UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2015/2016 FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA PRORAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNSRI Dosen Penguji : Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, MPd. Dr. Somakim, MPd. Petunjuk: 1. Dikerjakan di rumah. 2. Di ketik dengan ukuran 1,5 spasi, kertas kuarto, uraiannya sepanjang dan selengkap mungkin. Soal: 1. Bahasa dan matematika dikatakan sebagai sarana berpikir ilmiah. Coba Anda jelaskan maksudnya! 2. Ilmu mempunyai tiga aspek yaitu : ontologis, epitemologis, dan aksiologis. Coba Anda jelaskan dan beri contoh masing-masing aspek! 3. Ilmu berkembang atas perpaduan antara pemikiran rasional (deduktif) dan pengamatan empiris (induktif). Jelaskan maksudnya dan beri contoh! 4. Ilmu bersifat relatif dan tentatif. Maksudnya? Jelaskan dan beri contoh! 5. Coba Anda jelaskan teori seleksi alam menurut Darwin! Menurut Darwin, apakah memang manusia itu berasal dari kera? Jelaskan pendapat Anda! Menurut Anda, apakah ada kemungkinan di masa mendatang, manusia masih mengalami evolusi fisik/biologis sesuai dengan teori Darwin?. Jelaskan dengan mengkaitkannya dengan kaidah-kaidah agama! 6. Manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah! Coba Anda jelaskan maksudnya jika ditinjau dari teori keilmuan! 7. Coba Anda jelaskan tiga fungsi dari ilmu dan beri contoh masing-masing! 8. Coba Anda berikan suatu argumentasi yang dapat membuktikan bahwa ilmu tidak bertentangan dengan agama! Apakah perbedaan antara ilmu dan agama? 9. Ilmu mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Sebutkan keterbatasan ilmu. Apakah ilmu hitam (black magic) termasuk dalam bidang ilmu? Jelaskan! 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2015/2016 FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
PRORAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKAFKIP UNSRI
Dosen Penguji : Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, MPd. Dr. Somakim, MPd.
Petunjuk:1. Dikerjakan di rumah.2. Di ketik dengan ukuran 1,5 spasi, kertas kuarto, uraiannya sepanjang dan selengkap mungkin.
Soal:1. Bahasa dan matematika dikatakan sebagai sarana berpikir ilmiah. Coba Anda jelaskan
maksudnya!2. Ilmu mempunyai tiga aspek yaitu : ontologis, epitemologis, dan aksiologis. Coba Anda
jelaskan dan beri contoh masing-masing aspek!3. Ilmu berkembang atas perpaduan antara pemikiran rasional (deduktif) dan pengamatan
empiris (induktif). Jelaskan maksudnya dan beri contoh!4. Ilmu bersifat relatif dan tentatif. Maksudnya? Jelaskan dan beri contoh!5. Coba Anda jelaskan teori seleksi alam menurut Darwin! Menurut Darwin, apakah memang
manusia itu berasal dari kera? Jelaskan pendapat Anda! Menurut Anda, apakah ada kemungkinan di masa mendatang, manusia masih mengalami evolusi fisik/biologis sesuai dengan teori Darwin?. Jelaskan dengan mengkaitkannya dengan kaidah-kaidah agama!
6. Manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah! Coba Anda jelaskan maksudnya jika ditinjau dari teori keilmuan!
7. Coba Anda jelaskan tiga fungsi dari ilmu dan beri contoh masing-masing!8. Coba Anda berikan suatu argumentasi yang dapat membuktikan bahwa ilmu tidak
bertentangan dengan agama! Apakah perbedaan antara ilmu dan agama? 9. Ilmu mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Sebutkan keterbatasan ilmu. Apakah ilmu hitam
(black magic) termasuk dalam bidang ilmu? Jelaskan!10. Apakah perbedaan yang mendasar antara ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu sosial? Apa
sebab ilmu kealaman disebut juga sebagai ilmu eksakta? Jelaskan jawaban Anda dengan memberikan beberapa contoh!
1
1. Bahasa dan matematika dikatakan sebagai sarana berpikir ilmiah. Coba Anda jelaskan maksudnya!
a. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana
bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada
orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Dengan kata lain, kegiatan
berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain (Suriasumantri,
2009: 167). Pendapat lain menjelaskan, bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan yang
terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti
sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan cara menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bermakna
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010: 98).
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya (homo sapiens)
melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa (animal symbolicum), sebab dalam kegiatan
berpikirnya manusia menggunakan simbol (Suriasumantri, 2009: 171).
Bahasa memegang peranan penting dalam suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia.
Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai
suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Bloch & Trager berpendapat bahwa bahasa adalah
suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai
alat komunikasi. Peran bahasa disini adalah sebagi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
seluruh proses berfikir ilmiah dan sebagai sarana komunikasi antar manusia.
Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu :
1. Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapkan informasi atau pengetahuan.
Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari
kesalahpahaman informasi.
2. Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan
informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
3. Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi
para pemakainya.
4. Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun
pada kenyataan unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
2
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikir seluruh
proses berfikir ilmiah. yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana
komunikasi ilmiah yang ditunjukkan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan dengan
syarat-syarat : bebas dari unsur emotif, reproduktif, obyektif dan eksplisit.
Menurut Kneller dalam Suriasumantri (2009: 175) bahwa dalam bahasa dalam kehidupan
manusia mempunyai tiga fungsi yaitu simbolik, emotif, dan efektif. Sehingga dalam kehidupan sehari-
hari manusia selalu menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan apa yang telah
dipikirkan oleh manusia tersebut.
Mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas harus menguasai tata bahasa yang baik.
Menurut Chartlton Laird dalam Suriasumantri (2009: 182) bahwa tata bahasa merupakan alat dalam
mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan
mempergunakan aturan-aturan tertentu. Temasuk didalamnya adalah gaya penulisan (format penulisan)
seperti catatan kaki atau menyertakan daftar pustaka, kesemuanya ini untuk menghindari sifat subyektif
dan meminimalisir sifat emosional seorang penulis.
Ada dua penggolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu : bahasa
isyarat dan bahasa biasa.
2. Bahasa Buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian
yaitu : bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut :
1. Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan
sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan
pernyataan langsung.
2. Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar
pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas
arti) dan pernyataan tidak langsung.
Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah. Dengan
demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan, bahasa buatan yang diciptakan para ahli dalam bidangnya
dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian
tertentu. Dan bahasa ilmiah inilah pada dasarnya merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu
3
pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah, baik menggunakan bahasa biasa sebagai bahasa
pengantar untuk mengkomunikasikan karya ilmiah.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah salah satu sarana berpikir
ilmiah, sehingga peran bahasa harus bersifat komunikastif, informatif, dan reproduktif.
b. Matematika sebagai sarana berpikir ilmiahUntuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir salah satunya
adalah matematika. Sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan
cermat. Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah
sebuah makna diberikan kepadanya, dan bersifat individual yang merupakan perjanjian yang berlaku
khusus untuk masalah yang sedang dikaji (Suriasumantri, 2009: 191). Contohnya mau mancari berapa
harga buah apel dan harga buah jeruk dalam materi persamaan linear pada matematika, maka x = harga
buah apel dan y = harga buah jeruk.
Maka pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan tidak
menimbulkan konotasi yang berbeda (Suriasumantri, 2009: 193). Serta terbebas dari aspek emotif dan
efektif serta jelas terlihat bentuk hubungannya, serta lebih mementingkan kelogisan pernyataan-
pernyataannya yang mempunyai sifat yang jelas (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010: 107 ).
Selain itu juga, matematika memberikan hasil yang lebih valid dengan melakukan perhitungan.
Hal tersebut sesuai dengan Suriasumantri (2009: 193) bahwa matematika mengembangkan bahasa
numerik yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif, sehingga daya prediktif
dan kontrol ilmu lebih cermat dan tepat.
Matematika juga merupakan sarana berpikir deduktif, yaitu proses pengambilan kesimpulan
yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Secara deduktif
matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis tertentu, karena dalam
matematika bukan membuktikan kebenaran teri-teori, tetapi teori-teori itu sudah ada dan dapat
digunakan, sehingga matematika itu bukan ilmu. Pengetahuan yang ditemukan hanyalah merupakan
konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah yang telah ditemukan sebelumnya (Suriasumantri,
2009: 197).
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih pratik, sistematis dan efesien.
Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang 4
digunakan dalam masyarakat hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika,
terutama sebagai sarana untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang
lainnya.
Peranan matematika sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat yang
mempunyai kemampuan sebagai berikut :
1. Menggunakan algoritma
2. Melakukan manupulasi secara matematika
3. Mengorganisasikan data
4. Memanfaatkan symbol, table dan grafik
5. Mengenal dan menemukan pola
6. Menarik kesimpulan
7. Membuat kalimat atau model matematika
8. Membuat interpretasi bangun geometri
9. Memahami pengukuran dan satuannya
10. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainnya dalam matematika , seperti tabel matematika,
kalkulator dan komputer.
Maka disimpulkan matematika dalam epistemologi pengetahuan ilmiah merupakan salah satu sarana
berpikir ilmiah dan berfungsi sebagai sarana berpikir deduktif (umum ke khusus), yang bersifat jelas,
spesifik, informatif dan kuantitatif.
2. Ilmu mempunyai tiga aspek yaitu : ontologis, epitemologis, dan aksiologis. Coba Anda jelaskan
dan beri contoh masing-masing aspek!
a. Ontologi
Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada (wujud
seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas). Secara bahasa, kata ontologi berasal dari perkataan
Yunani, yaitu : Ontos berarti being, dan Logos berarti Logic. Jadi, dapat dikatakan ontologi adalah the
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) atau bisa juga ilmu tentang
yang ada (bakhtiar,2005:219).
Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk
menamai hakekak yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754)
dalam (bakhtiar,2005:219). membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus.
5
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau otologi adalah
cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
Ada 3 hal yang berkaitan dalam mempelajari ontologi ilmu, yaitu: Metafisika, Probabilitas dan
Asumsi . Secara etimologis metafisika berasal dari kata “meta” dan “fisika” (Yunani). “meta” berarti
sesudah, di belakang atau melampaui, dan “fisika”, berarti alam nyata. Kata fisik (physic) di sini sama
dengan “nature”, yaitu alam. Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang mempersoalkan tentang
hakikat, yang tersimpul di belakang dunia fenomenal. Metafisika melampaui pengalaman, objeknya di
luar hal yang ditangkap pancaindra.
Metafisika mempelajari manusia, namun yang menjadi objek pemikirannya bukanlah manusia
dengan segala aspeknya, termasuk pengalamannya yang dapat ditangkap oleh indra. Namun metafisika
mempelajari manusia melampaui atau diluar fisik manusia dan gejala-gejala yang dialami manusia.
Metafisika mempelajari siapa manusia, apa tujuannya, dari mana asal manusia, dan untuk apa hidup
di dunia ini. Jadi, metafisika mempelajari manusia jauh melampaui ruang dan waktu. Begitu juga
pembahasan tentang kosmos maupun Tuhan, yang dipelajari adalah hakikatnya, di luar dunia
fenomenal (dunia gejala), menurut (Salam 1997:71)
Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) dalam salam (1997:71) membagi
metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari
ontologi. Dengan demikian, metafisika atau ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang
prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus
masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi, Teologi, dan Antropologi.
Hal lain yaitu Probabilitas atau sering disebut Peluang. Salah satu referensi dalam mencari
kebenaran, manusia berpaling kepada ilmu. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dari ilmu tersebut yang dalam
proses pembentukannya sangat ketat dengan alatnya berupa metode ilmiah. Hanya saja terkadang
kepercayaan manusia akan sesuatu itu terlalu tinggi sehingga seolah-olah apa yang telah dinyatakan
oleh ilmu akan bersih dari kekeliruan atau kesalahan. Oleh karena itu manusia yang mempercayai ilmu
tidak akan sepenuhnya menumpukan kepercayaannya terhadap apa yang dinyatakan oleh ilmu tersebut.
Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu jawaban yang berupa
peluang. Yang didalamnya selain terdapat kemungkin bernilai benar juga mengandung kemungkinan
yang bernilai salah. Nilai kebenarannya pun tergantung dari prosentase kebenaran yang dikandung ilmu
tersebut. Sehingga ini akan menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita akan kita tumpukan
pada jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut.
6
Hal yang berkaitan dengan ontologi selanjutnya ialah Asumsi. Ilmu mengemukakan beberapa
asumsi mengenai objek empiris. Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang
penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-
menjalin secara teratur. Sesuatu peristiwa tidaklah terjadi secara kebetulan namun tiap peristiwa
mempunyai pola tetap yang teratur. Bahwa hujan diawali dengan awan tebal dan langit mendung, hal
ini bukanlah merupakan suatu kebetulan tetapi memang polanya sudah demikian. Kejadian ini akan
berulang dengan pola yang sama. Alam merupakan suatu sistem yang teratur yang tunduk kepada
hukum-hukum tertentu.
Secara lebih terperinci ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris. Asumsi pertama
menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal
bentuk, struktur, sifat dan sebagainya. Berdasarkan ini maka kita dapat mengelompokkan beberapa
objek yang serupa ke dalam satu golongan. Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama
terhadap objek-objek yang ditelaahnya dan taxonomi merupakan cabang keilmuan yang mula-mula
sekali berkembang. Konsep ilmu yang lebih lanjut seperti konsep perbandingan (komparatif) dan
kuantitatif hanya dimungkinkan dengan adanya taxonomi yang baik.
Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka
waktu tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu
keadaan tertentu. Kegiatan ini jelas tidak mungkin dilakukan bila objek selalu berubah-ubah tiap
waktu. Walaupun begitu tidak mungkin kita menuntut adanya kelestarian yang absolut, sebab alam
perjalanan waktu tiap benda akan mengalami perubahan. Oleh sebab itu ilmu hanya menuntut adanya
kelestarian yang relatif, artinya sifat-sifat pokok dari suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu
tertentu. Tercakup dalam pengertian ini adalah pengakuan bahwa benda-benda dalam jangka panjang
akan mengalami perubahan dan jangka waktu ini berbeda-beda untuk tiap benda.
Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga. Kita menganggap tiap gejala bukan
merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat
tetap dengan urut-urutan kejadian yang sama. Namun seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu
tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat yang mutlak sehingga suatu kejadian tertentu harus
selalu diikuti oleh suatu kejadian yang lain. Ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan
Y, melainkan mengatakan X mempunyai kemungkinan (peluang) yang besar untuk mengakibatkan
terjadinya Y. Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang
(probabilistik).
7
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.
Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens
Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
1. Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas
tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi
aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya
itu penulis kira cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan. Yang
natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles
dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya
mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
2. Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik,
abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu
objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang
sejenis. Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua,
yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan
meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi
sebab dari kebenaran kesimpulan.
Contoh :
Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana (Tt-P)
Badan itu sesuatu yang lahiri (S-Tt)
Jadi, badan itu fana’ (S-P)
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan; dan
term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara
pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
Contoh :
Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus (Tt-S)
Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan (Tt-P)
8
Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan (S-P)
Contoh Ontologi:
1. Terjadinya letusan gunung merapi di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Peristiwa ini
menimbulkan pertanyaan dan berbagai asumsi tentang “apa itu letusan gunung merapi?”
2. Ilmu Biologi. Secara ontologis, maka objek yang dikaji adalah makhluk hidup. Seperti apa makhluk
hidup itu ? Bagaimana wujud hakiki makhluk hidup ?
b. Epistemologis
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan
pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods, and limits
of human knowledge).
Epistemologi jiga disebut teori pengetahuan ( theory of knowledge) berasal dari kata Yunani
episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”, “ pengetahuan ilmiah”, dan logos=
teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan. Dalam metafisika, pertanyaan pokoknya
adalah “apakah ada itu?” sedangkan dalam epistemology pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat
saya ketahui?”.
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos
berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan
sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang
benar (theory of knowledges). Istilah epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere untuk
membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum).
Filsafat pengetahuan (Epistemologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan
mengenai masalah hakikat pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-,
batas, sifat-sifat dan kesahihan pengetahuan. Objek material epistemologi adalah pengetahuan dan
Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan.
Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi
dan niscaya, dan relasi eksak antara 'alim (subjek) dan ma'lum(obyek). Atau dengan kata lain,
epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana
memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam menentukan sebuah model filsafat. Dengan
9
pengertian ini epistemologi tentu saja menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan
kebenaran, mengenai hal yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.
Aliran-aliran dalam Epistimologi
Berikut adalah aliran-aliran dalam epistemologis, yaitu:
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat semua pengetahuan bersumber dari akal pikiran atau ratio. Tokohnya antara
lain: Rene Descrates (1596 – 1650), yang membedakan adanya tiga idea, yaitu: innate ideas (idea
bawaan), yaitu sejak manusia lahir,adventitinous ideas, yaitu idea yang berasal dari luar manusia, dan
faktitinousideas, yaitu idea yang dihasilkan oleh pikiran itu sendiri. Tokoh lain yaitu: Spinoza(1632-
1677), Leibniz (1666-1716).
b. Empirisme
Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman indera.
Indera memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alamempiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut
terkumpul dalam diri manusia menjadipengalaman. Tokohnya antara lain:
John Locke (1632-1704), berpendapat bahwa pengalaman dapat dibedakanmenjadi dua macam
yaitu: (a) pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar, dan (b)
pengalaman dalam, batin(reflexion). Kedua pengalaman tersebut merupakan idea yang sederhana
yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk idea yang lebihkompleks.
David Hume (1711-1776), yang meneruskan tradisi empirisme. Humeberpendapat bahw ide yang
sederhana adalah salinan (copy) dari sensasi-sensasi sederhana atau ide –ide yang kompleks
dibentuk dari kombinasi ide-ide sederhana atau kesan–kesan yang kompleks. Aliran ini kemudian
berkembang dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
terutama pada abad 19 dan 20.
c. Realisme
Realisme merupakan suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa obyek-obyek yang kita serap lewat
indera adalah nyata dalam diri obyek tersebut. Obyek-obyektersebut tidak tergantung pada subjek yang
mengetahui atau dengan kata lain tidak tergantung pada pikiran subjek. Pikiran dan dunia luar saling
berinteraksi, tetapi interaksi tersebut mempengaruhi sifat dasar dunia tersebut. Dunia telah ada sebelum
pikiran menyadari serta akan tetap ada setelah pikiran berhenti menyadari. Tokoh aliran ini antara lain:
Aristoteles (384-322 SM), menurut Aristoteles, realitas berada dalam benda-benda kongkrit atau dalam
proses-proses perkembangannya. Dunia yang nyata adalah dunia yang kita cerap. Bentuk (form) atau
idea atau prinsip keteraturan dan materi tidak dapat dipisahkan. Kemudian aliran ini terus berkembang
10
menjadi aliran realisme baru dengan tokoh George Edward Moore, Bertrand Russell, sebagai reaksi
terhadap aliran idealisme, subjektivisme dan absolutisme. Menurut realisme baru : eksistensi obyek
tidak tergantung pada diketahuinya obyek tersebut.
d. Kritisme
Kritisisme menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (yang meliputi
indera dan pengalaman). Kemudian akal akan menempatkan, mengatur, dan menertibkan dalam
bentuk-bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan
sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh aliran ini adalah Immanuel Kant
(1724-1804). Kant mensintesakan antara rasionalisme dan empirisme.
e. Positivisme
Tokoh aliran ini diantaranya adalah August Comte, yang memiliki pandangan sejarah perkembangan
pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu:
Tahap Theologis, yaitu manusia masih percaya pengetahuan ataupengenalan yang mutlak. Manusia
pada tahap ini masih dikuasai oleh tahyul-tahyul sehingga subjek dengan obyek tidak dibedakan.
Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami danmemikirkan kenyataan akan
tetapi belum mampu membuktikan denganfakta.
Tahap Positif, yang ditandai dengan pemikiran manusia untuk menemukanhukum-hukum dan saling
hubungan lewat fakta. Maka pada tahap inipengetahuan manusia dapat berkembang dan dibuktikan
lewat fakta (HarunH, 1983: 110 dibandingkan dgn Ali Mudhofir, 1985: 52, dlm Kaelan, 1991: 30).
f. Skeptisisme
Menyatakan bahwa pencerapan indera adalah bersifat menipu atau menyesatkan. Namun pada zaman
modern berkembang menjadi skeptisisme medotis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti
sebelum suatu pengalamandiakui benar. Tokoh skeptisisme adalah Rene Descrates (1596-1650).
g. Pragmatisme
Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan namun mempertanyakan tentang
pengetahuan dengan manfaat atau guna dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain kebenaran
pengetahuan hendaklah dikaitkan dengan manfaat dan sebagai sarana bagi suatu perbuatan. Tokoh
aliran ini, antara lain: C.S Pierce (1839- 1914), menyatakan bahwa yang terpenting adalah manfaat apa
(pengaruh apa) yang dapat dilakukan suatu pengetahuan dalam suatu rencana. Pengetahuan kita
mengenai sesuatu hal tidak lain merupakan gambaranyang kita peroleh mengenai akibat yang dapat
kita saksikan. (Ali Mudhofir, 1985:53, dalam Kaelan 1991: 30). Tokoh lain adalah William James
11
(1824-1910, dalam Kaelan 1991: 30), menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu hal adalah
ditentukan oleh akibat praktisnya.
Contoh :
1. Orang yang belum pernah belajar tentang jaringan kemudian orng tersebut melihat, membaca buku
tentang jaringan, dan ahirnya ornag tersebut mempunyai pengetahuan tenatang jaringan
2. Ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, la akan mendapatkan pengetahuan
tentang bentuk, rasa dan aroma masakan tersebut
c. Aksiologis
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang
nilai (Salam, 1997). Sumantri (1996) menyatakan aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dan pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus bahasa Indonesia, aksiologi adalah
kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khusunya etika.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan
itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut. Jadi hakikat yang ingin dicapai
aksiologi adalah hakikat manfaat yang terdapat dalam suatu pengetahuan. Objek kajian aksiologi
adalah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu karena ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral sehingga nilai kegunaan ilmu itu dapat dirasakan oleh masyarakat. Aksiologi disebut
teori tentang nilai yang menaruh perhatian baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and
wrong), serta tata cara dan tujuan (mean and end).
Nilai dalam Aksiologi
Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni Etika dan Estetika.
1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain
dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin “mores”, kata jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas masalah-masalah moral. Kajian etika
lebih fokus pada perilaku, norma, dan adat istiadat yang berlaku pada komunitas tertentu.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan.
Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara
tertib dan harmonis dalam suatu hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang
indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai