1. CEPHALGIA Tabel Karakteristik Cephalgia Cephalgi a Sifat Lokasi Lama nyeri Frekuensi Gejala ikutan Migren tanpa aura Berdeny ut Unilateral/ bilateral 4-72 jam Sporadik, < 5 serangan nyeri Mual muntah , fotofobia,fono fobia Migren dengan aura Berdeny ut Unilateral < 60 menit Sporadik, 2 serangan didahului gejala neurologi fokal 5-20 menit Gangguan visual, gangguan sensorik, gangguan bicara Tension Tipe Headache Tumpul, tekan diikat bilateral 30’ -7 hari Terus menerus Depresi ansietas stress Cluster Headache Tajam, menusuk Unilateral orbita, supraorbital 15-180 menit Periodik 1 x tiap 2 hari – 8x perhari Lakrimasi ipsilateral., rhinorrhoea ipsilatral, miosis/ptosis ipsilatral, dahi & wajah berkeringat Neuralgi a trigemin us Ditusuk -tusuk Dermatom saraf V 15-60 detik Beberapa kali sehari Zona pemicu nyeri
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. CEPHALGIA
Tabel Karakteristik Cephalgia
Cephalgia Sifat Lokasi Lama nyeri
Frekuensi Gejala ikutan
Migren tanpa aura
Berdenyut Unilateral/bilateral 4-72 jam Sporadik, < 5 serangan nyeri
Mual muntah , fotofobia,fonofobia
Migren dengan
aura
Berdenyut Unilateral < 60 menit Sporadik, 2 serangan
didahului gejala neurologi fokal 5-
20 menit
Gangguan visual, gangguan sensorik,
gangguan bicara
Tension Tipe
Headache
Tumpul, tekan diikat
bilateral 30’ -7 hari Terus menerus Depresi ansietas stress
Cluster Headache
Tajam, menusuk
Unilateral orbita, supraorbital
15-180 menit
Periodik 1 x tiap 2 hari – 8x perhari
Lakrimasi ipsilateral., rhinorrhoea ipsilatral,
miosis/ptosis ipsilatral, dahi &
wajah berkeringat
Neuralgia trigeminus
Ditusuk-tusuk
Dermatom saraf V 15-60 detik
Beberapa kali sehari
Zona pemicu nyeri
2. SIRKULUS WILLISI
3. SINDROMA BATANG OTAK
SINDROME WEBER
Sindrome Weber merupakan suatu kumpulan gejala klinis dan tanda yang
meliputi kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral, hemiparesis spastik
kontralateral, rigiditas parkinsonism kontralateral, distaksia kontralateral, serta
adanya defisit saraf kranialis yang kemungkinan disebabkan akibat adanya
gangguan pada persarafan supranuklear pada nervus VII, IX, X, dan XII.
Etiologi
Sindrom Weber dapat disebabkan oleh hal sebagai berikut:
1. Penyumbatan pembuluh darah cabang samping yang berinduk pada ramus
perforantes medialis arteria basilaris.
2. Insufisiensi peredarah darah yang mengakibatkan lesi pada batang otak.
3. Lesi yang disebabkan oleh proses neoplasmatik sebagai akibat invasi dari
thalamus atau serebelum. Lesi neoplasmatik sukar sekali memperlihatkan
keseragaman oleh karena prosesnya berupa pinealoma, glioblastoma dan
spongioblastoma dari serebelum.
4. Lesi yang merusak bagian medial pedunkulus serebri.
5. Stroke (perdarahan atau infark) di pedunkulus serebri.
6. Hematoma epiduralis.
7. Tumor lobus temporalis.
Gambar Syndrome Weber
Manifestasi Klinis
Manifestasi yang ditimbulkan dapat dengan mudah dimengerti oleh
karena setiap gejala dan tanda mencerminkan disfungsi sistema sarafi yang
terlibat dalam lesi tertentu. Lesi yang disebabkan oleh proses neoplasmatik
dapat merusak bangunan-bangunan mesensefalon sebagai akibat invasi dari
thalamus atau serebelum. Oleh karena proses tersebut berupa pinealoma,
glioblastoma dan spongioblastoma dari serebelum, maka tiap corakan kerusakan
dapat terjadi, sehingga lesi neoplasmatik sukar sekali memperlihatkan suatu
keseragaman. Lesi unilateral di mesensefalon mengakibatkan timbulnya
hemiparesis atau hemiparesis kontralateral Lesi yang merusak bagian medial
pedunkulus serebri akan menimbulkan hemiparsis yang disertai paresis nervus
okulomotorius ipsilateral. Kombinasi kedua jenis kelumpuhan ini dikenal dengan
nama hemiparesis alternans nervus okulomotorius atau Sindroma dari weber.
Lesi pada daerah fasikulus longitudinalis medialis akan mengakibatkan
timbulnya hemiparesis alternans nervus okulomotorius yang diiringi juga
dengan gejala yang dinamakan oftalmoplegia interneklearis.
Gambar Syndrome weber
Diagnosis
Diagnosis sindroma dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis
tentang riwayat penyakit, termasuk juga riwayat keluhan, berapa lama keluhan
sudah timbul dan apakah unilateral ataukah bilateral. Pemeriksaan saraf
biasanya dapat dilakukan dan dapat sangat membantu untuk menentukan
adanya sindroma weber. Pemeriksaan nervus okulomotorius biasanya dilakukan
bersama-sama dengan pemeriksaan nervus troklearis dan nervus abdusen,
pemeriksaan tersebut terdiri atas:
1. Celah kelopak mata
Kemudian dinilai kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan irisPasien
disuruh memandang lurus ke depan.
2. Pupil
Pada pemeriksaan pupil bagian yang perlu diperiksa adalah (1) ukuran: apakah
normal (diameter 4-5 mm), miosis, midriasis atau pin pont pupil, (2) bentuk:
apakah normal, isokor atau anisokor, (3) posisi: apakah central atau eksentrik,
(4) cahaya diarahkan pada satu refleks pupil: refleks cahaya langsung
reaksi yang tampak untuk kontraksi pupil homolateral, refleks pupil selain
cahaya tidak langsung (konsensual / crossed light refleks) kontraksi
homolateral juga akan tampak kontraksi kontralateral, refleks pasien diminta
melihat jauh kemudian melihat akomodasi-konvergensi ketangan
pemeriksa yang diletakkan 30 cm di depan hidung pasien.
Pada saat melihat tangan pemeriksa, kedua bola mata pasien bergerak
secara konvergensi (kearah nasal) dan tampak pupil mengecil. Refleks ini
negatif pada kerusakan saraf simpatikus leher, refleks siliospinal refleks
nyeri ini dilakukan dalam ruangan dengan penerangan samar-samar. Caranya
ialah merangsang nyeri pada daerah leher dan sebagai reaksi pupil akan
melebar pada sisi ipsilateral. Refleks ini terjadi bila ada benda asing pada
kornea atau intraokuler, atau pada cedera mata atau refleks nyeri ini adalah
konstriksipelipis, refleks okulosensorik atau dilatasi disusul konstriksi,
sebagai respons rangsang nyeri di daerah mata atau sekitarnya.
3. Gerakan bola mata
Fungsi otot-otot ekstrinsik bola mata dinilai dengan gerakan bola mata
keenam arah yaitu lateral, medial, lateral atas, medial atas, medial atas dan
medial bawah, cara: pasien menghadap ke depan dan bola mata digerakkan
menurut perintah atau mengikuti arah objek.
Kelainan-kelainan yang dapat terjadi :
1. Kelemahan otot-otot bola mata (opthalmoparese/opthalmoplegi) berupa:(1) gerakan terbatas, (2) kontraksi skunder dari anta-gonisnya, (3) strabismus, (4) diplopia
2. dapat terlihat saat melihat ke samping, atas, bawah.Nistagmus (gerakan
bolak-balik bola mata yang involunter).
SINDROM BENEDICKT
Definisi
Sindrom Benedikt merupakan akibat tersumbatnya cabang-cabang
interpedunkularis dari arteri basilaris atau serebralis posterior atau keduanya
pada otak tengah. Ini digambarkan sebagai suatu kelumpuhan Nervus III
(Okulomotorius) ipsilateral yang disertai oleh tremor kontralateral (cerebelar).
Sebuah tremor berirama (ritmik) pada tangan atau kaki bagian kontralateral
yang ditingkatkan oleh adanya gerakan mendadak atau tanpa disengaja,
menghilang ketika beristirahat. Merupakan akibat dari kerusakan pada nukleus
red (nukleus ruber) yang menuju keluar dari sisi yang berlawanan pada hemisfer
cerebelum. Bisa juga terdapat hiperestesia kontralateral. Sindrom Benedikt
terjadi bila salah satu cabang dari rami perforantes paramedial arteri basilaris
yang tersumbat, maka infark akan ditemukan di daerah yang mencakup 2/3
bagian lateral pedunkulus cerebri dan daerah nukleus ruber. Maka hemiparesis
alternans yang ringan sekali tidak saja disertai oleh hemiparesis ringan Nervus
III, akan tetapi dilengkapi juga dengan adanya gerakan involunter pada lengan
dan tungkai yang paretik ringan (di sisi kontralateral) itu. Sindrom Benedikt
terjadi jika lesi menduduki kawasan nukleus ruber sesisi yang ikut rusak
bersama-sama radiks Nervus Okulomotorius ialah neuron-neuron dan serabut-
serabut yang tergolong dalam susunan ekstrapiramidal. Maka gejala yang
muncul ialah paralisis Nervus Olulomotorius ipsilateral, ataksia dan tremor pada
lengan sesisi kontralateral. Sindrom benedik merupakan lesi pada area nukleus
red memotong saraf fasikuler dari Nervus III pada saat mereka melewati otak
tengah bagian ventral, beberapa lesi menyebabkan kelumpuhan okulomotorius,
dengan diskinesia (hiperkinesia, ataksia) kontralateral dan tremor yang menetap
terjadi hanya pada lengan. Sindrom benedik (paramedial midbrain syndrome)
merupakan hasil dari penggabungan dan pelunakan fasikuler dari satu Nervus
Okulomotor pada regio nukleus red ipsilateral. Maka pasien akan mengalami
kelumpuhan N.III tipe perifer dengan diskinesia (hiperkinesia dan ataksia)
kontralateral dan tremor yang menetap pada lengan. Sindrom Benedikt adalah
bila pada otak tengah tingkat kerusakan sampai di nukleus red atau di fasikulus
Nervus III akan menyebabkan kelumpuhan pada Nervus III yang komplit atau
parsial; kerusakan sampai pada nukleus red (diluar dari sisi lain hemisfer
cerebelum) juga akan menyebabkan tremor kontralateral. Sindrom Benedikt
adalah sindrom neurologi paralisis Nervus III karena trauma pada Nervus
Okulomotor dan nukleus red.
Etiologi
Secara umum: adanya lesi pada nukleus ruber dengan adanya oklusi pada
nervus okulomotorius; adanya oklusi pada cabang dari arteri basiler, trauma,
dan perdarahan pada otak tengah, dan keganasan merupakan penyebab yang
paling sering.
Gambaran klinis
Pada mata akan terdapat paralisis homolateral dari nervus
okulomotorius, yang dihubungkan dengan pergerakan konvergensi, elevasi dan
depresi dari mata, juga hilangnya refleks cahaya dan akomodasi. (interupsi saraf
radiks III di dalam otak tengah). Selain itu juga terdapat hiperkinesia secara
unilateral, hemiparesis kontralateral, tremor pada pada bagian ekstremitas atas
(yang meningkat saat aktivitas), hemihipoestesia, dan kehilangan sensibilitas
yang dalam; juga ataxia ipsilateral1.Kelumpuhan Nervus III (Okulomotorius).
SINDROM FOVILLE – MILLARD GUBLER
Hemiplegia alternas akibat lesi di pons adalah selamanya kelumpuhan
UMN yang melibatkan belahan tubuh sisi kontralateral, yang berada dibawah
tingkat lesi, yang berkombinasi dengan kelumpuhan LMN pada otot-otot yang
disarafi oleh nervus abdusens n. VI atau nervus fasialis n. VII.
Etiologi
Sindrom Millard Gubler dan sindrom Foville termasuk juga kedalam
bagian dari sindrom hemiplegia alternans pons. Sindrom ini disebabkan akibat
terbentuknya suatu lesi vaskuler yang bersifat unilateral. Selaras dengan pola
percabangan arteri-arteri, maka lesi vaskular di pons dapat dibagi ke dalam: (1)
lesi paramedian akibat penyumbatan salah satu cabang dari rami perforantes
medialis a. basilaris, (2) lesi lateral, yang sesuai dengan kawasan perdarahan
cabang circumferens yang pendek, (3) lesi di tegmentum bagian rostral pons
akibat penyumbatan a. serebeli superior dan (4) lesi di tegmentum bagian
kaudal pons, yang seesuai dengan kawasan perdarahan sircumferens yang
panjang.
Penyumbatan parsial terhadap salah satu cabang dari rami perforantes
medialis a. basilaris sering disusul oleh terjadinya lesi-lesi paramedian. Jika lesi
paramedian itu bersifat unilateral dan luas adanya, maka jaras kortikobulbar /
kortikospinal berikut dengan inti-inti pes pontis serta serabut-serabut
pontoserebelar akan terusak. Tegmentum pontis tidak terlibat dalam lesi
tersebut.
Manifestasi Klinis
Manifestasi berupa penyumbatan parsial terhadap cabang dari rami
perforantes medialis a.basilaris seperti itu akan menimbulkan gejala berupa
hemiplegia yang bersifat kontralateral, yang pada lengan bersifat lebih berat
ketimbang pada tungkai. Jika lesi paramedian itu terjadi secara bilateral, maka
kelumpuhan seperti yang telah diuraikan tadi akan terjadi pada kedua sisi
bagian tubuh.
Gambar syndrome foville dan millard gubler
Namun jika lesi paramedian terletak pada bagian kaudal pons , maka akar
nervus abdusens juga akan ikut terlibat. Maka dari itu pada sisi lesi terdapat
kelumpuhan LMN m.rektus lateralis, yang membangkitkan strabismus
konvergens ipsilateral dan kelumpuhan UMN yang melanda belahan tubuh
kontralateral, yang mencakup lengan tungkai sisi kontralteral berikut dengan
otot-otot yang disarafi oleh n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sisi kontralateral.
Gambaran penyakit inilah yang dikenal sebagai sindrom hemiplegi alternans
nervus abdusens.
Selain itu dapat juga terjadi suatu lesi unilateral di pes pontis yang meluas
ke samping, sehingga melibatkan juga daerah yang dilalui n.fasialis. Sindrom
hemiplegia alternans padamana pada sisi ipsilateral terdapat kelupuhan LMN,
yang melanda otot-otot yang disarafi n.abdusens dan n.fasialis yang disebut
sebagai Sindrom Millard Gubler. Jika serabut-serabut kortikobulbar untuk
nukleus n.VI ikut terlibat dalam lesi, maka ‘deviation conjugee’ mengiringi
sindrom Millard Gubler. Kelumpuhan bola mata yang konyugat itu dikenal juga
sebagai Sindrom Foville, sehingga hemiplegia alternans nervus abdusens et
fasialis yang disertai sindrom Foville itu disebut sebagai Sindrom Foville – Millard
Gubler.
SINDROM BASIS PONTIS BAGIAN TENGAH
Penyebabnya adalah oklusi ramus sirkuferensialis brevis dan ramus
paramedianus arteri basilaris. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah
paresis flasid otot-otot pengunyah ipsilateral,hipestesia, analgesia, dan
termanestesia wajah; hemiataksia dan asinergia ipsilateral; hemiparesis spastic
kontralateral.
Gambar Sindrom basis pontis bagian tengah
Gambar Sindrom basis pontis bagian tengah
SINDROM TEGMENTUM PONTIS KAUDALIS
Penyebab sindrom ini adalah oklusi cabang arteri basilaris (ramus
sirkuferensialis longus dan brevis. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah
kelumpuhan nuclear abdusen dan fasialis ipsilateral, nistagmus (fasikulus
longitudinalis medialis), paresis tatapan kearah sisi lesi; hemiataksia dan
asinergia ipsilateral (pedunkulus sereberalis medialis); analgesia dan
termanestesia kontralateral (traktus spinotalamikus lateralis); hipestesia dan
gangguan sensasi posisi dan getar sisi kontralateral (lemniskus medialis);
mioritmia palatum dan faring ipsilateral (traktus tegmentalis sentralis).
Gambar sindrom tegmentum basis pontis kaudale
Gambar Sindrom tegmentum Pontis Kaudale
SINDROM TEGMENTUM PONTIS ORALE
Penyebab sindrom ini adalah oklusi ramus sirkumferensialis longus arteri
basalis dan arteri sereberali superior. Gambaran klinis yang dapat ditemukan
adalah hilangnya sensasi wajah ipsilateral (gangguan semua serabut N.
trigeminus) dan paralisis otot-otot pengunyah (nucleus motorius N.trigeminus),