i UNIVERSITAS INDONESIA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Premna oblongata Miq. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF SKRIPSI ATIKA BENDRA 0806364441 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI DEPOK JULI 2012 Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
82
Embed
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Premna oblongata ... Bendra.pdf · GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF ... Gambar 4.2 Hasil Uji Kualitatif Fraksi Ekstrak Gabungan .....
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
UNIVERSITAS INDONESIA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Premna oblongata Miq. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI
GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF
SKRIPSI
ATIKA BENDRA 0806364441
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI
DEPOK JULI 2012
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN Premna oblongata Miq. DENGAN METODE DPPH DAN IDENTIFIKASI
GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ATIKA BENDRA 0806364441
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI EKSTENSI FARMASI
DEPOK JULI 2012
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada
Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Dr. Katrin, M.S. selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,
pikiran, tenaga, dan ilmu untuk membimbing penulis selama proses
penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
(2) Ibu Dr. Dra. Nelly Dhevita Leswara, M.Sc., Apt selaku pembimbing
akademis yang telah membimbing saya selama mengikuti perkuliahan di
Farmasi FMIPA UI.
(3) Ibu Dra. Azizahwati, M.S., selaku ketua Program Ekstensi Departemen
Farmasi FMIPA UI.
(4) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., M.S., selaku ketua Departemen
Farmasi FMIPA UI.
(5) Seluruh staf dan dewan pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas
bantuan dan bimbingannya selama mengikuti perkuliahan.
(6) Papa, mama, dan adik tercinta, serta keluarga besar H. Muhammad Zen
dan Mukhtar Jalal, yang selalu melimpahkan kasih sayang, dukungan,
harapan, semangat dan do’a.
(7) Teman-teman mahasiswa Program Sarjana Ekstensi, Reguler, dan Paralel
Departemen Farmasi FMIPA UI atas bantuan dan kerjasamanya selama
penyusunan skripsi ini.
(8) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
vii
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang
berlipat ganda. Akhir kata, saya berharap semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
2012
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
ix
ABSTRAK
Nama : Atika Bendra Program Studi : Ekstensi farmasi Judul : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna
oblongata Miq. dengan Metode DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari Fraksi Teraktif
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghilangkan dan menahan pembentukan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya sehingga sangat reaktif untuk mendapatkan pasangan elektron dengan mengikat sel-sel tubuh. Apabila hal tersebut terjadi secara terus menerus, ini dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dua macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik dikhawatirkan dapat memberi efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik. Kekhawatiran akan adanya kemungkinan efek samping dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif. Indonesia memiliki keanekaragaman tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan alami. Pada penelitian ini, dilakukan uji aktivitas antioksidan dari fraksi ekstrak daun cincau perdu (Premna oblongata Miq.). Pengujian dilakukan dengan metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH). Daun Premna oblongata Miq. diekstraksi dengan n-heksan, etil asetat, dan metanol. Ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi difraksinasi dengan kromotografi kolom dipercepat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang paling aktif adalah ekstrak metanol dengan nilai IC50 sebesar 20.01 µg/ml. Selanjutnya ekstrak teraktif difraksinasi dengan kromotografi kolom dipercepat, dan didapatkan 6 fraksi gabungan. Hasil penggabungan fraksi masing-masing diuji aktifitas antioksidannya, dan diperoleh fraksi 5 sebagai fraksi teraktif dengan nilai IC50 sebesar 23.51 µg/ml. Golongan senyawa pada fraksi teraktif adalah flavonoid, glikon, saponin, dan tanin. Kata Kunci : DPPH., Premna oblongata Miq., Cincau perdu xv + 63 halaman : 14 gambar; 5 tabel; 13 lampiran Daftar Acuan : 31 ( 1958-2011)
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
x
ABSTRACT
Name : Atika Bendra Study Program : Ekstensi farmasi Title : Antioxidant Activity Test of Extract of Premna
oblongata Miq. Leaf with the DPPH method and Identification of Chemical Compounds Type of the most active Faction
Antioxidants are compounds which can remove and resist free radical formation in the body. Free radical are unstable molecules which is caused by its unpaired free electron in the outer electron orbital which make it reactively bind body cells to gain the electron pair. if this continuously happens, the cells will be damaged and can cause death cells. For its sources, antioxidants are categorized as natural and synthetic antioxidants. Synthetic antioxidants’s carcinogenicity is faired to give harmful side effects to human healthy, which causes natural antioxidants become chosen alternative as antioxidant sources. Indonesia has many kinds of plants which can be used as antioxidant sources. This study is focused on antioxidant activity of Cincau Perdu leaves extract (Premna oblongata Miq.) by 1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) assay. Premna oblongata Miq. leaves is extracted using n-hexane, ethyl acetate and methanol. The IC50 value of ethanol extract as the most active fraction was 20.01 µg/mL. The extract which had the highest antioxidant activity were fractinated by accelerated column chromatography and were earned 6 combination factions. The antioxidant activity of combination fractions were tested by DPPH assay and known having 5 active fractions whose the lowest IC50 value was 23.51 µg/mL. The compounds of the active fractions were flavonoid, glikon, saponin and tanin.
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... viii ABSTRAK……………. ................................................................................. ix ABSTRACT……….. ...................................................................................... x DAFTAR ISI………………………………………………………………. .. xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 1.3. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 14 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitan ............................................................. 14 3.2. Alat ................................................................................................... 14 3.3. Bahan ................................................................................................ 14 3.4. Cara Kerja ......................................................................................... 15
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
xii
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23
DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 31
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Premna oblongata Miq. ........................................................... 33 Gambar 2.2 Reaksi antioksidan dengan radikal DPPH…………………... 12 Gambar 3.1 Penguap vakum putar (Rotary evaporator Buchi) ................... 34 Gambar 3.2 Spektrofotometer UV-Vis ......................................................... 34 Gambar 4.1 Ekstrak Hasil Ekstraksi ............................................................ 35 Gambar 4.2 Hasil Uji Kualitatif Fraksi Ekstrak Gabungan ......................... 36 Gambar 4.3 Spektrum serapan larutan DPPH .............................................. 37 Gambar 4.4 Identifikasi golongan senyawa alkaloid fraksi 5 ...................... 38 Gambar 4.5 Identifikasi golongan senyawa flavonoid fraksi 5 ................... 39 Gambar 4.6 Identifikasi golongan senyawa glikon fraksi 5 ........................ 40 Gambar 4.7 Identifikasi golongan senyawa antrakinon fraksi 5 .................. 41 Gambar 4.8 Identifikasi golongan senyawa saponin fraksi 5....................... 42 Gambar 4.9 Identifikasi golongan senyawa tanin fraksi 5 ........................... 43 Gambar 4.10 Identifikasi golongan senyawa terpen fraksi 5 ......................... 44
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Rendemen Ekstrak Daun Premna Oblongata Miq. .................. 45 Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna Oblongata Miq .................................................................................................... 46 Tabel 4.3 Berat Fraksi Ekstrak Hasil Fraksinasi Kolom Dipercepat ............. 47 Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Metanol
Premna Oblongata Miq. ................................................................ 48 Tabel 4.5. Identifikasi golongan kimia fraksi teraktif ..................................... 50
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil determinasi sampel Premna oblongata Miq. .................. 51 Lampiran 2. Skema ekstraksi dan fraksinasi sampel Premna oblongata Miq .......................................................................................... 52 Lampiran 3. Kurva hubungan konsentrasi kuersetin dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 53 Lampiran 4. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak heksan dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 54 Lampiran 5. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak etil asetat dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 55 Lampiran 6. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak metanol dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 56 Lampiran 7. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 1 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 57 Lampiran 8. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 2 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 58 Lampiran 9. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 3 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 59 Lampiran 10. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 4 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 60 Lampiran 11. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 5 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 61 Lampiran 12. Kurva hubungan konsentrasi fraksi gabungan 6 dalam berbagai konsentrasi dengan % peredaman DPPH ................................. 62 Lampiran 13. Sertifikat Analisis DPPH .......................................................... 63
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini dunia kesehatan banyak membahas tentang radikal bebas
dan antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit diawali oleh
adanya reaksi oksidasi yang berlebihan didalam tubuh. Reaksi oksidasi dapat
terjadi setiap saat. Reaksi ini mencetuskan terbentuknya radikal bebas yang sangat
aktif, yang dapat merusak struktur dan fungsi sel.
Radikal bebas adalah suatu senyawa atom atau molekul yang mengandung
satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak
berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan,
dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya.
Radikal bebas sangat berbahaya dikarenakan tingginya reaktivitasnya yang
mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa radikal baru
tersebut bertemu dengan molekul lain, maka akan terbentuk radikal baru lagi dan
seterusnya hingga terjadi reaksi berantai.
Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan
komponen-komponen sel, baik komponen struktural meliputi molekul-molekul
penyusun membran maupun komponen fungsional meliputi protein, enzim-enzim,
dan DNA (Hidajat, 2005). Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan,
beberapa logam misalnya besi dan tembaga, asap rokok, polusi udara, obat, bahan
beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet matahari
yang menyebabkan radiasi. Reaktifitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh
sistem antioksidan yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh (Winarsi,
2007).
Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi molekul
yang dapat menghasilkan radikal bebas (Rajnarayana, Ajitha, Gopireddy, dan
Giriprasad, 2011). Antioksidan telah secara luas digunakan untuk melindungi
makanan dari degradasi oksidatif. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dua
macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik (buatan). Antioksidan
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
2
Universitas Indonesia
sintetik yang paling sering digunakan adalah Propil Galat (PG), Butylated
Hydroxyanisole (BHA), Butylated Hydroxytoluene (BHT) dan Tert-
butylhydroquinone (TBHQ). Antioksidan sintetik ini dikhawatirkan dapat
memberi efek samping yang berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat
karsinogenik. Berbagai studi mengenai BHA dan BHT menunjukkan bahwa
komponen ini dapat menimbulkan tumor pada hewan percobaan pada
penggunakan dalam jangka panjang (Andarwulan, Wijaya, dan Cahyono, 1996).
Kekhawatiran akan adanya kemungkinan efek samping dari antioksidan
sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif. Antioksidan alami
mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa oksigen
reaktif, menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat
peroksidasi lipid pada makanan (Sunarni, 2005). Antioksidan alami perlu
dikembangkan untuk memperoleh antioksidan yang lebih aman dikonsumsi.
Di Indonesia terdapat empat jenis tanaman cincau, yaitu cincau hijau
(Cyclea barbata), Cincau Perdu (Premna oblongata Miq.), cincau minyak
(Stephania hermandifolia), dan cincau hitam (Mesona palustris). Cincau yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah cincau hijau, cincau perdu, dan
cincau hitam (Pitojo dan Sumiati, 2005). Berdasarkan yang telah ada, diketahui
bahwa tanaman cincau hijau (Cyclea barbata) mengandung alkaloid 0,98% dan
fenol total 2,21%. Alkaloid bisbenzilisokuinolin dari akar cincau hijau
mempunyai aktifitas sitotoksik, sangat potensial sebagai kemoprotektif serta
bersifat sebagai antioksidan (Zakaria, 1996). Penelitian lainnya menunjukkan
bahwa daun cincau perdu (Premna oblongata Miq.) memiliki kandungan klorofil
tertinggi dibandingkan pegagan (Centella asitica), daun katuk (Saurpus
androgynus Merr), dan daun murbei (Morus alba L) (Nurdin, Kusharto, Tanziha,
dan Januwati, 2009).
Pada penelitian ini, dilakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi
Premna oblongata Miq. serta identifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi
teraktif. Aktivitas antioksidan Premna oblongata Miq. diuji dengan
menggunakan metode DPPH (1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil). Metode DPPH
memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
3
Universitas Indonesia
DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna
ungu gelap (Molyneux, 2004).
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai
cincau perdu (Premna oblongata Miq.) sebagai sumber antioksidan alami yang
baru, dan memberi nilai tambah bagi cincau perdu yang telah banyak dikonsumsi
masyarakat sebagai bahan pangan.
1.2 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daun Premna oblongata Miq.
b. Mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi paling aktif daun Premna
oblongata Miq.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil uji aktivitas antioksidan pada Premna oblongata Miq. diharapkan
dapat menambah informasi dan mendukung penggunaan Premna oblongata Miq.
sebagai antioksidan.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
4
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Premna oblongata Miq.
2.1.1 Klasifikasi (Backer dan Brink, 1965)
Tumbuhan Premna oblongata Miq. secara taksonomi memiliki klasifikasi
ilmiah sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Lamiales
Suku : Verbenaceae
Marga : Premna
Jenis : Premna oblongata Miq.
Sinonim : Premna oblongifolia Merr.
2.1.2 Morfologi
Tanaman cincau perdu ( Premna oblongata Miq.) adalah tanaman asli
Indonesia dan mempunyai nama lain diantaranya Camcao, Juju, Kepleng (Jawa),
Camcauh, dan Tahulu (Sunda). Tumbuhan ini berkembang subur di dataran rendah
sampai daerah dengan ketinggian 800 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini
tumbuh menyebar di daerah Jawa Barat (sekitar Gunung Salak, Batujajar,
Ciampea, dan Ciomas), Jawa Tengah (Gunung Ungaran, Gunung Ijen), Sulawesi,
Bali, Lombok, dan Sumbawa. Tanaman cincau sering ditemukan tumbuh sebagai
tanaman liar, tetapi ada juga yang sengaja dibudidayakan di pekarangan rumah.
Batang Premna oblongata Miq. tidak menjalar atau merambat seperti
Cyclea barbata, melainkan tegak seperti batang tanaman pada umumnya. Daun
berbentuk bulat telur, panjang daun lebih dari 1,5 kali lebarnya dengan tulang
daun agak besar (Backer dan Brink, 1965). Daun Premna oblongata Miq. secara
tradisional dimanfaatkan sebagai pembuat makanan sejenis agar-agar yang banyak
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
5
Universitas Indonesia
dijual sebagai bahan pengisi minuman es cincau yang berkhasiat sebagai penyejuk
perut, menurunkan panas dan menanggulangi gangguan pencernaan (Pitojo, 2008).
Gambar 2.1.
2.2 Simplisia (Departeman Kesehatan RI, 1995)
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia
nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral).
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat
berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan dan madu. Simplisia pelikan
atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
2.3 Ekstrak (Farmakope Indonesia, 1995)
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi
dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena
panas.
2.4. Ekstraksi (Parameter Standar, 2000)
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak terlarut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstraksi mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat larut dan
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
6
Universitas Indonesia
senyawa aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-
lain.
Untuk mengekstraksi bahan alam, terdapat sejumlah metode menggunakan
pelarut organik atau pelarut yang mengandung air yang dapat diterapkan. Pada
ekstraksi cair-padat bahan tanaman mengalami kontak dengan pelarut. Proses
keseluruhannya bersifat dinamis dan dapat disederhanakan kedalam beberapa
tahap. Pada tahap pertama misalnya pelarut harus berdifusi kedalam sel, pada
tahap selanjutnya pelarut harus dapat melarutkan metabolit tanaman dan akhirnya
harus berdifusi keluar sel meningkatkan jumlah metabolit yang terekstraksi.
Beberapa metode yang sering digunakan dalam ekstraksi bahan alam antara lain :
2.4.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Merupakan metode yang sederhana, tetapi masih digunakan secara luas.
Prosedurnya dilakukan dengan merendam bahan tanaman (simplisia) dalam
pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Metode ini sesuai
baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun untuk jumlah besar. Pengadukan
sesekali ataupun secara konstan (dengan menggunakan alat pengocok mekanik
untuk menjamin kehomogenan) dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Proses
ekstraksi dapat dihentikan ketika tercapai keseimbangan antara konsentrasi
metabolit dalam ekstrak dan dalam bahan tanaman. Setelah ekstraksi, residu
bahan tanaman (maserat), harus dipisahkan dari pelarut. Hal ini melibatkan proses
pemisahan kasar dengan cara dekantasi, biasanya diikuti dengan tahap
penyaringan. Sentrifugasi mungkin diperlukan jika serbuk terlalu halus untuk
disaring. Untuk memastikan ekstraksi yang menyeluruh, umumnya dilakukan
maserasi pendahuluan, yang diikuti pemisahan dan penambahan pelarut baru
(fresh solvent) ke maserat. Hal ini bisa dilakukan secara periodik dengan semua
filtrat dikumpulkan.
Kelebihan maserasi adalah peralatan yang digunakan sederhana, dan
efektif untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan panas karena dilakukan pada
temperatur kamar, sehingga tidak menyebabkan degradasi senyawa-senyawa yang
tidak tahan panas. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya memakan waktu
yang cukup lama dan dapat berlangsung beberapa jam sampai beberapa minggu.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
7
Universitas Indonesia
Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume
pelarut dan dapat berpotensi hilangnya metabolit. Selain itu, beberapa senyawa
tidak terekstraksi secara efisien jika kurang terlarut dalam temperatur kamar.
b. Perkolasi
Pada perkolasi, serbuk tanaman direndam dalam pelarut pada sebuah alat
perkolator. Perkolasi cukup sesuai baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun
dalan jumlah besar. Seperti pada maserasi, untuk mengekstrak secara menyeluruh
dilakukan dengan penambahan pelarut yang baru (fresh solvent) dan semua
ekstrak dikumpulkan. Untuk meyakinkan perkolasi sudah sempurna, perkolat
dapat diuji adanya metabolit dengan reagen spesifik.
2.4.2 Cara Panas
a. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Refluks
Ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. Kekurangan yang utama dari metode ini adalah terdegradasinya komponen
yang tidak tahan panas.
c. Digesti
Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada temperatur 400-500C.
d. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih), temperatur terukur (960-
980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infusa pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
8
Universitas Indonesia
g. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan
golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lain. Pemisahan
jumlah dan jenis senyawa menjadi fraksi yang berbeda yang tergantung pada jenis
simplisia. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar,
begitu pula senyawa yang bersifat non polar akan masuk ke pelarut non polar
(Harborne, 1987).
2.5 Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut di antara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Fase gerak
membawa zat terlarut melalui media hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang
terelusi lebih awal atau lebih akhir. Bila fase diam berupa zat padat yang aktif,
maka teknik ini disebut kromatografi penjerapan (adsorption chromatography),
sementara bila berupa zat cair, maka disebut dengan kromatografi pembagian
(partition chromatoghraphy) (Harmita, 2006).
2.6 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan fitokimia yang
didasarkan atas penjerapan, partisi atau gabungannya. Metode ini digunakan untuk
pemisahan senyawa secara cepat dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk
halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca (Harmita, 2006; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979).
2.7 Kromatografi Kolom (Departeman Kesehatan Republik Indonesia,
1979)
2.7.1 Kromotografi Kolom Adsorbsi
Pada kromotografi kolom adsorpsi, zat penjerap dalam keadaan kering
atau sebagai bubur, dimampatkan ke dalam tabung kromatografi kaca atau kuarsa
dengan ukuran tertentu dan mempunyai lubang pengalir keluar dengan ukuran
tertentu. Zat yang akan diuji dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut kemudian
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
9
Universitas Indonesia
dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penjerap. Zat
berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara sempurna oleh bahan penjerap berupa
pita sempit pada puncak kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui
kolom, dengan atau tanpa tekanan udara, masing-masing zat bergerak turun dalam
kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga terjadi pemisahan dan diperoleh
kromatogram. Kecepatan bergerak zat dipengaruhi oleh sejumlah variabel,
misalnya daya adsorpsi zat penjerap, ukuran partikel dan luas permukaan, sifat
dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan dan suhu sistem kromatografi.
2.7.2 Kromatografi Kolom Partisi
Pada kromatografi partisi, zat yang dipisahkan terbagi antara dua cairan
yang tidak saling bercampur. Salah satu cairan, yaitu fase diam, umumnya
diadsorpsikan pada penyangga padat, karena itu mempunyai area permukaan yang
sangat luas terhadap pelarut yang mengalir atau fase gerak. Hal ini menyebabkan
diperolehnya pemisahan yang baik yang tidak dapat dicapai dengan cara
penyarian cairan-cairan yang biasa. Kromatografi partisi dilakukan dengan cara
yang serupa dengan kromatografi adsorbsi, yaitu campuran yang telah dilarutkan
dalarn sedikit pelarut, ditambahkan pada permukaan kolom dan elusi dilakukan
metanol dengan perbandingan 200:0, 180:20, 170:30, 160:40, 150:50, 140:60,
120:80, 100:100, 80:120, 60:140, 40:160, 20:180, 0:200. Setiap 200 mL eluat
ditampung sehingga diperoleh 21 fraksi lalu dilanjutkan dengan kromatografi
lapis tipis (KLT). Dari 21 fraksi hasil pemisahan dengan kromotografi kolom
dipercepat, diperoleh 6 fraksi gabungan yang memiliki pola kromatogram sama.
Fraksi 4 menjadi fraksi 1, fraksi 5 menjadi fraksi 2, fraksi 6-7 digabung menjadi
fraksi 3, fraksi 8-13 digabung menjadi fraksi 4, fraksi 14-18 digabung menjadi
fraksi 5, fraksi 19-21 digabung menjadi fraksi 6. Berat masing-masing fraksi dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
4.5 Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Aktif
Sama halnya dengan pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak,
pengujian aktivitas antioksidan pada fraksi juga didahului dengan uji kualitatif
menggunakan kertas kromatografi dan pereaksi semprot DPPH. Masing-masing
hasil penggabungan fraksi dan larutan standar kuersetin dengan konsentrasi 1000
µg/ml ditotolkan pada kertas kromatografi. Selanjutnya kertas kromatografi
disemprot dengan larutan DPPH konsentrasi 100 µg/ml. Hasil uji kualitatif ini
menunjukkan keenam fraksi menimbulkan bercak berwarna kuning dengan latar
belakang ungu dengan intensitas yang berbeda. Fraksi 5 menunjukkan intensitas
perubahan warna dari ungu menjadi kuning paling mirip dengan blanko kuersetin
(Gambar 4.2.).
Dengan metode yang sama pada pengujian ekstrak yakni metode DPPH
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm,
masing-masing fraksi tersebut dilakukan uji aktivitas antioksidan dan diperoleh
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
27
Universitas Indonesia
fraksi 5 yang memiliki aktivitas antioksidan paling aktif dengan nilai IC50 sebesar
23.51 µg/mL. Data dapat dilihat pada table 4.4.
4.6 Penapisan Fitokimia Fraksi Teraktif
Pada fraksi teraktif yaitu fraksi ke 5 dilakukan identifikasi golongan
senyawa kimia dengan dengan pereaksi kimia dan kromatografi lapis tipis.
Prosedur identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi kimia pada fraksi
teraktif sama dengan identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi kimia
pada ekstrak. Dari hasil identifikasi golongan senyawa kimia dengan pereaksi
kimia pada fraksi didapatkan hasil positif pada senyawa flavonoid, glikosida,
tanin dan saponin.
Identifikasi golongan senyawa kimia fraksi dengan kromatografi lapis tipis
dilakukan menggunakan kontrol positif tanaman pembanding yang sudah terbukti
memiliki kandungan senyawa kimia Alkaloid, terpenoid, flavonoid, tannin,
saponin dan antrakuinon. Identifikasi senyawa kimia menggunakan eluen BAW
(Butanol, Acetic acid, Water) dengan alasan setelah dicoba berbagai macam
kombinasi eluen, eluen ini yang memberikan pemisahan paling baik pada fraksi 5.
4.6.1 Identifikasi alkaloid
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.4), yaitu :
a) Uji Mayer LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya
endapan putih.
b) Uji Bouchardat LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya
endapan coklat hitam.
c) Uji Dragendorf LP, tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya
endapan jingga coklat.
d) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda Dragendorf LP tidak
memberikan hasil positif karena tidak terbentuknya bercak jingga-coklat yang
dibandingkan dengan standar piperin.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
28
Universitas Indonesia
4.6.2 Identifikasi flavonoid
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.5), yaitu :
a) Larutan uji yang ditambahkan serbuk seng dan asam klorida encer
memberikan hasil positif dengan terbentuknya warna merah intensif.
b) Larutan uji yang ditambahkan serbuk magnesium dan asam klorida pekat
memberikan hasil positif dengan terbentuknya warna kuning.
c) Larutan uji yang ditambahkan asam borat dan asam oksalat memberikan hasil
positif dengan adanya fluoresensi kuning intensif.
d) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda AlCl3 memberikan
hasil positif karena terbentuknya bercak berfluoresensi kuning yang
dibandingkan dengan standar kuersetin.
4.6.3 Identifikasi glikon
Ekstrak yang ditambahkan asam klorida, disari dengan eter, ditambahkan
natrium sulfat anhidrat P, uapkan, ditambahkan metanol, uapkan, larutkan dengan
aquades dan Mollisch LP, dan ditambahkan asam sulfat memberikan hasil positif
dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas cairan (Gambar 4.6).
4.6.4 Identifikasi antrakinon
Identifikasi antrakinon dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.7), yaitu:
a) Ekstrak yang ditambahkan asam sulfat, ditambahkan benzene, lapisan benzen
dikocok dengan natrium hidroksida tidak memberikan hasil positif dengan
tidak terbentuknya lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan benzene
yang tidak berwarna.
b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda KOH memberikan
hasil negatif karena tidak terbentuknya bercak merah yang dibandingkan
dengan standar Rhei radix.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
29
Universitas Indonesia
4.6.5 Identifikasi saponin
Identifikasi saponin dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.8), yaitu :
a) Ekstrak yang ditambahkan aquadest panas, didinginkan kemudian dikocok
kuat-kuat selama 10 detik memberikan hasil positif dengan terbentuknya buih
yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan pada
penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang.
b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda anisaldehid-asam sulfat
memberikan hasil positif dengan terbentuknya bercak warna ungu yang
dibandingkan dengan standar Liquiritiae radix.
4.6.6 Identifikasi tanin
Identifikasi tanin dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.9), yaitu :
a) Larutan uji yang ditambahkan larutan besi (III) klorida, memberikan hasil
positif dengan terbentuknya warna hijau.
b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda FeCl3 memberikan
hasil positif dengan terbentuknya bercak warna hijau-kehitaman yang
dibandingkan dengan standar Psidii folium.
4.6.7 Identifikasi Terpen
Identifikasi terpen dilakukan dengan beberapa uji (Gambar 4.10), yaitu :
a) Larutan uji yang ditambahkan asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat
tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya warna merah-hijau
atau violet-biru.
b) Penapisan menggunakan KLT dengan penampak noda anisaldehid-asam sulfat
tidak memberikan hasil positif dengan tidak terbentuknya bercak warna biru
yang dibandingkan dengan standar Caryophili Flos. Hasil penapisan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
30
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Hasil uji antioksidan dari ketiga ekstrak yang diuji menunjukkan ekstrak
metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan IC50 20.01 µg/mL,
diikuti oleh ekstrak etil asetat dengan IC50 63.17 µg/mL, dan ekstrak heksan
dengan IC50 68.93 µg/mL.
b. Fraksi yang memiliki aktivitas antioksidan terbesar adalah fraksi 5 dengan
nilai IC50 sebesar 23.51 µg/mL, yang mengandung senyawa golongan
flavonoid, glikon, tannin, dan saponin.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan senyawa-
senyawa murni dari daun Premna oblongata Miq. dengan metode uji antioksidan
lainnya.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
31
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Andarwaulan, N., Wijaya, H., dan Cahyono, D.T. (1996). Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle L). Teknologi dan Industri Pangan VII, 29-30.
Arulpriya, P., Lalitha, P., dan Hemalatha, S. (2010). in vitro Antioxidant Testing of The Extracts Of Samanea saman (Jacq.)Merr. Der Chemica Sinica, (2), 73-79.
Aqil, F., Ahmad, I., dan Mehmood, Z. (2006). Antioxidant and Free Radical Scavenging Properties of Twelve Traditionally Used Indian Medicinal Plants. Turk J Biol, 177-183.
Bank, G., dan Lenoble, R. (2002). Oxygen Radical Absorbency Capacity, Standardizing the Way We Look at Antioxidants. Nutraceutical World September, 42-45.
Backer, C.A., dan Brink., R.C.B.V.D. (1965). Flora of Java Vol II. 602-603. N.V.P. Noordhoff-Groningen-The Netherlands.
Blois, M.S. (1958). Antioxidant Determinations By The Use Of A Stable Free Radical Nature, 181, 1199- 1200.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Sciences 55 (3), 226-276.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan (Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro, Penerjemah.). Bandung: Penerbit ITB.
Harmita. (2006). Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Hidajat, B. (2005). Penggunaan Antioksidan pada Anak. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Isnindar., Setyowat, E.P., dan Wahyuono, S. (2011). Aktivitas Antioksidan Daun Kesemek (Diospyros kaki L.F) Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-Pikrilhidrazin). Majalah Obat tradisional.
Johnson, E. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung : Penerbit ITB.
Lampe, J.W. (1999). Health Effects of Vegetables and Fruit: Assesing Mechanisms of Action in Human Experimental Studies. The American Jurnal of Clinical Nutrition.
Lautan, J. (1997). Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit, Cermin Dunia Kedokteran. (116), 49-52.
Molineux, P. (2004). The Use of The Stable Free Radical Diphenyl Picrylhydrazil (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Songklankarin J. Sci. Technol., 26 (2), 211-219.
Nurdin., Kusharto, C.M., Tanziha, I., dan Januwati, M. (2009). Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman dan Cu-Turunan Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. Jurnal Gizi dan Pengan.
Pitojo, S. (2008). Khasiat Cincau Perdu. Yogyakarta: Kanisius.
Pitojo, S., dan Sumiati. (2005). Cincau: Cara Pembuatan dan Variasi Olahan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rahman, A., et all. In vitro antibacterial properties of essential oil and organic extracts of Premna integrifolia Linn. Arabian Journal of Chemistry.
Rajnarayana, K., Ajitha M., Gopireddy G., dan Giriprasad, V. (2011). Comperative Antioxidant Potential Of Some Fruits And Vegetabkesusing DPPH Method. International Journal Of Pharmacy & Technology.
Soediro, I., dkk (1986). Kromatografi Cepat Sebagai Cara Fraksinasi Ekstrak Tanaman. Acta Pharmaceutica Indonesia.
Sutamihardja, R.T.M., Citroreksoko, P.S., Ossia, F., dan S.E. Wardoyo. (2006). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Fenol Dari Daun Salam (Syzgium polanthum, Wight Walpers) Sebagai Senyawa Antibakteri. Jurnal Nusa Kimia, 6 (1), 48-60.
Sunarni, T. (2005). Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa kecambah Dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae. Jurnal Farmasi Indonesia 2, (2),53-61.
Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., dan Kaur, H. (2011). Phytochemical screening and extraction : A review. International Pharmaceutical Sciencia, 1(1), 98-106.
Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Wagner, H., Blandt, S., dan Zgalnski. (1984). Plant Drug Analysis. New York : Springer-Verlag, 7-304.
Yu, L. (2008). Wheat Antioxidants. United States Of America: Wiley.
Yadav, D., Tiwari, N., dan Gupta, M.M. (2010). Diterpenoids from Premna integrifolia. Phytochem. Lett. 3, 143–147.
Zakaria, F.R. (1996). Sintesis Senyawa Radikal dan Elektrofil Dalam Oleh Komponen Pangan : Reaksi Biomolekuler, Dampak Terhadap Kesehatan dan Penangkalan. Prosiding Seminar. Bogor: Pusat Studi Pangan dan Gizi IPB.
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
GAMBAR
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
33
Gambar 2.1 Premna oblongata Miq.
[Sumber : Koleksi Penulis]
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
34
Gambar 3.1 Penguap vakum putar (Rotary evaporator Buchi)
Gambar 3.2 Spektrofotometer UV-Vis
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
35
(a)
(b)
(c)
Keterangan : a. Ekstrak heksan b. Ekstrak etil asetat c. Ekstrak metanol
Gambar 4.1 Ekstrak Hasil Ekstraksi
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
36
I II III IV V VI
(a)
I II III IV V VI
(b)
Keterangan:
a. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sebelum disemprot DPPH b. Fraksi I hingga fraksi VI serta kuersetin sesudah disemprot DPPH
Gambar 4.2 Hasil Uji Kualitatif Fraksi Ekstrak Gabungan
Kuersetin
Kuersetin
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
37
Keterangan :
Serapan Blanko DPPH = 0.6237
Gambar 4.3 Spektrum serapan larutan DPPH
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
38
(a) (b) (A) (B) (C) (D)
Keterangan: A. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Mayer LP B. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Bouchardat C. Identifikasi menggunakan pereaksi kimia Dragendorf LP D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
Gambar 4.4 Identifikasi golongan senyawa alkaloid fraksi 5
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
39
(a) (b) (A) (B) (C) (D) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan serbuk seng dan asam klorida encer B. Identifikasi dengan penambahan serbuk magnesium dan asam klorida pekat C. Identifikasi dengan penambahan asam borat dan asam oksalat D. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
Gambar 4.5 Identifikasi golongan senyawa flavonoid fraksi 5
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
40
Gambar 4.6 Identifikasi golongan senyawa glikon fraksi 5
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
41
(a) (b) (A) (B) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan asam sulfat, benzene, dan lapisan benzen dikocok dengan
natrium hidroksida B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
Gambar 4.7. Identifikasi golongan senyawa antrakinon fraksi 5
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
42
(a) (b) (A) (B) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan aquadest panas, dinginkan, kemudian kocok kuat-kuat
selama 10 detik B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
Gambar 4.8 Identifikasi golongan senyawa saponin fraksi 5
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
43
(a) (b) (A) (B) Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan larutan besi (III) klorida B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
Gambar 4.9 Identifikasi golongan senyawa tanin fraksi 5
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
44
(a) (b)
Keterangan: A. Identifikasi dengan penambahan asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat B. Identifikasi menggunakan KLT, (a) sampel, (b) standar
Gambar 4.10 Identifikasi golongan senyawa terpen fraksi 5
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
TABEL
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
45
Tabel 4.1 Data Rendemen Ekstrak Daun Premna Oblongata Miq.
No. Ekstrak Bobot Ekstrak
(g)
Rendemen
Esktrak
(%)
1. Ekstrak Heksan 20,55 2.05
2. Ekstrak Etil Asetat 23,75 2.37
3. Ekstrak Metanol 140,48 14.04
Uji aktivitas..., Atika Bendra, FMIPA UI, 2012
46
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Premna Oblongata