL Don Bosco Semarang menyatakan
bahwa menempuh studi di Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi
dirasa sesuai dengan passion yang dimilikinya, karena sejak SMP dia
sering dimintai tolong menjadi pembawa acara dalam acara-acara yang
diselenggarakan. Kemantapannya memilih prodi Ilmu Komunikasi juga
merupakan saran dari guru matematikanya sewaktu SMA. Meskipun awal
pendaftaran di Unika, Devi diterima di dua program studi yaitu
Psikologi dan Ilmu Komunikasi.
“Awalnya bingung ya, tapi setelah berdoa dan di penentuan akhir
dalam nama Tuhan Yesus aku memilih Ilmu Komunikasi,” tuturnya.
Tidak hanya pandai dalam hal akademis saja, namun dirinya juga
aktif dalam organisasi dan kepanitiaan yang ada di kampus. Banyak
kepanitiaan yang Devi ikuti, Devi juga tercatat menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Komunikasi selama dua
periode. Baginya kuliah sambil aktif dalam kepanitiaan bukan
menjadi suatu halangan, yang penting adalah bagaimana kita sebagai
mahasiswa bisa sadar diri dan menempatkan skala prioritas kita
dengan tepat. Apalagi sudah menjadi seorang mahasiswa yang pasti
dunianya akan sangat berbeda dengan SMA. Semua harus dilakukan
secara mandiri dan tidak ada yang akan mengingatkan kita.
Namun Devi bersyukur karena selama belajar di program studi Ilmu
Komunikasi dia memiliki teman-teman yang baik dan kooperatif. Dosen
dosennya juga mumpuni dan mau membimbing mahasiswa. Bahkan mata
kuliah di jurusan ilmu komunikasi dianggapnya sangat cukup bagi
bekal mahasiswa di dalam dunia pekerjaan nantinya. Devi juga merasa
beruntung karena program wajib program studi Ilmu Komunikasi yaitu
magang menjadikannya semakin tahu dan paham mengenai Ilmu
Komunikasi. Hal-hal diataslah yang membantu Devi meraih kesuksesan
sampai pada saat ini.
“Sebenarnya aku juga bukan tipe orang yang suka belajar ya, tapi
aku memiliki prinsip bahwa aku di kelas
harus benar-benar memperhatikan penjelasan dari dosen dan
mencatat hal-hal yang penting. Dengan begitu tidak usah belajar
sampai kebut semalam pun pasti kita akan tetap ingat dan paham
materinya. Selain itu yang terpenting adalah lakukan semuanya
dengan sepenuh hati, dengan mood dan suasana hati yang gembira.
Dengan begitu apa yang kita lakukan akan jadi berkat. Jangan
khawatir karena Tuhan turut bekerja dalam segala yang kita
lakukan,” kata Devi sambil tersenyum.(SIC)
Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala yang Kita Lakukan Felicitas
Devita Pravijanti
-
8 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Namanya adalah Maria Veronika Dhianita Oktavia Indratno. Nita
adalah sapaan akrabnya, anak dari pasangan Mikael Yudhi Indratno.
Mengenyam pendidikan Magister Manajemen selama dua tahun lamanya,
Nita meraih predikat cukup membanggakan yakni sebagai lulusan
terbaik di Program Studi Magister Manajemen dengan IPK 3,78 dan
predikat kelulusan Dengan Pujian.
Sebelumnya wanita yang memiliki hobi menari dan memasak ini
sudah menyelesaikan studi S1 pada program studi Psikologi di Unika
Soegijapranata. Mengawali jenjang pendidikan di SD Marsudirini
kemudian mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Maria
Mediatrix dan berlanjut di SMA Sedes Sapientiae. Pendidikan kuliah
S1 dan S2 di tempuhnya di Unika Soegijapranata.
Selama berkuliah di Unika Soegijapranata, Nita merasa terkesan
dengan pihak kampus yang sangat memperhatikan kecerdasan dan ilmu
pengetahuan mahasiswanya, tetapi juga soft skill dari peserta
didiknya. Perjuangan yang ditempuh selama dua tahun di S2 tidaklah
mudah, demikian juga dalam penyusunan tesis dengan judul "Inovasi
Bisnis Pada Phoenix Dancer Semarang Melalui Kanal Youtube". Ia juga
bertutur untuk bisa mendapatkan hasil yang memuaskan harus bisa
mengatur waktu maupun kesibukan yang lain semaksimal mungkin.
Predikat sebagai lulusan terbaik dirasanya seperti mendapatkan
hadiah natal dari Tuhan dan juga pencapaian ini dihadiahkan untuk
ayahnya yang berulang tahun pada akhir Oktober lalu. (Boby)
Hadiah Natal Buat Ayah
Maria Veronika Dhianita Oktavia Indratno
-
9Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Menjadi wisudawan terbaik tidak pernah terlintas di benak Joshua
Steven Han’s sepanjang kehidupannya. Ia tidak pernah menargetkan
hal tersebut dalam proses menempuh ilmu di Unika Soegijapranata.
Namun siapa sangka, skripsi yang berjudul SISTEM PENDUKUNG
KEPUTUSAN METODE WEIGHTED PRODUCT MODEL UNTUK SELEKSI KARYAWAN
TETAP PADA CV. MITRA MOULDING SENTOSA SEMARANG mampu
mengantarkannya menjadi seorang wisudawan Terbaik dari Program
Studi Manajemen dalam wisuda periode III Desember 2018.
“Saya melihat ini adalah sebuah pencapaian terbesar yang bahkan
tidak pernah saya bayangkan akan saya terima. Sebenarnya topik
tersebut saya ambil karena ada tantangan yang cukup besar mengingat
penelitian tersebut sangat jarang ditemui dan dosen juga
merekomendasi. Saya tidak menyangka bahwa saya menjadi wisudawan
terbaik karena kakak kelas yang jadi wisudawan terbaik memiliki hal
yang luar biasa daripada saya, namun saya mensyukuri apa yang saya
dapatkan ini,” cetusnya.
Alumnus SMA Karangturi ini bercerita bahwa proses pengerjaan
skripsi ini menjadi hal yang tidak semenakutkan seperti apa yang
ada di benak mahasiswa kebanyakan tentang skripsi, asalkan dengan
niat yang kuat dan berpegang pada prinsip menimbulkan persepsi
bahwa skripsi tidaklah sulit.
“Dalam menempuh skripsi saya tidak begitu banyak menemui kendala
yang berarti, karena kerangka teoritisnya dapat disesuaikan dan
lebih fleksibel, selain itu ketersediaan subjek penelitian juga
membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Pada intinya skripsi
itu bukanlah hal yang sulit, saya selalu berpedoman pada nilai
hidup yang saya yakini bahwa Apa yang dimulai harus diselesaikan,
maka saya berusaha menyelesaikan apa yang saya mulai dengan sebaik
yang saya bisa dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri,”
cerita Pria yang akrab disapa Steven ini.
Hal menarik yang dialami oleh Steven adalah ketika pembuatan
kuisioner penelitian, justru peran Human Resource dari perusahan
lebih dominan karena harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Maka hal-hal teknis dan nonteknis selalu di konsultasikan kepada
manajerial sumber daya manusia dari Perusahaan tersebut,
“Hal teknis yang menurut saya menarik ketika harus sering
bolak-balik untuk datang ke Perusahaan sekedar berkonsultasi
mengenai pertanyaan penelitian serta hasil yang diperoleh,
berkaitan pula dengan proses perijinan kan. Maka saya juga harus
bisa menyaring apa yang boleh ditulis dan apa yang tidak. Walaupun
sering begitu, saya melakukan ini dengan sukacita tanpa beban
apapun.” (Ign)
Skripsi Bukanlah Hal Yang Sulit
Joshua Steven Han’s
-
10 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Helena Wijayanti Hardjoprawiro yang kerap disapa Helen anak dari
Kusbianto Hardjoprawiro dan Widajati Soewignjo menjadi salah satu
wisudawati terbaik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi pada wisuda periode III tahun 2018.
Judul skripsi nya yang berjudul “Pengaruh Implementasi Good
Corporate Governance Terhadap Pertumbuhan Perusahaan, Nilai
Perusahaan, Kinerja Keuangan dan Kinerja Lingkungan” sempat
membuatnya putus asa diawal karena cukup susah untuk
menghubungkannya dengan teori yang ada. Namun berkat dukungan kedua
orang tua, teman-teman terdekatnya (Gossip Squad dan Sarjana
Legit), dan yang pasti bimbingan dari Dr Theresia Dwi Hastuti
selaku dosen pembimbingnya akhirnya Helen berhasil menyelesaikan
skripsi dengan sangat baik serta dapat lulus dengan IPK 3,71 serta
predikat “Dengan Pujian”.
Dibalik kepintarannya dan kegigihannya, selama kuliah Helen
melatih soft skillnya melalui beberapa kepanitiaan dan pengabdian
masyarakat yang Ia ikuti, seperti UKM Kelompok Studi Investasi
(KSI), Thalasemia Day, Training FEB to Cebu, dan To Gather in
Saturday.
“Ora et Labora” yang menjadi motto hidupnya sungguh terbukti
dalam hidupnya. Tepat setelah lulus dan sambil menunggu wisuda, Ia
pun sudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta sebagai staff Finance di
perusahaan Orang Tua (OT). Perjuangan dan kegigihannya selama
kuliah kini terbayarkan sudah.
“Untuk kalian yang masih berjuang skripsi, tetap berjuang,
berusaha, dan berdoa. Percaya Tuhan pasti tolong dan semua akan
indah pada waktuNya.” tutup Helen. (Tata)
Sempat Putus Asa
Diawal Namun Akhirnya
Berhasil Meraih Yang
Terbaik
Helena Wijayanti Hardjoprawiro
-
11Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
“Lakukan apa yang aku suka, dan buatlah orang lain menjadi
terkesan” Itulah motto dari seorang Cornelia Seilsa Dewi atau yang
akrab disapa Cecha sebagai salah satu wisudawan terbaik dari
Program Studi D3 Perpajakan Unika Soegijapranata dengan IPK 3,5.
Wanita kelahiran 6 September 1996 di kota Magelang ini
mengungkapkan bahwa untuk menjadi orang yang sukses yang perlu kita
lakukan adalah dengan “Out of the box”.
“Kesuksesan tidak dapat diraih dengan cara yang biasa-biasa
saja. Kita harus berani untuk out of the box atau dalam kata lain
berarti kita harus berani untuk keluar dari zona nyaman. Ketika
kita mampu keluar dari zona nyaman maka kita harus siap menanggung
semua resiko yang ada,” ucapnya.
Cecha yang katanya sejak SMA mempunyai hobi fotografi, membuat
video dan editing, menuturkan pengalamannya saat memutuskan untuk
mendalami studi di Prodi Perpajakan. “Awalnya sih pengin belajar di
bidang ilmu yang aku pilih, tapi karena sesuatu hal maka akhirnya
aku putuskan memilih mendalami ilmu perpajakan di Unika
Soegijapranata. Dan tidak disangka justru karena keputusan itulah
aku akhirnya bisa menjadi wisudawan terbaik Prodi Perpajakan,”
ujarnya bangga.
Tentu saja kesuksesan yang diraihnya, bukan berarti tanpa
hambatan dan mudah. Hal itu terungkap ketika putri dari pasangan
Petrus Gregorius Sapto Utomo dan Cicilia Sri Sayekti ini membagikan
pengalamannya. “Rasa malas kadang membuat aku patah semangat. Dan
untuk
mengantisipasinya, aku lebih sering memilih untuk sejenak
melakukan aktifitas yang bisa membangkitkan semangatku, misalnya
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan hobiku yaitu fotografi
atau membuat video maupun kegiatan lainnya yang bisa membuat aku
fun,” terangnya.
Wanita yang berasal dari SMA Negeri 2 Magelang ini juga aktif
dalam kegiatan berorganisasi. Ia
pernah menjadi Koordinator HMPSP (Himpunan Mahasiswa Program
Studi Perpajakan) di bidang Penelitian dan Pengembangan periode
2016/2017. Ia juga pernah menjadi Ketua Panitia EBA (Economics
Bussines Ambassador). Selain itu Ia juga aktif dalam OMK (Orang
Muda Katolik) dan aktif pula dalam KOMSOS (Komisi Komunikasi
Sosial) di Gereja Santa Maria Fatima Magelang. (AAT-AS)
Berani Out of the box
Cornelia Seilsa Dewi
-
12 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Menjadi wisudawan terbaik tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh
Susana Adi Astuti. Wanita kelahiran Semarang, 29 Juli 1970 ini
mengaku tak menyangka dapat menjadi wisudawan terbaik Magister
Sains Psikologi pada wisuda periode III dengan IPK 3,91. Susana,
begitu ia biasa disapa, menceritakan kisahnya mengapa memilih
menekuni bidang Psikologi dan melanjutkan studi di Magister Sains
Psikologi Unika Soegijapranata. “Saya tertarik untuk belajar
psikologi yang mempelajari perilaku manusia, tetapi karena S1 saya
bukan dari psikologi maka saya tidak dapat memilih profesi
psikologi. Latar belakang S1 saya dari perikanan Undip. Maka dari
itu saya memilih melanjutkan studi S2 di Magister Sains Psikologi
yang dapat menerima mahasiswa dari latar belakang berbagai disiplin
ilmu. Inilah keunggulan magister sains psikologi dan kebanyakan
mahasiswanya juga sudah bekerja, sehingga kuliah sore hari juga
menjadi pilihan,” ungkap Susana.
Dalam tesisnya, Susana mengangkat topik mengenai perilaku
beladiri karate. Hal ini sejalan dengan kesibukannya saat ini
sebagai pengajar dan praktisi beladiri karate sabuk hitam. Tesisnya
yang berjudul “Pengaruh Self-efficacy terhadap Perilaku Beladiri
Karate Usia Dewasa dengan Self-Determined Motivation sebagai
intervening variable” dipilihnya karena keprihatinannya terhadap
minat mengajar dari pemegang sabuk hitam karate yang mulai menurun.
“Sebagai pemegang sabuk hitam karate, saya merasa prihatin bahwa
saat ini jumlah karate-ka (praktisi beladiri karate)
sabuk hitam yang mau menjadi pelatih semakin lama semakin
menurun, dengan alasan karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal,
karena tidak ada waktu, atau karena merasa tidak mampu dan tidak
percaya diri untuk mengajar. Padahal sebagai seorang karate-ka
sabuk hitam, mereka sebenarnya secara teknis sudah menguasai,
tetapi justru tidak percaya diri dan merasa tidak mampu untuk
mengajar,” terang Susana.
Untuk itu, Susana meneliti bagaimana rasa percaya diri seseorang
berpengaruh terhadap perilaku beladiri karate, khususnya pada
praktisi sabuk hitam karate. Hal ini juga dipengaruhi oleh motivasi
orang tersebut, yang menjadi variabel perantara dalam penelitian
tesisnya.
“Saya memasukkan variabel motivasi sebagai variabel perantara,
yang artinya rasa percaya diri yang tinggi tidak menjamin karate-ka
sabuk hitam otomatis menjadi pelatih, tanpa adanya motivasi dan
tujuan yang jelas. Self-efficacy adalah keyakinan dan rasa percaya
diri dalam kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Tujuan yang tidak
jelas menyebabkan tidak adanya motivasi untuk melatih,”
ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, “Kebanyakan karate-ka mempunyai
tujuan untuk menjadi atlet dalam kompetisi pertandingan. Padahal
aspek dari karate bukan hanya kompetisi, tetapi juga ada aspek
kesehatan dan olahraga, serta untuk membentuk karakter melalui
filosofi yang dipelajari dari karate. Filosofi
inilah yang masih kurang dipelajari dalam karate, sehingga
kebanyakan orang masih menganggap bahwa karate hanya untuk
pertandingan saja. Padahal kompetisi atau pertandingan terbatas
pada usia, sehingga karate-ka sabuk hitam yang sudah berusia dewasa
berhenti melatih karate karena keterbatasan fisik dan umur mereka
untuk melatih atlet. Padahal perlu diingat juga, bahwa sebenarnya
tidak semua murid karate mempunyai tujuan untuk bertanding di
kompetisi. Sehingga karate-ka sabuk hitam sebenarnya bisa melatih
karate sebagai sarana kesehatan, bahkan untuk beladiri praktis.
Dengan mengetahui tujuan yang jelas maka mereka akan termotivasi
untuk tetap melatih walau sudah berusia dewasa,” jelas Susana.
Dalam menyelesaikan studinya, kendala tentu saja tak lepas dari
perjuangannya. “Menurut saya kendala terbesar yang dihadapi adalah
rasa malas dan menunda pekerjaan,” terangnya. Namun, hal itu tak
menjadi alasan baginya untuk berhenti. “Sebisa mungkin dalam sehari
saya pasti mengerjakan tesis meskipun hanya satu jam, itu lebih
baik daripada ditunda terus-menerus dan akhirnya malah menumpuk.
Selain itu, komitmen adalah kunci utamanya. Jadi sesibuk apapun
kita dan semalas apapun rasanya, jika ada komitmen untuk
menyelesaikan tesis, maka kita tentu akan berusaha
menyelesaikannya. Komitmen adalah wujud dari rasa tanggung jawab
kita, bahwa apa yang sudah kita mulai sebaiknya diselesaikan dengan
semaksimal mungkin,” ungkap Susana. Kendala lain yang dihadapinya
adalah ketika menghadapi jalan buntu. “Kalau sudah tidak ada ide
lagi, sedapat mungkin kita mencari solusi dengan orang yang tepat.
Mungkin bertanya pada dosen, atau mencari buku, atau mengobrol
dengan teman yang memang berkompeten,” lanjutnya.
Selama menempuh studi S2 di Magister Sains Psikologi Unika
Soegijapranata, semua pengalaman selama kuliah adalah pengalaman
yang mengesankan bagi Susana, di mana ia bisa bertemu dengan teman
dari berbagai jurusan, berdiskusi, dan mempelajari ilmu yang baru.
Kepada teman-teman mahasiswa yang masih berdinamika dalam kuliah,
ia berpesan, “Tetap semangat dan pantang menyerah. Sesulit apapun
kendala yang dihadapi, pasti ada jalan keluar dan tentu saja dengan
diiringi doa,” pungkasnya. (B.Agth)
Kaji Self-Efficacy Pemegang Sabuk Hitam Karate
Susana Adi Astuti
-
13Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
“Life is like a box of chocolate, you never know what will you
get.” Itulah moto yang dipegang teguh oleh Anita Susanti,
wisudawati terbaik prodi Magister Profesi Psikologi periode wisuda
Desember 2018, dengan IPK 3,65. Perempuan kelahiran 7 Agustus 1990
ini mengibaratkan kehidupan bagaikan sebuah kotak cokelat yang
random. Kita tidak akan tahu rasa yang akan kita dapat kecuali
telah membuka kotak tersebut. “Karena hidup itu tidak bisa ditebak,
maka harus selalu bersyukur karena itulah yang paling penting,”
ungkap Anita.
Dalam menjalani studi Magister Profesi Psikologi, Anita
mengungkapkan bahwa ia tidak mengalami kesulitan sama sekali.
Baginya segala studi beserta tugasnya memang sudah menjadi
pilihannya, jadi harus dijalani dengan sebaik-baiknya seperti air
mengalir. “Tapi kalau ingin berbicara mengenai kesulitan,
sebenarnya intervensi dan praktek sih yang agak sulit,”
pungkasnya.
Namun bagi perempuan yang memiliki passion di bidang psikologi
klinis ini, praktek dan intervensi tidak menjadi halangan dalam
menjalani studinya. “Karena aku nyaman aja dengan dinamika praktek:
melakukan observasi, diagnosis, dan intervensi. Memang passionku
dari dulu di sini, aku ingin membantu lebih banyak orang,” jawab
Anita.
Berbicara mengenai tesis, lulusan Universitas Muria Kudus ini
mengangkat ‘Dinamika Gangguan Afektif Musiman Pada Wanita Dewasa
Muda’ sebagai judul tesisnya. Pemilihan judul tesis tersebut tidak
lepas dari dinamika pergaulan yang dialami Anita. “Jadi aku sering
bertemu dengan teman-teman yang mengalami depresi. Selain itu aku
juga punya seorang teman dekat yang juga mengalami depresi berat.
Melihat hal-hal seperti itu, aku tergerak untuk membantu mereka.
Maka aku membuat tesis dengan tema depresi musiman dan subjeknya
adalah temanku sendiri,” paparnya.
Menurutnya, depresi menjadi silent killer bagi kehidupan
manusia. “Kalau di penyakit biologis, kita mengenal penyakit
jantung sebagai silent killer kita. Kalau di gangguan psikologis,
depresi adalah silent killer-nya. Ini karena orang depresi tidak
bisa langsung terlihat depresi. Kalau bertemu orang lain ya nampak
biasa saja. Tapi kalau sudah sendiri lagi, situasi depresinya baru
terlihat,” jelas Anita. “Maka dari itu harus dibantu. Sebenarnya
tidak hanya depresi, semua gangguan psikologis harus kita bantu,”
ungkap Anita. Bagi Anita, cara paling baik untuk membantu seseorang
lepas dari depresi adalah perhatian, care.
“Sebenarnya ada banyak cara untuk membantu seseorang keluar dari
depresi. Tapi cara yang paling baik ialah dengan memberikan
perhatian, care. Dengan memperhatikan seseorang secara lebih, kita
membuat orang itu merasa berguna, membuat orang itu merasa
dibutuhkan. Dengan itu kita membantu orang tersebut keluar dari
depresinya,” tambah Anita. Namun ia tetap memberi catatan bahwa
kemauan seseorang untuk bisa keluar dari depresi itulah yang
mempengaruhi. Bila seorang individu sudah membulatkan tekad untuk
keluar dari permasalahannya itulah, intervensi yang dilakukan akan
semakin efektif dan memberikan hasil.
Tidak hanya studi yang baik, Anita juga pernah memiliki beberapa
pengalaman bekerja, seperti menjadi asisten psikolog dan pembina di
salah satu lembaga negara. Tidak hanya itu, ia pun memiliki
berbagai pengalaman observasi, seperti observasi ke Nusakambangan,
panti jompo, pusat rehabilitasi pecandu narkotika, serta komunitas
LGBT.
Mengenai kepedulian itu sendiri, perempuan kelahiran Pati ini
menyatakan ingin membangun sebuah shelter, sebuah tempat yang dapat
menampung mereka yang memiliki gangguan psikologis dan kurang
beruntung. “Itu mimpi besarku ke depan. Aku ingin membantu
orang-orang yang kurang beruntung, yang tidak memiliki kemampuan
materil cukup untuk pergi ke psikolog. Aku ingin membantu mereka,”
pungkas Anita. Walaupun jalan itu masih panjang, tapi Anita tidak
takut terhadap rintangan dan kegagalan yang menantinya. “Sebab
bagiku, kegagalan itu akan benar-benar gagal kalau kita berhenti.
Tapi bila kita gagal dan tetap melangkah, niscaya kita akan
menikmati keberhasilan, buah kegagalan itu,” Anita mengakhiri.
(ffi)
Passion di Bidang
Psikologi Klinis
Anita Susanti
-
14 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Kerendahan hati Feby Roseleen Hadiwibowo dalam menyikapi hidup
menjadikan dia orang yang disenangi disetiap pergaulannya, ia yang
sering di sapa Feby menjadi salah satu wisudawan terbaik di Program
Studi S1 Psikologi Unika Soegijapranata dengan IPK 3,83 dan
mendapatkan predikat kelulusan ‘Dengan Pujian’.
Melalui judul “Hubungan Gangguan Kepribadian Dissosial dengan
Pemaafan” mampu membawanya menuju gelar Sarjana dan menjadikan dia
Wisudawan terbaik. Menurutnya, belajar dan berdoa adalah kunci
prestasinya.
“Kehidupan kadang mengalami pasang surut, terkadang kita senang
kadang pula kita akan mengalami kesulitan. Oleh karana itu lakukan
yang terbaik dan berdoa adalah kunci untuk melewati proses
kehidupan. Saya tidak menyangka menjadi wisudawan terbaik,
bersyukur adalah cara saya menyikapi keberhasilan ini”
Ketertarikan feby dalam melakukan penelitian tentang kehidupan
sosial dan didukung dengan keilmuan tentang Psikologi memanggil
rasa penasaran untuk melihat kehidupan sosial jaman sekarang, yaitu
dengan semakin banyaknya orang yang mulai cuek dan tidak sadar
dengan kehidupan sekitar juga termasuk kemampuan seseorang untuk
memaafkan dengan cepat andaikata ada masalah dengan orang lain.
Dari penelitian ini pula feby menjadi lebih tahu dan dapat
menjelaskan secara teoritis tentang problem sosial yang timbul di
masyarakat.
“Dalam penyelesaian skripsi tentu saja ada pengalaman yang
didapat, baik pengalaman positif dengan terpilihnya menjadi
wisudawan terbaik maupun
pengalaman lainnya, diantaranya
adalah pengalaman menghadapi
hambatan-hambatan yang datang dari
dalam diri sendiri seperti rasa malas
dan kesulitan dalam mengumpulkan
teori-teori untuk menyusun skripsi,
maka dari sini saya belajar banyak
sambil berproses,” ujar feby yang
merupakan alumnus SMA Karangturi Semarang.
“Motto yang selalu didengungkan
dalam hati yaitu Lakukan Sebisamu dan
Tuhan yang akan Menyempurnakan
menjadikan kekuatan dalam melewati
hambatan yang selalu datang silih
berganti,” cetusnya. (RK)
Lakukan Yang Terbaik dan Berdoa Feby Roseleen Hadiwibowo
-
15Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Berpikir untuk kuliah jurusan yang berhubungan dengan
bangku SMA dulu. Hingga akhirnya Ira Yuliani Prajitno
atau sering disapa Ira, memutuskan untuk kuliah di
Unika Soegijapranata di Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian. Alasan lain yang mendorong
Ira mendalami ilmu di Teknologi Pangan karena pangan
merupakan satu dari tiga kebutuhan pokok manusia dan
dengan berjalannya waktu akan semakin berkembang.
Hingga akhirnya keputusan yang diambilnya untuk studi
di Teknologi Pangan berbuah manis, yaitu Ira dapat lulus
dengan IPK 3,82 dan terpilih menjadi wisudawan terbaik
di Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi
Pertanian, pada wisuda periode III tahun 2018 Unika
Soegijapranata.
Ira yang merupakan alumnus SMA Krista Mitra Semarang
telah menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Suhu dan Waktu Proses Ekstraksi Ultrasonik Daun Kersen
(Muntingia calabura L.) terhadap Komponen Bioaktif
serta Aplikasi Ekstrak dalam Permen Jeli.”
Lebih ingin mengangkat pada daun kersennya yang
ternyata mempunyai banyak kandungan komponen
bioaktif namun masih jarang dimanfaatkan oleh
masyarakat. Sehingga, Ira mengaplikasikannya menjadi
produk pangan yaitu permen jeli yang dapat menambah
nilai fungsionalitas dan memperkenalkan kepada
masyarakat bahwa kersen daunnya ternyata bermanfaat.
Dalam menjalani kehidupan selama kuliah hingga akhirnya
lulus dengan pujian, Ira tidak tanggung-tanggung
untuk terus fokus dan tidak stress juga. “Secara pribadi
prinsipnya saya mengerjakan segala sesuatu dengan
semaksimal mungkin baik kecil maupun besar, terutama
mengerjakan tugas. Jadi secara tidak langsung kalau pas
tidak bisa mengerjakan ujian, setidaknya sudah punya
tabungan dari hasil mengerjakan tugas. Terus makin
merasa tertantang dengan mata kuliah yang dianggap
killer sehingga itu bisa bikin challenge untuk diri sendiri
dan membuktikan bahwa mata kuliah tersebut dapat
dijalani dan dalam menjalaninya dibawa dengan santai,”
kata Ira dengan penuh semangat.
Hambatan yang kebanyakan muncul itu dari pribadi
Ira sendiri yang terkadang malas mencatat dan masih
menggunakan sistem kebut semalam. Menghadapi
hambatan tersebut Ira bersyukur sekali dengan kehadiran
keluarga dan teman-teman yang selalu mengingatkan dan
memberi support. “Bagi aku sendiri kalau ada kesusahan
sering konsul aja ke teman atau dosen. Kalau jenuh sama
kegiatan kuliah ya main sejenak tapi jangan kelewat batas.
Kuliah itu jangan cuma ngejar IPK saja, seimbangkan juga
dengan kegiatan di luar perkuliahan (organisasi, freelance,
dsb) yang bisa mengembangkan soft skill, menambah
koneksi. Paling penting lagi nih, tidak perlu khawatir kalau
teman seangkatan udah pada lulus duluan karena semua
akan lulus pada waktunya dengan diimbangi niat, usaha
dan doa juga. “Just believe that all of your tears,
sleepless
nights, failures, struggles, hardwork, and sacrifices will pay
off soon. You will when you believe!” (lid).
Prinsip Kerja Maksimal Jadi Tabungan
Ira Yuliani Prajitno
-
16 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Kezia Carolina Harianto merupakan salah salah
satu wisudawan terbaik Unika Soegijapranata dari
Program Studi Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan
Seni. Mahasiswa lulusan SMA Sedes Sapientiae
Semarang ini lulus dengan IPK 3,89 dan predikat
kelulusan Dengan Pujian.
Mahasiswi yang akrab di panggil Kezia ini, sudah
menyelesaikan studinya dan lulus pada Juli 2018 yang
lalu. Skripsi yang ia teliti adalah tentang lingusitik
dalam sudut pandang Bahasa Inggris, dengan judul
skripsi “Joke Strategies In A Situational Comedy”.
Ketika ditanya pengalamannya selama membuat
skripsi, Kezia mensharingkan pengalamannya,
“Bimbingan skripsi dengan dosen pembimbing tidak
sulit sih, yang penting sudah janjian dengan dosen
pembimbing pasti bisa bimbingan dengan dosen,”
tutur Kezia.
“Kadang aku juga kurang motivasi saat mengerjakan
skripsi, apalagi ketika skripsiku dikoreksi atau
dicoret-coret oleh pembimbing, seakan jadi malas
melihatnya,” tandasnya.
Namun dibalik itu semua, Kezia kembali menyerahkan
segala upayanya kepada Tuhan, dan dengan
kesungguhan serta doa, Kezia akhirnya bisa
menyelesaikan skripsinya.
Kezia sendiri pun pernah merasa stuck dalam
mengerjakan skripsinya. Dalam kondisi itu, Ia lebih
suka tidur ataupun menonton film. “Kadang kalau memang sudah
malas banget mengerjakan skripsi,
ya aku tinggal tidur atau nonton film. Biar ada semangat
mengerjakan lagi sesudahnya,” ujarnya
mensharingkan pengalamannya.
“Sempat terbersit keinginan untuk studi S2 setelah
lulus ini, tapi sepertinya mau bekerja dulu agar punya
penghasilan sendiri,” tutur Kezia dengan semangat.
Kezia juga tak lupa memberikan semangat kepada
teman-teman yang sedang menyelesaikan skripsi
. “Jangan pesimis dan tetap semangat, pasti
dosen pembimbing kita juga akan membantu kita
menyelesaikan skripsi kita. Lulus pun kita juga jangan
asal lulus aja, tapi upayakan hasilnya maksimal.
Sehingga apa yang kita pelajari tidak sia-sia,”
pungkasnya. (Otn.GW)
Jangan Pesimis &
Tetap Semangat
Kezia Carolina Harianto
-
17Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Mediyanti, salah satu mahasiswi dari Program Studi
Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer (FIKom)
Unika Soegijapranata angkatan 2014 berhasil meraih
predikat lulusan terbaik pada Wisuda Periode III tahun
2018 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,44.
Odi, sapaan akrab dari gadis kelahiran Jakarta, 8 Juni
1996 ini menulis skripsinya dengan judul “Implementation
Support Vector Machine (SVM) Algorithm to Classify Topic
of Final Project”. Dalam proses pembuatan skripsinya,
Odi membagikan pengalamannya tatkala masih berkutat
mengawali skripsinya .
“Hambatan jelas pasti ada. Awalnya saya akui banyak
tema yang ingin saya kembangkan untuk skripsi saya,
dan sudah banyak juga tema yang ditolak oleh dosen
pembimbing saya. Namun akhirnya salah satu dosen di
TI (Teknik Informatika) meminta saya untuk mempelajari
tentang salah satu algoritma. Lalu diberi algoritmanya,
terus saya disuruh mengembangkan sendiri dan mencari
tema sendiri,”ungkapnya.
Selain itu, Alumnus SMA Regina Pacis Jakarta ini
juga menceritakan kesannya saat kuliah di Unika
Soegijapranata.
“Saya senang kuliah di Unika. Awalnya sih memang bukan
kemauan saya, namun karena keluarga pindah dari Jakarta
dan menetap di Semarang, maka akhirnya saya mengikuti
tes di Unika dan diterima. Waktu kuliah di Unika pun awal-
awalnya memang agak sulit buat saya karena kan tinggal di
lingkungan yang baru, jadi perlu adaptasi dan mencari tahu
karakter tiap-tiap orang yang beda-beda di sini,” jelasnya.
Meski harus berhadapan dengan lingkungan yang baru,
Odi tetap terus berjuang karena ia harus bertanggung
jawab atas apa yang telah ia pilih, seperti yang tertera
pada motto hidupnya yaitu “Apapun pilihan kita, kita harus
tanggung jawab atas pilihan itu.” Melalui mottonya itu pula,
ia menyampaikan pesannya untuk para mahasiswa yang
masih mengenyam pendidikan di Unika Soegijapranata
Semarang.
“Kalau memang kita sudah pilih untuk kuliah, maka kita
juga harus serius dengan pilihan kita. Walau misalnya uang
kuliah kita itu dari orangtua atau bukan dari orangtua, kita
tetap harus tanggung jawab atas pilihan kita itu. Kita tahu
bahwa perjuangan orangtua menyekolahkan kita sampai
ke titik ini tuh pasti berat banget. Jadi kita harus balas
budi
kita ke orangtua dengan memberikan hasil yang terbaik,”
tegasnya. (CBL)
Berani Memilih, Berani Tanggung Jawab
Mediyanti
-
18 Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Jangan pernah menyerah dan lakukan yang terbaik adalah motto
hidup dari seorang Lydia Kusweanto atau yang akrab disapa Lydia
sebagai salah satu wisudawan terbaik dari program studi S1 Sistem
Informasi Unika Soegijapranata dengan IPK 3,80. Melalui skripsinya
yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Manajemen Keuangan Untuk
Penyelenggaraan Kuliah Kerja Lapangan” membawanya menuju gelar
sarjana sekaligus mendapatkan gelar tambahan yaitu wisudawan
terbaik dengan pujian. Menurutnya, dalam setiap langkah yang
dijalani memiliki rintangan tersendiri yang muncul dari dalam diri
sendiri maka dari itu perlu adanya semangat dalam diri untuk tidak
mudah menyerah dan melakukannya dengan maksimal.
“Dalam menjalani hidup pastinya ada banyak tantangan yang
dihadapi dan salah satu musuh terbesarnya adalah dari dalam diri
kita sendiri. Kita sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan
hanya dapat berdoa dan melakukan yang terbaik. Berusaha keras dalam
setiap hal yang kita jalani maka Tuhan akan memberikan ganjaran
yang sesuai dengan apa yang telah kita perjuangkan,” tutur alumnus
SMA Terang Bangsa ini.
Ketika ditanya mengenai kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan
skripsi, ia tidak menampik bahwa dirinya sendiri lah yang menjadi
musuh besarnya. Dukungan dari orang terdekat dan kepercayaan diri
untuk mampu mengalahkan kemalasannya itu dan membuatnya bangkit
kembali untuk
menyelesaikan program yang menjadi bahan skripsinya. Ia tidak
menyangka bahwa hasil kerja keras dan dinamika yang dihadapi
membuatnya terpilih menjadi wisudawan terbaik tahun ini.
“Kesulitan yang saya miliki adalah seperti kebanyakan yang
mahasiswa miliki yaitu kemalasan. Saat pembuatan program yang
menjadi bahan skripsi memasuki tahap akhir, saat itulah timbul rasa
malas. Salah satu kekuatan saya adalah dukungan dari orang tua dan
teman yang selalu menyemangati saya untuk segera menyelesaikan
skripsi saya. Saya tidak menyangka jika akan mendapat gelar sebagai
wisudaawan terbaik. Hal itu saya ketahui pun dari teman-teman saya
yang menyatakan nilai IPK saya lebih tinggi dari yang lain,” jelas
Lydia.
Lydia yang kini membantu orang tuanya di toko menuturkan
bahwa
program yang ia buat adalah untuk memudahkan mahasiswa yang
sedang menjalani KKL.
“Aplikasi yang saya buat ini untuk memudahkan mahasiswa ketika
menjalani KKL. Mahasiswa tidak perlu lagi membayar secara langsung
kepada bendahara panitia KKL tetapi cukup mentransfer biaya
tersebut kepada bendahara panitia KKL melalui aplikasi ini.
Sehingga lebih mudah dan cepat,” jelas Lydia.
Tidak hanya prestasi akademik yang ia miliki tetapi juga
pengalaman berorganisasi yang ia miliki selama kuliah di Unika
Soegijapranata. Ia pernah terdaftar sebagai salah satu panitia Asal
Muter di fakultasnya. Pengalaman ini menjadi salah satu nilai
tambah yang ia miliki untuk menghadapi dunia kerja yang akan segera
ia hadapi. (YBH)
Pantang
Menyerah
Menjadi
Jalan Menuju
Kesuksesan
Lydia Kusweanto
-
SIDANG REDAKSI: Wakil Rektor 4, Humas REDAKTUR PELAKSANA: Humas
Unika Soegijapranata REPORTER: Tim Kronik LAYOUT: Ernanto
KANTOR REDAKSI: Humas Unika Gedung Mikael Lt. 3 Telp. 024 - 8441
555, 850 5003 ext. 1433
-
Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Contoh kartu alumni yang sudah dilengkapi barcode ber QR Code
:
Unika Soegijapranata terus berusaha menjadi Perguruan Tinggi
yang konsisten melakukan transformasi dan memberikan inspirasi bagi
lingkungan akademik di internal maupun eksternal kampus. Melalui
perjumpaan dengan inovasi-inovasi baru, civitas akademika
diharapkan dapat memperoleh berbagai pengalaman baru dan memperkaya
wawasan, baik selama menjadi mahasiswa maupun saat lulus nanti.
Salah satu pengalaman baru yang dihadirkan kali ini adalah laman
verifikasi.unika.ac.id yang awalnya merupakan fasilitas legalisasi
ijazah dan transkrip secara online untuk mempermudah berbagai
permintaan dari instansi atau perusahaan alumni untuk memverifikasi
ijazah dan transkrip. Melalui situs verifikasi online ini pula,
sejak awal tahun 2017 para alumni tidak harus datang ke kampus
untuk melakukan legalisasir ijazah maupun transkrip. Semuanya bisa
dilakukan dalam waktu yang singkat melalui internet.
Guna mewujudkan program UnikaConnect dalam rencana strategis
Unika Soegijapranata tahun 2017-2021, universitas menggandeng
organisasi alumni IKASOEPRA (Ikatan Alumni Unika Soegijapranata)
untuk mengembangan kartu alumni yang tidak hanya menjadi identitas
semata, tetapi juga berfungsi untuk mengakses layanan alumni
melalui fitur QR Code.
Tatanan dunia baru yang terlihat dari pergantian generasi,
membuat perguruan tinggi mau tidak mau harus menyesuaikan perubahan
itu. Pada kesempatan ini, dalam wisuda periode III tahun 2018,
Unika Soegijapranata kembali meluncurkan inovasi melalui kartu
alumni IKASOEPRA yang dilengkapi dengan QR Code. Kode ini ketika
dipindai, di-scan, atau di-snap akan terhubung dengan laman
verifikasi.unika.ac.id dari masing-masing alumni.
Hasil dari memindai dan men-snap QR Code pada kartu alumni para
alumni akan mendapatkan layanan alumni, yaitu legalisasi ijazah dan
transkrip online. Selain itu, jika dibutuhkan, tersedia softcopy
akreditasi institusi maupun program studi yang umumnya dibutuhkan
untuk melamar pekerjaan yang mensyaratkan sertifikat akreditasi
tersebut (seperti formasi CPNS). Layanan yang terbaru, para alumni
bisa melihat dan mengunduh buku wisuda mulai periode III-2018 yang
terkoneksi dengan aplikasi Hallo Alumni yang telah diluncurkan pada
akhir tahun 2017.
Berikut akan kami informasikan petunjuk praktis cara memindai QR
Code di kartu alumni untuk mendapatkan fitur-fitur di dalam laman
verifikasi.unika.ac.id:
Perjumpaan dengan
pengalaman baru
i
-
Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Tampilan menu verifikasi.unika.ac.id setelah login :
Tampilan sub menu legalisasi :
ii
-
Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Tampilan buttom menu export PDF pada sub menu ijazah :
Tampilan sub menu transkrip :
iii
-
Kronik Edisi 126/Th.XVI15 Desember 2018
Tampilan buttom menu export PDF pada sub menu transkrip :
Tampilan sub menu akreditasi :
iv
-
Kronik Edisi 126/Th.XVI 15 Desember 2018
Tampilan sertifikat akreditasi universitas atau program studi
sesuai pilihan yang diminta :
Tampilan sub menu buku wisuda : Tampilan buku wisuda versi pdf
:
v