Top Banner
Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PENGGUNAAN BALUT TEKAN (STOKING) TERHADAP POTENSI PENURUNAN KEJADIAN EDEMA TUNGKAI KAKI PADA KLIEN POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG) DI RUANG REHABILITASI MEDIK PUSAT JANTUNG NASIONAL HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2015 DISUSUN OLEH : FAHRIAH H DJAFAR 2013727016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015
77

Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

Jan 28, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

Unggul dalam IPTEK

Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN BALUT TEKAN (STOKING) TERHADAP POTENSI

PENURUNAN KEJADIAN EDEMA TUNGKAI KAKI PADA KLIEN POST OPERASI

CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG) DI RUANG REHABILITASI MEDIK

PUSAT JANTUNG NASIONAL HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2015

DISUSUN OLEH :

FAHRIAH H DJAFAR

2013727016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

Page 2: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...
Page 3: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...
Page 4: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKUTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Riset Keperawatan, Februari 2015

Fahriah H Djafar

Hubungan Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) Di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015

VII BAB + 59 halaman + 5 lampiran

ABSTRAK

Edema adalah kelebihan cairan pada jaringan di tubuh. Salah satu penanggulangan edema adalah dengan stoking kompresi, stoking kompresi adalah pemakaian dari tekanan yang digunakan untuk ekstremitas bawah sebagai fasilitasi aliran darah vena normal. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi kejadian edema tungkai kaki klien post operasi CABG. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Sampel yang diambil 30 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian terdapat hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG). P value < α (0,05). Saran ditujukan kepada pelayanan keperawatan untuk dapat menerapkan penggunaan balut tekan (stoking) sebagai terapi non farmakologi dalam menangani edema pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan tepat.

Kata Kunci : Edema, Stoking, CABG

Daftar Pustaka : 25 (2000-2014)

iii

Page 5: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya,

sehingga dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan

Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada

Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rehabilitasi Medik

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015”.

Laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan atas dukungan dan bimbingan serta arahan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti dengan tulus ikhlas menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Bapak Direktur Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penelitian.

2. Bapak Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Ibu Irna Nursanti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ibu Hj. Misparsih, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

saran serta arahan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

5. Ibu Eti Hendrawati, S.Kep selaku Kepala Instalasi Prevensi dan Rehabilitasi Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita Jakarta yang telah membantu dan memfasilitasi peneliti dalam

penelitian.

iv

Page 6: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

6. Teristimewa untuk orang tua, tante om yang selalu memeberikan doa serta dukungan dengan

penuh kesungguhan dan kesabaran.

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada peneliti.

Besar harapan peneliti, semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi profesi

keperawatan khususnya dan klien pada umumnya. Peneliti menyadari bahwa laporan hasil

penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun.

Jakarta, Maret 2015

Peneliti

v

Page 7: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii

ABSTRAK.................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 6

C. Pertanyaan Penelitian ...................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ............................................................ 7

E. Manfaat Penelitian .......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Jantung Koroner .................................. 9

B. Konsep Kompresi/ Balut Tekan Stoking ......................... 25

C. Penelitian Terkait ............................................................ 31

D. Kerangka Teori ................................................................ 34

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN

DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ............................................................ 35

B. Hipotesis .......................................................................... 36

C. Definisi Operasional ........................................................ 37

vi

Page 8: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 38

C. Populasi dan Sampel .......................................................... 39

D. Pengumpulan Data ............................................................. 41

E. Etika Penelitian .................................................................. 42

F. Pengolahan Data ................................................................ 43

G. Analisa Data ...................................................................... 44

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat.............................................................. 46

B. Analisa Bivariat................................................................ 50

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ................................................... 53

B. Hasil Penelitian ............................................................... 53

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................... 60

B. Saran ................................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

Page 9: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi Klien Post

Operasi CABG Di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015 ........................................ 47

Tabel 5.2 Distribusi Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Dan Kejadian

Edema Pada Klien Post Operasi CABG di Ruang Rehabilitasi

Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015 ...... 49

Tabel 5.3 Hubungan Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Terhadap

Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien

Post Operasi CABG di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat

Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015 ........................... 51

viii

Page 10: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara aliran darah dan kebutuhan oksigen miokard karena adanya sumbatan dan

penyempitan pembuluh darah koroner yang menyebabkan suatu kondisi patologis yaitu

iskemia miokard. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri dada khas (angina pectoris).

Keadaan kematian jaringan miokard (infark) sehingga menyebakan kematian sel-sel

miokard (Gardner et al., 2005).

Jumlah penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh sumbatan koroner meningkat secara

bertahap di seluruh dunia pada populasi dewasa tua seiring dengan pola hidup dan pola

makan. Menurut American Heart Association (AHA) pada tahun 2003, Penyakit Jantung

Koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Menurut World Health

Organization (WHO) pada tahun 2011, angka kematian penyakit jantung koroner sekitar 17

juta (sekitar 30%) kematian setiap tahunnya di seluruh dunia.

1

Page 11: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

2

Meskipun jumlah klien PJK cukup tinggi, angka kematian PJK menurun 30% dari tahun

1993 sampai 2003. Faktor pendukung penurunan ini adalah teknologi untuk diagnosis dan

terapi, penggunaan obat-obatan trombolitik pada infark miokardium akut, perbaikan terapi

intervensi dan teknik bedah serta modifikasi faktor risiko pada populasi yang berisiko (Black

& Hawks, 2009). Salah satu tindakan untuk menangani sumbatan pada PJK adalah

dilakukan Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah operasi untuk penyakit

jantung koroner yang melibatkan penggunaan bagian vena atau arteri untuk membuat

koneksi (bypass) antara aorta dan arteri koroner melewati sumbatan. Operasi ini

memberikan darah untuk perfusi bagian iskemik dari jantung. Arteri internal mammary pada

dada dan vena saphena dari kaki adalah pembuluh darah yang sering digunakan untuk

CABG (Lemone, 2011). Menurut American Heart Association (AHA) pada tahun 2004,

CABG diindikasikan jika manajemen medis tidak mendapatkan hasil yang memuaskan

dalam mengatasi angina pada klien PJK atau apabila pada klien terjadi sumbatan pada arteri

lebih dari 50% pada arteri koroner utama kiri.

Dalam penanganan pada penyakit jantung koroner, terdapat beberapa terapi yang diterapkan

di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita diantaranya terapi dengan obat-obatan,

Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dan Bedah Pintas Arteri Koroner (CABG).

Bedasarkan hasil penelitian The New England Journal of Medicine (2011), menyatakan

bahwa terapi bedah pintas koroner (CABG) lebih menguntungkan, karena CABG atau bedah

pintas koroner merupakan salah satu pengobatan dari penyakit jantung koroner untuk

Page 12: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

3

mengurangi keluhan angina dan kehidupan jangka panjang lebih baik terutama untuk pasien-

pasien dengan penyakit jantung koroner yang berat.

Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari bagian Medical Record Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita Jakarta, jumlah klien yang mengalami PJK pada tahun 2013 sebesar

65% dan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi PJK terdiri dari pemberian obat-

obatan (obat untuk melebarkan pembuluh darah koroner dan mengurangi kebutuhan oksigen

otot jantung) sebesar 10%, tindakan PCI sebesar 30% dan operasi CABG sebesar 60%.

Menurut Ignatavicius & Workman (2006), keputusan untuk pembedahan berdasarkan pada

gejala klien dan hasil dari kateterisasi jantung. Kandidat klien untuk dilakukan operasi

meliputi; angina dengan oklusi pada left main coronary artery lebih dari 50%, angina tidak

stabil dengan sumbatan dua pembuluh darah yang berat atau tiga pembuluh darah, iskemia

dengan gagal jantung, infark miokard akut dan pembuluh darah koroner yang tidak cocok

dengan PTCA.

Menurut Elizabeth (2014), edema terbentuk dari kerusakan kemampuan pompa jantung

untuk meningkatkan tekanan hidrostatik pada ekstremitas disebabkan oleh sirkulasi yang

buruk yang akan menghasilkan kebocoran kapiler dan akumulasi cairan pada area yang

tergantung seperti ekstremitas bawah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap

pembentukan edema yaitu peningkatan tekanan hidrostatik yang mengakibatkan retensi air

Page 13: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

4

dan garam oleh ginjal, penurunan tekanan onkotik di dalam pembuluh darah, peningkatan

onkotik jaringan, peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan obstruksi dari

pembersihan cairan pada sistem limpatik.

Menurut Dilawar (2014), vena yang diambil dari kaki akan meyebabkan aliran darah balik

dari kaki kembali ke jantung akan menjadi kurang lancar dan ini akan menyebabkan kaki

menjadi bengkak. Menurut Maryunani (2013), normalnya darah mengalir dari sistem vena

superfisial ke sistem vena dalam, yang dibantu oleh tekanan yang dipengaruhi oleh katup-

katup satu arah dan kontraksi otot betis. Aktivitas otot-otot betis membantu memompa darah

kembali ke jantung, menanggulangi / mengatasi tekanan hidrostatik yang tinggi. Kegagalan

pompa otot betis untuk memperbaiki pengembalian darah vena dapat menimbulkan

komplikasi hipertensi vena yang menyebabkan edema pada kaki bagian bawah. Berdasarkan

hasil penelitian Res Cardiovasc Med (2014), menyimpulkan bahwa edema pada tungkai

bawah bisa terjadi pada pengambilan vena saphena setelah 4 minggu operasi CABG.

Adanya hubungan yang signifikan antara berat badan dengan kejadian edema, edema lebih

banyak terjadi pada pasien yang obesitas.

Kondisi yang bisa terjadi setelah operasi CABG yaitu edema pada kaki atau lengan yang

diambil pembuluh darahnya untuk bypass, yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti

mati rasa, kelemahan, imobilisasi, gangguan tidur dan penyembuhan tertunda. Klien

disarankan untuk menggunakan stoking untuk mengurangi bengkaknya. Bengkak tersebut

Page 14: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

5

akan berkurang atau hilang setelah 6 – 8 minggu. Menurut Maizul (2009), meninggikan kaki

pada saat duduk/ berbaring dan memakai stoking elastis selama minimal 8 minggu dapat

mengurangi bengkak pada kaki yang diambil pembuluh darahnya untuk bypass.

Stoking kompresi merupakan suatu alat yang tepat untuk klien yang akan membutuhkan

kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan (Barbara, 2000). Terapi

kompresi sering digunakan untuk mencegah edema post operasi. Penggunaan stoking rutin

mempunyai efek positif pada pencegahan edema pada graft tungkai dan komplikasi luka

setelah operasi CABG (Res Cardiovasc Med, 2014).

Menurut Bryant (2000), terapi kompresi adalah tekanan yang digunakan dari luar atau

penahan statis untuk ekstremitas bawah yang memfasilitasi aliran normal vena. Mekanisme

cara kerja terapi kompresi yaitu memberikan tekanan konstan ke jaringan dan memberikan

tahanan pada otot betis pada saat ambulasi. Tekanan konstan menyebabkan peningkatan

tekanan jaringan intertisial yang melawan kebocoran dari cairan yang keluar dari sistem

kapiler dan mendukung reabsorbsi cairan kembali kedalam aliran darah. Stoking biasanya

digunakan pada klien dengan insufisiensi vena stabil untuk mencegah ulcer dan edema.

Terapi kompresi bertujuan untuk memperbaiki efisiensi pemompaan betis, meningkatkan

fungsi katup, membalikkan kebocoran kapiler, mengurangi diferensial tekanan dan

mengontrol edema.

Page 15: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

6

Berdasarkan hasil observasi terhadap 30 klien post CABG pada bulan Mei 2014 didapatkan

hasil 20 klien mengalami edema tungkai kaki dan 10 klien tidak mengalami edema tungkai

kaki. Dari 20 klien yang mengalami edema tungkai kaki, 10 klien mengeluh terjadinya

edema pada hari ke 5 sampai 7 post CABG dan 10 klien mengalami edema tungkai kaki

pada minggu ke 2 post CABG. Untuk mengurangi edema pada tungkai kaki, klien

dianjurkan untuk meninggikan kaki mereka pada saat duduk atau berbaring dan

menggunakan stoking selama 6 sampai 8 minggu. Dari 20 klien, 5 klien mengatakan bahwa

edema dapat berkurang setelah menggunakan stoking selama 6 minggu dan 15 klien

mengatakan bahwa edema dapat berkurang setelah menggunakan stoking selama 8 minggu.

Berdasarkan latar belakang diatas dan belum adanya yang melakukan riset penelitian tentang

masalah yang ada di tempat peneliti bekerja, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih

lanjut tentang hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan

kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft

(CABG) di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun

2015.

B. Rumusan Masalah

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara aliran darah dan kebutuhan oksigen miokard karena adanya sumbatan dan

penyempitan pembuluh darah koroner. Salah satu tindakan untuk menangani sumbatan pada

Page 16: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

7

PJK adalah dilakukan Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah operasi untuk

penyakit jantung koroner yang melibatkan penggunaan bagian vena atau arteri untuk

membuat koneksi (bypass) antara aorta dan arteri koroner melewati sumbatan. Menurut

Dilawar (2014), vena yang diambil dari kaki akan meyebabkan aliran darah balik dari kaki

kembali ke jantung akan menjadi kurang lancar dan ini akan menyebabkan kaki menjadi

bengkak. Klien disarankan untuk menggunakan stoking minimal selama 8 minggu untuk

mengurangi bengkaknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan

penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema tungkai kaki

pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG).

C. Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian

edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang

Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema

tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang

Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015.

Page 17: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

8

2. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Diketahui gambaran karakteristik demografi klien post operasi CABG di ruang

Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015.

2. Diketahui gambaran status edema pada klien post operasi CABG yang menggunakan

stoking di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta

tahun 2015.

3. Diketahui pengaruh penggunaan stoking pada klien post operasi CABG di ruang

Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pelayanan keperawatan yang lebih

baik dalam upaya menangani edema tungkai kaki dan mencegah komplikasi pada klien

post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan benar dan tepat.

2. Bagi Pengembangan Pendidikan Keperawatan

Dapat menjadi referensi atau tambahan informasi tentang tatalaksana perawatan klien

post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dalam menangani edema tungkai

kaki.

3. Bagi Peneliti Lebih Lanjut

4. Dapat memberikan tambahan ilmu tentang penelitian kepada peneliti selanjutnya

sehingga pelayanan keperawatan dapat berkembang lebih maju.

Page 18: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan

Penatalaksanaan Post Coronary Artery Bypass Graft (CABG).

A. Konsep Penyakit Jantung Koroner (PJK)

1. Pengertian

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner,

menyebabkan arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke area jantung

yang disuplai arteri tersebut berkurang. Jika aliran darah yang tersisa tidak mencukupi

kebutuhan oksigen pada jantung area tersebut akan mengalami iskemia dan cidera serta

dapat terjadi kondisi infark miokardium (Black & Hawks, 2009). PJK merupakan

penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis, arteri koroner yang tersumbat oleh fibrous,

plak lemak. PJK dimanifestasikan oleh angina pektoris, sindrom koroner akut dan infark

miokardium (Lemone, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa PJK adalah penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis pada

arteri koroner, menyebabkan arteri menyempit sehingga aliran darah ke area jantung

berkurang. PJK dimanifestasikan oleh angina pektoris, sindrom koroner akut dan infark

miokardium.

9

Page 19: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

10

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Menurut Black & Hawks, 2014 penyebab primer penyakit arteri koroner adalah

inflamasi dan pengendapan lemak di dinding arteri. Faktor resiko yang dapat

mencetuskan terjadinya PJK dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu faktor resiko

yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.

a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

Usia adalah faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Lebih dari 50% klien dengan

penyakit jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih. Jenis kelamin dan faktor

genetik juga termasuk faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dari penyakit

jantung koroner. Pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung

pada usia yang lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa

menopause. Pada wanita yang sudah menopause kadar estrogen dalam tubuhnya

menurun. Hormon estrogen dapat melebarkan pembuluh darah, sehingga menurunkan

resiko terkena penyakit jantung koroner (Wika, 2008). Kromosom p921.3

berhubungan dengan penyakit jantung koroner. Kromosom ini berisi gen yang

melibatkan patogenesis dari aterosklesosis (Samani, Erdman, Hall,et al., 2007).

Page 20: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

11

b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi menurut Black & Hawks, 2014, meliputi:

1. Merokok

Perokok aktif maupun pasif merupakan faktor risiko yang berpengaruh kuat pada

perkembangan PJK. Merokok memperbesar risiko menjadi tiga kali lipat untuk

mengalami serangan jantung pada wanita dan dua kali lipat pada pria.

2. Hipertensi

Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan

afterload, memperbesar dan melemahkan ventrikel kiri.

3. Peningkatan kadar kolesterol serum

Orang dengan High Density Lipoprotein (HDL) atau Low Density Lipoprotein

(LDL) yang tinggi memiliki risiko untuk PJK yang lebih rendah dibandingkan

orang dengan rasio HDL/ LDL yang rendah.

4. Diabetes melitus

Klien dengan diabetes memiliki risiko 2-4 kali lebih tinggi terhadap prevalensi,

insiden dan mortalitas akibat semua bentuk PJK.

5. Inaktivitas fisik

Latihan aerobik teratur penting untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh

darah. Orang – orang yang melakukan latihan fisik memiliki risiko PJK yang lebih

rendah karena kadar HDL lebih tinggi, kadar LDL, trigliserida, glukosa darah lebih

rendah, sensitivitas insulin yang lebih baik, tekanan darah yang lebih rendah dan

indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah.

Page 21: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

12

6. Obesitas

Obesitas menambah beban ekstra pada jantung, memaksa otot jantung bekerja

lebih keras untuk memompa jantung untuk mengantarkan darah ke jaringan

tambahan. Obesitas juga meningkatkan risiko PJK karena sering berhubungan

dengan peningkatan kolesterol serum dan kadar trigliserida, tekanan darah yang

tinggi dan diabetes.

3. Epidemiologi

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, angka kematian penyakit

jantung koroner sekitar 17 juta (sekitar 30%) kematian setiap tahunnya di seluruh dunia.

Lebih dari 50% klien dengan penyakit jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih,

80% kematian disebabkan oleh infark miokardium yang terjadi pada kelompok usia ini.

Pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada usia yang lebih

muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa menopause (National

Cholesterol Education Program,2002).

4. Patofisiologi

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri. Timbunan

ini dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrien oleh sel-sel endotel

yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah.

Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan

Page 22: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

13

parut sehingga lumen menjadi sempit dan aliran darah menuju otot jantung terhambat

(Black & Hawks, 2014). Angina dicirikan dengan kejadian nyeri dada, biasanya

disebabkan oleh latihan fisik dan akan hilang dengan istirahat. Ketika kebutuhan oksigen

miokardium lebih besar dari suplai pembuluh darah yang tersumbat, sel miokardium

menjadi iskemia dan berubah menjadi metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob

memproduksi asam laktat yang menstimulus syaraf otot menyebabkan nyeri. Nyeri akan

berkurang ketika suplai oksigen kembali sesuai kebutuhan miokardium (Lemone,2011).

Arteri koroner terdiri dari 2 yaitu arteri koroner kiri (Left Main Coronary Artery/ LMCA)

dan arteri koroner kanan (Right Coronary Artery/ RCA) pada dasarnya arteri koroner

kanan memberi makan pada atrium kanan, ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam

dari ventrikel kiri. Nodus SA (Sino Atrial Node) letaknya di atrium kanan, tetapi hanya

55% kebutuhan nutrisinya dipasok oleh arteri koronaria kanan, sedang 42% lainnya

dipasok oleh cabang arteri sirkumfleks kiri. Nutrisi untuk nodus AV dipasok oleh arteri

yang melintasi kruks, yakni 90% dari arteri koroner kanan dan 10% dari arteri

sirkumfleks. Maka dapat disimpulkan bahwa jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah

koroner akan menyebabkan aritmia (Sherwood,2011).

Page 23: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

14

5. Manifestasi Klinis

Sumbatan pada aliran darah menyebabkan tidak cukup persedian darah yang menghalangi

kebutuhan oksigen sel otot jantung , kondisi ini disebut iskemia. Angina pectoris

berhubungan dengan nyeri dada yang disebabkan oleh iskemi miokardium. Jika

penurunan persedian darah cukup besar dan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan

kerusakan yang irreversibel dan kematian sel miokardium atau infark miokardium.

Kerusakan miokardium yang irreversibel mengalami degenerasi dan digantikan oleh

jaringan skar, menyebabkan beberapa derajat disfungsi miokardium. Kerusakan

miokardium yang signifikan akan menghasilkan cardiac output yang rendah dan jantung

tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan darah yang disebut dengan gagal jantung.

Penurunan persedian darah karena penyakit jantung koroner menyebabkan jantung

mendadak berhenti berdenyut (Brunner & Suddarth, 2008).

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada PJK menurut Maizul & Doddy, 2009), meliputi:

a. Laboratorium

Troponin otot jantung, troponin T dan troponin I adalah indikator yang sensitif dari

kerusakan miokardium. Level Creatine Kinase (CK) dan CK-MB dalam batas normal

atau meningkat.

Page 24: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

15

b. Diagnostik

Elektrokardiografi (EKG)

Apabila terjadi perubahan pada EKG seperti ST depresi, maka dapat dikatakan

bahwa jantung kekurangan oksigen (iskemi). Gelombang Q pathologis menyatakan

pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.

Treadmill Test

Kadang-kadang EKG saat istirahat memberikan hasil yang normal, maka

diperlukan pemeriksaan EKG saat latihan seperti aktivitas yang berat test disebut

treadmill test atau bicyle test (stress test). Stress test ini memberikan akurasi 60-

70% dalam mendiagnosa penyakit jantung koroner.

Echocardiography

Pemeriksaan echocardiography adalah pemeriksaan dengan menggunakan

gelombang ultrasound terhadap jantung yang berguna untuk melihat rongga

jantung, katup-katup jantung, pergerakan dinding jantung dan Fraksi Ejeksi.

Multi Slice Computed Tomography (MSCT)

MSCT yaitu pemeriksaan angiografi non invasif yang dilakukan untuk mengetahui

penyempitan arteri koroner dan mengetahui penyempitan arteri koroner dan

mengetahui kondisi dinding arteri koroner dengan mengukur tingkat pengapuran

(kalsium skor). Bila tingkat pengapuran lebih dari 300, ada korelasi dengan

penyempitan koroner yang bermakna.

Page 25: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

16

Nuklir Jantung

Pemeriksaan nuklir jantung yaitu dengan memakai bahan radioaktif (thalium,

technetium) yang disuntikkan ke pembuluh darah dan jumlah isotop di daerah

jantung akan ditangkap dengan kamera dari luar yang berupa gambaran citra

berwarna merah, kuning atau kosong. Daerah jantung mengalami penurunan

gambaran isotop menunjukkan adanya penyempitan pembuluh darah di daerah

tersebut.

Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan kateterisasi jantung digunakan untuk menentukkan letak penyempitan

pembuluh darah koroner kanan dan kiri serta cabang-cabangnya. Penyempitan

lumen arteri 75% atau lebih dianggap suatu penyempitan yang bermakna dan perlu

dilakukan intervensi.

7. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada PJK, menurut Rokhaeni (2001)

a. Gagal jantung kongestif

Gagal jantung kongestif merupakan sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Tempat

kongesti bergantung pada ventrikel yang terlibat. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal

jantung kiri, menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis, sedangkan disfungsi

ventrikel kanan atau gagal jantung kanan mengakibatkan kongesti vena sistemik.

Page 26: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

17

Gagal jantung kiri merupakan komplikasi yang paling sering terjadi setelah infark

miokardium.

Infark miokardium menggangu fungsi miokardium karena menyebabkan menurunnya

kekuatan kontraksi, menimbulkan abnormalitas gerakan dinding dan mengubah daya

kembang ruang jantung. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untuk

mengosongkan diri, maka besar volume sekuncup berkurang sehingga volume sisa

ventrikel meningkat. Hal ini menyebabkan peningkatan jantung sebelah kiri. Kenaikan

tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam

kapiler paru melebihi tekanan onkotik vaskular maka terjadi proses transudasi ke

dalam ruang interstisial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi edema paru-

paru akibat perembesan cairan ke dalam alveoli.

b. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik terjadi akibat disfungsi nyata ventrikel sesudah mengalami infark

yang masif, biasanya mengenai dari 40% ventrikel kiri.

c. Disfungsi otot papilaris

Penutupan katup mitral selama sistolik ventrikel bergantung pada integritas fungsional

otot papilaris ventrikel kiri dan korda tendinae. Disfungsi iskemik atau ruptur nekrotik

otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis, memungkinkan eversi daun

katup ke dalam atrium selama sistol. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran

Page 27: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

18

retrograd dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat: pengurangan

aliran ke aorta, dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penyakit jantung koroner menurut Black & Hawks (2014)

meliputi:

a. Menurunkan faktor resiko

Modifikasi faktor risiko secara signifikan memperbaiki prognosis setelah serangan

koroner akut. Berhenti merokok, berpartisipasi dalam aktivitas latihan secara teratur,

mengontrol tekanan darah, diabetes, tingkat kolesterol dan berat badan dapat

menurunkan risiko PJK.

b. Meningkatkan suplai darah dengan berbagai teknik antara lain:

Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA) merupakan suatu teknik

dimana suatu kateter berujung balon biasanya dipasang pada arteri femoralis

(walaupun dapat juga pada arteri radialis / arteri brachialis) dan ditelusuri dengan

panduan rontgen menuju arteri yang mengalami sumbatan. Balon dikembangkan

beberapa kali untuk membentuk ulang lumen pembuluh darah dengan meregangkan

pembuluh dan menekan plak aterosklerotik ke arah dinding arteri, sehingga akan

membuka aretri.

Aterektomi Koroner Direksional mengurangi stenosis arteri koroner dengan

mengeksisi dan mengangkat plak ateromatosa.

Page 28: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

19

Stent Intrakoroner adalah prosedur untuk menempatkan stent menyerupai pada

pemasangan PTCA. Setelah lesi koroner diidentifikasi lewat angiografi, kateter

balon yang menahan stent terpasang pada arteri koroner dan stent ditempatkan pada

tempat oklusi.

Ablasi Laser digunakan bersama dengan angioplasti balon untuk menguapkan plak

aterosklerotik. Setelah dilakukan angioplasti balon, radiasi laser pendek diberikan

dan plak sisa yang tertinggal diangkat.

Revaskularisasi Transmiokardial dapat membantu klien yang tidak menjadi

kandidat bedah atau angioplasti karena kesehatan yang buruk/ derajat penyakit.

Laser berenergi tinggi dipandu ke dalam ventrikel kiri di antara denyut jantung saat

ventrikel terisi darah.

c. Manajemen bedah dengan Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

1. Pengertian

CABG adalah prosedur operasi pada pembuluh darah bagian tubuh lain yang

dicangkokan diatas arteri koroner yang tersumbat, seperti jalan aliran darah untuk

melewati sumbatan (Brunner & Suddarth, 2008). CABG adalah operasi untuk

penyakit jantung koroner yang melibatkan penggunaan bagian vena atau arteri

untuk membuat koneksi (bypass) antara aorta dan arteri koroner melewati sumbatan

(Lemone, 2011). Dapat disimpulkan bahwa CABG adalah operasi untuk penyakit

Page 29: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

20

jantung koroner, dengan menggunakan vena/ arteri untuk membuat saluran baru

melewati bagian arteri koroner yang mengalami penyempitan/ penyumbatan.

2. Kandidat klien yang memerlukan operasi

Menurut Ignatavicius & Workman (2006), keputusan untuk pembedahan

berdasarkan pada gejala klien dan hasil dari kateterisasi jantung. Kandidat klien

untuk dilakukan operasi meliputi:

a. Angina dengan oklusi pada left main coronary artery lebih dari 50%

b. Angina tidak stabil dengan sumbatan dua pembuluh darah yang berat atau tiga

pembuluh darah

c. Iskemia dengan gagal jantung

d. Infark miokard akut

e. Tanda iskemia atau Infark miokard yang terjadi setelah angiografi atau PTCA

f. Penyakit katup

g. Syok kardiogenik

h. Pembuluh darah koroner yang tidak cocok dengan PTCA

Page 30: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

21

3. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah

Sistem vena pada kaki meliputi tiga komponen vena utama, yaitu : vena dalam,

vena superfisial dan vena perporator (Maryunani, 2013).

a. Vena Dalam (Deep Vein)

1) Vena Dalam (Deep Vein) meliputi vena-vena tibialis posterior dan anterior,

serta vena peroneal.

2) Vena Dalam terletak dalam kompartemen-kompartemen otot kaki dan

berpasangan, serta berlokasi dekat dengan arteri.

b. Sistem Vena Superfisial

1) Sistem vena superfisial tampak dibawah kulit disebut sebagai sistem

saphenous karena terdiri dari vena-vena saphenous besar dan kecil.

2) Sistem vena berlokasi dalam jaringan atau lemak subkutan dan dalam facia

pada kompartemen otot.

c. Vena Perforator atau Vena Penghubung (Comunnicating Vein)

1) Vena perforator atau vena penghubung (Comunnicating Vein)

menghubungkan vena-vena superfisial dan vena-vena dalam.

2) Terdapat lebih dari 90 vena perforator pada tiap-tiap kaki.

3) Pada malleolus medialis, vena perforator tidak dikelilingi oleh facia dan

berada dalam hubungan langsung kulit.

4) Peningkatan tekanan vena dihantarkan melalui vena perforator pada kulit

menimbulkan varicosities dan ulserasi superfisial.

Page 31: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

22

Semua vena dilengkapi dengan satu arah katup yang mendukung aliran darah menuju

ke jantung. Sistem pembuluh darah mencegah aliran darah kembali dan membagi

sistem vena dari kaki kedalam segmen yang lebih kecil, membuat tekanan gravitasi

lebih dapat menahan pada setiap segmen. Mekanisme primer dari vena, darah

dikembalikan ke jantung melalui otot polos didalam dinding vena, kontraksi dari otot

skeletal dan tekanan negatif intra thoraks yang di buat selama inpirasi. Darah dari

ekstremitas bawah harus mengalir keatas melawan kekuatan gravitasi. Kekuatan

gravitasi diperoleh dari tekanan hidrostatik yang secara normal sama dengan 90

mmHg pada saat berdiri. Puncak tekanan hidrostatik adalah 120 mmHg ketika

kontraksi otot betis. (Bryant, 2000)

Pompa otot betis dan vena dalam pada betis bekerja bersama-sama untuk mendorong

darah dari vena kembali ke jantung. Usaha kolaboratif ini bersamaan dengan fungsi

dari siklus jantung. Selama ambulasi kontraksi otot betis dan kompresi darah keluar

dari vena dalam seperti kontraksi ventrikel dan pengosongan selama fase sistolik dari

siklus jantung. Ketika darah dipompakan dari vena dalam, katup satu arah pada sistem

perforator ditutup untuk mencegah aliran balik dari darah ke dalam vena superfisial.

Pada saat otot betis rileks, katup pada vena perforator membuka agar darah pada

sistem superfisial mengalir ke dalam vena dalam. Otot betis merupakan pompa otot

Page 32: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

23

yang sangat penting pada ektremitas bawah sedangkan pompa kaki dan paha itu hanya

sebagai pendukung venous return ke jantung. (Morison, 2004)

Pembuluh darah yang dapat digunakan untuk pintas arteri koroner antara lain vena

safena, arteri mamaria atau arteri radialis. Vena Safena yang paling sering digunakan

pada tindakan CABG adalah vena safena magna yang diikuti vena safena parva, vena

sefalika dan basilica. Vena diambil dari tungkai atau lengan dan ditandur untuk lesi di

sebelah kanan, arteri koroner simkumfleks dan cabang-cabangnya. Pada tandur dengan

vena safena, satu ujung dari vena ini disambung ke aorta asenden dan ujung yang lain

ditempelkan pada bagian pembuluh darah sebelah distal dari sumbatan. (Black &

Hawks, 2014)

Menurut Dilawar (2014), vena yang diambil dari kaki akan meyebabkan aliran darah

balik dari kaki kembali ke jantung akan menjadi kurang lancar dan ini akan

menyebabkan kaki menjadi edema. Edema adalah perluasan dari volume cairan

intertisial yang tidak dapat dideteksi dengan mudah, tetapi jika jumlah cairanya

banyak dapat dilihat dan teraba bengkak (Stems,2013). Edema adalah kelebihan cairan

pada jaringan di tubuh. Ini dapat terjadi karena gangguan aliran darah ke jantung

sehingga darah dan cairan kembali dan bocor kedalam sekitar jaringan (The Patient

Education Institute, 2013). Dapat disimpulkan bahwa edema adalah kelebihan cairan

Page 33: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

24

yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke jantung sehingga terjadi perluasan dari

volume cairan intertisial kedalam sekitar jaringan.

Edema terbentuk dari kerusakan kemampuan pompa jantung untuk meningkatkan

tekanan hidrostatik pada ekstremitas disebabkan oleh sirkulasi yang buruk yang akan

menghasilkan kebocoran kapiler dan akumulasi cairan pada area yang tergantung

seperti ekstremitas bawah (Elizabeth, 2014).

Ada dua faktor penentu terhadap terjadinya edema yaitu hemodinamik dalam kapiler

dan retensi natrium. Pada gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik dan

gagal ginjal jumlah total natrium tubuh akan meningkat oleh karena adanya retensi

natrium ginjal akibat peningkatan sistem renin angiotensin aldosteron. Akibatnya

terjadilah penimbunan air pada interstisium yang akan menimbulkan edema umum.

Manifestasi klinis edema dapat berupa edema paru, edema perifer misalnya pada

tungkai, asites, bendungan pada vena setempat misalnya pada tungkai yang biasanya

unilateral, bendungan vena dalam, edema ‘pitting’ pada hipotiroid (Sudoyo et al.,

2010).

Penanggulangan edema yang dilakukan meliputi memperbaiki penyakit dasar,

meninggikan kaki dan terapi kompresi. Meninggikan kaki berguna untuk memfasilitasi

pemindahan cairan melalui pemanfaatan gravitasi dalam pengembalian vena /venous

Page 34: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

25

return. Kaki diangkat lebih tinggi dari level jantung selama 20-30 menit setiap 2-3 jam

sehari. Terapi kompresi bekerja memfasilitasi pergerakan cairan yang berlebihan dari

ekstremitas bawah (Carrie and Barbara, 2000).

4. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada bedah CABG (Brunner and Suddarth, 2008)

a. Komplikasi kardiovaskuler meliputi disritmia, penurunan curah jantung dan

hipotensi persisten.

b. Komplikasi hematologis termasuk perdarahan dan pembekuan darah.

c. Komplikasi ginjal seperti gagal ginjal. Pada gagal ginjal dapat menyebabkan

edema karena kehilangan protein melalui urin dan gangguan fungsi ginjal.

d. Komplikasi pulmonal termasuk atelektasis.

e. Komplikasi neurologi meliputi stroke dan ensefalopati.

f. Infeksi, proses pembedahan dapat mengubah sistem imun.

B. Konsep Kompresi/ Balut Tekan Stoking

Terapi kompresi memberikan tekanan yang konstan pada jaringan, vena superfisial yang

kollaps sebagian dan memberikan penopang otot betis selama ambulasi. Kompresi yang

konstan menyebabkan peningkatan tekanan jaringan interstisial yang melawan kebocoran

cairan yang keluar dari sistem kapiler dan membantu reabsorbsi cairan kembali kedalam

Page 35: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

26

aliran darah. Selain itu terapi kompresi dapat meningkatkan aktivitas fibrinolitik dan

mencegah aktivasi dan agregasi platelet.

1. Pengertian

Terapi kompresi adalah pemakaian dari tekanan yang digunakan atau support statik untuk

ekstremitas bawah sebagai fasilitasi aliran darah vena normal (Bryant, 2000). Terapi

kompresi adalah pengobatan yang digunakan dari luar untuk meningkatkan tekanan kaki

bagian bawah yang akan melawan gravitasi (Wounds International, 2013). Dapat

disimpulkan bahwa terapi kompresi adalah pengobatan yang digunakan dari luar untuk

meningkatkan tekanan kaki bagian bawah sebagai fasilitasi aliran darah vena normal.

2. Tujuan

Terapi kompresi bertujuan untuk memperbaiki efisiensi pemompaan betis (calf pump),

meningkatkan fungsi katup, membalikkan kebocoran kapiler, mengurangi diferensial

tekanan dan mengontrol edema. Kompresi digunakan hanya untuk klien dengan Ankle

Brachial Index (ABI) > 0,8 (Maryunani, 2013).

Page 36: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

27

3. Macam – Macam Alat Kompresi

Alat kompresi dapat dikategorikan menjadi statik dan intermiten

1) Statik

a. Stoking kompresi adalah suatu alat yang tepat untuk klien yang akan membutuhkan

kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan (Barbara, 2000).

Stoking kompresi berfungsi untuk mencegah tromboembolism bagi klien yang

tidak dapat berjalan, memperbaiki aliran pembuluh darah vena di kaki, melancarkan

pembuluh darah vena yang mengalami hipertensi dan menurunkan pembengkakan

yang ada. Stoking dibuka ketika tidur dan dipasang kembali setelah bangun tidur.

Stoking akan kehilangan elastisitasnya jika lebih dari 3 sampai 6 bulan. (Bryant,

2000)

Stoking merupakan alternatif yang lebih aman, asalkan klien telah diukur dengan

tepat untuk pemakaian stoking tersebut. Untuk menentukan ukuran yang benar dari

stoking, kaki diukur pada pergelangan kaki, betis dan dari pergelangan kaki sampai

lutut. Selain itu stoking secara kosmetik lebih dapat diterima bagi banyak orang.

Meskipun demikian, stoking sendiri secara khusus tidak mudah digunakan,

masalah tersebut dapat diatasi banyak klien, yaitu dengan memberinya alat bantu

(Morison, 2004). Stoking digunakan untuk klien dengan gangguan vena dan

lymphedema. Stoking kontraindikasi pada klien penyakit sumbatan arteri dengan

ABI <0,8 dan klien yang alergi dengan bahan latex (Barbara, 2000).

Page 37: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

28

Macam-macam kelas kompresi pada stoking (www.venosan.co.id)

Kelas 1 merupakan tingkat kompresi ringan, menggunakan tekanan 18 mmHg - 21

mmHg pada ankle. Digunakan untuk kaki terasa lelah, berat, dan ada tanda-tanda

awal kelemahan katup vena, ada varises ringan tanpa edema (spider vein) dan untuk

varises selama kehamilan.

Kelas 2 merupakan tingkat kompresi sedang, menggunakan tekanan 23 mmHg - 32

mmHg pada ankle. Digunakan untuk varises yang lebih serius dan atau disertai

bengkak. Setelah minor ucler, setelah schlerotheraphy, setelah operasi varises, laser

theraphy, adanya DVT, dan katup vena yang lemah (venous insufficiency).

Kelas 3 merupakan tingkat kompresi ketat, menggunakan tekanan 34 mmHg - 46

mmHg pada ankle. Digunakan untuk Chronic Venous Insufficiency (CVI), ada

bengkak, setelah penanganan luka vena parah (severe ulcers).

Kelas 4, menggunakan tekanan > 46 mmHg pada ankle. Digunakan untuk

lymphoedema.

b. Perban kompresi dapat dibagi menjadi perban yang mengandung elastomer, seperti

karet/ Lycra, serta perban yang tanpa elastomer. Elastisitas perban menentukan

jumlah tegangan yang dibutuhkan untuk mencapai tekanan yang diperlukan,

kemampuan perban untuk mempertahankan tekanan tersebut dan kesesuaian perban

terhadap garis bentuk yang kurang serasi pada kaki, pergelangan kaki dan tungkai.

Page 38: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

29

c. Balutan kompresi banyak lapisan (multilayer compression bandages) dapat

digunakan untuk mencapai kompresi yang baik, sekalipun hanya dengan perban

kompresi sedang sampai rendah. Lapisan velband atau sofban dipasang sampai ke

lutut, mulai dari pergelangan kaki untuk mencegah penumpukan yang terlalu

banyak pada kaki. Perban elastocrepe dipasang dari dasar jari kaki sampai lutut dan

agar tidak bergeser dapat digunakan lapisan luar Tubigrip. Ukuran tubigrip yang

diperlukan dapat ditentukan dengan mengukur lingkar pergelangan kaki dan betis

setelah lapisan lainnya dipasang. Adapun tubigrip yang tersisa harus dipotong di

bawah lutut untuk mencegah terjadinya efek pengikatan perban karena akan

menghalangi aliaran balik vena.

2) Terapi kompresi intermiten pneumatik yang dapat membantu mengurangi edema dan

membantu aliran balik vena pada klien rawat inap, telah terbukti kurang berhasil pada

klien yang dirawat di rumah, karena banyak klien khawatir akan sejumlah peralatan

yang digunakan dan merasa enggan untuk menggunakannya.

4. Mekanisme Kerja

Ketika latihan aktif atau pasif, otot kaki berkontraksi yang menyebabkan peningkatan

lingkar betis. Terapi kompresi bekerja untuk mencegah peningkatan lingkar betis, dengan

cara mendistribusikan tekanan ke seluruh ektremitas bawah. Efek dari tekanan ini

menurunkan diameter vena di dalam ektremitas bawah yang disebabkan oleh katup vena

Page 39: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

30

yang mengembalikan darah ke jantung. Sehingga menghasilkan pengurangan volume

darah yang tertahan secara lokal, membantu mengembalikan tekanan vena normal pada

kaki dan meningkatan kecepatan aliran darah vena.

5. Panduan untuk Kompresi

Menurut Maryunani (2013), panduan untuk kompresi meliputi:

No Berat-Ringannya

Kompresi

Ukuran Kompresi Tujuan Untuk Kompresi

1 Sangat ringan 10-15 mmHg Penyakit-penyakit arterial

dan vena campuran (mix

arterial and vena disease)

yang lebih berat.

2 Ringan 15-20 mmHg Penyakit arterial dan vena

campuran (mix arterial and

vena disease)

3 Sedang 20-40 mmHg Edema vena

4 Tinggi >40 mmHg Limfedema, woody fibrosis

Page 40: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

31

6. Pengkajian

Menurut Maryunani (2013), pengkajian pada ekstremitas bawah harus dilakukan sebelum

menggunakan terapi kompresi, diantaranya:

Pemeriksaan riwayat kesehatan

Pemeriksaan pada seluruh kaki dari lutut bawah sampai malleolus, observasi adanya

edema, dermatitis vena dan varises.

Lakukan evaluasi diagnostik dengan mengukur Ankle Brachial Index (ABI)

Kaji keadaan perfusi, seperti waktu pengisian vena (vena refill time) normal > 20

detik, ada atau tidak adanya nadi dengan mempalpasi dorsalis pedis dan nadi tibial

posterior.

C. Penelitian Terkait

The American Journal of Medice (2002), yang berjudul edema perifer. Sistem limfatik

mengumpulkan cairan dan menyaring protein dari ruang interstisial dan mengembalikan ke

kompartemen pembuluh darah. Gangguan pengembalian cairan oleh limfatik dari ruang

interstisial akan menghasilkan edema. Edema perifer merupakan manifestasi tersering pada

berbagai penyakit, seperti: gagal jantung, sindrom nefrotik, sirosis, hipoprotein dan

insufisiensi vena kronik.

Page 41: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

32

Penelitian The New England Journal of Medicine (2011), yang berjudul perbandingan

kualitas hidup setelah Percutaneus Coronary Intervention (PCI) dengan operasi CABG.

Terdiri dari 1800 klien dengan penyakit arteri koroner. Hasil penelitian menyatakan bahwa

terapi bedah pintas koroner (CABG) lebih menguntungkan, karena CABG atau bedah pintas

koroner merupakan salah satu pengobatan dari penyakit jantung koroner untuk mengurangi

keluhan angina dan kehidupan jangka panjang lebih baik terutama untuk klien dengan

penyakit jantung koroner yang berat.

Penelitian Res Cardiovasc Med (2014), yang berjudul pencegahan edema setelah operasi

CABG dengan stoking kompresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi

efektifitas stoking kompresi pada pencegahan edema donor tungkai dan komplikasi luka

setelah operasi CABG. Terdiri dari 100 pasien yang menjalani operasi CABG di Rajaie

Cardiovascular Medical and Research Center. Klien dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok A

yang menggunakan stoking secara rutin dan kelompok B yang tidak menggunakan stoking.

Tingkat edema pada donor ektremitas, perbedaan lingkar betis dan paha sebelum dan sesudah

operasi pada minggu pertama, kedua dan keempat dicatat dan dianalisa secara statistik. Hasil

dari penelitian yaitu berat badan klien dan tingkat aktivitas sehari-hari merupakan faktor yang

signifikan untuk kejadian edema pada donor tungkai. Terjadi penurunan tingkat edema pada

kelompok A dibandingkan kelompok B pada minggu keempat setelah operasi, yaitu edema

pada kelompok A sebesar 70% dan kelompok B sebesar 98%. Komplikasi luka ekstremitas

bawah lebih tinggi pada klien yang mengalami edema pada minggu keempat setalah operasi.

Page 42: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

33

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan stoking secara rutin memiliki efek positif pada

pencegahan edema pada donor tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG.

Jurnal keperawatan pembuluh darah (2009) yang berjudul perbandingan stoking kompresi

dengan perban elastis dalam mengurangi edema post operasi CABG. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk membandingkan efektifitas stoking kompresi dengan perban elastis pada

donor ektremitas setelah CABG. Peneliti menggunakan dua jenis kompresi yang bebeda pada

klien setelah operasi CABG, kelompok pertama menggunakan elastis perban dan kelompok

kedua menggunakan stoking kompresi. Sebelum operasi, perifer dari ektremitas bawah kedua

kelompok diukur meliputi 4 bagian (A: tulang tarsal, H: tumit, B: pergelangan kaki, C: lingkar

betis). Sebelum pulang, perifer dari ektremitas bawah kedua kelompok diukur kembali.

Perbedaan pada pengukuran sebelum klien pulang dibandingkan dengan sebelum operasi,

terjadi perbedaan ukuran bagian perifer dari donor tungkai (tulang tarsal dan tumit) pada klien

yang menggunakan stoking kompresi. Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan stoking

kompresi lebih efektif untuk edema pada klien post operasi CABG dibandingkan perban

elastis.

Page 43: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

34

D. Kerangka Teori

Dari konsep penyakit jantung koroner dan penatalaksanaan CABG, dapat disimpulkan melalui

sebuah kerangka teori seperti di bawah ini

Penyakit Jantung Koroner (PJK): - Pengertian

(Lemone, 2011) - Etiologi dan

faktor resiko (Black & Hawks, 2014)

- Patofisiologi (Lemone, 2011)

- Manifestasi Klinis (Brunner & Suddarth, 2008)

Penatalaksanaan PJK (Black & Hawks, 2014)

- Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

Edema

Penatalaksanaan (Carrie and Barbara, 2000) - Meninggikan kaki - Terapi kompresi stoking

Pengkajian (Maryunani,2013)

Page 44: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian hubungan atau kaitan antara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan konsep dan teori yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan, maka peneliti

membentuk suatu kerangka konsep sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan:

: Dihubungkan

: Tidak dihubungkan

35

Penggunaan balut tekan stoking pada klien post operasi

CABG

Potensi penurunan edema tungkai kaki pasca penggunaan

stoking

Umur Jenis kelamin Riwayat Penyakit

Page 45: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

36

B. Hipotesis

Sesuai dengan kerangka konsep yang dikembangkan diatas, maka peneliti mengambil suatu

hipotesis yaitu ada hubungan antara penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi

penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post CABG di ruang Rehabilitasi Medik

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015.

Page 46: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

37

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Penggunaan

balut tekan

(stoking)

pada klien

post operasi

CABG

Alat yang

digunakan untuk

mengurangi

bengkak pada

kaki klien post

operasi CABG

Wawancara Kuesioner 1=teratur (skor >

50%)

2=tidak teratur

(skor< 50%)

Ordinal

2. Penurunan

edema

tungkai kaki

pasca

pengguanaan

stoking

Penurunan

kelebihan cairan

pada kaki yang

dapat dilihat dan

bila diberi

tekanan dengan

jari kulit

kembali dengan

cepat setelah

menggunakan

stoking selama

2 minggu.

Wawancara

dan

observasi

Kuesioner

dan

lembar

observasi

1=Tidak ada

edema

2=Edema

berkurang

3=Edema

Ordinal

Page 47: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB IV

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menguraikan tentang desain penelitian, tempat waktu penelitian,

populasi sampel, pengumpulan data, instrumen penelitian, rencana pengolahan dan analisa data.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Variabel yang diamati yaitu

penggunaan balut tekan stoking dan potensi penurunan kejadian edema. Dalam penelitian

cross sectional peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat

tertentu, artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek

dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut. (Sastroasmoro & Sofyan, 2011)

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian dilakukan di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

Jakarta pada bulan Februari 2015.

38

Page 48: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

39

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi

kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional

Harapan Kita Jakarta. Berdasarkan data kunjungan di ruang rehabilitasi, rata-rata jumlah

klien post CABG pada bulan November 2014 - Januari 2015 adalah 32 orang.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari

populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Besar sampel

dihitung dengan menggunakan rumus statistik untuk menentukan jumlah responden yang

dapat mewakili jumlah populasi klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Berdasarkan Notoatmodjo (2005) untuk

populasi kecil atau lebih kecil dari 1000 maka untuk menetapkan jumlah sampel dapat

menggunakan rumus yang sederhana yaitu:

n = N

1+N (d)2

Page 49: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

40

Keterangan:

n= Besar sampel

N= Besar populasi

d= Tingkat signifikansi (d=0,05)

Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas maka diperoleh:

n = 32

1+32(0,05)2

= 29,6 30 klien

Maka sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling adalah 30 klien

dengan kriteria:

1. Kriteria inklusi

a. Klien post operasi CABG yang mengalami edema tungkai kaki dan menggunakan

stoking sudah 2 minggu.

b. Klien post operasi CABG yang berada di Ruang Rehabiltasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita Jakarta.

c. Klien bersedia menjadi responden.

2. Kriteria ekslusi

a. Klien post operasi CABG yang disertai operasi perbaikan katup jantung.

b. Klien post operasi CABG memiliki nilai Ankle Brachial Index (ABI) < 0,8

Page 50: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

41

D. Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang memuat beberapa

pertanyaan yang dirancang oleh peneliti yang mengacu pada literatur, kerangka konsep yang

telah dibuat dan tujuan penelitian. Instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar

adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Menurut Notoatmodjo

(2010), validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur

apa yang diukur. Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana alat

ukur dapat dipercaya atau diandalkan.

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan pada setiap item pertanyaan pada instrumen penelitian. Untuk

menguji validitas variabel penelitian, peneliti menggunakan teknik korelasi Pearson

Product Moment. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan di ruang

Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta dengan jumlah

responden sebanyak 20 orang dan 24 pertanyaan. Berdasarkan uji statistik disimpulkan

bahwa instrumen penelitian dikatan valid jika diperoleh nilai r hitung lebih besar dari

r tabel pada taraf signifikan 0,05. Dari 24 pertanyaan semua dinyatakan valid karena

memiliki r hitung > 0,444.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur

tersebut dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan hasil pengukuran itu

tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Page 51: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

42

Untuk mengetahui sebuah pertanyaan apakah reliable atau tidak dengan cara dilakukan

perbandingan nilai Cronbach Alpha > 0,6 maka pertanyaan tersebut reliable (Hastono,

2007). Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini menghasilkan nilai Cronbach Alpha

0,984. Maka dapat disimpulkan bahwa istrumen tersebut reliable.

E. Etika Penelitian

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden dengan

memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuannya

adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui

dampaknya. Pada rancangan penelitian ini, responden diberikan lembar persetujuan yang

akan dibaca oleh responden terlebih dahulu dan jika responden menyetujuinya maka

responden diwajibkan untuk menandatangani lembar tersebut.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Responden tidak perlu mencantumkan nama didalam lembar alat ukur tapi responden

hanya cukup mengisi lembar yang telah disediakan.

3. Confidentiality (Kerahasian)

Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan peneliti di dalam hasil riset

penelitian.

Page 52: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

43

F. Pengolahan Data

Menurut hidayat (2007) dalam melakukan analisis data terlebih dahulu harus diolah dengan

tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh

dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan. Dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data dan setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri

dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis

data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali melihat arti suatu kode dari

suatu variabel.

3. Processing

Processing adalah memproses data yang yang dilakukan dengan cara meng-entry data

yang telah dikumpulkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Pengecekan data kembali yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

Page 53: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

44

G. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan tujuan agar data tersebut dapat memberikan informasi dan

dapat menjawab pertanyaan – pertanyaan peneliti. Analisa dilakukan dua tahap :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat pada umumnya hanya menghasilkan distribusi dan prosentase dari

setiap variabel yang bertujuan untuk mengetahui besar kecilnya proporsi setiap jawaban

(Notoamodjo, 2012).

Tujuan analisa univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-

masing variable yaitu variable bebas dan variable terikat, serta data-data demografi.

Pengolahan data dari tiap-tiap kuesioner ke dalam tabel penataan data, data ini untuk

mengetahui karakteristik sampel yang diteliti. Rumus prosentase yang digunakan :

100% x N

X P

Keterangan:

P : Prosentase

X : Jumlah kriteria jawaban

N : Jumlah responden

Page 54: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

45

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menguji hubungan antara dua

variabel yang diduga mempunyai hubungan atau kolerasi. Analisis bivariat yang

digunakan adalah ujiChi Kuadrat(X2). Uji Chi Kuadrat di gunakan untuk menguji

hubungan dua variabel dimana masing-masing terdiri dari beberapa golongan atau

kategori. Rumus yang digunakan (Djarwanto, 2004).

Fe

Fe) - (Fo X

22

Keterangan :

∑ = Jumlah baris dan kolom

Fo = Frekuensi yang diobsevasi (frekuensi empiris)

Fe = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

Uji signifikan dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan alpha (0,05) dan

Confidence Interval (tingkat kepercayaan) 95% dengan ketentuan bila :

1) Bila ρ value ≤ (0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan

yang signifikan.

2) Bila ρ value> (0,05) berarti Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada

hubungan yang signifikan.

Page 55: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisa univariat yang terdiri dari karakteristik responden

berdasarkan demografi, yang didapatkan dari hasil penelitian dan analisa bivariat yang

menyatakan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

A. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik responden,

penggunaan stoking dan kejadian edema. Hasil dari pengumpulan data sesuai dengan

variabel peneliti, secara jelas analisa univariat akan disajikan dalam tabel sebagai berikut:

46

Page 56: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

47

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi Klien Post Operasi CABG Di Ruang

Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015

No Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Umur 40-50 tahun

51-60 tahun

61-65 tahun

> 66 tahun

5

11

8

6

16,7

36,7

26,7

20

2 Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

16

14

53,3

46,7

3 Pendidikan SD

SMP

SMA

PT

4

6

13

7

13,3

20

43,3

23,3

4 Status Pekerjaan Bekerja

Tidak bekerja

20

10

66,7

33,3

5 Riwayat Penyakit (Jantung, DM, Ginjal)

Ada

Tidak ada

22

8

73,3

26,7

Page 57: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

48

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui:

1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Distribusi berdasarkan umur pada tabel didapatkan hasil, umur 40-50 tahun sebanyak 5

responden (16,7%), umur 51-60 tahun sebanyak 11 responden (36,7%), umur 61-65 tahun

sebanyak 8 responden (26,7%) dan umur > 66 tahun sebanyak 6 responden (20%).

Disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah berumur 51- 60 tahun.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi berdasarkan jenis kelamin pada tabel didapatkan hasil, jenis kelamin laki-laki

sebanyak 16 orang (53,3%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang (46,7%).

Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki.

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Distribusi berdasarkan pendidikan pada tabel didapatkan hasil, responden berpendidikan

SD sebanyak 4 orang (13,3%), responden berpendidikan SMP sebanyak 6 orang (20%),

responden berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (43,3%) dan responden berpendidikan

Perguruan Tinggi sebanyak 7 orang (23,3%). Dapat disimpulkan bahwa responden

terbanyak adalah berpendidikan SMA.

4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Distribusi berdasarkan pekerjaan pada tabel didapatkan hasil, responden yang bekerja

sebanyak 20 orang (66,7%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 10 orang

(33,3%). Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah yang bekerja.

Page 58: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

49

5. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit

Distribusi berdasarkan riwayat penyakit pada tabel didapatkan hasil, responden yang

memiliki riwayat penyakit (jantung, DM, ginjal) sebanyak 22 orang (73,3%) dan

responden yang tidak memiliki riwayat penyakit (jantung, DM, ginjal) sebanyak 8 oarang

(26,7%). Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah yang memiliki riwayat

penyakit (jantung, DM, ginjal).

Tabel 5.2

Distribusi Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Dan Kejadian Edema Pada Klien Post Operasi

CABG di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun

2015

No Variabel Kategori Jumlah Persentase

(%)

1 Penggunaan Stoking Teratur

Tidak teratur

16

14

53,3

46,7

2 Kejadian Edema Tidak edema

Edema berkurang

Edema

6

14

10

20

46,7

33,3

Page 59: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

50

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui:

1. Diketahui Responden Terhadap Penggunaan Stoking

Dari 30 jumlah responden post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita tahun 2015 yang menggunakan stoking secara teratur sebanyak 16

orang (53,3%) dan responden yang menggunakan stoking tidak teratur sebanyak 14

oarang (46,7%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden teratur

menggunakan stoking.

2. Diketahui Responden Terhadap Kejadian Edema

Dari 30 jumlah responden post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita tahun 2015 responden yang tidak edema sebanyak 6 orang (20%),

responden yang edema berkurang sebanyak 14 orang (46,7%) dan responden yang

mengalami edema sebanyak 10 orang (33,3%). Dapat disimpulkan bahwa edema

berkurang setelah menggunakan stoking.

B. Analisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hubungan antara variabel penggunaan stoking dan

variabel kejadian edema. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Kuadrat (X 2 ). Uji

signifikan dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan alpha (0,05) dan Confidence

Interval (tingkat kepercayaan) 95%. Hasil tabel silang antara variable penggunaan stoking

dan variabel kejadian edema dan hasil uji Chi Kuadrat (X 2 ) diuraikan pada tabel berikut ini:

Page 60: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

51

Tabel 5.3

Hubungan Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema

Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi CABG di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015

Pengunaan

Balut Tekan

(Stoking)

Kejadian Edema

P Value

X 2

Hitung

Tidak Berkurang Edema Total

n % n % n % n %

Teratur 5 31.2 9 56.2 2 12.5 16 100

0.026

7,309 Tidak teratur 1 7.1 5 35.7 8 57.1 14 100

Jumlah 6 20 14 46.7 10 33.3 30 100

Hasil analisis hubungan penggunaan balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian

edema tungkai kaki pada klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita tahun 2015, diketahui dari 30 jumlah total responden ada sebanyak 16

responden teratur menggunakan balut tekan (stoking) terdapat 9 responden (56,2%)

mengalami kejadian edema berkurang, 5 responden (31,2%) tidak mengalami edema dan 2

responden (12,5%) masih mengalami edema. Sedangkan dari 14 responden yang tidak teratur

menggunakan balut tekan (stoking) terdapat 8 responden (57,1%) mengalami edema, 5

responden (35,7%) mengalami edema berkurang dan 1 responden (7,1%) yang tidak

mengalami edema.

Page 61: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

52

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0.026, yang artinya p value < α (0,05). Maka dapat

diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap

potensi penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery

Bypass Graft (CABG) di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

tahun 2015.

Page 62: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian tidak terlepas dari kemungkinan adanya keterbatasan yang dapat

mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Namun hal ini dapat diperkecil pengaruhnya dengan

cara mengoptimalkan kualitas data, ketepatan memilih desain penelitian dan menjaga

kualitas analisa. Adapun keterbatasan yang peneliti alami adalah

1. Sebagian besar usia responden adalah 51-60 tahun dan memiliki riwayat penyakit

(jantung, DM dan ginjal) sehingga ada faktor lain yang dapat mempengaruhi edema dan

tidak terkaji dalam kuesioner.

2. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sehingga kebenaran data sangat tergantung

kepada kejujuran dan kondisi responden pada saat menjawab.

B. Hasil Penelitian

1. Penggunaan Balut Tekan (Stoking)

Hasil analisa univariat dari 30 responden post operasi CABG di Ruang Rehabilitasi

Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015 sebagian besar yaitu 16

(53,3%) teratur menggunakan balut tekan (stoking).

53

Page 63: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

54

Terapi kompresi adalah pemakaian dari tekanan yang digunakan atau support statik

untuk ekstremitas bawah sebagai fasilitasi aliran darah vena normal (Bryant, 2000).

Terapi kompresi sering digunakan untuk mencegah edema post operasi. Penggunaan

stoking rutin mempunyai efek positif pada pencegahan edema pada graft tungkai dan

komplikasi luka setelah operasi CABG (Alizadeh, 2014).

Stoking kompresi adalah suatu alat yang tepat untuk klien yang akan membutuhkan

kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan (Barbara, 2000). Stoking

kompresi berfungsi untuk mencegah tromboembolism bagi klien yang tidak dapat

berjalan, memperbaiki aliran pembuluh darah vena di kaki, melancarkan pembuluh

darah vena yang mengalami hipertensi dan menurunkan pembengkakan yang ada.

penggunaan stoking kompresi lebih efektif untuk edema pada klien post operasi CABG

dibandingkan perban elastis. (Khoshgoftar, 2009)

Stoking dibuka ketika tidur dan dipasang kembali setelah bangun tidur. Stoking akan

kehilangan elastisitasnya jika lebih dari 3 sampai 6 bulan (Bryant, 2000). Stoking

merupakan alternatif yang lebih aman, asalkan klien telah diukur dengan tepat untuk

pemakaian stoking tersebut. Untuk menentukan ukuran yang benar dari stoking, kaki

diukur pada pergelangan kaki, betis dan dari pergelangan kaki sampai lutut. Selain itu

stoking secara kosmetik lebih dapat diterima bagi banyak orang.

Page 64: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

55

Meskipun demikian, stoking sendiri secara khusus tidak mudah digunakan, masalah

tersebut dapat diatasi banyak klien, yaitu dengan memberinya alat bantu (Morison,

2004).

Stoking yang digunakan untuk klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta adalah kelas 2 merupakan tingkat

kompresi sedang, dengan menggunakan tekanan 23-32 mmHg pada ankle. Digunakan

untuk katup vena yang lemah (venous insufficiency) dan edema (www.venosan.co.id)

2. Kejadian Edema

Hasil analisa univariat diketahui bahwa dari dari 30 responden post operasi CABG di

ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita tahun 2015 sebagian

besar yaitu 14 (46,7%) mengalami edema berkurang setelah penggunaan balut tekan

(stoking). Hal ini sesuai dengan pendapat Elizabeth (2014) yang menyatakan edema

terbentuk dari kerusakan kemampuan pompa jantung untuk meningkatkan tekanan

hidrostatik pada ekstremitas disebabkan oleh sirkulasi yang buruk yang akan

menghasilkan kebocoran kapiler dan akumulasi cairan pada area yang tergantung seperti

ekstremitas bawah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pembentukan edema

yaitu peningkatan tekanan hidrostatik yang mengakibatkan retensi air dan garam oleh

ginjal, penurunan tekanan onkotik di dalam pembuluh darah, peningkatan onkotik

jaringan, peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan obstruksi dari

pembersihan cairan pada sistem limpatik.

Page 65: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

56

Menurut Dilawar (2014), vena yang diambil dari kaki akan meyebabkan aliran darah

balik dari kaki kembali ke jantung akan menjadi kurang lancar dan ini akan

menyebabkan kaki menjadi bengkak. Menurut Maryunani (2013), normalnya darah

mengalir dari sistem vena superfisial ke sistem vena dalam, yang dibantu oleh tekanan

yang dipengaruhi oleh katup-katup satu arah dan kontraksi otot betis. Aktivitas otot-otot

betis membantu memompa darah kembali ke jantung, menanggulangi / mengatasi

tekanan hidrostatik yang tinggi. Kegagalan pompa otot betis untuk memperbaiki

pengembalian darah vena dapat menimbulkan komplikasi hipertensi vena yang

menyebabkan edema pada kaki bagian bawah.

Penanggulangan edema yang dilakukan meliputi memperbaiki penyakit dasar,

meninggikan kaki dan terapi kompresi. Meninggikan kaki berguna untuk memfasilitasi

pemindahan cairan melalui pemanfaatan gravitasi dalam pengembalian vena /venous

return. Kaki diangkat lebih tinggi dari level jantung selama 20-30 menit setiap 2-3 jam

sehari. Terapi kompresi bekerja memfasilitasi pergerakan cairan yang berlebihan dari

ekstremitas bawah (Carrie and Barbara, 2000).

Page 66: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

57

3. Hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema

tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang

Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015

Hasil tabel silang antara penggunaan balut tekan dengan kejadian edema diketahui

bahwa dari 16 reponden yang teratur menggunakan balut tekan (stoking) sebagian besar

yaitu 9 (56,2%) yang mengalami kejadian edema berkurang. Dari 14 responden yang

tidak teratur menggunakan balut tekan (stoking) sebagian besar yaitu 8 (57,1%) masih

mengalami edema. Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.026 ( p value <

alpha 5%), Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan penggunaan balut

tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post

operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang Rehabilitasi Medik Pusat

Jantung Nasional Harapan Kita tahun 2015.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Res Cardiovasc Med (2014), yang berjudul

pencegahan edema setelah operasi CABG dengan stoking kompresi yang menyatakan

bahwa penggunaan stoking secara rutin memiliki efek positif pada pencegahan edema

pada donor tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG. Kondisi yang bisa

terjadi setelah operasi CABG yaitu edema pada kaki atau lengan yang diambil

pembuluh darahnya untuk bypass, yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti mati

rasa, kelemahan, imobilisasi, gangguan tidur dan penyembuhan tertunda. Klien

disarankan untuk menggunakan stoking untuk mengurangi bengkaknya.

Page 67: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

58

Bengkak tersebut akan berkurang atau hilang setelah 6 – 8 minggu. Menurut Maizul

(2009), meninggikan kaki pada saat duduk/ berbaring dan memakai stoking elastis

selama minimal 8 minggu dapat mengurangi bengkak pada kaki yang diambil pembuluh

darahnya untuk bypass.

Menurut Bryant (2000), terapi kompresi adalah tekanan yang digunakan dari luar atau

penahan statis untuk ekstremitas bawah yang memfasilitasi aliran normal vena.

Mekanisme cara kerja terapi kompresi yaitu memberikan tekanan konstan ke jaringan

dan memberikan tahanan pada otot betis pada saat ambulasi. Tekanan konstan

menyebabkan peningkatan tekanan jaringan intertisial yang melawan kebocoran dari

cairan yang keluar dari sistem kapiler dan mendukung reabsorbsi cairan kembali

kedalam aliran darah. Stoking biasanya digunakan pada klien dengan insufisiensi vena

stabil untuk mencegah ulcer dan edema. Terapi kompresi bertujuan untuk memperbaiki

efisiensi pemompaan betis, meningkatkan fungsi katup, membalikkan kebocoran

kapiler, mengurangi diferensial tekanan dan mengontrol edema.

Ketika latihan aktif atau pasif, otot kaki berkontraksi yang menyebabkan peningkatan

lingkar betis. Terapi kompresi bekerja untuk mencegah peningkatan lingkar betis,

dengan cara mendistribusikan tekanan ke seluruh ektremitas bawah. Efek dari tekanan

ini menurunkan diameter vena di dalam ektremitas bawah yang disebabkan oleh katup

vena yang mengembalikan darah ke jantung.

Page 68: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

59

Sehingga menghasilkan pengurangan volume darah yang tertahan secara lokal,

membantu mengembalikan tekanan vena normal pada kaki dan meningkatan kecepatan

aliran darah vena.

Page 69: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian hubungan penggunaan balut tekan (stoking)

terhadap poetensi penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary

Artery Bypass Graft (CABG) di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan

Kita Jakarta tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari 30 responden post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015 dengan usia terbanyak antara 51-60 tahun,

jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, pendidikan terbanyak adalah SMA, bekerja dan

memiliki riwayat penyakit (jantung, DM dan ginjal).

2. Dari 30 responden post operasi CABG di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung

Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015 sebagian besar responden telah menggunakan

balut tekan (stoking) dengan teratur dan edema berkurang setelah penggunaan balut tekan

(stoking).

3. Terdapat hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan

kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita tahun 2015 dengan nilai p value 0,026< (0,05).

60

Page 70: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

61

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menerapkan metode penggunaan balut tekan

(stoking) sebagai terapi non farmakologi dalam menangani edema pada klien post operasi

Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan melalukan pengkajian dan mengetahui

kontra indikasi dari terapi stoking agar lebih tepat penggunaanya.

2. Bagi Pengembangan Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau tambahan informasi

dalam kegiatan pembelajaran keperawatan medikal bedah khususnya tentang tatalaksana

non farmakologi terhadap edema post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG).

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian

berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya diharapkan mengganti rancangan

penelitiannya menjadi penelitian eksperimental. Selain itu diharapkan penelitian ini

selanjutnya tidak hanya melakukan analisa bivariat tetapi sampai multivariat untuk

mengetahui faktor yang dominan yang berhubungan dengan potensi penurunan kejadian

edema pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG).

Page 71: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

Lampiran 1

PERMOHONAN KESEDIAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Bapak/ibu calon responden

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Nama : FAHRIAH H DJAFAR

NPM : 2013727016

Akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Teknik Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015. Bersama ini saya mohon bapak/ibu untuk menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan, serta menjawab seluruh pertanyaan dalam lembar kuisioner sesuai dengan petunjuk yang ada, jawaban yang bapak/ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas perhatian dan partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti

FAHRIAH H DJAFAR

Page 72: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

Lampiran 2

PERNYATAAN KESEDIAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan judul Hubungan Teknik Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015. Saya juga mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.

Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi perkembangan pengetahuan.

Dengan ini saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Jakarta, Februari 2015

(................................)

Page 73: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik

2. Beri tanda ceklist (V) pada kotak yang telah tersedia untuk setiap jawaban

3. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada kesulitan dalam menjawab pertanyaan

4. Mohon kuesioner ini dikembalikan pada kami setelah diisi

A. Data Demografi

1. Berat Badan : kg

2. Tinggi Badan : cm

3. Jenis kelamin

( ) Laki-laki ( ) Perempuan

4. Usia

( ) 40 – 50 tahun ( ) 51 – 60 tahun

( ) 61 – 65 tahun ( ) > 66 tahun

5. Pendidikan

( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Perguruan Tinggi

6. Pekerjaan

( ) PNS/ ABRI/ POLRI ( ) Wiraswasta ( ) Pensiunan

7. Riwayat penyakit

( ) Jantung ( ) Ginjal

( ) Diabetes Melitus ( ) Lain-lain ............................

Page 74: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

B. Hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian

edema tungkai kaki

Petunjuk pengisian: Beri tanda checklist (v) pada pilihan yang paling tepat pada kolom

yang disediakan

NO PERYATAAN BENAR SALAH

1. Penyakit jantung koroner adalah penyumbatan pembuluh darah sehingga aliran darah ke jantung menjadi berkurang

2. Nyeri dada dan sesak nafas merupakan tanda dan gejala penyakit jantung koroner

3. Merokok, hipertensi, diabetes melitus dan peningkatan kolesterol merupakan penyebab penyakit jantung koroner

4. CABG adalah operasi untuk membuat koneksi (bypass) agar darah dapat mengalir ke jantung

5. Gangguan irama jantung, perdarahan, stroke dan infeksi luka merupakan komplikasi dari operasi CABG

6. Bengkak pada kaki disebabkan karena pembuluh darah yang diambil untuk operasi CABG

7. Untuk menentukan ukuran stoking yang benar, kaki harus diukur terlebih dahulu

8. Stoking berfungsi mengurangi bengkak pada bagian kaki yang dioperasi

9. Saya selalu mengunakan stoking untuk mencegah terjadinya bengkak

10. Stoking harus diganti setelah penggunaan lebih dari 6 bulan

11. Stoking sebaiknya digunakan sampai bengkak hilang

Page 75: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

NO PERTANYAAN YA TIDAK

12. Apakah bapak/ibu mengalami edema (bengkak) pada bagian kaki setelah operasi CABG?

13. Apakah bengkak pada bagian kaki timbul pada minggu pertama operasi?

14. Apakah bengkak pada bagian kaki timbul pada minggu ke-dua operasi?

15. Apakah bengkak pada bagian kaki timbul pada minggu ke-tiga sampai minggu ke-empat operasi?

16. Apakah bapak/ ibu mengkonsumsi obat diuretik seperti lasix atau furosemide?

17. Apakah bapak/ibu menggunakan stoking setelah operasi CABG?

18. Apakah bapak/ibu teratur menggunakan stoking?

19. Apakah bapak/ ibu ada kendala ketika memasangan stoking pada tungkai kaki?

20. Apakah bapak/ ibu menggunakan stoking pada saat melakukan aktivitas?

21. Apakah bapak/ibu melepas stoking sebelum tidur?

22. Apakah bapak/ibu merasa tidak nyaman ketika mengunakan stoking pada tungkai kaki yang bengkak?

23. Apakah bapak/ibu mengalami alergi pada saat menggunakan stoking?

24. Apakah berisiko infeksi jika ibu/bapak terus menerus mengunakan stoking?

Page 76: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

DAFTAR PUSTAKA

Alizadeh, Ghavidel A et al (2014). “Prevention of edema after coronary artery bypass graft

surgery by compression stocking”. Res Cardiovasc Med. (Page 1-6).

Bale, Sue and Vanessa Jones (2000). Wound Care Nursing. London: Bailliere Tindall.

Bate-Jensen, Barbara M (2000). Wound Care. Gaithsburg: Aspen Publication.

Black, Joyce M and Jane Hokanson Hawks (2009). Medical - Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes. Singapore: Elsevier.

Brunner and Suddarth (2008). Textbook of Medical - Surgical Nursing Eleventh Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Bryant, Ruth A (2000). Acute and Chronic Wounds Second Edition. St Louis Missouri: Mosby.

Catharina (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Hidup Pasien Setelah Operasi Coronary Artery Bypass Graft Di RSJPD Harapan Kita Jakarta. Tesis Magister Keperawatan Medikal Bedah, Universitas Indonesia, Depok

Cho, Shaun and Edwin Atwood (2002). “Peripheral edema”. The American Journal of Medicine. Vol 113 (Page 580-586)

Cohen and David (2011). “Quality of Life after PCI with Drug-Eluting Stents or Coronary-Artery Bypass Surgery”. The New England Journal of Medicine. Vol 364 (Page 1016-1026)

Dilawar, Ismail (2011). Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Dengan Pembedahan. www.rscm.co.id. Diakses pada tanggal 9 November 2014. Jam 23.35 WIB

Djuanda, Adhi (2002). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Elizabeth B, Simon (2014). “Leg Edema Assessment and Management”. Medsurg Nursing. Vol 23 (Page 44-53).

Ignatavicius & Workman (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking For Collaborative Care Fifth Edition. St Louis Missouri: Elsevier Saunders.

Page 77: Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...

Khoshgoftar, Zohreh (2009). “Comparison of compression stocking with elastic bandage in

reducing postoperative edema in coronary artery bypass graft patient”. Journal of Vascular Nursing. Vol XXVII, No.4 (Page 103-105)

Lemone, Priscilla et al (2011). Medical Surgical Nursing Critical Thinking In Patient Care. United States of America: Pearson.

Maryunani, Anik (2013). Perawatan Luka Terkini dan Terlengkap. Jakarta: In Media.

Morison, Moya J (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

National Cardiovascular Center Harapan Kita (2010). Tips Bagi Pasien Perawatan Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner. http://www.pjnhk.go.id. Diakses pada tanggal 28 September 2014. Jam 13.03 WIB

Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Rokhaeni, Heni (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Edisi Pertama. Jakarta: Bidang Pendidikan & Pelatihan PJNHK.

Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael (2011). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis

Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto. Sherwood, Lauralee (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC.

Sudoyo, Aru W dkk (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing.

Wounds International (2013). Principles of Compression in Venous Disease. www.woundsinternational.com. Diakses pada tanggal 24 Januari 2015. Jam 7.58 WIB