UJI EFEKTIVITAS FOSFAT ALAM TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN P TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA Oleh: TATIK LASTIANINGSIH A24103094 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
UJI EFEKTIVITAS FOSFAT ALAM TERHADAP
PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN P TANAMAN
JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA OXIC DYSTRUDEPT
DARMAGA
Oleh: TATIK LASTIANINGSIH
A24103094
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : UJI EFEKTIVITAS FOSFAT ALAM TERHADAP
PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN P
TANAMAN JAGUNG (Zea mays. L) PADA OXIC
DYSTRUDEPT DARMAGA
Nama Mahasiswa : Tatik Lastianingsih
Nomor Pokok : A24103094
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS Ir. Budi Nugroho, MSi
NIP. 130536683 NIP. 131667785
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131124019
Tanggal Lulus :
UJI EFEKTIVITAS FOSFAT ALAM TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN SERAPAN P TANAMAN
JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA OXIC DYSTRUDEPT DARMAGA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Tatik Lastianingsih
A24103094
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 06 Januari 1986 dari pasangan
Bapak Larto Suprianto dan Ibu Yudith Widiarsih.
Jenjang pendidikan dimulai pada tahun 1990, penulis masuk TK
Rembulan di Jakarta Selatan sampai tahun 1991. Kemudian penulis melanjutkan
ke tingkat SD pada tahun 1991 di SD Negeri 09 Pagi sampai tahun 1997.
Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 31 dan lulus tahun 2000. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan ke SMU Negeri 74 dan lulus tahun 2003. Pada tahun
yang sama juga penulis berkesempatan meneruskan studinya di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai
mahasiswa Program Studi Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga ikut dalam
kegiatan Ikatan Alumni SMU Sepesanggrahan dan Sekitarnya (IAS3).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala limpahan rahmat dan karunia–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul ”Uji Efektivitas Fosfat Alam terhadap
Pertumbuhan, Produksi dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays. L) pada
Oxic Dystrudept Darmaga”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Bpk. Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS selaku pembimbing skripsi I dan Bpk.
Ir. Budi Nugroho, MSi selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, masukan, dan pengarahan terhadap penelitian dan penulisan
skripsi ini.
2. Bpk. Ir. Hidayat Wiranegara selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi, bimbingan, dan masukan – masukan selama penulis
studi di IPB.
3. Ibu. Dr. Rahayu Widyastuti, MSc sebagai dosen penguji utama dalam
ujian skripsi ini.
4. Bapak, ibu, kupersembahkan ini sebagai penghargaan dan sayang kepada
kalian berdua atas doa kalian yang tiada putusnya. Pakde, bukde, mas Heri
dan mbak Rita atas masakan tiap minggunya dan seluruh keluarga di
Jakarta terima kasih
5. Teman – teman seperjuangan, Aulia, Lia, dan Fina terima kasih atas
kerjasamanya dilapang. Asri, Agi, Ana dan Eel dan Mina atas
kebersamaan canda tawa kalian selama ini.
6. Terima kasih atas bantuan dan dukungan semuanya Wajik, Dwe2, Can2,
Arum, Susi, Neta, Simon, Ash, Dian, Sania, Fisherik, Ni2, Okta.
7. Teman-teman sekosan Nty, Mariyul, Tatik dan Ainah yang selalu ada
setiap saat.
8. Pak Milin dan semua yang berada di Kebun Cikabayan IPB.
9. Pak Sukoyo, pak Dadi, pak Ade serta pak Simon dan laboran lainnya yang
telah membantu di laboratorium kimia dan kesuburan tanah.
10. Kak Febri, Kak Irfan, dan Kak Sahrul, Fadry terima kasih banyak atas
bantuaannya selama di lapang.
11. Guru-guru dan teman-teman Altilery 74 atas bantuan dan kerja keras
selama ini.
12. Semua rekan-rekan Soiler ’40 atas kebersamaannya.
Terima kasih sebesar – besarnya kepada pihak – pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, sehingga skripsi yang penulis buat ini dapat
terselesaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Januari 2008
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR TABEL………………………………………......................... x DAFTAR GAMBAR…………………………………………................ xi I. PENDAHULUAN …………………………………...................... 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………... 1
1.2 Tujuan Penelitian……………………………………………... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA .………………………………………… 3
2.1 Latosol………………………………………………………… 3
2.2 Fosfat Alam Pembentukan dan Penggunaannya……………… 4
2.3 Peranan Fosfor dalam Tanaman …………………………….... 4
2.4 Pengaruh Fosfat Alam terhadap Tanah dan Tanaman ....…...... 5
2.5 Karakteristik Jagung ……………………………………..…... 6 III. BAHAN DAN METODE ……………………………………....... 8
3.1 Tempat dan Waktu ………….………………….………......... 8
3.2 Bahan dan Alat …………………………….……………….... 8
3.3 Metode ……………………………………………………….. 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………... 11
4.1 Tinggi Tanaman, Berat Kering Brangkasan dan Serapan P ..... 11
4.2 Bobot Kering Tongkol Berbiji dan Biji ………………............ 13
4.3 Sifat Kimia Tanah ……………………………………………. 14 V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………...... 16
5.1 Kesimpulan ………………………........................................... 16
5.2 Saran .......……………………………………………….......... 16 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 17 LAMPIRAN ……………………………………………………............ 20
DAFTAR TABEL
Nomor Teks
halaman
1. Komposisi Hara Pupuk Fosfat Alam Cap Loongzou …............ 8 2. Dosis Perlakuan Pemupukan yang dicobakan............................ 9 3. Pengaruh Pemberian RP terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung ........................................................................................ 11
4. Pengaruh Pemberian RP terhadap Serapan P Tanaman Jagung 13
Lampiran
1. Sifat Kimia Oxic Dystrudept Darmaga...................................... 21 2. Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan ……............................... 21 3. Pertumbuhan Tanaman Jagung ……...........……...................... 22 4. Produksi Tanaman Jagung ...........................………………..... 23 5. Serapan Hara P pada Tanaman Jagung ……………………..... 24 6. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983) 25 7. Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan,
Tongkol Berbiji, Biji dan Serapan P Jagung ……..................... 26
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks
halaman
1. Pengaruh Pemberian RP terhadap Bobot Kering Brangkasan 12
2. Pengaruh Pemberian RP terhadap Produksi Tanaman Jagung 14
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya tanah-tanah di wilayah tropik basah termasuk Indonesia
mempunyai pH yang rendah karena pengaruh bahan induk, curah hujan yang
tinggi mencuci basa-basa dari kompleks pertukaran (koloid tanah). Pada tanah
yang bereaksi masam ketersediaan unsur-unsur makro terutama fosfat sangat
rendah, karena pada umumnya dijerap oleh hidrous oksida Al dan Fe (Effendi,
1995).
Aplikasi pupuk fosfat larut air pada tanah masam menjadi tidak efisien
karena kebanyakan senyawa P yang diberikan cepat berubah menjadi tidak
tersedia untuk tanaman. Rendahnya ketersediaan P tersebut disebabkan terjadinya
fiksasi fosfat atau retensi fosfat. Saat ini pupuk P yang digunakan dalam pertanian
umumnya adalah pupuk yang larut air seperti SP-36 dan TSP. Dengan
ditiadakannya subsidi pupuk P maka harga pupuk meningkat di pasaran karena
semua bahan baku pembuatan pupuk tersebut berasal dari impor (Pramono, 2000).
Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain untuk mengatasinya, antara lain dengan
menggunakan pupuk fosfat alam yang dianggap lebih murah (Raihana,1992).
Pupuk fosfat alam berasal dari batuan yang mengandung mineral apatit
yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Penggunaan fosfat
alam secara langsung sebagai pupuk sangat praktis, dapat menguntungkan dari
segi ekonomi, dibandingkan dengan penggunaan pupuk yang larut air. Saat ini
sudah banyak digunakan fosfat alam sebagai sumber P untuk tanaman (Rasjid et
al, 1997). Keunggulan fosfat alam selain merupakan sumber P, juga dapat
menurunkan kemasaman tanah dan meningkatkan kejenuhan basa dalam tanah.
Disamping itu pupuk fosfat alam mempunyai pengaruh residu cukup lama yang
berpengaruh baik untuk tanaman berikutnya (Sudriatna, 2006). Faktor yang
kurang menguntungkan dari pupuk fosfat alam adalah tidak semua tanah dan
tanaman cocok, pupuk fosfat alam berupa tepung halus relatif sulit
mengaplikasikannya di lapang dan kualitas fosfat alam menyulitkan dalam
standarisasi mutu, pengadaan, perdagangan dan pemakaian (Adiningsih et al,
1998). Pupuk fosfat alam termasuk dalam kategori pupuk jangka panjang yaitu
unsur P relatif lambat tersedia, sehingga relatif tidak sesuai untuk tanaman
semusim (Sulaeman et al, 2002).
Jagung merupakan tanaman serealia penting yang dibudidayakan di
banyak negara di dunia. Hasil pertanaman jagung dimanfaatkan untuk kebutuhan
pangan, pakan, dan bahan baku industri. Jagung juga merupakan salah satu
tanaman palawija yang memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan
pangan setelah padi dan gandum (Koswara, 1982). Rendahnya hasil jagung
terutama disebabkan oleh pengelolaan tanah dan tanaman yang belum optimal,
seperti pemupukan yang belum memadai dan kondisi lahan yang masam. Selain
itu, jagung memerlukan unsur hara yang cukup banyak dan berimbang.
Penggunaan pupuk dalam pertanian berkembang sangat pesat, sehingga
banyak pengusaha memproduksi dan memasok pupuk. Karena sifat senyawa
pupuk sangat beragam maka perlu diuji untuk mengetahui efektivitasnya terhadap
tanaman. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk fosfat alam Cap
Loongzou. Pupuk ini diperoleh dari PT. Sasco Indonesia dengan kandungan
29.49 % P2O5.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas fosfat alam terhadap
pertumbuhan, produksi, dan serapan P tanaman jagung pada Oxic Dystrudept
Darmaga.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latosol
Dudal dan Soepraptohardjo (1957) mendefinisikan Latosol sebagai tanah
bersolum dalam, mengalami pelapukan lanjut, batas horison baur, kandungan
mineral primer dan unsur hara rendah, konsistensi gembur dengan stabilitas
agregat kuat dan terdapat penumpukan seskwioksida di dalam tanah sebagai
akibat pencucian silikat. Selain itu Pusat Penelitian Tanah (1981) mendefinisikan
Latosol sebagai tanah yang mempunyai distribusi liat tinggi, remah sampai
gumpal, gembur dan warna relatif homogen pada penampang tanah dengan batas
horizon baur, kejenuhan basa kurang dari 50 persen (NH4OAc). Berdasarkan Soil
Survey Staff (1998) Latosol Coklat Kemerahan Darmaga tergolong dalam Oxic
Dystrudept.
Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropik yang
mempunyai curah hujan dan suhu tinggi. Di Indonesia Latosol umumnya terdapat
pada bahan induk volkanik, baik berupa tufa volkan maupun batuan beku.
Umumnya Latosol terdapat di daerah dengan ketinggian 10 hingga 1000 m dari
permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun, bulan kering
kurang dari tiga bulan, dan bertopografi datar sampai bergunung (Soepardi, 1983).
Menurut Fatchullah (1995) bahwa Latosol mempunyai ciri fisik kurang baik,
miskin unsur hara dengan derajat keasaman tanah rendah. Ciri-ciri tersebut
merupakan faktor pembatas paling utama bagi pertumbuhan tanaman karena dapat
mempengaruhi aktifitas mikroorganisme pengurai, meningkatnya senyawa
beracun dan mangganggu keseimbangan unsur hara dalam tanah.
Latosol terbentuk dari proses laterisasi yaitu pencucian basa dan silika
yang meningkatnya seskwioksida secara relatif pada horizon penciri B. Tanah ini
didominasi mineral liat kelompok kaolinit tanah ini terbentuk pada ketinggian 220
meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 3552 mm/tahun. (Yogaswara,
1977).
2.2 Fosfat Alam, Pembentukan dan Penggunaannya
Deposit fosfat merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam
industri pupuk fosfat untuk pertanian. Fosfat alam ditemukan dalam bentuk
deposit pada berbagai formasi geologi yaitu sebagai batuan sedimen, batuan beku
dan batuan metamorfosa sebagai mineral pengikut. Batuan sedimen adalah paling
utama dan terbanyak dalam kaitannya dalam penambangan batuan fosfat. Menurut
proses terjadinya fosfat alam di temukan dalam berbagai bentuk yaitu deposit
endapan laut, apatit batuan beku, fosfat sisa pelapukan, batuan terfosfatisasi, dan
guano (Sediyarso, 1999).
Sumber fosfor yang umum dipakai pada perkebunan adalah fosfat alam
dan pupuk TSP. Penggunaan fosfat alam secara langsung mempunyai keuntungan
antara lain harga setiap P2O5 lebih murah dan efektivitasnya hampir sama dengan
pupuk fosfat buatan (TSP dan SP-36) serta keuntungan lainnya adalah dapat
menghemat tenaga kerja (Adiningsih et al, 1998).
Tidak semua fosfat alam mempunyai efektivitas yang sama terhadap suatu
jenis tanah tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat
kelarutan dalam asam organik, kadar P yang terkandung, jenis fosfat alam dan ciri
kimia tanah dimana fosfat alam tersebut diaplikasikan (Idris, 1995).
2.3 Peranan Fosfor dalam Tanaman
Fosfor diserap oleh tanaman dan didistribusikan ke tiap sel dalam
tanaman. Kadar fosfor paling tinggi terdapat pada bagian produksi tanaman. Biji
harus mengandung cukup fosfor dan hara vital lainnya sampai akarnya tumbuh
dan mampu menyerap hara dari dalam tanah. Semua kebutuhan fosfor tanaman
diambil dari tanah sebagai P-organik dan P-anorganik dan P yang terdapat dalam
larutan tanah. Bentuk anorganik P yang membentuk ikatan dengan Ca, Fe, Al, dan
F sedangkan bentuk organik berupa senyawa-senyawa yang berasal dari tanaman
dan mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid dan fitin (Rao,
1994). Bentuk-bentuk organik di dalam tanah hampir sama dengan bentuk-bentuk
yang ada dalam tanaman. Bentuk anorganik hampir seluruhnya dalam bentuk Al-P
dan Fe-P pada tanah masam, serta Ca-P untuk tanah alkali (Leiwakabbesy, 1988)
Didalam tanaman fosfor bereaksi dengan karbon, hidrogen, oksigen dan
hara lainnya untuk membentuk molekul organik yang kompleks. Fosfor
merupakan komponen esensial dari sumber genetik dalam nukleus pada sel.
Dalam nukleus sel terdapat senyawa asam nukleat kaya energi, yaitu deoksiribo
asam nukleat (deoxyribo nucleic acid = DNA ) dan ribo asam nukleat (ribonucleic
acid = RNA ). Fosfor digunakan untuk menyimpan dan transfer energi melalui
senyawa kaya energi adenosin trifosfat (ATP), adenosin difosfat (ADP), dan
fosfor organik. Unsur P adalah hara utama tanaman yang penting untuk
perkembangan akar, anakan, pembungaan, dan pematangan. Fosfor mobil dalam
tanaman, tetapi relatif tidak mobil dalam tanah.
Kandungan unsur hara di dalam tanah berkaitan erat dengan unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Peranan fosfor dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bersifat sangat khusus dan tak dapat digantikan oleh
unsur lainnya. Pemberian pupuk fosfat dalam jumlah yang besar oleh pengaruh
waktu dapat merubah menjadi fraksi yang sukar larut. Chang (1968) yang
kemudian diperkuat oleh Shelton dan Coleman (1968) dari hasil percobaannya
menunjukan bahwa tanah liat merah mempunyai daya ikat P yang tinggi dan dapat
mempercepat terbentuknya fraksi fosfat alumunium dan fosfat besi. Keadaan ini
dapat mengurangi kelarutan dan ketersediaan fosfat yang berasal dari pupuk yang
diberikan
2.4 Pengaruh Fosfat Alam terhadap Tanah dan Tanaman
Pengaruh fosfat alam terhadap tanah dan tanaman erat kaitannya dengan
sifat kelarutan dari fosfat alam itu sendiri. Fosfat alam dalam bentuk trikalsik yang
digunakan pada tanah pertanian masam umumnya berfungsi sebagai amandemen
dan/atau pupuk. Kelarutan dalam tanah tergantung dari faktor, konsentrasi ion
fosfat (Khasawneh et al., 1978 dalam Idris, 1993) dan ion kalsium (Walte, 1978
dalam Idris, 1995) dalam tanah.
Fosfat alam banyak digunakan sebagai pupuk alternatif pengganti pupuk
fosfor buatan. Namun fosfat alam ini relatif stabil dan relatif tidak larut dalam air
sehingga menjadi sulit tersedia bagi tanaman (Tisdale et al., 1985). Menurut
Purnomo (2000) fosfat alam yang banyak digunakan memiliki kelarutan yang
rendah merupakan masalah dalam pengembangannya sebagai salah satu sumber
pupuk P. Kombinasi perlakuan antar fosfat alam dan bahan organik dapat
meningkatkan ketersediaaan fosfor dalam tanah.
Pupuk P yang diberikan dalam bentuk fosfat alam dengan pertimbangan
bahwa fosfat alam tergolong jenis pupuk slow release sehingga pengaruhnya akan
bertahan lama. Sesuai dengan pernyataan Adiningsih dan Muljadi (1993) bahwa
fosfat alam akan memberikan pengaruh yang lebih baik daripada TSP dan kapur
karena fosfat alam dalam melepaskan hara fosfor berlangsung lambat dan
merupakan alternatif sumber pupuk pada lahan masam karena lebih efektif
daripada pupuk mudah larut (TSP, SP-36) serta memberi efek residu lebih lama
(Adiningsih et al, 1998). Penelitian Idris (1995) pemberian fosfat alam atau TSP
mengakibatkan penurunan Al-dd maupun kejenuhan Al yang bahkan
meningkatkan pH.
2.5 Karakteristik Jagung ( Zea mays L. )
Jagung merupakan salah satu tanaman biji-bijian yang penting dengan
nama latin Zea mays L. termasuk famili Graminae (rumput-rumputan) dan jenis
tumbuhan semusim (annual). Secara geografis tanaman jagung merupakan
tanaman yang paling banyak ditanam dan dikembangkan di Indonesia. Jagung
adalah monoecious dengan bunga jantan terletak pada malai dan betina pada
tongkolnya. Penyerbukan dihasilkan dengan bersatunya tepungsari dengan
rambut. Tanaman jagung mempunyai tipe perakaran serabut yang menyebar
secara variatif kesamping dan kebawah pada lapisan olah tanah sepanjang kurang
lebih 25 cm (Suprapto,1998).
Menurut Effendi (1985) batang jagung tumbuh mencapai diameter tiga
sampai lima sentimeter dan biasanya memiliki empat belas ruas. Ruas batang
yang pendek sebagai pangkal batang dan semakin ke atas semakin panjang dan
berakhir dengan rangkaian bunga jantan di bagian ujung tanaman. Daun tumbuh
pada masing-masing ruas batang berselang-seling dalam dua barisan pada batang .
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik dan memberikan
hasil yang tinggi, unsur-unsur hara harus tersedia dengan cukup dan berimbang.
Unsur-unsur hara yang penting bagi tanaman jagung salah satunya adalah P
(Sutoro, 1988). Menurut Hanway (1996) dalam Rachim (1995) kebutuhan
tanaman jagung akan unsur P sampai tanaman berambut (berbunga) mencapai
sekitar 45 % dari kebutuhan total kebutuhan unsur tanaman tersebut.
Seperti tanaman lain, tanaman jagung memerlukan lingkungan tumbuh
tertentu agar pertumbuhannya optimal. Kondisi iklim yang agak panas dan lembab
sangat baik untuk pertumbuhan jagung. Keadaan ini diperlukan mulai saat tanam
hingga akhir periode pertumbuhan (Effendi, 1985). Suhu udara yang tinggi dan
kering dapat menimbulkan gangguan terhadap persarian dan pembungaan
(Koswara, 1982).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian lapang dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan dan analisis
kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Darmaga, Bogor. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Desember 2006 sampai
bulan Juli 2007.
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah pupuk Urea (45 %N), pupuk KCl (60
%K2O) dan pupuk SP-36 (36 %P2O5), jagung hibrida Pioner 12 (P-12), pupuk
kandang (kotoran kambing), insektisida butiran. Sebagai perlakuan digunakan
pupuk fosfat alam dengan sifat seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Hara Pupuk Fosfat Alam Cap Loongzou.
Parameter Satuan Nilai P2O5 Total % 29.49
P2O5 larut asam sitrat 2% % 24.04 As ppm 0.84 Hg ppm <0.001 Pb ppm <0.1 Cd ppm 40.66
Kehalusan lewat, 25 mesh % 94.64 Kehalusan lewat, 80 mesh % 66.62
Kadar air % bobot 2.23
Alat-alat yang digunakan yaitu cangkul, tali rafia, kored, tugal, karung,
plastik, timbangan, meteran, dan lain-lainnya yang diperlukan di lapang. Selain itu
digunakan alat laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman.
3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Persiapan Lahan
Lahan diolah dengan menggunakan traktor. Setelah pengolahan selesai
lahan dipetak kedalam 16 petak dengan ukuran 4 m x 3 m yang terbagi dalam 4
perlakuan dengan 4 ulangan/blok atas dasar kemiringan lereng dengan jarak antar
petak 50 cm. Setelah diolah, diberi kotoran kambing sebanyak 6 kg/petak disebar
merata lalu diolah dengan cangkul.
3.3.2 Rancangan Percobaan Dalam penelitian yang digunakan Rancangan Acak Kelompok dengan
model matematika rancangan tersebut adalah sebagai berikut :
Yijk = µ + Ti + Pj + Eij
i = 1, 2, 3, 4
j = 1, 2, 3, 4
Keterangan :
Yijk = respons produksi tanaman jagung akibat pengaruh ke i dan p ke j
µ = nilai tengah umum
Ti = pengaruh kelompok/ ulangan ke-i
Pj = pengaruh perlakuan ke-j
Eij = galat
Tabel 2 menyajikan perlakuan percobaan yang diberikan. Tabel 2. Dosis Perlakuan Pemupukan yang dicobakan.
Dosis (g/petak) Dosis (kg/ha) Perlakuan
Pupuk 0 HST* 30 HST* 0 HST* 30 HST*
Kontrol Fosfat alam Urea KCl
0 180 90
0 180 90
0 150 75
0 150
0 Standar** Urea 180 180 150 150 SP-36 240 0 200 0 KCl 90 90 75 75 RP 1x Fosfat alam 293 0 244 0 Urea 180 180 150 150 KCl 90 90 75 75 RP 1.5x Fosfat alam 493 0 366 0 Urea 180 180 150 150 KCl 90 90 75 75
*HST : Hari Setelah Tanam ** pupuk anjuran N, P, K yang dimodifikasi
Data hasil percobaan selanjutnya dianalisis ragam untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Jika ada perlakuan yang
berpengaruh nyata kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan
Multiple Range Test ) dengan taraf 5 %.
3.3.3 Penanaman Penanaman dilakukan dengan ditugal dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm.
Benih jagung ditanam dua butir per lubang disertai dengan pemberian insektisida
butiran. Penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam.
3.3.4 Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal dekat lubang tanam dengan
jarak ± 5 cm, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan Urea dan KCl
diberikan dua kali pada saat tanam dan 30 HST, kecuali fosfat alam hanya satu
kali pada saat tanam. 3.3.5 Pemeliharaan dan Pengamatan
Pemeliharaan dilakukan meliputi penyiangan, pembumbunan yang
bersamaan dengan pemupukan yang kedua (30 HST), serta pengendalian hama
dan penyakit. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tanaman pada 4, 6,
10, dan 13 MST. 3.3.6 Pemanenan Panen jagung dilakukan setelah mencapai masak fisiologis pada umur 13
MST. Bobot brangkasan ditimbang, tongkol dipisahkan kemudian klobot dikupas
dan dikeringkan di rumah kaca baik tanaman sampel ataupun bukan sampel.
Setelah tongkol kering dipipil dan setelah itu ditimbang bobot keringnya. 3.3.7 Analisis Tanah dan Tanaman
Pengambilan contoh tanah dilakukan setelah panen secara komposit
sampai kedalaman 20 cm yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis tanah
yang dilakukan meliputi N total (metode Kjeldahl), P-tersedia, K-dd, Na-dd, Ca-
dd dan Mg-dd (metode NH4OAc), Al-dd, dan pH.
Analisis tanaman dilakukan meliputi kadar P yang menggunakan metode
pengabuan kering.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan dan Serapan P
Tinggi tanaman dan bobot kering brangkasan merupakan parameter yang
digunakan untuk mengevaluasi perubahan pertumbuhan tanaman. Tinggi tanaman
merupakan salah satu ukuran peubah tanaman yang sering diamati dalam suatu
percobaan karena tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman. Hal
tersebut berdasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman adalah ukuran peubah
pertumbuhan tanaman yang paling mudah dilihat, sebagai pengukur peubah
pertumbuhan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu
(Robiatul, 2004)
Hasil pengamatan pertumbuhan jagung dan produksi jagung disajikan
pada Tabel Lampiran 3 dan 4. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap
tinggi tanaman dan bobot kering brangkasan disajikan Tabel Lampiran 7. Tabel
Lampiran 7 menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata
terhadap parameter tinggi tanaman, bobot kering brangkasan dan serapan P. Hasil
analisis lanjutan (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan fosfat alam (RP 1x
ataupun RP 1.5x) maupun standar mempunyai tinggi tanaman nyata lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kontrol. Tabel 3. Pengaruh Pemberian RP terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung
Tinggi Tanaman (cm) BK Brangkasan Perlakuan
4MST 6MST 10MST 13MST
kg/petak Kontrol Standar RP 1x RP 1.5 x
61.3a 77.1b 71.3b 72.0b
80.1a 105.7b 96.9b 97.0b
148.6a 168.7b 162.6ab160.6ab
151.2a 169.3b 164.5b 161.8ab
2.1a 3.3c 2.7b 2.8b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf α = 5%
Pada umur 4 MST dan 6 MST perlakuan RP 1x dan RP 1.5x berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol, sedangkan pada umur 10 MST perlakuan RP 1x dan RP
1.5x tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol ataupun standar. Umur 13
MST perlakuan RP 1x tidak berbeda nyata dengan kontrol. Tinggi tanaman pada
perlakuan RP1x dan perlakuan RP 1.5x maupun standar selalu lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol. Menurut Tisdale et. al. (1985) pupuk fosfat
berperan terhadap pertumbuhan tanaman, terutama pada perkembangan akar
tanaman. Semakin banyak perakaran tanaman, maka semakin luas akar tanaman
dapat menyerap unsur hara sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Tabel 3 juga menunjukan bobot kering brangkasan pada perlakuan RP 1x
tidak berbeda nyata dengan RP 1.5x. Walaupun demikian ada kecenderungan
perlakuan RP 1.5x lebih tinggi dibandingkan perlakuan perlakuan RP 1x tetapi
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan standar. Gambar 1 menunjukkan
perbandingan bobot kering brangkasan.
1,7
2,7
2,2 2,3
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
K1 Standar RP 1X RP 1,5X
Perlakuan
Rat
a-ra
ta B
K B
rang
kasa
n (t
on/h
a)
BK Brangkasan
Gambar 1. Pengaruh Pemberian RP terhadap Bobot Kering Brangkasan
Dari Gambar 1 dapat dilihat bobot kering brangkasan tertinggi adalah
perlakuan standar (2.7 ton/ha), kemudian RP 1.5x (2.3 ton/ha), RP 1x (2.2 ton/ha)
dan kontrol (1.7 ton/ha). Bobot tertinggi diperoleh dari perlakuan standar dan
berbeda nyata dengan perlakuan RP 1x dan perlakuan RP 1.5x maupun kontrol.
Perlakuan fosfat alam menaikan bobot kering brangkasan dan berbeda nyata
dengan kontrol.
Serapan hara P tanaman jagung disajikan pada Tabel Lampiran 5 dan hasil
analisis ragam serapan fosfor jagung disajikan pada Tabel Lampiran 7. Hasil uji
Duncan serapan P jagung disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa
serapan fosfor tertinggi dihasilkan pada perlakuan standar (1396.0 mg/petak),
kemudian RP 1x (1303.9 mg/petak), diikuti RP 1.5x (1114.3 mg/petak), kontrol
(722.2 mg/petak). Perlakuan RP 1x dan RP 1.5x dengan perlakuan standar tidak
berbeda nyata. Namun perlakuan standar dan RP 1.5x nyata tertinggi
dibandingkan kontrol. Walaupun demikian serapan P tanaman pada perlakuan
standar cenderung lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan RP 1x dan RP 1.5x,
sedangkan antar perlakuan RP 1x dan RP 1.5x ataupun standar tidak berbeda
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan standar yaitu SP-36 fosfor
lebih tersedia dibandingkan dengan perlakuan fosfat alam (Rasjid et al, 1997).
Selain hal tersebut fosfat alam merupakan pupuk yang efektif dalam menyediakan
P bagi tanaman.
Tabel 4. Pengaruh Pemberian RP terhadap Serapan P Tanaman Jagung
Perlakuan Serapan P Tanaman mg/petak
Kontrol 722.2a Standar 1396.0b RP 1x 1114.3ab
RP 1.5x 1303.9b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf α = 5%
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikemukakan bahwa serapan P pada
percobaan ini ditentukan oleh bobot kering brangkasan. Rendahnya respon
tanaman terhadap perlakuan fosfat alam mengindikasikan bahwa fosfat alam
mempunyai sifat kelarutannya lebih lambat (slow release) dibandingkan dengan
pupuk SP-36 yang melepaskan unsur fosfat secara perlahan-lahan (Raihana,
1992).
4.2 Bobot Kering Tongkol Berbiji dan Biji
Komponen produksi jagung yang diamati meliputi bobot kering tongkol
berbiji dan bobot kering biji. Bobot biji kering jagung merupakan komponen yang
sangat berkaitan dengan produksi serta distribusi bahan kering. Pemipilan di
lakukan untuk memisahkan biji jagung yang melekat pada tongkolnya. Hasil dari
produksi jagung yang diperoleh disajikan pada Tabel Lampiran 4 sedangkan hasil
analisis ragam disajikan pada Tabel Lampiran 7. Tabel Lampiran 7 menunjukkan
bahwa perlakuan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman
jagung, sehingga tidak dilakukan uji lanjutan. Gambar 2 menyajikan perbandingan
bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji dari 4 perlakuan yang
dicobakan.
2.12.7
2.3 2.4
0.60.50.70.6
0.0
1.0
2.0
3.0
Kontrol Standar RP 1x RP 1,5x
Perlakuan
Rata
-rata
pro
duks
i ja
gung
(ton
/ha)
BK Tongkol Berbiji BK Biji
Gambar 2. Pengaruh Pemberian RP terhadap Produksi Tanaman Jagung
Gambar 2 menunjukan bobot kering tongkol berbiji tertinggi terdapat pada
perlakuan standar yaitu 2.7 ton/ha, sedangkan terendah pada perlakuan kontrol
yaitu 2.1 ton/ha. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tongkol berbiji searah
dengan bobot kering biji, dimana bobot tertinggi pada standar yaitu 0.74 ton/ha,
sedangkan terendah pada kontrol yaitu 0.55 ton/ha.
Bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji pada perlakuan standar
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan RP 1x ataupun perlakuan RP 1.5x.
Sedangkan antar perlakuan RP 1x dan perlakuan RP 1.5x tidak berbeda nyata.
Rendahnya hasil bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji disebabkan
tanaman kekurangan hara yang dibutuhkan dalam perkembangannya sehingga
menghambat pertumbuhan vegetatif yaitu brangkasan tanaman.
4.3 Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum percobaan disajikan pada Tabel
Lampiran 1. Berdasarkan kriteria PPT (1983), tanah pada lokasi percobaan
tergolong masam (pH H2O : 4.33), KTK efektif tergolong sangat rendah (4.48
me/100g), KB sedang (48.44 %),. Unsur-unsur hara yang tersedia seperti Mg, K
termasuk rendah kecuali sedangkan Ca termasuk sangat rendah, dengan nilai
berturut-turut 1.25, 0,50, 0.12 me/100g.
Hasil analisis sifat kimia tanah sesudah percobaan disajikan pada Tabel
Lampiran 2. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada perlakuan fosfat alam kadar
Ca lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan perlakuan
standar. Sedangkan nilai pH yang dihasilkan bervariasi.
Dari Tabel Lampiran 2 terlihat bahwa tidak adanya peningkatan kadar P
pada tanah tersebut setelah perlakuan dengan fosfat alam. Pemberian pupuk fosfat
karena pengaruh waktu dapat berubah menjadi fraksi yang sukar larut. Menurut
Soepardi (1983) pada Latosol menyebabkan fosfat mudah terikat dan membentuk
senyawa Al-P dan Fe-P sehingga ketersediaan P dalam tanah rendah atau kurang
tersedia bagi tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pemberian pupuk RP 1x dan RP 1.5x nyata menaikkan tinggi tanaman,
bobot kering brangkasan dan serapan P tanaman jagung dibandingkan
kontrol.
2. Perlakuan RP 1x dan RP 1.5x dosis standar tidak berpengaruh nyata
terhadap bobot kering tongkol berbiji dan bobot kering biji.
3. Pemberian fosfat alam terhadap kadar Ca dan kejenuhan basa setelah
panen cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol dan
standar, tetapi tidak mengindikasikan peningkatan terhadap P-tersedia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pemberian RP 1.5x dosis
standar lebih disarankan untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, S. Muljadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan
alang-alang dalam Prosiding Seminar Lahan Alang-alang: Pemanfaatan Lahan Alang-alang untuk Usaha Tani Berkelanjutan. Bogor. 1 Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hal 29-42.
, Kurnia, Rochayati. 1998. Prospek dan kendala penggunaan P-Alam untuk meningkatkan produksi tanaman pangan pada lahan masam marginal dalam Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. 10 Februari 1998. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Chang, S.C. 1968. Soil Phosphorus fraction in some representative soil, J. Soil Sci.., 12:286-293.
Dudal, R. dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification in Indonesia. Penerbit Balai Besar Penelidikan Tanah, Bogor.
Effendi, S. 1985. Bercocok Tanaman Jagung. Yasaguna.Jakarta.
Effendi, B.H. 1995. Pengaruh waktu pemberian silikat dan fosfat terhadap ketersediaan fosfat serta pertumbuhan jagung pada ultisol. Jurnal Penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatra Utara. Vol. 14, No. 3 : 137-144. November 1995.
Fatchullah, D. 1995. Pengaruh dosis dan pemberian kapur terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman tomat pada tanah latosol subang. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditi Sayuran. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Sayuran. Bandung.
Idris, K. 1993. Evaluasi agronomik fosfat alam dari Jawa dan pengapuran pada tanah-tanah masam dengan teknik Isotop dalam Risalah Pertemuan Ilmiah: Aplikasi isotop dan Radiasi dalam Bidang Pertanian, Peternakan dan Biologi. Jakarta, 9-10 Desember 1992. Badan Tenaga Atom National.
_______ 1995. Evaluasi pemberian fosfat alam dari Jawa dan pengapuran pada tanah masam :I. Modifikasi Ciri Kimia Tanah. J. Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2).
Koswara, J. 1982. Jagung,. Diktat Kuliah Ilmu Tanaman Setahun. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor., Bogor
Leiwakabessy, F.M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor., Bogor.
Pramono, J. E, Supratman, H, Supadmo, Samijan. 2000. Uji efektivitas pupuk alternatif.http://jateng.litbang.deptan.go.id [diakses 28 November 2007].
Purnomo, J. 2000. Pengaruh fosfat alam dan bahan organik terhadap kelarutan pupuk ciri kimia tanah dan efisiensi pemupukan P pada Typic Hapludox Sitiung Sumbar. Tesis. Program Pasca Sarjana.,IPB.
Pusat Penelitian Tanah. 1981. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survai dan Pemetaan Tanah daerah Transmigrasi. Term of Reference. Type.A.No.28/1981.P3MT. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Indonesia
. 1983. Survey Kapabilitas Tanah dalam Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Term of Reference. Type.A.No.59/1983.P3MT. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Indonesia.
Rachim, A. 1995. Penggunaan Kation-kation Polivalen dalam Kaitannya dengan Ketersediaan Fosfat untuk Meningkatkan Produksi Jagung pada Tanah Gambut. Disertasi Doktor. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Raihana, Y. 1992. Pengaruh pemberian kapur dan fosfat alam pada tanaman jagung di lahan pasang surut sulfat masam dalam Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Peneliti Agronomi Balittan Banjarbaru. Hal 183-189.
Rao,S.N.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Rasjid, H, L.S, Elsje, H.S, Widjang. 1997. Keefisienan fosfat alam sebagai pupuk P pada tanaman jagung. Risalah Pertemuan Ilmiah. Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. Hal 95-98.
Robiatul, A. 2004. Pengaruh penanaman bengkuang, sentro dan pengembalian biomassanya serta pupuk N terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. Tesis, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor., Bogor
Sediyarso, M. 1999. Fosfat Alam Sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat..Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor., Bogor.
Shelton, J.E., and N.T. Coleman. 1968. Inorganic phosphorus fraction and their relationship to residual value of large application of phosphorus fixing soil, Soil Sci-Soc. Amer.Proc., 32:91-94.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sudriatna, U. 2006. Penggunaan pupuk fosfat alam dan bahan organik pada tanaman jagung dan nilai usahataninya di lahan kering masam Oxisol Kalimantan Selatan. Wacana pertanian vol. 6 (1) : 21-27 Juni 2007.
Sulaeman, Suprapto, Eviati. 2002. Peningkatan reaktivitas P-alam dengan pengasaman. Jurnal Tanah dan Iklim. Pusbalitbang dan Agroklimat, 20 Desember 2002.
Suprapto, H.S. 1998. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya., Jakarta.
Sutoro, 1998. Budidaya Jagung dalam Sutoro, Soelaeman, dan Iskandar (eds) Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal. 49-66.
Tisdale, S.L, W.L Nelson and J.D Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. 5th. Ed. The McMilan Publ. Co., New York.
Yogaswara, A. 1977. Seri-Seri Tanah dari 7 Tempat di Jawa Barat. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor., Bogor.
Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Oxic Dystrudept Darmaga.
Parameter Satuan Nilai Kriteria PPT
pH % 4.33 Sangat masam
C-organik % 2.13 Sedang
N-total % 0.3 Sedang
P-tersedia ppm 3.8 Sangat rendah
P-potensial ppm 195.4 -
Ca-dd me/100 g 1.25 Sangat rendah
Mg-dd me/100 g 0.5 Rendah
K-dd me/100 g 1.12 Rendah
Na-dd me/100 g 0.3 Rendah
Al-dd me/100 g 2.02 -
H-dd me/100 g 0.29 -
KTK efektif me/100 g 4.19 Sangat rendah
Kejenuhan Al % 48 Tinggi
KB % 52 Tinggi
Fe ppm 6.48 -
Cu ppm 2.64 -
Zn ppm 6.2 -
Mn ppm 50.04 -
Pasir % 9.84 -
Debu % 11.4 -
Liat % 78.82 -
Tabel Lampiran 2. Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan
Kjeldahl Bray 1 N NH4OAc pH 7.0 metode KCl
K Na Ca Mg Al-dd H-dd
Perlakuan
pH
H2O
1:5 N total
(%)
P
(ppm) ………(me/100g)..…… ..(me/100g)..
KTKef
(me/100g)
Kej Al
(%)
KB
(%)
Kontrol 5.5 0.05 2.10 0.17 0.29 2.20 0.88 1.55 0.20 5.96 26.50 59.39
Standar 5.4 0.5 2.02 0.21 0.32 2.54 0.77 2.12 0.16 6.12 34.64 62.45
RP 1x 5.5 0.1 2.02 0.19 0.33 3.15 0.88 1.72 0.06 6.35 27.09 71.65
RP 1.5x 5.2 0.1 1.43 0.19 0.24 2.70 0.84 1.60 0.02 6.14 26.05 64.65
Tabel Lampiran 3. Pertumbuhan Tanaman Jagung
Tinggi Tanaman (cm) No. Perlakuan
4MST 6MST 10MST 13MST
1 Kontrol 1 70.2 93.9 156.95 157.9
2 Kontrol 2 63.9 80.2 140.7 146.5
3 Kontrol 3 57.2 77.4 164.9 164.9
4 Kontrol 4 53.8 68.8 131.7 135.6
Rata-rata 61.28 80.0 14.6 151.2
5 Standar 1 9.2 114.8 175.9 176.0
6 Standar 2 75.3 100.2 163.4 163.9
7 Standar 3 80.1 101.0 161.3 162.9
8 Standar 4 63.6 107.0 174.1 174.4
Rata-rata 77.0 105.7 168.7 169.3
9 RP (1) 1 1.3 113.2 172.4 172.5
10 RP (1) 2 67.1 84.4 153.5 154.7
11 RP (1) 3 73.1 98.9 164.9 165.
12 RP (1) 4 63.6 91.4 159.4 165.1
Rata-rata 71.3 96.0 162.6 164.5
13 RP (1.5)1 77.4 103.9 165.4 165.7
14 RP (1.5)2 66.7 87.3 146.7 149.6
15 RP (1.5)3 67.5 96.0 166.0 166.1
16 RP (1.5)4 76.4 100.8 164.4 165.8
Rata-rata 72 97.0 160.6 161.8
Tabel Lampiran 4. Produksi Tanaman Jagung
Bobot Kering
Jerami Tongkol Berbiji Biji No.
Perlakuan
∑
tkl/10smpl/ptk kg/ptk ton/ha kg/ptk ton/ha kg/ptk ton/ha
1 Kontrol 1 21 2.51 2.08 3.05 0.53 0.71 0.71
2 Kontrol 2 14 2.22 1.85 3.40 0.82 0.86 0.51
3 Kontrol 3 12 2.02 1.68 2.00 1.66 0.67 0.80
4 Kontrol 4 19 1.65 1.37 1.70 1.41 0.43 0.49
5 Standar 1 15 3.59 2.98 3.55 2.95 0.89 0.62
6 Standar 2 19 3.32 2.75 3.40 2.82 0.93 0.52
7 Standar 3 14 2.92 2.42 3.60 2.99 0.91 0.41
8 Standar 4 18 3.32 2.75 2.75 2.28 0.86 0.60
9 RP (1) 1 18 3.22 2.67 3.40 2.82 0.73 0.71
10 RP (1) 2 15 2.09 1.73 2.10 1.74 0.49 0.75
11 RP (1) 3 19 2.66 2.21 2.90 2.41 0.62 0.77
12 RP (1) 4 18 2.83 2.35 2.90 2.41 0.75 0.74
13 RP (1.5)1 19 3.35 2.78 2.25 1.87 0.59 0.35
14 RP (1.5)2 18 2.22 1.85 3.45 2.86 0.96 0.56
15 RP (1.5)3 18 2.56 2.12 2.60 2.16 0.62 0.71
16 RP (1.5)4 13 2.98 2.47 3.35 2.78 0.86 0.59
Tabel Lampiran 5. Serapan Hara P pada Tanaman Jagung
No Perlakuan P Tanaman ( % )
BK Jerami kg/petak
Serapan Hara mg/petak
1 Kontrol 1 0.030 2.51 743.2
2 Kontrol 2 0.044 2.22 968.7
3 Kontrol 3 0.028 2.02 536.0
4 Kontrol 4 0.037 1.65 613.6
Rata-rata 0.035 2.10 722.2
5 Standar 1 0.036 3.59 1274.
6 Standar 2 0.044 3.32 1463.0
7 Standar 3 0.043 2.92 1240.7
8 Standar 4 0.048 3.32 1605.4
Rata-rata 0.043 3.28 1395.9
9 RP (1) 1 0.047 3.22 1516.7
10 RP (1) 2 0.032 2.09 678.0
11 RP (1) 3 0.043 2.66 1130.1
12 RP (1) 4 0.040 2.83 1132.2
Rata-rata 0.041 2.70 1114.3
13 RP (1.5)1 0.049 3.35 1646.8
14 RP (1.5)2 0.048 2.22 1064.1
15 RP (1.5)3 0.044 2.56 1115.0
16 RP (1.5)4 0.047 2.98 1389.5
Rata-rata 0.047 2.78 1303.7
Tabel Lampiran 6. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983)
Sifat Tanah Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
C-organik (%) < 1.00 1.00 - 2.00 2.01 - 3.00 3.01 - 5.00 > 5.00
N-total (%) < 0.10 0.11 - 0.20 0.21 - 0.50 0.51 - 0.75 > 0.75
C/N < 5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25
P2O5 HCl < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
(mg/100 g)
P2O5 Bray < 10 10 - 15 15 - 25 26 - 35 > 35
(mg/100 g)
P2O5 Olsen < 10 10 - 25 26 - 45 45 - 60 > 60
(mg/100 g)
KTK (me/100 g) < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40
Susunan Kation
K < 0.1 0.1 - 0.2 0.3 - 0.5 0.6 - 1.0 > 1.0
Na < 0.1 0.1 - 0.3 0.4 - 0.7 0.8 - 1.0 > 1.0
Ca < 0.4 0.4 - 1.0 1.1 - 2.0 2.1 - 8.0 > 8.0
Mg < 2 2.0 - 3.0 6.0 - 10.0 11.0 - 20.0 > 20
KB (%) < 20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 > 70
Kejenuhan Al
(%) < 10 10 - 20 21 - 30 31 - 60 > 60
Reaksi Tanah
pH H2O Sangat Masam Masam Agak
Masam Netral Agak Alkalin Alkalin
< 4.5 4.5 - 5.5 5.6 - 6.5 6.6-7.5 7.6 - 8.5 > 8.5
Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Bobot Kering Brangkasan, Tongkol Berbiji, Biji, dan Serapan P Jagung.
F tabel Sumber
Keragaman db JK JKT F Hitung 5 % 1 %
CV (%)
Tinggi 4 MST (cm) Blok 3 501.29 167.09 5.45 Perlakuan 3 523.34 174.44 5.69* 3.86 6.99 9.8 Galat 9 275.84 30.64 Total 15 1300.47
Tinggi 6 MST (cm) Blok 3 766.20 255.40 7.43 Perlakuan 3 1384.84 461.61 13.43** 3.86 6.99 7.7 Galat 9 309.37 34.37 Total 15 2460.41
Tinggi 10 MST (cm) Blok 3 655.72 218.57 3.03 Perlakuan 3 852.84 284.28 3.94* 3.86 6.99 6.6 Galat 9 647.96 71.99 Total 15 2156.52
Tinggi 13 MST (cm) Blok 3 467.93 155.97 2.63 Perlakuan 3 701.90 233.96 3.96* 3.86 6.99 Galat 9 531.75 59.083 Total 15 1701.58
Bobot Kering Brangkasan (ton/ha) Blok 3 0.82 0.27 4.39 Perlakuan 3 1.94 0.65 10.39** 3.86 6.99 13.8 Galat 9 0.56 0.06 Total 15 3.32
Bobot Kering Tongkol Berbiji (ton/ha) Blok 3 0.35 0.12 0.40 Perlakuan 3 0.88 0.29 1.00 3.86 6.99 Galat 9 2.64 0.29 Total 15 3.87
Bobot Kering Biji (ton/ha) Blok 3 0.02 0.01 0.40 Perlakuan 3 0.10 0.03 2.00 3.86 6.99 Galat 9 0.15 0.02 Total 15 0.27
Serapan Hara P Tanaman Jagung (mg/petak) Blok 3 206740.73 6913.58 1.13 Perlakuan 3 1069936.32 356645.44 5.84* 3.86 6.99 27.4 Galat 9 549598.99 61066.55 Total 15 1826276.03 Total 15
* = berbeda nyata (taraf 5%) ** = berbeda sangat nyata (taraf 1%)