Top Banner
UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.) DENGAN METODE TAIL FLICK DAN WRITHING TEST Oleh : Fitri Jaya Santi Utami Dewi 19133869A HALAMAN JUDUL FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2017
95

UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

Jan 08, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA

(Solanum nigrum L.) DENGAN METODE TAIL FLICK

DAN WRITHING TEST

Oleh :

Fitri Jaya Santi Utami Dewi

19133869A

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2017

Page 2: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

i

UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA

(Solanum nigrum L.) DENGAN METODE TAIL FLICK

DAN WRITHING TEST

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

derajat Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Oleh :

Fitri Jaya Santi Utami Dewi

19133869A

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2017

Page 3: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

berjudul :

UJI AKVIFITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA

(Solanum nigrum L.) DENGAN METODE TAIL FLICK

DAN WRITHING TEST

Oleh:

Fitri Jaya Santi Utami Dewi

19133869A

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Pada tanggal : Juni 2017

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Dekan,

Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc.,Apt

Pembimbing Utama

Dwi Ningsih, M.Farm., Apt

Pembimbing Pendamping

Dr. Rina Herowati, M.Si., Apt

Penguji :

1. Endang Sri Rejeki, M.Sc., Apt. 1. ..................

2. Fransiska Leviana M.Sc., Apt. 2. ....................

3. Sri Rejeki Handayani, M.Farm., Apt. 3. ..................

4. Dwi Ningsih, M. Farm., Apt. 4. ....................

Page 4: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah

yang maha mulia

Yang mengajar manusia dengan pena,

Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman

13)

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat

(QS : Al-Mujadilah 11)

Ya Allah, Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan

bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang telah memberi warna-

warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu,

Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai

Di penghujung awal perjuanganku

Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan

Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa

berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini

menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa dalam

syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk

Papa, Mama dan suamiku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat,

doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku

selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,Ayah,.. Ibu... ..terimalah bukti kecil

ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi

hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang

separuh nyawa hingga segalanya.. Maafkan anakmu Ayah,,, Ibu,, masih saja ananda

menyusahkanmu meskipun anak mu ini sudah menikah..

Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam..seraya tangaku menadah”..

ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara kedua malaikatmu

yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, dan imam yang

selalu menuntuntun ku untuk menjadi makmum di jalan mu.. ya Allah berikanlah balasan setimpal

Page 5: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

iv

syurga firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api

nerakamu..

Untukmu Papa(Effendi),,,Mama (Yuni)..... Terimakasih.... we always loving you...

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian

impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan restu semua

mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan

terimakasihku kepada:

Spesial buat suamiku !!

.Buat suamiku tersayang dan terkasih (Zainal Abidin) terimakasihbanyak untuk semua-semuanya

yang kau berikan kepada istrimu ini. Tak bosan nya kamu selalu menasehati ku dalam berbagai

hal yang salah salah stu dalam mengerjakan skripsi ini ku ini meskipun sulit yang aku alami karna

mempunyai dua kewajiban yaitu menjadi seorang istri dan menjadi seorang mahasiswa tapi tak

hentinya kamu selalu ada untuk aku yang tak jarang sifat ku masih kayak anak kecil ini..kamu

adalah imam yang di turunkan untuk menuntun ku ke jalan -Nya Terimakasih sudah menemani ku

berjuang dalam langkah awal karir ku ini.Terimkasih ya allah kau telah mempertemukan ku

dengan seorang hamba yg menjadi utusan mu untuk selalu melindungi dan menuntun ku di jalan

mu dan kini hamba merasa lengkap di wisuda kali dengan ada nya malaikat tanpa sayap yang kau

kirim untuk hamba I LOVE YOU MY HUSBAND :*

Kepada adekku (Fandri dan Imas))..”,kakak mu yang paling cerewet ini ini bisa wisuda

juga kan..[(^,^)>Makasih yaa buat segala dukungan doa.. hehehe insyallah kakak akan selalu ada

untuk kalian meskipun kakak mu ini sudah menikah akan selalu siap membantu kalian saat kalian

butuh kakakmu ... satu lagi nih ... kebayangkan gimana bahagianya big-bos kita dirumah lihat foto

anak tertua nya pakai toga.. hehee.. doakan selalu kakak mu ini ya brother and sister..

... i love you all” :* ...

Yang Terakhir

Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan

orang lain. "Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik”..

Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan FARMASI 2013

Kalian semua bukan hanya menjadi teman yang baik,

kalian adalah saudara bagiku!!

Page 6: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila skripsi ini merupakan jiplakan dari penelitian/karya ilmiah/skripsi

orang lain, maka saya siap menerima sanksi, baik secara akademis maupun

hukum.

Surakarta, 10 Juni 2017

Fitri Jaya Santi Utami Dewi

Page 7: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas cinta

kasih-Nya dan kemudahan yang dikaruniakan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “UJI AKTIVITAS

ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

DENGAN METODE TAIL FLICK DAN WRITHING TES” ini dengan baik.

Adapun Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat

Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta.Hasil

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat umum dan

bagi ilmu pengetahuan bidang obat tradisional khususnya.Sebelum dan selama

masa penelitian maupun selama penyusunan, banyak pihak yang turut membantu

dalam penyelesaian skripsi ini. Maka pada kesempatan yang berharga ini penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Dr. Djoni Tarigan, MBA., selaku Rektor Universitas Setia Budi Surakarta.

2. Prof. Dr. R.A. Oetari, SU., MM., M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi.

3. Dwi Ningsih, M.Farm., Apt., selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bantuan, dorongan, nasehat, bimbingan, dan masukan kepada

penulis demi kesempurnaan skripsi.

4. Dr. Rina Herowati, M.Si., Apt selaku pembimbing pendamping yang telah

member motivasi, dukungan, nasehat, petunjuk dan pengarahan sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 8: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

vii

5. Tim penguji yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan

masukan untuk penyempurnaan skripsi.

6. Segenap Dosen, Asisten Dosen, Seluruh Staf Perpustakaan dan Staf

Laboratorium, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Kedua orang tuaku tercinta, BapakEffendi, Ibu Yuni, terima kasih atas do’a,

kasih sayang, semangat dan dukungannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi.

8. Suami ku tercinta Zainal Abidin terimakasih banyak atas dukungan dan

semangatnya untuk menemani aku dalam menulis skripsi ini dan

menyelesaikannya.

9. Untuk alm. Mbah uti dan mbah kung terimakasih telah mendidik masa kecil

ku hingga masa remaja ku sehingga cucu mu ini bisa mengabulkan harapan

yang engkau impikan.

10. Untuk mertua ku terimakasih banyak atas semangat yang bapak dan ibuk

berikan untuk ku.

11. Untuk kedua adek ku Fandri dan Imas terimakasih sayang udah bantu kaka mu

ini mencari daun untuk skripsi

12. Untuk semua sahabat dekat ku terimkasih kalian sudah menjadi saudara dan

senantiasa menemani ku.

13. Semua teman-teman seperjuangan khususnya Teori 3 dan FKK 3, angkatan

2013 sukses selalu.

14. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu demi satu, terima kasih telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh

Page 9: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

viii

karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun untuk memperbaiki skripsi ini.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.

Wallahumuwaffiq illa akhwamitthoriq wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis menyadari bantuan dari pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan

skripsi ini. Namun penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini

masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran.Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat

bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

farmasi.

Surakarta, 10 Juni 2017

Fitri Jaya Santi Utami Dewi

Page 10: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

INTISARI ...................................................................................................... xiv

ABSTRACT ................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4

D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5

A. Tanaman Leunca (Solanum nigrum L.) ...................................... 5

1. Sistematika tanaman .............................................................. 5

2. Nama lain ............................................................................... 5

3. Deskripsi tumbuhan ............................................................... 6

4. Manfaat tanaman leunca ........................................................ 6

5. Kandungan tanaman leunca .................................................... 6

5.1.1. Flavonoid ........................................................................... 6

5.1.2. Saponin .............................................................................. 6

5.1.3. Alkaloid ............................................................................ 7

5.1.4. Steroid ............................................................................... 7

Page 11: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

x

B. Nyeri ........................................................................................... 7

1. Definisi .................................................................................. 7

2. Mekanisme terjadinya nyeri .................................................. 7

3. Penanganan nyeri.................................................................... 8

C. Analgesik ..................................................................................... 8

1. Analgesik narkotik ................................................................. 8

2. Analgesic perifer (non – narkotik) ......................................... 9

D. Asam mefenamat ......................................................................... 10

E. Asam asetat ................................................................................ 11

F. Metode uji analgesik ................................................................... 11

1. Metode hot plate .................................................................... 11

2. Metode Tail Flick ................................................................... 12

3. Metode Perangsang kimia (Writhing test) .............................. 12

4. Metode Randall selitto ........................................................... 12

G. Uraian Bahan .............................................................................. 13

1. Kontrol Positif ....................................................................... 13

2. Control negatif ........................................................................ 13

H. Simplisia ..................................................................................... 13

I. Penyairan .................................................................................... 14

1. Pengertian Penyairan ............................................................. 14

2. Ekstraksi ................................................................................ 14

2.1.1. Maserasi ..................................................................... 15

2.1.2. Soxhletasi .................................................................... 15

3. Pelarut .................................................................................... 15

J. Hewan percobaan ....................................................................... 16

1. Sistematika ............................................................................ 16

2. Karakteristik utama tikus putih ............................................. 16

3. Biologis tikus ......................................................................... 16

4. Teknik pengambilan dan pemegangan tikus ......................... 17

5. Mengorbankan tikus .............................................................. 17

K. Landasan teori ............................................................................ 17

L. Hipotesis ...................................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 20

A. Populasi dan sampel ................................................................... 20

B. Variable penelitian ..................................................................... 20

1. Identivikasi varibel utama ..................................................... 20

2. Klasivikasi variabel utama .................................................... 20

3. Definisi operasional variabel utama ...................................... 21

C. Alat dan bahan ............................................................................ 21

Page 12: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

xi

1. Alat ........................................................................................ 21

2. Bahan ..................................................................................... 22

2.1.1. Bahan sampel ............................................................... 22

2.1.2. Bahan kimia ................................................................. 22

2.1.3. Hewan uji ..................................................................... 22

D. Jalannya penelitian ..................................................................... 22

1. Determinasi tanaman ............................................................. 22

2. Pengambilan bahan ................................................................ 22

3. Pembuatan serbuk daun leunca ............................................. 22

4. Pembuatan ekstrak etanol dan leunca .................................... 22

5. Penetapan kadar kelembaban serbuk dan ekstraksi etanol

daun leunca ............................................................................ 23

6. Uji bebas alkohol ................................................................... 24

7. Identifikasi kandungan senyawa kimia serbuk dan ekstrak

daun leunca ............................................................................ 24

7.1 Flavonoid .................................................................... 24

7.2 Saponin......................................................................... 24

7.3 Alkaloid ....................................................................... 24

7.4 Uji steroid .................................................................... 25

8. Pembuatan larutan dan penetapan dosis ................................ 25

8.1 Larutan CMC-Na 1% ................................................... 25

8.2 Pembuatan induksi asa asetat 0,5% (v/v) ...................... 25

8.3 Pembuatan Suspensi asam mefenamat 1% ................... 25

8.4 Pembuatan sediaan Uji ................................................. 25

8.5 Penetapan dosis asam mefenamat ................................ 25

8.6 Penetapan dosis ekstrak ............................................... 25

9. Uji efek analgetik metode tail flick ....................................... 26

10. Prosedur pengujian efek analgesic metode weiting test ...... 27

11. Perhitungan persen daya analgesic metode writhing test .... 27

12. Analisis Data ........................................................................ 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 29

1. Hasil determinasi tanaman leunca ........................................ 29

2. Pengumpulan dan pengeringan daun leunca ........................ 29

3. Pembuatan serbuk dan leunca ............................................. 30

4. Pembuatan ekstrak etanol daun leunca ................................ 31

5. Hasil kadar penyusutan serbuk dan ekstrak etanol

daun leunca........................................................................... 32

6. Hasil identifikasi kandungan serbuk dan ekstrak etanol

Daun leunca .......................................................................... 32

Page 13: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

xii

7. Hasil uji bebas etanol ekstrak daun leunca .......................... 33

8. Hasil uji akstivitas analgetik metode tail flik ....................... 33

9. Pengujian aktivitas analgetik gengan metode writhing Test 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 42

A. Kesimpulan.................................................................................. 42

B. Saran ............................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 .. Tanaman Leunca (Rahimsyah 2000)............................................. 5

Gambar 2 .. Struktur Kimia asammefenamat (1995) ........................................ 10

Gambar 3 .. Skema pembuatan ekstrak etanol serbuk dan leunca .................... 23

Gambar 4 .. Uji analgesik metode tail flick ....................................................... 26

Gambar 5 .. Uji analgesik metode writing rest ................................................. 27

Gambar 6 .. Waktu rata-rata (detik) aktivitas analgesik.................................... 35

Gambar 7 .. pengujian aktivitas analgesik dengan metode writhing test .......... 39

Page 15: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

DAFATAR TABEL

Halaman

Table 1 Rendemen berat daun kering terhadap berat daun basah .............. 29

Table 2 Rendemen berat serbuk terhadap berat daun kering ..................... 30

Table 3 Rendemen elstrak etanol dain leunca ............................................ 31

Table 4 Hasil penetapan kadar penyusutan serbuk dan ekstrak daun lunca 32

Table 5 Hasil identifikasi kualitatif serbuk dan ekstrak etanol dan leunca 32

Table 6 Hasil uji bebas etanol ekstrak duan leunca.................................... 33

Table 7 Waktu rata-rata (detik) aktivitas analgetik dan SD ....................... 34

Table 8 Persentase hambatan nyeri (PHN)................................................. 36

Table 9 Persentase ambang nyeri metode writhing test ............................. 40

Page 16: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 surat keterangan determinasi .................................................... 48

Lampiran 2 surat keterangan hewan uji ....................................................... 49

Lampiran 3 surat keteranagan Zat aktif ....................................................... 50

Lampiran 4 Daun launca .............................................................................. 53

Lampiran 5 peralatan dan perlengkapan dal penelitian ............................... 54

Lampiran 6 hasil identifikasi kandungan kimia serbuk dan ekstrak etanol

daun leunca ............................................................................... 55

Lampiran 7 Ekstrak etanol daun leunca ....................................................... 57

Lampiran 8 hewan uji dan larutan stok ........................................................ 58

Lampiran 9 perhitungan rendemen daun kering terhadap daun basah, rendemen

serbuk terhadap daun kering, persen rendemen ekstrak ........... 60

Lampiran 10 Pembuatan persediaan uji & perhitungan dosis........................ 61

Lampiran 11 perhitungan rata-rata waktu reaksi (detik) ................................ 66

Lampiran 12 perhitungan persen hambatan Nyeri (PHN) ............................. 67

Lampiran 13 tabel metode writhing test ........................................................ 69

Lampiran 14 perhitungan % proteksi geliat ................................................... 70

Lampiran 15 uji statistic % peningkatan amabang nyeri (daya analgesik) seluruh

kelompok uji selama 2 jam metode tail flick ............................ 72

Lampiran 16 uji statistic % inhibisi geliat (daya analgesik) seluruh kelompok uji

Page 17: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

xvi

INTISARI

DEWI ,F.J.S.U., 2017, UJI AKTIVITAS ANALGETIK EKSTRAK

ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.) DENGAN METODE TAIL

FLICKDAN WRITHING TES SKRIPSI, FAKULTAS FARMASI,

UNIVERSITAS SETIA BUDI.

Analgesik adalah zat yang dapat mengurangi atau meringankan rasa nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran. Daun leunca mengandung flavonoid, alkaloid,

saponin, steroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas analgesik

ekstrak etanol daun leunca dengan metode tail flick dan writhing tes dan untuk

mengetahui dosis efektif ekstrak etanol daun leunca terhadap aktivitas analgesik.

Daun leunca diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut

etanol 70%. Pengujian aktivitas analgesik dilakukan pada 25 tikus putih jantan

dengan alat tail flick analgesy-meter dan stopwatch. Hewan uji dibagi menjadi 5

kelompok, kelompok 1 (CMC-Na), kelompok 2 (asam mefenamat), kelompok 3

(ekstrak etanol daun leunca 5 mg / 200 g BB), kelompok 4 (ekstrak etanol daun

leunca 10 mg / 200 g BB), kelompok 5 (ekstrak etanol daun leunca 20 mg / 200 g

BB). Pengukuran waktu dilakukan setelah 30 menit pemberian peroral ekstrak dan

di induksi asam asetat, pengukuran selanjutnya dilakukan pada menit ke 60, 90,

dan 120.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun leunca yang diuji

dengan metode tail flick dan wrhiting tes memiliki aktivitas analgesik pada tikus

putih jantan. Dosis ekstrak etanol daun leunca 20mg/200 g BB yang mempunyai

aktivitas analgesik yang tidak berbeda signifikan terhadap asam mefenamat.

Kata kunci : analgesik, ekstrak etanol daunleunca, tail flick dan writhing tes.

Page 18: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

xvii

ABSTRACT

DEWI ,F.J.S.U, 2017,, ANALGESIC ACTIVITY OF LEUNCA(Solanum

nigrum L.) LEAF ETHANOL EXTRACT WITH TAIL FLICK AND

WRITHING TEST METHOD,UNDERGRADUATE THESIS, FACULTY OF

PHARMACHY, SETIA BUDI UNIVERSITY, SURAKARTA.

Analgesic is a substance can reduce or relieve pain without removing

awareness. Leunca leaf contains flavonoid, alkaloid, saponin and steroid. This

research aimed to understand analgetic activity leuncha leaf ethanol extract with

tail flick and wrhithing test methode and determining the doses variations of

leunca leaf ethanol extract on the activity of analgesic.

Leunca leaf was extracted by remaceration method using ethanol 70%.

Analgesic activity testing was done using 25 white male rats with tail flick

analgesy-meter and stopwatch. The animals model was devided by five groups,

group I (CMC-Na), group II (mefenamic acid), group III (leunca leaf ethanol

extract 5 mg / 200 g BB), group IV (leunca leaf ethanol extract 10 mg / 200 g

BB), group V (leunca leaf extract ethanol extract 20 mg / 200 g BB). The results

were measured after 30 minutes peroral granting extract, next were measured

performed on 60, 90, and 120 minutes.

The resuld showed that leunca leaf ethanol extract had activity analgesic

on white malerats . Doses of leunca leaf ethanol extract 20 mg/ 200 g BB; have

analgesic activity significan closed to mefenamic acid.

Keywords : analgesic, leunca leaf ethanol extract, tail flick analgesy and writhing

test.

Page 19: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasa nyeri dalam kebanyak hal adalah suatu kondisi gejala dengan

memberikan tanda-tanda adanya gangguan di dalam tubuh yang menandakan

adanya peradangan seperti rematik, infeksi kuman dan kenjang yang terjadi pada

otot. Rasa nyeri disebabkan adanya rangsangan kimiawi dan mekanik yang dapat

menimbulkan kerusakan pada jaringan dan pelepasan zat tertentu yang di sebut

mediator nyeri. Mediator nyeri merangsang reseptor nyeri yang terletak pada

ujung syaraf bebas dikulit, dan jaringan (organ) lain. Dari ujung syaraf bebas

kulit dan jaringan rangsangan dilarikan melalui syaraf-syaraf sensoris ke SSP

melalui sumsum tulang belakang ke thalamus kemudian ke pusat nyeri di dalam

otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator nyeri terpenting

adalah histamin, serotonin (5-HT), prostaglandin, bradikinin serta ion kalium. Zat

tersebut dapat mengakibatkan merangsang reaksi radang dan kejang – kejang dari

jaringan otot (Tan & Rahardja 2002).

Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan memberikan obat-obat

analgesik yang dapat mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

Obat analgesik terdiri dari analgesik narkotik (sentral) dan non narkotik (perifer).

Contoh obat analgesik narkotik (sentral) adalah codein, morfin, petidin,

sedangkan contoh obat analgesik non narkotik (perifer) adalah paracetamol, asam

mefenamat dan asam salisilat (Tan & Rahardja 2002). Penggunan obat analgesik

dalam jangka panjang dan dosis yang tinggi akan menimbulkan efek samping

ringan seperti gangguan lambung dan usus, alergi pada kulit yang sering terjadi

dan efek samping berat seperti iritasi mukosa lambung dan terjadinya borok

lambung (Tan & Rahardja 2002).

Kini pengobatan tradisional menjadi solusinya. Pengobatan yang tergolong

murah, sederhana dan mempunyai efek samping ringan menjadi salah satu alasan

masyarakat untuk menggunakan kembali pengobatan tradisional. Pengobatan

tradisional yang bersumber dari bahan alam telah dilakukan sejak lama oleh

Page 20: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

2

nenek moyang kita. Banyak penelitian yang mengembangkan penggunaan bahan

alam sebagai pengobatan alternatif. Terutama dalam khasiat obat ataupun analisis

zat kimia berdasarkan indikasi tumbuhan yang telah digunakan oleh sebagian

masyarakat. Hasil penelitian tersebut tentunya memantapkan para pengguna

tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunannya.

Salah satu tumbuhan yang dapat berkhasiat sebagai obat analgesik adalah

daun leunca (Solanum nigrum L). Leunca termasuk jenis sayuran yang tergolong

dalam terong- terongan. Masyarakat sunda menilai tanaman leunca sebagai

tanaman multi guna, baik sebagai sumber pangan, obat – obatan nabati dan pakan

ternak. Buah leunca secara umum dipercaya dapat menyembuhkan berbagai

penyakit seperti kanker, obat cacing, anti inflamasi sedangkan daunnya

bermanfaat untuk menghilangkan rasa nyeri. Hasil penelitian pendahuluan penulis

(Simorangkir dkk, 2013), pada daun ranti hitam (Solanum blumei Ness ex

Blume) lokal terdapat metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, tanin dan

saponin. Cara pengobatan yang digunakan secara empiris untuk mengobati rasa

nyeri pada manusia adalah 7 gram daun basah, air 5 gelas direbus sampai

mendidih selama 15 menit untuk diminum 3-4 kali sehari (Rahimsyah 2000).

Kandungan kimia daun leunca yang diduga dapat berkhasiat sebagai

analgesik yaitu flavonoid, alkaloid, tanin dan steroid. Flavonoid tersebar luas

dalam tumbuhan, termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nektar. Flavonoid

adalah senyawa fenol, bersifat agak asam dapat larut dalam basa. Flavonoid

merupakan senyawa polar yang larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,

dan aseton. .Flavonoid berfungsi meghambat kerja antimikroba, antivirus, sebagai

pengatur fostosintesis serta dapat berfungsi sebagai analgesik. Mekanisme

flavonoid sebagai analgesik menghambat enzim siklooksigenasi yang akan

mengurangi produksi asam arakhidonat sehingga dapat mengurangi rasa nyeri

yang di alami (Robinson 1995). Saponin adalah senyawa yang dikocok dalam air

akan menimbulkan busa dengan konsentrasi rendah yang menyebabkan hemolisis

sel darah merah. Mekanisme saponin sebagai analgesik menghambat

prostaglandin yang berperan menyebabkan peradangan. Saponin larut dalam air,

tetapi tidak larut dalam eter (Robinson 1995). Alkaloid mencakup senyawa

Page 21: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

3

bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dalam gabungan,

sebagai bagian dari sistem siklik. Kelarutan alkaloid bentuk bebas adalah tidak

larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik, sedangkan alkaloid bentuk

garam mudah larut dalam air (Robinson 1995). Menurut Safitri (2013),

mekanisme alkaloid sebagai efek analgetik adalah dengan cara bekerja terhadap

reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respon terhadap emosional

terhadap nyeri berkurang. Steroid merupakan senyawa yang mempunyai

kerangka dasar triterpen asiklik. Khasiat steroid sebagai analgesik adalah

menghambat enzim fosfolipase sehingga dapat menghabat rasa nyeri yang terjadi

(Robinson 1995).

Penelitian Mardina (2005) menyatakan bahwa potensi fraksi ekstrak daun

ranti hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) yang memiliki aktivitas antibakteri

yang terbesar terhadap Salmonella typhimurium berdasarkan kepolaran pelarut

secara berurutan adalah ekstrak n-heksan 5% (23,95 mm), ekstrak etanol 5% (22,5

mm), dan ekstrak etil asetat 5% (14,1 mm). Penelitian tentang daun ranti yang

sudah ada yaitu respon kekebalan (imunoglobulin) pada ayam dan kelinci

(dengan menyuntikkan antigen protein hewan dan tanaman serta isolasi dan

penentuan aktivitas imunoglobulin telah dilakukan oleh Simorangkir (2009).

Penelitian mengenai ekstrak etanol daun leunca masih jarang dilakukan,

melihat populasi penderita nyeri di Indonesia yang semakin tinggi, sehingga

dalam penelitian ini akan dilakukan kajian tentang ekstrak etanol daun leunca

mengenai aktivitas analgesik yang akan diuji pada tikus putih jantan galur wistar

dengan dua metode, yaitu metode tail flick dan writhing test (rangsang kimia).

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi, karena maserasi merupakan

cara penyarian yang sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari serta cocok untuk ekstraksi awal. Penyari yang digunakan dalam

proses ekstraksi ini adalah etanol 70%. Etanol 70% digunakan karena merupakan

penyari yang bersifat semi polar yang dapat melarutkan senyawa bersifat polar

maupun non polar, tidak beracun, tidak mudah ditumbuhi kapang dan kuman, dan

pemanasan yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit (Inayati 2010). Rasa

nyeri yang diperlihatkan pada hewan coba dengan metode tail flick berupa respon

Page 22: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

4

penjentitan dan gerakan penarikan/ pengibasan ekor (Yusuf 2001). Sedangkan

rasa nyeri yang dimunculkan pada hewan coba dengan metode writhing test

ditunjukkan dalam respon gerakan geliat dengan kedua pasang kaki ditarik ke

belakang dengan abdomen menyentuh dasar tempat berpijak, dimana asam asetat

sebagai penginduksi rasa nyeri (Vogel 2002).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan suatu permasalahan

yaitu :

Pertama, apakah ekstrak etanol daun leunca memberikan efek analgesik

pada tikus jantan galur wistar yang diuji menggunakan metode tail flick dan

writhing test?

Kedua, berapakah dosis ekstrak etanol daun leunca yang paling efektif

sebagai analgesik pada tikus jantan galur wistar yang diuji menggunakan metode

tail flick dan writhing test?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Pertama, bertujuan untuk menguji ekstrak etanol daun leunca sebagai

analgesik pada tikus jantan galur wistar dengan metode tail flick dan writhing

test.

Kedua, penelitian ini juga digunakan untuk mencari dosis yang paling

efektif dari ekstrak etanol daun leunca sebagai analgesik pada tikus jantan galur

wistar dengan metode tail flick dan writhing test.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara

ilmiah mengenai efek analgesik dari daun leunca, sehingga dapat digunakan

sebagai alternatif pengobatan, khususnya untuk mengurangi rasa nyeri atau

analgesik dan dapat digunakan sebagai penelitian selanjutnya.

Page 23: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Leunca (Solanum nigrum L.)

Gambar 1.Tanaman Leunca (Rahimsyah 2000).

1. Sistematika tanaman

Tanaman leunca (Solanum nigrum L.) memiliki sistematika sebagai

berikut.

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum nigrum L. (Kartesz, 2004)

Sinonim : S. fistolosum Rich, S. nodiflorum Jacq.

Solanum guineense (L) Lam.

2. Nama lain

Nama daerah Leunca (Sunda), Ranti (Jawa), anti, Bobosa (Maluku). Nama

asing diantarany along kui (Tiong Hoa), enab el-deeb (Arab). Nama latin Solanum

nigrum L.

Page 24: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

6

3. Deskripsi Tumbuhan

Tanaman ini termasuk ke dalam golongan semak, dengan tinggi lebih

kurang 1,5 m. Memiliki akar tunggang dengan warna putih kocoklatan. Batang

tegak, berbentuk bulat, lunak, dan berwarna hijau. Berdaun tunggal, lonjong, dan

tersebar dengan panjang 5-7,5 cm , lebar 2,5-3,5 cm. Pangkal dan ujung daun

meruncing dengan tepi rata. Pertulangan daun menyirip. Daun mempunyai tangkai

dengan panjang ± 1 cm dan berwarna hijau. Bunga berupa bunga majemuk

dengan mahkota kecil, bangun bintang, berwarna putih, benang sari berwarna

kehijaunan dengan jumlah 5 buah. Tangkai bunga berwarna hijau pucat dan

berbulu. Buah berbentuk bulat, jika masih muda berwarna hijau, dan berwarna

hitam mengkilat jika sudah tua ukurannya kira-kira sebesar kacang kapri. Biji

berbentuk bulat pipih, kecil-kecil, dan berwarna putih.

4. Manfaat tanaman leunca

Daun leunca selain dimanfaatkan sebagai sayuran dan pakan ternak, juga

digunakan sebagai bahan obat tradisional. Daunnya yang di jus digunakan sebagai

obat cacing, nyeri pada sendi serta sakit telinga (Herbi T. 2015).

5. Kandungan leunca

Hasil penelitian pendahuluan penulis Simorangkir et al (2013), daun ranti

hitam (Solanum blumei Ness ex Blume) lokal terdapat metabolit sekunder

alkaloid, flavonoid, tanin, steroid dan saponin.

5.1 Flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polar yang larut dalam

pelarut polar seperti etanol, metanol, dan aseton. Flavonoid berfungsi sebagai

meghambat kerja antimikroba, antivirus, sebagai pengaturan fostosintesis serta

dapat berfungsi sebagai analgesik. Mekanisme flavonoid sebagai analgesik

menghambat enzim siklooksigenasi yang akan mengurangi produksi asam

arakhidonat sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang di alami (Robinson 1995).

5.2 Saponin. Saponin merupakan senyawa yang di kocok dalam air akan

menimbulkan busa dengan konsentrasi rendah yang menyebabkan hemolisis sel

darah merah. Mekanisme saponin sebagai analgesik efek menghambat

prostaglandin yang berperan menyebabkan peradangan. Saponin larut dalam air,

tetapi tidak larut dalam eter (Robinson 1995).

Page 25: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

7

5.3 Alkaloid merupakan senyawa bersifat basa yang mengandung satu

atau lebih atom nitrogen dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik.

Kelarutan alkaloid bentuk bebas adalah tidak larut dalam air tetapi larut dalam

pelarut organik, sedangkan alkaloid bentuk garam mudah larut dalam air

(Robinson 1995). Menurut Safitri (2013), mekanisme alkaloid sebagai efek

analgetik adalah dengan cara bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga

persepsi nyeri dan respon terhadap emosional terhadap nyeri berkurang

5.4 Steroid merupakan senyawa yang mempunyai kerangka dasar triterpen

asiklik. Ciri umum steroid adalah sistem empat cincin dimana ketiga cincin

memiliki enam atom karbon dan satu cincin memiliki lima atom karbon

(Robinson 1995). Khasiat steroid sebagai analgesik adalah menghambat enzim

fosfolipase sehingga dapat menghabat rasa nyeri yang terjadi. (Robinson 1995)

B. Nyeri

1. Definisi

Rasa nyeri dalam kebanyak hal adalah suatu kondisi gejala dengan

fungsinya memberikan perlindungan dan memberikan tanda-tanda adanya

gangguan di dalam tubuh yang menandakan adanya peradangan seperti rematik,

infeksi kuman dan kejang yang terjadi pada otot (Tan & Rahardja 2002).

Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering walaupun

sering berfungsi untuk melindungi dan sering memudahkan diagnosis pasien

merasakannya sebagai hal yang tidak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan

karena itu berusaha untuk bebas darinya. Nyeri timbul apabila rangsangan

mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai

ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan

pemyebaran yang disebut senyawa nyeri ( Mutschler1999).

2. Mekanisme terjadinya nyeri

Rasa nyeri terjadi ketika rangsangan mekanik, kimiawi, atau fisik

melampaui batas toleransi nyeri sehingga memicu pelepasan mediator-mediator

nyeri, (histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin). Mediator nyeri akan

merangsang reseptor- reseptor nyeri pada ujung-ujung syaraf bebas di kulit,

Page 26: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

8

mukosa, serta jaringan (organ) dan menimbulkan kerusakan jaringan seperti reaksi

peradangan, kejang-kejang, dan demam (Tan & Rahardja 2002).

Nyeri menurut tempat terjadinya dibagi menjadi dua yaitu, nyeri somatik

dan nyeri viseral. Nyeri somatik dibagi menjadi dua bagian yaitu, nyeri pada

permukaan dan nyeri dalam. Nyeri permukaan ialah nyeri yang terjadi di

permukaan kulit, mempunyai karakter ringan, dapat dilokalisasi dengan baik, dan

dapat hilang dengan cepat setelah berakhirnya rangsangan. Nyeri dalam adalah

nyeri yang terjadi karena rangsangan dari dalam tubuh, dari otot, persendian,

tulang dan jaringan ikat. Nyeri dalam sukar untuk di sembuhkan dan kebanyakan

menyebar di sekitarnya. Nyeri viseral adalah nyeri yang bersifat menekan dan

berlangsung lama, sifat ini mirip dengan nyeri dalam. Contoh dari nyeri viseral

adalah kejang otot polos, terganggunya aliran darah, nyeri perut, dan penyakit

yang disertai radang (Mutschler 1991).

3. Penanganan nyeri

Penanganan rasa nyeri dapat di lakukan dengan pemberian obat analgesik

yang tidak mempengaruhi sistem saraf pusat, tidak menghilangkan kesadaraan

dan tidak mengakibatkan ketergantungan dengan penggunaan obat analgesik

perifer (non-narkotik). Meringankan atau meniadakan rasa nyeri melalui sistem

syaraf pusat dengan analgetika yang bekerja sentral (Tan & Rahardja 2002).

C. Analgesik

Analgesik adalah zat dengan dosis terapi mengurangi atau menghilangkan

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat analgesik dapat dibagi dalam dua

golongan besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik perifer (Tan & Raharja

2002).

1. Analgesik narkotik

Analgesik berkhasiat kuat dan bekerja pada sususan syaraf pusat yang

sering disebut analgesik kelompok opiad. Mekanisme kerjanya analgetik narkotik

bekerja secara kuat dengan cara menstimulasi reseptor sistem penghambat nyeri

endogen. Obat analgesik narkotik biasanya digunakan untuk mengatasi rasa nyeri

yang hebat yang tidak dapat diatasi dengan pemberian analgesik perifer. Contoh

Page 27: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

9

nyeri hebat seperti rasa sakit akibat kecelakaan, pasca operasi dan nyeri karena

kanker. Pengobatan dengan menggunakan analgesik narkotik ini harus diberikan

dengan dosis yang sangat rendah mungkin dengan waktu sesingkat mungkin,

karena penggunaan jangka panjang obat analgesik narkotik akan menyebabkan

ketergantungan psikis, fisik, dan toleransi (Mutschler 1991).

Penggunaan analgetik narkotik dalam waktu lama akan menimbulkan

kebiasaan dan ketergantungan bagi sebagian pemakai, dikarenakan berkurangnya

resorpsi opioid atau perombakan eliminasinya dipercepat, atau bisa juga karena

penurunan kepekaan jaringan. Obat menjadi kurang efektif sehingga diperlukan

dosis yang lebih tinggi untuk mencapai efek semula. Peristiwa ini disebut

toleransi yang menandakan bahwa dosis tinggi dapat lebih diterima tanpa

menimbulkan efek intoksikasi, disamping terjadi ketergantungan fisik dapat pula

terjadi ketergantungan psikis yaitu kebutuhan mental akan efek psikotrop (rasa

nyaman dan segar). Ketergantungan fisik pada lazimnya bisa lenyap dalam dua

minggu setelah penggunaan obat dihentikan, sedangkan ketergantungan psikis

seringkali sangat erat, sehingga pembebasan yang tuntas sulit dicapai (Tan &

Rahardja 2002).

2. Analgesik perifer (non-narkotik)

Analgesik perifer terdiri dari obat-obatan yang bukan merupakan golongan

narkotik. Obat analgesik perifer mampu meringankan atau menghilangkan rasa

nyeri tanpa mempengaruhi sistem syaraf pusat atau menurunkan kesadaran, dan

tidak dapat menimbulkan ketagihan. Obat analgesik perifer juga mempunyai

khasiat antipiretik dan antiradang. Obat analgesik perifer digunakan pada nyeri

ringan sampai nyeri sedang. Contoh nyeri ringan sampai nyeri sedang adalah sakit

kepala, gigi, otot, atau sendi, perut, nyeri haid, dan nyeri akibat benturan atau

kecelakaan (trauma). Pada nyeri lebih berat seperti pembedahan atau fraktur

(patah tulang), kerjanya kurang efektif. (Tan & Rahardja 2002)

Analgetik perifer dibagi menjadi beberapa golongan adalah golongan

pertama golongan salisilat contohnya asetosal, natrium salisilat, salisilamida, dan

bencrilat. Kedua derivat asetanilida contohnya fenasetin dan paracetamol. Ketiga

derivat pirazolom contohnya antipirin, aminofenazon, dipiron, fenilbutazon dan

Page 28: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

10

turunan-turunannya. Keempat derivat antranilat contohnya glafenin, asam

mefenamat, dan asam nifluminat (Tan & Rahardja 2002). Mekanisme kerja

analgesik ini adalah mempengaruhi proses sintesa prostaglandin dengan jalan

menghambat enzim siklooksigenase yang menyebabkan asam arakidonat dan

asam C20 tak jenuh tidak dapat membentuk endoperokside yang merupakan prazat

dari prostaglandin. (Tan & Rahardja 2002)

D. Asam Mefenamat

Asam mefenamat merupakan turunan salah satu senyawa fenamat yang

mempunyai khasiat sebagai antiinflamasi, antipiretik, dan analgesik.

Gambar 2.Struktur kimia asam mefenamat (Depkes 1995)

Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan menghambat sintesa

prostaglandin dan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 dan COX-

2). Asam mefenamat berbentuk serbuk hablur, berwarna putih, melebur pada suhu

lebih kurang 230°C. Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut dalam

kloroform, sukar larut dalam etanol dan dalam metanol, serta praktis tidak larut

dalam air. Baku pembanding asam mefenamat BPFI yaitu dengan pengeringan

pada suhu 105°C selama 4 jam sebelum digunakan. (Depkes 1995)

Efek samping yang kemungkinan terjadi secara umum dalam penggunaan

asam mefenamat adalah gangguan lambung dan usus. Asam mefenamat dikontra

indikasikan pada kehamilan, tetapi belum dibuktikan keamanan penggunaannya

pada anak kecil. (Tan & Rahardja 2002)

Page 29: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

11

E. Asam Asetat

Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah

suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa

asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan

asmosferik, titik didihnya 118,1oC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat

luas di bidang industri dan pangan (Hardoyo et al. 2007).

Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glasial. Asam asetat

glasial mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17°C dan

titik didih 118°C) dengan bau menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak

pelarut organik, tidak teroksidasi dan terfotosensitisasi. Dalam bentuk cair atau

uap, asam asetat glasial sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain suatu

molekul asam asetat mengandung gugus OH dan dengan sendirinya dapat

membentuk ikatan hidrogen dengan air. Karena adanya ikatan hidrogen ini, maka

asam asetat yang mengandung atom karbon satu sampai empat dan dapat

bercampur dengan air. Asam asetat memberikan efek nyeri melalui suatu

mekanisme kerja dalam memberi suasana asam dengan adanya ion hidrogen yang

akan menyebabkan pH pada asam lambung makin rendah, sehingga menimbulkan

rasa nyeri dan peningkatan ion hidrogen (Hewitt 2003).

F. Metode Uji Analgesik

1. Metode hot plate

Metode ini dilakukan dengan cara meletakan hewan uji di atas pelat panas

dengan suhu yang telah di tentukan (55°C) sebagai stimulus nyeri. Hewan uji

akan memberikan respon dalam bentuk meloncat atau menarik kakinya ke arah

belakang. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon

yang di berikan hewan uji disebut waktu reaksi. Pemberian obat analgesik dapat

memper panjang selang waktu yang di berikan oleh hewan uji. Perpanjangan yang

diberikan hewan uji sebagai ukuran dalam mengevaluasi akativitas analgesik.

Kekurangan metode hot plate adalah kesalahan dalam mencatat waktu pada

pengujian yang berlangsung karena menggunakan alat bantu stopwatch sehingga

kurang efektif. (Yusuf 2001)

Page 30: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

12

2. Metode Tail Filck

Metode tail filck adalah metode yang menggunakan alat tail filck

analgesy-meter. Alat ini di lengkapi dengan stopwath dan pengatur suhu ruangan.

Parameter yang digunakan dalam metode ini adalah waktu reaksi yang di

menimbulkan respon nyeri pada ekor hewan uji (tikus), setelah di berikan

rangsangan thermal berupa panas dengan suhu tertentu (70°C) yang di dapatkan

dari aliran listrik pada alat tersebut. Waktu yang di berikan respon hewan uji di

tandai dengan lamanya ekor hewan uji dalam keadaan diam sampai hewan uji

menarik ekornya secara tiba-tiba. (Yusuf 2001)

3. Metode perangsangan kimia (writhing test)

Metode writhing test yaitu suatu zat kimia yang diberikan secara oral 30

menit sebelum pemberian asam asetat secara intraperitonial pada hewan coba.

Pemberian asam asetat untuk menimbulkan rasa nyeri pada tikus. Reaksi nyeri

diperlihatkan oleh tikus antara lain menggeliat, menggeser-geserkan perut pada

alas kandang. Tikus yang dapat dipakai adalah tikus yang dapat memberikan

reaksi seperti diatas. Jumlah geliat langsung di amati selama 30 menit dengan

selang waktu 5 menit. Efek mengurangi rasa nyeri dapat ditunjukkan dengan

berkurangnya geliat tikus yang diberi bahan uji. Beberapa zat kimia yang dapat

menimbulkan efek nyeri pada peritoneal adalah asam asetat, fenil benzoquinon

dan larutan NaCl 4%. Asam asetat memberikan efek nyeri melalui suatu

mekanisme kerja dalam memberi suasana asam dengan adanya ion hidrogen yang

akan menyebabkan pH pada asam lambung makin rendah, sehingga menimbulkan

rasa nyeri dan peningkatan ion hidrogen. (Vogel 2002)

4. Metode Randall Selitto

Metode ini merupakan suatu alat untuk mengevaluasi kemampuan obat

analgesik yang mempengaruhi ambang reaksi terhadap rangsangan tekanan

mekanis di jaringan inflamasi (Anseloni et al. 2003). Prinsip metode ini adalah

inflamasi dapat meningkatkan sensitivitas nyeri yang dapat dikurangi oleh suatu

obat analgesik. Bahan kimia yang digunakan untuk menghasilkan suatu inflamasi

diinjeksikan secara subkutan pada permukaan kaki/ tangan tikus. Inflamasi yang

Page 31: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

13

terjadi diukur dengan suatu alat yang menggambarkan adanya peningkatan

ambang nyeri. (Parmar dan Prakash 2006)

G. Uraian Bahan

1. Kontrol positif

Kontrol positif yang digunakan adalah obat analgesik asam mefenamat.

Obat ini digunakan untuk pengobatan analgesik dan anti-inflamasi. Asam

mefenamat merupakan analgesik golongan NSAID. Obat ini tidak bersifat

narkotik dan tidak bekerja sentral. (Depkes 1995)

2. Kontrol negatif

Kontrol negatif adalah CMC (Natrii Carboximethylcellulosum). Kontrol

negatif yang digunakan dalam penelitian ini, derivat karboksi yang memiliki

viskositas tergantung pada tipenya. CMC digunakan sebagai garam natriumnya.

Dalam tubuh sama sekali tidak bereaksi. Biasanya CMC digunakan pada

penanganan pasien obesitas untuk menghilangkan perasaan lapar yang berlebihan.

(Tjay dan Kirana 2002)

CMC biasanya digunakan sebagai suspending agent berfungsi untuk dapat

melarutkan bahan–bahan yang tidak larut dalam air. CMC di gunakam sebagai

emulgator ataupun suspending agent dengan kadar 0,5% - 1%. Dalam bentuk

larutan CMC dapat tercampur dalam asam ataupun basa, alkohol sampai 40%.

Pelarutan CMC dapat dilakukan dengan cara taburkan dalam air panas dan dan

dibiarkan berapa menit diaduk perlahan larut. (Anief 2005)

H. Simplisia

1. Pengertian simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia

hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Gunawan D. dan Mulyani S. 2004).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan

atau eksudat tumbuhan.

Page 32: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

14

Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan

atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau senyawa nabati

lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa

senyawa kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh,

bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa

zat kimia murni. Simplisia pelikan (mineral) adalah simplisia yang belum berupa

zat kimia murni. Simplisia harus memenuhi persyaratan minimal untuk menjamin

keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya. Faktor yang

mempengaruhi yaitu bahan baku simplisia, proses pembuatan simplisia termasuk

cara penyimpanan bahan baku simplisia dan cara pengepakan. (Depkes 2000)

I. Penyarian

1. Pengertian penyarian

Penyarian adalah penarikan zat penting yang di cari dari simplisia obat

dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga senyawa yang diinginkan

akan larut. Pemilihan sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus

berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang maksimal dari zat

aktif dan seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. (Depkes 2000).

2. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Depkes 2000).

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang

sebagai bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan

awal dianalogkan dengan komoditi bahan baku obat yang dengan teknologi

fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara berarti

masih menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat

senyawa tunggal atau sebagai campuran dengan ekstrak lain. Ekstrak sebagai

Page 33: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

15

produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam sediaan obat jadi siap digunakan

oleh penderita. (Depkes 2000)

2.1 Maserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar). Prinsip metode ini adalah pencapaian konsentrasi

pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinue

(terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut

setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya. (Depkes 2000)

Maserasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok, dimasukkan dalam bejana lalu dituangi dengan

75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari

cahaya sambil berulang-ulang diaduk, sari kemudian diencerkan dan ampas

diperas. Ampas dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100

bagian. Keuntungan metode maserasi adalah alat yang digunakan sederhana,

murah dan mudah dilakukan. (Depkes 2000)

2.2 Soxhletasi merupakan salah satu metode ekstraksi cara panas dengan

menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat

khusus sehingga terjadi ekstraksi yang kontinyu dengan jumlah pelarut relatif

konstan dengan adanya pendingin balik. (Anonim 2000)

3. Pelarut

Pelarut yang digunakan dalam melarutkan senyaw-senyawa aktif harus

memenuhi beberapa kriteria. Pelarut yang digunakan harus murah, mudah didapat

(Depkes 2000) bersifat netral, selektif (dapat menarik zat berkhasiat yang

diinginkan) dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Depkes 2000). Cairan

penyari yang baik harus memenuhi persyaratan, yaitu murah dan mudah diperoleh

stabil secara kimia dan fisika, bereaksi netral, tidak mudah menguap, tidak mudah

terbakar dan hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki. (Depkes 2000)

Etanol banyak digunakan sebagai cairan penyari karena etanol lebih tidak

toksik dibandingkan dengan cairan penyari yang lain, dapat memperbaiki

stabilitas bahan obat terlarut dan dapat melarutkan alkaloid basa, minyak

menguap, glikosida, antrakuinon, flavonoid, dan saponin (Depkes 2000). Cairan

Page 34: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

16

pengekstraksi etanol 70% dapat menghasilkan bahan aktif bersifat polar dan

nonpolar yang optimal dan bahan pengotor yang relatif sedikit. (Voigt 1995)

J. Hewan Percobaan

1. Sistematika

Sistematika hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai

berikut:

Filium : Chordata

Sub Filium : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Sub Kelas : Placentalia

Bangsa : Rodentia

Suku : Muridae

Marga : Rattus

Jenis : Rattus norvergicus (Sugiyanto 1995).

2. Karakteristik utama tikus putih

Hewanpercobaan yang digunakan untuk percobaan adalah tikus (Rattus

norvergicus). Tikus putih adalah hewan yang cerdas dan resisten terhadap infeksi,

mudah ditangani, tidak begitu bersifat fotofobia seperti tikus dan

berkecenderungan berkumpul dengan kelompoknya tidak begitu besar Meskipun

mudah ditangani, terkadang tikus agresif ketika diperlakukan kasar (Sugiyanto

1995). Tikus lebih besar daripada tikus, untuk percobaan, tikus lebih

menguntungkandibandingkan tikus. Dua sifat tikus yang berbeda dengan hewan

percobaan lain, adalah tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang

tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung, dan tikus tidak

mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

3. Biologi tikus

Hidup tikus jantanmaupun betinaberkisar antara usia 2 – 3 tahun, dapat

bertahan hidup sampai dengan berusia 4 tahun. Umur 35 – 40 hari tikus jantan

maupun betina dikatakan dewasa. Berat badan tikus jantan dewasa antara 300 –

400 g sedangkan pada tikus betina dewasa 250 - 300 g. Tikus beraktivitas aktif

dilakukan pada malam hari. Usia Tikus mulai kawin antara umur 8 – 9 minggu

Page 35: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

17

perkawinan tikus lebih baik jika tikus dikawinkan sebelum umur 10 – 2 minggu.

(Smith dan Mangkoewidjojo 1988)

4. Teknik pengambilan dan pemegangan tikus

Sifat tikus cenderung untuk menggigit bila ditangkap atau sedang ada

ancaman yang dialami. Cara menangkap tikus tangkap dengan memegang ekor

pada bagian pangkal ekornya (bukan ujung ekor). Angkat dan letakkan di atas alas

kasar atau ram kawat, tikus ditarik secra perlahan dengan cepat pegang bagian

tengkuknya dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk menggunakan tangan

kiri, kaki belakang tikus dipegang bersama ekor dengan menggunakan jari

keempat atau jari kelingking. Menunggu sebelum tikus diletakkan di atas ram

kawat dengan tetap pegang ekor tikus agar tikus tidak terbalik ke tangan

pemegang. (Harmita 2005)

5. Mengorbankan tikus

Pembunuhan hewan uji dilakukan seminimal mungkin agar tidak

mengalami penderitaan berat. Pembunuhan hewan uji.Dapat dilakukan dengan

caramemberikan cairan anestetik dosis berlebih. Pemberian cairan anestetik di

berikan secara intraperitoneal, dapat juga menggunakan kloroform, CO2, N2,

inhalasi atau secara fisik maupun disembelih. (Harmita 2005)

K. Landasan Teori

Rasa nyeri dalam kebanyak hal adalah suatu kondisi gejala dengan

fungsinya yang memberikan perlindungan dan memberikan tanda-tanda adanya

gangguan di dalam tubuh yang menandakan adanya peradangan seperti rematik,

infeksi kuman dan kenjang yang terjadi pada otot. Rasa nyeri disebabkan adanya

rangsangan kimiawi dan mekanik yang dapat menimbulkan kerusakan pada

jaringan dan pelepasan zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri

merangsang reseptor nyeri yang terletak pada ujung syaraf bebas dikulit, dan

jaringan (organ) lain. Dari ujung syaraf bebas kulit dan jaringan rangsangan

dilarikan melalui syaraf-syaraf sensoris ke SSP melalui sumsum tulang belakang

ke thalamus kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan

dirasakan sebagai nyeri. Mediator nyeri terpenting adalah histamin, serotonin (5-

Page 36: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

18

HT), prostaglandin, bradikinin serta ion kalium. Zat tersebut dapat mengakibatkan

merangsang reaksi radang dan kejang – kejang dari jaringan otot. (Tan &

Rahardja 2002)

Pengobatan tradisional kini menjadi trend kembali. Pengobatan yang

tergolong murah, sederhana dan mempunyai efek samping ringan menjadi salah

satu alasan masyarakat untuk menggunakan kembali pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional yang bersumber dari bahan alam telah dilakukan sejak

lama oleh nenek moyang kita. Banyak penelitian yang mengembangkan

penggunaan bahan alam sebagai pengobatan alternatif. Terutama dalam khasiat

obat ataupun analisis zat kimia berdasarkan indikasi tumbuhan yang telah

digunakan oleh sebagian masyarakat. Hasil penelitian tersebut tentunya

memantapkan para pengguna tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunaannya.

Tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati analgesik salah satunya

adalah daun leunca (Solanum nigrum L.). Bagian tanaman yang digunakan yaitu

bagian daun. Kandungan kimia yang terdapat dalam daunnya yaitu alkaloid,

flavonoid, steroid, saponin dan tannin terdapat pada buah dan daun (Simorangkir

2013). Cara penggunaannya untuk pengobatan analgesik yaitu dipakai 7 gram

daun basah direbus dipercaya mampu mengatasi nteri pada sendi (Rahimsyah

2000).

Senyawa yang terkandung dalam tanaman Solanum nigrum L. yang diduga

berkhasiat sebagai analgesik yaitu senyawa flavonoid, saponin, tanin. Metode

ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan menggunakan etanol 70%.

Etanol 70% digunakan karena dapat melarutkan senyawa organik dalam

tumbuhan baik yang bersifat polar maupun nonpolar, tidak beracun, tidak mudah

ditumbuhi kapang dan kuman, dan pemanasan yang diperlukan untuk pemekatan

lebih sedikit. Disamping itu etanol 70% mempunyai titik didih yang rendah

dengan temperatur 78,4°C sehingga mudahdiuapkan, aman digunakan dan mudah

didapatkan. (DepKes 1986)

Pada penelitian ini akan dilakukan uji analgesik dari ekstrak etanol daun

leunca yang mempunyai dosisi empiris 7 g daun basah leunca yang di jadikan

ekstrak kemudian dijadikan suspensi agar dapat di berikan terhadap tikus putih

Page 37: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

19

jantan galur wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200 gram.

Pengujian analgesik ini menggunakandua metode, yaitu metode tail flick dengan

alat analgesy-meter dan metode writhing test (rangsang kimia), dimana obat uji

akan dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri

dengan memberikan ransangan nyeri pada hewan uji.

L. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori, maka dapat disusun

hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

Pertama, ekstrak etanol daun leunca mempunyai aktivitas analgesik

terhadap tikus putih jantan galur wistar yang diuji dengan metode tail flick dan

writhing test.

Kedua, pada dosis tertentu ekstrak etanol daun leunca merupakan dosis

efektif yang mempunyai aktifitas analgesik terhadap tikus putih jantan galur

wistaryang diuji dengan metode tail flick dan writhing test.

Page 38: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman leunca (Solanum nigrum L.)

yang diperoleh dari daerah Ciloak, Garut, Jawa Barat.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun leunca segar, tidak

busuk, berwarna hijau, dan belum berubah warna yang diambil di daerah Ciloak,

Garut, Jawa Barat pada bulan Maret 2017.

B. Variabel Penelitian

1. Identifikasi variabel utama

Variabel utama dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak etanol daun

leunca pada tikus jantan, aktivitas analgesik ekstrak etanol daun leunca

menggunakan metodetail flick danwrithing test (rangsang kimia), hewan coba,

kondisi sampel, waktu pengamatan, kondisi peneliti.

2. Klasifikasi variabel utama

Variabel utama yang sudah diidentifikasi dahulu dapat diidentifikasikan

kembali dalam berbagai macam variabel, yaitu variabel bebas, variabel kendali,

variabel tergantung.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel yang akan di lakukan

untuk mempelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Variabel bebas

untuk penelitian ini adalah ekstrak daun leunca dengan berbagai variasi dosis.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah variabel akibat dari

variabel utama. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah efek analgesik

ekstrak etanol daun leunca dengan penarikan atau penjentikan ekor tikus dengan

segera dalam uji efek analgesik ekstrak etanol 70% daun leunca.

Variabel kendali dalam penelitian ini adalah variabel yang di pengaruhi

oleh variabel tergantung karena itu perlu dinetralisir atau ditetapkan kualifikasinya

agar hasil yang didapatkan tidak tersebar dan dapat diulang oleh peneliti lain

secara tepat. Variabel kendali yang digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi

Page 39: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

21

sampel, waktu pengamatan, kondisi hewan uji, seperti jenis kelamin, usia, serta

galur, dan kondisi peneliti.

3. Definisi operasional variabel utama

Pertama, daun leunca (Solanum nigrum L.) yang diperoleh dari daerah

Ciloak, Garut, Jawa Barat pada bulan Maret 2017.

Kedua, serbuk daun leunca adalah daun leunca yang sudah dicuci bersih,

dan dikeringkan dengan oven pada suhu 50°C kemudian diserbuk dan diayak

dengan ayakan 40 mess.

Ketiga, ekstrak daun leunca adalah ekstrak kental daun leunca yang

dihasilkan dari metode maserasi dengan pelarut etanol 70%, kemudian dipekatkan

dengan vakum evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental daun leunca.

Keempat, aktivitas analgesik adalah nilai waktu penjentikan atau

penarikan ekor hewan uji dengan segera pada saat diuji menggunakan tail flick

dan writhing test yang menunjukkan respon geliat yang ditunjukkan dengan

lompatan, penarikan kedua kaki kebelakang, kontraksi perut serta abdomen

menyentuh dasar pijakan yang dihasilkan setelah diinduksi asam asetat

Kelima, hewan percobaan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan

galur Wistar dengan berat badan berkisar 150 – 200 gram berumur 2 – 3 bulan.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan untuk membuat ekstrak yaitu blender, oven, neraca

analitik, dan ayakan nomor 40. Alat untuk pembuatan ekstrak etanol 70% yaitu

bejana maserasi, batang pengaduk, rotari evaporator, gelas ukur, moisture

balance, beaker glass, dan kain flanel. Alat untuk pengujian efek analgetik yaitu

timbangan tikus, neraca analitik, spuit injeksi, jarum sonde, beaker glass, sarung

tangan, stopwatch, seperangkat alat tail flick analgesy-meter. Alat untuk

pengujian kualitatif yaitu tabung reaksi, pipet tetes, dan lampu spiritus.

Page 40: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

22

2. Bahan

2.1. Bahan sampel. Bahan sampel yang digunakan adalah daun leunca

(Solanum nigrum L) daun yang segar, diambil dari daerah Ciloak, Kabupaten

Garut, Jawa Barat.

2.2. Bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 70%

sebagai cairan penyari, asam mefenamat sebagai kontrol positif, CMC-Na, aqua

destilata sebagai kontrol negatif, dan penginduksi asam asetat 0,5%.

2.3. Hewan uji. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) yang berumur 2 – 3 bulan dengan

berat berkisar 150 – 200 gram, yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi

Universitas Setia Budi.

D. Jalannya Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan adalah untuk menetapkan kebenaran

sampel daun leunca (Solanum nigrum L) dengan mencocokkan ciri-ciri

makroskopis dan mikroskopis daun leunca dengan acuan buku, serta dibuktikan di

Laboratorium Tumbuhan Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.

2. Pengambilan bahan

Daun leunca (Solanum nigrum L) segar, tidak busuk, berwarna hijau, yang

diambil di daerah Ciloak, Garut, Jawa Barat.

3. Pembuatan serbuk daun leunca

Tanaman daun leunca yang sudah dipanen ± 5 kg dibersihkan dari

cemaran atau kotoran dengan air mengalir, dirajang, kemudian dikeringkan

dengan oven pada suhu 50°C sampai menjadi kering. Pembuatan serbuk adalah

dengan cara diblender dan diayak menggunakan ayakan nomor 40 sehingga

diperoleh derajat kehalusan yang diinginkan.

4. Pembuatan ekstrak etanol serbuk daun leunca

Ekstrak etanol daun leunca dibuat dengan menggunakan metode maserasi.

Serbuk dimasukkan dalam botol maserasi dan ditambahkan etanol 70% dengan

perbandingan 1: 10 bagian. Botol maserasi disimpan dalam suhu ruangan dan

Page 41: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

23

dihindarkan dari sinar matahari langsung dan digojog secara konstan setiap 3 kali

sehari. Setelah 5 hari hasil rendaman disaring dengan menggunakan kain flanel

dan kertas saring. Ekstrak cair dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu

40o

C sampai didapatkan ekstrak kental, kemudian hitung persen rendemen,

dengan rumus berikut :

% Rendemen = o ot ekstrak a dida at

o ot ser uk sim isia a diekstraksi × 100%

Gambar 3. Skema pembuatan ekstrak etanol serbuk daun leunca

5. Penetapan susut pengeringan serbuk dan ekstrak etanol daun leunca

Penetapan susut pengeringan serbuk dan ekstrak daun leunca dilakukan di

Laboratorium Teknologi Farmasi Universitas Setia Budi dengan menggunakan

moisture balance. Serbuk dan ekstrak daun leunca ditimbang masing-masing

sebanyak 2 gram, dimasukkan ke dalam alat moisture balance pada suhu 105°C

dan ditunggu sampai memberikan tanda atau bunyi. Angka yang tertera pada alat

moisture balance adalah persen kadar lembab yang dihasilkan oleh serbuk dan

ekstrak daun leunca selama proses pemanasan, kadar lembab dalam serbuk

simplisia tidak boleh lebih dari 10% . (Depkes 2000)

Daun leunca

ampas filtrat

Ekstrak kental daun

leunca

Serbuk daun leunca

Dicuci, dikeringkan, dirajang, diserbuk dan

diayak

Maserasi, etanol 70%

Evaporator 50°C

Page 42: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

24

6. Uji bebas alkohol

Ekstrak daun leunca bebas etanol dilakukan dan dibuktikan di

Laboratorium Teknologi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. Ekstrak diuji

etanolnya untuk mengetahui apakah ekstrak daun leunca benar-benar bebas dari

etanol. Ekstrak daun leunca diuji etanolnya dengan melakukan uji esterifikasi

etanol menggunakan reagen H2SO4 pekat dan CH3COOH kemudian dipanaskan,

hasil uji bebas etanol dalam ekstrak daun leunca ditandai dengan tidak adanya bau

ester yang khas dari etanol.

7. Identifikasi kandungan senyawa kimia serbuk dan ekstrak daun leunca

7.1. Flavonoid. Serbuk dan ekstrak daun leunca ditimbang masing-

masing 5 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml

air panas, ditambah 0,1 gram serbuk, 2 ml larutan alkohol : asam klorida (1:1) dan

pelarut amil alkohol, kemudian dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Reaksi

positif bila dibandingkan dengan larutan standart yang jernih akan menunjukkan

dengan adanya warna merah/ kuning/ jingga pada amil alcohol. (Robinson 1995)

7.2. Saponin. Serbuk dan ekstrak daun leunca ditimbang masing-masing

sebanyak 5mg dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah dengan air

panas 10 ml, didinginkan lalu dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Bila

dibandingkan dengan larutan standart reaksi positif akan terbentuk buih yang

mantab setinggi 1 sampai 10 cm. Dan pada penambahan setetes asam klorida 2N

buih tidak hilang. (Robinson 1995)

7.3. Alkaloid. Serbuk dan ekstrak daun leunca ditimbang masing-masing 5

mg dilarutkan dalam 10 ml air panas lalu dipanaskan selama 15 menit,

didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh disebut larutan. Dimasukkan

larutan sebanyak 5 ml dalam tabung reaksi, kemudian ditambah dengan 1,5 ml

asam klorida 2 %, larutan dibagi ke dalam 3 tabung dan masing-masing sama

banyak. Tabung reaksi yang pertama, untuk pembanding. Tabung reaksi kedua

ditambah 2 tetes reagent Dragendorf, reaksi positif ditunjukkan adanya keruhan

atau endapan coklat. Tabung reaksi ketiga ditambah 2-4 tetes Mayer, reaksi positif

ditunjukkan adanya endapan putih kekuningan (Depkes 2000).

Page 43: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

25

7.4. Uji Steroid. Sejumlah ekstrak ditambahkan 1 ml larutan asam asetat

anhidrat dan 1 ml larutan asam sulfat pekat. Munculnya warna hijau sampai biru

menunjukkan adanya steroid .

8. Pembuatan larutan dan penetapan dosis

8.1 Larutan CMC-Na 1%. Menimbang 1000 mg CMC-Na dimasukkan

dalam cawan penguap ditambahkan air suling secukupnya dan dipanaskan sampai

mengembang. Pindahkan kedalam mortir dan gerus sambil menambahkan air

suling sedikit demi sedikit sampai 100 ml, diaduk sampai homogen.

8.2 Pembuatan induksi asam asetat 0,5% (v/v). Asam asetat sebanyak

0,5 ml diencerkan dalam labu takar hingga volume 100 ml dengan air suling.

8.3 Pembuatan suspensi asam mefenamat 1%. CMC-Na ditimbang 50

mg kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam mortir yang berisi air

panas sambil diaduk sampai homogen dan mengembang. Asam mefenamat

ditimbang 500 mg serbuk bahan baku, dimasukkan kedalam mortir yang berisi

mucilago CMC-Na, digerus sambil ditambahkan air suling sampai volume 100

ml.

8.4 Pembuatan sediaan ekstrak. Pembuatan sedian uji ekstrak

dilakukan dengan cara menimbang 1000 mg CMC-Na kemudian ditaburkan ke

dalam cawan penguap yang berisi air panas secukupnya dan diaduk, hingga

mengembang. Ekstrak daun leucha ditimbang sesuai dosis, lalu digerus dalam

mortir setelah itu ditambahkan mucilago CMC-Na sampai volume yang

diinginkan dan aduk sampai homogen.

8.5 Penetapan dosis asam mefenamat. Asam mefenamat digunakan

sebagai kontrol positif sehingga harus memberikan pengurangan respon. Dosis

yang diujikan adalah dosis pada manusia normal yaitu 500 mg/ 70 Kg BB

manusia yang kemudian dikonversikan pada tikus diperoleh dosis 9 mg/ 200 g

BB.

8.6 Penetapan dosis ekstrak 2 %. Ekstrak di timbang 1000 mg

dimasukkan kedalam mortir yang berisi mucilago CMC- NA 50 ml, digerus

sampai homogen dan menjadi suspesnsi ekstrak.

Page 44: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

26

9. Uji efek analgetik metode tail flick

Tikus yang telah diaklimatisasi selama ±18 jam dikelompokkan menjadi 5

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok uji tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Kelompok I yaitu dengan kontrol negatif yang diberikan per oral larutan

CMC-Na 1%.

2. Kelompok II yaitu dengan kontrol positif yang diberikan peroral larutan asam

mefenamat 9 mg/200 g BB.

3. Kelompok III yaitu pemberian ekstrak etanol daun leunca dosis 5 mg/200 g

BB

4. Kelompok IV ektrak daun leunca dosis 10 mg /200 g BB

5. Kelompok V ekstrak daun leunca dosis 20 mg/ 200 g BB

Sebelum hewan uji diberikan larutan uji, hewan uji dihitung terlebih dahulu t0

nya, selanjutnya hewan uji diberi larutan uji sesuai kelompoknya, 30 menit

selanjutnya hewan uji diuji menggunakan tail flick analgesy-meter. Kemudian

dicatat waktu hewan uji mulai menarik atau menjentikkan ekornya. Pengujian

dilakukan pada menit ke 30, 60, 90, dan 120. Skema penelitian aktivitas analgetik

ekstrak daun leunca.

Gambar 4. Uji analgesik metode tail filck

Page 45: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

27

10. Prosedur pengujian efek analgesik metode writhing test

Sebanyak dua puluh lima ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok secara

acak pada tiap metode dan dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi minum.

Kelompok I CMC Na (kontrol normal)

Kelompok II asam mefenamat (kontrol positif) dosis 9 mg/200g BB

Kelompok III ekstrak etanol daun leunca 5 mg/ 200 g BB

Kelompok IV ekstrak etanol daun leunca dosis 10 mg / 200 g BB

Kelompok V ekstrak etanol daun leunca 20 mg / 200 g BB

Setelah diberi perlakuan dosis tunggal peroral, 30 menit kemudian tikus

diberi perangsang nyeri berupa asam asetat glasial 0,5 % dengan cara intra

peritoneal (ip). Kemudian diamati dan dicatat jumlah geliat yang ditunjukkan

hewan uji setiap 30 menit selama 120 menit.

11. Perhitungan persen daya analgetik

Berdasarkan Budiati et al. (2010), perhitungan persen daya analgetik

metode tail flick analgesy-meter dinyatakan dengan persen hambatan nyeri (PHN)

yang dihitung menggunakan rumus :

PHN =

Dimana, T1 = Rata-rata waktu respon (detik) pada pemberian CMC-Na

Setelah 30 menit pemberian peroral.

Dipuasakan 18 jam dan tetap diberi minum.

Analisis data

Induksi asam asetat

0,5% (ip)

Amati dan catat jumlah geliat setiap 30

menit selama 120 menit

Kelompok I

CMC Na Kelompok IV

Ekstrak etanol daun leunca 10

mg / 200 g BB

KelompokIII

Ekstrak etanol

daun leunca 5 mg/ 200 g BB

Kelompok II asam

mefenamat

Kelompok V Ekstrak etanol

daun leunca 20

mg / 200 g BB

Tikus putih 25 ekor masing-masing

5 ekor

Gambar 5.Uji analgesik metode writhing test

Page 46: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

28

(kelompok kontrol negatif).

T2 = Rata-rata waktu respon (detik) pada pemberian asam mefenamat

dan larutan ekstrak.

Metode writhing test. Besarnya penghambat jumlah geliat dihitung

dengan persamaan Handerson dan Forsaith, yaitu:

% proteksi geliat = (100 – [(P/K) x 100])%

Dimana, P = Jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian senyawa uji

K = Jumlah rata-rata kumulatif geliat hewan uji kontrol negatif

E. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah waktu reaksi respon hewan

uji (dalam detik).Data disajikan dalam bentuk table dan grafik. Harga rata-rata

(Mean) dan Standar Devisi (SD) setiap kelompok dicatat. Dianalisa dengan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui data terdistribusi normal, dan uji lavene

untuk mengetahui homogenitas data. Jika data terdistribusi normal dan homogen,

maka dapat dilanjutkan dengan uji statistik menggunakan Analisis Variasi Satu

Arah (One Way Anova) dan uji Posh Hoc. Jika data tidak homogen, maka

dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis. Apabila terdapat perbedaan maka

dilanjutkan dengan uji Man-Whitney, sehingga dapat diketahui perbedaan antara

kelompok.

Page 47: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil determinasi tanaman leunca

Determinasi tanaman merupakan langkah awal yang dilakukan pada suatu

penelitian yang menggunakan sampel berupa tanaman dan penggunaannya pada

beberapa bagian dari tanaman tersebut. Determinasi tanaman dilakukan untuk

mengetahui kebenaran tanaman yang diambil, menyesuaikan ciri morfologi

tanaman, dan menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan. Determinasi

tanaman leunca dilakukan di Universitas Setia Budi dengan berpedoman buku

Flora of Java (Backer C.A. & Brink R.C.B 1965). Berdasarkan determinasi No :

173/DET/UPT-LAB/07/IV/2017 dapat diketahui bahwa tanaman yang digunakan

dalam peneltian ini adalah tanaman leunca. Hasil determinasi tanaman

leuncaadalah sebagai berikut : 1b- 2b- 3b- 4b- 12b- 13b- 14b- 17b- 18b- 19b- 20b-

21b- 22b- 23b- 24b- 25b- 26b- 27b- 28b- 29b- 30b- 31b- 403b- 404b- 405b- 414b-

415b- 451b- 466b- 467b- 468b- 469b- 470e- 541b- 542c- 549b- 550b- 551b-

560b- 561b- 562e- 570b- 576b- 577b- 578b- 583b- 584b- 585b- 586b- 590b-

591b- 592b- 596b- 598b- 599b- 600b. Familia 179. Solanaceae. 1c- 2b- 4b- 6b-

7b- 9b- 10b. 7 . Solanum . Ib- 3a- 4b- 7a. Solanum nigrum L. Hasil determinasi

dapat dilihat dalam lampiran 1.

2. Pengumpulan dan pengeringan daun leunca

Tanaman leunca yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara

acak dari daerah Ciloak, Garut, Jawa Barat pada bulan Maret 2017. Daun diambil

dalam kondisi yang masih segar, tidak busuk, berwarna hijau pada daunnya dan

bersih dari kotoran dan ulat. Data rendemen berat daun kering terhadap berat

basah daun leunca dapat dilihat pada Tabel 1 dan Lampiran 10.

Tabel 1. Rendemen berat daun kering terhadap berat daun basah

Berat basah (g) Berat kering (g) Rendemen (%)b/b

7000 3500 50

Page 48: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

30

Hasil rendemen berat daun kering terhadap berat daun basah daun leunca

adalah 50%. Pengeringan harus dijaga pada suhu konstan 50oC dalam oven,

karena bila suhunya terlalu tinggi maka kemungkinan terjadi kerusakan senyawa

aktif dan bila suhu terlalu rendah maka pengeringan menjadi tidak sempurna dan

waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan semakin lama akibatnya terjadi

proses pembusukan.

Pengeringan bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan kandungan

zat aktif yang ada dalam daun. Selain itu pengeringan juga dapat dilakukan untuk

mengurangi kadar air, mencegah pertumbuhan jamur, dan memperpanjang waktu

pemakaian sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Jika tidak

dilakukan pengeringan maka akan terjadi kerusakan akibat penguraian zat aktif

seperti hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi. Setelah dirajang, sebaiknya langsung

segera dikeringkan untuk menghindari naiknya air dalam simplisia. (DepKes

1978)

3. Pembuatan serbuk daun leunca dan rendemen berat serbuk yang di

dapat.

Daun leunca yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 50°C

sampai

kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak

menggunakan ayakan nomor 40. Hasil dari pembuatan serbuk dapat dilihat pada

Tabel 2 dan Lampiran 10.

Tabel 2.Rendemen berat serbuk terhadap berat daun kering

Berat kering (g) Berat serbuk (g) Rendemen (%) b/b

3500 3000 85,71

Berat daun kering sebanyak 3500g dalam kondisi kering diblender

dijadikan serbuk diperoleh serbuk halus seberat 3000 g, dan diperoleh rendemen

sebesar 85,71%. Pembuatan serbuk bertujuan untuk memperluas permukaan

partikel bahan yang kontak dengan pelarut sehingga penyarian dapat berlangsung

efektif,tetapi ukuran partikel juga tidak boleh terlalu kecil sebab dikhawatirkan

pada saat penyaringan kemungkinan partikel yang terlalu kecil akan lolos dari

kertas saring.

Page 49: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

31

4. Pembuatan ekstrak etanol daun leunca

Serbuk daun leunca digunakan untuk pembuatan ekstrak etanol. Ekstrak

didapatkan dengan proses ekstraksi, metode ekstraksi yang digunakan yaitu

metode maserasi karena mengunakan peralatan yang sederhana, mudah dilakukan,

mudah larut dalam pelarut dan untuk menghindari kerusakan senyawa aktif yang

tidak tahan terhadap pemanasan. Wadah maserasi yang digunakan berbahan kaca

gelap untuk menghindarkan dari sinar matahari secara langsung.

Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%, karena etanol merupakan

pelarut universal, tidak beracun, dapat melarutkan zat aktif yang akan digunakan

dalam penelitian seperti flavonoid, saponin, steroid dan alkaloid (Robinson 1995).

Proses maserasi dilakukan dalam keadaan tertutup agar etanol tidak

menguap pada suhu kamar dan sesekali dilakukan penggojokan supaya partikel

serbuk dapat bersentuhan langsung dengan pelarut sehingga proses penarikan

etanol 5 L aktif dapat berlangsung maksimal. Proses maserasi dilakukan selama 5

kali 24 jam. Proses penguapan dilakukan dengan vacum rotary evaporator,

keuntungannya adalah dapat mencegah terurai atau rusaknya senyawa aktif yang

tidak stabil terhadap suhu tinggi. Data rendemen ekstrak dapat dilihat pada Tabel

3 dan Lampiran 10.

Tabel 3.Rendemen ekstrak etanol daun leunca

Serbuk daun leunca (g) Ekstrak kental (g) Rendemen (%)

500 80,66 16,13

Hasil rendemen berat ekstrak kental terhadap berat serbuk leunca adalah

16,13%. Proses pembuatan ekstrak kental menggunakan alat rotari evaporator

yang mempunyai prinsip kerja sebagai pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya

dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat

menguap 5- 10 ºC dibawah titik didih pelarutnya yang disebabkan karena adanya

penurunan tekanan.

Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke

kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul- molekul cairan pelarut

murni ditampung pada labu penampung. Tujuan dari pembuatan ekstrak dengan di

Page 50: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

32

bantu alat rotari evaporator adalah mendapatkan hasil ekstrak kental yang tidak

lagi mengandung cairan penyari.

5. Hasil kadar kelembapan serbuk dan ekstrak etanol daun leunca

Kadar kelembapan serbuk daun leunca diukur dengan menggunakan alat

moisture balance. Kadar kelembaban yang terlalu tinggi pada serbuk akan

memudahkan pertumbuhan jamur dan bakteri serta perubahan kimiawi yang dapat

merusak serbuk. Hasil penetapan kadar kelembapan ekstrak daun leunca dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.Hasil penetapan kadar kelebaban serbuk dan ekstrak daun leunca

Bahan Kadar kelembaban

Serbuk daun leunca

Ekstrak daun leunca

8,3±0,288675

9,3±0,288675

Hasil rata-rata kadar kelembaban serbuk dan ekstrak daun leunca adalah

8,3±0,288675 dan 9,3±0,288675; hal ini menunjukkan bahwa kadar lembab

serbuk daun leunca memenuhi syarat, yaitu kadar kelembaban serbuk dan ekstrak

tidak lebih dari 10 % (Depkes 1978)

6. Hasil identifikasi kandungan serbuk dan ekstrak etanol daun leunca

Pemeriksaan kandungan kimia serbuk dan ekstrak daun leunca dilakukan

menggunakan uji tabung untuk mengetahui kebenaran kandungan kimia yang

terdapat dalam daun leunca. Berdasarkan identifikasi serbuk dan ekstrak daun

leunca didapatkan hasil bahwa serbuk dan ekstrak daun leunca mengandung

senyawa flavonoid, saponin, alkaloid, dan steroid. Hasil identifikasi senyawa

penelitian ini sama seperti literatur yang telah diketahui yaitu Depkes (1995);

Robinson (1995); Simorangkiret al.(2013). Hasil identifikasi kandungan serbuk

dan ekstrak etanol daun leunca dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 6.

Tabel 5.Hasil identifikasi kualitatif serbuk dan ekstrak etanol daun leunca

Golongan

Senyawa Pereaksi Hasil

Kesimpulan

Serbuk Ekstrak

Flavonoid

Saponin

Alkaloid

Mg + HCI Pekat

Air + HCI

Mayer

Terbentuk Warna Jingga

Terbentuk Busa Stabil

Terbentuk Endapan Jingga

+

+

+

+

+

+

Page 51: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

33

Steroid

Dragendroff

Liebermann-Burchard

Terbentuk Warna Jingga

Terbentuk Warna Hijau

+

-

+

+

Berdasarkan hasil identifikasi kandungan serbuk dan ekstrak etanol daun

leunca mengandung flavonoid, saponin, alkaloid tetapi pengujian steroid pada

serbuk menandakan hasil negatif dan pada ektrak hasil positif mengandung stroid.

Hal tersebut mungkin dipengaruhi oleh reagen yang digunakan lebih mudah

mengidentifikasi ektrak di bandingkan serbuk. Perubahan warna dari setiap

senyawa di pengaruhi adanya ikatan konjugasi. (Widiastuti et al, 2014)

7. Hasil uji bebas etanol ekstrak daun leunca

Ekstrak daun leunca dilakukan uji bebas alkohol dengan uji esterifikasi

alkohol. Hasil uji bebas alkohol menunjukkan bahwa ekstrak daun leunca telah

bebas dari alkohol 70% yang ditunjukkan dengan tidak adanya bau ester yang

khas dari etanol. Uji bebas alkohol bertujuan agar ekstrak yang akan dipakai untuk

pengujian pada hewan uji tidak mengandung etanol sehingga tidak mempengaruhi

perlakuan yang akan diuji coba ke hewan percobaan.

Tabel 6.Hasil uji bebas etanol ekstrak etanol daun leunca

Hasil pustaka (Depkes 1978) Hasil uji

Bila positif tercium bau ester yang khas pada alcohol Tidak tercium bau ester yang khas.

8. Hasil uji aktivitas analgetik motode tail flick

Metode tail filck adalah metode yang menggunakan alat tail filck

analgesy-meter. Alat ini dilengkapi dengan stopwatch dan pengatur suhu ruangan.

Parameter yang digunakan dalam metode ini adalah waktu reaksi yang di

menimbulkan respon nyeri pada ekor hewan uji (tikus), setelah di berikan

rangsangan thermal berupa panas dengan suhu tertentu (70°C) yang di dapatkan

dari aliran listrik pada alat tersebut. Waktu yang di berikan respon hewan uji di

tandai dengan lamanya ekor hewan uji dalam keadaan diam sampai hewan uji

menarik ekornya secara tiba-tiba. (Yusuf 2001)

Pengujian aktivitas analgetik ekstrak daun leunca diujikan pada tikus putih

jantan yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150 – 200 gram. Bahan uji

yang digunakan adalah larutan CMC-Na, larutan suspensi asam mefenamat, dan

Page 52: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

34

larutan ekstrak etanol daun leunca. Penggunaan larutan dibuat suspensi

dikarenakan ekstrak tidak dapat larut sempurna dalam air, sehingga ditambah

dengan CMC-Na sebagai emulgator.

Kontrol positif yang digunakan adalah asam mefenamat. Pemilihan asam

mefenamat dikarenakan asam mefenamat dapat digunakan sebagai analgesik,

selain itu mempunyai efek samping yang lebih ringan dibandingkan obat

golongan NSAID lainnya. (Tan & Rahadja 200)

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan. Pemilihan jenis

kelamin jantan dikarenakan kondisi biologisnya lebih stabil, tidak mudah stress

dan pengaruh hormonal (Harmita 2005). Alat yang digunakan untuk pengujian

aktivitas analgetik adalah tail flick analgesy-meter, faktor yang mempengaruhi

penggunaan alat tersebut adalah kondisi hewan uji serta ketepatan dalam

membaca waktu yang muncul setelah hewan uji memberikan efek nyeri.

Hewan uji dikelompokkan menjadi 5 kelompok yang masing-masing

kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol negatif), diberikan larutan

CMC-Na 1% per oral. Kelompok II (kontrol positif), diberikan larutan per oral

asam mefenamat 9 mg/ 200 g BB. Kelompok III diberikan larutan per oral

ekstrak etanol daun leunca dengan dosis 5mg/ 200 g BB. Kelompok IV diberikan

larutan per oral ekstrak etanol daun leunca dengan dosis 10 mg/ 200 g BB.

Kelompok V diberikan larutan per oral ekstrak etanol daun leunca dengan dosis

20mg/200 g BB. Selanjutnya dilakukan pengujian efek analgesik menggunakan

alat tail flick analgesy-meter.

Pengujian aktivitas analgesik didapatkan data kuantitatif rata-rata waktu

(detik) hewan uji dapat menahan dari rangsangan nyeri dan SD, hasil dapat dilihat

pada Tabel 7 dan diplotkan pada Gambar 6.

Tabel 7.Waktu rata-rata (detik) aktivitas analgetik dan SD

Kelompok t30 t60 t90 t120

CMC Na 1,722±0,62227 2,658±0,960427 2,682±0,466176 1,39±1,413365

Asam mefenamat 3,36±0,90802 4,928±2,005871 5,502±2,091774 0,73±0,544977

Dosis 5mg/200g

BB

1,812±0,696793 4,008±1,584904 4,856±1,721055 1,78±1,150478

Page 53: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

35

Dosis 10

mg/200g BB

2,328±0,855436 4,58±2,576626 4,358±0,717126 1,95±0,950815

Dosis 20

mg/200g BB

2,942±2,355264 4,09±1,834353 4,818±1,443925 2,362±1,502554

Gambar 6. Waktu rata-rata (detik) aktivitas analgetik

Gambar 6. Menunjukan hasil secara keseluruhan pada kelompok perlakuan

terjadi peningkatan hambat nyeri. Kelompok kontrol negatif (CMC-Na)

memberikan daya waktu yang sangat berbeda dibandingkan kontrol uji yang lain.

Hal ini disebabkan CMC-Na tidak mempunyai aktivitas analgesik (Goodman &

Gilman 2007).

Kelompok kontrol positif yang diberi asam mefenamat mengalami

peningkatan reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol CMC

pada menit ke-30 setelah pemberian sediaan uji. Menunjukkan bahwa kontrol

positif (asam mefenamat) mempunyai waktu absorbsi yang cepat dan dapat

memberiakn efek analgesik pada menit ke-30. Kemudian efek analgesik menurun

pada menit ke-120 penurunan efek obat disebabkan oleh konsekuensi dari

penyerapan yang jelek pada saluran cerna, pembuluh darah atau peningkatan

sekresi melalui ginjal (Gunawan 2007). Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori

0

1

2

3

4

5

6

30 60 90 120

wak

tu r

eak

si (

de

tik)

waktu pengujian (menit)

CMC

Asam mefenamat

Dosis 5 mg

Dosis 10 mg

Dosis 20 mg

Page 54: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

36

yang mengatakan bahwa efek analgesik mencapai puncak antara waktu 2 – 4 jam

(Gunawan 2007). Mekanisme kerja asam mefenamat menghambat sintesa

prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 dan

COX-2) (Robinson 1995). Kelompok kontrol perlakuan yang diberi sediian uji

ekstrak etanol daun leunca rata-rata mengalami kenaikan waktu reaksi pada menit

ke-30. Dosis ekstrak 5 mg/ 200 g BB dan 20 mg/ 200 g BB mengalami

peningkatan pada menit ke-30 dan mampu menahan nyeri hingga mencapai

puncak pada menit ke-90, sedangkan pada menit ke-120 mengalami penurunan

grafik secara drastis mungkin disebabkan efek ekstrak yang berfungsi menahan

nyeri mulai berkurang pada rentang waktu yang lama sehingga hewan uji tidak

mampu menahan rasa nyeri pada menit ke-120. Berbeda dengan dosis ekstrak 10

mg/ 200 g BB mengalami kenaikan pada menit ke- 30 sampai menit ke-60 dan

mengalami penurunan waktu reaksi pada menit ke- 90 dan menit ke-120. Pada

dosis 10 mg / 200 g BB menunjukan bahwa rata – rata respon lebih kecil dari

pemberian ekstrak yang lainnya. Hal ini mungkin terjadi adanya proses absorbsi

ekstrak pada hewan tidak sempurna sehingga tidak mampu menghambat nyeri

yang di berikan. Peningkatan reaksi yang berbeda pada setiap perlakuan

menunjukan adanya hambatan nyeri yang berbeda pula.

Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan metode tail flick ternyata

tidak semua perlakuan memberikan reaksi hambat nyeri yang diinginkan.

Keseluruhan data respon peningkatan rekasi digunakan untuk menghitung persen

hambatan nyeri (PHN) Tabel 8 Lampiran 13.

Tabel 8.Persentase Hambatan Nyeri (PHN)

Kelompok uji Prosentase hambatan nyeri (%)

(rata-rata±SD)

Kontrol negatif

Kontrol positif

Dosis 5mg/200g BB

Dosis 10mg/200g BB

Dosis 20mg/200g BB

0,00±0,00

71,93696±3,437732

47,36455±4,733947

55,06124±6,029024

67,81956±4,782569

Prosentase peningkatan hambatan nyeri adalah besarnya kemampuan

senyawa uji dalam mengatasi rasa nyeri akibat reaksi nyeri yang diberikan.

Page 55: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

37

Semakin besar dosis yang diberikan maka semakin lama juga reaksi yang mampu

ditahan oleh hewan uji selama disinari oleh alat tail flick meter.

Menurut Siratik dkk 1993, daya aktivitas analgesik pada sediaan uji

ditunjukkan dengan prosentase hambat nyeri yang diberikan lebih besar atau sama

dengan 50% dari kelompok kontrol negatif, maka dianggap efektif sebagai

analgesik. Dari tabel diatas prosentase hambat nyeri yang dihasilkan oleh ekstrak

dosis terendah 5 mg/ 200 g BB adalah 47,36%. Hal ini menunjukkan bahwa pada

dosis rendah sebesar 5 mg/ 200 g BB belum memberikan efek sebagai analgesik

disebabkan nilai prosentase <50%. Ketiga variasi dosis yang memiliki prosentase

hambatan nyeri terbesar adalah dosis 20 mg/ 200 g BB yaitu sebesar 67,82%

dibawah prosentase hambatan nyeri yang dihasilkan oleh asam mefenamat. Hal

tersebut dapat diasumsikan bahwa pada dosis 20 mg/ 200 g BB tersebut memiliki

lebih banyak kandungan aktif dengan jumlah prosentase yang terabsorbsi lebih

banyak sehingga dapat memberikan efek analgesik yang lebih baik.

Menurut Simorangkir (2013), flavonoid dalam kandungan daun leunca

merupakan senyawa yang diduga memiliki aktivitas analgesik. Pada uji

identifikasi didapatkan hasil positif daun leunca mengandung senyawa steroid,

flavonoid, saponin dan alkaloid hal ini sesuai dengan penelitian Simorangkir et

al. (2013). Di antara senyawa-senyawa yang terkandung dalam eksrak etanol daun

leunca di antaranya : flavonoid, steroid, saponin dan alkaloid mempunyai khasiat

efek yaitu antioksidan, analgesik, antiinflamasi, antivirus, antibakteri, antifungi,

dan antidiare (Robinson 1995). Saponin dapat dikelompokkan berdasarkan

aglikonnya yaitu saponin triterpenoid dan saponin steroid, kedua senyawa tersebut

mempunyai aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan sitotostik (Robison 1995).

Saponin diduga memiliki efek analgesik dengan caramenghambat sinstesis PGE2

(Robinson 1995). Mekanisme flavonoid sebagai analgesik menghambat enzim

siklooksigenasi yang akan mengurangi produksi asam arakhidonat sehingga dapat

mengurangi rasa nyeri yang di alami (Robinson 1995).

Pemberian ekstrak etanol daun leunca terbukti mampu meningkatkan rata-

rata reaksi sebagai respon hambat nyeri. Hasil secara statistik dengan uji ANOVA

(lampiran 19) prosentase peningkatan ambang nyeri terdistribusi normal (P>0,05)

Page 56: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

38

dan homogen dengan nilai P = 0,70. Uji ANOVA satu arah dengan hasil P = 0,000

yang menunjukkan prosentase peningkatan hambat nyeri berbeda signifikan. Hasil

uji penelitian kelompok perlakuan berbeda signifikan dengan kelompok kontrol

negatif, tetapi pada ekstrak dosis terbesar yaitu 20 mg/ 200 g BB tidak berbeda

signifikan dengan kontrol positif yang berarti dosis efektif ekstrak etanol daun

leuncayang berefek analgesik adalah 20 mg/ 200 g BB.

9. Pengujian aktivitas analgesik dengan metode writhing test

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efek analgesik dari ekstrak

etanol daun leunca dengan tiga variasi dosis yang sama dengan metode

sebelumnya. Pengujian ini dilakukan dengan metode writhing test atau yang

dikenal metode rangsang kimia. Penggunaan Asam asetat dipilih karena dapat

memberikan rangsang nyeri yang cukup baik terhadap hewan uji dengan memicu

pelepasan asam arakidonat bebas dari jaringan fosfolipid melalui siklooksigenase

(Tan & Rahardja 2002). Respon nyeri yang ditunjukan dengan geliat berupa

penarikan kedua tangan dan kaki hewan uji kedepan dan belakang serta abdomen

yang menyentuh lantai. Efek analgesik dapat ditunjukkan dengan berkurangnya

respon geliat yang ditimbulkan oleh tikus. Metode ini digunakan untuk pengujian

efek analgesik dari sedian uji untuk rangsan perifer. (Pamar dan Praskash 2002).

Pada pengujian ini diberikan sediaan uji ekstrak etanol daun leunca dengan

tiga variasi dosis yang sama pada metode tail flick yaitu 5 mg/ 200 g BB, 10 mg/

200 g BB dan 20 mg/ 200 g BB. Kontrol positif yang digunakan dalam pengujian

ini adalah asam mefenamat dengan dosis 9 mg/ 200 g BB, sedangkan kontrol

negatif yang digunakan adalah CMC Na 1%.

Pengamatan dilakukan pengujian selama 120 menit dengan interval waktu

tiap 30 menit. Catat jumlah geliat yang ditandai penarikan kedua tangan dan

kedua kaki hewan uji kedepan dan kebelakang, dan abdomen menyentuh lantai.

Hasil pengamatan memberikan data berupa jumlah geliat yang selanjutnya diolah

untuk menentukan nilai prosentase ambang nyeri.

Hasil rata-rata jumlah geliat pada kelompok perlakuan tiap waktu dapat

dilihat pada gambar 7 dan lampiran 15

Page 57: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

39

Gambar 7. Pengujian aktivitas analgesik dengan metode Writhing Test

Dari grafik diatas menunjukkan hasil penurunan jumlah geliat pada semua

kelompok perlakuan dan menyatakan bahwa keseluruhan kelompok perlakuan

rata-rata geliat terjadi pada menit ke-30. Hal ini disebabkan karena asam asetat

mempunyai onset yang cepat yaitu kurang dari 30 menit dan kerja obat yang

pendek yaitu sekitar 60 menit (Tanti et al. 2007). Pada kelompok kontrol negatif

yang hanya diberikan CMC Na 1% tidak memiliki kemampuan dalam menangani

nyeri karena tidak mengandung zat aktif terbukti dari rata-rata jumlah geliat yang

paling tinggi dibanding dengan kelompok kontrol perlakuan dan dikarenakan dari

hasil grafik menunjukan tidak stabil. Pengujian ini digunakan CMC Na 1%

sebagai kelompok kontrol negatif memastikan bahwa penurunan geliat hanya

disebabkan oleh pemberian ekstrak etanol daun leunca dan asam mefenamat

(Goodman & Gilman 2007).

Kelompok kontrol positif yang diberi asam mefenamat, menjadi

pembanding antara sediaan uji. Pemilihan asam mefenamat sebagai kelompok

positif dikarenakan sudah terbukti mempunyai khasiat analgesik dengan

menghamat sintesa prostaglandin dan menghambat kerja enzim cyclooxygenase

(Goodman & Gilman 2007). Efek analgesik pada kelompok kontrol positif mulai

terlihat pada menit ke-60 sampai menit ke- 120 yang menunjukan terjadi

penurunan respon rata-rata geliat yang signifikan yang disebabkan absorbsi asam

0

10

20

30

40

50

60

30 60 90 120

jum

lah

ra

ta-r

ata

gel

iat

waktu pengujian (menit)

CMC

ASAM MEFENAMAT

Dosis 5mg

Dosis 10mg

Dosis 20mg

Page 58: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

40

mefenamat yang sangat cepat. Respon rata – rata geliat yang ditimbulkan oleh

kelompok kontrol positif lebih sedikit yang berarti asam mefenamat mempunyai

efek analgesik yang baik.

Pada kelompok kontrol perlakuan yang diberi ekstrak etanol daun leunca

dengan tiga variasi dosis berbeda respon geliat ditimbulkan pula pada menit ke-

30. Ketiga variasi dosis yang berbeda juga mengalami penurunan respon rata-rata

geliat namun tidak sebanding penurunan respon rata-rata geliat pada kelompok

kontrol positif. Ekstrak etanol daun leunca pada dosis yaitu 5 mg/ 200 g BB,

10mg/ 200 g BB dan 20 mg/ 200 g BB mengalami penurunan respon rata-rata

geliat sampai menit ke-120 hal ini menunjukkan adanya absorbsi yang baik pada

hewan uji dan memberikan efek analgesik yang diingikan.

Hasil pengamatan yang dilakukan dengan metode writhing test terlihat

bahwa semua pemberian dosis ekstrak menghasilkan rata-rata respon geliat yang

hampir sama. Keseluruhan data respon geliat digunakan untuk menghitung dan

prosentase peningkatan ambang nyeri sebagai daya analgesik yang dapat dilihat

pada tabel 8 serta lampiran 16 dan 17.

Tabel 9.Prosentase peningkatan ambang nyeri metode writhing tes

Kelompok uji Prosentase peningkatan ambang nyeri

(%)

(rata-rata±SD)

CMC 1%

Asam mefenamat

5mg/200g BB

10mg/200g BB

20mg/200g BB

0,00±0,00

74,39144±5,421247

49,75972±9,697909

58,78716±4,872343

68,69888±3,837478

Prosentase peningkatan ambang nyeri merupakan besarnya kemampuan

senyawa uji dalam menghambat nyeri akibat induksi asam asetat. Sehingga

dengan dosis besar memberikan respon geliat yang kecil yang ditimbulkan oleh

hewan uji.

Dari hasil tabel tersebut yang tidak bisa memberikan efek analgesik pada

dosis 5 mg/ 200 g BB dikarenakan hasil prosentasi yang didapat tidak melebihi

atau samadengan 50 %, sedangkan pada dosis 10 mg /200 g BB mempunyai

prosentase 58,78 % belum berarti memilik efek analgesik dikarenakan masih

Page 59: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

41

terpaut jauh antara hasil prosentase dari kontrol positif asam mefenamat.

prosentase ambang nyeri pada ekstrak etanol daun leunca dosis 20 mg/200 g BB

memiliki prosentase yang lebih besar yaitu 68,70% dibandingkan dengan dua

dosis ekstrak yang lebih rendah dan tidak terpaut jauh dari hasil prosentase asam

mefenamat. Hal tersebut dapat diasumsikan pada ektrak etanol daun leunca 20

mg/ 200 g mempunyai efek analgesik yang efektif dibandingkan dengan dosis

ekstrak yang lainnya dikarenakan banyak kandungan aktif yang terserap didalam

tubuh hewan uji sehingga dapat memberikan prosentasi ambang nyeri yang sesuai

diinginkan.

Hasil analisis statistik uji ANOVA (lampiran 19) prosentase inhibisi geliat

terdistribusi normal (P>0,05) dan homogen dengan nilai P = 0,53. Uji ANOVA

satu arah dengan hasil P = 0,000 yang menunjukkan prosentase inhibisi geliat

berbeda signifikan. Hasil uji penelitian kelompok perlakuan berbeda signifikan

dengan kelompok kontrol negatif, tetapi pada ekstrak dosis terbesar yaitu 20 mg/

200 g BB tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif.

Page 60: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, ekstrak etanol daun leunca mempunyai aktivitas analgesik diuji

dengan metode tail flick dan writhing test.

Kedua, ekstrak daun leuncadosis 20mg/200g BB memberikan aktivitas

analgesik yang efektif dibandingkan kontrol uji yang lain.

Ketiga, dengan menggunakan metode tail flick dapat digunakan untuk

pengujian analgesik perifer.

B. Saran

Saran pada para peneliti selanjutnya adalah :

Pertama, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengujian aktivitas

analgetik dari ekstrak daun leuncamenggunakan metode ekstraksi yang lain, dosis

yang lebih kecil dengan pelarut yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih

efektif.

Kedua, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan senyawa

apa saja yang berperan dalam aktivitas analgetik pada daun leunca.

Ketiga, perlu dilakukan pengujian toksisitas untuk menunjang keamanan

pengunaan ekstrak daun leunca.

Page 61: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

43

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University press.

Anonim. 1986. Pemanfaatan Tanaman Obat. Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan I.

Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Hlm 10, 17, 19.

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV. Farida Ibrahim,

penerjemah; Jakarta: Universitas Indonesia. hlm : 605-619.

Anseloni VC, Ennis M, Lidow MS. 2003. optimization of the mechanical

nociceptive threshold testing with the Randall-Selitto Assay. Journal

Neurosci Methods 131: 93-97.

Budiati T, Suzana, Surdijati S. 2010. sintesis uji aktivitas analgesik dan

antiinflamasi senyawa benzoiltiourea tersubstitusi. Majalah Farmasi

Indonsia 21 (1): 68-76

DEPKES RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1978.Materia Medika

Indonesia. Jilid 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

DEPKES RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope

Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

DEPKES RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1986. Sediaan Galenik.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

DEPKES RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope

Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

DEPKES RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2000. Farmakope

Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Goodman. Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi.Edisi 10. Sisyah C, Elviana

E, Syarief WR, Hanif A, Manurung J, penerjemah; Jakarta: Buku

Kedokteran EGC. Hlm 687. Terjemahan dari: Goodman & Gilman’s The

Pharmacological Basic of Theraupetic..

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi

edisi 5. Jakarta: Depertemen Farmakologi

Page 62: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

44

Gunawan, D & Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.

Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Hardoyo, et al. 2007 Kondisi optimum fermentasi asam asetat menggunakan

Acetobacter aceti B166. Universitas Lampung: Lampung. Jurnal Sains

MIPA 13 (1).

Harmita dan Radji M. 2005. Analis Hayati. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA

Universitas Indonesia.

Herbi T. (2005). Kitab Tanaman Berkhasiat Obat 226 Tumbuhan Untuk

Penyembuhan Penyakit dan Kebugaraan Tubuh. Yogyakarta: Octupus

Publishing House.

Hewitt P G. 2003. Conseptual Integrated Science Chemistry. San Fransisco:

Pearson Education, Inc.

Inayati A. 2010. Uji efek analgetik dan antiinflamasi ekstrak etanol 70% daun

sirih (Piper betle, Linn) secara in vivo [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Kartesz. 2004. An Intergrated System Of Clasification Of Flowering Plants. New

York: Columbia University Press

Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik.Buku 2.Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Penerjemah; Jakarta: Salemba

Medika. Terjemahan dari Basic & Clinical Pharmacology. 8th

ed. Hlm

449-462.

Mardina. 2005. Fraksi ekstrak daun ranti hitam (Solanum blumei Nees ex Blume)

yang memiliki aktivitas antibakteri yang terbesar terhadap Salmonella

typhimurium [Skripsi]. Medan: FMIPA Unimed.

Mutscher E. 1991. Analgetika Dalam Dinamika Obat. Edisi V. Widianto MB,

Ranti AS, penerjemah; Bandung : ITB. Terjemahan dari: Mutschler, Ernst,

Arzneimittelwirkungen, 5 vollig neubearbeittete und erweirterte Auflage.

hlm 28-30, 177-183, 194-197.

Parmar NS, Prakash S. 2006. Screening Methods in Pharmacology. Oxford: Apha

Science International. Hlm 47, 225 & 226.

Rahimsyah. 2000. Pengobatan Cara Herbal. Jakarta: Lingkar Media

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K,

penerjemah; Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hlm 157, 191.

Terjemahan dari: The Organic Constituens

Page 63: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

45

Safitri. 2013. Uji efek analgetik infusa daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata

(Lam.) Pers.) terhadap tikus jantan galur swiss yang diinduksi dengan

asam asetat [Skripsi]. Universitas Tanjungpura: Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura

Sangi M M R J Runtuwene H E I Simbala dan V M A Makang. 2008. Analisa

fitokimia tumbuhan obat di Minahasa Utara. Chem Prog 1(1): 47-53.

Simorangkir M. 2013. analisis sitokimia metabolit sekunder ekstrak daun dan

buah (solanum blumei ness ex lokal). Prosiding Seminar Nasional Kimia

Peranan Kimia dalam Karakteristik, Pengawasan, Penggunaan dan

Pengolahan Bahan Kimia serta Sumber Daya Alam, 6 September 2013,

ISBN 9794586927. Medan : UU Press

Simorangkir M. 2009. Pemurnian dan sensitivitas antiserum anti-kedelai Sebagain

Bahan Uji Imunokimiia Protein Nabati. Jurnal Sains Indonesia 3 (2) ISSN

1978-3841. hlm. 129-138.

Sirait MD, Hargono J R, Watimena M, Husin R S. 1993. Pedoman Pengujian dan

Pengembangan Fitofarmakan Penapisan Farmakologi, Pengujian

Fitokimia dan Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat

Bahan Alam. Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam

Phytomedica.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan penggunaan

hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: UI

Sugiyanto. 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi. Edisi IV. Yogyakarta:

Laboratorium Farmakologi dan Taksonomi Fakultas Farmasi Universitas

Gadjah Mada

Sukandar EY, Andrajati R, Sigit JI, Adnyana, I Ketut, SetiadiA P, Kusnandar.

2009. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: PT. ISFI517 penerbitan.

Tan HT dan Rahardja K. 2002.Obat-obat Penting Khasiat.Penggunaandan Efek-

Efek Sampingnya. Edisi V Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo. Hlm 303.

Tanti AS, Respati H, Purwatiningsih. 2007. Efek analgetik ekstrak etanol daun

mindi (Melia Azedarach L.) pada tikus putih jantan galur swiss.

Pharmakon 8.

Vogel HG. 2002. Drug Discovery Evaluation : Pharmacological Assays, Ed 2 .

New York : Springer. hlm 669-691, 725, 751-761.

Page 64: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

46

Voigt. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Nat, Soendani N, penerjemah;

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hlm 564-567

Widiastuti. 2014. Skrining fitokimia dan indentifikasi komponen utama ekstrak

methanol (Kulit Durian Durio Zibethinus Murr.) Varietas Petruk.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Yusuf H. 2001. Efek analgesia ekstrak daun klausena (Clausena anisa Hook.f.)

pada tikus putih dengan metode rat tail analgesy test [Tesis]. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Yusuf H. 2001. Efek analgesia ekstrak daun klausena (Clausena anisa Hook.f.)

pada tikus putih dengan metode rat tail analgesy test [Tesis]. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Page 65: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

47

LAMPIRAN

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 66: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

48

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tumbuhan

Page 67: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

49

Lampiran 2. Surat keterangan hewan uji

Page 68: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

50

Lampiran 3. Surat keterangan zat aktif

Page 69: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

51

Page 70: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

52

Page 71: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

53

Lampiran 4. Daun leunca

Foto 1. Daun LEUNCA basah

Foto 2. Serbuk leunca

Page 72: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

54

Lampiran 5. Peralatan dan perlengkapan dalam penelitian

Oven Moisture Balance

Evaporator Botol maserasi

Timbangan hewan

Page 73: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

55

Lampiran 6. Hasil identifikasi kandungan kimia serbuk dan ekstrak etanol

daun leunca

Flavonoid

Saponin

Warna keruh, buih stabil Warna keruh, buih stabil

Warna jingga Warna jingga

Page 74: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

56

Alkaloid

Steroid

Adanya endapan werna jingga endapan warna hijau

Warna adanya

endapan coklat pada

tabung tengah

Warna adanya

endapan coklat pada

tabung tengah

Page 75: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

57

Lampiran 7. Ekstrak etanol daun leunca

Page 76: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

58

Lampiran 8. Hewan uji dan larutan stok

Hewan uji tikus putih jantan

Pemberian laratuan uji secara oral Induksi asam asetat secara i.p

Pengujian Writhing Test Pengujian tail flic

Page 77: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

59

Kontrol positif Larutan ekstrak

As.mefenatmat

un

ca

Page 78: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

60

Lampiran 9. Perhitungan rendemen daun kering terhadap daun basah,

rendemen serbuk terhadap daun kering, persen rendemen

ekstrak.

Rendemen berat daun kering terhadap berat daun basah

Berat basah (g) Berat kering (g) Rendemen (%)b/b

7000 3500 50

Rendemen (%) = erat dau keri

erat dau asahx 100 %

Rendemen (%) =

x 100% = 50 %

Rendemen berat serbuk terhadap berat daun kering

Berat kering (g) Berat serbuk (g) Rendemen (%) b/b

3500 3000 85,71

Rendemen (%) = erat ser uk

erat dau keri x 100 %

Rendemen (%) =

x 100% = 85,71 %

Rendemen ekstrak etanol daun leunca

Serbuk daun leunca (g) Ekstrak kental (g) Rendemen (%)

500 80,66 16,13

Rendemen (%) = erat ekstrak

erat ser ukx 100 %

Rendemen (%) = ,

x 100% = 16,13 %

Page 79: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

61

Lampiran 10. Pembuatan sediaan uji dan Perhitungan dosis

1. CMC-Na

Pembuatan larutan suspensi CMC-Na 1% adalah dengan 1000 mg CMC-

Na ditambahkan aquadest panas sebanyak 100 ml gerus sampai menjadi mucilago.

2. Asam mefenamat

Dosis asam mefenamat adalah 500 mg (pada manusia 70 kg)

Dosis untuk tikus = 0,018 x 500 mg = 9 mg/200g BB

Larutan stok = 500 mg/50 ml

Tikus I

Berat 188 g =

x 9 mg = 8,46 mg

Volume oral = , m

m x 1 ml = 0,846 ml

Tikus II

Berat 197 g =

x 9 mg =8,88 mg

Volume oral = , m

m x 1 ml = 0,888 ml

Tikus III

Berat 176 g =

x 9 mg = 7,92 mg

Volume oral = , m

m x 1 ml = 0,792 ml

Page 80: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

62

Tikus IV

Berat 185 g =

x 9 mg = 8,33 mg

Volume oral = , m

m x 1 ml = 0,833 ml

Tikus V

Berat 173 g =

x 9 mg = 7,79mg

Volume oral = , m

m x 1 ml = 0,779 ml

3. Dosis 5 mg/ 200 g BB

Dosis untuk tikus = 5 mg/ 200 g BB

Larutan stok = 1000 mg/50 ml

Tikus I

Berat 180g =

x 5 mg = 4,5mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,225 ml

Tikus II

Berat 184 g =

x 5mg = 4,6mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,23 ml

Page 81: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

63

Tikus III

Berat 175 g =

x 5mg = 4,38mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,212 ml

Tikus IV

Berat 180g =

x 5 mg = 4,5 mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,23 ml

Tikus V

Berat 178g =

x 5 mg = 4,45mg

Volume oral = , m

m x50 mg = 0,222 mg

4. Dosis 10 mg/ 200 g BB

Dosis untuk tikus = 10 mg/ 200 gBB

Larutan stok = 1000 mg/ 50ml

Tikus I

Berat 184 g =

x 10 mg = 9,2mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,46ml

Page 82: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

64

Tikus II

Berat 195 g =

x 10 mg = 9,75g

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,488ml

Tikus III

Berat 193 g =

x 10 mg = 9,65mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,483 ml

Tikus IV

Berat 190 g =

x 10 mg = 9,5 mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,475 ml

Tikus V

Berat 185 g =

x 10 mg = 9,25mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,463 ml

5. Dosis 20 mg/ 200 g BB

Dosis untuk tikus = 20 mg/ 200 g BB

Larutan stok = 1000 mg/ 50 ml

Page 83: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

65

Tikus I

Berat 173 g =

x 20 mg = 17,3mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,865 ml

Tikus II

Berat 169 g =

x 20 mg = 16,9mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,845 ml

Tikus III

Berat 172 g =

x 20 mg = 17,2

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,86 ml

Tikus IV

Berat 182 g =

x 20mg = 18,2 mg

Volume oral = , m

m x 50 ml = 0,91 ml

Tikus V

Berat 168 g =

x 42mg = 16,8 mg

Volume oral = ,

m x 50 ml = 0,84ml

Page 84: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

66

Lampiran 11. Perhitungan rata-rata waktu reaksi (detik). Kelompok perlakuan Tikus Reaksi nyreri menit ke- (detik)

0 30 60 90 120

CMC Na 1% 1 5,65 7,25 9,15 8,45 5,9

2 3,1 4,28 5,1 5,05 5,75

3 2,67 5,15 6 5,85 5,86

4 4,85 7,1 8,01 7,77 5,18

5 2,15 3,25 3,45 4,71 2,68

Asam mefenamat dosis

9 mg/200 g BB

1 2,05 5,25 6,15 9,14 2,15

2 3,48 7,75 6,45 8,12 4,78

3 3,56 7,87 11,85 10,44 4,86

4 4,15 6,88 9,02 10,85 4,55

5 3,25 5,54 7,66 5,45 3,8

Ekstrak dosis 5 mg/

200 g BB

1 4,61 5,56 6,88 11,01 7

2 6,62 8,93 10,45 11 8,02

3 2,52 4,77 9,05 9,45 4,33

4 6,26 8,65 10,44 9,55 9,45

5 4,72 5,88 7,95 8 4,83

Ekstrak dosis 10 mg/

200 g BB

1 3,27 6,23 7,01 7,77 4,38

2 3,58 5,75 7,54 8,11 4,99

3 2,45 5,89 11,47 7,02 5,42

4 3,15 4,75 7,05 8,2 6,15

5 4,41 5,88 6,69 7,55 5,67

Ekstrak dosis 20

mg/200 g BB

1 5,52 7,17 10,05 10,12 8,15

2 4,45 7,18 8,15 9,03 6,45

3 5,12 12,08 12,15 11,58 5,87

4 6,97 7,89 9,56 12,75 11,73

5 5,45 7,9 8,05 8,12 7,12

Hasil uji analgesik ekstrak etanol daun leuncametode Taill flick setelah

dikurangi T0

Perlakuan Tikus ke- Menit ke- (detik)

30 60 90 120

CMC Na 1% 1 1,6 3,5 2,8 0,25

2 1,18 2 1,95 2,65

3 2,48 3,33 3,18 3,19

4 2,25 3,16 2,92 0,33

5 1,1 1,3 2,56 0,53

X ± SD 1,722±0,62227 2,658±0,960427 2,682±0,466176 1,39±1,413365

Asam mefenamat 9

mg/ 200 g BB

1 3,2 4,1 7,09 0,1

2 4,27 2,97 4,64 1,3

3 4,31 8,29 6,88 1,3

4 2,73 4,87 6,7 0,4

5 2,29 4,41 2,2 0,55

X±SD 3,36±0,90802 4,928±2,005871 5,502±2,091774 0,73±0,544977

Ekstrak 5 mg/ 200 g

BB

1 0,95 2,27 6,4 2,39

2 2,31 3,83 4,38 1,4

3 2,25 6,53 6,93 1,81

4 2,39 4,18 3,29 3,19

5 1,16 3,23 3,28 0,11

X±SD 1,812±0,696793 4,008±1,584904 5,25±1,721055 1,78±1,150478

Ekstrak 10 mg/ 200 g

BB

1 2,96 3,74 4,5 1,11

2 2,17 3,96 4,53 1,41

3 3,44 9,02 4,57 2,97

4 1,6 3,9 5,05 3

5 1,47 2,28 3,14 1,26

X±SD 2,328±0,855436 4,58±2,576626 4,358±0,717126 1,95±0,950815

Ekstrak 20 mg/ 200 g

BB

1 1,65 4,53 4,6 2,63

2 2,73 3,7 4,58 2

3 6,96 7,03 6,46 0,75

4 0,92 2,59 5,78 4,76

5 2,45 2,6 2,67 1,67

X±SD 2,942±2,355264 4.09±1,834353 4.44±1,443925 4±1,502554

Page 85: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

67

Lampiran 12. Perhitungan Persen Hambatan Nyeri (PHN)

PHN =

Asam mefenamat

Tikus 1 = , - ,

, x 100% =77,81 %

Tikus II = , - ,

, x 100% = 69,41 %

Tikus III = - ,

, x 100% = 70,61 %

Tikus IV = , - ,

, x 100% = 69,75 %

Tikus V = , - ,

, x 100% = 72,10 %

Dosis 5mg/ 200g BB

Tikus 1 = , - ,

, x 100% = 47,42 %

Tikus II = - ,

, x 100% = 52,21 %

Tikus III = , - ,

, x 100% = 43,82 %

Tikus IV = , - ,

, x 100% = 50,71 %

Tikus V = , - ,

, x 100% = 41,71 %

Page 86: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

68

Dosis 10 mg/ 200 g BB

Tikus 1 = , - ,

, x 100% = 51,11 %

Tikus II = , - ,

, x 100% = 55,17%

Tikus III = , - ,

, x 100% = 64,20 %

Tikus IV = , - ,

, x 100% = 56,49 %

Tikus V = , - ,

, x 100% = 48,43 %

Dosis 20 mg/200 g BB

Tikus 1 = , - ,

, x 100% = 64,60 %

Tikus II = , - ,

, x 100% = 67,23%

Tikus III = , - ,

, x 100% = 74,06 %

Tikus IV = , - ,

, x 100% = 62,26 %

Tikus V = , - ,

, x 100% = 71,01%

Page 87: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

69

Lampiran 13. Tabel metode wrhiting test

Kelompok

perlakuan Tikus

Jumlah geliat ke- X ± SD

’ ’ ’ ’

CMC 1%

1 60 54 50 36 50±10,19804

2 48 39 47 27 40,25±9,708244

3 58 43 42 37 45±9,055385

4 54 45 52 62 53,25±6,994045

5 50 30 31 30 35,25±9,844626

RATA – RATA 54 42,2 44,4 38,4

Kelompok

perlakuan Tikus

Jumlah geliat ke- X ± SD

’ ’ ’ ’

ASAM

MEFENAMAT

9mg/200 g BB

1 14 20 10 7 12,75±5,619905

2 30 12 11 1 13,5±12,06924

3 19 18 5 8 12,5±7,047458

4 18 15 10 1 11±7,438638

5 24 4 1 0 7,25±11,29528

RATA – RATA 21 13,8 7,4 3,4

Kelompok

perlakuan Tikus

Jumlah geliat ke- X ± SD

’ ’ ’ ’

Ekstrak I dosis

5mg/200g BB

1 35 35 12 0 20,5±17,44515

2 55 25 20 5 26,25±20,96624

3 36 28 25 4 23,25±13,64734

4 45 25 18 2 22,5±17,82321

5 37 25 10 0 18±16,30951

RATA – RATA 41,6 27,6 17 2,2

Kelompok

perlakuan Tikus

Jumlah geliat ke- X ± SD

’ ’ ’ ’

Ekstrak II dosis

10mg/200g BB

1 33 25 12 0 17,5±14,52584

2 38 20 11 7 19±13,78405

3 30 20 12 7 17,25±10,04573

4 35 28 13 11 21,75±11,64403

5 22 16 17 8 15,75±11,64403

RATA – RATA 31,6 21,8 13 6,6

Kelompok

perlakuan Tikus

Jumlah geliat ke- X ± SD

’ ’ ’ ’

Ekstrak III

dosis

20mg/200g BB

1 25 12 18 8 15,75±7,410578

2 21 18 13 7 14,75±6,130525

3 18 16 10 9 13,25±4,425306

4 20 16 13 7 14±5,477226

5 13 23 10 0 11,5±9,469248

RATA – RATA 19,4 17 12,8 6,2

Page 88: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

70

Lampiran 14. Perhitungan % proteksi geliat

% proteksi geliat = (100- [(P/K) x 100]) %

Kelompok asam mefenamat 1%

Tikus I = (100- [(12,75/50) x 100]) % = 74,5

Tikus II = (100- [(13,5/ 40,25) x 100]) % = 66,45963

Tikus III = (100- [(12,5/ 45) x 100]) % = 72,22222

Tikus IV = (100- [(11/ 53,25) x 100]) % = 79,34272

Tikus V = (100- [(7,5/ 35,25) x 100]) % = 79,43262

Kelompok dosis 5mg/200g BB

Tikus I = (100- [(20,5/50) x 100]) % = 59

Tikus II = (100- [(26,25/40,5) x 100]) % = 34,78261

Tikus III = (100- [(23,25/ 45) x 100]) % = 48,33333

Tikus IV = (100- [(22,5/ 53,25) x 100]) % = 57,74648

Tikus V = (100- [(18/ 35,25) x 100]) % = 48,93617

Kelompok dosis 10mg/200g BB

Tikus I = (100- [(17,5/50) x 100]) % = 65

Tikus II = (100- [(19/ 40,25) x 100]) % = 52,79503

Tikus III = (100- [(17,25/ 45) x 100]) % = 61,66667

Tikus IV = (100- [(21,75/ 53,25) x 100]) % = 59,15493

Tikus V = (100- [(15,75/ 35,25) x 100]) % = 55,31915

Page 89: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

71

Kelompok dosis 20mg/200g BB

Tikus I = (100- [(15,75/50) x 100]) % = 68,5

Tikus II = (100- [(14,75/ 40,25) x 100]) % = 63,35404

Tikus III = (100- [(13,25/ 45) x 100]) % = 70,55556

Tikus IV = (100- [(14/ 53,25) x 100]) % = 73,70892

Tikus V = (100- [(11,5/ 35,25) x 100]) % = 67,37589

Page 90: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

72

Lampiran 15. Uji statistik % peningkatan ambang nyeri (daya analgesik)

seluruh kelompok uji selama 2 jam metode tail flick

Uji Kolmogorov Smirnov

Tujuan : mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji ANOVA

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

Hasil :

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

dayaanalgetik 25 48.4365 26.59051 .00 77.79

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dayaanalgetik

N 25

Normal Parametersa,,b Mean 48.4365

Std. Deviation 26.59051

Most Extreme Differences Absolute .204

Positive .166

Negative -.204

Kolmogorov-Smirnov Z 1.019

Asymp. Sig. (2-tailed) .250

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Kesimpulan : sig >0,05 maka data persen daya analgesik terdistribusi normal

Uji Levene

Tujuan : untuk mengetahui homogenitas data

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

Page 91: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

73

Hasil :

Test of Homogeneity of Variances

Dayaanalgetik

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.561 4 20 .070

Kesimpulan : sig > 0,05 (H0 diterima) maka data persen daya analgesik homogen

Uji One Way ANOVA

Tujuan : untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari persen daya analgesik

dari setiap kelompok perlakuan

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

ANOVA

Dayaanalgetik

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 16595.527 4 4148.882 221.983 .000

Within Groups 373.801 20 18.690

Total 16969.329 24

Kesimpulan : sig < 0,05 (H0 ditolak) maka terdapat perbedaan persen daya analgesik

antar kelompok perlakuan.

Page 92: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

74

Uji Post Hoc (LSD)

Tujuan : untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat perbedaan persen daya

analgesik yang bermakna

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

Multiple Comparisons

Dayaanalgetik

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

CMC ASMEF -71.93696* 2.73423 .000 -77.6405 -66.2335

5mg -47.36455* 2.73423 .000 -53.0681 -41.6610

10mg -55.06124* 2.73423 .000 -60.7647 -49.3577

20mg -67.81956* 2.73423 .000 -73.5231 -62.1160

ASMEF CMC 71.93696* 2.73423 .000 66.2335 77.6405

5mg 24.57241* 2.73423 .000 18.8689 30.2759

10mg 16.87572* 2.73423 .000 11.1722 22.5792

20mg 4.11740 2.73423 .148 -1.5861 9.8209

5mg CMC 47.36455* 2.73423 .000 41.6610 53.0681

ASMEF -24.57241* 2.73423 .000 -30.2759 -18.8689

10mg -7.69669* 2.73423 .011 -13.4002 -1.9932

20mg -20.45501* 2.73423 .000 -26.1585 -14.7515

10mg CMC 55.06124* 2.73423 .000 49.3577 60.7647

ASMEF -16.87572* 2.73423 .000 -22.5792 -11.1722

5mg 7.69669* 2.73423 .011 1.9932 13.4002

20mg -12.75832* 2.73423 .000 -18.4618 -7.0548

20mg CMC 67.81956* 2.73423 .000 62.1160 73.5231

ASMEF -4.11740 2.73423 .148 -9.8209 1.5861

5mg 20.45501* 2.73423 .000 14.7515 26.1585

10mg 12.75832* 2.73423 .000 7.0548 18.4618

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

: Dari hasil diatas menunjukkan bahwa kontrol negatif berbeda bermakna dengan

kontrol positif, ekstrak 5 mg, ekstrak 10 mg, dan ekstrak 20 mg. Kelompok

kontrol positif berbeda bermakna dengan kontrol negatif, ekstrak 5 mg, ekstrak 10

mg. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak 20 mg memiliki daya analgesik

sebanding dengan kontrol positif.

Page 93: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

75

Lampiran 16. Uji statistik % inhibisi geliat (daya analgesik) seluruh

kelompok uji selama 120 menit metode writhing test

Uji Kolmogorov Smirnov

Tujuan : mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji ANOVA

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

Hasil :

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

dayaanalgetik 25 50.3274 27.57887 .00 79.43

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dayaanalgetik

N 25

Normal Parametersa,,b Mean 50.3274

Std. Deviation 27.57887

Most Extreme Differences Absolute .231

Positive .166

Negative -.231

Kolmogorov-Smirnov Z 1.156

Asymp. Sig. (2-tailed) .138

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Kesimpulan : sig >0,05 maka data persen daya analgesik terdistribusi normal

Uji Levene

Tujuan : untuk mengetahui homogenitas data

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

Page 94: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

76

Hasil :

Test of Homogeneity of Variances

Dayaanalgetik

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.815 4 20 .053

Kesimpulan : sig > 0,05 (H0 diterima) maka data persen daya analgesik homogen

Uji One Way ANOVA

Tujuan : untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna dari persen daya analgesik

dari setiap kelompok perlakuan

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

ANOVA

Dayaanalgetik

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 17606.631 4 4401.658 135.933 .000

Within Groups 647.621 20 32.381

Total 18254.252 24

Kesimpulan : sig < 0,05 (H0 ditolak) maka terdapat perbedaan persen daya

analgesik antar kelompok perlakuan.

Uji Post Hoc (LSD)

Tujuan : untuk mengetahui pada kelompok mana terdapat perbedaan persen daya

analgesik yang bermakna

Kriteria uji :

Sig. < 0,05 berarti Ho ditolak

Sig. > 0.05 Ho diterima

Page 95: UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA …repository.setiabudi.ac.id/1050/2/SKRIPSI FITRI.pdf · i UJI AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK ETANOL DAUN LEUNCA (Solanum nigrum L.)

77

Hasil :

Multiple Comparisons

Dayaanalgetik

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Cmc asmef -74.39144* 3.59895 .000 -81.8987 -66.8842

5mg -49.75972* 3.59895 .000 -57.2670 -42.2524

10mg -58.78716* 3.59895 .000 -66.2944 -51.2799

20mg -68.69888* 3.59895 .000 -76.2062 -61.1916

Asmef Cmc 74.39144* 3.59895 .000 66.8842 81.8987

5mg 24.63172* 3.59895 .000 17.1244 32.1390

10mg 15.60428* 3.59895 .000 8.0970 23.1116

20mg 5.69256 3.59895 .129 -1.8147 13.1998

5mg Cmc 49.75972* 3.59895 .000 42.2524 57.2670

asmef -24.63172* 3.59895 .000 -32.1390 -17.1244

10mg -9.02744* 3.59895 .021 -16.5347 -1.5202

20mg -18.93916* 3.59895 .000 -26.4464 -11.4319

10mg cmc 58.78716* 3.59895 .000 51.2799 66.2944

asmef -15.60428* 3.59895 .000 -23.1116 -8.0970

5mg 9.02744* 3.59895 .021 1.5202 16.5347

20mg -9.91172* 3.59895 .012 -17.4190 -2.4045

20mg cmc 68.69888* 3.59895 .000 61.1916 76.2062

asmef -5.69256 3.59895 .129 -13.1998 1.8147

5mg 18.93916* 3.59895 .000 11.4319 26.4464

10mg 9.91172* 3.59895 .012 2.4045 17.4190

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

: dari hasil diatas menunjukkan bahwa kontrol negatif berbeda bermakna dengan

kontrol positif, ekstrak 5 mg, ekstrak 10 mg, ekstrak 20 mg. Kelompok kontrol

positif berbeda bermakna dengan kontrol negatif, ekstrak 5 mg, ekstrak 10 mg.

Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak 20 mg memiliki daya analgesik sebanding

dengan kontrol positif.