UJI ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ADENG HUDAYA PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1432 H
83
Embed
UJI ANTIOKSIDAN DAN ANTIMIKROBA BUNGA … · tekanan darah, kadar kolesterol, ... komponen aktif rempah-rempah seperti kunyit asam, minuman sari jahe, sari temu lawak, beras kencur,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UJI ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR BUNGA
KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
ADENG HUDAYA
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1432 H
UJI ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR BUNGA
KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL
TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains
pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Adeng Hudaya
106095003200
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M / 1432H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli” yang ditulis oleh Adeng Hudaya, NIM 106095003200 telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam sidang munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Biologi.
balance). Oleh karena itu polaritas senyawa antibakteri merupakan sifat fisik yang
penting. Sifat hidrofilik diperlukan untuk menjamin senyawa antimikroba larut
dalam fase air yang merupakan tempat hidup mikroba. Akan tetapi senyawa yang
bekerja pada membran sel yang sifatnya hidrofobik memerlukan pula sifat
lipofilik.
Hasil analisa GCMS dapat diketahui atau dikelompokkan senyawa
antibakteri yang dihasilkan oleh metabolit sekunder pada bunga kecombrang.
53
senyawa yang merupakan senyawa antibakteri adalah golongan fenol dan alkohol.
Menurut Sasaki et al., (2004) mekanisme kerja komponen bioaktif fenol dapat
mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat
pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat serta menghambat ikatan ATP-
ase pada membran sel, dan menurut Boyd (1988) bahwa mekanisme etanol
(alkohol) dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah mendenaturasi protein
dan melarutkan lemak yang terdapat pada dinding bakteri
Berdasarkan hasil analisa statistika anova satu-arah menunjukan bahwa F
hitung masing-masing konsentrasi ekstrak air bunga kecombrang terhadap kedua
bakteri lebih besar daripada Ftabel 0,05 (lampiran 8). Artinya bahwa ekstrak air
bunga kecombrang terhadap perlakuan yang diberikan terdapat perbedaan yang
signifikan. Hal ini menyebabkan ada hubungan antara variasi konsentrasi ekstrak
air bunga kecombrang dengan diameter zona hambat bakteri E. coli, dan S.
aureus.
4.4.2. Kontrol Positif dan Kontrol Negatif
Dalam pengujian antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (E. elatior)
digunakan kontrol positif yaitu dengan antibiotik kloramfenikol dalam bentuk
tablet 10 µg, hasil yang didapatkan terdapat pada Gambar 14.
54
Gambar 14. Grafik perbandingan diameter zona hambat kloramfenikol dengan ekstrak air bunga kecombrang 100% Pada pengujian antibakteri menggunakan antibiotik kloramfenikol terlihat
bahwa diameter zona hambat yang telah dihasilkan lebih besar dibandingkan
diameter zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak air bunga kecombrang (E.
elatior). Zona hambat yang dihasilkan oleh E. coli pada antibiotik kloramfenikol
dengan nilai rata-rata 23.2 mm dan pada S. aureus mencapai 22.5 mm, sedangkan
zona hambat yang dihasilkan oleh S. aureus pada konsentrasi 100% mencapai
13.9 mm, dan pada E. coli mencapai 7.3 mm.
Besarnya zona hambat yang dihasilkan oleh antibiotik kloramfenikol tidak
sebanding dengan ekstrak air bunga kecombrang disebabkan karena kandungan
bahan aktif dalam antibiotik kloramfenikol sudah bersifat murni. Sedangkan
kandungan senyawa aktif dalam ekstrak air bunga kecombrang belum murni dan
masih banyak campuran dari senyawa lain sehingga penghambatan terhadap
bakteri belum efektif seperti pada antibiotik kloramfenikol.
55
Antibiotik kloramfenikol memberikan efek dengan cara bereaksi dengan
subunit 50S ribosom dan menghalangi aktivitas enzim peptidil transferase. Enzim
ini berfungsi untuk membentuk ikatan peptida antara asam amino baru yang
masih melekat pada tRNA dengan asam amino terakhir yang sedang berkembang.
Sebagai akibatnya sisntesis protein bakteri akan terhenti seketika (Pratiwi, 2008).
Dalam pengujian antibakteri ekstrak air bunga kecombrang digunakan
kontrol negatif menggunakan akuades steril. Pada pengujian antibakteri terhadap
ekstrak air bunga kecombrang (E. eltior) tidak didapatkan diameter zona hambat,
hal ini dikarenakan aquades tidak dapat menghambat bakteri uji yang digunakan
dalam penelitian.
4.4.3. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Pengujian lebih lanjut setelah penentuan nilai zona hambat bakteri pada
ekstrak air bunga kecombrang adalah dilakukan pengujian konsentrasi hambat
minimum (KHM). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terendah
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji. Menurut Cosentio et al., (1999)
menyatakan bahwa konsentrasi terendah yang dapat menurunkan pertumbuhan
bakteri lebih besar dari 90%. Hasil pengujian KHM ini dapat dilihat pada Tabel 5.
56
Tabel 5. Nilai KHM ekstrak air bunga kecombrang pada bakteri uji.
Jenis bakteri Konsentrasi Ekstrak
Jumlah bakteri (sel/ml) inkubasi 24
jam (Nt)
% Penghambatan = 100% - (Nt/No x
100%) 5 % - - 10 % 2.62 x 106 88.41 % 15 %* 1.44 x 106 95.63 % 20 % 7.3 x 105 96.77 % 25 % 1.23 x 105 99.46
S. aureus
30 % 1.15 x 105 99.5 % 10 % - - 20 % - - 30 % 78 x 105 51.86 % 40 % 18.9 x 105 88.4 % 50 %* 12.3 x 105 92.41 %
E.coli
60 % Tidak tumbuh 100 % *) Nilai KHM = konsentrasi terendah yang dapat menurunkan pertumbuhan
bakteri lebih besar dari 90 %
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai konsentrasi hambat
minimum S. aureus terdapat pada konsentrasi 15% dengan persen penghambatan
95.63%. Sedangkan nilai konsentrasi hambat minimum E. coli terdapat pada
konsentrasi 50% dengan persen penghambatan 92.41%. Nilai persen
penghambatan bakteri S. aureus lebih besar atau konsentrasi ekstrak lebih kecil
dibandingkan dengan bakteri E. coli. Hal tersebut menunjukkan bahwa S. aureus
lebih sensitif dibandingkan E. coli terhadap ekstrak air bunga kecombrang. Oleh
karena itu, aktivitas antibakteri ekstrak bunga kecombrang memiliki daya hambat
yang kuat terhadap S. aureus. Namun aktivitas antibakteri tergantung konsentrasi
yang diberikan, dan perlu dilakukan KHM dari antibiotika standar kloramfenikol
untuk mengetahui kesamaan dari KHM masing-masing.
E. coli merupakan bakteri gram negatif yang memiliki kandungan
peptidoglikan lebih sedikit dan kandungan lipid lebih banyak. Banyaknya
57
kandungan lipid pada E. coli menyebabkan ekstrak air bunga kecombrang tidak
mudah menyerap ke dalam E. coli, sehingga ekstrak air bunga kecombrang tidak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi rendah.
Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) bunga kecombrang
sebelumnya sudah dilakukan oleh Naufalin (2005) dengan ekstrak etil asetat dan
etanol. Pada hasil penelitian ekstrak etil asetat bunga kecombrang menunjukkan
bahwa nilai konsentrasi hambat minimum E. coli terdapat pada konsentrasi 5
mg/ml dengan persentase penghambatan 99,99% dan konsentrasi hambat
minimum S. aureus terdapat pada konsentrasi 12,5 mg/ml dengan persentase
penghambatan 99,36%. Sedangkan hasil penelitian ekstrak etanol bunga
kecombrang menunjukkan bahwa nilai konsentrasi hambat minimum E. coli
terdapat pada konsentrasi 5 mg/ml dengan nilai persentase penghambatan 99.99%
dan S. aureus terdapat pada konsentrasi 12,5 mg/ml dengan persentase
penghambatan 91,36%.
Nilai konsentrasi hambat minimum ekstrak air bunga kecombrang terhadap
S. aureus dan E. coli lebih tinggi jika dibandingkan dengan ekstrak etanol daun
sirih merah. Nilai KHM S. aureus dan E. coli masing-masing adalah 15% dan
50%, sedangkan nilai KHM ekstrak etanol daun sirih merah terhadap S. aureus
dan E. coli adalah 6,25%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak air bunga
kecombrang relatif kurang kuat digunakan sebagai antibakteri.
58
4.5. Analisa GCMS
Untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak air bunga
kecombrang adalah dengan cara analisa GCMS. Hasil yang didapatkan pada
analisa GCMS ini terdapat pada Gambar 15 dan Tabel 6.
Gambar 15. Diagram hasil analisa GCMS
Tabel 6. Hasil identifikasi komponen volatil ekstrak air bunga kecombrang
Berdasarkan data di atas terdapat sedikitnya 6 golongan senyawa utama
yang terkandung dalam ekstrak air bunga kecombrang yaitu: alkohol, alkana,
alkena, asam lemak, ester, dan fenol. Sepuluh diantaranya memiliki luas puncak
yang paling besar yaitu 2,3 butanediol (1) pada retensi 5.18, luas area 2.59, dan
kemiripan 90%, 1-dodekanol (8) pada waktu retensi 11,60, luas area 11,73 dan
kemiripan 95 %, 3-metil-1-okso-2-buten l-(21,41, 51-trihidroksi fenil) (11) pada
waktu retensi 13,02, luas area 3,17 dan kemiripan 57 % serta 1-tetradekena (14)
pada waktu retensi 13,26, luas area 6,03 dan kemiripan 98 %, Hidrazin, (4 –
metilfenil) (19) pada waktu retensi 14.62, luas area 2.71 dan kemiripan 38%,
Dokosan (26) pada waktu retensi 17.00 luas area 2.72 dan kemiripan 98%,
Eikosan (30) pada waktu retensi 18.73, luas area 3.13 dan kemiripan 98%,
61
Oktakosan (38) pada waktu retensi 23.54, luas area 4.58 dan kemiripan 59%, 2-
(N-metil, N-fenilamino) asam benzoik (40) pada waktu retensi 25.19 luas area
5.02 dan kemiripan 50%, Phenol, 4- (3-etil-1H-inden -2-yl) (44) pada waktu
retensi 33.82, luas area 2.58 dan kemiripan 53%.
Golongan senyawa tersebut di atas yang merupakan senyawa antibakteri dan
antioksidan adalah senyawa golongan alkohol dan fenol, contoh senyawa yang
termasuk golongan alkohol adalah 1-Dodekanol dan 2,3 Butanediol (C4H10O2)
sedangkan senyawa yang dianggap golongan fenol yang berpotensi sebagai
antioksidan adalah 3 – metil - 1- okso - 2-buten 1 - (21,41, 51-trihidroksi fenil) dan
Rumus molekul dari ketiga senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar 16.
a) 2,3 Butanediol b) 3 – metil - 1- okso - 2-buten 1 - (21,41, 51-trihidroksi fenil)
c) 1-Dodecanol Gambar 16. Senyawa kimia golongan alkohol (a dan c) dan fenol (b) pada
ekstrak air bunga kecombrang (E. elatior)
Menurut Maulana (2005), Senyawa fenol dalam tanaman dibagi dalam 3
kelompok besar yaitu asam fenol, flavonoid dan tanin. Flavonoid mempunyai
fungsi memberi warna (merah, jingga, kuning dan hijau) dan rasa pada sayur-
sayuran
62
Dari sejumlah penelitian pada tanaman obat dilaporkan bahwa banyak
tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek
antioksidan terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid,
asam fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan
adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang tersubstitusi pada
posisi ortho dan para terhadap gugus –OH dan –OR (Andayani et al., 2008).
Menurut Tamat et al., (2007) menyatakan bahwa senyawa fenol dengan
gugus hidroksil yang terikat pada cicin aromatik merupakaan senyawa yang
efektis sebagai antioksidan karena senyawa tersebut mampu meredam radikal
bebas dengan cara memberikan atom hidrogen (donor proton) dari gugus hidroksil
kepada radikal bebas. Bila diperhatikan aspek toksisitas, maka adanya senyawa
fenol ini menjadikan ekstrak memiliki tingkat toksisitas tinggi. Berdasarkan hasil
uji toksisitas menggunakan metode BSLT ekstrak air bunga kecombrang
diperoleh LC50 yang relatif rendah yaitu 75.94 ppm, hal tersebut menunjukkan
bahwa sifat toksisitas pada ekstrak bunga kecombrang relatif tinggi.
Senyawa fenol selain sebagai antioksidan juga sebagai antibakteri.
Mekanisme kerja komponen bioaktif fenol dapat mengakibatkan lisis sel dan
menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma
dan asam nukleat serta menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel (Sasaki, et
al., 2004).
Dari hasil analisa GCMS golongan senyawa yang termasuk sebagai
antibakteri adalah golongan alkohol. Menurut Boyd (1988) bahwa mekanisme
etanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah mendenaturasi protein dan
63
melarutkan lemak yang terdapat pada dinding bakteri. Alkohol yang digunakan
secara luas adalah etil dan isopropil alkohol. Keduanya bisa melarutkan lemak dan
mempengaruhi aktivitas membran mikrobial dan juga pembungkus lemak pada
virus.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Ekstrak air bunga kecombrang memiliki sifat senyawa aktif berdasarkan uji
BSLT dengan nilai LC50 sebesar 75.94 ppm.
2. Ekstrak air bunga kecombrang memiliki aktivitas antioksidan sebagai bahan
pangan fungsional dengan nilai IC50 61.65 ppm.
3. Estrak air bunga kecombrang memiliki kemampuan sebagai antibakteri
terhadap S. aureus dan E. coli.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan uji antibakteri ekstrak air bunga kecombrang dengan
menggunakan mikroba patogen perusak pangan.
2. Dilakukan uji lanjutan dengan instrumen seperti FTIR, HPLC, NMR dan
HNMR untuk mengetahui senyawa isolat.
65
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, R., Y. Lisawati, dan Maimunah. 2008. penentuan aktivitas, kadar fenolat total dan likopen pada buah tomat (Solanum lycopersicum L). Jurnal Sains dan teknologi farmasi. Vol. 13 : 1 - 9
Ardiyansyah. 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Artikel Iptek.
Akses: 22 April 2010. http//ardiyansyah. multiply.com/journal/item/ 14?&item_id=14&view:replies=reverse
Astawan, M. 2003. Pangan fungsional untuk kesehatan yang optimal. Kompas
Sabtu 23 Maret 2003. Azis dan A. Apdul. 2009. Penentuan Kadar Air dan Ninyak Sawit Mentah (CPO)
Pada Tangki Penyimpan di Pabrik Kepala Sawit PT PN.IV kebun Adolina. Karya Ilmiah Program Diploma-3 Kimia Industri Fakultas MIPA Universitas Sumatra Utara. Medan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2001. Kajian proses standarisasi produk
pangan fungsional di badan Pengawas Obat dan makanan. Lokakarya Kajian Penyusunan Standar Pangan Fungsional. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Blois, MS. 1958. dalam Hanani E, A. Mun’im dan R. Sekarini. 2005. Identifikasi
senyawa antioksidan dalam Spons callyspongia Sp. dari Kepulauan seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2 : 127 – 133.
Boyd dan F. Robert. 1988. General Microbiology. Second Edition. Times
Mirror/Mosby College Publishing. Carballo, JL., ZL. Hernandez-Inda, P. Perez dan MD. Garcia-Gravaloz. 2002.
Comparison between two brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity in marine natural products. BMC Biotechnology. Vol. 2 : 1472-6570.
Chan, E.W.C, Y.Y. Lim dan M. Omar. 2007. Antioxidant and antibacterial
activity of leaves of Etlingera species (Zingiberaceae) in Peninsular Malaysia. Food Chemistry. Vol. 104 : 1586–1593.
Connors, K, 1992. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Jilid I dan II. IKIP
Semarang Press. Semarang. Cosentio, S, C.I.G Tuberoso, B. Pisano, M. Satta, V. Mascia, E. Arzedi dan F.
Palmas. 1999. In-vitro antimikrobial activity and chemical composition of
66
Sardinian thymus essential oils. The society for Applied Microbiology. Vol. 29 : 130-135.
Craig, W.J. 1999. Health-promoting properties of common herbs. Am. J. Clin.
Nutr. Vol : 70 : 491−499. Farrel KT. 1990. Spices Condiments and seasonings. AVI Pubs. Co. Inc.
Westport. Connecticut. Gani, A. 2007. Aktivitas antibakteri ekstrak kasar daun cocor bebek (Kalanchoe
gastonis-bonnieri). Skripsi: Departemen Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Goldberg, I. 1994. Functional Foods, Designer Foods, Pharmafoods,
Nutraceuticals. Chapman & Hall, London. Habsah, M., N.H. Lajis, M.A. Sukari, Y.H.Yap, H. Kikuzaki, N. Nakatani dan
A.M. Ali. 2005. Antitumour-Promoting and Cytotoxic Constituentss of Etlingera Elatior. Malaysian Journal of Medical Sciences, Vol. 12 : 6-12.
Hanani, E., A. Mun’im dan R. Sekarini. 2005. Identifikasi senyawa antioksidan
dalam Spons callyspongia Sp. dari Kepulauan seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. 2 :127 – 133.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia. Penentuan cara modern menganalisis
tumbuhan, Terbitan kedua. ITB, Bandung. Hermanto, S. 2008. Mengenal Lebih Jauh Teknik Analisa Kromatografi dan
Spektrofotometri. Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.
Hernani, Rahardjo dan Mono. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penebar
Swadaya. Jakarta. Hidayat, S.S dan Hutapea Jr. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi I:
440-441. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hostettman. 1991. Methods in plants biochemistry Vol 6. Academy Press. New
York Jaffar, F. M., C.P. Osman, N. H. Ismail dan K. Awang. 2007. Analysis of
essential oils of leaves, stems, flowers and rhizomes of Etlingera Elatior (JACK) R. M. SMITH. The Malaysian Journal of Analytical Sciences, Vol. 11 : 269-273.
67
Jawetz, E., J.L. Melnick dan E.A. Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. edisi-20. Alih Bahasa Edi Nugroho, R.F. maulany. Jakarta. EGC
Jawetz, E., Melnick GE., Adelberg CA. 2001. Mikrobiologi kedokteran. Edisi I.
Diterjemahkan oleh Penerjemah Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Salemba Medika, Surabaya.
Juliantina, F.R., D.A.M Citra, B. Nirwani, T. Nurmasitoh, dan E.T. Bowo.
Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Ssebagai Agen Antibakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.
Juniarti, D. Osmelia, dan Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji
Toksisitas (Brine Shrimp LethalityTest) dan Antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.) Makara Sains. Vol. 13 : 50-54
Kanazawa, A., T. Ikeda., dan T. Endo. 1995. A Novel approach to made of action
on cationic biocides: morfological effect on antibacterial activity. J Appl Bacteriol Vol. 78 : 55-60. dalam Naufalin R (2005) Kajian Sifat Antimikroba Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Khotimah, FK. 2009. Isolasi senyawa aktif antibakteri minyak atsiri bunga
cengkeh (Syzygium aromaticum). Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kurniawan dan I. Sunan. 2006. Pengaruh cara sterilisasi terhadap penguraian
kloramfenikol dalam sediaan tetes mata dengan metode uji dipercepat. Laporan Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Kusmiyati dan N.W.S. Agustini. 2006. Uji aktivitas senyawa antibakteri dari
mikroalga Porphyridium cruentum. Biodiversitas Vol. 8 : 48-53. Lingga, N. 2004. Laporan Kegiatan Training Instrumen GCMS Shimadzu QP
2010 Maulana H. 2005. Pengaruh Ekstrak Benalu Teh (Scurrula oortiana) sebagai
Alternatif Aditif Antibiotik Klortetrasiklin terhadap Titer Antibodi dan serum pada Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Mayer, BNNR dan M.L. Ferrigni. 1982. Brine shrimp a convinient general
bioassay for active plant constituents. Journal of Plant Medical Research. Vol. 45 : 31-34.
68
Milner, J.A. 2000. Functional foods: the US perspective. Am. J. Clin. Nutr. Vol.
71 : 1654−1659 Moyler DA. 1994. Spices Recent Advances. dalam Charambos (edition) Spices,
Herbs and Edible Fungi. Elsevier. Amsterdam. Muflihat, D.A. 2008. Inhibisi Ekstrak Herba Kumis Kucing dan Daun Salam
Terhadap aktivitas Enzim Xantin Oksidase Dwieka. Skripsi. Departemen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Naufalin, R. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Bunga Kecombrang (Nicolaia
speciosa Horan) Terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Nurhayati, A.P.D., N. Abdulgani dan R. Febrianto. 2006. Uji toksisitas ekstrak
Eucheuma alvarezii terhadap Artemia Salina sebagai studi pendahuluan potensi antikanker. Akta Kimindo. Vol. 2 : 41- 46.
Pelczar, M. J. dan E.C.S. Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI Press). Permana, D., N. Hj. Lajis, F. Abas, A. G. Othman, R. Ahmad, M. Kitajama, H.
Takayama dan N. Aimi. 2003, Antioksidative Constituents Of Hedotis Diffusa Wild “., Natural Product Sciences, Vol. 9 : 7 - 9.
Prakash, A., Rigelhof, F., Miller, E., 2001, Antioxidant Activity, Medalliaon
Laboratories Analitycal Progress, Vol 19 : 1 - 6 Prescott, L. M., J. P. Harley dan D. A. Klein. 2002. Microbiology. Sthed. New
York. Mc Graw Hill. Radiati, L. E. 2002. Mekanisme Penghambatan Virulensi Bakteri Enteropatogenik
oleh Ekstrak Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sampoerno dan D. Fardiaz. 2001. Kebijakan dan pengembangan pangan
fungsional dan suplemen di Indonesia. Dalam I. Nuraida dan R.D. Hariyadi (Ed.). Pangan Tradisional Basis Bagi Industri Pangan Fungsional dan Suplemen. Pusat Kajian Makanan Tradisional, Institut Pertanian Bogor, Bogor. hlm. 1−15.
Sampurno. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuahan Obat.
Departemen kesehatan. Jakarta.
69
Sarastani, D., S.T. Soekarto., T.R. Muchtadi., D. Fardiaz dan A. Apriyanto. 2002. Aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi ekstrak biji atung., Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. 13 : 149-156.
Sasaki H., M. Matsumoto, T. Tanaka, Maeda., M. Nakai, S. Hamada, dan T.
Ooshima. 2004. Antibacterial Activity of Poliphenol Component in Oolong Tea Extract against Streptococcus mutans. Journal Caries Research. Vol. 38 : 2 – 8.
Staf Pengajar FKUI. 1993. Mikrobiologi kedokteran, edisi revisi. Jakarta.
Binarupa Aksara. Suhardjo dan C.M. Kusharto. 1987. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Bogor. Pusat
Antariksa Institut Pertanian Bogor kera sama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB.
Sunanti. 2007. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tunggal Bawang Putih (Allium
sativa) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica) terhadap salmonella typhinaria. Skripsi: Departemen Biologi FMIPA Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sunarni, T. 2005. Aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas beberapa
kecambah dari biji tanaman familia Papilinaceae. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 2 : 53-61.
SOD) pada sel-sel ginjal tikus Sprague dawley melalui pewarnaan imonohistokimia polimer peroksidase. BIOMA. Vol. 11 : 33-39.
Sundari D., K. Padmawinata, dan K. Ruslan. 2007. Analisis Fitokimia Ekstrak
Etanol Daging Buah Pare (Momordica Charantia L.). Vol. 16 : 13-19. Supardi dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengelolaan dan Keamanan
Pangan. Bandung: ALUMNI. Tamat, SR., T. Wikanta dan L.S. maulina. 2007. Aktivitas antioksidan dan
toksisitas senyawa bioaktif dari ekstrak rumput laut hijau Ura retikulata Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia., vol 5 : 31-36
Tampubolon, O.T., Suhatsyah S dan S. Sastrapradja. 1983. Penelitian
Pendahuluan Kimia Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan). Risalah Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III. Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.
70
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya dalam Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.
Winarti, C. 2005. Peluang pengembangan minuman fungsional dari buah
mengkudu (Morinda citrifolia L.). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
Zuhra C.F., Br. Juliati., Tarigan dan S. Herlince. 2008. Aktivitas antioksidan
senyawa flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera. Vol. 3 : 7-10
71
Lampiran 1. Skema pembuatan ekstrak air bunga kecombrang
Bunga kecombrang (E. elatior)
Dibersihkan dan dirajang
Dijemur dibawah sinar matahari selama satu minggu (sampai kering)
Dihaluskan dengan grinding mill
Ekstraksi dengan cara maserasi
Filtrat disaring dengan menggunakan kertas saring whatman no. 1
Filtrat dipekatkan dengan vakum evaporator
Dibuat berbagai konsentrasi
72
Lampiran 2. Skema Kerja Penetasan Larva Udang
Disiapkan bejana Bejana disekat menggunakan steoroform menjadi dua ruang (Ruang A dan B) dan diberi
Dimasukan air laut buatan
Ruang A ditutup dengan alumunium foil
Dimasukan telur udang 50 mg ke
ruang A
Dibiarkan selama 48 jam
Larva udang yang akan diuji diambil dengan
pipet
Keterangan: 1) Ruang A = Ruang gelap 2) Ruang B = Ruang terang (ruangan yang disinari lampu untuk menghangatkan
suhu dalam penetasan telur udang.
73
Lampiran 3. Prosedur Uji Senyawa Bioaktif dengan Metode BSLT
74
Lampiran 4. Jumlah Inokulum Bakteri A. Inokulum E. coli
10-4 10-5 10-6
Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 = TBUD Jumlah koloni pada pengenceran 10-5 = 172 Jumlah koloni pada pengenceran 10-6 = 89 Sel/ml Escherichia coli = [ 172 + 89 ] 10-1.10-5 10-1.10-6 =1,62. 107 sel/ml Inokulum yang digunakan adalah : 1,62. 107 sel/ml B. Inokulum S. aureus
10-4 Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 = 226 Sel/ml Stapylococcus aureus = [ 226 ] 10-1.10-4 = 2.26. 107 sel/ml
75
Lampiran 5. Diameter Zona Hambat Ekstrak air Bunga Kecombrang
A. S. aureus
80%
60%
100%
B. E. coli
60% 80%
100%
76
Lampiran 6. Kontrol Positif dan Kontrol Negatif A. Kontrol positif (Kloramfenikol) terhadap bakteri uji
S. aureus E. coli
B. Kontrol Negatif (Akuades) terhadap bakteri uji
S. aureus E. coli
77
Lampiran 7. Data statistik uji BSLT ekstrak air bunga kecombrang Diketahui : r = Ulangan ; t = banyaknya konsentrasi
r = 3 ; t = 6
FK (Faktor koreksi) = 72
db perlakuan = 6
db galat = 12
JK Total = 136
JK perlakuan = 132.67
JK galat = 3.337
KT perlakuan = 26.537
KT galat = 0.28
F hitung = 95.51
F tabel = 3.00
Hipotesis : H0 = tidak ada pengaruh yang nyata dan signifikan
H1 = terdapat pengaruh yang nyata dan signifikan
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan : H0 ditolak dan H1 diterima
” Terdapat pengaruh yang signifikan konsentrasi ekstrak air bunga kecombrang (Etlingera elatior) terhadap kemataian larva Artemia salina Leach”.
78
Lampiran 8. Data statistik uji antibakteri ekstrak air bunga kecombrang A. S. aureus Diketahui :
r = Ulangan ; t = banyaknya konsentrasi
r = 3 ; t = 5
FK (Faktor koreksi) = 1850.815
db perlakuan = 4
db galat = 10
JK Total = 94.981
JK perlakuan = 76.001
JK galat = 18.98
KT perlakuan = 19
KT galat = 1.898
F hitung = 10.01
F tabel = 3.86
Hipotesis ; H0 = tidak ada perbedaan yang nyata dan signifikan
H1 = terdapat perbedaan yang nyata dan signifikan
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan ; H0 ditolak dan H1 diterima
” Terdapat perbedaan yang signifikan untuk Staphylococcus aureus pada diameter
zona hambat ekstrak air bunga kecombrang (Etlingera elatior)”
79
B. E. coli
Diketahui :
r = Ulangan ; t = banyaknya konsentrasi
r = 3 ; t = 5
FK (Faktor koreksi) = 179.57
db perlakuan = 4
db galat = 10
JK Total = 211.88
JK perlakuan = 31.04
JK galat = 80.83
KT perlakuan = 32.76
KT galat = 8.08
F hitung = 4.05
F tabel = 3.86
Hipotesis ; H0 = tidak ada perbedaan yang nyata dan signifikan
H1 = terdapat perbedaan yang nyata dan signifikan
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan ; H0 ditolak dan H1 diterima
” Terdapat perbedaan yang signifikan untuk Staphylococcus aureus aureus pada
diameter zona hambat ekstrak air bunga kecombrang (Etlingera elatior)”
80
Lampiran 9. Surat Keterangan Determinasi Tanaman Kecombrang.