Top Banner
JURNAL BIOMEDIKA J. Biomedika Volume 12, No. 02, September 2019 "Jurnal Biomedika" is an open access article under the CC BY-SA license https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ Available online at http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/biomedika P-ISSN : 1979 - 035X & E-ISSN : 2302 - 1306 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Staphylococcus aureus Antibacterial Activity Test of Secang Wood (Caesalpinia sappan L.) Ethanolic Extract against Staphylococcus aureus Diah Mukti Cahyaningtyas 1 , Nony Puspawati 1 dan Rinda Binugraheni* 2 1 Program Studi D4 Analis Kesehatan 2 Program Studi D3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta, Jl. Let. Jend. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta, 57127, Jawa Tengah, Indonesia *Corresponding author: [email protected] Received: Agustus 24, 2019; Revise: October 23., 2019; Accepted: November 8, 2019 DOI : https://doi.org/10.31001/biomedika.v12i2.614 ABSTRAK Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya peradangan lokal yang parah disertai nanah (pus) dan umumnya disebabkan oleh kuman piogenik, salah satu yang paling umum adalah Staphylococcus aureus. Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional dan sebagai antibakteri adalah tanaman secang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanolik kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien dan mengetahui perbedaan daya hambat antara kedua bakteri tersebut. Serbuk kayu secang sebanyak 300 gram diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% (1:10). Maserat digunakan untuk uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien Rumah Sakit menggunakan metode difusi dan dilusi. Hasil uji difusi kemudian dianalisis menggunakan uji Anova dua arah.Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanolik kayu secang mempunyai aktivitas antibakteri. Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KBM pada konsentrasi 3% untuk Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan konsentrasi 4% untuk Staphylococcus aureus isolat pus pasien. Analisis statistik hasil uji difusi menunjukkan konsentrasi paling baik dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri tersebut adalah konsentrasi 25% dan kesensitifan Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien terhadap ekstrak adalah sama. Kata kunci: antibakteri; ekstrak etanolik kayu secang;Staphylococcus aureus ABSTRACT Piogenic infection is an infection characterized by the occurrence of severe local inflammation with pus formation (pus). Generally caused by piogenic germs, one of the most common is Staphylococcus aureus. One of the plants used as an ingredient in traditional medicine and used as an anti-bacterial is a secang plant. This study aims to determine the anti-bacterial activity of ethanolic extract of secang wood (Caesalpinia sappan L.) on pure cultivation Staphylococcus aureus Laboratory and isolates pus Hospital patients and find out the difference in inhibition between the two bacterias.300 grams of secang wood powder was extracted by maceration method using 70% ethanol (1:10). Maserate was used to test the anti-bacterial activity of Staphylococcus aureus from pure cultivation laboratory and isolates of pus patients in hospital using diffusion and dilution methods. Then, the results of the diffusion test were analyzed using a two-way Anova test.The results of the study showed that ethanolic extracts of wood have anti-bacterial activity. Result of dilution method showed the value of KBM at a concentration of 3% for Staphylococcus aureus cultivation Laboratory and a concentration of 4% for Staphylococcus aureus isolates pus patients of the Hospital. The statistical analysis of diffusion test results showed that the best concentration in inhibiting the growth of these two bacterias were the concentration of 25% and the sensitivity of Staphylococcus aureus from Laboratory pure cultivation and the Pus patients isolate of the Hospital toward extracts were the same. Key word:anti-bacterial; ethanolic extract of secang wood; Staphylococcus aureus
12

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

Nov 19, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

JURNAL BIOMEDIKA J. Biomedika Volume 12, No. 02, September 2019

"Jurnal Biomedika" is an open access article under the CC BY-SA license

https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/

Available online at

http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/biomedika P-ISSN : 1979 - 035X & E-ISSN : 2302 - 1306

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang

(Caesalpinia sappan L.) terhadap Staphylococcus aureus

Antibacterial Activity Test of Secang Wood (Caesalpinia sappan L.)

Ethanolic Extract against Staphylococcus aureus

Diah Mukti Cahyaningtyas1, Nony Puspawati1 dan Rinda Binugraheni*2

1Program Studi D4 Analis Kesehatan 2Program Studi D3 Analis Kesehatan

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi Surakarta,

Jl. Let. Jend. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta, 57127, Jawa Tengah, Indonesia

*Corresponding author: [email protected]

Received: Agustus 24, 2019; Revise: October 23., 2019; Accepted: November 8, 2019

DOI : https://doi.org/10.31001/biomedika.v12i2.614

ABSTRAK

Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya peradangan lokal yang

parah disertai nanah (pus) dan umumnya disebabkan oleh kuman piogenik, salah satu yang paling umum

adalah Staphylococcus aureus. Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat

tradisional dan sebagai antibakteri adalah tanaman secang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

aktivitas antibakteri ekstrak etanolik kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Staphylococcus

aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien dan mengetahui perbedaan daya hambat antara kedua

bakteri tersebut. Serbuk kayu secang sebanyak 300 gram diekstraksi dengan metode maserasi

menggunakan pelarut etanol 70% (1:10). Maserat digunakan untuk uji aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien Rumah Sakit menggunakan metode difusi

dan dilusi. Hasil uji difusi kemudian dianalisis menggunakan uji Anova dua arah.Hasil penelitian

menunjukkan ekstrak etanolik kayu secang mempunyai aktivitas antibakteri. Hasil metode dilusi

menunjukkan nilai KBM pada konsentrasi 3% untuk Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan

konsentrasi 4% untuk Staphylococcus aureus isolat pus pasien. Analisis statistik hasil uji difusi

menunjukkan konsentrasi paling baik dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri tersebut adalah

konsentrasi 25% dan kesensitifan Staphylococcus aureusisolat laboratorium dan isolat pus pasien

terhadap ekstrak adalah sama.

Kata kunci: antibakteri; ekstrak etanolik kayu secang;Staphylococcus aureus

ABSTRACT

Piogenic infection is an infection characterized by the occurrence of severe local inflammation

with pus formation (pus). Generally caused by piogenic germs, one of the most common is

Staphylococcus aureus. One of the plants used as an ingredient in traditional medicine and used as an

anti-bacterial is a secang plant. This study aims to determine the anti-bacterial activity of ethanolic

extract of secang wood (Caesalpinia sappan L.) on pure cultivation Staphylococcus aureus Laboratory

and isolates pus Hospital patients and find out the difference in inhibition between the two bacterias.300

grams of secang wood powder was extracted by maceration method using 70% ethanol (1:10). Maserate

was used to test the anti-bacterial activity of Staphylococcus aureus from pure cultivation laboratory and

isolates of pus patients in hospital using diffusion and dilution methods. Then, the results of the diffusion

test were analyzed using a two-way Anova test.The results of the study showed that ethanolic extracts of

wood have anti-bacterial activity. Result of dilution method showed the value of KBM at a concentration

of 3% for Staphylococcus aureus cultivation Laboratory and a concentration of 4% for Staphylococcus

aureus isolates pus patients of the Hospital. The statistical analysis of diffusion test results showed that

the best concentration in inhibiting the growth of these two bacterias were the concentration of 25% and

the sensitivity of Staphylococcus aureus from Laboratory pure cultivation and the Pus patients isolate of

the Hospital toward extracts were the same.

Key word:anti-bacterial; ethanolic extract of secang wood; Staphylococcus aureus

Page 2: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

206 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

PENDAHULUAN

Infeksi piogenik ditandai dengan

terjadinya peradangan lokal yang parah

dan pembentukan nanah (pus). Infeksi ini

umumnya disebabkan oleh salah satu

kuman piogenik. Kuman piogenik yang

paling umum adalah Staphylococcus

epidermidis, Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenes, Streptococcus

pneumonia, Escherichia coli, Klebsiella

pneumonia, Pseudomonas aeruginosa,

Neisseria gonorrhoeae, Salmonella typhi,

Mycobacterium tuberculosis (Singh et al.,

2013).

Infeksi piogenik salah satu

penyebab adalah bakteri Staphylococcus

aureus. Bakteri ini paling sering

menyebabkan sakit pada kulit dan jaringan

superfisial, seperti luka bakar, pustule,

koreng, abses, dan infeksi karena

kecelakaan dan infeksi sesudah menjalani

operasi. Staphylococcus aureus dalam

jumlah kecil merupakan flora normal pada

kulit, tenggorokan, mulut, dan hidung

manusia (Iskamto, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian

Nurmala et al (2015), didapatkan bahwa

terdapat 21 jenis bakteri dari seluruh

sampel yang Pus diperiksa dan diantaranya

didapatkan Staphylococcus aureus (0,9%).

Resistensi terjadi pada bakteri-bakteri

yang ditemukan pada spesimen pus

tersebut terhadap 40 jenis antibiotik dari

46 antibiotik yang diperiksa. Sampel pus

tersebut berasal RSU dr. Soedarso

Pontianak yang diperiksa di Unit

Laboratorium Kesehatan Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2011-2013.

Bahaya resistensi antibiotik saat ini

telah menjadi masalah kesehatan dunia

yang serius.Antibiotik biasanya digunakan

untuk mengobati penyakit infeksi yang

disebabkan oleh Staphylococcus

aureusnamun pada beberapa kasus telah

ditemukan beberapa strain Staphylococcus

aureus yang resisten terhadap antibiotik

seperti Methicillin-Resistan

Staphylococcus areus (MRSA). Di

Indonesia pada tahun 2010 proporsi

MRSA diperkirakan 28% (Chen dan

Huang, 2014). Pemanfaatan bahan alami

dapat digunakan sebagai alternatif

pengobatan tradisional, salah satunya yaitu

menggunakan tanaman obat (Artanti dan

Fatimah, 2017).

Indonesia merupakan negara yang

kaya akan berbagai jenis tanaman yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-

obatan, diantaranya sebagai obat

tradisional, herbal dan jamu. Salah satu

tanaman yang banyak dimanfaatkan

sebagai bahan obat tradisional adalah

tanaman secang. Bagian tanaman secang

(Caesalpinia sappan L.) yang sering

dimanfaatkan sebagai bahan obat

tradisional adalah kayu dalam potongan-

potongan atau serutan kayu. Kayu secang

sebagai minuman herbal digunakan untuk

antimikroba, pengobatan darah kotor,

antitumor, antivirus, antikoagulan,

antidiabetik, dan sebagai antiinflamasi

(Kusuma, 2007). Berdasarkan penelitian

Sa’diah et al (2013), ekstrak secang yang

berasal dari Semarang setelah diformulasi

menjadi krim efektif sebagai obat anti

jerawat yang disebabkan oleh bakteri

Propionibacterium acnes.

Berdasarkan penelitian Kusmiati et

al (2014), hasil analisis kandungan

senyawa kimia ekstrak kayu secang

(Caesalpinia sappan L.) menggunakan

Kromatografi Gas-Spektrofotometri Massa

(KG-SM) menunjukkan bahwa ekstrak

kayu secang mengandung senyawa fenol

dan asam lemak yang bersifat sebagai

Page 3: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 207

antibakteri. Hasil penelitian Kumala et al.

(2009) menunjukkan bahwa air rebusan

kayu secang mampu menurunkan jumlah

koloni pada cairan intraperitonium mencit

yang diinfeksi Escherichia coli.

Berdasarkan penelitian-penelitian

yang terdahulu, sudah banyak dilakukan

penelitian mengenai khasiat Ekstrak kayu

secang (Caesalpinia sappan L.), namun

sampai sekarang belum ada penelitian

tentang khasiat Ekstrak kayu secang

(Caesalpinia sappan L.) terhadap

Staphylococcus aureus dari isolat pus

pasien maupun isolat laboratorium

kaitannya dengan resitensi antibiotik.

Penelitian ini ingin mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak etanolik kayu secang

(Caesalpinia sappan L.) terhadap

Staphylococcus aureus yang bersumber

dari isolat laboratorium dan pus pasien

Rumah Sakit di Surakarta untuk

mengetahui apakah ada perbedaan

aktivitas antibakteri ekstrak etanolik kayu

secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap

kedua sumber sampel tersebut.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan adalah oven,

ayakan 40 mesh, neraca analitik, klem,

statif, rangkaian alat Bidwell-sterling,

ratory evaporator, pembakar spirtus,

jarum oshe, autoclave, inkubator, kapas

lidi steril, mikroskop.

Bahan yang digunakan adalah

ekstrak etanolik kayu secang, media NA

(Nutrient Agar), media BHI (Brain Heart

Infusion), media VJA (Vogel Johnson

Agar), media MHA (Muller Hinton Agar),

kalium telurit, larutan H2O2 3%, plasma

citrat, xylen, etanol 70%, DMSO 2%,

spirtus, minyak imersi, cat Gram A (kristal

violet), Gram B (lugol iodine), Gram C

(alkohol-aceton), Gram D (safranin),

Ciprofloxacin, larutan pengencer berupa

NaCl 0,9%.

Penelitian ini menggunakan serutan

kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang

berasal dari Pedagang di Pasar Gede

Surakarta, Jawa Tengah. Bakteri uji yang

digunakan adalah Staphylococcus aureus

ATCC 25923 dari isolat Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Setia Budi

Surakarta dan isolat pus pasien Rumah

Sakit di Surakarta.

Prosedur Penelitian

Pembuatan Ekstrak Etanolik Kayu

Secang (Caesalpinia sappan L.)

Serbuk kayu secang diekstraksi

dengan metode maserasi dengan

perbandingan serbuk dan pelarut yaitu

1:10. Serbuk kayu secang ditimbang

sebanyak 300 gram kemudian dimasukkan

dalam botol reagen coklat dan ditambah

3000 ml etanol 70%. Botol ditutup lalu

ekstrak direndam selama 5 hari dengan

beberapa kali dihomogenkan. Maserat

kemudian disaring dengan menggunakan

kain flanel dan kertas saring. Filtrat yang

didapatkan kemudian dipekatkan dengan

alat ratory evaporator hingga terbentuk

ekstrak kental.

Uji Fitokimia Ekstrak Etanolik Kayu

Secang (Caesalpinia sappan L.)

Uji fitokimia ekstrak etanolik kayu

secang menggunakan reaksi tabung.

Golongan senyawa yang diuji meliputi

flavonoid, saponin, alkaloid, tanin dan

fenolik.

Identifikasi flavonoid diuji dengan

cara ekstrak sebanyak 1 ml ditambahkan

Page 4: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

208 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

serbuk magnesium (Mg) secukupnya

kemudian ditambah 10 tetes larutan HCl

pekat. Diamati terbentuknya warna hitam

kemerahan, kuning atau jingga indikasi

adanya flavonoid (Endarini, 2016).

Identifikasi saponin diuji dengan

cara ekstrak ditambah 10 ml air panas lalu

ditambah HCL 1% kemudian dikocok kuat

selama 10 detik. Diamati terbentuknya

busa stabil indikasi adanya saponin

(Harborne, 1987).

Identifikasi tanin diuji dengan cara

ekstrak sebanyak 1 ml ditambahkan 2-3

tetes larutan FeCl3 1% lalu diamati

terbentuknya warna hitam kebiruan atau

hijau indikasi adanya tanin (Endarini,

2016). Identifikasi alkaloid diuji dengan

cara ekstrak ditambah 2 ml larutan HCl

lalu dipanaskan selama 5 menit dan

disaring. Filtrat ditambah 2-3 tetes reagen

Dragendorff. Hasil positif ditunjukkan

dengan terbentuknya endapan jingga

(Endarini, 2016). Identifikasi fenolik diuji

dengan caraekstrak ditambah 2-3 tetes

FeCl3 1% kemudian diamati reaksi warna

yang terbentuk. Hasil positif ditunjukkan

dengan terbentuknya warna hijau, merah,

ungu, biru, atau hitam yang kuat

(Harborne, 1987).

Identifikasi Sampel Bakteri

1. Isolasi pada Media VJA (Vogel

Johnson Agar)

Sampel Staphylococcus aureuskultur

murni Laboratorium dan isolat pus

pasien diisolasi pada media VJA yang

telah ditetesi kalium telurit 1%

sebanyak 4 tetes lalu diinkubasi pada

suhu 37oC selama 24-48 jam.

2. Pengecatan Gram

Koloni bakteri yang tumbuh pada

media VJA kemudian dibuat preparat

di atas objek glass dan dilakukan

pengecatan Gram. Preparat yang telah

mongering kemudian diamati dibawah

mikroskop dengan perbesaran 1000

kali.

3. Uji Katalase

Koloni yang tumbuh berwarna hitam

pada media VJA diambil

menggunakan jarum oshe dan

diletakkan di atas obyek glass lalu

diteteskan larutan H2O2 3%. Hasil

yang positif ditunjukkan dengan

terbentuknya gelembung-gelembung

gas (Cappucino dan Sherman, 2013).

4. Uji Koagulase

Plasma dipipet sebanyak 200 µl lalu

dimasukkan ke dalam tabung reaksi

steril. Biakan Staphylococcus aureus

ditambahkan sebanyak 3 – 4 koloni

dan dicampurkan dengan hati-hati.

Hasil positif apabila terbentuk

gumpalan atau endapan di dasar

tabung (Dewi, 2013).

Pembuatan Suspensi Bakteri

Koloni pada media Vogel Johnson

Agar (VJA) kemudian diinokulasikan ke

media Brain Hearth Infusion (BHI).

Tingkat kekeruhan disetarakan dengan

Standart Mc. Farland 1,5 x 108 cfu/ml.

Uji Aktivitas Antibakteri Metode Difusi

Kirby Bauer

Kertas cakram direndam dalam

ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi

25%, 50%, 75% dan 100% selama 2-4 jam

kemudian di letakkan di atas media MHA

yang telah diinokulasikan suspensi bakteri

Staphylococcus aureuskultur murni

Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah

Sakit lalu diinkubasi pada suhu 37oC

selama 24 jam. Percobaan dilakukan

sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil zona

hambat ekstral etanolik kayu secang yang

Page 5: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 209

terbentuk disekitar kertas cakram diukur

diameternya dengan penggaris.

Ciprofloxacin digunakan sebagai kontrol

positif dan DMSO 2% digunakan sebagai

kontrol negatif.

Uji Aktivitas Antibakteri Metode Dilusi

Pengujian pertama aktivitas

antibakteri metode dilusi menggunakan

konsentrasi ekstrak etanolik kayu secang

100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%,

30%, 20%, dan 10% dengan pengencer

berupa NaCl 0,9%. Kemudian dilanjutkan

menggunakan konsentrasi ekstrak 9%, 8%,

7%, 6%, 5%, 4%, 3%, 2%, dan 1%.

Kontrol positif berupa suspensi bakteri

Staphylococcus aureus kultur murni

Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah

Sakit sedangkan kontrol negatif berupa

ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi

100% untuk pengujian pertama dan

konsentrasi 10% untuk pengujian kedua.

Tabung-tabung tersebut kemudian

diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam

lalu digores pada media VJA. Nilai KBM

ditentukan setelah media VJA diinkubasi

pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Nilai

KHM pada penelitian ini tidak dapat

ditentukan dikarenakan ekstrak kayu

secang yang berwarna merah orange

sehingga pada tabung tidak dapat diamati

kekeruhannya.

Analisis Data

Data hasil uji difusi dilakukan uji

statistika menggunakan uji Shapiro-Wilk

dan dilanjutkan dengan uji parametrik

berupa uji Two Way Anova.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Fitokimia

Hasil uji fitokimia ekstrak etanolik

kayu secang menunjukkan hasil positif

mengandung senyawa saponin, flavonoid,

tanin dan fenolik, sedangkan senyawa

alkaloid menunjukkan hasil negatif. Hasil

tersebut berbeda dengan hasil penelitian

Kusmiati et al (2014) yang menyebutkan

bahwa serbuk kayu secang mengandung

senyawa alkaloid. Perbedaan hasil ini

kemungkinan dapat disebabkan karena

adanya perbedaan proses pengeringan,

pengayakan, metode ekstraksi, pelarut dan

metode identifikasi kandungan dalam

ekstrak secang.

Hasil Identifikasi Staphylococcus aureus

1. Isolasi pada Media VJA (Vogel

Johnson Agar)

Staphylococcus aureuskultur

laboratorium dan isolat pus pasien pada

media VJA tumbuh dengan ciri koloni

bulat berwarna hitam, cembung dan

disekitar koloni berwarna kuning.

(a) (b)

Gambar 1. Hasil pertumbuhan koloni

Staphylococcus aureus pada media VJA (a)

Sampel Laboratorium (b) Sampel Rumah Sakit

2. Pengecatan Gram

Staphylococcus aureus kultur

murni dan isolat pus pasienpada

pengecatan Gram bersifat Gram positif

berwarna ungu, berbentuk bulat dan

terlihat tersusun sendiri atau bergerombol.

Page 6: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

210 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

(a) (b)

Gambar 2. Hasil pengecatan Gram

(a) Sampel Laboratorium (b) Sampel Rumah

Sakit

3. Uji Katalase

Staphylococcus aureuskultur murni

dan isolat pus pasien pada uji katalase

menghasilkan gelembung-gelembung gas

yang menandakan bakteri tersebut

menghasilkan enzim katalase.

(a) (b)

Gambar 3. Hasil uji katalase (a) Sampel

Laboratorium (b) Sampel Rumah Sakit

4. Uji Koagulase

Staphylococcus aureuskultur murni

dan isolat pus pasien pada uji koagulase

menunjukkan adanya endapan di dasar

tabung yang menandakan enzim koagulase

positif.

(a) (b)

Gambar 4. Hasil uji koagulase (a) Sampel

Laboratorium (b) Sampel Rumah Sakit

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Metode

Difusi Cakram

1. Sampel Kultur Murni Laboratorium

Hasil uji aktivitas antibakteri

ekstrak etanolik kayu secang terhadap

Staphylococcus aureus dari kultur murni

Laboratorium dapat dilihat pada Gambar 5

dan Tabel 1.

Gambar 5. Hasil uji difusi cakram ekstrak

etanolik kayu secang terhadap Staphylococcus

aureuskultur murni Laboratorium

Keterangan:

1 : Kontrol negatif (DMSO 2%)

2 : Kontrol positif (Ciprofloxacin)

3 : Ekstrak konsentrasi 25%

4 : Ekstrak konsentrasi 50%

5 : Ekstrak konsentrasi 75%

6 : Ekstrak konsentrasi 100%

Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Staphylococcus aureus Kultur Murni

Jenis

Diameter

Zona Hambat

Rata-rata

Diameter

Zona

Hambat

(mm)

R1 R2 R3

Kontrol (+) 36 31 21 29.3

Konsentrasi

25% 30 31 22 27.7

Konsentrasi

50% 33 32 22 29

Konsentrasi

75% 29 34 23 28.7

Konsentrasi

100% 34 36 25 31.7

Kontrol (-) 0 0 0 0

Page 7: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 211

Berdasarkan rerata diameter zona

hambat yang diperoleh dapat dinyatakan

bahwa daya hambat yang dihasilkan oleh

ekstrak etanolik kayu secang terhadap

Staphylococcus aureus kultur murni

Laboratorium pada semua konsentrasi

yaitu konsentrasi 25%, 50%, 75% dan

100% adalah sangat kuat. Rerata diameter

zona hambat yang dihasilkan antibiotik

Ciprofloxacin lebih kecil dibanding

dengan rerata diameter zona hambat yang

dihasilkan ekstrak etanolik kayu secang

pada konsentrasi 100%. Hal ini

menunjukkan bahwa daya hambat ekstrak

etanolik kayu secang konsentrasi 100%

terhadap Staphylococcus aureus kultur

murni Laboratorium lebih kuat dibanding

dengan daya hambat yang dihasilkan

antibiotik Ciprofloxacin

2. Sampel Isolat Pus Pasien Rumah Sakit

Hasil uji aktivitas antibakteri

ekstrak etanolik kayu secang terhadap

Staphylococcus aureus dari isolat pus

pasien dapat dilihat pada Gambar 6 dan

Tabel 2.

Gambar 6. Hasil uji difusi cakram ekstrak

etanolik kayu secang terhadap Staphylococcus

aureus isolat pus pasien Rumah Sakit

Keterangan:

1 : Kontrol negatif (DMSO 2%)

2 : Kontrol positif (Ciprofloxacin)

3 : Ekstrak konsentrasi 25%

4 : Ekstrak konsentrasi 50%

5 : Ekstrak konsentrasi 75%

6 : Ekstrak konsentrasi 100%

Berdasarkan rerata diameter zona

hambat yang diperoleh dapat dinyatakan

bahwa daya hambat yang dihasilkan oleh

ekstrak etanolik kayu secang terhadap

Staphylococcus aureus isolat pus pasien

Rumah Sakit pada semua konsentrasi yaitu

konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%

adalah sangat kuat. Rerata diameter zona

hambat yang dihasilkan antibiotik

Ciprofloxacin adalah 24,7 mm. Hal ini

menunjukkan bahwa daya hambat yang

dihasilkan ke empat konsentrasi ekstrak

etanolik kayu secang terhadap

Staphylococcus aureus isolat pus pasien

Rumah Sakit lebih kuat dari antibiotik

Ciprofloxacin.

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Staphylococcus aureus pus pasien

Jenis

Diameter Zona

Hambat

Rata-

rata

Diameter

Zona

Hambat

(mm)

R1 R2 R3

Kontrol (+) 27 25 22 24.7

Konsentrasi

25% 32 31 23 28.7

Konsentrasi

50% 35 31 25 30.3

Konsentrasi

75% 35 33 23 30.3

Konsentrasi

100% 37 34 26 32.3

Kontrol (-) 0 0 0 0

Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Metode

Dilusi

1. Sampel isolat Laboratorium

Hasil uji dilusi ekstrak etanolik

kayu secang terhadap Staphylococcus

aureus isolat Laboratoriumdapat dilihat

pada Gambar 7 dan Tabel 3.

Page 8: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

212 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

(a) (b)

Gambar 7. Hasil uji dilusi ekstrak etanolik

kayu secang terhadap Staphylococcus

aureuskultur murni Laboratorium

Keterangan: (a) Ekstrak konsentrasi 100%

sampai 10%: (1) Kontrol positif (2) Kontrol

negatif, (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut

Ekstrak konsentrasi 100%, 90%,80%,70%,

60%, 50%, 40%, 30%, 20%, dan 10%.

Keterangan (b) Ekstrak konsentrasi 9% sampai

1%: (1) : Kontrol positif(2) : Kontrol negatif,

(3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut ekstrak

konsentrasi 9%,8%,7%,6%, 5%,4%, 3%, 2%,

dan 1%.

Tabel 3. Hasil Uji Dilusi Ekstrak Etanolik

Kayu Secang terhadap Staphylococcus aureus

Kultur Murni Laboratorium

Konsentrasi Hasil Konsentrasi Hasil

Kontrol

negatif -

Kontrol

negatif -

100% - 9% -

90% - 8% -

80% - 7% -

70% - 6% -

60% - 5% -

50% - 4% -

40% - 3% -

30% - 2% +

20% - 1% +

10% - Kontrol

positif +

Kontrol

positif +

Keterangan:

Negatif (-) →tidak ada pertumbuhan bakteri

Positif (+) → ada pertumbuhan bakteri

Hasil uji dilusi ekstrak etanolik

kayu secang terhadap Staphylococcus

aureus kultur murni terdapat pertumbuhan

koloni pada media VJA pada konsentrasi

ekstrak 1% dan 2% sehingga nilai

KBMnya adalah pada konsentrasi 3%.

2. Sampel Isolat Pus Pasien Rumah Sakit

Hasil uji dilusi ekstrak etanolik

kayu secang terhadap Staphylococcus

aureusisolat pus pasien Rumah Sakitdapat

dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 4.

(a) (b)

Gambar 8. Hasil uji dilusi ekstrak etanolik

kayu secang terhadap Staphylococcus aureus

isolat pus pasien Rumah Sakit

Keterangan (a) Ekstrak konsentrasi 100%

sampai 10%: (1) Kontrol positif (2) Kontrol

negatif, (3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut

Ekstrak konsentrasi 100%, 90%,80%,70%,

60%, 50%, 40%, 30%, 20%, dan 10%.

Keterangan (b) Ekstrak konsentrasi 9% sampai

1%: (1) : Kontrol positif (2) : Kontrol negatif,

(3,4,5,6,7,8,9,10,11,12) berturut turut ekstrak

konsentrasi 9%,8%,7%,6%, 5%,4%, 3%, 2%,

dan 1%.

Hasil uji dilusi ekstrak etanolik

kayu secang terhadap Staphylococcus

aureus isolat pus pasien terdapat

pertumbuhan koloni pada media VJA pada

Page 9: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 213

konsentrasi ekstrak 1%, 2% dan 3%

sehingga nilai KBMnya adalah pada

konsentrasi 4%.

Staphylococcus aureus merupakan

bakteri gram positif berdiameter 0,7 – 1,2

µm, berbentuk bulat, tersusun secara tidak

teratur menyerupai buah anggur, tidak

bergerak, bersifat fakultatif anaerob, dan

tidak membentuk spora. Staphylococcus

aureus yang patogen bersifat invasif,

membentuk koagulase, mencairkan

gelatin, menyebabkan hemolisis,

membentuk pigmen kuning emas, dan

mampu memfermentasi manitol

(Kuswiyanto, 2018). Staphylococcus

aureus paling sering menyebabkan sakit

pada kulit dan jaringan superfisial, seperti

luka bakar, pustula, koreng, abses, dan

infeksi karena kecelakaan dan infeksi

sesudah menjalani operasi (Iskamto,

2009). Patogenitas bakteri ini sering

dihubungkan dengan infeksi luka

bernanah, yang merupakan penyebab

utama kasus piemia. Infeksi serius dari

bakteri Staphylococcus aureus dapat

berupa pneumonia, mastitis, meningitis,

dan infeksi saluran kemih (Kuswiyanto,

2018).

Tabel 4. Hasil Uji Dilusi Ekstrak Etanolik

Kayu Secang terhadap Staphylococcus aureus

Isolat Pus Pasien Rumah Sakit

Konsentrasi Hasil Konsentrasi Hasil

Kontrol

negatif -

Kontrol

negatif -

100% - 9% -

90% - 8% -

80% - 7% -

70% - 6% -

60% - 5% -

50% - 4% -

40% - 3% +

30% - 2% +

20% - 1% +

10% - Kontrol

positif +

Kontrol

positif +

Keterangan:

Negatif (-) → tidak ada pertumbuhan bakteri

Positif (+) → ada pertumbuhan bakteri

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa

ekstrak etanolik kayu secang (Caesalpinia

sappan L.) memiliki aktivitas antibakteri

terhadap Staphylococcus aureus dengan

melihat adanya zona hambat yang

terbentuk pada uji difusi. Pengujian

ekstrak etanolik kayu secang menunjukkan

rerata zona hambat terbesar terhadap

Staphylococcus aureus kultur murni pada

konsentrasi 100% yaitu sebesar 31,7 mm,

sedangkan pada Staphylococcus aureus

isolat pus pasien pada konsentrasi 100%

yaitu sebesar 32,3 mm. Hasil difusi ekstrak

etanolik kayu secang terhadap kedua jenis

bakteri menunjukkan daya hambat yang

lebih besar dari daya hambat kontrol

positif antibiotik Ciprofloxacin, yang

menandakan bahwa ekstrak kayu secang

sangat baik dalam menghambat kedua

jenis bakteri tersebut terutama yang

bersumber dari isolat pus pasien Rumah

Sakit. Hal ini sejalan dengan penelitian

Silviani dan Handayani (2017) yang

menyimpulkan bahwa kombinasi rebusan

kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dan

madu mampu menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus dengan

kombinasi optimal 6:2.

Page 10: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

214 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

Hasil uji dilusi menunjukkan

ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi

100%, 90%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%,

30%, 20%, dan 10% terhadap

Staphylococcus aureus kultur murni

Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah

Sakit pada media VJA tidak ditemukan

pertumbuhan koloni bakteri, hal ini berarti

bahwa pada konsentrasi-konsentrasi

tersebut ekstrak etanolik kayu secang

masih mampu membunuh Staphylococcus

aureus kultur murni dan isolat pus pasien.

Berdasarkan hasil uji dilusi diatas

diketahui bahwa Staphylococcus aureus

isolat pus pasien memiliki nilai KBM yang

lebih tinggi dibanding dengan nilai KBM

pada Staphylococcus aureus kultur murni,

namun perbedaan nilai KBM dari kedua

jenis bakteri tersebut tidaklah berbeda jauh

sehingga dapat dikatakan bahwa

kemampuan ekstrak etanolik kayu secang

dalam menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus kultur murni dan

isolat pus pasien adalah sama baiknya.

Menurut penelitian Sunraini dan Enlita

(2015) ekstrak kayu secang (Caesalpinia

sappan L.) dengan metode dilusi juga

mampu menghambat pertumbuhan jamur

Candida albicans dengan memiliki nilai

KBM pada konsentrasi 80%.

Data hasil uji difusi dilakukan uji

statistika menggunakan uji Shapiro-

Wilksebagai uji normalitas kemudian

dilanjutkan dengan uji parametrik berupa

uji Two Way Anova dan dilanjutkan

dengan uji Post Hoc dan uji One Way

Anova. Uji statistika ini dilakukan untuk

mengetahui konsentrasi ektrak etanolik

kayu secang yang paling efektif dalam

menghambat pertumbuhan Staphylococcus

aureus kultur murni dan isolat pus pasien

serta untuk mengetahui dari kedua jenis

bakteri tersebut manakah yang lebih

sensitif terhadap ekstrak. Hasil uji

normalitas Shapiro-wilk menunjukkan

nilai signifikansi kedua data uji difusi

adalah lebih besar dari 0,05 (Ho diterima)

yang berarti bahwa data terdistribusi

normal. Hasil uji parametrik menunjukkan

konsentrasi ekstrak etanolik kayu secang

yang paling efektif dalam menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus

kultur murni dan isolat pus pasien adalah

konsentrasi 25% serta aktivitas antibakteri

ekstrak etanolik kayu secang konsentrasi

25% terhadap Staphylococcus aureus

kultur murni dan isolat pus pasien adalah

sama.

Ekstrak etanolik kayu secang

mempunyai aktivitas antibakteri karena

mempunyai senyawa metabolit sekunder

yaitu flavonoid, fenolik, tanin dan saponin.

Flavonoid sebagai antibakteri dapat

menimbulkan denaturasi protein yang

terdapat pada dinding sel sehingga dapat

merusak susunan dan merubah mekanisme

permeabilitas dari mikrosom, lisosom dan

dinding sel (Erianti et al, 2015). Fenolik

pada kayu secang menghambat

pertumbuhan bakteri dengan cara

menginaktivasi enzim seluler yang

dipengaruhi oleh kemampuannya dalam

melakukan penetrasi ke dalam sel atau

disebabkan oleh adanya perubahan

permeabilitas membran sel akibat

bergabungnya senyawa antibakteri dengan

membran sel, hal ini menyebabkan

kerusakan fungsi integritas membran

sitoplasma, makromolekul dan ion sel

keluar, kemudian disorientasi komponen-

komponen lipoprotein serta mencegah

berfungsinya membran sebagai pelindung

terhadap tekanan osmotik (Jawetz, 2001).

Tanin mempunyai kemampuan sebagai

antimikroba diduga karena tanin akan

membentuk kompleks dengan enzim

Page 11: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang … Cahyaningtyas, D.M., et. al. | 215

ekstraseluler yang dihasilkan oleh patogen

atau dengan mengganggu proses

metabolisme patogen tersebut (Cordoves

et al, 2001). Saponin mempunyai

kemampuan sebagai antibakteri dengan

cara menurunkan tegangan permukaan

sehingga mengakibatkan naiknya

permeabilitas atau kebocoran sel dan

mengakibatkan senyawa intraseluler akan

keluar (Nuria et al, 2009). Saponin dapat

berdifusi melalui membran luar dan

dinding sel yang rentan, lalu mengikat

membran sitoplasma serta mengganggu

dan mengurangi kestabilannya. Hal ini

menyebabkan sitoplasma bocor keluar sel

yang mengakibatkan kematian sel. Agen

antimikroba yang mengganggu membran

sitoplasma bersifat bakteriosida (Lorent et

al, 2014).

Penelitian ini bakteri uji pada

penelitian ini hanya menggunakan

Staphylococcus aureus dari 1 sumber

sampel pus dan belum mewakili

Staphylococcus aureus dari isolat pus yang

mengalami resistensi sehingga perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut uji

aktivitas antibakteri ekstrak etanolik kayu

secang terhadap bakteri Methicillin-

Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini

menunjukkan ekstrak etanolik kayu secang

memiliki kemampuan sebagai antibakteri

sehingga perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut terhadap ekstrak etanolik kayu

secang (Caesalpinia sappan L.) untuk

dikembangkan menjadi antiseptik.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

ekstrak etanolik kayu secang (Caesalpinia

sappan L.) mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus

aureus.Konsentrasi ekstrak etanolik kayu

secang (Caesalpinia sappan L.) yang

paling efektif dalam menghambat

Staphylococcus aureusisolat Laboratorium

dan isolat pus pasien Rumah Sakit adalah

pada konsentrasi 25%. Nilai KBM ekstrak

etanolik kayu secang (Caesalpinia sappan

L.) terhadap Staphylococcus aureusisolat

Laboratorium adalah konsentrasi 3% dan

Staphylococcus aureus isolat pus pasien

Rumah Sakit adalah konsentrasi 4%.

Bakteri Staphylococcus aureusisolate

Laboratorium dan isolat pus pasien Rumah

Sakit memiliki kesensitifan yang sama

terhadap ekstrak etanolik kayu secang

(Caesalpinia sappan L.).

DAFTAR PUSTAKA

Artanti, D., dan Fatimah, S. 2017. Efektivitas

Perasan Daun Keji Beling (Sericocalyx

crispus Linn) Dalam Menghambat

Pertumbuhan Staphylococcus aureus. The

Journal Of Muhammadiyah Medical

Laboratory Technologist, 2(1), 78–83.

http://dx.doi.org/10.30651/jmlt.v1i1.1012

Cappucino, J.G. dan N. Sherman. 2013. Manual

Laboratorium Mikrobiologi, terjemahan oleh

Nur Miftahurahmah. Jakarta: Penerbit EGC.

Chen C. J., dan Huang,Y. C.. 2014. New

epidemiology of Staphylococcus aureus

infection in Asia. Clin Microbiol Infect,

20(7), 605-606.

https://doi.org/10.1111/1469-0691.12705

Cordoves, C.G., Bartolome B., Vieira W., dan

Virador VM. 2001. Effects of Wine

Phenolics and Sorghum Tanins on

Tyrosinase Activity and Growth of

Melanoma Cells. J Agric Food Chem, 49:

1620-1624. https://doi.org/10.1021/jf00111h

Dewi, A. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji

Sensitivitas Staphylococcus aureus terhadap

Amoxcillin dari Sampel Susu Kambing

Peranakan Ettawa (PE) Penderita Mastitis di

Wilayah Girimulyo, Kulonprogo,

Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner, 31(2):

138-150. http://i-

lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=1249

6

Page 12: Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Kayu Secang ...

216 | Cahyaningtyas, D.M., et. al. Jurnal Biomedika 12 (2): 205-216, September 2019

Endarini, L.H. 2016. Farmakognisi dan Fitokimia.

Jakarta: Kemenkes RI.

Erianti, F., Marisa, D. dan Suharto, E. 2015.

Potensi Antiinflamasi Jus Buah Belimbing

(Averrhoa carambola L.) terhadap

Denaturasi Protein In Vitro. Berkala

Kedokteran, 11(1): 33-39.

http://dx.doi.org/10.20527/jbk.v11i1.18

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun

Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,

terbitan ke-2. Terjemahan Padmawinata, K.

dan I. Soediro. Bandung: Penerbit ITB.

Iskamto, B. 2009. Bakteriologi Kesehatan.

Surakarta: Yayasan Lingkungan Hijau.

Jawetz, E., J.J. Melnick and E.A. Adelberg. 2001.

Mikrobiologi Kedokteran Buku 1. Bagian

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga (Penerjemah). Jakarta:

Salemba Medika.

Kumala, S., Yuliani, Tulus, D. 2009. Pengaruh

Pemberian Rebusan Kayu Secang

(Caesalpinia sappan L.) Terhadap Mencit

Yang Diinfeksi Bakteri Escherichia coli.

Jurnal Farmasi Indonesia, 4(4).

https://doi.org/10.35617/jfi.v4i4.28

Kusmiati, Dameria, dan D. Priadi. 2014. Analisa

Senyawa Aktif Ekstrak Kayu Secang

(Caesalpinia sappan L.) yang Berpotensi

sebagai Antimikroba. Seminar Nasional

Teknologi Industri Hijau 1. Pusat Penelitian

Bioteknologi LIPI-Institut Sains dan

Teknologi Nasional. Hal 169-174.

https://www.researchgate.net/publication/26

7627083_Analisa_Senyawa_Aktif_Ekstrak_

Kayu_Secang_Caesalpinia_sappan_L_yang_

Berpotensi_Sebagai_Antimikroba_Analysis

_on_Compound_Extract_Secang_Wood_Ca

esalpnia_sappan_L_as_Potential_Antimicro

bial

Kusuma, I.W. 2007. Secang (Caesalpinia sappan

L.): Telaah Aktifitas Biologis dan Potensi

Pemanfaatannya. JRTI, 1(2), 14-23.

doi: http://dx.doi.org/10.26578/jrti.v1i2.1398

Kuswiyanto. 2018. Bakteriologi 2: Buku Ajar

Analis Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Lorent J.H., J. Quetin-Leclerq., and M.P. Mingeot-

Leclerq. 2014. The Amphiphilic Nature of

Saponins and their effects on artificial and

biological membranes and potential

consequences for red blood and cancer

cells. Org Biomol Chem, 12(44): 8803-

8822.

http://dx.doi.org/10.1039/C4OB01652A

Nurmala, I.G.N. Virgiandhy, Andriani, & D.F.

Liana. 2015. Resistensi dan Sensitivitas

Bakteri terhadap Antibiotik di RSU dr.

Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013.

eJournal Kedokteran Indonesia, 3(1), 21-

28. https://doi/org/10.23886ejki.3.4803

Nuria, M.C., A. Faizatun A., dan Sumantri. 2009.

Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak

Pagar (Jatropha cuircas L) terhadap

Bakteri Staphylococcus aureus ATCC

25923, Escherichia coli ATCC 25922 dan

Salmonella typhi TCC 1408. Jurnal Ilmu-

ilmu Pertanian, 5(2); 26-37.

https://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/inde

x.php/Mediagro/article/view/559/680

Sa’diah, S., Darusman, L.K., Triwahyuni, W., dan

Batubara, I. 2013. Efektivitas Krim Anti

Jerawat Kayu Secang (Caesalpinia

sappan) terhadap Propionibacterium

acnes pada Kulit Kelinci. Jurnal Ilmu

Kefarmasian Indonesia, 11(2): 175-181.

http://jifi.farmasi.univpancasila.ac.id/index

.php/jifi/article/download/214/151/

Singh S., M. Khare, R.K. Patidar, S. Bagde, K.N.

Sahare, D. Dwevedi and V. Singh. 2013.

Antibacterial Activities Against Pyogenic

Pathogens. Int. Jour. of Pharmaceutical

Sciences and Research. 4(8):2974-2979.

Doi: http://dx.doi.org/10.13040/IJPSR.0975-

8232.4(8).2974-79

Silviani,Y. dan Handayani, S.2017. Pengaruh

Variasi Kombinasi Rebusan Kayu Secang

(caesalpinia sappan l.) dan Madu Terhadap

Pertumbuhan Staphylococcus aureus, 8(1),

42-46.

http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/ind

ex.php/JK/article/download/210/208

Sunraini dan Enlita. 2015. Uji Potensi Ekstrak

Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.)

dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur

Candida albicans. Jurnal Kesehatan

Perintis, 47-56.

https://www.neliti.com/id/publications/27

5139/uji-potensi-ekstrak-kayu-secang-

caesalpina-sappan-li-dalam-menghambat-

pertumbuhan