PENGARUH TOXIN Physalia physalis 3-3,5 kDaTERHADAP ACE KIT
secara IN-VITRO
PROPOSAL PENELITIAN
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu
syaratuntuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Kedokterandan mencapai
gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :Galih Dwiki DharmawanNIM 1120101010007
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangHipertensi merupakan salah satu penyakit yang
memiliki prevalensi tinggi di dunia dan Indonesia. Menurut WHO dan
the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat
600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita
tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. (Prevalensi
Hipertensi Di Indonesia). Berdasarkan data dari Riset Kesehatan
Dasar (RIKESDAS) milik Departemen Kesehatan (DEPKES) didapatkan
bahwa Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan
wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat
hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun
2013. (Hasil RIKESDAS, 2013). Selain memiliki prevalensi yang
tinggi, hipertensi juga dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi
yang beragam pada penderitanya. Kerusakan yang disebabkan dari
hipertensi dapat berakibat fatal yang menimbulkan kompikasi berupa
serangan jantung, stroke, perdarahan dan gangguan ginjal. Hasil
survey kesehatan yang dilakukan pada tahun 2001 oleh Departemen
Kesehatan RI, menunjukkan perbandingan orang yang menderita
penyakit hipertensi cukup tinggi, yaitu 56 orang dari 100 orang
disurvey, mengidap penyakit hipertensi (Depkes RI, 2001)Berbagai
penelitian telah membuktikan berbagai faktor risiko yang
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi. Hasil studi sebelumnya
menyebutkan faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan menjadi yang
tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan
usia, serta faktor yang dapat dikontrol seperti pola konsumsi
makanan yang mengandung natrium, lemak, perilaku merokok, obesitas,
dan kurangnya aktivitas fisik. (Agnesia, 2012). Sebenarnya dalam
terjadinya hipertensi juga terdapat beberapa mekanisme. Salah
satunya adalah Renin-Angiotensin Aldosteron (RAA). Peranan
renin-angiotensin sangat penting pada hipertensi renal atau yang
disebabkan karena gangguan pada ginjal. Apabila bila terjadi
gangguan pada ginjal, maka ginjal akan banyak mensekresikan
sejumlah besar renin. Renin bekerja secara enzimatik pada protein
plasma lain, yaitu suatu globulin yang disebut bahan renin (atau
angiotensinogen), untuk melepaskan peptida asam amino-10, yaitu
angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang
ringan tetapi tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional
yang bermakna dalam fungsi sirkulasi. setelah pembentukan
angiotensin I, terdapat dua asam amino tambahan yang memecah dari
angiotensin untuk membentuk angiotensin II peptida asam amino-8.
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan
memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Enzim
yang berperan dalam perubahan angiotensin I menjadi II adalah
Angiotensin Converting Enzim (ACE). (Guyton da Hall, 1997)Dengan
diketahuinya mekanis RAA dan peran ACE dalam hipertensi, maka
dikembang obat penghambat ACE atau yang lebih dikenal dengan ACE
Inhibitor. Mekanisme aksi ACE-inhibitor (enalapril, lisinopril,
captopril dan sebagainya) yaitu dengan menghambat konversi
angiotensin I inaktif menjadi angiotensin II yang aktif
(vasokonstriktor poten). Selanjutnya mengubah aktivitas RAA dan
menghambat efek biologis angiotensin II (seperti meningkatkan
tekanan darah dan sekresi aldosteron, menurunkan sekresi renin dan
natriuresis, meningkatkan aktivitas saraf simpatetis, proliferasi
sel-sel dan hypertropi. (Guyton dan Hall, 1997)ACE inhibitor dalam
beberapa studi, dapat ditemukan dibeberapa bahan alam. Salah
satunya adalah racun dari ular viper. Disebutkan bahwa racun
Brazilian pit viper adalah yang pertama dikembangkan sebagai ACE
inhibitor. (Margie, 2003). Dalam penelitian lain juga disebutkan
bahwa ditemukan adanya aktivitas penghambatan ACE oleh protein dari
ubur-ubur Nemopilema nomurai. Protein tersebut diambil dari ekstrak
mesoglea yang berkisar 3-3,5 kda.Berhubungan dengan ubur-ubur, di
Indonesia beberapa waktu lalu terjadi lonjakan populasi dari salah
satu jenis ubur-ubur Physalia physalis. Dalam taxonominya, Physalia
physalis dan Nemopilema nomurai terletak dalam satu fillum yang
sama, tapi berbeda kelas. Sama seperti Nemopilema nomurai, Physalia
physalis juga memiliki toksin, namun toksin Physalia physalis
dikenal sebagai toksin yang berbahaya dan jarang diteliti (Conni,
2008). Penelitian terdahulu menemukan bahwa toxin Physalia physalis
dapat menginduksi terjadinya hipotensi pada anjing sebagai hewan
coba. Namun pada penelitian tersebut tidak disebutkan berat molekul
dari toxin yang digunakan, hanya sebatas pemberian dosisnya saja
(Loredo, 1984). Dari data Nemopilema nomurai dan Physalia physalis
tersebut, akhirnya timbul hipotesis apakah ada pengaruh toksin
Physalia physalis dengan berat molekul yang sama terhadap aktivitas
penghambatan ACE dinilai dari ACE kit.
1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, maka yang
menjadi perumusan masalah adalah apa pengaruh dari toksin Physalia
physalis 3-3.5 kDa terhadap penghambatan ACE dinilai dengan ACE
kit.
1.3 Tujuan dan Manfaat1.3.1 TujuanMengetahui pengaruh dari
toksin Physalia physalis 3-3.5 kDa terhadap penghambatan ACE
dinilai dengan ACE kit.1.3.2 Manfaat1. Menambah pengetahuan
peneliti mengenai efek protein 3-3,5 kda dari racun Physalia
physalis.2. Menjelaskan pada masyarakat tentang hipetensi dari
faktor resiko, patofisiologi dan komplikasi.3. Membantu Dinas
Kesehatan dalam pengembangan obat antihipertensi berbasis ACE
inhibitor dari racun Physalia physalis.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1Hipertensi2.1.1DefinisiHipertensi
merupakan keadaan peningkatan kronik pada tekanan darah (sistolik
140 mmHg atau diastolik 90 mmHg). Secara umum, 80-95% tidak
diketahui penyebabnya. Selalu diperlukan koreksi kedua untuk
hipertensi, khususnya pada pasien dibawah 30 tahun atau seseorang
yang hipertensi setelah 55 tahun. Sistolik hipertensi (sistolik 140
mmHg, diastolik < 90 mmHg) kebanyakan didapat pada pasien usia
lanjut, karena akibat dari penurunan resistensi vaskular.
(Harrisons edisi 18, 2013). Hipertensi atau penyakit darah tinggi
sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi
sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan
gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya
(Nurhaedar, 2010).Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa
menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan
menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung,
stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian
dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih
besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar
terkena serangan jantung. (Ekowati, 2009)Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas
tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor
dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%)
penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential).
Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh
darah dari tepi dan peningkatan volume aliran darah (Nurhaedar,
2010).Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan
bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi
naik (sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg) karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.2.1.2Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga
disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem
renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca
intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti
obesitas dan merokok. (Agnesia, 2012)Berdasarkan bentuknya,
hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi
sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam
arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.Hipertensi diastolik
(diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila
pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga
memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik
berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan
relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik. (Agnesia, 2012)Ada
beberapa klasifikasi hipertensi yang dapat digunakan sekarang ini.
Menurut WHO dan ISH yang digunakan adalah sebagai
berikutKategoriTekanan Sistolik (mmHg)Tekanan Diastolik (mmHg)
Optimal