TUTORIALTINITUS
Pembimbing:Dr. Fitriah Shebubakar, Sp.THT
Di Susun Oleh:Heru Pramono(20097300083)Lona Permatasari(
2009730139)Mawar Astuti (2008730024)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU THTRUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK
KOPIPROGRAM STUDI KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA2014
DAFTAR ISI
Judul...................................................................................................................................1Daftar
Isi............................................................................................................................2Kata
Pengantar...................................................................................................................3Bab
I
Pendahuluan.............................................................................................................4Bab
II
Isi............................................................................................................................6Bab
III
Kesimpulan.........................................................................................................21Daftar
Pustaka.................................................................................................................24
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan YME atas limpahan
rahmat-Nya Tutorial ini dapat terselesaikan dengan baik.Pada
kesempatan ini penyusun juga ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Dr. Fitriah Shebubakar Sp.THT atas
bimbingannyaTutorial ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Ilmu THT Rumah
Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi.Penyusun berharap dengan
tersusunnya tutorial ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan khususnya di bidang kedokteraan. Tidak lupa pula
penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran agar di masa yang
akan datang, penyusun dapat meningkatkan kualitas tulisan, baik
dari segi isi maupun bentuknya.
Jakarta, 21 Februari 2014
Penyusun
BAB IPenndahuluan
Tinitus merupakan keluhan yang cukup banyak kita dapati dalam
praktek sehari-hari. Menghadapi kasus tinitus merupakan tantangan
bagi kemampuan pengetahuan dibidang THT terutama bidang audiologi,
karena patofisiologinya yang beragam yang penanganannya cukup
rumit.Tinitus adalah satu bentuk gangguan pendengaran berupa
sensasi suara tanpa adanya rangsangan udara dari luar, dapat berupa
sinyak mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat beruba bunyi
berdengin, menderuh, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang
lain.Jenis suara yang dikemukakan umumnya sangat bervariasi.
Penyebab tinitus sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti, sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya.
Penatalaksaanan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih
dalam perdebatan. Tinitus dapat dibagi atas tinitus objektiv, bila
suara tersebut dapat didengar juga oleh pemeriksa atau dengan
auskultasi disekitar teling. Tinitus objektiv bersifat fibratorik,
berasal dari transmisi fibrasi sistem muskuler atau audiovaskuler
disekitar telinga.Umumnya di sebabkan karena kelainan vaskuler
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arterio
vena, tumor glomusjugular dan aneurisma. Tinitus objektiv dapat
dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi
temporomandibular dan karena kontrasi spontan dari otot telinga
tengah atau mioklonuspalatal. Tuba eustachius paten juga dapat
menyebabkan tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga
telinga tengah.Tinitus subjektiv, bila suara tersebut hanya
didengar oleh pasien sendiri, jenis ini seering terjadi. Tinitus
subjektiv bersifat non fibratorik, disebabkan oleh proses iritatif
atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel
rambut getar cochlea sampai pusat saraf pendengar.Tinitus subjektiv
bervarisi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa
pasien dapat mengeluh mengenai sensai pendengaran dengan intensitas
yang rendah, sementara pada orang lain intenitas suarannya mungkin
lebih tinggi.Berat ringannya tinitus bisa bervariasi dari waktu ke
waktu. Variasi intensitas tinitus juga dihubungkan dengan ambang
stress penderita, aktivitas fisik, atau keadaan lingkungan
eksterna.
BAB IIIsi
1. DefinisiTinitus merupakan suara berdenging di satu atau kedua
telinga. Tinitus dapat menyertai penimbunan kotoran telinga atau
presbikusis. Overdosis aspirin atau obat lain dapat mencetuskan
tinitus. Infeksi telinga tengah, penyakit meniere, atau
otosklerosis (osifikasi ireguler hilangg telinga tengah) dapat juga
menyebabkan tinitus. Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan
keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi
dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu
sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan
penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya. (dr. Antonius HW
SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging.
Indopos Online).Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan
keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar.
Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau
berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus
atau hilang timbul. (Putri Amalia dalam artikel Gangguan
Pendengaran Tinnitus.FK Universitas Islam Indonesia).Pada dasarnya
telinga berdengung (tinnitus) adalah gangguan pendengaran yang
ditandai dengan keluhan perasaan mendengar bunyi di dalam telinga
atau di dalam kepala yang tidak dihasilkan oleh sumber dari luar.
Tinnitus berasal dari kata tinnire yang artinya membunyikan.Tinitus
adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara
tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat
bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar
dapat bersifat stabil atau berpulsasi.
2. Patofisiologi Pada tinnitus terjadi aktivasi elektrik pada
area auditorius yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun
impuls yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang
ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber impuls abnormal
didalam tubuh pasien sendiri. Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan
oleh berbagai kelainan telinga, tinnitus dapat terjadi dalam
berbagai intensitas. Tinnitus dengan nada rendah, seperti
bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinnitus dapat
terus menerus atau hilang timbul terdengar. Tinnitus biasanya
dihubungkan dengan tuli sensorineural dapat juga terjad karena
gangguan konduksi. Tinnitus yang disebabkan karena gangguan
konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika diserati
dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinnitus
pulsasi).Tinnitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan
konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena
serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dll.
Tinnitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan
pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor
glomusjugulare.Tinnitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan
vaskuler. Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada
aneurisma dan aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga
mengakibatkan tinnitus objektif, seperti tuba eustachius terbuka,
sehingga ketika bernafas membrane timpani bergerak dan terjadi
tinnitus.Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus
stapedius, serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinnitus
objektif. Bila ada gangguan vaskuler ditelinga tenga, seperti tumor
karotis maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinnitus juga.
Pada tuli sensorineural biasanya timbul tinnitus subjektif nada
tinggi (4000 Hz)Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina,
streptomisin, dehidro-streptomisin, garamycin, digitalis,
kanamycin, dapat terjadi tinnitus nada tinggi terus menerus atau
hilang timbul.Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere
dapat terjadi tinnitus pada nada rendah atau tinggi, sehingga
terdengar bergemuruh atau berdengung. Gangguan ini disertai dengan
tuli sensorineural dan vertigo.Gangguan vaskuler koklea terminal
yang terjadi pada pasien yang stress akibat gangguan keseimbangan
endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat
hamil dapat juga timbul tinnitus dan gangguan tersebut akan hilang
bila keadaannya sudah normal kembali.3. Etiologi Penyebab
terjadinya tinitus sangat beragam, beberapa penyebabnya antara lain
: Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di
bersihkan rasa berdenging akan hilang. Infeksi telinga tengah dan
telinga dalam. Gangguan darah. Tekanan darah yang tinggi atau
rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf pendengaran. Penyakit
menieres Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput
meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
Keracunan obat. Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb. Tinitus pada
pasien lanjut usia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada
saraf-saraf pendengaran/ Sedangkan pada pasien muda dapat
disebabkan oleh seringnya mendengar suara keras , seperti music
dengan volume suara yang memekakkan telinga. Penyebab tinnitus yang
paling sederhana adalah menempelnya kotoran telinga (serumen) di
gendang telinga. Biasanya hal ini disebabkan karena kebiasaan
mengorek kotoran telinga dengan cotton bud. Namun hasilnya kotoran
keluar sangat sedikit sebaliknya sisa kotoran yang ada terdorong ke
gendang telinga. Untuk mengatasi hal ini, disarankan untuk jangan
mengorek telinga sendiri. Lebih baik datang kepada dokter di bidang
THT secara rutin 6 bulan atau setahun sekali untuk membersihkan
telinga.Disamping itu tinnitus juga dapat merupakan gejala dari
Penyakit Menieres yang memiliki trias gejala yaitu : Tinitus dengan
nada rendah atau tinggi, tuli saraf serta vertigo yang
berfluktuasi. Penyakit lain yang terkait dengan tinnitus adalah
Otosklerosis , Infeksi dan peradangan pada telinga , tumor jinak
pada saraf pendengaran, tumor Glomus Jugulare , keracunan obat,
tuli saraf, kelainan pada tuba eustachius, hipertensi, anemia,
gangguan endokrin, penyakit autoimun seperti penyakit Lupus
eritematous, cedera kepala. Tinitus paling banyak disebabkan karena
adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama kerusakan dari
koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan
yang bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan
vascular, tinitus karena obat-obatan, dan tinitus yang disebabkan
oleh hal lainnya. 1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher
dan rahang a. Trauma kepala dan Leher Pasien dengan cedera yang
keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami tinitus yang
sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus
somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur
tengkorak, Whisplash injury. b. Artritis pada sendi
temporomandibular (TMJ) Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari
penderita tinitus di Amerika berasal dari artritis sendi
temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan
mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ
mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui
secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya
tinitus. 2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis Tinitus
juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus
pada n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular
compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular
paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi
dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi. 3. Tinitus
karena kelainan vaskular Tinitus yang di dengar biasanya bersifat
tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang simetris dengan
denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat
menyebabkan tinitus diantaranya: a. Atherosklerosis Dengan
bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit
lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan
sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi
semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga
memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya. b. Hipertensi Tekanan
darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh
darah koklea terminal. c. Malformasi kapiler Sebuah kondisi yang
disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena
dapat menimbulkan tinitus. d. Tumor pembuluh darah Tumor pembuluh
darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan
tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare
dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang
berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala
yang penting pada tumor glomus jugulare. 4. Tinitus karena kelainan
metabolikKelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti
keadaan hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah
sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi
turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama,
atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil. Kelainan metabolik
lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin
B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia. 5.
Tinitus akibat kelainan neurologis Yang paling umum terjadi adalah
akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis adalah proses
inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf
pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala,
di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu,
perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi,
gangguan kognitif, gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada
telinga akan timbul gejala tinitus. 6. Tinitus akibat kelainan
psikogenik Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus
yang bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan
psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan
psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul. 7. Tinitus
akibat obat-obatan Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus
umumnya adalah obat-obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya.b. Antibiotik,
seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin,
minosiklin.c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn,
Cisplatin, Mechlorethamine, methotrexate,vinkristin. d. Diuretik,
seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide. e. lain-lain,
seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah8. Tinitus akibat
gangguan mekanik Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus
objektif, misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga
ketika kita bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi
tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus
stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus. 9.
Tinitus akibat gangguan konduksi Gangguan konduksi suara seperti
infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen impaksi, efusi
telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus.
Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah. 10.
Tinitus akibat sebab lainnya a. Tuli akibat bising Disebabkan
terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja.
Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising
melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor
pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan
adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz
sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk
reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.b. Presbikusis Tuli saraf
sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris
kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau
lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau
bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan
kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada
laki-laki disbanding perempuan. c. Sindrom Meniere Penyakit ini
gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural.
Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf,
yaitu penambahan volume endolimfa, karena gangguan biokimia cairan
endolimfa dan gangguan klinik pada membrane labirin.4. Klasifikasi
Tinitus Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan
pada telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga.
Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus otik dan tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada
telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan
kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga
dan saraf tetapi masih di dalam area kepala atau leher.Menurut
frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh Tinnitus
frekuensi tinggi (high tone)seperti berdengingBerdasarkan objek
yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan
tinitus subjektif. a. Tinitus Objektif Tinitus objektif adalah
tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan
auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat
vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga. Umumnya tinitus objektif
disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut
mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada
pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan
aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik
yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena
kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal.
Tuba Eustachius paten juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus
akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah. b. Tinitus
Subjektif Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya
dapat didengar oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali
terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh
proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai
sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran. Tinitus subjektif
bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa
pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan
intensitas yang rendah, sementara pada orang yang lain intensitas
suaranya mungkin lebih tinggi.Berdasarkan kualitas suara yang
didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil. a. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan
suara denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek
sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan
dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular
digambarkan dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan
denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular
digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara
pernapasan dalam telinga. Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita
ketahui dengan mendengarkannya menggunakan stetoskop. 5. Tanda Dan
GejalaKeluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral.
Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita
sebut periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode
periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang
berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau
tidak dapat mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang
dapat sangat mengganggu kegiatan sehari- harinya. Terkadang dapat
menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri.Tinitus dapat
dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif. Dikatakan
tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa
dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat didengar
oleh penderita.Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan
mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus
tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga berdenging yang
dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging
tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi.
Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala
rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf
pendengaran.
6. Diagnosis Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit
telinga, sehingga untuk memberikan pengobatannya perlu di tegakkan
diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan biasanya memang
cukup sulit untuk di ketahui.Untuk memastikan diagnosis perlu di
tanyakan riwayat terjadinya kebisingan, perlu pemerikasaan
audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan
nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz.
Anamnesis merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan
diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali adalah seperti kualitas
dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain yang menyertai,
seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik.
Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan,
dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri
tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.Untuk mendiagnosis pasien dengan
tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang baik. a. Anamnesis Anamnesis adalah hal yang sangat
membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam anamnesis banyak
sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya: Kualitas dan
kuantitas tinitus. Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun
di kedua telinga. Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging,
mendengung, menderu, ataupun mendesis dan bunyi lainnya. Apakah
bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari.
Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan
pendengaran serta gangguanneurologik lainnya. Lama serangan tinitus
berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah
itu hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi
jika tinitus berlangsung selama menit, serangan ini bias dianggap
patologik. Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan
obat-obatan dengan sifat ototoksik. Kebiasaan sehari-hari terutama
merokok dan meminum kopi. Riwayat cedera kepala, pajanan bising,
trauma akustik. Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga. Umur
dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam
mendiagnosis pasien dengan tinitus. Tinitus karena kelainan
vaskuler sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien dengan
myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan
dengan kelainan neurologi. Pada tinitus subjektif unilateral perlu
dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau trauma kepala,
sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbikusis,
trauma bising dan penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk
mendeskripsikan apakah tinitus berasal dari telinga kanan atau
telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar
terjadi kelainan patologis di saraf pusat, misalnya
serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel. Kelainan
patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan
sentral pada umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang
bernada rendah seperti gemuruh ombak adalah ciri khas penyakit
telinga koklear (hidrop endolimfatikus).Pendengaran yang terganggu
biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah
lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa
telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan
hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus
bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya berasal dari
denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan
juga akibat gangguan saraf pendengaran.b. Pemeriksaan fisik dan
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan fisik dan penunjang yang baik,
diharapkan sesuai dengan diagram berikut :Pemeriksaan fisik pada
pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan
menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan
dengan tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien
bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinitus juga dapat
didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif, maka harus
ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar
serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar tinitus terjadi
karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai
dengan denyut nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar
tinitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular
malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat
kontinua, maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau
emisi akustik yang terganggu. Pada tinitus subjektif, yang mana
suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa saat auskultasi,
maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya
dapat beragam, di antaranya : Normal, tinitus bersifat idiopatik
atau tidak diketahui penyebabnya. Tuli konduktif, tinitus
disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis
kronik. Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan
BERA (Brainstem Evoked ResponseAudiometri). Hasil tes BERA, bisa
normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin
disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik,
labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau presbikusis. Jika
hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena neuroma
akustik, tumor atau kompresi vaskular. Jika tidak ada kesimpulan
dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka perlu
dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan
pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan
pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis,
infark dan tumor.7. Penatalaksanaan Pengobatan tinitus merupakan
masalah yang kompleks dan merupakan fenomena psikoakustik murni,
sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar
dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi
cukup hanya dengan ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di
hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus yang terkadang sukar
diketahui. Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada
pengobatan yang efektif untuk tinitus Subjektif. Pada umumnya
pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara, yaitu :1.
Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik
(rangsangan bunyi) dengan intensitas suara yang lebih keras dari
tinnitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinnitus masker.2.
Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk
meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa
disembuhkan, serta mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus
didengarnya setiap saat.3. Terapi medikametosa, sampai saat ini
belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan
aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan sedatif,
neurotonik, vitamin dan mineral.4. Tindakan bedah, dilakukan pada
tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin tindakan ini menjadi
pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita
benar-benar parah. Pasien juga di berikan obat penenang atau obat
tidur, untuk membantu memenuhi kebutuhan istirahat, karena
penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus
itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di jelaskan
bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di
anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena
penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di
gunakan dalam waktu singkat.Penatalaksanaan terkini yang
dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model neurofisiologinya
adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan
medikamentosa bila diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus
Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah memicu dan
menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara
lingkungan yang mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil
modifikasi hubungan system auditorik ke sistem limbik dan system
saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan
sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa
penurunan toleransi terhadap suara.TRT biasanya digunakan jika
dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau dihilangkan. TRT
adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga
keluhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa
dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak siaran,
terutama pada saat tidur. Bila tinitus disertai dengan gangguan
pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan
masking. TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi
masalah dan keluhan pasien. Menentukan pengaruh tinitus dan
penurunan toleransi terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi kondisi
emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling
yang tepat dan membuat data dasar yang akan digunakan untuk
evaluasi terapi. Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien.
Diantaranya : Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus.
Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan
tekanan darah yang merupakan salah satu penyebab tinitus. Hindari
faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan
nikotin. Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik. Tetap
biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari
kelelahan.8. Pencegahan Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai
berikut : Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering
mendengarkan suara bising (misalnya diskotik, konser musik,
walkman, loudspeaker, telpon genggam). Batasi pemakaian walkman,
jangan mendengar dengan volume amat maksimal. Gunakan pelindung
telinga jika berada di tempat bising. Makanlah makanan yang sehat
dan rendah garam. Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk
melakukan perbaikan, seperti ginkogiloba, vit A dan E. Ukur tekanan
darah secara rutin. Olahraga teratur. Istirahat cukup. Abaikan
bunyi-bunyi yang timbul. Hindari stres, Dan lain-lain.
BAB IIIKESIMPULAN
Tinitus merupakan keluhan yang cukup banyak kita dapati dalam
praktek sehari-hari. Menghadapi kasus tinitus merupakan tantangan
bagi kemampuan pengetahuan dibidang THT terutama bidang audiologi,
karena patofisiologinya yang beragam yang penanganannya cukup
rumit.Tinitus adalah satu bentuk gangguan pendengaran berupa
sensasi suara tanpa adanya rangsangan udara dari luar, dapat berupa
sinyak mekanoakustik maupun listrik. Keluhan ini dapat beruba bunyi
berdengin, menderuh, mendesis, atau berbagai macam bunyi yang
lain.Jenis suara yang dikemukakan umumnya sangat bervariasi.
Penyebab tinitus sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti, sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya.
Penatalaksaanan tinitus bersifat empiris dan sampai saat ini masih
dalam perdebatan. Tinitus dapat dibagi atas tinitus objektiv, bila
suara tersebut dapat didengar juga oleh pemeriksa atau dengan
auskultasi disekitar teling. Tinitus objektiv bersifat fibratorik,
berasal dari transmisi fibrasi sistem muskuler atau audiovaskuler
disekitar telinga.Umumnya di sebabkan karena kelainan vaskuler
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arterio
vena, tumor glomusjugular dan aneurisma. Tinitus objektiv dapat
dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi
temporomandibular dan karena kontrasi spontan dari otot telinga
tengah atau mioklonuspalatal. Tuba eustachius paten juga dapat
menyebabkan tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga
telinga tengah.Tinitus subjektiv, bila suara tersebut hanya
didengar oleh pasien sendiri, jenis ini seering terjadi. Tinitus
subjektiv bersifat non fibratorik, disebabkan oleh proses iritatif
atau perubahan degeneratif traktus auditorius mulai dari sel-sel
rambut getar cochlea sampai pusat saraf pendengar.Tinitus subjektiv
bervarisi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa
pasien dapat mengeluh mengenai sensai pendengaran dengan intensitas
yang rendah, sementara pada orang lain intenitas suarannya mungkin
lebih tinggi.Berat ringannya tinitus bisa bervariasi dari waktu ke
waktu. Variasi intensitas tinitus juga dihubungkan dengan ambang
stress penderita, aktivitas fisik, atau keadaan lingkungan
eksterna.3.2 Saran Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang
Tinitus, supaya semua mahasiswi dapat memahami Tinitus dan
mengetahui bagaimana Tinitus bagi manusia, baik ciri-ciri, cara
pengobatan, klasifikasi, maupun cara pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sosialisman dan Jenny, tinnitus, dalam : Efiaty, Nurbaiti,
editor. Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 6,
Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 111 113.
2