Histamin, Alergi, Anti Histamin dan Uji Provokasi Histamin A. HISTAMIN Definisi Histamin Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan berbagai proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk reaksi-reaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator. (Udin Sjamsudin: 1995) Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam reaksi imun lokal, selain itu senyawa ini juga berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai neurotransmitter. Jika tubuh terpapar patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil dan sel mast, dengan adanya histamin maka terjadi peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler terhadap sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini akan mempermudah sel darah putih dalam memerangi infeksi di jaringan tersebut.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Histamin, Alergi, Anti Histamin dan Uji Provokasi Histamin
A. HISTAMIN
Definisi Histamin
Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan berbagai
proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk reaksi-reaksi alergi
yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada sekresi asam lambung, dan berfungsi
sebagai neurotransmitter dan modulator. (Udin Sjamsudin: 1995)
Histamin adalah senyawa jenis amin yang terlibat dalam reaksi imun lokal, selain itu senyawa ini juga
berperan dalam pengaturan fungsi fisiologis di lambung dan sebagai neurotransmitter. Jika tubuh terpapar
patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil dan sel mast, dengan adanya histamin maka
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler terhadap sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini
akan mempermudah sel darah putih dalam memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Histamin adalah suatu amin nabati (bioamin) yang ditemukan oleh dr. Paul Ehlirch (1878) dan
merupakan produk normal dari pertukaran zat histidin melalui dekarboksilasi enzimatis.
Histamin didapatkan pada banyak jaringan,sehingga dinamakan histamine (histos= jaringan)
memiliki efek fisiologis dan patologis yang kompleks melalui bebagai subtype reseptor, dan sering kali
dilepaskan setempat. Histamine dan serotonin bersama dengan peptide endogen, prostaglandin dan
leukotrien . histamine dihasilkan oleh bakteri yang terkontaminasi ergot.
Histamin adalah suatu senyawa nitrogen organik lokal yang terlibat dalam respon imun serta
mengatur fungsi fisiologis dalam usus dan bertindak sebagai neurotransmitter. Jika tubuh terpapar
patogen, maka tubuh memproduksi histamin di dalam basofil dan sel mast, dengan adanya histamin maka
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler-kapiler terhadap sel darah putih dan protein lainnya. Hal ini
akan mempermudah sel darah putih dalam memerangi infeksi di jaringan tersebut.
Jadi Histamin adalah senyawa jenis amin yang disimpan dalam sel mast dan dikeluarkan ketika
tubuh terpapar oleh antigen sebagai respon dar sistim kekebalan tubuh.
2.1.2 Sintesis Dan Metabolisme Histamin
Histamin berasal dari dekarboksilasi dari asam amino histidin , reaksi dikatalisis oleh enzim -
histidin dekarboksilase L yang merupakan hidrofilik vasoaktif amina.
Setelah dibentuk, histamin disimpan dan di nonaktifkan oleh enzim histamin-N-methyltransferase
atau oksidase diamina . Dalam SSP, histamin dilepaskan ke dalam sinaps dan diuraikan oleh histamin-N-
methyltransferase.
Bakteri juga mampu menghasilkan dekarboksilase histamin menggunakan enzim yang berbeda
dengan enzim yang ditemukan pada hewan. Bentuk non infeksi penyakit dari keracunan makanan adalah
karena produksi histamin oleh bakteri dalam makanan basi, terutama ikan.
Penyimpanan Dan Pelepasan Histamin
Histamin dapat dibebaskan dari sel mast oleh beberapa factor:
1) Rusaknya sel
Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat atau sedang dalam
proses perbaikan, misalnya luka.
2) Senyawa kimia
Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenic, sehingga akan melepaskan histamine dari sel mast
dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan tripsin.
3) Reaksi hipersensitivitas
Pada orang normal, histamine yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan diamin oksidase
sehingga histamine tidak mencapai reseptor Histamin. Sedangkan pada penderita yang sensitif terhadap
histamine atau mudah terkena alergi jumlah enzim-enzim tersebut lebih rendah daripada keadaan normal.
4) Sebab lain
Proses fisik seperti mekanik, thermal, sinar UV, atau radiasi cukup untuk merusak sel terutama
sel mast yang akan melepaskan histamin.
Mekanisme Kerja Histamin
Histamin memegang peranan utama pada proses peradangan dan system daya tangkis. Kerjanya
berlangsung melaui beberapa reseptor. Histamin memiliki khasiat farmakologi yang hebat, antara lain
dapat menyebabkan vasodilatasi yang kuat dari kapiler-kapiler, serentak dengan konstriksi (penciutan)
dari vena-vena dan arteri-arteri, sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah perifer. Sehubungan
dengan sirkulasi darah yang tidak sempurna ini, maka diuresis dihalangi. Juga permeabilitas dari kapiler-
kapiler menjadi lebih tinggi, artinya lebih mudah ditembusi, sehingga cairan dan protein-protein plasma
dapat mengalir ke cairan diluar sel dan menyebabkan udema. Disamping ini organ-organ yang memiliki
otot-otot licin, sebagai kandungan dan saluran lambung usus, mengalami konstriksi, sehingga
menimbulkan rasa nyeri, muntah-muntah, diare. Begitu pula di paru-paru terjadi konstriksi dari ranting-
ranting tenggorok (bronchioli) dengan akibat nafas menjadi sesak (dyspnoe) atau timbulnya serangan
asma (bronchiale).
Histamin juga mempertinggi sekresi kelenjar-kelenjar, misalnya ludah, asam dan getah lambung,
air mata dan juga adrenalin. Dalam keadaan normal jumlah histamin dalam darah adalah sedikit sekali,
sehingga tidak menimbulkan efek-efek tersebut diatas. Histamin yang berlebihan diuraikan oleh enzim
histaminase (=diamino-oksidase) yang terdapat pada ginjal, paru-paru, selaput lendir usus, dan jaringan-
jaringan lainnya.
2.2 Alergi
B. Alergi
Definisi Alergi
Alergi (hipersensitifitas) menggambarkan reaktivitas khusus host terhadap suatu unsure eksogen
pada kontak kedua kali. Reaksi hipersensitivitas meliputi sejumlah peristiwa autoimun dan alergi serta
merupakan kepekaan berbeda terhadap suatu antigen eksogen atas dasar proses imunologi.
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik
(antigenik)atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia
bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan
berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen.
Alergi adalah sebuah reaksi yang dilakukan tubuh terhadap masuknya sebuah benda asing. Ketika
sebuah substansi tak dikenal masuk, antigen, tubuh serta merta akan meningkatkan daya imunitasnya
untuk bekerja lebih giat.
Reaksi alergi merupakan respon sistem kekebalan yang diperkuat secara tidak tepat atau buruk
terhadap sesuatu yang tidak membahayakan. pada umumnya, reaksi alergi dapat berbentuk rasa sakit
kepala atau kelelahan, bersin-bersin, mata berair dan hidung tersumbat.
Menurut berbagai pengertian di atas , dapat diambil kesimpulan bahwa alergi merupakan reaksi
berlebihan yang dilakukan tubuh terhadap masuknya antigen (allergen), sebagai respon system kekebalan
tubuh.
Patofisiologis Alergi
Bila suatu protein asing (antigen masuk) berulangkali ke dalam aliran darah seseorang yang
berbakat hipersensitif, maka limfosit b akan membentuk antibodies dari tipe Ig E. IgE ini yang juga
disebut reagin , mengikat diri pada membrane sel mast tanpa menimbulkan gejala. Apabila kemudian
antigen (allergen ) yang sama atau yang mirip rumus bangunnya memasuki darah lagi, maka IgE akan
mengenali dan mengikat padanya.
Hasilnya adalah suatu reaksi alergi akibat pecahnya membrane sel mast (degranulasi). Sejumlah
zat perantara (mediator dilepaskan yakni histamine bersama serotonin, bradikinin dan asam arachidonat),
yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien. Zat itu menarik makrofag dan neutrofil ke
tempat infeksi untuk memusnahkan penyerbu. Disamping itu mengakibatkn beberapa gejala, seperti
vasodilatasi, bronchoconstriksi dan pembengkakan jaringan sebagai reaksi terhadap masuknya antigen.
Mekanisme Terjadinya Alergi
Hipersensitivitas terjadi dalam reaksi jaringan terjadi dalam beberapa menit setelah antigen
bergabung dengan antibodi yang sesuai. Ini dapat terjadi sebagai anafilaksis sistemik (misalnya setelah
pemberian protein heterolog) atau sebagai reaksi lokal (misalnya alergi atopik seperti hay fever).
Urutan kejadian reaksi hipersensitifias adalah sebagai berikut:
a. Fase Sensitisasi, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor
spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.
b. Fase Aktivasi, yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel
mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
c. Fase Efektor, yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator
yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik.
Mekanisme alergi, misalnya terhadap makanan, dapat dijelaskan sebagai berikut. Secara
imunologis, antigen protein utuh masuk ke sirkulasi dan disebarkan ke seluruh tubuh. Untuk mencegah
respon imun terhadap semua makanan yang dicerna, diperlukan respon yang ditekan secara selektif yang
disebut toleransi atau hiposensitisasi. Kegagalan untuk melakukann toleransi oral ini memicu produksi
antibodi IgE berlebihan yang spesifik terhadap epitop yang terdapat pada alergen. Antibodi tersebut
berikatan kuat dengan reseptor IgE pada basofil dan sel mast, juga berikatan dengan kekuatan lebih
rendah pada makrofag, monosit, limfosit, eosinofil, dan trombosit.
Ketika protein melewati sawar mukosa, terikat dan bereaksi silang dengan antibodi tersebut, akan
memicu IgE yang telah berikatan dengan sel mast. Selanjutnya sel mast melepaskan berbagai mediator
(histamine, prostaglandin, dan leukotrien) yang menyebabkan vasodilatasi, sekresi mukus, kontraksi otot
polos, dan influks sel inflamasi lain sebagai bagian dari hipersensitivitas cepat. Sel mast yang teraktivasi
juga mengeluarkan berbagai sitokin lain yang dapat menginduksi reaksi tipe lambat
Penggolongan Alergi
Reaksi hipersensitivitas menurut Coombs dan Gell dibagi menjadi 4 tipe reaksi berdasarkan
kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III, dan IV. Kemudian Janeway dan Travers
merivisi tipe IV Gell dan Coombs menjadi tipe IVa dan IVb.
a. Tipe 1
Gangguan gangguan alrrgi (reaksi segala, “ immediate) berdasarkan reaksi antara allergen-
antibody (IgE) dengan degranulasi mast-cells dan khusus terjadi pada orang yang berbakat genetic
(keturunan). Tipe-I ini juga dinamakan alergi atopis atau reaksi anafilaksis dan terutama berlangsung
disaluran nafas (serangan pollinosis, rhinitis, asma) dan di kulit (eksim resam = dermatitis atopis), jarang
di cerna (alergi makanan) dan di pembuluh (shock anafilaksis). Mulai reaksi nya cepat, dalam waktu 5
sampai 20 menit setelah terkena alergen, maka sering kali di sebut reaksi segera. Gejalanya bertahan lebih
kurang 1 jam.
b. Tipe 2
Autoimunitas (reaksi sitolitis). Antigen yang terikat yang terikat pada membrane sel beraksi
dengan IgG atau IgM dalam darah dan menyebabkan sel musnah (cytos=sel, lysis= melarut ). Reaksi ini
terutama berlangsung di sirkulasi darah. Contohnya adalah gagguanauto-imun akibat obat, seperti anemia