UJI KETAHANAN 5 VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX L.) TERHADAP
STREES SALINITAS
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangKedelai merupakan komoditas strategis di
Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan
penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini
mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan
pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein
30-50%, dan lemak 15-25% dan beberapa bahan gizi penting lain,
misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Tanaman kedelai dapat
digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman,
pupuk hijau dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.
Kebutuhan nasional kedelai lebih tinggi dari pasokan. Dalam tiga
tahun (2012-2014) terakhir permintaan rata-rata adalah 2 juta ton,
sedangkan produksi rata-rata adalah 867.157 ton, atau hanya 40%
dari kebutuhan nasional kedelai. Peningkatan produksi kedelai
dengan menanam di lahan terbatas, karena lahan pertanian terutama
digunakan untuk tanaman pangan pokok seperti beras dan jagung.
Kesempatan untuk memperluas area produksi kedelai adalah dengan
menanam tanaman di tanah salin. Namun, masalah dengan lahan garam
adalah bahwa hal itu mengandung kadar garam yang cukup tinggi yang
menghambat pertumbuhan tanaman akibat keracunan ion,
ketidakseimbangan gizi, efek osmotik dan stres oksidatif Tanah
dengan stres salinitas memerlukan teknologi khusus yang mendukung
tanaman kedelai dapat tumbuh dan menghasilkan, seperti menyediakan
varietas kedelai yang toleran terhadap salinitas. Lahan garam di
Indonesia diperkirakan 440.300 ha yang terdiri dari 304 000 ha
lahan dengan sedikit garam (konduktivitas listrik jenuh air ekstrak
tanah lebih dari 4 dS m-1) dan 140 300 ha lahan garam. Banyak
penelitian mengungkapkan bahwa genotipe kedelai merespon secara
berbeda terhadap konten Cl tinggi diserap oleh tanaman. Kedelai
genotipe toleran terhadap cekaman salinitas mungkin dikembangkan di
lahan garam. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi batas kritis
salinitas dan karakteristik fisiologis dan morfologi genotipe
kedelai yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan
kedelai di lahan garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
batas kritis toleransi, pertumbuhan dan beberapa karakteristik
fisiologis genotipe kedelai terhadap kondisi stres salinitas.
Informasi ini akan membantu para petani untuk mengembangkan sistem
cuture kedelai di lahan Salin, dan memberikan informasi baru untuk
penelitian masa depan.
1.2 Perumusan MasalahDari uraian latar belakang sebelumnya dapat
dikatakan secara umum bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemanfaatan lahan dengan salinitas tinggi. Berkenaan dengan hal
tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam studi ini
diformulasikan sebagai berikut : 1. Adakan varietas yang toleran
terhadap stress salinitas yang tinggi ? 2. Bagaimana dampak
pengaplikasian stress salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
kedelai ?
1.3 Tujuan PenelitianBerdasarkan perumusan masalah di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1.
Menganalisis 5 varietas kedelai yang tolerant terhadap stress
salinitas. 2. Menganalisis ambang ketahanan 5 varietas kedelai
terhadap stress salinitas 3. Menganalisis dampak pengaplikasian
satres salinitas terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.1.4
HipotesisHipotesis yang diduga pada penelitian ini adalah : 1.
Adanya varietas yang toleran terhadap cekaman salinitas.2. Adanya
ambang ketahanan yang berbeda setiap varietas kedelai terhadap
stress salinitas2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Karakter morfologi tanaman
kedelaiTanaman kedelai (Glycine max) bukan tanaman asli Indonesia.
Kedelai diduga berasal dari dataran pusat dan utara Cina. Hal ini
didasarkan pada penelitian tentang adanya penyebaran Glycine
ussuriensis, spesies yang diduga sebagai tetua G. max. Catatan
sejarah tentang budidaya dan produksi kedelai juga dimulai dari
dataran Cina (Purnomo dan Purnamawati, 2007). Kedelai dikenal
dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun
pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat
diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merril.
Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai
berikut: Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSubdivisio :
AngiospermaeClass : DicotyledoneaeOrdo : PolypetalesFamily :
LeguminosaeGenus : GlycineSpecies : Glycine max (L.)
Gambar 1. Tanaman Kedelai (Andrianto dan Indarto, 2007)Susunan
akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang
lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
akarakar cabang banyak terdapat bintilbintil akar berisi bakteri
Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas
bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan
tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).Waktu tanaman kedelai masih
sangat muda, atau setelah fase menjadi kecambah dan saat keping
biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua. Bagian batang
di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan
bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai
tersebut berwarna ungu atau hijau (Andrianto dan Indarto,
2004).Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, ialah bulat (oval) dan
lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh
faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang
sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai
tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas
kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata
antara 190-320 buah/m (Andrianto dan Indarto, 2004).Bunga kedelai
disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua kelopak
bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh pada
ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada
setiap ketiak daun umumnya terdapat 3-15 kuntum bunga, namun,
sebagian besar bunga rontok, hanya beberapa bunga yang dapat
membentuk polong (Andrianto dan Indarto, 2004). Kultivar kedelai
memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3-15 bunga yang tersusun
pada ketiak daun. Karakteristik bunganya seperti famili legum
lainnya, ialah corolla (mahkota bunga) terdiri atas 5 petal yang
menutupi sebuah pistil dan 10 stamen (benang sari). 9 stamen
berkembang membentuk seludang yang mengelilingi putik, sedangkan
stamen yang kesepuluh terpisah bebas.Polong kedelai muda berwarna
hijau. Warna polong matang beragam antara kuning hingga kuning
kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap tanaman dan ukuran
biji ditentukan setiap secara genetik, namun jumlah nyata polong
dan ukuran nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan
semasa proses pengisian biji. Di dalam polong terdapat biji yang
berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran
bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang
(10-13g/100 biji), dan besar (> 13 g/100 biji). Bentuk biji
bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, ialah bulat, agak
gepeng, dan bulat telur (Andrianto dan Indarto, 2004). Selanjutnya,
benih kedelai ialah benih yang mengandung banyak lemak dan minyak,
sehingga harus disimpan dalam kondisi kadar air rendah atau sekitar
9-10%. Walaupun benih kedelai mengandung banyak lemak, namun
protein pada benih kedelai lebih besar 20% daripada lemaknya
(Curran dan Lingenfelter, 2013).
2.2 Karakter agronomi tanaman kedelaiKarakter agronomi pada
suatu tanaman berhubungan dengan hasil dari suatu tanaman dan
komponen-komponen hasil tersebut (Ramadhani, 2013). Produksi dan
komponen produksi atau disebut juga hasil dan komponen hasil ialah
sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen (poligenik).
Gen-gen yang mengendalikan sifat kuantitatif dikenal sebagai
gen-gen minor karena pengaruhnya secara individu kecil. Sifat
kuantitatif ialah karakter yang dapat dibedakan berdasarkan segi
nilai ukuran dan bukan jenisnya atau karakter-karakter yang
berhubungan dengan pertumbuhan tanaman atau hasil panen, dan
umumnya ialah karakter-karakter yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Pada pengambilan data karakter kuantitatif, perlu adanya pengukuran
pada peubah yang diamati (Mangoendidjojo, 2003; Basuki, 2005).
2.3 Keragaman fenotip dan genotip tanaman kedelaiKeragaman
fenotip dan genotip tanaman kedelai lebih diperjelas dengan adanya
varietas. Varietas tanaman yang pembuahannya sendiri, artinya putik
dibuahi oleh serbuk sari dalam satu bunga maka terjadinya
penyerbukan silang dengan bunga lain berkurang kemungkinnya sehinga
persentase terjadinya penurunan varietas sangat kecil. Ditemukannya
varietas tanaman yang mempunyai kelebihan tertentu seperti:
produksinya besar, umurnya pendek, tahan penyakit setelah melalui
serangkaian penelitian seksama. Pada mulanya satu butir pertama
dari tanaman yang baik, kemudian ditanam dan menghasilkan beberapa
butir dan dipilih beberapa butir terbaik dan ditanam lagi dan
dipilih beberapa butir terbaik dan seterusnya (Isnaini, 2006).
Varietas unggul sangat menentukan tingkat produktivitas pertanaman
dan varietas ialah komponen teknologi yang relatif mudah diadopsi
petani jika benihnya tersedia. Di Indonesia hingga kini telah
dilepas sekitar 64 varietas kedelai dengan karakter yang beragam
diantaranya dalam hal umur panen, potensi hasil, ukuran dan warna
kulit biji, dan kesesuaiannya pada lahan spesifik. Varietas yang
dilepas belakangan pada dasarnya ialah perbaikan varietas
sebelumnya. Dari sejumlah varietas tersebut, sebagian besar ialah
yang kulit bijinya berwarna kuning sampai kuning kehijauan, sedang
kulitnya berwarna hitam baru dilepas tiga varietas ialah Merapi,
Cikuray, dan Malika. Varietas unggul kedelai yang dilepas sebelum
dan setelah tahun 2000 yang populer dan/atau mempunyai karakter
spesifik telah disajikan. Kini telah tersedia sejumlah besar
varietas unggul kedelai dengan karakter yang beragam, sehingga
dapat memberikan banyak pilihan (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, 2007). Penggunaan varietas unggul yang mempunyai
adaptasi luas pada pola tanam dan kondisi setempat ialah faktor
penting. Varietas kedelai mempunyai sifat khusus baik pada daerah
maupun lingkungan lain. Varietas unggul lokal memiliki sifat yang
lebih sesuai dan lebih mantap dengan kondisi daerah tertentu,
tetapi hasil umumnya lebih rendah. Untuk mendapatkan varietas
unggul dapat ditempuh dengan beberapa cara, ialah: introduksi,
mengadakan seleksi galur pada populasi yang telah ada seperti
varietas lokal atau varietas dalam koleksi, dan mengadakan program
pemuliaan dengan persilangan, mutasi atau teknik mandul jantan
(Sitompul, 2013).
2.4 Cekaman salinitas tanaman kedelaiGaram dapur (NaCl) ialah
senyawa yang mengandung unsur natrium yang merupakan unsur hara
mikro esensial bagi tumbuhan. Peran utama natrium dalam tanaman
ialah untuk menggantikan sebagian kalium yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan maksimum (Iswadi, 2004). Klor diserap oleh tanaman
dalam bentuk ion Cl-, ialah unsur hara mikro yang dibutuhkan dalam
proses fotosintesis. Fungsi klor berkaitan langsung dengan
pengaturan tekanan osmosis di dalam sel tanaman (Novizan, 2002).
Pada kondisi garam tinggi, tumbuhan akan menghadapi dua masalah
yaitu memperoleh air dari tanah yang potensial airnya negatif dan
mengatasi konsentrasi ion tinggi natrium, carbonat dan klorida yang
kemungkinan beracun (Salisbury dan Ross, 1995 dalam Syakir, 2008).
Salah satu metode adaptasi tanaman pada salinitas ialah melalui
pengaturan osmotik dengan cara mensintesis senyawa-senyawa asam
amino prolin, asam amino lain, galaktosil-gliserol, dan asam
organik.Salinitas secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu
keadaan dimana garam dapat larut dalam jumlah yang berlebihan dan
berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis
diantaranya garam klorida, sulfat dan bikarbinat dari natrium,
kalsium dan magnesium, masing-masing akan memberikan berbagai
tingkat salinitas (Syakir et. al, 2008). Salinitas dengan taraf
sedang pada saat perkembangan buah dapat merubah bagian dari
fotosintesis dan meningkatkan total padatan terlarut pada buah
melon dan tomat. Salinitas menyebabkan bawang merah dapat berbunga
lebih awal, sedangkan salinitas menunda waktu berbunga pada tanaman
tomat (Shannon, 1999). Pada kacang (Pisum sativum L.) salinitas
sangat mempengaruhi parameter pertumbuhan dan hasil. Hasil analisis
jaringan daun pada unsur-unsur Cl, Na, Mg, K, P, N total didapatkan
bahwa salinitas memberikan pengaruh pada peningkatan kadar NaCl
dalam tanah, meningkatkan N terlarut dan bertambahnya sintesa
protein di dalam jaringan tanaman sejenis kacang merah (Vigna
radiata L.).Pada tanaman kedelai sendiri, salinitas dapat
menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, pembentukan
nodul, dan menurunkan hasil tanaman kedelai. Pada penelitian
dijelaskan bahwa tanaman kedelai peka pada salinitas di lahan,
hasil yang didapatkan akan lebih rendah sekitar 37% daripada
tanaman yang toleran pada salinitas. Selain itu, akibat adanya
cekaman salinitas juga dapat menyebabkan daun tanaman kedelai
menjadi menguning (klorosis), layu, dan tanaman menjadi kerdil (Lee
et. al, 2009; Xu dan Tuyen, 2012).
3. METODE DAN PELAKSANAAN3.1 Waktu, tempat, alat, dan bahan
penelitianPenelitian dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan
Universitas Brawijaya Malang yang bertempat di Desa Jatikerto,
Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada Bulan Maret Juli 2015.
Lokasi penelitian pada ketinggian 330 mdpl, dengan suhu rata-rata
27-29C dan curah hujan 85-546 mm/bulan dengan jenis tanah Alfisol,
dominasi lempung liat.Alat yang digunakan pada penelitian ini
antara lain: polibag, cangkul, gembor, ember, meteran, penggaris,
sprayer, jangka sorong, kamera digital, dan alat tulis. Bahan yang
digunakan pada penelitian ini antara lain: garam, 10 varietas
kedelai, pupuk SP-36, pupuk KCl, pupuk Urea, Marshall 25 ST, dan
kertas label. Pengendalian gulma, hama dan penyakit secara intensif
menggunakan Dursban dan Dethane M-45 sesuai dosis.Tabel 1. Varietas
dan Asal Varietas Kedelai (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, 2007)VarietasAsal
AnjasmoroSeleksi massa dari populasi galur murni Mansuria.
GroboganPemurnian lokal Malabar Grobogan
Gepak kuningSeleksi varietas lokal Gepak Kuning
Detam 1Seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan Kawi
Detam 2Seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan
Wilis
ArgopuroIntroduksi dari Taiwan
MahameruSeleksi massa dari populasi galur murni Mansuria
TanggamusHibrida : Kerinci x no. 3911
ArgomulyoIntroduksi dari Thailand
BromoIntroduksi dari Filipina
3.2 Metode penelitianRancangan yang digunakan pada penelitian
ini ialah single plant, dengan perlakuan ialah pemberian larutan
garam (NaCl) 100 mM pada seluruh tanaman selama 2 minggu.
Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman, terdiri dari 10 varietas
kedelai. Setiap satuan percobaan terdiri atas 10 tanaman sehingga
total populasi ialah 100 tanaman.3.3 Jadwal penelitianTanggal
kegiatanKegiatan yang dilakukanKeterangan
22 Februari 2015Persiapan media tanam-
27 Februari 2015Pemilihan dan perlakuan benih-
1 Maret 2015Penanaman-
8 Maret 2015Pengamatan pertama-
15 Maret 2015Pemberian cekaman NaCl-
22 Maret 2015Pengamatan kedua-
29 Maret 2015Pemulihan cekaman-
5 April 2015Pengamatan ketiga-
12 April 2015Penyemprotan pestisidaHanya dilakukan jika pada
tanaman ditemukan hama dan penyakit
3.4 Bagan alir penelitianMulai
Latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, hipotesis
Tinjauan pustaka tentang karakter morfologi dan agronomi tanaman
kedelai, keragaman fenotip dan genotip tanaman kedelai, dan cekaman
salinitas pada tanaman kedelai
Pelaksanaan penelitian
Pengamatan
Pengamatan pada daun tanaman kedelai akibat perlakuan cekaman
salinitasPengamatan pada karakter morfologi dan agronomi tanaman
kedelai
Analisa data:1. Analisa data pada pengamatan karakter morfologi
dan agronomi tanaman kedelai2. Analisa data pada pengamatan
perlakuan salinitas tanaman kedelai
Hasil
Selesai
3.5 Pelaksanaan Percobaan1. Persiapan media tanamPersiapan media
tanam dilakukan selama satu minggu sebelum penanaman. Tanah alfisol
kering angin sebanyak 7 kg dimasukkan ke dalam polibag berdiameter
20 cm sebagai unit percobaan. Sehari sebelum tanam, tanah diberi
pupuk dasar berupa 2,5 g Urea, 3 g SP-36, dan 2,5 g KCl setara 1/3
dosis per hektar yaitu 75 kg Urea, 100 kg SP-36, dan 75 kg KCl
(Kisman, 2010).2. Pemilihan dan Perlakuan BenihBenih yang baik
untuk budidaya kedelai ialah benih yang sudah cukup tua, utuh, dan
warnanya mengkilat. Benih dibutuhkan sebanyak 50-75 kg untuk 1 ha.
Menjelang tanam, benih diperlakukan dengan Marshall 25 ST dosis 15
g/kg benih untuk mencegah serangan lalat bibit (Kisman, 2010). 3.
PenanamanCara penanaman benih kedelai ialah langsung dimasukkan
benih ke dalam polibag dengan total 2 benih per polibag (Lee et.
al, 2009).4. PenyiramanPenyiraman pada tanaman kedelai dapat
dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Pada saat
penyiraman harus diperhatikan agar kondisi tanah tidak terlalu
becek dan tidak terlalu kering. Saat perkecambahan umur 0-5 hari,
15-20 hari, masa pembungaan dan pembentukan biji (35-65 hari),
sangat memerlukan air. Sedangkan saat menjelang panen, tanah
sebaiknya dalam keadaan kering (Kisman, 2010).5. Pemberian Cekaman
SalinitasSaat tanaman kedelai berumur 2 MST, tanaman kedelai mulai
diberi cekaman salinitas. Sepertiga bagian dari polibag dibenamkan
ke dalam larutan NaCl 100 mM agar akar tanaman dapat menyerap Na+
dan Cl- (Lee et. al, 2009).6. PemeliharaanPemeliharaan pada tanaman
kedelai meliputi pengendalian hama dan penyakit. Apabila terdapat
gejala penyerangan hama dan penyakit, maka dilakukan penyemprotan
setiap 2 minggu sekali menggunakan Dursban untuk serangan hama dan
Dethane M-45 untuk penyakit sesuai dengan dosis anjuran (Kisman,
2010).7. PemanenanPanen dilakukan apabila 80% polong sudah tua yang
ditunjukkan dengan warna polong berubah kecoklatan (Kisman,
2010).
3.6 PengamatanPengamatan dilakukan pada setiap individu tanaman.
Karakter yang diamati terdiri dari karakter kualitatif yang
menunjukkan sifat morfologi suatu tanaman dan karakter kuantitatif
yang mengacu pada sifat agronomi suatu tanaman serta pengamatan
pada pemberian perlakuan salinitas. Pengamatan karakter morfologi
mengacu pada Panduan Pengujian Individual (PPI) tanaman kedelai.
Karakter yang diamati meliputi:1. Warna hipokotil 2. Warna
epikotil3. Warna daun 4. Warna bulu 5. Warna bunga6. Warna kulit
biji7. Warna polong masak8. Warna hilum9. Bentuk daun10. Ukuran
daun11. Tipe tumbuh12. Umur berbunga13. Umur polong masak14. Tinggi
tanaman15. PercabanganPengamatan pada perlakuan salinitas dilakukan
sekitar 2 minggu setelah perlakuan cekaman dengan melakukan rating
dan scoring pada daun yang terbakar. Daun yang kekuningan
(terbakar) tersebut dilakukan scoring dengan skala 1-5, dimana 1 =
tidak menunjukkan klorosis, 2 = rendah (25% daun menunjukkan gejala
klorosis), 3 = sedang (50% daun menunjukkan gejala klorosis), 4 =
klorosis berat (75% daun menunjukkan gejala klorosis), dan 5 = mati
(daun menunjukkan gejala klorosis sangat berat dan layu).
3.7 Analisis Data3.7.1 Pengamatan Karakter Morfologi dan
Agronomi Tanaman Analisis data dilakukan secara deskriptif pada
setiap varietas dengan menghitung kisaran, rerata, ragam, simpangan
baku dan koefisien keragaman fenotip. Kisaran ialah selisih (beda)
nilai pengamatan dai data terbesar dan terkecil pada karakter
kuantitatif tiap varietas. Perhitungan ragam pada masing-masing
varietas menggunakan rumus : 2 = - ) 2dimana 2 ialah ragam, Xi
ialah nilai tiap karakter kuantitatif yang diamati dan N ialah
jumlah tanaman. Perhitungan simpangan baku pada masing-masing
genotip kedelai menggunkan rumus: dimana ialah simpangan baku, Xi
ialah nilai tiap karakter kuantitatif yang diamati, ialah nilai
rerata dan N ialah jumlah tanaman. Koefisien keragaman tiap
karakter dihitung dengan rumus:KKF = x 100%dimana KKF ialah
koefisien keragaman, ialah nilai rerata, ialah simpangan baku.
Kriteria nilai KKF menurut Murdaningsih et al., (1990) ialah: 0% -
25%: rendah 25% - 50%: agak rendah 50% - 75%: cukup tinggi 75% -
100%: tinggi3.7.2 Pengamatan Perlakuan Cekaman SalinitasRata-rata
klorosis pada daun tanaman kedelai untuk masing-masing varietas
dapat dihitung dengan rumus (Lee et. al, 2009):= dimana, LSSi =
Leaf Scorch Score (Daun yang terkena klorosis).
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T dan Indarto. 2004. Budidaya dan analisis usaha tani
kedelai. Yogyakarta: Penerbit Absolut.Basuki, N. 2005. Genetika
kuantitatif. Malang: Universitas Brawijaya Press. p.122.Curran, W.
dan D. D. Lingenfelter. 2013. The penn state agronomy guide. U.S
Pasture Laboratory. College of Agricultural Science.Hidayat, J.
2008. Pengembangan pertanian lahan rawa di Kalimantan Selatan
mendukung peningkatan produksi beras nasional. Hal. 46-55.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Lahan Rawa, Banjarbaru:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
5 Agustus 2008.Isnaini, M. W. 2006. Pertanian organik untuk
keuntungan ekonomi dan kelestarian bumi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
pp. 136.Iswadi, Y. 2004. Studi pengaruh dosis pupuk kandang ayam
dan larutan NaCl terhadap petumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman
seledri (Apium graveolens L.) yang ditanam dengan teknik
vertikultur. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
pp. 63.Kisman. 2010. Karakter morfologi sebagai penciri adaptasi
kedelai terhadap cekaman kekeringan. Jurnal Agroteksos. 20(1) :
1-8.Lee, J.D., G. Shannon, T.D. Vuong and H.T. Nguyen. 2009.
Inheritance of salt tolerance in wild soybean (Glycine soja Sieb.
& Zucc.) accession PI483463. J. Hered. 100(6):
798801.Mangoendidjoyo, W. 2003. Dasar-dasar pemuliaan tanaman.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. p. 182.Novizan. 2002. Petunjuk
pemupukan yang efektif. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka. pp.
114.Purwono dan H. Purnamawati, 2007. Budidaya 8 jenis tanaman
pangan unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan, 2007. Kedelai. Bogor: Teknik Produksi
dan Pengembangan Bogor.Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2007.
Panduan pengujian individual: kebaruan, keunikan, keseragaman dan
kestabilan kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Departemen Pertanian
Republik Indonesia. PVT/PPI/27/1. Tanggal 14 April 2007.Ramadhani,
R. 2013. Penampilan sepuluh genotipe cabai merah (Capsicum annuum
L.). Malang: Universitas Brawijaya.Shannon, M.C., 1999. Salinity
and horticulture. An International Journal. The International
Society for Horticultural Science. 78(1-4).Sharma, O. P. 1993.
Plant taxonomy. New Delhi: Tata Mc Graw Hill Publishing Company
Limited.Sitompul, S. 2013. Karakter morfologis, produksi, dan
kandungan lemak kedelai (Glycine max L. Merrill) hasil radiasi
sinar gamma pada generasi M6. Medan: Universitas Sumatera
Utara.Suwignyo, R. A., R. Hayati, dan Mardiyanto. 2011. Pengaruh
perlakuan salinitas awal rendah terhadap pertumbuhan jagung.
Palembang: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.Syakir, M., N. Maslahah, dan M. Januwati.
2008. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, produksi, dan mutu
sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Bul. Littro. 9(2):
129-137.Xu, D. H. and D. D. Tuyen. 2012. Genetic studies on saline
and sodic tolerances in soybean. Breeding Science. 61: 559-565.