UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) PADA MENCIT BETINA SWISS DENGAN METODE RANGSANG KIMIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Febrina Henny Anggraeni NIM : 068114125 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
109
Embed
UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAMBILOTO · rancangan penelitian acak lengkap pola searah. ... Kata kunci : Andrographis paniculata, nyeri, ... A. Determinasi Tumbuhan Sambiloto
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAMBILOTO
(Andrographis paniculata Nees) PADA MENCIT BETINA SWISS DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Febrina Henny Anggraeni
NIM : 068114125
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2 0 1 0
ii
UJI ANALGETIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAMBILOTO
(Andrographis paniculata Nees) PADA MENCIT BETINA SWISS DENGAN
METODE RANGSANG KIMIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Febrina Henny Anggraeni
NIM : 068114125
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2 0 1 0
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
”Dan telah Kupenuhi dia dengan Roh
Allah, dengan keahlian dan pengertian
dan pengetahuan, dan segala macam
pekerjaan, untuk membuat berbagai
rancangan supaya dikerjakan dari
emas, perak dan tembaga”
Kejadian 31:3-4
karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus yang telah memberikan kekuatan,
bimbingan, semangat, dan kemampuan kepadaku
dalam menyelesaikan skripsi
Papa, mama’ku tercinta dan kakak serta adikku untuk
kasih sayang dan motivasi yang diberikan
Almamaterku
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Uji Analgetik Ekstrak
Etanolik Daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) pada Mencit Betina
Swiss dengan Metode Rangsang Kimia” ini dipersiapkan dan disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat selesai dengan baik atas doa dan dukungan dari berbagai
pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih atas segala dukungannya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat, tuntunan, dan
pertolongan kepada penulis sehingga akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan sesuai dengan rencana-Nya.
2. Bapak Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
mengarahkan serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji atas
kesediaan menguji serta saran-saran yang diberikan dan selaku Kepala
Penanggungjawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi
vii
izin dalam penggunaan fasilitas Laboratorium Farmakologi demi
terselesaikannya skripsi ini.
5. Papa, mama, kakak dan adikku tersayang atas perhatian, dukungan dan
doa yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Riri, Vivin dan Amel atas dukungan, doa dan bantuannya yang diberikan
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Widdy (2005) dan Jimmy (Farmasi UGM) yang telah membantu
memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi.
8. Laboran Laboratorium (Mas Kayat, Mas Parjiman, dan Mas Heru) yang
telah banyak membantu penyediaan sarana dan prasarana penelitian.
9. Mas Pandi (laboran bagian biologi farmasi UGM) yang telah banyak
membantu dalam pembuatan ekstrak.
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekeurangan yang
harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun terhadap skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati.
Yogyakarta, 19 Januari 2010
Penulis
viii
ix
INTISARI
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan salah satu tanamanyang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Kandungan terbesar pada daunsambiloto adalah lakton yang terdiri atas deoxy-andrographolide,andrographolide (zat pahit), neoandro-grapholide, 14-deoxy-11,12didehydroandrographolide, dan homoandrographolide, yang mempunyai aktifitasbiologis, di antaranya adalah efek analgetik. Penelitian ini bertujuan untukmenguji efek analgetik dan besarnya daya analgetik ekstrak etanol daun sambilotopada mencit betina.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni denganrancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakanmencit putih betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram. Mencitdibagi menjadi tujuh kelompok, yaitu kelompok I sebagai kontrol negatifmenggunakan Natrium karboksimetilselulose (CMC-Na) 0,5%, kelompok II-IVsebagai kontrol positif menggunakan suspensi parasetamol dalam natriumkarboksimetilselulose (CMC-Na) 0,5% dengan dosis 45,5 mg/kg BB, 91mg/kgBB, dan 182 mg/kgBB, kelompok V-VII sebagai kelompok perlakuanekstrak etanol daun sambiloto dengan dosis 13 mg/kgBB, 26 mg/kgBB, dan 52mg/kgBB. Bahan uji dan kontrol diberikan secara peroral. Setelah 15 menit,diberikan rangsang kimia asam asetat dengan dosis 100 mg/kgBB yang diberikansecara intraperitonial. Kemudian diamati geliat mencit tiap 5 menit selama 60menit. Jumlah geliat mencit di ubah ke dalam bentuk persentase penghambatangeliat. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan one-sampleKolmogorov-Smirnov tests, one-way Anova tests dan Post Hoc tests (Scheffe)dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil yang diperoleh persen penghambatan geliat pada parasetamol dosis
45,5; 91, 182 mg/kgBB berturut-turut adalah 60,68%; 85,67%; 92,14% dan
ekstrak etanolik daun sambiloto dosis 13, 26, 52 mg/kgBB berturut-turut adalah
65,73%; 82,58%, 89,61%.
Kata kunci : Andrographis paniculata, nyeri, analgetik
x
ABSTRACT
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) is one of plants that can beused as a traditional medicine. Its contains was lakton (deoxy-andrographolide,andrographolide, neoandro-grapholide, 14-deoxy-11,12didehydroandrographolide, dan homoandrographolide), which had analgesiceffect. The research had been done to prove the analgesic effect and analgesicpotency of ethanolic extract of sambiloto’s leaf.
The research was a pure experimental research with one way randomcomplete design. The test subjects were white female swiss mice, the age were 2-3months, and their weight were 20-30 g and separated on 7 groups. Group I as anegative control used natrium carboxymethylcellulose 0,5%. Group II-IV as apositive control used paracetamol suspension in natrium carboxymethylcellulose0,5% which doses were 45,5; 91; 182 mg/kgBB. Group V-VII as groups test usedethanolic extract of sambiloto’s leaf which doses were 13, 26, 52 mg/kgBB.Extract and control were given by oral injection. Fifteen minutes later, acetic acidwas given in mice by intraperitoneal administration, doses 100 mg/kgBB. Thewrithing responds are watched closely and booked every 5 minutes in 60 minutes.The accumulation numbers of the writhing responds are transferred into the formof resistance percentage of writhing protection. The data which is got from thecalculation, later, is analyzed statistically by Kolmogrov-Smirnov, One wayANOVA, and Pos Hoc test (Scheffe) with interval 95%.
By this experiments, percentage of writhing protection in paracetamol at45,5; 91; 182 mg/kgBB were 60,68%; 85,67%; 92,14% and ethanolic extract ofsambiloto’s leaf at 13, 26, 52 mg/kgBB were 65,73%; 82,58%, 89,61%.
15 menit kemudian disuntikan larutan asam asetat 1% dosis 100 mg/kgBB
secara intraperitoneal
Mengamati jumlah geliat setiap 5 menit selama 60 menit
Menghitung persen penghambatan geliat
Menganalisa statistik dengan menggunakan uji one sample Komolgorov-
Smirnov, kemudian dilanjutkan dengan Parametric tests yaitu one-way
Anova test dan dilanjutkan dengan Post-Hoc Scheffe dengan taraf
kepercayaan 95%
41
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari pengamatan berupa jumlah geliat, yang
kemudian diubah dalam bentuk persen daya hambat geliat, dengan rumus :
% penghambatan geliat = 100 - [(P/K) x 100]
Keterangan :P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah perlakuanK = jumlah rata-rata geliat hewan uji kelompok kontrol
Menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan statistik
inferensial kemudian melakukan analisa statistik dengan menggunakan uji one
sample Komolgorov-Smirnov untuk mengetahui terdistribusi data hasil percobaan
normal atau tidak. Jika data telah terdistribusi normal, maka melanjutkan dengan
Parametric tests yaitu one-way Anova test, untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang bermakna antar kelompok uji. Dinyatakan berbeda bermakna bila
signifikan <0,050 dan perbedaan dinyatakan tidak bermakna bila signifikan
>0,050. Apabila signifikan <0,050 maka melanjutkan dengan Post-Hoc Scheffe
dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat lebih jelas makna perbedaan antar
kelompok uji.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tumbuhan Sambiloto
Tumbuhan Sambiloto yang akan digunakan dalam penelitian ini,
dideterminasi terlebih dahulu oleh bagian Laboratorium Biologi Farmasi
Universitas Gadjah Mada. Determinasi dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi
kesalahan terhadap tumbuhan yang akan digunakan dan untuk memperoleh
kepastian bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian adalah berasal dari
tumbuhan yang dimaksud, yaitu spesies Andrographis paniculata Nees. (lampiran
22).
B. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk menetapkan hal-hal yang
akan dilakukan pada pengujian yang sebenarnya sehingga diperoleh data yang
valid.
1. Penetapan kriteria geliat
Penetapan kriteria geliat dilakukan dengan tujuan agar geliat yang
teramati hampir sama sehingga dalam pengamatan lebih mudah dan lebih
spesifik. Kriteria geliat yang ditetapkan adalah apabila mencit menarik
kedua kakinya kebelakang sehingga perut menempel pada alas tempat
pengamatan. Rangsang kimia yang dipakai dalam penelitian ini adalah
asam asetat yang diberikan secara intraperitonial. Pemberian asam asetat
43
dapat mengiritasi jaringan sehingga akan menimbulkan nyeri pada mencit
yang ditunjukkan dalam bentuk geliat.
2. Penetapan dosis asam asetat
Penetapan dosis asam asetat dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh dosis efektif asam asetat yang mampu menimbulkan geliat.
Apabila jumlah geliat tidak terlalu sedikit maka sampel yang memberikan
efek analgetik yang lemah, masih dapat menunjukkan respon pada hewan
uji, namun juga tidak terlalu banyak sehingga memudahkan dalam
pengamatan.
Dalam penelitian ini, digunakan rangsang kimia yang dapat
menyebabkan nyeri adalah asam asetat yang diberikan secara
intraperitonial. Ion H+ yang terdapat pada asam asetat dapat menyebabkan
iritasi pada jaringan lokal sehingga menimbulkan rasa nyeri. Pada
penurunan nilai pH di bawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat
pada kenaikkan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Peningkatan dosis asam
asetat dapat meningkatkan jumlah geliat yang ditimbulkan, karena
peningkatan dosis, maka akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion
H+ yang bersifat iritan sehingga rasa nyeri yang ditimbulkan akan semakin
meningkat dan jumlah geliat akan semakin banyak.
Pada penetapan dosis asam asetat digunakan 3 peringkat dosis
yaitu 50 mg/kgBB, 100mg/kgBB, dan 150 mg/kgBB. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan 4 ekor mencit untuk masing-masing dosis, dan
44
diberikan secara intraperitonial. Pengamatan jumlah geliat mencit
dilakukan setiap 5 menit dalam waktu 60 menit.
Tabel I. Jumlah kumulatif geliat hewan uji pada penetapan dosis efektifasam asetat setiap 5 menit selama 60 menit.
Gambar 4. Diagram batang jumlah kumulatif geliat asam asetatdosis 50 mg/kgBB, 100mg/kgBB dab 150 mg/kgBB
Hasil analisa statistik menunjukkan asam asetat dosis 50mg/kgBB
menghasilkan jumlah geliat berbeda bermakna dengan asam asetat dosis
100mg/kgBB dengan nilai p = 0,003 dan juga berbeda bermakna dengan
asam asetat dosis 150mg/kgBB dengan nilai p = 0,000, namun jumlah
geliat yang dihasilkan asam asetat dosis 50mg/kgBB masih terlalu sedikit,
untuk asam asetat dosis 100mg/kgBB menunjukkan jumlah geliat tidak
Dosis asam asetat(mg/kgBB)
Jumlah kumulatif geliat
50 38,5 ± 3,873100 79 ± 17,720150 102 ± 8,602
45
berbeda bermakna dengan asam asetat dosis 150mg/kgBB, sehingga dapat
digunakan asam asetat dosis 100mg/kgBB. Dosis asam asetat 100
mg/kgBB sudah dapat memberikan rangsang nyeri yang cukup baik, oleh
karena itu dosis asam asetat 100 mg/kgBB dipilih untuk uji selanjutnya.
3. Penetapan dosis parasetamol dan ekstrak etanolik daun sambiloto
Pada penelitian ini digunakan parasetamol sebagai kontrol positif,
karena parasetamol sudah terbukti memiliki efek analgetik yang secara
luas telah digunakan dalam masyarakat. Kontrol positif digunakan sebagai
pembanding terhadap zat yang akan di uji sehingga dapat diketahui potensi
zat uji dalam memberikan efek analgetik. Dalam penelitian ini, uji daya
analgetik dilakukan dengan metode rangsang kimia yang merupakan uji
golongan non narkotik, sehingga kontrol positif yang digunakan juga harus
obat yang memiliki daya analgetik dan termasuk dalam golongan obat
analgetika non narkotik.
Dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis terapi
parasetamol, yaitu 500mg/50kgBB, sedangkan dosis untuk manusia 70 kg
adalah 70kg/50kg x 500mg = 700 mg/70kgBB, kemudian dikonversikan
kedalam dosis mencit dengan berat badan 20 gram adalah 0,0026 x
700mg/70kgBB = 0,182 mg/ 20 gBB mencit, dan diubah satuannya
menjadi mg/kgBB menjadi 91 mg/kgBB. Nilai 0,0026 adalah nilai faktor
konversi dari manusia Eropa dengan berat badan 70 kg ke mencit dengan
berat badan 20 gram menurut tabel konversi. Dosis yang digunakan
46
adalah 3 peringkat dosis, yang ditentukan dari setengah kali dosis terapi
(45,5 mg/kgBB) sebagai dosis rendah, dosis terapi (91 mg/kgBB) sebagai
dosis sedang, dan dua kali dosis terapi (182 mg/kgBB) sebagai dosis
tinggi. Penggunaan 3 peringkat dosis akan didapatkan 3 titik yang akan
dihubungkan menjadi satu garis, dan dibandingkan dengan 3 peringkat
dosis ekstrak etanol daun sambiloto, apabila sejajar maka mekanisme
kerjanya hampir sama, namun dalam penelitian, 3 peringkat dosis ekstrak
etanol daun sambiloto tidak linear, sehingga hasilnya tidak sejajar dengan
kontrol positif.
Dosis ekstrak daun sambiloto yang digunakan dalam penelitian ini,
dipilih dosis yang berefek analgetik dari hasil orientasi. Pada awal
penentuan dosis yang digunakan adalah 3 peringkat dosis yang ditentukan
sesuai dengan penentuan dosis parasetamol, yaitu dosis rendah 6,5
mg/kgBB, dosis sedang, 13 mg/kgBB, dan dosis tinggi 26 mg/kgBB,
namun dari hasil orientasi dosis 6,5 mg/kgBB menunjukkan persen
penghambatan geliat < 50%, sehingga peringkat dosis diganti menjadi
dosis rendah 13 mg/kgBB, dosis sedang, 26 mg/kgBB, dan dosis tinggi 52
mg/kgBB.
Parasetamol dan ekstrak etanol daun sambiloto disuspensikan
dalam CMC-Na 0,5% dan diberikan pada hewan uji secara peroral.
47
4. Penetapan selang waktu pemberian antara parasetamol dengan
rangsang asam asetat
Penetapan selang waktu pemberian parasetamol dan asam asetat
bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh parasetamol
untuk memberikan efek analgetik secara optimal. Efek analgetik yang
optimal dapat ditunjukkan dari jumlah geliat yang semakin sedikit pada
selang waktu tertentu.
Pengujian menggunakan parasetamol dosis 91 mg/kgBB dan
diberikan secara peroral dan asam asetat dosis 100 mg/kgBB yang
diberikan secara intraperitonial pada selang waktu 5, 15, dan 30 menit.
Jumlah kumulatif geliat dari masing-masing kelompok perlakuan
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif untuk
mengetahui persen penghambatan geliat.
Tabel II. Jumlah kumulatif geliat dan persentase penghambatan geliat padapenetapan selang waktu pemberian parasetamol dosis 91mg/kgBB dan asam asetat dosis 100 mg/kgBB
Gambar 5. Diagram batang persen penghambatan geliatparasetamol rentang waktu 5 menit, 15 menit dan 30 menit
Jumlah geliat yang dihasilkan dari tiga kelompok perlakuan,
diubah menjadi persen penghambatan geliat, kemudian dianalisis
menggunakan oneway-Anova. Dari hasil analisis tersebut diperoleh
probabilitas lebih kecil dari 0,05, yaitu 0,000, yang menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna diantara masing-masing kelompok perlakuan.
Selang waktu yang dipilih adalah 15 menit karena pada waktu ini, jumlah
geliat paling sedikit, sehingga dapat diasumsikan pada selang waktu 15
menit, parasetamol dapat memberikan efek analgetik yang optimal yang
ditunjukkan dengan nilai persen penghambatan geliat yang paling besar.
C. Efek dan Daya Analgetik Ekstrak Etanolik Daun Sambiloto
Pengujian efek dan daya analgetik ekstrak etanolik daun sambiloto
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek analgetik pada ekstrak daun
sambiloto dan seberapa besar daya analgetik yang dimiliki oleh ekstrak daun
sambiloto. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode rangsang kimia.
49
Metode ini dipilih karena sederhana, mudah dilakukan, dan peka untuk pengujian
senyawa-senyawa yang memiliki daya analgetik lemah.
Dalam penelitian ini digunakan hewan uji yaitu mencit putih betina galur
Swiss, usia 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram, dan sebelum pengujian dilakukan
hewan uji dipuasakan ±24 jam, dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh
makanan pada hasil pengujian.
Pengujian efek analgetik dilakukan sesuai dengan hasil dari uji
pendahuluan, sehingga seluruh uji pendahuluan harus selesai terlebih dahulu. Pada
pengujian ini kontrol negatif yang digunakan adalah CMC-Na 0,5%, kontrol
positifnya adalah parasetamol dengan dosis 45,5 mg/kgBB, 91 mg/kgBB, dan 182
mg/kgBB, kelompok perlakuan diberikan ekstrak daun sambiloto dengan dosis 13
mg/kgBB, 26 mg/kgBB, dan 52 mg/kgBB. Pengujian ini dilakukan dengan
rangsang kimia, yaitu asam asetat dosis 100 mg/kgBB. Keberadaan asam asetat
akan menyebabkan nyeri karena dapat mengiritasi jaringan lokal karena adanya
pembebasan ion H+ dari asam asetat sehingga terjadi penurunan pH jaringan dan
timbul perlukaan/iritasi pada jaringan.
Adanya geliat menunjukkan bahwa mencit mengalami nyeri. Geliat
diamati setiap 5 menit selama 60 menit. Data jumlah geliat kemudian diubah
kedalam bentuk persen penghambatan geliat menurut persamaan Hendersoth-
Forsaith, kemudian dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji one
sample Komolgorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal
atau tidak. Jika data telah terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji
statistik anova satu arah. Anova satu arah digunakan untuk mengetahui apakah
50
ada perbedaan yang bermakna antar kelompok uji. Dinyatakan berbeda bermakna
bila signifikan <0,050 dan perbedaan dinyatakan tidak bermakna bila signifikan
>0,050. Apabila signifikan <0,050 maka dilanjutkan dengan Post-Hoc Scheffe
dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat lebih jelas makna perbedaan antar
kelompok uji.
Tabel III. Persen penghambatan geliat parasetamol dosis 45,5mg/kgBB,91mg/kgBB, 182mg/kgBB, dan ekstrak etanolik daunsambiloto dosis 13mg/kgBB, 26mg/kgBB,dan 52mg/kgBB.
Dari hasil persen penghambatan geliat, kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji one sample Komolgorov-Smirnov untuk mengetahui data hasil
percobaan terdistribusi normal atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan uji one-
way Anova test. Dari hasil analisis tersebut diperoleh probabilitas lebih kecil dari
0,05, yaitu 0,000, yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna diantara
masing-masing kelompok perlakuan, lalu dilanjutkan dengan Post-Hoc Scheffe
dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat lebih jelas makna perbedaan antar
Kelompok perlakuan( mg/kgBB)
Persen penghambatangeliat (mean ± SD)
(%)
p
Kontrol negatif 0 ± 16,82
Parasetamol 45,5 60,68 ± 10,34
Parasetamol 91 85,67 ± 5,38
Parasetamol 182 92,14 ± 3,31
Ekstrak daun sambiloto 13 65,73 ± 12,49
Ekstrak daun sambiloto 26 82,58 ± 9,47
Ekstrak daun sambiloto 52 89,61 ± 6,69
0,000
51
kelompok uji. Dari hasil Post-Hoc dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang
bermakna dalam persen penghambatan geliat antara peringkat dosis parasetamol
45,5 mg/kgBB dengan dosis parasetamol 182 mg/kgBB, yang ditunjukkan dengan
nilai p<0,05, yaitu 0,021, sedangkan untuk dosis parasetamol 45,5mg/kgBB
dengan 91mg/kgBB tidak ada perbedaan yang bermakna dalam persen
penghambatan geliat, ditunjukkan dengan nilai p>0,05 yaitu 0,107, untuk dosis
parasetamol 91mg/kgBB dengan 182mg/kgBB tidak ada perbedaan yang
bermakna dalam persen penghambatan geliat, ditunjukkan dengan nilai p>0,05
yaitu 0,990. Dosis ekstrak daun sambiloto antara dosis 13mg/kgBB, 26mg/kgBB
dan 52mg/kgBB tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dalam
persen penghambatan geliat. Dosis ekstrak daun sambiloto 13mg/kgBB dan
26mg/kgBB dibanding dengan 3 peringkat dosis parasetamol, tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna dalam persen penghambatan geliat. Namun, untuk
ekstrak daun sambiloto dosis 52mg/kgBB dibanding dengan parasetamol dosis
45,5mg/kgBB berbeda bermakna ditunjukkan dengan nilai p<0,05, yaitu 0,041.
Gambar 6. Diagram batang perbandingan kontrol negatif, parasetamoldosis 45,5mg/kgBB, 91mg/kgBB, 182mg/kgBB denganEkstrak daun sambiloto dosis 13 mg/kgBB, 26mg/kgBB,52mg/kgBB
52
Tabel IV. Hasil analisis persen penghambatan geliat parasetamol dosis45,5mg/kgBB, 91mg/kgBB, 182mg/kgBB, dan ekstrak etanoldaun sambiloto dosis 13mg/kgBB, 26mg/kgBB,dan52mg/kgBB.
Dosisdalam
mg/kgBB
Kontrolnegatif
Pctdosis45,5
Pctdosis
91
Pctdosis182
EEDSdosis
13
EEDSdosis
26
EEDSdosis
52
Kontrolnegatif
BB BB BB BB BB BB
Pct dosis45,5
BB BTB BB BTB BTB BB
Pct dosis91
BB BTB BTB BTB BTB BTB
Pct dosis182
BB BB BTB BTB BTB BTB
EEDSdosis 13
BB BTB BTB BTB BTB BTB
EEDSdosis 26
BB BTB BTB BTB BTB BTB
EEDSdosis 52
BB BB BTB BTB BTB BTB
Keterangan:
Pct = ParasetamolEEDS = Ekstrak Etanol Daun SambilotoBB = Berbeda BermaknaBTB = Berbeda Tidak Bermakna
Dari hasil dosis ekstrak daun sambiloto vs persen penghambatan geliat
diperoleh nilai regresi linear adalah 0,912 dan hasil regresi linear untuk log dosis
53
ekstrak daun sambiloto vs persen penghambatan geliat adalah 0,973. Untuk N-2
(4-2 = 2) dengan taraf kepercayaan 95%, nilai rtabel > 0,998, sehingga dari hasil
tersebut dapat dinyatakan tidak linear karena nilai r kurang dari r tabel, maka
mekanisme kerja senyawa uji berbeda dengan mekanisme kerja kontrol positif.
Menurut Vogel (2002), pada metode rangsang kimia, suatu zat dikatakan
mempunyai efek analgetik maksimal jika dapat menghambat jumlah geliat pada
hewan uji > 70%, sedangkan zat yang dapat menghambat jumlah geliat < 70%
dikatakan mempunyai efek analgetik minimal, sedangkan efek analgetik pada
metode rangsang kimia, dinyatakan bahwa adanya efek analgetik dinyatakan oleh
nilai persen penghambatan geliat > 50% (Anonim, 1991).
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa kontrol negatif CMC-Na 0,5% tidak memiliki persen penghambatan geliat
karena kelompok ini tidak memiliki efek analgetik dan digunakan sebagai
pembanding untuk mengetahui nilai persen penghambatan geliat. Kelompok
kontrol positif dan ekstrak daun sambiloto menunjukkan adanya efek analgetik
yang dapat dilihat dari nilai persen penghambatan geliat dengan kelompok kontrol
negatif. Ekstrak daun sambiloto dosis 13 mg/kgBB memiliki efek analgetik
minimal, yang ditunjukkan oleh daya hambat geliat sebesar 65,73%, ekstrak daun
sambiloto dosis 26 mg/kgBB memiliki efek analgetik maksimal, dengan daya
hambat geliat sebesar 82,58%, dan ekstrak daun sambiloto dosis 52 mg/kgBB
memiliki efek analgetik maksimal dengan daya hambat geliat sebesar 89,61%.
Ekstrak etanol daun sambiloto mengandung andrografolid yang memiliki
aktivitas sebagai analgetika, dengan mekanisme peningkatan kadar betaendorfin.
54
Betaendorfin dapat dijumpai dalam hipotalamus dan kelenjar hipofise.
Betaendorfin merupakan suatu pereda nyeri dengan menghambat pelepasan
substansi P. Substansi P merupakan mediator nyeri yang bertugas meningkatkan
sensitivitas ujung-ujung serabut nyeri. Adanya betaendorfin, maka betaendorfin
akan mengikat reseptor pada serabut saraf aferen primer dan serabut saraf di
kornu dorsalis sehingga pelepasan substansi P dihambat dengan mekanisme pre
dan post sinaps, oleh sebab itu akan terjadi penurunan sensitivitas ujung-ujung
serabut nyeri.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil uji analgetik ekstrak etanolik daun sambiloto pada mencit putih
betina galur Swiss dengan metode rangsang kimia dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak etanolik daun sambiloto (Andrographis paniculata) mempunyai efek
analgetik pada mencit putih betina galur Swiss.
2. Daya analgetik ekstrak etanolik daun sambiloto (Andrographis paniculata)
pada dosis 13 mg/kgBB, 26 mg/kgBB, dan 52 mg/kgBB secara beturut-turut
adalah 65,73%, 82,58% dan 89,61%.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian uji analgetik ekstrak etanolik daun sambiloto
(Andrographis paniculata) pada mencit putih betina galur Swiss dengan metode
rangsang kimia dapat disarankan :
1. Perlu dilakukan uji daya analgetik ekstrak etanolik daun sambiloto dengan
metode yang spesifik untuk nyeri pusat (metode lempeng panas).
2. Perlu dilakukan standarisasi ekstrak.
56
Daftar Pustaka
Aliadi, A., 1996, Tanaman Obat Pilihan, 227-228, Yayasan Sidowayah, Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, 9, 37 , Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 10-15, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.
Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan PengujianKlinik, 49, Yayasan Pengembangan Obat Bahan AlamiPhytomedika, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 7, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Vol I, 83-85,Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Baumann T.J., 2005, Pain Management, dalam Dipiro J.T., Talbert R.L., YeeG.C.,Matzke G.R., Wells B.G., Posey L.M. (Eds), Pharmacotherapy : APathophysiologic Approach, 6th edition, 1089-1091, Appleton &Lange, United States of America.
Budavari, S., O’neil, M.D., Smith, A., dan Heckelman, P.Z., 1989, The MerckIndex: An Encyclopedia of Chemical Drugs and Biologicals, 11th
edition, 100, Merk and Co., Inc., USA.
Guyton, A.C., dan Hall, 1996, Text book of Medical Physiology, diterjemahkanoleh Tengadi, I., Santosa, A., edisi 9, 761-774, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta.
Indirawati, I., 2004, Daya Hambat Ekstrak Etanol Herba Sambiloto(Andrographis paniculata (Burm.f) Nees) terhadap PertumbuhanPlasmodium berghei in vivo, Skripsi, Jurusan Farmasi FakultasFarmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 35
Irawati, V.I.D., 2003, Toksisitas Akut Infus Daun Sambiloto (Andrographispaniculata Nees) pada Artermia salina Leach, Skripsi, JurusanFarmasi Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta, 34
Kardono, Artanti, Dewiyanti, dan Basuki, 2003, Selected Indonesian MedicalPlants : Monographs and Descriptions, 116-135, PT. GramediaWidiasarana Indonesia, Jakarta.
57
Katzung, B.G., 1987, Farmakologi Dasar dan Klinik, 297-299, 484, PenerbitSalemba Medika, Jakarta.
Maharani, Y.S., 2004, Uji Efek Analgetik Infusa Daun Sambiloto (Andrographispaniculata Nees) pada Mencit Putih Betina dengan MetodeLempeng Panas, Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas MIPA,Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 46
Mahendra, B, 2005, 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh, 95-97, Penebar Swadaya,Jakarta.
Muhlisah, F., 2000, Tanaman Obat Keluarga, 1-3,68-69, Penebar Swadaya,Jakarta.
Mutschler, E., 1986, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi,177-180, diterjemahkan oleh Widianto MB dan Ranti, A.S.,Penerbit ITB, Bandung.
Oematan, M.M., 2000, Efek Antibakteri Infus Herba Andrographis paniculataNees (Sambiloto) terhadap bakteri Salmonella thypimurium danStaphylococcus aureus, Skripsi, Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi,Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 50
Potter, P.A., dan Perry, A.G., 2005, Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik, 1502-1533, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suroto dan Purwanto,C., 2004, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Saraf, 80-86, BEMFakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat penggunaan danEfek-Efek Sampingnya, Edisi 5, Cetakan ke-1, PT. Elex MediaKomputindo Gramedia, Jakarta.
Turner, R.A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Vol I, 100-117,Academic Press, New York.
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery Evaluation: Pharmacological Assays,671,672,716, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, New York.
Wilmana, P. F., dalam Ganiswara, Sulistia G., 2005, Farmakologi dan Terapi,edisi IV, 214-215, Penerbit Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia, Jakarta.
58
Lampiran 1. Foto geliat mencit yang diberikan rangsang kimia