Top Banner
UJI KETAHANAN 5 VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX L.) TERHADAP STREES SALINITAS 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30- 50%, dan lemak 15-25% dan beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Tanaman kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, pupuk hijau dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. Kebutuhan nasional kedelai lebih tinggi dari pasokan. Dalam tiga tahun (2012-2014) terakhir permintaan rata-rata adalah 2 juta ton, sedangkan produksi rata-rata adalah 867.157 ton, atau hanya 40% dari kebutuhan nasional kedelai. Peningkatan produksi kedelai dengan menanam di lahan terbatas, karena lahan pertanian terutama digunakan untuk tanaman pangan pokok seperti beras dan jagung. Kesempatan untuk memperluas area produksi kedelai adalah dengan menanam tanaman di tanah salin. Namun, masalah dengan lahan garam adalah bahwa hal itu
24

UJI KETAHANAN 5 VARIETAS KEDELAI.docx

Nov 06, 2015

Download

Documents

Farocky Mochtar
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

UJI KETAHANAN 5 VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX L.) TERHADAP STREES SALINITAS

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangKedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, dan lemak 15-25% dan beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Tanaman kedelai dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, pupuk hijau dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. Kebutuhan nasional kedelai lebih tinggi dari pasokan. Dalam tiga tahun (2012-2014) terakhir permintaan rata-rata adalah 2 juta ton, sedangkan produksi rata-rata adalah 867.157 ton, atau hanya 40% dari kebutuhan nasional kedelai. Peningkatan produksi kedelai dengan menanam di lahan terbatas, karena lahan pertanian terutama digunakan untuk tanaman pangan pokok seperti beras dan jagung. Kesempatan untuk memperluas area produksi kedelai adalah dengan menanam tanaman di tanah salin. Namun, masalah dengan lahan garam adalah bahwa hal itu mengandung kadar garam yang cukup tinggi yang menghambat pertumbuhan tanaman akibat keracunan ion, ketidakseimbangan gizi, efek osmotik dan stres oksidatif Tanah dengan stres salinitas memerlukan teknologi khusus yang mendukung tanaman kedelai dapat tumbuh dan menghasilkan, seperti menyediakan varietas kedelai yang toleran terhadap salinitas. Lahan garam di Indonesia diperkirakan 440.300 ha yang terdiri dari 304 000 ha lahan dengan sedikit garam (konduktivitas listrik jenuh air ekstrak tanah lebih dari 4 dS m-1) dan 140 300 ha lahan garam. Banyak penelitian mengungkapkan bahwa genotipe kedelai merespon secara berbeda terhadap konten Cl tinggi diserap oleh tanaman. Kedelai genotipe toleran terhadap cekaman salinitas mungkin dikembangkan di lahan garam. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi batas kritis salinitas dan karakteristik fisiologis dan morfologi genotipe kedelai yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan kedelai di lahan garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui batas kritis toleransi, pertumbuhan dan beberapa karakteristik fisiologis genotipe kedelai terhadap kondisi stres salinitas. Informasi ini akan membantu para petani untuk mengembangkan sistem cuture kedelai di lahan Salin, dan memberikan informasi baru untuk penelitian masa depan.

1.2 Perumusan MasalahDari uraian latar belakang sebelumnya dapat dikatakan secara umum bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lahan dengan salinitas tinggi. Berkenaan dengan hal tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam studi ini diformulasikan sebagai berikut : 1. Adakan varietas yang toleran terhadap stress salinitas yang tinggi ? 2. Bagaimana dampak pengaplikasian stress salinitas terhadap pertumbuhan tanaman kedelai ?

1.3 Tujuan PenelitianBerdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis 5 varietas kedelai yang tolerant terhadap stress salinitas. 2. Menganalisis ambang ketahanan 5 varietas kedelai terhadap stress salinitas 3. Menganalisis dampak pengaplikasian satres salinitas terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.1.4 HipotesisHipotesis yang diduga pada penelitian ini adalah : 1. Adanya varietas yang toleran terhadap cekaman salinitas.2. Adanya ambang ketahanan yang berbeda setiap varietas kedelai terhadap stress salinitas2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Karakter morfologi tanaman kedelaiTanaman kedelai (Glycine max) bukan tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari dataran pusat dan utara Cina. Hal ini didasarkan pada penelitian tentang adanya penyebaran Glycine ussuriensis, spesies yang diduga sebagai tetua G. max. Catatan sejarah tentang budidaya dan produksi kedelai juga dimulai dari dataran Cina (Purnomo dan Purnamawati, 2007). Kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merril. Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSubdivisio : AngiospermaeClass : DicotyledoneaeOrdo : PolypetalesFamily : LeguminosaeGenus : GlycineSpecies : Glycine max (L.)

Gambar 1. Tanaman Kedelai (Andrianto dan Indarto, 2007)Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akarakar cabang banyak terdapat bintilbintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Andrianto dan Indarto, 2004).Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, ialah bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata antara 190-320 buah/m (Andrianto dan Indarto, 2004).Bunga kedelai disebut bunga kupu-kupu dan mempunyai dua mahkota dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda. Bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu menyembul ke atas. Pada setiap ketiak daun umumnya terdapat 3-15 kuntum bunga, namun, sebagian besar bunga rontok, hanya beberapa bunga yang dapat membentuk polong (Andrianto dan Indarto, 2004). Kultivar kedelai memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3-15 bunga yang tersusun pada ketiak daun. Karakteristik bunganya seperti famili legum lainnya, ialah corolla (mahkota bunga) terdiri atas 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan 10 stamen (benang sari). 9 stamen berkembang membentuk seludang yang mengelilingi putik, sedangkan stamen yang kesepuluh terpisah bebas.Polong kedelai muda berwarna hijau. Warna polong matang beragam antara kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap tanaman dan ukuran biji ditentukan setiap secara genetik, namun jumlah nyata polong dan ukuran nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses pengisian biji. Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13g/100 biji), dan besar (> 13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, ialah bulat, agak gepeng, dan bulat telur (Andrianto dan Indarto, 2004). Selanjutnya, benih kedelai ialah benih yang mengandung banyak lemak dan minyak, sehingga harus disimpan dalam kondisi kadar air rendah atau sekitar 9-10%. Walaupun benih kedelai mengandung banyak lemak, namun protein pada benih kedelai lebih besar 20% daripada lemaknya (Curran dan Lingenfelter, 2013).

2.2 Karakter agronomi tanaman kedelaiKarakter agronomi pada suatu tanaman berhubungan dengan hasil dari suatu tanaman dan komponen-komponen hasil tersebut (Ramadhani, 2013). Produksi dan komponen produksi atau disebut juga hasil dan komponen hasil ialah sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen (poligenik). Gen-gen yang mengendalikan sifat kuantitatif dikenal sebagai gen-gen minor karena pengaruhnya secara individu kecil. Sifat kuantitatif ialah karakter yang dapat dibedakan berdasarkan segi nilai ukuran dan bukan jenisnya atau karakter-karakter yang berhubungan dengan pertumbuhan tanaman atau hasil panen, dan umumnya ialah karakter-karakter yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pada pengambilan data karakter kuantitatif, perlu adanya pengukuran pada peubah yang diamati (Mangoendidjojo, 2003; Basuki, 2005).

2.3 Keragaman fenotip dan genotip tanaman kedelaiKeragaman fenotip dan genotip tanaman kedelai lebih diperjelas dengan adanya varietas. Varietas tanaman yang pembuahannya sendiri, artinya putik dibuahi oleh serbuk sari dalam satu bunga maka terjadinya penyerbukan silang dengan bunga lain berkurang kemungkinnya sehinga persentase terjadinya penurunan varietas sangat kecil. Ditemukannya varietas tanaman yang mempunyai kelebihan tertentu seperti: produksinya besar, umurnya pendek, tahan penyakit setelah melalui serangkaian penelitian seksama. Pada mulanya satu butir pertama dari tanaman yang baik, kemudian ditanam dan menghasilkan beberapa butir dan dipilih beberapa butir terbaik dan ditanam lagi dan dipilih beberapa butir terbaik dan seterusnya (Isnaini, 2006). Varietas unggul sangat menentukan tingkat produktivitas pertanaman dan varietas ialah komponen teknologi yang relatif mudah diadopsi petani jika benihnya tersedia. Di Indonesia hingga kini telah dilepas sekitar 64 varietas kedelai dengan karakter yang beragam diantaranya dalam hal umur panen, potensi hasil, ukuran dan warna kulit biji, dan kesesuaiannya pada lahan spesifik. Varietas yang dilepas belakangan pada dasarnya ialah perbaikan varietas sebelumnya. Dari sejumlah varietas tersebut, sebagian besar ialah yang kulit bijinya berwarna kuning sampai kuning kehijauan, sedang kulitnya berwarna hitam baru dilepas tiga varietas ialah Merapi, Cikuray, dan Malika. Varietas unggul kedelai yang dilepas sebelum dan setelah tahun 2000 yang populer dan/atau mempunyai karakter spesifik telah disajikan. Kini telah tersedia sejumlah besar varietas unggul kedelai dengan karakter yang beragam, sehingga dapat memberikan banyak pilihan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007). Penggunaan varietas unggul yang mempunyai adaptasi luas pada pola tanam dan kondisi setempat ialah faktor penting. Varietas kedelai mempunyai sifat khusus baik pada daerah maupun lingkungan lain. Varietas unggul lokal memiliki sifat yang lebih sesuai dan lebih mantap dengan kondisi daerah tertentu, tetapi hasil umumnya lebih rendah. Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh dengan beberapa cara, ialah: introduksi, mengadakan seleksi galur pada populasi yang telah ada seperti varietas lokal atau varietas dalam koleksi, dan mengadakan program pemuliaan dengan persilangan, mutasi atau teknik mandul jantan (Sitompul, 2013).

2.4 Cekaman salinitas tanaman kedelaiGaram dapur (NaCl) ialah senyawa yang mengandung unsur natrium yang merupakan unsur hara mikro esensial bagi tumbuhan. Peran utama natrium dalam tanaman ialah untuk menggantikan sebagian kalium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum (Iswadi, 2004). Klor diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Cl-, ialah unsur hara mikro yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Fungsi klor berkaitan langsung dengan pengaturan tekanan osmosis di dalam sel tanaman (Novizan, 2002). Pada kondisi garam tinggi, tumbuhan akan menghadapi dua masalah yaitu memperoleh air dari tanah yang potensial airnya negatif dan mengatasi konsentrasi ion tinggi natrium, carbonat dan klorida yang kemungkinan beracun (Salisbury dan Ross, 1995 dalam Syakir, 2008). Salah satu metode adaptasi tanaman pada salinitas ialah melalui pengaturan osmotik dengan cara mensintesis senyawa-senyawa asam amino prolin, asam amino lain, galaktosil-gliserol, dan asam organik.Salinitas secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana garam dapat larut dalam jumlah yang berlebihan dan berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis diantaranya garam klorida, sulfat dan bikarbinat dari natrium, kalsium dan magnesium, masing-masing akan memberikan berbagai tingkat salinitas (Syakir et. al, 2008). Salinitas dengan taraf sedang pada saat perkembangan buah dapat merubah bagian dari fotosintesis dan meningkatkan total padatan terlarut pada buah melon dan tomat. Salinitas menyebabkan bawang merah dapat berbunga lebih awal, sedangkan salinitas menunda waktu berbunga pada tanaman tomat (Shannon, 1999). Pada kacang (Pisum sativum L.) salinitas sangat mempengaruhi parameter pertumbuhan dan hasil. Hasil analisis jaringan daun pada unsur-unsur Cl, Na, Mg, K, P, N total didapatkan bahwa salinitas memberikan pengaruh pada peningkatan kadar NaCl dalam tanah, meningkatkan N terlarut dan bertambahnya sintesa protein di dalam jaringan tanaman sejenis kacang merah (Vigna radiata L.).Pada tanaman kedelai sendiri, salinitas dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tanaman, pembentukan nodul, dan menurunkan hasil tanaman kedelai. Pada penelitian dijelaskan bahwa tanaman kedelai peka pada salinitas di lahan, hasil yang didapatkan akan lebih rendah sekitar 37% daripada tanaman yang toleran pada salinitas. Selain itu, akibat adanya cekaman salinitas juga dapat menyebabkan daun tanaman kedelai menjadi menguning (klorosis), layu, dan tanaman menjadi kerdil (Lee et. al, 2009; Xu dan Tuyen, 2012).

3. METODE DAN PELAKSANAAN3.1 Waktu, tempat, alat, dan bahan penelitianPenelitian dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Universitas Brawijaya Malang yang bertempat di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang pada Bulan Maret Juli 2015. Lokasi penelitian pada ketinggian 330 mdpl, dengan suhu rata-rata 27-29C dan curah hujan 85-546 mm/bulan dengan jenis tanah Alfisol, dominasi lempung liat.Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: polibag, cangkul, gembor, ember, meteran, penggaris, sprayer, jangka sorong, kamera digital, dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: garam, 10 varietas kedelai, pupuk SP-36, pupuk KCl, pupuk Urea, Marshall 25 ST, dan kertas label. Pengendalian gulma, hama dan penyakit secara intensif menggunakan Dursban dan Dethane M-45 sesuai dosis.Tabel 1. Varietas dan Asal Varietas Kedelai (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007)VarietasAsal

AnjasmoroSeleksi massa dari populasi galur murni Mansuria.

GroboganPemurnian lokal Malabar Grobogan

Gepak kuningSeleksi varietas lokal Gepak Kuning

Detam 1Seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan Kawi

Detam 2Seleksi persilangan galur introduksi 9837 dengan Wilis

ArgopuroIntroduksi dari Taiwan

MahameruSeleksi massa dari populasi galur murni Mansuria

TanggamusHibrida : Kerinci x no. 3911

ArgomulyoIntroduksi dari Thailand

BromoIntroduksi dari Filipina

3.2 Metode penelitianRancangan yang digunakan pada penelitian ini ialah single plant, dengan perlakuan ialah pemberian larutan garam (NaCl) 100 mM pada seluruh tanaman selama 2 minggu. Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman, terdiri dari 10 varietas kedelai. Setiap satuan percobaan terdiri atas 10 tanaman sehingga total populasi ialah 100 tanaman.3.3 Jadwal penelitianTanggal kegiatanKegiatan yang dilakukanKeterangan

22 Februari 2015Persiapan media tanam-

27 Februari 2015Pemilihan dan perlakuan benih-

1 Maret 2015Penanaman-

8 Maret 2015Pengamatan pertama-

15 Maret 2015Pemberian cekaman NaCl-

22 Maret 2015Pengamatan kedua-

29 Maret 2015Pemulihan cekaman-

5 April 2015Pengamatan ketiga-

12 April 2015Penyemprotan pestisidaHanya dilakukan jika pada tanaman ditemukan hama dan penyakit

3.4 Bagan alir penelitianMulai

Latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis

Tinjauan pustaka tentang karakter morfologi dan agronomi tanaman kedelai, keragaman fenotip dan genotip tanaman kedelai, dan cekaman salinitas pada tanaman kedelai

Pelaksanaan penelitian

Pengamatan

Pengamatan pada daun tanaman kedelai akibat perlakuan cekaman salinitasPengamatan pada karakter morfologi dan agronomi tanaman kedelai

Analisa data:1. Analisa data pada pengamatan karakter morfologi dan agronomi tanaman kedelai2. Analisa data pada pengamatan perlakuan salinitas tanaman kedelai

Hasil

Selesai

3.5 Pelaksanaan Percobaan1. Persiapan media tanamPersiapan media tanam dilakukan selama satu minggu sebelum penanaman. Tanah alfisol kering angin sebanyak 7 kg dimasukkan ke dalam polibag berdiameter 20 cm sebagai unit percobaan. Sehari sebelum tanam, tanah diberi pupuk dasar berupa 2,5 g Urea, 3 g SP-36, dan 2,5 g KCl setara 1/3 dosis per hektar yaitu 75 kg Urea, 100 kg SP-36, dan 75 kg KCl (Kisman, 2010).2. Pemilihan dan Perlakuan BenihBenih yang baik untuk budidaya kedelai ialah benih yang sudah cukup tua, utuh, dan warnanya mengkilat. Benih dibutuhkan sebanyak 50-75 kg untuk 1 ha. Menjelang tanam, benih diperlakukan dengan Marshall 25 ST dosis 15 g/kg benih untuk mencegah serangan lalat bibit (Kisman, 2010). 3. PenanamanCara penanaman benih kedelai ialah langsung dimasukkan benih ke dalam polibag dengan total 2 benih per polibag (Lee et. al, 2009).4. PenyiramanPenyiraman pada tanaman kedelai dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan. Pada saat penyiraman harus diperhatikan agar kondisi tanah tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering. Saat perkecambahan umur 0-5 hari, 15-20 hari, masa pembungaan dan pembentukan biji (35-65 hari), sangat memerlukan air. Sedangkan saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering (Kisman, 2010).5. Pemberian Cekaman SalinitasSaat tanaman kedelai berumur 2 MST, tanaman kedelai mulai diberi cekaman salinitas. Sepertiga bagian dari polibag dibenamkan ke dalam larutan NaCl 100 mM agar akar tanaman dapat menyerap Na+ dan Cl- (Lee et. al, 2009).6. PemeliharaanPemeliharaan pada tanaman kedelai meliputi pengendalian hama dan penyakit. Apabila terdapat gejala penyerangan hama dan penyakit, maka dilakukan penyemprotan setiap 2 minggu sekali menggunakan Dursban untuk serangan hama dan Dethane M-45 untuk penyakit sesuai dengan dosis anjuran (Kisman, 2010).7. PemanenanPanen dilakukan apabila 80% polong sudah tua yang ditunjukkan dengan warna polong berubah kecoklatan (Kisman, 2010).

3.6 PengamatanPengamatan dilakukan pada setiap individu tanaman. Karakter yang diamati terdiri dari karakter kualitatif yang menunjukkan sifat morfologi suatu tanaman dan karakter kuantitatif yang mengacu pada sifat agronomi suatu tanaman serta pengamatan pada pemberian perlakuan salinitas. Pengamatan karakter morfologi mengacu pada Panduan Pengujian Individual (PPI) tanaman kedelai. Karakter yang diamati meliputi:1. Warna hipokotil 2. Warna epikotil3. Warna daun 4. Warna bulu 5. Warna bunga6. Warna kulit biji7. Warna polong masak8. Warna hilum9. Bentuk daun10. Ukuran daun11. Tipe tumbuh12. Umur berbunga13. Umur polong masak14. Tinggi tanaman15. PercabanganPengamatan pada perlakuan salinitas dilakukan sekitar 2 minggu setelah perlakuan cekaman dengan melakukan rating dan scoring pada daun yang terbakar. Daun yang kekuningan (terbakar) tersebut dilakukan scoring dengan skala 1-5, dimana 1 = tidak menunjukkan klorosis, 2 = rendah (25% daun menunjukkan gejala klorosis), 3 = sedang (50% daun menunjukkan gejala klorosis), 4 = klorosis berat (75% daun menunjukkan gejala klorosis), dan 5 = mati (daun menunjukkan gejala klorosis sangat berat dan layu).

3.7 Analisis Data3.7.1 Pengamatan Karakter Morfologi dan Agronomi Tanaman Analisis data dilakukan secara deskriptif pada setiap varietas dengan menghitung kisaran, rerata, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman fenotip. Kisaran ialah selisih (beda) nilai pengamatan dai data terbesar dan terkecil pada karakter kuantitatif tiap varietas. Perhitungan ragam pada masing-masing varietas menggunakan rumus : 2 = - ) 2dimana 2 ialah ragam, Xi ialah nilai tiap karakter kuantitatif yang diamati dan N ialah jumlah tanaman. Perhitungan simpangan baku pada masing-masing genotip kedelai menggunkan rumus: dimana ialah simpangan baku, Xi ialah nilai tiap karakter kuantitatif yang diamati, ialah nilai rerata dan N ialah jumlah tanaman. Koefisien keragaman tiap karakter dihitung dengan rumus:KKF = x 100%dimana KKF ialah koefisien keragaman, ialah nilai rerata, ialah simpangan baku. Kriteria nilai KKF menurut Murdaningsih et al., (1990) ialah: 0% - 25%: rendah 25% - 50%: agak rendah 50% - 75%: cukup tinggi 75% - 100%: tinggi3.7.2 Pengamatan Perlakuan Cekaman SalinitasRata-rata klorosis pada daun tanaman kedelai untuk masing-masing varietas dapat dihitung dengan rumus (Lee et. al, 2009):= dimana, LSSi = Leaf Scorch Score (Daun yang terkena klorosis).

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T dan Indarto. 2004. Budidaya dan analisis usaha tani kedelai. Yogyakarta: Penerbit Absolut.Basuki, N. 2005. Genetika kuantitatif. Malang: Universitas Brawijaya Press. p.122.Curran, W. dan D. D. Lingenfelter. 2013. The penn state agronomy guide. U.S Pasture Laboratory. College of Agricultural Science.Hidayat, J. 2008. Pengembangan pertanian lahan rawa di Kalimantan Selatan mendukung peningkatan produksi beras nasional. Hal. 46-55. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Lahan Rawa, Banjarbaru: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 5 Agustus 2008.Isnaini, M. W. 2006. Pertanian organik untuk keuntungan ekonomi dan kelestarian bumi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. pp. 136.Iswadi, Y. 2004. Studi pengaruh dosis pupuk kandang ayam dan larutan NaCl terhadap petumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman seledri (Apium graveolens L.) yang ditanam dengan teknik vertikultur. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. pp. 63.Kisman. 2010. Karakter morfologi sebagai penciri adaptasi kedelai terhadap cekaman kekeringan. Jurnal Agroteksos. 20(1) : 1-8.Lee, J.D., G. Shannon, T.D. Vuong and H.T. Nguyen. 2009. Inheritance of salt tolerance in wild soybean (Glycine soja Sieb. & Zucc.) accession PI483463. J. Hered. 100(6): 798801.Mangoendidjoyo, W. 2003. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. p. 182.Novizan. 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif. Jakarta: Penerbit Agromedia Pustaka. pp. 114.Purwono dan H. Purnamawati, 2007. Budidaya 8 jenis tanaman pangan unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007. Kedelai. Bogor: Teknik Produksi dan Pengembangan Bogor.Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2007. Panduan pengujian individual: kebaruan, keunikan, keseragaman dan kestabilan kedelai (Glycine max (L.) Merrill). Departemen Pertanian Republik Indonesia. PVT/PPI/27/1. Tanggal 14 April 2007.Ramadhani, R. 2013. Penampilan sepuluh genotipe cabai merah (Capsicum annuum L.). Malang: Universitas Brawijaya.Shannon, M.C., 1999. Salinity and horticulture. An International Journal. The International Society for Horticultural Science. 78(1-4).Sharma, O. P. 1993. Plant taxonomy. New Delhi: Tata Mc Graw Hill Publishing Company Limited.Sitompul, S. 2013. Karakter morfologis, produksi, dan kandungan lemak kedelai (Glycine max L. Merrill) hasil radiasi sinar gamma pada generasi M6. Medan: Universitas Sumatera Utara.Suwignyo, R. A., R. Hayati, dan Mardiyanto. 2011. Pengaruh perlakuan salinitas awal rendah terhadap pertumbuhan jagung. Palembang: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.Syakir, M., N. Maslahah, dan M. Januwati. 2008. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan, produksi, dan mutu sambiloto (Andrographis paniculata Ness). Bul. Littro. 9(2): 129-137.Xu, D. H. and D. D. Tuyen. 2012. Genetic studies on saline and sodic tolerances in soybean. Breeding Science. 61: 559-565.