Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ LAPORAN HASIL PENELITIAN HUBUNGAN PENGGUNAAN BALUT TEKAN (STOKING) TERHADAP POTENSI PENURUNAN KEJADIAN EDEMA TUNGKAI KAKI PADA KLIEN POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG) DI RUANG REHABILITASI MEDIK PUSAT JANTUNG NASIONAL HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2015 DISUSUN OLEH : FAHRIAH H DJAFAR 2013727016 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015
77
Embed
Unggul dalam IPTEK - PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Unggul dalam IPTEK
Kokoh dalam IMTAQ
LAPORAN HASIL PENELITIAN
HUBUNGAN PENGGUNAAN BALUT TEKAN (STOKING) TERHADAP POTENSI
PENURUNAN KEJADIAN EDEMA TUNGKAI KAKI PADA KLIEN POST OPERASI
CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT (CABG) DI RUANG REHABILITASI MEDIK
PUSAT JANTUNG NASIONAL HARAPAN KITA JAKARTA TAHUN 2015
DISUSUN OLEH :
FAHRIAH H DJAFAR
2013727016
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKUTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Riset Keperawatan, Februari 2015
Fahriah H Djafar
Hubungan Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) Di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015
VII BAB + 59 halaman + 5 lampiran
ABSTRAK
Edema adalah kelebihan cairan pada jaringan di tubuh. Salah satu penanggulangan edema adalah dengan stoking kompresi, stoking kompresi adalah pemakaian dari tekanan yang digunakan untuk ekstremitas bawah sebagai fasilitasi aliran darah vena normal. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi kejadian edema tungkai kaki klien post operasi CABG. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Sampel yang diambil 30 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian terdapat hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG). P value < α (0,05). Saran ditujukan kepada pelayanan keperawatan untuk dapat menerapkan penggunaan balut tekan (stoking) sebagai terapi non farmakologi dalam menangani edema pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan tepat.
Kata Kunci : Edema, Stoking, CABG
Daftar Pustaka : 25 (2000-2014)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya,
sehingga dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan
Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada
Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rehabilitasi Medik
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015”.
Laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan atas dukungan dan bimbingan serta arahan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti dengan tulus ikhlas menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Direktur Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian.
2. Bapak Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Irna Nursanti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ibu Hj. Misparsih, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
saran serta arahan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
5. Ibu Eti Hendrawati, S.Kep selaku Kepala Instalasi Prevensi dan Rehabilitasi Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita Jakarta yang telah membantu dan memfasilitasi peneliti dalam
penelitian.
iv
6. Teristimewa untuk orang tua, tante om yang selalu memeberikan doa serta dukungan dengan
penuh kesungguhan dan kesabaran.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada peneliti.
Besar harapan peneliti, semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi profesi
keperawatan khususnya dan klien pada umumnya. Peneliti menyadari bahwa laporan hasil
penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun.
Jakarta, Maret 2015
Peneliti
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRAK.................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ...................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ............................................................ 7
E. Manfaat Penelitian .......................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Jantung Koroner .................................. 9
B. Konsep Kompresi/ Balut Tekan Stoking ......................... 25
C. Penelitian Terkait ............................................................ 31
D. Kerangka Teori ................................................................ 34
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ............................................................ 35
B. Hipotesis .......................................................................... 36
C. Definisi Operasional ........................................................ 37
vi
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 38
C. Populasi dan Sampel .......................................................... 39
D. Pengumpulan Data ............................................................. 41
E. Etika Penelitian .................................................................. 42
F. Pengolahan Data ................................................................ 43
G. Analisa Data ...................................................................... 44
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat.............................................................. 46
B. Analisa Bivariat................................................................ 50
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ................................................... 53
B. Hasil Penelitian ............................................................... 53
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................... 60
B. Saran ................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Data Demografi Klien Post
Operasi CABG Di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015 ........................................ 47
Tabel 5.2 Distribusi Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Dan Kejadian
Edema Pada Klien Post Operasi CABG di Ruang Rehabilitasi
Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015 ...... 49
Tabel 5.3 Hubungan Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Terhadap
Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien
Post Operasi CABG di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015 ........................... 51
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara aliran darah dan kebutuhan oksigen miokard karena adanya sumbatan dan
penyempitan pembuluh darah koroner yang menyebabkan suatu kondisi patologis yaitu
iskemia miokard. Penyakit ini biasanya ditandai dengan nyeri dada khas (angina pectoris).
Keadaan kematian jaringan miokard (infark) sehingga menyebakan kematian sel-sel
miokard (Gardner et al., 2005).
Jumlah penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh sumbatan koroner meningkat secara
bertahap di seluruh dunia pada populasi dewasa tua seiring dengan pola hidup dan pola
makan. Menurut American Heart Association (AHA) pada tahun 2003, Penyakit Jantung
Koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2011, angka kematian penyakit jantung koroner sekitar 17
juta (sekitar 30%) kematian setiap tahunnya di seluruh dunia.
1
2
Meskipun jumlah klien PJK cukup tinggi, angka kematian PJK menurun 30% dari tahun
1993 sampai 2003. Faktor pendukung penurunan ini adalah teknologi untuk diagnosis dan
terapi, penggunaan obat-obatan trombolitik pada infark miokardium akut, perbaikan terapi
intervensi dan teknik bedah serta modifikasi faktor risiko pada populasi yang berisiko (Black
& Hawks, 2009). Salah satu tindakan untuk menangani sumbatan pada PJK adalah
dilakukan Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah operasi untuk penyakit
jantung koroner yang melibatkan penggunaan bagian vena atau arteri untuk membuat
koneksi (bypass) antara aorta dan arteri koroner melewati sumbatan. Operasi ini
memberikan darah untuk perfusi bagian iskemik dari jantung. Arteri internal mammary pada
dada dan vena saphena dari kaki adalah pembuluh darah yang sering digunakan untuk
CABG (Lemone, 2011). Menurut American Heart Association (AHA) pada tahun 2004,
CABG diindikasikan jika manajemen medis tidak mendapatkan hasil yang memuaskan
dalam mengatasi angina pada klien PJK atau apabila pada klien terjadi sumbatan pada arteri
lebih dari 50% pada arteri koroner utama kiri.
Dalam penanganan pada penyakit jantung koroner, terdapat beberapa terapi yang diterapkan
di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita diantaranya terapi dengan obat-obatan,
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) dan Bedah Pintas Arteri Koroner (CABG).
Bedasarkan hasil penelitian The New England Journal of Medicine (2011), menyatakan
bahwa terapi bedah pintas koroner (CABG) lebih menguntungkan, karena CABG atau bedah
pintas koroner merupakan salah satu pengobatan dari penyakit jantung koroner untuk
3
mengurangi keluhan angina dan kehidupan jangka panjang lebih baik terutama untuk pasien-
pasien dengan penyakit jantung koroner yang berat.
Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari bagian Medical Record Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita Jakarta, jumlah klien yang mengalami PJK pada tahun 2013 sebesar
65% dan penanganan yang dilakukan untuk mengatasi PJK terdiri dari pemberian obat-
obatan (obat untuk melebarkan pembuluh darah koroner dan mengurangi kebutuhan oksigen
otot jantung) sebesar 10%, tindakan PCI sebesar 30% dan operasi CABG sebesar 60%.
Menurut Ignatavicius & Workman (2006), keputusan untuk pembedahan berdasarkan pada
gejala klien dan hasil dari kateterisasi jantung. Kandidat klien untuk dilakukan operasi
meliputi; angina dengan oklusi pada left main coronary artery lebih dari 50%, angina tidak
stabil dengan sumbatan dua pembuluh darah yang berat atau tiga pembuluh darah, iskemia
dengan gagal jantung, infark miokard akut dan pembuluh darah koroner yang tidak cocok
dengan PTCA.
Menurut Elizabeth (2014), edema terbentuk dari kerusakan kemampuan pompa jantung
untuk meningkatkan tekanan hidrostatik pada ekstremitas disebabkan oleh sirkulasi yang
buruk yang akan menghasilkan kebocoran kapiler dan akumulasi cairan pada area yang
tergantung seperti ekstremitas bawah. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
pembentukan edema yaitu peningkatan tekanan hidrostatik yang mengakibatkan retensi air
4
dan garam oleh ginjal, penurunan tekanan onkotik di dalam pembuluh darah, peningkatan
onkotik jaringan, peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan obstruksi dari
pembersihan cairan pada sistem limpatik.
Menurut Dilawar (2014), vena yang diambil dari kaki akan meyebabkan aliran darah balik
dari kaki kembali ke jantung akan menjadi kurang lancar dan ini akan menyebabkan kaki
menjadi bengkak. Menurut Maryunani (2013), normalnya darah mengalir dari sistem vena
superfisial ke sistem vena dalam, yang dibantu oleh tekanan yang dipengaruhi oleh katup-
katup satu arah dan kontraksi otot betis. Aktivitas otot-otot betis membantu memompa darah
kembali ke jantung, menanggulangi / mengatasi tekanan hidrostatik yang tinggi. Kegagalan
pompa otot betis untuk memperbaiki pengembalian darah vena dapat menimbulkan
komplikasi hipertensi vena yang menyebabkan edema pada kaki bagian bawah. Berdasarkan
hasil penelitian Res Cardiovasc Med (2014), menyimpulkan bahwa edema pada tungkai
bawah bisa terjadi pada pengambilan vena saphena setelah 4 minggu operasi CABG.
Adanya hubungan yang signifikan antara berat badan dengan kejadian edema, edema lebih
banyak terjadi pada pasien yang obesitas.
Kondisi yang bisa terjadi setelah operasi CABG yaitu edema pada kaki atau lengan yang
diambil pembuluh darahnya untuk bypass, yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti
mati rasa, kelemahan, imobilisasi, gangguan tidur dan penyembuhan tertunda. Klien
disarankan untuk menggunakan stoking untuk mengurangi bengkaknya. Bengkak tersebut
5
akan berkurang atau hilang setelah 6 – 8 minggu. Menurut Maizul (2009), meninggikan kaki
pada saat duduk/ berbaring dan memakai stoking elastis selama minimal 8 minggu dapat
mengurangi bengkak pada kaki yang diambil pembuluh darahnya untuk bypass.
Stoking kompresi merupakan suatu alat yang tepat untuk klien yang akan membutuhkan
kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan (Barbara, 2000). Terapi
kompresi sering digunakan untuk mencegah edema post operasi. Penggunaan stoking rutin
mempunyai efek positif pada pencegahan edema pada graft tungkai dan komplikasi luka
setelah operasi CABG (Res Cardiovasc Med, 2014).
Menurut Bryant (2000), terapi kompresi adalah tekanan yang digunakan dari luar atau
penahan statis untuk ekstremitas bawah yang memfasilitasi aliran normal vena. Mekanisme
cara kerja terapi kompresi yaitu memberikan tekanan konstan ke jaringan dan memberikan
tahanan pada otot betis pada saat ambulasi. Tekanan konstan menyebabkan peningkatan
tekanan jaringan intertisial yang melawan kebocoran dari cairan yang keluar dari sistem
kapiler dan mendukung reabsorbsi cairan kembali kedalam aliran darah. Stoking biasanya
digunakan pada klien dengan insufisiensi vena stabil untuk mencegah ulcer dan edema.
Terapi kompresi bertujuan untuk memperbaiki efisiensi pemompaan betis, meningkatkan
fungsi katup, membalikkan kebocoran kapiler, mengurangi diferensial tekanan dan
mengontrol edema.
6
Berdasarkan hasil observasi terhadap 30 klien post CABG pada bulan Mei 2014 didapatkan
hasil 20 klien mengalami edema tungkai kaki dan 10 klien tidak mengalami edema tungkai
kaki. Dari 20 klien yang mengalami edema tungkai kaki, 10 klien mengeluh terjadinya
edema pada hari ke 5 sampai 7 post CABG dan 10 klien mengalami edema tungkai kaki
pada minggu ke 2 post CABG. Untuk mengurangi edema pada tungkai kaki, klien
dianjurkan untuk meninggikan kaki mereka pada saat duduk atau berbaring dan
menggunakan stoking selama 6 sampai 8 minggu. Dari 20 klien, 5 klien mengatakan bahwa
edema dapat berkurang setelah menggunakan stoking selama 6 minggu dan 15 klien
mengatakan bahwa edema dapat berkurang setelah menggunakan stoking selama 8 minggu.
Berdasarkan latar belakang diatas dan belum adanya yang melakukan riset penelitian tentang
masalah yang ada di tempat peneliti bekerja, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan
kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft
(CABG) di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun
2015.
B. Rumusan Masalah
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara aliran darah dan kebutuhan oksigen miokard karena adanya sumbatan dan
penyempitan pembuluh darah koroner. Salah satu tindakan untuk menangani sumbatan pada
7
PJK adalah dilakukan Coronary Artery Bypass Graft (CABG). CABG adalah operasi untuk
penyakit jantung koroner yang melibatkan penggunaan bagian vena atau arteri untuk
membuat koneksi (bypass) antara aorta dan arteri koroner melewati sumbatan. Menurut
Dilawar (2014), vena yang diambil dari kaki akan meyebabkan aliran darah balik dari kaki
kembali ke jantung akan menjadi kurang lancar dan ini akan menyebabkan kaki menjadi
bengkak. Klien disarankan untuk menggunakan stoking minimal selama 8 minggu untuk
mengurangi bengkaknya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema tungkai kaki
pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG).
C. Pertanyaan Penelitian
Adakah hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian
edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang
Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema
tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang
Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015.
8
2. Tujuan Khusus
Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Diketahui gambaran karakteristik demografi klien post operasi CABG di ruang
Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015.
2. Diketahui gambaran status edema pada klien post operasi CABG yang menggunakan
stoking di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta
tahun 2015.
3. Diketahui pengaruh penggunaan stoking pada klien post operasi CABG di ruang
Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pelayanan keperawatan yang lebih
baik dalam upaya menangani edema tungkai kaki dan mencegah komplikasi pada klien
post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan benar dan tepat.
2. Bagi Pengembangan Pendidikan Keperawatan
Dapat menjadi referensi atau tambahan informasi tentang tatalaksana perawatan klien
post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dalam menangani edema tungkai
kaki.
3. Bagi Peneliti Lebih Lanjut
4. Dapat memberikan tambahan ilmu tentang penelitian kepada peneliti selanjutnya
sehingga pelayanan keperawatan dapat berkembang lebih maju.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang konsep Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan
Penatalaksanaan Post Coronary Artery Bypass Graft (CABG).
A. Konsep Penyakit Jantung Koroner (PJK)
1. Pengertian
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner,
menyebabkan arteri menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke area jantung
yang disuplai arteri tersebut berkurang. Jika aliran darah yang tersisa tidak mencukupi
kebutuhan oksigen pada jantung area tersebut akan mengalami iskemia dan cidera serta
dapat terjadi kondisi infark miokardium (Black & Hawks, 2009). PJK merupakan
penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis, arteri koroner yang tersumbat oleh fibrous,
plak lemak. PJK dimanifestasikan oleh angina pektoris, sindrom koroner akut dan infark
miokardium (Lemone, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa PJK adalah penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis pada
arteri koroner, menyebabkan arteri menyempit sehingga aliran darah ke area jantung
berkurang. PJK dimanifestasikan oleh angina pektoris, sindrom koroner akut dan infark
miokardium.
9
10
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Black & Hawks, 2014 penyebab primer penyakit arteri koroner adalah
inflamasi dan pengendapan lemak di dinding arteri. Faktor resiko yang dapat
mencetuskan terjadinya PJK dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu faktor resiko
yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia adalah faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi. Lebih dari 50% klien dengan
penyakit jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih. Jenis kelamin dan faktor
genetik juga termasuk faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dari penyakit
jantung koroner. Pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung
pada usia yang lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa
menopause. Pada wanita yang sudah menopause kadar estrogen dalam tubuhnya
menurun. Hormon estrogen dapat melebarkan pembuluh darah, sehingga menurunkan
resiko terkena penyakit jantung koroner (Wika, 2008). Kromosom p921.3
berhubungan dengan penyakit jantung koroner. Kromosom ini berisi gen yang
melibatkan patogenesis dari aterosklesosis (Samani, Erdman, Hall,et al., 2007).
11
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi menurut Black & Hawks, 2014, meliputi:
1. Merokok
Perokok aktif maupun pasif merupakan faktor risiko yang berpengaruh kuat pada
perkembangan PJK. Merokok memperbesar risiko menjadi tiga kali lipat untuk
mengalami serangan jantung pada wanita dan dua kali lipat pada pria.
2. Hipertensi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan
afterload, memperbesar dan melemahkan ventrikel kiri.
3. Peningkatan kadar kolesterol serum
Orang dengan High Density Lipoprotein (HDL) atau Low Density Lipoprotein
(LDL) yang tinggi memiliki risiko untuk PJK yang lebih rendah dibandingkan
orang dengan rasio HDL/ LDL yang rendah.
4. Diabetes melitus
Klien dengan diabetes memiliki risiko 2-4 kali lebih tinggi terhadap prevalensi,
insiden dan mortalitas akibat semua bentuk PJK.
5. Inaktivitas fisik
Latihan aerobik teratur penting untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh
darah. Orang – orang yang melakukan latihan fisik memiliki risiko PJK yang lebih
rendah karena kadar HDL lebih tinggi, kadar LDL, trigliserida, glukosa darah lebih
rendah, sensitivitas insulin yang lebih baik, tekanan darah yang lebih rendah dan
indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah.
12
6. Obesitas
Obesitas menambah beban ekstra pada jantung, memaksa otot jantung bekerja
lebih keras untuk memompa jantung untuk mengantarkan darah ke jaringan
tambahan. Obesitas juga meningkatkan risiko PJK karena sering berhubungan
dengan peningkatan kolesterol serum dan kadar trigliserida, tekanan darah yang
tinggi dan diabetes.
3. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, angka kematian penyakit
jantung koroner sekitar 17 juta (sekitar 30%) kematian setiap tahunnya di seluruh dunia.
Lebih dari 50% klien dengan penyakit jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih,
80% kematian disebabkan oleh infark miokardium yang terjadi pada kelompok usia ini.
Pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada usia yang lebih
muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa menopause (National
Cholesterol Education Program,2002).
4. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri. Timbunan
ini dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrien oleh sel-sel endotel
yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
13
parut sehingga lumen menjadi sempit dan aliran darah menuju otot jantung terhambat
(Black & Hawks, 2014). Angina dicirikan dengan kejadian nyeri dada, biasanya
disebabkan oleh latihan fisik dan akan hilang dengan istirahat. Ketika kebutuhan oksigen
miokardium lebih besar dari suplai pembuluh darah yang tersumbat, sel miokardium
menjadi iskemia dan berubah menjadi metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob
memproduksi asam laktat yang menstimulus syaraf otot menyebabkan nyeri. Nyeri akan
berkurang ketika suplai oksigen kembali sesuai kebutuhan miokardium (Lemone,2011).
Arteri koroner terdiri dari 2 yaitu arteri koroner kiri (Left Main Coronary Artery/ LMCA)
dan arteri koroner kanan (Right Coronary Artery/ RCA) pada dasarnya arteri koroner
kanan memberi makan pada atrium kanan, ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam
dari ventrikel kiri. Nodus SA (Sino Atrial Node) letaknya di atrium kanan, tetapi hanya
55% kebutuhan nutrisinya dipasok oleh arteri koronaria kanan, sedang 42% lainnya
dipasok oleh cabang arteri sirkumfleks kiri. Nutrisi untuk nodus AV dipasok oleh arteri
yang melintasi kruks, yakni 90% dari arteri koroner kanan dan 10% dari arteri
sirkumfleks. Maka dapat disimpulkan bahwa jika terjadi sumbatan pada pembuluh darah
koroner akan menyebabkan aritmia (Sherwood,2011).
14
5. Manifestasi Klinis
Sumbatan pada aliran darah menyebabkan tidak cukup persedian darah yang menghalangi
kebutuhan oksigen sel otot jantung , kondisi ini disebut iskemia. Angina pectoris
berhubungan dengan nyeri dada yang disebabkan oleh iskemi miokardium. Jika
penurunan persedian darah cukup besar dan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan
kerusakan yang irreversibel dan kematian sel miokardium atau infark miokardium.
Kerusakan miokardium yang irreversibel mengalami degenerasi dan digantikan oleh
jaringan skar, menyebabkan beberapa derajat disfungsi miokardium. Kerusakan
miokardium yang signifikan akan menghasilkan cardiac output yang rendah dan jantung
tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan darah yang disebut dengan gagal jantung.
Penurunan persedian darah karena penyakit jantung koroner menyebabkan jantung
Menurut Dilawar (2014), vena yang diambil dari kaki akan meyebabkan aliran darah
balik dari kaki kembali ke jantung akan menjadi kurang lancar dan ini akan
menyebabkan kaki menjadi bengkak. Menurut Maryunani (2013), normalnya darah
mengalir dari sistem vena superfisial ke sistem vena dalam, yang dibantu oleh tekanan
yang dipengaruhi oleh katup-katup satu arah dan kontraksi otot betis. Aktivitas otot-otot
betis membantu memompa darah kembali ke jantung, menanggulangi / mengatasi
tekanan hidrostatik yang tinggi. Kegagalan pompa otot betis untuk memperbaiki
pengembalian darah vena dapat menimbulkan komplikasi hipertensi vena yang
menyebabkan edema pada kaki bagian bawah.
Penanggulangan edema yang dilakukan meliputi memperbaiki penyakit dasar,
meninggikan kaki dan terapi kompresi. Meninggikan kaki berguna untuk memfasilitasi
pemindahan cairan melalui pemanfaatan gravitasi dalam pengembalian vena /venous
return. Kaki diangkat lebih tinggi dari level jantung selama 20-30 menit setiap 2-3 jam
sehari. Terapi kompresi bekerja memfasilitasi pergerakan cairan yang berlebihan dari
ekstremitas bawah (Carrie and Barbara, 2000).
57
3. Hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema
tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang
Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015
Hasil tabel silang antara penggunaan balut tekan dengan kejadian edema diketahui
bahwa dari 16 reponden yang teratur menggunakan balut tekan (stoking) sebagian besar
yaitu 9 (56,2%) yang mengalami kejadian edema berkurang. Dari 14 responden yang
tidak teratur menggunakan balut tekan (stoking) sebagian besar yaitu 8 (57,1%) masih
mengalami edema. Hasil analisis dengan chi square diperoleh p value =0.026 ( p value <
alpha 5%), Maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan penggunaan balut
tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post
operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang Rehabilitasi Medik Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita tahun 2015.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Res Cardiovasc Med (2014), yang berjudul
pencegahan edema setelah operasi CABG dengan stoking kompresi yang menyatakan
bahwa penggunaan stoking secara rutin memiliki efek positif pada pencegahan edema
pada donor tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG. Kondisi yang bisa
terjadi setelah operasi CABG yaitu edema pada kaki atau lengan yang diambil
pembuluh darahnya untuk bypass, yang menyebabkan ketidaknyamanan seperti mati
rasa, kelemahan, imobilisasi, gangguan tidur dan penyembuhan tertunda. Klien
disarankan untuk menggunakan stoking untuk mengurangi bengkaknya.
58
Bengkak tersebut akan berkurang atau hilang setelah 6 – 8 minggu. Menurut Maizul
(2009), meninggikan kaki pada saat duduk/ berbaring dan memakai stoking elastis
selama minimal 8 minggu dapat mengurangi bengkak pada kaki yang diambil pembuluh
darahnya untuk bypass.
Menurut Bryant (2000), terapi kompresi adalah tekanan yang digunakan dari luar atau
penahan statis untuk ekstremitas bawah yang memfasilitasi aliran normal vena.
Mekanisme cara kerja terapi kompresi yaitu memberikan tekanan konstan ke jaringan
dan memberikan tahanan pada otot betis pada saat ambulasi. Tekanan konstan
menyebabkan peningkatan tekanan jaringan intertisial yang melawan kebocoran dari
cairan yang keluar dari sistem kapiler dan mendukung reabsorbsi cairan kembali
kedalam aliran darah. Stoking biasanya digunakan pada klien dengan insufisiensi vena
stabil untuk mencegah ulcer dan edema. Terapi kompresi bertujuan untuk memperbaiki
efisiensi pemompaan betis, meningkatkan fungsi katup, membalikkan kebocoran
kapiler, mengurangi diferensial tekanan dan mengontrol edema.
Ketika latihan aktif atau pasif, otot kaki berkontraksi yang menyebabkan peningkatan
lingkar betis. Terapi kompresi bekerja untuk mencegah peningkatan lingkar betis,
dengan cara mendistribusikan tekanan ke seluruh ektremitas bawah. Efek dari tekanan
ini menurunkan diameter vena di dalam ektremitas bawah yang disebabkan oleh katup
vena yang mengembalikan darah ke jantung.
59
Sehingga menghasilkan pengurangan volume darah yang tertahan secara lokal,
membantu mengembalikan tekanan vena normal pada kaki dan meningkatan kecepatan
aliran darah vena.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian hubungan penggunaan balut tekan (stoking)
terhadap poetensi penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary
Artery Bypass Graft (CABG) di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita Jakarta tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 30 responden post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015 dengan usia terbanyak antara 51-60 tahun,
jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, pendidikan terbanyak adalah SMA, bekerja dan
memiliki riwayat penyakit (jantung, DM dan ginjal).
2. Dari 30 responden post operasi CABG di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita Jakarta tahun 2015 sebagian besar responden telah menggunakan
balut tekan (stoking) dengan teratur dan edema berkurang setelah penggunaan balut tekan
(stoking).
3. Terdapat hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan
kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita tahun 2015 dengan nilai p value 0,026< (0,05).
60
61
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menerapkan metode penggunaan balut tekan
(stoking) sebagai terapi non farmakologi dalam menangani edema pada klien post operasi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan melalukan pengkajian dan mengetahui
kontra indikasi dari terapi stoking agar lebih tepat penggunaanya.
2. Bagi Pengembangan Pendidikan Keperawatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau tambahan informasi
dalam kegiatan pembelajaran keperawatan medikal bedah khususnya tentang tatalaksana
non farmakologi terhadap edema post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG).
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
berikutnya dan dalam penelitian selanjutnya diharapkan mengganti rancangan
penelitiannya menjadi penelitian eksperimental. Selain itu diharapkan penelitian ini
selanjutnya tidak hanya melakukan analisa bivariat tetapi sampai multivariat untuk
mengetahui faktor yang dominan yang berhubungan dengan potensi penurunan kejadian
edema pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG).
Lampiran 1
PERMOHONAN KESEDIAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Bapak/ibu calon responden
Dengan hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Nama : FAHRIAH H DJAFAR
NPM : 2013727016
Akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Teknik Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015. Bersama ini saya mohon bapak/ibu untuk menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan, serta menjawab seluruh pertanyaan dalam lembar kuisioner sesuai dengan petunjuk yang ada, jawaban yang bapak/ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian dan partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini saya ucapkan banyak terima kasih.
Peneliti
FAHRIAH H DJAFAR
Lampiran 2
PERNYATAAN KESEDIAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan judul Hubungan Teknik Balut Tekan (Stoking) Terhadap Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Tahun 2015. Saya juga mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi perkembangan pengetahuan.
Dengan ini saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jakarta, Februari 2015
(................................)
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER
PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik
2. Beri tanda ceklist (V) pada kotak yang telah tersedia untuk setiap jawaban
3. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada kesulitan dalam menjawab pertanyaan
4. Mohon kuesioner ini dikembalikan pada kami setelah diisi
B. Hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian
edema tungkai kaki
Petunjuk pengisian: Beri tanda checklist (v) pada pilihan yang paling tepat pada kolom
yang disediakan
NO PERYATAAN BENAR SALAH
1. Penyakit jantung koroner adalah penyumbatan pembuluh darah sehingga aliran darah ke jantung menjadi berkurang
2. Nyeri dada dan sesak nafas merupakan tanda dan gejala penyakit jantung koroner
3. Merokok, hipertensi, diabetes melitus dan peningkatan kolesterol merupakan penyebab penyakit jantung koroner
4. CABG adalah operasi untuk membuat koneksi (bypass) agar darah dapat mengalir ke jantung
5. Gangguan irama jantung, perdarahan, stroke dan infeksi luka merupakan komplikasi dari operasi CABG
6. Bengkak pada kaki disebabkan karena pembuluh darah yang diambil untuk operasi CABG
7. Untuk menentukan ukuran stoking yang benar, kaki harus diukur terlebih dahulu
8. Stoking berfungsi mengurangi bengkak pada bagian kaki yang dioperasi
9. Saya selalu mengunakan stoking untuk mencegah terjadinya bengkak
10. Stoking harus diganti setelah penggunaan lebih dari 6 bulan
11. Stoking sebaiknya digunakan sampai bengkak hilang
NO PERTANYAAN YA TIDAK
12. Apakah bapak/ibu mengalami edema (bengkak) pada bagian kaki setelah operasi CABG?
13. Apakah bengkak pada bagian kaki timbul pada minggu pertama operasi?
14. Apakah bengkak pada bagian kaki timbul pada minggu ke-dua operasi?
15. Apakah bengkak pada bagian kaki timbul pada minggu ke-tiga sampai minggu ke-empat operasi?
16. Apakah bapak/ ibu mengkonsumsi obat diuretik seperti lasix atau furosemide?
17. Apakah bapak/ibu menggunakan stoking setelah operasi CABG?
18. Apakah bapak/ibu teratur menggunakan stoking?
19. Apakah bapak/ ibu ada kendala ketika memasangan stoking pada tungkai kaki?
20. Apakah bapak/ ibu menggunakan stoking pada saat melakukan aktivitas?
21. Apakah bapak/ibu melepas stoking sebelum tidur?
22. Apakah bapak/ibu merasa tidak nyaman ketika mengunakan stoking pada tungkai kaki yang bengkak?
23. Apakah bapak/ibu mengalami alergi pada saat menggunakan stoking?
24. Apakah berisiko infeksi jika ibu/bapak terus menerus mengunakan stoking?
DAFTAR PUSTAKA
Alizadeh, Ghavidel A et al (2014). “Prevention of edema after coronary artery bypass graft
surgery by compression stocking”. Res Cardiovasc Med. (Page 1-6).
Bale, Sue and Vanessa Jones (2000). Wound Care Nursing. London: Bailliere Tindall.
Bate-Jensen, Barbara M (2000). Wound Care. Gaithsburg: Aspen Publication.
Black, Joyce M and Jane Hokanson Hawks (2009). Medical - Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes. Singapore: Elsevier.
Brunner and Suddarth (2008). Textbook of Medical - Surgical Nursing Eleventh Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Bryant, Ruth A (2000). Acute and Chronic Wounds Second Edition. St Louis Missouri: Mosby.
Catharina (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Hidup Pasien Setelah Operasi Coronary Artery Bypass Graft Di RSJPD Harapan Kita Jakarta. Tesis Magister Keperawatan Medikal Bedah, Universitas Indonesia, Depok
Cho, Shaun and Edwin Atwood (2002). “Peripheral edema”. The American Journal of Medicine. Vol 113 (Page 580-586)
Cohen and David (2011). “Quality of Life after PCI with Drug-Eluting Stents or Coronary-Artery Bypass Surgery”. The New England Journal of Medicine. Vol 364 (Page 1016-1026)
Dilawar, Ismail (2011). Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Dengan Pembedahan. www.rscm.co.id. Diakses pada tanggal 9 November 2014. Jam 23.35 WIB
Djuanda, Adhi (2002). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Elizabeth B, Simon (2014). “Leg Edema Assessment and Management”. Medsurg Nursing. Vol 23 (Page 44-53).
Ignatavicius & Workman (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking For Collaborative Care Fifth Edition. St Louis Missouri: Elsevier Saunders.
National Cardiovascular Center Harapan Kita (2010). Tips Bagi Pasien Perawatan Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner. http://www.pjnhk.go.id. Diakses pada tanggal 28 September 2014. Jam 13.03 WIB
Rokhaeni, Heni (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler Edisi Pertama. Jakarta: Bidang Pendidikan & Pelatihan PJNHK.
Sastroasmoro, Sudigdo dan Sofyan Ismael (2011). Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto. Sherwood, Lauralee (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W dkk (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing.
Wounds International (2013). Principles of Compression in Venous Disease. www.woundsinternational.com. Diakses pada tanggal 24 Januari 2015. Jam 7.58 WIB