STATUS PASIEN PSIKIATRII. IDENTITAS PASIEN No. Rek Medik:
40-26-47 Nama: Ny. R Jenis kelamin: Perempuan Usia: 52 tahun
Tempat, Tanggal lahir: Medan, 04 Maret 1963 Alamat:Graha Prima Baru
Blok I/5 No. 33 A Tambun - Bekasi Pekerjaan : PNS Pendidikan: SMEA
Status perkawinan: Menikah Agama: Kristen Protestan Suku: Batak
Tanggal masuk RS: 14 Juni 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRIAutoanamnesis : Tanggal 19 dan 20 Juni
2015Alloanamnesis: Anak pertama dan ketiga (20 Juni 2015) dan kakak
pasien (18 Juni 2015)
A. Keluhan Utama Pasien marah-marah kurang lebih satu bulan ini,
mengamuk dengan alasan yang tidak jelas. Pasien berteriak-teriak di
rumah seakan-akan adu mulut dengan seseorang.B. Keluhan Tambahan
Pasien merasa ada banyak orang yang mengatakan hal-hal yang kasar
kepadanya dan ibunya kurang lebih dua bulan ini.C. Riwayat Gangguan
Sekarang Pada saat alloanamnesis, anak pasien mengaku bahwa Pasien
sering terlihat berbicara sendiri dan mendengar suara-suara yang
mengatakan hal-hal buruk tentang dirinya dan ibunya kemudian pasien
marah-marah dan mengamuk dengan alasan yang tidak jelas kurang
lebih sebulan ini. Pasien berkata pasien sedang sakit, pasien
mengaku bahwa banyak orang membicarakan dan mengejek pasien. Pasien
mengaku stress dan banyak pikiran karena suaminya sangat kasar,
sering marah-marah, menendang pintu dan ingin menuntut cerai dari
pasien. Pasien mengaku bahwa ada orang yang menciptakan alat kecil
dan mempengaruhi moodnya. Alatnya kecil berwarna hitam jika
volumenya naik, pasien akan marah-marah dan apabila volumenya turun
maka pasien akan lebih diam dan sopan. Pasien merasa ketakutan dan
terganggu dengan alat tersebut karena pasien mengaku bahwa alat
tersebut selalu ada di sekitarnya. Pasien mengaku bahwa pasien
merasakan rasa terbakar di punggung dan kakinya akibat alat
tersebut.
a. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Gangguan
PsikiatriBerdasarkan alloanamnesa dengan kakak pasien dan anak-anak
pasien, pasien memiliki riwayat gangguan psikiatri sejak tahun
1993. Menurut kakak pasien, dirinya tidak mengetahui penyebab jelas
penyakit pasien. Kakak pasien menceritakan bahwa ketika pasien
sedang sehat, pasien mengatakan bahwa suaminya berperilaku kasar
pada dirinya. Suami pasien juga sering mengucapkan kata cerai dan
mengatakan bahwa pasien orang gila. Pasien stress dan tertekan
dengan perilaku suaminya tersebut. Pasien memiliki riwayat gangguan
psikiatrik semenjak pasien mengikuti suaminya tugas di Nabire
Papua. Kakak pasien mengaku bahwa sejak pasien sakit, suami pasien
tidak pernah membawa pasien berobat ke dokter, hanya kakak, adik
dan anak pasien yang membawa pasien berobat.Pasien dirawat pertama
kali di Paviliun Amino pada tahun 1993. Pasien sudah 10 kali
dirawat di paviliun amino hingga tahun 2015 dengan keluhan
marah-marah karena mendengar banyak orang yang membicarakan hal-hal
jelek tentang dirinya dan ibunya. Pasien juga merasa takut karena
ada alat yang selalu mengikuti pasien. Beberapa tahun terakhir
Pasien merasa punggungya dan kakinya terbakar sehingga pasien
merasakan panas dan marah. Kakak pasien mengatakan bahwa keluarga
pasien sudah tidak harmonis lagi sejak sepulangnya dari Nabire
Papua. Setahun terakhir ini anak pertama pasien sudah tidak bekerja
dan selalu meminta uang secara paksa kepada pasien bahkan sampai
mengambil diam-diam uang pasien. Suami pasien selalu mengatakan
hal-hal kasar dan berbuat kasar seperti memukul pasien setiap
harinya. Pasien sangat ketakutan terhadap tingkah laku suaminya.
Pasien ingin mengajak ibunya ke Jakarta, tapi pasien merasa takut
kalau suami pasien mengatakan kata-kata kasar kepada ibunya. Kakak
pasien mengatakan selama di rumah pasien tidak pernah minum obat,
suami dan anaknya pun tidak pernah memperhatikan dan mengingatkan
pasien untuk minum obat. Setiap pasien marah-marah, anak pasien
langsung menelpon kakak atau adik pasien untuk di bawa ke pavilion
amino. Dari tahun 1993 hingga 2013 pasien masih aktif bekerja
setiap hari sebagai PNS di Rindam Jaya, mulai 2014 pasien hanya
datang bekerja setiap dua minggu sekali.
2. Riwayat Medik UmumPasien memiliki riwayat hipertensi derajat
dua. Riwayat kejang/epilepsi, kehilangan kesadaran, trauma kepala,
penyakit saraf, tumor otak, penyakit jantung, dan diabetes mellitus
disangkal.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan AlkoholPasien tidak
mempunyai riwayat menggunakan Zat Psikoaktif dan Alkohol.
b. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Masa Prenatal dan PerinatalSelama
kehamilan, ibu pasien tidak memiliki keluhan dan tidak merokok.
Pasien lahir pada usia cukup bulan, dan dilahirkan dengan
persalinan spontan. Tidak terdapat kelainan berat badan lahir serta
panjang badan. 2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)Pasien langsung
diberikan ASI oleh ibu pasien hingga usia 1 tahun 6 bulan. Pasien
dirawat oleh kedua kedua orang tua, bukan oleh pengasuh. Pasien
tumbuh normal sesuai usianya, tidak terdapat gangguan pola tidur,
atau tanda-tanda tidak terpenuhinya kebutuhan. Pada masa usia
tersebut, pasien sudah bisa berjalan, berbicara, dan pasien sering
bermain dengan tetangganya yang seumur ditemani oleh ibunya.
3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun) Pasien, tidak pernah
tinggal kelas serta selalu taat aturan. Pendidikan dari ayah pasien
cukup disiplin. Pasien mengaku tidak ada masalah dengan orangtua
maupun sekolahnya.4. Masa kanak akhir dan Remaja (12-18
tahun)Hubungan dengan teman-teman terjalin dengan baik. Pasien
mempunyai hobi menari segala tarian termaksud disco, akan tetapi
pasien tidak bisa berenang. Pasien mengaku sering bermain dan cukup
banyak teman
5. Masa Dewasaa) Riwayat PendidikanPasien tidak mengikuti taman
kanak-kanak, akan tetapi pasien langsung belajar di SD hingga SMEA
di Medan. Selama masa sekolah, pasien merasa kesulitan dalam
memahami pelajaran. Pasien mengaku tidak pernah berkelahi dengan
teman-temannya semasa sekolah. Pasien mengaku mempunyai banyak
teman semasa sekolahnya.b) Riwayat PekerjaanPasien pernah bekerja
sebagai PNS di Kodam Jaya selama beberapa tahun, dan sekarang
bekerja sebagai PNS di Rindam Jaya.c) Riwayat PernikahanPasien
sudah menikah selama 29 tahun dengan suaminya. Setelah menikah
pasien mengikuti suami tugas di Nabire Papua selama beberapa tahun
karena suami pasien adalah seorang tentara. Setelah itu pindah ke
Jakarta.d) Riwayat Kehidupan BeragamaPasien beragama Kristen
Protestane) Riwayat Pelanggaran HukumPasien tidak pernah terlibat
dengan pelanggaran hukum ataupun dengan pihak berwajib.f) Riwayat
PsikoseksualPasien memiliki orientasi seksial yang normal, yaitu
menyukai lawan jenis (heteroseksual). Pasien mengenal suaminya
melalui perjodohan dari temannya. Kemudian pasien menikah di Medan
dan mengikuti suaminya ke Nabire, Papuag) Aktivitas SosialMenurut
pasien, hubungan pasien dengan tetangga di sekitar rumah tidak
cukup baik. Menurut anak pasien, pasien tidak suka kalau
tetangganya memiliki barang-barang yang lebih mahal dari dirinya
sehingga pasien sering berselisih paham dengan tetangganya dan
merasa pasien juga mampu membeli barang tersebut. Pasien juga
senang berbelanja barang-barang bagus akan tetapi tidak melihat
kondisi ekonomi keluarga.
c. Riwayat KeluargaPasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara.
Pasien memiliki 1 orang kakak laki-laki, 1 adik laki-laki dan 1
adik perempuan. Ayah pasien adalah seorang saudagar hasil bumi dan
Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Ayah pasien meninggal
dunia pada saat pasien masih kecil. Pasien tinggal bersama orang
tuanya di Medan sampai SMEA dan setelah lulus SMEA pasien pindah ke
Jakarta untuk bekerja. GenogramTn. A 35 tahunNy. S 77 tahun
Keterangan: = Laki-laki = Ayah pasien sudah meinggal= Pasien =
PerempuanTN. W 56 thn Ny. S 52 thnTn. S 50 thn Ny. R 48thn
d. Situasi Kehidupan SekarangPasien tinggal bersama Suami dan
ketiga orang anaknya. Semua anggota keluarga bekerja termasuk
anak-anaknya. Pasien mengaku bahwa kehidupan rumah tangga dengan
suaminya tidak harmonis. Pasien mengakui hubungan dengan suaminya
selalu bertengkar dan suami pasien selalu marah dan membanting
pintu apabila marah dengan pasien. e. Persepsi1. Persepsi Pasien
Tentang Diri dan LingkunganPasien sadar dirinya sedang di RSPAD
Gatot Soebroto Terkadang pasien sadar bahwa dirinya sakit dan harus
minum obat, namun seringkali pasien merasa malas minum obat karena
merasa sudah sembuh dan tidak ada gunanya meminum obat.2. Persepsi
Keluarga Tentang Diri PasienAnak pasien menganggap bahwa sakitnya
pasien ini tidak jelas penyebabnya namun dari diri pasien. Anak
pasien yang ketiga tetap memberikan dukungannya terhadap pasien
khususnya selalu mengingatkan pasien untuk meminum obat sebelum
masuk perawatan saat ini. Suami pasien sudah tidak peduli dengan
pasien bahkan sudah menganggap pasin sebagai orang gila dan tempat
pasien bukan di Rumah melainkan di Rumah Sakit Jiwa.3. Mimpi,
Fantasi, dan Nilai-nilaiSaat ini pasien memiliki harapan untuk
cepat sembuh dan bisa mengurus anak-anak karena prioritas pasien
sekarang adalah anak-anaknya.
I. STATUS MENTAL (dilakukan pada tanggal 20 Jui 2015)a.
Deskripsi Umum1. PenampilanPasien perempuan berusia 52 tahun dengan
penampilan tampak sesuai dengan usianya dengan tinggi 160 cm dan
berat badan 50 kg, kulit sawo matang, rambut hitam pendek, rapi,
dan bisa merawat perawatan diri baik, Pada saat dilakukan wawancara
pada tanggal 20 Juni 2015, pasien menggunakan pakaian tidur
berwarna merah dan memakai alas kaki.
2. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorSelama wawancara pasien
duduk tenang di depan ruang perawatan bersama dengan kedua anaknya.
Saat wawancara kontak mata baik dan menatap ke pemeriksa. 3. Sikap
Terhadap PemeriksaPasien cukup kooperatif selama wawancara
berlangsung dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
b. Alam Perasaan (Emosi)1. Mood : Hipotim2. Afek:Terbatas3.
Keserasian : Serasi antara mood dan afek
c. PembicaraanPasien dapat berbicara spontan, banyak, lancar,
intensitas cukup, volume suara normal, intonasi sedang, artikulasi
jelas dengan logat batak, dapat menjwab pertanyaan dengan baik. Isi
pembicaraan dapat dimengerti, kontak mata baik.
d. Gangguan PersepsiHalusinasi auditorik : Pasien mengaku
mendengar banyak orang yang berbicara di telinganya yang mengatakan
bahwa akan menginjak-injak ibunya. Halusinasi Taktil : Pasien
merasa punggungya dan kakinya terbakar sehingga pasien merasakan
panas dan marah.e. Pikiran1. Bentuk Pikir: Flight of idea
(pembicaraan terus menerus dan arah pembicaraan berpindah-pindah
dari satu tema ke tema yang lain.2. Isi Pikir: Thought insertion
(pasien mengaku bahwa ada yang mengisi pikirannya) Waham Kejar :
pasien merasa alat itu mengikuti dia sehingga pasien takut3. Proses
Pikir: Koheren f. Kesadaran dan Kognisi1. Taraf Kesadaran dan
KesigapanKuantitas: Compos mentisKualitas: BaikRespon membuka mata:
Spontan membuka mataRespon motorik: Mengikuti perintahRespon
verbal: Berorientasi dengan baik
2. Orientasia) Waktu :Baik, pasien tahu sudah berapa lama berada
di ruang perawatan, mengetahui jam, hari, dan tanggal pada saat
pemeriksaan.b) Tempat :Baik, pasien mengetahui secara baik jika
sekarang berada di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
paviliun Aminoc) Orang :Baik, pasien dapat mengenali pemeriksa,
dokter, perawat, dan teman teman yang berada dalam ruang perawatan
lainnya. Pasien dapat mengenali bahwa pemeriksa adalah seorang
dokter muda yang sedang kerja praktek untuk menjadi seorang
dokter.3. Daya Ingata) Jangka panjang: Baik, pasien dapat mengingat
tanggal lahir dan dimana pasien bersekolah sebelumnya.b) Jangka
sedang: Baik, pasien dapat mengingat kegiatannya selama di ruang
rawat perawatanc) Jangka pendek: Baik, pasien dapat mengulang kata
yang diberikan pemeriksa dalam hitungan menit dan detik. 4.
Konsentrasi dan PerhatianKurang, karena pasien mebutuhkan waktu
yang lama dalam menjawab pertanyaan.5. Kemampuan Membaca dan
MenulisBaik, pasien dapat dengan mudah membaca kata yang ditulis
oleh pemeriksa dan pasien dapat menulis nama dan biodata pasien
6. Kemampuan visuospasialBaik, pasien dapat menunjukkan jarum
jam dengan benar namun pada saat diminta menggambarkan jam
7. Pikiran AbstrakBaik, pasien lancar dalam melanjutkan dan
mengartikan peribahasa berakit-rakit kehulu berenang-renang ke
tepian
g. Pengendalian impulsPasien memiliki riwayat impuls agresif
pada saat sebelum masuk rumah sakit, namun saat pemeriksaan, impuls
pasien cukup baik, pasien tenang dan dapat mengendalikan diri pada
saat wawancara.
h. Daya Nilai1. Daya Nilai SosialBaik, pasien bersikap cukup
sopan terhadap pemeriksa, perawat, dan teman-teman dalam satu ruang
perawatan.
2. Uji Daya NilaiCukup. Pasien diberi suatu contoh persoalan
yaitu apabila pasien menukan dompet di pinggir jalan, apa yang akan
dilakukan oleh pasien? Pasien kemudian menjawab akan segera melihat
kartu tanda pengenal dan langsung mengembalikan kepada
pemiliknya.3. Penilaian RealitaRTA terganggu4. TilikanDerajat 2
karena pasien terkadang menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan
terkadang tidak sakit.i. Taraf Dapat DipercayaSecara umum dari
wawancara dapat disimpulkan bahwa keterangan pasien sejauh ini
cukup dapat dipercaya karena pemeriksa telah mengkonfirmasi
jawaban-jawaban pasien kepada keluarga dan rekan pasien dan
didapatkan pernyataan yang sama serta informasi tambahan
lainnya.
II. PEMERIKSAAN FISIK (Dilakukan 23 September 2014)a. Status
Interna1. Keadaan Umum : Baik2. Kesadaran : Compos Mentis3. Status
Gizi: Cukup4. Tanda tanda vital a) Tekanan Darah: 170/120 mmHgb)
Nadi: 83 kali/menit, regulerc) Nafas: 20 kali/menitd) Suhu: 36oC5.
Mata : Konjungtiva tidak anemik, sklera tidak ikterik6. THT :
Perdarahan (-), palpasi pada daerah sinus pada bagian sinus nyeri
(-), deviasi septum (-) 7. Mulut dan Gigi : Pada mulut tidak
ditemukan kelainan. Bibir tampak kehitaman. Gigi berwarna kuning
dan masih bagus serta berfungsi dengan baik.8. Jantung: Tidak
ditemukan adanya kelainan.9. Paru: Vesikuler kiri dan kanan, tidak
ada wheezing, tidak ada rhonki.10. Abdomen : Datar, supel, tidak
ada nyeri tekan, hati dan limpa tidak teraba, bising usus
normal.11. Ekstrimitas: Akral hangat, tidak ada edema.b. Status
Neurologis1. GCS: 152. Tanda Rangsang Meningeal : Negatif3.
Tanda-tanda efek ekstrapiramidal: Negatif4. Cara Berjalan: Normal5.
Keseimbangan: Normal6. Rigiditas: Negatif7. Motorik : Baik8.
Sensorik : Baik
III. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAPemeriksaan dilakukan pada Ny. R
jenis kelamin perempuan, usia 53 tahun, agama Kristen, suku Batak,
pendidikan terakhir SMEA, pekerjaan PNS Rindam Jaya. Pasien masih
aktif bekerja di Rindam Jaya hingga 2013, mulai 2014 sampai 2015
saat ini pasien hanya datang dua minggu sekali atau sebulan sekali.
Pasien sering mendengar orang banyak membicarakan tentang dirinya
sejak sepulangnya dari Nabire Papua sejak tahun 1993. Hubungan
pasien dengan suami sudah tidak harmonis. Suami pasien selalu
mengatakan hal-hal yang kasar, memukul pasien, dan mengatakan cerai
kepada pasien. Pasien dirawat pertama kali di Paviliun Amino pada
tahun 1993. Pasien sudah 10 kali dirawat di paviliun amino hingga
tahun 2015 dengan keluhan marah-marah karena mendengar banyak orang
yang membicarakan hal-hal jelek tentang dirinya dan ibunya. Pasien
juga merasa takut karena ada alat yang selalu mengikuti pasien.
Beberapa tahun terakhir pasien merasa punggungya dan kakinya
terbakar sehingga pasien merasakan panas dan marah. Pasien jarang
minum obat sehingga pasien masih sering mendengar suara-suara dari
telinganya. Anak pertama pasien sudah tidak bekerja lagi dan hanya
meminta uang sacara paksa kepada pasien. Hanya anak ketiga saja
yang memperhatikan pasien. Setiap pasien marah-marah, anak pasien
menelpon kakak atau adik pasien untuk menjemput pasien di bawa ke
Amino. Pasien memiliki riwayat hipertensi derajat dua. aktivitas
sosial, pasien sering berselisih paham dengan tetangga pasien jika
tetangganya memiliki barang-barang yang lebih mahal dirinya.IV.
FORMULASI DIAGNOSTIKAksis IBerdasarkan dari hasil riwayat
perjalanan penyakit, pada pasien ditemukan adanya pola perilaku
yang secara klinik cukup bermakna dan khas berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan (distress) atau hendaya (disability). Gejala
klinik yang menimbulkan penderitaan (distress) berupa rasa tidak
nyaman dan terganggu. Gejala klinik yang menimbulkan hendaya
(disability) berupa terbatasnya kemampuan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari serta penurunan fungsi psikososial.Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien tidak pernah
menderitapenyakit yang secara fisiologis mengganggu fungsi otak.
Pada pasien, riwayat penggunaan zat psikoaktif (alkohol) dianggap
sebagai faktor premorbid dari perjalanan penyakit pasien. Hal ini
dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan gangguan mental organik dan
penggunaan zat psikoaktif. Pada alloanamnesa didapatkan gelaja
psikotik seperti halusinasi auditorik, Gejala-gejala tersebut sudah
berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Gangguan afektif pada
pasien terjadi dalam waktu relatif singkat dibandingkan durasi
gejala primer atau aktif serta tidak terjadi bersamaan dengan
gejala fase aktif, sehingga dapat menyingkirkan gangguan mood dan
skizoafektif. Oleh karena itu, menurut PPDGJ-III gejala diatas
telah memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia Paranoid
(F20.0), dimana halusinasi dan waham menonjol, disertai dengan
gangguan afektif Aksis IICiri kepribadian NarsisistikAksis
IIIHipertensi derajat duaAksis IVPada pasien ditemukan adanya
masalah berkaitan dengan keluarga yaitu ketidakharmonisan dengan
suaminya.
Aksis VPenilaian kemampuan penyesuaian aktivitas sehari-hari
menggunakan skala Global Assessment of Function (GAF) menurut
PPDGJ-III, didapatkan GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir
(HLPY) didapatkan jika 60-51 yakni gejala sedang, disabilitas
sedang. V. DIAGNOSIS MULTIAKSIALAksis I : F20.0 Skizofrenia
ParanoidAksis II: HistrionikAksis III: Hipertensi derajat duaAksis
IV: Adanya masalah berkaitan dengan keluargaAksis V: GAF HLPY
(Highest Level Past Year) adalah 60-51 gejala sedang, disabilitas
sedang. GAF saat masuk RS (tanggal 14 Juni 2015) adalah 40-31
beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi
VI. DIAGNOSIS Diagnosis kerja: Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Kronis Episode Depresif
VII. PROGNOSISQuo Ad Vita m : dubia ad bonamQuo Ad Fungsionam:
dubia ad bonamQuo Ad Sanationam: dubia ad malam
Faktor yang dapat memperberat prognosis :1. Memiliki riwayat
gangguan psikiatri sebelumnya yaitu pada tahun 1993. 2. Kurangnya
kepatuhan minum obat
VIII. RENCANA TERAPIa) Farmakologi 1. Risperidon 2x2 mg
Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan
afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan
dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor
1-adrenergik. Risperidone tidak memiliki afinitas terhadap reseptor
kolinergik. Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat,
dimana dapat memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut
menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi
katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan
dopamin sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan
timbulnya efek samping ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas
terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari
skizofrenia.Risperidone diabsorpsi cepat setelah pemberian oral.
Absorpsi risperidone tidak dipengaruhi oleh makanan dan mencapai
kadar puncak kira-kira satu jam setelah pemberian dan memiliki
waktu paruh plasma kira-kira 24 jam. Efek samping seperti sedasi,
otonomik dan ekstrapiramidal pada risperidone lebih ringan
dibanding dengan obat antipsikotik konvensional lainnya.2. Serequel
2x200 mgSeroquel merupakan antipsikotikayang merupakan
antipsikotika atipikal golongan dibenzodiazepine.Seroquel
merupakanserotonin-dopamine anta-gonists, bekerja dengan cara
mem-blokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak,
dan juga berafinitas terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors, sehingga
selain berefek untuk gejala positif, efektif juga untuk gejala
negatif. Seroquel diindikasikan untuk pengobatan akut dan
pemeliharaan skizofrenia.
3. Depakote 2x250 mgMerupakan obat antikonvulsan golongan asam
valproic berisi divalproex sodium digunakan untuk terapi pada manik
akut atau gejala yang berhubungan dengan bipolar dengan atau tanpa
psikosis.4. Injeksi abilify 9,75 mg (1 ampul)Untuk mood stabilizier
pasien.
b) Non farmakologis1. Terhadap pasienPsikoterapi suportif: untuk
membina hubungan, menunjukan empati dan reassurance, dimana terapis
ikut terlibat dan berperilaku aktif, berempati dan memberikan
perhatian pada pasien, menerima pasien tanpa menghakimi, mensupport
usaha adaptif pasien, dan menghormati pasien sebagai manusia
seutuhnya.2. Terhadap keluarga dan temanPsikoedukasi mengenai :a)
Penyakit pasien Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif,
informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien,
gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan, dan bagaimana
cara pencegahan. Sehingga keluarga dan teman bisa menerima dan
mengerti keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan mencegah
kekambuhan.b) Terapi yang diberikanMemberikan penjelasan mengenai
terapi yang diberikan pada pasien dimana diterangkan mengenai
kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang
mungkin muncul pada pengobatan. Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur.
IX. DISKUSIBerdasarkan PPDGJ-III kriteria dignosis untuk
Skizofrenia Paranoid adalah :a. Memenuhi kriteria umum diagnosis
skizofreniab. Sebagai tambahan:1. Halusinasi dan/atau waham arus
menonjol;2. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi
tawa (laughing).3. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau
bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.4. Waham dapat berupa hampir
setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),
dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang paling khas;5. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata /
tidak menonjol. c. Diagnosis banding pada pasien ini adalah
Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif (F25.1) karena terdapat gejala
menyendiri, menangis. Namun durasi gejala tersebut relatif singkat
dibandingkan dengan gejala fase aktif, dapat dikatakan bahwa gejala
afektif tidak menonjol pada pasien.
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT NY. R
Tahun 1993 pulang dari Nabire Papua
Suami pasien selalu mengatakan hal-hal kasar, memukul dan
mengatakan cerai kepada pasien
Pasien marah-marah karena mendengar banyak orang membicarakan
tentang dirinya dan ibunya
1993-2015 pasien sudah 10 kali di rawat di Amino dan jarang
minum obat
1993-2013 pasien masih aktif bekerja setiap hari di Rindam
Jaya
2014-2015 Pasien masih bekerja, namun hanya datang dua minggu
sekali atau sebulan sekali. Pasien marah-marah karena mendengar
banyak orang membicarakan tentang dirinya dan ibunya Pasien juga
merasa takut karena ada alat yang selalu mengikuti pasien. Beberapa
tahun terakhir pasien merasa punggungya dan kakinya terbakar
sehingga pasien merasakan panas dan marah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta. 2. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan
Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.3. Maslim, Rusdi,
2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya:
Jakarta.4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia,
2011. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia : Jakarta.5. Kaplan, HI
dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi
ke-7. Binarupa Aksara: Jakarta
1
2