UJI PENDAHULUAN
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengobatan sekarang sangatlah populer dilingkungan masyarakat.
Sejak zaman dahulu, tanaman sering digunakan sebagai obat. Pada
waktu itu orang belum mengelolanya secara sempurna seperti pada
zaman sekarang ini. Pada saat itu orang hanya tahu suatu khasiat
tanaman berdasarkan dari cerita orang yang lebih tua seperti dari
ibu ke anaknya. Suatu tanaman obat sering mempunyai khasiat yang
berbeda dari tiap daerah.
Pada zaman sekarang ini orang kembali lagi menggeluti bahan alam
sebagai bahan penting dalam membuat obat. Para ahli sekarang ini
telah memulai meneliti kembali tanaman obat untuk mengetahui
khasiat yang lebih mendalam dari tanaman tersebut.
Didaerah-daerah pedalaman, banyak masyarakat yang masih
menggunakan tumbuh-tumbuhan yang mereka anggap mempunyai khasiat
untuk pengobatan untuk beberapa penyakit tertentu, tanpa
pengetahuan dasar. Ada beberapa kasus, dimana masyarakat
menggunakan suatu obat, yang ternyata setelah diketahui zat
aktifnya melalui ekstraksi dan identifikasi komponen kimia,
ternyata memberikan efek yang berlawanan, hal ini tentunya
membahayakan bagi jiwa manusia.
Namun suatu tanaman atau bahan dari alam yang dapat dijadikan
obat haruslah diidentifikasi terlebih dahulu berupa dari segi
organoleptiknya (bentuk, bau, rasa dan warna) dan kandungan kimia
yang terdapat didalamnya.B. Maksud
Adapun maksud praktikum kali ini adalah untuk identifikasi
senyawa yang terkandung pada kayu kuning (Arcangelisia flava).C.
TujuanAdapun Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui
senyawa yang terkandung pada sampel kayu kuning (Arcangelisia
flava).BAB II
TINJAUAN PUSTAKAA. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan merupakan pengujian yang bertujuan
untukmengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam
simplisia. Uji pendahuluan dapat digunakan sebagai pemeriksaan awal
untuk menentukan kandungan kimia pada simplisia, yang mana dalam
uji ini digunakan simplisia. . Pada pengujian pendahuluan akan
memberikan hasil yangmenunjukkan warna sebagai tanda bahwa
terkandung kromofor di dalamnya, yang menggambarkan adanya
kemungkinan kandungan senyawa spesifik seperti flavonod,
antrakinon, alkaloid, saponin dan sebagainya (Arisandi, 1990). Pada
tumbuhan umumnya mengandung senyawa aktif dalam bentuk metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid,
kitin,suberin,tannin,dioksiantrakinon,saponin,minyak atsiri,minyak
lemak, dan lain lain. Sebelum melakukan isolasi terhadap suatu
senyawa kimia yang diinginkan dalam suatu tumbuhan maka perlu
dilakukan identifikasi pendahuluan senyawa metabolit sekunder yang
ada pada masing masing tumbuhan, sehingga dapat diketahui kandungan
senyawa yang ada secara kualitatif dan mungkin juga secara
kuantitatif (Asni, 2007).Uji MikroskopisUji mikroskopik dilakukan
dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan
dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan
melintang, radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk.
Pada uji mikroskopik dicari unsur unsur anatomi jaringan yang khas.
Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan
fragmen pengenal yang spesifik bagi masing masing simplisia (Dirjen
POM, 1987).
Uji MakroskopisUji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca
pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk
mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang
diuji. (Dirjen POM, 1987).
Uji OrganoleptisUji organoleptik dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui khususnya bau, rasa, dan warna simplisia yang diuji. Uji
organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara
pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama
untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk (Dirjen POM,
1987).Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam
penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi
kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
Syarat agar dapat disebut uji organoleptik adalah (Dirjen POM,
1987) :
a. Ada contoh yang diuji yaitu benda perangsang
b. Ada panelis sebagai pemroses responc. Ada pernyataan respon
yang jujur, yaitu respon yang spontan,
tanpa penalaran, imaginasi, asosiasi, ilusi, atau meniru orang
lain.
Tujuan Uji Organoleptik
Tujuan diadakannya uji organoleptik terkait langsung dengan
selera. Setiap orang di setiap daerah memiliki kecenderungan selera
tertentu sehingga produk yang akan dipasarkan harus disesuaikan
dengan selera masyarakat setempat. Selain itu disesuaikan pula
dengan target konsumen, apakah anak-anak atau orang dewasa. Tujuan
uji organoleptik adalah untuk (Dirjen POM, 1987):a. Pengembangan
produk dan perluasan pasarb. Pengawasan mutu --> bahan mentah,
produk, dan komoditasc. Perbaikan produkd. Membandingkan produk
sendiri dengan produk pesainge. Evaluasi penggunaan bahan,
formulasi, dan peralatan baru.
1. Tannin Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan
terdiri dari senyawa fenolik. Istilah tanin pertama sekali
diaplikasikan pada tahun 1796 oleh Seguil. Tanin terdiri dari
sekelompok zat zat kompleks terdapat secara meluas dalam dunia
tumbuh tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit kayu,
batang, daun dan buah buahan. Ada beberapa jenis tumbuh tumbuhan
atau tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman
pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin juga
yang dihasilkan dari tumbuh tumbuhan mempunyai ukuran partikel
dengan range besar. Tanin ini disebut juga asam tanat, galotanin
atau asam galotanat (Nio, 2011).
Sumber : Biochemistry of Plant Secondary MetabolismKegunaan
Tanin ( Anonim, 2011) : 1.Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat
massa pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman.2. Sebagai anti hama
bagi tanaman shingga mencegah serangga dan fungi3. Digunakan dalam
proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman4. Pada industri
farmasi tanin digunakan sebagai anti septik pada jaringan luka,
misalnya luka bakar yaitu dengan cara mengendapkan protein. Selain
itu tannin juga digunakan untuk campuran obat cacing dan anti
kanker5.Pada industri kulit tanin banyak dipergunakan karena
kemampuannya mengikat bermacam-macam protein sehinggga dapat
mencegah kulit dari proses pembusukkan6. Tanin juga dipergunakan
pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat memberikan warna
biru tua atau hijau kehitam hitaman dengan kombinasi kombinasi
tertentu7. Tanin dapat berperan sebagai antidotum (keracunan
alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang tidak terlarut
8. Pada industri minuman tanin juga digunakan untuk pengendapan
serat serat organik pada minuman anggur atau bir2. Saponin Saponin
adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman.
Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan
tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui,
mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan
waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain
adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga (Nio,
2011).
Sifat-sifat Saponin adalah (Nio, 2011) : a. Mempunyai rasa pahit
b. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil c. Menghemolisa
eritrosit d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi e.
Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid
lainnya f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi g. Berat
molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula
empiris yang mendekati. Toksisitasnya mungkin karena dapat
merendahkan tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa
lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat
(hexose, pentose dan saccharic acid).
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam
dua kelompok (Nio, 2011) : a. Steroids dengan 27 C atom.b.
Triterpenoids, dengan 30 C atom
Sumber : Biochemistry of Plant Secondary Metabolism3.
AlkaloidAlkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen
yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini
tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Asam amino,
peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan
antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan
prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik
berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini (Nio,
2011).
Sumber : Treatise On PhytochemistryAlkaloid biasanya
diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya
(precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau
biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid
digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang
tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat
dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut
"phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana
senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji,
penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu,
biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok
dalam proses sintesisnya (Nio, 2011).4. AntraquinonAntrakuinon,
anthracenedione juga disebut atau dioxoanthracene adalah aromatik
senyawa organik dengan rumus C 14 H 8 O 2. Beberapa isomer yang
mungkin, masing-masing dapat dilihat sebagai kuinon derivatif. Para
antrakuinon panjang, bagaimanapun, hampir selalu mengacu pada salah
satu isomer tertentu, 9,10-antrakuinon ( IUPAC :
9,10-dioxoanthracene) dimana keto kelompok terletak pada cincin
pusat. Ini adalah sebuah blok bangunan dari banyak pewarna dan
digunakan dalam pemutihan pulp untuk pembuatan kertas. Ini adalah
sangat padat kristalin kuning, kurang larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik panas. Misalnya, hampir sepenuhnya larut
dalam etanol dekat suhu kamar tetapi 2,25 g akan larut dalam 100 g
etanol mendidih. 9,10-antrakuinon diperoleh industri oleh oksidasi
antrasena , reaksi yang dilokalisasi pada cincin pusat.. Kromium
(VI) adalah oksidan yang khas. Hal ini juga disiapkan oleh reaksi
Friedel-Crafts dari benzena dan anhidrida ftalat di hadapan AlCl 3.
Asam o-benzoylbenzoic yang dihasilkan kemudian mengalami siklisasi,
membentuk antrakuinon. Reaksi ini berguna untuk memproduksi
antrakuinon tersubstitusi. Para reaksi Diels-Alder dari
naphthoquinone dan butadiena dehidrogenasi oksidatif diikuti oleh
juga akan menghasilkan 9,10-antrakuinon. Terakhir, BASF telah
mengembangkan suatu proses yang berlangsung melalui dimerisasi asam
dikatalisis dari stirena untuk memberikan 1,3-diphenylbutene, yang
kemudian dapat diubah menjadi anthaquinone tersebut. Hal ini juga
muncul melalui reaksi Ricky-Alder , retro Reaksi-Diels-Alder (Nio,
2011).Dalam (1905) klasik reaksi organik yang disebut sintesis
Bally-Scholl,bernama setelah Oscar Bally dan Roland Scholl,
antrakuinon mengembun dengan gliserol membentuk benzanthrone .
Dalam reaksi ini, kuinon pertama kali dikurangi dengan tembaga
logam dalam asam sulfat (mengkonversi satu keton kelompok menjadi
metilen kelompok) setelah gliserol ditambahkan (Nio, 2011).
Sumber : pharmacognosy
5. KatekolKatekol adalah benzena diol memiliki rumus C6H4(OH)2.
Ini adalah isomer dari resorsinol dan hidroquinon . Katekol pertama
kali pada tahun 1839 oleh kimiawan Jerman Hugo Reinsch dengan
mencoba untuk menyaring katekin dari getah pohon akasia . Ia
menemukan bahwa catechin terdekomposisi selama pemanasan untuk
katekol. Produksi industri katekol berlangsung melalui oksidasi
fenol dengan hidrogen peroksida. Sekitar 50% dari katekol sintetis
yang dihasilkan digunakan untuk pembuatan insektisida . Aplikasi
lain meliputi pembuatan parfum dan obat-obatan . Ada juga sebuah
blok bangunan umum dalam sintesis organik (bagian yang ditutupi)
dan 'lemma' (bagian yang menutupi) (Arisandi, 1990).Pada salah satu
tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung
atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari
isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu,
atau bahkan hitam, yang disebut beras (Arisandi, 1990).
Sumber : Biochemistry of Plant Secondary Metabolism6.
Flavanoid
Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang
menghubungkan rantai tiga karbon dengan salah satu cincin benzene.
Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan. Beberapa
flavonoid menghambat fofodiesterase, flavonoid lain menghambat
aldoreduktase, monoamina oksidase, proteinkinase balik
transcriptase, monoamina oksidase, DNA polymerase dan
lipooksigenase (Nio, 2011).Flavonoid bertindak sebagi penampang
yang baik hidroksi dan superoksida dan dengan demikian melindungi
lipid membrane terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas oksidasinya
mungkin dapat menjelaskan mengapa flavonoidn tertentu merupakan
komponen aktif tumbuhan yang digunakan secar tradisional untuk
mengobati gangguan fungsi hati. Flavonoid tertentu dalam makanan
tampak menurunkan agregasi platelet dan demikian mengurangi
pembekuan darah. Jika flavonoid dipakai dikulit juga akan dapat
menghambat pembekuan darah (Nio, 2011).
Sumber : Biochemistry of Plant Secondary Metabolism
Uji Pendahuluan (Anonim, 2013)
1. Reaksi Identifikasi Tanin
a. Reaksi Identifaksi terhadap katekol
1. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
katekol akan menghasilkan warna hijau.2. Sampel ditambahkan dengan
larutan Brom, jika mengandung katekol akan terjadi endapan.b.
Reaksi identifikasi terhadap pirogalotanin
1. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
2. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung
pirogalotanin akan terjadi endapan.
2. Reaksi identifikasi terhadap DioksiantrakinonSedikit serbuk
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi dengan KOH 10% P
b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung dioksiantrakinon akan
menghasilkan warna merah.
3. Reaksi Identifikasi terhadap alkaloid
Ekstrak methanol dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
kemudian ditetesi :
a. HCl 0,5 N dan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid maka
akan menghasilkan endapan kuning.b. HCl 0,5 N dan pereaksi
Bauchardat, jika mengandung alkaloid maka akan menghasilkan endapan
coklat.c. HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jika mengandung
alkaloid maka akan menghasilkan endapan warna jingga.4. Reaksi
Identifikasi terhadap steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama 15
menit lalu disaring filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak kering
ditambahkan eter setelah berlebih dahulu disusupensikan dengan
sedikit air, bagian larut eter dipisahkan. Lapisan eter kemudian
ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Burchard jika mengandung
steroid akan menghasilkan warna merah jambu.
5. Reaksi identifikasi terhadap saponin Serbuk dimasukkan ke
dalam tabung reaksi , ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan
kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih , lalu
tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.6. Reaksi
identifikasi terhadap flavanoid Serbuk ditambahkan dengan FeCl3 dan
HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.7.
Reaksi identifikasi terhadap suberin, kutin,minyak lemak, dan
minyak atsiri. Tempatkan simplisia diatas kaca objek, tambahkan
beberapa tetes larutan sudan III P, simplisia uji dapat dijernihkan
terlebih dahulu dengan larutan kloralhidrat P. kecuali simplisia
mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam
dalam bejana tertutup berisi etanol (90%) P, terjadi warna
jingga.B. Uraian Bahan1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi: AETHANOLIUM
Nama lain: Etanol / Alkohol
RM / BM: C2H6O / 46,07
Rumus struktur: CH3 CH2 - OH
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudahmenguap dan mudah
bergerak; bau khas.
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalamkloroform dan
dalam eter P.
Penyimpanan: Dalam wadah larut dalam air, terlindung daricahaya,
ditempat sejuk, jauh dari api.
Kegunaan
: Zat tambahan / pereaksi2. Aquadest (Ditjen POM, 1979)Nama
resmi: Aqua Destillata
Nama lain
: Air suling
RM / BM
: H2O/18,02
Rumus struktur
: H O H
Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan: Sebagai pelarut3. Asam klorida( Dirjen POM, 1979)Nama
resmi
: ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain
: Asam klorida
Rumus molekul: HClRumus molekul: 36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika
diencerkan bau dan asapmenghilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan4. FeCl3 (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : FERII CHLORIDUM
Nama lain : Besi (III) Klorida
BM / RM
: 162,2 / FeCl3
Rumus Struktur:Cl Fe Cl
Cl
Pemerian
: Hablur atau serbuk, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari
garam hidrat yang telah terpengaruhi oleh kelembaban
Kelarutan
: Larut dalam air, larutan beropalensi berwarna
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pereaksiBAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat yang digunakanAdapun alat yang digunakan yaitu aluminium
foil, bunsen,cawan porselin, gelas arloji, penangas air, plat
tetes, rak tabung, dan tabung reaksi
A. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aquades, FeCl3, HCl, KOH,
metanol, pereaksi bouchardat, pereaksi dragendorf, pereaksi
lieberman, pereaksi mayer, dan tissue.B. Cara KerjaUji
Pendahuluan
Reaksi Identifikasi Tanin
1. Reaksi Identifaksi terhadap katekol
a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
katekol akan menghasilkan warna hijau.b. Sampel ditambahkan dengan
larutan Brom, jika mengandung katekol akan terjadi endapan.2.
Reaksi identifikasi terhadap pirogalotanin
a. Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika mengandung
pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
b. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung
pirogalotanin akan terjadi endapan.
2. Reaksi identifikasi terhadap Dioksiantrakinon
Sedikit serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditetesi
dengan KOH 10% P b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung
dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah.
3. Reaksi Identifikasi terhadap alkaloid
Ekstrak methanol dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
kemudian ditetesi :
a. HCl 0,5 N dan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid maka
akan menghasilkan endapan kuning.b. HCl 0,5 N dan pereaksi
Bauchardat, jika mengandung alkaloid maka akan menghasilkan endapan
coklat.c. HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jika mengandung
alkaloid maka akan menghasilkan endapan warna jingga.
4. Reaksi Identifikasi terhadap steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama 15
menit lalu disaring filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak kering
ditambahkan eter setelah berlebih dahulu disusupensikan dengan
sedikit air, bagian larut eter dipisahkan. Lapisan eter kemudian
ditetesi dengan pereaksi Liebermann-Burchardat jika mengandung
steroid akan menghasilkan warna merah jambu.
5. Reaksi identifikasi terhadap saponin Serbuk dimasukkan ke
dalam tabung reaksi , ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan
kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk buih , lalu
tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
6. Reaksi identifikasi terhadap flavanoid Serbuk ditambahkan
dengan FeCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya
flavanoid.
7. Reaksi identifikasi terhadap suberin, kutin,minyak lemak, dan
minyak atsiri. Tempatkan simplisia diatas kaca objek, tambahkan
beberapa tetes larutan sudan III P, simplisia uji dapat dijernihkan
terlebih dahulu dengan larutan kloralhidrat P. kecuali simplisia
mengandung minyak atsiri. Biarkan selama 30 menit sampai 48 jam
dalam bejana tertutup berisi etanol (90%) P, terjadi warna
jingga.
BAB IV
HASIL A. Data PengamatanNOGolongan
Komponen kimiaPereaksi/
PerlakuanPengamatan
Sampel I Sampel II
Sampel III
1.
2.
3.
4.5.6.Tanin :
- Katekol- PirogalotaninDioksiantrakinon
Alkaloid
SteroidSaponin
Flavanoid+ FeCl3 1 N
+ FeCl3 1 N
KOH 10 % P + etanol 96%
- HCl 0,5 + Meyer- HCl 0,5 + Bauchardat- HCl 0,5 + dragendroft +
Etanol & didihkan, saring, filtrat diuapkan +
Lieverman-bauchardat + air panas, kocok + HCl 2 N + FeCl3 + HCl
PBerwarna hijau
Berwarna biru
Berwarna merahEndapan kuning
Endapan coklat
Endapan jinggaMerah jambuTerdapat buihWarna merahHijau
Biru
Kuning, Kuning kecoklatanCokelatJinggaCokelat
Teradapat buihKuning kecoklatan(+)(-)(-)(+)(+)(+)
(-)
(+)(-)
Keterangan :
(-) : tidak mengandung senyawa kimia yang dimaksud.
(+) : mengandung senyawa kimia yang dimaksud
B. Gambar Pengamatan
a. Steroid
Uji steroid pada daun
Uji steroid pada klika
b. Alkaloid
c. Saponin
d. Flavanoid
C. Perhitungan Susut PengeriganSampel I : % susut pengeringan =
Berat kering x 100 %
Berat basahSampel II : % Susut pengeringan = 40 g x 100 %
670 gSampel III : % Susut pengeringan = 5,97 %BAB V
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini dilakukan pengujian untuk mengetahui senyawa
apa saja yang terdapat pada suatu tanaman, apakah berkhasiat
sebagai obat atau tidak. Dimana sampel yang digunakan yaitu kayu
kuning (Arcangelisia flava ) .Pengambilan dan pengolahan sampel
merupakan tahap awal dalam melakukan praktikum selanjutnya. Untuk
mendapatkan sampel yang kualitasnya optimum maka sampel yang akan
diambil dan diolah harus berdasarkan tehnik farmakologisnya. Dalam
pengambilan bahan alam diperlukan cara khusus, karena sampel yang
akan diambil memiliki sifat yang berbeda dengan sampel lainnya,
begitupula dengan waktu pengambilannya, alat yang digunakan pada
saat pengambilan serta cara pengolahannya setelah masa pengumpulan
telah dilakukan.Tahap awal yang dilakukan yaitu, sampel dipetik
berdasarkan karakteristiknya, maksudnya yaitu sampel yang akan
diambil perlakuannya berbeda pada setiap bagian tanaman yang akan
diambil. Setelah dipetik kemudian dilakukan sortasi basah
(pencucian dengan air). Pencucian sampel atau sortasi basah
dilakukan untuk membersihkan sampel dari benda-benda asing seperti
lumpur, tanah dan batu. Juga untuk membuang bagian sampel yang
rusak atau tidak dikehendaki. kemudian dilakukan proses pengeringan
dengan cara mengangin anginkan dan tidak terkena sinar matahari
langsung. Hal ini dilakukan karena jangan sampai ada zat yang
terkandung dalam sampel yang dapat terurai dan dapat mempengaruhi
kestabilan senyawa aktifnya oleh sinar matahari. Tujuan
dilakukannya pengeringan untuk menghilangan molekul-molekul air,
ini dilakukan karena air merupakan medium yang mudah ditumbuhi
mikroba atau jamur. Kemudian dilanjutkan dengan sortasi kering
untuk memisahkan komponen lain setelah proses pengeringan sehingga
simplisia yang diperoleh benar-benar murni, dan dibuatlah rajangan.
Untuk proses ekstraksi maka sampel dipotong-potong kecil, maksudnya
yaitu sampel digunting hingga ukuran kecil atau sesuai dengan
standar rajangan yaitu dengan derajat halus 4/18, setelah itu
kemudian ditimbang sebanyak yang diinginkan, sampel
diangin-anginkan hingga diperoleh susut pengeringan 10 %, tujuanya
agar kadar air yang demikian ini diharapkan dapat menghentikan
proses enzimatis yang memungkinkan dapat merusak zat aktif
simplisia selain itu juga dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pada simplisia dan juga untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang sempurna pada proses ekstraksi. Pengeringan harus
dilakukan dalam keadaan yang terawasi untuk mencegah terjadinya
perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan
secepat-cepatnya tanpa menggunakan suhu yang tinggi, lebih baik
dengan aliran udara yang baik. Proses pengeringan ini berlangsung
selama kurang lebih 2 minggu. Setelah sampel benar-benar kering
maka dilakukan sortasi kering yang bertujuan untuk membersihkan
sampel dari bagian-bagian lain yang tidak diperlukan untuk
selanjutnya benar-benar siap untuk diekstraksi. Kemudian dilakukan
penimbangan kering, dan sampel siap untuk diekstraksi. Sampel yang
siap untuk diekstraksi disimpan pada suhu kamar dalam wadah kering
dan terlindung dari cahaya matahari.
Pada penimbangan sampel diperoleh bobot sampel untuk kayu kuning
(Arcangelisia flava) dengan berat awal yaitu 670 gram dan berat
akhir yaitu 40 gram. Sehingga % susut pengeringan pada sampel kayu
kuning (Arcangelisia flava) yaitu 5,97%.Selanjutnya dilakukan uji
pendahuluan berupa uji organoleptik meliputi bentuk, warna dan rasa
tanaman serta uji identifikasi apakah sampel yang diperoleh
mengandung senyawa kimia atau tidak. Dimana hasil yang diperoleh
yaitu pada uji pendahuluan bahwa sampel kayu kuning (Arcangelisia
flava) mengandung senyawa tanin (katekol), dioksiantrakinon, dan
alkaloid.
Adapun pengujian pendahuluan meliputi: (a) Uji organoleptik yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa
simplisia yang diuji. (b) Uji Makroskopik yang dilakukan dengan
menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini
dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna
simplisia yang diuji. (c) Uji Mikroskopik yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan
keperluan. Pada uji ini dicari unsur-unsur anatomi jaringan yang
khas. (d) Uji Histokimia dan deteksi senyawa kandungan secara kimia
yang bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang
terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi yang spesifik,
zat-zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik pula
sehingga mudah dideteksi.
Adapun uji pendahuluan yang dilakukan adalah uji histokimia dan
deteksi senyawa kimia.Uji identifikasi yang dilakukan meliputi uji
komponen kimia tannin, dioksiantrakinon, alkaloid, steroid,
saponin, flavanoid dan suberin.
Uji pendahuluan ini menggunakan serbuk Klika kayu kuning yakni
dengan menggunakan berbagai pereaksi tertentu yakni FeCl3, KOH,
HCl, pereaksi Lieberman, bouchardat, mayer, dan etanol.Dua metode
yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang
mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20
gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah
dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan
filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air,
disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan
baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil
tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang
bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam
larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan
pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid.
Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya
alkaloid quartener.
Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang
terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat).
Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas dengan
larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak
dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi
hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat
larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah
pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan
alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan
encer standar alkaloid khusus seperti brusin.
Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis
alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid
untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi
seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau iod. Pereaksi mayer
mengandung kalium iodida dan merkuri klorida dan pereaksi
Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam
nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan
mengandung kalium iodida dan iod. Pereaksi asam silikotungstat
menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida.
Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam
hal sensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari
popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan
pereaksi wagner atau dragendorff. Pada pengujian dioksiantrakinon
ditambahkan KOH Warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa)
menunjukkan adanya senyawa antrakinon. Untuk pengujian tanin dengan
penambahan FeCl3, untuk katekol dan pirogalotanin umumnya akan
beraksi dengan senyawa tersebut hal ini disebabkan karena FeCl3
akan mengalami kondensasi. Untuk uji flavanoid ditambahakan FeCl3
dan HCl karena akan menyebabkan terbentuknya warna merah pada
simplisia.Dari hasil pengujian maka diperolah hasil bahwa sampel
klika dari kayu kuning tersebut mengandung tannin katekol, saponin
dan alkaloid.
Ada beberapa penyebab kemungkinan pengujian menjadi negatif
yaitu:a. Larutan FeCl3 yang digunakan telah mengalami proses
oksidasi sehingga terbentuk Fe(OH)3 karena botol bahan tidak
tertutup rapat.b. Pemanasan yang terlalu lama dan tidak stabil
menjadikan kandungan tannin rusak atau pecah, bagian ini dapat
dilihat dari hasil yang berwana cokelat kehitaman.BAB VI
PENUTUPA. Kesimpulan
Dari hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
1. %Susut pengeringan pada sampel kayu kuning (Arcangelisia
flava) yaitu 5,97 %2. Sampel kayu kuning (Arcangelisia flava)
mengandung senyawa tanin (katekol), saponin, dan alkaloid.B.
SaranSeharusnya asisten lebih aktif dalam memberikan penjelasan
mengenai materi yang dibawakan.DAFTAR PUSTAKAAnonim, 1987. Cara
Pembuatan Simplisia. DepKes RI. Jakarta.Anonim, 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. DepKes RI. Jakarta.Anonim,
2011. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Jakarta.Ditjen POM,
1987. Analisis Obat Tradisional. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.Ditjen POM, 1986. Sediaan gelenik. Depertemen Kesehatan RI.
Jakarta.Hariana, A., 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3.
Swadaya. Jakarta.Kam Nio, Oey., Artikel Zat Zat Toksik yang Secara
Alamiah Ada Pada Bahan Makanan Nabati. Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.Steenis. J, Van.,
1988. Flora. Ed. 5. Pradya Paramita. Jakarta.Tim Penyusun, 2012.
Penuntun PKL Farmakognosi - Fitokimia. Laboratorium
Farmakognosi-Fitokimia Jurusan Farmasi UMI. Makasar.LA ODE MUHAMMAD
ANWAR SAIDA I. SURADJI 150 2011 0354