09 ULTIMAGZ Seni Perlu Sinergitas dan Apresiasi P•10 Kurang Apresiasi, Minim Prestasi P•14 Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi Karya Seni P•22 Cermin Kekayaan dalam Seni dan Bahasa P•6 FEBRUARI • 2016 • SENI DAN BAHASA INDONESIA
Jul 25, 2016
IU L T I M A G Z
09 ULTIMAGZSeni Perlu Sinergitas dan Apresiasi P•10
Kurang Apresiasi, Minim Prestasi P•14
Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi Karya Seni P•22
Cermin Kekayaan dalam Seni dan Bahasa P•6
FEBRUARI • 2016 • SENI DAN BAHASA INDONESIA
II U L T I M A G Z
SELAMATTAHUN BARU!
I I IU L T I M A G Z
Alamat Redaksi dan PerusahaanGedung Universitas Multimedia Nusantara, B613Jl. Scientia Boulevard Gading SerpongTangerang - Banten
[email protected]@ultimagzultimagzwww.ultimagz.com
Redaksi Ultimagz menerima kiriman artikel sebanyak 600-1000 kata disertai dengan foto. Kirim ke [email protected] dengan subjek Kontributor. Jangan lupa sertai identitas lengkap.
DESAIN COVERNadya Chandra
PENERBIT
BOARD
Pelindung Ninok Leksono
Dewan Redaksi Bertha Sri EkoAmbang Priyonggo
EDITORIAL
Pemimpin UmumFirqha Andjani
Pemimpin Redaksi Lani Diana
Redaktur Pelaksana CetakAnnisa Meidiana
Redaktur Pelaksana OnlineAlif Gusti Mahardika
Redaktur FotoAnthony Dennis P. Tumiwa
Sekretaris Redaksi Aydina Chandra
Editor Annisa MeidianaAlif Gusti MahardikaPetrus Tomy WijanarkoLani Diana
Reporter Christian K. YangElisabethEvan Andraws LatiefJosephine ValenciaNatalia SetiawanNathania PessakRichard Joe SunartaValerie DanteAbram Christian ManafeAnaluna Djousie B. M.Christoforus RistiantoKezia Maharani Sutikno Monica Devi KristiadiPetrus Tomy WijanarkoRosa CindySelvianaStephani Laurensia
Keuangan Cintya Ladyana
Fotografer Gustama Pandu
Cindy GaniPricillia Tania Evelyn LeoAditya BhagasBenedict WiyanjayaDebora DarmawanIgnatia M. AdelineAngelina Rosalin
OPERATIONAL MANAGER
Gregorius Aryodamar P.
WEB MAINTENANCE
Rizka Hasnita (Editor)Robertus PajajakngKevin AlexanderRudiyanto
DESAIN VISUAL
Y.C. Yudiya Halim (Editor)Cantika A.S.Kevin Calviadi PrijatnaPricilla JessicaBryan ArfiandyIsmi UlfahLaetitia CaeliAngela Grace TanamasJeremias RamaLoren ChristianNadya ChandraRachel Ariella DISTRIBUTION & MARKETING
Pemimpin Perusahaan Silsa Dea
MarketingCintya LadyanaMonica PratiwiVincentius HendrianFelicia AriesandiNovia Puspa SariNurul NuraidaTannisa Hadiwijaya
Media PartnerNurul NuraidaRafael RyandikaRinda HaddadeTheresia Livinka
Public RelationsTheofilus Ifan Sucipto
Lani Diana Pemimpin Redaksi
BANGUN KREATIVITAS, IDE, DAN PENGETAHUAN
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia
terbagi menjadi daerah dan wilayah
tertentu. Masing-masing kepulauan tentu
memiliki kekayaan dan ciri khas, salah
satunya dari aspek seni dan bahasanya.
Kesenian Indonesia pun beragam, ada seni
pertunjukan, seni rupa, seni musik, dan seni
tari. Tidak hanya itu, bahasa di Indonesia
juga memiliki warna yang berbeda-beda
dan menjadi suatu warisan yang harus
dijaga agar tidak punah.
Upaya untuk mempertahankan seni dan
bahasa perlu ditingkatkan sekarang ini. Hal
itu dikarenakan perkembangan teknologi
yang diiringi dengan masuknya kebudayaan
dari negara lain kian menggerogoti
Indonesia. Kesadaran masyarakat,
khususnya anak muda seyogianya dibangun
demi mensukseskan upaya tersebut
mengingat potensi yang dimiliki tidak
diragukan lagi.
Kreativitas dan ide nampak selalu
mengalir dengan terciptanya inovasi serta
beberapa kegiatan seni tertentu. Sebut saja
grup band KunoKini yang menggunakan
instrumen musik asal Indonesia, seperti
gamelan, kolintang, dan suling yang
dikombinasikan dengan musik kontemporer
untuk menciptakan sebuah karya musik.
Salah satu narasumber dalam edisi kali
ini Zamzami Almakki mengatakan bahwa
Indonesia harus tetap menonjolkan apa
yang menjadi ciri khasnya di tengah-tengah
terpaan budaya asing.
Namun demikian, eksistensi seni
tidak melulu dapat dijaga dengan cara
yang tradisional. Kesenian Indonesia pun
telah beranjak dari seni tradisional ke
seni kontemporer. Narasumber lainnya
Abduh Aziz lebih ekstrim memaparkan,
tantangan yang harus dihadapi bukan lagi
pembedaan antara seni tradisional dan
kontemporer, namun bagaimana seniman
mengomunikasikan gagasan melalui
karyanya.
Dengan demikian, pemerintah tidak
perlu lagi memperdebatkan atau khawatir
akan kebudayaan barat yang masuk di
Indonesia, karena hal-hal penting yang
perlu ditanamkan kepada masyarakat
adalah bagaimana membangun kreativitas,
mengembangkan ide, dan memahami
pengetahuan seni itu sendiri.
Jika berbicara mengenai bahasa,
penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) kini jarang ditemukan. Padahal,
sejak duduk di bangku sekolah dasar anak-
anak diajar untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan
EYD. Mengutip opini Niknik M. Kuntarto,
berbahasa Indonesia sesuai dengan EYD
tidak harus selalu dilakukan, namun perlu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi
untuk menciptakan sikap menghormati
serta melestarikan bahasa bangsa.
Selain itu, mari melihat upaya yang telah
dilakukan oleh Universitas Multimedia
Nusantara. Sebagai instansi pendidikan,
peran kampus dalam memberdayakan
potensi mahasiswa perlu diperhatikan.
Mahasiswa berhak memperoleh apresiasi
dan dukungan dari pihak kampus agar
dapat berkembang, sehingga diperlukan
sinergi antara pelaku seni dan pihak-pihak
tertentu.
Pemaparan tentang seni dan bahasa
dalam edisi kali ini merupakan lanjutan dari
bahasan Ultimagz bertemakan ‘Warisan
dan Budaya Indonesia’ yang terbit pada
Mei 2014. Penjelasan lebih rinci mengenai
warisan Indonesia pun dapat ditemukan
dalam edisi ini, ‘Seni dan Bahasa Indonesia’.
IV U L T I M A G Z
01 SURAT PEMBACA
02 - 03 ALMANAC
04 - 05 EVENTS CALENDAR
06 - 09 COVER STORY Cermin Kekayaan dalam Seni dan Bahasa
10 - 13 INFO INDONESIA Seni Perlu Sinergitas dan Apresiasi
14 - 17 INFO KAMPUS Kurang Apresiasi, Minim Prestasi
18 - 21 WAWANCARA Ikhtiar Si Jembatan Mahasiswa Kembangkan Potensi Pelaku Seni
22 - 23 SOSOK EKSTERNAL Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi Karya Seni
24 - 25 SOSOK INTERNAL Desainer Grafis Pecinta Karya Ornamen 26 - 27 OPINI EKSTERNAL Seni Itu Bebas
28 - 29 OPINI INTERNAL Bahasa Indonesia sebagai Identitas Diri
CONTENTS — Februari 2016
30 - 31 CHIT-CHAT Utamakan Seni dan Bahasa Indonesia
32 - 35 MUSIK KunoKini Kembali ke Akar!
36 - 37 OLAHRAGA Sepak Bola Bukanlah Seni, Tapi...
38 - 39 REVIEW Begin Again Menjejaki Jatuh Bangun Kehidupan
40 - 43 CERPEN
44 - 45 EVENT Ruang Karya untuk Publik yang Lebih Kritis
46 - 47 SUSIS Upaya Pertahankan Seni dan Bahasa Indonesia Lewat Elaborasi Pendidikan 48 - 49 TEKNOLOGI Alat yang Baru di 2016
50 - 51 SNAPSHOTS
52 WHAT’S NEXT
illustration by Bryan Arfiandy
1U L T I M A G Z
SURATPEMBACAJessica Damiana - Ilmu Komunikasi 2014
Ultimagz mulai bikin artikel berbahasa Inggris. Untuk layout, ada yang terkadang padat layout-nya dan ada juga yang sepi. Kalau bisa jangan dikasih warna gelap di Ultimagz cetak, karena sulit untuk dibaca.
Hallo Jessica! Terima kasih untuk saranmu terkait konten dan layout majalah Ultimagz. Untuk artikel berbahasa Inggris, fokus kami memang bukan pada penggunaan bahasa asing, namun memprioritaskan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pembaca. Mengenai layout, konsep Ultimagz saat ini adalah white space yang memang lebih banyak menampilkan ruang kosong. Perihal padatnya desain dan warna gelap pada majalah akan menjadi bahan pertimbangan kami untuk edisi Ultimagz selanjutnya. Salam deadline!
Rosalina Soesanto – Ilmu Komunikasi 2014
Coba naikin isu soal kampus lebih banyak lagi biar anak kampus juga tertarik membacanya.
Hallo Rosalina! Terima kasih atas komentarmu. Terkait pemberitaan di dalam kampus, kami selalu mencoba untuk memberikan informasi penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Setiap bulannya, majalah Ultimagz memang menyuguhkan tema yang berbeda-beda dan tidak melulu tentang kampus. Namun, kami tetap konsisten menyediakan rubrik info kampus, sehingga tema yang diangkat akan selalu relevan dengan isu kampus. Selain itu, informasi seputar kampus pun bisa kamu akses di website Ultimagz. Salam deadline!
2 U L T I M A G Z
Peluncuran Perdana Facebook
Pada Februari 2004, sebuah situs yang diciptakan oleh mahasiswa psikologi Universitas Harvard Mark Zuckerberg ini awalnya digunakan untuk membandingkan foto mahasiswi yang diperoleh dengan meretas database Harvard. Situs yang kemudian berganti nama dari facemash.com menjadi thefacebook.com ini berhasil menarik perhatian sekitar 1.200 mahasiswa Harvard. Namun, rencana tak selalu berjalan mulus. Mark menemui kesulitan. Ia dituduh mencuri ide milik Cameron Winklevoss, Tyler Winklevoss, dan Divya Narendra yang membuat situs bernama harvardconnection.com.
Beruntung, Mark dapat lolos dari tuntutan hukum yang diajukan oleh tiga seniornya di Harvard ini. Kemujuran bertubi-tubi datang menghampiri thefacebook.com setelah kejadian tersebut. Co-Founder Napster Sean Parker secara khusus terbang ke New York untuk menemui Mark dan menjadi penasihat situs tersebut hingga akhirnya ia diangkat menjadi presiden di perusahaan baru itu. Founder PayPal Peter Thell pun memberikan investasi perdananya sebesar 500.000 USD.
Hanya dalam satu tahun, lebih dari satu juta orang telah menjadi anggota thefacebook.com. Melihat adanya kesempatan baik, Mark bersama dengan kawan dan investor thefacebook.com melebarkan sayapnya ke luar Harvard dan berganti nama menjadi Facebook. Karena kemudahan menggunakan situs, hingga saat ini miliaran akun telah terdaftar dalam situs pertemanan yang telah mendunia itu.
Peristiwa Kapal Tujuh Provinsi (Zeven Provinciën)
Tepat pada 5 Februari 1933, menanggapi keputusan penurunan gaji pegawai Hindia Belanda oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, para pelaut Indonesia dan Belanda melakukan mogok massal. Penurunan sebesar 17% yang diumumkan pada 1 Januari 1933 oleh De Jonge mendapat tantangan dari berbagai pihak yang kemudian menyulut pemberontakan di lepas pantai Sumatera. Martin Paradja, Rumambi, Kawilarang, dan Boshart adalah nama-nama yang menjadi pelopor pemberontakan di atas kapal perang Zeven Provinciën milik Belanda ini. Kapal Tujuh terus berlayar meski terus-menerus dikejar oleh kapal-kapal Belanda. Keunggulan dalam persenjataan mengakibatkan Kapal Tujuh dapat terus berlayar melintasi pulau Simeuleu, Sinabang, dan tiba di selat Sunda pada 10 Februari.
Pemberontakan awak Kapal Tujuh dihentikan ketika pesawat udara angkatan laut Belanda menjatuhkan dua bom di atas kapal angkatan laut tersebut. Bom pertama berukuran 50 kilogram tidak mengenai sasaran. Sementara, bom kedua tepat jatuh di geladak kapal. Kapal ini tak dilengkapi dengan meriam penangkis serangan udara, sehingga beberapa awak tewas dalam insiden tersebut. Beberapa media massa dibredel pemimpin redaksi mereka ditahan, karena memberitakan peristiwa ini. Para nasionalis yang menjadi kambing hitam juga terkena imbasnya, sehingga pengawasan terhadap mereka diperketat oleh kaum Hindia Belanda.
ALMANACNote–worthy moments of a month past
3U L T I M A G Z
Peluncuran Atlas Nasional Indonesia
Enam tahun silam, tepatnya pada 5 Februari 2009, Atlas Nasional Indonesia resmi diluncurkan. Jika selama ini menggunakan atlas keluaran Hindia Belanda yang dibuat pada 1938, maka sejak 2009 informasi resmi tentang teritorial, potensi, fenomena, dan sumber daya alam nasional dapat diperoleh dari Atlas Nasional Indonesia. Atlas ini terdiri dari tiga volume. Volume I berisi tentang kondisi fisik dan lingkungan, seperti geologi, iklim, geomorfologi, dan kelautan. Volume II memberikan informasi perihal sumber daya alam dan potensinya. Volume III tentang sejarah, wilayah, penduduk, budaya, dan bahasa.
Dikemas dalam buku yang berisikan peta tematik, deskriptif, gambar, foto, dan citra satelit, Atlas ini masih terus dikembangkan sejak peluncurannya hingga 2010. Atlas Nasional ini merupakan bentuk kerja sama antara Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dengan beberapa instansi, seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Badan Geologi Departemen ESDM, Dinas Hidro Oseanografi MABES TNI AL, Departemen Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, dan National Geographic Indonesia.
Dukun Cilik Ponari
Bocah pemalu berusia 10 tahun yang kerap dipanggil Ponari mendadak terkenal pada Februari 2009 lalu. Pasalnya, batu temuan milik bocah bernama lengkap Mohammad Ponari ini disebut-sebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Batu ini ‘berubah’ menjadi ajaib setelah terkena sambaran petir. Setiap harinya, ribuan ‘pasien’ berbekal segelas air memadati rumahnya di Jombang hingga akhirnya polisi menutup praktik dukun cilik ini pada Maret 2009. Praktik yang dilakukan Ponari kurang lebih hanya mencelupkan tangan beserta batunya ke dalam gelas-gelas air yang dibawa oleh warga. Air yang telah dicelupi tangan beserta batu Ponari itulah yang katanya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit.
Harus melayani 6.500 pasien dalam waktu dua setengah jam, wajar apabila anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini merasa lelah. Tak hanya itu, Ponari juga kehilangan hak-haknya sebagai anak kecil, seperti bermain. Belum lagi pendidikannya sempat terabaikan selama tiga minggu lantaran harus melayani warga yang datang. Ekonomi keluarga Ponari sempat naik drastis. Walaupun tidak mematok harga khusus, warga yang datang secara sukarela tetap membayar jasa ‘dokter’ cilik ini. Namun demikian, hingga saat ini tak ada lagi warga yang memadati rumah Ponari untuk meminta sedikit keajaiban dari batu miliknya.
Feb2016
4 U L T I M A G Z
EVENTSCALENDAR
04/02
Hari Kanker Dunia
—Februari 2016
5U L T I M A G Z
E V E N T S C A L E N D A R
14 Valentine’s Day 20 Hari Pekerja Indonesia
9 Hari Pers Nasional 10 Rabu Abu
25 Indonesia Summit 2016 26 Indonesia Fashion Week 2016 28 Hari Gizi Nasional Indonesia
8 Hari Raya Imlek
21 Hari Bahasa Ibu Internasional
6 U L T I M A G Z
CERMIN KEKAYAAN DALAMSENI DAN BAHASABy Annisa Meidiana, Alif Gusti
Mahardika, Lani Diana
Illustration by Nadya Chandra
7U L T I M A G Z
8 U L T I M A G Z
SEBUAH KARYA SENI dalam wujud
apapun memiliki fungsi bagi
masyarakat, seperti pertukaran
nilai, distribusi pengetahuan, dan
memperkuat imajinasi. Kekayaan Indonesia
pun tercerminkan lewat jenis-jenis tari,
musik, lukisan, dan lainnya. Ragam seni dan
bahasa Indonesia tersebut dapat ditemukan
di berbagai daerah, salah satunya adalah
kesenian di Sindangbarang, Bogor.
“Mulai dari 2004 disatukan kembali
di satu desa bahwa seni kita lestarikan
lagi. Awalnya, kita membuat sanggar tari
berukuran 10 x 5 meter di tahun 2004. Di
sanggar itu kita memperkenalkan reog,
calung, dan tari jaipong. Nama sanggarnya
Giri Sundapura,” ujar Sejarawan Kampung
Budaya Sindangbarang, Ukat Sukatma.
Saat sanggar Giri Sundapura berdiri, upacara
adat tahunan Seren Taun diselenggarakan
di sebuah lapangan bola pada 2005-2006
lalu. Usai Seren Taun 2006, Ukat bersama
dengan kepala adat Sindangbarang diundang
ke Bandung oleh Gubernur Jawa Barat saat
itu, yakni Danny Setiawan dan budayawan
Anis Djatisunda untuk mendiskusikan
hubungan antara Sindangbarang Bogor
dengan Pajajaran seperti yang tertulis
dalam buku Pantun Bogor atau Babad Bogor.
Diskusi tersebut ternyata mampu
membuat pemerintah tertarik untuk meneliti
Sindangbarang. Setelah penelitian dilakukan
oleh Arkeolog Universitas Indonesia atas
arahan Danny, ditemukan bahwa terdapat
Sumur Jalatunda dan makam yang berkatian
dengan Pajajaran di abad ke-16.
Berangkat dari hal tersebut, pemerintah
memberikan dana hibah sebesar 750 juta
rupiah untuk membangun Kampung
Budaya Sindangbarang. Tujuan awalnya
adalah untuk memperkenalkan budaya
dan kesenian Sunda kepada anak-anak
sekolahan. Tempat untuk melestarikan
budaya Sunda yang ada di Sindangbarang
pun akhirnya dipusatkan di Kampung
Budaya Bogor ini.
Hingga saat ini, Kampung Budaya
berupaya untuk mempertahankan budaya
Sindangbarang dengan memperkenalkan
delapan kesenian sunda kepada anak-
anak, menyelenggarakan pagelaran seni
Adu Jaten, dan perlombaan Tutungulan.
9U L T I M A G Z
C O V E R S T O R Y
Sebanyak 200 anak sekolah dasar dari
lima sekolah Bogor yang berbeda pernah
mengikuti perlombaan tersebut. Satu tim
terdiri atas lima orang.
Sebelumnya, pihak Kampung Budaya
telah menyosialisasikan kegiatan yang ada
di sana, mendidik, dan melatih anak-anak
yang ingin mempelajari seni tari atau seni
musik Sindangbarang.
“Dari nama sudah ada maknanya. Kenapa
namanya Kampung Budaya, karena untuk
melestarikan budaya yang ada di kampung
adat Sindangbarang bahwa jangan sampai
hilang. Antara budaya dengan seni Sunda
pun saling berkaitan,” katanya.
Hal lainnya yang masih dipertahankan
dan diperlihatkan kepada anak-anak, yakni
permainan tradisional berupa enggrang,
bakiak, dampu, boy-boyan, gatrik, dan
susumpitan (bermain sumpit).
RAGAM KESENIAN
Salah satu kekayaan yang Indonesia
miliki adalah seni dari berbagai budaya
ataupun daerah yang terdiri atas seni peran,
seni musik, dan seni sastra. Seni peran
masih banyak diperkenalkan oleh para
seniman. Seni peran berupa teater atau
pentas sandiwara lainnya tetap diminati
oleh banyak orang, misalnya persatuan
besar Teater KOMA hingga persatuan teater
kecil yang dipelopori oleh mahasiswa.
Untuk seni musik sendiri pun masih
eksis, meski sulit ditemui sekarang ini.
Contohnya adalah musik tradisi serapan dari
etnis Cina, Gambang Kromong. Gambang
Kromong menjadi musik instrumental
atau musik iringan tari colek yang kini
lebih sering digunakan dalam pementasan
Lenong asal Betawi.
Ada pun Angklung Gubrag, salah satu
kesenian Sunda yang zaman dulu digunakan
untuk menghibur. Alat musik ini hanya
dipakai dua kali dalam satu tahun pada
pesta panen, menanam, dan menyimpan
padi ke lumbung padi.
“Adat tari di sini (Kampung Budaya
Sindangbarang) ada tari ritual pesta panen
dan tari modern yang dilakukan oleh anak
kecil. Kita tidak memungut biaya dan tidak
memasarkan anak2-anak yang sudah
mahir ke masyarakat atau hajatan. Anak-
anak yang sudah pintar di sini biasanya
dipanggil oleh sanggar-sanggar yang ada
di Bogor,” jelas Ukat.
Sementara itu, seni sastra di Indonesia
jelas terlihat meningkat pesat dibandingkan
kesenian yang lainnya, walaupun kebanyakan
karya yang dihasilkan adalah jenis pop
modern ketimbang sastra (puisi, esai, dan
syair). Kemajuan seni sastra pop modern
Indonesia ini memberikan peluang dan
kesempatan besar terhadap eksistensi
sastra Indonesia. Dee Lestari dan Helvy
Tiana Rosa merupakan contoh seniman
yang produktif menulis sastra dengan
kemasan modern, esentrik, dan menarik,
baik dalam wujud novel ataupun karya
seni lainnya.
INDONESIA DAN BAHASANYA
Pada dasarnya, tidak ada bahasa yang
murni. Pola migrasi manusia dari Barat ke
Timur membuat bahasa di bumi beragam
dengan saling meminjam bahasa satu
sama lain dan menyesuaikannya. Menurut
guru besar bidang geografi linguistik di
Departemen Linguistik Universitas Indonesia
Multamia Mulder, persebarannya berakar
dari Taiwan, Filipina, Borneo, dan Sulawesi.
Mengutip dari nationalgeographic.
co.id, Multamia mengatakan bahwa
bumi memiliki 17 rumpun bahasa. Dua
di antaranya terdapat di Indonesia, yakni
rumpun bahasa Austronesia dan Papua. Dari
706 bahasa di Indonesia, 453 merupakan
bahasa Austronesia. Sayangnya, sebanyak
266 bahasa bermasalah dan 75 lainnya
terancam punah, bahkan beberapa bahasa
di Papua dan Maluku telah punah.
“Setiap pecahan kelompok migrasi akan
membangun kosa kata sesuai tempatnya
masing-masing, namun secara linguistik
memiliki persamaan,” ujar Multamia.
Jika dilihat dari perspektif ‘bahasa-
sebagai-budaya’, maka permasalahan
tersebut membuat gusar. Apabila tidak
dijaga, bahasa Indonesia dapat punah dalam
kurun waktu tertentu. Dengan demikian,
salah satu solusi yang dapat ditawarkan
untuk generasi muda adalah menghasilkan
sebuah karya seni, seperti puisi dan musik.
Bahasa Indonesia dapat terus dilestarikan
dengan membiasakan menulis dan membaca
puisi yang kini mulai diminati kembali
oleh generasi muda. Selain itu, dengan
menggemari seni melalui musik, bahasa
Indonesia dapat terus terjaga melalui cara
yang tidak membosankan.
Penulis dan penyair Agus R. Sarjono
dalam seminar bertajuk “Patriotisme
Dalam Lagu dan Puisi dari Perspektif
Kesejarahan” di Taman Ismail Marzuki
pada Desember 2015 silam menawarkan
solusi kepada masyarakat untuk banyak
membaca dan menulis.
“Kuncinya adalah baca, baca, dan
baca. Lalu menulis, menulis, dan menulis.
Setelah itu, anak muda bisa diskusikan
apa yang mereka baca dan tulis dengan
teman-temannya,” tutur Agus.
Seni dan bahasa Indonesia seyogianya
dijaga agar fungsi dan keberadaannya tetap
utuh. Jika solusi untuk mempertahankan
kekayaan bangsa tidak dilakukan, maka
jangan menangisi kepergiannya kelak.
Marilah berintrospeksi. Apa kontribusi kita
sebagai generasi muda dalam melestarikan
seni dan bahasa Indonesia?
EDI T ED BY L A NI D I A N A
10 U L T I M A G Z
KETUA KOALISI SENI INDONESIA,
Abduh Aziz memaparkan bahwa
saat ini kesenian di reduksi
menjadi sekadar hiburan atau
kegiatan leisure time. Hal ini seolah-olah
menggambarkan seni telah menjadi
sesuatu yang tidak memiliki relevansi
dengan kehidupan sehari-hari. Padahal,
seni berkatian dengan simulasi terhadap
daya cipta dan daya kreatif.
Koalisi Seni Indonesia (KSI) merupakan
sebuah organisasi berbadan hukum
perhimpunan yang berfokus pada kebutuhan
para seniman Indonesia. Beberapa program
pun diupayakan KSI, seperti mendorong
lahirnya kebijakan seni, pemerataan atau
maintenance bakat, jaminan terhadap
kebebasan berekspresi, dan memiliki
lembaga dana abadi untuk kesenian.
MENURUT ANDA, BAGAIMANA PERPINDAHAN
D A R I S E N I T R A D I S I O N A L K E S E N I
KONTEMPORER?
Saya k i ra per tama yang harus
diluruskan adalah pengertian mengenai
seni rupa kontemporer sendiri. Banyak
ABDUH AZIZ: KEBEBASAN
BEREKSPRESI HARUS TETAP DIHORMATI
kesalahpahamannya adalah seni rupa
kontemporer berangkat dari sesuatu yang
baru. Padahal, dalam sejarah seni sendiri
kita lihat bagaimana evolusi dalam kesenian
dari tradisi ke kontemporer. Artinya, seni
kontemporer lahir, besar, menyerap, dan
berakar pada peninggalan-peninggalan
dari seni tradisi, sehingga bukan sesuatu
yang baru sama sekali. Kalau kita berbicara
mengenai seni, kita berbicara mengenai
respon seniman terhadap situasi atau
perkembangan yang sedang terjadi. Ketika
zaman berubah, tantangan berubah, dan
nilai-nilai berubah, sering kali alat ekspresi
kesenian yang ada tidak cukup untuk
menyampaikan itu. Seni tradisi kemudian
dirasa tidak cukup untuk menyampaikan
gagasan-gagasan yang berasal dari satu
situasi yang berbeda, sehingga dicari
bentuk-bentuk baru yang lebih temporer
dan mengandung unsur kekinian.
CONTOH SENI KONTEMPORER?
Misalnya seni pertunjukan, teater. Kita
mengenal teater tradisi, seperti lenong.
Kemudian kita mengenal pengaruh-pengaruh
dari Eropa atau Amerika mengenai teater
modern. Pertemuannya kan sebenarnya di
situ. Bagaimana yang kita sebut sebagai
teater modern Indonesia hari ini, kemudian
juga merupakan semacam adaptasi baru
dari karya-karya, bentuk-bentuk teater
tradisi yang sebelumnya ada. Hal seperti
itu sebenarnya sering terjadi. Di seni rupa
juga terjadi hal yang sama ketika batasan
mengenai seni rupa jauh diperluas, malah
orang lebih mengenalnya visual arts yang
tidak lagi terbatas pada 2 dimensi. Bukan
hanya lukis, tapi sampai pada penggunaan
teknologi seperti video. Yang terpenting
adalah dia (seni) merupakan tawaran visual
dan mediumnya bisa apa saja, tidak terbatas.
Kalau dulu kan ada kanvas, bidang, cat, warna,
bentuk. Sekarang ada macam-macam, ada
sclupture, patung, insalasi, bahkan belakangan
ini muncul seni konseptual dimana bukan
lagi hanya terbatas pada medium yang
biasa kita kenal, tapi mediumnya adalah
ruang itu sendiri dan yang di direct adalah
peristiwa yang terjadi. Banyak ragam yang
berkembang, sehingga tantangan sekarang
sebenarnya bukan lagi pembedaan antara
Written and Photo by Lani Diana
1 1U L T I M A G Z
I N F O I N D O N E S I A
seni tradisional dan kontemporer, tapi
jauh lebih penting bagaimana kemampuan
seniman mengomunikasikan gagasan
melalui karyanya.
APA YANG MEMBEDAKAN SENI TRADISI
DAN KONTEMPORER?
Medium dan konten, sebenarnya dua-
duanya berubah. Bentuknya juga beragam.
Kenapa seni kini menjadi kontemporer,
karena lebih kontekstual pada kondisi
zamannya dan pada manusia-manusia yang
mengonsumsi atau memproduksi seninya
sendiri. Sementara seni tradisi kontekstual
sesuai pada zamannya. Tidak ada sesuatu
yang sangat berbeda kalau masing-masing
melihat pada konteks zamannya. Kenapa
disebut tradisi, karena tetap memainkan
konsep yang sama. Tidak ada penambahan,
pengembangan, dan modifikasi. Sementara
disebut kontemporer, karena seni tersebut
bergerak terus sesuai dengan tantangan
zaman.
KETIKA PARA SENIMAN SUDAH MENGENAL
SENI KONTEMPORER, BUKAN BERARTI
MEREKA MELUPAKAN ATAU MENINGGALKAN
SENI TRADISI?
Menurut saya, pembedaan ini sebenarnya
menjebak dalam pengertian policy atau
pengembangan kesenian ktia selalu terjebak
pada hanya memprioritaskan upaya-upaya
konteks seni tradisi. Padahal, seni tradisi
kontekstualnya pada masa lalu. Seni tradisi
tetap penting dijaga untuk mempertahankan
kekayaan atau aset yang kita punya, tetapi
pengembangannya jauh lebih penting lagi
karena bicara mengenai kebutuhan terkini
dari masyarakatnya. Bukan berarti para
seniman-seniman kontemporer melupakan
seni tradisi. Seniman-seniman teater kita
tetap menggali kreativitasnya dari wayang,
dari kitab-kitab jawa kuno, begitu juga
dengan seni rupa. Itu hanya kekhawatiran
yang tidak beralasan dan berlebihan
menurut saya. Ada beberapa seniman
muda, misalnya yang pada akhirnya ketika
dia bicara mengenai identitas, mau tidak
mau dia harus nengok lagi pada akarnya.
SEBERAPA PENTING PENDIDIKAN SENI DI
INDONESIA?
Di kurikulum kita, pendidikan seni itu
jamnya kurang hanya dua jam dalam seminggu.
Padahal, seni bisa diintegrasikan dengan
pelajaran lain. Misalnya, menggunakan
medium seni untuk mengajarkan matematika,
menonton dan mendiskusikan film saat
pelajaran PPKN, serta menggunakan
komik saat pelajaran sains. Ini yang saya
kira keterbelakangan kurikulum kita dan
masih menganaktirikan seni. Kalau di
beberapa negara lain, pendidikan dasar
yang paling penting adalah seni, sejarah,
dan matematika.
APA HARAPAN KOALISI SENI TERHADAP
PEMERINTAH, PELAKU SENI, DAN MASYARAKAT
YANG MENENTANG ATAU TIDAK MENDUKUNG
KEGIATAN KESENIAN?
Kalau terhadap kelompok masyarakat
yang menentang, saya kira itu hak mereka
untuk berbeda pendapat dengan kita.
Dalam masyarakat multikultural hal itu
dimungkinkan, tapi yang saya harap negara
bisa bertindak tegas. Mana yang dalam
ranah kepentingan publik, mana yang
bukan. Sementara untuk kalangan seniman
sendiri, saya kira seniman mungkin punya
tanggung jawab lebih besar lagi sekarang,
karena kalau mereka kemudian takut
menghadapi tekanan dari masyarakat,
artinya mereka ikut mendukung dominasi
dari kelompok-kelompok itu. Tapi, kalau
mereka tetap konsisten terus berkarya,
memamerkan karyanya apapun yang
terjadi, mereka bisa membuktikan kepada
publik bahwa kebebasan berekspresi harus
tetap dihormati.
EDI T ED BY L A NI D I A N A
Abduh Aziz
12 U L T I M A G Z
Pertunjukan terlaksana apabila ada pekerja, tempat,
dan penonton. Kita tidak bisa bekerja sendiri.
SEBELUM INDONESIA memasuki era
reformasi, pemerintah sempat melarang
penyelenggaraan beberapa seni pertunjukan,
salah satunya yang ditampilkan oleh Teater
Koma. Pendiri Teater Koma Ratna Riantoro
menilai bahwa kekhawatiran aparat pada
saat itu berlebihan.
Namun demikian, usai reformasi
rupanya Teater Koma bisa bernafas lega
untuk menampilkan beragam pertunjukan.
Kini, pemerintah tak lagi menghambat
para seniman untuk berkarya. Ratna
mengatakan bahwa kurangnya gedung
pertunjukan di Jakarta adalah hambatan
yang dirasakan saat ini.
“Untuk latihan aja kita mesti sewa,”
kata Ratna.
Tak hanya itu, pemberian dana subsidi
pementasan pun belum memiliki aturan
yang jelas. Seniman wanita yang sudah 40
tahun lebih berkecimpung di dunia seni
teater ini berharap agar seni pertunjukan
Indonesia dapat dinikmati hingga ke
mancanegara. Hal itu sesuai dengan filosofi
nama Teater Koma.
Untuk merealisasikannya, Ratna
menjelaskan bahwa terdapat kendala lain
yang harus dihadapinya, yakni bahasa.
Pertunjukan teater selama tiga jam dengan
menggunakan bahasa Indonesia tentu
sangat sulit dilakukan di depan penonton
yang tidak mengerti arti bahasa tersebut.
“Kecuali jika udah mengerti ceritanya,
tapi itu pun juga sulit,” jelasnya.
Kendati demikian, ia melihat bahwa
perlunya sinergi antara para seniman,
pihak pemerintah, dan generasi muda.
Seniman memiliki peranan yang penting
untuk selalu berkarya. Pemerintah pun
sebagai pemimpin dituntut untuk membuat
kebijakan yang baik. Di sisi lain, apresiasi
dari generasi muda juga diperlukan dengan
mempelajari sejarah dan budaya bangsa.
“Pertunjukan terlaksana apabila ada
pekerja, tempat, dan penonton. Kita tidak
bisa bekerja sendiri,” tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Direktur
Pembinaan Kesenian dan Perfilman Endang
Caturwati mengatakan bahwa pemerintah
telah berupaya untuk meningkatkan
kreativitas para pelaku seni di Indonesia.
Upaya tersebut dilakukan oleh Kementarian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
demi mempertahankan kesenian Indonesia
SENI PERLU SINERGITAS DAN APRESIASI
yang diwujudkan dengan menyusun
beberapa program pendukung.
Pemerintah berusaha untuk memberikan
dana bagi kegiatan seni di masyarakat,
seperti sanggar, sekolah, dan perguruan
tinggi. Namun, pihak yang membutuhkan
dana tetap harus mengajukan proposal dan
memberikan laporan pertanggungjawaban
untuk transparansi dana.
“Ada aturan-aturan uang yang masuk
dan keluar, karena nanti kita (pemerintah)
disangka korupsi. Semuanya harus sesuai.
Sampai sekarang tidak ada masalah.
Hambatannya adalah apabila proposal
yang masuk banyak, namun dana hanya
terbatas,” ujar Endang.
Sementara itu, dukungan pun dilakukan
dengan mengadakan festival-festival seni
di tingkat nasional, seperti festival tari,
musik tradisi, teater, dan seni rupa. Dalam
festival tersebut akan dipilih 10 pemenang
yang dinilai dari berbagai aspek, seperti
musik ataupun busana terbaik untuk
menjadi duta seni. Mereka akan tampil di
daerah-daerah untuk memberikan contoh
dan motivasi, sehingga pelaku seni di
daerah juga dapat berkarya. Sebanyak 34
provinsi akan memperoleh dana, fasilitas,
dan diberi ruang untuk pembinaan.
Di beberapa daerah, para profesional seni
diutus untuk membantu seniman daerah
by Agustina Selviana & Lani DianaPhoto by Lani Diana
1 3U L T I M A G Z
Teman-teman berekspresi,
pemerintah memberi ruang,” ujarnya.
I N F O I N D O N E S I A
dengan melibatkan seniman-seniman
tradisional agar turut tampil dalam suatu
kegiatan seni.
“Festival-festival di kalangan anak
muda banyak sekali. Kita bisa dorong itu.
Teman-teman berekspresi, pemerintah
memberi ruang,” ujarnya.
Pada Desember 2015, tiga jenis tari tradisi
Bali yang terdiri dari sembilan tarian resmi
ditetapkan UNESCO sebagai Representative
List of The Intangible Cultural Heritage of
Humanity atau Warisan Budaya Tak Benda.
Berawal dari pencapaian tersebut, Anies
berharap agar kekayaan seni Indonesia
bisa turut dirasakan sebagai kekayaan
budaya dunia.
“Jadi tuan rumah di negeri sendiri, itu
baik, tapi juga jadilah tamu hebat di negeri
lain,” ujar Anies.
Demi melestarikan seni Indonesia,
Kemdikbud juga mengadakan pelatihan-
pelatihan seni. Hal itu terwujud dalam
program yang telah dimulai pada 2015,
yakni Belajar Bersama Maestro (BBM).
Sebanyak 80 siswa dari berbagai
daerah terpilih berkesempatan untuk
berinteraksi dengan maestro di bidang
kesenian, seperti Purwacaraka, Nyoman
Nuarta, dan Didi Ninik Thowok. Tahun
ini, pemerintah akan menambah siswa
yang dapat berpartisipasi dengan jumlah
minimal 700 orang dengan harapan dapat
melahirkan maestro-maestro baru.
Beberapa upaya yang telah dilakukan
pemerintah bertujuan untuk mengembangkan
kesenian Indonesia. Anies mengatakan,
pihak Kemdikbud telah memberikan bantuan
fasilitas berupa sanggar, sehingga para
seniman memiliki tempat untuk latihan.
Selain itu, ada pun pemberian apresiasi
dalam bentuk penghargaan kepada seniman
Indonesia yang telah berkarya.
“Penghargaan dalam artian plakat
resmi dari pemerintah bahwa mereka telah
berkiprah di bidang kesenian,” jelasnya.
EDI T ED BY L A NI D I A N A
guna menjalankan program revitalisasi
seni. Proses pelaksanaannya cukup panjang
yang diawali dengan observasi, penelitian,
pembentukan kembali tari atau musik
daerah, dan pelatihan. Menurut Endang,
pemerintah daerah maupun pusat memiliki
peranan masing-masing dalam memajukan
dan menjaga kelestarian seni Indonesia,
khususnya dalam hal pendanaan.
“Merangkul untuk kreativitas, karena
ada dana-dana juga agar seni ini tetap
menjadi seni kebanggaan yang lestari.
Tapi, memang saking banyaknya seniman,
bagaimana kriteria untuk mendapatkan
dana itu harus yang betul-betul punya
kreativitas. Tidak semata-mata kasih
dan tidak ada buktinya, itu harus ada
pertanggungjawabannya,” jelasnya.
Ia berharap agar para pelaku seni giat
menuangkan kreativitasnya ke dalam
sebuah karya yang mempunyai nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia.
“Bangsa Indonesia tidak lepas dari
pancasila bahwa kita orang Indonesia yang
mempunyai kebudayaan. Masing-masing
mempunyai kearifan lokal dan keragaman
budaya yang luar biasa. Jadi, berangkat dari
budaya yang ada di daerah masing-masing,
tapi juga tidak lupa bahwa kita pun sekarang
berada di zaman digitalisasi. Bagaimana
digitalisasi itu bisa mendukung budaya
kita, bukan malah merusak,” harapnya.
KEMBANGKAN POTENSI ANAK MUDA
Melihat kesenian di Indonesia, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan
menilai bahwa besarnya potensi dari kalangan
anak muda. Hal tersebut dimanfaatkannya
Anies Baswedan
14 U L T I M A G Z
1 5U L T I M A G Z
KURANG APRESIASI, MINIM PRESTASI?
PADA 2015 KEMARIN, nama UMN berhasil diharumkan lewat beberapa
prestasi yang diukir oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
bidang seni. Dalam Edutecup 2015 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ),
UKM tari tradisional Tracce berhasil meraih juara ketiga tari saman
untuk wilayah Jabodetabek.
Tak hanya itu, UKM lainnya Ultima Sonora (Ulson) berhasil
memboyong satu medali emas dan dua medali perak dalam ajang The
4th Bali International Choir Festival 2015 yang diselenggarakan pada 29
Juli hingga 2 Agustus 2015 silam.
Lain lagi dengan Teater KataK yang setiap tahunnya berhasil
menyelenggarakan pentas besar di luar kampus, seperti pementasan
di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) dan Taman Ismail Marzuki (TIM).
Atas prestasi tersebut, sudah selayaknya para pelaku seni di UMN
memperoleh apresiasi dan dukungan untuk mengembangkan potensi
mahasiswa yang tergabung dalam UKM. Namun, ketua Teater KataK
Ditania merasa bahwa sejauh ini bentuk penghargaan yang diberikan
kampus hanya sekadar bantuan dana dan peminjaman ruangan.
Padahal, dukungan moral seperti peran dan kehadiran pihak kampus
pun dirasa penting. Menurutnya, hal itu juga merupakan salah satu
bentuk apresiasi terhadap UKM bidang seni.
“Kalau mereka (pihak kampus) tidak tahu bagaimana kita susah-
susahnya di belakang, apa yang kita hasilkan, seperti apa kita di
mata publik, bagaimana mau paham dan apresiasi? Bagaimanapun
juga kita ini pentas membawa dan menyebarkan nama baik kampus.
Kalau pentas kita bagus, otomatis nama kampus juga ikut bagus,”
tambah Ditania.
Sebenarnya, UMN telah mengadakan acara apresiasi dengan
membagikan sertifikat kepada setiap UKM dan mahasiswa berprestasi
pada 15 Desember 2015. Namun, prestasi UKM diukur hanya sebatas
memenangkan lomba. Secara terpisah, manajer internal kemahasiswaan
(student affairs) Citrandika Krisandua Okta Selarosa menuturkan bahwa
UKM yang juara dan berprestasi akan mendapatkan penghargaan.
“Nanti kita akan memberikan token apresiasi untuk yang
berprestasi. Untuk tahun ini mungkin akan dilaksanakan pada bulan
By Stefanie Laurensia & Christoforus RistantoIllustration by Priscilla Jessica
I N F O K A M P U S
16 U L T I M A G Z
November atau Desember. Lalu, kita juga akan
memberikan poin SKKM dan memunculkannya
dalam media sosial kita bersama BEM dan
DKBM,” kata Citra.
Terkait pengembangan UKM, setiap UKM
akan diberikan bimbingan dari pihak Students
Affairs dengan konsep sharing yang dilakukan satu
bulan sekali. Adapun pelatihan untuk seluruh
organisasi dan UKM yang baru dimulai sejak
23 Januari 2016 tentang cara-cara membuat
laporan pertanggungjawaban (LPJ), proposal,
komunikasi organisasi, etika berorganisasi,
dan perencanaan anggaran.
“Bimbingan itu merupakan rencana pertama
kami mendukung dan mengembangkan UKM.
Selain bimbingan, ada dana operasional untuk
UKM yang ikut lomba, termasuk transportasi,
akomodasi, makan, dan penginapan bagi lomba
yang di luar maupun dalam kota, serta gaji
untuk pelatih,” lanjutnya. Namun demikian,
dana tersebut terbatas karena harus berbagi
dengan UKM lainnya.
Prosedur mengikuti lomba pun wajib
ditaati oleh UKM dengan menyertakan bukti
keikutsertaan lomba, CV, dan proposal. Misalnya,
saat mengikuti lomba paduan suara tingkat
internasional di Bali, Ulson harus membuat
proposal untuk mengikuti lomba tersebut
agar diberikan dana.
Untuk meningkatkan potensi mahasiswa,
Citra menambahkan bahwa kampus juga akan
membuat satu tempat yaitu activity wall yang
bisa dipakai oleh Ulson, Tracce, KataK, dan
UKM lainnya. Kendati demikian, finalisasi
rencana tersebut belum selesai. Pihak kampus
mengharapkan agar UKM yang sudah difasilitasi
mampu mengukir prestasi.
KONTRIBUSI KAMPUS DARI MATA KETUA UKM
Ketua Tracce Claudia Valensia mengatakan
bahwa peran kampus untuk mengembangkan
Tracce dirasa besar sekali, khususnya dalam
hal kebutuhan fasilitas dan akomodasi. Secara
materi, modal untuk lomba, pelatih, dan alat
musik mampu dipenuhi oleh pihak kampus.
Selain itu, upaya lainnya untuk mengembangkan
UKM tari tradisional tersebut dilakukan dengan
mengurus kontrak atau surat pengajuan
pembelian alat musik.
Claudia mengaku, tidak semua fasilitas
mampu diberikan oleh pihak kampus meskipun
Tracce diberikan ruangan untuk latihan. Pasalnya,
hingga saat ini UMN belum memberikan ruang
kaca untuk Tracce. Padahal, ruang kaca sangat
diperlukan agar mahasiswa mampu membenahi
gerakan-gerakan menari saat latihan.
Senada dengan Tracce, ketua Ulson Raymond
Zamrudi menilai bahwa dukungan lisan
sangat penting saat Ulson sedang mengikuti
perlombaan atau menggelar sebuah konser.
Soal fasilitas, menurutnya terdapat beberapa
peralatan yang tidak diberikan, sehingga
latihan menjadi kurang efektif. Di sisi lain,
pemberian dana untuk Ulson kadang-kadang
ditambahkan meskipun jumlahnya tak jarang
dibawah ekspektasi.
“Saat kita membutuhkan keyboard ternyata
tidak ada, karena keterbatasan unit dan harus
berbagi dengan UKM lain. Ruangan juga terkadang
sulit dipinjam saat ingin melakukan latihan
tambahan,” ujar Raymond.
Sementara itu, cerita berbeda datang
dari UKM Teater KataK yang terkait dengan
apresiasi. Walaupun sudah mendapatkan
dukungan, Ditania mengungkapkan bahwa
peranan kampus terhadap perkembangan
UKM masih terbilang kurang, terutama soal
tempat latihan dan ruangan inventaris.
“UKM di UMN bagus-bagus dan hidup
semua. Masing-masing punya prestasi dan
ranahnya sendiri. Gue pikir ini salah satu
kelebihan UMN juga. Jadi, sayang banget kalo
didukungnya setengah-setengah,” ujar Ditania.
TENTANG RUANG LATIHAN
Peminjaman ruangan dari kampus sendiri
dibatasi maksimal selama satu semester. Hal
itu diungkapkan oleh ketua divisi seni dan
budaya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
UMN Felisitas Ririen Supriadi. Ia menuturkan
I N F O K A M P U S
Foto Oleh Yudhistira Wardhana
1 7U L T I M A G Z
bahwa dalam salah satu program kerja divisi
seni dan budaya sudah ada yang mengurus.
Untuk satu tahun kepengurusan, divisi seni dan
budaya akan melakukan dua kali pendataan
ruangan UKM pada semester genap dan setelah
UMN Expo.
“Jadi, biasanya di semester genap kita
membuka pendataan ruangan. Kemudian
kita ajukan kepada Student Affairs dan juga
BAAK, kemudian nanti kita melakukannya lagi
setelah UMN Expo. Setelah itu, kita mendata
lagi ruangan–ruangan yang dibutuhkan dan
disesuaikan juga dengan ketersediaan dari
BAAK. Kemudian, kita pinjamkan lagi untuk
satu semester berikutnya,” ujar Ririen.
Terkait ruangan, Citra mengatakan prioritas
tahun ini adalah menyelesaikan proses negosiasi
pemberian ruang untuk UKM KataK, Ulson,
dan Tracce. Proses tersebut masih dalam
tahap diskusi.
“Tahun ini kita upayakan terealisasi untuk
tempat penyimpanan properti KataK, walapun
masih didiskusikan. Untuk ruang bernyanyi
akan diselesaikan di bulan Januari dan di
semester baru ini semoga ada tempat untuk
bermusik,” ujarnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada bagian
ketujuh tentang Standar Sarana dan Prasarana
Pembelajaran pasal 31 tertuliskan bahwa
standar sarana dan prasarana pembelajaran
merupakan kriteria minimal tentang sarana
dan prasarana sesuai dengan kebutuhan
isi dan proses pembelajaran dalam rangka
pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.
Untuk memperjelas, pada peraturan yang
sama dalam pasal 33 ayat 1 menjelaskan,
standar prasarana pembelajaran yang dimaksud,
seperti ruang untuk berkesenian dan ruang
unit kegiatan mahasiswa.
MAHASISWA HARUS KUASAI TIGA KECERDASAN
Rektor UMN Ninok Leksono mengatakan
bahwa kecerdasan seseorang tidak hanya
dinilai berdasarkan rekam jejak akademik, tapi
juga kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan
kinestetik yang berkaitan dengan kepintaran
dalam olah gerak badan dan kecerdasan musikal
atau linguistik. Setidaknya mahasiswa dapat
menguasai tiga hal, di antaranya berkompeten
dibidangnya, memiliki keterampilan olahraga
untuk mengembangkan jiwa fairness, dan
kecerdasan kinestetik.
Ninok menjelaskan bahwa Jakob Oetama
I N F O K A M P U S
EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A
selaku pendiri UMN mengharapkan agar nama
‘Nusantara’ di UMN tidak hanya menjadi
sebuah slogan tanpa makna. Dengan demikian,
sebagai sebuah instansi pendidikan, salah satu
faktor yang harus dikembangkan pihak UMN
untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa
dalam mempelajari kesenian Indonesia adalah
faktor keindonesiaan.
“Faktor keindonesiaan dibuktikan dalam
apa? Dibuktikan kalau mahasiswanya berasal
dari penjuru nusantara. Apa yang menjadi
aktivitasnya yang menonjol? Mengangkat
seni budaya nusantara,” jelasnya.
Para pimpinan UMN, lanjut Ninok, menilai
bahwa mahasiswa perlu diberi kesempatan
untuk menggali bakat yang dimiliki. Agar bakat
itu berkembang, tentunya mahasiswa harus
berada di dalam lingkungan yang mendukung.
Perihal apresiasi dan dukungan, Ninok pun
mengaku, pihak UMN tetap menghargai prestasi
yang dicapai dan berharap agar mahasiswa
selalu mencoba kemampuan dirinya di tingkat
nasional, bahkan internasional.
“Bentuknya poin SKKM dan ada juga apresiasi
dari UMN. Sekadarnya mungkin, tapi semoga hal
itu ikut mendorong lahirnya prestasi lebih bagus
lagi. Jadi universitas memfasilitasi, mahasiswa
memanfaatkan,” tuturnya.
Foto dok. Ultima Sonora
Foto dok. Ultima Sonora
18 U L T I M A G Z
IKHTIAR SI JEMBATAN MAHASISWA KEMBANGKAN POTENSI PELAKU SENI By Stefanie Laurensia, Christoforus RistantoPhoto by Pricillia Tania
1 9U L T I M A G Z
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) mempunyai peran penting
sebagai jembatan antara Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan
pihak kampus. Pasalnya, jika membutuhkan dana, semua organisasi
di kampus tak terkecuali UKM harus mengajukan proposal terlebih
dahulu kepada BEM.
Lalu, apa saja sebenarnya peran BEM dalam mengupayakan dan
memberdayakan pelaku seni di kampus, khususnya UKM-UKM di
UMN? Koordinator Divisi Seni Budaya BEM UMN Generasi ke-6
Felisitas Ririen Kurnia Supriadi menjelaskan bahwa kini program
kerja BEM divisi seni budaya difokuskan pada acara Ultima Festival
yang baru saja digelar untuk pertama kalinya pada 2015 lalu.
DARI DIVISI SENI DAN BUDAYA SENDIRI, TAHUN INI APA PROGRAM KERJA
YANG DIFOKUSKAN DAN DIPRIORITASKAN?
Kalau untuk tahun ini, fokus kita yang utama adalah Ultima Festival.
Karena menurut kita, kemarin itu (Ultima Festival) di tahun pertama
sudah lumayan, cuma masih ada masalah di sana-sini. Makanya,
tahun ini kita fokus untuk menggarap Ultima Festival ini dengan
lebih baik.
Masalah terbesar Ultima Festival kemarin adalah timeline yang
terlalu mepet. Jadi, di tahun ini kita majukan timeline-nya. Kalau
untuk pendataan arsip-arsip dan lain-lain untuk UKM, itu tetap
berjalan. Tapi, yang paling kita fokuskan untuk tahun ini adalah
Ultima Festival 2016, karena itu untuk UKM juga.
MENURUT ANDA, BAGAIMANA UPAYA PIHAK KAMPUS UNTUK MENGEMBANGKAN
DAN MEMBERDAYAKAN PELAKU-PELAKU SENI DI KAMPUS?
Kalau yang aku lihat, sekarang ini kita (BEM) lebih banyak
berhubungan selain dengan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan,
juga berhubungan sama Student Affairs. Nah, mereka itu
sangat-sangat memperhatikan sekali, sih. Kita sudah banyak
sharing sama mereka dan untuk perhatian mereka ke UKM
seni, menurutku sudah bagus. Banyak pementasan dan
penampilan dari UKM dihadiri pihak rektorat meskipun hanya
satu orang. Walaupun pasti mereka sangat sibuk, mereka
tetap menyempatkan diri untuk hadir dan kadang-kadang
sampai akhir acara. Terutama Pak Andrey dan Ibu Ika itu
biasanya selalu hadir.
APA SAJA YANG MASIH DIUPAYAKAN BEM UNTUK UKM SENI DAN BUDAYA?
Yang dibutuhkan UKM seni dan budaya adalah ruang inventaris.
Sebenarnya, di BEM generasi keempat sudah ada di basement,
tapi sangat sempit. Nah, permasalahannya adalah pengaturan
regulasinya, karena satu ruangan untuk bersama-sama. Banyak
UKM-UKM yang merasa itu tidak cukup untuk mereka. Misalnya
seperti Teater KataK. Dia punya properti yang banyak banget
dan itu besar-besar. Jadi, untuk hal ini BEM belum menemukan
solusinya dan ruang inventaris adalah salah satu yang belum
tercapai sampai sekarang.
W A W A N C A R A
20 U L T I M A G Z
KALAU YANG SUDAH TERCAPAI?
Nah, kalau untuk yang sudah tercapai
adalah soal dana. Jadi, di bulan Desember
kita ada rapat bersama rektorat. Kita
mempresentasikan tentang program kerja
mereka (UKM) dan berapa anggaran yang
mereka butuhkan dari kampus. Misalnya,
suatu UKM butuh 10 juta. Mereka sudah
merencanakan 5 juta mereka mau cari
sendiri, 5 juta dari kampus misalnya. Kita
sudah menaikkan hal ini ke kampus dan
menjelaskan. Dana yang dari tahun lalu
dan tahun ini naik. Jadi, tiap UKM pasti
ada kenaikan dan komunitas yang akan
jadi UKM itu dapat dana juga.
KALAU DARI UKM SENDIRI, APA YANG INGIN MEREKA
DAPATKAN DARI KAMPUS LEWAT BEM?
Sebenarnya kalau dari UKM sendiri, kalau
dari cerita ketua-ketuanya ke kita (BEM),
mereka menyatakan sebenarnya apresiasi
yang sangat mereka butuhkan itu bukan
yang berupa piala atau lainnya dari kampus,
tapi berupa dukungan. Terutama dana, sih.
Dukungan dana kalau bisa dinaikkan dari
tahun sebelumnya dan tidak dipersulit
soal peminjaman ruangan, karena UKM
seni dan budaya sendiri sudah sangat
berkembang. Mereka tiap tahun sudah pasti
ada acara, jadi mereka lebih berharap dana
dari kampus agak lebih dinaikkan lagi dari
tahun sebelumnya.
UNTUK MEMENUHI KEINGINAN–KEINGINAN
TERSEBUT, UPAYA APA YANG DILAKUKAN BEM?
Sebenarnya, upaya yang kita lakukan adalah
seperti yang aku bilang tadi. Karena kita
tidak bisa memunculkan dana tiba-tiba,
kan? Jadi kita mengikuti prosedur. Di bulan
Desember, waktu kita presentasi program
kerja, kita juga presentasikan apa prestasi
mereka di tahun lalu untuk pertimbangan
kenaikan dana. Seperti proses tawar menawar
sih, sebenarnya.
Kita lebih sangat memperjuangkan UKM-
UKM yang mungkin berprestasi atau yang
setidaknya mencoba. Ada beberapa UKM
yang mungkin apresiasinya tidak berupa
lomba dan itu pun kita sampaikan di sana.
Misalnya, “Loh, Bu, tapi kalau UKM ini
apresiasinya bukan dalam bentuk lomba
karena lomba untuk UKM ini sangat susah.”
Maksudnya sangat susah adalah sangat
jarang ada lomba untuk UKM terkait. Untuk
dana, kita memang tidak bisa memutuskan.
Jadi, kita berusaha kepada pihak kampus
agar naik terus pendanaannya.
DALAM PROSESNYA, APA HAMBATAN BEM UNTUK
MEMENUHI HAL ITU?
Dalam hal pendanaan berupa uang mentah
sebenarnya tidak sulit, karena kalau di rapat
sudah deal dan sudah ditandatangani Ibu
Ika. Nggak susah dan prosedurnya pun tidak
sulit. Cuma mungkin agak lama, karena
pihak keuangan tidak cuma mengurus UKM.
Prosedur seperti LPJ tahun sebelumnya
juga menjadi pertimbangan. Itu hal yang
lumrah, sih menurut kami.
Nah, kalau soal pendanaan dalam bentuk
inventaris, tahun ini sangat berbeda dari
tahun lalu. Tahun lalu itu proses dealing
ada di bulan Desember. Kalau tahun ini,
dealing-nya akan diproses per permintaan.
Bendahara BEM sudah membuat termin per
bulannya. Misalnya, untuk inventaris UKM
A itu di bulan Januari, inventaris UKM B di
bulan Februari.
W A W A N C A R A
2 1U L T I M A G Z
BAGAIMANA KALAU ADA UKM YANG PRESTASINYA MENURUN?
Kita mengusahakan sebelum rapat di Desember sudah tahu UKM
mana yang sudah aktif, dalam artian produktivitas dan UKM mana
yang belum terlalu banyak mengeluarkan anggota-anggotanya
untuk “terlihat” di UMN. Sebelum itu, kita sudah ada sesi sharing.
Kita, saya sendiri sebagai koordinator biasanya langsung turun ke
mereka melalui BPH. Kita sharing juga dan menanyakan “Kenapa
nggak kalian bikin acara ini aja?”
Jadi, kita sharing sama mereka untuk menelurkan acara-acara
baru yang menurut kita sangat membuat mereka “terlihat”
di UMN. Mereka juga tanya-tanya ke kita, “Kalau misalnya
bikin acara ini menarik tidak, ya? Kalau seperti ini kampus mau
mendanai berapa, ya?”
KALIAN, KAN SUDAH ADA ARTURE. APAKAH KALIAN ADA RENCANA UNTUK
MEMBERIKAN PELAKU-PELAKU SENI INI RUANG YANG LEBIH LAGI?
Kalau untuk bentuk-bentuk yang lain kita belum ada acara baru
lagi yang berbau seni dan budaya. Seperti yang aku bilang tadi,
kita mau concern dulu ke Ultima Festival. Tapi, Arture tahun ini
akan sangat ditekankan kenusantaraannya. Karena sebenarnya,
UKM-UKM di UMN kebanyakan mengusung tema luar seperti
street dance dari barat, kemudian ada Qorie, ada J-Café. Dari
Student Affairs pun kemarin sudah sangat mewanti-wanti, “Tahun
ini Arture lebih kelihatan kenusantaraannya, dong.” Kita kan
kampus multimedia nusantara. Sebenarnya multimedia-nya sudah
kelihatan, tapi kenusantaraannya masih kurang.
MENURUT KAMU APAKAH ARTURE SUDAH CUKUP EFEKTIF DALAM
MENGEMBANGKAN PELAKU SENI DAN MEMBERIKAN MEREKA RUANG?
Arture lebih menekankan kolaborasi. Tahun lalu, jumlah
pesertanya ada dari tujuh UKM dan tiga komunitas. Arture
tahun lalu ada pementasan teater yang menurutku sudah sangat
bagus, karena yang ikut main dan berdialog itu nggak cuma dari
anak-anak Teater KataK. Kemarin dari Qorie dan dari J-Cafe,
mereka juga ikut latihan akting.
Menurutku, ternyata anak dari UKM lain yang bukan dari UKM
teater pun bisa berteater juga, ya. Jadi, kita juga menemukan banyak
bakat di situ. Dari situ kita tahu potensi mereka dan kolaborasi
membuat mereka semakin akrab dan tahu satu sama lain. Jadi,
lebih banyak potensi-potensi yang muncul dari Arture itu sendiri.
TERAKHIR, DARI SEGI APRESIASI, APA YANG BEM UPAYAKAN SUPAYA PRESTASI
DARI UKM-UKM TERUTAMA SENI DAN BUDAYA DAPAT TERLIHAT OLEH KAMPUS?
Sebenarnya dulu kita sudah membuat roll banner tetap yang isinya
bisa diganti-ganti. Misalnya, UKM ini menang, sedang mengikuti,
atau akan mengikuti kompetisi tertentu, kita infokan di situ. Tapi,
tahun lalu itu sempat hilang dan sampai sekarang belum ketemu.
Jadi, kita kerjasama dengan PR-nya BEM untuk bikin e-poster saja
biar semuanya tahu. Jadi, kalau misalnya teman-teman tahu kita
kadang-kadang mem-post ucapan selamat berjuang atau selamat
atas kemenangan, itu salah satu upaya kita untuk menginfokan
ke mahasiswa. Selain itu, kita juga menghubungi langsung ke
Ibu Ika, Mas Aryo, dan Mbak Citra.
Untuk tahun ini, perbedaannya adalah di akhir tahun kita
akan ada banner besar yang diletakkan di antara lobi A dan lobi B
untuk memberi seperti rangkuman selama satu tahun. Jadi, usai
pelantikan di bulan November, dari Desember kemarin hingga
November mendatang, kita akan buat banner rangkuman tersebut.
Baru tahun ini buat rangkuman seperti itu.
W A W A N C A R A
EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A
22 U L T I M A G Z
IA TAK PERNAH punya definisi tertentu
mengenai seni. Menurutnya, segala sesuatu
yang dianggap indah dan berkesan dapat
menjadi seni dengan caranya tersendiri.
Ika Natassa dikenal dengan gaya penulisannya
yang menarik. Penulis novel Critical Eleven
ini mampu merangkai kata menjadi susunan
kalimat indah, tetapi tak memberikan kesan
menye. Meski demikian, ia rupanya tak pernah
berusaha menciptakan kalimat-kalimat indah
tersebut. Ia mengaku hanya selalu berupaya
untuk bisa menyampaikan isi pikirannya
dengan cara yang tak hanya mudah dipahami,
tetapi juga berkesan di hati pembaca.
“Buatku sendiri lebih penting menulis
dalam kata-kata yang lugas namun mengena
ke hati pembaca daripada merangkai kata-kata
yang indah namun tidak dapat menggapai
hati pembaca,” jelasnya.
Perempuan yang gemar menulis sejak
duduk di bangku Sekolah Dasar ini juga sadar
akan menurunnya jumlah penikmat karya
seni tulis, sebut saja pembaca buku. Hal ini
sangat nampak, terutama pada generasi
mudanya. Ada beberapa alasan dibalik turunnya
minat pembaca buku. Salah satu yang utama
baginya, yakni orang-orang cenderung lebih
menikmati kegiatan membaca lini masa media
sosial mereka.
Sebagai penulis yang juga aktif di media
sosial, Ika turut memanfaatkan fenomena
ini untuk berkarya. Pada 2011 lalu, ia pernah
membuat sebuah akun karakter fiksi (@
alexandrarheaw) di media sosial Twitter
dan menceritakan banyak hal. Berdasarkan
kisahnya di akun tersebut lahirlah dua novel,
Twivortiare dan Twivortiare 2.
Tak berhenti di sana, penerima 10 besar Fun
Fearless Female versi majalah Cosmopolitan ini
tengah menggarap sebuah proyek bersama
Twitter Indonesia yang dirilis pada 31 Desember
2015 lalu. Proyek tersebut dinamakan #PollStory
dan ia akan merilis cerita bersambung setiap
dua minggu sekali via Twitter. Keunikannya
adalah pembaca bisa turut menentukan
kelanjutan ceritanya lewat fitur jajak pendapat
alias polling di Twitter.
Kegiatan-kegiatan tersebut dinilai lebih
efektif untuk meningkatkan minat baca karena
bisa memunculkan interaksi antara penulis
dan pembaca. Sesuatu yang tak bisa didapat
para pembaca buku.
Selain itu, Ika juga mendirikan LitBox.
LitBox sendiri berasal dari kata Literary Box,
merupakan sebuah konsep baru di Indonesia
yang membantu memberikan rekomendasi
buku kepada pembaca. CEO LitBox ini akan
memilih tiga hingga empat buku, umumnya
yang baru dirilis, kemudian akan dipaketkan
menjadi sebuah literary box. Pembaca dapat
memesan paket ini, bahkan satu bulan sebelum
dirilis dengan harga yang lebih murah.
Dengan melakukan hal tersebut, pembaca
dapat menikmati buku bagus hasil karya anak
bangsa dan penulisnya juga turut terekspos
namanya agar bisa lebih terkenal. Penerbit
juga akan membantu mempromosikan buku
tersebut ke pasar penjualan.
Lewat proyek-proyek yang dikerjakannya,
ia mengajak anak muda untuk mau lebih
aktif menikmati karya seni. Setidaknya,
tidak diperlukan bakat tertentu untuk dapat
menikmati sebuah karya seni.
Penulis yang juga gemar menggambar ini
menganalogikan bahwa kita tak perlu mampu
membuat film untuk dapat menikmati film yang
Apresiasi terhadap sebuah karya bisa dilakukan
siapapun, dengan bakat apapun.
Tak Henti Berkarya dan Ajak Apresiasi
Karya SeniBy Rosa Cindy
Photo by dok. pribadi Ika Natassa
2 3U L T I M A G Z
kita tonton, atau tak perlu bisa menggambar
untuk mengagumi lukisan yang kita lihat.
Apresiasi terhadap sebuah karya bisa dilakukan
siapapun, dengan bakat apapun.
BAHASA ASING TETAP PENTING
Secara pribadi, perempuan kelahiran Medan ini
juga tak mempermasalahkan kegemaran anak
muda untuk berkomunikasi dalam bahasa asing
dibandingkan Bahasa Indonesia. Kemampuan
berbahasa asing tetap dinilai penting. Hal ini
dikarenakan akan adanya kebutuhan tersebut
saat dewasa nanti. Contohnya, dalam bahan
bacaan kuliah, pekerjaan, atau interaksi
profesional.
Meski merasa tak punya kapabilitas untuk
membandingkan keduanya, ia tetap punya
kecemasan, terutama pada anak kecil yang
bahkan tidak dapat berkomunikasi dalam
Bahasa Indonesia.
“Menyedihkan sekali jika banyak anak-
anak kecil yang berkebangsaan Indonesia dan
tinggal di Indonesia malah tidak bisa bahasa
Indonesia sama sekali,” katanya menanggapi
kecemasan tersebut.
TAK BERHENTI BERKARYA
Tak hanya menulis, menggambar juga menjadi
salah satu hobi utamanya sejak kecil. Mendapat
bakat turunan dari sang ayah, Ika sudah bisa
menggambar sebelum bisa membaca dan
menulis.
Kedua kemampuannya, menggambar dan
menulis ini kemudian digabungkan menjadi
sebuah karya. Sebut saja cetakan terbaru
Antologi Rasa yang dilengkapi dengan ilustrasi
buatannya sendiri. Setelah menghasilkan
sekian banyak novel, banker di salah satu bank
ternama Indonesia ini masih menganggap
menulis sebagai sebuah hobi.
“Buatku yang penting adalah menikmati
apa yang aku kerjakan dan sampai saat ini
menulis buatku adalah hobi yang alhamdulillah
menghasilkan,” tuturnya.
Dalam menghasilkan karya seni, ide memang
merupakan sesuatu yang krusial. Sebagai
seorang penulis, Ika juga pernah merasakan
writer’s block alias kondisi seorang penulis
kehilangan kemampuan untuk memulai atau
melanjutkan naskah.
Dibutuhkan waktu dua tahun baginya untuk
menyelesaikan Critical Eleven akibat writer’s
block selama berbulan-bulan. Sejumlah upaya
pun dilakukan untuk kembali melanjutkan
menulis. Salah satunya adalah mengikuti
writing clinic yang diadakan oleh Dewi Lestari.
Kegiatan yang diselenggarakan rekan sekaligus
penulis favorit Ika ini membantunya untuk
menyelesaikan naskah yang sempat tertunda.
Setiap buku memiliki kisah penulisannya
masing-masing. Tak hanya novel terbarunya,
pembuatan novel Antologi Rasa juga menghabiskan
waktu selama tiga tahun. Meski demikian, ada
pula novel yang bisa diselesaikan kurang dari
satu tahun.
Berhasil menyelesaikan novel pertama dalam
Bahasa Inggris pada usia 19 tahun, Ika masih
belum ingin berhenti. Ada empat proyek yang
akan segera dirilis, yaitu versi Bahasa Inggris
dari Antologi Rasa, An Anthology of Feelings dan
novel Underground. Underground merupakan hasil
karyanya yang sempat dirilis secara mandiri.
Kini, novel tersebut akan segera diterbitkan
kembali oleh Penerbit Gramedia. Tak hanya
itu, Ika masih memiliki dua proyek yang akan
dirilis pada 2016 ini dan masih dirahasiakan.
IKA NATASSATempat Kelahiran
• Medan
Pendidikan
• Sarjana Ekonomi (Akuntansi) : 1997-2002
• SMA Stanton, Iowa, Amerika Serikat : 1995-1996
Pekerjaan
• Banker (Pemimpin Proyek - Transaksi Wholesale
Banking di Bank Mandiri)
• Penemu dan CEO LitBox
Buku
• Divortiare
• Twivortiare 1 dan 2
• Underground
Penghargaan
• Top 10 Finalist Fun Fearless Female Majalah
Cosmopolitan (2004)
• Nominasi untuk The Talented Young Writer
Category versi Khatulistiwa Literary Award (2008)
• Best Employee for Managerial Category: Bank
Mandiri (2010)
• Woman Icon Award dari The Marketeers (2010)
• Antologi Rasa
• A Very Yuppy Wedding
• Critical Eleven
S O S O K E K S T E R N A L
Berhasil menyelesaikan novel pertama dalam Bahasa
Inggris pada usia 19 tahun, Ika masih belum ingin berhenti.
Menyedihkan sekali jika banyak anak-anak kecil yang berkebangsaan Indonesia dan tinggal di Indonesia malah tidak bisa bahasa Indonesia sama sekali.
EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A
SUMBER BIODATA : HTTP://ANTALOGIRASA.WEEBLY.COM
24 U L T I M A G Z
BILA BEBERAPA ORANG menganggap seni
dan bahasa adalah hal yang berbeda,
namun pria yang kerap disapa Zamzami
ini menganggap dua hal tersebut memiliki
kaitan yang erat, begitu juga dengan desain
dan bahasa.
Menurut pria berkacamata ini, antara seni,
desain, dan bahasa saling berhubungan. Karya
yang dihasilkan tidak memiliki nilai dan
sulit untuk dinikmati ketika seseorang hanya
belajar desain, namun tidak mempelajari
bahasanya. Bahasa seni dan desain pun
digunakan untuk mengomunikasikan karya
sang seniman kepada penikmatnya.
“Oke desain lo indah, tapi tanpa bahasa
desain orang mencernanya jadi susah.
Itulah yang akhirnya mendasari kenapa
ada komunikasi visual,” ujarnya.
Selain mencintai semiotik, lulusan
S2 ITB ini juga menyukai karya-karya
ornamen dalam hal seni. Menurutnya,
ciri khas tradisional Indonesia tidak boleh
hilang meskipun beberapa negara telah
mengadopsi kebudayaan lain. Ia memberi
contoh, yakni budaya pop-art yang datang
dari Amerika. Melihat fenomena tersebut,
Indonesia harus tetap menonjolkan apa
yang menjadi ciri khasnya di tengah-tengah
terpaan budaya asing.
“Menurut saya, hal-hal yang bersifat
tradisional, apalagi kita di UMN, nusantara
ini yang harus bisa lebih difokuskan,” jelas
pemenang lomba logo muktamar Nahdlatul
Ulama (NU) ini.
Dalam sayembara pembuatan logo
muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33,
partisipasi ‘iseng’ pria kelahiran Jakarta ini
membuahkan hasil yang tak diperkirakan.
Zamzami menduduki peringkat pertama dalam
sayembara ini dan berhasil menyisihkan
394 logo lainnya milik 281 peserta.
Sosok yang pernah menjalani kehidupan
di pesantren ini awalnya tidak tertarik
mengikuti perlombaan, meski sayembara
tersebut sudah ramai diperbincangkan
di kalangan teman-temannya. Berkat
desakan dari salah seorang kawannya,
Zamzami akhirnya mengikutsertakan dua
logo ciptaannya sebagai bentuk partisipasi
anak pesantren yang memiliki basic di NU.
“Jangan mikir menang atau kalah.
Inikan NU, jadi kita harus ikut andil,
berpartisipasi,” tutur Zamzami menirukan
kawannya saat itu.
Pada logo pertama, ia membuatnya lebih
rumit dan berornamen dengan menggunakan
warna hijau yang memang menjadi ciri khas
NU. Untuk logo kedua, desain tampil lebih
sederhana. Pewarnaan logo mengambil
warna-warna hangat khas pesisir Jombang,
yaitu kuning, merah, dan jingga.
Perpaduan merah dan jingga merupakan
representasi warna batik Jombang yang
sangat kontras dengan nuansa hijau milik
NU. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
semangat dalam pelaksanaan konferensi.
Logo tersebut juga menyatukan identitas
bangsa sendiri dan mancanegara. Dua
lingkaran yang merujuk pada motif batik
Jombang merepresentasikan identitas
lokal, sedangkan aksara Arab penomoran
angka tiga menggambarkan identitas luar
Desainer Grafis Pecinta Karya
Ornamen
S O S O K I N T E R N A L
By Kezia Maharani Photo by Benedict Wiyanjaya
“Bahasanya seni itu sendiri, bahasanya desain itu sendiri. Mereka punya aturannya masing-masing, tapi keduanya punya bahasa,”
ujar pria bernama lengkap Zamzami Almakki ini.
2 5U L T I M A G Z
negeri. Ia membuat desain dua buah angka
tiga yang menyerupai tangan menengadah
seperti orang berdoa.
Sama seperti pembuatan karya sebelumnya,
pembuatan logo tersebut merupakan
permainan bentuk menggunakan retorika
visual metafora, semiotika, dan bahasa visual.
“Biasanya orang belajar semiotik itu
sebagai decodernya, sebagai penganalisanya.
Nah, ini saya terapin malah jadi pembuatnya,
bagaimana cara membuatnya (logo). Ini
yang akhirnya membuat hasilnya jadi
terstruktur,” tutur dosen desain grafis
Universitas Multimedia Nusantara ini.
Pembuatannya pun dapat diselesaikan
dalam waktu singkat. Tiga hari sebelum
pengumpulan karya, ia baru mulai menggodok
ide dan menggambar kasaran logo. Pria
berusia 34 tahun ini mengaku bahwa waktu
menjadi kendala utama baginya.
“Setelah itu, nothing to loselah, ya. Yang
penting itu karena sudah ikut partisipasi,
S O S O K I N T E R N A L
tapi akhirnya ternyata diumumkan kalau
masuk 10 besar dan akhirnya masuk tahap
final lalu menang,” jelasnya malu-malu.
Ia mengaku bahwa dirinya adalah pribadi
yang kurang kompetitif. Tumbuh dalam
komunitas di pesantren membuatnya lebih
memilih untuk berjalan bersama-sama,
menghindari adanya kompetisi dan gesekan.
“Bisa dibilang lebih baik saya mengalah,”
katanya.
Mengutip pemikiran dari John Nesbitt,
ia mengatakan bahwa semakin global
suatu komunitas atau satu orang, maka
kemungkinan munculnya tribalisme itu
pun semakin besar. Artinya adalah adanya
persamaan cara berbicara secara global dari
segi bahasanya. Namun dari segi aksen, hal-
hal yang menjadi ciri khas dan bagian dari
kekhasan Indonesia jangan sampai hilang.
“Itu yang akhirnya bisa jadi modal kita
untuk berbicara secara internasional,” ucapnya.
ZAMZAMI ALMAKKI, S.PD., M.DS.
Tempat Tanggal Lahir
• Jakarta, 14 Juni 1981
Pendidikan
• Universitas Negeri Yogyakarta - S1 Fakultas
Bahasa dan Seni
• Institut Teknologi Bandung - S2 Fakultas Seni
Rupa dan Desain
Melihat fenomena tersebut, Indonesia harus tetap menonjolkan apa yang menjadi ciri khasnya di tengah-tengah terpaan budaya asing.
EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A
26 U L T I M A G Z
AzisSuinasis:Seni ItuBebas
SENI ADALAH hal yang bebas. Semua orang dapat menciptakan
suatu seni dan tidak selalu harus memperhatikan nilai-nilai
tertentu di dalamnya.
Di Indonesia sendiri, perkembangan seni mengalami perubahan
yang pesat dari tahun ke tahun, dimulai dari karya seni yang
hanya dapat dinikmati dan diapresiasi oleh beberapa kalangan
tertentu saja lantaran menyimpan nilai–nilai yang mendalam,
hingga kini semua orang bebas untuk menciptakan, menikmati,
dan mengapresiasi.
Perkembangan zaman membuat pandangan terhadap nilai
seni menjadi berbeda. Dulu, nilai-nilai seni diperhatikan begitu
mendalam agar dapat diapresiasi. Namun, kini segala bentuk seni
sudah diapresiasi dengan baik tanpa perlu melihat nilai suatu seni.
Contohnya adalah karya batik. Karya seni ini dahulu memiliki
makna yang mendalam. Namun, kini semua orang dapat memilih
dengan bebas apakah ingin mempertahankan nilai yang ada atau
hanya ingin mengenakan batik yang indah karena motifnya saja.
Alasan bahwa nilai-nilai dalam seni tidak perlu diperhatikan
terlalu mendalam adalah apabila suatu seni mewajibkan untuk
menerapkan nilai-nilai tertentu. Dengan demikian, mereka yang
tidak paham mengenai seni tidak dapat menikmatinya. Padahal,
seni itu bebas dan untuk siapa saja.
Rewritten by Christian ManafePhoto by Ignatia M. Adeline
Suatu karya seni merupakan sebuah masterpiece dengan sentuhan seorang seniman, jika seniman tersebut benar–benar handal dalam menciptakan sesuatu yang dapat diapresiasi banyak orang. Dalam seni juga terdapat nilai–nilai filosofis yang membuat suatu karya seni menjadi sesuatu yang “mahal”. Namun, tidak selamanya begitu.
2 7U L T I M A G Z
O P I N I I N T E R N A L
Hal tersebut bukan berarti tidak menghargai suatu nilai
seni. Namun, yang terpenting adalah nilai yang ada di dalam
seni itu tidak disalahgunakan dan tidak melenceng dari makna
yang sesungguhnya.
SENIMAN ITU BERKARYA
Seorang seniman sudah sepatutnya harus terus berkarya,
bukannya hanya mengkritisi karya seni orang lain. Oleh karena
itu, ketika seniman mengatakan bahwa ia akan berkarya sepanjang
hidup, hal itu dikarenakan tuntutannya sebagai seorang seniman.
Ia bersungguh-sungguh dalam berkarya dengan bebas.
Kebebasan dalam seni juga dapat menjadi petaka jika tidak
diaplikasikan secara baik, karena dapat muncul kemungkinan
bagi para penikmat seni untuk meniru karya orang lain tanpa
memperdulikan hak cipta. Tindakan seperti itu dapat membuat
pelakunya terjerat hukuman.
Kebebasan yang dimaksud lebih mengarah pada nilai filosofis
suatu seni. Seniman bebas untuk memaknai karyanya dengan
apapun. Jika kebebasan diartikan sebagai plagiarisme, maka individu
atau kelompok yang meniru karya orang lain dan menyalahkan
kebebasan tidak pantas disebut seniman.
Semua orang dapat menciptakan suatu seni dan tidak selalu harus memperhatikan nilai-nilai tertentu di dalamnya.
EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A
28 U L T I M A G Z
Sering kita lihat ungkapan “Gunakanlah
Bahasa Indonesia yang baik dan benar”
pada lembar soal ujian. Ungkapan itu
bukan berarti selalu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD
ataupun bahasa baku, namun kita harus bisa
menyesuaikan penggunaan bahasa dengan
situasi dan kondisi yang ada.
Demikian juga dengan bahasa slang (gaul)
dalam kehidupan sehari-hari. Generasi
muda kerap menggunakannya hampir di
setiap tempat dan situasi. Bahasa tersebut
boleh digunakan, karena kekayaan bahasa
di setiap wilayah justru dapat diperlihatkan.
Namun, permasalahannya adalah apakah
para generasi muda tahu di mana dan
kapan saat yang tepat untuk menggunakan
bahasa tersebut.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar di
zaman sekarang ini tidak hanya dipelajari
oleh masyarakat Indonesia saja, namun
juga masyarakat luar negeri. Keadaan
seperti inilah yang menjadi ketakutan kita.
Jangan sampai kita harus ke negeri orang
lain untuk belajar bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Sayangnya, hal seperti itu
telah terjadi.
Beberapa masyarakat Sunda mempelajari
bahasa dan folklore Sunda Belanda, karena
banyak yang mahir menggunakannya di
sana. Hal tersebut menjadi ironis mengingat
kebudayaan negeri kita sendiri justru
dikuasai oleh masyarakat asing. Padahal,
penggunaan bahasa yang baik dan benar
yang sesuai dengan situasi serta kondisi
adalah suatu kebiasaan yang harus mulai
dilakukan oleh generasi muda. Hal itu
untuk menciptakan sikap menghormati
Niknik M. Kuntarto:Bahasa Indonesiasebagai Identitas Diri
Bahasa Indonesia adalah suatu simbol identitas bangsa Indonesia yang dapat
digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Namun, berkurangnya
penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) masih sering terjadi di masyarakat, terutama di kalangan generasi muda.
By Analuna ManullangPhoto by Angelina Rosalin
dan melestarikan bahasa bangsanya,
bahasa Indonesia.”
BAHASA IDENTITAS DIRI
Bukan hal yang aneh di zaman sekarang
ini ketika kita mendengar anak-anak usia
dini fasih menggunakan bahasa asing dalam
kegiatan mereka sehari-hari. Dengan adanya
fasilitas sekolah bertaraf internasional serta
kursus bahasa asing yang bermutu tinggi,
perkembangan bahasa asing di Indonesia
melaju begitu cepat.
Hal tersebut bukanlah tindakan yang
salah untuk dilakukan, apalagi dengan
adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
MEA menuntut masyarakat Indonesia agar
dapat berkompetisi dengan warga negara
asing. Namun, satu hal yang dikhawatirkan
adalah generasi muda melupakan identitas
2 9U L T I M A G Z
Padahal, penggunaan bahasa yang baik dan benar yang sesuai dengan situasi serta kondisi adalah suatu kebiasaan yang harus mulai dilakukan
oleh generasi muda. Hal itu untuk menciptakan sikap menghormati dan melestarikan bahasa bangsanya, bahasa Indonesia.
sebagai warga negara yang menggunakan
bahasa Indonesia. Ada baiknya bahasa
Indonesia dijadikan sebagai bahasa utama
yang dikuasai. Jika bahasa Indonesia sudah
tertanam di dalam diri, barulah pelajari
bahasa asing yang lain. Bahasa Indonesia
harus tetap diajarkan sebagai bahasa ibu
yang digunakan setiap hari, sedangkan
bahasa asing dapat dijadikan sebagai
bahasa kedua atau sekadar pelengkap.
MENCINTAI BAHASA INDONESIA
Program revolusi mental yang ditekankan
oleh presiden Joko Widodo adalah salah
satu cara bagi masyarakat Indonesia,
khususnya generasi muda untuk lebih
membuka mata dan peka terhadap
kebudayaan negaranya. Generasi muda
O P I N I I N T E R N A L
EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A
harus disentuh hatinya terlebih dulu agar
rasa nasionalisme menjadi lebih tinggi.
Contohnya, setiap kali saya mengajar, di
awal pasti akan saya putarkan lagu Tanah
Air untuk meningkatkan rasa nasionalisme
kepada anak-anak didik saya. Selain itu,
diperlukan juga orang-orang atau pendidik
yang dapat dijadikan panutan agar dapat
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Dengan menjalankan revolusi mental,
penanaman rasa nasionalisme, dan adanya
tokoh yang menjadi panutan merupakan
kiat-kiat yang dapat digunakan untuk
meningkatkan eksistensi dan rasa bangga
terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah identitas yang tidak boleh dibiarkan
punah.
30 U L T I M A G Z
Utamakan Seni danBahasa Indonesia
Bahasa dan budaya merupakan salah satu identitas yang
mencerminkan jati diri suatu bangsa. Demikian pula dengan
Indonesia. Bangsa yang dikenal dengan beragam suku dan
budayanya ini pun tentu memiliki keunikan tersendiri. Namun,
bagaimana eksistensi bahasa dan budaya Indonesia menurut
pandangan mahasiswa dan dosen UMN?
by Monica Devi KristiadiPhoto by Debora Darmawan
3 1U L T I M A G Z
Seng HansunSekretaris Prodi Teknik Informatika
Di lingkungan kampus dan sekolah harus mulai
digalakkan lagi penggunaan Bahasa Indonesia, apa
lagi untuk pembuatan jurnal dan laporan ilmiah
harus menggunakan bahasa yang baku. Sebagai
mahasiswa Indonesia, lakukan kegiatan-kegiatan
kreatif dan hasilkan karya yang mengangkat
budaya dan seni Indonesia. Globalisasi dan
akulturasi pasti terjadi, namun usahakan untuk
tetap menyaringnya agar sesuai dengan budaya
kita. Budaya yang saya sukai dari Indonesia adalah
sikap toleransinya dan kebersamaan.
Agustinus Galih PermadiJurnalistik 2014
Anak muda makin jarang menggunakan Bahasa
Indonesia mungkin karena pengaruh media massa
juga yang lebih menonjolkan budaya asing. Saya
dari jurusan jurnalistik merasa terbantu sekali
dengan adanya mata kuliah yang membuat saya
lebih memahami bahasa dan budaya Indonesia.
Salah satu seni Indonesia yang menarik bagi saya
adalah pencak silatnya. Gerakannya bagus dan
tidak kalah dengan seni bela diri lain.
Bahasa Indonesia saat ini semakin tergeser
eksistensinya, karena pengaruh bahasa gaul dan
bahasa asing. Apa lagi banyak anak yang dari kecil
sudah dididik di sekolah internasional yang lebih
menekankan penggunaan bahasa asing. Kalau
bias, diusahakan agar setiap hari setidaknya
menggunakan Bahasa Indonesia dengan santun
dan wajar walau tetap boleh menyelipkan bahasa
gaul. Budaya Indonesia yang paling saya sukai
adalah Tari Bali dan Tari Jaipong.
Felicia WindsorPublic Relations 2014
Haning Sylirana Sri DanthyManajemen 2015
Saat ini anak muda terlalu mengikuti budaya luar
negeri, terutama untuk bahasanya. Seharusnya,
anak muda Indonesia lebih bangga menggunakan
Bahasa Indonesia jangan sedikit-sedikit ngomongnya
dicampur dengan bahasa asing. Saya sendiri setiap
hari mengusahakan untuk berbicara dengan bahasa
Indonesia. Untuk budaya Indonesia, saya paling
senang dengan seni tari, terutama Tari Piring.
Penggunaan Bahasa Indonesia, terutama di
kalangan anak muda sekarang ini semakin tergeser.
Menggunakan bahasa asing dianggap lebih keren.
Padahal, Bahasa Indonesia merupakan pribadi
bangsa yang harus dilestarikan. Budaya Indonesia
juga kurang dipedulikan karena dianggap kuno
dan kurang menarik. Gunakan Bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari, lalu mengadakan
lomba atau seni tentang Indonesia juga dapat
dilakukan agar anak muda dapat lebih tertarik
dengan budaya Indonesia.
Maria IrminaKaprodi Teknik Informatika
C H I T C H A T
Saya merasa keberadaan Bahasa Indonesia semakin
memprihatinkan, terutama karena bahasa gaul.
Saya yang awalnya dari daerah dan menggunakan
Bahasa Indonesia juga akhirnya mengikuti teman-
teman sekitar untuk menggunakan bahasa gaul.
Lalu, di UMN sendiri pengembangan seni dan
budaya Indonesia kurang popular dan yang saya
lihat malah Jepang, Korea, dan Inggris. Tidak
perlu malu dengan budaya sendiri. Percaya diri
dan bangga saja dengan yang kita miliki
Susanto ArioTeknik Informatika 2012
32 U L T I M A G Z
KunoKiniKembalike Akar!By Analuna ManullangPhoto by Evelyn Leo
Seni musik tradisional Indonesia terkadang dinilai kurang menarik oleh masyarakat Indonesia, terutama generasi muda yang mengakibatkan eksistensinya semakin menipis. Namun ternyata, alat musik tradisional menjadi alasan terbentuknya sebuah grup band asal Indonesia, KunoKini.
3 3U L T I M A G Z
Beranggotakan Bismo, Bebi, dan
Fikri, KunoKini hadir untuk kembali
memperlihatkan kekayaan budaya,
terutama dalam bidang seni musik Indonesia
kepada masyarakat lokal maupun dunia.
Perjalanan KunoKini dimulai sejak 2003
sebagai salah satu proyek Bismo dan Bebi dalam
kegiatan kampus mereka untuk mengikuti
ajang Folklore Festival di Eropa. Bismo dan
Bebi yang saat itu berada di kampus dan
fakultas yang sama, yakni Desain Produk
berkesempatan untuk mengiringi penari
dengan alat musik tradisional Indonesia.
“Kita waktu itu ke Eropa mengiringi
penari. Pas balik ke Indonesia, akhirnya kita
coba untuk lanjutin lagi permainan musik
tradisionalnya, tapi pakai cara kita. Karena
waktu kita di Eropa, orang-orang di sana
antusias melihat penampilan kita dengan
budaya Indonesia yang kita tampilkan,”
jelas Bismo.
Dari 2003 hingga 2005, KunoKini sempat
gonta-ganti nama dan konsep musik pun
belum tetap. KunoKini yang awalnya sangat
perkusif akhirnya menambahkan warna
musik dengan unsur nada, nyanyian, dan
juga rap.
“Kalau orang dengar musik perkusi saja
tanpa ada nada atau nyanyian, kan capek
juga. Akhirnya ada tambahan rebana. Dari
situ mulai ada nadanya,” ujar Bismo.
Anggota KunoKini yang awalnya
bersembilan lama-lama berkurang, karena
‘seleksi alam’. Hingga 2012 hanya tersisa
Bismo dan Bebi. Namun demikian, minimnya
anggota justru membuat karya KunoKini
semakin banyak dikenal orang. Akhirnya,
pada 2015 Fikri secara resmi bergabung
dengan KunoKini. Alat musik tradisional
yang dibentuk sedemikian rupa dan menjadi
ikon KunoKini pun merupakan hasil dari
tugas akhir Bismo saat masih duduk di
bangku kuliah.
MENCARI SOLUSI DI ERA GLOBALISASI DENGAN
NAFAS TRADISI
KunoKini mungkin adalah salah satu
band di Indonesia yang membuat genre
music sendiri yang disebut indo ethnic
experimental. Genre tersebut merupakan
perpaduan musik etnik Indonesia dengan
eksperimen permainan musik yang ada di
dalamnya.
“Kita memang lain dan memang ingin
explore sesuatu yang baru,” kata Bismo.
Walaupun menggunakan alat musik
tradisional, namun KunoKini tidak takut
kehilangan pendengar. Musik yang diciptakan
dan dimainkan dengan hati adalah salah satu
kiat KunoKini agar karyanya bisa dikenang
oleh pendengarnya.
“Ketika kita bermain (musik) dengan
hati, bukan hanya karena mengincar uang.
Pasti dampaknya akan lebih lama daripada
yang hanya mau mencari ketenaran sesaat
saja,” tutur Bismo.
Tak hanya itu, KunoKini juga berkolaborasi
dengan berbagai musisi, sehingga membuat
musik mereka semakin menarik. Kolaborasi
dengan DJ atau Disc Jockey, pemain musik
jazz dari Belanda, dan pemain violin
dari Hungaria pun membuktikan betapa
fleksibelnya musik KunoKini serta alat
musik tradisional Indonesia yang digunakan.
“Kita tidak takut kalau musik kita tidak
M U S I K
34 U L T I M A G Z
menghargai tradisi negara mereka sendiri.
Alat musik tradisional Indonesia yang
beragam hanya dijadikan ikon Indonesia
untuk upacara tertentu dan perkembangannya
hanya terjadi di beberapa wilayah dan tidak
menyeluruh.
MUSIK TRADISIONAL INDONESIA SEBAGAI PELUANG
BISNIS
Bukan hanya musik modern saja yang
berpeluang besar dalam bisnis, namun
juga musik tradisional. Lagu-lagu yang
menggunakan unsur musik tradisional
Indonesia, seperti lagu Tokyo Drift yang
dipopulerkan oleh Teriyaki Boyz dan menjadi
soundtrack film “Fast & Furious: Tokyo
Drift” ini menggunakan alunan gamelan
dalam lagunya. Hal itu merupakan salah
satu contoh penggunaan musik tradisional
ada yang suka. Actually, I don’t give a shit,
karena pasar musik kita untuk ke luar
negeri. Indonesia biar ngikutin saja nggak
apa-apa,” ujar Bismo.
Hal tersebut dilakukan KunoKini, karena
ingin membuktikan bahwa sebenarnya alat
tradisional Indonesia sangatlah fleksibel
jika mau di-explore lebih lagi.
“Mencari solusi di era globalisasi dengan
nafas tradisi,” tambahnya.
Lebih dari itu, banyaknya masyarakat
Indonesia yang sudah lupa dengan kekayaan
budaya tradisional menjadi suatu hal yang
sangat disayangkan KunoKini. Mereka
menilai bahwa masyarakat masih kurang
percaya diri dengan budaya yang dimiliki.
“Mereka kurang percaya diri dengan
budaya sendiri, sekarang KunoKini sudah
melakukan ini (bermusik) selama sepuluh
tahun dengan konsisten. Kenapa tidak?
Mungkin musik KunoKini bisa jadi sepopuler
K-Pop atau EDM 10 tahun lagi,” ujar Fikri.
MIRIS DENGAN TINGKAT KEPEDULIAN GENERASI
MUDA
Kepedulian generasi muda yang masih
sangat minim terhadap musik tradisional
dipandang cemas oleh para personil KunoKini.
Banyak yang masih menganggap bahwa
tradisi adalah hal yang tidak keren dan
selalu berhubungan dengan ‘ketinggalan
zaman’, hanya untuk upacara adat dan
acara-acara tertentu.
Oleh karena itu, KunoKini mempunyai
misi untuk menyadarkan generasi muda
bahwa musik tradisional tidak kalah
dengan musik-musik modern yang ada
sekarang ini. Jika ditelusuri, unsur-unsur
musik modern juga terdapat pada musik
tradisional, seperti musik rap dalam musik
Aceh dan Ambon, juga musik reggae dalam
musik Jawa dan Padang.
Kurangnya peran pemerintah dalam
pendidikan dan melestarikan budaya
tradisional Indonesia dinilai menjadi salah
satu alasan mengapa generasi muda kurang
Zaman sekarang sa- ngat mudah mencari midi musik India dan
Afrika. Semua orang sudah bisa punya. Tapi kalau detail suara alat-alat musik tradisional Indonesia masih susah, bahkan belum ada,” jelas Bebi.
K U N O K I N I K E M B A L I K E A K A R !
3 5U L T I M A G Z
Indonesia di dalam musik modern.
“Zaman sekarang sangat mudah mencari midi musik India
dan Afrika. Semua orang sudah bisa punya. Tapi kalau detail
suara alat-alat musik tradisional Indonesia masih susah, bahkan
belum ada,” jelas Bebi.
Suara dari alat musik tradisional yang direkam dan dijual atau
digunakan untuk dikolaborasikan dengan musik modern merupakan
bukti bahwa peluang bisnis musik tradisional Indonesia terbuka
lebar. Hal itu menunjukkan kecintaan terhadap budaya negeri
sendiri, bukan anti globalisasi.
“Maka itu, dengan adanya globalisasi ini kita harus menerima
globalisasi dengan identitas kita sebagai warga negara Indonesia.
Kembali ke akar!” ujar Fikri.
‘Kembali ke Akar’ menjadi moto bagi KunoKini dalam
pembentukan musik mereka. Sejauh manapun mengeksplor musik,
mereka tidak akan lupa dengan Indonesia dan asal budayanya.
M U S I K
EDI T ED BY A L IF GU S T I M A H A R DIK A
36 U L T I M A G Z
Be r a t u s-r a t u s t a hu n y a ng l a lu ,
s e o r a n g s e n i m a n a s a l J e r m a n
bernama Alexander Baum Garton
mendefinisikan seni sebagai suatu keindahan
yang memiliki tujuan yang positif, yaitu
menjadikan penikmatnya merasa dalam
kebahagiaan.
Berangk at dar i pemahaman ‘bapak
estetika dunia’ itu, bukan berlebihan jika
ada yang menyebut sepak bola adalah bagian
dari seni. Apalagi saat sepak bola yang kian
lama mulai berevolusi menjadi industri,
faktor keindahan dan kenikmatan sajian
pertandingan jelas menjadi harga mati.
Per ta r ungan kolek t i f i t as t im yang
dikomandoi instruksi pelatih tidak ubahnya
seperti menikmati pertunjukan orchestra
yang dipimpin oleh seorang konduktor. Saat
tempo mengalun pelan, k ita ikut terbuai
masuk dalam alunan itu. Begitu pula saat
ritme berjalan cepat, detak jantung pun
juga kian terpacu.
Akan tetapi, sepak bola bukan hanya
soal cerita pertandingan dan pemain yang
ada di dalam lapangan, di luar lapangan.
Ya, keindahan ini terus berlanjut.
ULTR AS, PEL AKU SENI SEPAK BOL A
Cinta adalah hal indah yang dirasakan
dan akan keluar melalui sebuah tindakan.
Cinta dapat membuat indiv idu ataupun
kelompok menjadi gila, bahkan fanatik.Tak
hanya kepada pasangan, cinta juga dapat
terjadi dalam dunia sepak bola.
Itulah yang memotivasi ultras, kelompok
suporter ultra-fanatik dalam mendukung
sebuah klub. Ultras tercipta dari individu-
individu yang memilik i visi yang sama,
umumnya berbasis ras dan pandangan
polit ik . Mereka menjalankan misi yang
sama, yakni mendukung klub yang menjadi
panutannya hingga kapan pun dan dalam
keadaan apapun.
Mayoritas klub-klub Amerika Selatan,
Eropa, dan Afrika Utara memiliki ultras
masing-masing. Galatasaray, klub asal Turki
memiliki ultrAslan, Borrusia Dortmund dari
Jerman memilik i The Unit y, Al Ahly dari
Mesir dengan Ultras Ahlawy, dan lain-lain.
Kecenderungan ultras dalam sisi negatif
adalah melakukan tindak kekerasan dan
menebarkan kebencian terhadap lawan.
Namun dar i s i s i posit i f, loya l itas dan
kecintaan mereka menciptakan sebuah
harmoni dan estetika. Mereka mencipatakan
sebuah seni.
Seni tersebut berupa koreografi seperti
melompat bersama hingga T he Poz nan ,
mosaik dan spanduk besar yang bermakna,
“permainan” suar yang membuat stadion
seperti neraka, juga nyanyian atau chants
dukungan untuk klubnya dan hinaan untuk
klub lawan.
Mari lah tengok ke luar, tepatnya di
tanah Jerman. Pada pertandingan Borrusia
Dortmund melawan VfL Wolfsburg pada 5
November2011, The Unit y bahu-membahu
O L A H R A G A
Football is an art, like dancing is an art - but only when it’s well done does it become an art.” - Arsene wenger
Memang terasa aneh bila menyebut antara sepak bola dan seni merupakan dua hal yang sama. Akan tetapi, bila berkaca pada pengertian seni dari Alexander Baum Garton, mungkin kita harus berpikir ulang.
by Alif Gusti Mahardika
SEPAK BOLA BUKANLAH SENI, TAPI...
menunjukkan rasa cinta dan dukungannya
terhadap klubnya tersebut. Mereka menciptakan
sebuah mosaik berbentuk tengkorak besar
di tribun penonton yang terbuat dari kertas
berwarna kuning dan dipegang masing-
ma si ng s u p p o r t e r. Spa ndu k teng k or a k
raksasa pun terlihat di bagian tengah.
Dukungan masif tersebut mengundang
perhatian penggemar sepak bola di seluruh
dunia. Tentunya, t i fo (dukungan hebat)
tersebut berhasi l membawa Dor tmund
menang 5-1 atas tim tamu. Akun YouTube
bernama World of Ultras mengunggah sebuah
video kompilasi dukungan para ultras dari
berbagai belahan dunia. Judul video tersebut
adalah “You will never understand if you are not
one of us!” Sebagaimana sebuah seni yang tidak
semua orang mengerti maknanya, sepak bola dari
mata ultras tidak akan dimengerti orang awam.
Di Indonesia, hal serupa namun tak sama
juga kerap terjadi dalam pertandingan-
per tandingan besar, contohnya ket ik a
Persija Jakarta melawan Persib Bandung
pada 10 Agustus 2014. Pada pertandingan
yang berlangsung di Stadion Utama Gelora
Bung Karno (SUGBK), Jakarta tersebut,
Jakmania (sebutan untuk suporter Persija
Jakarta) membuat koreografi yang disertai
spanduk besar bergambar logo Persija dan
tulisan ‘PR IDE OF JA K A RTA’.
3 7U L T I M A G Z
buat pada 1978.
Nama dari pameran tersebut adalah
“Fútbol : The Beautiful Game”. Sayangnya,
masyarakat Indonesia belum mampu berkaca
dari hal posit i f tersebut. Masih sedik it
penggemar sepak bola yang menuangkan
ide dan perasaannya lewat seni positif dan
inisiatif untuk menggelar pameran serupa.
Padahal, animo masyarakat Indonesia
begitu besar di saat-saat gelaran sepak
bola dunia dimulai. Andaikan k ita bisa
memanfaatkan situasi tersebut ke dalam
hal positif, tentu akan baik bagi masyarakat
k i t a s e nd i r i . S e l a i n l e b i h me m a h a m i
pandangan orang la in mengenai sepak
bola, juga membantu menghargai karya
seni lebih dalam lagi.
Sebenarnya, salah satu karya seni asli
Indonesia di bidang mode, yakni batik telah
dimasuki oleh sepak bola. Pada 2013 hingga
2014, banyak penjual kak i l ima hingga
online menjual kemeja batik motif k lub
bola. Sayangnya, peminatnya tidak banyak
dan gaungnya pun berkurang saat ini.
Di sisi lain, sepak bola yang didominasi
o l e h g e r a k a n f i s i k d a n t u ju a n u nt u k
menang memang berbeda dengan seni yang
mengutamakan keindahan, perasaan, dan
tidak mengutamakan kemenangan maupun
benar atau salah. Namun, sepak bola bisa
jadi bukanlah sebuah seni, tapi sepak bola
adalah olahraga yang berseni dan mampu
menjadi tr igger bagi dunia seni.
bentuk protes terhadap pemerintah Brazil
yang diduga mengalokasikan dana kesehatan,
pendidikan, dan transportasi masyarakat
untuk gelaran Piala Dunia tersebut.
“Jika pemerintah enggan mengekspos
hal ini, itu karena mereka malu. Dan jika
mereka malu karena hal ini, mereka akan
menanggapi ser ius. Set idak nya, itu lah
niatanku,” ujar Paulo seperti dilansir The
Guardian.
Setidaknya, sebuah graffiti berisi pesan
yang ingin disampaikan, baik dukungan,
k e b e n c i a n , b a h k a n p r o t e s s e k a l i p u n
merupakan bentuk seni dari cinta akan
sepak bola.
BERK ACA DARI NEGAR A L AIN
Dalam rangka menyambut gelaran Piala
Dunia Brazil 2014, tak hanya tuan rumah
yang merasakan euforianya, namun juga
berbagai negara lainnya. Tak terkecuali
A mer i k a Ser i k at . L os A nge les Count y
Museum of Art (LACMA) mengadakan sebuah
pameran bertemakan sepak bola di museum
Miracle Mile pada Februari 2014. Pameran
tersebut diisi dengan karya-karya seni,
seperti fotografi, pahatan, tarian, hingga
lukisan. Salah satu pelukis ternama Andy
Warhol juga berkontribusi dalam pameran
ini, yakni melalui lukisan “Pele” yang ia
O L A H R A G A
Akun YouTube bernama World of Ultras mengunggah sebuah video kompilasi dukungan para ultras dari berbagai belahan dunia. Judul video tersebut adalah “You will never understand if
you are not one of us!” Sebagaimana sebuah seni yang tidak semua orang mengerti maknanya, sepak bola dari mata ultras tidak akan dimengerti orang awam.
SEPAK BOL A DAN SENI JAL ANAN
Graffiti, menurut Kamus Oxford adalah
tulisan atau gambar yang dilukis ataupun
digambar di sebuah dinding atau permukaan
lainnya yang umumnya berada di tempat
publik. Graffiti terbilang sebagai sebuah
seni jalanan. Namun, hal tersebut sering
kali dipandang sebagai hal kriminal lantaran
dianggap merusak dan mengotori fasilitas
publik atau biasa disebut vandalisme.
Ya, su p p o r t er k lub sepak bola kerap
melakuk an sen i in i . Bentuk dukungan
tersebut seringkali kita lihat di kota-kota
besar. Tembok-tembok dan papan-papan
di jalan dihiasi dengan tulisan maupun
gambar yang merepresentas i k an k lub
dukungan pembuat graffiti. Bahkan, tak
hanya dukungan yang menghiasi namun
juga (lagi-lagi) hinaan untuk klub rival.
Namun, graffiti juga tak hanya tentang
mereka yang gemar sepak bola. Beberapa
pekan sebelum gelaran Piala Dunia 2014 di
Brazil dimulai, Paulo Ito, seorang seniman
jalanan Brazil membuat sebuah graffiti yang
bergambar seorang anak yang menangis
dan memegang pisau dan garpu di kedua
tangannya dengan bola sepak di pir ing
dihadapannya. Graffiti itu dikenal dengan
‘NEED FOOD, NOT FOOTBA LL’.
Hal tersebut dinyatakan Paulo sebagai
EDI T ED BY P E T RU S TOM Y
SUMBER : R T.C OM, KCE T.ORG
Dukungan suporter Borrusia Dortmund dalam bentuk mosaik penonton. Sumber: 101greatgoals.com
Graffiti Persita Tangerang di kawasan Stasiun Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan. Foto: Alif Gusti Mahardika
38 U L T I M A G Z
R E V I E W
Ditemani Gretta (Keira Knightly), sang
kekasih bernama Dave (Adam Levine)
menandatangani kontrak dengan sebuah
perusahaan rekaman musik. Dalam
sekejap, talenta bermusik Dave yang
diketahui oleh publik membuatnya
semakin tenar. Ketenaran itu pula yang
membuat Dave larut dalam kesibukannya,
lalu meninggalkan Gretta sendirian.
Di sisi lain, Dan (Mark Ruffalo)
kehilanganpekerjaannya. Pertengkaran
akibat perbedaan selera lagu berujung
pada pemecatan dirinya. Dalam
kekalutan, ia menghabiskan waktu
dengan mengunjungi sebuah cafe dan
berusaha menikmati suasana di sana.
“So, this is a new song for anyone who’s
ever been alone in the city..” merupakan
salah satu dialog Gretta setelah dipaksa
oleh temannya untuk menaiki panggung
cafe dan menyanyikan sebuah lagu
karangannya. Dalam seketika, Dan merasa
hidupnya tak lagi memprihatinkan seperti
sebelumnya dan menemukan titik terang
setelah mendengar lagu Gretta.
Begin Again berhasil mengembalikan
kesegaran film masa kini. Di tengah
gaung film lain, karya John Carney ini
menampilkan sesuatu yang berbeda
dengan jalan cerita yang baru dan tak
mudah ditebak. Sejumlah konflik yang
muncul diselesaikan dengan cara tak
Judul : Begin AgainSutradara : John CarneyPemain : Keira Knightly, Mark Ruffalo, Adam Levine, dllDurasi : 94 menitGenre : Drama, Musikal
BEGIN AGAIN: MENJEJAKI JATUH BANGUN KEHIDUPANby Rosa Cindy
terduga. Selain itu, penonton juga diajak
untuk ikut merasakan jatuh bangun dan
isi hati setiap karakternya.
Tak hanya dari segi cerita, penonton
juga dimanjakan dengan penampilan
musik para pemain. Salah satunya adalah
penampilan vokalis group band tersohor
Maroon 5, Adam Levine. Selain itu, Begin
Again juga membuat para penonton
terkagum atas kemampuan bernyanyi
Keira yang dinilai baik.
Dinilai sebagai sebuah film dengan
genre drama musikal, Begin Again mampu
menghibur penonton dengan lagu-
lagunya. Sejumlah soundtrack yang
berhasil booming saat perilisan film ini,
di antaranya Lost Stars, Coming Up Roses,
A Higher Place, dan No One Else Like You.
Soundtrack Lost Stars yang dinyanyikan
oleh Adam Levine masuk dalam nominasi
di beberapa ajang penghargaan, seperti
2015 Critics Choice Award dan 2015 Academy
Awards dengan kategori Best Original
Song.
Namun, di balik segala pujian yang
diterima, film berdurasi 104 menit ini
dianggap tidak terpublikasikan dengan
baik, sehingga tak banyak yang menunggu
hadirnya film ini.
EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A
“Terkadang, membiarkan masalah masuk ke kehidupan adalah pilihan terbaik…”
3 9U L T I M A G Z
Tipikal cerita dari Ilana Tan. Ia selalu
mampu menggambarkan sebuah kisah
dengan bahasa yang lugas, mudah
dipahami, namun kaya diksi. Plot cerita
yang ditawarkan memang klise dan
mudah ditebak, namun Ilana tetap
mampu membawanya secara manis dan
membuat pembaca tak ingin melepaskan
buku ini.
Sunshine Becomes You tetap menjadi
pilihan beberapa pembaca, terutama bagi
yang menggemari cerita romantisme.
Kisah yang diangkat tetap menceritakan
kehidupan yang penuh dengan cinta,
seperti cerita pada novel-novel Ilana
yang lain.
Ilana pun mampu membuat hati para
pembaca ikut berdesir dengan aksi-aksi
manis para tokoh. Bahkan, pembaca juga
bisa turut mendambakan aksi serupa
terjadi pada dirinya. Tak hanya pada
kisahnya, keromantisan Sunshine Becomes
You juga nampak hampir di seluruh
dialognya.
Judul : Sunshine Becomes YouPenulis : Ilana TanPenerbit : Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit : 2012Tebal Halaman : 432 halaman
SUNSHINE BECOMES YOU: KISAH LAWAS DI TANAH MODERNby Rosa Cindy
Sayang, dibalik manisnya
keromantisan yang ditawarkan, plot
klise itu dialirkan secara lambat bahkan
terlalu lambat di beberapa bagiannya
dan membuat beberapa bagian kisah
perjalanan Mia terasa membosankan.
Terlebih lagi, Ilana dianggap tak
mampu memberikan bumbu pada
kisahnya, sehingga terasa hambar.
Konflik juga dimunculkan secara “malu-
malu”, tidak berani tampil lebih tajam.
Akhirnya, sebagian orang merasa karya-
karya terdahulu Ilana jauh lebih menarik.
Meskipun begitu, Sunshine Becomes You
masih menjadi salah satu novel best seller
karya Ilana Tan. Kisahnya dinaikkan ke
layar lebar dengan judul yang sama dan
tayang pada 23 Desember 2015.
EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A
“Walaupun tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa kau percayai,
percayalah bahwa aku mencintaimu. Sepenuh hatiku.”
Gadis itu memiliki tawa secerah matahari, setidaknya seperti itulah
menurut orang-orang. Begitu pula menurut Alex. Namun, gadis itu tetaplah
malaikat kegelapannya. Ia merebut segala yang Alex miliki.
Tatapan tajam dan dingin itu membuat Mia ingin segera menghilang,
musnah dari muka bumi ini. Sungguh menggentarkan. Bahkan, jutaan kata
maaf masih tak mampu meluluhkan tatapan pemilik mata hitam itu.
Hingga suatu saat ia ternyata masih bisa tersenyum, dan hati Mia
melonjak.
40 U L T I M A G Z
4 1U L T I M A G Z
MENEROPONG SORONG
By Monica Devi KristiadiIllustration by Ismi Ulfah
M E N E R O P O N G S O R O N G
Sebuah tangan kekar mengguncangku,
membuatku terlontar dari alam mimpi.
Kupaksakan tuk membuka mata. Mentari
sudah meninggi. Tapi kenapa mata ini
masih terasa berat, ya?
”Dinda, ayo bangun! Sekarang sudah
jam sembilan waktu Sorong loh!”
Ng ? Sorong? Kok Sorong ? Ayah nih,
lagi bercanda ya. Kita kan tinggal Jakarta,
bukan di So... Eh?!
Aku ingat! Ayah mendapat tawaran untuk
membuka usaha kecil-kecilan bersama salah
seorang rekannya di Sorong. Kehidupan di
Jakarta yang kian tak menentu membuat
ayah dan aku akhirnya memutuskan
untuk mengambil kesempatan tersebut,
walau itu artinya kami harus pindah dan
meninggalkan nisan ibu. Kami memutuskan
untuk pindah ke Sorong tepat seminggu
sejak perayaan pelepasan SMA-ku.
Aku mencoba untuk duduk. Rupanya
kami masih berada di atas bis yang telah
kami tumpangi selepas mendarat di bandara
Domine Eduard Osok (DEO) tadi pagi. Sorong
ya? Mulai sekarang kami akan tinggal di
Sorong, sebuah kota di Provinsi Papua
Barat, entah sampai kapan. Kira-kira,
kejutan apa yang sudah menantiku di sini?
Tak lama kemudian, bis kami berhenti
di sebuah mal. Pikirku, mal di daerah
Papua Barat yang notabene jauh dari
ibukota Indonesia pastilah kumuh, kotor,
dan tak terawat. Namun, semua bayangan
itu langsung lenyap ketika aku melihat
Ramayana Mal Sorong ini. Walau tak terlalu
mewah, bangunan yang kelihatannya
masih agak baru ini tampak sama seperti
Ramayana pada umumnya.
”Ayo kita masuk dulu. Kita akan bertemu
teman ayah jam sepuluh nanti,” tegur ayah
ketika melihatku masih melongo di depan
pintu masuk.
Kulirik jam tanganku. Jam setengah
delapan... waktu Indonesia bagian barat
alias WIB. Sambil berjalan mengikuti
ayah, kuputar sekrup jam tanganku untuk
menyesuaikannya dengan waktu di sini.
WIB ke WIT, lebih awal dua jam kan?
BRUK!!
”HEI! Kalo jalan lihat-lihat dong!
Mentang-mentang korang (kalian) putih
dan kitorang (kami) hitam, lantas kitorang
tak dianggap,” amuk seorang lelaki yang
tak sengaja kutabrak. Warna kulit remaja
ini memang agak gelap, khas suku Papua.
Rambut keritingnya yang hitam legam
tampak serasi dengan manik matanya
yang juga hitam.
”Ma... Maaf. Maaf banget. Aku nggak
sengaja. Kamu nggak terluka kan?”
”Sudahlah. Lain kali, lihat-lihat kalau
jalan!” Ia pun segera beranjak pergi.
Sudah tiga hari ini aku hanya menganggur
di rumah. Ayah setiap harinya selalu pergi
pagi dan pulang malam untuk mengurus
toko sembako rintisannya. Karena bosan,
hari ini kuputuskan untuk makan di warung
yang letaknya tak jauh dari rumah. Aku
pun memesan sepiring nasi dengan lauk
capcai dan telur balado. Tak perlu yang
mahal-mahal lah pikirku. Selesai makan,
aku memanggil penjaga warung itu.
”Mbak, semuanya jadi berapa ya?”
”Semuanya lima puluh ribu, kakak,”
sahutnya dengan santai.
Oh, Lima puluh ribu. Baiklah. Sebentar.
APA?! LIMA PULUH RIBU?? Kubuka-tutup
dompetku yang hanya berisi selembar kertas
42 U L T I M A G Z
C E R P E N
hijau bergambar wajah Otto Iskandardinata
alias dua puluh ribu rupiah. Bercanda nih,
apa gak salah harga? Masa cuma sepiring
nasi capcai dan telur balado di warung
mungil begini harganya menyaingi steak
di pusat perbelanjaan ibukota?
”Hemm, nggak salah nih mbak? Mbak
lagi bercanda kan? Atau mbak mau menipu
saya, mentang-mentang saya orang baru di
sini?” tanyaku yang kuusahakan dengan nada
sesantai mungkin agar tidak menimbulkan
kericuhan. Tiba-tiba seseorang menepuk
pundak kananku.
”Uangnya kurang ya?” tanya seorang
lelaki muda berkacamata yang tampak
ramah. Tanpa menunggu jawabku, ia
menyodorkan selembar uang lima puluh
ribuan kepada mbak penjaga warung. Aku
masih mematung. Sebenarnya aku ingin
menolak, tapi tak ada pilihan lain.
”Ngg... Terima kasih. Besok pasti aku
ganti! Kita bertemu lagi di sini, besok,
pukul sepuluh pagi. Bagaimana?”
”Hahaha, tidak perlu terburu-buru. Kau
pasti orang baru ya? Dulu aku juga sama
kagetnya ketika mengetahui mahalnya
harga-harga di sini, persis sepertimu.
Bahkan ada seorang penduduk asli sini
yang juga membayariku makan. Bisa
dikatakan semua harga di sini memang
mahal, kecuali rokok dan minuman keras,”
ceritanya dengan berapi-api.
”Oh ya, tidak sopan sekali saya, belum
memperkenalkan diri. Perkenalkan, saya
Krisanto Axlan Setiadinata, panggil saja
Kris,” ujarnya seraya mengulurkan tangan
kanannya.
”Aku Dinda Pramesti, biasa dipanggil
Dinda”
***
4 3U L T I M A G Z
M E N E R O P O N G S O R O N G
Pukul lima kurang sepuluh menit. Tepat
waktu. Aku sampai di rumah sebelum
ayah pulang. Sejenak aku teringat lagi
percakapanku dengan Kris.
”Nasi capcai dan telur kok bisa mahal banget
sih? Kalau di Jakarta ya, lima puluh ribu udah
bisa makan di mal keren, tuh!” ocehku dengan
wajah cemberut.
“Kalau di sini kan transportasi sulit, bahan-
bahan makanan juga sulit untuk didistribusikan,
makanya kebanyakan sampai sini jadi mahal,
berat di ongkos. Bahkan bakmi yang tidak ada
rasanya bisa empat puluh ribu di sini,” jelas
Kris. Masuk akal. Wah, kelihatannya dia pria
yang terpelajar.
”Ngomong-ngomong kamu di sini bekerja?
Atau masih kuliah?”
“Saya kuliah di Universitas Victory, jurusan
Teknik Geologi. Kamu sendiri?”
“Oh saya baru lulus SMA, belum tahu apakah
akan melanjutkan kuliah sekarang atau tidak,”
jawabku jujur. Ayah ingin aku melanjutkan ke
jenjang kuliah, tapi apa itu mungkin dengan
kondisi kami sekarang?
”Wah, sayang sekali kalau tidak dilanjutkan.
Dengar-dengar, universitasku sedang membuka
pendaftaran dan menyediakan beasiswa. Coba
saja kamu mendaftar di sana.”
Hmm, tawaran yang menarik sebenarnya.
Mungkin akan kudiskusikan dengan Ayah
jika ia sudah pulang nanti.
Tak terasa tiga bulan sudah berlalu
sejak kejadian itu. Kini aku telah resmi
terdaftar sebagai mahasiswi Universitas
Victory, jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Beruntung sekali aku
bisa mendapatkan beasiswa yang pernah
diceritakan oleh Kris, sehingga tidak terlalu
memberatkan ayahku. Kris satu tingkat
di atasku sehingga kami jarang bertemu,
namun kami masih saling menyapa jika
berpapasan.
Puk. Sebentuk tangan menepuk pundak
kananku. Mungkin Kris.
”Korang cewek yang waktu itu tabrak
kitorang, bukan? Sedang apa di sini?”
tanya lelaki yang tak sengaja kutabrak di
Ramayana saat hari pertama kedatanganku.
Dia juga kuliah di sini?
”Iya, sekali lagi maaf. Sekarang saya
kuliah di sini, jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Oh ya, kita belum
berkenalan, bukan? Aku Dinda,” kuulurkan
tangan kananku dengan sopan, berharap
kesan pertama yang buruk itu dapat terhapus.
”Emm, saya Alex,” jawabnya tanpa
membalas uluran tanganku. Kutarik lagi
tanganku yang menyalami angin kosong.
Dasar tidak sopan!
Sepertinya sang takdir sedang usil. Hari
ini, selepas perkenalan yang agak canggung
antara aku dan Alex, kami malah bertemu
lagi di kelas Pancasila. Mata kuliah ini
merupakan mata kuliah umum sehingga
memungkinkan satu kelas diisi oleh orang-
orang dari jurusan yang berbeda. Tak hanya
sekelas, kami juga satu kelompok untuk
tugas penelitian sosial yang mana anggota
kelompoknya ditentukan secara acak.
”Bagaimana kalau tentang perbandingan
pengunjung lokal dan asing yang datang
ke Pantai Tembok Berlin?” usul Alex yang
langsung kusambut dengan gelengan kepala.
“Yang ada di Jerman itu? Jadi kita ke
Jerman buat meneliti, gitu? Kau ini ada-
ada saja.”
“Korang sudah berapa lama tinggal di sini?
Masa belum pernah ke Pantai September,”
gerutu Alex kesal bercampur heran.
“Hah? Apa itu? Pantai September? Tadi
katanya Tembok Berlin?” Kuakui aku memang
jarang main jauh-jauh dari rumah. Selain
belum familiar dengan lingkungannya,
rasanya malas berjalan-jalan sendirian.
Apalagi aku juga harus menjaga rumah
sewaktu ayah bekerja.
“Pantai September. Pantai Sepanjang
Tembok Berlin. Adoo (aduh) tembok sebesar itu
kau tak tahu? Nama aslinya Pantai Dofidor,
tapi kitorang sebutnya Pantai Tembok Berlin.
Jadi bagaimana, setuju tidak?”
Itulah yang terjadi. Dua hari kemudian,
kami berjalan menyusuri pantai yang
ternyata merupakan tempat hiburan dan
pusat keramaian masyarakat Sorong.
Ternyata, yang dimaksud sebagai Tembok
Berlin adalah tembok setinggi pinggang
orang dewasa yang membentang tak kurang
dari satu kilometer di bibir pantai untuk
membatasi pantai dengan jalan raya.
Di waktu sore seperti ini, banyak pasangan
muda yang duduk di atas tembok dengan
santai sambil menikmati rona jingga khas
senja dari mentari terbenam.
”Korang hitung pengunjung asing, kitorang
hitung pengunjung lokal. Kita bertemu di
sini satu jam lagi,” kata Alex sambil berlari
menjauhiku. Aku pun berlari ke arah yang
berlawanan darinya.
Ketika sedang mengumpulkan data,
tiba-tiba ada sosok familiar yang berlari
menghampiriku dari kejauhan. Itu kan…
Kris! Rupanya ia tengah berjalan-jalan santai
sambil menikmati akhir pekan. Ia bahkan
merekomendasikan tempat makan populer
di pantai itu. Konon, Pantai Dofidor sering
dirujuk sebagai rajanya makanan laut.
“Loh, korang kenapa bisa ada di sini?
Kebetulan sekali,” seru Alex tiba-tiba dari
balik punggungku, membuatku kaget.
“Hahaha… Jadi ini teman kelompok
tugasmu yang tadi kamu bilang, Din? Masih
ingat tidak sewaktu kita bertemu pertama
kali di warung? Aku pernah cerita kalau
dulu aku sempat kekurangan uang untuk
membayar dan dibayari oleh penduduk
setempat kan? Ya dia ini orangnya, si Alex!”
jelas Kris diselingi derai tawa. Ya ampun,
dunia memang sempit!
“Bagaimana kalau kita makan dulu di
tempat makan favoritku, tenda merah yang
di ujung sana itu? Tenang, kali ini uangku
cukup kok untuk mentraktir kalian!”
sambungnya kemudian.
Aku dan Alex menyanggupi ajakannya.
Wah, Sorong memang benar-benar
menyimpan banyak kejutan!
EDI T ED BY A NNI SA MEIDI A N A
44 U L T I M A G Z
Memainkan imajinasi yang dipadukan dengan kreativitas
bukanlah hal yang sulit dilakukan oleh seniman. Namun, kreativitas
tersebut dapat menjadi senjata makan tuan bagi para seniman
akibat dari komentar yang dilontarkan masyarakat.
Melihat kondisi yang demikian, Jakarta Biennale kembali
mengadakan pameran seni rupa yang digelar di gudang Sarinah,
Jakarta Selatan. Dalam pameran tersebut terdapat beragam karya
seni rupa, seperti mural yang menyiratkan pesan dan kritik sosial
mendalam. Ada pun karya lainnya berupa miniatur, patung,
arsitektur, lukisan, dan lain-lain.
Setiap harinya, pameran dibuka pukul 10 pagi sampai 6 sore.
Suasana Jakarta Biennale 2015 pun tak jarang dikunjungi oleh anak
muda, mulai dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga
mahasiswa. Mereka terlihat menikmati keindahan artistik yang
dipamerkan atau sekadar foto-foto.
“Pameran ini terbuka untuk publik dan bebas, mulai dari anak-
anak, remaja seperti anak SMA atau mahasiswa, bahkan dewasa
juga sangat diperbolehkan untuk masuk ke dalam pameran ini.
Saya menganggap bahwa seni itu sudah sepantas dan selayaknya
untuk dinikmati oleh seluruh kalangan dan tidak dibatasi apa pun,”
ujar Direktur Eksekutif Jakarta Biennale 2015, Ade Darmawan.
Tak hanya dalam negeri, seniman yang berasal dari negara lain
pun turut berpartisipasi memamerkan karya-karyanya di Jakarta
Biennale 2015. Salah satunya adalah Zeyno Pekunlu. Seniman asal
Turki ini membuat serial film pendek berjudul “Pretty Furious
Women” yang menceritakan tentang pembunuhan sadis terhadap
wanita-wanita Turki, hingga akhirnya ada satu wanita yang berani
untuk menghentikan pembunuhan tersebut.
Apabila sebuah pameran seni umumnya digelar satu atau
dua minggu saja, Jakarta Biennale 2015 akan berjalan selama dua
bulan, yakni pada 15 November 2015 dan berakhir 17 Januari 2016.
Menanggapi hal tersebut, Ade mengatakan bahwa banyaknya
materi yang ingin disampaikan dapat menjadi momentum bagi
para seniman untuk menuangkan kreativitasnya.
Pameran karya ini tak hanya menampilkan seni yang enak
dilihat, tapi juga diciptakan melalui sebuah kritik sosial dengan
E V E N T
Ruang Karya untuk Publik yang Lebih KritisBy Christian ManafePhoto by Gustama Pandu
4 5U L T I M A G Z
Sebanyak enam kurator Indonesia dan satu
kurator seni rupa asal Skotlandia bertugas
untuk memilih karya dari seniman dalam
ataupun luar negeri. Mereka adalah Charles
Esche, Anwar ‘Jimpe’ Rachman, Asep Topan,
Benny Wicaksono, Irma Chantily, Putra
Hidayatullah, dan Riksa Afiaty.
Seniman yang berhasil meloloskan
karyanya di Jakarta Biennale 2015 pun
berasal dari berbagai daerah dan negara,
seperti Yogyakarta, Semarang, Banda Aceh,
Denpasar, Banyuwangi, Makassar, Bandung,
Depok, Jakarta, Chiang Mai, New Taipei,
Rotterdam, Mexico City, Auckland, Bucharest,
Manila, Wellington, Yokohama, Amsterdam,
Brisbane, Copenhagen, Melbourne, Kuala
Lumpur, Seoul, dan Istanbul.
Tahun ini, Jakarta Biennale membuat
dua inovasi yang dinamakan Laboratorium
E V E N T
harapan masyarakat dapat antusias dan
menjadi lebih peka. Di sisi lain, masyarakat
diharapakan dapat mengapresiasi karya
tersebut serta menjadi lebih kritis terhadap
lingkungan di sekitarnya.
“Saya secara pribadi mengaku bahwa
masyarakat Indonesia sendiri sudah
memberikan apresiasi yang lebih terhadap
karya seni pada saat ini, berbeda dengan
dulu,” kata Ade.
Dengan tema “Maju Kena, Mundur Kena:
Bertindak Sekarang”, Jakarta Biennale
2015 ingin mengajak publik untuk segera
bertindak dalam melakukan segala hal,
tanpa mengira dampaknya suatu saat nanti,
apa lagi mengingat masa lalu.
“Judul tema kali ini seperti sebuah
film komedi tahun 80-an. Tujuan dari
pameran ini sendiri adalah membangun
apresiasi publik terhadap karya seni rupa
dan membangun publik yang kritis melalui
karya seni yang ada di Jakarta Biennale,”
jelas pria kelahiran 1974 ini.
KURATOR SELEKSI KARYAPemilihan tempat di Gudang Sarinah
untuk yang kedua kalinya ini bukan tanpa
alasan. Ade menjelaskan, Jakarta Biennale
ingin mencoba tantangan baru dengan
mengubah gudang kosong menjadi sebuah
pameran karya seni rupa yang diapresiasi
oleh masyarakat. Pameran yang didirikan
pada 1974 ini, dahulu dinamakan Pameran
Seni Lukis dan diganti menjadi Jakarta
Biennale pada 2013.
“Pertama kali digelar pada tahun 1974
dan namanya masih Pameran Seni Lukis.
Jadi, saat itu yang dipamerkan hanya
lukisan. Mulai diubah menjadi Jakarta
Biennale pada tahun 2013 dan karya yang
dipamerkan menjadi macam-macam karya
seni,” ujarnya.
Berbicara kualitas, karya-karya yang
dipamerakan di Jakarta Biennale 2015 terlebih
dahulu diseleksi oleh para kurator. Kriteria
penyeleksian tersebut adalah berapa lama
seniman berkarya dan kuantitas karya
yang telah dibuat.
Kurator dan Edukasi Publikasi. Hal inilah
yang membedakan Jakarta Biennale 2015
dengan pameran di tahun-tahun sebelumnya.
Laboratorium Kurator digunakan oleh
para kurator senior untuk mengadakan
gathering atau kumpul bersama kurator baru.
Tujuannya agar dapat saling membantu dan
berbagi cerita serta pengalaman. Sementara
itu, Edukasi Publikasi merupakan wadah
bagi publik untuk mendapatkan edukasi
melalui karya seni rupa yang dipamerkan
di Jakarta Biennale.
EDI T ED BY L A NI D I A N A
46 U L T I M A G Z
by Laurensia Lindi Paramastuti – Student Support UMNReritten by Lani DianaPhoto by Cindy Gani
UPAYA PERTAHANKAN SENI DAN BAHASA LEWAT ELABORASI PENDIDIKAN
Peran generasi muda untuk memajukan bangsa sangat
dibutuhkan. Anak muda tak hanya memiliki tanggung jawab
di sektor politik, tapi juga di berbagai sektor lainnya, seperti
kesenian, pariwisata, lingkungan, pendidikan, dan lain-lain. Upaya
untuk melestarikan dan mempertahankan aspek-aspek tersebut
tentu sangat diharapkan menjadi salah satu konsentrasi mahasiswa.
Mental anak muda pun diuji. Berbagai budaya dan
seni modern yang ditawarkan oleh negara barat, seperti
seni kontemporer kini telah dijadikan sebagai salah satu
wadah bagi masyarakat Indonesia untuk berekspresi.
Mengikuti tren barat merupakan hal yang umum terjadi pada
masyarakat, khususnya bagi orang-orang muda yang sedang
mencari identitas diri. Hal ini terjadi, karena dunia barat selalu
menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa dari dulu hingga
sekarang. Oleh karena itu, orang-orang muda akan mengikutinya
sebagai suatu hal yang keren, baik, dan bagus untuk dirinya.
Tren barat tidak selalu buruk, bahkan sudah diadaptasikan ke
dalam budaya bangsa kita sejak dahulu. Ketidakpedulian terhadap
seni dan bahasa Indonesia dapat terjadi apabila budaya dari negara
lain diterima begitu saja tanpa adanya pemahaman. Alhasil, sikap
tersebut dapat merusak salah satu kekayaan bangsa, yakni budaya.
Anggapan bahwa generasi muda, khususnya mahasiswa
4 7U L T I M A G Z
S U S I S
yang tidak peduli dengan seni dan bahasa
Indonesia pun mungkin saja terjadi.
Penyebabnya adalah kecenderungan
anak muda yang menggunakan seni
dan bahasa asing (barat), karena terlihat
atau terdengar bagus. Padahal, mereka
tidak memahami dampak ke depannya.
Salah satu faktor yang menghambat
mahasiswa untuk mencintai kesenian dan
bahasa Indonesia adalah cara berkomunikasi
instan melalui media online. Tanpa adanya
komunikasi tatap muka dapat menghambat
tumbuhnya rasa cinta terhadap kesenian dan
bahasa Indonesia, karena tidak lagi terbiasa
untuk menyapa sesama secara langsung.
Padahal, orang Indonesia dengan ciri khas
yang ramah tamah dan murah senyum.
Secara mental, saya melihat bahwa
mahasiswa sekarang ini masih dapat
menjaga ragam seni dan bahasa Indonesia.
Ha l i t u d i k a rena k an l ing k ung an
pendidikan yang masih mengajarkan
dan menanamkan nilai-nilai keutamaan
bangsa. Salah satu bukti, yakni masih
adanya mata kuliah Bahasa Indonesia.
Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk membangun semangat mahasiswa,
seperti mengelaborasikan pendidikan
di perguruan tinggi dengan nilai-nilai
keutamaan bangsa. Dengan demikian,
mahasiswa dapat ditanamkan pemahaman
dan keinginan untuk mempertahankan
kesenian serta bahasa Indonesia miliki.
Hal itu dapat diwujudkan dengan aksi
konkret, seperti mencari berita ke berbagai
provinsi dan mengadakan pagelaran seni
atau kegiatan mahasiswa yang bertemakan
budaya. Di sisi lain, mahasiswa juga
dapat menganalisa dinamika bisnis dari
beberapa Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) yang ada di daerah-daerah sebagai
salah satu bagian dari mata kuliah.
48 U L T I M A G Z
1.ASUS KEMBANGKAN KACAMATA VIRTUAL REALITY
Pemimpin utama ASUS Jonney Shih dan CEO ASUS Jerry Shen mengaku sedang mengembangkan kacamata virtual reality yang rencananya diluncurkan pada 2016. Pada Oktober 2015, Shih sudah memberikan bocoran bahwa ASUS bekerja sama dengan Microsoft untuk membuat alternatif Hololens yang lebih murah.
Hal ini senada dengan kerja sama yang dilakukan Samsung dan Oculus VR ketika merilis Gear VR pada November 2015 silam. Namun, kabarnya kacamata ini akan dijual sepaket dengan laptop gaming ASUS untuk mendorong penjualan yang kini menurun
.
2.PREDATOR Z35, MONITOR GAHAR BESUTAN ACER
Acer baru saja menambahkan Predator Z35 dalam jajaran lini monitornya, sebuar layar melengkung berukuran 35 inch yang memiliki tampilan UltraWide, G-Sync Support, rasio kontras 3000:1, resolusi 2560x1080 pixel, dan refresh rate mencapai 200Hz. Tak hanya itu, dudukan layar dapat dimiringkan (-5o hingga +25o) dan tingginya juga dapat disesuaikan (maksimal 5 inch).
Layar ini dapat dihubungkan dengan HDMI, Display Port, serta empat slot USB 3.0. Manajer produk Acer Amerika Charlotte Chen menyatakan bahwa Predator Z35 akan menghadirkan pengalaman yang mengesankan untuk para gamer. Pasalnya, dengan spesifikasi tersebut, para gamer akan mendapatkan tampilan aksi yang lebih mulus, lebih nyata, dan penuh warna.
Belum lagi dengan sokongan audio yang tidak main-main. Predator Z35 dipasarkan dengan harga $1,100 atau sekitar 15 juta rupiah. Walaupun sedikit mahal, harga tersebut cukup pantas
untuk monitor gahar sekelas Predatos Z35.
Alat yang Baru di 2016By Monica Devi Kristiadi
Edited by Alif Gusti Mahardika
SUMBER : technobuffalo.com
SUMBER : technobuffalo.com
Seperti yang diketahui, setiap tahunnya berbagai teknologi baru akan bermunculan di dalam negeri. Kreativitas yang dituangkan ke dalam sebuah inovasi pun kian tumbuh pesat. Beberapa penemuan tersebut ditawarkan, baik dalam bentuk gadget ataupun berupa perangkat keras untuk games.
4 9U L T I M A G Z
T E K N O L O G I
3.ATTACK X3, PAPAN KETIK GAMER SEJATI
COUGAR selaku pengembang perangkat keras untuk para gamer menghadirkan Attack X3, keyboard mekanik terbarunya. Attack X3 menggunakan lapisan aluminium pada kerangkanya serta tuts mekanik kualitas terbaik yang awet serta elegan. Papan ketik tersebut tersedia dalam empat pilihan warna key switches (tuts), antara lain Cherry MX Blue, Cherry MX Brown, Cherry MX Red, dan Cherry MX Black.
Spesifikasi papan ketik tersebut cukup menjanjikan, diantaranya responsif (1ms), N-Key rollover, lampu latar dengan lima tingkatan kecerahan, sepuluh tombol yang dapat diprogram sendiri sesuai keinginan, dan memori internal untuk menyimpan pengaturan bagi maksimal tiga pengguna. COUGAR merilis Attack X3 pada Desember
2015 di Eropa dan kuartal pertama 2016 di Amerika Serikat.
4.UCAPKAN SELAMAT TINGGAL PADA BATERAI LEMAH BERKAT SMART BATTERY CASE
Sering merasa kesal dengan baterai ponsel yang cepat habis? Malas membawa powerbank ke mana-mana? Smart Battery Case merupakan pilihan yang tepat untuk mengakhiri masalah itu. Produk Apple ini merupakan perangkat tambahan (add-on) yang menyediakan ekstra daya sebesar 1.877 mAh bagi pengguna iPhone 6s dan iPhone 6s Plus.
Dengan bentuk yang menyerupai casing ponsel dan terbuat dari silikon, cara penggunaannya hanya perlu dipasangkan pada bagian punggung ponsel. Smart Battery Case akan menyala jika baterai ponsel lemah. Selain itu, secara otomatis Smart Battery Case terisi, jika ponsel di-charge. Hal ini membuat konsumen tidak perlu mengisi daya dua kali. Casing cerdas ini dipasarkan dengan harga $99 atau sekitar 1.3 juta rupiah.
SUMBER : technobuffalo.com
SUMBER : cnet.com
50 U L T I M A G Z
SNAPSHOTS
by Dennis Tumiwa - Salah satu seniman menggunakan plang di pinggir jalan untuk pameran
by Dennis Tumiwa - Para pengunjung memadati gudang sa-rinah untuk menyaksikan aksi dari salah satu seniman
by Dennis Tumiwa - Jakarta binnale menyediakan tembok seni untuk berfoto
by Dennis Tumiwa - Suasana gudang sarinah yang disulap menjadi bukan gudang
5 1U L T I M A G Z
S N A P S H O T
by Evelyn - Loko mengabarkan sebuah berita yang sangat mengejutkan segenap warga Warita Dikara
by Evelyn - Lavanya, Ellon, dan Ranya, teman Warita Dikara
by Evelyn - Perundingan pendirian mall di Warita Dikara antara Buntala dengan sekretaris dan ibunya
by Evelyn - Kakek Smong dan rumah dongengnyaby Evelyn - Senandung Muede
52 U L T I M A G Z
MARET2016
Cover StoryMerebaknya Film Indonesia
Info KampusProdi FTV, Perubahan atau Perkembangan?
WawancaraKesiapan Prodi FTV
SosokCecep Rahman
48
FILMNUSANTARA
5 3U L T I M A G Z
Mau pasang iklan di
Hubungi Dea (08567033009)
ULTIMAGZ .com
UltimagzEdisi #09Februari 2016 :“Seni dan Bahasa Indonesia”